Anda di halaman 1dari 96

BAB I

PENDAHULUAN

I. 1.

Latar Belakang
Dalam rangka mewujudkan Visi Masyarakat Sehat Yang Mandiri
dan Berkeadilan dan 4 Misi, yaitu (1) Meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan
masyarakat madani, (2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan
menjamin tersedianya upaya kesehatan yang paripurna, merata bermutu
dan berkeadilan, (3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya
kesehatan, dan (4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik.
Departemen Kesehatan menyelenggarakan perannya dengan menempuh
enam strategi utama, yaitu: (1) Meningkatkan pemberdayaan masyarakat,
swasta dan masyarakat madani dalam pembangunan kesehatan melalui
kerja sama nasional dan global, (2) Meningkatkan pelayanan kesehatan
yang merata, terjangkau, bermutu dan berkeadilan, serta berbasis bukti;
dengan

pengutamaan

pada

upaya

promotif

dan

preventif,

(3)

Meningkatkan pembiayaan pembangunan kesehatan, terutama untuk


mewujudkan jaminan sosial kesehatan nasional, (4) Meningkatkan
pengembangan dan pendayagunaan SDM kesehatan yang merata dan
bermutu, (5) Meningkatkan ketersediaan, pemerataan, dan keterjangkauan
obat dan alat kesehatan serta menjamin keamanan, khasiat, kemanfaatan,
dan mutu sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, dan (6)
Meningkatkan

manajemen

kesehatan

yang

akuntabel,

transparan

berdayaguna

dan

berhasilguna

untuk

memantapkan

desentralisasi

kesehatan yang bertanggungjawab. (Depkes, 2014)


Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan, memiliki
tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan visi misi Departemen
Kesehatan dan mewujudkan Indonesia sehat. Untuk itu, puskesmas
dituntut untuk selalu mengupayakan program-program kesehatan baik
yang merupakan program dasar ataupun program pengembangan.
Program-program tersebut dituangkan dalam bentuk kegiatan atau upaya
kesehatan.
Sebagai hakekatnya kesehatan di definisikan menurut undangundang No. 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa suatu pembangunan kesehatan sangatlah diperlukan
dalam suatu pembangunan nasional. Sebagai wujud nyata pelayanan sosial
dan kesehatan pada kelompok usia lanjut, pemerintah telah mencanangkan
pelayanan pada lansia melalui beberapa jenjang. Pelayanan kesehatan di
tingkat masyarakat adalah posyandu lansia, pelayanan kesehatan lansia
tingkat dasar adalah puskesmas dan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan
adalah rumah sakit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa suatu
pembangunan kesehatan sangatlah diperlukan dalam suatu pembangunan
nasional (Hartoyo, 2011)
Pada tahun 1999, pemerintah menetapkan sebuah paradigma baru
dalam kesehatan yang dikenal dengan PARADIGMA SEHAT yang

kemudian dikonversikan dalam visi atau pembangunan kesehatan


Indonesia Sehat 2010 (Setyawan, 2010). Sejalan dengan pemahaman dan
pengetahuan kita, konsep sehat dalam upaya penanganan kesehatan
penduduk

sudah

mengalami

banyak

perubahan.

Banyak

negara

berkembang termasuk Indonesia, sampai saat ini melakukan penanganan


kesehatan masih berupa program-program konvensional yang masih
menekankan pada pengembangan rumah sakit, penanganan penyakit
secara individual, spesialis, terutama penanganan peristiwa sakit secara
episodik. Program kesehatan jangka panjang tidak menguntungkan karena
akan berkumpul di tempat yang banyak uang yaitu kota-kota besar, dari
segi ekonomi upaya kesehatan yang berorientasi kuratif bersifat konsumtif
tidak produktif. (Fadillah, 2007)
Paradigma

sehat

tersebut

merupakan

penyempurnaan

dari

paradigma sebelumnya yang lebih bersifat mengobati pada orang yang


sakit saja tanpa melakukan intervensi pada orang yang sehat agar terhindar
dari suatu penyakit. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
paradigma sehat adalah: (Suparyanto, 2009)

Paradigma sehat adalah cara pandang, pola pikir, atau model


pembangunan kesehatan bersifat holistik.

Melihat masalah kesehatan yang dipengaruhi oleh banyak faktor


yang bersifat lintas sektor.

Upayanya lebih diarahkan pada peningkatan, pemeliharaan dan


perlindungan kesehatan.

Bukan hanya penyembuhan orang sakit atau pemulihan kesehatan.

Dengan kata lain, dalam paradigma sehat berarti: (Hartoyo, 2011)

Mencegah lebih baik daripada mengobati

Pemberdayaan pada masyarakat agar dapat berperilaku hidup


sehat, hidup dalam lingkungan yang sehat
Untuk dapat mewujudkan suatu Paradigma Sehat, diperlukan

intervensi kesehatan yang tidak hanya terbatas pada manusia saja. Sesuai
dengan konsep sehat menurut Gordon & Le Richt (1950), timbul atau
tidaknya penyakit pada manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu:
(Hartoyo, 2011)
a. Host (Pejamu)
b. Agent (Bibit penyakit)
c. Environment (Lingkungan)

Gambar 1.1. Konsep sehat menurut Gordon & Le Richt

Pemanfaatan

konsep tersebut adalah

untuk dapat melakukan

pencegahan penyakit, penularan penyakit, pemberantasan penyakit,


pengobatan penyakit yaitu dengan cara mengintervensi ketiga faktor
tersebut. Sedangkan menurut H.L. Bloem, status kesehatan dari seseorang
dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu : (Hartoyo, 2011)

a.
b.
c.
d.

Lingkungan.
Perilaku.
Pelayanan kesehatan.
Biologik / keturunan

Gambar 1.2. Konsep sehat menurut H.L. Bloem

Pemanfaatan konsep tersebut adalah untuk meningkatkan status


kesehatan masyarakat, melalui pelayanan kesehatan yang bermutu dan
memenuhi standar pelayanan minimal yaitu dengan memperhatikan
keempat faktor yang mempengaruhi tersebut.
Secara arti luas, bahwa untuk menghilangkan atau mengurangi
kesakitan atau kematian, harus meningkatkan derajat atau status kesehatan
masyarakat,

perlu

kerjasama

banyak

pihak,

perlu

pendekatan

kemasyarakatan, peningkatan peran serta masyarakat dan sektor terkait di


bidang kesehatan.
Majelis Umum PBB telah melegalkan ke dalam Resolusi Majelis
Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor 55/2 tanggal 18 September
2000 Tentang Deklarasi Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa disebut
Millenium Development Goals (MDGs) yang terdiri dari :
Goal 1 : Memberantas Kemiskinan dan Kelaparan
Goal 2 : Mencapai Pendidikan Dasar untuk semua

Goal 3 : Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan


Perempuan
Goal 4 : Menurunkan Kematian Anak
Goal 5 : Meningkatkan Kesehatan Ibu
Goal 6 : Mengendalikan HIV dan AIDS, Malaria dan TB
Goal 7 : Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
Goal 8 : Mengembangkan Kemitraan Pembangunan Di Tingkat
Global
Dalam meningkatkan pembangunan kesehatan berdasarkan MDGs
dan sebagai salah satu program pelayanan kesehatan strata pertama,
Puskesmas merupakan ujung tombak untuk mencapai Indonesia Sehat
dengan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Upaya
kesehatan wajib puskesmas terdiri dari :
1. Promosi Kesehatan.
2. Kesehatan Lingkungan.
3. Kesehatan Ibu dan Anak serta KB.
4. Perbaikan Gizi Masyarakat.
5. Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.
6. Pengobatan.
Dalam suatu kegiatan agar kegiatan tersebut dapat mencapai
tujuannya secara efektif diperlukan pengaturan yang baik. Demikian juga
kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan pengaturan yang
baik agar tujuan tiap kegiatan/program itu tercapai dengan baik. Seperti

Puskesmas pada umumnya, Puskesmas Secang I juga memiliki kendala dan


permasalahan dalam upaya memenuhi target standar pelayanan minimal. Oleh
karena itu dilakukan evaluasi manajemen pelayanan di Puskesmas Secang I
yang akan dibahas pada laporan ini.

I. 2.

Perumusan Masalah
Pada laporan ini akan dibahas tentang pelaksanaan manajemen
pelayanan Puskesmas Secang I dan permasalahannya. Berdasarkan latar
belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan yang ada yaitu
bagaimana hasil pencapaian upaya kegiatan pokok di Puskesmas Secang I
apabila disesuaikan dengan Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang
berlaku.

I. 3.

Tujuan Penulisan

I. 3. 1. Tujuan umum :
Mengetahui, menganalisa dan mendeskripisikan pelaksanaan
manajemen program dan mutu pelayanan di Puskesmas Secang I pada
bulan Januari Desember 2014 dalam rangka upaya perbaikan kinerja
puskesmas.
I. 3. 2. Tujuan khusus :
a. Mengetahui proses P1, P2, dan P3 pada Puskesmas Secang I.
b. Mengetahui hasil pencapaian upaya kesehatan Puskesmas Secang I
pada bulan Januari Desember 2014.

c. Mengidentifikasi masalah manajemen pelayanan yang terjadi di


Puskesmas Secang I pada bulan Januari Desember 2014.
d. Menganalisa berbagai faktor yang menyebabkan masalah pencapaian
upaya kesehatan Puskesmas Secang I.
e. Menentukan prioritas masalah yang ada pada Puskesmas Secang I.
f. Menentukan alternatif pemecahan masalah dari prioritas masalah yang
terpilih di Puskesmas Secang I.
g. Membuat rencana kegiatan dari pemecahan masalah terpilih di
Puskesmas Secang I

I. 4.

Manfaat Kegiatan

I. 4. 1. Bagi Mahasiswa :
a. Sebagai syarat untuk mengikuti ujian kepaniteraan klinik Ilmu
kesehatan Masyarakat.
b. Mengetahui sistem manajemen puskesmas secara keseluruhan.
c. Mengetahui upaya-upaya pokok maupun tambahan yang di puskesmas.
d. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan terhadap masalah yang
ditemukan didalam program puskesmas.
I. 4. 2. Bagi Puskesmas :
a. Mengetahui masalah atau upaya puskesmas yang belum memenuhi
target standar pelayanan minimal (SPM).
b. Membantu puskesmas dalam mengidentifikasi penyebab dari upaya
puskesmas yang belum memenuhi target standar SPM.
c. Membantu puskesmas dalam memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.
d. Membantu puskesmas dalam mewujudkan program Indonesia sehat.

I. 5.

Metodologi
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder
yang didapatkan bulan Januari 2015 di Puskesmas Secang I. Data primer
berupa

pelaksanaan

proses

manajemen

(P1/Perencanaan,

P2/

Penggerakkan dan Pelaksanaan, P3/Pengawasan, Pengendalian, dan


Penilaian) diperoleh dari wawancara dengan petugas atau pegawai
puskesmas serta pengamatan langsung tentang pelaksanaan manajemen.
Data sekunder diperoleh dari SIMPUS (Sistem Informasi Puskesmas) dan
laporan hasil kegiatan setiap bulannya untuk memperoleh dimensi mutu
Puskesmas.
Data yang sudah diperoleh dari pemegang program kemudian
diolah berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) sehingga akan
didapatkan skor pencapaian. Data dari skor pencapaian yang kurang dari
100% dan kurang dari target merupakan masalah yang ada. Data yang
bermasalah dianalisa untuk dipecahkan dengan metode pendekatan sistem,
dengan

melihat

ketiga

fungsi

manajemen

baik

P1/perencanaan,

P2/pelaksanaan dan pengendalian, P3/pengawasan dan pertanggung


jawaban, dengan tujuan mengetahui permasalahan secara menyeluruh
terutama fungsi manajemen Puskesmas Secang I. Evaluasi program
dilakukandengan menerapkan problem solving cycle setelah dilakukan
identifikasi masalah ditentukan prioritas masalah dengan menggunakan
metode Hanlon Kuantitatif. Kemudian dilakukan analisa penyebab
masalah dengan mencari kemungkinan penyebabnya dengan diagram fish
bone berdasarkan pendekatan sistem dan jaminan mutu dengan simple dan

complex problem. Penyebab masalah kemudian dikonfirmasi kepada


petugas untuk mencari penyebab masalah yang paling mungkin. Dengan
demikian dapat ditentukan alternatif pemecahan masalah dan ditentukan
prioritas pemecahan masalah dengan menggunakan metode kriteria
matriks dengan rumus (M x I x V)/C. Setelah di dapatkan pemecahan
masalah lalu disusun rencana kegiatan berdasarkan pemecahan masalah
yang terpilih.

I. 6.

Batasan Judul
Kami memilih judul Evaluasi Hasil Peninjauan Manajemen
Program Puskesmas Secang I di Kecamatan Secang Kabupaten
Magelang Periode Januari Desember 2014. Evaluasi ini dilakukan
untuk

mengetahui,

menganalisa

dan

mendeskripsikan

bagaimana

manajemen program dan mutu pelayanan Puskesmas Secang I, Kecamatan


Secang, Kabupaten Magelang melalui penilaian berdasarkan Standar
Pelayanan Minimal selama 1 tahun yaitu periode Januari Desember
2014.

