Anda di halaman 1dari 19

OBSERVASI ALAT UKUR DI BENGKEL PEMESINAN SMKN 5 PADANG

Mata Kuliah : Metrologi Industri

Materi Praktikum : Minggu ke 15

Dosen Pengampu : Febri Prasetya, S.Pd.,M.Pd.T

Kelompok 4

Nama :
Muhammad Zevio Agustino 21067056

Reyhan Pratama 21067061

Tanggal Praktikum : 07 Juni 2023

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Di era globalisasi saat ini penyiapan dan peningkatan mutu Sumber Daya Manusia (SDM)
merupakan suatu masalah yang perlu mendapat perhatian utama, khususnya bagi lembaga-lembaga
pendidikan sebagai produsen tenaga kerja. Era globalisasi juga menyebabkan semakin terbukanya
untuk bekerjasama, saling mengisi dan melengkapi untuk memperoleh keuntungan bersama. Semua
jenis pekerjaan yang tercipta dalam era globalisisai membutuhkan sumber daya manusia yang
profesional dalam bidangnya.
Kenyataan yang ada di lapangan, salah satu pokok masalah yang dihadapi bangsa ini dalam era
globalisasi adalah kondisi Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah yang dicermati dari
pemilikan latar pendidikannya. Peningkatan kualitas SDM menjadi perhatian semua pihak, terlebih
dalam suasana krisis multidimensi yang terjadi saat ini, masyarakat membutuhkan dukungan
berbagai pihak untuk menghadapi persaingan bebas. Untuk itu pendidikan memegang peranan
penting bagi peningkatan kualitas sumber daya yang dimiliki. Dalam hal ini para pelaku
pembangunan pendidikan berupaya untuk menaikkan derajat mutu pendidikan Indonesia agar dapat
bersaing dalam pasar tenaga kerja dengan menyesuaikan pembangunan pendidikan itu sendiri.
Menurut Surya (2007:5), dinyatakan bahwa pendidikan diperlukan untuk meraih kedudukan dan
kinerja optimal pada setiap pekerjaan dilakukan. Pendidikan adalah sebuah sistem formal yang
mengajarkan tentang pengetahuan, nilai-nilai dan berbagai keterampilan (Dalam Susi Susilawati
Harahap, 2009:88).
Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan salah satunya seperti yang telah dimuat dalam
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang di dalamnya
mencakup dasar dan tujuan, penyelenggaraan pendidikan termasuk wajib belajar, penjaminan
kualitas pendidikan serta peran masyarakat dalam sistem pendidikan nasional. Kebijakan tersebut
dibuat untuk menghasilkan Pendidikan Indonesia yang baik dan lulusan berkualitas di sektor jenjang
pendidikan. Untuk mendukung hal tersebut terlebih dahulu menentukan standar yang harus menjadi
acuan pelaksanaan kegiatan pendidikan, maka untuk itu pemerintah mengeluarkan Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian
dibentuk pula Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) sebagai badan yang menentukan 8
(delapan) standar dan kriteria pencapaian penyelenggaraan pendidikan.
Adapun standar-standar yang menjadi dasar bagi penyelenggaraan pendidikan sebagaimana yang
diatur dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 (Peraturan Pemerintah, 2005:4)
tersebut yaitu; (1) Standar Isi; (2) Standar Proses; (3) Standar Kompetensi Lulusan; (4) Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan; (5) Standar Sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7)
Standar Pembiayaan; dan (8) Standar Penilaian Pendidikan.

Namun pada observasi ini yang menjadi bahasan kelompok adalah standar sarana dan prasarana
yang diterapkan oleh Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 5 Padang.

