Anda di halaman 1dari 111

BIOKIMIA II

DIKTAT

Disusun Oleh:
Ketut Ratnayani, S.Si., M.Si.
A.A Mayun Laksmiwati, S.Si., M.Si.
Ir. Sri Wahyuni, M.Kes.

Dibiayai dari Dana Hibah Pengajaran SP4 Tahun 2006

JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS UDAYANA
BUKIT JIMBARAN

DAFTAR ISI

BAB I
PENGANTAR METABOLISME

TIU

: Mahasiswa mampu menjelaskan tentang gambaran umum metabolisme


beserta pengaturannya secara tepat dan benar (C2).

1.1 Gambaran Umum Metabolisme


Keseluruhan rangkaian reaksi kimia yang berlangsung dalam sel hidup
disebut metabolisme. Metabolisme merupakan aktivitas sel yang amat terkoordinasi,
mempunyai tujuan dan mencakup berbagai kerjasama banyak sistem multienzim.
Semua spesi yang berkaitan dengan reaksi metabolisme (seperti substrat, senyawa
intermediet dan produk) disebut metabolit.
Metabolisme memiliki empat fungsi spesifik, yaitu:
1. Untuk memperoleh energi kimia (dari degradasi sari makanan yang kaya energi
yang berasa dari lingkungan atau energi matahari).
2. Untuk mengubah molekul nutrien menjadi precursor unit pembangun bagi
makromolekul sel.
3. Untuk menggabungkan unit-unit pembangun ini menjadi makromolekul (protein,
asam nukleat, lipida, polisakarida) dan komponen sel lain.
4. Untuk membentuk dan mendegradasi biomolekul yang diperlukan di dalam
fungsi khusus.
Secara umum metabolisme dapat dibagi menjadi dua fase yaitu katabolisme
(degradasi)

dan

anabolisme

(biosintesis).

Katabolisme

merupakan

fase

metabolisme yang bersifat menguraikan, menyebabkan molekul nutrien seperti


karbohidrat, protein dan lipida yang datang dari lingkungan atau dari cadangan
makanan sel itu sendiri terurai di dalam reaksi-reaksi bertahap menjadi produk akhir
yang lebih kecil dan sederhana, seperti asam laktat, CO 2, dan amonia. Katabolisme
diikuti oleh pelepasan sederhana, seperti asam laktat. Katabolisme diikuti oleh
pelepasan energi bebas ( di dalam bentuk molekul pembawa energi, ATP atau
NADPH) yang telah tersimpan di dalam struktur komplek molekul organik yang lebih
besar tersebut. Sedangkan Anabolisme merupakan fase pembentukan atau sintesis
dari metabolisme, yaitu molekul pemula atau unit pembangun yang lebih kecil
disusun menjadi makromolekul besar yang merupakan komponen sel, seperti
protein dan asam nukleat. Karena biosintesis mengakibatkan peningkatan ukuran
dan kompleksitas struktur, maka proses ini memerlukan input energi bebas, yang
1

diberikan

oleh

pemecah

ATP

menjadi

ADP

dan

fosfat.

Biosintesis

beberapakomponen sel juga memerlukan atom hidrogen berenergi tinggi yang


disumbangkan oleh NADPH. Katabolisme dan anabolisme terjadi bersamaan di
dalam sel dan kecepatan prosesnya diatur sendiri-sendiri.
Secara umum dapat kita bandingkan proses-proses katabolisme dengan
anabolisme berdasarkan Tabel 1.1.
No
Tinjauan
1
Proses

Katabolisme
Penguraian molekul

Anabolisme
nutrien Pembentukan atau sintesis

kaya energi menjadi molekul makromolekul


2

Energi

sederhana
pembangun
Diikuti pelepasan energi bebas Merupakan
dalam bentuk ATP

Pola

Lintas

dari

unit

proses

yang

membutuhkan energi bebas


(ATP)
menyatu Lintas

katabolik

menjadi lintas akhir bersama

menyebar

menghasilkan banyak jenis


produk
berbeda

anabolik

biosintesis

yang

Gambar 1.1. Gambaran Umum metabolisme global

BioMolekul Besar

Produk
Degradasi
Umum

Produk akhir katabolisme yang sederhanan dan berukuran kecil


Molekul
Unit
Pembangun

Gambar 1.2 Tiga tahap katabolisme aerobik


Ketiga III
tahap katabolisme dari nutrien utama penghasil energi. Pada tahap I
Tahap
ratusan protein dan berbagai jenis polisakarida
Tahapdan
II lipid dipecahkan menjadi
komponen unit pembangunnya, yang relatif hanya berjumlah sedikit. Pada tahap II,
molekul unit pembangun selanjutnya akan diuraikan lagi menjadi suatu produk yang
bersifat umum yaitu gugus asetil-KoA. Akhirnya, pada tahap III, katabolisme
mengarah kepada siklus asam sitrat dengan pembentukan hanya tiga produk akhir
utama. Walaupun asam nukleat juga mengalami penguraian secara bertahap,
proses ini tidak diperlihatkan karena pemecahan ini tidak terlalu banyak memberikan
Tahap I

energi yang dibutuhkan oleh sel.

Lintas biosintetik yang menyebar, yang


membentuk
banyak
produk
dari
beberapa jenis pemula

Lintas katabolik yang menyatu

H
I

J
K
L

Q R

Produk Akhir
Katabolik

Pemula biosintetik

Gambar 1.3 Menyatunya lintas katabolik dan menyebarnya lintas anabolik

Gambar 1.4 Hubungan energi di antara lintas katabolik dan lintas anabolik
1.1.1. Lintas katabolisme
Lintas katabolisme menyerupai sungai yang meluas dialiri dari berbagai
cabang anak sungai. Terdapat tiga tahap utama di dalam proses katabolisme
aerobik (gambar 1.2) yaitu:
Tahap 1 : Makromolekul

sel dipecah menjadi molekul unit pembangunnya atau

monomernya, misal : polisakarida dipecah menjadi monosakarida.


Tahap 2 : Berbagai produk dari tahap 1, dikumpulkan dan diuraikan menjadi produk
yang bermanfaat umum (senyawa antara) yaitu Asetil-CoA (2C) dan
piruvat (3C).
Tahap 3 : Katabolisme mengarah pada siklus asam sitrat dengan pembentukan
hanya tiga macam produk akhir utama yaitu : CO2, H2O, dan NH3.
Gugus asetil dari Asetil-CoA diberikan kedalam siklus asam sitrat yang
merupakan lintas akhir yang bersifat umum yang dilalui oleh nutrien
6

penghasil energi. Disini terjadi oksidasi nutrien menghasilkan CO 2, H2O,


NH3, dan energi (dalam bentuk molekul ATP).
1.1.2. Lintas anabolisme
Lintas anabolisme mempunyai banyak cabang yang menuju kepada ratusan
jenis komponen sel. Lintas anabolisme juga berlangsung dalam tiga tahap, yaitu
(contoh pada biosintesa polisakarida pati) :
Tahap 1 : Dimulai dengan molekul kecil pemula, sebagai contoh sintesis pati
(polimer glukosa) dimulai dari asam piruvat, intermediet asam sitrat, asam
-keto dan pemula lain.
Tahap 2 : Pada sintesis glukosa asam piruvat diubah menjadi glukosa melalui
proses glukoneogenesis.
Tahap 3 : Pada tahap terakhir glukosa dirangkai menjadi polisakarida pati.
1.2 Metabolisme Jalur Utama dan Metabolisme Sekunder
Sampai saat ini kita telah membicarakan, terutama lintas metabolisme utama
atau primer, tempat berubahnya zat makanan sel yang berukuran relatif besar
(karbohidrat, lipida, dan protein). Pada lintas utama ini aliran metabolik relatif besar.
Sebagai contoh, beberapa ratus gram glukosa dioksidasi menjadi CO 2 dan H2O tiap
hari oleh orang dewasa. Tetapi, terdapat pula lintas metabolik lain yang memiliki
densitas aliran yang jauh lebih kecil termasuk pembentukan dan penguraian
senyawa dalam jumlah hanya miligramperhari. Lintas ini menyusun metabolisme
sekunder sel, termasuk pembentukan produk-produk khusus yang diperlukan oleh
sel dalam jumlah sedikit. Lintas sekunder metabolisme ini terlibat dalam biosintesa
koenzim dan hormon termasuk produk-produk yang dibutuhkan oleh sel dalam
jumlah sedikit. Lintas sekunder metabolisme di dalam sebagai bentuk kehidupan
menghasilkan ratusan biomolekul yang amat khusus seperti nukleotida, pigmen,
toksin, antibiotik dan alkaloid. Produk-produk ini amat penting bagi kehidupan
organisme yang membuatnya, dan masing-masing memiliki tujuan biologis spesifik,
senyawa ini dibuat oleh lintas sekunder khusus yang tidak selalu diketahui detailnya.
1.3 Pengaturan Lintas Metabolisme
Lintas metabolisme diatur dalam tiga jenis mekanisme yang berbeda, yaitu:
1. Kontrol aktivitas enzim Alosterik
Kontrol aktivitas enzim Alosterik merupakan bentuk regulasi yang paling cepat
memberikan respon. Enzim alosterik mampu mengubah aktivitas katalitiknya
7

sebagai respon terhadap molekul efektor (pemberi rangsangan atau penghambat).


Enzim alosterik biasanya terletak pada atau dekat permulaan dari suatu urutan
multienzim dan mengkatalisis tahap yang membatasi kecepatannya, yang biasanya
merupakan reaksi yang tidak dapat balik. Pada lintas katabolik yang menuju kepada
pembentukan ATP dari ADP, produk akhir ATP sering kali berfungsi sebagai
penghambat alosterik pada tahap awal katabolisme (Feed Back Inhibition atau
inhibisi balik), yang dapat dilihat pada gambar 1.5. Pada lintas anabolik, produk akhir
biosintesis seperti asam amino sering kali berfungsi sebagai penghambat alosterik
bagi tahap awal. Beberapa enzim alosterik yang mengatur suatu urutan metabolik
mungkin dirancang oleh moderator positif ADP atau AMP, dan dihambat oleh
modulator negatif ATP. Enzim alosterik pada suatu lintas tertentu mungkin juga
bersifat responsif secara spesifik terhadap senyawa antara atau produk dari lintas
metabolik lain. Dengan cara ini, kecepatan sistem enzim yang berbeda dapat
terkoordinasi satu sama lain.
2. Pengaturan oleh Hormon
Mekanisme ini terjadi pada organisme tingkat tinggi. Hormon merupakan
pembawa pesan kimiawi yang disekresi oleh berbagai kelenjar endokrin dan
diangkut oleh darah menuju jaringan atau organ target (tempat hormon melakukan
rangsangan atau hambatan terhadap beberapa aktivitas metabolik spesifik). Sebagai
contoh penerapannya adalah peranan hormon adrenalin, hormon adrenalin
disekresikan oleh bagian medula dari kelenjar adrenal, diangkut oleh darah menuju
hati. Disini adrenalin merangsang pemecahan glikogen menjadi glukosa, sehingga
meningkatkan kadar gula darah. Adrenalin juga merangsang penguraian glikogen di
dalam otot kerangka, menghasilkan laktat dan energi dalam bentuk ATP. Adrenalin
memberikan pengaruh ini dengan mengikat sisi reseptor adrenalin yang spesifik
pada permukaan sel hati dan otot. Pengikatan adrenalin merupakan isyarat yang
akan disampaikan kepada bagian dalan sel, yang akhirnya menyebabkan
pengubahan kovalen (modifikasi kovalen) dari bentuk glikogen fosforilasi yang
kurang aktif menjadi lebih aktif, enzim ini merupakan enzim pertama yang dalam
urutan reaksi bertujuan membentuk glukosa dan produk lainnya dari glikogen.
3. Pengontrolan Tingkat Konsentrasi enzim (induksi enzim)
Mekanisme ketiga adalah melalui pengontrolan konsentrasi enzim tertentu di
dalam sel. Konsentrasi suatu enzim tertentu pada waktu tertentu merupakan akibat
dari keseimbangan antara kecepatan sintesa dan kecepatan degradasinya.
Kecepatan sintesis enzim-enzim tertentu secara nyata ditingkatkan pada beberapa
8

keadaan sehingga konsentrasi aktual enzim yang sesungguhnya di dalam sel


ditingkatkan secara nyata. Sebagai contoh, jika seekor hewan diberikan diet
berkarbohidrat tinggi dan berprotein rendah, enzim hati yang secara normal
menguraikan asam amino menjadi asetil-CoA terdapat pada konsentrasi yang amat
rendah.

Karena

hanya

sedikit

kebutuhan

bagi

enzim

ini

selama

hewan

dipertahankan pada diet protein rendah, enzim dengan sendirinya tidak dibuat dalam
jumlah besar, tetapi jika hewan diberikan diet yang kaya akan protein dalam sehari,
hatinya akan memperlihatkan peningkatan cukup tinggi konsentrasi enzim yang
dibutuhkan dalam degradasi asam amino yang masuk, jadi sel hati dapat
menghidupkan atau mematikan biosintesis enzim-enzim tertentu, tergantung sifatsifat zat makanan yang masuk. (Gambar 1.6).

Tahap yang diatur, terlaksana oleh


adanya enzim alosterik
Prekursor
E1
J
E2
K
E3
L
E4
M
E5
N

E6

Produk Akhir

Gambar 1.5. Mekanisme inhibisi balik atau penghambatan kembali oleh produk
terhadap suatu enzim alosterik
9

Inti sel
messenger
RNA

E1

E2

E3

Ribosom

Gambar 1.6. Induksi enzim. Adanya substrat A pada konsentrasi tinggi di dalam sel
dapat menginduksi peningkatan bisintesis enzim-enzim di E1, E2 dan
E3, jadi meningkatkan konsentrasi di dalam sel.
BAB II
BIOENERGETIKA

2.1.

Pendahuluan
Semua proses yang terjadi di alam semesta tunduk kepada hukum-hukum

dasar termodinamika, tidak terkecuali pula reaksi-reaksi kimia yang terjadi di dalam
sel hidup. Sel merupakan suatu struktur yang dinamik. Sel dapat tumbuh, bergerak,
mensintesa molekul-molekul kompleks, dan secara selektif menyalurkan zat-zat
keluar masuk sel. Semua aktivitas ini memerlukan energi, sehingga setiap sel harus
memperoleh energi dari lingkungannya dan menggunakannya seefisien mungkin.
Tumbuhan mengumpulkan energi dari matahari sedangkan hewan menggunakan
energi yang tersimpan pada tumbuhan. Bioenergetika merupakan bagian biokimia
yang berkaitan dengan transformasi dan penggunaan energi di dalam organisme
hidup.

10

2.2.

Hukum-hukum Termodinamika
Dalam proses tertentu, satu bentuk energi mungkin berubah menjadi bentuk

lain tetapi energi total sistem ditambah lingkungannya tetap konstan. Hukum
pertama termodinamika secara sederhana merupakan hukum kekekalan energi
(energi tidak dapat diciptakan maupun dimusnahkan, energi hanya dapat diubah dari
satu bentuk ke bentuk lain; energi alam semesta ini konstan).
Hukum termodinamika II menyatakan bahwa semua proses yang terjadi secara
alami berlangsung dalam satu arah yang menyebabkan penurunan atau menuju
kepada tingkat energi potensial yang minimum yaitu keadaan kesetimbangan. Suatu
reaksi spontan melepaskan energi karena reaksi tersebut menuju ke arah
kesetimbangan dan secara teori, energi tersebut dapat dimanfaatkan dan dibuat
untuk melakukan kerja. Dalam semua proses spontan, energi adalah conserved
(lestari). Sebagai contoh, panas yang dihilangkan oleh tubuh yang hangat diperoleh
kembali oleh tubuh yang lebih dingin. Tetapi tentu saja sesuatu telah hilang. Sesuatu
tersebut adalah kapasitas atau potensi untuk melakukan kerja lagi (untuk
mentransfer energi lagi). Karena energi total dari sistem dan lingkungannya adalah
tetap konstan, maka energi tersebut telah didistribusikan secara kualitatif ke dalam
berbagai bentuk setelah reaksi spontan.
Sebuah pernyataan yang lebih komplit tentang Hukum Termodinamika II (yang
berkaitan dengan tidak terarahnya proses spontan dan penurunan potensi untuk
melakukan kerja lebih lanjut) adalah bahwa: Entropi (S) alam semesta selalu
meningkat. Semua perubahan fisika dan kimia cenderung berjalan menuju arah
sedemikian rupa, sehingga energi yang bermanfaat terurai secara acak (entropi).
Penguraian ini terhenti pada titik kesetimbangan. Pada saat ini, entropi yang
terbentuk berada pada tingkat paling maksimum yang dimungkinkan oleh kondisi
lingkungan yang bersangkutan. Terdapat dua jenis energi yang bermanfaat tersebut,
yaitu: Energi Bebas dan Energi Panas. Entropi merupakan ukuran derajat
ketidakteraturan materi dan energi dalam sistem. Makin random suatu sistem, makin
tinggi nilai entropinya. Hanya energi yang non random dan terorganisasi yang akan
berguna

(dapat

digunakan

untuk

melakukan

kerja).

Peningkatan

entropi

menunjukkan kehilangan keteraturan dan berarti suatu penurunan dalam potensi


untuk melakukan kerja lebih lanjut.
Hukum II termodinamika berkaitan langsung dengan Hukum termodinamika III
yang menyatakan bahwa pada temperatur 0 absolut ( 0 K ), dimana semua gerakan

11

acak akan terhenti, maka entropi kristal sempurna dari setiap zat adalah nol, yakni
semua atom tersusun teratur secara maksimal.
Penerapan Hukum II Termodinamika pada Sel Hidup.
Jika suatu reaksi kimia berjalan menuju titik kesetimbangannya, maka entropi
semesta (sistem + lingkungannya) selalu meningkat dan S karenanya bertanda
positif. Bersamaan dengan peningkatan entropi semesta selama reaksi, terjadi
penurunan energi bebas sehingga bertanda negatif.
Jika arah spontan dari keteraturan adalah menurun (down hill), bagaimana kita
dapat menjelaskan tentang biosintesis makromolekul yang kompleks, dan sangat
terorganisasi, atau keberadaan yang nyata dari sel hidup? Sedangkan hukum
termodinamika tidak bisa dilanggar, seperti halnya jika kita membangun piramida
dari pasir-pasir. Kecenderungan alami materi dan energi pada sistem untuk menuju
down hill, dapat diatasi dengan memasukkan energi ke dalam sistem tersebut, yaitu
dengan melakukan kerja pada sistem. Organisme hidup tidak mengalami
peningkatan entropi internalnya, ketika organisme ini melangsungkan metabolisme
zat makanan. Lingkungan organisme hidup inilah yang mengalami peningkatan
entropi

selama

proses

kehidupan.

Organisme

hidup

mempertahankan

keteraturan internalnya dengan mengekstrak energi bebas dari makanan (atau


sinar matahari) dari lingkungannya, dan mengembalikan ke lingkungan
sejumlah energi yang sama, dalam bentuk yang kurang berguna, terutama
dalam bentuk panas, yang menjadi terbaur (acak) ke tempat-tempat lain pada
semesta. Organisme hidup secara terus-menerus memberikan entropi kepada
lingkungannya

sebagai

upah

yang

diperlukan

untuk

mempertahankan

keteraturan internalnya sendiri.


