Anda di halaman 1dari 14

ANALISI ZAKAT DALAM MEMPENGAHARUI KEKUATAN PERMINTAAN

DAN PENAWARAN TERHADAP

PEMERATAAN PENDAPATAN

A. Pendahuluan
Kemiskinan merupakan Salah satu permaslahan ekonomi dalam sutu
bangsa sebagai akibat kurangnya pemerataan pendapatan. Tingginya angka
kemiskinan kan membawa dampak bruk bagi kemakmuran suatu negara
karena

akan

meningkatkan

angka

krminalitas

dalam

suatu

negarea

Pengentasan kemiskinan merupakan hal yang harus segera dilakukan oleh


pemerintah.

Meningkatkan

pendapatan

dan

daya

beli

masyarakat

merupakan sebuah bentuk usaha dalam meminimalisir angka kemiskinan,


seperti pemberian pinjaman lunak yang berupa kredit usaha rakyat (KUR)
pada UMKM, pelatihan kewirausahaan, kredit bebas anggunan dan lainnya.
Islam

sebaga

agama

rahmatan

lil

alamin

selalu

menekankan

pertumbuhan ekonomi yang adil dan berpreikemanusiaan sehingga terhindar


praktek eksploitasi orang-orang kaya terhadap orang

miskin. Masyarakat

miskin dengan tigkat pendapatan yang rendah perlu mendapatkan perhatian


dan perlindungana agar mereka memiliki skill dan kemmapuan untuk
mengoptimalkan factor produksinya. Pendapatan per kapita dan pendapatan
nasional memiliki hubungan yang searah dengan kemakmuran suatu negara.
Artinya, semakin tinggi pendapatan nasional dan pendapatan perkapita
suatu negara, maka akan semakin tinggi pula suatu negara tersebut.
Sebaliknya, semakin rendah pendapatan suatu negara dan pendapatan

perkapita suatu negara, maka semakin rendah pula kemakmuran suatu


negara.
Dalam

Islam,

memaksimalkan

pemerataan

fungsi

zakat

pendapatan
secara

dapat

produktif

dilakukan
dan

dengan

maksimal.

Pendayagunaan zakat kepada mustahik tidak hanya untuk kebtuhan


konsumtif saja, melainkan dalam bentuk modal usaha yang bertujuan untuk
mengentaskan

kemiskinan

dan

meningkatkan

kemampuan

daya

beli

masyarakat. Pada kesempatan ini penulis bermaksud untuk menyampaikan


analisis peranan zakat dalam meningkatkan pendapatan masyarakat dalam
perspektif ekonomi mikro.. Harapan penulis agar pembaca mengenal dan
memahami landasan diwajibkannnya zakat baik secara normative maupun
secara aplikati yang pada tahap selanjutnya akan meingkatkan kesadaran
pembaca akan pentingnya membayar zakat sebagai sarana pengentasan
kemiskinan dan meningkatakan pertumbuhan eonomi masyarkat.
A. Zakat dalam pandangan Islam
Ditinjau dari segi bahasa, zakat dari merupakan kata dasar (masdar)
dari zaka yang berarti ti berakh, tumbuh, bersih, dan baik. Sedangkan
pendefinisian szakat dari istilah fikih berarti sejulah harta tertentu yang
diwajibkan Allah untuk diserahkan kepada orang-orang yang berhak. 1 Zakat
merupakan salah satu rukun (rukun ketiga) dari rukun islam, seperti yang
diriwyatkan dalam hadis. Diriwayatkan oleh Abu Abdurrahman Abdullah,
putra Umar bin Khattab yang berkata, Saya mendengar Rasullah Saw
1 Yusuf qardawi, hukum zakat, diterjemahkan oleh didin hafidhuddin dan
hasanuddin, (Jakarta: PT Pustaka Antar nusa, 1993) hal. 34.

bersabda, Islam dibangun berdasarkan lima, bersaksi bahwa tidak ada tuhan
kecuali

