Anda di halaman 1dari 42

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin,kami panjatkan puji syukur kepada Allah SWT. Yang telah


melimpahkan rahmat,berkat,rezeki taufik serta hidayah-nya yang tiada terkira besarnya. Dan
memberi kami kesempatan dalam menyelesaikan laporan PKL (Praktik Kerja Lapangan) ini
dengan baik. Laporan ini disusun guna memenuhi salah satu dari persyaratan didalam
menyelesaikan PKL (Praktik Kerja Lapangan) bagi siswa jurusan Teknologi Laboratorium
Medik.

Kami menyadari Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan selama 3 (Tiga) bulan maupun pada penyusunan Laporan. Tetapi berkat kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar serta bimbingan
dan bantuan dari Kakak Pembimbing serta usaha kerja keras kami,laporan dan Kegiatan PKL
(Praktik Kerja Lapangan) ini dapat diselesaikan sebagai mana mestinya. Oleh karena itu,kami
ingin Mengucapkan banyak terima kasih Kepada :

1. Hi. Ibrahim Nteya, S.Pd. Selaku kepala SMK Teknologi Muhammadiyah Limboto
2. dr. Grace Tumewu,Selaku direktur RSUD. Otanaha
3. dr. Nurliana Ibrahim, M.Kes Sp. PK. Selaku Penanggung jawab Laboratorium RSUD.
Otanaha
4. Ibu Surifah Saminah, A.Md.Anakes. Selaku kepala ruangan Laboratorium RSUD.
Otanaha
5. Seluruh Staf dan Karyawan Laboratorium RSUD. Otanaha
6. Fitri Astuti Said, Selaku ketua panitia PKL SMK Teknologi Muhammadiyah Limboto
7. Nurventy H.L Husuna, S.Pd, selaku ketua kompotensi keahlian Teknologi Laboratorium
Medik SMK Teknologi Muhammadiyah Limboto
8. Nurain Ismail, A.Md.Kes. Selaku guru produktif Teknologi Laboratorium Medik
9. Dirgahayu Rahman, A.Md.Kes. Selaku guru produktif Teknologi Laboratorium Medik
10. Saprin Otoluwa, A.Md.Kes Selaku guru Produktif Teknologi Laboratorium Medik
Limboto. April 2022
Prakerin

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Praktik Kerja Lapangan atau yang biasa disebut PKL adalah kegiatan yang dilakukan di
Instansi atau lapangan kerja lain untuk penerapan, pemantapan, dan peningkatan kompetensi.
Penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan merupakan bagian dari pelaksanaan pembelajaran pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang melibatkan Masyarakat, khususnya dunia kerja.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) juga bertujuan untuk memberikan bekal ilmu dalam dunia
kerja agar dimasa mendatang para siswa dapat bersaing dalam dunia industri yang semakin ketat
seperti saat ini, untuk mempersiapkan siswa agar memiliki kemampuan teknis dengan wawasan
yang luas dan fleksibel di era kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, meningkatkan mutu
dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta mengasah dan mengimplementasikan materi
yang diperoleh siswa dari sekolah terkait program keahliannya masing-masing.

1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertjuan untuk memperkuat penguasaan kompetensi
teknis sesuai dengan Kompetensi Keahliannya dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik menghayati, dan mengamalkan untuk menginternalisasi nilai-nilai positif ke dunia kerja,
dalam rangka membangun pribadi peserta didik yang berkarakter untuk membekali wawasan
kepada siswa tentang lapangan kerja serta memantapkan kemampuan sesuai bidang
kejuruannya.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Memberikan pengalaman kerja langsung kepada peserta didik dalam rangka
menanamkan iklim kerja positif yang berpotensi peduli moto proses dan hasil kerja.
2. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun dan mengembangkan
kepribadiannya yang berkarakter sesuai dengan nilai-nilai positif yang tumbuh dan
diperlukan oleh masyarakat, khususnya di dunia kerja yang ditekuni.
3. Menanamkan etos kerja yang tinggi bagi peserta didik ,untuk memasuki dunia kerja
sesuai dengan pasar global.
4. Memenuhi hal-hal yang belum dipenuhi di sekolah agar mencapai keutuhan standar
kompetensi lulusan.
5. Mengaktualisasikan salah satu bentuk aktivitas dalam penyelenggaraan model
Pendidikan Sistem Ganda (PSG) antara SMK dan institusi pasangan yang memadukan
secara sistemis dan sistemik program Pendidikan di sekolah (SMK) dan program
pelatihan penguasaan keahlian di dunia kerja Instansi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Singkat RSUD. Otanaha

Keberadaan RSUD Otanaha Kota Gorontalo merupakan milik Pemerintah Kota


Gorontalo yang merupakan RSUD pengembangan dari Puskesmas Perawatan Pilolodaa yang
dibangun pada tahun 1970 dengan nama Balai Pengobatan Potanga yang menempati salah satu
ruangan Kantor Camat Kota Barat, pada tahun 1975 dengan berbagai upaya dari segenap unsur
Pemerintah dan Masyarakat serta biaya swadaya masyarakat maka penambahan ruangan dengan
bertambah fungsinya menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA). Pada tahun 1990 beralih
menjadi Puskesmas Pilolodaa dengan rawat inap Kotamadya Gorontalo. Rumah Sakit Umum
Daerah Otanaha diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada tanggal 19 Maret 2010 dan mulai
beroperasi pada tanggal 19 Maret 2010 dengan jumlah pegawai 79 orang yang terdiri dari pejabat
struktural 4 (empat) orang dan fungsional serta staf administrasi 75 orang, jumlah tempat tidur
pasien 35TT.
Dengan semakin meningkatnya kegiatan dan tuntutan kebutuhan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan, maka mulai diupayakan adanya gedung rumah sakit yang representatif
berlokasi di Kecamatan Kota Barat + 1 KM dari tempat semula.Pada tahun 2013 secara
berangsur-angsur kegiatan pelayanan Rumah Sakit Otanaha pindah ke eks Gedung Dinas Sosial
Provinsi Gorontalo yang bertempat di Kelurahan Buladu Kec. Kota Barat yang diresmikan
pemakaiannya oleh Walikota GorontaloPada tanggal 14 Januari 2013. Selanjutnya pada tanggal
13 Februari 2013 Instalasi Rawat Darurat diresmikan oleh Walikota Gorontalo. Adapun jumlah
tempat tidur pasien 35 TT, dengan pembagian ruang terdiri dari Rawat jalan yang terbagi (poli
umum, poli bedah, poli anak, poli gigi, poli kebidanan) Rawat Inap terdiri dari ( Perawatan
Bedah, Anak, Perawatan Interna dan Kebidanan) serta ruang apotik, laboratorium, Instalasi Gizi
dan administrasi. Selanjutnya pada bulan Desember 2013 bertambah ruang rawat inap kelas III
untuk anak dengan jumlah tempat tidur 15 TT.
Dengan berpindahnya kegiatan RSUD Otanaha ke lokasi yang baru, maka perkembangan
dan kemajuan yang dialami RSUD Otanaha semakin meningkat seiring dengan
perkembangannya melalui pembangunan gedung-gedung baru dan penambahan Sumber Daya
Manusia dalam rangka memenuhi standar Rumah Sakit menuju akreditas. Perkembangan ini
dapat dilihat dimana pada bulan Desember 2013 dibangun fasilitas Instalasi Pengolahan Air
Limbah (IPAL) untuk layanan 120 TT, bulan Oktober 2014 dibangun Unit Tranfusi Darah,
ICCU dan Ruang Perawatan IV Kelas III yang diresmikan oleh Walikota Gorontalo pada bulan
Januari 2015. Selanjutnya Tahun 2015 mulai dirintis pembangunan Ruang Radiologi dengan luas
bangunan 13 X 14,5 M², pembangunan gedung VIP dan penambahan selasar yang menjadi
penghubung antar gedung.
Untuk Tahun 2016 dibangun ruang interna kelas I &ll sebanyak 7 kamar, ruang kebidanan,
ruang bedah kelas I,II,III serta ruang operasi dan penambahan ruang VIP sebanyak 8 Kamar.
Yang kesemuanya akan diresmikan pada Tahun 2017 oleh Bapak Walikota Gorontalo.
Pada Juli 2017 ruang kebidanansudah dapat difungsikan yang terdiri dari ruang bersalin
dengan 5 TT ,Gynekologi 1 TT dan ruang nifas dengan 12 TT. RSUD Otanaha mendapatkan
alokasi anggaran dari dana alokasi umum (bantuan Provinsi) dengan pembangunan ruang central
opname dan ruang poliklinik/rawat jalan, yang kesemua ruangan tersebut akan diresmikan pada
akhir Tahun 2017 oleh Bapak Walikota Gorontalo serta akan difungsikan pada awal Tahun 2018.
Pada Tahun 2018 RSUD Otanaha Kota Gorontalo melaksanakan pembangunan kamar
jenazah dan Ruang Central Steril Suplly Department (CSSD). Untuk Tahun 2019 dilaksanakan
pembangunan Instalasi Farmasi dan Gudang Obat serta Rehab Gedung Poliklinik dan Rumah
Dinas Dokter.