Perubahan entropi yang terjadi selama suatu proses atau reaksi sangat
menarik bagi para ahli biologi dan biokimia, terdapat dua fungsi keadaan
termodinamika yang dapat diukur atau dihitung, yaitu G (perubahan energi bebas)
dan H (perubahan entalpi atau kandungan kalor). Perubahan energi bebas
merupakan suatu ukuran jumlah kerja berguna maksimum yang dapat dilakukan
oleh reaksi pada temperatur dan tekanan konstan, dan tergantung pada pemindahan
sistem dari kesetimbangannya. Perubahan entalpi merupakanukuran aliran panas
yang menyertai suatu reaksi ketika reaksi tersebut menuju keadaan setimbang pada
T, P dan V konstan.
Sel membutuhkan energi bebas.
12

Panas bukan merupakan sumber energi yang berarti bagi sel, karena panas
dapat melakukan kerja hanya jika ia mengalir dari obyek-obyek yang memiliki
perbedaan suhu. Karena sel hidup memiliki suhu keseluruhan yang sama, maka sel
tidak dapat memanfaatkan energi panas dengan berarti. Energi panas hanya
digunakan untuk mempertahankan suhu yang optimum bagi kegiatannya yaitu
umumnya 37 C.
Bentuk energi yang dapat digunakan oleh sel adalah energi bebas yang dapat
melakukan kerja pada suhu dan tekanan tetap. Sel heterotrof memperoleh energi
bebas, dari molekul nutrien kaya energi, dan sel fotosintetik memperoleh energi
bebas dari radiasi matahari yang diserap. Kedua jenis sel mengubah input energi
bebas ini menjadi bentuk umum energi kimia dan menggunakannya untuk
menjalankan aktivitas sel melalui proses yang tidak melibatkan perbedaan suhu
yang nyata. Dengan kata lain sel adalah mesin kimia yang dapat bekerja pada suhu
dan tekanan tetap.
2.3.

Reaksi Berangkai (Coupling Reaction)


Secara termodinamika, reaksi kimia dapat diklasifikasikan menjadi reaksi

eksergonik (yang menghasilkan energi) dan reaksi endergonik (yang memerlukan


energi, yaitu kerja harus dilakukan agar reaksi berjalan). Mengapa suatu reaksi lebih
eksergonik daripada yang lain? Secara intuitif kita dapat mengenali bahwa proses
biosintesis (pembentukan makromolekul dari sub unit penyusunnya) adalah suatu
proses yang memerlukan energi. Kerja harus dilakukan untuk menyusun struktur
kompleks dari sub unit penyusunnya yang sederhana. Sel-sel hidup sangat
kompleks dan rumit. Sel tidak hanya mempertahankan integritasnya sepanjang
waktu, tetapi juga dapat tumbuh dan memperbanyak diri.
Meskipun banyak reaksi biologis yang dapat berlangsung (favorable) karena
produknya dihilangkan secara efisien, dalam banyak kasus cara tersebut tidak
mencukupi agar reaksi dapat berjalan. Ada cara penting lain di mana secara intrinsik
reaksi endergonik dapat didorong. Dalam istilah energetika, hal ini dilakukan dengan
cara mengkatalisa beberapa reaksi eksergonik dan menangkap sejumlah energi
yang dilepaskan oleh reaksi tersebut membentuk senyawa yang kaya energi. Reaksi
biosintesis (endergonik) selanjutnya didorong oleh energi yang tertangkap ini.
Sebagai contoh, kita mempunyai reaksi yang merupakan bagian penting dalam jalur
metabolisme tetapi reaksinya endergonik, yaitu:
13

G = + 10 kJ/mol (endergonik)

Pada saat yang sama, misalnya reaksi lainnya bersifat sangat eksergonik:
C

G = - 30 kJ/mol (eksergonik)

Jika sel mampu menguraikan (Coupling) kedua reaksi tersebut, maka jumlah aljabar
G dari keseluruhan proses akan mempunyai nilai tersendiri, yaitu:
A

G = + 10 kJ/mol

G = - 30 kJ/mol

B+D

G = - 20 kJ/mol

A+C

Nilai G reaksi coupling akan menjadi negatif sehingga kesetimbangan sekarang


akan terletak jauh ke kanan, akibatnya B secara efisien dapat dihasilkan oleh A.
Perangkaian reaksi endergonik dengan reaksi eksergonik tersebut merupakan salah
satu prinsip terpenting dalam biokimia. Pola ini tidak hanya diterapkan pada reaksireaksi kecil tetapi juga diterapkan pada proses-proses penting seperti transport
materi melewati membran, transmisi impuls saraf dan kontraksi otot.

ATP merangkai proses eksergonik dan endergonik

Proses dimana berlangsungnya reaksi-reaksi yang melepaskan


energi bebas (eksergonik) selalu dirangkaikan dengan proses yang reaksireaksinya memerlukan energi bebas (endergonik). Reaksi eksergonik
adalah reaksi dalam proses katabolisme yaitu reaksi-reaksi pemecahan
atau oksidasi molekul bahan bakar sedangkan reaksi sintesa yang
membangun berbagai substansi terdapat dalam proses anabolisme.
Untuk merangkaikan kedua proses eksergonik dan endergonik harus ada
senyawa antara dengan potensial energi tinggi yang dibentuk dalam
reaksi eksergonik dan menyatukan senyawa yang baru dibentuk tersebut
14

kedalam reaksi endergonik, sehingga energi bebasnya dialihkan antara


dua proses tersebut. Senyawa antara yang dibentuk tidak perlu
mempunyai hubungan struktural dengan reaktan-reaktan yang bereaksi.
Dalam sel hidup, reaksi oksidasi yang melepas energi bebas selalu disertai
dengan peristiwa fosforilasi yang membentuk senyawa dengan potensial
energi lebih tinggi. Senyawa pembawa atau senyawa antara energi tinggi
yang utama adalah ATP .
ATP adalah nukleotida yang terdiri dari adenin , ribosa dan
trifosfat . Bentuk aktif ATP adalah kompleksnya bersama dengan Mg 2+
atau Mn2+. Sebagai pengemban energi, ATP kaya energi karena unit
trifosfatnya mengandung dua ikatan fosfoanhidrida. Sejumlah besar
energi bebas dilepaskan ketika ATP dihidrolisis menjadi adenosin difosfat
(ADP) dan ortofosfat (Pi) atau ketika ATP dihidrolisis menjadi adenosin
monofosfat (AMP) dan pirofosfat (Ppi). ATP memungkinkan perangkaian
reaksi yang secara termodinamik tidak menguntungkan menjadi reaksi
yang menguntungkan.
Reaksi pertama dalam lintasan glikolisis yaitu fosforilasi glukosa
menjadi glukosa 6 fosfat adalah reaksi yang endergonik (tG = + 13,8
kj/mol), agar reaksi dapat berlangsung harus terangkai dengan reaksi lain
yang lebih eksergonik yaitu hidrolisa gugus terminal fosfat ATP (tG = 30,5 kj/mol ) sehingga rangkaian reaksi yang dikatalisa oleh heksokinase
tersebut berlangsung dengan mudah dan sangat eksergonik (tG = - 16,7
kj/mol ).
Konversi antara ATP, AMP dan ADP adalah mungkin. Enzym
adenilat kinase (miokinase) mengkatalisis reaksi : ATP + AMP ADP +
ADP. Reaksi ini mempunyai fungsi antara lain, memungkinkan fosfat
energi tinggi dalam ADP untuk digunakan dalam sintesa ATP,
memungkinkan AMP yang terbentuk dari beberapa reaksi aktivasi yang
melibatkan ATP difasforilasi ulang menjadi ADP dan memungkinkan
peningkatan konsentrasi AMP (ketika ATP terpakai habis) sebagai sinyal
metabolik untuk menaikkan kecepatan reaksi-reaksi katabolik

15

Beberapa reaksi biosintesis dijalankan oleh nukleotida trifosfat yang


analog dengan ATP, yaitu guanosin trifosfat (GTP), uridin trifosfat (UTP)
dan sitidin trifosfat (CTP). Bentuk difosfat nukleotida-nukleotida ini disebut
dengan GDP, UDP dan CDP dan bentuk- bentuk monofosfatnya dengan
GMP, UMP dan CMP. Transfer gugus fosforil terminal dari satu kelain
nukleotida dapat terjadi dengan bantuan enzym nukleosida difosfat kinase
seperti reaksi-reaksi : ATP + GDP ADP + GTP.
Berbagai senyawa
dalam sistem biologi mempunyai potensi fosforil yang tinggi. Ternyata,
beberapa diantaranya, seperti fosfoenolpiruvat, karbamoil fosfat, 1, 3
bifosfogliserat, asetil fosfat dan kreatin fosfat mempunyai potensial
pemindahan fosfat yang lebih tinggi dari ATP, hal ini berarti senyawasenyawa tersebut dapat memindahkan gugus fosforilnya ke ADP untuk
membentuk ATP. Potensial transfer fosforil senyawa-senyawa terfosforilasi
yang penting secara biologis seperti glukosa 1 fosfat, fruktosa 6 fosfat,
glukosa 6 fosfat dan gliserol 3 fosfat lebih rendah dari ATP. Posisi ATP yang
berada ditengah-tengah dari molekul-molekul terfosforilasi tersebut,
memungkinkan ATP berfungsi secara efisien sebagai pengemban gugus
fosforil.
ATP sering disebut senyawa fosfat berenergi tinggi dan ikatan
fosfoanhidridanya disebut sebagai ikatan berenergi tinggi. Senyawasenyawa tinggi energi adalah senyawa yang banyak melepaskan enegi
bebas ketika mengalami hidrolisis. Istilah ikatan berenergi tinggi sering
disimbolkan dengan ~ P dan menunjukkan senyawa yang punya potensial
transfer fosforil tinggi. Ada tiga sumber utama ~ P yang mengambil
bagian dalam penangkapan energi yaitu peristiwa fosforilasi oksidatif,
sumber ~ P yang paling besar pada organisme aerobik, sumber energi
bebas untuk menggerakkan proses ini berasal dari reaksi-reaksi oksidasi
rantai pernapasan. Sumber kedua adalah glikolisis, membentuk total dua
~ P yang terjadi pada reaksi pemecahan glukosa menjadi laktat. Sumber
ketiga adalah siklus asam sitrat, dimana satu ~ P dihasilkan langsung
pada konversi suksinil ko-A menjadi suksinat.
Senyawa biologi penting lainnya yang digolongkan sebagai
senyawa energi tinggi adalah yang mengandung ikatan tiol ester,
mencakup koenzym A, protein pembawa asil, senyawa ester asam amino,
S-adenosilmetionin, uridin difosfat glukosa dan 5.fosforibosil.1.pirofosfat.

16

Reaksi oksidasi molekul bahan bakar dimana NADH dan FADH 2


adalah pengemban elektron utama

Kemotrop memperoleh energi bebas dari oksidasi molekul bahan


bakar, seperti glukosa dan asam lemak. Pada organisme aerob, akseptor
elektron terakhir adalah oksigen. Transport elektron dalam reaksi-reaksi
oksidasi tidak langsung dari molekul bahan bakar atau dari produk
pemecahannya
ke
oksigen.
Substrat-substrat
yang
dioksidasi
memindahkan elektronnya kepengemban-pengemban khusus yaitu
nukleotida piridin atau flavin. Pengemban yang tereduksi ini kemudian
memindahkan elektron potensi tingginya ke oksigen melalui rantai
pernapasan yang terdapat pada sisi dalam membran mitokondria.
Gradien proton yang terbentuk sebagai hasil aliran elektron dalam
rantai pernapasan ini yang kemudian mendorong sintesis ATP dari ADP
dan ortofosfat ( Pi ). Proses ini yang disebut fosforilasi oksidatif, yang
menjadi sumber utama ATP pada organisme aerob. Selain itu, elektron
potensi tinggi yang berasal dari oksidasi molekul bahan bakar dapat
digunakan pada reaksi-reaksi biosintesa yang memerlukan daya
pereduksi.
Nikotinamid adenin dinukleotida (NAD+) adalah pengemban
elektron utama pada oksidasi molekul bahan bakar. Bagian reaktif dari
NAD+ adalah cincin nikotinamidnya, suatu derivat piridin. Pada oksidasi
substrat, cincin nikotinamid NAD+ menerima satu ion hidrogen dan dua
elektron, yang ekivalen dengan satu ion hidrida(H-).
Bentuk tereduksi pengemban ini disebut NADH. Pada dehidrogenasi
diatas, satu atom hidrogen dari subsrat dipindahkan langsung ke NAD +,
sedangkan yang

17

lainnya terdapat dalam pelarut sebagai proton. Kedua elektron yang


dilepaskan oleh substrat dipindahkan kecincin nikotinamid.
Pengemban elektron utama lainnya pada oksidasi molekul bahan bakar
adalah flavin adenin dinukleotida (FAD). Bentuk tereduksinya adalah
FADH2. Bagian reaktif dari FAD adalah cincin isoaloksazinnya. FAD, seperti
juga NAD+, dapat menerima dua elektron. Tetapi tidak seperti NAD +, FAD
mengambil proton dan juga ion hidrida.

Daur Energi dalam Sel


Sel heterotrof memperoleh energi bebas dari hasil katabolisme molekul nutrien
dan menggunakan energi ini untuk :
1. Melakukan sintesis biomolekul (kerja kimia)
2. Menjalankan kerja mekanik (seperti kontraksi otot)
3. Mengangkut biomolekul atau ion menuju daerah berkonsentrasi lebih tinggi
(transport aktif).
Bagaimana energi bebas tersebut diangkut agar dapat digunakan sesuai kebutuhan
sel?
Energi bebas tersebut diangkut terutama dalam bentuk senyawa fosfat
berenergi tinggi yaitu: ATP (Adenosin Tri Fosfat) dan juga dalam bentuk
senyawa koenzim pembawa elektron yaitu NADH (Nikotinamida Adenin
Dinukleotida) dan NADPH (Nikotinamida Adenin Dinukleotida Posfat).
ATP berperan sebagai alat pengangkut energi bebas utama atau pengangkut
gugus fosfat.
Reaksi pembentukan dan hirolisis ATP:
ADP

+ Pi

H2O

G = - 7,30 kkal/mol

ATP

H2O
Berbagai faktor struktur kimia menunjang besarnya G reaksi hidrolisis senyawa
fosfat berenergi tinggi.

18

SIKLUS ATP

CO2

Berbagai Aktivitas Biologis : Energi


Oksidasi
kimia (bi
Molekul pengh

O2

19

Gambar (a) Struktur ATP, ADP dan AMP. Gugus fosfat pada ATP ditentukan sebagai , , da

ATP terbentuk dari ADP dan Pi (reaksi fosforilasi) yang dirangkaikan dengan
proses oksidasi molekul penghasil energi. Selanjutnya ATP yang terbentuk ini
dialirkan ke proses reaksi yang membutuhkan energi dan dihidrolisis menjadi ADP
dan Pi. Dalam hal ini, gugus fosfat ujung pada molekul ATP secara kontinyu
dipindahkan ke molekul penerima gugus fosfat dan secara kontinyu pula diganti oleh
gugus fosfat lainnya selama katabolisme.
SIKLUS NAD/NADH atau NADP/NADPH
Merupakan proses pengangkutan energi kimia lainnya (selain ATP) di dalam
sel yang berlangsung dengan proses pengangkutan elektron dengan perantaraan
enzim dari reaksi penghasil energi (katabolisme) ke reaksi pemakai energi
(anabolisme) melalui suatu senyawa koenzim pembawa elektron. NAD dan NADP
20

adalah dua koenzim terpenting yang berperan sebagai molekul pengangkut elektron
berenergi tinggi dari reaksi katabolisme ke reaksi anabolisme yang membutuhkan
elektron.
SISTEM ADENILAT (SISTEM ATP, ADP, AMP)

ATP
ADP
AMP

H2O
H2O
H2O

ADP + Pi

G = - 7,30 kkal/mol

AMP + Pi

G = - 7,30 kkal/mol

ATP + Pi

G = - 3,40 kkal/mol

ATP, ADP, dan AMP di dalam sel bersama-sama membentuk suatu sistem
persediaan energi yang disebut persediaan adenilat (sistem adenilat).
Bila semua adenin nukleotida berada dalam bentuk ATP, maka sistem
adenilat dikatakan penuh dengan gugus fosfat, sedangkan bila semua adenin
nukleotida berada dalam bentuk AMP, sistem adenilat dikatakan kosong
dengan gugus fosfat.

Keadaan persediaan energi ini disebut Muatan Energi, yaitu:


( ADP ) + ( ATP )
1/2
Muatan Energi =
( AMP ) + ( ADP ) + ( ATP )

Dalam keaadaan penuh (tak ada AMP dan ADP) semua dalam bentuk ATP,
maka muatan energi (ME) = 1.
Dalam keadaan kosong (tak ada ATP dan ADP), maka muatan energi (ME) = 0.
Dalam keadaan setengah penuh (semua ADP), maka muatan energi (ME) = .
Muatan energi merupakan faktor utama dalam pengaturan metabolisme sel,
khususnya mengatur laju katabolisme (penghasil ATP) dan anabolisme (pemakai
ATP). Bagaimana cara pengaturannya /menggunakan sistem enzim alosterik di
aman ATP, ADP, dan AMP dapat menjadi modulator (+) maupun (-).

21

Makin besar muatan energi dalam sel, makin berkurang laju katabolisme
(glikolisis dan pernafasan) dan makin meningkat laju anabolisme, hubungan
antara muatan energi dengan laju reaksi katabolisme dan anabolisme
digambarkan dalam kurva berikut:

22

BAB III
METABOLISME KARBOHIDRAT

TIU

: Mahasiswa mampu memahami metabolisme karbohidrat, siklus asam sitrat


dan fosforilasi oksidatif secara tepat dan benar. (CS2).

TIK

: - Mahasiswa

mampu

menjelaskan

gambaran

umum

metabolisme

karbohidrat
- Mahasiswa mampu menjelaskan proses glikolisis
- Mahasiswa mampu memahami proses siklus asam sitrat
- Mahasiswa mampu memahami proses fosforilasi oksidatif
- Mahasiswa mampu memahami konsep glukoneogenesis
3.1.