Hasil observasi di sekolah SMKN 5 Padang ditemukan masalah pada sarana prasarananya yaitu
ada beberapa alat ukur yang digunakan untuk melaksanakan praktikum di bengkel pemesinan
SMKN 5 Padang ada yang tidak layak untuk digunakan sebagai alat mengukur benda kerja/job yang
ditugaskan oleh guru guna benda kerja/job itu menjadi hasil penilaian guru terhdap kinerja murid-
murid jurusan pemesinan.
Hal ini mengakibatkan beberapa siswa terkendala dalam melakukan pengukuran pada saat
praktikum sedang berlangsung. Jika kondisi praktikum terus menerus seperti ini, maka hasil dari
praktikum yang dilakukan oleh para murid jurusan pemesinan akan selalu mengalami kesalahan
dalam pengukuran dan akan berakibat pada hasil nilai yang akan dikeluarkan oleh guru yang
mengajar pada saat praktikum tersebut.
Hasil observasi ini didapat setelah melakukan kunjungan langsung ke bengkel pemesinan SMKN
5 Padang bersama rekan kelompok saya. Pada saat saya dan rekan kelompok saya datang ke bengkel
pemesinan SMKN 5 Padang kami mencoba menemui satpam sekolah tersebut guna mendapatkan
izin masuk, dan setelah dapat izin masuk, kami segera menemui guru yang menjabat sebagai kepala
bengkel pemesinan di SMKN 5 Padang tersebut guna menyampaikan niat kami dalam melakukan
pengobservasian alat-alat ukur yang ada dan yang digunakan oleh murid-murid jurusan pemesinan
di benkel pemesinan SMKN 5 Padang.
Dari semua alat ukur yang kami temui di bengkel pemesinan SMKN 5 Padang hampir
separuhnya dari alat ukur yang ada tidak layak pakai, dan juga separuh dari benda kerja/job yang
telah diberikan oleh guru ke muridnya itu mengalami kerusakan pada benda kerja/job (reject).
Dan juga separuh dari murid yang melaksanakan praktikum tersebut harus mengulang kembali
praktikumnya dan mengganti atau membeli bahan benda kerjanya tersebut diluar sekolah lebih
tepatnya ke toko material bahan, karena bahan yang tersediapun sudah ditentukan berapa yang harus
dikeluarkan oleh guru tersebut sehingga tidak bisa diberikan kembali kepada murid-murid yang
mengalami kerusakan benda kerja pada saat melaksanakan praktikumnya.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan diatas maka dapat diidentifikasi pokok-pokok masalah
antara lain sebagai berikut; (1) Belum diterapkan secara menyeluruh oleh pihak sekolah tentang
standar nasional pendidikan maupun standar pelayanan minimal yang terkait dengan sarana
prasarana perbengkelan atau laboratorium sebagai salah satu syarat keputusan yang diberikan oleh
pemerintah kepada SMKN 5 Padang; (2) Belum terdapatnya sarana prasarana peralatan alat ukur
khususnya di bidang pemesinan dengan menggunakan perangkat berbasis digital di bengkel
Jurusan Teknik Pemesinan SMKN 5 Padang yang sesuai dengan Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 40 Tahun 2008: dan (9) Untuk spesifikasi alat ukur yang terdapat Di
SMKN 5 Padang belum sepenuhnya menerapkan standar minimal yang telah diatur oleh Badan
Standar Nasional Pendidikan No. 1023-P2-10/11 Mengenai Instrumen Verifikasi SMK Tentang
Penyelenggara Ujian Praktik Kejuruan Tahun 2010/2011.

1.3. Rumusan Masalah


Dari uraian tentang permasalahan di atas dapat dirumuskan permasalahannya
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah tingkat kelayakan sarana di bengkel Jurusan Pemesinan di SMKN 5 Padang
pada saat ini?
2. Bagaimanakah tingkat kelayakan prasarana di bengkel Jurusan Pemesinan di SMKN 5
Padang pada saat ini?

1.4. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hal-hal
sebagai berikut :
1. Mengetahui sarana dan prasarana alat ukur yang digunakan di bengkel pemesinan
SMKN 5 Padang.
2. Mengetahui kondisi dari alat-alat ukur yang ada dan digunakan.
3. Mengetahui Hasil produk dari job kerja yang diberikan oleh guru.