2.2 Visi dan Misi


Visi RSUD Otanaha :
Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Rujukan Regional yang Bermutu Menuju Rumah Sakit yang
Terakreditas Paripurna di Provinsi Gorontalo
Misi RSUD Otanaha :
1. Melaksanakan Pelayanan Medik, Pelayanan Keperawatan dan Pelayanan Penunjang Medik
yang bermutu dan SMART (Sopan, Manusiawi, Ramah, dan Terampil)
2. Mengembangkan kemampuan pelayanan dengan kemampuan pengelolaan lingkungan
yang sehat dan produktif
3. Mengelola Seluruh Sumber Daya Secara Transparant, Efektif, Efisien dan Accountable
4. Meningkatkan dan Mengembangkan Sistem Rujukan dan Jejaring Pelayanan Medik

2.3 Moto RSUD. Otanaha


Kepuasan Pasien Adalah Tujuan Pelayanan Kami. Family Hospital, Hospital Love Family.

2.4 Phelobotomy

Phelobotomy berasal dari Bahasa Yunani yakni phlebos (pembuluh darah vena) dan tome
(memotong). Menurut sejarah, Phlebotomy sejak 2000 tahun yang lalu telah digunakan untuk
mengeluarkan darah (bloodletting) dan menyembuhkan pasien. (warstek.com)

Phelobotomy adalah proses membuat tusukan dipembuluh darah, biasanya di lengan,


dengan kanula untuk tujuan pengambilan darah. Prosedur itu sendiri dikenal sebagai fungsi vena,
yang juga digunakan untuk terapi intravena. Seseorang yang melakukan phlebotomy disebut
phlebotomist.

Prinsip : Phlebotomy dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah guna
mengeluarkan sejumlah volume darah.

Ada dua metode pengambilan darah yaitu :

A. Pengambilan darah vena


1. Alat dan bahan untuk melakukan pengambilan darah vena :
a. Spuit
b. Tourniquet
c. Kapas alcohol
d. Plester
e. Tabung

2. Prosedur pengambilan darah vena :


a. Lakukan pendekatan pasien dengan tenang dan ramah, usahakan pasien senyaman
mungkin.
b. Identifikasi pasien dengan benar sesuai dengan data di lembar permintaan.
c. Minta pasien meluruskan lengannya, pilih lengan yang banyak melakukan aktivitas.
d. Minta pasien mengepalkan tangan.
e. Pasang tourniquet kira kira 10 cm di atas lipatan siku.
f. Pilih bagian vena median cubital, atau cephalica. Lakukan perabaan (palpasi) untuk
memastikan posisi vena teraba seperti sebuah pipa kecil, elastis dan memiliki dinding
tebal.
g. Melakukan disinfeksi pada daerah vena tersebut menggunakan kapas alcohol satu arah,
kemudian tunggu hingga mengering.
h. Tusuk vena dengan bagian jarum menghadap ke atas.
i. Lepas tourniquet dan minta pasien membuka kepalan tangannya.
j. Volume darah yang diambil sesuai dengan jumlah yang dperlukan untuk pemeriksaan.
k. Letakkan kapas di tempat suntikan lalu tarik jarum. Pindahkan darah ke dalam tabung.
l. Lepas kapas lalu plester selama kira-kira 15 menit.

B. Pengambilan darah kapiler

1. Alat dan bahan pengambilan darah kapiler :


a. Lancet steril atau autoclick.
b. Kapas alcohol
2. Prosedur pengambilan darah kapiler :
a. Perkenalkan diri dan menjelaskan apa yang akan dilakukan.
b. Siapkan segala peralatan yang dibutuhkan untuk mengambil sampel.
c. Pilihlah jari yang akan diambil darahnya, hindari ibu jari dan jari kelingking, karena
faktor infeksius besar, apabila terjadi infeksi maka akan menjalar. Disarankan untuk jari
manis, tengah dan telunjuk karena ketiga jari tersebut merupakan jalur limfa tertutup,
resiko infeksius sedikit.
d. Basahi jari yang akan dilakukan penusukan dengan kapas alcohol, dengan cara memutar
dari dalam/tengah ke luar area penusukan Biarkan mengering.
e. Tusukan jarum dengan sedikit menekan jari.
f. Usapkan dengan kapas kering saat sudah mengeluarkan darah.

2.5 Pemeriksaan Hematologi

2.5.1 Pemeriksaan Darah Rutin Menggunakan Alat Hematologi Analyzer Nihon Kohden
celltac a, MEK-6510K
Hematology analyzer adalah perangkat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
komponen-komponen yang ada di dalam darah. Alat ini merupakan instrument utama yang
digunakan di laboratorium klinik. (Mengko, 2013).
Prinsip : Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai Panjang
gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan
prinsip flow cytometer.

1. Prosedur pengukuran sampel


a. Homogenkan sampel dengan antikoagulan secara perlahan dengan membolak
balikkan tabung sebanyak 20 kali.
b. Pada layar READY, masukkan dan periksa kembali patient ID, Sampel type dan
dilute mode yang disesuaikan dengan kebutuhan pengukuran sampel.
c. Letakkan jarum sampel kedalam tabung darah, sehingga ujung jarum sampel
mendekati dasar tabung tetapi tidak menyentuh dasar tabung.
d. Kemudian tekan tombol counting. Sampel akan dihisap pengukuran dimulai.
e. Hasil pengukuran akan ditampilkan dilayar selama kurang lebih 1 menit.
f. Catat hasil pemeriksaan.

2. Interpretasi Hasil
1) Leukosit
a. WBC : 4.000 – 11.000 /ul
b. LY : 20 – 50 %
c. MO : 2- 10 %
d. GRA : 35 – 70 %
2). Eritrosit
a. RBC : Lk : 4,5 – 6,5 juta/ul
Pr : 3,6 – 5,8 juta/ul
b. MCV : 80 – 96 fL
c. HCT : Lk :40 – 50 %
Pr : 36 – 45 %
3). Hemoglobin
a. HGB : Lk : 13 – 18 g%
Pr : 11 -16, 5 g%
An : 12 – 14 g%
b. MCH : 23 – 33 pg
c. MCHC : 32 -36 %
4). Trombosit
a. PLT : 150.000 – 450.000 /ul

2.5.2 Pemeriksaan LED


Laju endap darah (LED) atau dalam bahasa Inggrisnya erythrocyte
sedimentation rate (ESR) merupakan salah satu pemeriksaan rutin untuk
darah. Proses pemeriksaan sedimentasi (pengendapan) darah ini diukur
dengan memasukkan darah ke dalam tabung khusus selama satu jam.
Makin banyak sel darah merah yang mengendap maka makin tinggi laju
endap darahnya (Azhar,2009).
Laju endap darah berfungsi untuk mengukur kecepatan pengendapan
darah merah di dalam plasma (mm/jam). Laju endap darah dijumpai
meningkat selama proses inflamasi/peradangan akut, infeksi akut dan
kronis, kerusakan jaringan (nekrosis), penyakit kolagen, reumatoid,
malignansi, dan kondisi stress fisiologis misalnya kehamilan (Kiswari, 2014).
Metode : Semi Automatic dengan LED Vesmatic Easy

Prinsip : Proses pengendapan partikel-partikel padat yaitu sel-sel eritrosit ke dasar tabung
dalam suatu cairan yaitu plasma darah.

1. Alat dan Bahan :


a. LED Vesmatic Easy
b. Tabung Vesmatic Easy
c. Sampel darah K3EDTA
d. Nacl

2. Prosedur Kerja :

a. Petugas mencuci tangan dan memakai APD (jas laboratorium, masker, sarung tangan,
dan sepatu tertutup
b. Petugas menghubungkan alat dengan sumber arus listrik
c. Petugas menghidupkan UPS dengan menekan tombol power
d. Petugas menyalakan alat Vesmatic Easy dengan menekan tombol “On”,
e. Petugas memilih menu pemeriksaan dengan menekan tombol “UP” atau “DOWN”
f. Petugas memilih menu “ESR I” untuk pemeriksaan LED 1 jam dan “ESR II” untuk
LED 2 jam,dengan urutan tabung yang sesuai
g. Petugas memilih menu “ESR I RANDOM” atau “ESR II RANDOM” untuk
pemeriksaan LED 1 jam dan 2 jam dengan urutan tabung acak
h. Petugas meletakkan tabung LED pada hole/lubang yang pada layarnya tertera huruh
“F” atau Free Position
i. Petugas menekan tombol “OK”
j. Layar monitor menunjukkan secara berturut-turut angka “1” dan “2”
Layar monitor menunjukkan huruf “A” artinya alat sedang membaca hasil LED 1 jam
k. Layar monitor menunjukkan huruf “B” artinya alat sedang membaca hasil LED 2 jam
l. Hasil pemeriksaan akan didapat secara otomatis ketika layar menunjukkan huruf “W”

3. Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan laju endap darah LED diukur dalam mm/jam atau millimeter per jam.