Gambaran Umum Metabolisme Karbohidrat


Glukosa merupakan bahan bakar utama yang kaya energi pada hampir

semua organisme dan glukosa dapat dengan cepat diperoleh dari cadangan
glikogen jika sel sewaktu-waktu memerlukan energi.
Glikolisismerupakan suatu lintas pusat universal dari katabolisme glukosa,
tidak hanya di dalam hewan dan tumbuhan, tetapi juga di dalam banyak
mikroorganisme. Urutan reaksi glikolitik pada setiap spesies berbeda hanya dalam
pengaturan kecepatan reaksi, dan dalam jalur metabolik selanjutnya dari piruvat
yang terbentuk.
Terdapat tiga jalur penting yang dapat dilalui oleh piruvat setelah glikolisis.
Pada organisme aerobik, glikolisis menyusun hanya tahap pertama dari keseluruhan
degradasi aerobik glukosa menjadi CO2 dan H2O (gambar 1.1). piruvat yang
terbentuk lalu dioksidasi dengan melepaskan gugus karboksilnya sebagai CO 2,
untuk membentuk gugus asetil pada asetil koenzim A. selanjutnya, gugus asetil
dioksidasi sempurna menjadi CO2 dan H2O oleh siklus asam sitrat, dengan
melibatkan molekul O2. Lintas inilah yang dilalui piruvat pada sel hewan aerobik dan
tumbuhan.
Lintas piruvat yang kedua adalah reduksinya menjadi laktat. Jika jaringan
hewan harus berfungsi dalam keadaan aerobik, terutama pada kontraksi aktif otot
kerangka, piruvat yang terbentuk dari glukosa tidak dapat dioksidasi lebih lanjut
karena kurangnya oksigen. Pada kondisi ini, piruvat yang terbentuk oleh glikolisis
direduksi menjadi laktat. Pada otot kerangka, proses ini disebut glikolisis anaerobik,
23

merupakan sumber energi ATP yang penting bagi aktivitas fisik yang amat intensif.
Laktat juga merupakan produk glikolisis di dalam mikroorganisme anaerobik yang
menjalankan fermentasi asam laktat. Produk asam laktat dari gula oleh bakteri asam
laktat menyebabkan pengasaman susu.
Lintas piruvat utama yang ketiga menyebabkan etanol. Di dalam beberapa
mikroorganisme, misalnya pada ragi roti, piruvat yang terbentuk dari glukosa melalui
glikolisis diubah secara anaerobik menjadi etanol dan CO 2, suatu proses yang
disebut fermentasi alkohol. Fermentasi merupakan istilah umum yang menunjukkan
degradasi anaerobik glukosa atau nutrien organik lain menjadi berbagai produk
(khas bagi organisme tertentu) untuk tujuan memperoleh energi dalam bentuk ATP.
Glukosa
Glikolisis (10 reaksi berurutan)

Kondisi anaerobik

2 Piruvat

Kondisi anaerobik

Kondisi aerobik
O2

2 Etanol + 2CO2

2 Laktat

Glikolisis
2CO2
anaerobik di dalam otot yang berkontraksi; ferm

2 Asetil-KoA

Siklus
asam
sitrat dan banyak sel mikrobial pada kond
Hewan,
tanaman
O2

4CO2 + 4H2O

Gambar 3.1. Piruvat, produk akhir glikolisis mengalami beberapa lintas katabolik
berbeda, tergantung organisme dan keadaan metaboliknya.
Definisi istilah-istilah dalam metabolisme karbohidrat:
Respirasi
: Pemecahan oksidatif dan pelepasan energi dari molekul
nutrien menggunakan molekul oksigen.
24

Glikolisis

: Tahap katabolisme glukosa yang dipecah menjadi dua molekul

Glukoneogenesis
Glikogenesis
Glikogenolisis
Rantai respirasi

asam piruvat.
: Biosintesis glukosa baru dari precursor non karbohidrat.
: Biosintesis glikogen.
: Katabolisme glikogen.
: Rantai transpor elektron yang terdiri atas beberapa protein
pembawa elektron dengan urutan tertentu dimana terjadi
pemindahan

Fotosintesis

elektron

dari

senyawa

pembawa

elektron

(NADH/FADH) di dalam sel aerobik.


: Penggunaan energi cahaya untuk membentuk karbohidrat dari
CO2 dan H2O dan senyawa pereduksi.

3.2.

Glokolisis (Lintas Pusat Katabolisme Karbohidrat)


Terdapat tiga jenis transformasi kimia yang berbeda, yang terjadi selama

glikolisis, yaitu:
1. Pemecahan karbon glukosa menghasilkan piruvat, yaitu lintas atom karbon.
2. Fosforilasi ADP menjadi ATP oleh senyawa fosfat berenergi tinggi yang dibentuk
selamaglikolisis yaitu lintas gugus fosfat.
3. Pemindahan atom hidrogen atau elektron.
Pada hampir semua sel, enzim-enzim yang menjalankan glikolisis terdapat
dalam bentuk terlarut di dalam sitosol sel, yang merupakan medium cair dari
sitoplasma. Sebaliknya, enzim-enzim yang menjalankan fase oksidatif karbohidrat
yang memerlukan oksigen terletak pada membran mitokondria dan pada membran
plasma sel prokariot.

25

FASE INVESTASI
ENERGI

Reaksi 1 - 3
Aktivasi melalui fosforilasi
2 ATP diinvestasikan

1
2
3

Reaksi
4 dan 5
Percabangan dari (1) gula fosfat 6 karbon menjadi (2) gu

4
2

Reaksi
6
Pembentukan dari 2 NADH dan senyawa energi

FASE PEMBENTUKAN ENERGI


2
P

Reaksi 7
Fosforilasi level substrat
Terbentuk 2 ATP

7
P

Reaksi
8 dan 9
Pembentukan dari senyawa energi super tingg

8
P

2
P

Reaksi 10
Fosforilasi level substrat
Terbentuk 2 ATP

10
2

Gambar 3.2. Tahap-tahap Glikolisis

26

Glikolisis Memiliki Dua Fase (Gambar 3.2)


Pemecah glukosa (C6) menjadi dua molekul piruvat (C3) dilangsungkan oleh
kerja berurutan 10 jenis enzim berbeda, yang masing-masing telah berhasil diisolasi
dalam bentuk murni dan dipelajari secara terperinci.
Fase I. Adalah fase persiapan atau fase investasi ATP, terdiri dari lima tahap
pertama dari glikolisis. Pada tahap ini glukosa difosforilasi secara enzimastis oleh
ATP, pertama-tama pada atom C ke 6 dan selanjutnya pada atom C ke 1,
menghasilkan fruktosa 1,6-difosfat, yang selanjutnya dipecah menjadi dua molekul
(C3) yaitu gliseraldehida 3-fosfat. Perhatikanlah bahwa dua molekul ATP harus
diberikan untuk mengaktifkan atau menyiapkan molekul untuk diuraikan menjadi dua
bagian senyawa karbon; kemudian akan terdapat pengembalian investasi energi ini.
Heksosa lain, terutama D-fruktosa, D-galaktosa dan D-manosa, juga dapat masuk
ke dalam fase persiapan glikolisis setelah mengalami fosforilasi. Jadi, fase persiapan
glikolisis berfungsi untuk mengumpulkan rantai karbon semua heksosa yang telah
dimetabolisme dalam satu bentuk produk umum yaitu gliseraldehid 3-fosfat.
Fase II glikolisis adalah fase pembentukan ATP yang dilangsungkan oleh
lima enzim sisanya, menggambarkan upah glikolisis, yaitu energi yang
dibebaskan pada saat dua molekul gliseraldehid 3-fosfat diubah menjadi dua
molekul piruvat yang disimpan oleh fosforilasi 4 molekul ADP menjadi ATP yang
terjadi bersamaan dengan proses ini. Walaupun 4 molekul ATP dibentuk dalam fase
II ini, hasil reaksi keseluruhan adalah dua molekul ATP per molekul glukosa yang
dipergunakan, karena 2 molekul ATP harus diberikan pada fase I glikolisis.
Tahap-Tahap Proses Glikolisis
Fase I : Fase Persiapan (Gambar 3.2)
Tahap 1. Fosforilasi Glukosa, merupakan reaksi yang bersifat irreversible pada
kondisi intraseluler dan dikatalisis oleh enzim heksokinase.
ATP4+ + D-Glukosa
Heksokinase

ADP3- + D-glukosa 6-fosfat2-

+ H+

melangsungkan fosforilasi, bukan hanya pada D-glukosa, tetapi juga

pada heksosa lain yang banyak dijumpai, seperti D-fruktosa dan D-manosa. Enzim
heksokinase merupakan enzim pengatur dengan glukosa 6 fosfat berfungsi sebagai
produk reaksi dan sekaligus sebagai inhibitor alosterik.

27

Tahap 2. Pengubahan Glukosa Menjadi fruktosa 6-fosfat.


Reaksi ini dikatalisis oleh enzim fosfoglukoisomerase, yang mengkatalisa
reaksi isomersasi reversible senyawa glukosa 6-fosfat (suatu aldosa) menjadi
fruktosa 6-fosfat (suatu ketosa).
D-Glukosa-6-fosfat

D-fruktosa-6-fosfat

G = -4,40 kkal/mol

Tahap 3. Fosforilasi Fruktosa 6-fosfat menjadi Fruktosa 1,6-difosfat


Merupakan reaksi pengaktifan kedua pada glikolisis yang dikatalisis oleh enzim
fosfofruktokinase.
D-Fruktosa-6-fosfat ATP

D-fruktosa-6,6-difosfat

G = -4,40 kkal/mol

Reaksi fosfofruktokinase merupakan reaksi irreversibel pada kondisi yang berlaku di


dalam sel. Reaksi ini merupakan bagian pengendali penting yang kedua pada
glikolisis. Fosfofruktokinase, seperti heksokinase merupakan enzim pengatur, dan
merupakan salah satu enzim yang paling komplek, yang merupakan pengatur utama
glikolisis otot.
Tahap 4. Pemecahan Fruktosa 1,6-difosfat Menjadi Dua Molekul Gliseraldehida
3-fosfat
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim aldolase, reaksi yang dikatalisis merupakan
kondensasi aldol yang bersifat dapat balik.
D-Fruktosa 1,6-diP

Dihidroksiaseton + Gliseraldehida-3-P G = 5,73 kkal/mol

Tahap 5. Interkonversi Triosa Fosfat


Hanya satu diantara dua triosa yang dibentuk aldolase yaitu, gliseraldehida-3fosfat, yang dapat langsung diuraikan pada tahap ini. Tetapi, dihidroksiaseton fosfat
dapat dengan cepat dan dalam reaksi reversibel, berubah menjadi gliseraldehi 3fosfat oleh enzim kelima pada urutan glikolitik yaitu isomerase triosa fosfat.

28

G = 1,83 kkal/mol

Triosa-P-isomerase

Perhatikan bahwa reaksi ini, atom karbon 1, 2 dan 3 pada glukosa awal,
sekarang menjadi tidak dapat dibedakan dari atom karbon 4, 5 dan 6. Reaksi ini
menyempurnakan fase pertama glikolisis, yaitu molekul heksosa telah terfosforilasi
pada posisi 1 dan 6, dan selanjutnya dipotong untuk akhirnya membentuk dua
molekul gliseraldehia 3-fosfat.
Fase II : Pembentukan ATP
Fase kedua glikolisis merupakan tahap-tahap produksi ATP. Energi bebas
dalam molekul glukosa disimpan dalam bentuk ATP. Karena satu molekul glukosa
dapat menghasilkan dua molekul gliseraldehid 3-fosfat, maka kedua molekul ini
mengalami lintas yang sama pada fase kedua dalam glikolisis. Pengubahan dua
molekul

gliseraldehida-3-fosfat

menjadi

dua

molekul

piruvat

diikuti

oleh

pembentukan empat molekul ATP. Namun demikian, hasil bersih ATP per molekul
glukosa berkurang menjadi hanya dua ATP, karena dua molekul ATP yang
dipergunakan pada fase pertama glikolisis untuk melakukan fosforilasi kedua ujung
molekul glukosa.
Tahap 1. Oksidasi gliseraldehid 3-fosfat menjadi 3-fosfogliseroil fosfat
Reaksi ini dikatalisis oleh enzim dehidrogenase gliseraldehida fosfat yang
menyebabkan reaksi dapat balik.

29

G = 1,50 kkal/mol
Pada reaksi kompleks ini gugus aldehida pada D-gliseraldehida-3-fosfat mengalami
dehidrogenasi, tidak menjadi gugus karboksil bebas seperti yang dibayangkan,
tetapi menjadi suatu anhidrida karboksilat dengan asam folat.
Tahap 2. Pemisahan fosfat dari 3-fosfogliseroil fosfat ke ADP
Enzim kinase fosfogliserat memindahkan gugus fosfat berenergi tinggi dari
gugus karboksil 3-fosfogliseroil fosfat ke ADP, sehingga membentuk ATP dan 3fosfogliserat.

G = -4,50 kkal/mol

Tahap 3. Pengubahan 3-fosfogliserat menjadi 2-fosfogliserat


Reaksi ini melibatkan pergeseran reversibel gugus fosfat di dalam molekul
substrat yang dikatalisis oleh enzim fosfogliserat mutase.

G = 1,06 kkal/mol

Tahap 4. Dehidrasi 2-fosfogliserat menjadi fosfienolpiruvat

30

Reaksi ini dikatalisis oleh enzim enolase yang menyebabkan pemindahan


reversibel molekul air dari 2-fosfogliserat menghasilkan fosfoenol piruvat.

G = 0,44 kkal/mol

Tahap 5. Pemindahan gugus fosfat dari fosfoenolpiruvat ke ADP membentuk


piruvat.
Tahap terakhir dari glikolisis pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari
fosfoenol piruvat ke ADP, yang dikatalisis oleh kinase piruvat.

G = -7,5 kkal/mol

Keseluruhan reaksi glikolisis dapat dituliskan :

semua intermediet dalam jalur glikolisis merupakan senyawa terfosforilasi,


dimana gugus fosfat berfungsi sebagai:
1. membuat intermediet agar mempunyai gugus polar dan bermuatan negatif
sehingga tidak mudah melewati membran sel yang non-polar.
2. Sebagai gugus pengikat atau gugus pengenal dalam pembentuk kompleks ES.
3. Untuk menyimpan energi, merupakan komponen penting dalam pengubahan
enzimatik energi metabolik, karena gugus fosfat pada akhirnya akan dipindahkan
ke ADP menghasilkan ATP.
3.3.

Siklus Asam Sitrat


31

Semua jalur katabolisme memusat pada siklus asam sitrat yang merupakan
lintas akhir yang bersifat umum yang dilalui oleh nutrien penghasil energi. Siklus
asam sitrat atau siklus Kreb atau siklus TCA, siklus Asam Tri Karboksilat merupakan
siklus rangkaian reaksi yang terjadi pada hampir semua organisme. Siklus ini
dikatalisis oleh suatu sistem multienzim yang menerima gugus asetil dari asetil-CoA
(C2) sebagai nutrien intermediet, kemudian menguraikan molekul asetil-CoA
tersebut menjadi molekul-molekul CO2 dan atom-atom hidrogen. Selanjutnya atomatom hidrogen tersebut melalui suatu rangkaian protein pembawa elektron (proses
fosforilasi oksidatif), diberikan kepada molekul oksigen dan mereduksi oksigen
menjadi H2O.
Glikolisis hanya melepaskan sejumlah kecil energi yang berasal dari glukosa.
Energi yang jauh lebih besar akan dilepaskan bila glukosa dioksidasi sempurna
menjadi CO2 dan H2O.
Glikolisis (tanpa O2):
Glukosa

2 Laktat

G = -47,0 kkal/mol

Oksidasi sempurna (ada O2):


Glukosa + O2

6 CO2 + H2O G = -47,0 kkal/mol

Pada kondisi anaerob, sel mendegradasi glukosa melalui glikolisis, dari piruvat
terbentuk asam laktat yang tidak dapat dipakai lebih lanjut. Sedangkan pada kondisi
aerob, degradasi glukosa tidak berhenti pada tahap glikolisis, tetapi diteruskan lebih
lanjut dengan mengoksidasi sempurna produk glikolisis menjadi karbon dioksida dan
air, sehingga melepaskan semua energi yang masih tersedia pada glukosa.
Pada alur respirasi (gambar 3.3), asetil-CoA (C2) yang merupakan hasil
oksidasi glukosa, asam lemak dan hasil katabolisme asam amino (tahap II) masuk
ke siklus TCA pada tahap III.
Reaksi Pembentukan Asetil-CoA dari Piruvat
Asam piruvat hasil akhir proses glikolisis harus dioksidasi menjadi asetil-CoA
dulu agar bisa masuk ke siklus TCA, melalui reaksi yang dikatalisis oleh kompleks
enzim piruvat dehidrogenase, yang merupakan suatu multi enzim kompleks yang
terdiri dari 3 jenis enzim dan 5 jenis koenzim berbeda.
32

Dalam siklus TCA, gugus asetil dari asetil-CoA (C2) didegradasi secara
enzimatik menjadi dua molekul CO2 (C1) dan 4 pasang atom hidrogen (dalam
bentuk terikat pada NADH), yang selanjutnya atom hidrogen ini masuk ke rantai
respirasi mengalami proses fosforilasi oksidatif.
Pada setiap putaran siklus TCA (gambar 3.4), satu molekul asam asetat (C2)
sebagai asetil-CoA berkondensasi dengan satu molekul asam oksaloasetat (C4)
membentuk senyawa trikarboksilat (C6) yaitu asam sitrat. Kemudian asam sitrat ini
didegradasi melalui serangkaian reaksi enzimatik menjadi 2 molekul CO 2 (C1) dan
pembentukan kembali asam oksaloasetat. Jadi pada setiap putaran siklus TCA, satu
molekul asam asetat masuk, satu molekul oksaloasetat digunakan dan satu molekul
asam sitrat serta 2 molekul CO2 dibentuk.
Karena asam sitrat merupakan senyawa pertama yang dibentuk dalam siklus
ini maka disebut siklus asam sitrat, dimana siklus asam sitrat terjadi dalam organel
mitokondria.
Siklus asam sitrat bersifat amfibolik karena siklus ini selain berfungsi pada
proses katabolisme, juga bekerja untuk membentuk kembali prekursor jalur
anabolisme. Misalnya:
Pembentukan kembali -ketoglutarat dan oksaloasetat dalam proses
transaminasi asam amino.
Asam sitrat dapat diambil dari siklus TCA untuk dipakai sebagai prekursor
asetil-CoA.
Suksinil CoA dapat dikeluarkan dari daur TCA untuk biosintesis senyawa
heme.
Intermediet siklus TCA juga dapat dikembalikan melalui reaksi-reaksi enzimatik
khusus yang disebut reaksi anaplerotik (filling up), misalnya:
Karboksilasi asam piruvat menjadi oksaloasetat yang terjadi dalam hati dan
ginjal.
Pembentukan malat dari piruvat oleh enzim malat dehidrogenase.

33

Gambar 3.3. Alur Respirasi

34

Bagan alir respirasi memperlihatkan asal mula pasangan atom hidrogen yang
dipindahkan oleh dehidrogenase, dengan pemindahan elektronnya (2e -) menuju
rantai transport elektron, yang membawanya ke oksigen. Reduksi setiap atom
oksigen memerlukan 2e- + 2H+. Energi yang dibebaskan selama transport pasangan
elektron dari NADH menuju oksigen dipergunakan untuk melangsungkan sintesis
tiga molekul ATP dari ADP dan fosfat di dalam proses fosforilasi oksidatif. Rantai
transport elektron tersebut diperlihatkan di sini dalam bentuk yang disederhanakan.

35

Kondensasi
Asetil-CoA

NADH
Oksaloasetat

Dehidrogenasi

Dehidrasi

H2O
Sitrat
Malat

H2O

Cis-Aconitat
Hidrasi
H2O

Fumarat
Isositrat

FADH2

Hidrasi

Suksinat
-ketoglutarat
Suksinil-CoA

CoA-SH

CO2 Dekarboksilasi oksida

Dehidrogenasi

NADH
CoA-SH
CO2

ATP
Fosforilasi
Level substrat

NADH

Gambar 3.4. Siklus Asam Sitrat

36

Dekarboksilasi
oksidatif

3.4 Transport Elektron dan Fosforilasi Oksidatif


Transport elektron merupakan proses transport elektron dari intermediet siklus
TCA melalui serangkaian protein pembawa elektron dalam rantai respirasi dan
berakhir pada molekul oksigen. Transport elektron ini melepaskan sejumlah energi
dalam bentuk ATP dalam proses yang disebut fosforilasi oksidatif.
Rangkaian protein pembawa elektron dalam rantai respirasi dari NADH sampai
oksigen dapat dilihat pada gambar 3.5. Sifat penting dari rantai respirasi adalah H +
dibentuk dan dipakai dalam reaksi transport elektron yang berurutan tertentu,
misalnya: NAD FP b c a.
Beberapa pembawa elektron seperti NADH dan ubiquinon membawa elektron
dalam bentuk atom H, sedangkan sitokrom membawa elektron tanpa mengambil
atau melepas H+.

Arah aliran elektron dan hubungan energi pada rantai respirasi mitokondria. E-FMN melambangkan N

Gambar 3.5. Rantai respirasi pada mitokondria mamalia.


