PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Praktek kerja industri adalah suatu bentuk penyelenggaraan pendidikan
keterampilan yang memadukan secara sistematik dan sinkron program
pendidikan di sekolah dan program pendidikan keterampilan yang diperoleh
melalui kegiatan bekerja langsung di lapangan.
B. TUJUAN
dan
mengembangkan
sikap
etos
kerja,
kemandirian,
BAB II
Teknologi,
Laboratorium
Rujukan,
Kendali
Mutu,
Kalibrasi,
Th. 1967 LKT dibawah Biro Umum, Bagian Teknik Umum dan Teknik
Penyehatan Sekjend Depkes RI.
Th. 1978 ganti nama menjadi BTKL dibawah pembinaan Ditjen. Yan.Med.
Th. 1984 BTKL dibawah Pembinaan Ditjend PPM & PL Depkes RI.
Kemampuan
Respon
Cepat
dan
Penanggulangan
C. PENGGUNA JASA
Industri
Rumah Sakit
Perhotelan & T T U Lainnya
Dinas Kesehatan Kab/Kota Se-Jatim/Bali, NTB, NTT
Dinas Lingkungan Hidup/BAPEDALDA
PDAM
Perguruan Tinggi (Negeri/Swasta)
Polda/Polwil/Polsek
Konsultan
Kegiatan BBTKL (Proyek/Rutin, KLB)
Masyarakat Umum/Perorangan yang peduli terhadap lingkungan
E.Struktur Organisasi
Nama Pejabat
: Hj.Susiyani Adiwidjaja,S.Sos.MM
: Budi Santoso,SKM
KASUBAG Umum
: Joko Waluyo,ST.,MScPH
KABID ADKL
: Soehendro,SKM.,M.Kes
: Drs.Arief Bintoro
: H.Fatchul Arief,SKM
: Dra.Suprihatin Giati
: Dra.Sri Rochana,S.Si
F. Instalasi
Instalasi yang dimiliki oleh BBTKL - PPM Surabaya :
Instalasi Diklat
dalam jabatan non struktural yang ditunjuk oleh kepala instalasi terkait.Jenis
layanan disesuaikan dengan kebutuhan dan pengembangan pelayanan.Perubahan
jumlah dan instalasi ditetapkan oleh Kepala BBTKL-PPM setelah mendapat
persetujuan tertulis dari direktur jenderal pengendalian penyakit dan penyehatan
lingkungan.
G. SARANA
Luas bangunan (tiga lantai ) : 2.495,29 m2.
1. Luas Tanah : 1.500,00 m2 ditambah dengan Tahun 2008 2011 akan ada
rencana Pembangunan Gedung Baru 5 Lantai secara bertahap 4.000 m2.
2. Perpustakaan yang lengkap.
3. Kendaraan Operasional
-
Roda 2 : 7 buah
Roda 4 : 7 buah
Roda 6 : 1 buah
Kendaraan Khusus PTM dan Kesehatan Matra, Ransus yang
dilengkapi alat pemeriksaan : 1 Unit
Kendaraan Pejabat Negara : 1 Unit
SERTIFIKASI
DASAR HUKUM
MOTTO
KEPUASAN PELANGAN PRIORITAS DAN KEBANGGAAN KAMI
FILOSOFI SISTEM MUTU
1. TULIS APA YANG KAMU KERJAKAN (WRITE WHAT YOU DO)
2. KERJAKAN APA YANG KAMU TULIS (DO IT WHAT YOU
WRITE)
3. LAKUKAN
PERBAIKAN
TERUS
MENERUS
(CONTINU
IMPROVEMENT)
BAB III
INSTRUKSI
KERJA
INSTALASI
LABORATORIUM
A.
MACAM-MACAM LABORATORIUM
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
B.
yang
diuji
1.
Air Minum
Parameter
pH, Cl2, MPNColiform
Identitas
Metode
Pengujian
Standart
Methode,
SK
Air Bersih
3.
Air
pH, MPNColiform
Sda
Sda
Renang
4.
Sda
5.
Air
Limbah pH,
RS
Cl2,
MPNColiform, Sda
MPNColitinja,
Salmonella,
VibrioCholera,
E.Coli
Pathogen
6.
Air
Limbah pH,
Hotel
Cl2,
MPNColiform, Sda
MPNColitinja,
Salmonella,
VibrioCholera,
E.Coli
Pathogen
7.
8.
ALT,
Minuman
MPNColiform
SWAB
Bakteri
Lantai,
dll
Alat,
Jamur, Sda
Sda
No
1.
Contoh
yang
diuji
Identitas
Parameter
Metode
Pengujian
Udara
Ambient
CO,
NOx,
NO2,
Udara Emisi
3.
Udara
CO, NOx
Ruangan, dll
Sda
Sda
3.
4
TCLP
Metode
Pengujian
2.
Identitas
ASTM
AOAC,
Pharmacope,
Pharmacope,
ASTM
Sayur dan buah- pH, Kadar Air, Pb, Cd, Cu, AOAC,
buahan
B3, Biomarker
Arsen, dll
Pharmacope,
ASTM
KIMIA ORGANIK :
Zat Organik (KMnO4), Detergen, Pestisida, Oksigen
Terlarut (DO), Biochemichal Oxygen Demand (BOD),
Chemical Oxygen Demand (COD), Detergen Anionik,
Fenol, Minyak/Lemak.
Metode
HVS,
Flowmeter,
Termometer
dan
TDS-DHL
(Konductivity)
7. Pemeriksaan Virologi, Imunologi
Pemeriksaan ini menunjang Surveilans Epidemiologi dalam melakukan
Skrining dan pengkajian mendalam tentang penyakit, meliputi uji virologi
dengan PCR (PCR gell based dan Real time) dan dengan DNA Sequencer
(menentukan adanya mutasi virus/bakteri); uji serologi imunologi dengan
ELISA dan Immuno-chromatografi.
Atomic
Fungsi
Absorbtion
:
Untuk
Spectrofotometer
memeriksa
(AAS)
unsur
logam
berat
Jumlah : 3 unit
Gas
Chromatographi
Detector)
Spectrofotometer
Fungsi : Untuk mengukur kadar (konsentrasi) suatu larutan yang berwarna
Indoor
Air
Pollution
Control
Equipment
Ambient
Air
Pollution
Equipment
(Stationary&Mobile)
Sound
Level
Meter
Destilator
Fungsi : Alat untuk mendestilasi zat
Water Bath
Fungsi : Alat untuk memanaskan khusus untuk zat yang akan dianalisa
kandungan merkurinya ( Hg ).
Microwave & vessel
Fungsi : Untuk mendestruksi sampel
No.
Macam Analisis
1.
3.
4.
Tekstur tanah
Berat volume
Permeabilitas
Kemampuan
5.
menahan air
pH tanah
6.
Kapasitas
7.
kation
K, Na, Ca, Mg
Metode
direkomendasi
Hidrometer
Gravimetri
Konstan head
Pressure test
Elektrometri
Tanah : Air = 1 : 2,5
tukar Ammonium Asetat
yang
Satuan
Persen
g/cc, kg/m3
cm/jam
Persen volume
me/100 g tanah
8.