Pria : 00-15 mm/jam


Wanita : 00-20 mm/jam

2.5.3 Pembuatan Sediaan Apusan Darah


1. Pembuatan Apusan Darah Tipis
Pemeriksaan preparat apus darah tipis merupakan bagian yang penting dari rangkaian
pemeriksaan hematologi. Keunggulan dari pemeriksaan apus darah tepi ialah mampu
menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti morfologi sel (eritrosit, leukosit, trombosit),
menentukan jumlah dan jenis leukosit, mengestimasi jumlah trombosit dan
mengidentifikasi adanya parasit (Riswanto, 2013).
Metode : Slide

Prinsip : Meneteskan darah pada kaca objek kemudian ditarik lurus sampai ujung preparat
lalu diindentifikasi di bawah mikroskop.
2. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Kaca Objek
c. Rak Pengecatan
d. Pipet Tetes
e. Giemsa
f. Methanol
g. Aquades
h. Sampel darah

3. Pembuatan Preparat Apusan Darah Tabung vakum EDTA harus dikocok keatas dan
kebawah agar plasma darah bercampur dengan sel-sel darah.
a. Darah diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada preparat (obyek glass).
b. Selanjutnya obyek glass diletakkan pada sudut 25° - 30° pada tetesan darah, kemudian
ditarik lurus sampai ujung preparat (Zilvanhisna,2017).

4. Pembuatan Apusan Darah Tebal


Apusan sediaan darah tebal yaitu membutuhkan darah lebih banyak untuk
pemeriksaan dibanding dengan apusan darah tipis, sehingga jumlah parasit yang ditemukan
lebih banyak dalam satu lapang pandang, sehingga pada infeksi ringan lebih mudah
ditemukan. Sediaan ini mempunyai bentuk parasit yang kurang utuh dan kurang begitu
lengkap morfologinya. (Sandjaja,2007)
Metode : Slide

Prinsip : Meneteskan darah pada kaca objek membentuk bulat dan melakukan pengecatan
kemudian diindentifikasi di bawah mikroskop.

5. Pewarnaan Preparat Apus Darah dengan Giemsa 10%


a. Meneteskan metanol ke atas preparat untuk apusan darah tipis biarkan selama 5 menit.
Lalu sisa metanol dibuang.
b. Untuk darah tebal tidak ditetesi Metanol
c. Meneteskan larutan giemsa 10% (sampai semua apusan tergenangi) dan dibiarkan
selama 15 menit.
d. Preparat dibilas dengan air kemudian dikeringkan di udara (Priyana,2010).

2.5.4 Pemeriksaan Golongan Darah dan Rhesus


Golongan darah merupakan sistem pengelompokkan darah yang didasarkan pada jenis
antigen yang dimilikinya. Antigen tersebut dapat berupa karbohidrat dan protein (Nadia et al,
2010).

Metode : Slide

Prinsip : Reaksi antara antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan antibody yang
sama hingga terjadi aglutinasi.

1. Alat dan Bahan


e. Kertas golongan darah
f. Mikropipet
g. Sampel darah Vena / Kapiler
h. Reagen anti A, B, AB dan D

2. Prosedur Kerja
a. Darah dipipet darah ( jika darah vena) diteteskan pada kertas golongan darah
b. Ditambahkan reagen anti A, reagen anti B, reagen anti AB dan reagen anti D (Rhesus).
c. Darah pada kertas golongan darah diratakan dengan menggunakan tusuk gigi,
kemudian digoyangkan, dilihat dan diamati hasil aglutinasinya.

3. Interpretasi Hasil
Antisera Interpretasi Gol Darah
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D
O O O O/+ O
+ O + O/+ A
O + + O/+ B
+ + + O/+ AB

Ket : (+) = Aglutinasi

(o) = Tidak Terjadi Aglutinasi


Darah + Serum Anti D
(+) = Rhesus Positif
(o) = Rhesus Negatif

2.5.5 Pemeriksaan Clotting Time (CT) dan Bleeding Time (BT)


1. Pemeriksaan Clotting Time (CT)
Clotting Time adalah waktu yang diperlukan darah untuk membeku atau waktu yang
diperlukan saat pengambilan darah sampai saat terjadinya pembekuan, dalam tes ini hasilnya
menjadi ukuran aktivitas faktor-faktor pembekuan darah, terutama faktor-faktor yang
membentuk tromboplastin dan faktor yang berasal dari trombosit (Gandasoebrata, 2010).

Metode : Lee and White


Prinsip : Diukur rata rata pembekuan pada 4 tabung

Pemeriksaan Clotting Time (CT)


2. Alat dan Bahan
a. 4 Buah Tabung
b. Stopwatch
c. Sampel Darah Vena

3. Prosedur Kerja
a. Perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam tiap tabung yang dimiringkan.
b. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah
telah terjadi pembekuan.
c. Setiap pengangkatan tabung pastikan tabung lainnya tidak tergoyang.
d. Setelah darah dalam tabung pertama beku, periksa adanya bekuan di tabung kedua tiap
30 detik dan catat waktu pem-bekuannya.
e. Tindakan sama dilakukan berturut-turut dengan tabung ketiga dan keempat dan
catatlah waktu pembekuannya.
f. Masa pembekuan darah yaitu masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan
keempat.
g. Masa pembekuan dilaporkan dengan di bulatkan sampai ½ menit (Gandrasoebrata,
2013).

4. Interpretasi Hasil Clotting Time


Normal : 5 – 15 menit
5. Pemeriksaan Bleeding Time (BT)
Waktu perdarahan (Bleeding Time) adalah pengukuran in vivo adhesi dan agregasi
trombosit pada subendotel vaskular yang terluka. Tes ini memberikan perkiraan waktu
keadaan plug trombosit dan menunjukkan interaksi antara kapiler dan trombosit.

Metode : IVY
Prinsip : Masa perdarahan dapat dihitung waktu darah keluar pertama kali setelah dilakukan
penusukan pada volar lengan bawah sampai darah tidak dapat diisap kembali oleh kertas
saring pada tekanan 40 mmHg.

6. Alat dan Bahan


a. Kapas alcohol
b. Sfigmomanometri
c. Stopwatch
d. Autoklik / Lanset
e. Kertas Saring / Tissue

7. Prosedur Kerja
a. Bersihkan bagian volar lengan bawah dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai
mengering.
b. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompa sampai tekanan 40
mm hg. Selama percobaan berlangsung tekanan harus tetap setinggi itu.
c. Tegangkan kulit legan bawah dengan sebelah tangan dan tusuk dengan lanset darah
pada suatu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 ml dalamnya.
d. Jika terlihat darah mulai keluar jalankan stopwatch .
e. Isap tetes darah yang keluar itu setiap 30 detik memakai sepotong kertas saring,
jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
f. Hentikan stopwatch pada waktu pendarahan berhenti.
8. Interpretasi Hasil Bleeding Time
Normal : 1 – 6 Menit

2.6 Pemeriksaan Kimia Darah


2.6.1 Pemeriksaan Fungsi Ginjal
A. Pemeriksaan Ureum
Ureum adalah hasil akhir metabolism protein. Berasal dari asam amino yang telah
dipindahkan amonianya didalam hati dan mencapai ginjal, dan diekskresikan rata-rata 30
gram sehari.
Metode : UREASA-GLDH
Prinsip : Urea bereaksi dengan larutan acidic monoxime dengan adanya thiosemicarbazine
dan membentuk senyawa merah yang dapat ditentukan secara fotometrik.

1. Alat dan Bahan


a. Yellow tip
b. Mikropipet
c. Spektrofotometer
d. Aquadest
e. Reagen Urea
f. Sampel serum

2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu ruang.
b. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,standar, test.
c. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :

i. Standar Sampel
Standar 10 µl -
Sampel - 10 µl
Reagen 1000 µl 1000 µl

d. Campuran dihohomogenkan, dan langsung dibaca difotometer pada suhu 10 – 25o C


e. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang
340 nm.
f. Absorbansi dicatat lalu dihitung kadar urea pada sampel.

3. Interpretasi Hasil
Ureum Normal : 10 - 50 mg/dL

B. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin adalah produk limbah kimia yang berada dalam darah, limbah ini kemudian
disaring oleh ginjal dan buang kedalam urine, kreatinin merupakan produk sampingan dari
kontraksi otot normal, dimana kreatinin terbuat dari creatine yang merupakan pemasok
energy untuk otot.
Metode : Reaksi jaffe, kinetic, tanpa deproteinisasi.
Prinsip : Kreatinin dgnpicric acid dalam larutan alkaline membentuk senyawa yang
berwarna kuning orange, pictrik acid dalam konsentrasi rendah, yang digunakan dalam
metode ini, tidak menyebabkan pengendapan protein. Konsentrasi zat warna yang
terbentuk dalam waktu reaksi yang tertentu merupakan ukuran dari gangguan fungsi ginjal.
1. Alat dan Bahan :
a. Spektrofotometer
b. Tabung reaksi dan rak tabung
c. Tip
d. Mikropipet 50 ul dan 500 ul
e. Tissue
f. Sampel Serum
g. Reagen A
h. Reagen B
i. Standart kreatinin 2 mg/dL
j. Aquades

2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu ruang.
b. Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko, standar, test.
c. Pipet reagen A 500uL ke dalam tabung kosong kemudian tambahkan reagen B
500uL, Homogenkan.
blanko standar sampel

Standar - 50uL -

Sampel - - 50uL

Reagent 500uL 500uL 500uL


d. Campuran dihomogenkan, Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer.
e. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar kreatinin pada sampel.

