Anda di halaman 1dari 132

Elektronika Medika 1

http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

BAB 1
Pendahuluan
1.1 Sejarah medika elektronika
Sejarah medika elektronika , dimulai pada tahun 1786 oleh Luigi Galvani
seorang ahli anatomi Itali yang pertama kali menyelidiki bahwa otot memainkan
peranan elektris. Galvani menemukan jika dua logam berbeda dihubungkan dan kedua
ujungnya terbuka ketika disentuhkan ke otot katak mati, otot otot katak berkontraksi.
Ia menemukan elektrisitas hewan pada kaki katak, Galvani berpikir bahwa katak mati
membangkitkan kejut listrik. Pada kenyataannya Otot katak tadi distimulasi arus
listrik yang dihasilkan oleh baterai terdiri dari dua elektroda logam dan cairan tubuh
sebagai elektrolitnya.
Alexander Volta meneliti lebih lanjut fenomena ini dan dalam proses penelitiannya
menggunakan baterai, yaitu salah satu dari penemuan terpenting dalam sejarah fisika,
sumber listrik arus searah.
Sejarah tidak mencatat siapa yang pertama mengemukakan bahwa pulsa listrik
mengontrol otot sebaik penyediaan sinyal ke dan dari otak. Instrumen sensitive
( galvanometer ) mengukur potensial listrik lemah dari jantung tidak tersedia sampai
sekitar seabad dari penemuan Galvani. Jacques Dsonval menemukan galvanometer,
alat yang sensitif untuk mengukur arus, pada tahun 1880. Respon yang lambat yang
tidak mencatatat bentuk laporan singkat sinyal listrik ketika jantung berkontraksi.
Deteksi terhadap sinyal yang sangat pendek dari neuron dan potensial aksi yang
berakhir sekitar beberapa detik, harus menunggu penemuan osiloskop pada abad ke
20.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

1.2 Biopotensial pada manusia


Listrik yang digenerasikan dalam tubuh berguna bagi pengontrolan dan pengoperasian
syaraf, otot dan organ. Secara esensial fungsi dan aktifitas tubuh dan aktifitas tubuh
melibatkan listrik dalam berbagai cara. Usaha otot disebabkan oleh atraksi dari listrik
yang berlawanan. Kegiatan otot pada dasarnya bersifat elektiris . Semua sinyalsinyal syaraf dari dan menuju otot melibatkan aliran listrik.
Sistim syaraf memainkan peranan dasar pada setiap fungsi tubuh. Pada dasarnya,
pusat komputer (otak) menerima sinyal internal dan ekternal, dan ( biasanya )
menghasilkan respon yang tepat. Informasi yang dikirim sebagai sinyal elektrik
sepanjang beragam syaraf. Sistim yang efisien ini dapat mengatasi berjuta informasi
pada satu waktu dengan kecepatan luar biasa.
Dalam membawa keluar fungsi istimewa

tubuh, sejumlah sinyal elektris

digenerasikan. Sinyal-sinyal ini dihasilkan oleh kegiatan elektrokimia dari beberapa


sel. Dengan pengukuran selektif sinyal yang diinginkan (tanpa mengganggu fungsi
tubuh) kita dapat mendapatkan informasi klinis yang berguna mengenai fungsi tubuh
secara particular.
Sistim syaraf dapat dibagi menjadi dua bagian sistim syaraf pusat dan sistim
syaraf otonom . Sistim syaraf pusat terdiri dari otak, otak kecil dan syaraf peripheral
jaringan serabut syaraf (neuron) yang mengirim informasi sensor ke otak dan atau
otak kecil ( syaraf utama ) dan serabut syaraf yang mengirim informasi dari otak
atau otak kecil menuju otot-otot dan kelenjar yang tepat (syaraf penunjang ). Sistim
syaraf otonom mengontrol beragam organ internal seperti jantung, usus dan beberapa
kelenjar. Pengontrolan syaraf otonom biasanya diluar kesadaran.
Otak merupakan organ yang luar biasa rumit dan tidak begitu dipahami. Otak adalah
organ terpenting tubuh dan pada