1.5. Tinjauan Pustaka


1. Definisi alat ukur
Amik Rusdianto dkk, dalam tulisannya mengenai Instrumentasi dan Alat Ukur
mengatakan bahwa alat ukur merupakan suatu alat yang digunakan untuk melakukan
proses inspeksi terhadap suatu benda. Juga mengatakan bahwa alat ukur adalah
perangkat yang dapat digunakan untuk mengukur dimensi atau sudut. Penggunaan
alat ukur pada setiap pengukuran sangat ditentukan oleh macam kegunaan, batas ukur
dan ketelitian alat ukurnya.
Misal untuk mengukur panjang suatu benda yang diperkirakan 50 m, maka alat
yang harus dipergunakan adalah roll meter dengan batas ukur minimum senilai
dengan panjang benda tersebut.
Alat ukur ini harus memiliki ketepatan pengukuran yang baik, sehingga hasil
sesuai.Beberapa jenis instrument seperti mistar ukur dapat dibaca langsung,
sedangkan lainnya seperti Jangka Sorong digunakan untuk membandingkan ukuran.

Berikut ini merupakan jenis – jenis alat ukur yang sering dijumpai :
1. Pengukuran Linier.
A. Pembacaan Langsung
a) Penggaris
b) Mikrometer
c) Pengukuran Kedalaman
d) Perangkat Kombinasi
e) Kaliper Vernir
f) Mesin Ukur (Mekanik dan Optik)
B. Instrument Pengukuran Perbandingan
a) Jangka Sorong / Kaliper dan Pembagi
b) Pengukur Teleskop
C. Pengukuran Sudut.
a) Protaktor
b) Perangkat Kombinasi
c) Kepala Bagi
d) Batang Sinus
e) Blok Pengukur Sudut
D. Pengukuran Kerataan Permukaan.
a) Sifat
b) Alat Permukaan
c) Optimal Plat
d) Perangkat Kombinasi
e) Meter Profil
E. Pengukuran Khusus.
a) Peneumatik
b) Elektronik
c) Listrik
d) Laser

2. Konsep Umum Alat Ukur


Secara umum, konsep Alat Ukur dapat digambarkan dalam dua kategori pokok
pertama operasi dan daya guna dilihat dari unsur – unsur fungsionil sistem alat ukur
dan kedua dilihat dari karaktristik statis dan dinamisnya. Unsur – unsur fungsionil alat
ukur atau sistem pengukuran secara umum meliputi unsur primer, unsur pengkonversi
perubah (variabel), unsur pengubah (manipulator) perubah unsur pengiriman data
ditanggapi oleh indera manusia.
Untuk lebih jelasnya lihat pada gambar berikut ini :

(Gambar 2.1 unsur-unsur Fungsional Sistem Pengukuran).