3. Interpretasi Hasil
a. Pria : < 1,3 mg/dL
b. Wanita : < 1,3 mg/dL

C. Pemeriksaan Asam Urat


Asam urat adalah produk tambahan dari metabolisme purin. Peningkatan kadar asam
urat urin dan serum (hiperurisemia) bergantung pada fungsi ginjal, laju metabolisme purin,
dan asupan diet dari makanan yang mengandung purin. Jumlah asam urat yang berlebihan
diekresikan melalui urin. (Joyce, 2008).
Metode : yang digunakan adalah enzimatis fotometri menggunakan TBHBA (2,4,6-
tribromo 3-hodroxybenzoic acid).

Prinsip : Dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang bereaksi
dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh adanya urikase, selanjutnya hidrogen
peroksida sebagai hasil samping reaksi tersebut akan bereaksi dengan 4- aminoantipyrine
dan 2,4,6–tribomo–3-hydroxybenzoic acid (TBHBA) membentuk quinimine yang
berwarna merah muda dengan bantuan peroksidase warna yang terbentuk selanjutnya
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang
maksimal.

1. Alat dan bahan :


a. Spektrofotometer
b. Tabung reaksi dan rak tabung
c. Tip
d. Mikropipet 10 ul dan 1000 ul
e. Serum darah
f. Reagen asam urat
g. Standar asam urat
h. Aquades
2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu ruang.
b. Disiapkan 3 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko ,standar, test.
c. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
Blanko Standar Sampel

Standar - 20µl -

Sampel - - 20µl

Reagen 1000 µl 1000 µl 1000 µl

d. Campuran dihomogenkan, lalu diinkubasi selama 10 menit.


e. Lalu absorbansi larutan dibaca dengan spektrofotometer
f. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar asam urat pada sampel
3. Interpretaasi Hasil
a. Pria : < 7,0 mg/dL
b. Wanita : < 5,7 mg/dL

2.6.2 Pemeriksaan Fungsi Hati


A. Pemeriksaan SGOT / AST
Pemeriksaan SGOT/SGPT adalah pemeriksaan untuk melihat adanya
kerusakan organ hati. Glutamic Oxaloacetic Transaminase (GOT) merupakan enzim yang
banyak ditemukan pada organ hepar terutama pada sitosol. Glutamic Oxaloacetic
Transaminase diperlukan oleh tubuh untuk mengurangi kelebihan ammonia. (Ganong WF,
20008). SGOT yang sekarang lebih dikenal dengan Aspartat Transaminase (AST)
merupakan enzim yang banyak terdapat dalam organ hati. Karena itu peningkatan kadar
enzim ini pada serum dapat dijadikan indikasi terjadinya kerusakan jaringan yang akut.

Metode : Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT ditentukan dengan menggunakan


metode kinetik enzimatik (sesuai dengan IFCC).
Prinsip : Aminotransferasi ( AST ) mengkatalis transaminasi dari L aspartate dan a –
kataglutarate membentuk L – glutamate dan oxaloacetate. Oxaloacetate direduksi menjadi
malate oleh enzym malate oleh enzym malate dehydrogenase ( MDH ) dan niconamide
adenine dinucleotide ( NADH ) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang
teroksidasi, berbanding langsung dengan aktivitas AST dan diukur secara fotometrik.
1. Alat dan bahan :
a. Mikropipet 500µl , 50 µl
b. Tip kuning dan tip biru
c. Spektrofotometer
d. Reagen SGOT
e. Sampel Serum
2. Prosedur kerja :
Masukkan ke dalam tabung reaksi Test

Reagen 500uL

Serum 50 uL

a. Homogenkan
b. Baca absorbance test pada spektofotometer
c. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar asam urat pada sampel
3. Interpretasi Hasil
a. Pria : < 50 U/L
b. Wanita : < 35 U/L

B. Pemeriksaan SGPT
Pemeriksaan SGOT/SGPT adalah pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan
organ hati. Salah satu pemeriksaan biokimia hati yang biasanya digunakan adalah
pemeriksaan enzim golongan alanine aminotransferase (ALT) atau sering disebut glutamic
pyruvic transaminase (Gajawatet al, 2006). ALT (alanine aminotransferase) merupakan
enzim yang utama banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis
destruksi hepatoselular. Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati
menuju sirkulasi darah.
Metode : Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT ditentukan dengan menggunakan metode
kinetik enzimatik (sesuai dengan IFCC).

Prinsp : Alanine aminotransferase (ALT) mengkatalis transiminasi dari L – alanine dan a –


kataglutarate membentuk l – glutamate dan pyruvate, pyruvate yang terbentuk di reduksi
menjadi laktat oleh enzym laktat dehidrogenase (LDH) dan nicotinamide adenine
dinucleotide (NADH) teroksidasi menjadi NAD. Banyaknya NADH yang teroksidasi hasil
penurunan serapan (absobance) berbanding langsung dengan aktivitas ALT dan diukur
secara fotometrik dengan panjang gelombang 340 nm.

1. Alat dan bahan :


a. Mikropipet 500µl , 50 µl
b. Tip kuning dan tip biru
c. Spektrofotometer
d. Reagen SGPT
e. Sampel serum
2. Prosedur kerja :
Masukkan ke dalam tabung reaksi Test
Reagen 500 uL

Serum 50 uL

a. Homogenkan
b. Baca absorbance test setiap 60 detik selama 30 menit terhadap blanko air pada
panjang gelombang 340nm
3. Interpretasi hasil :
a. Pria : < 50 U/L
b. Wanita : < 35 U/L

C. Pemeriksaan Protein Total


Total protein merupakan semua jenis protein yang terdapat dalam serum atau plasma
yang terdiri dari albumin (60%) dan globulin (40%) (Nurfahmi, 2014). Pemeriksaan ini
dilakukan Untuk mengetahui dan indentifikasi penyakit yang menyebabkan gangguan pada
produksi protein. Protein globular diklasifikasikan berdasarkan sifat kimiawi yaitu albumin
dan globulin.
Metode : Larutan protein dibuat alkalis dengan NaOH kemudian ditambahkan larutan
CuSO4 encer. Uji ini untuk menunjukkan adanya senyawa-senyawa yang mengandung
gugus amida asam yang berada bersama gugus amida yang lain. Uji ini memberikan reaksi
positif yaitu ditandai dengan timbulnya warna merah violet atau biru violet.
Prinsip : Protein dalam serum akan bereaksi dengan ion cupri dalam suasana alkalis
sehingga membentuk senyawa kompleks berwarna ungu. intesitas warna sebanding dengan
kadar protein dalam darah.

1. Alat dan bahan :


a. Tabung reaksi
b. Mikropipet
c. Tip Biru dan Tip Kuning
d. Reagen Protein
e. Sampel
2. Prosedur kerja :
Pipet kedalam tabung Blangko Sampel

Sampel /Standar - 20 uL
Reagen 1000 uL 1000 uL

Pipet ke dalam tabung Blanko Sampel


a. Homogenkan
b. Sampel/standar - 10uL Inkubasi 10 menit
c. Baca hasil dengan
Reagen 2500uL 2500uL spektofotometer
3. Interpretasi hasil :
Normal : 6 – 8,7 g/dL

D. Pemeriksaan Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu
sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl. (Evans, 2002).
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan pada
organ hati atau tidak.
Metode : BCG (Brom Cresol Green) Pemeriksaan kadar albumin serum pada prinsip
pemeriksaan albumin dengan metode BCG yaitu serum di tambahkan pereaksi albumin
akan berubah warna menjadi hijau, kemudian di periksa pada spektofotometer. Intensitas
warna hijau ini menunjukan kadar albumin pada serum.
Prinsip : Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks zat warna BCG,
intensitas warna yang berbentuk sebanding dengan kadar albumin dalam dalam serum dan
dibaca pada panjang gelombang 630 nm
1. Alat dan bahan :
a. Tabung
b. Mikropipet
c. Tip biru
d. Tip kuning
e. Reagen
f. Sampel

2. Prosedur kerja :

a. Homogenkan
b. Inkubasi 5 menit
c. Baca dengan spektofotometer
3. Interpretasi hasil :
Normal : 3,2 – 4,5 g/dL

2.6.3 Pemeriksaan Metabolisme Karbohidrat


Pemeriksaan Glukosa
Ada 3 macam pemeriksaan glukosa yaitu :
A. Glukosa Darah Puasa atau GDP (FBS/ Fasting Blood Sugar)
Pasien akan diharuskan berpuasa selama 8-12 jam sebelum pengujian
dilakukan. Puasa sangat penting untuk mendapatkan hasil pengujian yang baik dan
konsekuen (Tisnabudi, 2011).

B. Glukosa Darah 2 jam – PP/Two Hour Postprandial Blood Sugar Test (PPBS 2-h)
Test ini menggunakan parameter yang paling sensitif dalam mendiagnosis
Diabetes Mellitus. Kadar gula darah akan dicek 2 jam setelah makan. Dilakukan
demikian karena pada orang normal, gula darah setelah 2 jam mengkonsumsi
makanan akan kembali normal. Namun tidak demikian dengan orang yang mengidap
Diabetes Mellitus (Tisnabudi, 2011).
C. Uji Glukosa Darah Sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan, bertujuan untuk melihat kadar
glukosa darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi awal individu yang diduga menderita
Diabetes Mellitus, sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Indriasari, 2009).
Metode : Uji Fotometri Enzimatis
Prinsip : Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidase glukosa.
Indikator kolorimetri yang digunakan adalah quinoneimine, yang dihasilkan dari 4-
aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida pada aksi katalis peroksidase.

