Kami menyadari Kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang
dilaksanakan selama 3 (Tiga) bulan maupun pada penyusunan Laporan. Tetapi berkat kedua
orang tua yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan yang begitu besar serta bimbingan
dan bantuan dari Kakak Pembimbing serta usaha kerja keras kami,laporan dan Kegiatan PKL
(Praktik Kerja Lapangan) ini dapat diselesaikan sebagai mana mestinya. Oleh karena itu,kami
ingin Mengucapkan banyak terima kasih Kepada :
1. Hi. Ibrahim Nteya, S.Pd. Selaku kepala SMK Teknologi Muhammadiyah Limboto
2. dr. Grace Tumewu,Selaku direktur RSUD. Otanaha
3. dr. Nurliana Ibrahim, M.Kes Sp. PK. Selaku Penanggung jawab Laboratorium RSUD.
Otanaha
4. Ibu Surifah Saminah, A.Md.Anakes. Selaku kepala ruangan Laboratorium RSUD.
Otanaha
5. Seluruh Staf dan Karyawan Laboratorium RSUD. Otanaha
6. Fitri Astuti Said, Selaku ketua panitia PKL SMK Teknologi Muhammadiyah Limboto
7. Nurventy H.L Husuna, S.Pd, selaku ketua kompotensi keahlian Teknologi Laboratorium
Medik SMK Teknologi Muhammadiyah Limboto
8. Nurain Ismail, A.Md.Kes. Selaku guru produktif Teknologi Laboratorium Medik
9. Dirgahayu Rahman, A.Md.Kes. Selaku guru produktif Teknologi Laboratorium Medik
10. Saprin Otoluwa, A.Md.Kes Selaku guru Produktif Teknologi Laboratorium Medik
Limboto. April 2022
Prakerin
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Praktik Kerja Lapangan atau yang biasa disebut PKL adalah kegiatan yang dilakukan di
Instansi atau lapangan kerja lain untuk penerapan, pemantapan, dan peningkatan kompetensi.
Penyelenggaraan Praktik Kerja Lapangan merupakan bagian dari pelaksanaan pembelajaran pada
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang melibatkan Masyarakat, khususnya dunia kerja.
Praktik Kerja Lapangan (PKL) juga bertujuan untuk memberikan bekal ilmu dalam dunia
kerja agar dimasa mendatang para siswa dapat bersaing dalam dunia industri yang semakin ketat
seperti saat ini, untuk mempersiapkan siswa agar memiliki kemampuan teknis dengan wawasan
yang luas dan fleksibel di era kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan, meningkatkan mutu
dalam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), serta mengasah dan mengimplementasikan materi
yang diperoleh siswa dari sekolah terkait program keahliannya masing-masing.
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Praktik Kerja Lapangan (PKL) bertjuan untuk memperkuat penguasaan kompetensi
teknis sesuai dengan Kompetensi Keahliannya dan memberikan kesempatan kepada peserta
didik menghayati, dan mengamalkan untuk menginternalisasi nilai-nilai positif ke dunia kerja,
dalam rangka membangun pribadi peserta didik yang berkarakter untuk membekali wawasan
kepada siswa tentang lapangan kerja serta memantapkan kemampuan sesuai bidang
kejuruannya.
2.4 Phelobotomy
Phelobotomy berasal dari Bahasa Yunani yakni phlebos (pembuluh darah vena) dan tome
(memotong). Menurut sejarah, Phlebotomy sejak 2000 tahun yang lalu telah digunakan untuk
mengeluarkan darah (bloodletting) dan menyembuhkan pasien. (warstek.com)
Prinsip : Phlebotomy dilakukan dengan cara memasukkan jarum ke dalam pembuluh darah guna
mengeluarkan sejumlah volume darah.
2.5.1 Pemeriksaan Darah Rutin Menggunakan Alat Hematologi Analyzer Nihon Kohden
celltac a, MEK-6510K
Hematology analyzer adalah perangkat yang digunakan untuk melakukan pengukuran
komponen-komponen yang ada di dalam darah. Alat ini merupakan instrument utama yang
digunakan di laboratorium klinik. (Mengko, 2013).