otak terdapat perlindungan istimewa. Otak

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dilengkapi oleh tiga membran yang berada dalam rangka kepala dan karena otak
mengambang dalam cairan Cerebrospinal (CSF) yang meredam kejutan, otak seberat
1,5 kg memiliki
berat efektif 50 gram. Otak terhubung dengan otak kecil yang juga dilengkapi dengan
CSF dan dilindungi oleh rangka kolom spinal.
Unit struktur dasar dari sistim syaraf adalah serabut syaraf, sel sel syaraf yang
dikhususkan untuk penerimaan, penerjemahan dan pengiriman pesan elektris.
Terdapat banyak jenis serabut syaraf .Pada dasarnya serabut syaraf terdiri dari tubuh
sel yang menerima pesan elektris dari serabut syaraf lain melalui kontak. Yang disebut
Synapses yang terletak pada dendrite atau pada tubuh sel. Dendrit adalah bagian dari
serabut sel yang khusus menerima informasi dari getaran atau dari sel sel lain. Bila
getaran cukup kuat, serabut syaraf mengirim sinyal elektris keluar melalui serat yang
disebut Axon. Axon atau serat syaraf yang mungkin sepanjang 1 m, membawa sinyal
elektris menuju otot, kelenjar atau serabut syaraf lainnya.
Kemampuan serabut untuk menerima dan mengirim sinyal elektris telah diketahui
dengan baik. Banyak riset riset terdahulu mengenai perilaku elektris serabut syaraf
dilakukan pada serat syaraf besar atau squid. Diameternya yang termasuk besar (~ 1
mm) dari serat syaraf ini memudahkan elektroda untuk dimasukkan atau digabungkan
untuk pengukuran. Menyeberangi permukaan atau membran setiap serabut syaraf
adanya perbedaan potensial elektris (voltase) terhadap muatan negatif yang berada
didalam membrane dan muatan positif pada luar permukaan membrane. Muatan net
adalah hasil komplikasi permainan dalam ion-ion negatif dan positif. Serabut syaraf
dikatakan telah dipolarisasi. Bagian dalam sel biasanya bertegangan sekitar 60 sampai
90 mV lebih negative daripada bagian luar. Perbedaan potensial ini disebut potensial
istirahat serabut syaraf. Gambar 1.1 menunjukkan secara skematis konsentrasi sejenis

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dari ion didalam dan diluar membran axon kiri ke kanan dengan bertambahnya medan
listrik ini , akhirnya sama sekali memperlambat aliran ion-ion Clorida. Seiring medan
listrik , adalah perbedaan potensial menyeberangi membrane memberikan penjelasan
sederhana dari potensial istirahat. Muatan muatan yang sangat dekat ke membrane
hanya beberapa nanometer (nm) memperpanjang ketergantungan pada konsentrasi
ion. Saluran larutan yang terdiri dari ion-ion pada membrane adalah konduktor dan
ion-ion dapat bergerak , dengan cara demikian memastikan medan listrik menjadi nol
dalam daerah itu , tidak menghasilkan muatan dalam setiap volume saluran. Seperti
yang terlihat dalam gambar 1.1 a.
Potensial istirahat dari syaraf

lebih komplek. Gambar 1.1a. memperlihatkan

konsentrasi ion utama A- (protein) tidak bias lewat melalui membrane, Pengukuran
memperlihatkan ion Chlorida seperti dibicarakan diatas berbuat menyeimbangkan
sementara ion ion Potassium pelan pelan bocor keluar sel sedangkan ion ion sodium
bocor kedalam. Suatu proses kimia aktif memompa ion potassium kedalam sel dan
ion sodium keluar. Menimbulkan konsentrasi keseimbangan konsentrasi gambar 1.1.
Ion ion Potasium dan Sodium bermain pengatur utama dalam stimulasi dan propagasi
potensial aksi.
Gambar 1.3 menunjukkan secara skematis, bagaimana axon menyebarkan kegiatan
potensial

Grafik potensial yang terukur diantara titik P dan diluar axon juga

ditunjukkan. Axon ini memiliki potensial istirahat sekitar 80 mV. Bila akhir bagian
kiri axon distimulasikan, dinding membrane berlubang akibat ion Na+ dan ion ini
dapat melalui membrane yang menyebabkan depolarisasi pada membrane. Bagian
dalam dengan segera menjadi positif sampai sekitar. 50 mV. Potensial pembalikan
pada daerah terstimulasi menyebabkan pergerakan ion seperti yang ditunjukan oleh
panah pada gambar 1.2 b. yang memindahkan depolarisasi daerah ke bagian kanan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

( gambar 1.3c , gambar 1.3d , gambar 1.3e ). Panas, dingin, cahaya, suara dan bau.
Bila stimulasi berupa listrik, hanya dibutuhkan tegangan sekitar 20 mV diseberang
membrane untuk menerima kegiatan potensial.

Gambar 1.2 Transmisi impuls syaraf sepanjang axon,Pulsa voltase bergerak sepanjang syaraf adalah
potensial aksi.