37

Keterangan :
FP

= Flavo protein

FeS = pusat besi sulfur


FP1 = NADH dehidrogenase
Q

= Ubiquinon atau koenzim Q

Rantai pernapasan dan fosforilasi oksidatif

NADH dan FADH2 yang terbentuk pada reaksi oksidasi dalam


glikolisis, reaksi oksidasi asam lemak dan reaksi-reaksi oksidasi dalam
siklus asam sitrat merupakan molekul tinggi energi karena masing-masing
molekul tersebut mengandung sepasang elektron yang mempunyai
potensial transfer tinggi. Bila elektron-elektron ini diberikan pada oksigen
molekuler, sejumlah besar energi bebas akan dilepaskan dan dapat
digunakan untuk menghasilkan ATP. Adanya perbedaan potensial oksidasi
reduksi (E0) atau potensial transfer elektron memungkinkan elektron
mengalir dari unsur yang potensial redoks lebih negatif (afinitas
elektronnya lebih rendah) ke unsur yang potensial redoksnya lebih positif
(afinitas elektronnya lebih tinggi). Aliran elektron ini akan melalui
komplek-komplek protein yang terdapat pada membran dalam
mitokondria dan menyebabkan proton terpompa keluar dari matriks
mitokondria. Akibatnya terbentuk kekuatan daya gerak proton yang terdiri
dari gradien pH dan potensial listrik transmembran yang kemudian
mendorong proton mengalir kembali kedalam matriks melalui suatu
kompleks enzym sintesa ATP. Jadi, oksidasi dan fosforilasi terangkai
melalui gradien proton pada membran dalam mitokondria.

Fosforilasi oksidatif merupakan proses pembentukan ATP akibat


transfer elektron dari NADH atau FADH2 kepada oksigen melalui
serangkaian pengemban elektron. Proses ini adalah sumber utama
pembentukan ATP pada organisme aerob. Pembentukan ATP dalam
glikolisis sempurna glukosa menjadi CO2 dan H2O, dari 30 ATP yang
terbentuk 26 ATP berasal dari proses fosforilasi oksidatif. Komplekkomplek enzym yang terangkai pada membran dalam mitokondria untuk
pengangkutan elektron dari molekul NADH atau FADH 2 ke oksigen
molekuler dimana terbentuk sejumlah ATP dan molekul air dikenal dengan
rantai pernapasan.
38

Komplek enzym tersebut adalah NADH-Q reduktase, suksinat-Q


reduktase, sitokrom reduktase dan sitokrom oksidase. Suksinat-Q
reduktase, berbeda dengan ketiga komplek yang lain, tidak memompa
proton. Dalam fosforilasi oksidatif, daya gerak elektron diubah menjadi
daya gerak proton dan kemudian menjadi potensial fosforilasi. Fase
pertama adalah peran komplek enzym sebagai pompa proton yaitu NADHQ reduktase, sitokrom reduktase dan sitokrom oksidase. Komplek-komplek
transmembran ini mengandung banyak pusat oksidasi reduksi seperti
flavin, kuinon, besi-belerang, heme dan ion tembaga. Fase kedua
dilaksanakan oleh ATP sintase, suatu susunan pembentuk ATP yang
digerakkan melalui aliran balik proton kedalam matriks mitokondria.
Elektron potensial tinggi dari NADH masuk rantai pernapasan pada
NADH-Q reduktase atau disebut juga dengan NADH dehidrogenase atau
komplek I. Langkah awal adalah pengikatan NADH dan transfer dua
elektronnya ke flavin mononukleotida (FMN), gugus prostetik komplek ini,
menjadi bentuk tereduksi, FMNH2. Elektron kemudian ditransfer dari
FMNH2 keserangkaian rumpun belerang besi (4Fe-4S), jenis kedua gugus
prostetik dalam NADH-Q reduktase. Elektron dalam rumpun belerang-besi
kemudian diangkut ke ko-enzym Q, dikenal juga sebagai ubiquinon.
Ubiquinon mengalami reduksi menjadi radikal bebas anion semiquinon
dan reduksi kedua terjadi dengan pengambilan elektron kedua
membentuk ubiquinol (QH2) yang terikat enzym. Pasangan elektron pada
QH2 dipindahkan ke rumpun belerang besi (2Fe-2S) kedua yang ada pada
NADH-Q reduktase, dan akhirnya ke Q yang bersifat mobil.

Senyawa Penghambat Transport Elektron


Beberapa inhibitor berupa senyawa organik yang menghambat transport
elektron adalah rotenon: senyawa yang sangat toksik dari tumbuh-tumbuhan, yang
dulunya dipakai orang Indian Amerika Selatan sebagai racun ikan, sekarang
digunakan sebagai insektisida, amytal (termasuk obat barbiturat), Piericidin (suatu
antibiotik yang strukturnya menyerupai ubiquinon sehingga dapat berkompetisi),
Antimycin (antibiotik dari Streptomyces graceus), sedangkan inhibitornya berupa
senyawa anorganik adalah HCN, H2S dan CO.
Oksidasi Sempurna Glukosa Menghasilkan 38 ATP
39

Sekarang, marilah kita menjumlahkan hasil energi kimia dalam bentuk ATP
bilamana glukosa dioksidasi menjadi CO 2 dan H2O pada sel hewan. Pertama-tama,
glikolisis satu molekul glukosa pada keadaan aerobik menghasilkan dua molekul
piruvat, dua NADH, dan dua ATP; keseluruhan proses terjadi dalam sitosol:
Glukosa + 2Pi + 2ADP + 2NAD+

2 piruvat + 2 ATP + 2 NADH + 2 H+ + 2H2O

Selanjutnya, dua pasang elektron dari dua NADH sitosol yang dihasilkan oleh
gliseraldehida fosfat dehidrogenase selama glikolisis diangkut kedalam mitokondria
oleh sistem ulang-alik malat aspartat, dan lalu memasuki rantai pengangkut elektron
dan mengalir ke oksigen. Proses ini akan menghasilkan 2(3) = 6 ATP, karena dua
NADH dioksidasi menurut persamaan.
2NADH + 2H+ + 6Pi + 6ADP + O2

2NAD+ + 6ATP + 8 H2O

(Tentu saja, jika sistem ulang-alik gliserol fosfat dipergunakan, dan bukan sistem
malat-aspartat, hanya dua ATP yang akan dihasilkan per NADH).
Lalu, jika kita berhadapan dengan persamaan lengkap bagi dehidrogenasi dua
molekul piruvat untuk menghasilkan dua asetil-CoA dan dua CO 2 di dalam
mitokondria dan pemindahan selanjutnya dari pasangan dua elektronnya ke oksigen
melalui rantai, setiap pasang menghasilkan tiga ATP:
2 piruvat + 2 KoA + 6Pi + 6 ADP + O2 2 asetil-KoA + 2 CO2 + 6ATP + 8H2O

Selanjutnya kita sampai pada persamaan bagi oksidasi dua molekul asetil-CoA
menjadi CO2 dan H2O melalui siklus asam sitrat, bersama-sama dengan fosforilasi
oksidatif yang berkaitan dengan transport elektron isositrat, -ketoglutarat, dan malat
menuju oksigen, masing-masing menghasilkan tiga ATP; oksidasi suksinat dan
pembentukan dua ATP melalui GTP yang dihasilkan dari suksinil-KoA :
2 asetil-kOA + 24Pi + 24ADP + 4O2

2KoA-SH + 4CO2 + 24ATP + 26H2O

Jika sekarang kita menjumlahkan ke empat persamaan ini, dan menghapus


bagian yang muncul pada kedua sisi persamaan, kita akan memperoleh keseluruhan
persamaan glikolisis dan respirasi,
Glukosa + 38pi + 38ADP + 6O2

6Co2 + 38ATP + 44H2O

Jadi, bagi setiap molekul glukosa yang mengalami oksidasi sempurna menjadi CO 2
dan H2O di dalam hati, ginjal, dan jantung, dengan memanfaatkan fungsi ulang-alik
40

malat-aspartat, sejumlah maksimum 38 mol ATP dihasilkan. (bilamana sistem ulangalik gliserol fosfat dipergunakan, 36 ATP dibentuk per glukosa yang dioksidasi).

41

BAB IV
FOTOSINTESIS
4.1. Pendahuluan
Kehidupan

tidak

hanya

tergantung

pada

sumber

yang

berasal

dari

metabolisme oksidatif.
C6H12O6 + 6O2

6CO2 + 6H2O

Reaksi kebalikan metabolisme oksidatif dilakukan oleh tumbuh-tumbuhan, algae dan


beberapa mikroorganisme yang menggunakan energi matahari untuk menyediakan
sejumlah besar energi bebasnya.
6CO2 + 6H2O

C6H12O6 + 6O2

Proses ini disebut fotosintesis. Jadi fotosintesis (1) menyediakan karbohidrat untuk
produksi energi pada tumbuh-tumbuhan dan hewan, (2) merupakan proses utama
dimana karbon dioksida kembali ke atmosfir, (3) merupakan suatu sumber utama
oksigen di bumi (gambar 4.1).

Gambar 4.1. Daur karbon di alam. Penggunaan CO2 dan H2O menjadi karbohidra

Semua energi yang dipakai oleh sistem biologis berasal dari energi matahari
yang ditangkap oleh proses fotosintesis. Sumber pokok dari hampir semua energi
42

biologik diambil dari energi surya oleh organisme fotosintetik dan pengubahannya
menjadi energi biomassa. Organisme fotosintetik dan heterosintetik hidup dalam
keadaan seimbang pada biosfer kita.
Tanaman fotosintetik menangkap energi surya dalam bentuk ATP dan NADPH
yang dipergunakan sebagai sumber energi untuk membuat karbohidrat dan
komponen sel organik lainnya dari karbon dioksida dan air. Bersamaan dengan itu
organisme tersebut membebaskan oksigen kedalam atmosfir.
Tabel 4.1. Contoh beberapa reaksi fotosintesis
Organisme

Reduktan

Reaksi

Tanaman, alga, cyanobacteria

H2O

CO2 + 2H2O

[CH2O] + H2O + O2

Bakteri sulfur hijau

H2S

CO2 + 2H2S

[CH2O] + H2O + 2S

Bakteri sulfur ungu

[HSO3-]

CO2 + H2O + 2[HSO3-]

Bakteri non-sulfur fotosintetik

H2 atau

CO2 + 2H2

[CH2O] + 2[HSO4-]

[CH2O] + H2O

reduktant lain
seperti laktat

Sebaliknya heterotrof aerobik mempergunakan oksigen yang dibentuk untuk


menguraikan produk organik berenergi tinggi dari fotosintesis menjadi CO 2 dan H2O
untuk membentuk kembali ATP guna keperluan aktivitas sel itu sendiri. Karbon
dioksida yang dibentuk oleh respirasi pada heterotrof kembali ke atmosfir untuk
dipergunakan kembali oleh organisme fotosintetik. Oleh karena itu, energi surya
memberikan tenaga pendorong bagi daur karbon dioksida dan oksigen atmosfir
secara berkesinambungan melalui biosfer kita (gambar 1.1).

43

44

Gambar 4.3. Energi surya merupakan sumber pokok dari hampir semua energi
biologik. Sel fotosintetik mempergunakan energi sinar matahari untuk membuat
glukosa dan produk organik sel lainnya, yang dipergunakan oleh sel heterotrofik
sebagai sumber energi dan karbon.
Sejumlah besar energi disimpan sebagai produk fotosintesis yang dibentuk
oleh dunia tumbuhan, dengan memanfaatkan energi surya. Karena ketergantungan
kita yang demikian besar kepada energi surya untuk memenuhi kebutuhan energi
dan makanan, mekanisme fotosintesis menjadi masalah biokimia yang paling
mendasar. Persamaan dasar fotosintesis sangatlah sederhana seperti:
H2O + CO2 Cahaya

(CH2O) + O2

Dalam persamaan ini (CH2O) menunjukkan karbohidrat, terutama sukrosa dan


pati. Mekanisme fotosintesis adalah komplek, memerlukan protein-protein dan
molekul-molekul kecil yang saling mempengaruhi. Fotosintesis pada tumbuhan hijau
berlangsung di kloroplas. Aparatus pengubah energi adalah bagian integral dari
sistem membran tilakoid dari suatu organel. Tahap pertama fotosintesis adalah
penyerapan

cahaya

oleh

klorofil,

suatu

porfirin

dengan

ion

magnesium

terkoordinasi. Selanjutnya eksitasi elektron bergerak dari satu molekul klorofil ke


molekul klorofil lainnya dalam suatu komplek penunaian cahaya sampai eksitasi
ditangkap oleh pasangan klorofil dengan sifat khusus. Pada suatu pusat reaksi,
pokoknya cahaya digunakan untuk menciptakan potensial pereduksi.
Fotosintesis pada tanaman hijau melibatkan dua jenis reaksi cahaya.
Fotosistem I menghasilkan daya reduksi dalam bentuk NADH. Fotosistem II
memindahkan elektron dari air ke suatu quinon dan bersamaan dengan itu
melepaskan O2. Alir elektron dalam tiap-tiap fotosintesis dan diantara fotosistem
akan membentuk gradien proton transmembran yang akan merangsang ATP, seperti
pada fosforilasi oksidatif. Fotosintesis memang mirip sekali dengan fosforilasi
oksidatif namun perbedaan pokok antara kedua proses transduksi energi ini adalah
sumber elektron potensial tinggi. Pada fosforilasi oksidatif, energi berasal dari
oksidasi bahan bakar; fotosintesis, energi dihasilkan oleh fotoeksitasi klorofil.
NADPH dan ATP terbentuk yang dihasilkan dari cahaya kemudian mereduksi CO 2
dan mengubahnya menjadi 3-fosfogliserat pada serangkaian reaksi gelap yang
45

disebut Calvin cycle yang terjadi di stroma kloroplas. Heksosa dibentuk dari 3fosfogliserat pada jalur glukoneogenesis.
4.2. Proses Dasar Fotosintesis
Fotosintesis tidak hanya menghasilkan heksosa sebagai karbohidrat utama,
maka reaksinya lebih umum dinyatakan sebagai berikut:
CO2 + H2O Cahaya

( CH2O ) + O2

Karena pembakaran karbohidrat membentuk CO 2 merupakan proses oksidatif, maka


seharusnya perubahan CO2 menjadi karbohidrat berkaitan dengan reduksi C dengan
reduktor pada umumnya H2O. Tetapi proses fotosintesis pada bakteri menggunakan
reduktor lain, maka reaksi fotosintesis yang lebih umum dinyatakan sebagai berikut:
CO2

2H2A

Cahaya

( CH2O ) + H2O + 2A
Produk yang dioksida

Reduktor

Contoh lihat pada tabel 4.1. Bila diperhatikan reaksi-reaksi pada tabel 4.1. terlihat
bahwa sumber pelepasan oksigen pada fotosintesis tumbuh-tumbuhan, algae dan
siano-bakteri adalah air bukan karbon dioksida. Ini dapat dibuktikan oleh C.B. Van
Niel pada tahun 1930 yang menggunakan air dengan oksigen yang dilabel (O 18),
sedangkan oksigen pada karbon dioksida tidak dilabel maka diperoleh hasil sebagai
berikut:
CO2 + 2H2O18

( CH2O ) + H2O + O218

Bila melihat reaksi diatas, dapat dijelaskan bagaimana (1) energi sinar matahari
dapat dipakai langsung untuk mendorong reaksi, (2) air dapat mereduksi karbon
dioksida. Karena proses fotosintesis terdiri dari 2 subproses yaitu:
1. Reaksi terang yaitu reaksi dimana energi sinar matahari dipakai untuk
mengoksidasi air. Pada reaksi terang NADP + diubah menjadi NADPH dan
oksigen, dan sebagian energi sinar matahari juga dipakai untuk fosforilasi ADP
menjadi ATP dalam proses yang disebut fotofosforilasi.
2. Reaksi gelap yaitu dimana NADPH dan ATP yang dibentuk pada reaksi terang,
dipakai untuk mereduksi karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat (gambar
4.4).

46

Gambar 4.4. Proses fotosintesis terbagi menjadi reaksi gelap dan terang. R

Lokasi fotosintesis: Proses fotosintesis berlangsung dalam kloroplas. Kloroplas


seperti mitokondria memiliki membran luar yang permeabel dan membran-membran
dalam yang semipermeabel. Di dalam membran-dalam kloroplas terdapat sitroma
dan terbenam di dalam stoma ada thylakoid, thylakoid ini pada umumnya menempel
satu sama lainnya membentuk satuan-satuan seperti coin yang disebut grana.

47

4.3 Peristiwa Berlangsungnya Fotosintesis


Fotosintesis terjadi di kloroplas, organel fotosintesis, panjangnya 5 mikrometer.
Seperti halnya mitokondria, kloroplas mempunyai membran luar dan membran
dalam dengan ruang antar membran diantaranya (gambar 4.5). Membran dalam
mengelilingi suatu stroma yang mengandung enzim-enzim yang larut dan struktur
membran yang disebut tilakoid, berupa kantong yang rata. Tumpukan kantongkantong ini disebut granum. Grana dihubungkan oleh bagian dari membran tilakoid
yang disebut stroma lamellae. Membran tilakoid memisahkan ruang tilakoid dari
ruang stroma. Jadi, kloroplas mempunyai tiga membran (membran luar, dalam dan
tilakoid) dan tiga ruang (ruang antar membran, stroma dan tilakoid). Pada kloroplas
yang sedang berkembang, tilakoid berasal dari invaginasi membran dalam, dengan
demikian tilakoid analog dengan krista pada mitokondria.

Gambar 4.5 Diagram Kloroplas


Membran-membran tilakoid mengandung perlengkapan untuk mengubah
bentuk-bentuk energi-tranduksi: protein penuai cahaya, pusat reaksi, rantai transport
elektron dan ATP sintase. Jumlah kandungan lipid dan proteinnya hampir sama.
Susunan lipidnya sangat khusus sekitar 40% dari lipid total berupa galaktolipid dan
40% adalah sulfolipid sedangkan fosfolipid hanya 10%. Membran tilakoid, seperti
membran dalam mitokondria adalah impermeabel bagi sebagian besar molekul dan
ion. Membran luar kloroplas, seperti pada mitokondria sangat permeabel bagi
48

molekul-molekul kecil dan ion-ion. Stroma mengandung enzim-enzim yang larut


yang menggunakan NADPH dan ATP, yang dibentuk di tilakoid, untuk mengubah
CO2 menjadi gula. Kloroplas mengandung DNAnya sendiri dan peralatan untuk
replikasi dan ekspresinya. Akan tetapi, kloroplas (seperti mitokondria) tidaklah
bersifat otonom: kloroplas juga mengandung berbagai protein yang disandi oleh
DNA inti.
4.4. Penemuan Dasar Persamaan Fotosintesis
Sebagian besar reaksi fotosintesis sudah dapat ditulis pada akhir abad
kedelapan belas. Pembentukan oksigen dalam fotosintesis ditemukan pada tahun
1780 oleh Joseph Priestley, seorang ahli kimia Inggris dan pendeta yang tidak hanya
tunduk pada norma-norma yang berlaku. Dia menemukan bahwa tanaman dapat
mengembalikan udara yang telah terpakai oleh nyala lilin. Dengan menempatkan
setangkai pohon mint dalam bejana gelas yang ditelungkupkan di tempat air dan
beberapa hari kemudian didapatkan bahwa udara di dalam bejana tidak
memadamkan nyala lilin dan tidak mengganggu tikus yang ditempatkan di
dalamnya (gambar 4.6).