9.
10.
11.
Karbon organic
Nitrogen total
Fosfor
Al, Fe
Walkley-Black
Kjedahl
Bray, Olsen
Colorimetri
(AAS, Spektrometer)
Persen
Persen
ppm
ppm
Kisaran
Satuan
Taraf
pH tanah
Kapasitas
Tukar me/100gr
Sangat basa
Basa
Netral
Asam
Sangat tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat rendah
Tinggi
Rendah
nilai
> 8,5
7 - 8,5
5,5 - 7
< 5,5
> 40
25 - 40
15 - 25
5 - 15
<5
> 10
<4
Tinggi
Rendah
>4
< 0,5
Tinggi
Rendah
> 0,6
< 0,2
Tinggi
>1
Tinggi
Sedang
Rendah
> 10
4 - 10
<4
Kation
tanah
Ca
me/100gr
Mg
tanah
me/100gr
tanah
me/100gr
Na
tanah
me/100gr
Karbon Organik
tanah
Persen
3
4
Nitrogen total
Persen
Phospor
ppm
Tinggi
Sedang
Rendah
Tinggi
Sedang
Rendah
> 0,5
0,2 - 0,5
< 0,2
> 50
15 - 50
< 15
PENGUJIAN
TKN
(TOTAL
KJELDAHL
NITROGEN)
A. TUJUAN
Metode ini digunakan untuk mengetahui konsentrasi nitrogen total dalam
contoh uji.
B. PRINSIP
Unsur N organik dan anorganik dalam contoh uji didestruksi pada
temperatur tertentu dengan H2SO4 pekat. Ion ammonium yang terbentuk
kemudian ditentukan melalui titrasi dengan H2SO4 0,01 N dengan
indicator brom kresol hijau.
C. METODE
Titrimetri (metode kjeldahl) sesuai dengan IK No. 11/IK CU/IKA/KFPC
D. PERALATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Microwave
Vessel
Seperangkat alat destilasi
Gelas piala 1000 ml
Labu ukur 1000 ml
Pipet volume
Pipet tetes
Pushball
(Karet
penghisap)
E. REAGEN
1. Aquades
2. H2SO4 p.a.
3. Campuran selen
9. Buret
10. Statif
11. Klem
12. Kaca arloji
13. Labu kjeldahl
14. Erlenmeyer
15. Spatula
16. Gelas ukur
G. PERHITUNGAN
N total (%) =
Keterangan :
N H2SO4
= 0,01 N
A. TUJUAN
Menghitung jumlah total C-organik dalam sampel
B. PRINSIP
Pengukuran C-organik teroksidasi dalam sampel tanah. Hasil pengukuran
digunakan untuk mengetahui kandungan bahan organik dalam tanah. Corganik dalam sampel tanah teroksidasi oleh asam khromat karena
kelebihan asam sulfat tanpa pemanasan dari sekitar. Ion Cr2O7 yang
berlebihan ditentukan dengan titrasi larutan standart FAS (Ferro
Ammonium Sulfat) 0,5 M dan C-organik yang teroksidasi dihitung dari
jumlah dikhromat yang tereduksi.
C. PERALATAN
1. Labu ukur
6. Buret
2. Pipet volume
7. Statif
3. Pipet tetes
8. Klem
9. Gelas ukur
5. Erlenmeyer
10. Spatula
D. REAGEN
1. Aquadest
2. K2Cr2O7 1N
49,01 g K2Cr2O7 dilarutkan dengan aquades dan tepatkan hingga
1000 ml.
3. H2SO4 pekat
4. Indikator feroin
5. FAS ( Ferro Ammonium Sulfat ) 0,5M
196 gram (NH4)2 Fe(SO4)2.7H2O dilarutkan dengan aquades dan
tepatkan hingga 1000 ml.
E. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan contoh uji dan giling hingga lolos ayakan 0,5 mm
2. Menimbang 1 gram contoh uji, jika kadar C Organik antara 1-3 % ; 2
gram jika kurang dari 1%
C Organik (%) =
Keterangan :
C Organik (%) = nilai total Carbon (C) Organik dalam %
ml = volume larutan yang digunakan
M = molaritas larutan FAS
W = contoh uji kering udara (gram)
3.
PENGUJIAN pH KCl
A. TUJUAN
5. Spatula
2. pH meter
6. Kaca arloji
3. Labu ukur
4. Beaker glass
8. Gelas Ukur
E. REAGEN
1. Aquades
2. Buffer pH (pH 4,00 ; 7,00 ; 10,00) untuk kalibrasi pH meter
3. KCl 1N
Melarutkan KCl sebanyak 74,5 g dalam 1 l aquades.
F. PROSEDUR KERJA
1.
Menimbang 20 g contoh uji, masukkan kedalam beaker glass 100
ml
2.
3.
Flamefotometer
2.
Erlenmeyer
6. Corong
3.
Labu ukur
4.
Pipet Volume
D. REAGEN
1. CH3COOH glacial p.a.
2. Amonia p.a
3. Larutan NaCl 10%
4. Ethanol 95%
5. Amonium Asetat 1 M pH 7
58 ml CH3COOH glacial p.a. tambahkan ke dalam beker gelas 500
ml dengan 400 ml aquades, 78 ml ammonia p.a. tambahkan ke
dalam beker gelas 500 ml dengan 400 ml aquades, campurkan kedua
larutan tersebut ke dalam labu ukur 1000 ml, ukur pH hingga 7 dan
tambahkan aquades hingga tanda batas.
E. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 10 g contoh uji tanah kering udara, masukkan ke dalam
beaker glass 250 ml.
2. Menambahkan 20 ml larutan Ammonium asetat 1 M pH 7, aduk
menggunakan magnetik stirrer selama 2 jam. Kemudian saring dengan
kertas saring whatman.
3. Membilas residu dengan larutan ammonium asetat 8 x 10 ml volume
sampai 100 ml (filtrat untuk analisa K, Na, Ca, Mg) dibaca dengan
menggunakan flame fotometer.
F.PERHITUNGAN
C=
KTK =
Keterangan :
C
6. Stirer
2. Labu volumetric
7. Pipet
3. Gelas ukur
9. Spectrophotometer
5. Timbangan analitik
D. REAGEN
1. Pengekstrak OLSEN
Melarutkan 44,3 g NaHCO3 dalam sekitar 800 ml aquadest pada 1L
beker glass.
pH larutan dibuat menjadi 8,5 dengan penambahan NaOH. Setelah
itu larutan dimasukkan ke dalam labu volumetrik 1L dan
menambahkan aquadest hingga tanda batas.
2. Pereaksi P
a. Pereaksi A :
Melarutkan 6 g Ammonium molybdat (NH4)6Mo7O24 dalam 250
ml aquadest panas.
Melarutkan 0,1454 g Kalium antimony tartrat (KSbOC4H4O8)
dalam 100 ml aquadest panas.
Kedua larutan tersebut dimasukkan dalam labu volumetric 1 l.
Pereaksi B:
Melarutkan 1,056 g asam ascorbic dalam 200 ml pereaksi A.
Pereaksi B tidak dapat disimpan, harus dibuat pada saat akan
dilakukan pengukuran P pada spectrophotometer.
E. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 1,5 g contoh tanah kering udara (ukuran butir < 2mm).
2. Menambahkan 15 ml pengekstrak Olsen.
3. Mengocok selama 2 jam dengan mesin pengaduk listrik (stirer).
4. Disaring dengan kertas saring Whatman 42 dan biarkan semalam bila
larutan keruh.
5. Memipet 5 ml ekstraksi tanah / blanko / standart, dimasukkan ke dalam
tabung reaksi 50 ml, ditambah 25 ml aquadest dan 8 ml pereaksi B.
Kemudian menambahkan aquadest hingga tanda batas.
6. Mengocok supaya bercampur dengan baik.
7. Setelah
itu
didiamkan
20
menit,
kemudian
dibaca
pada
3. Parafilm
13. Corong
4. Hot plate
5. AAS
15. Erlenmeyer
16. Spatula
7. Beaker gelas
8. Pipet volume
9. Pipet ukur
10. Pipet tetes
D. REAGEN
1. Aquades
2. Asam nitrat p.a (HNO3 65 %)
3. Asam perklorat p.a (HClO4 pekat)
E. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 3 g contoh uji kemudian masukkan ke dalam erlenmeyer,
kemudian menambahkan 25 ml air suling, kemudian mengaduknya.
2. Kemudian tambahkan 10 ml HNO3 pekat dan mengaduknya.
3. Menambahkan 3-5 butir batu didih dan tutup dengan gelas arloji,
kemudian panaskan hingga volume contoh uji tinggal 10 ml.
4. Setelah itu angkat dan dinginkan contoh uji.
5. Menambahkan 5 ml HNO3 pekat dan 3 ml HClO4 tetes demi tetes.
6. Kemudian panaskan sampai timbul asap putih dan larutan menjadi
jernih ( 30 menit).
7. Dinginkan, saring dalam labu ukur 100 ml, tepatkan filtrat sampai
tanda batas dengan aquades.
8. Contoh uji siap dibaca dengan menggunakan AAS.
merkuri oleh oksidator kuat dalam suasana asam. Ion merkuri ( Hg2+ )
kemudian direduksi menjadi atom merkuri oleh SnCl2. Atom merkuri
yang terbentuk kemudian di ukur absorbansinya dengan Mercury
Analyzer.
Pada prinsipnya untuk menentukan total Hg anorganik dapat dilakukan
dengan cara ekstraksi, sedangkan untuk Hg organik dilakukan dengan
digest dengan cara oksidasi menggunakan oksidator asam kuat (HNO 3,
H2SO4, dan HCl) dan oksidan lainnya seperti (KMnO4, larutan urea dan
hidroksil ammonium klorida). Kadar Hg dapat ditentukan dengan
perhitungan dengan basis berat contoh uji kering setelah ditentukan
kadar lengasnya.
C. PERALATAN
1. Blender mill
2. Neraca analitik
4. Parafilm
5. Water bath
6. AAS
7. HVG
17. Corong
9. Beaker gelas
19. Erlenmeyer
20. Spatula
D. REAGEN
1. Air aquades
2. HNO3 1 : 1
Melarutkan 250 ml HNO3 pekat ke dalam 250 ml aquades.
3. KMnO4 5 %
Melarutkan 25 gr KMnO4 ke dalam 500 ml aquades.
4. Larutan Urea 10 %
Melarutkan 10 gr urea ke dalam 100 ml aquades.
5. Hidroksil ammonium klorida 20 %
Melarutkan 20 gr hidroksil amonium klorida dalam 100 ml aquades.
E. PROSEDUR KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PENGUJIAN
8.
CHARACTERISTIC
TCLP
LEACHING
(TOTAL
PROSEDURE)
ANORGANIK
A. TUJUAN
1. Untuk menentukan adanya B3 (bahan, berbahaya dan beracun) dalam
suatu contoh uji.
2. Untuk mengetahui kadar logam berat yang terkandung dalam suatu
contoh uji yang berupa padatan.
B. PRINSIP
TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Prosedur) adalah prosedur
yang digunakan untuk mengetahui adanya bahaya pencemar yang akan
terekstrak dengan larutan asam organik. Sebelum contoh uji dianalisis
dengan menggunakan AAS (Atomic Absorbance Spectrophotometer),
contoh uji yang berbentuk partikel padat tersebut harus diubah dalam
bentuk partikel cair. Salah satu cara untuk mengubah partikel padat
menjadi
partikel
cair
adalah
dengan
metode
TCLP
(Toxicity
5. Botol Agitator
2. Neraca analitik
6. Magnetic stirrer
3. Vacum pump
7. pH-meter
4. Agitator
9. Parafilm
17. Corong
11. AAS
19. Erlenmeyer
21. Spatula
E. PROSEDUR KERJA
A. Menentukan pH Awal
1. Menimbang 5 g contoh uji ke dalam beaker gelas.
2. Menambahkan 96,5 ml air bebas CO2.
3. Kemudian mengaduknya selama 5 menit menggunakan pengaduk
magnet (stirer).
4. Mengukur pH larutan dengan menggunakan pH-meter kemudian
mencatatnya.
Jika pH larutan < 5,0 : Maka menggunakan larutan ekstrak I.
Jika pH larutan > 5,0 : Maka tambahkan 3,5 ml HCl 1 N,
kemudian memanaskannya selama 10 menit dalam suhu 50 0 C,
lalu dinginkan. Setelah itu ukur pH-nya kembali dan
mencatatnya. (Jika pH larutan < 5,0 : Maka menggunakan
larutan ekstrak I. Jika pH larutan > 5,0 : Maka menggunakan
larutan ekstrak II).
B. Prosedur Contoh Uji setelah Uji pH
1. Menimbang 50 g contoh uji kemudian memasukkannya ke dalam
botol agitator, kemudian menambahkan 500 ml larutan ekstrak dan
diputar dengan menggunakan agitator dengan kecepatan rotasi 30
2 rpm selama 18 jam.
2. Setelah 18 jam kemudian disaring hingga filtratnya mencapai 100
ml.
3. Kemudian filtratnya, ditambah HNO3 1 : 6 hingga pHnya 2,0.
4. Kemudian tutup Erlenmeyer dengan menggunakan parafilm.
5. Selanjutnya siap dibaca dengan menggunakan AAS (Atomic
Absorbance Spectrophotometer).
SECARA
BIRU
METILEN
(LARUTAN DETERJEN)
A. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar surfaktan anionik dalam contoh uji.
B. PRINSIP
Surfaktan adalah zat yang memiliki gugus hidrofilik dan gugus hidrofobik.
Berdasarkan namanya, surfaktan yang berdisosiasi dalam air dan
melepaskan kation dan anion (atau zwitterions) diistilahkan sebagai
surfaktan ionik (kationik, anionik, zwitterionik). Di sisi yang lain, surfaktan
yang tidak berdisosiasi disebut surfaktan anionik.
Surfaktan anionik memiliki gugus hidrofilik anionik. Contoh surfaktan
anionik biasa disebut sabun (sabun asam lemak), garam asam
alkilsulfonat (komponen utama deterjen sintetis, seperti alkil benzene
sulfonat (LAS), lemak alcohol sulfat (komponen utama shampoo atau
deterjen netral) dan lain-lain.