1. Alat dan bahan :


a. Fotometer
b. Tabung reaksi
c. Tip blue
d. Tip yellow
e. Klinipet 1000ul dan 10ul
f. Rak tabung
g. Sampel serum
h. Reagen glukosa
2. Prosedur kerja :
Pipet ke dalam tabung Blanko Standar
Sampel/standar - 10μl
Reagen 1000μl 1000μl
Campur, inkubasi pada suhu ruangan selama 10 menit lalu baca dengan
spektofotometer
3. Interpretasi Hasil
a. Glukosa Puasa Normal : 75 – 115 mg/dL
b. Glukosa Sewaktu Normal : < 140 mg/dL
c. Glukosa 2 Jam PP Normal : < 140 mg/dL

2.6.4 Pemeriksaan Metabolisme Lemak / Profil Lipid


Lipid atau lemak merupakan salah satu komponen dalam tubuh yang digunakan
dalam berbagai proses kimiawi. Lipid berperan sebagai bahan dasar pembuatan hormon,
sumber energi, sebagai komponen struktural membran sel, juga berperan dalam
membantu proses pencernaan (Suwandi,D 2010). Profil lipid terdiri dari kolesterol total,
trigliserida, HDL, LDL dan rasio kolesterol total per HDL.
A. Pemeriksaan Cholestrol Total
Pemeriksaan kolestrol dilakukan untuk menghitung kadar lemak dalam tubuh.
Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk seperti lilin yang
diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. (Nilawati, 2008).
Kolesterol merupakan lemak yang berwarna kekuningan dan berbentuk seperti lilin
yang diproduksi oleh tubuh manusia terutama di dalam hati. Bahan makanan yang
mengandung kolesterol berasal dari organ binatang, terutama bagian otak, kuning telur dan
jeroan, tetapi bahan makanan yang bersumber dari tumbuh-tumbuhan tidak mengandung
kolesterol. (Nilawati, 2008).
Metode : CHOD-PAP
Prinsip : Pemeriksaan Kolesterol Total Metode CHOD-PAP Kolesterol ditentukan setelah
hidrolisa enzimatik dan oksidasi. Indikator quinoneimine terbentuk dari hidrogen peroksida
dan 4-aminoantipyrine dengan adanya phenol dan peroksidase.
1. Alat dan bahan :
a. Tabung reaksi
b. Mikropipet
c. Blue tip dan yellow tip
d. Tisu
e. Reagen pereaksi
f. Fotometer
2. Prosedur kerja :
a. Persiapan sampel
Blanko Sampel
Sampel - 10uL
Reagen 1000uL 1000uL
b. Campur dan inkubasi selama 10 menit
c. Baca hasil dengan spektofotometer
3. Interpretasi hasil :
Normal : < 200 mg/dL
B. Pemeriksaan Cholestrol LDL
LDL (Low Density Lipoprotein), merupakan lipoprotein yang mengangkut paling
banyak kolesterol di dalam darah. LDL dinamakan kolesterol jahat, karena kadar LDL
yang tinggi menyebabkan mengendapnya kolesterol dalam arteri. (Iman, 2004)
Metode : poyvinyl sulphate

Prinsip : Cholestrol LDL dapat di tentukan dengan perantaraan Cholestrol total yang
menggunakan supernatant setelah proses presepitasi dari fraksi LDL oleh, poiviniyl
sulphate dengan bantuan poliethyeleneglikol monomethyl ether.
1. Alat dan bahan :
a. Klinipet 50uL, 150uL, 1000ul, dan 10uL.
b. Tip biru dan kuning
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung
e. Reagen cholestrol
f. Standar cholestrol
g. Serum darah
h. centrifuge
2. Prosedur kerja :
Sampel 100uL
Reagen cholesterol 50uL
a) Homogenkan
b) Inkubasi 10 menit lalu centrifuge
c) Masukan ke dalam tabung reaksi masing – masing :
d) Homogenkan
Blanko Standar Sampel
e) Inkubasi 10
Supernatan - - 10uL
Menit
f) Baca Reagen 1000uL 1000uL 1000uL pada alat
Cholestrol
spektofotometer
3. Interpretasi Hasil
Normal : < 100 mg/dL

C. Pemeriksaan Cholestrol HDL


HDL (High Density Lipoprotein), merupakan lipoprotein yang mengangkut
kolesterol lebih sedikit. HDL sering disebut kolesterol baik, karena dapat membuang
kelebihan kolesterol jahat di pembuluh arteri kembali ke liver untuk diproses dan dibuang
(Iman, 2004).

Metode : poyvinyl sulphate

Prinsip : Cholestrol LDL dapat di tentukan dengan perantaraan Cholestrol total yang
menggunakan supernatant setelah proses presepitasi dari fraksi LDL oleh, polivinil
sulphate dengan bantuan poliethyeleneglikol monomethyl ether.
1. Alat dan bahan :
a. Klinipet 50uL, 150uL, 1000ul, dan 10uL.
b. Tip biru dan kuning
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung
e. Reagen cholestrol
f. Standar cholestrol
g. Serum darah
h. centrifuge
2. Prosedur kerja :
Sampel 150uL
Reagen cholesterol 20uL
a. Homogenkan
b. Inkubasi 10 menit lalu centrifuge
c. Masukan ke dalam tabung reaksi masing – masing :
Blanko Standar Sampel
d. Homogenkan Supernatan - - 10uL
e. Reagen 1000uL 1000uL 1000uL Inkubasi 10
Cholestrol Menit
f. Baca pada alat
spektofotometer

3. Interpretasi Hasil
Normal : > 45 mg/dL
D. Pemeriksaan Trigliserida
Trigliserida merupakan jenis lipid paling banyak yang terdapat dalam makanan.
Trigliserida tersusun oleh tiga asam lemak yang teresterifikasi ke molekul gliserol sebagai
sumber asam lemak dan membentuk lipid di jaringan adiposa. (Jim,E.L 2013).

Metode : GPO – PAP


Prinsip : prinsip dari metode ini adalah trigliserida akan dihidrolisa dengan enzimatis
menjadi gliserol dan asam bebas.

1. Alat dan bahan :


a. Clinipet 10µl dan 1000 µl
b. Spektrofotometer
c. Tabung reaksi dan rak tabung
d. Yelow dan Blue tip
e. Sample Serum
f. Reagen trigliserida.

2. Prosedur kerja :
a) Siapkan tabung reaksi dan rak tabung
b) Pipet reagen trigliserida dan tuangkan pada tabung reaksi

Blanko Standar Sampel


c) Homogenkan, kemudian
Standar _ _ _
inkubasi selama 10 menit
d) Dibaca Sampel _ _ 10uL dalam alat
Reagen 1000uL _ 1000uL
spektrofotometer

3. Interpretasi hasil
Normal : < 150 mg/dL

2.6.5 Pemeriksaan HBA1C


Pemeriksaan HbA1c untuk mengukur rata-rata jumlah hemoglobin A1c yang
berikatan dengan gula darah (glukosa) selama tiga bulan terakhir. Durasi ini sesuai
dengan siklus hidup sel darah merah, termasuk hemoglobin, yaitu tiga bulan.

Metode : Afinitas Boronat


Prinsip : Mengukur presentasi hemoglobin sel darah merah yang diselubungi oleh gula.
Semakin tinggi nilainya berarti control gula darah buruk dan kemungkinan komplikasi
semakin tinggi.
1. Alat dan bahan :
a. analyzer Epithod® 616
b. Mikropipet
c. Tip kuning
d. Cartridge
e. Darah vena/kapiler
f. Reagen 1 (R1)
g. Washing 1 (W1)
2. Prosedur kerja :
a. Tekan tombol on/of
b. Klik “test” masukkan test card
c. Isi id dan data pasien : nama, jenis kelamin, dan tanggal lahir pasien
d. Pilih sample whole blood (WB)
e. Pilih incubation default
f. Pilih start
g. Siapkan R1, buka tutup R1 setengahnya
h. Pipet darah 5uL dan masukkan ke dalam R1
i. Tutup rapat dan homogenkan 10 kali
j. Klik incubation, diamkan R1 selama 2 menit
k. Ketika detik 0:20 siapkan cartridge washing or W1 serta mikropipet dengan
yellow tip
l. Kemudian di detik 0:10 homogenkan lagi 3 kali
m. Buka tutp R1, pipet 25u teteskan ke cartridge tunggu meresap sempurna selama
15 detik (harus tegak lurus di atas membrane jarak 0,5 mm)
n. Tambahkan 25uL W1 atau washing, teteskan ke cartridge tunggu sampai meresap
sempurna selama 15 detik
o. Masukkan cartridge ke analyzer, kemudian klik “analyze” tunggu 5 detik hasil
akan otomatis di print
3. Interpretasi hasil :
Nilai Normal : 4,5% - 6,5%

2.6.6 Pemeriksaan Elektrolit


Elektrolit adalah zat kimia yang menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik
yang disebut ion jika berada dalam larutan. Ion terbagi menjadi anion dankation
tergantung mereka bergerak dalam medan listrik menuju katode anode yang
menunjukan mereka mempunyai muatan positip dan negatip.(Carl A.Bustes, dkk,1994)
Metode: ISE (Ion Selective Electrode)
Prinsip : pemeriksaannya didasarkan pada adanya potensial muatan listrik yang diantara
kedua elektrode (bolam, kalommel). Metode biosensor mempunyai prinsip : bila sample
diposisikan pada electrode Na, K, Cl ditentukan suatu keseimbangan dengan electrode
mambrane permukaan. Kemudian potensial yang terbentuk sesuai dengan logaritma
serta aktifitas analit dalam sample. Jalur elektrik diantara referens dan ISE dilengkapi
dengan empat referens electrode yang mengandung elektrik kalollel dan larutan
saltbridge. (Suganda, dkk, 2000).
1. Alat dan Bahan
a. Cup serum
b. Tabung reaksi
c. Pipet automatik
d. Sentrifugator
e. Rak tabung reaksi
f. Elektrolit analizer
g. Serum
h. Reagen 14598 Calibrator Pack Nova Biomedical

2. Prosedur Kerja :

a. Hidupkan alat
b. Pipet serum ke cup serum 
c. Masukkan kode pasien
d. Aspirasikan spesimen terhadap alat Elektrolit Analyzer
e. Hasil analisa berupa print out.