Allah

dan

Muhammad

sebagai

Nabi-nya,

mendirikan

shalat,

membayarzakat, menuaikan haji ke makkah (yaitu kabah di Makkah),


berpuasa di bulan Ramadhan.2
Dalam al quran perintah zakat seringkali digandeng penyebutannya dengan
shalat. Tidak kurang dari 82 (delapan puluh dua) kali (tempat) Allah
menyebutkan zakat beriringan dengan menyebut shalat. Hal ini member
pengertian dan menunjukkan kepada kesempurnaan hubungan antara dua
ibadat ini dalam hal keutamaannya. Dan kepentingannya yang pertama
(yakni zakat) seutama-utama ibadat maliayah dan yang kedua (yakni shalat)
seutama-utama ibadat badaniyah. Maka oleh karena itu, tiada heran kalau
seluruh para umat (para ulama salah dan khalaf) menetapkan bahwa
mengingkari hukum zakat, yakni mengingkari wajibnya, menyebabkan
dihukum kufur atau keluardari Islam.3
Selain menumbuhkan persaudaraan sesama muslim, disyariatkannya
zakat dalam Islam juga dapat meningkatkan produktifitas ekonomi secara
terus menerus, mengingat harta yang diwajibkan zakat harus terus berputar
dan tidak boleh mengendap karena akan menyebabkan perekonomian
menjadi lesu. Zakat merupakan suatu pinalti bagi orang-orang yang
menimbun

hartanya,

karena

zakat

akan

memaksa

mereka

untuk

2 Fahruddin, fiqh dan manajemen zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press,
2008), hal 6.
3 Hasbi ash shiddieqy, pedoman zakat, (Jakarta: bulan bintang, 1975), hal. 34.

memanfaatkannya kedalam sector produktif sehingga tidak habis oleh


kewajiban zakat di setiap nishabnya.

B. Pendayagunaan zakat dalam ekonomi kontemporer


Zakat pada dasarnya memiliki hubungan horizontal dan vertical dalam
penunaiannya. Hubungan vertical karena zakat adalah kewajiban ilahiayah
bagi seluruh umat islam yang memeiliki kecukupan harta dan telah
mencapai

satu

nishab.

Adapaun

dalam

hubungan

horizonsal,

pendistribusiannya, zakat tidak hanya sebatas menyantuni orang miskin


secara

konsumtif

akan

tetapi

juga

bertujuan

untuk

mengentaskan

kemiskinan dengan myalurkannya dalam bentuk produktif sehingga dapat


meningkatakan usaha yang dilakukan mustahik.
Kesejahteraan masyarakata akan semakin meningkat apabila zakat
dapat menambah hasil produksi penerimanya. Indonesia sebagai salah satu
negara muslim terbesar dunia memiliki dana zakat yang sangat potensial
dalam mengentaskan kemiskinan. Ketua Umum Badan Amil Zakat Nasional
(Baznas) Didin Hafidhuddin mengungkapkan bahwa potensi zakat di
Indonesia sebesar Rp 217 triliun atau 1,8 sampai 4,34 persen dari gross
domestic product (GDP) namun pada perealisasiannya penerimaan zakat
belum mencapai Rp 217 triliun. Yang pasti, jumlah zakat yang terkumpul
selalu meningkat setiap tahun. Pada tahun 2012, jumlah zakat sebesar Rp
2,3 triliun, meningkat sebesar 0,8 persen dari tahun sebelumnya, yaitu Rp