Pengujian ini digunakan untuk penentuan kadar surfaktan anionik dalam air
dan air limbah secara biru metilen dan diukur dengan menggunakan
spektrofotometer dengan kisaran kadar 0,025 mg/l sampai dengan 2,0 mg/l
pada panjang gelombang 652 nm.
Pada prinsipnya, surfaktan anionik bereaksi dengan biru metilen
membentuk pasangan ion berwarna biru yang larut dalam pelarut organik.
Intensitas warna biru yang terbentuk diukur dengan spektrofotometer pada
panjang gerlombanh 652 nm. Serapan yang terukur setara dengan kadar
surfaktan anionik.
C. PERALATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Spektrofometer
Neraca analitik
Corong pemisah
Labu ukur
Erlenmeyer
6. Pipet volume
7. Pipet ukur
8. Pushball (Karet penghisap)
9. Parafilm
D. REAGEN
1. Kloroform p.a.
2. Indikator Methylen Blue
E. PROSEDUR KERJA
1. Memasukkan 50 ml sample
kedalam
corong
pemisah
dan
10. PENGUJIAN
KADAR
FOSFAT
DALAM
PADATAN
Fosfat adalah salah satu unsur hara makro yang essensial dalam budidaya
tanaman. Analisa fosfat dilakukan dengan metode Asam Askorbat dengan
pereaksi Reagen Kombinasi yang terdiri dari H2SO4, Potassium Antimony
Tartat, Ammonium Molibdat dan Asam Askorbat yang kemudian dibaca
dengan Spectrophotometer pada panjang gelombang 880 nm.
C. PERALATAN
1. Neraca analitik
2. pH-meter
3. Spektrofotometr
4. Stirer
5. Labu ukur
6. Erlenmeyer
7. Beaker gelas
8. Spatula
D. REAGEN
1. Aquades
2. Larutan ekstrak
Melarutkan 42 gr NaHCO3 ditambah 1 gr NaOH dalam 800 ml
aquades lalu buat 1 l dengan aquades, kemudian atur pH 8,50 dan
simpan dalam botol polyethylene plastik tertutup (bias diganuakan
setelah 2 hari kemudian).
3. Indikator PP
4. H2SO4 2,5 M
5. Larutan Potassium Antimony Tartat (K(SbO)C4H4O24 . H2O)
Melarutkan 1,3715 gr (K(SbO)C4H4O24 . H2O) dalam 400 ml
aquades dalam labu ukur, lalu buat 1 l dengan aquades dan simpan
dalam botol gelas tertutup rapat, simpan pada suhu 4oC.
6.
Larutan
Asam
askorbat
(Vitamin C) 0,1 M
Melarutkan 1,70 gr Asam askorbat dalam 100 ml aquades, simpan
pada suhu 4oC. (Larutan ini stabil dalam waktu 1 minggu).
7. Reagen Kombinasi
Buat dalam tiap 100 ml, reagen meliputi :
50 ml H2SO4 2,5 M, 5 ml Potassium Antimony Tartat, 15 ml
Ammonium Molibdat, dan 30 ml Asam askorbat.
8. Larutan Standart Phospat
E. PROSEDUR KERJA
1. Menghaluskan contoh uji yang diangin-anginkan, lalu mengeringkannya.
2. Menimbang dengan teliti contoh uji sebanyak 5 gr, masukkan dalam
Erlenmeyer 250 ml (erlenmeyer polyethylene bertutup).
3. Menambahkan 100 ml larutan ekstarak lalu kocok dengan menggunakan
stirrer selama 30 menit.
4. Sentrifungi dan ambil 50 ml supernatant jernih.
5. Kemudian tambahkan 1 tetes indikator PP (jika merah tambahkan larutan
H2SO4 2,5M sampai warna hilang).
6. Menambahkan 8 ml reagen kombinasi lalu homogenkan hingga rata.
Setelah 10 menit paling lama 30 menit baca absorbennya pada panjang
gelombang 880 nm (Apabila lebih dari 30 menit larutan akan rusak).
7. Membuat blanko dengan perlakuan yang sama dengan contoh uji.
B. PRINSIP
Merkuri merupakan elemen racun yang dapat membunuh ikan. Merkuri
merupakan elemen racun terkenal yang dapat merusak DNA dan
mengganggu pusat saraf dan sistem endokrin. Hal ini dilepaskan ke
dalam lingkungan melakukan aktifitas volkanik, prouksi batu bara dan
limbah industri. Ikan yang hidup pada air yang tercemar secara khusus
rentan terkena keracunan, sebagaimana merkuri dapat diambil melalui
mulut atau kulit dan membusuk dalam organ mereka. Efek terhadap
sistem pernapasan dan pencernaan makanan dapat menyebabkan
terjadinya keracunan yang parah. Keracunan merkuri dari lingkungan
dapat mengakibatkan kerusakan berat pada jaringan paru-paru,
sedangkan keracunan makanan yang mengandung merkuri dapat
menyebabkan kerusakan liver.
C. PERALATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Labu digestion
Pipet volume
Water Bath
Spatula
Kaca arloji
6.
7.
8.
9.
Labu ukur
HVG(Hidirde VapourGenerator)
Pushball(Karet Penghisap)
AAS
D. REAGEN
1.
2.
3.
4.
5.
Aquades
H2O2 30 %
H2SO4
KMnO4
Hidroksi
Hidroklorida
E. PROSEDUR KERJA
1.
Amonium
Ditambah 15 ml H2O, 10 ml
3.
4.
Menambahkan 1 g KMnO4,
pemanasan dilanjutkan pada suhu 95-100o C dan dinginkan pada
suhu 40o C.
5.
C. PERALATAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Labu digest
Block heater
AAS
Gelas arloji
Spatula
Pipet ukur
D. REAGEN
1. Aquades
2. HNO3 pekat
E. PROSEDUR KERJA
1. Menimbang 0,5 g contoh uji kemudian masukkan ke dalam labu
digest.
2. Menambahkan 7 ml HNO3 pekat kemudian panaskan di block heater
selama 3 jam dengan suhu 60oC.
3. Dinginkan dan larutkan hingga volume 50 ml dengan aquades
kemudian diamkan selama 1 hari dalam lemari pendingin.
4. Kemudian saring dengan whatman, dan baca dengan menggunakan
AAS.
C. PERALATAN
1. Centrifuge
2. Pipet volume
5. Labu ukur
3. Pipet ukur
6. Parafilm
D. REAGEN
1.
Aquades
2.
1-Butil Acetat
3.
Larutan Cr
4.
Larutan Pb
5.
APDC 2 %
Melarutkan 2 g APDC ke dalam 100 ml aquades
E. PROSEDUR KERJA
1.
Menyiapkan alat dan bahan.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
diamkan 5 menit.
Menambahkan 3 ml 1-Butil Acetat, tutup kemudian
14. PENGUJIAN
Al
(ALUMINIUM)
SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
A. TUJUAN
Untuk mengetahui konsentrasi Al dalam contoh uji
B. PRINSIP
Aluminium (Al) ialah unsur kimia yang mempunyai nomor atom 13.