3. Interpretasi Hasil
a. Natrium (Na+) : 135-145 mEq/L
b. Kalium (K+) : 3,5-5,1 mEq/L
c. Klorida (Cl‾) : 98-106 mEq/L

2.7 Pemeriksaan Urinalisis


2.7.1 Pemeriksaan Urine Rutin
Urine atau air seni adalah sisa yang disekresikan oleh ginjal yang kemudian akan
dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urinalisis. Ekskresi urine diperlukan untuk
membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal untuk menjaga
homeostasis cairan tubuh.
Ada 3 macam pemeriksaan urine rutin yaitu :
A. Pemeriksaan Maksroskopik Urine
Pemeriksaan Makroskopik urine meliputi penentuan warna, kejernihan, dan bau.
Pemeriksaan ini memberikan informasi awal mengenai gangguan seperti perdarahan
gromerulus, penyakit hati, gangguan metabolisme bawah dan infeksi saluran kemih (ISK)
(Strasinger dan Lorenzo, 2008)
Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan urin yang dilakukan tanpa menggunakan alat, dilihat
dengan mata telanjang, dengan penerangan sinar matahari. Yang diamati dalam
pemeriksaan urine makroskopis meliputi :
a. Warna
Normal : Kuning-Kuning Muda-Kuning Tua
b. Kejernihan
Normal : Jernih
Abnormal : Agak Keruh-Keruh-Sangat Keruh
c. Bau
Jika ada bau tertentu (misal : amis) harus dilaporkan

B. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia urine memberikan informasi mengenai ginjal dan fungsi hati,
metabolisme karbohidrat, dan asam-basa. Test kimia konvensional dilakukan
menggunakan tabung reaksi dan hasil ujinya dengan mengamati adanya endapan atau
kekeruhan atau perubahan warna setelah penambahan bahan kimia cair dengan atau tanpa
pemanasan. Tes yang paling umum digunakan sekarang ini adalah test carik celup
menggunakan strip reagen, dimana reagen ini tersedia dalam bentuk kering siap pakai.
(Riswanto, dan Rizki, 2015).

Metode : Carik Celup (Strip) Menggunakan Alat Urine Analyzer


Prinsip : Prinsip pemeriksaan kimia urine metode strip adalah mencelupkan strip kedalam
spesimen urine. Dipstick akan menyerap urine dan terjadi reaksi kimia yang kemudiaan
akan mengubah warnanya dengan jenis dan tingkat tertentu dalam hitungan detik atau
menit.
Prinsip alat : Alat mengukur intensitas cahaya dari pantulan sinar pada setiap bagian urine
test strip yang disinari oleh sinar LED dengan panjang gelombang yang sudah ditentukan.
1. Alat dan Bahan
a. Strip urine test
b. Tabung
c. Tissue
d. Urine Analyzr
e. Sampel Urine
2. Prosedur Kerja
a. Masukkan urin ke dalam tabung sebanyak 10 – 12 ml.
b. Celupkan multistik kedalam urin sampai semua pita tercelup angkat dan tiriskan
melalui dinding tabung/miringkan sebentar diatas kertas tissue untuk menghilangkan
kelebihan urin pada pita.
c. Baca hasil pada alat Urine Analyzer

3. Interpretasi Hasil
a. Berat Jenis Normal : 1.003 – 1.035
b. pH Normal : 4,5 - 8
c. Leukosit Esterase Normal : Negatif
d. Nitrit Normal : Negatif
e. Albumin / Protein Normal : Negatif
f. Glukosa Normal : Negatif
g. Keton Normal : Negatif
h. Urobilinogen Normal : < = 1
i. Bilirubin Normal : Negatif
j. Darah Normal : Negatif

C. Pemeriksaan Sedimen Urine


Pemeriksaan mikroskopis Pemeriksaan mikroskopis urin adalah pemeriksaan sedimen urin,
dianjurkan urin yang diperiksa adalah urin pagi karena kepekatannya tinggi. Hasil yang
ditemukan dapat berupa unsur-unsur organik (seperti sel epitel, leukosit, eritrosit, oval fat
bodies, spermatozoa dan mikroorganisme. Unsur-unsur organik (bahan amorf, kristal dan
zat lemak) (Gandasoebrata, 2013). Pemeriksaan untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit.
Metode : Manual
Prinsip : Prinsip pemeriksaan sedimen urine konvensional yaitu menggunakan mikroskop
dengan cara mengendapkan unsur sedimen menggunakan sentrifus, endapan kemudian
diletakkan di atas kaca obyek dan ditutup dengan kaca penutup.
1. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Kaca Objek
c. Kaca Penutup
d. Sampel Urin
2. Prosedur Kerja
a. Kocoklah urin sampel dalam pot penampung, supaya sedimen tercampur dengan
cairan diatasnya.
b. Masukkan urin 10 – 12 ml ke dalam tabung sentrifus
c. Masukkan ke dalam sentrifus dan putar dengan kecepatan 1.500 rpm selama 5
menit atau 3.000 rph selama 3 menit.
d. Angkat dari sentrifus, buanglah cairan bagian atas secara cepat tapi lembut,
kemudian segera tegakkan kembali tabung sehingga diperoleh sisa ± 0,5 ml
e. Kocok kembali tabung untuk meresuspensi sedimen.
f. Taruhlah 1 tetes sedimen diatas kaca objek dan tutup dengan kaca penutup
g. Amati di bawah mikroskop dengan pembesaran objektif 10 x untuk menghitung
silinder dan epitel.
h. Gantilah perbesaran objektif 40 x untuk menghitung lekosit, eritrosit, kristal dan
bakteri
3. Interpretasi Hasil
a. Eritrosit Normal : 0 – 2 LPB
b. Leukosit Normal : 0 – 5 LPB
c. Silinder Normal : 0 – 1LPK
d. Sel Epitel Normal : 0 – 4 LPK
e. Bakteri Normal : Tidak Ada
f. Kristal Normal : Tidalk Ada

2.7.2 Pemeriksaan Kehamilan / HCG


Human Chorionik Gonadotropin (HCG) merupakan suatu hormon yang
dihasilkan oleh jaringan plasenta yang masih muda dan dikeluarkan lewat urin dan disentesa
pada retikulum endoplasma kasar, glikosilasi disempurnakan apparatus golgi.
Pemeriksaan HCG untuk mendeteksi keberadaan atau kadar hormon human chorionic
gonadotropin (HCG). Pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan sampel urine atau darah.
Hormon HCG adalah hormon yang diproduksi oleh tubuh pada masa kehamilan.
Metode : One step test (strip)
Prinsip : Prinsip dari tes ini adalah penambahan urin ke peralatan tes dan membiarkannya
berjalan di sepanjang absorban. Penanda antibodi yang menafsirkan warna melekat ke HCG
pada daerah tes dan menghasilkan pita ketika konsentrasi HCG sama dengan atau lebih dari
20 mIU/ml.

1. Alat dan Bahan


a. Wadah penampung urin
b. HCG strip test (Test pack)
c. Tissue

2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Diambil bungkusan test pack, buka bungkusannya.
c. Diambil strip test, lalu dicelupkan pada urine dalam wadah.
d. Didiamkan 3 – 5 menit, baca hasil secara makroskopis ditandai dengan perubahan
warna garis yang tertera pada test pack

3. Interpretasi Hasil
a. Positif : terbentuk garis merah pada C (control) dan T (Test)
b. Negatif : terbentuk garis merah pada C (control)

2.7.3 Pemeriksaan Narkoba


Tes narkoba adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mendeteksi jenis dan kadar
obat-obatan terlarang dalam tubuh. Jenis obat-obatan terlarang yang sering diperiksa meliputi
mariyuana, opioid, amfetamin, kokain, dan phencyclidine (PCP).

Metode : immunoassay dengan strip test

Prinsip : Reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi yang mungkin ada dalam spesimen
urine dan bersaing melawan konjugat obat untuk mengikat situs pada antibodi. Selama
pengujian, spesimen urine bermigrasi keatas dengan aksi kapiler dengan prinsip pemeriksaan
adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi (Baselt, 1982).

