Disusun Oleh :
THP B – Kelompok G
1. Deva Nurilla S 171810301048
2. Redrika Anggie Parera 201710101032
3. Amanda Balqiz Maylinda 201710101119
Gambar 2. Ketiga tahap katabolisme dari karbohidrat, lemak, dan protein yang
diubah menjadi Acetyl CoA dan masuk ke dalam Siklus Krebs.
Ketogenesis adalah jalur metabolisme yang memproduksi badan keton,
sebagai sumber energi alternatif bagi tubuh. Keton diproduksi secara fisiologis
oleh tubuh dalam jumlah sedikit sebagai sumber energi. Peningkatan regulasi jalur
ketogenesis terjadi pada saat simpanan karbohidrat tubuh menurun drastis atau
kadar asam lemak meningkat. Pada keadaan puasa, atau selama tidur malam,
jumlah badan keton yang dilepaskan ke sirkulasi meningkat, karena tidak adanya
asupan glukosa selama puasa dan tidur malam. Ketogenesis merupakan proses
panjang pemecahan asam lemak, yaitu proses oksidasi asam lemak atau oksidasiβ
(beta). Proses ketogenesis berawal dari konversi asam lemak menjadi suatu zat
antara aktif, yaitu asil-KoA, dengan bantuan enzim asil-KoA sintetase (tiokinase)
di sitoplasma. Asil-KoA kemudian melewati membran luar mitokondria. Namun,
untuk dapat melewati membran dalam, asil-KoA harus terlebih dahulu diubah
menjadi asilkarnitin dengan bantuan carnitine palmitoyltransferase-I (CPT-1),
yang terdapat di membran luar mitokondria.
Asilkartinin menembus membran dalam dengan bantuan kartinin-asilkartinin
translokase sebagai exchange transporter yang terletak di membran dalam
mitokondria. Di dalam matriks mitokondria, asilkartinin diubah lagi menjadi asil-
KoA dengan bantuan enzim carnitine palmitoyltransferase-II (CPT-2). Proses
selanjutnya adalah serangkaian reaksi pemutusan yang akan mengkonversi asil-
KoA menjadi asetil-KoA. Pertama, asil-KoA akan diubah menjadi Δ2 - trans-
enoil-KoA. Proses ini memerlukan FAD dan dikatalis oleh asil-KoA
dehydrogenase. Selanjutnya, Δ2 -enoil-KoA hydrolase akan mengubah Δ2 -trans-
enoilKoA menjadi 3-hidroksiasil-KoA, yang kemudian akan diubah menjadi 3-
ketoasilKoA oleh L-(+)-3-hydroxyacyl-CoA dehydrogenase dengan koenzim
NAD+ . 3- ketoasil-KoA akan dipecah oleh tiolase menjadi asetil-KoA dan asil-
KoA baru. Asetil-KoA kemudian akan masuk ke siklus Krebs, sedangkan asil-
KoA baru akan kembali mengalami reaksi oksidatif menjadi asetil-KoA.
Pada keadaan produksi asetil-KoA berlebihan dan siklus Krebs mengalami
overload, asetil-KoA digunakan untuk menghasilkan badan keton. Penurunan
jumlah oksaloasetat dapat mengganggu kemampuan siklus asam sitrat
memetabolisme asetil-KoA dan mengalihkan oksidasi asam lemak menuju
ketogenesis. Asetil-KoA akan dikonversi menjadi hydroxymethylglutaryl CoA
(HMG-KoA) dengan bantuan HMG-KoA sintase. HMG-KoA akan diubah
menjadi asetoasetat, yang dikatalis oleh HMGKoA liase. Dengan bantuan
enzim D(–)- 3-hydroxybutyrate dehydrogenase, asetoasetat dikonversi menjadi
D(–)-3- hidroksibutrat. Asetoasetat juga dapat mengalami dekarboksilasi spontan
menjadi aseton, yang diekskresikan melalui urin ataupun sistem pernapasan.