Dapat dijelaskan potensial istirahat dengan menggunakan model dimana membran


yang sangat tipis memisahkan larutan berkonsentrasi netral dalam KCL dari larutan
berkonsentrasi lebih kecil, Satunya yang berkonsentrasi kurang.. KCL dalam larutan
membentuk ion K+ dan ion Cl-

diperlihatkan dalam gambar B. oleh (+) dan (-)

bersama sama. Kita mengamsusikan bahwa membran permeable untuk ion Cl dan
tidak permeable untuk ion K. Dari kondisi awal ion Cl berdifusi maju mundur
menyeberangi membran , memberikan gerakan muatan negative dari kiri ke kanan .
Oleh karena ion K tidak dapat bergerak melalui membran, dengan cepat berkembang
kekurangan ion Cl dikiri membran, dan meninggalkan ion positif disana. Ion Cl yang
telah bergerak melalui membran akan membentuk lapisan muatan negative dikanan.
Muatan yang dipisahkan menjadi seperti kapasitor muatan sederhana, memberikan
titik medan magnet listrik. Ketika serabut syaraf distimulasi, perubahan besar terjadi
pada potensial istirahat yang timbul pada titik titik perubahan.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 1.1 : Konsentrasi khusus dalam mol/liter K+, Na+ , Cl- dan sejumlah besar ion protein (A)
didalam dan diluar sel. Didalam sel lebih negative dari diluar hamper 60 sampai 90 mV. Catat medan
listri ditunjukkan oleh E hanya pada membrane ,sedangkan daerah yang lebih jauh dari membrane
netral dari muatan.

Perubahan potensial ini, disebut kegiatan potensial, tersebar di sepanjang axon.


Kegiatan potensial adalah metode utama pengiriman sinyal dalam tubuh. Stimulasi
dapat disebabkan oleh berbagai getaran fisik atau kimia. Sementara titik stimulasi
sebenarnya telah disamarkan ( dipolarisasikan ulang ) ,Karena ion K+ telah
dikeluarkan untuk menempati potensial istirahat ( gambar 1.3c , gambar 1.3d dan
gambar 1.3e ).
Pulsa tegangan adalah potensial kegiatan. Untuk sebagian besar serabut syaraf dan sel
sel otot, potensial kegiatan berlangsung selama beberapa milidetik, bagaimanapun
juga, potensial kegiatan untuk otot jantung dapat berlangsung dari 150 sampai 300
mili detik ( gambar 1.3 ) . Sebuah serabut syaraf dapat mengirim pada arah
sebaliknya. Bagaimanapun juga synapse yang menghubungkan axon dengan serabut

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

syaraf lainnya hanya mengizinkan potensial kegiatan bergerak sepanjang axon yang
jauh dari sel tubuh nya sendiri.

Gambar 1.3. Transmisi impuls syaraf sepanjang axon, Pulsa voltase yang bergerak sepanjang syarat
adalah potensial aksi.

Pengujian axon pada berbagai serabut syaraf dengan mikroskop electron


mengindikasikan bahwa terdapat dua tipe serat syaraf yang berbeda. Membran dari
beberapa axon diliputi oleh

selaput pelindung tebal yang disebut myelin yang

memiliki jarak tak terlindung yang disebut titik Ranvier pada setiap milimeternya.
Syaraf-syaraf ini dirujuk sebagai syaraf ter myelinasi. Syaraf-syaraf ini tidak
memiliki lengan myelin ( sarung ) dan syaraf ini disebut syaraf tak ter-myelinasi.
Hal ini adalah sebuah klasifikasi unik, sebagian besar syaraf manusia memiliki kedua
type serabut ini. Banyak penelitian terdahulu mengenai perilaku listrik pada syaraf
telah dilakukan pada serat syaraf tak ter myelinasikan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 1.4. Bentuk gelombang potensial aksi dari : (a). syaraf axon, (b). sel otot kerangka dan (c) sel
otot jantung. Catat perbedaan skala waktu

Dua

factor utama yang mempengaruhi kecepatan penambahan aksi potensial ,

tahanan listrik R dalam axon inti dan capacitance C (berhubungan muatan) melalui
membrane. Waktu t yang diperlukan memuat atau mengosongkan sirkuit listrik seri
yang simple terdiri tahanan R dan kapasitas C mempunyai bentuk fungsi ekspotensial
exp (-t/RC) lihat tambahan B. Harga dari konstanta waktu t ketika t sama dengan
RC, t = t = RC, pengurangan salah satu R datu C akan mengurangi kontanta waktu
dan kapasitor akan mengisi atau mengosongkan lebih cepat.
Kecepatan konduksi potensial aksi tergantung pada laju pengisian atau pengosongan
sirkuit R_C. Tahanan internal suatu axon sedemikian dalam gambar C berkurang,
diameternya bertambah. Untuk dua axon dengan sifat yang sama berbeda hanya
diameternya, sehingga axon dengan diameter besar memiliki kecepatan lebih tinggi
daripada axon dengan diameter yang kecil.
Lebih besar kapasitas membrane, lebih lama membrane melakukan depolarisasi, dan
oleh karena itu menyebabkan kecepatan penyebaran melambat. Lengan myelin adalah
insulator yang baik dan bagian axon yang ini sangat rendah kapasitasnya. Karena
kapasitas rendah, cadangan pada bagian ter-myelinasi sebuah serat syaraf sangat kecil
bila dibandingkan dengan dengan serat ter-myelinasi yang memiliki diameter dan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