I. 7.

Batasan Masalah
Batasan masalah dimaksudkan untuk mempermudah pemahaman
agar lebih terarah, jelas dan tidak menyimpang dari permasalahan yang
ada. Maka dalam penelitian ini kami membatasi hanya membahas tentang
hasil peninjauan Manajemen Program dan Mutu Pelayanan Puskesmas
Secang I, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang Periode Januari

10

Desember 2014. Kinerja suatu puskesmas dilihat dari manajemen program


dan mutu pelayanan puskesmas yang dapat diukur secara kuantitatif
melalui indikator Standar Pelayanan Minimal.

BAB II
DATA UMUM

II. 1. Lingkungan
II. 1. 1. Data Wilayah
a. Batas Wilayah
Wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)
Secang I Kecamatan Secang Kabupaten Magelang, meliputi batas-

11

batas wilayah sebagai berikut: (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas


Secang 1 2014)
-

Sebelah Barat

: Kecamatan Windusari

Sebelah Timur

: Wilayah Puskesmas Secang II

Sebelah Utara

: Kabupaten Temanggung

Sebelah Selatan

: Kota Magelang

b. Luas Wilayah Kerja


Luas wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah 27 km 2, luas
wilayah tersebut kegunaannya untuk berbagai macam kebutuhan,
dengan perincian penggunaannya sebagai berikut : (Rencana Strategi
Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)
Tanah kering seluas15 km2
Ttanah sawah seluas 12 km2
c. Jumlah Desa atau Kelurahan
Jumlah desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas Secang I
adalah: (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)
-

Desa

: 10 (sepuluh) desa.

Kelurahan

: 1 (satu) kelurahan

d. Peta Wilayah
Kecamatan Secang Kabupaten Magelang terbagi dua wilayah
kerja Puskasmas, yaitu wilayah kerja Puskesmas Secang I dan wilayah
kerja Puskesmas Secang II, adapun untuk wilayah kerja Puskesmas
Secang I keadaan daerahnya 20% pegunungan sedangkan 80% dataran
dengan ketinggian 467 m diatas permukaan laut. Adapun peta wilayah
kerja Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Secang I Kecamatan

12

Secang Kabupaten Magelang seperti tersebut di bawah ini : (Rencana


Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)

Gambar 2.1. Peta Wilayah Kecamatan Secang

13

PETA WILAYAH
PUSKESMAS SECANG 1

Donorojo
Krincing

Ngabean

Karangkajen
Secang

Madyocondro
Madusari
Ngadirejo

Kalijoso

Payaman

Jam bewangi

Gambar 2.2. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Secang I

e. Transportasi
Transportasi di wilayah kerja Pusat Kesehatan Masyarakat
(PUSKESMAS) Secang I dapat dicapai dengan roda 4 (empat) dan
roda 2 ( dua ). Kendaraan umum yang ada untuk mencapai kota
kabupaten adalah Angkutan Desa (Colt) dan bus, untuk mencapai ke
desa-desa adalah Angkutan Desa (Colt) dan ojek. Jarak Puskesmas ke
Dinas Kesehatan Kabupaten dan ke kota kabupaten 28 km. Jarak

14

Puskesmas ke desa-desa di wilayah kerja, sebagai berikut : (Rencana


Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)

Tabel 2.1. Jarak Desa-Desa Ke Puskesmas Secang I


No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Desa
Jarak Ke Puskesmas
Karangkajen
7 km
Payaman
6 km
Jambewangi
6 km
Ngadirojo
4 km
Donorejo
4 km
Madyocondro
3 km
Kalijoso
3 km
Ngabean
3 km
Krincing
2 km
Madusari
2 km
Secang
1 km
Sumber : Statistik Kecamatan Secang, (2013)

f. Wilayah Administrasi Pemerintahan


Wilayah kerja Puskesmas Secang 1 Kecamatan Secang secara
administrasif dibagi menjadi 10 desa dan 1 kelurahan yang terdiri dari
64 dusun dengan luas wilayah Kecamatan Secang kurang lebih 27,8
Ha. Luas wilayah kerja Puskesmas Secang 1 Kecamatan Secang yang
paling luas yaitu Desa Krincing sebesar 3,50 kilometer persegi dan
yang paling kecil yaitu Desa Donorejo yaitu 1,34 kilometer persegi.
Tiap desa dapat dijangkau dengan kendaraan roda 2 atau roda 4
dengan jarak tempuh dari desa ke Puskesmas 0 7 km. Wialayah
kerja Puskesmas Secang 1 Kecataman Secang merupakan kawasan
pertanian dan merupakan daerah yang tidak memiliki hutan,oleh
karena itu mata pencaharian sebagaian besar penduduknya adalah
pertanian. (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1 2014)

15

g. Kondisi Demografi
Jumlah keluarga yang ada di wilayah kerja Puskesmas Secang
I adalah sebanyak 12.564 Kepala Keluarga dan jumlah penduduk per
jenis kelamin adalah laki-laki 22.748 jiwa, perempuan 23.335 jiwa.
Dengan kepadatan penduduk di wilayah kerja Puskesmas Secang I
adalah 1.658 jiwa/km2. (Rencana Strategi Bisnis Puskesmas Secang 1
2014)
II. 2. VISI, MISI, STRATEGI DAN MANAJEMEN PUSKESMAS
II. 2. 1. Visi
Menjadi Puskesmas pilihan utama dalam pelayanan kesehatan
untuk mewujudkan masyarakat sehat.
II. 2. 2. Misi
a. Memberikan pelayanan kesehatan prima yang bermutu.
b. Mengelola sumber daya yang ada secara optimal.
c. Memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan di wilayah kerja.
d. Mengembangkan pelayanan sesuai dengan keinginan dan kepuasaan
pelanggan.
II. 2. 3. Strategi
a. Meningkatkan proses pelayanan, tertib, rapi dan cepat.
b. Memberikan pelayanan yang baik dan berkualitas untuk kepuasan
pelanggan.
c. Proses pelayanan yang berstandar nasional atau international.
d. Peningkatan SDM dengan pelatihan di dalam dan di luar puskesmas
dengan RCD, seminar, pendidikan formal dan informal.

16

e. Pembenahan sarana fisik, sarana medis dan non medis.


f. Peningkatan sistem informasi Puskesmas.
g. Menjunjung

tinggi nilai dan mutu pelayanan kesehatan dengan

mengutamakan kepuasan pelanggan.


II. 2. 4. Manajemen Puskesmas
a. Manajemen Puskesmas :
Berdasarkan

Keputusan

Mentri

Kesehatan

RI

no.

128/MENKES/SK/II/2004 tentang kebijakan dasar Pusat Kesehatan


Masyarakat, Sistem Manajemen Puskesmas adalah Perencanaan (P1),
Penggerakan Pelaksanaan (P2), serta Pengawasan Pengendalian
Penilaian (P3). P1 diselenggrakan melalui mekanisme perencanaan
mikro (micro planning) yang kemudian menjadi perencanaan tingkat
Puskesmas. P2 diselenggarakan melalui mekanisme lokakarya mini
(mini workshop). P3 diselenggarakan melalui mekanisme stratifikasi
Puskesmas yang kemudian menjadi penilaian kinerja Puskesmas,
dengan berlakunya prinsip ekonomi perlu disesuaikan.

b. Kegiatan dalam fungsi manajemen :


Berdasarkan wawancara dan pengamatan mengenai proses
manajemen di Puskesmas Secang I, diperoleh data sebagai berikut:
1. Perencanaan (P1)
Di dalam perencanaan, langkah-langkah yang harus
dilakukan oleh pemimpin Puskesmas ialah sebagai berikut:
a)

Mengetahui kebijaksanaan Pusat (SKN).

17

b) Mengetahui kebijaksanaan Kantor Wilyah, Dinkes propinsi


Jateng, dan Dinas Kesehatan Dati I setempat.
c)

Mengetahui kebijaksanaan Dinas Kesehatan Dati II.

d) Menentukan tujuan dan sasaran.


e)

Melakukan analisa situasi.

f)

Menemukan masalah dan menentukan prioritas masalah.

g) Menyusun rencana operasional.


h) Pengaturan sumber daya.
Hasil dari program perencanaan adalah rencana kerja tahunan.
2. Penggerakkan Pelaksanaan (P2)
Kegiatan dalam fase ini adalah:
a) Pengorganisasian.
b) Pengurusan staf.
c) Kerja sama lintas program dan lintas sektoral.
d) Bina peran serta masyarakat.
3. Pengawasan, Pengendalian dan Penilaian (P3)
a) Pengawasan
Dilakukan dengan mengamati seluruh proses upaya
kesehatan untuk menjamin agar semua kegiatan yang sedang
dilaksanakan berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan
perundang-undangan

yang

berlaku.

Bila

terjadi

penyimpangan dapat memberi saran tindakan koreksi yang


perlu dilakukan.
b) Pengendalian

18

Tindakan pengaturan dan pengarahan pelaksanaan agar


tujuan dapat dicapai secara berhasilguna dan berdayaguna.
Ada keewenangan melakukan tindakan koreksi.
c) Penilaian
Meningkatkan hasil guna serta dayaguna perencanaan
dan pelaksanaan program dan memberikan petunjuk dalam
pengelolaan tenaga, dana dan fasilitas untuk program yang
ada sekarang dan yang akan datang.
Proses ini pada dasarnya terdiri dari:
1) Menetapkan standar performance/indicator.
2) Mengukur performance yang sesungguhnya.
3) Membandingkan

performance

yang

sesungguhnya

dengan standar yang diharapkan.


4) Mencari alasan-alasan terjadinya penyimpangan.
5) Menetapkan

cara-cara

untuk

memperbaiki

penyimpangan tersebut.
6) Melaksanakan cara-cara perbaikan tersebut.

19

II. 3. STRUKTUR ORGANISASI PUSKESMAS SECANG I

KEPALA PUSKESMAS
Dr. SUNARYO

Ka. Subag TATA USAHA


ASYHARI,S,SOS,Msi

KEUANGAN
Endah Mulyani

UNIT PELAYANAN
KESEHATAN
Dr. BENYAMIN TD
( Koordinator )
RAWAT JALAN
BP.Umum :SA Woro,
Amd.Kep
BP. Gigi
:drg. David H
Trauma Center :Budi
Waluyo
UNIT PENUNJANG
Lab. Kes
: Umiyati
Gudang Farmasi : Slamet Riyono
Apotik
: Slamet Riyono
Loket
: Anastasia W
SP3
: Darkam,S.ST

ADM. UMUM
Taryono

UNIT P2
KESEHATAN
Darkam S. ST
(Koordinator)
PENY. LINGKUNGAN
Darkam S. ST

UNIT PEMBANGUNAN
MASY + KELUARGA
Aida Sofiati, AM.Keb
(Koordinator)
KESGA
KIA
: Aida S. Amd.Keb
KB
: Titik S, Amd.Keb

P2P
P2B2/P2M: Misdi P
Imunisasi : Asliyah,Amd.Kep

PKM
Rini Indriati, A.Md.

MUATAN LOKAL
Perkesmas : Esti M
UKS/UKSG : Sih Widayati

PUSTU KARANGKAJEN
Esti Mularti

GIZI
Diah Heradiati N, A.Md.Gizi

PUSTU KALIJOSO
Asliyah, Amd.Kep

Gambar 2.3. Struktur Organisasi Puskesmas Secang I

20

II. 4. DESKRIPSI KERJA


II. 4. 1. Dokter/Kepala Puskesmas
Tugas Pokok :

Mengusahakan agar fungsi Puskesmas terselenggara

dengan baik.
Fungsi :
A. Sebagai Manager :
1. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.
2. Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral.
3. Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.
B. Sebagai seorang Dokter :
1. Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita.
2. Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi.
3. Melakukan penyuluhan kesehatan pada pasien dan masyarakat.
II. 4. 2. Dokter Umum
Tugas Pokok

: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah


kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.

Fungsi

1. Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.


2. Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas baik
di Puskesmas, Pustu atau Pusling.
3. Bimbingan dan suervisi pada pasien dan masyarakat.
4. Membantu membina kerjasama lintas sektoral dalam pengembangan
peran masyarakat.
5. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

21

II. 4. 3. Dokter Gigi


Tugas Pokok : Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di wilayah kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi

1. Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.


2. Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah
kerja Puskesmas secara teratur.
3. Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.
4. Memberikan

penyuluhan

kesehatan

gigi

pada

penderita

dan

masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.


5. Membantu

dan

membina

kerjasama

lintas

sektoral

dalam

pengembangan peran serta masyarakat.


6. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
II. 4. 4. Perawat Gigi
Tugas Pokok

: Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi di puskesmas.

Fungsi

1. Membantu dokter gigi dalam pelayanan kesehatan di puskesmas.


2. Memeriksa, menambal, membersihkan karang gigi dan mengobati gigi
yang sakit.
3. Merujuk kasus yang perlu ditindak lanjuti dari seorang dokter gigi.
4. Melaksanakan UKS (Usaha Kesehatan Sekolah) dan UKGS (Usaha
Kesehatan Gigi Sekolah).
5. Melaksanakan kunjungan kesehatan gigi.

22

II. 4. 5. Tata Usaha


Tugas Pokok

: Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat


masuk dan semua laporan kegiatan Puskesmas>

Fungsi

1. Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.


2. Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.
3. Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
4. Melakukan laporan berkala ketatausahaan.
II. 4. 6. Petugas Perkesmas
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan
dengan baik.
Fungsi

1. Melaksanakan kegiatan Puskesmas baik di dalam dan luar gedung.


2. Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk kegiatan Perkesmas.
3. Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4. Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah kerja
Puskesmas.
5. Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
II. 4. 7. Petugas Pengobatan
Tugas Pokok :
a.

Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.

b.

Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif

atas

delegasi dari dokter.

23

c.

Melaksanakan penyuluhan kesehatan.

d.

Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.

e.

Melakukan pencatatan dan pelaporan.

f.

Melakukan kegiatan Puskesmas.

g.

Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.

II. 4. 8. Petugas P2P


Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi

1. Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.


2. Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.
3. Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.
4. Melakukan penyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
5. Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas
delegasi dari dokter.
6. Melakukan kunjungan rumah.
7. Ikut dalam kegiatan terpadu yang terkait P2P.
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
II. 4. 9. Petugas KIA
Tugas Pokok

: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah


kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.

24

Fungsi

1. Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu menyusui,


bayi dan anak.
2. Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
3. Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
4. Melakukan pembinaan dukun bayi.
5. Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
6. Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang
terkait dengan KIA.
7. Melakukan penyuluhan kesehatan.
8. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
9. Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
II. 4. 10. Petugas Gizi
Tugas Pokok

: Melaksanakan

kegiatan

dan

mengkoordinir

perbaikan gizi di wilayah kerja Puskesmas.


Fungsi

1. Melaksanakan pemberian makanan tambahan.


2. Memantau keadaan gizi di masyarakat.
3. Membantu meningkatkan kerjasama lintas sektoral di bidang gizi.
4. Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
5. Melakukan pencatatan, pelaporan dan rujukan kasus gizi.
6. Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
7. Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
8. Melakukan pembinaan Posyandu.

25

II. 4. 11. Petugas Sanitarian


Tugas Pokok : Merubah, mengendalikan atau menghilangkan semua
unsur fisik dan lingkungan yang memberikan pengaruh
buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Fungsi

1. Penyuluhan terhadap masyarakat tentang penggunaan air bersih,


jamban dan rumah sehat, kebersihan lingkungan dan pekarangan.
2. Membantu masyarakat dalam pembuatan sumur, perlindungan mata
air, penampungan air hujan dan sarana air bersih lainnya,
3. Pengawasan higiene, perusahaan dan tempat-tempat umum.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
5. Aktif memperkuat kerjasama lintas sektoral.
6. Ikut serta dalam kegiatan yang terkait dengan H.S.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan.
8. Pengawasan dan penyehatan perumahan dan pembuangan sampah.
9. Pengawasan makanan dan minuman.
10. Pembuatan SPAL (Sistem Pembuangan Air Limbah).
II. 4. 12. Pelayanan Imunisasi
Tugas Pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas.
Fungsi

1. Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.


2. Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
3. Melakukan pencatatan dan pelaporan.

26

4. Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.


5. Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
6. Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannya kurang.
7. Memberikan penyuluhan kesehatan.
II. 4. 13. Petugas Trauma Center
Tugas Pokok : Melaksanakan kegiatan untuk mengatasi kasus gawat
darurat di wilayah kerja Puskesmas.

Fungsi

1. Menyiapkan ruang gawat darurat untuk pelayanan.


2. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3. Melakukan rujukan kasus gawat darurat bila tidak mampu ke
Puskesmas yang lebih maju.
4. Melakukan penanganan kasus gawat darurat sesuai standar dan
prosedur.
II. 4. 14. Petugas Apotek
Tugas Pokok

: Memeriksa, meracik dan membungkus obat.

Fungsi

1. Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.


2. Membantu penyimpanan obat dan administrasi dari obat di apotik.
3. Membantu distribusi obat ke Puskesling, Pustu dan PKD.
4. Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.
5. Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.

27

II. 4. 15. Petugas Laboratorium


Tugas Pokok : Melakukan pemeriksaan laboratorium di wilayah kerja
Puskesmas.
Fungsi

1.

Membantu menegakkan diagnosa dengan pemeriksaan spesimen.

2.

Membantu rujukan spesimen.

3.

Membantu kegiatan yang berhubungan dengan laboratorium.

4.

Memberikan penyuluhan kesehatan.

5.

Melakukan pencatatan dan pelaporan.

II. 4. 16. Petugas Pendaftaran


Tugas Pokok : Melakukan proses pelayanan di pendaftaran pada semua
pengunjung Puskesmas.
Fungsi

1. Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.


2. Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.
3. Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.
4. Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
5. Menata kembali status yang sudah dipergunakan hari tersebut.
6. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
II. 4. 17. Petugas Gudang Obat
Tugas Pokok

: Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas

Fungsi

1. Membantu dalam penyimpanan dan pengelolaan obat di Puskesmas.


2. Mempersiapkan pengadaan obat di Puskesmas.

28

3. Mengatur administrasi dan distribusi obat.


4. Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan dan pencahayaan
dalam penyimpanan obat.

II.5.

SUMBER DAYA PUSKESMAS

II. 5. 1. Tenaga

No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.

Tabel 2.2. Tenaga di Puskesmas Secang I


JENIS KETENAGAAN
JUMLAH SPESIFIKASI
Kepala UPT
Kepala Sub Bagian TU

1
S1
1
SMA
1
S2
Dokter Umum
1
S1
Dokter Gigi
2
S1
1
S1
2
D3
Perawat
3
SPK
Perawat Gigi
1
SPRG
3
D3
Bidan
10
PPB
Rekam Medis
3
SMA
PKM
1
D3
Laboran
1
D3
Nutrisionis
1
D3
Sanitarian
1
D3
Kefarmasian
1
AA
Penjaga Malam
1
SMA
Jumlah Tenaga Kerja
35
Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Secang I, 2014

II. 5. 2. Sarana Fisik


Tabel 2.3. Sarana Fisik di Puskesmas Secang I
No.

Jenis Sarana

Jumlah

1.

Puskesmas Induk

2.

Rumah dinas dokter

3.

Puskesmas pembantu

29

4.

Mobil puskesling

5.

Sepeda motor

6.

Container drum

7.

Lemari es puskesmas dan pustu

8.

Freezer

9.

Kompor

10.

Mesin tulis

11.

Kalkulator

12.

Rak kartu

13.

Filling cabinet

14.

Sound system

15.

Meja, kursi tulis

13

16.

Almari Kaca
11
Sumber : Buku Inventaris Puskesmas Secang I, 2014

II. 5. 3. Perlengkapan Medis


Tabel 2.4. Perlengkapan Medis Puskesmas Secang I
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Jenis Sarana
Strilisator uap
Vaksin karier
Termos
Tas imunisasi
Object gelas
Sarana laboratorium
Bilik hitung
Tabung Hematokrit
Sentrifuse listrik
Timbangan bayi
Bidan kit
Alat Hb Sahli
Timbangan injak
Dukun kit
Tabung oksigen

Jumlah
2
8
30
2
580
1
35
3
1
3
67
2
30

16.
17.
18.
19.
20.

Resuscitator
Incubator
Reagen tes Iodium
KMS ibu hamil
KMS bayi

1654
1504

21.

KMS murid

2431

22.

KMS tumbuh kembang

7914

23.

Spuit disposseable

5712

24.

Jarum

26745

25.

Tensimeter

26.

Stetoskope

27.

Diagnostic set

28.

Poliklinik set

29.

Isihara set

30.

THT set

31.

Stelisator listrik

32.

PHN kit

33.

Dental unit

34.

Diamond bor

35.

Perawatan gigi kit

36.

Sterilisator tang

37.

UKGMD kit

38.

Comb test

39.

PP test

10

40.

Reagen Gol. Darah

41.

Hb kit

42.

Trauma senter kit


1
Sumber : Buku Inventaris Puskesmas Secang I, 2014

1set

II. 5. 4. Dana
Setiap pelaksanaan kegiatan Puskesmas Secang I mendapatkan
dana dari APBD II dan Dinas kesehatan. Dana dari APBD II terbagi
menjadi dua yaitu dana rutin untuk menunjang kegiatan dan operasional

31

puskesmas dan dana BBM untuk biaya transportasi. Sedangkan dana lain
juga dari dana BOK dan BPJS.
II. 5. 5. Sumber Daya Manusia, Jumlah Dan Spesifikasinya
Jumlah sumber daya manusia (SDM) di puskesmas secang 1
adalah sebanyak 35 tenaga. Jenis tenaga yang digunakan, jumlah maupun
nama pegawai Puskesmas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5. Nama dan Spesifikasi Kerja Pegawai Puskesmas Secang I


No
1

Jenis tenaga
Dokter umum

Jumlah
3

Nama
dr. Heri Muchdiyono M.Kes
dr. Sunaryo

Dokter gigi

dr. Benjamin
drg. David Handoko
drg. Ruri

Bidan

13

Aida Sofianti
Titik Sulistiowati
Triatmi Pudjiastuti, Amd.Keb
Lis Barokah E L, Amd.Keb
Dani Margawasti
Siti Mariyah
Alri Andhiani
Endang Purwanti, Amd.Keb
Sumaryati

32

Yeti Sukarsih
Utik Hariani
Marni
4

Perawat

Fajar Hidayati
Budi Waluyo, S.Kep
Sri Andoko Woro, Amd.Kep
Misdi Purwati
Sri Haryati
Esti Mularti

5
6
7
8

No
9
10
11

Perawat gigi
Sanitarian HS
Petugas Gizi
Asisten Apoteker

Jenis tenaga
Petugas Laboratorium
Penjaga Malam
Staf

1
1
1
1

Jumlah
1
1
3

Asliyah
Sih Widiyawati
Darkam, AMKL
Dyah Heradiyati, Amd.Gizi
Slamet Riyono

Nama
Umiyati
Suyatno
Taryono
Endah Mulyani

12
13

II.6.

Tri Hestiningsih
PKM
1
Rini Indriati
Rekam Medik
1
Anastasya Widi
Sumber : Data Kepegawaian Puskesmas Secang I, 2014

SARANA PELAYANAN PUSKESMAS

II. 6. 1. Tugas Puskesmas Secang I


Terdapat 6 Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas Secang I, yaitu :
1. KIA dan KB
2. Gizi
33

3. Kesehatan Lingkungan.
4. P2M
5. Promosi Kesehatan
6. Pengobatan
Terdapat 3 Upaya Kesehatan Tambahan Puskesmas Secang I, yaitu:
1. Perawatan Kesehatan Masyarakat
2. Usaha Kesehatan Sekolah
3. Kesehatan Jiwa
II. 6. 2. Jaringan Pelayanan Puskesmas Secang I
Dalam memenuhi tugas pokok tersebut, sarana pelayanan yang
dimiliki oleh puskesmas adalah :
Pustu (puskesmas pembantu) terdapat 2, yaitu :
a.

Karangkajen

b.

Kalijoso

Puskesling (puskesmas keliling) terdapat 5, yaitu :


a. Ngadirojo
b. Payaman
c. Ngabean
d. Jambewangi
e. Donorejo
Polindes (Pondok Bersalin Desaa) terdapat 5, yaitu :
a.

Karangkajen

b.

Madusari

c.

Secang

34

d.

Krincing

e.

Kalijoso

Poliklinik kesehatan Desa (PKD) terdapat 4, yaitu :


a.

Payaman (setiap legi)

b.

Donorojo (setiap Rabu)

c.

Madiyacondro (setiap rabu & sabtu)

d.

Jambewangi ( setiap Senin )

Posyandu balita dan lansia terdapat 94 posyandu balita yaitu :


a. Jambewangi

:14

b. Payaman

:11

c. Kalijoso

:6

d. Ngadirojo

:7

e. Madyocondro

: 11

f. Madusari

:6

g. Secang

:12

h. Ngabean

:8

i. Krincing

: 10

j. Donorejo

:4

k. Karangkajen

:5

Posyandu lansia terdapat 41.


UKS & UKGS
II. 6. 3. Pelayanan Dalam Gedung Puskesmas Secang I
Pelayanan di dalam gedung yang ada di Puskesmas Secang I :
a.

Poliklinik Umum

35

b.

KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) dan KB (Keluarga Berencana)

c.

Pengobatan Gigi

d.

Klinik Gizi

e.

Klinik IMS (Infeksi Menular Seksual)

f.

Laboraturium

g.

Apotik

h.

Trauma Center

BAB III
DATA KHUSUS PROGRAM POKOK PUSKESMAS

III.I Program Puskesmas


III.1.1. Upaya Kesehatan wajib Puskesmas adalah
1. KIA dan KB
2. Gizi
3. Kesehatan Lingkungan
4. Pencegahan dan pemberantasan penyakit (P2P)
5. Promosi kesehatan
6. Pengobatan
III.1.2. Upaya kesehatan pengembangan adalah
1. Upaya Kesehatan Sekolah
2. Upaya Kesehatan Jiwa

III.2. Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas


III.2.1. Kesehatan Ibu-Anak serta KB
Pelayanan KIA dan KB di Puskesmas Secang I dikelola oleh 2
orang bidan, pelayanan dilaksanakan setiap hari senin sampai sabtu, pukul
7.30-12.00. Pada hari kamis untuk pelayanan KB, dilakukan pemasangan

36

IUD. Pelayanan imunisasi Hepatitis b dilakukan setiap hari, imunisasi


campak dilaksanakan setiap hari jumat.
KB secara umum adalah suatu usaha yang mengatur banyaknya
jumlah kelahiran sedemikian lupasehingga bagi ibu maupun bayinya dan
bagi ayah serta keluarganya atau masyarakat yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut dan
secara khusus pengertian KB adalah merupakan berkisar pencegahan
kontrasepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah
pertemuan antara sel mani dari laki-laki dan sel telur dari wanita akibat
persetubuhan.
Tujuan Gerakan Keluarga Berencana :
1.

