Anda di halaman 1dari 6

Adi Gunawan M. S.

MEKANISME PENGHANTARAN
DALAM NEURON
(NEUROTRANSMISI)
Abstrak
Saraf berfungsi dengan mekanisme depolarisasi dan repolarisasi. Kedua
mekanisme tersebut berkaitan dengan transportasi ion menembus membran
(transmembran). Trans-portasi transmembran tersebut terkait dengan ion
natrium dan kalium sehingga kedua jenis ion itu termasuk jenis ion yang
esensial bagi mekanisme dalam saraf. Mekanisme tersebut memunculkan
gelombang depolarisasi. Mekanisme ini dijabarkan dalam tulisan ini

Abstract
Neurons function through the mechanism of depolarization and
repolarization. Both mechanisms are related to transmembrane ionic
transportation. This kind of transportation involves sodium and potassium
ions, thus both are important ions for the nervous mechanisms. This paper
details the process of depolarization and repolarization.
Diterima : 16 Februari 2002
Disetujui untuk dipublikasikan : 24 Februari 2002

I. Pendahuluan
Pada hewan tingkat tinggi, komunikasi
intrasel yang kompleks dan amat cepat
itu ditengahi oleh impuls-impuls saraf
[1]. Neuron-neuron (sel-sel saraf) secara
elektrik menghantar sinyal (impuls)
melalui bagian saraf yang terjulur
memanjang (sekitar 1 mm pada hewan
berukuran besar). Impuls tersebut berupa
gelombang-gelombang berjalan yang
berbentuk arus-arus ion. Transmisi sinyal
antara neuron-neuron dan antara neuronotot (juga neuron-kelenjar) seringkali
dimediasi
secara
kimiawi
oleh
neurotransmitter (penghantar impuls
saraf) [1]. Dalam makalah ini, aspek
elektrik dan kimiawi pada transmisi
impuls saraf akan dibahas tetapi
neurotransmitter
dan
mekanisme
penghantaran impuls saraf antar akson
melalui sinapsis tak akan dibahas karena

38

penekanan hanya tertuju pada makna


proses depolarisasi dan repolarisasi saraf.
II. Impuls-impuls saraf dirambat-kan
oleh potensial-potensial aksi
Neuron, seperti sel-sel lainnya, selalu
menciptakan gradien ionik antara kedua
sisi membran plasmanya melalui proses
pemompaan
ion-ion
tertentu.
Pemompaan yang seringkali dilibatkan
ialah pemompaan (Na+-K+) yang terkait
dengan enzim (Na+-K+)-ATPase. Proses
ini memompa ion K kedalam sel namun
memompa ion Na keluar sel sehingga
menghasilkan konsentrasi ionik intrasel
maupun ekstrasel ion-ion tertentu seperti
yang tertera pada Gambar 1 (pada
kesetimbangan).
Beda
potensial
membran yang terjadi antara kedua sisi
membran, (potensial sisi luar relatif
dengan
potensial
sisi
dalam),

INTEGRAL, vol. 7 no. 1, April 2002

dideskripsikan oleh persamaan Goldman


[1, 2, 3]:
=

RT Pc [Cout ] + Pa [Ain ]
ln
F
Pc [Cin ] + Pa [Ain ]

Dalam persamaan tersebut, C dan A


adalah singkatan untuk konsentrasi
Kation dan Anion dengan asumsi ion-ion
monovalen (valensi satu) yang memiliki
konsentrasi besar). Sementara itu, out
melambangkan daerah di luar membran
dan in melambangkan daerah di dalam
membran. Pc dan Pa melambangkan
koefisien permeabilitas kation dan anion.
Koefisien ini menunjukkan mudah atau
tidaknya suatu ion menembus membran.
Karena ion-ion yang dominan ialah ion
natrium, kalium, dan klor, maka
persamaan di atas dapat ditulis:
=