Prinsip : Pengukuran dan penyerapan sinar akibat interaksi sinar yang mempunyai Panjang
gelombang tertentu dengan larutan atau sampel yang dilewatinya. Alat ini bekerja berdasarkan
prinsip flow cytometer.
2. Interpretasi Hasil
1) Leukosit
a. WBC : 4.000 – 11.000 /ul
b. LY : 20 – 50 %
c. MO : 2- 10 %
d. GRA : 35 – 70 %
2). Eritrosit
a. RBC : Lk : 4,5 – 6,5 juta/ul
Pr : 3,6 – 5,8 juta/ul
b. MCV : 80 – 96 fL
c. HCT : Lk :40 – 50 %
Pr : 36 – 45 %
3). Hemoglobin
a. HGB : Lk : 13 – 18 g%
Pr : 11 -16, 5 g%
An : 12 – 14 g%
b. MCH : 23 – 33 pg
c. MCHC : 32 -36 %
4). Trombosit
a. PLT : 150.000 – 450.000 /ul
Prinsip : Proses pengendapan partikel-partikel padat yaitu sel-sel eritrosit ke dasar tabung
dalam suatu cairan yaitu plasma darah.
2. Prosedur Kerja :
a. Petugas mencuci tangan dan memakai APD (jas laboratorium, masker, sarung tangan,
dan sepatu tertutup
b. Petugas menghubungkan alat dengan sumber arus listrik
c. Petugas menghidupkan UPS dengan menekan tombol power
d. Petugas menyalakan alat Vesmatic Easy dengan menekan tombol “On”,
e. Petugas memilih menu pemeriksaan dengan menekan tombol “UP” atau “DOWN”
f. Petugas memilih menu “ESR I” untuk pemeriksaan LED 1 jam dan “ESR II” untuk
LED 2 jam,dengan urutan tabung yang sesuai
g. Petugas memilih menu “ESR I RANDOM” atau “ESR II RANDOM” untuk
pemeriksaan LED 1 jam dan 2 jam dengan urutan tabung acak
h. Petugas meletakkan tabung LED pada hole/lubang yang pada layarnya tertera huruh
“F” atau Free Position
i. Petugas menekan tombol “OK”
j. Layar monitor menunjukkan secara berturut-turut angka “1” dan “2”
Layar monitor menunjukkan huruf “A” artinya alat sedang membaca hasil LED 1 jam
k. Layar monitor menunjukkan huruf “B” artinya alat sedang membaca hasil LED 2 jam
l. Hasil pemeriksaan akan didapat secara otomatis ketika layar menunjukkan huruf “W”
3. Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan laju endap darah LED diukur dalam mm/jam atau millimeter per jam.
Prinsip : Meneteskan darah pada kaca objek kemudian ditarik lurus sampai ujung preparat
lalu diindentifikasi di bawah mikroskop.
2. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Kaca Objek
c. Rak Pengecatan
d. Pipet Tetes
e. Giemsa
f. Methanol
g. Aquades
h. Sampel darah
3. Pembuatan Preparat Apusan Darah Tabung vakum EDTA harus dikocok keatas dan
kebawah agar plasma darah bercampur dengan sel-sel darah.
a. Darah diambil menggunakan pipet tetes dan diteteskan pada preparat (obyek glass).
b. Selanjutnya obyek glass diletakkan pada sudut 25° - 30° pada tetesan darah, kemudian
ditarik lurus sampai ujung preparat (Zilvanhisna,2017).
Prinsip : Meneteskan darah pada kaca objek membentuk bulat dan melakukan pengecatan
kemudian diindentifikasi di bawah mikroskop.
Metode : Slide
Prinsip : Reaksi antara antigen yang terdapat pada permukaan eritrosit dengan antibody yang
sama hingga terjadi aglutinasi.
2. Prosedur Kerja
a. Darah dipipet darah ( jika darah vena) diteteskan pada kertas golongan darah
b. Ditambahkan reagen anti A, reagen anti B, reagen anti AB dan reagen anti D (Rhesus).
c. Darah pada kertas golongan darah diratakan dengan menggunakan tusuk gigi,
kemudian digoyangkan, dilihat dan diamati hasil aglutinasinya.