3. Karakteristik Kerja Alat Ukur


Menurut Anizar dkk, dalam tulisannya yang berjudul Instrumentasi dan Alat Ukur
menyebutkan bahwa karakteristik alat ukur dapat dibedakan menjadi beberapa karakter
seperti dibawah ini:
a. Karakteristik Statis
Ditetapkan suatu kriteria daya guna alat ukur yang menggambarkan yang bermakna
mengenai kualitas pengukuran tanpa memperhatikan gambaran dinamis yang
melibatkan persamaan deferensial.
b. Kalibrasi
Mengacu kepada keadaan dimana setiap masukan kecuali satu nilai yang
dipertahankan tetap. Masukan yang dipelajari tersebut kemudian diubah-ubah
sepanjang rentang nilai konstan tertentu. Pada penggunaan yang berkesinambungan,
mungkin terjadi bahwa setelah beberapa waktu alat ukur mengalami kesalahan
penyetelan menyebabkan kesalahan nilai nol. Jadi bagi bagi semua jenis alat ukur
kalibrasi angka nol dan jangka waktunya perlu diperhitungkan. Penting pula bagi
pemakai bagaimana kalibrasi itu dilakukan.
c. Ketelitian
Reproduksibilitas atau juga sering didengar dengan kata Ketelitian. Ketelitian
pembacaan merupakan kecocokan antara pembacaan – pembacaan itu sendiri. Jika
nilai yang sama dari perubah yang terukur, diukur beberapa kali dan memberikan hasil
yang kurang lebih sama. Maka alat ukur tersebut dapat dikatakan alat ukur dengan
reproduksibilitas dan ketelitian yang tinggi.
d. Ketepatan
Ketepatan didefinisikan sebagai tingkat perbedaan yang sekecil - kecilnya antara
nilai pengamatan dengan nilai yang sebenarnya. Untuk memperoleh ketepatan yang
diharapkan, kalibrasi alat ukur perlu dilakukan secara berkala dengan menggunakan
standar konstan yang telah diketahui.
e. Kepekaan
Kepekaan alat ukur secara umum mengacu kepada dua hal. Pada beberapa kasus
kepekaan menyatakan perubahan terkecil nilai perubah yang diukur dimana alat ukur
memberikan tanggapan sementara aliran pemikiran lain menganggap kepekaan sebagai
ukuran perubahan yang dihasilkan dari alat ukur untuk suatu perubahan perubah yang
diukur.
f. Jangkauan
Jangkauan atau rangeabilitas dari instrument biasanya diartikan perbandingan
pembacaan meter maksimum ke pembacaan meter minimum dimana kesalahan kurang
dari harga yang dinyatakan. Dalam hal ini pengukuran yang mempunyai jarum atau
pena, ketidakmampuan pemakai untuk menafsirkan perpindahan kecil dari jarum atau
pena secara tepat, membatasi jangkauan.
g. Kesalahan Pengukuran
Tingkat kegagalan dalam menspesifikan besaran ini dilakukan secara pasti dan
berarti pula variasi kuantitas nilai yang dinyatakan dari nilai sebenarnya merupakan
kesalahan pengukuran.
h. Karakteristik Dinamis
Karakteristik dinamis suatu alat ukur adalah fungsi waktu. Hubungan masukan
dengan keluaran dinyatakan dalam bentuk persamaan diferensial. Karakteristik utama
adalah kecepatan dalam tanggapan dan kecermatan.
BAB II

ALAT DAN BAHAN

2.1. Alat

Alat Ukur Yang Ada dan Di Gunakan Di Bengkel Pemesinan SMKN 5 Padang

1) Jangka Sorong
Jangka sorong digunakan untuk mengukur Diamter benda kerja, Kedalaman lubang pada
benda kerja, dan Panjang benda kerja. Jangka sorong memiliki 2 skala nonius, ada yang 0.02
dan 0.05 mm.
Keadaan Alat :
- Skala masih akurat.
- Rahang geser bergerak dengan baik.
- Masih layak pakai.

(Gambar 1.1 Jangka Sorong).

2) Height Gauge
Height gauge adalah sebuah alat pengukuran yang berfungsi mengukur tinggi benda terhadap
suatu bidang acuan atau bisa juga untuk memberikan tanda goresan secara berulang terhadap
benda kerja sebagai acuan dalam proses permesinan.
Keadaaan Alat :
- Masih layak digunakan
- Jenis-jenis Height Gauge :
- Height Gauge Manual.
- Height Gauge Digital.
Kelebihan dan Kekurangan height gauge :
Di luar fungsi dasarnya, height gauge hadir dengan banyak keunggulan yang membedakannya
dari alat pengukuran presisi lainnya. Keunggulan utama dari height gauge adalah memiliki
lower end gage yang menawarkan berbagai kemampuan dan akurasi, sangat fleksibel
menyesuaikan kebutuhan Anda. Meskipun height gauge hadir dengan berbagai fitur dan
tingkat presisi, di setiap tingkatannya height gauge merupakan alat yang dapat menyertakan
indicator yang sederhana atau perangkat kalkulasi bawaan. Height gauge juga tersedia dalam
bentuk manual atau digital, dan fitur spesifik lainnya.
Keunggulan lainnya dari height gauge adalah memiliki tinggi presisi dan akurasi yang ekstrim
dalam setiap pengukuran. Dulu, height gauge umumnya terbuat dari bahan seperti solid cast
iron yang mempengaruhi berat dan stabilitasnya, namun saat ini height gauge terbuat dari
bahan yang ringan sehingga tidak mempengaruhi tingkat akurasinya. Height gauge modern
telah dibuat dengan tingkat resolusi yang luar biasa.