RT PK [Ko] + PNa [Nao] + PCl [Cli]


ln
PK [Ki] + PNa [Nai] + PCl [Clo]
F

Ko dan Ki ialah konsentrasi ion kalium di


sisi luar dan dalam membran. Nao dan
Nai ialah konsentrasi ion natrium di sisi
luar dan dalam membran. Clo dan Cli
ialah konsentrasi ion klor di sisi luar dan
dalam membran. PK, PNa, dan PCl ialah
koefisien permeabilitas ion kalium, ion
natrium, dan ion klor. Dengan
menerapkan data yang ada di Gambar 1
pada suhu 25oC, didapatlah yang
besarnya
83mV
(bagian
dalam
membran lebih negatif). Hasil yang
didapatkan melalui persamaan tersebut
sesuai dengan eksperimen. Eksperimen
yang sering dilakukan ialah dengan
menggunakan akson katak atau cumicumi besar. Potensial membran tercipta
oleh ketidakseimbangan kecil pada
distribusi ion antara sisi membran.
Menurut pengamatan, perbandingan ionion yang terpisah oleh membran ialah
sekitar 1 pasang ion per sejuta. Namun
dalam ukuran makroskopik dan tebal
membran
sekitar
5
nanometer,
perbandingan ion itu sudah cukup
membuat medan listrik yang besar pada
membran yaitu sekitar 170.000 V/cm [1].

INTEGRAL, vol. 7 no. 1, April 2002

Impuls saraf terdiri atas suatu gelombang


depolarisasi membran yang disebut
Potensial Aksi dan merambat sepanjang
sel saraf. Jika mikroelektrode ditusukkan
ke dalam suatu akson saraf, perekam
menunjukkan
suatu
peningkatan
potensial dari 60mV menuju +30mV
selama berlangsungnya potensial aksi di
tempat
itu.
Depolarisasi
tersebut
(sebelum potensial mencapai potensial
kesetimbangan ion Na (sekitar +58mV))
segera diikuti oleh repolarisasi sangat
cepat dan melebihi batas harga potensial
istirahat (resting potential) [1]. Turunnya
potensial
ini
mencapai
potensial
keseimbangan ion K (sekitar 72mV).
Keseluruhan proses di atas dapat dilihat
pada gambar 2. Selanjutnya, potensial
akan perlahan menuju potensial istirahat.
Penyebab terjadinya potensial aksi ini
ialah peningkatan permeabilitas membran
terhadap ion Na secara transien (dalam
rentang fraksi dari satu milidetik)
kemudian diikuti oleh peningkatan
permeabilitas membran terhadap ion K
secara transien serta penurunan drastis
pada permeabilitas membran terhadap
ion Na. Lihat gambar 3. Hal ini
diungkapkan dan didemonstrasikan oleh
Alan Hodgkin dan Andrew Huxley di
tahun 1953 [3, 4].
Perubahan permeabilitas yang spesifikion itu (hanya khusus ion tertentu)
disebabkan oleh adanya protein membran
transaxonal. Protein tersebut berfungsi
sebagai saluran-saluran spesifik ion (ion
Na atau ion K) yang sensitif terhadap
beda potensial. Kita dapat menyebutnya
dengan
voltage-sensitive
channels
(saluran yang terbuka hanya jika dikenai
kenaikan tegangan). Saat suatu impuls
saraf (pemunculan arus listrik yang tibatiba) mencapai suatu daerah axon (yang
dijadikan daerah pengamatan), beda
potensial transmembran akan lebih
positif sehingga memicu terbukanya
saluran-saluran ion Na (yang bersifat
sensitif terhadap tegangan) secara
transien (mendadak). Akibatnya, ion Na

39

berebutan masuk ke dalam sel saraf


sejumlah 6000 ion per 1ms untuk tiap
saluran. Ini jelas merupakan peningkatan
permeabilitas ion Na atau PNa dan
peningkatan ini membuat beda potensial
transmembran meningkat. Lalu, secara
berurutan, jumlah saluran ion Na yang
terbuka akan lebih banyak karena
peningkatan PNa menyebabkan kenaikan
dan kenaikan akan merangsang
terbukanya saluran-saluran Na lain.
Ledakan input ion Na tersebut meningkat
menuju potensial keseimbangan ion Na
(sekitar 60mV) namun sebelum hal
tersebut terjadi, saluran-saluran ion K
terbuka bersamaan dengan menutup-nya
saluran ion Na (PNa kembali menuju
harga semula saat istirahat). Karena
proses inilah, potensial membran berganti
tanda dan menurun kepada potensial
keseimbangan ion K yang ada di bawah
potensial istirahat. Pada akhirnya,
saluran-saluran untuk ion K juga
menutup
dan
membran
kembali
mendapatkan kondisi dengan potensial
istirahatnya. Saluran ion Na yang terbuka
hanya selama 0,5 sampai 1 ms tidak akan
terbuka kembali sampai membran
kembali secara total pada keadaan
istirahatnya. Periode saat saluran ion Na
tak dapat terbuka lagi itu disebut periode
refraktori absolut dan periode ini
berlangsung kira-kira sepanjang dasar
grafik permeabilitas ion Na pada gambar
2. Adanya sifat ini memberi batasan taraf
penghantaran sinyal saraf pada akson
sehingga rangsangan yang datang
sebelum saraf benar-benar teristirahatkan
tidak akan mendapat respon.
Suatu potensial aksi itu dipicu oleh
sebuah peningkatan sebesar 20mV pada
po-tensial membran menuju 40mV.
Maka dari itu, potensial aksi merambat
atau berpropa-gasi sepanjang akson
karena hadirnya peningkatan potensial
membran. Di samping itu, impuls saraf
secara kontinu diperkuat (amplifikasi)
saat merambat sepanjang akson untuk
mempertahankan konstannya impuls
saraf. Lihat gambar 4. Bayangkan dua

40

buah partisi saraf A dan B yang tak


terpisah satu sama lain dengan arah
impuls mengarah dari A ke B. Jika A
mendapat rangsangan, proses terbukanya
saluran-saluran itu akan terjadi di A
sehingga beda potensial transmembran
pada daerah A meningkat. Peningkatan
beda potensial di A akan menimbulkan
medan listrik yang mempengaruhi daerah
B yang ada di dekatnya. Medan listrik itu
akan merangsang saluran-saluran ion di
B untuk terbuka dan memulai proses
yang serupa seperti pada A. Dengan cara
itulah, rangsangan dihantar dan diperkuat
di tiap partisi melalui pertukaran ion
antar kedua sisi membran. Walau
ketidakseimbangan relatif ionik berperan
untuk potensial istirahat itu hanyalah
kecil, hanya sedikit sekali fraksi gradien
Na+-K+ yang dikacaukan oleh satu impuls
saraf. Jadi, suatu akson dapat menghantar
impuls saraf tiap beberapa milisekon
dengan taraf konstan. Di samping itu,
semua impuls saraf memiliki amplitudo
sama sehingga besar suatu rangsangan
didasarkan pada taraf atau frekuensi
hentakan saraf dan bukan pada besar
kecil amplitudonya.

III. Laju
impuls
saraf
ditingkatkan oleh myelinasi
saraf
Pada neuron makhluk vertebrata,
akson saraf seringkali terselubung oleh
myelin yang merupakan selubung
penginsulasi elektris. Selubung ini juga
menginsulasi secara elektris (bersifat
isolator) dan menghindari kontak antara
saraf dengan medium ekstrasel (di luar
sel). Impuls pada saraf termyelinasi dapat
memiliki laju sekitar 100 m/s sedang-kan
pada saraf tak termyelinasi, laju impuls
hanyalah 10 m/s. Dari sini dapat ditarik
kesimpulan secara empiris bahwa adanya
myelin justru meningkatkan laju hantaran
im-puls saraf.
Jika kita amati secara seksama pada
saraf, selubung myelin hanya terdapat
setiap tiap milimeter dan memiliki
selang-seling seperti pada gambar 5.

INTEGRAL, vol. 7 no. 1, April 2002

Selang yang merupakan bagian akson tak


termyelinasi itu disebut Nodus Ranvier
dan di tempat inilah akson dapat
berinteraksi dengan medium ekstrasel.
Melalui eksperimen, telah ditemukan
bahwa saluran-saluran ion Na (saluran
yang lebih berpengaruh pada mekanisme
potensial aksi) lebih banyak ditemukan
pada Nodus-nodus Ranvier yaitu
sebanyak 10.000 saluran per m2 (pada
saraf tak termyelinasi hanya 20 saluran
per m2). Maka dari itulah, potensial juga
terbukti melompat-lompat antara nodusnodus dan proses lompatan-lompatan ini
disebut konduksi saltatori. Proses ini
sama dengan pembayangan dengan
daerah A dan B di bagian sebelumnya.
Perbedaannya terletak pada jarak antara
daerah A dan B yang jauh (terpisah
sepanjang selubung mielin). Setelah
daerah A terkena impuls saraf, proses
pembukaan saluran-saluran ion terjadi
dan menjadi positif. Hal itu
menimbulkan medan listrik yang
berpusat di A dan tentunya medan listrik
ini mempengaruhi daerah lainnya
termasuk daerah B. Daerah B
terpengaruh oleh medan listrik yang kecil
namun telah mampu memicu terbukanya
saluran-saluran ion dan memulai proses
peningkatan . Hal tersebut sangat erat
kaitannya dengan sifat voltage-sensitive
channels yang sensitif terhadap beda

INTEGRAL, vol. 7 no. 1, April 2002

potensial. Daerah-daerah yang dapat


mengalami pertukaran ion hanyalah pada
daerah yang tidak diselubungi selubung
mielin, yakni pada nodus-nodus Ranvier.
Jadi, nodus Ranvier yang memiliki beda
potensial dan medan listrik di sekitarnya
akan mempengaruhi nodus selanjutnya
dan memulai proses penghantaran
potensial aksi sekaligus memperkuatnya.
Nodus-nodus Ranvier juga berlaku
sebagai
stasiun-stasiun
untuk
mempertahankan intensitas impuls saraf
(melalui pertukaran ion transmembran).
Karena itu, tanpa pertukaran ion
transmembran, impuls akan melemah.

IV. Kesimpulan
Dengan semua penjelasan yang telah
diuraikan pada makalah ini, tentu kita
tidak akan berpandangan bahwa manusia
tidak mengandung prinsip-prinsip listrik.
Secara jelas, mekanisme penghantaran
impuls pada saraf tidak sesederhana
rangkaian kabel-kabel berarus, namun
berupa sekumpulan saraf-saraf halus
yang teratur rapi (yang termyelinasi pada
vertebrata) yang melibatkan transportasi
ionik transmembran sebagai pemicu
gelombang depolarisasi. Gelombang
depolarisasi inilah yang berperan seperti
layaknya arus listrik untuk memicu
kontraksi otot.

41

V. Pustaka
[1]. Voet, Donald & Voet, Judith G.,
Biochemistry, 2nd edition, 1995,
John Wiley & Sons, Inc., 12911295, chapter 34 section 4
[2]. Goldman,
D.
E.,
Potential,
impedance and rectification in
membranes. Journal of General
Physiology, 1943, 27, 37-60
[3]. Hodgkin, A. L. dan B. Katz, The
effect of sodium ions on the
electrical activity of the giant axon
of the squid. Journal of Physiology,
1949, 108, 37-77
[4]. Hodgkin, A. L., dan A. F. Huxley,
A quantitative description of

membrane curent and its application


to conduction and excitation in
nerve. Journal of Physiology, 1952,
117, 500-544
[5]. Webster, John G., Medical
Instrumentation, Application and
Design, 2nd edition,1995, John
Wiley & Sons, Inc., 150-159

VI. Penulis
Adi Gunawan M. S. adalah mahasiswa
jurusan Fisika, Fakultas Matematika Dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Katolik Parahyangan, Bandung.

Sumber Gambar 1:
Darnell, J., Lodish, H., & Baltimore, D., Molecular Cell Biology, pp. 618 and 725,
Scientific American Books (1986).

INTEGRAL, vol. 7 no. 1, April 2002

43

Anda mungkin juga menyukai