3. Interpretasi Hasil
Antisera Interpretasi Gol Darah
Anti-A Anti-B Anti-AB Anti-D
O O O O/+ O
+ O + O/+ A
O + + O/+ B
+ + + O/+ AB
3. Prosedur Kerja
a. Perlahan-lahan 1 ml darah ke dalam tiap tabung yang dimiringkan.
b. Tiap 30 detik tabung pertama diangkat dari rak dan dimiringkan untuk melihat apakah
telah terjadi pembekuan.
c. Setiap pengangkatan tabung pastikan tabung lainnya tidak tergoyang.
d. Setelah darah dalam tabung pertama beku, periksa adanya bekuan di tabung kedua tiap
30 detik dan catat waktu pem-bekuannya.
e. Tindakan sama dilakukan berturut-turut dengan tabung ketiga dan keempat dan
catatlah waktu pembekuannya.
f. Masa pembekuan darah yaitu masa pembekuan rata-rata dari tabung kedua, ketiga dan
keempat.
g. Masa pembekuan dilaporkan dengan di bulatkan sampai ½ menit (Gandrasoebrata,
2013).
Metode : IVY
Prinsip : Masa perdarahan dapat dihitung waktu darah keluar pertama kali setelah dilakukan
penusukan pada volar lengan bawah sampai darah tidak dapat diisap kembali oleh kertas
saring pada tekanan 40 mmHg.
7. Prosedur Kerja
a. Bersihkan bagian volar lengan bawah dengan kapas alkohol 70% dan biarkan sampai
mengering.
b. Kenakan ikatan sfigmomanometer pada lengan atas dan pompa sampai tekanan 40
mm hg. Selama percobaan berlangsung tekanan harus tetap setinggi itu.
c. Tegangkan kulit legan bawah dengan sebelah tangan dan tusuk dengan lanset darah
pada suatu tempat kira-kira 3 jari di bawah lipat siku sampai 3 ml dalamnya.
d. Jika terlihat darah mulai keluar jalankan stopwatch .
e. Isap tetes darah yang keluar itu setiap 30 detik memakai sepotong kertas saring,
jagalah jangan sampai menekan kulit pada waktu menghisap darah.
f. Hentikan stopwatch pada waktu pendarahan berhenti.
8. Interpretasi Hasil Bleeding Time
Normal : 1 – 6 Menit
2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu ruang.
b. Disiapkan 2 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko,standar, test.
c. Dipipet masing-masing ke dalam tabung :
i. Standar Sampel
Standar 10 µl -
Sampel - 10 µl
Reagen 1000 µl 1000 µl
3. Interpretasi Hasil
Ureum Normal : 10 - 50 mg/dL
B. Pemeriksaan Kreatinin
Kreatinin adalah produk limbah kimia yang berada dalam darah, limbah ini kemudian
disaring oleh ginjal dan buang kedalam urine, kreatinin merupakan produk sampingan dari
kontraksi otot normal, dimana kreatinin terbuat dari creatine yang merupakan pemasok
energy untuk otot.
Metode : Reaksi jaffe, kinetic, tanpa deproteinisasi.
Prinsip : Kreatinin dgnpicric acid dalam larutan alkaline membentuk senyawa yang
berwarna kuning orange, pictrik acid dalam konsentrasi rendah, yang digunakan dalam
metode ini, tidak menyebabkan pengendapan protein. Konsentrasi zat warna yang
terbentuk dalam waktu reaksi yang tertentu merupakan ukuran dari gangguan fungsi ginjal.
1. Alat dan Bahan :
a. Spektrofotometer
b. Tabung reaksi dan rak tabung
c. Tip
d. Mikropipet 50 ul dan 500 ul
e. Tissue
f. Sampel Serum
g. Reagen A
h. Reagen B
i. Standart kreatinin 2 mg/dL
j. Aquades
2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan serta dikondisikan dalam suhu ruang.
b. Disiapkan 4 buah tabung reaksi yang telah diberi label blanko, standar, test.
c. Pipet reagen A 500uL ke dalam tabung kosong kemudian tambahkan reagen B
500uL, Homogenkan.
blanko standar sampel
Standar - 50uL -
Sampel - - 50uL
3. Interpretasi Hasil
a. Pria : < 1,3 mg/dL
b. Wanita : < 1,3 mg/dL
Prinsip : Dari reaksi enzimatik fotometri TBHBA adalah asam urat yang bereaksi
dengan air akan dioksidasi menjadi alantoin oleh adanya urikase, selanjutnya hidrogen
peroksida sebagai hasil samping reaksi tersebut akan bereaksi dengan 4- aminoantipyrine
dan 2,4,6–tribomo–3-hydroxybenzoic acid (TBHBA) membentuk quinimine yang
berwarna merah muda dengan bantuan peroksidase warna yang terbentuk selanjutnya
diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Visibel pada panjang gelombang
maksimal.