Gambar 4.6. Eksperimen klasik Priestley tentang fotosintesis


Penemuan berikutnya oleh Jan Ingenhousz, seorang Belanda yang menjadi
dokter istana maharani Australia. Ingenhousz adalah mendengarkan suatu diskusi
49

mengenai percobaan Priestley tentang pengembalian udara oleh tanaman. Dengan


melakukan beberapa percobaan, enam tahun kemudian dia menemukan peranan
cahaya pada fotosintesis.
Percobaan serupa dilakukan oleh Jean Senebier di Geneva, seorang pastur
Swiss, penemuannya adalah memperlihatkan bahwa CO 2 dari udara dipakai pada
fotosintesis. Peranan air pada fotosintesis didemonstrasikan oleh Theodore de
Saussure juga orang Genewa. Dia memperlihatkan bahwa jumlah berat zat-zat
organik yang dihasilkan tumbuhan dan oksigen yang dikeluarkan jauh lebih besar
dari berat CO2 yang dikonsumsi. Dari hukum Lavoiser tentang kekekalan massa, De
Saussure berkesimpulan bahwa ada senyawa lain yang juga terpakai. Yang ada
pada sistemnya hanya CO2, air dan cahaya. Karenanya, de Saussure berkesimpulan
bahwa reaktan lainnya adalah air.
Setengah abad kemudian, Julius Robert Mayer, ahli bedah

Jerman,

menemukan hukum kekekalan energi pada 1942. Mayer mengemukakan bahwa


tanaman mengubah energi matahari menjadi energi kimia bebas. Tumbuhtumbuhan menggunakan satu bentuk tenaga, cahaya; dan menghasilkan tenaga
lainnya, perbedaan kimia.
Jumlah energi yang disimpan oleh fotosintesis berlimpah. Lebih dari 10 7 kkal
energi bebas disimpan oleh fotosintesis di bumi dalam setahun, yang setara dengan
asimilasi lebih dari 1010 ton karbon menjadi karbohidrat dan zat organik.
4.5. Pigmen Fotosintesis
Klorofil adalah pigmen utama penyerap cahaya sebagai faktor utama
berlangsungnya fotosintesis. Pigmen cahaya di dalam membran tilakoid yang paling
penting adalah klorofil hijau, suatu molekul komplek mg 2+ yang menyerupai
protoporfirin hemoglobin. Klorofil a, terdapat di dalam kloroplas semua sel
tumbuhan hijau, terdiri dari empat cincin pirol tersubstitusi, satu diantaranya (cincin
IV) tereduksi (gambar 4.7). Klorofil a juga mempunyai cincin kelima, yang bukan
merupakan pirol. Sifat lima cincin porfirin turunan yang khas ini disebut Feoporfirin
(feo., tanaman). Klorofil a juga memiliki rantai sisi isoprenoid panjang, yang terdiri
dari Fitol alkohol yang teresterifikasi dengan gugus karboksil substituen pada cincin
IV. Keempat atom nitrogen sentral klorofil a dikoordinasikan dengan Mg 2+.
Sel fotosintetik tumbuhan tingkat tinggi selalu mengandung dua tipe klorofil.
Yang satu selalu merupakan klorofil a, sedang yang lainnya pada beberapa spesies
50

adalah klorofil b yang memiliki suatu gugus aldehid sebagai pengganti gugus metil
yang terikat pada cincin II (gambar 4.7). Klorofil a dan b murni dapat diisolasi dari
ekstrak daun dengan menggunakan prosedur kromatografi. Walaupun keduanya
berwarna hijau, spektra penyerapannya sedikit berbeda. Kebanyakan tumbuhan
tingkat tinggi mengandung kurang lebih dua kali lebih banyak klorofil a dibandingkan
klorofil b.

51

Molekul
glikolipid

klorofil

(b)

karotenoid

Ruang
Intratilakoid

Membran
Intratilakoid

Stroma

52

Gambar 4.7. (a). Klorofil a dan b. Cincin V adalah cincin ekstra, tidak dijumpai pada
protoporfirin. R = -CH3 pada klorofila; R = CHO pada klorofil b. (b) susunan klorofil
penyerap cahaya dan pigmen karotenoid didalam membran tilakoid. Molekul ini
diarahkan dan dikelompokkan menjadi bagian-bagian atau fotosistem-fotosistem.
Gambar 4.7 menunjukkan bagaimana struktur klorofil a beradaptasi dengan
aktivitas biologisnya. Sistem lima cincin dengan warna gelap, yang membentuk
cincin lebih besar mengelilingi Mg, membantu molekul tersebut dengan daya
penyerap

cahaya;

Mg

mengaktifkan

pembentukan

agregat

klorofil,

yang

memudahkan penangkapan cahaya; dan rantai sisi hidrofobik panjang tidak hanya
menempatkan tetapi juga mengarahkan molekul klorofil pada lipida membran ganda.
Elain klorofil, membran tilakoid mengandung pigmen lain penyerap cahaya,
yang secara bersama-sama disebut pigmen pelengkap. Pigmen pelengkap ini
meliputi bermacam-macam karotenoid, yang mungkin berwarna kuning, merah, atu
ungu. Yang paling penting adalah karoten- (gambar 4.8), senyawa isoprenoid
merah yang menggunakan prekursor vitamin A pada hewan, dan karotenoid kuning
xantofil. Pigmen karotenoid menyerap cahaya pada panjang gelombang yang
berbeda dengan yang diserap oleh klorofil dan karena merupakan penerima cahaya
yang saling melengkapi. Jumlah relatif klorofil dan berbagai karotenoid bervariasi
secara khas pada spesies tanaman yang satu dengan yang lainnya. Memang,
variasi proporsi pigmen ini membawa perbedaan yang khas pada warna sel
fotosintetik dari hijau-biru gelap, seperti pada pucuk cemara, warna kehijau-hijauan
seperti daun maple, sampai merah, coklat atau bahkan ungu pada berbagai
spesies alga multiselular dan daun-daun tanaman hias.
Penangkapan energi matahari oleh klorofil, pertama adalah penyerapan
cahaya oleh molekul fotoreseptor. Fotoreseptor utama di dalam kloroplas pada
tumbuhan yang hijau adalah klorofil a, suatu tetrapirol tersubstitusi. Keempat atom
nitrogen pada pirol dikoordinasikan dengan satu atom magnesium. Jadi, klorofil
adalah suatu porfirin magnesium, sedangkan hem adalah porfirin besi. Ciri-ciri
khusus lainnya dari klorofil adalah adanya fitol, suatu alkohol 20 karbon yang
sangat hidrofobik dan yang membentuk ester dengan rantai samping asam. Klorofil
b berbeda dari klorofil a karena adanya suatu gugus formil ditempat gugus metil
pada salah satu cincin pirol. Klorofil adalah fotoreseptor yang efektif karena memiliki
53

banyak ikatan tunggal dan ikatan rangkap secara selang seling. Senyawa demikian
disebut polien. Polien ini mempunyai pita absorpsi yang kuat pada spektrum cahaya
tampak, dimana penyinaran matahari yang mencapai bumi juga maksimal.
4.6. Tahap-tahap Fotosintesis
Fotosintesis pada tumbuhan hijau terjadi dalam dua tahap, reaksi terang, yang
terjadi hanya jika tumbuhan diberi cahaya matahari dan reaksi gelap, yang dapat
terjadi dengan atau tanpa adanya matahari.
REAKSI TERANG
Absorpsi cahaya, menurut teori kuantum mekanik, keadaan radiasi cahaya
(atau radiasi elektromagnetik lain), mempunyai 2 aspek yaitu sebagai gelombang
dan sebagai pertikel. Untuk mengetahui bagaimana energi dapat diperoleh dari
cahaya, maka kita harus melihat aspek pertikel radiasi, kita harus menganggap satu
berkas cahaya sebagai berkas partikel cahaya atau foton-foton. Setiap foton
mempunyai satuan yang disebut kuantum. Energi satu kuantum (yaitu energi per
foton), menurut Plank, energi per foton E = h.v, dimana h adalah konstanta Plank
(6,626 x 10-34 J detik). Jadi laser neon pada contoh dapat membebaskan energi
cahaya dalam paket atau kuanta 3,14 x 10-19 J. Tetapi ahli biokimia jarang
berhubungan dengan foton tunggal, karena kita lebih tertarik dengan bagaimana
radiasi dapat membantu proses kimia/biokimia yang umumnya menyatakan energi
dalam satu mole 6,02 x 1023 = 189 kJ. Satu mole foton disebut saru einstein.
Pigmen penyerap cahaya, untuk menangkap energi cahaya yang tersedia,
organisme fotosintetik menyediakan sekumpulan pigmen yang dapat mengabsorpsi
cahaya tampak dan cahaya infra-merah dekat secara efektif. Pigmen ini disebut
kromofor (gambar 4.9). Struktur pengumpul cahaya, klorofil dan beberapa pigmen
accessory digabung dalam membran thylakoid kloroplas. Membran thylakoid ini
hanya mengandung sedikit fosfolipid tetapi banyak glukolipid, suatu komposisi yang
berbeda dengan membran umumnya. Membran thylakoid juga mengandung banyak
protein. Pigmen fotosintetik, termasuk klorofil a dan b tidak terikat secara kovalen
tetapi berinteraksi dengan protein dan lipid membran. Kumpulan pigmen-pigmen
dalam membran thylakoid dengan proteinnya disusun dalam fotosistem mewakili
satu unit struktur dengan tugas mengabsorpsi satu cahaya foton dan merecovery
sebagian energi cahaya foton dalam bentuk energi kimiawi ATP.
Setelah fotoeksitasi, ada 2 cara transfer energi:
54

1. Energi eksitasi dapat diteruskan dari satu molekul ke molekul lain yang
berdekatan dalam proses yang disebut transfer resonansi (gambar 4.10.a).
2. Elektron tereksitasi diteruskan ke molekul berdekatan dengan keadaan tereksitasi
sedikit lebih rendah dalam proses yang disebut transfer elektron (gambar 4.10.b)

Gambar 4.8. Karoten-, suatu pigmen pelengkap pada hijau daun, banyak karotenoid

55

(a) Klorofil a dan b

(b) -karoten

(c) fikosianin

Gambar 4.9. Pigmen fotosintetik. Klorofil a dan b merupakan pigmen tumbuhan


terbanyak -karoten dan fikosianin: pigmen accessory.

56

Gambar 4.10. dua model transfer energi menyusul fotoeksitasi. Gambar seb
(a). Pada transfer resonansi, molekul I mentransfer energi eksitasinya ke molekul II, s

57

REAKSI GELAP : DAUR CALVIN


Reaksi gelap terjadi di dalam kloroplas. Fungsi reaksi gelap adalah untuk
fiksasi karbon dioksida atmosfer menjadi karbohidrat, dengan menggunakan energi
dan reducing power yang dibentuk pada reaksi terang. Reaksi gelap dapat
berlangsung tanpa cahaya. Keberadaan cahaya dapat membantu mempercepta
reaksi gelap. Fiksasi karbon dioksida dapat dicapai dengan penambahan satu
molekul CO2 pada molekul aseptor setiap waktu dan meneruskan molekul melalui
suatu rangkaian reaksi siklik (gambar 4.11). Seluruh rangkaian reaksi siklik ini
disebut Daur Calvin, diambil dari nama Melvin Calvin, seorang pakar biokimia
Amerika yang dalam bidang ini memperoleh hadiah nobel pada tahun 1961. Pada
daur Calvin dihasilkan karbohidrat dan pembentukan kembali molekul aseptor. Daur
Calvin terdiri dari dua tahap. Pada tahap I karbon dioksida diperangkap sebagai
karboksilat dan direduksi sampai taraf aldehid-keton yang akhirnya menghasilkan
karbohidrat. Pada tahap II terjadi pembentukan kembali molekul aseptor ribulosa1,5-difosfat. (metabolisme karbohidrat).
Reaksi Keseluruhan dan Efisiensi Fotosintesis.
ATP dan NADPH yang diperlukan untuk reaksi gelap dilepaskan ke dalam
stroma oleh reaksi terang fotosintesis. Setiap elektron yang melewati PS I dan PS II
memerlukan dua foton, dan untuk mereduksi satu NADP + diperlukan dua elektron,
sehingga untuk memproduksi satu NADPH diperlukan empat foton. Ini sama dengan
8 foton per O2. Karena reaksi gelap memerlukan 12 NADPH, maka 48 foton harud
diabsorpsi. Bila kita umpamakan proses ini juga akan memompa proton sewaktu
melewati membran thylakoid dan menghasilkan 18 ATP, maka kita dapat menuliskan
reaksi terang sebagai berikut:
48 foton
6H2O + 12 NADP+ + 18ATP + 18 Pi + 6H+

6O2 + 12NADPH + 18 ATP

Reaksi gelap dapat ditulis:


6CO2 + 18ATP + 12NADPH

C6H12O6 + 18ADP + 18Pi + 12NADP+ + 6H+

Penjumlahan reaksi terang dan gelap tersebut diatas:

58

6CO2

6H2O

48 foton

C6H12O6

6O2

Pada cahaya dengan panjang gelombang 650 nm, 48 foto sama dengan 48 einstein
= 8000 kL. Pembentukan satu heksosa dari karbon dioksida dan air diperlukan input
energi sebesar 8000 kJ. Input energi per foton tergantung pada cahaya yang
digunakan. Karena energi mole foton untuk panjang gelombang 650 nm adalah 3870
kJ, maka efisiensi fotosintesis:
Efisinsi = (2870 kJ/8000 kJ) x 100% = 35%

59

Masukan
H2O

CO2

Cahaya

3
CO2

NADP+
ADP

Reaksi
Gelap

Reaksi Terang

Fase 1 : Fiksasi karbon


ATP
NADPH

O2

CH2O (gula)

Rubisko

3-fosfogliserat

ATP

Ribulosa bifosfat
(RUBP)

6 ADP

Siklus
Calvin

3 ADP

1,3-bifosfogliserat
6 NADPH

60
3

6 NADP+

ATP
6

P i

5
Fase 3:
Regenerasi
Akseptor CO2
(RumP)

G3P

Gliseraldehid 3-fosfat
Fase 2 : Reduksi

Gambar 4.11. Siklus Calvin.


1

Glukosa dan

Senyawa organik
Diagram ini menelusuri atom karbon (bola abu-abu)
yang melalui siklus ini.
lain
G3P
(gula)

Ketiga fase siklus ini sesuai dengan fase


yang dibahas di dalam teks. Untuk setiap
Keluaran
tiga molekul CO2 yang memasuki siklus ini, selisih keluarannya ialah satu molekul
gliseraldehida 3-fosfat (G3P), gula berkarbon tiga. Untuk setiap G3P yang disintesis,
siklus ini menghabiskan sembilan molekul ATP dan enam molekul NADPH. Reaksi
terang mempertahankan siklus Calvin ini dengan meregenerasi ATP dan NADPH.

61

62

BAB V
METABOLISME PROTEIN
Protein dalam sel hidup terus menerus diperbaharui melalui proses
pertukaran protein yaitu suatu proses berkesinambungan yang terdiri dari
penguraian protein yang sudah ada menjadi asam amino bebas dan
resintesis selanjutnya dari asam-asam amino bebas menjadi protein.
Dalam tubuh sekitar 1-2 % protein mengalami peruraian setiap hari.
Sekitar 75-80 % dari asam amino yang dibebaskan akan digunakan
kembali untuk sintesis protein yang baru. Nitrogen sisanya akan
dikatabolisasi menjadi urea (pada mamalia) dan kerangka karbon bagi
senyawa-senyawa amfibolik.
Untuk mempertahankan kesehatan, manusia memerlukan 30- 60 g
protein setiap hari atau ekivalen dalam bentuk asam amino bebas. Secara
umum metabolisme protein dapat dilihat pada Gambar 2.1. Asam-asam
amino yang berlebih tidak akan disimpan, tetapi diuraikan dengan cepat.
Di dalam sel, protein akan diuraikan menjadi asam-asam amino oleh
protease dan peptidase. Protease intrasel akan memutus ikatan peptida
internal protein sehingga terbentuk senyawa peptida. Selanjutnya oleh
peptidase, peptida tersebut akan diuraikan menjadi asam-asam amino
bebas. Endopeptidase akan memutus ikatan peptida internal sehingga
terbentuk

peptida-peptida

yang

lebih

pendek,

selanjutnya

ammopeptidase dan karboksipeptidase akan membebaskan asam-asam


amino masing-masing dalam gugus terminal-N dan -C pada peptidapeptida tersebut. Penguraian protein seperti yang disebutkan di atas
adalah untuk protein ekstrasel dan intrasel yang mana penguraiannya
tidak memerlukan ATP (Gb. 2.2). Untuk protein yang berusia pendek dan
yang abnormal penguraiannya terjadi pada sitosol dan memerlukan ATP
atau ubikuitin.
Asam amino yang terbentuk dari katabolisme protein ini akan
dimetabolisasi menjadi ammonia dan kerangka karbon. Selanjutnya
kerangka

karbon

akan

ikut

dalam
63

siklus

asam

sitrat

(TCA)

dan

glukoneogenesis.

Sedangkan

ammonia

akan

mengalami

membentuk urea atau membentuk asam amino baru.

Gambar 2 1 Metabolisme Protein Secara Umum

64

sintesis

5.1.METABOLISME ASAM AMINO

Ringkasan
Biosintesa Asam Amino
Beberapa organisme dapat mensintesa sendiri semua ke-20 jenis asam
amino penyusun protein, tetapi organisme lain tidak mampu mensintesa
semuanya. Asam amino non essensial adalah asam amino yang dapat
disintesa sendiri tersebut, sedangkan asam amino essensial harus
diperoleh dari makanan.
tersebut,

dapat

Ke-20 jenis asam amino

dikelompokkan

menjadi

enam

penyusun protein
famili

biosintesis

berdasarkan pada intermediate metabolik dari mana kerangka karbonnya


diturunkan.

Degradasi Asam Amino


Asam amino didegradasi melalui pelepasan gugus -amino dan konversi kerangka karbon yang dihasilkannya
menjadi satu atau lebih intermediate metabolik. Asam amino yang kerangka karbonnya dapat digunakan untuk
sintesa glukosa bersih disebut asam amino glukogenik. Sedangkan asam amino yang dapat digunakan untuk
sintesa keton bodi disebut asam amino ketogenik. Beberapa asam amino dapat diturunkan menjadi lebih
dari satu intermediate terlebih dahulu dan selanjutnya dapat digunakan untuk sintesa glukosa maupun keton
bodi, sehingga asam amino ini bersifat sekaligus glukogenik dan ketogenik.

Transaminasi
Gugus -amino dilepaskan dari asam amino melalui proses yang disebut transaminasi. Akseptor untuk reaksi ini
umumnya adalah asam--keto yang disebut -ketoglutarat yang selanjutnya membentuk asam glutamat dan
asam -keto yang berhubungan. Koenzim yang terlibat untuk semua enzim transaminase adalah piridoksal
fosfat yang diturunkan dari vitamin B6 dan dikonversi sementara menjadi piridoksamin fosfat.

Deaminasi Oksidatif Terhadap Glutamat


Asam Glutamat yang dihasilkan melalui proses transaminasi selanjutnya dideaminasi secara oksidatif oleh
enzim glutamat dehidrogenase untuk menghasilkan amonia.

Asam Amino Oksidase


Sejumlah kecil asam amino didegradasi oleh enzim L- dan D- asam amino oksidase yang menggunakan
berturut-turut FMN (Flavin Mononukleotida) dan FAD (Flavin Adenin Dinukleotida) sebagai koenzimnya.

65

Ekskresi Ammonia
Kelebihan nitrogen dieksresikan sebagai ammonia. Organisme Ammonotelik mengeksresikan amonia secara
langsung, organisme urikotelik mengeksresikannya sebagai asam urat, dan organisme ureotelik
mengeksresikannya sebagai urea.