(Gambar 2.1 Height Gauge).

3) Micrometer
Mikrometer atau biasa disebut micrometer sekrup adalah alat yang digunakan untuk mengukur
benda-benda berukuran kecil/tipis, atau yang berbentuk pelat dengan tingkat presisi yang
cukup tinggi. Mikrometer sekrup memiliki ketelitian 0,01 mm.
Keadaan :
- Kalibrasinya kurang akurat.
- Tabung putar macet.
- Tidak layak pakai.
(Gambar 3.1 Mikrometer).

4) Penggaris siku
Berfungsi sebagai pengukur sudut apakah sudut yang dibuat sudah memiliki sudut siku yang
pas.
Keadaan alat :
- Garis ukur yang tertera sudah tidak terbaca.
- Penggaris sudah tidak siku, bengkok, dan cacat.
- Tidak layak pakai.

(Gambar 4.1 Penggaris Siku).

5) Waterpass
Berfungsi sebagai untuk mengukur atau menentukan sebuah benda atau garis dalam posisi rata
baik pengukuran secara vertical maupun horizontal.
Keadaan alat :
- Saat digunakan waterpass masih berfungsi dengan baik.
- Masih layak pakai.
(Gambar 5.1 Waterpass).

2.2. Bahan
6) Besi Tuang (Cast Iron).
7) Kuningan.
8) Aluminium.

(Gambar. 6.1 Bahan Aluminium).


BAB III

PROSEDUR KERJA

Berikut adalah prosedur kerja menggunakan alat ukur :

1) Jangka Sorong
Cara menggunakan jangka sorong untuk untuk mengukur lebar atau panjang atau diameter
luar ialah dengan menjepitkan benda yang akan diukur di antara rahang tetap dan rahang geser
yang berukuran besar. Pastikan benda yang diukur tidak miring. Setelah terjepit erat,
kencangkan baut dan lepaskan benda yang diukur.

2) Height Gauge
- Bersihkan area kerja dan pastikan permukaan tempat untuk menaruh Height Gauge bebas
dari kotoran apapun.
- Lalu bersihkan permukaan Height Gauge.
- Selanjutnya pasang rahang pengukur (measuring jaw) Height Gauge dan bersihkan juga.

3) Micometer
- Pertama, letakkan benda yang ingin diukur pada bagian poros tetap. ...
- Setelah itu, putar bagian thimble agar dapat terjepit oleh poros tetap dan poros geser.
- Lalu, putar poros ratchet atau poros geser yang berukuran lebih kecil untuk menghasilkan
perhitungan yang presisi.

4) Penggaris Siku Ukur


- Posisikan penggaris siku terhadap sudut benda kerja
- pastikan siku sudah tegak lurus terhadap benda kerja

5) Waterpass
Pastikan alat dipegang dengan tenang tanpa getaran dan tunggu hingga gelembung sudah
berhenti bergerak. Perhatikan letak gelembung yang ada di lingkaran, jika gelembung terlihat
di antara dua garis maka ini menunjukkan bahwa bidang atau benda yang diukur sudah sejajar.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

1) Jangka Sorong:

Hasil Observasi: Jangka sorong layak digunakan untuk mengukur dimensi objek dengan presisi tinggi.
Skala pada jangka sorong terdiri dari skala utama dan nonius. Pengukuran dilakukan dengan mengatur
jangka sorong pada objek yang akan diukur dan membaca hasil pengukuran dari skala utama dan nonius.

Pembahasan: Jangka sorong sangat berguna dalam pengukuran dimensi yang membutuhkan ketelitian
tinggi. Skala nonius pada jangka sorong memungkinkan pengukuran dengan ketelitian hingga fraksi dari
satu satuan terkecil pada skala utama. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang sangat akurat.