Standar - 20µl -
Sampel - - 20µl
Reagen 500uL
Serum 50 uL
a. Homogenkan
b. Baca absorbance test pada spektofotometer
c. Absorbansi dicatat, lalu dihitung kadar asam urat pada sampel
3. Interpretasi Hasil
a. Pria : < 50 U/L
b. Wanita : < 35 U/L
B. Pemeriksaan SGPT
Pemeriksaan SGOT/SGPT adalah pemeriksaan untuk melihat adanya kerusakan
organ hati. Salah satu pemeriksaan biokimia hati yang biasanya digunakan adalah
pemeriksaan enzim golongan alanine aminotransferase (ALT) atau sering disebut glutamic
pyruvic transaminase (Gajawatet al, 2006). ALT (alanine aminotransferase) merupakan
enzim yang utama banyak ditemukan pada sel hati serta efektif dalam mendiagnosis
destruksi hepatoselular. Jika terjadi kerusakan hati, enzim ALT akan keluar dari sel hati
menuju sirkulasi darah.
Metode : Pemeriksaan kadar SGOT dan SGPT ditentukan dengan menggunakan metode
kinetik enzimatik (sesuai dengan IFCC).
Serum 50 uL
a. Homogenkan
b. Baca absorbance test setiap 60 detik selama 30 menit terhadap blanko air pada
panjang gelombang 340nm
3. Interpretasi hasil :
a. Pria : < 50 U/L
b. Wanita : < 35 U/L
Sampel /Standar - 20 uL
Reagen 1000 uL 1000 uL
D. Pemeriksaan Albumin
Albumin merupakan protein plasma yang paling banyak dalam tubuh manusia, yaitu
sekitar 55-60% dan total kadar protein serum normal adalah 3,8-5,0 g/dl. (Evans, 2002).
Pemeriksaan albumin dilakukan untuk mengetahui seseorang mengalami gangguan pada
organ hati atau tidak.
Metode : BCG (Brom Cresol Green) Pemeriksaan kadar albumin serum pada prinsip
pemeriksaan albumin dengan metode BCG yaitu serum di tambahkan pereaksi albumin
akan berubah warna menjadi hijau, kemudian di periksa pada spektofotometer. Intensitas
warna hijau ini menunjukan kadar albumin pada serum.
Prinsip : Albumin dalam serum berikatan dengan kompleks zat warna BCG,
intensitas warna yang berbentuk sebanding dengan kadar albumin dalam dalam serum dan
dibaca pada panjang gelombang 630 nm
1. Alat dan bahan :
a. Tabung
b. Mikropipet
c. Tip biru
d. Tip kuning
e. Reagen
f. Sampel
2. Prosedur kerja :
a. Homogenkan
b. Inkubasi 5 menit
c. Baca dengan spektofotometer
3. Interpretasi hasil :
Normal : 3,2 – 4,5 g/dL
B. Glukosa Darah 2 jam – PP/Two Hour Postprandial Blood Sugar Test (PPBS 2-h)
Test ini menggunakan parameter yang paling sensitif dalam mendiagnosis
Diabetes Mellitus. Kadar gula darah akan dicek 2 jam setelah makan. Dilakukan
demikian karena pada orang normal, gula darah setelah 2 jam mengkonsumsi
makanan akan kembali normal. Namun tidak demikian dengan orang yang mengidap
Diabetes Mellitus (Tisnabudi, 2011).
C. Uji Glukosa Darah Sewaktu
Pemeriksaan glukosa darah tanpa persiapan, bertujuan untuk melihat kadar
glukosa darah sesaat tanpa puasa dan tanpa pertimbangan waktu setelah makan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk deteksi awal individu yang diduga menderita
Diabetes Mellitus, sebelum dilakukan pemeriksaan lebih lanjut (Indriasari, 2009).