Kuantitatif

: menurunkan dan mengendalikan pertumubuhan

penduduk
2.

Kualitatif

: menciptakan atau mewujudkan norma keluarga

kecil yang bahagia dan sejahtera


Tujuan Keluarga Berencana menurut UUD No.36 tahun 2009 mengenai
Kesehatan pada Pasal 78 menyatakan KB dimaksudkan untu kpengaturan
kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus
yang sehat, cerdas dan pemerintah bertanggung jawab dan menjamin
ketersediaan tenaga, fasilitas, pelayanan, alat dan obat dalam memberikan
pelayanan KB yang aman dan bermutu serta terjangkau oleh masyarakat

Tabel 3.1. Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak serta KB Puskesmas
Secang I Periode Januari-Desember 2014
Indikator

Target

Cakupan

Pencapaian
37

%
100%
95%

Kegiatan
1030
886

%
114%
98%

%
114%
103,17%

hamil*
Cakupan pertolongan persalinan

100%

236

131%

131,11%

oleh tenaga kes


tenaga kes
Cakupan Kn1*) ( 6 jam sd 48 jam)
Cakupan kunjungan neonatus (Kn2)

95%

759

88%

92,50%

100%

694

84%

84,43%

( hari ke 3 s/d hari ke 7 )


Cakupan kunjungan neonatus (Kn3)

95%

694

84%

88,87%

( 8 hr - 28 hr)
Cakupan kunjungan Bayi
Neonatal resti yg ada / ditemukan*
Pembinaan dukun bayi*
a.Jumlah dukun bayi yg

95%
90%
100%

712
847
32

87%
103%
26%

91,18%
114,49%
26,45%

terlatih
b.Frekuensi pembinaan dukun
Pelayanan kesehatan anak pra

100%
100%

31
31

95%
95%

95,38%
95,38%

sekolah dan usia


Sekolah
Deteksi dini tumbuh kembang anak

100%

10

120%

120,00%

balita dan
pra sekolah
Cakupan pemeriksaan kesehatan

95%

1267

44%

46,83%

siswa SD & setingkat


oleh tenkes atau terlatih/guru

100%

1703

100%

100%

siswa TK,
kelas 1 SLTP,SLTA dan setingkat
Cakupan pelayanan kesehatan

80%

62,39

100%

125%

remaja
(penjaringan kelas 1

80%

1076

38%

47%

Cakupan Kunjungan bumil K1*


Cakupan Kunjungan bumil K4
Deteksi kasus resiko tinggi Ibu

UKS/dokter kecil*
(Penjaringan kelas 1)
Cakupan pemeriksaan kesehatan

38

SLTP,SLTA/sederajat)
Pembinaan TK
- Jumlah TK yang dibina*
PELAYANAN KELUARGA
BERENCANA
Jumlah seluruh peserta aktif
PELAYANAN USILA

100%

162

52%

523%

80%

7453

78%

98%

100%

11

100%

100%

70%

6598

70%

100%

jml posyandu pra usila dan Usila yg


ada*

cakupan pelayanan pra usila dan


Usila

III.2.2. Gizi
Pelayanan ini dikelola oleh 1 orang tenaga kesehatan. Tujuan dari
program perbaikan gizi adalah untuk menurunkan angka penyakit akibat
kurang gizi ynag umunya diderita oleh masyarakat berpenghasilan rendah
terutama balita dan wanita.kegiatan gizi terdiri dari konseling gizi,
monitoring garam di pasar/masyarakat, pemberian vitamin A dosis tinggi
pada balita dan ibu hamil, pemberian kapsul iodium pada wanita nifas dan
anak, kunjungan rumah BGM dan gizi buruk.
Jenis kegiatan :
1. Pemantauan dan pertumbuhan balita
a. Balita ynag datang dan ditimbang (D/S) (80%)
b. Balita yang naik berat badannya (N/D) (80%)
c. Balita BGM ( <1,5%)
2. Pelayanan Gizi
Indikator :

39

a. Cakupan bayi (6-11 bulan ) yang diberi kapsul vit A dosis tinggi 1x
pertahun (95%)
b. Cakupan anak balita (12-59 bulan ) ynag diberi kapsul vitamin A
2x pertahun (95%)
c. Cakupan ibu hamil yang diberi 90 tabelet Fe (90%)
d. Cakupan bufas yang mendapat kapsul vit A (89%)

40

Tabel 3.2. Hasil Kegiatan Gizi Puskesmas Secang I


Periode Januari-Desember 2014
Indikator

Target
%

Cakupan
Kegiatan
%

Pencapaian
%

Pemantauan dan pertumbuhan


balita
- Balita yg datang dan
ditimbang (D/S)
- Balita yg naik berat

80%

3541

79,15%

99%

badannya (N/D)
Cakupan bayi (6-11 bln) yg diberi

80%

2286

64,16%

80%

kapsul vit A dosis tgi


1 kali per tahun
Cakupan anak balita( 12 - 59 bln)

95%

423

90,77%

96%

yg diberi kapsul vit A


2 kali per tahun
Cakupan ibu hamil yg diberi 90

95%

3690

101%

106%

tablet Fe
Balita BGM
Cakupan pemberian pmt MP ASI

90%
< 1,5 %

813
338

89,93%
9,49%

100%

pd bayi BGM dari gakin*


Balita gizi buruk mendapat

98%

89

23%

23%

perawatan
Cakupan bufas mendapat kapsul

100%

40%

40%

vit A

89%

799

92,58%

104%

III.2.3. Kesehatan Lingkungan


a. Klinik Higiene dan Sanitasi
Pelayanan dilaksanakan setiap hari kamis dan sabtu, dikelola oleh 1
orang tenaga sanitarian yang juga bertugas dalam program lapangan.
b. Upaya Kesehatan Lingkungan

41

Upaya

kesehatan

lingkungan

ini

bertujuan

agar

berubahnya,

terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang


terdapat di masyarakat dimana dapat memberikan pengaruh buruk
terhadap kesehatan.
Jenis kegiatan:
1. Pelayanan kesehatan lingkungan
Indikator :
a. Institusi yang dibina (70%)
b. Rumah sehat (70%)
c. Penduduk yang memanfaatkan jamban (75%)
d. Rumah yang mempunyai SPAL (65%)
2. Pelayanan pengendalian vektor
Indikator :
Rumah atau bangunan bebas jentik nyamuk (100%)
3. Pelayanan higienis dan sanitasi di tempat umum
Indikator :
a.
b.
c.
d.

TTU yang diperiksa (100%)


TTU yang memenuhi syarat sanitasi (80%)
TP2M yang diperiksa (90%)
TP2M yang memenuhi syarat sanitasi (75%)
Tabel 3.3. Hasil Kegiatan Status Kesehatan Lingkungan
Puskesmas Secang I Periode Januari-Desember 2014

Indikator
Institusi yg dibina
Jml Tempat Tempat Umum (TTU) yg

Cakupan
Target
%
Kegiatan
%
70%
48
287%

Pencapaian
%
403

diperiksa*
Tempat-tempat umum(TTU) yg

100%

162

147%

147%

memenuhi syarat sanitasi


Tmpt Pengolahan Makanan &

80%

134

122%

152%

Penjualan(TP2M) diperiksa*

90%

197

168%

187%

T2PM yg memenuhi syarat sanitasi*

75%

168

144%

191%
42

Rumah sehat
Penduduk yg memanfaatkan jamban
Rumah yg mempunyai SPAL
Rumah/bangunan bebas jentik Aedes

70%
75%
65%
100%

10048
10048
7769
10048

92%
128%
71%
92%

132%
171%
110%
92,00%

43

III.2.4. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)


Pelayanan ini dikelola oleh 3 orang tenaga kesehatan, dengan 1
koordinator. Tujuan program ini adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian serta mencegah akibat buruk lebih lanjut dari penyakit.
Jenis Kegiatan:
a. P2 TB paru
Indikator :
1. Cakupan suspek TB paru* (80%)
2. Penemuan kasus TB BTA (+) (Case Detection Rate ) (70%)
b. P2 ISPA
Indikator :
1. Cakupan balita dengan Pneumoni ynag ditemukan/ditangani (sesuai
standar ) (100%)
c. P2 Diare
Indikator :
1. Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar (100%)
d. Imunisasi
Indikator :
1. Jumlah bumil yang mendapat TT1* (98%)
2. Jumlah bumil yang mendapat TT2* (95%)
3. BCG* (95%)
4. DPT1* (95%)
5. DPT3* (95%)
6. Polio 1* (95%)
7. Polio 4* (95%)
8. Campak* (95%)
9. Hepatitis B1* (95%)
10. Hepatitis B1 total* (95%)
Tabel 3.4. Hasil Kegiatan P2P Puskesmas Secang I
Periode Januari-Desember 2014

44

Indikator

Target
Cakupan
%
Kegiatan
%

P2 TB Paru
- Cakupan suspek tb paru*
- Penemuan kasus TB BTA(+)

Pencapaian
%

80%

29

5,5%

6,90%

(Case Detection Rate)


P2 ISPA
Cakupan balita dg pneumoni yg

70%

48

9,14%

13,05%

ditemukan/
ditangani (sesuai standar)
P2 Diare
Balita dg diare yg ditangani

100%

133

53%

53%

sesuai standar
Imunisasi
i. - Jumlah bumil yg

100%

119

47%

47%

mendapat TT1*
- Jumlah bumil yg mendapat

98%

459

48%

49%

TT2*
- BCG*
- DPT 1*
- DPT 3 *
- Polio 1*
- Polio 4*
- Campak*
- Hepatitis B1 ( 0 - 7 Hr)*
- Hepatitis B1 total*
- Hepatitis B2*
- Hepatitis B3*

95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%
95%

404
296
371
361
301
517
652
275
414
31,8
367

43%
64%
80%
78%
65%
112%
141%
60%
90%
69%
80%

45%
67,59%
84,71%
82,43%
68,73%
118,05%
148,88%
62,79%
94,53%
72,61%
84%

III.2.5 Promosi Kesehatan


Pelayanan Promosi Kesehatan di Puskesmas Secang I dikelola oleh
1 orang, pelayanan dilaksanakan setiap hari senin-sabtu, pukul 07.3012.00. Pelayanan Promosi Kesehatan merupakan upaya kesehatan yang
menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat
melalui

upaya-upaya

pembinaan

dan

pengembangan

peran

aktif
45

masyarakat melalui media penyuluhan. Tujuan dari program Promosi


Kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
kesehatan.
Dalam fungsinya, yang dinilai adalah :
a. Jumlah posyandu yang dibina
Jumlah seluruhnya ada 92 posyandu, kegiatan posyandu terdiri dari 5
program :
KIA/KB, Gizi, Imunisasi, Penyuluhan, dan Penanggulangan diare
b. Rumah Tangga sehat
c. Perkembangan sekolah sehat
d. Pembinaan dan penyelenggaraan penyuluhan kesehatan berdasarkan target
Dinas Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2015
Tabel 3.5. Hasil Kegiatan Promkes Puskesmas Secang I
Periode Januari-Desember 2014
Indikator

Target
%

Cakupan
Kegiatan
%

Pencapaian
%

PENYULUHAN KELOMPOK
DAN UMUM DIDALAM
DAN LUAR GEDUNG
PUSKESMAS
Rumah tangga sehat
Bayi yg dapat ASI eksklusif

65%
80%

4980
397

46%

Desa dengan garam beryodium


Keluarga sadar gizi (Kadarzi)
Posyandu purnama (indikator

90%
80%

11

100%

2008)
Posyandu mandiri (indikator

40%

41

43,62%

109%

2008)
Jml kunj.ke posyandu

6%

38

40,43%

674%

100%
100%
100%
80%

1188
158
474
424

105%
16,81%
100,85%
93,39%

105%
17%
101%
117%

seluruhnya (y)*
Jumlah kader terlatih*
Jumlah kader aktif*

70,23%

46

PENYULUHAN DAN
PENCEGAHAN DAN PENANG
GULANGAN
PENYALAHGUNAAN NAPZA
Penyuluhan P3 NAPZA* di
sekolah
Penyuluhan HIV/ AIDS * di

100%

15

100%

100%

sekolah
Penyuluhan NAPZA dan

100%

15

100%

100%

HIV/AIDS oleh petugas kes

24%

32

91%

381%

III.2.6 Upaya Pengobatan


a. Pengobatan
Definisi upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan
penyakit dan gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara
dan teknologi yang khusus untuk keperluan tersebut.
Upaya pengobatan memiliki dua macam tujuan, yaitu :
1. Tujuan Umum, yaitu untuk meningkatkan derajat

kesehatan

perorangan dan masyarakat


2. Tujuan Khusus, yaitu :
a. Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang
b. Mengurangi penderitaan sesorng karena sakit
c. Mencegah dan mengurangi kecacatan
d. Merujuk pasien ke fasilitas pengobatan yang lebih baik
Kegiatan pokok dalam program pengobatan adalah :
1. Melakukan diagnosa sedini mungkin
2. Melakukan tindakan pengobatan dan upaya rujukan bila diperlukan
3. Melaksanakan pertolongan pertama pada kecelakaan, keracunan, dan
lain-lain
Keberhasilan program pengobatan dapat dilihat dengan menilai jumlah
kasus yang ada. Kasus itu sendiri ada 3 kelompok, yaitu :
1. Kasus baru