1,73 triliun,4 dan tahun 2013 diperkirakan perolehan zakat mencapai Rp 2,5
triliun. Ini membuat rata-rata perolehan zakat sejak lima tahun terakhir
mencapai 24,46 persen.5
Dalam meningkatkan produktifitas mustahik, zakat dapat menajdi
salah satu alternative dalam memberdayakan usaha mustahik. Hal ini
dikarenakan karena zakat yang disalurkan salam bentuk modal usaha akan
membangkitkan semangat kemandirian mustahik untuk berhenti bergantung
kepada orang lain. Ketika produktifitas usaha mustahik meningkat maka
kesenjangan pendapatan kemiskinanan akan segera teratasi sehingga dapat
mengurangi angka kemiskinan di masyarakat.
Permasalahan mendasar dalam mendayakan dana zakat adalah
bagaimana mendayakan fungsi zakat dari yang bersifat konsumtif tradisonal
menjadi produktif kreatif sehingga penafaatan dana zakat benar-benar
mampu meningkatkan perekonomi masyarakat. Pemanfaatan zakat akan
sangat bergantung dalam pengelolaannya. Apabila pengelolaannya baik,
manfaatnya akan dirasakan oleh masyarakat. Pada umumnya, penggunakan
zakat dialokasikan dalam bentuk kegiatan sebagai berikut:6

4 http://news.liputan6.com/read/648347/baznas-potensi-zakat-indonesia-capai-rp217-triliun, akses Rabu, 07 Januari 2015.


5 http://www.republika.co.id/berita/koran/news-update/14/01/23/mzuzfv-potensizakat-belum-maksimal, akses Rabu, 07 Januari 2015.
6 Muhammad daud ali, system ekonomi islam zakat dan wakaf, (Jakarta: universitas
Indonesia (UI Press), 1998), hal. 64.

a. Untuk

meringankan

penderitaan

masyarakat.

Biasanya,

jika

demikian, zakat diberikan kepada fakir-fakir miskin atau golongan


lainnya yang sedang mengalami penderitaan.
b. Untuk pembangunan dan usaha-usaha produktif.
rehabvilitasi
beberapa

tempat

daerah,

ibadah,
zakat

madrasah

digunakan

dan

untuk

panti
usaha

Misalnya
asuha.

Di

pertanian,

peternakan dan koperasi. Panti asuhan muhammadiah semarang


misalnya,

meneriam

uang

zakat

dari

masyarakat

dan

mempergunakannya untuk usaha pertanian. Panti asuhan yatim


piatu muhammadiyah pekalongan menerima uang zakat dan
memanfaatkannya untuk peternakan ayam. Panti asuhan yatim
piatu

Surakarta

membeli

kambing

dari

uang

zakat

untuk

diternakkan. Bahkan, di DKI Jakarta, zakat dipegunakan untuk modal


usaha, membangaun proyek monumental seperti gedung lembaga
bahasa

dan

perguruan

ilmu

tinggi

Quran,
swasta,

honorarium
mebiayai

guru

proyek

gaji,
yatim

membantu
piatu

dan

sebagainya.
c. Untuk memperluas lapangan kerja. Oleh karena itu, beberapa panti
asuhan di Jawa Tengah, zakat dipergunakan untuk membuka
lapangan kerja bagi fakir miskin, dengan jalan memberikan kepada
mereka peralatan usaha seperti alat cukur, mesin jahit dan modal
berjualan.
d. Untuk lumbung paceklik. Di bererapa daerah di Jawa Tengah
misalnya di Magelang, zakat hasil bumi dikumpulkan wakktu panen
dan dimasukkan kedalam lumbung paceklik (depot logistic). Di