Metode : Uji Fotometri Enzimatis
Prinsip : Penentuan glukosa setelah oksidasi enzimatik oleh oksidase glukosa.
Indikator kolorimetri yang digunakan adalah quinoneimine, yang dihasilkan dari 4-
aminoantipyrine dan phenol oleh hidrogen peroksida pada aksi katalis peroksidase.
Prinsip : Cholestrol LDL dapat di tentukan dengan perantaraan Cholestrol total yang
menggunakan supernatant setelah proses presepitasi dari fraksi LDL oleh, poiviniyl
sulphate dengan bantuan poliethyeleneglikol monomethyl ether.
1. Alat dan bahan :
a. Klinipet 50uL, 150uL, 1000ul, dan 10uL.
b. Tip biru dan kuning
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung
e. Reagen cholestrol
f. Standar cholestrol
g. Serum darah
h. centrifuge
2. Prosedur kerja :
Sampel 100uL
Reagen cholesterol 50uL
a) Homogenkan
b) Inkubasi 10 menit lalu centrifuge
c) Masukan ke dalam tabung reaksi masing – masing :
d) Homogenkan
Blanko Standar Sampel
e) Inkubasi 10
Supernatan - - 10uL
Menit
f) Baca Reagen 1000uL 1000uL 1000uL pada alat
Cholestrol
spektofotometer
3. Interpretasi Hasil
Normal : < 100 mg/dL
Prinsip : Cholestrol LDL dapat di tentukan dengan perantaraan Cholestrol total yang
menggunakan supernatant setelah proses presepitasi dari fraksi LDL oleh, polivinil
sulphate dengan bantuan poliethyeleneglikol monomethyl ether.
1. Alat dan bahan :
a. Klinipet 50uL, 150uL, 1000ul, dan 10uL.
b. Tip biru dan kuning
c. Tabung reaksi
d. Rak tabung
e. Reagen cholestrol
f. Standar cholestrol
g. Serum darah
h. centrifuge
2. Prosedur kerja :
Sampel 150uL
Reagen cholesterol 20uL
a. Homogenkan
b. Inkubasi 10 menit lalu centrifuge
c. Masukan ke dalam tabung reaksi masing – masing :
Blanko Standar Sampel
d. Homogenkan Supernatan - - 10uL
e. Reagen 1000uL 1000uL 1000uL Inkubasi 10
Cholestrol Menit
f. Baca pada alat
spektofotometer
3. Interpretasi Hasil
Normal : > 45 mg/dL
D. Pemeriksaan Trigliserida
Trigliserida merupakan jenis lipid paling banyak yang terdapat dalam makanan.
Trigliserida tersusun oleh tiga asam lemak yang teresterifikasi ke molekul gliserol sebagai
sumber asam lemak dan membentuk lipid di jaringan adiposa. (Jim,E.L 2013).
2. Prosedur kerja :
a) Siapkan tabung reaksi dan rak tabung
b) Pipet reagen trigliserida dan tuangkan pada tabung reaksi
3. Interpretasi hasil
Normal : < 150 mg/dL
2. Prosedur Kerja :
a. Hidupkan alat
b. Pipet serum ke cup serum
c. Masukkan kode pasien
d. Aspirasikan spesimen terhadap alat Elektrolit Analyzer
e. Hasil analisa berupa print out.
3. Interpretasi Hasil
a. Natrium (Na+) : 135-145 mEq/L
b. Kalium (K+) : 3,5-5,1 mEq/L
c. Klorida (Cl‾) : 98-106 mEq/L
B. Pemeriksaan Kimia
Pemeriksaan kimia urine memberikan informasi mengenai ginjal dan fungsi hati,
metabolisme karbohidrat, dan asam-basa. Test kimia konvensional dilakukan
menggunakan tabung reaksi dan hasil ujinya dengan mengamati adanya endapan atau
kekeruhan atau perubahan warna setelah penambahan bahan kimia cair dengan atau tanpa
pemanasan. Tes yang paling umum digunakan sekarang ini adalah test carik celup
menggunakan strip reagen, dimana reagen ini tersedia dalam bentuk kering siap pakai.
(Riswanto, dan Rizki, 2015).