panjang yang sama. Oleh karena itu pengarahan kecepatan pada serat ter-myelinasi
lebih cepat. Jaringan axon tek ter-myelinasi ( berdiameter 1 mm ) memiliki kecepatan
penyebaran 20 sampai 50 m/det, dimana serat ter-myelinasi pada manusia
( berdiameter 10

mm ) memiliki kecepatan penyebaran 100 m/detik. Konduksi

kecepatan yang besa ini terutama dihasilkan dari kapasitas yang sangat kecil pada
syaraf ter-myelinasi.
Potensial aksi berpindah sangat cepat pada porsi termyelinasi (nodes of Ranvier).
Potensial aksi direduksi pada amplitude dalam segmen termyelinasi, tetapi disimpan
dalam ukuran penuh dalam bagian tidak termyelinasi sehingga konduksi sama seperti
dalam gambar 1.3. Dibawah kedua kondisi ini potensial aksi berpindah sangat cepat
dalam bagian termyelinasi dan lebih rendah dalam nodes, terlihat seakan akan
melompat dari satu nodes Rnvier ke yang berikutnya, ini disebut konduksi salutatory
atau leaping.
Keuntungan syaraf ter-myelinasi, seperti yang ditemukan pada manusia, ialah bahwa
syaraf termyelinasi, seperti yang ditemukan pada manusia,

ialah bahwa syaraf

termyelinasi menghasilakan kecepatan penyebaran yang tinggi pada axon dengan


diameter kecil. Sejumlah besar serat syaraf oleh karena itu dapat dikemas menjadi
sekelompok untuk menyediakan untuk menyediakan banyak saluran sinyal. Sebagai
contoh ,10.000 serat termyelinasi dengan diameter 10 um dapat disatukan dengan
daerah tumpang tindih sekitar 1 sampai 2 mm2, dimana 10.000 serat tak ter myelinasi
dengan kecepatan yang sama akan mendapatkan penyatuan dengan daerah tumpang
tindih sekitar 100 cm2 atau sekitar 10.000 kali lebih besar.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

1.3 Klasifikasi alat biomedika elektronika


Klasifikasi peralatan biomedika elektronika didasarkan pada posisi, dimana
potensi elektris dari pengiriman melalui syaraf dan sinyal elektris yang terlihat dan
dapat diukur.
a. Otot Electromyogram ( EMG )
b. Jantung Electorocardiogram ( ECG )
c. Otak Electroencephalogram ( EEG )
d. Mata Electroretinogram ( ERG ) dan Electrooculogram ( EOG )
Selain itu terdapat peralatan biomedika elektronika yang pengukurannya tidak
berdasarkan sinyal elektris tetapi berdasarkan sinyal magnet yaitu :
a. Jantung Magnetcardioram
b. Otak Magnetencephalogram
Pertanyaan :
1. Sebutkan 5 sinyal elektris yang kadang-kadang terekam.
2. Apa keuntungan syaraf termyelinasi terhadap syaraf tak termyelinasi
3. Apa potensial istirahat sel
4. Apakah pengarahan kecepatan terhadap potensial kegiatan pada syaraf axon.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

10

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

BAB 2
SISTEM OTOT MANUSIA
2.1 Pendahuluan
Tubuh manusia terdiri dari masyarakat sel yang saling berinteraksi. Sel adalah
satuan dasar bagi struktur dan fungsi tubuh manusia. Sel-sel tubuh, yang terlalu kecil
untuk dapat dilihat oleh mata telanjang, telah dibuktikan oleh teknik-teknik
mikroskopik sebagai unit yang terdiri dari tiga subdivisi utama, yaitu:
a. membran plasma, yang membungkus sel dan memisahkan cairan intersel dari
ekstrasel
b. nukleus, yang mengandung asam deoksiribonukleat (DNA), bahan genetik sel
c. sitoplasma, bagian interior sel yang tidak ditempati oleh nukleus. Sitoplasma
terdiri dari sitosol, suatu massa kompleks mirip gelatin, dan berbagai organel,
yaitu struktur sangat terorganisasi, terbungkus membran, dan tersebar di dalam
sitosol. Pembagian perangkat-perangkat kimiawi khusus di dalam organel-organel
memungkinkan berbagai aktivitas kimiawi yang tidak kompatibel satu sama lain
dapat berlangsung secara serentak di dalam kompartemen-kompartemen organel
yang terpisah.
Setiap sel melakukan fungsi-fungsi dasar yang penting bagi kelangsungan
hidupnya sendiri, misalnya :
a. memperoleh O2 dan zat-zat gizi, yang digunakan sel untuk memperoleh energi
b. bereaksi terhadap perubahan di lingkungan sekitar
c. mengontrol perpindahan bermacam-macam bahan di dalam sel dan perpindahan
bahan antara sel dengan lingkungannya
d. bereproduksi