Siklus Urea
Dalam siklus urea, pertama kali ammonia bergabung dengan CO 2 membentuk karbamoil fosfat. Selanjutnya
karbamoil fosfat ini bergabung dengan ornitin untuk membentuk sitrulin. Sitrulin kemudian berkondensasi
dengan aspartat, yang merupakan sumber atom N yang kedua pada urea, untuk membentuk argininosuksinat.
Senyawa ini selanjutnya pecah menjadi arginin dan fumarat, dan arginin yang terbentuk pecah menjadi urea
dan terbentuk ornitin kembali. Kedua reaksi yang pertama berlangsung dalam mitokondria sel hati, tiga reaksi
lainnya terjadi pada sitosol.

PENJELASAN RINCI

KATABOLISME ASAM AMINO

Hanya sedikit organisme yang dapat mengubah nitrogen bebas (N 2)


menjadi senyawa biologis yang berguna seperti NH3, oleh karenanya
organisme umumnya menggunakan nitrogen dari asam amino. Pada
umumnya asam amino dimetabolisasi di hepar (Gambar 2.2). Ammonia
yang dihasilkan didaur ulang dan digunakan untuk bermacam-macam
proses biosintesis, kelebihannya akan dibuang sebagai urea.
Kelebihan ammonia yang dihasilkan oleh jaringan ekstrahepatik
akan diangkut ke hepar (dalam bentuk gugus amino) untuk diubah
menjadi senyawa yang bisa diekskresi. Di dalam katabolisme ini asam
amino glutamat dan glutamin berperan penting, Gugus amino dari asam
amino akan dialihkan ke -keto glutarat membentuk glutamat (terjadi di
sitosol). Selanjutnya glutamat akan diangkut ke mitokondria dan gugus
amino dilepaskan berupa NH4. Kelebihan ammonia jaringan lain akan
diubah menjadi glutamin lalu diangkut ke mitokondria hepar. Kelebihan
gugus amino di jaringan otot dialihkan ke piruvat, karenanya piruvat
berubah menjadi alanin yang selanjutnya akan dibawa ke mitokondria
hepatosit untuk dilepas gugus NH2 nya.
Manusia merupakan mahluk ureotelik artinya dapat mengubah
nitrogen asam amino menjadi urea yang tidak toksik dan mudah larut
dalam

air.

Biosintesis

urea

(Gb.2.4)

dibagi

menjadi

tahap:

(1), Transminasi, (2), Deaminasi oksidatif, 3) Pengangkutan amonia dan


(4) Reaksi siklus urea. Asam-asam amino yang telah kehilangan gugus
amino, kerangka karbonnya akan mengikuti siklus glukoneogenesis.
66

Asam-asam amino yang demikian ini disebut sebagai asam amino


glukogenik (ala, ser, cys, gly, thre, glu, arg, pro, his, val, meth dan asp)

67

Gambar 2.2 :
Katabolisme asam amino. Jalur yang diambil asam
amonium dan asam -keto berbeda

Gambar 2.3 : Katabolisme gugusan amino pada hati vertebrata

Gambar 24 : Biosintesa nitrogen dalam katabolisme asam amino.

Transaminasi
Transaminasi adalah pemindahan gugus

asam

-amino

pada

glutamat, proses ini merupakan reaksi pertama dari proses katabolisme.


Reaksi ini

diawali oleh enzim transaminase. Enzim ini mempunyai gugus

prostetik piridoksal phospat (bentuk aktif B 6). Umumnya piridoksal fosfat


berikatan kovalen dengan situs aktif enzim melalui ikatan imin (basa
schift) yaitu pada gugus amina E dari residu lisin transaminase. Reaksireaksi

yang

dikatalisis

transaminase

mempunyai

konstanta

kesetimbangan 1,0 karenanya reaksinya adalah bolak-balik. Gugus


prostetik piridoksal fosfat berfungsi sebagai pengangkut sementara

68

(intermediate carrier) bagi gugus amino pada situs aktif transaminase.


Senyawa ini mengalami transformasi antara bentuk aldehid (piridoksal
fosfat)

yang

dapat

menerima

gugus

amino

dengan

bentuk

transaminasinya, yaitu piridoksamin fosfat yang dapat memberikan gugus


aminonya kepada suatu asam keto-. Piridoksal fosfat terikat pada
transaminase pada situs aktifnya melalui ikatan kovalen dalam bentuk
imina (basa schiff) dengan gugus amino E dari residu lisin.
Pada reaksi transaminasi ini gugus amino- dari asam amino akan
dialihkan ke asam keto- glutarat. Hasilnya adalah asam keto- glutarat
akan mendapat gugus amino menjadi L-glutamat, sedang asam amino
yang kehilangan gugus aminonya menjadi suatu asam keto- yang
bersesuaian. Keadaan yang sama juga terjadi pada transaminasi gugus
amino dari alanin ke -keto glutarat, reaksi ini menghasilkan L-glutamat
dan pruvat. Jadi setiap enzim transaminase bersifat spesifik untuk satu
pasangan asam -amino dan asam -keto. Reaksi transaminasi itu
terbukti terjadi hampir pada semua asam amino kecuali lisin, treonin,
prolin dan hidroksi prolin.
Tujuan

utama

dari

reaksi

transaminase

itu

adalah

untuk

mengumpulkan semua nitrogen dari asam amino dalam bentuk satusatunya senyawa yaitu glutamat. Hal ini sangat penting karena L-glutamat
merupakan satu-satunya asam amino dalam jaringan mamalia yang
mengalami deaminasi oksidatif dengan kecepatan cukup tinggi. Jadi
pembentukan ammonia dari gugus -amino terutama terjadi lewat
konversi menjadi nitrogen -amino pada -glutamat.

Dari glutamat dapat dihasilkan ammonia


Seperti diketahui reaksi transaminasi asam -amino menghasilkan
glutamat, reaksi ini terjadi di sitosol.

Selanjutnya L-glutamat tersebut

akan diangkut menuju mitokondria dan disini akan mengalami deaminasi


oksidatif menghasilkan asam -keto dan ammonia. Reaksinya dikatalisis
oleh enzim L-glutamat dehidrogenase (Gb.2.5). Enzim ini hanya terdapat
69

di matrik mitokondria dan tidak pernah di tempat lain. Untuk bekerjanya


enzim ini memerlukan NAD atau NADP sebagai penerima ekivalen reduksi.
Kerja klombinasi antara amino transferase dan glutamat dehidrogenase
disebut sebagai transdeaminase.
Glutamat dehidrogenase adalah enzim alosterik yang komplek.
Enzim ini terdiri dari 6 subunit yang identik. Kerjanya dipengaruhi oleh
modulator positif ADP dan modulator negatif GTP yaitu ADP dan GTP yang
dihasilkan oleh reaksi yang dikatalisis oleh suksinil-KoA sintetase di dalam
siklus asam sitrat. Bila sel hepatosit membutuhkan bahan baku bagi siklus
asam sitrat aktivitas glutamat dehidrogenase meningkat, sehingga
terbentuk -keto glutarat yang diperlukan oleh siklus asam sitrat dan
melepaskan

NH4

untuk

diekskresi.

Sebaliknya

jika

GTP

jumlahnya

berlebihan di dalam mitokondria sebagai akibat meningkatnya aktivitas


siklus asam sitrat maka proses deaminasi oksidatif glutamat dihambat.

Gambar 2.5 Reaksi Glutamat Membentuk Ammonia

Ammonia diangkut ke Hepar oleh Glutamin


Ammonia juga merupakan senyawa yang toksik bagi jaringan tubuh.
Kelebihan ammonia akan diubah menjadi senyawa yang tidak toksik oleh
hepar sebelum akhirnya dibuang melalui ginjal. Sumber ammonianya
misalnya usus. Jaringan lain juga memproduksi ammonia tapi dalam
jumlah sangat sedikit dan ini dengan cepat diangkut ke hepar. Ammonia
70

dari jaringan melalui vena porta akan diangkut ke hepar dan diubah
menjadi senyawa nontoksisk urea. Sehingga darah yang meninggalkan
hepar pada hakekatnya bersih dari ammonia. Ginjal juga memproduksi
ammonia, ini tampak dari kadar ammonia vena renalis yang lebih tinggi
dari arteria renalis. Ekskresi ammonia ke dalam urin oleh sel tubulus ginjal
lebih

merupakan

suatu

yang

berhubungan

dengan

pengaturan

keseimbangan asam-basa dan penghematan kation. Eksresi ini akan


meningkat nyata pada keadaan asidosis metabolik dan menurun pada
keadaan alkalosis. Ammonia ini berasal dari asam amino intrasel,
khususnya glutamin. Pelepasan ammonia dikatalisis oleh glutaminase
renal. Ammonia dari jaringan ekstrahepatik akan diangkut ke hepar dalam
bentuk glutamin. Ammonia akan bereaksi dengan glutamat membentuk
glutamin. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim glutamin sintetase dan
memerlukan ATP (Gb.2.6). Reaksinya berlangsung dalam 2 tahap. Tahap
(1) glutamat bereaksi dengan ATP menghasilkan ADP dan senyawa antara
-glutamilfosfat. Dilanjutkan dengan tahap (2), senyawa antara bereaksi
dengan ammonia membentuk glutamin dan fosfat anorganik. Glutamin
senyawa nontoksik bersifat netral yang dapat melewati membran sel.
Bandingkan dengan glutamat yang bersifat negatif tidak dapat melalui
membran sel.

71

Gambar 2.6 Reaksi Pembentukkan Glutamin dari Glutamat.

Selanjutnya setelah sampai di mitokondria hepar, glutamin akan


diurai menjadi glutamat dan ammonia oleh enzim glutaminase (Gb. 2.7).
Glutamin selain berfungsi sebagai alat transport ammonia juga berfungsi
sebagai sumber gugus amino bagi bermacam-macam reaksi biosintesis.

Gambar 2.7 Peruraian Glutamin Menjadi Glutamat melepaskan Ammonia.

Ekskresi Nitrogen dan Siklus Urea


Manusia setiap harinya harus mensekresikan nitrogen. Sekitar 95%
ekskresi nitrogen itu dilakukan oleh ginjal dan 5% sisanya melalui feses.
Lintasan utama ekskresi nitrogen pada manusia adalah urea. Urea
disintesis dalam hati, di lepas dalam darah dan dihersihkan oleh ginjal.
Siklus urea dimulai di mitokondria sel hepatosit. Pembentukkan urea
dari ammonia terdiri dari 5 tahap, 3 diantaranya berlangsung disitosol
Gugus amino yang pertama kali memasuki siklus urea berasal dari
ammonia yang terdapat dalam mitokondria yaitu yang berasal dari
bermacam alur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagian berasal dari
usus (melalui vena porta) yang merupakan hasil oksidasi bakteri. Tidak
memperhatikan darimana asalnya ion NH 4 yang berada di dalam
mitokondria akan bereaksi dengan HCO3- (hasil respirasi mitokondria)
membentuk karbamoilfosfat. Reaksi ini memerlukan ATP dan dikatalisis
72

oleh enzim karbamoil fosfatasintetase 1. Sclanjutnya karbamoilfosfat akan


masuk ke siklus urea dan akan mengalami 4 reaksi enzimatik. Senyawa ini
memberikan gugus karbamoilnya ke ornitin sehingga terbentuk sitrulin
dan melepaskan fosfor

anorganik

Pi.

Reaksi

ini

dikatalisis

ornitin

transkarbamilase. Kemudian sitrulin akan dilepas ke sitosol.


Gugus amino kedua berasal dari aspartat (dihasilkan di mitokondria)
oleh proses transaminase dan diangkut ke sitosol). Gugus amino dari
aspartat akan berkondensasi dengan gugus ureido (karbonil) dari sitrulin
membentuk arginosuksinat Reaksi ini dikatalisis oleh arginosuksinat liase
(bolak-balik) membentuk arginin bebas dan fumarat yang nantinya akan
menjadi bahan antara dari siklus asam sitrat. Reaksi yang terakhir dari
siklus urea adalah terurainya arginin menjadi urea dan ornitin. Reaksinya
dikatalis oleh enzim arginase suatu enzim sitosol. Jadi ornitin akan
terbentuk kembali dan akan diangkut ke mitokondria untuk kemudian
dipakai lagi dalam siklus urea.

73

Gambar 2.8Siklus Urea dan Reaksinya


Perhatikan bahwa enzim-enzim yang mengkatalisis reaksinya
terdapat di Sitosol dan matrik mitokondria

74

75

BAB VI
BIOSINTESIS PROTEIN
6.1. Transkripsi
Proses transkripsi mirip dengan replikasi dimana DNA harus terbuka dan
sebagian basa-basa DNA akan terekspos kepermukaan. Salah satu dari kedua untai
DNA akan bertindak sebagai templat untuk sintesis RNA. Seperti halnya replikasi,
urutan nukleotida pada RNA ditentukan oleh pasangan basa komplemen
ribonukleotida terhadap DNA templat. Enzim yang mengkatalisis sintesis RNA
adalah RNA polimerase.
RNA polimerase melakukan beberapa fungsi:
1. Mencari tempat inisiasi DNA E. Coli mempunyai 2000 promotor pada
kromosomnya (4 x 100 pb).
2. Membuka DNA heliks ganda untuk menghasilkan templat DNA untai tunggal.
3. Memilih ribonukleotida yang cocok dan mengkatalisis pembentukan ikatan
fosfodiester yang menghubungkan setiap nukleotida dan membentuk kerangka
gula-fosfat.
4. Mendeteksi signal terminasi yang menspesifikasi tempat berakhinya transkripsi.
5. Berinteraksi dengan protein aktivator dan reseptor yang mengendalikan
kecepatan transkripsi
Pada dasarnya, dua molekul RNA dapat ditranskripsikan dari dua gen dengan
menggunakan kedua untai DNA sebagai templat, karena DNA merupakan untai
ganda. Tetapi, promotor bersifat asimetris dimana promotor hanya akan mengikat
RNA polimerase dengan satu orientasi. Jadi RNA polimerase akan memulai
transkripsi jika sudah menempati posisi yang benar karena transkripsi sebagaimana
halnya dengan translasi hanya berlangsung dari arah 5 ke 3. Arah transkripsi
terhadap kromosom dapat bervariasi dari satu gen ke gen lain (gambar 6.1).

76

Gen g
Transkrip RNA

Kromosom DNA E. coli

Gen a

Gen

Gen d

Gen c

Gen b

Gambar 6.1. Transkripsi gen-gen dalam kromosom dapat berlainan arah


Nukleotida pertama yang ditranskripsi disebut +1, yang kedua sebagai +2.
Nukleotida yang mendahului tempat mulai transkripsi disebut -1. Aturan ini berlaku
untuk untai pengkode (coding strand). Urutan pada untai template (template strand)
adalah komplemen terhadap untai pengkode. Jadi, untai pengkode mempunyai
urutan yang sama dengan RNA hasil transkripsi, kecuali untuk U diganti T. lihat
gambar 6.2 untuk melihat aturan penomoran, daerah promotor dan produk
transkripsi dari suatu segmen DNA.

77

Gen f

TRANSKRIPSI

PROMOTOR

-35

5 T A G T G T A T T G A C A T G A T A G A A
3 A T C A C A T A A C T G T A C T A T C T T C

3
C C C A C A G C C G C C A G U U C C G C U G G C G G C A U U U U
TERMINATOR

5 C C C A C A G C C G C C A G T T C C G
3 G G G T G T C G G C G G T C A A G G C

TRA

Gambar 6.2. Transkripsi segmen DNA


6.2. Translasi
Translasi merupakan proses yang lebih komplek dibanding transkripsi dan
replikasi. Translasi melibatkan beberapa komponen, yaitu mRNA, tRNA dan
78

ribosom. Lihat catatan kuliah biokimia I untuk struktur dan fungsi mRNA, tRNA,
Ribosom dan kode genetik (kodon dan antikodon).
Tahap Aktivasi
Tahap pertama biosintesisprotein adalah aktivasi tRNA dengan asam amino
yang dikatalisis oleh aminoasil tRNA sintetase. Enzim aminoasil tRNA sintetase
bekerja spesifik untuk menjamin agar hanya asam amino yang tepat yang akan
diikat oleh tRNA sintetase. Tahap-tahap reaksi aktivasi adalah sebagai berikut
(gambar 6.3) :
1. Asam amino diaktivasi oleh ATP membentuk amino asil adenilat.
2. Pembentukan ikatan kovalen/ester antara amino asil adenilat dengan tRNA.
Reaksi terjadi pada gugus hidroksil pada posisi 2 atau 3.

Gambar 6.3. Tahap aktivasi tRNA dengan asam amino

79

Pada prokariot, asam amino pertama pada biosintesis protein adalah metionin yang
dimodifikasi oleh formil. Fmet yang terbentuk menyebabkan gugus amino terblok
dan pembentukan ikatan peptida terjadi satu arah (ke arah gugus karboksil). Fmet
dibawa oleh tRNAfmet yang spesifik dan berbeda dari tRNA yang membawa metionin.
Tahap Inisiasi
Untuk memulai biosintesis protein diperlukan tiga protein faktor inisiasi (IF-1,
IF-2, IF-3, IF, initiation factor). Pengikatan IF-3 pada ribosom sub unit 30S dibantu
oleh IF-1. IF-2 mengikat molekul GTP dan membantu pengikatan tRNA pemula
(tRNAfmet). Pengikatan mRNA pada ribosom sub unit kecil 30S terjadi melalui
pembentukan
merupakan

pasangan

daerah

yang

basa
kaya

antaraurutan
dengan

Shine-Dalgamo

basa

purin

pada

yang

biasanya

mRNA dengan

komplemennya yang terdapat pada 16S rRNA (gambar 6.4). Urutan SD terdapat
kurang lebih 10 nukleotida sebelum kodon inisiasi metionin. Setelah terjadi
pengikatan mRNA dan masuknya tRNA pemula yang mengenal kodon AUG yang
mengkode metionin, maka selanjutnya terjadi pelepasan IF-3. Selanjutnya, terjadi
hidrolisis GTP menjadi GDP dan Pi serta pelepasan IF-2 dan IF-1 dan
penggabungan ribosom sub unit besar 50S. Penggabungan sub unit 50S
menghasilkan kompleks 70S yang siap untuk menerima tRNA berikutnya. Sub unit
50S mempunyai dua tempat untuk pengikatan tRNA, yaitu peptidyl site (P) dan
aminoacyl site (A). Exit site (E) adalah tempat untuk tRNA yang sudah kosong.
Kodon inisiasi AUG mengikat tRNAfmet pada P site.
Ketepatan posisi awal sintesis protein merupakan tahap yang sangat penting,
karena tempat ini menentukan bentuk polipetida yang akan dihasilkan. Kesalahan
pembacaan satu nukleotida di awal dapat menyebabkan kesalahan protein yang
akan dihasilkan. Pergeseran satu nukleotida akan mengubah seluruh kodon dan
akan dihasilkan asam amino yang tidak sesuai. Jadi, translasi suatu protein harus
sesuai dengan reading frame protein tersebut.