Aluminium ialah logam paling berlimpah. Aluminium bukan
merupakan jenis logam berat, namun merupakan elemen yang
berjumlah sekitar 8% dari permukaan bumi dan paling berlimpah
ketiga. Aluminium terdapat dalam penggunaan aditif makanan,
antasida, buffered aspirin, astringents, semprotan hidung, antiperspirant,
air minum, knalpot mobil, asap tembakau, penggunaan aluminium foil,
peralatan masak, kaleng, keramik , dan kembang api. Aluminium
merupakan konduktor listrik yang baik. Terang dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran,
5. Penjepit Tungsten
2. Water Bath
6. Pipet ukur
3. Tabung Nessler
4. Gelas kimia
8. Pipet tetes
D. REAGEN
1. Buffer Al
2. Thio Glicolic Acid
E. PROSEDUR KERJA
1. Mengukur contoh uji sebanyak 25 ml, masukkan ke dalam tabung
Nessler. Kemudian menambahkan 2,5 ml Buffer Al dan 1 tetes Thio
Glicolic Acid dan homogenkan.
2. Memanaskan dalam waterbath selama 5 menit pada suhu 60oC.
3. Kemudian dinginkan pada suhu kamar.
4. Membuat blanko dengan perlakuan yang sama dengan contoh uji.
5. Kemudian baca absorbansinya pada spektrofotometer pada panjang
gelombang 535 nm.
Pengendap (P) dan AaPp adalah rumus molekul dari zat kimia hasil
reaksi yang tergolong sulit larut (mengendap) yang dapat ditentukan
beratnya dengan tepat setelah proses pencucian dan pengeringan.
Penambahan reagen pengendap P umumnya dilakukan secara
berlebih agar dicapai proses pengendapan yang sempurna. Misalnya :
pengendapan ion Ca2+ dengan menggunakan reaktan pengendap ion
oksalat C2O4-2 dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi berikut ini :
Ca2+ + C2O4-2 CaC2O4 (s)
Reaksi yang menyertai pengeringan :
CaC2O4 (s) CaO(s) + CO2(g) + CO(g)
C. PERALATAN
1. Oven
2. Desikator
3. Neraca analitik
14. Spatula
4. Hot plate
5. Stirer
6. Krus
17. Corong
7. Labu ukur
8. Beaker gelas
19. Kertas pH
9. Erlenmeyer
21. Furnace
D. REAGEN
1. Aquades
2. Ammonium oksalat ((NH4)2C2O4) jenuh
3. HCl pekat
x 100 %
B. PRINSIP
MgO merupakan senyawa kimia yang mudah ditemukan pada bebatuan
kapur. Untuk mengetahui kadar MgO dalam padatan dapat dilakukan
secara gravimetric. Gravimetric merupakan suatu cara analisis jumlah
untuk menetapkan unsur-unsur atau senyawa-senyawa berdasarkan
pengendapan atau penimbangan berat. Dalam pengerjaan kali ini
pengendapan dilakukan dengan reagen Na2HPO4 10%. Sehingga
diperoleh endapan Mg2P2O7
C. PERALATAN
1. Oven
12. Spatula
2. Desikator
3. Neraca analitik
4. Hot plate
15. Corong
5. Stirer
6. Labu ukur
7. Beaker gelas
18. Kertas pH
8. Erlenmeyer
9. Pipet volume
20. Furnace
Aquades
2.
HCl pekat
3.
NH4OH pekat
4.
5.
Na2HPO4 10 %
Melarutkan 10 g Na2HPO4 ke dalam 100 ml aquades
E. PROSEDUR KERJA
1.
2.
3.
4.
5.
F. PERHITUNGAN
Berat MgO =
X 100 %
x 100 %
Neraca analitik
8.
Hot plate
2.
Spatula
9.
3.
Desikator
4.
Pipet volume
5.
Pipet ukur
6.
Pipet tetes
7.
Gelas ukur
40
10. Erlenmeyer
11. Beaker gelas
12. Labu ukur
13. Pushball (karet penghisap)
14. Corong
17. Furnace
15. Kertas pH
16. Oven
D. REAGEN
1. Aquades
2. Na2CO3 jenuh
3. HCl pekat
4. AgNO3 pro Cl5. HCl 1 : 4
Melarutkan 100 ml HCl pekat ke dalam 400 ml aquades.
6. NaOH 10 %
Melarutkan 50 g NaOH kedalam 500 ml aquades.
E. PROSEDUR KERJA
A.
1.
Menimbang 10 g contoh uji yang sudah dikeringkan ke dalam
2.
krus platina/nikel.
Memijarkan ke dalam furnace pada suhu 950oC selama 30
menit.
3.
Kemudian dinginkan, residu dilarutkan dengan 25 ml HCl 1 : 4,
4.
5.
tanda batas.
6.
Filtrat diberi kode A, residu dilanjutkan untuk analisa pasir dan
silika.
B.
1. Residu (contoh uji) ditambah 20 ml Na2CO3 jenuh dan 5 ml aquades,
kemudian dipanaskan hingga mendidih.
2. Kemudian menambahkan tetes demi tetes NaOH 10 % 10 ml,
diamkan sampai terjadi pengendapan maksimal.
3. Menyaring dengan kertas saring, kemudian membilas residu dengan
20 ml Na2CO3 jenuh, bilas dengan aquades panas kemudian sedikit
HCl 1 : 4 dan dengan aquades panas lagi (hingga residu bebas Cl).
4. Residu merupakan pasir dan filtrat untuk analisa silika.
C.
Pada laboratorium kimia fisika gas dan udara instruksi kerja hanya
diterapkan di dalam laboratorium Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan
dan Pemberantasan Penyakit Menular Surabaya untuk menguji contoh uji
udara ambien. Udara ambien merupakan udara bebas di permukaan bumi
pada lapisan troposfer yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur
diperlukan
dalam
evaluasi
pengaruh
1. PENGUJIAN
KADAR
METODE
AMMONIAK
INDOFENOL
(NH3)
DENGAN
MENGGUNAKAN
SPEKTROFOTOMETER
A. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar amoniak (NH3) dalam udara ambien (udara
bebas).
B. PRINSIP
Udara ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan
troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia,
makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya. Amoniak dari udara
ambien yang telah dijerap oleh larutan penjerap asam sulfat, akan
membentuk ammonium sulfat. Kemudian direaksikan denga fenol dan
natrium hipoklorit dalam suasana basa, akan membentuk senyawa
komplek indofenol yang berwarna biru . Intensitas warna biru yang
terbentuk diukur dengan menggunakan spektrofotometer kemudian
panjang gelombang 630 nm. Lingkup pengujian meliputi :
a. Cara pengambilan contoh uji gas ammoniak (NH3) dengan
menggunakan larutan penjerap.
b. Cara perhitungan volume contoh uji gas yang diserap.
c. Cara penentuan gas ammoniak di udara ambien menggunakan metode
indofenol secara spektrofotometri pada panjang gelombang 630 nm
dengan kisaran konsentrasi 20 g/Nm3 sampai dengan 700 g/Nm3
(0,025 ppm sampai dengan 1 ppm).