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

11

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Sel-sel tubuh terorganisasi dalam kelompok-kelompok fungsional, maksudnya


sel-sel yang memiliki struktur dan aktivitas khusus dan serupa, terorganisasi menjadi
satu jaringan. Terdapat empat jenis dasar jaringan, yaitu:
a. jaringan otot, yang khusus berkontraksi dan menghasilkan gaya;
b. jaringan saraf, yang mengkhususkan diri untuk inisiasi dan transmisi impuls listrik
c. jaringan epitel, yang melapisi dan membungkus berbagai permukaan dan rongga
tubuh dan juga membentuk kelenjar sekretorik
d. jaringan ikat, yang menghubungkan, menyokong, dan melekatkan berbagai bagian
tubuh.
Jaringan-jaringan diatas lebih lanjut tersusun membentuk organ-organ, yaitu
struktur yang terdiri dari beberapa jaringan primer yang berfungsi bersama melakukan
suatu fungsi-fungsi tertentu. Organ-organ membentuk sistem, yaitu kumpulan organ
yang melakukan fungsi-fungsi terkait dan saling berinteraksi untuk menyelesaikan
suatu aktivitas bersama yang penting bagi kelangsungan hidup tubuh secara
keseluruhan.
Sistem yang menyusun tubuh manusia dengan segala fungsinya dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a. Sistem kardiovaskular yang berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh
b. Sistem pencernaan berfungsi melakukan pemrosesan makanan yang terjadi di
dalam mulut, perut, dan usus
c. Sistem endokrin berfungsi pada proses komunikasi dalam tubuh dengan hormon
d. Sistem kekebalan untuk mempertahankan tubuh dari penyakit
e. Sistem integumen yang terdiri atas organ kulit dan rambut
f. Sistem limfatik yaitu struktur yang terlibat dalam transfer limfa antara jaringan
dan aliran darah

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

12

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

g. Sistem otot yang berfungsi menggerakkan tubuh


h. Sistem saraf berfungsi untuk mengumpulkan, mengirim, dan memproses
informasi dalam otak dan saraf
i. Sistem reproduksi yang terdiri atas organ - organ seksual
j. Sistem pernafasan yaitu organ-organ yang digunakan dalam pernafasan
k. Sistem rangka berfungsi untuk memberikan sokongan dan perlindungan struktural
pada tubuh
l. Sistem ekskresi urine yang terdiri atas ginjal dan struktur lain yang dihubungkan
dalam produksi dan ekskresi urine
Anatomi tubuh manusia tersusun atas sistem-sistem diatas dengan tugas dan fungsi
masing masing.
2.2 Jaringan Otot
Pada bab ini hanya akan dipelajari tentang sel otot, karena sel ini yang dapat
melakukan kontraksi untuk pergerakan tubuh. Jaringan otot atau yang dalam bahasa
awam sering disebut daging tersusun atas:
1. Sarkolema : membran yang melapisi suatu sel otot yang fungsinya sebagai
pelindung otot
2. Sarkoplasma : cairan sel otot yang fungsinya untuk tempat dimana miofibril dan
miofilamen berada
3. Miofibril : merupakan serat-serat pada otot.
4. Miofilamen : benang-benang/filamen halus yang berasal dari miofibril. Miofibril
terbagi atas 2 macam, yakni :
a. miofilamen homogen (terdapat pada otot polos)
b. miofilamen heterogen (terdapat pada otot jantung/otot cardiak dan pada otot
rangka/otot lurik).

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

13

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Di dalam miofilamen terdapat protein kontaraktil yang disebut aktomiosin (aktin


dan miosin), tropopin dan tropomiosin. Ketika otot kita berkontraksi (memendek)
maka protein aktin yang sedang bekerja dan jika otot kita melakukan relaksasi
(memanjang) maka miosin yang sedang bekerja.
Macam macam jaringan otot ada tiga macam:
1. Otot Polos (otot volunter) : salah satu otot yang mempunyai bentuk yang polos
dan bergelondong. Cara kerjanya tidak disadari (tidak sesuai kehendak) /
invontary, memiliki satu nukleus yang terletak di tengah sel. Contohnya adalah
otot pada saluran pencernaan seperti:lambung dan usus.
2. Otot Lurik (otot rangka): melekat pada seluruh rangka, cara kerjanya disadari
(sesuai kehendak), bentuknya memanjang dengan banyak lurik-lurik, memiliki
nukleus banyak yang terletak di tepi sel. Contoh otot pada lengan
3. Otot Jantung (otot cardiak) : hanya terdapat pada jantung. Otot ini merupakan otot
paling istimewa karena memiliki bentuk yang hampir sama dengan otot lurik
(mempunyai lurik-lurik) tapi bedanya dengan otot lurik yaitu bahwa otot lirik
memiliki satu atau dua nukleus yang terletak di tengah/tepi sel. Dan otot jantung
adalah satu-satunya otot yang memiliki percabangan yang disebut duskus
interkalaris. Otot ini juga memiliki kesamaan dengan otot polos dalam hal cara
kerjanya yakni involuntary (tidak disadari).
2.2 Konsep Homeostasis Sel
Homeostasis mengacu kepada pemeliharaan suatu keadaan stabil dinamis di
dalam lingkungan cairan internal yang melingkupi semua sel tubuh. Karena sel-sel
tubuh tidak berkontak langsung dengan lingkungan luar, kelangsungan hidup sel
bergantung pada pemeliharaan lingkungan cairan internal yang berhubungan langsung
dengan sel. Sebagai contoh, di lingkungan internal sel, O2 dan zat-zat gizi harus terus