3. Interpretasi Hasil
a. Berat Jenis Normal : 1.003 – 1.035
b. pH Normal : 4,5 - 8
c. Leukosit Esterase Normal : Negatif
d. Nitrit Normal : Negatif
e. Albumin / Protein Normal : Negatif
f. Glukosa Normal : Negatif
g. Keton Normal : Negatif
h. Urobilinogen Normal : < = 1
i. Bilirubin Normal : Negatif
j. Darah Normal : Negatif
2. Prosedur Kerja
a. Disiapkan alat dan bahan yang digunakan.
b. Diambil bungkusan test pack, buka bungkusannya.
c. Diambil strip test, lalu dicelupkan pada urine dalam wadah.
d. Didiamkan 3 – 5 menit, baca hasil secara makroskopis ditandai dengan perubahan
warna garis yang tertera pada test pack
3. Interpretasi Hasil
a. Positif : terbentuk garis merah pada C (control) dan T (Test)
b. Negatif : terbentuk garis merah pada C (control)
Prinsip : Reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi yang mungkin ada dalam spesimen
urine dan bersaing melawan konjugat obat untuk mengikat situs pada antibodi. Selama
pengujian, spesimen urine bermigrasi keatas dengan aksi kapiler dengan prinsip pemeriksaan
adalah reaksi antigen dan antibodi secara kompetisi (Baselt, 1982).
2. Prosedur Kerja
a. Diambil sampel urine yang akan di periksa.
b. Dibuka alat strip test yang telah disediakan.
c. Diletakkan diatas meja datar
d. Ditulis label sampel.
e. Dicelupkan secara vertikal strip pada spesimen urine selama 10 – 15 detik.
f. Ditunggu hingga terbentuk garis C dan T pada alat strip test.
g. Dibaca alat striptest
3. Interpretasi Hasil
a. Negatif : Dua garis muncul. Satu garis merah harus berada di wilayah kontrol (C) dan
garis merah atau pink yang lain yang jelas harus berada di daerah uji (T).
b. Positif : Satu garis merah muncul diwilayah kontrol (C). Tidak ada garis yang masuk
pada daerah uji (T).
c. Invalid: Garis kontrol gagal muncul. Volume spesimen tidak mencukupi atau teknik
prosedural yang salah adalah alasan yang paling mungkin untuk kegagalan kontrol.
Tinjau kembali prosedur dan ulangi dengan strip test baru.
Metode : Slide
Prinsip : adalah berdasarkan reaksi aglutinasi secara imunologis antara antibodi dalam serum
dengan suspensi bakteri Sebagai antigen yang homolog.
2. Prosedur kerja
a. Siapkan alat dan bahan
b. Diambil Slide Pemeriksaan widal 8 ruang dipipet serum sebanyak 10µl menggunakan
mikropipet pada masing-masing ruang.
c. Masing-masing ruang slide diteteskan reagen Salmonellaa typhi dan paratyphi O, AO,
BO, CO, dan Salmonella typhi dan Paratyphi H, AH, BH ,CH menggunakan
mikropipet dan dicampur agar larutan menjadi homogen.
d. Di homogenkan selama 2 menit dan diamati.
3. Interpretasi Hasil
Hasil pemeriksaan test widal dianggap positif mempunyai arti klinis sebagai berikut
(Kosasih, 1984)
a. Titer antigen O sampai 1/80 pada awal penyakit berarti suspek demam tifoid, kecuali
pasien yang telah mendapat vaksinasi.
b. Titer antigen O diatas 1/160 berarti indikasi kuat terhadap demam tifoid.
c. Titer antigen H sampai 1/40 berarti suspek terhadap demam tifoid kecuali, pada pasien
yang divaksinasi jauh lebih tinggi.
d. Titer antigen H diatas 1/80 memberi indikasi adanya demam tifoid.
2. Prosedur kerja :
a. Siapkan alat dan bahan
b. Ambil bungkusan strip pada suhu ruangan sebelum bungkusan tersebut dibuka.
c. Pipet Serum 100-300 µl kedalam tabung
d. Masukkan strip Batas serum jangan sampai pada MAX LINE
e. Keluarkan strip dan jalankan stopwatch, biarkan sampai 15 menit
f. kemudian baca hasilnya, sampai muncul garis pada area test
3. Interprestasi hasil :
a. Positif : terbentuk dua garis merah pada area control (C) dan test (T)
b. Negatif : satu garis merah muncul pada area control (C)
c. Invalid : garis control gagal untuk muncul atau hanya terbentuk
d. garis merah pada area test (T).