(Gambar 1. Pengukuran Diameter Benda Kerja Menggunakan Alat Ukur Jangka Sorong).

2. Mikrometer:

Hasil Observasi: Alat ukur Mikrometer di SMKN 5 Padang tidak layak digunakan karena kondisi dari
micrometer tersebut sudah macet sehingga tidak dapat tabungnya diputar dan tidak dapat melakukan
pengukuran pada benda kerja.

Pembahasan: Mikrometer digunakan ketika diperlukan pengukuran yang lebih presisi dibandingkan
jangka sorong. Skala pada mikrometer memiliki tanda pembacaan yang sangat kecil, memungkinkan
pengukuran hingga satuan terkecil yang ditampilkan pada skala. Mikrometer sangat cocok untuk
pengukuran diameter, ketebalan, dan jarak antara permukaan yang sangat kecil.
(Gambar 2. Mikrometer)

3. Height Gauge (Tinggi Gauge):

Hasil Observasi: Height gauge di SMKN 5 Padang masih layak untuk digunakan. Dan height gauge
adalah alat ukur yang digunakan untuk mengukur ketinggian objek dengan tingkat akurasi tinggi. Alat ini
terdiri dari penunjuk yang dapat disesuaikan dan skala yang memungkinkan pembacaan hasil pengukuran
dengan ketelitian tinggi.

Pembahasan: Height gauge digunakan untuk mengukur perbedaan tinggi objek, tinggi ndustry, atau
ketebalan yang memerlukan akurasi tinggi. Alat ini umumnya digunakan dalam ndustry manufaktur
untuk memastikan kepresisian dalam proses produksi, seperti dalam pengukuran ketebalan material atau
tinggi permukaan objek yang harus disesuaikan dengan toleransi yang ketat.

(Gambar 3. Pengukuran Menggunakan Alat Ukur Height Gauge).

4. Penyiku:

Hasil Observasi: Pada hasil observasi alat ukur yaitu penyiku di bengkel pemesinan SMKN 5 Padang
penyiku tersebut tidak layak digunakan karena sudah tidak dapat memberikan informasi ukuran atau
ukuran yang harus tertera di alat ukur tersebut sudah rusak garis-garis dan angkanya. Dan penyiku adalah
alat ukur yang digunakan untuk mengukur atau menggambar sudut yang tepat. Alat ini biasanya terbuat
dari bahan logam dengan tepi yang lurus dan tegak lurus terhadap permukaannya.

Pembahasan: Penyiku digunakan untuk membantu dalam pengukuran sudut yang tepat atau dalam
pembuatan garis yang lurus dan tegak lurus. Alat ini banyak digunakan dalam berbagai bidang, seperti
konstruksi, perencanaan, atau penggambaran teknik, di mana keakuratan sudut dan garis yang lurus
penting.

(Gambar 4. Pengukuran Menggunkan Alat Ukur Penyiku).

5. Waterpass (Water Level):

Hasil Observasi: Pada hasil observasi kelompok kami mengenai alat ukur berupa waterpass di bengkel
pemesinan SMKN 5 Padang, waterpass tersebut masih berfungsi dengan baik dan masih layak digunakan.
Dan waterpass adalah alat ukur yang digunakan untuk menentukan tingkat kesetimbangan atau keadaan
horizontal atau vertikal suatu permukaan atau objek. Waterpass terdiri dari tabung berisi air dengan
gelembung udara di dalamnya. Ketika waterpass ditempatkan pada permukaan yang akan diukur,
gelembung udara akan bergerak mengikuti kemiringan permukaan. Tujuan penggunaan waterpass adalah
untuk menemukan posisi yang horizontal atau vertikal yang akurat.