C. PERALATAN
1. Neraca analitik
2. Spektrofotometer
3. Kuvet
4. Oven
8. Midget impinger
5. Labu ukur
9. Pipet volume
6. Tabung reaksi
D. REAGEN
1. Aquades
2. Larutan Penjerap NH3
Memasukkan 3ml H2SO4 97 % ke dalam labu ukur 1000 ml yang
telah berisi 200 ml air suling dingin yang telah diletakkan dalam
penangas air es.
Kemudian
larutan
diencerkan
hingga
1000 ml
kemudian
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
F. PERHITUNGAN
V=
tx
Keterangan :
V
F1
F2
C=
x 1000
Keterangan
NH3
dalam
contoh
uji
(ppm),
dihitung
dengan
menggunakan rumus :
C ppm =
Keterangan :
C ppm = Konsentrasi NH3 (mg/l)
C = Konsentrasi NH3 di udara (g/m3)
PARAROSANILIN
SPEKTROFOTOMETER
A. TUJUAN
DENGAN
Untuk mengetahui kadar sulfur dioksida (SO2) dalam udara ambien (udara
bebas).
B. PRINSIP
Gas
sulfur
dioksida
tetrakloromerkurat
(SO2)
diserap
dalam
membentuk
larutan
senyawa
penjerap
kompleks
pararosanilin
secara
spektrofotometri
pada
panjang
Neraca
analitik
2.
5.
6. Tabung reaksi
Spektrofoto
meter
3.
Kuvet
8. Midget impinger
4.
Oven
9. Pipet volume
10. Pipet tetes
D. REAGEN
1. Aquades
Labu ukur
100 ml.
Memindahkan ke dalam labu ukur 500 ml, mengencerkan dengan air
E. PROSEDUR KERJA
1. Memindahkan contoh uji ke dalam labu ukur 25 ml sebanyak 10 ml.
2. Mengambil 10 ml larutan blanko (penjerap), memasukkan ke dalam
labu ukur 25 ml.
3. Menambahkan 1 ml sulfanilic acid, diamkan selam 10 menit.
4. Menambahakan 2 ml formaldehida (0,2%) dan 5 ml larutan kerja
pararosanilin.
5. Menambahkan air suling hingga tanda tera, kemudian homogenkan
dan diamkan selama 30 menit.
6. Kemudian membaca absorben pada panjang gelombang 550 nm dan
menyiapkan 2 kuvet, isi keduanya dengan blanko.
7. Memasukkan ke dalam spektrofotometer UV-VIS klik auto zero.
8. Kemudian isi salah satu kuvet dengan contoh uji.
V=
tx
Keterangan :
V = Volume udara yang dihisap (l)
F1 = Laju alir awal (l/menit)
F2 = Laju alir akhir (l/menit)
t
Pa
x 1000
Keterangan
dihitung
dengan
DIOKSIDA
(NO2)
menggunakan rumus :
C ppm =
Keterangan :
C ppm = Konsentrasi SO2 (mg/l)
C = Konsentrasi SO2 di udara (g/m3)
3. PENGUJIAN
DENGAN
KADAR
NITROGEN
METODE
GRIESS
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
A. TUJUAN
SALTZMAN
membentuk suatu senyawa azo dye berwarna merah muda yang stabil setelah 15
menit. Konsentrasi larutan ditentukan secara spektrofotometri pada panjang
gelombang 550 nm. Lingkup pengujian meliputi
2. Spektrofotometer
3. Kuvet
4. Oven
5. Desikator
6. Hot plate
7.
8. Tabung reaksi
17. Spatula
D. REAGEN
1. Aquades
2. Air suling bebas nitrit (bides)
3. Larutan penjerap Griess Saltzman
Melarutkan 5 g asam sulfanilat (H 2NC6H4SO3H) dalam gelas piala
F. PERHITUNGAN
1. Volume contoh uji udara yang diambil
Volume contoh uji udara yang diambil dikoreksi pada kondisi normal
(25oC, 760 mmHg), dihitung dengan menggunakan rumus :
V=
xtx
Keterangan :
V = Volume udara yang dihisap (l)
F1 = Laju alir awal (l/menit)
F2 = Laju alir akhir (l/menit)
t
C=
Keterangan
x 1000
C ppm =
Keterangan :
C ppm = Konsentrasi NO2 (mg/l)
C = Konsentrasi NO2 di udara (g/m3)
BUFFER
KALIUM
IODIDA
(NBKI)
MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER
A. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar oksidan (O3) dalam udara ambien (udara bebas).
B. PRINSIP
Oksidan adalah senyawa kimia di udara yang dapat mengoksidasi ion
iodida dalam larutan penjerap menjadi ion bebas. Oksidan dari udara
ambien yang telah dijerap oleh larutan neutral buffer kalium iodida
kuning
muda.
Konsentrasi
larutan
ditentukan
secara
5. Hot plate
2. Spektrofotometer
6. Labu ukur
3. Kuvet
7. Tabung reaksi
4. Oven
9. Midget impinger
16. Spatula
D. REAGEN
1.
Aquades
2.
Larutan penyerap oksidan
Melarutkan 10 g kalium iodida (KI) dalam 200 ml air suling
Pada tempat yang lain melarutkan 35,82 g dinatrium hydrogen fosfat
dodekahidrat (Na2HPO4.12H2O) dan 13,6 g kalium dihidrogen fosfat
(KH2PO4) dengan 500 ml air suling dalam gelas piala
Menambahkan larutan kalium iodida sebagai larutan penyangga
sambil diaduk sampai homogen
Mengencerkan larutan ini sampai volume 1000 ml dalam labu ukur
dan diamkan selama paling sedikit 1 hari
Catatan : 35,82 g Na2HPO4.12H2O dapat diganti dengan 14,2 g
Na2HPO4.
3.
5.
V=
Keterangan :
xtx
Pa
C=
x 1000
Keterangan
3. Konsentrasi
O3
dalam
contoh
uji
menggunakan rumus :
C ppm =
Keterangan :
C ppm = Konsentrasi NH3 (mg/l)
C = Konsentrasi NH3 di udara (g/m3)
(ppm),
dihitung
dengan
5. PENGUJIAN
DENGAN
KADAR
METODE
HIDROGEN
SULFIDA
METHYLEN
BLUE
(H2S)
SECARA
SPEKTROFOTOMETRI
A. TUJUAN
Untuk mengetahui kadar hidrogen sulfida (H2S) dalam udara ambient
(udara bebas).
B. PRINSIP
Hydrogen sulfide merupakan senyawa yang memiliki ciri yang khas. Bau
yang ditimbulkan oleh hydrogen sulfide ini sangat mudah untuk dikenali.
Dalam praktek kali ini pengujian hydrogen sulfide dilakukan dengan
menggunakan Larutan AMIN dan indicator FeCl3. Pembacaan H2S
dilakukan dengan spektrofotometer UV-VIS pada panjang gelombang 670
nm. Blanko yang digunakan terbuat dari larutan penjerap H2S yang terdiri
dari CdSO4 dan NaOH.
C. PERALATAN
1.