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

14

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

menerus diganti sesuai kecepatan penggunaannya oleh sel. Faktor-faktor lingkungan


internal yang harus dipertahankan secara homeostasis adalah
a.

konsentrasi molekul-molekul nutrien

b.

konsentrasi O2 dan CO2

c.

konsentrasi zat-zat sisa

d.

pH

e.

konsentrasi air, garam dan elektrolit lain

f.

suhu

g.

volume dan tekanan


Fungsi sistem tubuh akhirnya bergantung pada aktivitas-aktivitas khusus sel-

sel yang menyusun setiap sistem. Dengan demikian, homeostasis penting bagi
kelangsungan hidup setiap sel, dan setiap sel memberikan kontribusinya untuk
mempertahankan homeostasis. Sistem kontrol yang mengatur aktivitas berbagai
sistem tubuh untuk mempertahankan homeostasis dapat diklasifikasikan dalam 2
golongan:
a. kontrol intrinsik, yaitu respons kompensatorik inheren suatu organ terhadap
perubahan
b. kontrol ekstrinsik, yaitu respons suatu organ yang dicetuskan oleh faktor-faktor di
luar organ tersebut, seperti sistem saraf dan endokrin.
Baik kontrol intrinsik maupun ekstrinsik umumnya beroperasi berdasarkan
prinsip umpan balik negatif, yaitu suatu perubahan pada sebuah variabel yang diatur
mencetuskan respons yang mendorong variabel itu berlawanan arah dengan
perubahan awal, sehingga terjadi perlawanan terhadap perubahan. Keadaan
patofisiologi terjadi jika satu atau lebih sistem tubuh gagal berfungsi secara benar,

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

15

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

sehingga lingkungan internal yang optimal tidak lagi dapat dipertahankan. Gangguan
homeostasis serius dapat menyebabkan kematian.
2.3 Konsep Bio Potensial
2.3.1 Resting state
Sel saraf dan otot diketahui sebagai jaringan yang dapat tereksitasi (excitable
tissue) karena keduanya dapat dengan cepat mengubah permeabilitas membran
sehingga mengalami perubahan potensial membran sementara apabila tereksitasi. Bio
potensial dihasilkan sebagai akibat aktifitas elektrokimiawi sel-sel yang tereksitasi
tersebut. Adanya bio potensial pada membran sel inilah yang yang menyebabkan otot
melakukan kontraksi.
Pada kondisi resting state, potensial internal sel berada pada range 50mV
sampai 100mV relatif terhadap potensial eksternalnya. Membran sel yang tersusun
atas lipoprotein kompleks dengan ketebalan 7-15nm, bersifat tidak permeable
terhadap protein dan substansi organik lain yang ada di dalam sel. Pada kondisi
resting state, membran sel ini hanya permeable terhadap ion Na +, K+, dan Cl-.
Permeabilitas membran sel yang berada dalam kondisi resting state terhadap ion
sodium / Na+ (PNa) lebih kecil 50 100 kali dibandingkan permeabilitas terhadap ion
potassium / K+ (PK).
Konsentrasi ion-ion Na+, K+, dan Cl- antara internal dan eksternal sel yang
tidak sama akan menimbulkan gradien difusi, sehingga terjadi pergerakan ion dari dan
ke dalam sel. Ion K+ akan berdifusi keluar sel, ion Cl- akan berdifusi masuk ke dalam
sel, mengakibatkan perbedaan potensial transmembran, dimana internal sel memiliki
potensial lebih negatif dibandingkan eksternal sel. Pada kondisi ini sel berfungsi
seperti sebuah kapasitor (ukuran kecil) dengan membran sel sebagai dielektriknya.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

16

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Medan listrik yang ditimbulkan kapasitor ini akan menghalangi proses difusi keluar
ion positif (misal K+) dan difusi masuk dari ion negatif (misal ion Cl-).
Medan listrik pada membran dan proses difusi akan saling berlawanan arah,
sehingga akhirnya akan tercapai kondisi steady state. Pada kondisi steady state ini
tidak ada arus yang melewati membran. Ion K+ merupakan ion utama yang
menentukan besarnya potensial steady state ini karena pada kondisi resting state P K
>> PNa. Potensial equlibrium untuk ion K+ (EK) sesuai persamaan Nernst sebesar:
EK