80

Daerah SD

HO
16s rRNA (3`-end)

Gambar 6.4. Interaksi mRNA dengan 16S rRNA


Perpanjangan Rantai Polipeptida
Asam amino selanjutnya dibawa oleh faktor perpanjangan EF-Tu ke A site (EF,
elongation factor) (gambar 6.5). Pengikatan tRNA aa2 ke A site disertai dengan reaksi
hidrolisis GTP. Pada tahap berikutnya terjadi pembentukan ikatan peptida antara
tRNAaa1 pada P site dengan tRNAaa1+n pada A site (gambar 6.5). asam amino pada P
site dipindahkan ke aa pada A site. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim peptidil
transferase yang merupakan bagian dari ribosom sub unit 50S. tRNA deasilase
memutuskan ikatan fmet-tRNA. Dalam proses pemindahan trna AA pada A site ke P
site ribosom bergerak sepanjang mRNA dari arah 5 ke 3 sebanyak satu kodon.
Proses translokasi ini memerlukan faktor perpanjangan EF-G dan reaksinya disertai
dengan hidrolisis GTP. Proses perpanjangan ini berlangsung terus menerus sampai
ribosom menemukan kodon terminasi UAA, UAG dan UGA.
81

70S ribosom

IF1

IF3

50S dilepaskan

IF3

IF1

30S subunit
3

fMet

Rantai Shine-Dalgarno
mRNA

GTP
5

IF2
tRNA inisiator
dibawa oleh
IF2-GTP

Kodon start
AUG (atau GUG atau UUG

IF3
fMet

GTP

30S komplek inisiasi

IF2

IF1

IF2 siap untuk mengikat GTP untuk siklus lainnya

E
IF1

50S subunit

IF2
GTP +Pi

fMet

70S komplek inisiasi

82

Gambar 6.5. Tahap Inisiasi biosintesi protein

83

Gambar 6.6. Tahap perpanjangan rantai polipeptida

84

Gambar 6.7. Pembentukan Ikatan Peptida


Tahap Terminasi
Pada prokariot, protein yang berperan dalam tahap terminasi adalah RF-1, RF2 dan RF-3 (RF, release factor) (gambar 6.8). RF-1 akan mengenal kodon UAA dan
UAG, sedangkan RF-2 akan mengenal kodon UAA dan UGA. RF-3 berperan dalam
pengikatan dan hidrolisis GTP untuk membantu proses pelepasan polipeptida dari
ribosom. Setelah RF-1 dan RF-2 terikat pada ribosom, peptidil transferase akan
menghidrolisis residu C-terminal rantai polipeptida dari P site. Selanjutnya terjadi
pelepasan RF dan tRNA dari P site. Ribosom 70S akan terdisosiasi menjadi 50S dan
30S.
Translasi merupakan proses yang sangat cepat. Misalnya, sel bakteri dapat
mensintesis kurang lebih 20 asam amino perdetik. Sintesis protein dapat
berlangsung 20 detik atau beberapa menit. Selama proses biosintesis ini satu mRNA
dapat mengikat beberapa ribosom yang baru akan menempel pada mRNA yang
sedang ditranslasi. mRNA yang sedang ditranlasi biasanya ditemukan dalam bentuk
poliribosom yang juga dikenal dengan istilah polisom (gambar 6.9). Hal ini
memungkinkan beberapa molekul protein yang sama dapat dibuat dalam waktu
yang singkat.

85

tRNA dalam site P membawa rantai lengkap polipeptida

5`

Stop kodon di site A

3`
mRNA
GTP

RF

Release fa
RF1, RF2,

RF1 atau RF2 mengikat pada atau dekat site A,


RF

GTP

3`

5`

Rantai karboksil dilepaskan selama hidrolisis ikatan tRNA-peptida.


GTP

tRNA dilepaskan

Ribosom terdisosiasi.

30S subunit
50S subunit

Gambar 6.8. Tahap Terminasi

86

Pi

RF

(b)
(a)

Rantai

Gambar 6.9. (a) Translasi mRNA dalam bentuk polisom; (b) mRNA yang sedang
ditranslasi dilihat dengan mikroskop elektron.
Modifikasi Pasca Translasi
Polipeptida yang dihasilkan harus mengalami pelipatan (folding) agar dapat
menjadi protein/enzim yan aktif yang dapat melangsungkan fungsinya di dalam sel.
Beberapa polipeptida yang dihasilkan dari proses translasi di atas dapat mengalami
berbagai modifikasi, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Reaksi karboksilasi
Reaksi metilasi
Reaksi glikosilasi
Reaksi isomerisasi ikatan disulfida
Reaksi fosforilasi
87

f. Reaksi hidrolisis asam amino pada ujung N

Antibiotik yang dapat Menghambat Proses Translasi


Reaksi yang terjadi dalam proses translasi dapat dihambat oleh beberapa
antibiotik, yaitu:
a.
b.
c.
d.
e.

Tetrasiklin (menghambat ikatan aminoasil-tRNA ke ribosom)


Kloramfenikol (inhibitor kompetitif terhadap enzim peptidil transferase)
Eritromisin (menghambat proses translokasi)
Puromisin (menyebabkan terjadinya terminasi lebih awal)
Streptomisin (menyebabkan kesalahan pemasangan aminoasil-tRNA dengan
kodon yang sesuai).

Catatan:
Antibiotik penisilin bekerja menghambat sintesa dinding sel bakteri. Antibiotik ini
adalah inhibitor kompetitif bagi enzim tranpeptidase yang terlibat dalam sintesa
peptidoglikan pada dinding sel. Penisilin ini tidak merusak proses translasi pada sel
manusia karena antibiotik ini tidak dapat menembus membran manusia. Pemakaian
antibiotik yang tidak sesuai dosis dapat menyebabkan E. Coli menjadi resisten
terhadap antibiotik oleh karena pemakaian yang tidak sesuai dosis ini dapat
menginduksi (over produksi) sintesis -laktamase pada E. Coli yang selanjutnya
dapat mendegradasi cincin -laktam pada penisilin.
KODE GENETIK
Kode genetik merupaka suatu rangkaian aturan yang menetapkan bagaimana
urutan nukleotida dari suatu mRNA diterjemahkan menjadi urutan asam amino dari
suatu polipeptida (protein). Urutan nukleotida dibaca sebagai bahasa triplet yang
disebut Kodon. Kodon UAG, UGA dan UAA tidak mengkode asam amino dan
disebut kodon terminasi atau stop kodon. Kodon AUG mengkode asam amino
metionin dan juga bertindak sebagai start kodon.
Kebanyakan asam-amino dalam protein dikode oleh lebih dari satu kodon
(dikatakan kode genetik mengalami degenerasi). Kodon yang mengkode asam
amino yang sama seringkali dibedakan hanya oleh bahasa ketiga, posisi wobble,
88

dimana komplementasi basa dengan antikodon kurang kuat daripada posisi pertama
dan kedua dari kodon.
Kode genetik tidak universal tetapi hampir sama pada kebanyakan organisme.
Pengecualian ditemukan pada genom mitokondria dimana beberapa kodon
mengkode asam amino yang berbeda daripada yang normal dikode oleh gen-gen
inti. Dalam mitokondria kodon UGA tidak mengkode terminasi translasi tetapi
mengkode asam amino triptopan.

89

BAB VII
METABOLISME LEMAK

7.1.PENDAHULUAN
Lipida adalah segolongan senyawa yang berasal dari makhluk hidup
relatif tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam zat-zat pelarut non
polar. Berlainan dengan karbohidrat atau protein, yang masing-masing
memiliki struktur dasar yang sama, lipida terdiri dari bermacam-macam
senyawa heterogen dengan struktur yang berbeda satu dengan yang lain.
Tiap-tiap jenis lipida ini dapat mempunyai fungsi sendiri dalam tubuh.

Lipida penting bagi tubuh karena peranannya dalam berbagai fungsi


metabolisme. Sebagai sumber energi sejumlah besar energi dapat
dihasilkan dari oksidasi asam-asam lemak dalam tubuh. Penggunaan
lipid yang berlebih harus diimbangi dengan pemberian karbohidrat,
kalau tidak akan terjadi perlemakan hati.

Sebagai bahan cadangan penghasil energi, untuk disimpan dalam


tubuh, sewaktu-waktu dapat diubah menjadi energi pada saat tubuh
kekurangan sumber energi, untuk keperluan ini lipida disimpan
terutama

sebagai

Trigliserida(TG)

dan

juga

phospolipid.

Untuk

menghasilkan energi TG terlebih dahulu harus dihidrolisis (peristiwa


lipolisis) untuk membebaskan asam-asam lemak yang selanjutnnya
akan dioksidasi. Sebagai bahan simpanan energi trigliserida adalah
sangat sesuai karena nilai kalorinya yang tinggi.

Sebagai isolator panas: jaringan lemak di bawah kulit mengurangi


panas tubuh.

Sebagai

pelindung

organ-organ

penting

dari

trauma

mekanik:

beberapa organ penting diliputi semacam kapsul yang terdiri dari


jaringan lemak, yang mampu meredam sebagian energi yang terjadi
benturan.

Sebagai penentu ciri kelamin sekunder.


90

Sebagai bahan penyusun membran sel.

7.2.Absorpsi Lemak pada Tractus Digestivus


Lipida yang terdapat dalam makanan terutama berupa triasilgliserol
atau trigliserida (TG), disamping kolesterol dan lipida-lipida lainnya. Disini
hanya disinggung mengenai absorpsi TG; Absorpsi kolesterol akan
dibicarakan pada metabolisme kolesterol.
Untuk pencernaan dan absorpsi lipida mutlak diperlukan garamgaram empedu yang mengemulsifikasikan lipida dalam traktus digestivus
dan melarutkannya dalam

misel yang dibentuk oleh garam empedu

tersebut. Mula-mula enzim lipase pankreas menghidrolisis ikatan ester


asam lemak (-TG) menghasilkan

2-monoasil gliserol yang sebagian

diabsorpsi ke dalam sel epitel mukosa intestinum. Sisa dari 2-monoasil


gliserol yang tidak diabsorpsi diisomersasikan menjadi 1-monoasil-gliserol.
Sebagian kecil 1-monoasil gliserol diabsorpsi dan sisanya dihidrolisis lebih
lanjut oleh lipase pankreas menghasilkan gliserol. Asam-asam lemak yang
dibebaskan sebagai hasil hidrolisis lipase pankreas ini diabsorpsi kedalam
epitel

mukosa

intestinum

yang

dikatalisis

oleh

asil-KoA

dan

diesterifikasikan kembali menjadi triasilgliserol. Pada diit tinggi lemak


sebagian besar asam lemaknya dalam tubuh berasal dari makanan.
Sedangkan pada diit tinggi karbohidrat, sebagian dari kelebihan glukosa
yang tidak diubah menjadi energi, disintesis menjadi asam lemak,
disamping sebagian lagi yang diubah menjadi glikogen. Kelebihan glukosa
ini mengakibatkan berjalannya serangkaian mekanisme pengendalian
yang disebabkan hasil dari asetil-KoA yang tidak dioksidasi dalam siklus
TCA

(lihat

kembali

kuliah

siklus

asam

dipergunakan untuk sintesis asam lemak.

91

karboksilat),

melainkan

7.3.DEGRADASI ASAM LEMAK ( -OKSIDASI)


7.3.1. RINGKASAN

Degradasi asam lemak (juga disebut -oksidasi) merupakan proses oksidasi


asam lemak (berantai panjang) disertai produksi energi dalam bentuk ATP. Asam
lemak dikonversi menjadi turunan Asil KoA-nya dan selanjutnya dimetabolisme
melalui pelepasan satuan-satuan Asetil KoA dua-karbon dari ujung rantai asilnya.
A. Aktivasi
Degradasi asam lemak terjadi dalam sitosol (prokariot) dan dalam matriks
mitokondria (eukariot). Asam lemak diaktivasi melalui pembentukan ikatan tioester
dengan KoA sebelum memasuki mitokondria.
B. Transport Dalam Mitokondria
Membran dalam mitokondria bersifat non-permeabel terhadap turunan rantaipanjang-asil KoA, sehingga harus ditransfortasikan kedalam mitokondria sebagai
turunan karnitin atau asil karnitin translokase.

C. Ringkasan Jalur

-oksidasi

Degradasi asam lemak meliputi empat reaksi berurutan yang berulang (repeating
sequence), yaitu :
1. Oksidasi asil KoA oleh FAD membentuk trans- 2-enoil KoA
2. Hidrasi membentuk 3-hidroksiasil KoA
3. Oksidasi oleh NAD+ membentuk 3-ketoasil KoA
4. Tiolisis oleh molekul CoA yang kedua membentuk asetil KoA dan asil KoA yang
lebih pendek (berkurang dua atom C-nya)
FADH2 dan NADH yang dihasilkan, selanjutnya masuk ke proses fosforilasi
oksidatif, sedangkan Asetil KoA masuk kedalam siklus asam sitrat yang selanjutnya
juga menghasilkan FADH2 dan NADH. Dalam sel hewan asetil KoA yang dihasilkan
92

dalam

-oksidasi tidak bisa dikonversi menjadi piruvat atau oksaloasetat, sehingga

tidak bisa digunakan untuk produksi glukosa. Tetapi dalam sel tanaman, terdapat
dua enzim tambahan yang memungkinkan asetil

KoA dikonversi menjadi

oksaloasetat melalui jalur glioksilat.


D. Oksidasi Asam Lemak Tak Jenuh
Asam lemak tak jenuh membutuhkan kerja enzim tanbahan agar dapat

didegradasi secara sempurna dalam proses

-oksidasi.

E. Oksidasi Asam Lemak Berantai Ganjil


Asam lemak yang memiliki atom C ganjil menghasilkan produk asetil CoA (dua
atom C) dan propionil CoA (tiga atom C) pada putaran terakhir dalam proses
degradasinya.
F. Regulasi
Kecepatan degradasi asam lemak dikontrol oleh ketersediaan asam lemak
bebas dalam darah yang dihasilkan dari pemecahan triasilgliserol.
G. Energi yang Dihasilkan

Degradasi lengkap asam palmitat (C16 : O) dalam proses

-oksidasi

menghasilkan 35 ATP dari hasil oksidasi NADH dan FADH 2 (yang merupakan produk

langsung

-oksidasi) dan dihasilkan pula 96 ATP dari hasil pemecahan molekul

Asetil CoA dalam siklus asam sitrat. Tetapi, dibutuhkan dua ekivalen ATP untuk
mengaktivasi asam palmitat menjadi turunan asil CoA-nya sebelum didegradasi.
Sehingga hasil bersihnya adalah 129 ATP.
H. Keton Body

Jika berlebih, asetil CoA yang dihasilkan melalui

-oksidasi asam lemak akan

dikonversi menjadi asetoasetat dan D-3-hidroksibutirat dalam proses ketogenesis.


Bersama-sama dengan aseton, kedua senyawa ini, secara kolektf disebut Keton
93

body. Asetoasetat dan D-3-hidrosibutirat diproduksi dalam hati dan menyediakan


suplai energi alternatif bagi otak pada kondisi kelaparan (starvation) atau penderita
diabetes. Pada penderita diabetes, asetoasetat diproduksi lebih cepat daripada
degradasinya. Bahkan pada penderita diabetes yang tidak tertangani (tidak berobat)
akan memiliki level tinggi keton body dalam darahnya, dan aroma aseton kadangkadang dapat terdetekasi dalam nafasnya.

94

Gambar Katabolisme asam miristat

95


7.3.2 PENJELASAN RINCI Degradasi Asam Lemak ( -oksidasi)

Asam lemak yang berada dalam sitoplasma terlebih dahulu harus


diaktifkan (sebagai asil-KoA) dengan jalan mereaksikannya

dengan

Koenzim A, dengan bantuan katalisis enzim tiokinase (Gambar 3.9).


Pirophospat yang terbentuk pada reaksi ini, selanjutnya dihidrolisis
menjadi phospat anorganik. Hal ini menyebabkan keseimbangan reaksi
mengarah pada terbentuknya asil-KoA. Aktivitas asam lemak tersebut
bukanlah suatu proses yang khas untuk oksidasi saja. Pembentukan asilKoA dengan dikatalisis enzim tiokinase ini diperlukan pada semua reaksi
biokimiawi yang menggunakan asam lemak seperti misalnya pada sintesis
TG dan pemanjangan rantai. Di dalam sel terdapat bermacam-macam
tiokinase yang bekerja spesifik pada asam-asam lemak dengan panjang
rantai yang berbeda.

96

Proses aktivasi asam lemak terjadi pada mikrosom dan permukaan


luar mitokondria. Asil-KoA rantai panjang yang terbentuk tidak dapat,
menembus membran dalam mitokondria, sehingga harus ada mekanisme
untuk memindahkan asil-KoA dari luar, masuk kematriks mitokondria,
tempat terjadinya tahap selanjutnya dari oksidasi-.
Pemindahan asil-KoA ini dilakukan oleh sistem transporter arnitin,
yang terdiri dari enzim-enzim karnitin asil transferase I, Kamitin asil
transferase II dan karnitin asilkarnitin translokase.

Mula-mula asil-KoA

rantai panjang bereaksi dengan karnitin, membentuk asil karnitin. Reaksi


dikatalisis oleh karnitin asil transferase 1 yang terdapat pada permukaan
luar membran dalam mitokondria.

Koenzim A yang terlepas dapat

digunakan untuk aktivasi asam lemak yang lain Asil-karnitin yang


terbentuk,

berlainan

dengan

KoA

semula,

dapat

menembus

membran dalam mitokondria dengan bantuan enzim translokase yang


terdapat pada membran mitikondria. Sesampainya pada permukaan
dalam membran mitokondria, asil karnitin dengan katalisis asil tranferase
II, bereaksi dengan KoA. Dengan demikian asil-KoA berpindah kedalam
matrik

mitokondria.

kepermukaan

luar

Karnitin
membran

yang
dalam,

dibebaskan
juga

berpindah

dengan

kembali

bantuan

enzim

translokase Karnitin asil tranterase I adalah rate limiting enzyme pada


proses

oksidasi

beta,

yang

mengendalikan

keseluruhan

rangkaian

reaksinya.
Selanjutnya pada matrik mitokondria ini terjadi dehidrogenasi pada
atom C- dan C- asil-KoA (masing-masing kehilangan 1 atom H)
membentuk 2 unsaturated asil-KoA. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini
mengandung FAD sebagai gugus prostetik, yang menangkap 2 atom H
yang dibebaskan dan melanjutkannya ke rantai respirasi, menghasilkan
energi. 2 unsaturated asil-KoA yang terjadi selanjutnya mengalami
hidratasi, membentuk L(+) -hidroksi asil KoA. Berikutnya terjadinya 2
dehidrogenasi lagi pada atom C-P membentuk keto asil-KoA. Reaksi ini
dikatalisis oleh enzim yang mengumumkan NAD sebagai koenzim, yang

97

bertindak

sebagai

akseptor

hidrogen

yang

dilepaskan,

yang

melanjutkannya kerantai resperasi.


Akhirnya terjadi reaksi 3 pembelahan tiolitik (pembelahan molekul
yang disertai masuknya gugus sulfhidril-gugus sulfhidril disini adalah
bagian dari KoA) pada molekul keto asil-KoA. Reaksi ini memerlukan KoA.
Pembelahan terjadi pada ikatan antara atom C-a dan C-P, menghasilkan 1
molekul asetil-KoA dan I molekul asil-KoA yang terbentuk ini dapat masuk
kembali kerangkaian reaksi pada tahap dehidrogenasi yang pertama dst.
Siklus ini berlanjut sampai akhirnya asil-KoA semula habis dipecah
menjadi molekul-molekul asetil-KoA. Asam lemak dengan jumlah atom C
ganjil akan mengalami reaksi yang sama sampai akhirnya terbentuk
propionil-KoA.
Asetil-KoA yang terbentuk akan mengalami oksidasi lebih lanjut
dalam siklus TCA, menjadi CO2 dan H2O. Pada keadaan-keadaan tertentu
tidak semua asetil-KoA yang terbentuk pada oksidasi- ini diteruskan ke
siklus TCA. Sebagian dapat disintesis menjadi senyawa keton dalam
proses Ketogenesis.