Prinsip : Spesimen yang diteteskan pada ruang membran bereaksi dengan partikel yang telah
dilapisi dengan protein A (ab ) yang terdapat dalam bantalan specimen. Selanjutnya
Pengikatan antigen oleh antibodi monoclonal yang spesifik akan membentuk warna merah
pada area control (C) dan area test (T)
3. Interpretasi Hasil :
a. Reaktif : Terbentuk dua atau tiga garis berwarna, satu pada zona garis tes 1 atau 2 (atau
1 dan2 ) dan 1 pada garis control , garis warna pada zona 1 menandakan infeksi HIV-1,
dan garis warna pada zona 2 menandakan infeksi HIV -2.
b. Non reaktif : Terbentuk zona warna pada garis control.
c. Invalid : Tidak timbul garis warna pada zona control dan ulangi tes dengan alat baru.
Pemeriksaan BTA
Basil Tahan Asam (BTA) merupakan kuman berbentuk batang yang tahan terhadap
pencucian alkohol asam. Kuman ini menyebabkan penyakit tuberculosis (TB) yaitu suatu
penyakit menular dan mematikan yang menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia,
walaupun berbagai upaya pengendalian TB dengan menggunakan strategi Directly Observed
Treatment Short Course (DOTS) telah diterapkan di banyak negara. Sepertiga dari penduduk
dunia pada tahun 1995 telah terinfeksi oleh M. tuberculosis (Departemen Kesehatan, 2011).
B. Pemeriksaann Mikroskopik
Pemeriksaan mikroskopik meliputi pemeriksaan protozoa, telur cacing, leukosit, eritosit, sel
epitel, kristal dan sisa makanan. Dari semua pemeriksaan ini yang terpenting adalah
pemeriksaan terhadap protozoa dan telur cacing (Hyde TA, Mellor LD, Raphael SS, 1976)
Metode : Direct Slide
Prinsip : Larutan pengencer akan membedakan warna dengan latar belakangnya serta
memberikan kotoran yang melekat pada parasit sehingga mudah dibedakan
1. Alat dan Bahan
a. Mikroskop
b. Kaca objek
c. Lidi
d. Kaca penutup
e. Nacl 0,85% atau Eosin 1 - 2% atau lugol 1 - 2 %
f. Sampel feses pasien
2. Prosedur Kerja
a. Siapkan Kaca objek yang bersih dan kering
b. Teteskan 1 tetes larutan Nacl atau Eosin
c. Dengan ujung lidi ambil sedikit tinja yang akan diperiksa
d. Tinja tadi diaduk-aduk dengan lidi dalam tetesan larutan sampai diperoleh supsensi
yang tipis dan rata. Bagian yang keras seperti serabut dan pasir dibuang.
e. Tutup sediaan dengan kaca penutup
f. Periksa sediaan dibawah mikroskop dengan perbesaran 10× atau 40×
3. Interpretasi Hasil
a. Epitel Normal : Ditemukan Sedikit
b. Leukosit Normal : Tidak Ditemukan
c. Makrofag Normal : Tidak Ditemukan
d. Eritrosit Normal : Tidak Ditemukan.
e. Kristal Normal : Ditemukan tidak banyak seperti , Triphelphosphat dan asam lemak
f. Abnormal : Charcot Leyden, Hematoidin
g. Sisa Makanan Normal : Tidak Ditemukan
h. Sel Ragi Normal : Tidak Ditemukan atau ditemukan hanya sedikit
i. Telur dan larva cacing Normal : Tidak Ditemukan
j. Amoeba Normal : Etanmoeba Coli
BAB III
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Dalam melaksanakan praktik kerja lapangan di Laboratorium kami mendapat banyak
pembelajaran dan pengetahuan di dunia usaha yang belum sempat kami pelajari di sekolah. Dari
sebagaian penjelasan dan pemeriksaan, dapat disimpulkan bahwa pemeriksaan Laboratorium
harus dilakukan dengan hati-hati. Setiap pemeriksaan memiliki metode dan prinsip kerja yang
berbeda-beda tergantung dari tempat atau lokasi prakerin, untuk itu kita harus memperhatikan
prinsip kerja pemeriksaan. Banyak pemeriksaan Laboratorium yang dilakukan menggunakan alat
atau rapid test, hal ini bertujuam agar meminimalisir kesalahan dalam pemeriksaan.