47

Dikatakan kasus baru jika pasien didiagnosis suatu penyakit oleh


dokter pada kunjungan pertama pasien. Indikator pencapaian target
pada kasus baru yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang 2015 sebesar 60%.
2. Kasus lama
Dikatakan kasus lama jika pasien melakukan kunjungan kedua atau
seterusnya ke Puskesmas untuk kasus penyakit tertentu yang masih
dalam periode penyakit tersebut.
3. Kunjungan kasus
Kunjungan kasus adalah kunjungan ketiga dan seterusnya pasien yang
menderita suatu penyakit terntentu dan masih dalam periode penyakit
tersebut. Dan pada penyakit menahun, kunjungan kasus adalah
kunjungan kedua dan seterusnya pada tahun berikutnya. Frekuensi
kunjungan adalah jumlah kasus baru dan kasus lama serta kunjungan
kasus yang dibagi dengan jumlah kasus baru. Target frekuensi
kunjungan yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten
Magelang adalah 1,21%.
b. Pelayanan Pengobatan Puskesmas Secang I (Rawat Jalan)
1. Poliklinik Umum
Kegiatan pelayanan pengobatan ada 2 kegiatan, yaitu : pelayanan
kesehatan dalam gedung dan luar gedung.
a. Kegiatan dalam gedung berupa pemeriksaan pasien umum serta
adanya sistem rujukan. Pelayanan dilaksanakan setiap hari, kecuali
hari libur. Terdapat dua ruang pelayanan pengobatan, satu orang
ruang trauma center yang dikelola oleh :
Tenaga Dokter sebanyak empat orang dokter bertugas

setiap hari Senin-Sabtu


Tenaga Paramedis sebanyak 5 orang, perawat yang bekerja
setiap hari Senin-Sabtu

48

Peralatan

yang

digunakan

antara

lain

tensimeter,

stetoskop,

termometer, senter, palu refleks, otoskop, EKG.


b. Kegiatan di luar gedung terdiri dari Puskesmas Keliling, Pos
Kesehatan Pesantren (PosKesTren), Posyandu Lansia, Poliklinik
Kesehatan Desa (PKD), dan Puskesmas Pembantu (PusTu)
Puskesmas Secang I memiliki dua Pustu, yaitu :
Pustu Karangkajen yang buka setiap hari Senin, Selasa,

Kamis, Jumat
Pustu Kalidoso yang buka setiap hari Senin dan Kamis

Puskesmas Secang I mempunyai tujuh PKD yang dikelola oleh seorang


bidan dan seorang perawat, yaitu :
Ngadirojo
Payaman
Donorojo
Madyocondro
Ngabean
Madusari
Krincing
2. Poliklinik Gigi
Pelayanan kesehatan gigi dibuka setiap hari Senin-Sabtu

yang

dikelola oleh dua dokter gigi dan satu perawat gigi. Kegiatan
pelayanan kesehatan gigi dilakukan dalam satu ruang dan ada kegiatan
luar gedung yang berupa penyuluhan dan pelayanan kesehatan gigi di
sekolah-sekolah dengan empat orang tenaga kesehatam yang terdiri
dari satu orang dokter, dua orang perawat dan satu petugas promosi
kesehatan
Pembiayaan kegiatan poliklinik gigi berasal dari Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang. Peralatan yang digunakan dalam poliklinik gigi
masih terbatas terutama alat untuk sterilisasi peralatan yang telah

49

digunakan. Bahan-bahan pelayanan yang digunakan juga jumlah dan


jenisnya terbatas.
3. Upaya Kesehatan Jiwa
Petugas yang melakukan pelayanan kesehatan jiwa berjumlah satu
orang sebagai koordinator. Kegiatan pelayanan kesehatan jiwa bersifat
pasif hanya menungggu pasien yang melakukan pengobatan ke
puskesmas. Pelayanan kesehatan jiwa hanya melakukan pelayanan
kesehatan yang bersifat ringan karena lebih banyak pelayanan yang
dilakukan rujukan.
4. Trauma Center
Pelayanan pada trauma center dilakukan setiap hari, kecuali hari
Minggu atau libur nasional. Dikelola oleh satu orang dokter dan
paramedis.

Untuk

hari

libur

selain

yang

sudah

ditetapkan

pengelolaannya dilakukan secara shift oleh tenaga paramedis.


Tabel 3.6. Hasil Kegiatan Balai Pengobatan Puskesmas Secang I
Periode Januari-Desember 2014
Indikator

Target
%

Cakupan
Kegiatan
%

Pencapaian
%

JANGKAUAN PENGOBATAN
RAWAT JALAN
Jumlah kasus baru (x)

60%
SKRT 1995:

6780

31

51%

Hipertensi
Jantung ischemik
Stroke

83/1000 pddk
3/1000 pddk
2/1000 pddk
104/1000

1843
179
113

4
0,39
0,25

48,0%
130,0%
125,000%

Gg mental 5-14 th

pddk
140/1000

14

0,03

0,20%

Gg mental > 15 th
Kebutaan
Diabetes Melitus

pddk
1,47%
SKRT 1993:

137
11
331

0,3
0,02
0,72

2,10%
1%
450%
50

1.6/1000
pddk
UPAYA KESEHATAN GIGI
UKGS tahap 3*
Jml kunjungan gilut di rawat

50%

13

37

74%

jalan (dlm/luar gedung)*

5%

2692

120%

BAB IV
ANALISIS MASALAH

Dari hasil kegiatan Puskesmas Secang I pada bulan Januari Desember


2014, berdasarkan Standar Pelayanan Minimum (SPM) yang terlampir telah
didapatkan beberapa permasalahan yang perlu diupayakan pemecahannya dengan
menggunakan kerangka pemikiran pendekatan sistem, sebagai berikut :

INPUT
Man
Money
Method
Matrial
Machine

PROSES
P1
P2
P3

OUTPUT
Cakupan
Program

LINGKUNGAN
Fisik
Kependudukan
Sosial Budaya
Sosial Ekonomi
Kebijakan
51

Gambar 4.1. Kerangka Pemikiran Pendekatan Sistem

Cakupan masalah terdapat pada output dimana hasil kegiatan atau cakupan
kegiatan tidak sesuai dengan standar minimal. Hal yang terpenting pada upaya
pemecahan masalah adalah bahwa kegiatan dalam rangka pemecahan masalah
harus sesuai dengan penyebab masalah tersebut, yakni berdasarkan pendekatan
sistem penyebab masalah yang terjadi pada input, proses maupun lingkungan.
IV. 1.

Kerangka Pikir Pemecahan Masalah


Masalah merupakan kesenjangan antara keadaan fisik yang

diharapkan dengan kenyataan, yang menimbulkan rasa ketidakpuasan dan


keinginan untuk memecahkannya. Ciri-ciri sebuah masalah diantaranya
adalah :
-

Menyatakan hubungan dua variabel atau lebih

Dapat diukur

Dapat diatasi
Berikut ini merupakan urutan siklus pemecahan suatu masalah,

yaitu :
1.

Identifikasi atau Inventarisasi Masalah


Menetapkan keadaan spesifik yang diharapkan, yang ingin dicapai,
menetapkan indikator tertentu sebagai dasar pengukuran kinerja, misalnya
SPM. Kemudian mempelajari keadaan yang terjadi dengan menghitung
52

atau mengukur hasil pencapaian. Kemudian membandingkan antara


kedaan nyata yang terjadi (cakupan) dengan keadaan tertentu yang
diinginkan atau indikator tertentu yang sudah ditetapkan (target).
a. Penentuan Prioritas Masalah
Penentuan prioritas masalah ditentukan dengan berbagai metode
diantaranya adalah Hanlon, Delbeq, CARL, Pareto, dan lain-lain.
b. Penentuan Penyebab Masalah
Penentuan penyebab masalah dilihat berdasarkan data ataupun
kepustakaan.

Penentuan

penyebab

masalah

hendaknya

jangan

menyimpang dari masalah tersebut.


c. Memilih Penyebab Yang Paling Mungkin
Penyebab

masalah

paling

mungkin

terjadi

harus

dipilih

berdasarkan sebab-sebab yang didukung oleh data atau konfirmasi.


d. Menentukan Alternatif Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah dapat dilakukan dengan mudah apabila
penyebab masalah sudah dapat teridentifikasi dengan baik namun
dalam pemecahan masalah harus memiliki berbagai macam alternatif
pemecahan masalah.
e. Penetapan Pemecahan Masalah Terpilih

53

Setelah alternatif pemechan masalah ditentukan maka dilakukan


pemilihan pemecahan masalah terpilih (paling efektif dan efisien)
apabila ditemukan beberapa alternatif maka digunakan Hanlon
kualitatif untuk menentukan atau memilih pemecahan masalah terbaik.
f. Penyusunan Rencana Penerapan
Rencana penerapan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plain Of
Action) atau rencana kegiatan.
g. Monitoring dan Evaluasi
Untuk mengetahui keberhasilan dari pemecahan suatu masalah
dilakukan monitoring pada saat proses penyelesaiaan masalah tersebut
berlangsung dan evaluasi setelah seluruh permasalahan selesai.

54

Gambar 4.2. Siklus Pemecahan Masalah

IV. 2. Analisis Hasil


Berdasarkan hasil analisa pada Standar Pelayanan Minimal terbaru
tahun 2011 dari data sekunder, masalah di Puskesmas Secang I yang
ditemukan adalah:

Tabel 4.1. Masalah Kegiatan Puskesmas Secang I


Bulan Januari Desember 2014
Skor Pencapaian
NO

Masalah
< 100 (%)
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm

0,20
Gangguan mental 5-14th
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm

1
Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm

3
4

2
Gangguan mental >15th
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB BTA positif (case

5
6
7
8

5.52
9

detection rate)
Jumlah kader terlatih
Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita

17
26,45
40
46,83

dan prasekolah
Balita dengan diare yang ditangani sesuai
10
11

47
standar
Cakupan pelayanan kesehatan remaja
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm

12

47
48

Hipertensi

55

Jumlah kasus baru dalam pengobatan


13

51
rawat jalan
Cakupan Balita dengan pneumonia yang

14
15
16
17
18
19
20
21
22

53
ditemukan/ditangani (sesuai standar)
Rumah tangga sehat
Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)
Jumlah bumil yang mendapat TT 1
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)
Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas jentik aedes

23

74
80
83
84,43
85
88,87
90
91,18
92

aegypti
Cakupan pertolongan persalinan oleh
24
25

92,58
tenaga kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat DPT 3
Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per

26
27
28
29
30
31

96
tahun
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4
Jumlah seluruh peserta kb aktif
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1
Balita yang datang dan ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat BCG
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi

32
33

93

97
98
98
99
99
99

Hepatitis B1 total
UKGS Tahap 3

74

IV. 3. Prioritas Masalah


Dari sekian permasalahan yang ada di Puskesmas Secang I
ditentukan prioritas masalah berdasarkan metode Hanlon Kuantitatif
sebagai berikut :
IV.3.1. Penentuan Kriteria A (besar masalah)
Langkah 1 :

56

Menentukan besar masalah dengan cara mengukur selisih presentasi


pencapaian hasil kegiatan dengan pencapaian 100%.
Tabel 4.2. Besar Masalah Kegiatan Puskesmas Secang 1
Bulan Januari Desember 2014
Besar Masalah
Pencapaian
NO

Masalah

100 (%) (%)


(%)
Pencapaian (%)

Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan


1
2

mental 5-14th
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan

3
4

mental >15th
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB BTA positif (case detection

5
6
7
8

rate)
Jumlah kader terlatih
Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan

9
10
11
12
13

prasekolah
Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar
Cakupan pelayanan kesehatan remaja
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi
Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan
Cakupan Balita dengan pneumonia yang

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

ditemukan/ditangani (sesuai standar)


Rumah tangga sehat
Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)
Jumlah bumil yang mendapat TT 1
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)
Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti

0,20

99,80

99

98

5.52

94,48

91

17
26,45
40

83
73,55
60,00

46,83

53,17

47
47
48
51

53
53,00
52
49

53

47

74
80
83
84,43
85
88,87
90
91,18
92

26
20,00
17
15,57
15
11,13
10
8,82
8,00

57

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga


24
25
26
27
28
29
30
31

kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat DPT 3
Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4
Jumlah seluruh peserta kb aktif
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1
Balita yang datang dan ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat BCG
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis

32
33

B1 total
UKGS Tahap 3

92,58

7,42

93
96
97
98
98
99
99

7
4,00
3
2
2
1,00
1

99

74

26

Langkah 2 :
Menentukan kolom interval dengan rumus Sturgess :
k

= 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 Log 33
= 1 + 3,3 (1,51)
= 6,011
=6

Keterangan :
k = jumlah kolom
n = jumlah masalah

Langkah 3 :
Menentukan interval kelas dengan menghitung selisih besarnya masalah
terbesar dengan terkecil, kemudian dibagi dengan kolom.
Besar masalah terbesar = 99,8

58

Besar masalah terkecil = 1


Interval

= nilai terbesar nilai terkecil


kolom
= 99,8 1
6
= 16,47

Langkah 4 :
Menentukan skala interval dan nilai setiap interval sesuai jumlah kolom.
Tabel 4.3. Skala interval besar masalah
Kolom
Skala 1
Skala 2
Skala 3
Skala 4
Skala 5
Skala 6