musim paceklik, zakat yang dikumpulkan itu dibagikan kepada


masyarakat

yang

memerlukannya

dengan

syarat

harus

dikembalikan lagi apabila ia telah mampu mengembalikan pinjaman


itu. Di dalam praktek, lumbung paceklik yang berasal dari zakat
hasil bumi ini, sangat bermanfaat terutama bagi daerah-daerah
yang sangat bergantung pada air hujan untuk mengerjakan
sawahnya.
Dengan semakin beragamnya perkembangan pemikiran pendayagunaan
masyarakat, diharapkan permasalahan pengentasan kemiskinan dapat
segera dimaksimalkan. Zakat produktif kreatif seperti contoh diatas dapat
menjadi salah satu solusi kesenjangan social ekonomi sehingga kemajuan
dan perkembangan kedepannya sangat diharapakan agar pendistribusian
dana zakat tidak hanya berfungsi sebagai ibadah, akan tetapi sekaligus
sebagai sarana untuk meningkatkan perekonomian masyarakat.
C. Pengaruh zakat dalam pemerataan pendapatan.
Dalam perekonomian modern, kekayaan dari kalangan orang-orang
kaya akan didistribusikan kepada orang-orang fakir miskin dalam bentuk
zakat. Dengan cara ini, terdapat unsur pemerataan kekayaan sehinga
kekayaan yang ditransfer ke orang-orang fakir dalam bentuk zakat dapat
mereka belanjakan untuk kebutuhan barang modal. Peran badan pengelola
zakat sangat dibutuhkan dalam memonitoring dan mengevaluasi efektifitas
pendayagunaan zakat sehingga dana zakat yang disalurkan benar-benar
dapat meningkatkan perekonomian mustahik tersebut. Apabila pendapatan

perkapita masyarakat meningkat maka kekuatan daya beli masyarakat akan


meningkat. Ketika kemampuan daya beli masyarakat meningkat maka
aktivitas perekoomian juga akan meningkat seiring dengan pertumbuhan
ekonomi masyarakat.
Perubahan pendapatan mustahik sebagai akibat penambahan dana zakat
kedalam pendapatan mustahik dapat mempengaharui permintaan dan
penawaran yang akan menimbulkan perubahan keadaan keseimbangan. Ada
empat

kemungkinan

perubahan/

pergeseran

kurva

permintaan

dan

penawaran, yaitu: permintaan bertambah (kurva permintaan bergeser ke


kanan),

permintaan

berkurang

(kurva

permintaan

bergeser

ke

kiri),

penawaran bertambah (kurva penawaran bergeser ke kanan) dan penawaran


berkurang (kurva penawaran bergeser ke kiri).7

Gambar 1.A pendistribuian pendapatan muzakki

7 Tati suhartati joerson dan M. Fathorrazi, teori ekonomi mikro, (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2012) hal. 28.

Dari gambar A.1, terlihat bahwa harga barang modal di pasar orang
kaya dan pasar orang miskin mencapai titik ekuilibrium pada harga PE1.
Apabila pendapatan orang-orang di pasar orang kaya meningkat, maka funsi
permintaan akan bergeser ke kanan, konskuensinya adalah keseimbangan
harga barang di pasar orang kaya berubah, seperti dari titik A menuju titik B.
kenaikan pendapatan telah menggeser kuantitas barang yang diminta dari
Q1 menjadi Q2 sehingga menggeser harga keseimbangan di pasar orang
kaya dari PE! Ke PE2. Dalam hukum permintaan, semakin tinggi permintaan
akan menyebabkan harga semakin naik.
Bagi seorang produsen, kenaikan kuantitas yang diminta karena
perubahan pendapatan akan lebih menguntungkan dari pada kenaikan
kuantitas yang diminta karena perubahan harga, sebab kenaikan kuantitas
yang diminta karena harga harus ditekan oleh penurunan harga, sedangkan
kenaikan kuantitas yang diminta karena pendapatan, selain menaikkan
kuantitas juga menaikkan harga. Oleh karena produsen akan lebih tertarik

