Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang Praktek Kerja Lapangan
Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu mata kuliah yang terdapat pada pr
ogram studi Fisika Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Negeri Padang (FMIPA UNP). Melalui mata kuliah ini diharapkan mahasi
swa dapat mengembangkan kemampuan, etos kerja serta terlatih untuk menghadapi ma
salah yang terdapat dilapangan.
PKL dilakukan pada instansi-instansi atau perusahaan yang berbadan hukum resmi,
yang telah direkomendasikan oleh Ketua Jurusan Fisika dan dekan FMIPA. Instansi
atau perusahaan yang dipilih harus sesuai dengan kelompok bidang kajian mahasis
wa yang bersangkutan. Hal ini bertujuan untuk memperkuat konsep serta dapat meng
aplikasikan secara nyata teori-teori yang telah diperoleh di perguruan tinggi.
Maka penulis memilihUnit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) balai pengujian konstru
ksi dan lingkungan, sebagai tempat untuk melaksanakan PKL, karena penulis menila
i perusahaan tersebut sangat tepat dengan bidang yang penulis tekuni ditilik dar
i adanya keterkaitan hubungan antara bidang perusahaan dengan bidang akademis ya
ng penulis pelajari selama duduk di bangku perkuliahan.
Bidang kajian yang ditekuni berkaitan dengan keahliah penulis yaitu mengenai ka
rakteristik atau sifat fisis dari material, salah satunya yang terdapat pada asp
al campuran yang merupakan campuran antara agregat dengan bahan pengikat yaitu A
spal. Aspal sebagai bahan pengikat dalam campuran beraspal pada sistem perkerasa
n lentur mempunyai pengaruh yang besar terhadap umur pelayanan lapis perkerasan
jalan.
Kualitas dan kuantitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap kinerja
campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Campuran lapis perke
rasan jalan membutuhkan suatu kadar aspal yang tepat agar perencanaan pembuatan
jalan sesuai dengan umur rencana dan tahan lama. Kadar aspal yang rendah dalam s
uatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami retak-retak. Demikia
n juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan mengalami bleeding.
Kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran adalah kadar aspal yang optimu
m yaitu kadar aspal yang memberikan stabilitas tertinggi dimana syarat sifat fis
is lainya seperti VIM(Voids In Mix),kelelehan (flow),VMA (Voids In the Mineral A
gregate) dan kepadatan harus dipenuhi. Oleh sebab itu kadar aspal dalam suatu c
ampuran berasapal menjadi bagian yang sangat penting dalam memberi umur pelayana
n jalan yang lebih lama.
PKL bertujuan untuk mendapatkan pengalaman dan menambah wawasan yang nantinya da
pat digunakan untuk terjun langsung di masyarakat dan dunia kerja.Kemudian penul
is membuat laporan PKL yang mengangkat sebuah topik permasalahan untuk lebih mem
ahaminya melalui pengamatan yang dilakukan secara langsung. Melalui topik mengen
ai kegiatan kerja lapangan yang dilakukan, maka penulis membuat laporan dengan j
Pengaruh Kadar Aspal Terhadap Sifat Fisis Aspal Campuran .
udul yaitu
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka penulis d
apat merumuskan masalahnya yaitu Bagaimana Pengaruh Kadar Aspal Terhadap Sifat
fisis Aspal Campuran .
Tujuan
Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Jurusan Fisika Universitas N
egeri Padang bertujuan:
Tujuan Umum
Mengenali dan mendapatkan pengetahuan praktis melalui pengalaman langsun
g, guna melengkapi pengetahuan teoritis yang telah diperoleh sebelumnya di bangk
u perkuliahan agar menjadi pengetahuan yang lengkap dan utuh.
Mengetahui profil Dinas Prasarana Jalan UPTD balai pengujian konstruksi
dan lingkungan.
Mengetahui proses pengolahan aspal, sistem kerja peralatan produksi, pen
gunaan alat-alat pengujian, kegiatan preparasi sampel, analisis sampel, dan pen
gendalian kualitas selama proses produksi berlangsung di UPTD balai pengujian ko
nstruksi dan lingkungan.
Tujuan Khusus

Tujuan khusus melaksanakan PKL ini yaitu


sifat fisis aspal campuran .

Mengetahui pengaruh kadar aspal terhadap

Manfaat
Adapun Manfaat dari kerja praktek ini diharapkan :
Mahasiswa mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan suasana kerja secara l
angsung.
Sebagai media sarana bagi mahasiswa untuk menjajaki dan mempersiapkan t
ugas akhir.
Memperkenalkan dan mempromosikan disiplin keilmuan pada kalangan industr
i dan instansi-instansi lain khususnya jurusan Fisika FMIPA UNP.
Mengetahui Bagaimana pengaruh kadar aspal terhadap sifat fisis aspal cam
puran.

BAB II
LAPORAN KEGIATAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Mekanisme Pelaksanaan PKL
Peserta magang berada pada posisi sebagai mahasiswa yang belajar dan melaksanaka
n Praktek Kerja Lapangan. Mahasiswa magang diberikan bimbingan oleh karyawan yan
g ditunjuk oleh Kepala Bidang Evaluasi Kualitas & Pemeliharaan Peralatan Laborat
orium Proses, agar dapat mengetahui segala sesuatu yang berkaitan dengan proses
pembuatan aspal, sistem kerja peralatan produksi yang berada di laboratorium UPT
D balai pengujian konstruksi dan lingkungan, penggunaan alat alat pengujian di Lab
oratorium Proses, kegiatan preparasi sampel, analisis sampel dan pengendalian ku
alitas selama proses pengujian berlangsung.
Deskripsi UPTD Balai Pengujian Konstruksi dan Lingkungan
UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan merupakan penerima jasa dalam pen
gujian mutu suatu bahan yang berhubungan dengan pekerjaan umum. Hasil pengujian
mutu bahan nantinya dapat digunakan oleh berbagai kontraktor sebagai pedoman d
alam melakukan pekerjaan jalan.
UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan beralamat di Jl.Taman Siswa No. 1
. Telp (0751) 7053813 PADANG 25138.
Sejarah Dinas Pekerjaan Umum
UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan merupakan instansi pemerintah yan
g berada dibawah naungan Dinas Prasarana Jalan Propinsi Sumatera Barat. Sebelum
menjadi seperti sekarang ini, instansi ini mengalami beberapa kali perubahan nam
a yang disebabkan berubahnya struktur pemerintahan dan ketetapan dari pemerintah
mengenai keberadaan instansi - instansi pemerintah.
Awalnya pada tahun 1971, instansi ini bernama Laboratorium Penyelidikan
Tanah dan Jalan Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Barat. Pada saat itu, ins
tansi ini bertanggung jawab secara langsung pada Gubernur Propinsi Sumatera Ba
rat.
Pada tahun 1982, menurut surat keputusan Mentri Pekerjaan Umum No.60/KPT
S/1982, Tanggal 1 Maret 1982, instansi ini berubah nama manjadi Bidang Pengujian
, yang berada di bawah naungan kanwil Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Sumater
a Barat. Pada saat itu instansi ini bertanggung jawab penuh pada Menteri Pekerja
an Umum.
Selanjutnya pada tahun 1995, instansi ini kembali berubah nama menjadi b
alai pengujian dan peralatan pekerjaan umum, namun masih tetap berada di bawah n

aungan kanwil Departemen Pekerjaan Umum Propinsi Sumatera Barat, sesuai dengan s
urat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum No.440/KPTS/1995, tanggal 20 November 1995
.
Akhirnya pada tanggal 1 Oktober tahun 2001, berdasarkan surat keputusan Gubernur
No.20 tahun 2001, instansi ini berubah menjadi Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Ba
lai Pengujian Mutu Bahan dan Pekerjaan. Pada tahun 2014 berubah lagi menjadi UPT
D balai pengujian konstruksi dan lingkungan. Instansi ini berada dibawah naungan
Dinas Prasarana Jalan, Propinsi Sumatera Barat dan kembali bertanggung jawab p
ada Gubernur Propinsi Sumatera Barat sampai saat ini.
Perubahan yang terakhir tersebut membuat instansi ini tidak lagi berada dibawah
naungan Kanwil Departemen Pekerjaan Umum, disebabkan karena ini telah dibubarkan
pada tahun 2001 sesuai dengan otonomi daerah.
Visi, Misi, Moto, dan Budaya Perusahaan
Dinas prasarana jalan dan pemukiman provinsi sumatra barat, UPTD balai pengujia
n konstruksi dan lingkungan memiliki visi Terwujudnya balai pengujian ke-PU-an ya
ng handal dan profesional .
Adapun Misi yang diemban oleh UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan adal
ah sebagai berikut:
Mengutamakan kepuasan pelanggan
Menerapkan manajemen pelayanan dan pengujian yang berkualitas dan berst
andar
Mendorong partisipasi dunia konstruksi untuk lebih meningkatkan kualitas
pekerjaan ke-PU-an.
Motto dari UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan yaitu Profesion
al dalam Pengujian dan pelayanan .
Struktur Organisasi Serta Uraian Tugas
Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) Balai pengujian konstruksi dan lingkungan
Propinsi Sumatera Barat memiliki struktur organisasi sendiri dan deskripsi jaba
tan sebagai berikut:
Struktur Organisasi
Ditinjau dari susunan organisasi dan tata kerja pemerintahan propinsi dan DPRD S
umatera Barat yang dituangkan dalam perda No.06/SB/2001 tahun 2001, Dinas
Prasarana Jalan yang membawahi balai pengujian konstruksi dan lingkungan ini mer
upakan salah satu lembaga Teknis Daerah yang semuanya berjumlah 16 dinas.
Unit Pelaksanaan Teknis Daerah (UPTD) balai pengujian konstruksi dan lingkungan
ini dipimpin oleh Kepala UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan , yang
membawahi kasubag Tata Usaha, seksi pengujian mutu bahan dan seksi pengujian mu
tu pekerjaan. Selain ini juga terdapat bagian Jabatan Fungsional yang sampai saa
t sekarang ini masih dalam perencanaan.
Staff dan pegawai di UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan ini berjumla
h 23 orang. 16 orang laboran dan 7 orang pegawai kasubag tata usaha.
Bagan struktur organisasi dari UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan Pr
opinsi Sumatera Barat yang dibuat berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Prasa
rana Jalan Propinsi Sumatera Barat No.10/SK-PJ-I/2002 tanggal 25 Januari 2002, m
engenai uraian tugas Kepala, Subag Tata Usaha dan Seksi UPTD balai pengujian kon
struksi dan lingkungan Propinsi Sumatera Barat, terdapat pada gambar Bagan Struk
tur organisasi dari Dinas Prasarana Jalan Propinsi Sumatera Barat sebagai beriku
t :
Gambar 1. Struktur Organisasi UPTD Balai pengujian konstruksi dan lingkungan (su
mber : UPTD )
Uraian Tugas
Adapun uraian tugas yang ada pada UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan
berdasarkan Surat Keputusan Kepala Dinas Prasarana Jalan Propinsi Sumatera Bara
t No. 10/SK-PJ-I/2002 tanggal 25 januari 2002, mengenai uraian tugas Kepala, Sub
ag Tata Usaha dan seksi UPTD Balai pengujian Mutu Bahan dan Pekerjaan Dinas Pras
arana Jalan Propinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut:
Kepala UPTD
Kepala UPTD bertugas memimpin UPTD Balai Pengujian konstruksi dan lingk
ungan Dinas Prasarana Jalan propinsi Sumatera Barat dalam perencanaan, pelaksana

an bidang pengujian mutu bahan dan pekerjaan.


Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha bertugas untuk melaksanakan urusan umum, ta
ta persuratan, tata kearsipan, inventarisasi, perlengkapan, rumah tangga dan koo
rdinasi pelaporan. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, bertanggung jawab kepada Kepala
UPTD dalam melaksanakan tugasnya. Kasubag menjalani fungsi:
Penyusunan anggaran rutin kantor dan pelaporan
Pengelolaan peralatan pengujian dan perlengkapan rumah tangga serta kepu
stakaan
Penyiapan data, informasi, hubungan masyarakat dan penyelenggaraan Inven
tarisasi.
Kepala Seksi Pengujian Mutu Bahan
Kepala Seksi Pengujian Mutu Bahan bertanggungjawab kepada kepala UPTD dalam mela
ksanakan tugasnya, kepala seksi pengujian Mutu Bahan menyelenggarakan fungsi:
Penyusunan program kerja pengujian mutu bahan.
Pemberian advisi/saran teknis terhadap penggunaan bahan bangunan.
Pelaksanaan analisa teknis dan evaluasi terhadap rancagan campuran bahan
bangunan.
Penyusunan laporan.
Kepala Seksi Pengujian Mutu Bahan ini membawahi laboratorium tanah dan aspal.
Kepala Seksi Pengujian Mutu Pekerjaan
Kepala Seksi Pengujian Mutu Pekerjaan bertugas untuk melaksanakan jasa p
engujian pekerjaan. Kepala Seksi Pengujian Mutu Pekerjaan bertanggung jawab kepa
da kepala UPTD dalam melaksanakan tugasnya. Kepala seksi pengujian Mutu Bahan me
nyelenggarakan fungsi:
Menyusun program kerja pengujian mutu pekerjaan.
Pemberian advisi/ saran teknis terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Melakukan analisa teknis dan evaluasi terhadap proses, hasil dari pekerj
aan.
Penyusunan laporan.
Aktivitas Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Balai Pengujian Konstruksi
dan Lingkungan
Unit Pelaksanaan Teknis Daerah balai pengujian konstruksi dan lingkungan
ini merupakan instansi pemerintahan yang menjalankan tugasnya sebagai sarana pe
nelitian terhadap air, tanah, aspal dan bangunan. Lebih jelasnya lagi instansi i
ni memiliki beberapa laboratorium pengujian seperti yang telah disebutkan sebelu
mnya.
Pekerjaan yang dilakukan di Instansi ini, khususnya di Laboratorium yang
mereka miliki tergantung pada ada atau tidak adanya pelanggan yang datang memba
wa sampel yang akan di uji. Terkadang instansi ini juga dapat langsung membuat s
ampel sesuai dengan kriteria yang diinginkan dan kemudian melakukan pengujian se
suai dengan yang diminta pelanggan.
Pelanggan yang datang di instansi ini berasal dari berbagai instansi lai
nnya, seperti Unit Pelaksanaan Teknis Dinas Prasarana Jalan, Unit Pelaksanaan Te
knis Dinas Prasarana Air, perusahaan-perusahaan kontraktor, perusahaan pengemban
g (developer), Bapedalda atau perorangan.
Siklus prosedur pelaksanaan pengujian di Unit Pelaksanaan Teknis Dinas b
alai pengujian konstruksi dan lingkungan berawal dari mengajukan surat permohona
n kepada pihak yang berwenang di UPTD ini, yang biasanya di tangani oleh Kepala
UPTD yang selanjutnya setelah didisporsisi ditindak lanjuti oleh Kepala Bagian T
ata Usaha. Seterusnya dibuat kesepakatan dengan peminta jasa dalam hal standar,
waktu, jumlah tes, biaya administrasi dan sebagainya. Setelah semuanya disepakat
i, maka proses pengujian dapat dilakukan, namun sebelumnya harus dengan sepenget
ahuan Kepala Seksi Pengujian, baru kemudian diserahkan ke staf yang bertugas mel
akukan pengujian.
Setelah melakukan pengujian, pelaksana pengujian akan membuatkan hasil,
analisa dan kesimpulan yang nantinya laporan dari semua hal tersebut akan diberi
kan kepada peminta jasa.
Selain mengadakan pengujian, instansi ini juga menyiapkan diri untuk mem

berikan penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat atau pihak lain yang membutuhkan


keterangan atau pengetahuan mengenai mutu bahan dan bangunan.
Misalnya dilakukan proyek disuatu tempat tertentu, pada saat itu terjadi masalah
atau pertentangan dikalangan buruh dengan penanggung jawab proyek dalam pemili
han bahan atau standar pemakaian bahan, maka pihak penanggung jawab dapat memin
ta beberapa orang dari UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan untuk dat
ang ke lokasi memberikan keterangan yang lebih jelas.
Aktifitas Praktek Kerja Lapangan
Ruang Lingkup Pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan
Peserta magang ditempatkan di Laboratorium Aspal.Sesuai dengan namanya, di labor
atorium aspal ini dilakukan pengujian terhadap aspal.Peminta jasa yang datang ke
laboratorium ini selanjutnya juga harus memenuhi urutan prosedur seperti yang t
elah dijelaskan pada bagian sebelumnya. Para peminta jasa dapat membawa bahan-ba
han yang akan diuji langsung ke laboratorium atau dapat mengajukan permohonan pe
minjaman alat pengujian dari laboratorium ini, sekaligus meminta salah seorang d
ari karyawan di laboratorium untuk melaksanakan pengujian di lokasi yang telah d
itentukan oleh peminta jasa.
Jadwal Kerja Praktek
Kegiatan Praktek Kerja Lapangan dilaksanakan pada Unit Pelaksanaan Teknis Daerah
(UPTD) balai pengujian konstruksi dan lingkungan Propinsi Sumatra Barat yang di
mulai pada tanggal 23 Juli 2014 sampai dengan 25 Agustus 2014.
Pelaksanaan PKL Serta Hambatan yang Ditemui dan Penyelesaiannya
Secara rinci, tahapan yang dilalui oleh para peserta Praktek Kerja Lapangan di U
PTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan perminggu yaitu, minggu pertama me
lakukan observasi terhadap instansi dan laboratorium aspal. Pengenalan ini menca
karyawan instansi ter
kup tentang nama instansi, sejarah instansi dan karyawan
sebut. Selain itu juga dilakukan pengenalan terhadap ruang kerja atau laboratori
um yang terdapat di instansi tersebut. Pengenalan ini berupa nama alat, fungsi a
lat, cara kerja alat, jenis jenis sampel dan sampel yang bisa diuji dengan alat
tertentu pada laboratorium aspal dan melakukan pengujian terhadap sampel aspal,
peserta PKL diberikan referensi mengenai hal
hal yang berkaitan dengan pengujia
n sampel. Kemudian diberikan pengarahan dan selanjutnya staf atau teknisi mencob
akan langsung pengujian terhadap suatu sampel tertentu.
Setelah melakukan pengujian sampel, kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data
dan analisa data yang diperoleh lalu Peserta PKL mencoba langsung pengujian terh
adap suatu sampel tertentu dengan diarahkan oleh staf atau teknisi yang terdapat
di laboratorium pengujian aspal tersebut. Selanjutnya peserta PKL juga dibimbi
ng dalam melakukan pengolahan data dan menganalisa data yang dihasilkan sehingga
bisa menarik kesimpulan dari pengujian yang dilakukan.
Dalam pelaksanaan PKL di UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan penulis
lebih difokuskan pada bagian pengamatan kegiatan di laboratorium UPTD. Berupa pe
ngamatan proses pembuatan Aspal campuran dan melakukan observasi alat-alat yang
ada dilabor yaitu meliputi penggunaan alat alat pengujian, kegiatan preparasi sam
pel, analisis sampel dan mengamati cara pengendalian kualitas selama proses peng
ujian sampel berlangsung.
Adapun pelaksaan Praktek Kerja Lapangan ini dalam tiap minggunya yaitu:
Minggu I
Pengenalan UPTD balai pengujian konstruksi dan lingkungan Dinas Prasaran
a Jalan Propinsi Sumatra Barat, berupa nama instansi, sejarah, struktur, dan tu
gas serta fungsi dari UPTD
Pengenalan alat-alat pengujian aspal
Pengenalan berbagai teknik dalam pengujian aspal
Pengujian stabilitas aspal.
Bimbingan
Minggu II
Mempelajari lebih lanjut alat-alat yang digunakan dalam tiap pengujian y
ang dilakukan di UPTD
Mempelajari cara pengukuran abrasi
Mempelajari cata quartering sample
Mempelajari cara sieve.

Bimbingan
Minggu III
Melakukan pengujian AC-Base
Melakukan pengujian Berat jenis halus dan kasar
Pengujian ATT (mencari kelekatan Tanah).
Bimbingan
Minggu IV
Melakukan pengujian terhadap sampel aspal sesuai judul yang telah dipili
h
Melakukan pengujian aspal campuran
Melakukan pengujian aspal menggunakan menggunakan metode marshall.
Bimbingan
Minggu V
Penyelesaian laporan PKL
Bimbingan.
Diantara hambatan yang ditemui selama kegiatan Praktek Kerja Lapangan be
rlangsung adalah:
Kesulitan dalam memahami istilah
istilah
Kebanyakan dari staf atau karyawan di tempat dilaksanakannya PKL yaitu di labor
atorium pengujian pekerjaan (tanah dan aspal), merupakan lulusan dari perguruan
tinggi dengan jurusan teknik. Istilah
istilah yang dipakai untuk menentukan suat
u parameter sampel pada jurusan teknik biasanya sedikit berbeda dengan yang digu
nakan pada jurusan fisika.Hal ini menyebabkan peserta PKL agak sulit mengerti de
ngan penjelasan yang diberikan oleh staf UPTD tersebut.
Banyaknya istilah istilah baru yang berkaitan dengan pengujian sampel juga diras
akan sebagai suatu kendala oleh peserta PKL.Bahkan ada diantara istilah
istilah
tertentu yang sebelumnya belum pernah didengar oleh peserta PKL.
Kesulitan dalam memahami tujuan pengujian sampel.
Ditemukannya kesulitan dalam memahami istilah istilah untuk menentukan paramet
er sampel membuat para peserta PKL menjadi kurang mengerti tujuan pengujian suat
u sampel.
Pencarian topik yang akan dibahas atau dijadikan laporan PKL
Dengan kurang mengertinya para peserta PKL terhadap tujuan Pengujian suatu sampe
l membuat para peserta PKL tersebut menjadi sulit menemukan fenomenamana yang be
rhubungan atau yang mempunyai aspek fisis yang akan dibahas.
Untuk mengatasi masalah diatas peserta PKL mencoba mengatasinya dengan membaca b
uku atau modul SNI yang tersedia disana. Selain itu penulis juga mencoba bertany
a sesering mungkin sehingga dengan banyaknya penjelasan, peserta PKL menjadi leb
ih paham dan mendiskusikannya secara bersama sama dengan para peserta PKL yang a
da disana.

BAB III
PENGARUH KADAR ASPAL TERHADAP SIFAT FISIS ASPAL CAMPURAN
Tinjauan Kondisi Rill
Untuk mengadakan pengujian terhadap sampel, maka ada beberapa hal yang h
arus diperhatikan, yaitu:
Spesifikasi Alat
Peralatan yang digunakan dalam pengujian ini adalah :
Alat Sieve
Adapun Spesifikasi dari alat sieve dapat dilihat pada Gambar 3.1 sebagai berikut
:

Dua belas buah saringan type ASTM, masing-masing No.1(25.4 mm), no 4(4.7
5 mm), no 8(2.36 mm), no 16 ( 1.18 mm), no 30(0.16 mm), 50 (0.3 mm), no 80, no10
0 (0.149 mm), no 200 ( 0.075 mm), no (12.7 mm), no ( 19 mm), 3/8 (9.5 mm).
Sikat untuk membersihkan dan mengeluarkan tanah dari saringan
Talam-talam.
Gambar.3.1 sieve set
Keterangan gambar:
1. Penjepit saringan
9. Palang penggantung
2. Puli
10. Tutup saringan
3. Sabuk pemutar
11. Pan
4. Saklar
12. Landasan
5. Motor panggerak
13. Tiang penggantung
6. Condensor
14. Baut penjepit tiang
7. Saringan
15. Sentrik
8. Penggantung saringan
Analisa Butiran atau sieve analisys memerlukan sieve set yang terdiri da
ri beberapa macam saringan dengan ukuran yang berbeda beda seperti yang diperlih
atkan pada Gambar 3.2 .
Gambar 3.2 set saringan
Gambar 3.3 Berikut adalah wujud visual dari ukuran saringan yang berma
cam-macam .
No 200

No 100

No 50

No 30

No 8

No 4

inchi
inchi
Gambar 3.3 macam-macam saringan

No 80
No 16
3/8 inchi
No 1

Masing-masing ukuran dari saringan dalam ukuran mm, ketika ingin melakuk
an pengujian analisa butiran maka saringan-saringan tersebut disusun dengan urut
an nomor saringan 200,100,80,50,30,16,8,4,3/8,1/2,3/4, dan 1.
Oven
Oven digunakan untuk mengeringkan sampel yang basah akibat pengujian berat jenis
sampel dengan pengaturan suhu sekitar 110C - 120C. Untuk jenis oven yang digunak
an adalah oven yang khusus sampel tanah dan batuan seperti yang diperlihatkan Ga
mbar 3.4 .

Gambar 3.4 Oven


Oven yang digunakan adalah ukuran yang sangat besar dan dapat diatur suh
u pemakaiannya seperti gambar diatas.
Compactor
Compactor digunakan untuk mengcompact aspal campuran antara aspal dan agregat su
paya berbentuk silinder dan dapat diukur sifat fisisnya, wujud visual compactor
dapat dilihat pada Gambar 3.5 berikut.
Gambar 3.5.compactor
Gambar 3.6 Mould
(sumber : UPTD)
(sumber UPTD)
Mengcompact aspal campuran dilakukan didalam mould yang ditunjukkan pada
Gambar 3.6 dan dicompact sebanyak 75 kali diatas dan 75 kali dibawah sehingga b
entuknya padat silinder sebesar mould yang disebut dengan briket.
Stability

Stability atau stabilitas digunakan untuk pengujian stabilitas dan titik leleh a
spal campuran. Pengujian ini disebut dengan pengujian metode marshall sesuai den
gan SNI 06-2489-1991. Mesin Stabilitas dapat dilihat pada Gambar 3.7.
Gambar 3.7 Stability
Stabilitas aspal diukur bersama kelelehan/ titik leleh dengan menggunaka
n arloji pembaca stabilitas.
Termometer
Termometer digunakan untuk mengukur temperatur agregat dan aspal cair murni.
Timbangan digital digunakan untuk menimbang berat batuan ataupun berat
kombinasi agregat dan briket aspal.

Gambar 3.8 Timbangan Digital


Berat yang diukur tidak hanya berat kering suatu material tapi juga dalam keadaa
n jenuh dan dalam air yaitu dengan cara menggantungkan timbangan kawat dibawah t
imbangan digital.
Persiapan dan Tata Cara Pengujian
Secara umum urutan proses pengujian aspal campuran dimulai dengan ena
m tahapan yaitu: Persiapan bahan baku(Batuan 0,5-1,1-1-2, 2-3, abu batu,semen),
bahan baku pembuatan aspal campuran menggunakan standar pembuatan Aspal campura
n ACWC(Asphalt Concrete wearing course) yang merupakan lapisan jalan yang palin
g atas yaitu yang kita pijak saat berkendara; Pemisahan Batuan berdasarkan ukura
n (quartering) Pengujian berat jenis batuan (ukuran 0,5-1,1-1-2, 2-3, abu batu)
; Analisa Butiran(sieve); Pembuatan komposisi agregat; Pembuatan sampel briket;
pengujian stability dan flow point (stabilitas dan kelelehan).
Persiapan bahan baku
Persiapan bahan baku yaitu meliputi pemisahan batuan atau yang disebut dengan qu
artering dimana bahan baku yaitu beberapa batuan dengan berbagai ukuran dipisahk
an berdasarkan ukuran 0.5-1, 1-2, 2-3, artinya adalah 0.5-1 cm. Masing-masing ba
tuan dipisahkan berdasarkan ukuran diatas dan yang tersisa yaitu abu batu, dalam
ukuran saringan [40]. Berikut merupakan gambar visual dari wujud batuan dalam b
eberapa ukuran yang sudah disebutkan diatas diperlihatkan pada Gambar 3.9
Gambar 3.9 Macam-macam Ukuran batuan
Batuan 0,5
1 merupakan batuan-batuan berukuran 0,5 cm sampai 1 cm dan u
kurannya kecil dan batuan-batuan dengan ukuran 1cm
2 ukuran 1cm sampai 2 cm l
ebih besar dari pada ukuran 0.5 1cm begitu juga dengan ukuran 2mm -3mm jauh leb
ih kasar dari pada dua ukuran diatas dan terlihat lebih besar.
Abu batu yang ditunjukkan pada Gambar 3.10 diatas adalah abu batu yang m
erupakan hasil sampingan dari pemecahan batu yang jumlahnya tidak sedikit. Saat
ini abu batu tidak begitu laku untuk dijual karena pemakaian dalam industri kons
truksi sudah sangat sedikit.
Selain dari batu berukuran diatas juga digunakan semen sebagai filler da
n aspal sebagai bahan pengikat dari aspal campuran yang ditunjukkan oleh Gambar
3.10 dan Gammbar 3.11.
Gambar 3.10. semen sebagai Filler
Gambar 3.11 Aspal murni
Aspal murni merupakan aspal tanpa campuran apa-apa. Aspal atau bitumen adalah s
uatu cairan kental yang merupakan senyawa hidrokarbon dengan sedikit mengandung
sulfur, oksigen, dan klor. Bitumen atau aspal merupakan campuran hidrokarbon y
ang tinggi berat molekul. Rasio persentase antara komponen bervariasi, sehubunga
n dengan asal-usul minyak mentah dan metode distilasi.Bahkan, aspal sudah dikena
l sebelum awal eksploitasi ladang minyak sebagai produk asal alam, yang disebut
dalam hal ini adalah aspal asli. Bitunie adalah produk alami tidak lagi digunaka

n dalam industri. Bitumen diperoleh sebagai produk sampingan dari penyulingan mi


nyak bumi dapat digunakan sebagai atau mengalami proses fisik dan kimia yang men
gubah komposisi dalam rangka untuk memberikan sifat tertentu. Operasi yang palin
g umum adalah proses oksidasi dan pencampuran dengan polimer yang berbeda.
Cara Pengujian
Pemisahan Batuan Berdasarkan Ukuran (quartering)
Quartering adalah pembagian sampel menjadi empat bagian sama banyak menggunakan
alat spliter test. Spliter test ini gunanya supaya sampel tidak terbuang dan pem
bagian ke empat sampel sama rata, tidak lebih dan tidak kurang. Dari keempat pem
bagian tersebut yang digunakan hanya dari sampel yang disediakan yang digunakan
untuk pemeriksaan awal material batuan.
2). Pengujian Berat Jenis Batuan (Batuan 0,5-1,1-1-2, 2-3, Abu Batu)
Prosedur pemeriksaan berat jenis agregat kasar harus sesuai dengan SNI 03-1970-1
990.
Menyiapkan sampel ( batuan 0,5-1cm) disiapkan sebanyak 1 pan
Merendam sampel dengan air hingga memenuhi pan atau sampai semua sampel
terendam air ,sampel didiamkan selama 24 jam pada suhu kamar .
Mengeluarkan sampel dari perendaman dan dilap dengan kain penyerap sampa
i selaput air pada permukaan sampel hilang (sampel dinyatakan dalam kondisi jenu
h permukaan kering/SSD(Saturated Surface Dry).
Meletakkan sampel didalam wadah yang ditutupi handuk kecil juga yang tu
juannya adalah supaya air yang berada dalam pori-pori batu tidak menguap ke uda
ra.
Menghitung berat semua batu dengan menggunakan timbangan digital, dan be
rat batu dalam air .
Menimbang berat contoh kering yang sudah dikeringkan dalam oven selama
24 jam .
A = Berat contoh ssd diudara
B = Berat contoh dalam air
C = Berat contoh kering
Menhitung berat jenis sampel dengan menggunakan rumus berikut;
Appaentasp. Gravity
C/(C-B)
S.p Gravity on dry basic
C/(A-B)
S.P Gravity SSD basis
A/(A-B)
%Water Absorpstion
(A-C)/C x 100%
Cara pengujian dan rumus berlaku untuk semua ukuran batuan kecuali abu batu .
3). Analisa Butiran (sieve analisys) Pembuatan komposisi agregat
Sieve analisys adalah penentuan persentase berat butiran agregat yang lo
los dari satu set sieve. Prosedur melakukan sieve harus sesuai dengan SNI 1968-1
990-F / AASHTO 27-82. Masing masing ukuran sampel (Batuan 0,5-1,1-1-2, 2-3, abu
batu)di sieve dengan ketentuan saringan sebagai berikut:
Untuk 0,5 -1 digunakan saringan No 3/8,4,8,16,30,50,100, dan 200.
Untuk 1-2
digunakan saringan No 1,3/4,1/2,3/8,4,8,16,30,50,100, dan
200 .
Untuk 2-3
digunakan saringan No 1,3/4,1/2,3/8,4,8,16,30,50,100, dan
200.
Untuk abu batu digunakan saringan No 4,8,16,30,50,100, dan 200.
Sebelum disieve masing-masing di timbang dan disieve dengan saringan seperti yan
g sudah di jelaskan diatas. Setelah disieve data dicombine didalam komputer untu
k menentukan komposisi atau persenan keempat campuran untuk membuat sampel .
Untuk melakukan Sieve analysis prosedur melakukannya adalah sebagai berikut :
Menyusun semua saringan dari ukuran lolos tebesar hingga terkecil,terga
ntung ukuran batuan berapa seperti yang sudah disebutkan diatas.
Memasukkan sampel dan menutup serta memasang saringan ke mesin sieve
Memasang penyangga alat serta mengunci mesin bagian atas dengan cara mem
utar sekrupnya
Mengatur waktu sieve 10 -15 menit dengan memutar tombolnya
Menghitung berat masing-masing saringan dengan timbangan digital dengan
ditambahkan terus menerus artinya saat saringan pertama yang ada sampelnya ditim
bang dan dicatat lalu saringan kedua ditambahkan pada hasil saringan pertama tad

i catat jumlahnya tulis di kolom saringan berapa dia tertahan.


Menghitung perhitungan analisis saringan
Contoh perhitungan :
Menghitung % tertahan (tertinggal)
Contoh untuk diameter 0.25 mm dengan berat tertahan 1.46 gr dan berat total 200
gr maka % tertahan = (1.46/200) x 100% = 0.73 %
4). Pembuatan agregat
Pembuatan agregat merupakan urutan yang paling penting dalam pembuatan sampel as
pal. Sebelum pembuatan agregat, terlebih dahulu yang harus dilakuan adalah pengk
omposisian agregat berdasarkan data sieve yang telah didapatkan. Hasil sieve san
gat mempengaruhi hasil komposisi dari masing-masing agregat yang diperuntukkan u
ntuk AC-WC, AC-BC, AC-Base kasar. Pengkomposisian agregat dilakukan dengan cara
membagi ukuran agregat berdasarkan saringan lolos tertahan seperti yang ditunjuk
kan gambar 3.13.
Agregat -
Agregat 3/8

Agregat 4

Agregat - 3/8
8

Agregat 8 0 ( abu batu )


( semen )
Gambar 3.12 Agregat berdasarkan lolos dan tertahan saringan
Gambar diatas merupakan batuan yang telah dipisahkan berdasarkan hasil
lolos saringan dan tertahan saringan sieve, dengan ukuran - , - 3/8, 3/8 4, 4
dan 8 0. Agregat dengan persen lolos tertahan saringan dihitung komposisinya be
rdasarkan data sieve analysis seperti gambar 3.14
Agregat

Agregat yang sudah


dikomposisikan
Gambar 3.13 Agregat yang dikomposisikan

Pengkomposisian yang dilakukan berdasarkan hasil perhitungan dengan meng


gunakan data sieve yang menghasilkan total campuran ( agregat 0,5-1, 1-2, abu b
atu dan filler) pada saringan tertetentu, berdasarkan data total campuran kompos
isi masing- masing saringan (3/4
, - 3/8, 3/8-4, 4-8, 8-0) dihitung sehingga mend
apatkan total penambahannya ditimbang dan diurutkan mulai dari - sampai 8
0 den
gan menggunakan timbangan digital seperti pada Gambar 3.15.
Gambar 3.14 Ditimbang di timbangan Digital
5). Pembuatan sampel Briket;
Pembuatan sampel briket bertujuan untuk pemeriksaan stabilitas. Briket y
ang ditunjukkan pada Gambar 3.16 merupakan campuran antara agregat dengan aspal
cair dengan suhu agregat dipanaskan sampai 145 Cdan aspal di cairkan hingga suhu
160.
Gambar.3.15 Briket ACWC
Briket nantinya akan ditimbang dalam keadaan jenuh dan dalam keadaan ker
ing. Berikut prosedur pembuatan briket aspal adalah sebagai berikut.
Memanaskan Aspal murni hingga suhu 160C
Memanaskan agregat sambil diaduk dengan menggunakan sendok dan diukur su
hu dengan menggunakan termometer hingga 145C.
Menuangkan dalam wadah dingin diatas timbangan digital yang sudah dalam
keadaan 0,setelah didapat hasilnya dibagi dengan persen komposisi
Tambahkan aspal cair hingga hasil yang didapat dengan pembagian persen komposisi
.
Mencampur hingga rata, diaduk secara menyeluruh.
Memasukkan kedalam mould yang sebelumnya di lapisi kertas semen agar ti
dak lengket pada cetakan mould

8,

Melakukan compact sebanyak 75 kali atas dan 75 kali bawah lalu diamkan s
elama 1 hari terhadap sampel.
Membuka Cetakan mould sehari setelah dicompact.
Menimbang briket sampel dalam keadaan kering dengan timbangan digital, s
etelah ditimbang, briket di rendam dalam air 24 jam.
Menimbang briket dalam air dan meniriskan dan di keringkan menggunakan s
aputangan/lap dan ditimbang dalam keadaan antara basah dan kering (SSD).
Memasukkan sampel briket kedalam waterbath yang sudah berisi air dan dip
anaskan 60C seperti yang terlihat dalam gambar 3.18 dan 3.19 dalam waterbath samp
el briket dibiarkan selama 15 menit.
Gambar 3.16 Water Bath
Gambar 3.17 Mendidihkan briket
Melakukan pengujian stabilitas menggunakan alat stability
6). Pengujian Stabilitas
Berikut prosedur melakukan percobaan stabilitas aspal:
Memasang Briket aspal yang sudah dididihkan dalam waterbathpada alat sta
bility seperti yang terlihat pada gambar 3.19.
Gambar 3.18 Proses Pengujian Stability
Memutar sekrup yang bertujuan untuk memberi tekanan dari atas dengan per
lahan sampai jarum pada alat memutar balik yang merupakan stabilitas maksimum da
ri satu briket.
Memcatat kelelehan Bersamaan dengan itu saat jarum stabilitas memutar
balik arah dengan melihat jarum flow test yang diletakkan diatas briket
Tinjauan Literatur.
Aspal dan Aspal Campuran
Aspal adalah material yang pada temperatur ruang berbentuk padat sampai agak pad
at, dan bersifat termoplastis. Jadi aspal akan mencair jika dipanaskan sampai te
mperatur tertentu, dan kembali membeku jika temperatur turun. Bersama dengan agr
egat, aspal merupakan material pembentuk campuran perkerasan jalan yang disebut
dengan aspal campuran yang terdiri atas agregat dan aspal murni. Banyaknya aspa
l dalam campuran perkerasan berkisar antara 4-10% berdasarkan berat campuran, at
au 10-15% berdasarkan volume campuran.
Agregat
Agregat adalah sekumpulan butir-butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral l
ainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F).Agregat adalah
material granular, misalnya pasir, kerikil, batu pecah yang dipakai bersama-sam
a dengan suatu media pengikat untuk membentuk suatu beton semen hidraulik atau a
dukan.
Menurut Silvia Sukirman, (2003), agregat merupakan butir-butir batu pecah, kerik
il, pasir atau mineral lain, baik yang berasal dari alam maupun buatan yang berb
entuk mineral padat berupa ukuran besar maupun kecil atau fragmen-fragmen.
Agregat merupakan komponen utama dari struktur perkerasan perkerasan jalan, yait
95% agregat berdasarkan persentase berat, atau 75 85% agregat berdasarkan p
u 90%
ersentase volume. Dengan demikian kualitas perkerasan jalan ditentukan juga dari
sifat agregat dan hasil campuran agregat dengan material lain.
Sifat Agregat
Sifat agregat merupakan salah satu faktor penentu kemampuan perkerasan jalan mem
ikul beban lalu lintas dan daya tahan terhadap cuaca. Yang menentukan kualitas a
gregat sebagai material perkerasan jalan adalah:
Gradasi
Kebersihan
Kekerasan
Ketahanan agregat
Bentuk butir
Tekstur permukaan
Porositas
Kemampuan untuk menyerap air
Berat jenis, dan

Daya kelekatan terhadap aspal.


Adapun bagian-bagian agregat secara umum dapat dilihat pada Gambar 3.20 sebagai
berikut,
Gambar 3.19 Agregat
(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com/2013/02/pengertian-agregat-dan-klasifika
sinya.html Pasca Regal Tjerita.2013)
Sifat agregat tersebut sangat dipengaruhi oleh jenis batuannya.Karakteristik bag
ian luar agregat, terutama bentuk partikel dan tekstur permukaan memegang perana
n penting terhadap sifat beton segar dan yang sudah mengeras. Menurut BS 812 : P
art 1: 1975, bentuk partikel agregat dapat dibedakan atas:
Rounded
Irregular
Flaky
Angular
Elonggated
Flakyy & Elonggated
Gambar 3.21. Jenis batuan agregat
(Sumber: http://tukangbata.blogspot.com/2013/02/pengertian-agregat-dan-klasifika
sinya.html Pasca Regal Tjerita.2013)
Agregat terdiri dari beberapa bentuk seperti yang diperlihatkan gambar 3
.21 diatas,yaitu roounded, irregular, angular, flaky (pipih) dengan ketebalan ku
rang dari 0,6 ukuran nominalnya, dan elongated (lonjong) .
Klasifikasi Agregat
Adapun klasifikasi agregat adalah sebagai berikut :
Agregat Ringan adalah agregat yang dalam keadaan kering dan gembur mempu
nyai berat 1100 kg/m3 atau kurang.
Agregat Halus adalah pasir alam sebagai hasil desintegrasi alami batuan
atau pasir yang dihasilkan oleh inustri pemecah batu dan mempunyai ukuran butir
terbesar 5,0 mm.
Agregat Kasar adalah kerikil sebagai hasil desintegrasi alami dari bantu
an
atau berupabatu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu dan mempunyai uk
uran butir ntara 5-40 mm. Agregat Kasar, adalah agregat dengan ukuran butiran bu
tiran lebih lebih besar besar dari dari saringan saringan No.88 (2,36 mm).
Bahan Pengisi (filler), adalah bagian dari agregat halus yang minimum 75
% lolos saringan no. 30 (0,06 mm). Agregat halus dapat dilihat wujud visualnya d
alam gambar 3.22 sebagai berikut.
Gambar 3.21 Agregat halus
Sumber: http://tukangbata.blogspot.com/2013/02/pengertian-agregat-dan-klasifikas
inya.html Pasca Regal Tjerita.2013)
Agregat halus seperti yang terlihat digambar 3.22 diatas memiliki ukuran
maksimum 4,75 mm.
Jenis Agregat Berdasarkan Proses Pengolahannya
Berdasarkan proses pengolahannya jenis agregat dapat dibagi atas tiga
macam yaitu sebagai berikut.
Agregat Alam. Agregat yang dapat dipergunakan sebagaimana bentuknya di a
lam atau dengan sedikit proses pengolahan. Agregat ini terbentuk melalui proses
erosi dan degradasi. Bentuk partikel dari agregat alam ditentukan proses pembent
ukannya.
Agregat melalui proses pengolahan. Digunung-gunung atau dibukit-bukit, d
an sungai-sungai sering ditemui agregat yang masih berbentuk batu gunung, dan uk
uran yang besar-besar sehingga diperlukan proses pengolahan terlebih dahulu sebe
lum dapat digunakan sebagai agregat konstruksi jalan.
Agregat Buatan. Agregat yang yang merupakan merupakan mineral filler/pe
ngisi (partikel dengan ukuran < 0,075 mm), diperoleh dari hasil sampingan pabrik
-pabrik semen atau mesin pemecah batu.

Beton Aspal AC-WC (Ashpalt Concrete


Wearing Course)
Beton Aspal merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan konstruksi perkeras
an lentur. Jenis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat dan asp
al sebagai bahan pengikat pada suhu tertentu. Konstruksi perkerasan lentur terdi
ri dari lapisan - lapisan yang diletakkan diatas tanah dasar yang telah dipadatk
an. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menerima beban lalu lintas dan meny
ebarkannya ke lapisan dibawahnya. Adapun susunan lapis konstruksi perkerasan len
tur terdiri dari (Sukirman, 1999) :
a. Lapis permukaan (surface course)
b. Lapis pondasi atas (base course)
c. Lapis pondasi bawah (subbase course)
Lapisan tanah dasar (subgrade) Susunan konstruksi perkerasan jalan dapat diliha
t, pada gambar 1.
Gambar 3.22 Susunan Kontribusi Perkerasan Jalan
(Anas,2009)
Berdasarkan gambar diatas maka lapisan yang paling berat menerima beban adalah l
apisan surface course yang kemudian didistribusikan kelapisan dibawahnya. Atau d
apat dicari dengan menggunakan persamaan berikut:
Dimana : P = Beban dan
A = Luas Penampang Daerah Tekanan
Lapisan aspal beton campuran panas ada 3 salah satunya adalah ACWC yang merupak
an Laston sebagai lapisan aus, dikenal dengan nama AC-WC (Asphalt Concrete Weari
ng Course) dengan tebal minimum AC WC adalah 4 cm. Lapisan ini adalah lapisan ya
ng berhubungan langsung dengan ban kendaraan dan dirancang untuk tahan terhadap
perubahan cuaca, gaya geser, tekanan roda ban kendaraan serta memberikan lapis k
edap air untuk lapisan dibawahnya.(Anas,2009)
Material utama penyusun suatu campuran aspal sebenarnya hanya ada dua macam yait
u agregat dan aspal. Namun dalam pemakaiannya aspal dan agregat bisa menjado be
rmacam-macam tergantung kepada metode dan kepentingan penyusunan suatu perkerasa
n. Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan, oleh Departemen
Pekerjaan Umum dan prasarana wilayah adalah AC-WC (Asphalt Concrete- wearing cou
rse) merupakan konsep campuran beraspal yang sudah disempurnakan oleh Bina Marga
bersama pusat Litbang Jalan. Dalam perencanaan spesifikasi baru tersebut menggu
nakan pendekatan kepadatan mutlak.
Penggunaan ACWC untuk lapis permukaan (paling atas) dalam perkerasan mempunyai
tekstur yang paling halus dibandingkan dengan jenis laston yang bergradasi terse
but mempunyai sedikit rongga dalam struktur agregatnya dibandingkan dengan campu
ran bergradasi senjang. Hal tersebut menyebabkan campuran ACWC lebih peka terhad
ap variasi dalam proporsi campuran gradasi agregat gabungan untuk campuran ACWC
yang mempunyai gradasi menerus tersebut ditunjukkan dalam persen berat agregat,
harus memenuhi batas-batas dan harus berada diluar daerah larangan (restriction
zone) yang diberikan dalam Tabel 2.4 dibawah ini dengan membandingkan dengan A
C-BC yang mempunyai ukuran butir agregat maksimum 25 mm atau 1 dan AC- Base 37,
5 mm atau 1 .Sedangkan AC-WC mempunyai ukuran butir agregat maksimum 19 mm atau . Un
tuk gradasi agregat yang baik menurut depertemen pemukiman dan prasarana wilaya
h (2004) ditunjukkan oleh Gambar 3.1.

Tabel 3.1. Gradasi Agregat Untuk Campuran Lapis Beton Aspal


Ukuran Ayakan % Berat Yang Lolos
ASTM
(mm)
WC
BC
Base

11/2
1
3/4
1/2
3/8
no.8
no.16
no.30
no.50
No.100
No.200

37,5
100
25
100
90
100
19
100
90
100
maks. 90
12,5
90
100
maks. 90
9,5
maks. 90
2,36
28
58 23
49 19
45
1,18
0,6
0,3
0,15
0,075 4
10 4
8 3
7
Daerah Larangan
no.4
4,75
39,5
no.8
2,36
39,1
34,6
26,8 30,8
no.16 1,18
25,6 31,6
22,3
28,3
18,1
24,1
no.30 0,6
19,1 23,1
16,7
20,7
13,6
17,6
no.50 0,3
15,5
13,7
11,4
Sumber : Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah (2004)
Pada Tabel 3.1 terlihat bahwa butiran agregat untuk ACWC lebih kecil dari pada A
CBC dan AC-Base oleh sebab itu ACWC lebih halus dari pada yang lainnya sehingga
tidak memberikan tekanan lebihpada roda pada saat berkendara.
Tabel 3.2 merupakan ketentuan sifat-sifat campuran beraspal panas di Indonesia
yang dikeluarkan oleh Departemen Permukiman dan PrasaranaWilayahHal tersebut mer
upakan acuan dalam penelitian..
Tabel 3.2 Ketentuan Sifat-sifat Campuran
Sifat Sifat Campuran
WC
BS

Laston
Base

Penyerapan Aspal %
max
1,2
Jumlah tumbukan perbidang
75
112
Rongga dalam campuran % min
max
5,5
Rongga dalam agregat (VMA) (%)
min
15
14
13
Rongga terisi aspal (%)
min
65
63
60
Stabilitas Marshall (kg)
min
800
1500
Kelelehan (mm)
min

3,5

3
5
Marshall Quotient (kg/mm)
min
250
300
Stabilitas Marshall sisa (%) setelah perendaman selama 24 jam, 600C
min
75
Pengujian Sifat Fisis Aspal Campuran dengan Pengujian Marshall
Konsep dasar dari metode campuran Marshall adalah untuk mencari nilai kadaraspal
optimum pada kepadatan volume yang diinginkan dan memenuhi syarat minimum nilai
stabilitas dan nilai flow.
Pemilihan Agregat
Metode Marshall menggunakan beberapa langkah dasar dalam pemilihan agregatuntuk
pembuatan mix design
Menentukan bentuk fisik agregat, dengan berbagai test untuk menentukan
sifat dasar material, seperti
Kekerasan dan berat material
Daya tahan dan kekuatan material
Kebersihan material terhadap material lainnya (lumpur, dll)
Bentuk agregat dan tekstur permukaan material
Jika syarat pada langkah sebelumnya terpenuhi, maka perlu dilaksanakan
pengujian agregat berikutnya yang meliputi
Berat jenis dan penyerapan
Ukuran dan gradasi agregat
Berat jenis (spesific gravity) adalah perbandingan berat dari suatu volume bahan
pada suatu temperatur terhadap berat air dengan volume yang sama pada temperatu
r tersebut. Besarnya berat jenis agregat penting dalam perencanaan campuran agre
gat dengan aspal karena umumnya direncanakan berdasarkan perbandingan berat dan
juga untuk menentukan banyaknya pori. Agregat dengan berat jenis yang kecil memp
unyai volume yang besar sehingga dengan berat yang sama membutuhkan jumlah aspal
yang lebih banyak. Disamping itu agregat dengan dengan pori besar membutuhkan j
umlah aspal yang banyak.
Terdapat 4 (empat) besaran berat jenis yang berkaitan dengan volumentrik campura
n beraspal, yaitu:
Berat jenis bulk,
Berat jenis semu,
Berat jenis efektif dan
Berat jenis maksimum campuran.
Adanya perbedaan istilah berat jenis ini disebabkan karena adanya perbedaan asum
si kemampuan agregat menyerap air dan aspal. Berat jenis bulk adalah perbandinga
n antara berat bahan di udara (termasuk rongga yang kedap dan yang menyerap air)
pada satuan volume dan suhu tertentu, dengan berat air suling serta volume yang
sama pada suhu tertentu pula. Fadly(2010) mengatakan bahwa berat jenis (bulk sp
ecific gravity) agregat kasar dan halus minimum 2,5 dan perbedaannya tidak boleh
lebih dari 0,2.
Dalam perencanaan campuran, penggunaan berat jenis bulk dari agregat diasumsikan
aspal tidak dapat meyerap ke dalam agregat (hanya menyelimuti bagian luar saja)
sehingga penggunaan berat jenis bulk akan menghasilkan kadar aspal yang sedikit
, padahal kenyataannya aspal akan menyerap ke dalam rongga dalam agregat sehingg
a hasil dari perencanaan campuran akan menghasilkan nilai rongga dalam campuran
yang lebih besar dari anggapan semula, apabila perencanaan ini diterapkan, akan

terjadi kerusakan dini berupa lepas-lepas dan retak-retak.


Berat jenis semu adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak termasuk
rongga yang menyerap air) pada satuan volume dan suhu tertentu, dengan berat ai
r suling serta volume yang sama pada suhu tertentu pula.berat jenis semu biasany
a menggunakan penimbangan sampel dalam air, memanfaatkan hukum Arcimedes.
Berat jenis efektif adalah perbandingan antara berat bahan di udara (tidak terma
suk rongga yang menyerap aspal) pada satuan volume dan suhu tertentu, dengan ber
at air dengan volume yang sama dan suhu tempratur pula. Dalam perencanaan campur
an, penggunaan berat jenis efektif dari agregat diasumsikan aspal dapat menyerap
sebagian ke dalam agregat dan sebagian lagi menyelimutinya sehingga penggunaan
berat jenis efektif agregat akan menghasilkan kadar aspal yang relatif cukup sei
mbang. Pada perencanaan campuran beraspal, agregat yang digunakan merupakan agre
gat gabungan yang terdiri atas fraksi-fraksi agregat kasar, agregat halus minera
l asbuton dan bahan pengisi (bila perlu) yang masing-masing mempunyai berat jeni
s yang berbeda. Berat jenis maksimum campuran yaitu dimana rongga udara dalam ca
mpuran dianggap nol. Padahal dalam kenyataannya rongga udara akan selalu ada wal
aupun dalam campuran beraspal yang paling padat sekalipun. Berat jenis maksimum
campuran pada masing-masing kadar aspal diperlukan untuk menghitung kadar rongga
masing-masing kadar aspal. Berat jenis maksimum dapat ditentukan dengan AASHTO
T209-90 dan dapat dihitung dengan pendekatan metode Marshall.
Melakukan penghitungan mix design untuk mencari gradasi agregat yang
diinginkan. Gradasi agregat didapatkan dengan percobaan pencampuran gradasi agre
gat yang berbeda hingga didapatkan gradasi agregat yang diinginkan.Beberapa pert
imbangan dalam proses pencampuran.
Semua sepsifikasi gradasi harus sesuai dengan persyaratan sesuai dengan
berat tertahan pada nomor saringan tertentu
Gradasi tidak boleh terlalu mendekati 0,45 kekuatan maksimum darikurva g
radasi agregat.
Bahan Pengikat Aspal
Metode Marshall tidak mengharuskan persyaratan khusus mengenai penggunaanjenis a
spal / binder dalam campuran aspal. biasanya kadar aspal yang digunakanberdasark
an pada penelitian yang telah dilaksanakan sebelumnya. Namumsetelah menentukan j
enis aspal yang akan dipakai, perlu dilakukan percobaanuntuk mengetahui viskosit
as dari aspal tersebut.
Pembuatan Benda Uji
Seperti pada metode lainnya, pengujian dengan metode Marshall menggunaka
nbeberapa sampel percobaan campuran aspal dengan kadar aspal yang berbeda( biasa
nya dibuat tiga sampel untuk setiap campuran kadar aspal yang berbeda ).Dengan m
engevaluasi hasil dari setiap sampel percobaan, dapat disimpulkan.
kadar aspal optimumnya. Agar konsep ini dapat berhasil, maka kadar aspal
yangdigunakan harus berada dibawah dan diatas dari perkiraan kadar aspal optimu
m.Kadar aspal optimum dapat ditentukan dengan beberapa cara berikut ini:
Perkiraan kadar aspal optimum
Metode Marshall dapat menggunakan metode apapun untukmemperkirakan nilai kadar a
spal optimumnya baik itu prosedur lokalataupun dari pengalaman penelitian sebelu
mnya.
Berdasarkan nilai perkiraan kadar optimum aspal, disiapkan sampelaspal d
engan penambahan 0,5% kadar aspal dari kadar aspal optimum. Minimal dua sampel u
ntuk kadar aspal dibawah kadar aspal optimum, dan dua sampel diatas kadar aspal
optimum.
Pemadatan dengan Alat Marshall hammer
Campuran benda uji dipanaskan untuk mengantisipasi suhu pada saatpemadatan denga
n menggunakan alat Marshall. Alat Marshall adalah alatyang mengaplikasikan tekan
an pada benda uji pada sisi atas dan bawahdengan menggunakanhammer. Berikut adal
ah parameter dalampenggunaan alat Marshall:
Ukuran benda uji, diameter = 102mm ( 4 inci ), tinggi = 64 mm (2,5 inci)
Dasar penumbuk harus datar dan bulat. Diameter 98,4 mm dan luas 76cm2
Tekanan pemadatan, jarak jatuh bebas hammer adalah 457,2 mm dengan

Berat 4536 gram ( 10 lb ).


Banyaknya tumbukan, bervariasi dari 35, 50, sampai 75 tergantung pada be
ban jalan yang direncanakan.
Penumbuk menumbuk bagian atas benda uji sampai jumah tumbukan yang diten
tukan. Setelah itu benda uji dibalik dan ditumbuk kembali sesuai dengan jumlah t
umbukan sebelumnya.
Penimbangan benda uji
Setelah benda uji dibuat, maka perlu dilakukan penimbangan benda uji.Penimbangan
dilakukan dengan beberapa kondisi.
Penimbangan benda uji kering.
Penimbangan benda uji terendam dalam air.
Penimbangan benda uji pada saat kondisi SSD.
Stabilitas Marshall dan Test Kelelahan Plastis ( flow test )
Nilai stabilitas dan kelelahan plastis ( flow test ) didapatkan dengan m
engujibenda uji dengan menggunakan alat Marshall. Nilai stabilitas didapatkan da
rikemampuan benda uji menahan beban maksimum, dengan tingkat pembebanan50,8 mm /
menit ( 2 inci / menit ). Pada dasarnya beban akan terus bertambahsampai benda
uji tidak dapat menahan beban tersebut. Lalu dilakukanpembacaan alat pengukur. P
ada saat yang bersamaan, dilakukan pula pembacaannilai flow.
Kepadatan dan Analisa Pori
Semua metode mix design menggunakan kepadatan dan analisa pori untuk
menentukan karakter fisik HMA ( Hammer Marshall Apparatus ). Duaperhitungan kepa
datan yang umum digunakan adalah:
Bulk specific gravity ( Gmb )
Theoretical maximum specific gravity ( Gmm )
Nilai kepadatan tersebut digunakan untung menghitung parameter volume
HMA. Kadar pori yan dihitung adalah:
Air voids ( Va )
Voids in the mineral aggregate ( VMA )
Voids filled with asphalt (VFA)
Penentuan Kadar Aspal Optimum
Kadar aspal optimum dapat ditentukan berdasarkan hasil dari kombinasi ujistabili
tas dan flow, analisa kepadatan, dan analisa pori benda uji. Kadar aspal
optimum ditentukan dengan prosedur berikut ini:
Pembuatan grafik berikut:
Kadar aspal terhadap density ( kepadatan )
Kadar aspal terhadap stabilitas
Kadar aspal terhadap flow ( kelekahan plastis )
Kadar aspal terhadap air voids ( kadar pori )
Kadar aspal terhadap VMA
Kadar aspal terhadap VFA
Menentukan kadar aspal optimum yang sesuai dengan spesifikasi rata-ratak
adar pori / air voids ( 4% ).
Tentukan nilai kadar optimum aspal berdasarkan pada hasil plot padagrafi
k. Bandingkan hasil tersebut dengan spesifikasi yang ditentukan.Jika hasil grafi
k tersebut tidak sesuai dengan spesifikasi, maka harusdilakukan pengulangan disa
in campuran aspal tersebut
Hukum Archimedes
Hukum Archimedes adalah sebuah hukum tentang prinsip pengapungan diatas benda ca
ir yang ditemukan oleh Archimedes, seorang ilmuwan Yunani yang juga merupakan pe
nemu pompa spiral untuk menaikan air yang dikenal dengan istilah Sekrup Archimed
e. Hukum Archimedes berhubungan dengan gaya berat dan gaya ke atas suatu benda j
ika dimasukan kedalam air.
Bunyi dari Hukum Archimedes adalah Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau selu
ruhya kedalam zat cair akan mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan ber
at zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut .
Dengan rumus Hukum Arcimedes sbagai berikut.

Berdasarkan bunyi dan rumus hukum Archimede diatas, suatu benda yang akan terapu
ng, tenggelam atau melayang didalam zat cair tergantung pada gaya berat dan gaya
keatas. Maka dari itu, berdasarkan hukum diatas, terciptalah 3 hukum turunan da
ri Hukum Archimedes Yang Berbunyi:
Benda akan terapung jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air le
bih kecil dari massa jenis zat cairnya
Benda akan melayang jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air s
ama dengan massa jenis zat cairnya
Benda akan tenggelam jika massa jenis benda yang dimasukan kedalam air l
ebih besar dari pada massa jenis zat cairnya.
Hubungan Kadar Aspal Dengan Beberapa Sifat Fisis Aspal
Kualitas dan kuanttitas aspal dalam campuran sangat berpengaruh terhadap kinerja
campuran lapis perkerasan dalam menerima beban lalu lintas. Kadar aspal yang r
endah dalam suatu campuran akan mengakibatkan lapis perkerasan mengalami retak-r
etak. Demikian juga kadar aspal yang berlebihan membuat lapis perkerasan mengala
mi bleeding. Oleh sebab itu kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran lap
is perkerasan adalah kadar aspal optimum, yaitu suatu kadar aspal yang memberika
n stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan, dimana persyaratan sifat fisis ya
ng lainnya juga dipenuhi seperti nilai VIM, flow dan sebagainya, sehingga member
i umur pelayanan jalan yang lebih lama(Wirahaji,2012).
Kadar aspal pada suatu campuran AC mempengaruhi nilai Specific gravity(SG), Void
s in Mix(VIM), Voids In The Materialagregate (VMA),stability dan , flow(keleleha
n). Berikut pengertian dari sifat-sifat fisis diatas:
Specific Gravity adalah rasio antara berat agregat dengan volume campura
n.
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas darerah.
Voids in mix(VIM) adalah volume pori/rongga di antara partikel agregat y
ang diselimuti aspal dalam campuran yang telah didapatkan,yang dinyatakan dalam
(%) terhadap volume total campuran.
Void in mineral agregate (VMA) adalah volume pori di antara partikel agr
egat dalam campuran yang telah dipadatkan, termasuk pori yang terisi oleh aspal
yang dinyatakan dalam(%) terhadap volume total campuran.
Stabilitas adalah ketahanan perkerasan menahan deformasi karena beban la
lu lintas. Stabilitas dinyatakan dalam (kg) . (The Asphalt Institute, 1983).
Flow adalah angka yang menunjukkan besarnya penurunan vertikal pada bend
a yang diuji yang dinyatakan dalam mm atau 0,01 . (The Asphalt Institute, 1983).
Specific gravity akan bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai pada bata
s maksimum kemudian nilainya menurun begitu juga dengan kepadatan bertambah sa
mpai nilai maksimum kemudian nilainnya juga menurun.Voids in Mix menurun secara
konsisiten dengan bertambahnya kadar aspal. Voids in Material Agregate umumnya m
enurun sampai pada batas tertentu, kemudian naik dengan bertambahnya kadar aspal
. Stability naik dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudian
turun. Flow secara konsisten terus naik dengan bertambahnya kadar aspal sampai b
atas tertentu kemudian menurun (Wirahaji,2012).

Hasil dan Analisis Data


Hasil
Tabel Berat Jenis Batuan Ukuran 0.5 mm 1mm
Hasil pengukuran berat jenis untuk batuan ukuran 0,5mm-1mm ditunjukkan pada Tabe
l 3.4.
Tabel 3.3 Berat jenis batuan ukuran 0.5 mm
1mm
Pengukuran Berat
Hasil
A. Berat contoh ssd diudara
1835,60 gram
B. Berat contoh ssd dalam air
1142,60 gram
C. Berat contoh kering
1807,30 gram
Apparentasp. Gravity
C
2,72

Dari tabel menunjukkan bahwa pada saat batuan ukuran 0,5mm-1mm ditimbang dalam
kondisi jenuh permukaan kering atau yang disebut dengan Saturated Surface Dry (
SSD) hasilnya 1835.60 gram, pada saat batuan diukur dalam air hasilnya adalah 11
42,60 gram, dan pada saat batuan tadi sudah dikeringkan didalam oven kira-kira d
engan suhu 110C 24 jam hasilnya 1807,30 gram. Berat contoh kering ssd diudara leb
ih besar dari pada keduanya, karena pada saat batuan dalam kondisi jenuh permuka
an kering, batuan tersebut masih mengandung air didalam pori-porinya, sehingga b
erat batuan tadi lebih berat dari pada saat kondisi kering karena ditambah denga
n berat air yang mengisi pori-pori batuan dan didapat berat jenisnya 2.72.
b.Tabel Berat Jenis Batuan Agregat 1 2
Hasil pengukuran dari berat jenis Agregat dengan ukuran 1mm- 2mm ditunjukkan pad
a tabel 3.4.
Tabel 3.4 Berat jenis batuan agregat 1
2
Pengukuran Berat
Hasil
A. Berat contoh ssd diudara
2780,5 gram
B. Berat contoh ssd dalam air
1742,2 gram
C. Berat contoh kering
2750,4 gram
Apparentasp. Gravity
C
2,73
C
B
Dari tabel menunjukkan bahwa pada saat batuan ukuran 1mm-2mm ditimbang
dalam kondisi jenuh permukaan kering atau yang disebut dengan Saturated Surface
Dry (SSD) hasilnya 2780,5gram, pada saat batuan diukur dalam air hasilnya adala
h 1742,2gram, dan pada saat batuan tadi sudah dikeringkan didalam oven kira-kira
dengan suhu 110C 24 jam hasilnya 2750,4gram. Sama dengan percobaan berat jenis p
ada ukuran 1mm-2mm, berat contoh kering ssd diudara juga lebih besar dari pada k
eduanya, karena pada saat batuan dalam kondisi jenuh permukaan kering, batuan te
rsebut masih mengandung air didalam pori-porinya, sehingga berat batuan tadi leb
ih berat dari pada saat kondisi kering karena ditambah dengan berat air yang men
gisi pori-pori batuan dan didapat berat jenisnya adalah 2.73.
c. Tabel Berat Jenis Abu Batu
Hasil pengukuran berat jenis dari abu batu ditunjukkan oleh Tabel 3.5 se
bagai berikut.
Tabel 3.5 berat jenis abu batu
Pengukuran Berat
Hasil
A. labu takar no.
B. Berat labu takar + benda uji ssd
C. Berat labu takar
D. Berat benda uji ssd ( B - C )
503,10 Gram
E. Berat labu takar + air + benda uji
977,90 Gram
F. Berat labu + air
664,90 Gram
G. Berat benda uji
494,80 Gram
Berat jenis semu
G
2,72
G - (E - F)
Pengujian berat jenis abu batu dengan berat jenis batuan berukuran seperti 0,5mm
-1mm dan 1mm-2mm itu berbeda, karena abu batu berkuran sangat kecil dari ukuran
milimeter, yang disebut abu batu adalah yang lolos saringan 200 inchi. Pengujian
dilakukan dengan menggunakan labu takar yang didiamkan selama 24 jam, dan berat
jenis yang didapat adalah 2.72 dapat dilihat pada tabel 3.5 diatas.
Tabel Gradasi campuran
Gradasi campuran merupakan variasi ukuran butir agregat yang sangat berpengaruh
pada besarnya rongga dalam campuran dan menentukan workabilitas (kemudahan dalam
pekerjaan) serta stabilitas campuran. Untuk gradasi campuran pada laporan ini d
igunakan gradasi campuran untuk ACWC, yang mana gradasi campurannya diperlihatka
n oleh Tabel 3.6 berikut ini.
Tabel 3.6 Gradasi campuran

Uraian
Inc
Mm
# 100

U k u r a n
1"
# 200

3/4 "

s a r i ng a n

1/2 "

3/8 "

# 8

#16

# 30

# 50

9,5

4,75

2,36

1,18

0,6

41,28

10,75

1,93

0,92

0,73

80,05

35,85

14,09

7,68

5,72

25,4
0,3
0,149 0,075
Data material
Aggregat 1
2
0,73
0,70
0,61
: - 1
100,00
4,41
3,05
2,09
: Abu Batu
50,22 32,66 18,74
Filler
100,00
100,00 99,70 98,20
Komposisi campuran

19

Aggregat 1 2
0,10
0,10
: - 1 60%
2,65
1,83
: Abu Batu
12,56 8,17
Filler 1%
1,00
1,00
Total campuran
17,09 11,91

14,00
0,06
60,00

13,80

5,78

1,51

0,27

0,13

0,10

59,84

48,03

21,51

8,45

4,61

3,43

25,00
3,45
1,00

25,00

25,00

25,00

24,99

23,82

17,51

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

1,00

91,62

75,53

47,76

33,40

23,21

14%
0,09
60,00
1,26
25%
4,69
1,00
0,98
7,60

12,7

# 4

100,00 98,58
0,42
100,00 99,74

100,00 100,00 100,00 100,00 99,94 95,28 70,02


13,78
100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

100,00 99,80
5,74

Gradasi campuran sesuai dengan specs-specs dari gradasi campuran ACWC se


perti yang diperlihatkan tabel dan grafik diatas, grafik menunjukkan bahwa varia
si ukuran agregat diatas memenuhi specs untuk pengujian sifat fisis aspal.
Tabel Kepadatan Aspal Campuran
Pengujian sifat-sifat fisis aspal menggunakan pengujian Marshall termasu
k Kepadatan aspal yang merupakan unsur yang sangat penting dalam pembuatan aspal
.Berat isi menunjukkan density atau kepadatan suatu campuran, berasal dari berat
kering briket aspal yang sudah ditimbang dikurang dengan isi contoh campuran, i
si contoh campuran ini adalah hasil pengurangan dari berat briket dalam keadaan
jenuh dikurangi dengan berat briket dalam air,ditunjukan pada tabel berikut :
Tabel 3.7 Kepadatan Aspal Campuran
% aspal terhadap campuran
Pengukuran
Berat contoh kering
(gr)
Berat contoh dlm keadaan jenuh (gr)
Berat co
ntoh
dalam air
(gr)
Isi contoh
( d - e )
Berat isi/ (Kepadatan )
( c / f )
A
B
C
D
E
f
g
4,5
I
1142,60 1148,80 658,90 489,90 2,332
II
1143,30 1148,40 656,70 491,70 2,325
III
1143,70 1150,60 657,40 493,20 2,319
Rata-rata
2,325
5,0
I
1147,40 1152,50 660,70 491,80 2,333
II
1146,60 1151,40 660,00 491,40 2,333
III
1146,20 1151,30 659,80 491,50 2,332
Rata-rata
2,333
5,5
I
1154,40 1156,40 663,50 492,90 2,342
II
1154,60 1156,20 663,20 493,00 2,342
III
1154,70 1156,30 663,60 492,70 2,344
Rata-rata
2,343

6,0

I
II
III
Rata-rata
6,5
I
II
III
Rata-rata

1155,50 1158,40 664,90 493,50 2,341


1155,40 1158,70 665,90 492,80 2,345
1155,30 1158,70 665,60 493,10 2,343
2,343
1164,30 1167,00 668,80 498,20 2,337
1163,50 1166,10 668,90 497,20 2,340
1164,70 1168,20 669,50 498,70 2,335
2,338

Kepadatan dari beberapa variasi kadar aspal menunjukkan hasil yang tidak
jauh berbeda yaitu sekitar 2,3 seperti ditunjukkan pada Tabel 3.8 diatas.
Data Stabilitas Aspal Campuran
Data stabilitas aspal campuran dengan beberapa variasi kadar aspal dapat
ditunjukkan oleh Tabel 3.8 sebagai berikut.
Tabel 3.8 Tabel Stabilitas Aspal campuran
% aspal terhadap campuran
Pengukuran
Pembacaan arloji stabilitas
Stabilitas yang telah dikoreksi
4,5
I
215
1110
II
213
1099
III
215
1110
214
1106
5,0
I
215
1110
II
215
1110
III
219
1130
216
1117
5,5
I
220
1136
II
220
1136
III
216
1115
219
1129
6,0
I
218
1125
II
219
1130
III
218
1125
218
1127
6,5
I
225
1108
II
225
1108
III
226
1113
225
1110
Stabilitas aspal campuran didapat dari pembacaan arloji stabilitas secar
a langsung yang dihitung dengan proving ring atau kalibrasi alat stabilitas sepe
rti yang ditunjukkan tabel diatas setelah di kali dengan proving ring yang merup
akan stabilitas yang sudah dikoreksi.
Tabel Kelelehan (flow test) Aspal Campuran
Kelelehan Aspal didapat pada saat bersamaan dengan pembacaan arloji pada
saat pengujian stability. Pengujian kelelehan ini digunakan arloji kelelehan di
mana dipasang diatas alat stability dan sinkron dengan arloji pembaca stabilitas
. Tabel kelelehan ditunjukkan pada tabel 3.9 sebagai berikut.
Tabel 3.9. Kelelehan (flow test) Aspal Campuran
Kelelehan aspal campuran pada tabel diatas menunjukkan bahwa kelelehan b
erkisar pada 3 mm.
Tabel Persentase Rongga Diantara Agregat atau VMA (Voids In the
Mineral Aggregate).
Persentase rongga diantara agregat ini sangat dipengaruhi oleh gradasi c
ampuran agregat, semakin memenuhi specs maka rongga diantara agregat tidak akan
terlalu besar, artinya agregat akan saling mengisi kekosongan. Berikut merupakan
tabel VMA.
Tabel.3.10 Persentase Rongga Diantara Agregat atau VMA
(Voids In the Mineral Aggregate)
% aspal terhadap campuran
% Rongga diantara aspal

4,5
5,0
5,5
6,0

14,88
15,05
15,15
15,58

6,5

16,23

Persentase rongga diantara agregat yang ditunjukkan pada tabel yaitu ber
kisar 14 - 16.%
Tabel Persentase Rongga Terhadap Campuran atau VIM (Void in mix)
Persentase rongga terhadap campuran dapat ditunjukkan pada tabel 3.11 s
ebagai berikut.
Tabel 3.11 Persentase Rongga Terhadap Campuran atau VIM (Void in mix)
% aspal terhadap campuran
% Rongga Terhadap Campuran
4,5
6,51
5,0
5,52
5,5
4,42
6,0
3,71
6,5

3,24

Persentase rongga terhadap campuran itu dipengaruhi oleh Berat jenis da


n nilai persentase VMA.
Analisis
Tabel-Tabel diatas menunjukkan beberapa variasi kadar aspal terhadap sifat fisi
s dari aspal campuran yang meliputi kepadatan, stabilitas, kelelehan, persentase
rongga diantara agregat (VMA) dan persentase rongga terhadap campuran(VIM).
Semua pemeriksaan diatas sangat dipengaruhi oleh berat jenis sampel material bat
uan yang digunakan karena,Berat jenis dilakukan untuk mengetahui berapa perband
ingan antara berat dari satuan volume dari suatu material terhadap berat air den
gan volume yang sama pada temperatur yang ditentukan. Nilai-nilainya adalah tanp
a dimensi.Berat jenis sangat tergantung kepada berat isi dari suatu batuan , p
ori-pori atau rongga dasri batuan, dan penyerapan batuan yaitu banyaknya air yan
g diserap oleh batuan tersebut.berat jenis yang baik itu adalah < 3 sehingga pem
eriksaannya harus memenuhi standar SNI 03-1970-1990. Penyebab didapatnya berat j
enis dari suatu batuan itu lebih dari 3 adalah tergantung berat isi dari batuan,
pori-pori yang sangat kecil serta penyerapan yang terjadi terlalu sedikit.Berat
jenis batuan yang didapat pada pengujian ini adalah sekitar 2.72 untuk ketiga uk
uran sampel.
Selain dari pemeriksaan berat jenis, sieve sangat penting karena merupakan anali
sa butiran menggunakan seperangkat alat sieve sesuai dengan standar pemeriksaan
SNI 1968-1990
F AASHTO T 27 -82. Data sieve dan jumlah total dari berat sampel s
ieve digunakan untuk pedoman dalam mengkombinasikan komposisi aspal. Komposisi a
spal ini terdiri dari agregat dan aspal murni yang berfungsi untuk mendapatkan h
asil kombinasi.Kombinasi yang harus dibuat tidak boleh melewati specs dari kurva
, batas bawah menyatakan kalau ukuran sampel terlalu kasar dan batas bawah itu m
enyatakan ukuran sampel terlalu halus.
Kombinasi adalah nilai campuran yang harus digunakan dalam pembuatan sampel aspa
l campuran. Dalam membuat kombinasi sangat bergantung pada data sieve pada seti
ap saringan. Berdasarkan hasil data Sieve agregat 0.5 -1, 1
2, dan abu batu maka
didapatlah komposisi campuran ACWC yaitu abu batu sebanyak 25%, agregat - 1 seb
anyak 60 %, agregat 1-2 sebanyak 14 % dan semen sebanyak 1 %. Komposisi yang d
idapat berdasarkan perhitungan batas untuk specs gradasi tidak boleh melebihi b
atas atas dan batas bawah sesuai dengan SNI.
Dari pengujian yang telah dilakukan didapat kadar aspal sekitar 5.5%, ja
di untuk pengujian marshall kita menggunakan kadar aspal dengan variasi 4.5% , 5
.0% , 5.5% , 6.0%, dan 6.5 %. Kadar aspal pada setiap percobaan dihitung dengan
mengalikan berat masing-maasing agregat yang sudah dipanaskan hingga suhu 145C de
ngan kadar aspal yang sudah ditentukan, sehingga setelah ditambahkan persentase

kadar aspal dari berat agregat maka campuran aspal dapat dicompact sehingga dapa
t dijui stabilitasnya.
Pengujian stabilitas aspal campuran pada pengujian ini berguna untuk mem
peroleh pengukuran kestabilan suatu lapisan jalan yang akan dihampar dilapangan
yang bisa memenuhi umur rencana suatu jalan. Stabilitas aspal ini tidak boleh ku
rang dari 800.Jika tidak artinya kurang stabil dan tidak bisa dipakai dalam pemb
uatan jalan. Pada pengujian yang dilakukan untuk kadar aspal 4.5% -6.5 % . Nilai
stability yang didapat 1000 artinya perencanaan kadar aspal yang didapat, bisa
digunakan sebagai acuan pembuatan lapisan jalan. Namun stabilitas dan kelelehan
sangat tergantung pada nilai optimum dari kepadatan.
Berikut ini merupakan analisa grafik dari beberapa sifat fisis aspal cam
puran yang terdiri dari 5 grafik.
Grafik Kepadatan
Untuk pengujian kepadatan dilakukan dengan lima kadar aspal yang berbeda
dapat dilihat pada Gambar 3.23.
Gambar 3.23. Hubungan kadar aspal terhadap kepadata
n
Grafik hubungan kadar aspal dengan kepadatan berbentuk parabol, dimana p
ada saat kadar 4.5 % kepadatannya 2,320 gr/cc dan mulai naik pada kadar aspal 6.
1% sebanyak 2,341 gr/cc dan merupakan nilai optimum dari kepadatan. Pada saat le
bih dari 6.1% kepadatan menurun disebabkan kadar aspal yang terlalu banyak akan
menyelimuti seluruh rongga agregat, sedangkan untuk perkerasan harus menyisakan
sedikit rongga agar memiliki ruang untuk mendapatkan tekanan pada saat diberi
beban.
Grafik Stability
Untuk pengujian stabilitas sejalan dengan kepadatan karena pengujian dilakukan d
alam satu sampel yang sama dengan lima kadar aspal yang berbeda dapat dilihat pa
da Gambar 3.24.
Gambar 3.24 Kadar Aspal Terhadap Stabilitas
Grafik hubungan satability dan kadar aspal diperoleh dari pembacaan arlo
ji stabilitas pada saat percobaan marshall dengan memberikan tekanan pada briket
aspal. Untuk mendapatkan angka stabilitas harus mendapatkan nilai kepadatan ter
lebih dahulu Grafik yang terbentuk parabola, naik pada kadar 5% yaitu sebesar
1125Kg, dan maksimum pada 1136 Kg, dimana itu merupakan nilai maksimal dari stab
ilitas pemeriksaan ini, dan turun pada kadar 6%,berdasarkan nilai optimum kepada
tan pada 6.1 % maka stabilitas yang paling baik sekitar 1130 Kg. Stabilitas sebu
ah aspal hasilnya tidak boleh kurang dari 800 artinya aspal yang digunakan memil
iki stabilitas yang sangat baik, semakin tinggi akan lebih semakin baik.
Grafik kelelehan
Untuk pengujian Kelelehan sejalan dengan pengujian stabilitas karena pen
gujian dilakukan dalam satu sampel dan satu alat marshall(pengujian stability da
n flow test) dengan lima kadar aspal yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.25
.
Gambar 3.25 Hubungan Kadar Aspal Terhadap Kelelehan(flow)
Stabilitas sejalan dengan flow atau kelelehan aspal yang diperoleh dari
flow meter pada saat percobaan marshall briket aspal yang sudah diuji terlihat p
ada Gambar 3.25. Hubungan kadar aspal dengan kelelehan juga seperti parabol maks
imalnya terdapat pada kadar aspal 4.5 % sekitar 3.47 mm dan minimumnya terdapat
pada kadar aspal 5.5% dan mulai naik kembali setelah kadar aspal melebihi 5.5%
ini disebabkan jika kadar aspal dipakai semakin tinggi kelelehan yang terjadi ju
ga semakin tinggi . Kelelehan yang baik adalah diatas nilai 3, pada percobaan d
iperoleh kelelehan 3.15 mm pada kadar 6.1 % berdasarkan grafik kepadatan.
Gambar 3.26 Briket yang sudah diuji stabilitasnya

Gambar diatas merupakan hasil dari pengujian stabilitas aspal dimana dapat dilih
at sebagian briket aspal pecah, karna tidak sanggup menahan beban atau tekanan y
ang diberikan oleh alat stability. Briket yang pecah ini berarti briket tersusun
atas material batuan yang kurang baik penyerapannya dan memiliki pori-pori yang
kecil. Pori-pori yang kecil sangat mempengaruhi banyak sedikitnya aspal yang da
pat meresap jauh kedalam material batuan tersebut sehingga material batuan terse
but akan tahan sesuai dengan perencanaan pembuatan jalan oleh karena itu Berat
jenis sangat mempengaruhi nilai stabilitas dari aspal, karena pemeriksaan berat
jenis dapat mengetahui berapa penyerapan aspal yang baik dan specs kualitas mat
erial yang baik untuk diuji kestabilannya.
Grafik VMA
Untuk grafik VMA atau Voids in the mineral agregate merupakan persentase rongga
diantara agregat terhadap 5 kadar aspal berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.27.
Gambar 3.27 Hubungan Kadar Aspal Terhadap VMA
VMA merupakan % rongga diantara agregat .Grafik diatas adalah grafik hub
ungan antara kadar aspal dan % VMA, dimana % VMA merupakan persen rongga diantar
a agregat berbanding lurus, % VMA yang didapat adalah sekitar 15.6% saat kadar a
spal mencapai 6.1 %. Untuk VMA jika semakin tinggi kadar aspal yang dipakai maka
semakin tinggi pula persentase ronggga VMA, karena semakin banyak kadar aspal y
ang dipakai maka semakin banyak pula aspal tersebut mengisi rongga VMA dalam agr
egat sehingga persentase rongga VMA yang terisi aspal juga semakin tinggi.
Grafik VIM
Untuk Grafik VIM atau Voids in mix yang merupakan persentase rongga terh
adap campuran dengan lima kadar aspal yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 3.2
8.
Gambar 3.28 Hubungan Kadar Aspal Terhadap VIM
VIM merupakan persen rongga terhadap campuran aspal. Hubungan Kadar aspa
l dengan VIM yaitu persen rongga terhadap campuran berbanding terbalik, jika ka
dar aspal semakin tinggi persentase VIM yang didapatkan akan semakin rendah, nil
ai persentase VIM yaitu sekitar 3.2 % saat kadar aspal 6.1 % tergantung persen
tertinggi dari kepadatan.Persentase rongga terhadap campuran kecil. Karena semak
in banyaknya kadar aspal maka rongga dalam campuran akan semakin sedikit karena
terselimuti aspal.
Pembahasan
Dari pengujian yang dilakukan tentang persentase kadar aspal terdapat pengaruh k
adar aspal terhadap sifat-sifat fisis aspal yang meliputi kepadatan, stabilitas
, kelelehan, VMA (Voids in the mineral agregate) yaitu persentase rongga diantar
a agregat dan VIM ( Voids in mix) yaitu persentase rongga terhadap campuran. Pen
garuh ini disebabkan oleh persentase kadar aspal yang berbeda menyebabkan hasil
dari pengujian berbeda-beda pula.
Ketika penambahan kadar aspal mencapai 6.1% kepadatan mencapai hasil optimum nam
un ketika kadar aspal lebih dari 6.1 % kepadatan menurun, Karena jika kadar aspa
l terlalu banyak maka kestabilan dari aspal tidak akan optimum sebab aspal cair
akan mengisi rongga-rongga agregat, dan jika terlalu banyak mengisi rongga dan t
idak menyisakan sedikit rongga maka kepadatan akan menurun dan dapat menyebabka
n suatu perkerasan jalan mengalami bleeding. Begitu juga dengan stabilitas,kelel
ehan, VMA dan VIM.
Untuk pengujian kepadatan didapatkan hasil maksimum sebesar 2.341 gr/cc yaitu pa
da saat kadar aspal 6.1%, berarti pada saat kadar aspal 6.1% merupakan kepadatan
yang baik untuk digunakan dalam perencanaan jalan dan kepadatan maksimum merup
akan tolak ukur semua pengukuran sifat fisis aspal campuran. Karena menurut Sri
(2003) Nilai kepadatan dipengaruhi oleh faktor seperti gradasi campuran, jenis da
n kualitas bahan penyusun faktor pemadatan termasuk jumlah pemadatan, temperatur
pemadatan dan kandungan aspal dan penggunaan bahan tambahan (additive) dalam ca
mpuran dan Kepadatan optimum akan meningkatkan kestabilan dan kekuatan campuran s
erta mengurangi tendensi terjadinya alur-alur berkas roda akibat lalu lintas .

Kualitas bahan material sangat penting disini jika materialnya memiliki karakter
istik yang buruk artinya material rapuh dan tidak memenuhi standarisasi perencan
aan dalam pembuatan jalan. Selain itu material yang diujikan disini adalah batu
an oleh sebab itu jenis batuan sangat penting diketahui sehingga berat jenis jug
a dapat diukur dan dibandingkan.
Selanjutnya pengujian Stabilitas dan kelelehan dilakukan sejalan, dengan nilai s
tabilitas tertinggi 1136 kg yaitu pada saat kadar aspal 5.5% , stabilitas tertin
ggi adalah stabilitas yang baik untuk perncanaan pekerjaan jalan. Wirahaji (2013
) menegaskan bahwa Kadar aspal yang baik diperlukan adalah kadar aspal yang optim
um artinya yang memberikan stabilitas tertinggi .
Untuk kelelehan digunakan yang baik digunakan yaitu saat kadar aspal mencapai 6.
1% yaitu hasilnya 3.15 mm. Menurut SNI 06-2489-1991 nilai kelelahan (plastisita
s) aspal campuran yang baik adalah < 3.karena kelelehan sangat tergantung pada n
ilai maksimum dari kepadatan yaitu saat kadar aspal 6.1% maka pada kadar itulah
yang baik untuk digunakan dalam perencanaan pembuatan jalan.
Untuk pengujian VMA atau persentase rongga terhadap agregat didapatkan hasil ma
ksimum 16.3 % , namun yang baik digunakan adalah hasil VMA pada saat persentase
kadar aspal kepadatan yang optimum yaitu kadar aspal 6.1 % sebesar 15.5 %. Untuk
pengujian VIM atau persentase rongga terhadap campuran didaptkan 3.2 % yang bai
k digunakan saat kadar aspal 6.1%.
Pada saat didapatnya kepadatan maksimum keadaan aspal campuran memiliki waktu ke
stabilan yang lama. Jika tidak didaptkan pada angka kestabilan yang masimum memp
engaruhi keadaan lalu lintas jalan, dan pada kepadatan aspal yang terjadi masih
mempunyai rongga-rongga (VIM) kosong yang belum signifikan, walaupun rongga ini
tetap dibutuhkan namun ukuran rongga kecil tidak mempengaruhi pada saat kestabi
lan maksimum.

BAB IV
PENUTUP
KESIMPULAN
Kadar aspal yang diperlukan dalam suatu campuran lapis perkerasan adalah
kadar aspal optimum yang memberikan stabilitas tertinggi pada lapis perkerasan,
dimana persyaratan sifat fisis yang lainnya juga dipenuhi seperti nilai VIM, f
low, VMA, kepadatan dan stabilitas aspal campuran. Kadar aspal pada suatu campur
an AC mempengaruhi nilai Specific gravity(SG), Voids in Mix(VIM), Voids In The M
aterialagregate (VMA),stability dan , flow(kelelehan).
Specific gravity akan bertambah dengan bertambahnya kadar aspal sampai p
ada batas maksimum kemudian nilainya menurun.VIM(Voids in Mix) menurun secara ko
nsisiten dengan bertambahnya kadar aspal.VMA(Voids in Material Agregate) umumnya
menurun sampai pada batas tertentu, kemudian naik dengan bertambahnya kadar asp
al. Stability naik dengan bertambahnya kadar aspal sampai batas tertentu kemudia
n turun. Flow secara konsisten terus naik dengan bertambahnya kadar aspal sampai
batas tertentu kemudian menurun.
SARAN
Sebaiknya pengujian aspal campuran dilakukan dengan lebih teliti, baik d
ari segi pengukuran maupun perhitungan, karena ketelitian dalam perhitungan dan
pengolahan data dapat mempengaruhi hasil dari pengujian.
DAFTAR PUSTAKA
Sukirman, Silvia.2003.Beton Aspal Campuran Panas.Jakarta:Yayasan Pustaka Obor In

donesia.
Laoli, Maria Estela dkk.2013. Kajian Penyebab Perbedaan Berat Jenis Maksimum Cam
puran Beraspal Panas yang dihitung Berdasarkan Metode Marshall dengan dicari lan
gsung Berdasarkan AASHTO T209.Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil, Universitas
Sam Ratulangi.
Achmad, Fadly.2010. Tinjauan Sifat-Sifat Agregat Campuran Aspa Panas (Studi Kasu
su Beberapa Quarry di Gorontalo).Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universita
s Negeri Gorontalo.
Wirahaji, Ida Bagus.2012. analisis Kadar Aspal Optimum Laston Lapis aus Pada Rua
s Jalan Simpang Sakah-Simpang Blahbatuh.. Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Sipil
UNHI.
Atmaja,Sri dkk.2013.Deteksi Tingkat Kepadatan Laboratorium Laston Menggunakan An
alisis Gelombang Seismik Primer (156M).Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Univ
ersitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Masagala,Algazt.2012.http://algaztmasagala.wordpress.com/2012/04/20/pengujian-as
pal-dengan-metode-marshall/.diakses pada 06 agustus 2014.
Eater,Earth.http://1902miner.wordpress.com/bahan-galian/aspal-bitumen/. Diakses
pada 06 agustus 2014.
Tikusracun.2012.http://tikusracu.blogspot.com/2012/12/ac-wc-asphalt-concrete-wea
ring-course.html diakses pada 12 agustus 2014
Standar Nasiona Indonesia 06-2489-1991.Campuran beraspal, Metode pengujian denga
n alat Marshall
Standar Nasional Indonesia 1970-1990
F / AASHTO T-84-74.Pemeriksaan Berat Jenis
Agregat Halus
Standar Nasional Indonesia 1968-1990 F / AASHTO T 27
82. Analisa Pembagian Butir
an.
Standar Nasional Indonesia 03-1969-1990.Penentuan S.P. Gravity Batuan.
Raven,Kiki.2013.Hukum Archimedes dan Penerapannya. http://pengetahuan-olandsky.b
logspot.com/2013/04/hukum-archimedes-dan-penerapannya.html diakses pada tanggal
24 Desember 2014
Anas,Tahir.2009.Karakteristik Campuran Beton Aspal (AC-WC) dengan menggunakan Va
riasi Kadar Filler Abu Terbang Batu Bara. SMARTek.

Anda mungkin juga menyukai