7.4.Asam-asam Lemak Esensial


Beberapa asam lemak polienoat yang tak dapat disintesis dalam
tubuh ternyata diperlukan oleh tubuh dan kekurangan asam-asam lemak
tersebut dalam makanan dapat menimbulkan gejala-gejala defisiensi oleh
karena itu asam-asam lemak tersebut disebut sebagai asam-asam lemak
esensial. Asam-asam lemak tersebut adalah : asam lemak Imolenat (18:3
-6), yang diperlukan tubuh untuk bahan bakar sintesis prostaglandin,
untuk memelihara fungsi reproduksi yang normal, dan untuk menyusun
membran sel dan lipoprotein (asam-asam lemak esensial ini diesterifikasi
pada lipida-lipida penyusun membran sel dan lipoprotein).

98

Defisiensi

dari

asam-asam

lemak

esensial

ditandai

dengan

dermatitis dan gangguan transport lipida dalam darah. Pada binatang juga
dengan ditandai adanya gangguan pertumbuhan, gangguan reproduksi
dan rendahnya daya tahan terhadap stres. Kekurangan asam lemak
esensial dapat pula memyebabkan terjadinya perlemakan hati.
Asam-asam lemak esensial adalah merupakan asam-asam lemak
polienoat.

Pada

defisiensi

asam

lemak

esensial,

tubuh

berusaha

mengkonpensasi kebutuhannya akan asam lemak tersebut, dengan jalan


mensintesis sendiri asam-asam lemak polienoat. Misalnya pada defisiensi
linoleat, asam palmitat, melalui beberapa kali pemanjangan rantai dan
desaturasi, akan membentuk -9 eicosatrienoat (20:3 -9). Peningkatan
kadar -9 eicosatrienoat ini dalam darah adalah tanda yang dini dari
defisiensi asam lemak esensial.

7.4. Prostaglandin
Proslaglandin adalah segolongan senyawa derivat asam polienoat
yang mengalami

siklisasi, yang memiliki sifat-sifat mirip hormon.

Golongan senyawa ini sangatlah poten, dimana kadar yang sangat kecil
saja telah dapat menunjukkan efeknya. Sampai saat ini ditemukan 14
prostaglandin, yang masing-masing dapat menunjukkan efeknya sendiri
sendiri pada berbagai fungsi faali tubuh, yang kadang-kadang saling
bertentangan satu dengan yang lain. Akan tetapi pada umumnya
prostaglandin mempengaruhi kontraktilitas otot polos.
Penggunaan

medisnya

antara

lain

adalah

untuk

abortus

(terupeutik), induksi persalinan, kontrasepsi, pengobatan tekanan darah


tinggi, pengobatan serangan asthma bronchiole dll. Dalam garis besarnya
ada 3 seri prostaglandin, yakni : Seri PG1 (mis. PGEl dan PGF1) yang
disintesis linoleat, PG2 (mis. PGE2 dan PGF2) yang disintesis oleh
arakhidonat dan PG3 (mis PGE3 dan PGF3) derivatnya linolenat (Gb. 3.11).

99

Tromboksan (thromboxane) adalah senyawa mirip prostaglandin, yang


juga disintesis dari asam lemak polienoat. Senyawa ini banyak didapatkan
pada platelet dan berperan penting dalam proses pembekuan darah
karena membantu agregasi platelet

Gambar 3.11: Tiga jalur prostaglandin


siklooksigenase

(eikosapentaenoat)

dari

jalur

7.5. Metabolisme Lipida Dalam Hati


Metabolisme lipida dalam tubuh, hati memegang peranan yang
penting sebab di dalam organ ini terjadi proses sintesis TG, phosplipid.
kolesterol, dan lipoprotein. Juga disini terjadi oksidasi - yang aktif,
menghasilkan energi bagi keperluan berbagai proses metabolisme.
Disamping itu hati masih memiliki peranan yang unik dalam metabolisme
lipida, yakni kemampuannya membentuk senyawa-senyawa keton (ketone

100

boddies), yang merupakan sumber energi bagi berbagai organ tubuh.


Pada keadaan-keadaan tertentu.
Asam lemak yang banyak disintesis dihati. kemudian diesterifikasi
menjadi TG, phospolipid dan kolesterol ester. Ketiga senyawa ini bersamasama dengan apoprotcin selanjutnya membentuk VLDL(Very Low Density
Lipoprotein) untuk ditransport kejaringan ekstrahepatik, dimana asam
lemak dalam TG dibebaskan dan dioksidasi, lalu kejaringan lemak. Disini
asam lemak yang dibebaskan dari TG tsb, diesteriflkasi kembali. Dengan
demikian hati menghasilkan asam-asam lemak untuk dipakai sebagai
sumber energi bagi jaringan-jaringan tubuh/disimpan di jaringan lemak.
Selain VLDL, Lipoprotein lain yang dibentuk oleh hati adalah HDL
(High Density Lipoprotein)

yang berfungsi membantu metabolisme

kilomikron dan VLDL.

7.6. Ketogenesis
Selain

disintesis

sendiri,

asam-asam

lemak

dalam

hati

juga

diperoleh dari proses mobilisasi dari jaringan lemak. Asam-asam lemak


yang masuk ke hati ini, di dalam hati dapat mengalami beberapa
kemungkinan (Gb.3.15 diatas). Sebagian akan diesterifikasi sebagian lagi
mengalami oksidasi - menghasilkan asetil-KoA (energi). Asetil KoA yang
terbentuk dioksidasi lebih lanjut dalam siklus TCA. Akan tetapi pada hati,
sebagian asetil-KoA juga dapat membentuk senyawa-senyawa keton.
Besarnya bagian asam lemak yang diesterifikasi dan alternatifnya,
yang juga mengalami oksidasi-, ternyata ditentukan oleh laju proses
oksidasi-.
Bila karbohidrat (dan insulin) cukup, maka asam-asam lemak dalam
hati terutama diesterifikasi dan hanya sedikit saja yang mengalami
oksidasi-. Hal ini disebabkan karena pada keadaan ini mobilisasi asam
lemak dari jaringan lemak hanya sedikit. Maka asam lemak yang masuk
kedalam hatipun sedikit. Dengan demikian jumlah asil-KoA (rantai
101

panjang) juga sedikit, sehingga hambatan terhadap aktivitas asetil-KoA


karboksilase hanya sedikit/kecil lihat kuliah metabolisme jaringan lemak
dan pengendalian lipogenesis. Akibatnya lipogenesis berjalan baik. Juga
kadar insulin yang tinggi pada keadaan ini memacu lipogenesis, karena
mengaktifkan

asetil-KoA

karboksilase.

Aktifnya

lipogenesis

ini

menyebabkan peningkatan kadar malonil-KoA, yang merupakan senyawa


antara dalam jalur metabolisme ini. Kadar malonil-KoA yang tinggi
tersebut menghambat karnitin asil transferase I, sehingga oksidasi -
terhambat (lihat kuliah tentang pengendalian oksidasi-). Akibatnya asamasam lemak yang berasal dari mobilisasi (walaupun hanya sedikit), dalam
keadaan ini, sebagian besar diesterifikasi. Sisanya mengalami oksidasi
beta, dilanjutnya kemudian ke siklus TCA, disamping sebagian kecil yang
dibentuk menjadi senyawa-senyawa keton.

Semakin banyak asam lemak yang masuk kehati dari sirkulasi.


semakin banyak pula yang masuk kejalur oksidasi beta, menambah
jumlah asetil-KoA yang terbentuk. Asetil-KoA yang membentuk senyawasenyawa keton juga bcnambah, semakin niengurangi bagian yang
dioksidasi dalam siklus TCA. Keseimbangan antara bagian asetil-KoA yang
membentuk senyawa-senyawa keton dengan bagian yang masuk ke siklus
TCA ini dikendalikan oleh tersedianya ADP, pembentuk ATP, dalam rantai
respirasi. Jumlah ATP yang dihasilkan pada oksidasi- suatu asam lemak
yang diikuti oleh diikuti oleh oksidasi asetil-KoA dalam siklus TCA, adalah
jauh lebih besar daripada jumlah ATP yang dihasilkan apabila asetil-KoA
tidak masuk dalam siklus TCA. Dengan membentuk senyawa-senyawa
keton, asam-asam lemak yang masuk kehati dalam jumlah besar tersebut,
dengan diatur oleh terbatasnya jumlah ADP, tidak membentuk ATP dalam
jumlah berlebihan. Dengan demikian pembentukan energi yang mubazir
dapat dihindari.
Selain itu kecenderungan pembentukan senyawa-senyawa keton
melebihi oksidasi asetil-KoA dalam siklus TCA, pada keadaan-keadaan
102

tersebut, juga diduga disebabkan karena dihambatnya enzim sitrat


sintase oleh asil-KoA rantai panjang, sehingga siklus TCA tidak berjalan
lancar. Juga berkurangnya oksaloasetat, akibat tingginya ratio NADH/NAD
dan karena dipakai untuk glukoneogenesis, pada keadaan-keadaan diatas,
menyebabkan siklus TCA terhambat.
Senyawa-senyawa keton yang terbentuk kemudian berdifusi ke
sirkulasi dan diambil oleh beberapa jaringan ekstrahepatik (otot, otak,
otot

jantung

dsb),

untuk

dioksidasi

menghasilkan

energi.

Dengan

demikian sebagian energi potensial dari asam-asam lemak yang dihemat


di hati (karena hanya dioksidasi sampai asetil-KoA tanpa diikuti oksidasi
dalam siklus TCA), dibebaskan di jaringan-jaringan ekstrahepatik, untuk
memenuhi kebutuhan energi jaringan-jaringan tersebut.
Hati mampu melakukan ketogenesis karena memiliki perangkat
enzim yang diperlukan untuk proses tersebut. Reaksi pembentukan
senyawa-senyawa keton tersebut adalah sebagai berikut (Gb,3.l6). Dua
molekul asetil-KoA berkondensasi membentuk aseto-asetil-KoA (suatu
senyawa dengan 4 atom karbon) Asetoaselil-KoA bereaksi dengan satu
molekul asetil-KoA membentuk -hidroksi--metilglutaril-KoA (HMG-KoA).
HMG-KoA

dipecah

oleh

HMG-KoA

liase

menghasilkan

asetoasetat.

Asetoasetat oleh NADH direduksi menjadi P-hidroksi butirat. Asetoasetat


juga

dapat mengalami

dekarboksilasi

spontan membentuk

aseton.

Asetilasetat, -hidroksibutirat dan aseton ketiganya disebut senyawa


keton.
Hati tidak dapat menggunakan senyawa-senyawa keton tersebut
karena di dalam hati tidak terdapat enzim-enzim yang berfungsi untuk
memecah

senyawa-senyawa

keton

tersebut.

Asetoasetat

dan

-hidroksibutirat diambil, dipecah menjadi asetil-KoA dan dioksidasi oleh


jaringan ekstrahepatik, menghasilkan energi. Untuk itu -hidroksi butirat
diubah dengan adanya NADH menjadi asetoasetat. Asetoasetat diaktifkan
oleh koenzim A, dengan dikatalisis oleh asetoasetilasetat tiokinase
(Gb. 3.17), atau oleh suksmil-KoA yang dikatalisis oleh koenzim-A
103

transterase. Asetoasetil-KoA yang terbentuk oleh tiokinase diubah menjadi


asetil-KoA yang selanjutnya dioksidasi dalam siklus TCA Aseton tidak
dapat dipergunakan oleh jaringan ekstra hepatik dan dikeluarkan melalui
paru-paru bersama udara pernafasan.

Ketosis
Dalam keadaan normal kadar senyawa-senyawa keton dalam darah
tidak melebihi 1 mg/dL. Pada waktu puasa/dalam keadaan kelaparan dan
juga pada keadaan lain dimana terjadi peningkatan kadar asam lemak
dalam darah seperti pada diit tinggi lemak dan pada kegiatan jasmani
yang berat tanpa disertai suplai karbohidrat yang cukup, produksi
senyawa-senyawa keton meningkat. Hal yang sama bisa dijumpai pada
keadaan-keadaan patologis tertentu seperti diabetes melitus. Keadaan
dimana kadar senyawa-senyawa keton dalam darah meningkat melebihi 1
mg/dL ini disebut ketonemia. Peningkatan kadar senyawa-senyawa keton
dalam darah ini diimbangi oleh bertambahnya oksidasi senyawa-senyawa
tersebut

oleh

jaringan

ekstra

hepatik.

Bila

produksinya

semakin

bertambah sampai mencapai 70 g/dL maka kapasitas oksidasi dari


jaringan-jaringan ekstra hepatik tersebut tidak dapat ditingkatkan lagi,
sehingga peningkatan lebih lanjut produksi senyawa-senyawa keton akan
sangat meningkatkan kadarnya dalam darah.

7.7.Metabolisme Kolesterol

Peran Kolesterol
Kolesterol merupakan salah satu bahan utama penyusun membran
sel, sangat vital peranannya dalam menentukan kelangsungan hidup dan
pertumbuhan sel-sel tubuh. Kolesterol berperan sebagai prekursor hormonhormon .

Selain itu kolesterol juga ikut menyusun partikel lipoprotein

(VLDL, LDL, IDL, HDL, kilomikron) di samping merupakan prekursor bagi


104

hormon-hormon steroid dan garam empedu (merupakan turunan polar dari


kolesterol diekskresi kedalam usus) membantu dalam proses pencernaan dan up
take lipid. . Kolesterol juga digunakan untuk produksi vitamin D dengan bantuan
sinar ultraviolet.
Akan

tetapi

kolesterol

ini

banyak

dipermasalahkan

karena

hubungannya dengan beberapa keadaan patologis, seperti misalnya:


aterosklerosis dan batu empedu. Walaupun diperlukan bagi berbagai
kebutuhan seperti diterangkan sebelumnya, ternyata kolesterol tidak
mutlak harus diperoleh dari bahan makanan, sebab tubuh dapat
mensintesis sendiri kolesterol yang dibutuhkannya, akan tetapi makanan
kita sehari-hari sedikit banyak, mengandung kolesterol (kecuali orang
vegetarian). Jadi kolesterol tubuh, disamping disintesis sendiri (kolesterol
endogen), juga diperoleh dari diit (kolesterol eksogen).
Kolesterol adalah produk khas hewani, sehingga hanya bahan
makanan yang berasal dari sumber hewani yang mengandung kolesterol
(tumbuh-tumbuhan

mengandung

jenis

sterol

yang

lain

adalah

phytosterol). Bahan-bahan yang banyak mengandung kolesterol adalah:


kuning telor, otak, daging dan hati.
Kolesterol dalam makanan terdiri dari campuran kolesterol bebas
maupun kolesterol ester. Kolesterol ester dihidrolisis oleh enzim kolesterol
esterase dalam lumen usus Kolesterol kemudian diabsorpsi dan didalam
sel epitel mukosa usus diesterifikasi kembali Prasyarat bagi absorbsi
kolesterol dari lumen usus ini, adalah terlarutnya senyawa yang tidak
dapat bercampur dengan air tersebut, didalam partikel micelle yang
terbentuk

dari

asam-asam

empedu,

phospolipida

dan

hasil-hasil

pencernaan lipida di dalam lumen usus. Jadi tersedianya asam empedu


pembentuk empedu tersebut, mempengaruhi banyaknya kolesterol yang
dapat diabsorbsi. Sebaliknya, semakin besar jumlah kolesterol dalam
makanan, semakin kecil presentase yang diabsorbsi.

105

7.8.Hubungan Antara Metabolisme Lipida Dengan Metabolisme


Karbohidrat Dan Metabolisme Protein
Lipida, dalam hal ini TG, adalah mrupakan bahan cadangan untuk
penghasil energi bagi tubuh. Oleh karena itu bila kalori terdapat dalan
jumlah

besar,

melebihi

kebutuhan

tubuh.

energi

potensial

yang

terkandung didalam bahan-bahan nutrisi sebagian disimpan, dengan jalan


mengubah bahan-bahan tersebut menjadi TG.
Dalam kenyataannya lipida mudah dibentuk dari karbohidrat
maupun protein (asam-asam amino). Seringkali dapat diamati, seseorang
dapat mudah gemuk dengan makan karbohidrat yang banyak. Hal ini
dapat terjadi karena asetil-KoA, yang merupakan bahan dasar pembentuk
asam lemak, dapat dihasilkan dari piruvat, produk glikolisis (Gb3.23). Bila
masuk

karbohidrat

berlebih,

sebagian

asetil-KoA

tidak

dioksidasi,

melainkan disintesis menjadi asam lemak dan disimpan sebagai TG


(trigliserida).

106

Gambar 3.23. Interkorversi dari makanan.

107

Kalau karbohidrat mudah diubah menjadi lipida, hal yang sebaliknya


tidak mungkin terjadi di dalam tubuh: lipida tidak dapat membentuk
karbohidrat (kecuali asam lemak rantai ganjil dan sisa gliserol yang
dihidrolisis dari TG). Sebabnya adalah glukoneogenesis memerlukan lebih
dari satu senyawa ini: piruvat, oksaloasetat, suksinil-KoA, fumarat atau
gliserol-3-phospat sebagai bahan pemula. Dalam metabolismenya, lipid
(secara netto) tidak dapat membentuk bahan-bahan ini. Secara teoritis,
bila misalnya asetil-KoA yang dihasilkan dan oksidasi asam lemak, mampu
membentuk piruvat, maka lipida dapat dibentuk dari karbohidrat. Akan
tetapi enzim piruvat dehidrogenase hanya mengkatalisis reaksi perubahan
piruvat menjadi asetil-KoA, dan bukan sebaliknya, sehingga asetil -KoA
tidak dapat menjadi piruvat, Asetil-KoA dapat masuk kedalam siklus TCA,
yang akhirnya membentuk oksaloasetat. Akan tetapi oksaloasetat yang
terbentuk dari asetil-Ko.A ini tidak menambah jumlah oksaloasetat dalam
siklus TCA, sebab asetil-KoA disini masuk siklus TCA dengan cara bereaksi
dengan oksaloasetat, membentuk kembali oksaloasetat semula. Jadi disini
asetil-KoA hanya membentuk kembali oksaloasetat yang mulanya dipakai
dalam reaksi, tanpa menambah jumlah oksaloasetat.
Dengan demikian tidak ada kelebihan jumlah oksaloasetat yang bisa
dipakai untuk proses glukoneogenesis. Dengan demikian jelaslah bahvva
lipida (kecuali asam lemak rantai ganjil dan sisa kerangka gliserol,
mengapa ?) tidak mungkin membentuk lipida berlainan dengan lipida,
beberapa jenis asam amino dapat membentuk karbohidrat. Ini disebabkan
karena beberapa kerangka karbon dari asam-asam amino tersebut,
dengan cara tranaminasi atau deaminasi, dapat membentuk beberapa
senyawa anggota siklus TCA (oksaloasetat, alfa ketoglutarat, suksinil-KoA
dan fumarat), maupun membentuk piruvat sehingga dengan demikian,
karena menambah jumlah oksaloasetat atau piruvat, dapat mengalami
glukoneogenesis. Dalam keadaan puasa, memang sebagian asam-asam
amino mengalami glukoneogenesis untuk mempertahankan kadar glukosa
dalam darah. Bila prosesnya dibalik, senyawa-senyawa anggota siklus
krebs (oksaloasetat, alfa ketoglutarat) maupun piruvat yang terbentuk
dari pemecahan karbohidrat, dengan kebalikan transaminasi tersebut,
108

dapat membentuk asam-asam amino. Asam-asam amino jenis ini disebut


sebagai asarn-asam non esensial, sebab dapat disintesis dari karbohidrat.
Dengan alasan yang sama dengan ketidak mampuannya membentuk
karbohidrat, lipida tidak dapat diubah menjadi asam-asam amino.

109

Anda mungkin juga menyukai