RT K 0
ln
nF K i

(2.1)

dimana EK adalah potensial resting membran pada kondisi steady state, n adalah
valensi dari K+, [K]o, [K]i adalah konsentrasi ion K+ di luar dan di dalam sel. T
adalah temperatur dalam Kelvin dan F adalah konstanta Faraday. Persamaan 2.1 ini
dapat digunakan untuk menghitung potensial membran pada kondisi resting state (dan
menunjukkan pada resting state yang dominan adalah potensial potassium). Nilai
potensial yang lebih akurat dapat diperoleh dengan memasukkan juga konsentrasi ion
Na+ dan Cl- pada persamaan 2.1.
Agar kondisi steady state (ketidakseimbangan ionic antara luar dan dalam sel)
tetap terjaga diperlukan perpindahan ion secara aktif dan terus menerus yang
berlawanan dengan gradien elektrokimiawi normalnya. Mekanisme transport aktif ini
berada dalam membran sel dan dikenal dengan nama pompa potassium sodium.
Mekanisme ini secara aktif akan memasukkan ion K+ ke dalam sel dan mengeluarkan
ion Na+ keluar sel dengan rasio 3Na+:2K+. Arus yang timbul karena mekanisme
pemompaan ini, menuju ke luar sel dan menghalangi peningkatkan negatifitas
potensial intraselular. Energi untuk melakukan proses pemompaan ini berasal dari
energi selular ATP (adenosine triphosphate).

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

17

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Jadi dapat disimpulkan yang mempengaruhi aliran ion melintasi membran sel
adalah :
a. Gradien diffusi
b. Medan listrik membran
c. Struktur membran
d. Transportasi aktif ion
Namun bagaimanapun, jumlah ion yang melintasi membran ini sangatlah sedikit
dibandingkan total ion yang ada di dalam maupun di luar sel. Influx Na+ tidak dapat
mengkompensasi efflux K+ karena pada resting state P K >> PNa. Sedang difusi Cl- ke
dalam sel akan menurunkan gradien konsentrasi, namun pergerakan ion ini akan
disetimbangkan oleh gradien listrik.
2.3.2 Aktif state
Sel yang tereksitasi dan berada pada resting state apabila mendapatkan
stimulus yang cukup, akan mampu melewati potensial steady statenya, sehingga
terjadi perubahan potensial dan sel memasuki kondisi aktif state. Terdapat dua macam
perubahan potensial:
a. potensial berjenjang, yang berfungsi sebagai sinyal jarak dekat yang cepat
menghilang dalam rentang jarak yang pendek pada bagian membran tempat
potensial tersebut dimulai
b. aksi potensial, yaitu sinyal jarak jauh.
Stimulan yang cukup akan menimbulkan depolarisasi pada membran,
sehingga potensial membran mampu melewati potensial steady statenya dan timbul
aksi potensial. Aksi potensial akan merambat sepanjang membran sel yang tereksitasi
sebagai respons terhadap stimulan dengan kecepatan konduktivitas konstan atau tidak
timbul sama sekali. Karena adanya resting potensial steady state ini, dikatakan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

18

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

membran mengalami polarisasi. A lessening amplitudo polarisasi ini disebut


depolarisasi, sedang peningkatan amplitudonya disebut hiperpolarisasi. Pada sel
syaraf perubahan potensial bisa mencapai 120mV dalam waktu 1ms. Peningkatan
intensitas maupun durasi pemberian stimulus hanya akan menghasilkan perubahan
potensial membran yang sama seperti tidak ada peningkatan intensitas maupun durasi
stimulus. Aksi potensial timbul secara maksimal sebagai respons terhadap stimulan
atau tidak timbul sama sekali. Variasi kekuatan stimulan tercermin bukan pada variasi
kekuatan (besarnya) aksi potensial tetapi pada variasi frekuensinya.
Jika membran mengalami depolarisasi, permeabilitas terhadap ion Na+
(konduktifitas membran terhadap ion sodium gNa) akan meningkat, sehingga terjadi
peningkatan aliran ion Na+ ke dalam sel. Terjadi depolarisasi lebih jauh, dan g Na akan
semakin besar (jadi gNa tergantung pada beda potensial yang melintasi membran). Jika
kondisi threshold sudah tercapai, proses ini akan melakukan self regenerasi dan keluar
dari proses depolarisasi. Pada kondisi ini potensial membran sesuai persamaan Nernst
adalah potensial sodium, ENa, sebesar +60mV. Jadi perubahan permeabilitas ini
menyebabkan pembalikan potensial membran secara singkat, dengan influks Na +
sebagai penyebab fase naik (dari -70 mV ke +30 mV), diikuti oleh efluks K + selama
fase turun (dari puncak kembali ke resting potensial).
Namun potensial membran tidak akan pernah mencapai level potensial Nernst
ini, karena gNa tidak hanya tergantung pada tegangan namun juga tergantung pada
waktu (peristiwa ini sangat pendek waktunya bila dibandingkan dengan aksi
potensial), dan juga adanya penundaan peningkatan gK yang berarti ada pengaruh
hiperpolarisasi yang mencegah potensial membran kembali ke resting potensial. Jika
potensial membran mulai kembali ke potensial restingnya, gK masih terelevasi dan
kembali ke potensial resting secara eksponensial. Dan karena ion K + masih terus