Asetoasetat, D(–)-3-hidroksibutrat, dan aseton merupakan produk dari
ketogenesis, yang dikenal sebagai badan-badan keton. Oksidasi Badan Keton
Badan-badan keton digunakan jaringan ekstrahepatik sebagai bahan bakar untuk
menghasilkan energi. Asetoasetat dan 3-hidroksibutirat di transpor dari hati ke
jaringan ekstrahepatik, misalnya otot, melalui sirkulasi darah. Sesampainya di
jaringan ekstrahepatik, 3-hidroksibutirat terlebih dahulu dikonversi menjadi
asetoasetat, sebelum diaktifkan menjadi asetoasetil-KoA oleh enzim suksinil-
KoAasetoasetat KoA transferase. AsetoasetilKoA dikonversi menjadi asetil-KoA
oleh enzim tiolase, dan selanjutnya masuk ke siklus asam sitrat untuk
manghasilkan energi. Asam asetoasetat dan 3- hidroksibutirat merupakan asam
berkekuatan sedang yang akan di-buffer jika terdapat di dalam darah atau
jaringan. Namun, bila kedua badan keton tersebut dikeluarkan terus-menerus
dalam jumlah besar, jumlah badan keton dalam darah akan yang melebihi kadar
normal, yang disebut ketonemia (hiperketonemia), dan disebut ketonuria bila
ditemukan di dalam urin. Secara keseluruhan, kedua keadaan tersebut disebut
ketosis. Ketosis ringan dapat ditemukan pada keadaan kelaparan, namun pada
diabetes melitus, ketosis berat dapat terjadi. Keadaan ketosis bila terus dibiarkan
dapat mengganggu keseimbangan asam-basa tubuh, dan akhirnya terjadi
ketoasidosis.
Glukoneogenesis merupakan suatu proses yang terjadi di hati dan ginjal untuk
membentuk glukosa atau glikogen dari prekursor nonkarbohidrat, seperti
asamasam amino glukogenik, laktat, gliserol, dan propionat. Glukoneogenesis
memiliki peranan penting dalam mempertahankan kadar glukosa darah setelah
puasa semalaman. Selain itu, glukoneogenesis juga membersihkan laktat yang
dihasilkan oleh jaringan otot, serta gliserol yang dihasilkan oleh jaringan
adiposa.28 Pada proses glukoneogenesis, prekursor-prekursor nonkarbohidrat
akan diubah terlebih dahulu menjadi zat-zat antara. Laktat dapat diubah menjadi
piruvat oleh enzim laktat dehidrogenase, asam amino dapat diubah menjadi
oksaloasetat, dan gliserol dapat diubah menjadi dihidroksiaseton fosfat. Jalur
glukoneogenesis bukan sepenuhnya kebalikan dari jalur glikolisis. Pada
glukoneogenesis, piruvat tidak bisa langsung diubah menjadi fosfoenolpiruvat,
melainkan harus melalui jalur “memutar”, yaitu diubah menjadi oksaloasetat di
dalam mitokondria, lalu menjadi malat, dan dikeluarkan dari mitokondria ke
sitosol untuk kemudian diubah lagi menjadi oksaloasetat. Oksaloasetat kemudian
akan diubah menjadi fosfoenolpiruvat oleh enzim fosfoenolpiruvat
karboksikinase. Fosfoenolpiruvat akan mengikuti jalur reversibel glikolisis sampai
menjadi fruktosa-1,6-bifosfat, lalu dengan bantuan fruktosa-1,6-bifosfatase akan
diubah menjadi fruktosa-6-fosfat, lalu manjadi glukosa-6-fosfat. Namun, glukosa-
6-fosfat tidak bisa langsung diubah menjadi glukosa, sehingga glukosa-6-fosfat
terlebih dahulu masuk ke retikulum endoplasma halus untuk diubah menjadi
glukosa oleh glukosa-6-fosfatase. Glukosa kemudian akan dikeluarkan oleh sel-
sel hati ke peredarah darah.