1. Alat dan Bahan


a. Strip test
b. Tissue
c. Urine pasien
d. Tissue

2. Prosedur Kerja
a. Diambil sampel urine yang akan di periksa.
b. Dibuka alat strip test yang telah disediakan.
c. Diletakkan diatas meja datar
d. Ditulis label sampel.
e. Dicelupkan secara vertikal strip pada spesimen urine selama 10 – 15 detik.
f. Ditunggu hingga terbentuk garis C dan T pada alat strip test.
g. Dibaca alat striptest

3. Interpretasi Hasil
a. Negatif : Dua garis muncul. Satu garis merah harus berada di wilayah kontrol (C) dan
garis merah atau pink yang lain yang jelas harus berada di daerah uji (T).
b. Positif : Satu garis merah muncul diwilayah kontrol (C). Tidak ada garis yang masuk
pada daerah uji (T).
c. Invalid: Garis kontrol gagal muncul. Volume spesimen tidak mencukupi atau teknik
prosedural yang salah adalah alasan yang paling mungkin untuk kegagalan kontrol.
Tinjau kembali prosedur dan ulangi dengan strip test baru.

2.8 Pemeriksaan Imunoserologi


2.8.1 Pemeriksaan Widal
Uji widal (widal test) adalah salah satu metode yang memanfaatkan imunologi untuk
membantu diagnosis demam tifoid, dengan reaksi aglutinasi antigen dan antibodi. Hasilnya
dinyatakan dalam positif dan negative yang menandakan adanya titer yang terbentuk sesuai
antigen dalam serum dengan antibodi pada reagen yang bereaksi secara aglutinasi (Sudibya,
2017).

Metode : Slide

Prinsip : adalah berdasarkan reaksi aglutinasi secara imunologis antara antibodi dalam serum
dengan suspensi bakteri Sebagai antigen yang homolog.

1. Alat dan Bahan


a. Mikropipet
b. Tip kuning
c. Slide 8 Ruang
d. Stik Pengaduk
e. Reagen anti Salmonella typhi dan Paratyphi O, AO, BO, CO
f. Reagen anti Salmonella typhi dan Paratyphi H, AH, BH, CH
g. Serum darah

2. Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Diambil Slide Pemeriksaan widal 8 ruang dipipet serum sebanyak 10µl menggunakan
mikropipet pada masing-masing ruang.
c. Masing-masing ruang slide diteteskan reagen Salmonellaa typhi dan paratyphi O, AO,
BO, CO, dan Salmonella typhi dan Paratyphi H, AH, BH ,CH menggunakan
mikropipet dan dicampur agar larutan menjadi homogen.
d. Di homogenkan selama 2 menit dan diamati.

3. Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan test widal dianggap positif mempunyai arti klinis sebagai berikut
(Kosasih, 1984)
a. Titer antigen O sampai 1/80 pada awal penyakit berarti suspek demam tifoid, kecuali
pasien yang telah mendapat vaksinasi.
b. Titer antigen O diatas 1/160 berarti indikasi kuat terhadap demam tifoid.
c. Titer antigen H sampai 1/40 berarti suspek terhadap demam tifoid kecuali, pada pasien
yang divaksinasi jauh lebih tinggi.
d. Titer antigen H diatas 1/80 memberi indikasi adanya demam tifoid.

2.8.2 Pemeriksaan HBsAg


Hepatitis B Virus Surface Antigen (HBsAg) merupakan protein selubung terluar VHB,
dan merupakan petanda bahwa individu tersebut pernah terinfeksi VHB. HBsAg positif dapat
ditemukan pada pengidap sehat (Healthy carrier), hepatits B akut, hepatitis b kronik, dan
sirosis hati maupun kanker hati primer (Amtarina,dkk, 2006)
Metode :immunochromatography
Prinsip : Prinsip dari metode ini adalah jika terdapat HBsAg pada serum sampel, maka
antigen tersebut akan membentuk kompleks dengan koloidemas anti-HBs terkonjugasi pada
strip. Cairan tersebut akan berpindah melewati membran nitroselulose dan berikatan dengan
antibodi anti-HBs kedua yang immobilisasi pada membran, sehingga membentuk garis merah
yang dapat dilihat.

1. Alat dan Bahan :


a. Strip HbsAg
b. Serum Darah
c. Tabung
d. Mikropipet
e. Tip Kuning
f. Timer

2. Prosedur kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil bungkusan strip pada suhu ruangan sebelum bungkusan tersebut dibuka.
c. Pipet Serum 100-300 µl kedalam tabung
d. Masukkan strip Batas serum jangan sampai pada MAX LINE
e. Keluarkan strip dan jalankan stopwatch, biarkan sampai 15 menit
f. kemudian baca hasilnya, sampai muncul garis pada area test

3. Interprestasi hasil :
a. Positif : terbentuk dua garis merah pada area control (C) dan test (T)
b. Negatif : satu garis merah muncul pada area control (C)
c. Invalid : garis control gagal untuk muncul atau hanya terbentuk
d. garis merah pada area test (T).

2.8.3 Pemeriksaan HIV


Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang merusak sel-sel kekebalan tubuh
manusia. Virus ini penyebabkan penyakit Acquired Immunodefisiency Syndrom (AIDS )
merupakan gejala penyakit yang disebabkan menurunya daya imunitas tubuh. (Suseno et al.
2015)

Metode : OnSite HIV Rapid Test-Cassete (Serum/Plasma)

Prinsip : Spesimen yang diteteskan pada ruang membran bereaksi dengan partikel yang telah
dilapisi dengan protein A (ab ) yang terdapat dalam bantalan specimen. Selanjutnya
Pengikatan antigen oleh antibodi monoclonal yang spesifik akan membentuk warna merah
pada area control (C) dan area test (T)

1. Alat dan Bahan :

a. Device Test HIV


b. Serum Darah Pasien
c. Mikropipet
d. Tip Kuning
2. Prosedur Kerja :
a. Device test dibuka dari kemasan lalu letakkan pada tempat yang kering dan rata.
b. Tambahkan 100 µl serum spesimen menggunakan mikropipet ke dalam sumuran Device
test Saat Device test mulai bekerja, akan terbentuk warna merah yang bergerak
melintasi jendela test yang terletak pada bagian tengah dari Device test tersebut.
c. Baca hasil dalam waktu 20 menit Hasil positif tidak akan berubah setelah pembacaan
dibawah 20 menit, namun untuk mencegah terjadinya hasil yang salah, pembacaan hasil
tidak boleh diatas waktu 30 menit (SOP HIV)

3. Interpretasi Hasil :
a. Reaktif : Terbentuk dua atau tiga garis berwarna, satu pada zona garis tes 1 atau 2 (atau
1 dan2 ) dan 1 pada garis control , garis warna pada zona 1 menandakan infeksi HIV-1,
dan garis warna pada zona 2 menandakan infeksi HIV -2.
b. Non reaktif : Terbentuk zona warna pada garis control.
c. Invalid : Tidak timbul garis warna pada zona control dan ulangi tes dengan alat baru.

2.9 Pemeriksaan Bakteriologi

Pemeriksaan BTA
Basil Tahan Asam (BTA) merupakan kuman berbentuk batang yang tahan terhadap
pencucian alkohol asam. Kuman ini menyebabkan penyakit tuberculosis (TB) yaitu suatu
penyakit menular dan mematikan yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia,
walaupun berbagai upaya pengendalian TB dengan menggunakan strategi Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) telah diterapkan di banyak negara. Sepertiga dari penduduk
dunia pada tahun 1995 telah terinfeksi oleh M. tuberculosis (Departemen Kesehatan, 2011).

Metode : Ziehl Neelsen


Prinsip: Mycobacterium sp memiliki dinding sel yang tebal mengandung wax dari lipid dan asam
mikolat yang menyebabkan bakteri ini sulit ditembus oleh pengecatan biasa. Komposisi cat ZN
dan mekanisme pengecatan ZN A lebih larut dibandingkan ZN B. ZN A tertahan di dalam
sitoplasma, yang menyebabkan bakteri ini tetap berwarna merah.