Neraca
8.
analitik
2.
tabung reaksi
Spektr
ofotometer
Kuvet
4.
Oven
5.
Hot
plate
Labu
ukur
7.
D. REAGEN
1.
2.
Midget impinger
Tabung
reaksi
9.
3.
6.
Rak
16. Spatula
Aquades
Larutan penjerap H2S
V=
tx
Keterangan :
V = Volume udara yang dihisap (l)
F1 = Laju alir awal (l/menit)
F2 = Laju alir akhir (l/menit)
t
Pa
C=
x 1000
Keterangan
C ppm =
Keterangan :
C ppm = Konsentrasi H2S (mg/l)
C = Konsentrasi H2S di udara (g/m3)
b. Pemeriksaan contoh uji timbal dari TSP dengan metode AAS pada
panjang gelombang 283,3 nm.
c. Cara perhitungan konsentrasi timbal di udara ambien.
C. PERALATAN
1. AAS
2. Erlenmeyer
3. Hot plate
4. Penjepit tungsten
5. Pushball (Karet penghisap)
6. Gelas ukur
7. Pipet ukur
8. Kertas saring
9. Corong
10. Filter Whatman No. 40
D. REAGEN
1. Kertas filter
2. Larutan HCl (1 + 2)
Masukkan 300 ml aquades ke dalam gelas piala 1000 ml.
Menambahkan ke dalamnya 333 ml HCl pekat dan kemudian
tepatkan dengan aquades hingga tanda tera, kemudian homogenkan.
3. Larutan HNO3 (2 + 98)
Memasukkan 200 ml aquades ke dalam gelas piala 1000 ml.
Menambahkan ke dalamnya 20 ml HNO 3 pekat dan kemudian
tepatkan dengan aquades hingga tanda tera, kemudian homogenkan.
4. H2O2 30 %
E. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan kertas filter terpapar debu yang berasal dari pengujian total
partikulat tersuspensi (TSP) kemudian menimbang kertas filter terpapar
debu tersebut.
Keterangan :
= Kadar timbal di udara (g/
3. LABORATORIUM
PEMELIHARAAN
ALAT,
TUJUAN
Untuk menjamin ketepatan (akurasi) dan ketelitian pengukuran volume.
B. ACUAN
Prosedur Operasional 5.4
C. PRINSIP
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran penunjukkan alat
ukur dengan cara membandingkan terhadap standart ukurnya (master) yang
telusur ke standart nasional / internasional.
D. PERALATAN
1. Neraca analitik
4. Gelas beaker
2. Termometer gelas
5. Tissue
3. Labu ukur
E. BAHAN
Air suling
F. PROSEDUR KERJA
1. Memberi label berupa nomer label pada labu ukur yang akan dikalibrasi
dengan spidol permanent.
2. Menempatkan labu ukur yang akan dikalibrasi dan air suling dalam ruang
kalibrasi kemudian kondisikan dalam suhu 20 oC 2oC dan kelembapan 55
10 % RH selama 24 jam.
3. Menyiapkan peralatan.
3.1 Form lembar kerja kalibrasi labu ukur
3.2 Neraca analitik (untuk kapasitas 100 ml/kurang digunakan neraca dengan
resolusi 0,0001/lebih teliti, sedangkan untuk kapasitas lebih dari 100 ml
digunakan neraca dengan resolusi 0,01, usahakan kapasitas maksimal neraca
lebih dari massa labu ukur dalam keadaan penuh air).
3.3 Termometer gelas 0oC-100oC
3.4 Tissue
3.5 Labu ukur dan air suling yang telah dikondisikan pada nomor 2.
4. Mencatat informasi umum (tanggal kalibrasi), idenditas alat (idenditas
standart) dan kondisi ruang yang digunakan untuk kalibrasi (suhu udara,
kelembapan, tekanan udara) yang terdapat pada form lembar kerja sebelum
dilakukan kalibrasi.
5. Menimbang labu ukur dalam keadaan kosong.
6. Mencatat hasil penimbangan sebagai massa bejana kosong (m0) dalam gram.
7. Mengukur suhu air suling di dalam penampungan sebelum digunakan dan
mencatat hasilnya.
8. Mengisi labu ukur yang dikalibrasi dengan air suling hingga miniskus tepat
pada tanda batas.
2. Termometer gelas
6.
Stopwatch
3. Pipet ukur
7.
Tissue
4. Gelas beaker
E. BAHAN
Air suling
F. PROSEDUR KERJA
1. Menempatkan pipet ukur yang akan dikalibrasi, gelas beaker kering dan air
suling dalam ruang kalibrasi kemudian kondisikan dalam suhu 20 oC 2oC
dan kelembapan 55 10 % RH selama 24 jam.
2.
Menyiapkan neraca analitik, tissue dan pipet ukur, gelas beaker kering, air
suling yang telah dikondisikan pada no 1.
3.
4.
5.
Mengisi pipet ukur yang dikalibrasi dengan air suling hingga miniskus tepat
pada skala teratas.
6.
7.
Meletakkan pipet pada posisi vertikal dengan ujung pipet menyentuh bagian
dalam gelas beaker. Mengeluarkan 20 % isi pipet, setelah aliran berhenti
tunggu selama 30 detik dan angkat.
8.
9.
10.
11.
Mengulangi prosedur kerja 5-10 pada volume 40%, 60%, 80% dan 100%.
12.
Neraca analitik
Termometer gelas
Pipet ukur
Gelas beaker
E. BAHAN
Air suling
F. PROSEDUR KERJA
1. Menempatkan pipet volume yang akan dikalibrasi, gelas beaker kering dan
air suling dalam ruang kalibrasi kemudian kondisikan dalam suhu 20 oC 2oC
dan kelembapan 55 10 % RH selama 24 jam.
2. Menyiapkan neraca analitik, tissue dan pipet volume, gelas beaker kering, air
suling yang telah dikondisikan pada no 1.
3. Menimbang gelas beaker dalam keadaan kosong.
4. Kemudian mencatat hasil penimbangan.
5. Mengisi pipet volume yang dikalibrasi dengan air suling hingga miniskus
tepat pada tanda batas.
6. Mengeringkan bagian luar pipet volume dengan tissue.
7. Meletakkan pipet pada posisi vertikal dengan ujung pipet menyentuh bagian
dalam gelas beaker. Mengeluarkan seluruh isi pipet, setelah aliran berhenti
tunggu selama 30 detik dan angkat.
8. Menimbang gelas beaker beserta isinya.
9. Kemudian mencatat hasil penimbangannya.
10. Mengulangi prosedur kerja 5-8 sebanyak 4 kali, sehingga diperoleh 5 data.
11. Melakukan perhitungan ketidakpastian hasil kalibrasi.
4. KALIBRASI BURET
A. TUJUAN
Untuk menjamin ketepatan (akurasi) dan ketelitian pengukuran volume.
B. ACUAN
Prosedur Operasional
C. PRINSIP
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran penunjukkan alat
ukur dengan cara membandingkan terhadap standart ukurnya (master) yang
telusur ke standart nasional / internasional.
D. PERALATAN
E.
1.
Neraca analitik
4. Gelas beaker
2.
Termometer gelas
5. Tissue
3.