Skala interval
1,00-16,47
16,48-32,95
32,96-49,43
49,44-65,91
65,92-82,39
82,40-98,87

Nilai
1
2
3
4
5
6

Langkah 5 :
Menentukan nilai besar masalah berdasarkan skala interval.
Tabel 4.4. Penilaian besar masalah

NO

Masalah

(1 -

(16.48 -

(32.96 - (49.44 - (65.92 - (82.40

16,47) 32.95)
1 Deteksi kasus baru dan lama

RANGE
4

49.43)

65.91)

82.39)

-98.87)
x

59

NILAI

p2ptm Gangguan mental 5-14th


Deteksi kasus baru dan lama
x

x
x

6
6

2 p2ptm Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama
3 p2ptm Gangguan mental >15th
4 Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB BTA positif
5 (case detection rate)
6 Jumlah kader terlatih
7 Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat

6
5
4

8 perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang

9 anak balita dan prasekolah


Balita dengan diare yang

10 ditangani sesuai standar


Cakupan pelayanan kesehatan

11 remaja
Deteksi kasus baru dan lama

12 p2ptm Hipertensi
Jumlah kasus baru dalam

13 pengobatan rawat jalan


Cakupan Balita dengan
pneumonia yang
ditemukan/ditangani (sesuai
14 standar)
15 Rumah tangga sehat
16 Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat
17 TT 2
18 Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)
Jumlah bumil yang mendapat

x
x
x

2
2
2

x
x

1
1

19 TT 1
60

Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari


x

20 ke 7)
Jumlah bayi mendapat imunisasi
21 DPT 1
22 Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas
23 jentik aedes aegypti
Cakupan pertolongan persalinan
24 oleh tenaga kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat
25 DPT 3
Cakupan bayi yang diberi vit a
26 1x per tahun
Jumlah bayi yang mendapat
27 POLIO 4
28 Jumlah seluruh peserta kb aktif
Jumlah bayi yang mendapat
29 POLIO 1
Balita yang datang dan
30 ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat
31 BCG
Jumlah bayi yang mendapat
32. imunisasi Hepatitis B1 total
33 UKGS Tahap 3

IV.3.2. Penentuan Kriteria B (kegawatan masalah)


Penilaian berdasarkan tingkat keganasan, tingkat urgensi dan tingkat
penyebaran dengan menggunakan nilai skala 1 5.
Tabel 4.5. Skor Penilaian Kriteria B
Skor

Keganasan

Tingkat Urgensi

Tingkat Penyebaran

61

1
2
3
4
5

Tidak berbahaya
Kurang berbahaya
Cukup berbahaya
Berbahaya
Sangat berbahaya

Tidak mendesak
Kurang mendesak
Cukup mendesak
Mendesak
Sangat mendesak

Tidak menyebar
Kurang menyebar
Cukup menyebar
Menyebar
Sangat menyebar

Tabel 4.6. Kegawatan Masalah


Kriteria B. kegawatan masalah :
Tingkat
No

Masalah

Tingkat

Keganasan

Nilai
Urgensi

Penyebaran

Deteksi kasus baru dan lama


1.

p2ptm Gangguan mental 514th


Deteksi kasus baru dan lama

2.
p2ptm Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama
3.

p2ptm Gangguan mental

4.

>15th
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB BTA

10

13

1
4

3
5

1
1

5
10

10

5.
6.
7.

positif (case detection rate)


Jumlah kader terlatih
Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat

8.
perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang
9.
anak balita dan prasekolah
Balita dengan diare yang
10.
ditangani sesuai standar
Cakupan pelayanan kesehatan
11.
12.

remaja
Deteksi kasus baru dan lama

62

p2ptm Hipertensi
Jumlah kasus baru dalam
13.

11

1
2

1
4

1
1

3
7

10

10

pengobatan rawat jalan


Cakupan Balita dengan
pneumonia yang
14.
ditemukan/ditangani (sesuai
15.
16.

standar)
Rumah tangga sehat
Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat

17.
TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48
18.
jam)
Jumlah bumil yang mendapat
19.
TT 1
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d
20.
hari ke 7)
Jumlah bayi mendapat
21.
22

imunisasi DPT 1
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas

23
jentik aedes aegypti
Cakupan pertolongan
24

persalinan oleh tenaga


kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat

25
DPT 3
Cakupan bayi yang diberi vit
26
a 1x per tahun
Jumlah bayi yang mendapat
27
28

POLIO 4
Jumlah seluruh peserta kb

63

aktif
Jumlah bayi yang mendapat
29

12

POLIO 1
Balita yang datang dan
30
ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat
31
BCG
Jumlah bayi yang mendapat
32
33

imunisasi Hepatitis B1 total


UKGS tahap 3

IV.3.3. Penentuan Kriteria C (kemudahan dalam penanggulangan masalah)


Penilaian kemudahan dalam penanggulangan masalah-masalah diukur
dengan menggunakan nilai skala 1 5.
Kemudahan dalam penanggulangan masalah dinilai dengan bobot 5, dimana :
Sangat mudah

:5

Mudah

:4

Cukup mudah

:3

Sulit

:2

Sangat sulit

:1

Tabel 4.7. Kemudahan dalam penanggulanagan masalah


No

Masalah
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan

1.
2.

Nilai
2

mental 5-14th
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan

3.

1
2

mental >15th

64

4.

Cakupan suspek TB Paru


Penemuan kasus TB BTA positif (case detection

5.
6.
7.
8.

4
rate)
Jumlah kader terlatih
Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan

9.
10.
11.
12.
13.

4
2
3
3
3
3
4
3
5
3

kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat DPT 3
Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4
Jumlah seluruh peserta kb aktif
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1
Balita yang datang dan ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat BCG
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis

32
33

3
3
3
2
3

ditemukan/ditangani (sesuai standar)


Rumah tangga sehat
Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)
Jumlah bumil yang mendapat TT 1
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)
Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti
Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga

24
25
26
27
28
29
30
31

4
2
3
3

prasekolah
Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar
Cakupan pelayanan kesehatan remaja
Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi
Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan
Cakupan Balita dengan pneumonia yang

14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22
23

4
4
4
3
4
4
4
4

B1 total
UKGS tahap 3

IV.3.4. Penentuan Kriteria D (faktor PEARL)


Penilaian menggunakan beberapa faktor yang saling menentukan,
dapat atau tidaknya suatu program dilaksanakan. Faktor tersebut adalah :
65

a. Kesesuaian (Propriety)
b. Murah secara ekonomis (Economic)
c. Dapat diterima (Acceptable)
d. Tersedianya sumber (Resource availability)
e. Legalitas terjamin (Legality)
Faktor PEARL dinilai dengan menggunakan skor sebagai berikut :
1 = setuju atau ada
0 = tidak setuju atau tidak ada
Tabel 4.8. Penilaian masalah berdasarkan faktor PEARL
HASIL
No

Masalah

L
KALI

Deteksi kasus baru dan lama


1.

p2ptm Gangguan mental 5-

14th
Deteksi kasus baru dan lama
2.
p2ptm Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama
3.

p2ptm Gangguan mental

4.

>15th
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB BTA

1
1

1
0

1
0

1
0

1
1

1
0

5.
6.
7.

positif (case detection rate)


Jumlah kader terlatih
Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat

8.
perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang
9.
anak balita dan prasekolah

66

Balita dengan diare yang


10.

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

1
1

ditangani sesuai standar


Cakupan pelayanan kesehatan
11.
remaja
Deteksi kasus baru dan lama
12.
p2ptm Hipertensi
Jumlah kasus baru dalam
13.
pengobatan rawat jalan
Cakupan Balita dengan
pneumonia yang
14.
ditemukan/ditangani (sesuai
15.
16.

standar)
Rumah tangga sehat
Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat

17.
TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48
18.
jam)
Jumlah bumil yang mendapat
19.
TT 1
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d
20.
hari ke 7)
Jumlah bayi mendapat
21.
22

imunisasi DPT 1
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas

23
jentik aedes aegypti
Cakupan pertolongan
24

persalinan oleh tenaga


kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat

25
DPT 3

67

Cakupan bayi yang diberi vit


26

a 1x per tahun
Jumlah bayi yang mendapat
27
POLIO 4
Jumlah seluruh peserta kb
28
aktif
Jumlah bayi yang mendapat
29
POLIO 1
Balita yang datang dan
30
ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat
31
BCG
Jumlah bayi yang mendapat
32
33

imunisasi Hepatitis B1 total


UKGS tahap 3

IV.4. Penilaian Prioritas Masalah


Setelah penilaian berdasarkan kriteria A, B, C dan D, hasil
tersebut dimasukkan dalam formula nilai prioritas dasar (NPD) serta
niali prioritas total (NPT) untuk menentukan prioritas masalah yang
dihadapi.
NPD = (A + B) x C
NPT = (A + B) x C x D
3
Tabel 4.9. Urutan prioritas masalah
URUTAN
No

Masalah

NPD

NPT

PRIORITAS

68

Deteksi kasus baru dan lama


1.

p2ptm Gangguan mental 5-

24

XXX

XXXI

14th
Deteksi kasus baru dan lama
2.
p2ptm Kebutaan
Deteksi kasus baru dan lama
3.

p2ptm Gangguan mental

24

XXXII

4.

>15th
Cakupan suspek TB Paru
Penemuan kasus TB BTA

10

48

16

IV

13

76

25,33

6
5

5
10

4
2

1
0

44
64

14,67
0

V
XXXIII

36

12

33

11

XI

10

42

14

VII

27

XVI

39

13

IX

16

5,33

XXVII

11

42

14

VIII

2
2
2

3
7
6

4
2
3

1
1
1

20
18
24

6,67
6
8

XXI
XXIV
XVII

5.
6.
7.

positif (case detection rate)


Jumlah kader terlatih
Neonatal resti yang ditemukan
Balita gizi buruk mendapat

8.
perawatan
Deteksi dini tumbuh kembang
9.
anak balita dan prasekolah
Balita dengan diare yang
10.
ditangani sesuai standar
Cakupan pelayanan kesehatan
11.
remaja
Deteksi kasus baru dan lama
12.
p2ptm Hipertensi
Jumlah kasus baru dalam
13.
pengobatan rawat jalan
Cakupan Balita dengan
pneumonia yang
14.
ditemukan/ditangani (sesuai
15.
16.
17.

standar)
Rumah tangga sehat
Balita yang naik BB
Jumlah bumil yang mendapat

69

TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48
18.

24

XVIII

24

XIX

18

XXV

10

44

14,67

VI

18

XXVI

50

16,67

III

10

33

11

XII

24

XX

20

6,67

XXII

28

9,33

XIV

15

XXIX

12

52

17,33

II

16

5,33

XXVIII

32

10,67

XIII

28

9,33

XV

20

6,67

XXIII

jam)
Jumlah bumil yang mendapat
19.
TT 1
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d
20.
hari ke 7)
Jumlah bayi mendapat
21.
22

imunisasi DPT 1
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Rumah atau bangunan bebas

23
jentik aedes aegypti
Cakupan pertolongan
24

persalinan oleh tenaga


kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat

25
DPT 3
Cakupan bayi yang diberi vit
26
a 1x per tahun
Jumlah bayi yang mendapat
27
POLIO 4
Jumlah seluruh peserta kb
28
aktif
Jumlah bayi yang mendapat
29
POLIO 1
Balita yang datang dan
30
ditimbang
Jumlah bayi yang mendapat
31
BCG
Jumlah bayi yang mendapat
32
33

imunisasi Hepatitis B1 total


UKGS tahap 3

70

Dari hasil penghitungan menggunaan hanlon kuantitatif, didapatkan urutan


prioritas masalah sebagai berikut :
1
2
3
4
5
6
7
8

Penemuan kasus TB BTA positif (case detection rate)


Jumlah bayi yang mendapat POLIO 1
Rumah atau bangunan bebas jentik aedes aegypti
Cakupan suspek TB Paru
Jumlah kader terlatih
Jumlah bayi mendapat imunisasi DPT 1
Balita dengan diare yang ditangani sesuai standar
Cakupan Balita dengan pneumonia yang ditemukan/ditangani (sesuai

standar)
9 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Hipertensi
10 Balita gizi buruk mendapat perawatan
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29

Deteksi dini tumbuh kembang anak balita dan prasekolah


Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan
Jumlah bayi yang mendapat BCG
Jumlah bayi yang mendapat POLIO 4
Jumlah bayi yang mendapat imunisasi Hepatitis B1 total
Cakupan pelayanan kesehatan remaja
Jumlah bumil yang mendapat TT 2
Cakupan kn1 (6 jam sd 48 jam)
Jumlah bumil yang mendapat TT 1
Jumlah bayi yang mendapat DPT 3
Rumah tangga sehat
Cakupan bayi yang diberi vit a 1x per tahun
UKGS Tahap 3
Balita yang naik BB
Cakupan kn2 (hari ke 3 s/d hari ke 7)
Cakupan kn3 ( 8 hari-28 hari)
Jumlah kasus baru dalam pengobatan rawat jalan
Balita yang datang dan ditimbang
Jumlah seluruh peserta kb aktif

30 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental 5-14th


31 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Kebutaan
32 Deteksi kasus baru dan lama p2ptm Gangguan mental >15th
33 Neonatal resti yang ditemukan

71

BAB V
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

V. 1.

Kegiatan/Indikator Kegiatan yang Bermasalah


Indikator program yang bermasalah adalah selisih antara target
yang diharapkan dengan hasil kegiatan yang dicapai, dimana muncul
apabila hasil yang dicapai kurang dari 100% target yang diharapkan.
Kami menemukan terdapat 32 kegiatan program dengan hasil
pencapaian kurang dari 100%. Pencarian prioritas masalah dengan
menggunakan metode Hanlon Kuantitatif sehingga didapatkan masalah
prioritas utama yaitu penemuan kasus Cakupan TB paru dengan BTA (+).
Pada hasil cakupan program SPM Secang I, hasil pencapaian penemuan
kasus cakupan TB paru BTA (+) adalah 9.14% yang seharusnya mencapai
70%. Hasil ini menunjukkan penemuan kasus TB paru BTA (+) pada bulan
Januari-Desember 2014 belum mencapai target SPM Dinas Kesehatan
Kabupaten Magelang Tahun 2014.