3. Pembentukan ATP dari Hasil Katabolisme Biomolekul (Glukosa, Asam
amino, Asam Lemak)
3.1 Glukosa
Kebutuhan akan glukosa di dalam semua jaringan tubuh adalah minimal, dan
sebagian (misal otak serta eritrosit) memang memerlukan glukosa dalam jumlah
besar. Glikolisis mcrupakan pemecahan glukosa. Pada periode awal, dalam proses
penyelidikan terhadap glikolisis disadari bahwa peristiwa fermentasi di dalam ragi
adalah serupa dengan peristivva pemecahan glukogen di dalam otot. Kalau suatu
otot mengadakan kontraksi dalam media anaerob, yaitu media yang kandungan
oksigennya di kosongkan, maka glikogen akan menghilang dan muncul laktat
sebagai produk akhir yang utama (Albert L.Lehninger., 2000). Kalau oksigen
diambil, maka proses aerob terjadi kembali, dan glikogen kembali muncul,
sedangkan laktat menghilang. Namun, jika kontraksi otot tersebut berlangsung
dalam keadaan aerob, laktat tidak akan menumpuk dan piruvat menjadi produk
glikolisis (Gb.1.4 ). Sebagai hasil pengamatan metabolisme karhohidrat lazim
dipisahkan monjadi fase anerob dan aerob.(Murray,K., 2000). Walaupun begitu,
pembedaan ini hanya berupa kesepakatan saja, karena reaksi yang terjadi dalam
glikolisis, dalam keadaan dengan atau tanpa oksigen tetap sama, yang berbeda
hanya taraf reaksi dan produk akhirnya. Kalau pasokan oksigen kurang maka
oksidasi kembali NADH yang terbentuk dari NAD saat glikolisis terganggu.
Dalam keadaan ini, NADH akan dioksidasi kembali melalui perangkaian dengan
proses reduksi piruvat menjadi laktat, dan NAD yang terbentuk secara demikian
memungkinkan berlangsungnya glikolisis (Murray,K.,2002). Jadi, glikolisis dapat
berlangsung dalam keadaan aerob, tetapi hal ini akan membawa akibat jumlah
energi yang dibebaskan permol glukosa yang teroksidasi terbatas. Sebagai
konsekuensinya, untuk menghasilkan energi dalam suatu jumlah tartentu, lebih
baik glukosa harus mengalami glikolisis di bawah keadaan aerob
(Murray,K.,2002). Glikolisis Aerobik Sebagian besar otot manusia menghasilkan
laktat bila bekerja berat, walaupun peredaran darahnya tidak terganggu dan
penggunaan oksigen sangat besar. Sejauh mana hal ini berlangsung tergantung
pada keadaan enzim dan tenaga yang dihasilkan. Serat otot merah yang
mengandung banyak mitokondria membentuk sedikit sekali laktat sedang serat
otot putih yang mengandung sedikit mitokondria akan membentuk banyak laktat
(Stryer L.,1996). Serat putih menggunakan oksigen dan imbangan antara oksidasi
dan glikolisis tergantung pada tenaga yang dikeluarkan. Otot mempunyai nilai
ambang anaerobik, yaitu batas beban kerja, yang bila dilampaui akan
mengaktbatkan peningkatan kadar laktat yang tajam. Hasil ATP, dari gugusan
glikogen yang merupakan hasil metabolisme glukosa untuk memperoleh hasil
akhir laktat, dimana ATP hanya terbentuk dari jalur Embden-Meyerhof. Tidak ada
ATP terbentuk pada penggunaan NADH untuk reduksi piruvat menjadi laktat:
Glukosa dalam glikogen + 3 (ADP + P1) + 2 NAD –––> 2 piruvat + 3 ATP +
2 NADH + 4 H'
2 piruvat + 2 NADH - 2 H ----------------------> 2 laktat + 2 NAD
Gambar 5. Siklus Urea dan Siklus Asam Sitrat. (Sumber : Lafer, 2011).
Berdasarkan gambar diatas dapat diketahui bahwasannya argininosuksinat
membentuk arginine bebas dan fumarate yang nantinya akan menjadi bahan
antara dari siklus asam sitrat. Reaksi terakhir dan siklus urea adalah terurainya
arginin menjadi urea dan ornitin (Wahjuni, 2013).
2 NADH
Menuju proses
38 ATP
glikolisis:
4 ATP
10 NADH
2 FADH2
Keterangan:
1 NADH = 3 ATP
1 FADH2 = 2 ATP + 1 H2O
Jadi, 1 molekul asam amino dapat menghasilkan hingga 38 ATP
tergantung dari jenis asam amino nya.
