Laporan Sulfat Spektronik 20
Laporan Sulfat Spektronik 20
SPEKTROFOTOMETRI
PENENTUAN KADAR SULFAT MENGGUNAKAN SPEKTOFOTOMER
SPEKTRONIC-20
Dosen Pembimbing : Ibu Dewi , MT
Kelompok 6
Nevy Puspitasari
Nur Fauziyyah Ambar
Nurul Latipah
NIM 111431020
NIM 111431021
NIM 111431022
: 13 November 2012
Judul Percobaan
Pembimbing
: Ibu Dewi, MT
Tujuan Percobaan
buffer salt acid akan membentuk koloid tersuspensi (kekeruhan). Semakin tinggi
konsentrasi sulfat, maka semakin keruh cairan yang bersangkutan. Kekeruhan
yang terjadi diukur dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm.
Teori Dasar
air
lingkungan
dengan
pengendap
barium
sulfat
secara
Pengukuran
absorbansi
larutan
dapat
dilakukan
dengan
penentuan
Sulfat
secara
spektrofotometri
adalah
dengan
mereaksikan ion sulfat yang ada di dalam sampel air dengan larutan BaCl2,
sehingga terbentuk suspensi BaSO4. Kekeruhan yang dihasilkan diukur dengan
spektrofotometri pada panjang gelombang 420 nm.
Spektrofotometri merupakan suatu perpanjangan dari penelitian visual
dalam studi yang lebih terinci mengenai penyerapan energi cahaya oleh spesi
kimia, memungkinkan kecermatan yang lebih besar dalam perincian dan
pengukuran kuantitatif. Pengabsorpsian sinar ultraviolet atau sinar tampak oleh
suatu molekul umumnya menghasilkan eksitasi electron bonding, akibatnya
Bahan
Jumlah
Larutan gliserol-
7 buah
1 buah
3 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
80 mL
etanol (1:2)
Larutan buffer salt
40 mL
acid
Larutan BaCl2
Sorbitol
Aquadest
1,6 gram
1,6 mL
500 mL
Langkah Kerja
1. Menyiapkan 7 buah labu takar 50 mL dan labu takar 100
mL 1 buah
2. Membuat larutan induk 100 ppm sebanyak 100 mL dengan
menginterpolasikan
nilai
kekeruhan
cuplikan
kedalam
Data Pengamatan
Perlakuan
Pengamatan
A.Pembuatan Larutan Deret Standar
Pemipetan dari larutan induk Larutan induk tidak berwarna sehingga pada saat
1003 ppm
pemipetan larutan induk kedalam labu ukur,
larutan tidak berwarna
Data Percobaan
Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 420 nm
Konsentrasi (ppm)
0
5
10
15
20
15
30
Sampel 1
Sampel 2
%T
100
91
79,5
72,5
64
55
53
85,5
60,5
Perhitungan
Pembuatan Larutan Standar Sulfat
Untuk konsentrasi sulfat 0 mL
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1
0 . 100 = N2 . 50
2,5 . 100 = N2 . 50
N2
= 0 ppm
N2
= N2 . V2
= 5 ppm
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1
5 . 100 = N2 . 50
7,5 . 100 = N2 . 50
N2 = 10 ppm
Untuk konsentrasi sulfta 10 mL
= N2 . V2
N2 = 15 ppm
Untuk konsentrasi sulfat 12,5 mL
N1 . V1 = N2 . V2
N1 . V1
10 . 100 = N2 . 50
12,5 . 100 = N2 . 50
N2 = 20 ppm
Untuk konsentrasi sulfat 15 mL
N1 . V1 = N2 . V2
15 . 100 = N2 . 50
N2 = 30 ppm
Penentuan Kurva Kalibrasi
Perhitungan menentukan nilai absorbansi setiap larutan
= N2 . V2
N2 = 25 ppm
= 91 %
= 0,91
= log
1
T
= log
1
0,91
= 0,041
Larutan
Larutan blanko 0 ppm
Larutan standar 5 ppm
Larutan standar 10 ppm
Larutan standar 15 ppm
Larutan standar 20 ppm
Larutan standar 25 ppm
Larutan standar 30 ppm
Sampel 1
Sampel 2
%T
100
91
79,5
72,5
64
55
53
85,5
60,5
Absorbansi
0
0,041
0,099
0,140
0,194
0,259
0,276
0,068
0,218
0.25
0.2
Absorban
Absorban (y)
Linear (Absorban (y))
0.15
0.1
0.05
0
0
10 15 20 25 30 35
Konsentrasi (ppm)
dengan kristal BaCl2 dan buffer salt acid akan membentuk koloid
cairan
yang
bersangkutan.
Kekeruhan
yang
terjadi
diukur
dengan
spektrofotometer pada panjang gelombang 420 nm. Dari prinsip yang digunakan
larutan yang dihasilkan akan membentuk koloid tersuspensi, dimana semakin
tinggi konsentrasi larutan maka semakin pekat warna kekeruhan putih pada
larutan.
