Anda di halaman 1dari 18

BAB V

AS U H AN

K E PE R AWATAN

PADA KLIEN LANSIA IBU JAIKEM DENGAN POST OPERASI KATARAK


DI WISMA PANDU, PSTW BAHAGIA MAGETAN
TANGGAL 10-14 JUNI 2011
A. Pengkajian
Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2011 pada pukul 11.30 WIB sampai dengan
selesai pada pukul 12.30 WIB.
1. Pengumpulan data
1) Data biografi klien
a)

Nama

: JAI K E M

b)

Tempat dan tanggal lahir: Bojonegoro, 1916

c)

Pendidikan terakhir: tidak sekolah

d)

Agama: Islam

e)

Satus perkawinan: janda meninggal tanpa anak

f)

TB/BB: 140 cm / 45 kg

g)

Penampilan umum: bersih dan rapi, tubuh kurus, ramah.

h)

Ciri ciri tubuh: jalan masih tegak, rambut sebagian memutih.

i)

Alamat: Sepanjang, Surabaya

j)

Orang yang dekat dihubungi: adik klien

k)

Hubungan dengan klien: adik kandung.

2) Riwayat keluarga

Keterangan:
= laki - laki
= perempuan

= klien Ibu Jaikem


= Tinggal sendiri di panti

= meninggal
3) Riwayat pekerjaan
Pekerjaan saat ini: -- Pekerjaan sebelumnya: tukang pijat keliling, sumber sumber
pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan: --

4) Riwayat lingkungan hidup


Klien tinggal di Wisma Pandu, 1 kamar berdua dengan Ibu Darmiatun. Kondisi kamar
cukup bersih, peralatan makan tertata rapi di atas meja, tidak ada pakaian kotor yang
menumpuk atau tergantung, kondisi tempat tidur cukup bersih. Pertukaran udara an
cahaya matahari cukup bersih. Tingkat kenyamanan dan privacy cukup terjamin. Klien
juga punya tongkat 1 buah, tapi jarang digunakan.
5) Riwayat rekreasi
Klien mengaku sering jalan jalan kewisma wisma yang lain untuk menengok teman
temannya atau sekedar mengobrol. Klien juga mengatakan sangat senang dengan adanya
kegiatan senam lansia setiap hari Selasa dan Kamis serta kegiatan rekreatif setiap hari
Rabu, karena ada hiburan serta kesempatan bertemu dengan teman temannya yang lain.
6) Sistem pendukung
Di panti ada seorang perawat lulusan SPK dan panti telah mengkibatkan kerjasama
sistem rujukan dengan puskesmas pembantu Candirejo serta RSUD Magetan. Serta
keberadaan teman sekamar klien yang sangat memperhatikan kondisi klien sangat
membantu pegawasan kesehatan klien.
7) Deskripsi kekhususan
Klien semenjak bulan puasa, rajin puasa setiap hari dan sampai har ini belum pernah
gagal puasa. Sholat 5 waktu juga dilaksanakan oleh klien secara rutin, bahkan shalat
tarawih pun dilaksanakan setiap hari di musholla.
8) Status kesehatan
Klien mengatakan penglihatannya mulai terasa kabur sejak lebih kurang 3 tahun yang
lalu. Klien juga mengatakan tidak menderita penyakit lain, klien merasa seat sehat saja.
Semenjak operasi klien mengeluh nyeri pada mata kiri, mata kiri terasa panas, berair,
nyeri terasa sampai menyebar ke kepala.
Provokative

: Nyeri dirasa setelah klien terpapar sinarmatahari langsung atau


baru bangun tidur.

Quality

: Nyeri dirasakan menyebarsampai ke kepala disertai mata kiri terasa


panas dan berair.

Region

: Nyeri terasa pada mata kiri menyebar sampai kepala

Severity scale

: Bila nyeri kambuh, klien mengatakan sulit tidur.

Timming

: saat bangun tidur dan setelah terpapar sinar matahari langsung.

Klien post op 16 hari yang lalu dan telah banyak mendapatkan informasi dari perawat
panti serta pendamping wisma yang bertugas mengenai perawatan luka pada post operasi
serta pantangan pantangan yang harus diperhatikan oleh klien. Tetapi setelah
dilaksanakan pengkajian , terlihat banyak sekret yang menumpuk pada mata kiri dan
ternyata klien belum memahami beberapa pantangan yang arus dijalaninya.
Obat obatan: bila nyeri biasanya perawat memberikan Gentamycin Salp 3x1
Satus imunisasi: --

Alergi terhadap obat obatan, makanan maupun zat paparan lain seperti debu, cuaca
tidak ada pada klien.
9) A D L (activity daily living)
Berdasarkan indeks KATZS, pemenuhan kebutuhan ADL klien diskor dengan A karena
berdasarkan pengamatan mahasiswa, klien mampu memenuhi kebutuhan makan,
kontinen, berpindah, ke kamar kecil dan berpakaian secara mandiri.
Kebutuhan istirahat tidur kadang kadang terganggu bila nyeri pada luka post operasi
kambuh. Pada pengkajian personal hygiene tampak penumpukan sekret pada mata kiri
klien.
Psikologis kien meliputi:

Persepsi klien terhadap penyakit: klien merasa wajar karena umurnya


sudah tua.

Konsep diri baik karena klien mampu memandang dirinya secara positif
dan mau menerima kehadiran orang lain.

Emosi klien stabil

Kemampuan adaptasi klien baik, terlihat daris eringnya klien


mengunjungi teman temannya di wisma yang lain.

Mekanisme pertahanan diri: klien mengnaggap kehidupan di luar panti


sudah tidak menarik lagi baginya, klien ingin menghabiskan hari tuanya di panti.
Klien mengatakan senang tinggal di panti karena mendapatkan keteraturan dalam hal
makan, istirahat dan kebutuhan lain terpenuhi.

10) Tinjauan sistem


a)

Keadaan umum: baik, klien tampak bersih.

b)

Tingkat kesadraan : CM (compos mentis)

c)

Skala koma glasgow: 15

d)

Tanda tanda vital: N: 76 x/mnt; S: 36,80C, RR: 18 x/mnt; TD: 130/80 mmHg.

e)

Sistem kardiovaskuler:
-

Inspeksi: keadaan umum terlihat baik

Palpasi: Tidak ada pelebaran pembuluh darah dan pembesaran jantung.

Perkusi: Tidak ada suara redup, pekak atau suara abnoral lain.

Auskultasi: Irama jantung teratur, tidak ada suara lain menyertai.

f)

g)

Sistem pernafasan:
-

Inspeksi: dada ka/ki terlihat simetris, pergerakan otot dada (-)

Palpasi: Tidak ada pembesaran abnormal, iktus kordis teraba.

Perkusi: Suara paru ka/ki sama dan seimbang

Auskultasi: Suara pekak, redup, wheezing (-)


Sistem integumen

Inspeksi: tekstur kulit terlihat kendur, keriput(+), peningkatan pigmen (+), dekubitus

(-), bekas luka (-). Palpasi: turgor kulit baik.


h)

Sistem perkemihan
Klien mengatakan biasa buang air kecil di kamar mandi, frekuensi 3-4 x/hari, jumlah
baias (100 cc). Ngompol (-)

i)

Sistem muskuloskletal
ROM klien baik/penuh, klien seimbang dalam berjalan, osteoporosis (-), kemampuan
menggenggam kuat, otot ekstremitas ka/ki sama kuat, tidak ada kelainan tulang,
atrofi dll.

j)

Sistem endokrin
Klien mengatakan tidak menderita kencing manis. Palpasi: tidak ada pembesaran
kelenjar.

k)

Sistem immune
Klien mengatkan belum pernah disuntik imunisasi, sensitivitas terhadap zat alergen
(-), riwayat penyakit berkaitan dengan imunisasi, klien mengatakan tidak tahu.

l)

Sistem gastrointestinal
Klien hanya mengkonsumsi makanan yang disediakan dari dapur umum panti
ditambah dengan kadang kadang minum kopi. Klien mampu menghabiskan 1 porsi
makanan yang disediakan pendamping wisma tanpa keluhan mual. Klien mengatakan
tinggal di panti membuatnya makan teratur 3x/hari dengan snack 2x/hari dan
tambahan susu, teh atau kopi sehingga klien merasakan badannya lebih gemuk
semenjak tinggal di panti. BB sekarang: 33 kg, keadaan gigi klien: sudah ompong
semuanya, klien mengatakan tidak ada kesulitan menelan an mengunyah makanan.

m)

Sistem reproduksi
Klien mengatakan tidak punya anak dari hasil pernikahannya, riwayat berhenti
menstruasi lebih kurang 30 tahun yll.

n)

Sistem persyarafan
Keadaan status mental klien baik dengan emosi stabil. Respon klien terhadap
pembicaraan (+) dengan bicara yang normal dan jelas, suara pelo (-), bahasa yang
digunakan adalah bahasa Jawa dan bahasa Indonesia. Interpretasi klien terhadap
lawan bicara cukup aik.
Keadaan mata kiri tampak penumpukan sekret, penglihatan agak kabur tetapi klien
mampu pergi ke wisma lain tanpa bimbingan orang lain atau menggunakan tongkat
dan klien juga mampu mengikuti kegiatan senam dengan baik. IOL (+), hiperemis
(+). Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr. Kemampuan pendengaran
agak menurun sehingga lawan bicara harus berbicara agak keras supaya klien
mendengar.

11) Status kognitif/afektif/sosial


a) Short potable mental status questionaire (SPMSQ) dengan skor: 10, fungsi
intelektual utuh.

b) Mini mental state exam (MMSE) dengan skor: 25, aspek kognitif dari fungsi
mental dalam keadaan baik.
c) Inventaris depresi beck, dengan skor: 3 pada keraguan raguan, kesulitan kerja
dan keletihan. Jadi tidak ada tanda tanda depresi pada klien.
d) Apgar keluarga denagn lansia, skor: 8 dimana fungsi sosial klien dalam kedaan
normal.
12) Data penunjang
Hasil pemeriksaan gluko test (-)
B. Analisa Data
No
1.

Data

Etiologi
Interupsi

DS:
-

Klie

Masalah
Nyeri

pembedahan

n mengeluh nyeri pada mata katarak pada mata


kiri pot op menyebar ke kiri.
kepala saat terpapar sinar
matahari atau baru bangun
tidur.
-

Klie
n

mengatakan

bila

nyeri

kambuh, mengalami kesulitan


tidur.
-

Klie
n mengatakan riwayat operasi
katarak mata kiri 16 hari yll.

DO:
2.

Mat
a kiri berair, hiperemis(+)

IOL
(+)

Peningkatan
kerentanan
skunder terhadap

DS:

interupsi

Klie

pembedahan

n mengatakan mata kiri terasa katarak.


nyeri,

panas

dan

nyeri

menyebar sampai ke kepala.


-

Klie
n mengatakan mata kirinya

Resiko infeksi

terus berair dan mengeluarkan


kotoran.
3.

DO:
-

Sekr
et pada mata kiri (+).

Mat
a kiri berair(+)

Riw
ayat post op katarak 16 hari
yll.

DS:
-

Klie
n mengatakan matanya terasa
kabur sejak 3 tahun yang
lalu.

Keterbatasan

Klie

penglihatan.

Resiko cidera

n mengatakan usianya sudah


85 tahun.
DO:
-

Klie
n berjalan tegap, cara berjalan
seimbang tapi ragu ragu.

Klie
n mampu melihat dalam jarak
pandang 50 mtr.

C. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri b/d interupsi pembedahan katarak pada mata kiri ditandai dengan:
DS:
-

Klien mengeluh nyeri pada mata kiri pot op menyebar ke kepala saat
terpapar sinar matahari atau baru bangun tidur.

Klien mengatakan bila nyeri kambuh, mengalami kesulitan tidur.

Klien mengatakan riwayat operasi katarak mata kiri 16 hari yll.

DO:
-

Mata kiri berair, hiperemis(+)

IOL (+)

2) Resiko infeksi b/d peningkatan kerentanan skunder terhadap interupsi pembedahan


katarak ditandai dengan:
DS:
-

Klien mengatakan mata kiri terasa nyeri, panas dan nyeri menyebar
sampai ke kepala.

Klien mengatakan mata kirinya terus berair dan mengeluarkan kotoran.

DO:
-

Sekret pada mata kiri (+).

Mata kiri berair(+)

Riwayat post op katarak 16 hari yll.

3) Resiko cidera b/d keterbatasan penglihatan ditandai dengan:


DS:
-

Klien mengatakan matanya terasa kabur sejak 3 tahun yang lalu.

Klien mengatakan usianya sudah 85 tahun.

DO:
-

Klien berjalan tegap, cara berjalan seimbang tapi ragu ragu.

Klien mampu melihat dalam jarak pandang 50 mtr.

D. Intervensi Keperawatan
NO
1.

DIAGNOSA
TUJUAN
Nyeri b/d interupsi Setelah
diberikan
pembedahan
pada mata kiri.

katarak asuhan

INTERVENSI
Bantu

keperawatan

dalam

mengidentifikasi

RASIONAL

EVALUASI
melaporan
M Klien

klien

tindakan

memberikan adanya pengurangan

embantu

selama 3 hari, nyeri

penghilangan nyeri yang efektif

kenyamanan

berkurang

dengan tidur dalam posisi duduk.

mengurangi tekanan pada ditandai dengan:

ditandai

dengan:

bola mata.

Nyeri berkurang.

Lakukan

Nyeri berkurang.

tindakan penghilanagn nyeri non

invasif

Istirahat

dan nyeri yang progresif

tidur

atau

non

farmakologik,

seperti berikut;

tercukupi 8 jam.

B
eberapa

Posisi:

tindakan

penghilang

nyeri

tinggikan bagian kepala tempat

invasif adalah tindakan

Mata tidak berair dan

tidur, berubah ubah antara

mandiri

berbaring pada punggung dan

dilaksanakan

pada sisi yang tidak dioperasi.

dalam

tidak merah.

dapat
perawat
usaha

Distraksi

meningkatkan

Latihan

kenyamanan pada klien.

relaksasi

Berikan
dukungan
nyeri

tindakan

dengan

diresepkan.

penghilangan

aalgesik

yang

tidur

tercukupi 8 jam.

non - Mata tidak berair

yang

Istirahat

dan tidak merah.

Observasi

nalgesik mambantu dalam

nyeri terutama bila disertai mual.

menekan respon nyeri dan


menimbulkan
kenyamanan pada klien.

Pertegas
pembatasan

aktifitas

yang

T
anda

ini

menunjukkan

disebutkan dokter yang mungkin

peningaktan tekanan intra

termasuk

okuli

menghindari

aktifitas

berikut:
-

pada sisi yang dioperasi


Membungku
k melewati pinggang
-

atau

komplikasi lain.
Berbaring

(TIO)

Mengangkat

P
embatasan

diperlukan

utnuk menguangi gerakan


mata

dan

mencegah

peningkatan

tekanan

benda yang beratnya melebihi 10

okuler. Pembatasan yang

kg.

spesifik tergantung pada

Mandi

beberapa faktor, termasuk

Mengedan

sifat

selama defekasi.

dan

luasnya

pembedahan,

preferensi

dokter, umur serta status


kesehatan

klien

secara

keseluruhan. Pemahaman

klein

tentang

untuk

pembatasan

dapat
2.

Resiko

infeksi

b/d

alasan
ini

mendorong

kepatuhan klien.

peningkatan
kerentanan
terhadap

skunder
interupsi

pembedahan katarak.

Infeksi tidak terjadi


Setelah

diberikan

asuhan

keperawatan

selama 3 hari, infeksi


tidak terjadi ditandai

Tingkatkan

dengan:

penyembuhan luka:

Penyembuhan

luka

optimal

Kemerahan (-)

meningkatkan

keseluruhan,
Berikan

secara
yang

Edema kelopak mata


(-)
-

penyembuhan

Drainase

yang adekuat.

meningkatkan

yang seimbang dan asupancairan

Kemerahan (-)

utrisi dan hidrasi yang


kesehatan

dorongan untuk mengikuti diet

insisi tanpa infeksi.

N ditandai dengan:

Gunakan

kelopak mata (-)

T
eknik

aseptik

pada

teknik aseptik untuk meneteskan

meminimialkan

Materi purulen (-)

Edema kelopak mata

tetes mata:

masuknya

(-)

sebelum memulai

Drainase pada kelopak

mata (-)
-

Cuci tangan

mengurangi
Pegang

penetes agak jauh dari mata


-

mikroorganisme

Ketika

alat

infeksi.

dan
resiko

Peningkatan
tubuh (-)

suhu

Materi purulen (-)

meneteskan,

antara ata, tetesan dan alat

Peningkatan

suhu

hindari

kontak

penetes.

tubuh (-)

Ajarkan teknik ini kepada klien dan


anggota keluarganya.

Kaji

tanda

dan gejala infeksi:

eteksi

Kemerahan,

infeksi

penanganan yang cepat

Infeksi
(pembuluh

dini

memungkinkan

edema pada kelopak mata


konjungtiva

untuk
darah

meminimalkan

keseriusan infeksi.

menonjol)
-

Drainase
pada kelopak mata dan bulu mata

3.

Resiko

cidera

b/d

purulen

keterbatasan
penglihatan.

Materi
pada

bilik

anterior

(antara korm\nea dan iris)


-

Peningkatan
suhu

Nilai
laboratorium

abnormal

(mis.

Peningkatan SDP, hasil kultur

etegangan pada jahitan

dan sensitivitas positif)

dapat

menimbulkan

Cidera tidak terjadi.


Setelah

diberikan

asuhan

keperawatan

interupsi

Lakukan
tindakan

untuk

jalan

mencegah
jahitan

pada

selama 3 hari, cidera

anjurkan

klien

tidak terjadi ditandai

kacamata protektif dan pelindung

dengan:

mata pada siang hari dan pelindung

angguan

mata pada malam hari).

atau

(misal

untuk

selama

G
penglihatan
menggunakan

dirawat.

mempengaruhi

Modifikasi
lingkungan

resiko

cidera yang berasal dari

untuk menghilangkan

gangguan

kemungkinan bahaya:
-

ketajaman

dan edalaman persepsi.

Singkirkan
penghalang dari jalur berjalan.

Pastikan

pintu dan laci tertutup atau

indakan

terbuka dengan sempurna.

mengurangi

Tinggikan
tempat tidur. Letakkan benda dimana
klien dapat melihat dan meraihnya
tanpa klien menjangkau terlalu jauh.

mengalami

tidak
cidera

selama dirawat.

pelindung mata dapat

Klien

atau trauma jarigan

menggunakan

Klien tidak mengalami


jaringan

masuk

mikroorganisme.

ketegangan

cidera atau trauma

menciptakan

terjatuh.

ini

dapat
resiko

E. Implementasi
Waktu/tgl
11-6-2011

Implementasi

09.00

Evaluasi
Member

ikan HE pentingnya:
-

ien kooperatif.
Pembata

san aktifitas.

Kl
ien berjanji akan selalu

Asupan
gizi

Kl

dan

minum

mengahbiskan

yang

porsi

makanannya.Klien banyak

memadai (makan 1 porsi

bertanya

habis).

yang dirasakannya.

tentang

nyeri

Mengur
angi paparan terhadap sinar

12-6-2011

matahai atau kontak langsung

09.30

dengan benda alergen.

Mengev

ien marapikan meja kecil

aluasi lingkungan kamar tidur


klien:

di samping tempat tidur.

Penemp

(gelas,

piring,

tidur.
Memasa

ng gorden untuk mengurangi


terhadap

snar

matahari.

Go
rden telah terpasang.

La
ntai kamar disapu dan

11.00

dipel oleh petugas.

Mengaja
rkan

teknik

perawatan
Cara

Menggu

sekret

mata.Klien

dapat
obat

tetes

mata sendiri dibantu oleh

Cara
meneteskan obat tetes mata.

memebrsihkan
meneteskan

membersihkan sekret.
-

Kl
ien bersemangat belajar

kebersihan mata:

12-6-2011

barang

sendok) di atas tempat

han lantai kamar.

paparan

menata

barang

Kebersi

Kl
ien

atan benda benda di meja.

12-6-2011

Kl

teman sekamarnya.

Kl

12.30

nakan pelindung mata bila

ien sudah punya kacamata

keluar wisma di siang hari.

pelindung sinar matahari.

13-6-2011
09.00

Mengatu

Kl
ien berbaring ke posisi

r posisi tidur klien berbaring ke

sebelah

kanan,

kadang

sisi mata yang tidak dioperasi.

berganti

posisi

dengan

semi fowler.

Melatih

Kl

relaksasi untuk mengurangi rasa

ien

tampak

sakit pada mata kiri.

mengikuti instruksi, tetapi


mau

mencoba

kesulitan
unutk

berlatih.

F.

Evaluasi
No
1.

Diagnosa Keperawatan
Evaluasi
Nyeri
b/d
interupsi S: Klien mengatakan nyeri pada mata kiri
pembedahan katarak pada mata

sudah agak berkurang, klien sudah dapat

kiri.

istirahat dengan baik.


O: Mata berair (-), kemerahan (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma.

2.

Resiko infeksi b/d peningkatan S: Klien mengatakan matanya sudah tidak


kerentanan skunder terhadap
interupsi pembedahan katarak.

panas lagi,berair (-)


O: mata berair (-), kemerahan (-), sekret (-)
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma.

3.

Resiko cidera b/d keterbatasan S: Klien mengatakan penglihatannya sudah

penglihatan.

lebih terang.
O: Klien berjalan ke luar wisma tanpa
dibimbing dan tanpa memakai tongkat.
A: Masalah teratasi sebagian.
P: Lanjutkan perencanaan dengan mengadakan
koordinasi dengan pendamping wisma.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu bagian dari asuhan keperawatan yang
diberikan kepada indivdu atau sekleompok lansia dalam konteks peran perawat sebagai
penerima asuhan keperawatan yang diberikan secara profesional.
Dalam konteks keperawatan gerontik yang dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha
Bahagia Magetan dari tanggal 10-14 Juni 2011, mahasiswa diberikan tanggung jawab untuk
membina satu orang klien lansia yang memiliki masalah kesehatan dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan dimulai dari tahap pengkajian sampai pada tahap evaluasi guna
mengetahui perkembangan kesehatan klien lansia secara komprehensif.
B. Saran
1.

Bagi institusi pengelola Panti Sosial Tresna Werdha Bahagia Magetan.


Agar seoptimal mungkin menerapkan konsep pemikiran yang telah disepakati guna
meningkatkan fungsi dan peran panti secara optimal.

2.

Bagi pembimbing FIKES UMP Purwokerto


Agar seoptimal mungkin mengupayakan kehadiran serta bimbingannya guna membantu
mahasiswa menjalani proses praktek keperawatan gerontik dengan lebih baik sesuai target
pencapaian yang ingin diraih.

3.

Bagi mahasiswa sendiri


Untuk lebih meningkatkan pemahaman dan pengetahuan guna mengembangkan konsep
asuhan keperawatan gerontik secara optimal.

DAFTAR PUSTAKA
Afdol. Et all. (1995). Latar Belakang Sosial Ekonomi dan Tingkat Kepuasan Hidup Lanjut Usia
Penghuni Panti Werdha. PPKP lemlit Unair. Surabaya
Agus Purwadianto (2000), Kedaruratan Medik: Pedoman Penatalaksanaan Praktis, Binarupa
Aksara, Jakarta.
Callahan, Barton, Schumaker (1997), Seri Skema Diagnosis dan Penatalaksanaan gawat Darurat
Medis, Binarupa Aksara, Jakarta.
Carpenito Lynda Juall (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada Praktek Klinik, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Decker DL. (1990). Social Gerontology an Introduction to Dinamyc of Aging. Little Brown and
Company. Boston
Depkes RI Badan Litbangkes. (1986). Survei Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta
Depsos RI. (----). Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Kesejahteraan Sosial Lanjut Usia Dalam
Panti. Depsos RI. Jakarta
...........(1993). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan I. Depkes Ri.
Jakarta
...........(1994). Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan II. Depkes Ri.
Jakarta
Doenges marilynn (2000), Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Evelyn C.pearce (1999), Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis, Penerbit PT Gramedia, Jakarta.
Gallo, J.J (1998). Buku Saku Gerontologi Edisi 2. Aliha Bahasa James Veldman. EGC. Jakarta
Guyton and Hall (1997), Buku Ajar: Fisiologi Kedokteran, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Hudak and Gallo (1996), Keperawatan Kritis: Pendekatan Holistik, Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta.
Lueckenotte.A.G. (1996). Gerontologic Nursing. Mosby Year Book. Missouri
Nugroho.W. (2000). Keperawatan Gerontik. Jakarta : Gramedia.

Anda mungkin juga menyukai