1.2 Saran
Selama kegiatan Praktik Kerja Lapangan di Laboratorium RSUD Otanaha, praktikan
mendapatkan beberapa saran diharapkan berguna kedepannya untuk pelaksanaan PKL jauh lebih
baik lagi dikemudian hari. Saran dari praktikkan untuk praktikkan selanjutnya, Dan
Laboratorium RSUD Otanaha Yaitu:
1. Bagi praktikan selanjutnya:
a. Bagi siswa yang ingin melaksanakan PKL, harus lebih banyak bertanya kepada kakak
pembimbing (senior) mengenai, pembelajaran yang kurang dipahami dan
pengalamannya selama kegiatan PKL.
b. Selama pelaksanan PKL, hendaknya siswa dapat menjaga nama baik sekolah asal
dengan attitude yang baik selama kegiatan PKL.
2. Bagi Laboratorium RSUD Otanaha diharapkan dapat Mempertahankan serta meningkatkan
koordinasi dan hubungan kerjasama yang baik antar karyawan di visi yang sama maupun di
visi yang berbeda dan atasan.
DAFTAR PUATAKA
ADT (Riswanto. 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Alfamedia dan Kanal Medika,
Yogyakarta.
Budi, SC. (2011). Manajemen Unit Rekam Medis. Yogyakarta :Quantum Sinergis
Buku Petunjuk Manual VESMATIC EASY)
Carl A. Burtis,Ashwood Edward R. Teetz, 1994, Texbook of Clinical Chemisrtry, Edisi II
Evans WT. 2002. Albumin as a drug- biologycal effects of albumin unrelated to oncotic
Gandrasoebrata, R. (2013). Penuntun Laboratorium Klinik (Kelimabela). Jakarta: Dian
Rakyat.Handayani, R., 2013. Kadar Total Protein Ibu Hamil yang Dicurigai
Preeklampsia. Karya Tulis Ilmiah.
Iman Soeharto, 2004. Jantung Koroner dan Serangan Jantung, Jakarta :
Gramedia Pustaka Utama.
Indriasari, D., 2009. A-Z Deteksi, Obati, dan Cegah Penyakit, Pustaka Grahatama,
Jim, E. L., 2013. Metabolisme Lipoprotein. Jurnal Biomedik (JBM), 5(3), pp.149-156.
Kiswari Rukman. (2014) Hematologi & Transfusi .Jakarta : Erlangga.
Klinik. Buletin Kilat No. 10/IV/2000. Jakarta
Mengko.R. 2013.Instrumen Laboratorium Klinik. ITB:Bandung
Metode Electrode-Based Biosensor Dengan Metode Spektrofotometri.
Murray,R.K. 2006. Plasma Proteins & Immunoglobulins.In:Murray. New York.Media.
Nadia, B. & Handayani, D. & Rismiati, R., 2010. Hidup Sehat Berdasarkan Golongan Darah.
Jakarta: Dukom Publisher.
Nilawati, S dkk., 2008. Care Yourself Kolesterol, Niaga Swadaya, Jakarta.
Nurfahmi, N., 2014. Kadar Total Protein Pada Penderita Gagal Ginjal Akut. Karya Tulis Ilmiah.
Panduan Penggunaan celltac a, MEK-6510K
Priyana, A. 2010. Patologi Klinik Untuk Kurikulum Pendidikan Dokter Berbasis Kompetensi.
Jakarta. Universitas Trisakti.
Riswanto dan Rizki, M. 2015. Urinalisis: Menerjemahkan Pesan Klinis Urine. Yogyakarta:
Pustaka Rasmedia. pressure.Aliment Pharmacol ther: New york. Suganda. 2000. Pengaruh Tahap
Pra Analitik Pada Hasil Pemeriksaan Hemetologi danKimia
Suwandi,D., dkk., Perbandingan Hasil Pemeriksaan Kadar Kolesterol Total
Fakultas kedokteran Universitas Kristen Maranatha, Bandung. 2010.
LAMPIRAN