Pada pengerjaan awal, dibuat terlebih dahulu larutan induk 100 ppm
dengan memipet dari larutan induk 1003 ppm. Dari larutan induk 100 ppm inilah
dibuat larutan deret standar 0, 5, 10, 15, 20, 25, 30 ppm. Setelah pemipetan
larutan induk, kemudian larutan ditambahkan larutan salt acid. Dimana salt acid
ini adalah larutan buffer yang terbuat dari HCl dan NaCl berlebih, sehingga salt
acid adalah buffer yang bersifat asam. Penambahan Salt acid ini adalah untuk
menjaga pH larutan, karena apabila pada pH >8 sulfida membentuk ion sulfida
namun pada pH <8 sulfida cenderung dalam bentuk H2S yang akan melepas gas
yang berbau busuk. Kemudian setelah penambahan salt-acid ditambahkan,
kemudian ditambahkan Larutan gliserol-etanol (1:2), fungsi dari penambahan
larutan ini adalah untuk menstabilkan suspensi koloid BaSO4 yang akan terbentuk.
Penambahan gliserol-etanol ini akan menghasilkan larutan yang menjadi agak
kental. Kekentalan ini akan menjaga suspensi koloid stabil dan merata (endapan
tidak mengendap), sehingga kekeruhan dapat diukur pada spektrofotometer.
Kemudian dilakukan penambahan BaCl2, dimana BaCl2 ini akan bereaksi dengan
sulfat sehingga menghasilkan BaSO4.
BaCl2 + SO42-
BaSO4(s) + 2Cl-
BaSO4 ini adalah berupa endapan putih, akan tetapi karena penambahan etanolgliserol, sorbitol endapan tidak akan mengendap akan tetapi endapan akan
menjadi koloid tersuspensi dimana larutan menjadi keruh dan kekeruhan inilah
yang diukur oleh spektrofotometer. Setelah itu larutan ditambahkan larutan
sorbitol. Penambahan larutan sorbitol ini adalah untuk lebih menstabilkan
suspensi koloid yang terbentuk. Kemudian larutan didiamkan selama 3-5 menit,
hal ini bertujuan untuk memberi kesempatan agar pereaksi bereaksi sempurna dan
koloid yang dihasilkan stabil.
Panjang
gelombang yang digunakan adalah sebesar 420 nm, karena sulfat akan optimal
terbaca pada panjang gelombang 420 nm. Pada awalnya yang diukur adalah
larutan blanko 0 ppm. Fungsi dari larutan blanko adalah sebagai faktor koreksi
terhadap pelarut dan pereaksi yang digunakan. Sehingga pada pengukuran blanko
ini adalah pengukuran serapan untuk pelarut dan pereaksinya. Agar pada
pengukuran deret standar dan sampel yang diukur adalah serapan sulfatnya, maka
pada larutan blanko yang mengukur serapan pereaksi dan pelarut di nol kan
dengan cara mengubah %transmitannya menjadi 100. Kemudian pengukuran
dilakukan pada larutan standar 5, 10, 15, 20, 25, 30 ppm. Sebelum pengukuran
masing-masing larutan deret standar, larutan dikocok terlebih dahulu agar
suspensi koloid merata saat diukur. Setelah didapat panjang gelombang, setiap
deret standar di ukur absorbansinya. Setelah pengukuran dilakukan didapat
semakin besar konsentrasinya %T nya semakin kecil. Sehingga bila dilihat dari
grafik, semakin besar konsentrasi maka nilai absorbansinya pun semakin besar,
dimana garis yang terbentuk adalah garis linear. Garis linear yang dihasilkan ini
menunjukan bahwa absorbansi adalah fungsi dari konsentrasi. Dengan
mendapatkan persamaan garis linear pada grafik, maka konsentrasi sampel dapat
dihitung. Selain dengan cara menghitung dari persamaan garis konsentrasi sampel
dapat juga ditentukan dengan menginterpolasikan langsung kedalam grafik. Dari
grafik yang telah dibuat didapat regeresi linear adalah sebesar 0,9955. Nilai ini
menunjukan koefisien korelasi antara absorbansi dengan konsentrasi besar
sehingga linearitas dari kurva adalah baik, dimana grafik memenuhi syarat sebagai
garis linear untuk penentuan konsentrasi sampel. Akan tetapi grafik yang
dihasilkan terdapat garis yang menaik dan menurun pada konsentrasi lrutan 25
ppm dan 30 ppm. Pada konsentrasi ini titik yang dihasilkan agak melenceng, hal
ini
dikarenakan
kurangnya
pengocokan
sebelum
pengukuran
sehingga
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan pada penentuan konsentrasi sulfat secara
spektrofotometri menggunakan spektronic 20, dihasilkan konsentrasi sampel 1
adalah 7,56 ppm dan konsentrasi sampel 2 adalah 24,22 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2012.
Spektrofotometer,
(online),
(http://roheemar.wordpress.com/2012/02/28/spektrofotometer/ diunduh 20
Sepetember 2012 pkl.16.14)
Anonim, 2011. Cara pengoperasian Spektronic-20, (online), (http://chemelearning.blogspot.com/2011/08/praktikum-kimia-analitik-instrumencara_30.html diunduh 20 Sepetember 2012 pkl.16.19)
Anonim,
2010.
Spektrofotometri
Penentuan
Kadar
Sulfat,
(online),
Eka.
2010.
Penentuan
Kadar
Sulfat
dalam
Air,
(online),