3.3 Lemak
Beta oksidasi merupakan proses kimiawi yang mengubah lemak (asam lemak)
menjadi ATP (Adenosin Triphospat), banyak ATP yang dihasilkan bergantung
pada kandungan atom C (Carbon) dari jenis lemak tertentu. Misalnya, asam lemak
mengandung 6 atom C akan menghasilkan 45 ATP, asam palmitat memiliki 16
atom C akan menghasilkan 130 ATP, sedangkan asam stearat yang mengandung
20 atom C akan menghasilkan 164 ATP (Djoko Pekik Irianto, 2007: 39).
Pembakaran asam lemak menjadi CO2 dan H2O terjadi di dalam
mitokondria.Oksidasi α memecah asam lemak menjadi molekul yang
mengandung 1 atom karbon, sedangkan oksidasi β memecah asam lemak menjadi
molekul yang mengandung 2 atom karbon (Rini Syahnita, 2021).
Oksidasi adalah jalur utama degradasi asam lemak. Langkah-langkah reaksi beta
oksidasi adalah :
1. Proses dehidrogenasi asil-KoA lemak oleh enzim asil-KoA-dehidrogenase
yang menghasilkan senyawa enoil-KoA. Dalam reaksi ini, FAD sebagai
koenzim direduksi menjadi FADH2. (+2P)
Dehidrogenasi asil-KoA -------------> Enoil KoA
2. Ikatan rangkap pada enoil-koA dihidrasi menjadi hidroksiasil-KoA oleh
enzim enoil-KoA hidratase. Enzim ini merupakan enzim yang bergantung
pada FAD. Enzim ini memungkinkan pembentukan ikatan rangkap antara
C2 dan C3: atom hidrogen hilang karena pengikatan dehidrogenase ke FAD
dan diubah menjadi FADH2.
Hidrasi Ikatan rangkap enoil-KoA ---------------> Hidroksiasil-KoA
3. Hidroksiasil Ko-A dioksidasi menjadi ketoasil-KoA menggunakan enzim β
hidroksiasil-KoA dehidrogenase. Pada reaksi ini NAD sebagai koenzim
direduksi menjadi NADH. (+3P)
Oksidasi Hidroksiasil-KoA -------------> Ketoasil-KoA
4. Reaksi tahap akhir dimana β hidroksiasil-KoA bereaksi dengan KoA bebas
menghasilkan asetil-KoA dan sisa asam lemak, reaksi tersebut karena
aktivitas enzim asetil-KoA asiltransferase.
β hidroksiasil-KoA + KoA -------------> Asetil-Koa + Sisa asam lemak
5. Asetil-KoA akan lepas dan meninggalkan sisa asam lemak yang akan
dipotong-potong lebih lanjut menjadi asetil-KoA yang lain.
Setiap asam lemak menghasilkan 2 asetil-KoA setiap kali pemotongan,
asam lemak yang masuk ke siklus TCA akan menghasilkan energi sebantak 12
ATP. Sedangkan untuk beta oksidasi menghasilkan 5 ATP.
Asam Lemak ke TCA
- Tiga molekul NADH, menghasilkan : 3 × 3P = 9P
- Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 × 2P = 2P
- Pada tingkat substrat = 1P
Jumlah 12P
Beta Oksidasi
- Satu molekul NADH, menghasilkan : 1 × 3P = 3P
- Satu molekul FADH2, menghasilkan : 1 × 2P = 2P
Jumlah = 5P
Arrel Toews. 2005. Amino Acid and Nitrogen Metabolism I: Overview; Elimination
of N-waste.
Djoko Pekik Irianto (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawanan.
Yogyakata: Andi Offset
Eileen M. Lafer. 2011. Amino Acid Metabolism I,II,III.
Irawan, M. A. (2007). Glukosa & Metabolisme Energy. Sport Science Brief, 1(06).
Lehninger A., L. 2004. Principle of Biochemistry Fourth Edition. Jakarta: Erlangga.
Sri Wahjuni. 2013. Metabolisme Biokimia. Bali: Udayana University Press.
Syahnita,R. 2021. Biokimia Materi Metabolisme Lemak, Daur Asam Sitrat,
Fosforilasi Oksidatif Dan Jalur Pentosa Fosfat. Modul. Lampung :
Universitas Islam Negeri Raden Intan.
Tan Esa Indah Ayudia. 2019.Pengaruh Diet Ketogenic Terhadap Proliferasi dan
Ketahanan Sek Pada Jaringan Pankreas. JMJ. 7(1); 103-116.