Buret
BAHAN
Air suling
F. PROSEDUR KERJA
1. Mengkondisikan ruangan kalibrasi dalam suhu 20 oC 2oC dan kelembapan
55 10 % RH.
2. Menyiapkan gelas beaker kering, buret yang akan dikalibrasi, air suling
yang telah dikondisikan pada no 1 dan tissue.
3. Menimbang gelas beaker dalam keadaan kosong.
TUJUAN
Untuk menjamin ketepatan (akurasi) dan ketelitian pengukuran suhu.
B.
ACUAN
Prosedur Operasional
C.
PRINSIP
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran penunjukkan alat
ukur dengan cara membandingkan terhadap standart ukurnya (master) yang
telusur ke standart nasional / internasional.
D. PERALATAN
1. Neraca analitik
2. Termometer
5. Tissue
3. Termometer standart
E. PROSEDUR KERJA
1. Yakinkan bahwa termometer, termometer standart dan semua peralatan
yang akan digunakan berada dalam posisi yang baik.
2. Pada lembar kalibrasi catat kondisi ruang (suhu dan kelembaban) dan
spesifikasi termometer yang dikalibrasi.
3. Mengkondisikan
termometer
pada
titik
nol-nya
yaitu
dengan
B. ACUAN
Prosedur Operasional
C. PRINSIP
Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran penunjukkan alat
ukur dengan cara membandingkan terhadap standart ukurnya (master) yang
telusur ke standart nasional / internasional.
D. PERALATAN
1. Neraca analitik
4. Termometer
2. Waterpass
5. Pinset
3. Anak timbangan
E. PROSEDUR KERJA
1. Menyiapkan neraca analitik yang akan dikalibrasi dengan menentukan
ketepatan waterpass.
2. Menyalakan neraca analitik selama 5 menit untuk pemanasan.
3. Menyiapkan anak timbangan.
4. Mencatat suhu, kelembaban dalam ruang kalibrasi dilaksanakan.
5. Daya ulang pembacaan
j.
Mengulangi prosedur kerja d dan e pada posisi depan, kanan, kiri dan
belakang pada pan.
10.
11.
Keterangan :
= jumlah data i s/d n
n
= banyaknya data
S=
SD =
Keterangan :
xi = data ke-i
x = rata rata x
UA =
SD
n
Keterangan :
SD = Standar deviasi
n = banyaknya data
7. Melakukan perhitungan ketidakpastian tipe B (uB)
Yaitu ketidakpastian yang diperoleh berdasarkan scientific judgement yang
mengacu pada informasi yang ada seperti :
Data pengalaman atau informasi karakter alat
Data kalibrasi sebelumnya
Data spesifikasi alat dari pabrik pembuat
Ketidakpastian dari buku literature dan sebagainya.
Keterangan :
EAMK1 = ketidakpastian referensi / kalibrator yang besarnya telah
diketahui
k=2
k=
uB2 =
Keterangan :
EADK1 = Resolusi alat yang dikalibrasi
Veff
uA, uB, uC, adalah ketidakpastian dan derajat kebebasan yang telah
dijelaskan pada butir 5a 5d di atas.
9. Faktor cakupan (coverage factor) efektif (keff)
Nilai keff dapat dicari melalui tabel distribusi student-t berdasarkan
derajat kebebasan efektif (Veff) dan tingkat konfidensial yang ditetapkan.
10. Ketidakpastian ekspansi / terentang
Perhitungan ketidakpastianekspansi merupakan perhitungan terakhir dari
seluruh
tahapan
perhitungan
ketidakpastian
pengukuran.
Nilai
4. LABORATORIUM BIOLOGI
INSTRUKSI KERJA CONTOH UJI
1. PENGUJIAN BAKTERI GOLONGAN KOLIFORM PADA
AIR
A. METODE
Tabung Ganda
B. PRINSIP
Bakteri yang berbentuk batang, bersifat aerob atau fakultatif aerob, tak
membentuk spora, bersifat gram negative dan dapat meragikan lactose
serta membentuk gas dalam waktu 2 x 24 jam pada suhu 35o C atau 37oC.
C. PERALATAN
a) Alat laboratorium :
Autoclave, incubator 35oC atau 37oC, timbangan, kompor listrik,
lampu spirtus dan rak tabung .
b) Alat gelas :
Pipet, tabung reaksi, tabung durham dan ose.
lauryl tryptose broth single strength inokulasikan masingmasing 1 ml contoh dan 0,1 ml contoh.
4. Semua tabung lauryl tryptose broth di inkubasi pada suhu 35oC
atau 37oC selama 24 - 48 jam.
b) Uji Penegasan (Confirmasi Test )
1. Dari setiap tabung yang menunjukkan gas positif pada uji
presumtif, kocok dan ambil masing-masing 1 ose.
2. Inokulasikan pada tabung BGLB. Tabung BGLB di inkubasi
pada suhu 35o C atau 37o C selama 24 - 48 jam.
3. Jumlah tabung BGLB yang positif gas dicatat dan hasilnya
dirujuk ketable MPN II angka yang diperoleh dari tabel
menunjukkan MPN Coliform per 100 ml contoh uji.
3. METODE 15 TABUNG (PENGENCERAN)
Jika contoh uji diperkirakan telahterkontaminasi berat, maka 1 ml dari
setiap langkah pengenceran di tanam kedalam 5 tabung yang
mengandung 10 ml media Lauryl tripose broth single strength.
a) Uji Praduga (presumtif test)
1.
Siapkan 15 tabung Lauryl triptose broth double strength (isi
masing masing 10 ml), siapkan pula air pengencer buffer
2.
3.
4.
5.
pengenceran 10-2.
Lakukan pengenceran pada contoh uji hingga didapat
pengenceran 10-3 dan 10-4 atau dibuat sesuai dengan
6.
single
strength
yang
lain-lain
masing-masing
7.
2. PEMERIKSAAN
BAKTERI
GOLONGAN
COLIFORM
1. Contoh air yang sudah dieramkan selama 48 jam diamati dan dihitung
jumlah koloni yang ada.
2. Apabila perhitungan tidak dapat dilakukan pada akhir 48 jam, masih
dapat ditunda sampai 24 jam dengan syarat didinginkan 5oC 10oC.
3. Dihitung jumlah kuman (koloni) setelah 48 jam dari lempeng yang
berisi koloni 30 - 300 saja.
4. Bila jumlah koloni yang tumbuh pada lempeng berisi 1 ml contoh air
kurang 30 hasil tetap dipakai dengan mengabaikan ketentuan di atas.
5. Apabila jumlah koloni yang tumbuh pada lempeng semuanya melebihi
300 maka dipilih lempeng yang jumlah koloni mendekati 300.
6. Hasil ditulis dalam bilangan yang terdiri tidak lebih dari dua angka
belakang koma sebagai pembulatan
Contoh perhitungan :
Lempeng I
pengenceran 10 kali = p koloni
Lempeng II
pengenceran 100kali = q koloni
Lempeng III
Kontrol
= r koloni
Jumlah koloni / ml =
salmonella
homogenkan
dengan
polivalen
cara
pada
suspense.
menggoyangkan
kaca
Kemudian
objek
atau