untuk menjual produknya pada suatu daerah konsumen yang lebih subur
daripada konsumen yang mengalami krisis. 8 Dalam hal ini produsen akan
memindah produknya dari pasar orang miskin ke pasar orang kaya.
Dalam teori penawaran, semakin sedikit barang yang diataawkan akan
menyebabkan semakin tinggi pula harga dari suatu barang. Perpindahan
barang dari pasar orang miskin ke pasar orang kaya menyebabkan
penawaran barang modal di pasar orang miskin menurun sehingga hargaharga komuditas barang di pasar orang miskin semakin mahal.
Dalam hal ini zakat memiliki peranan penting dalam meningkatkan
daya beli mustahik. Ketika orang-orang kaya mendistribusikan kekayaannya
(zakat) kepada orang miskin akan menyebabkan kemapuan daya beli orangorang kaya di harga B sehingga mempengaharui kekuatan permintaan dan
penawaran pada pasar orang kaya sehingga keseimbangan orang kaya
menyesuaikan kembali harga ekulibriumnya pada harga C. sedangkan disisi
lain, zakat yang di distribusikan orang-orang kaya terhadap orang-orang
miskin menyebabkan kemampuan daya beli orang-orang miskin pada
akhirnya akan meningkat sehingga harga keseimbangan bergeras ke arah
harga B di pasar orang-orang miskiin, hal ini sejalan dengan teori permintaan
dimana semakin tinggi permintaan suatu barang yang diminta maka
semakin tinggi pula harga suatu barang.
Timbulnya peningkatan pada pasar orang miskin dapat dibuktikan
ketika

harta

8 Ibid, hal.29.

zakat

dibagikan

kepada

para

mustahik.

Peningkatan

kemampuan daya beli masyarakat miskin tersebut tidak akan pernah terjadi
kecuali dengan adanya penambahan pemasukan, seperti adanya zakat
tersebut. Dengan adanya peningkatan kemampuan daya belinya, para
mustahik diharapakan dapat memaksimalkan dana zakat yang mereka
terima dengan membelanjakannya ke dalam konsumsi produktif seperti
barang

modal,

peralatan

usaha

dan

lainnya,

sehingga

efektifitas

pendayagunaan zakat benar-benar dapat meningkatkan perekonomian


mustahik.
Terkait dengan pendistribusian zakat, seperti yang kita jelaskan diatas, akan
menyebabkan naiknya jumlah permintaan terhadap barang-barang dan jasa
kebutuhan mustahik, sehingga akan mendorong tumbuhnya industri-industri baru
yang memproduksi barang atau jasa tersebut. Lahirnya industri baru ini akan
membuka lapangan kerja baru yang dapat segera diisi oleh golongan masyarakat
berpendapatan rendah yang umumnya masih berstatus pengangguran.
Pengembangan zakat bersifat produktif dengan cara dijadikannya dana zakat
sebagai modal usaha, untuk pemberdayaan ekonomi penerimanya, dan supaya
fakir miskin dapat menjalankan atau membiayai kehidupannya secara konsisten.
Dengan

dana

zakat

tetap,meningkatkan

tersebut
usaha,

fakir

miskin

mengembangkan

akan

mendapatkan

usaha

serta

penghasilan

mereka

dapat

menyisihkan penghasilannya untuk menabung. Dana zakat untuk kegiatan produktif


akan lebih optimal bila dilaksanakan Lembaga Amil Zakat karena LAZ sebagai
organisasi

yang

terpercaya

untuk

pengalokasian,

pendayagunaan,

dan

pendistribusian dana zakat, mereka tidak memberikan zakat begitu saja melainkan
mereka mendampingi, memberikan pengarahan serta pelatihan agar dana zakat
tersebut benar-benar dijadikan modal kerja sehingga penerima zakat tersebut

memperoleh pendapatan yang layak dan mandiri. Dengan berkembangnya usaha


kecil menengah dengan modal berasal darizakat akan menyerap tenaga kerja. Hal
ini berarti angka pengangguran bisa dikurangi, berkurangnya angka pengangguran
akan berdampak pada meningkatnya daya beli masyarakat terhadap suatu produk
barang ataupun jasa, meningkatnya daya beli masyarakat akan diikuti oleh
pertumbuhan produksi, pertumbuhan sektor produksi inilah yang akan menjadi
salah satu indikator adanya pertumbuhan ekonomi.Zakat dapat dijadikan sebagai
salah satu bentuk modal bagi usaha kecil. Dengan demikian, zakat memiliki
pengaruh yang sangat besar dalam berbagai hal kehidupan umat, di antaranya
adalah pengaruh dalam bidang ekonomi.Pengaruhzakat yang lainnya adalah
terjadinya pembagian pendapatan secara adil kepada masyarakat Islam. Dengan
kata lain, pengelolaan zakat secara profesional dan produktif dapat ikut membantu
perekonomian masyarakat lemah dan membantu pemerintahdalam meningkatkan
perekonomian negara, yaitu terberdayanya ekonomi umat sesuai dengan misi-misi
yang diembannya. Diantara misi-misi tersebut adalah:

Karena tujuan zakat secara ekonomi adalah untuk meningkatkan


standar hidup para dhuafa dengan memberikan hak kepada mereka untuk
memiliki apa yang mereka terima dari orang kaya, maka dengan penyaluran
dana

zakat

kepada

kaum

dhuafa

(mustahik)

akan

terjadi

kenaikan

pendapatannya, dan secara otomatis akan meningkatkan kemampuan


mereka untuk mengkonsumsi barang-barang dan jasa yang di jual di pasar
(daya beli meningkat), artinya dengan penyaluran dana zakat tersebut akan
menimbulkan

New

Demanderpotensial

sehingga

akan

meningkatkan

permintaan secara agregat, dan pada akhirnya akan mendorong produsen


untuk meningkatkan produksi guna memenuhi permintaan yang ditimbulkan
keadaan tersebut[19]Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perintah
zakat, selain sebagai ibadah murni juga berdimensi ekonomi.

Terkait dengan timbulnya New Demanderakibat penyaluran dana zakat


kepada mustahik, oleh produsen akan dimanfaatkan guna meningkatkan
produksi. Untuk menganalisis tingkat produksi tersebut, dalam ilmu ekonomi
dinyatakan dengan fungsi produksi yang menunjukkan sifat hubungan
diantara faktor-faktor produksi[20], yaitu yang secara matematis dinyatakan
dalam bentuk rumus : Q = f (K,L,)
dimana:
K = Jumlah Modal
L = Jumlah Tenaga Kerja
Q = Jumlah Produksi Yang Dihasilkan

D. Kesimpulan
Dalam perekonomian modern pendayagunaan dan pengelolaan dana
zakat secara professional dapat meningkatkan perekonomian mustahik.
Permasalahan mendasar dalam pengelolaan zakat adalah bagaimana
mengubah pola peberdayaan zakat dari konsumtif tradisiona menjadi
produktif kreatif. Zakat dalam perspektif mikro dapat mempengaharui
pendapatan dan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat yang
dapat mempengaharui keseimbangan pasar. Dengan menyalurkannya pada
kegiatan produktif diharapakan dapat tumbuhdan berkembang sehingga
mampu menjadikan para mustahik untuk bisa mandiri dan menjadi sorang
muzakki sehingga pendayagunaan zakat tersebut dapat meningkatkan
perekonomiam masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Muhammad, kebijakan fiscal dan moneter dalam ekonom islam, (Jakarta:
salemba empat, 2002
Didin khafiuddin, zakat dalam perekonomian modern, Jakarta: gema insane,
2002.
Muhammad bin shaleh al utsmani, fatawa fi ahkamiz zakat, penerj ghazali
mukri, Surakarta: al Qawam, 2011.
Ali hasan, zakat dan infak: salah satu solusi mengatasi problema social di
Indonesia, Jakarta: kencana, 2008.
Abdul al hamid mahud al baly, ekonomi zakat: sebuah kajian moneter dan
keuangan syariah, Jakarta: PT Raja Grafindo persada, 2008.
Sumarin, ekonomi islam sebuah pendekatan ekonomi mikro pespektif islam,
Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013.
Soeharno, teori mikro ekonomi, Yogyakarta: CV Andi Offset, 2009.
Sudarsono, pengantar ekonomi mikro, Jakarta: LP3ES, 1995.
Sudarsono sukirno, mikro ekonomi teori pengantar, Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 2005.

Anda mungkin juga menyukai