1. Alat dan bahan


a. Spesimen dahak
b. Kaca obyek
c. Lidi
d. Alkohol
e. Kapas dan Korek
f. Cat ZN A (Carbol fuchsin 1%) , ZN B (Asam alkohol 3%), dan ZN C (Methylen blue
0,1%)
g. Pinset
h. Rak pengecatan
i. Kertas tissue

2. Prosedur Pembuatan Preparat


a. Bersihkan kaca obyek dari kotoran dan lemak
b. Basahi kapas dengan alkohol lalu nyalakan dengan menggunakan korek
c. Fiksasi kaca objek agar tidak terkontaminasi
d. Buat apusan dengan cara mengambil sputum (dahak) yang purulent
e. menggunakan lidi dan membuat ukuran 2×3 cm (oval)
f. Ratakan apusan dahak dengan menggunakan lidi dengan gerakan spiral (coil type) dan
merata
g. Lidi yang telah digunakan dibuang ke dalam tempat sampah
3. Fiksasi
a. Setelah dibuat apusan spesimen dan fiksasi
b. Jepit dengan menggunakan pinset
c. Lewatkan sediaan di atas api sebanyak 2-3 kali selama 1-2 detik. Jika dipanaskan terlalu
lama dapat menyebabkan sediaan rusak.
4. Prosedur Pewarnaan
a. Genangi sediaan dengan cat ZN A, panaskan di atas rak pengecatan dengan menggunakan
api. Pemanasan sampai muncul uap dan tidak diperbolehkan sampai mendidih karena akan
menimbulkan endapan kristal
b. Dinginkan sekitar 10 menit
c. Buang sisa Carbol fuchsin, bilas dengan air mengalir. Usahakan tidak tepat di atas
spesimen
d. Genangi dengan ZN B (asam alkohol) selama 10-20 detik sampai warna merah hilang
(pucat)
e. Bilas dengan air mengalir
f. Genangi dengan cat ZN C, biarkan selama 1 menit, Buang sisa cat ZN C, bilas dengan air
mengalir.
g. Keringkan sediaan pada rak pengering
5. Pembacaan
a. Lihat di bawah mikroskop dengan menggunakan lensa obyektif perbesaran 10x untuk
menentukan fokus dan lapang pandang.
b. Kemudian perbesaran lendsa obyektif 100x dengan menambahkan minyak imersi.
6. Interpretasi Hasil
 Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang disebut Negatif
 Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang di sebut scanty
 Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut positif 1
 Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut positif 2, (Minimal 50 lapang
pandang)
 Ditemukan lebih dari 10 BTA dalam 1 lapang pandang disebut positif 3, (Minimal 20
lapang pandang)

3.1 Pemeriksaan Faeces


Pemeriksaan feses merupakan pemeriksaan gold standard dapat dilakukan secara
makroskopis dan mikroskopis. Pemeriksaan makrokospis dilakukan dengan menilai bentuk,
warna, konsistensi, jumlah, bau dan ada tidaknya mukus. Sedangkan, pemeriksaan mikroskopis
bertujuan untuk memeriksa parasit dan telur cacing (Swierczynski, 2010).
Pemeriksaan Feses terbagi dalam dua macam yaitu :
A. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik tinja meliputi pemeriksaan jumlah, konsistensi, warna, bau,
darah,lendir dan parasit (Gandasoebrata R, 1970). Pemeriksaan makroskopik hanya dilihat
dengan mata telanjang dan tidak memerlukan reagen apapun
Interpretasi Hasil :
a. Bau
Normal: Merangsang tetapi tidak terlalu busuk
Abnormal: Amis, busuk, tengik, dsb.
b. Pemeriksaan Warna dan Sisa Makanan
Warna dan sisa makanan diuji secara langsung dengan mengamati tinja secara visual.
Normal: Kuning Kecoklatan,
Abnormal: Hitam, merah, hijau, dst
c. Konsistensi:
Normal: Lunak (tidak keras/lembek)
Abnormal: Keras, lembek, dan encer
d. Lendir (diperiksa setelah stik ditusukkan dalam sampel lalu di ambil lagi)
Positif (+): Terdapat lendir yang ikut saat stik diambil
Negatif (-): Tidak terdapat lendir
e. Pemeriksaan Darah
Darah dapat diperiksa secara langsung maupun dengan bantuan reagen kimia untuk
mendeteksi adanya darah samar dalam tinja.
Positif (+): Ada darah
Negatif (-): Tidak terdapat darah

B. Pemeriksaann Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel
epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing (Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS, 1976)
Metode : Direct Slide
Prinsip : Larutan pengencer akan membedakan warna dengan latar belakangnya serta
memberikan kotoran yang melekat pada parasit sehingga mudah dibedakan
1. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Kaca objek
c. Lidi
d. Kaca penutup
e. Nacl 0,85% atau Eosin 1 - 2% atau lugol 1 - 2 %
f. Sampel feses pasien
2. Prosedur Kerja
a. Siapkan Kaca objek yang bersih dan kering
b. Teteskan 1 tetes larutan Nacl atau Eosin
c. Dengan ujung lidi ambil sedikit tinja yang akan diperiksa
d. Tinja tadi diaduk-aduk dengan lidi dalam tetesan larutan sampai diperoleh supsensi
yang tipis dan rata. Bagian yang keras seperti serabut dan pasir dibuang.
e. Tutup sediaan dengan kaca penutup
f. Periksa sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 10× atau 40×
3. Interpretasi Hasil
a. Epitel Normal : Ditemukan Sedikit
b. Leukosit Normal : Tidak Ditemukan
c. Makrofag Normal : Tidak Ditemukan
d. Eritrosit Normal : Tidak Ditemukan.
e. Kristal Normal : Ditemukan tidak banyak seperti , Triphelphosphat dan asam lemak
f. Abnormal : Charcot Leyden, Hematoidin
g. Sisa Makanan Normal : Tidak Ditemukan
h. Sel Ragi Normal : Tidak Ditemukan atau ditemukan hanya sedikit
i. Telur dan larva cacing Normal : Tidak Ditemukan
j. Amoeba Normal : Etanmoeba Coli
BAB III

PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan di Laboratorium kami mendapat banyak
pembelajaran dan pengetahuan di dunia usaha yang belum sempat kami pelajari di sekolah. Dari
sebagaian penjelasan dan pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan Laboratorium
harus dilakukan dengan hati-hati. Setiap pemeriksaan memiliki metode dan prinsip kerja yang
berbeda-beda tergantung dari tempat atau lokasi prakerin, untuk itu kita harus memperhatikan
prinsip kerja pemeriksaan. Banyak pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan menggunakan alat
atau rapid test, hal ini bertujuam agar meminimalisir kesalahan dalam pemeriksaan.

1.2 Saran
Selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium RSUD Otanaha, praktikan
mendapatkan beberapa saran diharapkan berguna kedepannya untuk pelaksanaan PKL jauh lebih
baik lagi dikemudian hari. Saran dari praktikkan untuk praktikkan selanjutnya, Dan
Laboratorium RSUD Otanaha Yaitu:
1. Bagi praktikan selanjutnya:
a. Bagi siswa yang ingin melaksanakan PKL, harus lebih banyak bertanya kepada kakak
pembimbing (senior) mengenai, pembelajaran yang kurang dipahami dan
pengalamannya selama kegiatan PKL.
b. Selama pelaksanan PKL, hendaknya siswa dapat menjaga nama baik sekolah asal
dengan attitude yang baik selama kegiatan PKL.
2. Bagi Laboratorium RSUD Otanaha diharapkan dapat Mempertahankan serta meningkatkan
koordinasi dan hubungan kerjasama yang baik antar karyawan di visi yang sama maupun di
visi yang berbeda dan atasan.
DAFTAR PUATAKA

ADT (Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedia dan Kanal Medika,
Yogyakarta.

Budi, SC. (2011). Manajemen Unit Rekam Medis. Yogyakarta :Quantum Sinergis
Buku Petunjuk Manual VESMATIC EASY)
Carl A. Burtis,Ashwood Edward R. Teetz, 1994, Texbook of Clinical Chemisrtry, Edisi II
Evans WT. 2002. Albumin as a drug- biologycal effects of albumin unrelated to oncotic
Gandrasoebrata, R. (2013). Penuntun Laboratorium Klinik (Kelimabela). Jakarta: Dian
Rakyat.Handayani, R., 2013. Kadar Total Protein Ibu Hamil yang Dicurigai
Preeklampsia. Karya Tulis Ilmiah.
Iman Soeharto, 2004. Jantung Koroner dan Serangan Jantung, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Indriasari, D., 2009. A-Z Deteksi, Obati, dan Cegah Penyakit, Pustaka Grahatama,
Jim, E. L., 2013. Metabolisme Lipoprotein. Jurnal Biomedik (JBM), 5(3), pp.149-156.
Kiswari Rukman. (2014) Hematologi & Transfusi .Jakarta : Erlangga.
Klinik. Buletin Kilat No. 10/IV/2000. Jakarta
Mengko.R. 2013.Instrumen Laboratorium Klinik. ITB:Bandung
Metode Electrode-Based Biosensor Dengan Metode Spektrofotometri.
Murray,R.K. 2006. Plasma Proteins & Immunoglobulins.In:Murray. New York.Media.
Nadia, B. & Handayani, D. & Rismiati, R., 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan Darah.
Jakarta: Dukom Publisher.
Nilawati, S dkk., 2008. Care Yourself Kolesterol, Niaga Swadaya, Jakarta.
Nurfahmi, N., 2014. Kadar Total Protein Pada Penderita Gagal Ginjal Akut. Karya Tulis Ilmiah.
Panduan Penggunaan celltac a, MEK-6510K

Priyana, A. 2010. Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi.
Jakarta. Universitas Trisakti.

Sandjaja, B. 2007. Parasitologi Kedokteran Buku I: Protozoologi Kedokteran, Prestasi Pustaka


Publisher, Jakarta.

Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine. Yogyakarta:
Pustaka Rasmedia. pressure.Aliment Pharmacol ther: New york. Suganda. 2000. Pengaruh Tahap
Pra Analitik Pada Hasil Pemeriksaan Hemetologi danKimia
Suwandi,D., dkk., Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung. 2010.
LAMPIRAN

1. Jurnal Siswa Praktik Kerja Lapangan


2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai