Anda di halaman 1dari 7

Mahkota setelah Perawatan Saluran Akar: Apakah Sebuah Kebutuhan?

Tujuan dari artikel ini tidak hanya untuk membahas bagaimana kedokteran
gigi dengan invasi minimal (MID) dapat dilakukan untuk merestorasi gigi, tapi
juga untuk berbagi dengan pembaca kami mengenai bagaimana setiap pengalaman
yang kami miliki terhadap MID dapat membantu memformulasikan pandangan
kami mengenai restorasi gigi. Seperti yang telah dibahas pada artikel sebelumnya,
tidak ada seorang pun yang berkerja pada bidang kedokteran gigi secara sengaja
melakukan invasi maksimal. Jadi mengapa topik mengenai MID ini harus
dibahas? Bahkan untuk menambah kerumitan hal ini, saat ini kami menggunakan
istilah yang baru, minimally invasive biomimetic dentistry (MIBD). Filosofi dasar
dari MIBD adalah untuk merestorasi semirip mungkin dengan bentuk, fungsi, dan
estetika aslinya dengan jumlah trauma atau pengurangan gigi yang minimal.
Dengan mempelajari MIBD, seorang dokter gigi dapat mempelajari bagaimana
mengimplementasikan filosofi ini dalam praktik keseharian mereka.
Sejalan dengan perkembangan ilmu kedokteran gigi, banyak ditemukan
bahan, teknologi dan prosedur baru yang membuat seorang dokter gigi dapat
memberikan pelayanan yang kurang invasif pada pasien. Pendekatan yang kurang
invasif dapat menghasilkan restorasi yang lebih tahan lama yang pada akhirnya
menghasilkan hasil dan prognosis yang lebih baik. Rencana perawatan dan
keputusan restorasi didasari pada ilmu, pengalaman, dan praktik dokter gigi.
Dengan adanya material yang baru, peralatan, produk, edukasi yang berbeda, dan
teknik yang dapat dilakukan, tidak mengherankan bahwa banyak timbul
perbedaan mengenai hasil dan pendapat yang terbaik mengenai cara yang terbaik
untuk merawat gigi. Ditambahnya pendapat ini dengan variabel pasien seperti
diet, kebersihan, genetika dan kebiasaan, prediksi kesuksesan restorasi menjadi
sangat rumit. Lebih jauh lagi, juga terdapat variabel terkait dokter gigi meliputi
keahlian dan kemahiran klinis, pengalaman dengan teknik dan bahan yang baru
dan kualitas perawatan. Contohnya, menyemprotkan air atau minyak pada
permukaan yang telah dipreparasi saat proses bonding dapat menyebabkan
kegagalan prematur bonding atau terjadinya hubungan bonding yang sangat lemah
pada gigi. Dengan keseluruhan variabel ini, maka tidak ada kepastian apakah ada

hal yang akan benar-benar berhasil dalam kedokteran gigi namun kita tetap harus
berusaha mencapai kesuksesan restorasi, walaupun hasil yang didapatkan sangat
variatif.
Laporan kasus
Kasus ini mengilustrasikan tidak hanya mengenai variasi rencana
perawatan yang ada, namun juga bagaimana cara berpikir untuk menentukan
perawatan jangka panjang dari sebuah gigi. Pasien pada kasus ini memiliki karier
yang mengharuskannya melakukan perjalanan ke seluruh dunia, dimana pasien
pergi ke sejumlah praktik dokter gigi yang akhirnya menyebabkan pasien bingung
mengenai apa yang terbaik untuk giginya.
Pasien berusia 25 tahun datang dengan keluhan utama nyeri menyebar
pada kuadran kiri atas yang telah didiagnosis sebagai pulpitis irreversible pada
klinik gawat darurat di fakultas kedokteran gigi. Rencana perawatan untuk gigi
tersebut adalah perawatan saluran akar, pasak dan inti, serta mahkota. Namun
pasien diinformasikan bahwa pasien harus menunggu kira-kira sebulan sebelum
fakultas kedokteran gigi dapat memberikannya pemeriksaan dan perawatan
menyeluruh. Pasien memilih untuk mencari perawatan di luar fakultas sebelum
nyeri yang dideritanya berlangsung terus menerus atau tidak tertahankan lagi. Saat
pasien datang ke klinik kami untuk kunjungan emergensi keesokan harinya, foto
klinis gigi 13 memperlihatkan gigi yang sangat utuh (Gambar 1). Pemeriksaan
visual memperlihatkan gigi yang terlihat utuh dengan sedikit keausan. Ketika gigi
dikeringkan pada daerah interproksimal, terlihat adanya demineralisasi. Gambaran
radiograf (Gambar 2) memperlihatkan tidak hanya memperlihatkan karies yang
dalam pada gigi 13, namun juga terdapat karies interproksimal pada distal gigi 12.
Gigi 13 merespon pemeriksaan dingin dengan sedikit ketidaknyamanan, sedikit
respon yang berlebih pada perkusi dan tidak ada hiperemia panas. Keputusan yang
diambil adalah mengambil karies dan melakukan restorasi pada gigi tersebut
untuk menentukan apakah nyeri dapat dikurangi. Saat diskusi mengenai
perawatan disampaikan pada pasien, pasien juga diinformasikan bahwa jika karies
pasien cukup dalam hingga mencapai pulpa, maka akan dilakukan perawatan
saluran akar.

Gambar 1. Tampilan gigi 12 dan 13 yang memperlihatkan hanya sedikit keausan.


Gambar 2. Gambaran radiograf yang memperlihatkan karies yang dalam pada distal gigi 13 dan
karies interproksimal gigi 12

Area kerja dianestesi dan diisolasi dengan rubber dam untuk mencapai
asepsis saat prosedur kerja dilakukan. Saat dilakukannya pembuangan jaringan
karies dan email mencapai dentin yang sehat, telihat bahwa karies telah mencapai
saraf (Gambar 3), dan perawatan saluran akar akhirnya dilakukan (Gambar 4).
Untuk menunjukkan betapa ilmu sudah berkembang, jika saat ini kami berada
pada situasi yang sama seperti ini, kami akan membuang jaringan karies, merawat
permukaan pulpa yang terpapar dengan gas ozon terkonsentrasi dan meletakkan
Theracal (Bisco, Inc) pada pulpa yang terbuka, dan menutupnya dengan restorasi.
Kami kemudian akan menunggu untuk menentukan keputusan perlu atau tidaknya
dilakukan perawatan saluran akar. Pengalaman klinis kami sejauh ini dengan
teknik tersebut menunjukkan hasil yang sangat positif, dengan seluruh
pemeriksaan vital dan normal pada seluruh kasus, beberapa diantaranya bahkan
bertahan selama lebih dari satu tahun. Teknik tersebut bukan merupakan protokol
perawatan definitif, namun telah memperlihatkan hasil yang menjanjikan sebagai
usaha untuk mempertahankan vitalitas pulpa.

Gambar 3. Foto intraoral paparan karies pada tanduk pulpa atau kamar pulpa sebelah bukal gigi
13.
Gambar 4. Foto intraoral perawatan saluran akar yang dilakukan pada gigi 13.

Keputusan restorasi untuk tiap gigi ini akan tetap sama terlepas dari
apakah perawatan saluran akar dilakukan atau tidak: menghilangkan seluruh
jaringan karies pada gigi, mempersiapkan perifer email yang kuat untuk proses
bonding, dan mempreparasi permukaan gigi dengan bur untuk membersihkan dan
menciptakan tekstur permukaan mikromekanis untuk meningkatkan ikatan.
Dengan dilakukannya perawatan saluran akar, preparasi akan meluas sedikit
kearah kanal untuk mendapatkan penutupan yang baik. Gigi tersebut kemudian
akan direstorasi dengan baik sesuai konturnya dan oklusi pasien kemudian dicek.
Karena tidak terlihat adanya fraktur (Gambar 5), dan ini merupakan kasus karies
pada pasien yang berusia 25 tahun, maka keputusan yang diambil adalah tidak
melakukan restorasi mahkota. Kami dapat mengamati gigi tersebut hingga
bertahun-tahun kedepan, dan jika nantinya diamati terjadinya fraktur, kami akan
melakukan prosedur penutupan yang minimal untuk mengurangi pengurangan
jaringan gigi, seperti onlay konservatif atau rekonstruksi dengan menggunakan
fiber.
Perawatan lanjutan meliputi pemeriksaan menyeluruh, diskusi mengenai
edukasi dan kontrol karies, sejumlah restorasi konservatif dan akhirnya,
dilanjutkan dengan pelayanan pemeliharaan. Pasien memiliki rekam medik dan
melakukan pemeriksaan dengan rutin sehingga kami dapat mengawasi gigi yang
telah direstorasi. Pada kasus ini, pasien kemudian pindah keluar daerah sehingga
menyebabkan gangguan pada jadwal kunjungan. Selama pasien tinggal di Pesisir

Timur, pasien mengalami sakit pada gigi 22, dengan penyebabnya tidak diragukan
lagi adalah kawat fiksasi yang diletakkan di apeks gigi 22 untuk pembedahan
ortognati.
Kemudian pasien mengunjungi fakultas kedokteran gigi lainnya yang
dekat dengan tempat kerjanya dan kemudian menerima pemeriksaan dan evaluasi
menyeluruh serta mendapatkan perawatan saluran akar pada gigi 22 (Gambar 6).
Berdasarkan pemeriksaan, klinisi mendiskusikan pada pasien bahwa pemeriksaan
radiograf memperlihatkan adanya perawatan saluran akar 13, dan gigi tersebut
membutuhkan mahkota metal porselen karena gigi tersebut beresiko terjadi
fraktur. Pasien mengetahui bahwa kami selalu mengawasi gigi tersebut untuk
melihat apakah akan terbentuk garis fraktur di daerah linggir tepi, menolak
perawatan ini, dan menghubungi klinik kami untuk melakukan restorasi direk
pada gigi 22 yang telah dirawat saluran akar serta untuk meneruskan pengawasan
pada gigi 13.

Gambar 5. Foto intraoral memperlihatkan restorasi akhir pada gigi 13 dan 12. Perhatikan tidak
adanya fraktur yang terlihat.
Gambar 6. Radiograf hasil pengisian akhir pada gigi 22. Perhatikan dekatnya kawat fiksasi
dengan ujung apeks gigi.

Setibanya di klinik kami untuk mendapatkan perawatan restorasi, pasien


mengaku pernah melakukan kunjungan ke klinik lain untuk mendapatkan
pelayanan kebersihan gigi dan mulut beberapa tahun yang lalu dan juga diberi
tahu bahwa dia membutuhkan mahkota pada gigi 13 karena gigi tersebut telah

mendapatkan perawatan saluran akar dan akan pecah apabila tidak restorasi
dengan mahkota. Perawatan yang kami lakukan adalah untuk merestorasi
pembukaan akses gigi 22 dan untuk memfoto keadaan klinis restorasi yang telah
diaplikasikan selama 7 tahun pada gigi 12 dan 13 (Gambar 7 dan 8) untuk
memperlihatkan pada pasien tampilan dekat giginya dan untuk menentukan ada
atau tidaknya fraktur. Rencana kami saat ini adalah untuk terus mengawasi
keberhasilan restorasi, dan jika nantinya terjadi fraktur maka kami akan
merawatnya preparasi yang sesuai dan bahan yang ada pada saat itu.

Gambar 7. Radiograf yang memperlihatkan perawatan saluran akar dan restorasi pada gigi 12 dan
13 selama lebih dari 7 tahun setelah perawatan. Foto tidak memperlihatkan adanya karies
sekunder.
Gambar 8. Foto klinis gigi 12 dan 13 selama lebih dari 7 tahun setelah perawatan. Perhatikan
tidak adanya fraktur yang terlihat dan cusp yang masih terlindungi, serta hanya terdapat keausan
yang minimal pada gigi.

Dengan menciptakan preparasi dengan invasi yang minimal, dan bonding


pada restorasi ini, kami meninggalkan banyak jaringan gigi yang akan dibuang
jika kita melakukan restorasi dengan mahkota khususnya mahkota metal porselen
seperti yang diajarkan pada fakultas kedokteran gigi dan dilakukan pada
kebanyakan klinik dokter gigi. Ya, bisa jadi timbul sebuah argumen untuk
merestorasi dengan onlay untuk melindungi gigi tersebut, namun dengan tepi
mesial yang masih utuh pada email, maka gigi tersebut masih kuat. Dengan
melakukan preparasi onlay, maka kita akan mengorbankan banyak jaringan gigi
yang masih sehat. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, kami
menyediakan prosedur, teknologi, dan bahan yang terus lebih baik dari pada
sebelumnya. Kami tidak mengetahui berapa lama restorasi tersebut akan bertahan

pada gigi ini. Jika atau ketika restorasi atau gigi tersebut fraktur, kami akan
memiliki lebih banyak pilihan, dan mungkin juga nantinya akan memiliki material
dan teknik yang lebih konservatif untuk mempertahankan struktur gigi tersebut.
Saat ini pada usia 32 tahun, pasien masih memiliki waktu yang panjang dalam
hidupnya, dan mengorbankan struktur gigi yang masih sehat hanya akan
memperpendek siklus hidup gigi, dan membuatnya lebih dekat dengan
kehancuran.
Informasi Penulis
Dr. Malterud memiliki praktik dokter gigi swasta di St. Paul, Minnesota.
Dia telah mempraktikkan berbagai bentuk MIBD selama lebih dari 30 tahun dan
telah memberikan kuliah dan publikasi terkait MIBD selama lebih dari 18 tahun.

Anda mungkin juga menyukai