Pembahasan: Waterpass digunakan dalam berbagai aplikasi, seperti konstruksi bangunan, pengukuran
lahan, atau pemetaan topografi. Penggunaan waterpass memungkinkan pengukuran yang akurat dan
presisi dalam menentukan kemiringan atau keadaan horizontal dan vertikal suatu permukaan. Prinsip
kerjanya didasarkan pada prinsip bahwa gelembung udara akan bergerak ke posisi paling tinggi dalam
tabung air ketika waterpass ditempatkan pada permukaan yang datar atau horizontal.
(Gambar 5. Pengukuran Menggunakan Alat Ukur Waterpass).
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat kami sampaikan pada hasil observasi alat ukur di bengkel pemesinan
SMKN 5 Padang ini yaitu kurangnya prasarana yaitu alat ukur yang tidak memadai dalam proses
pengukuran benda kerja/job yang harus dibuat untuk murid-murid jurusan pemesianan di SMKN 5
Padang. Dan kurangnya rasa ingin menjaga/merawat alat-alat ukur tersebut, sehingga membuat alat-alat
ukur itu menjadi cepat rusak dan tidak layak untuk digunakan pada saat praktikum.

Kelayakan sarana prasarana pembelajaran pada kompetensi keahlian Teknik Pemesinan di SMKN 5
Padang baru memenuhi sebesar 50% standar dari PERMENDIKNAS RI No. 40 Tahun 2008 dan
Instrumen Verifikasi SMK Penyelenggara Ujian Praktik No. 1254-P1- 13/14. Kelayakan sarana prasarana
pembelajaran tersebut meliputi ruang kelas, ruang praktik dan ruang penyimpanan instruktur.

SARAN

Sekolah diharapakan sesegera mungkin melengkapi sarana prasarana pembelajaran sesuai


PERMENDIKNAS NO. 40 Tahun dan BSNP supaya proses pembelajaran dapat berlangsung secara
optimal.Sekolah sebaiknya membuat daftar inventaris yang belum ada mengenai sarana prasarana sekolah
secara lengkap dan melakukan perbaikan terhadap daftar inventaris secara berkesinambungan sehingga
dapat mempermudah pengawasan dan pemeliharaannya. Guru pengajar mata pelajaran produktif pada
kompetensi keahlian teknik pemesinan diharapkan memenuhi standar kualifikasi akademik yaitu dengan
sertifikat pendidik sesuai dengan mata pelajaran yang diampu.
DAFTAR PUSTAKA

Amik, R. dkk. (2019). A Study on the Accuracy of Machining Measurement Tools. Journal of
Manufacturing Engineering, 15(2), 45-58.

Chen, Y., & Li, Y. (2018). Experimental Study on the Measurement Accuracy of Machining Tools.
International Journal of Mechanical Engineering, 35(2), 189-201.

Zhang, W., & Liu, H. (2020). Study on the Precision of Machining Measurement Tools. Precision
Engineering, 59, 307-319.

PRATAMA, Natsir Hendra. Studi Kelayakan Sarana dan Prasarana Laboratorium Komputer Jurusan
Teknik Gambar Bangunan SMK Negeri 2 Yogyakarta. Skripsi, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri
Yogyakarta, 2011.

HABIBI, Muhammad. STUDI KELAYAKAN SARANA DAN PRASARANA LABORATORIUM


KOMPUTER SMK NEGERI 7 SEMARANG UNTUK MENDUKUNG IMPLEMENTASI
KURIKULUM 2013. Scaffolding, 2015, 4.1.

HIRDIAWAN, Diega; HADI, Setya. KELAYAKAN SARANA PRASARANA PEMBELAJARAN DAN


KUALIFIKASI GURU TEKNIK PEMESINAN SMK DI KABUPATEN GUNUNGKIDUL. Jurnal
Pendidikan Vokasional Teknik Mesin, 2015, 3.2: 73-80.

Khakim, K. R., & Munadi, S. (2015). STUDI KETERSEDIAN SARANA DAN PERALATAN
PRAKTIK BERDASARKAN STANDAR BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) DI
JURUSAN TEKNIK PENGELASAN SMK MA’ARIF 4 KEBUMEN. Jurnal Pendidikan Vokasional
Teknik Mesin, 3(6), 427-432.

Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru
dan Dosen. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang
Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 Tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Jakarta: Sekretariat Negara.

Anda mungkin juga menyukai