V. 2.

Analisis Penyebab Masalah


Hal yang mendasari timbulnya antara hasil yang diharapkan
dengan hasil yang dicapai dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Untuk
menentukan penyebab masalah dilakukan dengan membuat diagram

72

fishbone berdasarkan kedekatan sistem. Dalam menganalisis penyebab


masalah secara menyeluruh digunakan pendekatan sistem meliputi input,
proses, output, outcome serta environment. Sehingga dapat ditelusuri halhal yang menjadi kemungkinan menyebabkan munculnya permasalahanpermasalahan tersebut.
Tabel 5.1. Identifikasi Kemungkinan Penyebab Masalah Tahap Analisis
Pendekatan Sistem
INPUT

Kelebihan

Kekurangan

Tersedia tenaga kesehatan


(dokter, perawat, dan bidan)
dalam mendiagnosis TB BTA
(+).

Man

Penyampaian informasi
yang tidak lengkap dari

Tersedianya petugas
petugas ke pasien.
laboratorium yang kompeten
dalam melakukan pemeriksaan

sputum
Tersedianya dana dalam
pengelolaan program TB Paru
Money

Kebijakan puskesmas untuk


menyediakan biaya transportasi
pegawai puskesmas saat
kegiataan di luar gedung.

Tidak adanya dana


penyuluhan
Beban biaya transportasi
yang ditanggung pasien
menuju sarana pelayanan
kesehatan.

73

Method

Material

Tersedia protab pemeriksaan

sputum BTA belum

sputum BTA.

dilaksanakan dengan

Terdapat prosedur tetap sebagai

benar.

acuan diagnosa TB paru sesuai

Lingkungan

Pelaksanaan diagnosa TB

standar WHO.

paru oleh pelayanan

Terdapat buku pedoman program

kesehatan tidak sesuai

TB paru.

acuan standar WHO.

Tersedia laboratorium untuk

Tidak tersedia tempat

pemeriksaan BTA.

khusus untuk melakukan

Tersedianya poliklinik, pustu dan

tempat pengeluaran

PKD dalam menemukan kasus

sputum.

TB.
Tersedia alat-alat pemeriksaan
dalam kasus TB.

Machine

Protab dalam pemeriksaan

Sulit mendapatkan

Tersedianya reagen untuk

spesimen dahak yang baik

pemeriksaan ziel nielsen

untuk pemeriksaan sputum

Tersedia OAT.
Puskesmas terletak di pinggir

cara pengeluaran sputum.

jalan sehingga mudah diakses


oleh pasien.
Pengetahuan masyarakat

Pasien kurang mengerti

Kurangnya kepatuhan
pasien dalam

mengenai TB Paru cukup baik

menyerahkan sputum ke

khususnya tentang bahaya

laboratorium.

74

Kesadaran penderita untuk


berobat.

Berobat ketempat lain


(BKPN)

penyakit TB Paru.

Wilayah kerja puskesmas


luas selain masalah jarak,
terdapat masalah biaya
transportasi yang menjadi
hambatan penderita datang
ke unit pelayanan
kesehatan.

Proses

Kelebihan
Tersedianya jadwal pelayanan di

P1

Kekurangan

Perencanaan pembiayaan
kegiatan tidak berjalan

puskesmas, pustu dan PKD


dengan baik.

P2

Petugas Kesehatan bersifat

Kurangnya koordinasi

kooperatif terhadap kegiatan

lintas program dalam

pemberantasan TB

menanggulangi kasus TB

Telah tersedia pemeriksaan BTA


sebagai standar dalam

Paru.

Kurangnya pemahaman

mendiagnosa TB paru tanpa

tentang tekhnik

memungut biaya kepada pasien

anamnesis / pemeriksaan

Telah tersedia alat dan bahan


dalam pemeriksaan BTA

fisik untuk kasus TB Paru

Kurangnya konseling
75

mengenai pentingnya
pemeriksaan sputum dan
cara pengeluaran sputum
oleh tenaga kesehatan
kepada pasien suspek TB
Paru, sehingga sulit
mendapatkan sputum
dengan kualitas yang
baik. Sputum yang baik
itu adalah sputum
mukopurulen dengan
volume 3-5 ml setiap
pengambilan.

Kurangnya penyuluhan
mengenai TB Paru dari
faktor risiko sampai

P3

Terdapat evaluasi setiap 3 bulan

penanganannya.
Kurangnya pengawasan

dari Dinkes Wasor TB Paru.

peran serta pustu,

Ada Jejaring DOTS TB Paru.

polindes, PKD dan


posyandu dalam deteksi
TB.

Kurangnya koordinasi
pencatatan laporan
mengenai kasus TB
76

Tidak ada pencatatan


pasien yang melakukan
penyerahan sputum < 3x.

Berdasarkan analisis sistem di atas, maka dapat diketahui beberapa


kemungkinan penyebab masalah, yaitu :
1. Penyampaian informasi yang tidak lengkap dari petugas ke pasien.
2. Tidak adanya dana penyuluhan
3. Beban biaya transportasi yang ditanggung pasien menuju sarana
4.

pelayanan kesehatan.
Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan

5.

benar.
Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai

6.

acuan standar WHO.


Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran

7.

sputum.
Sulit mendapatkan spesimen dahak yang baik untuk pemeriksaan

8.
9.

sputum
Pasien kurang mengerti cara pengeluaran sputum.
Kurangnya kepatuhan pasien dalam menyerahkan

sputum

ke

laboratorium.
10. Kesadaran penderita untuk berobat.
11. Berobat ketempat lain (BKPN)
12. Wilayah kerja puskesmas luas selain masalah jarak, terdapat masalah
biaya transportasi yang menjadi hambatan penderita datang ke unit
pelayanan kesehatan.
13. Perencanaan pembiayaan kegiatan tidak berjalan dengan baik.
14. Kurangnya koordinasi lintas program dalam menanggulangi kasus TB
Paru.
15. Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan
cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien suspek
TB Paru, sehingga sulit mendapatkan sputum dengan kualitas yang
77

baik. Sputum yang baik itu adalah sputum mukopurulen dengan volume
3-5 ml setiap pengambilan.
16. Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai
penanganannya.
17. Kurangnya pengawasan peran serta pustu, polindes, PKD dan posyandu
dalam deteksi TB.
18. Kurangnya koordinasi pencatatan laporan mengenai kasus TB
19. Tidak ada pencatatan pasien yang melakukan penyerahan sputum <
3x.

78

P3
Kurangnya pengawasan peran
serta pustu, polindes, PKD dan
posyandu dalam deteksi TB.
Kurangnya koordinasi pencatatan
laporan mengenai kasus TB
Tidak ada pencatatan pasien yang
melakukan penyerahan sputum <
3x

P2
Kurangnya koordinasi lintas program dalam
menanggulangi kasus TB Paru.
Kurangnya pemahaman tentang tekhnik anamnesis /
pemeriksaan fisik untuk kasus TB Paru
Kurangnya konseling mengenai pentingnya
pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum
oleh tenaga kesehatan kepada pasien suspek TB Paru
Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor
risiko sampai penanganannya.

Machine
Money
INPUT

Tidak ada
dana khusus
unutk
penyuluhan
dan
kurangannya
dana untuk
transportasi
pasien

.
Sulit untuk
mendapatkan
specimen dahak
yang baik untuk
pemeriksaan

PROSES
P1
Perencanaan pembiayaan
kegiatan tidak berjalan
dengan baik.

Method
Protab dalam pemeriksaan sputum BTA
belum dilaksanakan dengan benar.
Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh
pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan
standar WHO

Material
Tidak tersedia tempat
khusus untuk melakukan
tempat pengeluaran
sputum di puskesmas

Man
.

MASALAH
Penemuan kasus
TB paru BTA (+)
(Januari-Desember
2014) sebesar
9.14% dari target
sebesar 70%

Penyampaian informasi yang


tidak lengkap

LINGKUNGAN
Pasien kurang mengerti cara pengeluaran sputum.
Kurangnya kepatuhan pasien dalam menyerahkan sputum
ke laboratorium.
Kesadaran penderita untuk berobat.
Berobat ketempat lain (BKPN)
Wilayah kerja puskesmas luas selain masalah jarak, terdapat
masalah biaya transportasi yang menjadi hambatan
penderita datang ke unit pelayanan kesehatan

Gambar 5.1 . Diagram Fish Bone

79

V.3.

Konfirmasi Kemungkinan Penyebab Masalah


Setelah

melakukan

konfirmasi

kepada

koordinator

program

pemberantasan penyakit menular khususnya mengenai cakupan kasus TB


paru dengan BTA (+), dari kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan
masalah yang paling mungkin yaitu :
1. Kurangnya kerjasama lintas program untuk diagnosis dan penanganan TB
Paru BTA (+)
2. Protab dalam pemeriksaan sputum BTA belum dilaksanakan dengan benar
3. Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara
pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien TB paru.
4. Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh pelayanan kesehatan tidak sesuai
acuan standar WHO
5. Tidak tersedia tempat khusus untuk melakukan tempat pengeluaran
sputum.
6. Kurangnya penyuluhan mengenai TB Paru dari faktor risiko sampai
V.4.

penanganannya.
Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah
Tabel 5.2. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Penyebab Masalah
Kurangnya kerjasama lintas program

Alternatif Pemecahan Masalah


Menjalin komunikasi dan

untuk diagnosis dan penanganan TB

koordinasi untuk penyamaan

Paru BTA (+)

persepsi
-

Penyampaian informasi tentang


tekhnik dan waktu pengeluaran

Protab dalam pemeriksaan sputum BTA

sputum secara lengkap


Pelatihan pada petugas dan kader

80

belum dilaksanakan dengan benar


Kurangnya

konseling

mengenai

yang dilakukan oleh dokter atau


-

ahli
Konseling dilakukan oleh petugas

pentingnya pemeriksaan sputum dan

kesehatan yang kompeten pada

cara pengeluaran sputum oleh tenaga

setiap pasien yang akan dilakukan

kesehatan kepada pasien TB paru.

pemeriksaan sputum tentang teknik


pengeluaran sputum dan kualitas

Pelaksanaan diagnosa TB paru oleh

sputum yang baik untuk diperiksa.


Dilakukan pengarahan atau

pelayanan kesehatan tidak sesuai acuan

penyuluhan kembali tentang

standar WHO

standar diagnosa TB Paru yang


benar kepada seluruh petugas
ataupun kader puskesmas yang
akan berperan langsung dalam

Tidak tersedia tempat khusus untuk

melakukan tempat pengeluaran sputum.


Kurangnya penyuluhan mengenai TB
Paru

dari

faktor

risiko

penanganannya.

sampai

membantu diagnosa TB Paru


Menyediakan tempat atau ruangan
khusus yang bersifat isolasi untuk

pengeluaran sputum
Penyuluhan kepada pasien dan
anggota keluarga serta lingkungan
sekitar pasien tentang pengetahuan
dasar TB Paru

Kurangnya

kerjasama

lintas

program untuk diagnosis dan


penanganan TB Paru BTA (+)
Protab dalam pemeriksaan sputum
BTA belum dilaksanakan dengan
Kurangnya
konseling mengenai
benar
pentingnya pemeriksaan sputum
dan cara pengeluaran sputum oleh
tenaga kesehatan kepada pasien
TB paru.

Menjalin
koordinasi
persepsi

komunikasi
dan
untuk
penyamaan

Pelatihan pada petugas dan kader


yang dilakukan oleh dokter atau
ahli

81

Menyediakan tempat atau ruangan


khusus yang bersifat isolasi untuk
pengeluaran sputum

Pelaksanaan diagnosa TB paru


oleh pelayanan kesehatan tidak

Penyuluhan kepada pasien dan anggota

sesuai acuan standar WHO


Tidak tersedia tempat khusus

keluarga serta lingkungan sekitar pasien


tentang pengetahuan dasar TB Paru serta

untuk melakukan tempat


pengeluaran sputum.

Hasil

penggabungan

tentang tekhnk pengeluarn sputum


Kurangnya penyuluhan mengenai
TB Paru dari faktor risiko sampai
penanganannya.
Gambar 5.2. Kerangka alternatif pemecahan masalah

alternative

pemecahan masalah adalah sebagai berikut :


1. Menjalin komunikasi dan koordinasi untuk penyamaan persepsi
2. Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh dokter atau ahli
3. Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat isolasi untuk
pengeluaran sputum.
4. Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta lingkungan sekitar
pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta tentang tekhnk pengeluarn
sputum.

V.5.

Penentuan

Pemecahan

Masalah

Dengan

Kriteria

Matriks

menggunakan Rumus (MxIxV) / C


Setelah menemukan alternatif pemecahan masalah, maka dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Penentuan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan

kriteria matrix dengan rumus:

82

Penyelesaian masalah sebaiknya memenuhi kriteria, sebagai berikut :


1.

Efektivitas program
Pedoman untuk mengukur efektivitas program:
a. Magnitude ( m ) Besarnya penyebab masalah yang dapat
diselesaikan.
Semakin banyak penyebab masalah yang teratasi maka nilainya
semakin efektif
b. Importancy ( I ) Pentingnya cara penyelesaian masalah
Semakin penting masalah diselesaikan maka nilainya semakin
efektif
c. Vulnerability ( v ) Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Kriteria m, I, dan v kita beri nilai 1-5
Bila makin magnitude maka nilai nya makin besar, mendekati 5.
Bila makin importancy maka nilai nya makin besar, mendekati 5.
Bila makin vulnerability maka nilai nya makin besar, mendekati 5.

2.

Efisiensi pogram
Biaya yang dikeluarkan untuk menyelesaikan masalah ( cost )
Kriteria cost ( c ) diberi nilai 1-5. Bila cost nya makin kecil, maka
nilainya mendekati 1.
Berikut ini proses penentuan prioritas alternatif pemecahan
masalah dengan menggunakan kriteria matrix.

Tabel 5.3. Hasil akhir penentuan prioritas pemecahan masalah


Penyelesaian

Nilai

Kriteria

Hasil akhir

Urutan

83

Masalah
(M x I x V) /
M

C
C

Menjalin
komunikasi
dan koordinasi
untuk

32

III

2.4

IV

12

II

penyamaan
persepsi
Pelatihan pada
petugas

dan

kader

yang

dilakukan oleh
dokter atau ahli
Menyediakan
tempat

atau

ruangan khusus
yang

bersifat

isolasi

untuk

pengeluaran
sputum.
Penyuluhan
kepada pasien
dan

anggota
84

keluarga serta
lingkungan
sekitar

pasien

tentang
pengetahuan
dasar TB Paru
serta

tentang

tekhnk
pengeluaran
sputum
Setelah melakukan penentuan prioritas alternatif penyebab
pemecahan masalah dengan menggunakan kriteria matrix maka didapatkan
urutan prioritas alternatif pemecahan penyebab masalah rendahnya
penemuan TB paru BTA (+) di wilayah kerja Puskesmas Secang I adalah
sebagai berikut :
1. Menjalin komunikasi dan koordinasi lintas program. Ketika hal ini
dilakukan diharapkan dari masing-masing program dapat bekerja
sama dalam menjaring pasien-pasien TB paru.
2.

Penyuluhan kepada pasien dan anggota keluarga serta


lingkungan sekitar pasien tentang pengetahuan dasar TB Paru serta
tentang tekhnik pengeluaran sputum Penyuluhan mengenai pentingnya
pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum yang benar kepada
pasien TB perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat mendukung dan

85

berperan aktif dalam penemuan kasus TB. Selain itu diharapkan


kualitas sputum yang diberikan memenuhi standar.
3.
Pelatihan pada petugas dan kader yang dilakukan oleh
dokter atau ahli. Hal ini dilakukan untuk mempertajam tekhnik dalam
4.

mendiagnosis TB paru.
Menyediakan tempat atau ruangan khusus yang bersifat
isolasi untuk pengeluaran sputum. Umumnya pasien merasa malu dan
rishi jika harus mengeluarkan dahak di tempat umum. Maka dari itu
jika terdapat ruangan khusus diharapkan pasien akan merasaa lebih
nyaman dalam mengeluarkan dahak.

86

V.6. PENYUSUNAN RENCANA PELAKSANAAN KEGIATAN TENTANG PENANGGULANGAN TB DI MASYARAKAT


Tabel 5.4. Plan of Action
Tujuan
Tolak Ukur
Kegiatan

(Tolak Ukur

Sasaran

Tempat

Pelaksana

Waktu

Biaya

Metode
Proses

Hasil)
Staf medis
Melakukan

Diskusi
puskesmas

sosialisasi

Mensinergiskan

terhadap petugas

kerja sama antar

Terlaksanann
Kepala

Secang

Puskesmas

tatap muka
Anggaran

Puskesmas 6 bulan/x
bidan PKD,

kesehatan tentang lintas program

Secang I

ya sosialisasi
mengenai

rutin
secang 1

untuk petugas
deteksi dini

perawat
deteksi dini TB

kesehatan
kasus TB

pustu

87

Penyuluhan
kepada pasien
dan anggota
keluarga serta
lingkungan
Peningkatan
sekitar pasien

Dokter,
jumlah pasien

tentang

Anggaran
masyarakat

desa

perawat,

yang berobat ke
pengetahuan

3 bulan /x

Terlaksanany
Penyuluhan

rutin

a penyuluhan

kader.
puskesmas

dasar TB Paru
serta tentang
tekhnik
pengeluaran
sputum

88

Pelatihan

pada Petugas kesehatan

petugas dan kader dapat melakukan


Perawat,
yang

dilakukan anamnesis dan

Puskesmas
bidan,

oleh dokter atau tekhnik

Anggaran
Dokter

1 tahun/ x

Secang 1

Terlaksanany
workshop

rutin

a workshop

kader
ahli

pemeriksaan
secara lengkap

Menyediakan
tempat

atau

Tersedianya
Peningkatan

ruangan

khusus

fasilitas
jumlah

yang

bersifat

Puskesmas Struktural
pemeriksaan

isolasi

untuk

Setiap

Anggaran

Pembangun

ruangan

khusus

an

isolasi untuk

Pasien TB
Secang 1

Puskesmas hari

sputum sewaktu di
pengeluaran

pengeluaran
puskesmas

sputum.

sputum

89

Tabel 5.5. Gann Chart


Kegiatan

Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okto
Nov
Des
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1*

2*

3*
*Keterangan :
1. Penyuluhan kepada msyarakat tentang gejala gejala dan bahaya penyakit TB serta tata cara pengeluaran sputum dan pentingnya
pemeriksaan sputum
2. Melakukan sosialisasi dan sinergisasi terhadap petugas kesehatan tentang deteksi dini TB
3. Workshop tentang anamnesis dan tekhnik pemeriksaan TB

90

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

VI.1. Kesimpulan
Berdasarkan standar pelayanan minimal (SPM) yang menunjukkan
hasil kegiatan Puskesmas pada bulan Januari - Desember 2014, didapatkan
masalah dengan prioritas masalah penemuan kasus TB (+). Pada hasil
cakupan program SPM Puskesmas Secang I, pencapaian cakupan
penemuan kasus TB (+) pada bulan Januari sampai dengan bulan
Desember 2014 adalah 9,14% yang seharusnya mencapai 70%. Hal ini
menunjukkan penemuan kasus TB paru BTA (+) pada bulan Januari
sampai dengan bulan Desember 2014 belum mencapai target SPM Dinas
Kesehatan Kabupaten Magelang tahun 2014.
Kemungkinan penyebab masalah diatas didapatkan masalah yang
paling mungkin yaitu :
1. Kurangnya kerjasama lintas program untuk diagnosis dan
penanganan TB paru BTA (+)
2. Kurangnya konseling mengenai pentingnya pemeriksaan sputum
dan cara pengeluaran sputum oleh tenaga kesehatan kepada pasien
TB paru.
Alternatif pemecahan masalah yang akan diterapkan antara lain
dengan memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pengobatan
dan pencegahan penyakit TB. Dengan alternatif kegiatan yang dapat
dilakukan antara lain :

91

1. Menjalin komunikasi dan koordinasi lintas program. Ketika hal ini


dilakukan diharapkan dari masing-masing program dapat bekerja
sama dalam menjaring pasien-pasien TB paru.
2. Penyampaian informasi tentang tekhnik dan waktu pengeluaran
sputum secara lengkap
Alternatif tersebut di atas berdasarkan metode hanlon kuantitatif,
maka didapatkan kegiatan yang paling bermanfaat adalah penyuluhan
mengenai pentingnya pemeriksaan sputum dan cara pengeluaran sputum
yang benar kepada pasien TB perlu dilakukan sehingga masyarakat dapat
mendukung dan berperan aktif dalam penemuan kasus TB.

VI. 2. Saran
VI. 2. 1.Terhadap Puskesmas Secang I
a. Meningkatkan frekuensi penyuluhan pentingnya pemeriksaan
sputum dan cara pengeluaran sputum yang benar kepada pasien TB
yang tinggal di Wilayah Puskesmas Secang I.
b. Meningkatkan sosialisasi terhadap petugas kesehatan tentang
deteksi dini TB.
VI. 2. 2.Terhadap Masyarakat
a. Masyarakat diharapkan untuk lebih mawas diri terhadap gejalagejala TB.
b. Lebih aktif untuk memeriksakan diri di Puskesmas bila di curigai
terdapat gejala TB.

92

c. Penderita TB diharapkan untuk kontrol dan berobat secara teratur


ke Puskesmas.
d. Diharapkan peran serta dan dukungan keluarga dalam pengobatan
penyakit TB.

93

BAB VII
PENUTUP

Demikian laporan dan pembahasan tentang manajemen dan permasalahan


yang terdapat di Puskesmas Secang I, Kabupaten Magelang. Dengan meninjau
puskesmas dari segi perencanaan, pelaksanaan, pengendalian serta pengawasan
dan pertanggungjawaban sehingga ditemukan penyebab masalah yang ditinjau
dari segi manajemen dan ditentukannya prioritas masalah dan alternatif
pemecahan masalah.
Manajemen puskesmas sangat penting karena puskesmas sebagai unit
pelaksana tekhnis dari dinas kesehatan strata pertama yang bertanggung jawab
dalam kegiatan pelayanan kesehatan sehingga perlu dikelola dengan sebaikbaiknya agar tercipta hasil yang maksimal. Dimensi mutu juga penting karena
pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan harus memperhatikan
mutu. Kedua kegiatan tersebut saling terkait dan tidak dapat dipisahkan karena
cakupan atau kuantitas yang tinggi belum tentu disertai dengan mutu atau kualitas
yang baik begitu pula sebaliknya.
Kami menyadari kegiatan ini penting dan bermanfaat bagi para calon
dokter, khususnya yang kelak akan terjun ke puskesmas sebagai health provider,
manager, decision maker, dan communicator sebagai wujud peran serta dalam
pembangunan kesehatan.
Akhir kata kami berharap laporan ini bermanfaat bagi masukan dalam
usaha peningkatan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
Secang I.

94

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2007. Definisi, fungsi, tujuan, dan tugas Puskesmas. Available from:
http://wikimedya.blogspot.com/2011/03/defini-fungsi-tujuan-dantugas.html. Tanggal akses: 12 Januari 2015.
Anonymous.

2008.

Indonesia

Sehat

2010.

Available

from:

http://sehatuntuksemua.wordpress.com/2008/04/02/indonesia-sehat-2010/.
Tanggal akses: 12 Januari 2015.
.
Depkes. 2006. Indikator Indonesia Sehat 2010 dan PedomanPenetapan Indikator
Provinsi

Sehat

dan

Kabupaten/Kota

Sehat.

Available

from:

http://www.depkes.go.id/. Tanggal akses: 12 Januari 2015.


Fadilah.

2007.

Paradigma

Sehat.

Available

from:

http://fadilhafiz.multiply.com/reviews/item/14?&show_interstitial=1&u=
%2Freview%2Fitem. Tanggal akses: 12 Januari 2015.
Hartoyo. 2011. Handout : Pemberdayaan Masyarakat Melalui Survey Mawas Diri
dan Intervensi Masyarakat dalam Bentuk Pendekatan Masyarakat.
Magelang.
Puskesmas Secang I Kabupaten Magelang, 2012. Job Description. Magelang
Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2014. Rencana Strategi Bisnis
Puskesmas Secang I. Magelang
Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2013. Statistik Kecamatan Secang.
Magelang
Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2014. Data Kepegawaian Puskesmas
Secang I. Magelang

95

Puskemas Secang I Kabupaten Magelang, 2014. Buku Inventaris Puskesmas


Secang I. Magelang
Setyawan B, 2010. Paradigma Sehat. Jurnal Saintika Medika Volume 6 No. 12.
Malang.

Available

:http://ejournal.umm.ac.id/index.php/sainmed/article/view/1012.

from
Diakses

tanggal : 16 Januari 2015

Soehadi R, Karneni, Widjojo T, dkk. Pedoman Praktis Pelaksanaan Kerja di


Puskesmas. Bapelkas Salaman: Magelang; 2000.
Suparyanto. 2009. Paradigma Sehat Menuju Indonesia Sehat 2010 (Health
Paradigm Towards Healthy Indonesia 2010). Available from: http://drsuparyanto.blogspot.com/2009/11/paradigma-sehat-menuju-indonesiasehat.html. tanggal akses: 12 Januari 2015.
Sutanto. Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Puskesmas. Available from
:

http://sutanto.staff.uns.ac.id/files/2010/03/prop-simpus.pdf.

Diakses

tanggal 13 Januari 2015.

96

Anda mungkin juga menyukai