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

19

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

mengalir keluar dari sel selama waktu itu, membran mengalami hiperpolarisasi dan
timbul undershoot potensial membran.
Selama proses inisialisasi aksi potensial ini, membran tidak dapat merespons
adanya stimulus yang lain, durasi waktu ini disebut absolute refractory period.
Kemudian diikuti dengan relative refractory period, dimana aksi potensial dapat
dielicited oleh stimulus yang intensif. Refractory period ini menimbulkan batas atas
frekuensi dimana sel yang tereksitasi mungkin akan mengalami perulangan discharge.
Sebagai contoh serabut syaraf dengan absolut refractory period 1 ms akan memiliki
batas ambang atas perulangan discharge kurang dari 1000 impuls/s.

Gambar 2.1 Perubahan konduktansi sodium dan potassium pada aktif state

Adanya aktifitas peningkatan potensial membran dalam durasi waktu pendek ini dapat
digambarkan dalam sebuah rangkaian ekivalen seperti gambar 4.2.

Gambar 2.2 Rangkaian ekivalen sel otot pada aktif state

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

20

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Pada perambatan aksi potensial sepanjang serabut syaraf tak bermyelin tunggal,
daerah yang berubah ke level aktif state pada waktu tertentu biasanya sangat
sempit/pendek dibandingkan panjang serabut secara keseluruhan. Gambar 4.3
menunjukkan distribusi muatan selama perambatan aksi potensial tersebut.

Gambar 2.3 Distribusi muatan pada sel yang tereksitasi

Jika dianggap aksi potensial merambat ke arah kiri, maka membran yang ada
di depan daerah aktif akan terpolarisasi pada kondisi resting state. Reversal polaritas
terlihat dalam daerah aktif karena adanya depolarisasi membran menuju potensial
positif. Pada daerah di depan daerah aktif ini pula, penurunan potensial terjadi karena
adanya aliran arus keluar melewati membran yang membuat turunnya potensial
transmembran. Ketika membran terdepolarisasi ke level ambang, kirakira 20 mV
lebih positif dari resting potensial, daerah tersebut berubah menjadi daerah aktif. Arus
yang sama yang mengalir di belakang daerah aktif tidak efektif pada eksitasi
membran kembali, karena membran berada pada kondisi refractory. Proses diatas
disebut self eksitasi, peningkatan potensial membran terjadi karena adanya arus dari
daerah aktif. Membran berada pada aktif state sesaat saja dan mengalami repolarisasi
lengkap. Dengan cara ini aksi potensial akan merambat sepanjang serabut serabut
sel.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

21

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Sebelum kembali ke resting state, aksi potensial menimbulkan aksi potensial


baru yang identik di daerah sebelahnya melalui aliran arus, sehingga daerah yang
sebelumnya dalan kondisi resting state akan mencapai threshold. Siklus yang terus
menerus ini berlanjut sampai aksi potensial menyebar ke seluruh membran sel tanpa
mengalami penyusutan. Bagian membran yang baru saja dilewati oleh aksi potensial
tidak mungkin dirangsang kembali sampai bagian tersebut pulih dari periode
refractory-nya. Periode refraktory ini akan memastikan perambatan satu arah aksi
potensial menjauhi tempat awal aksi potensial terjadi.
Dua cara perambatan aksi potensial adalah sbb:
a. konduksi oleh aliran arus lokal pada serat tidak bermielin, dalam hal ini aksi
potensial menyebar di sepanjang bagian membran
b. konduksi saltatorik yang berlangsung lebih cepat di serat bermyelin, yaitu impuls
melompati bagian-bagian saraf yang ditutup oleh insulator mielin. Pompa Na+ - K+
secara bertahap memulihkan ion-ion yang berpindah selama perambatan aksi
potensial ke lokasi semula untuk mempertahankan gradien konsentrasi.
2.4 Kontraksi pada Jaringan Otot
Pada bagian ini hanya dibahas otot rangka saja dalam kaitannya dengan gerak
dan energi mekanik tubuh. Otot rangka adalah jaringan yang peka rangsang yang
diatur oleh saraf motorik somatic dalam kesatuan yang disebut syaraf motorik unit
(smu). Pergerakan impuls aksi potensial berasal dari smu alfa ke endplate motorik di
membran otot rangka adalah awal dari kontraksi otot. Sebelumnya di smu endplate
telah terjadi proses depolarisasi, dan timbul potensial endplate (EPP) karena adanya
pelepasan zat Asetilkolin (Ach) secara terus menerus. Adanya aksi potensial dari
smu alfa ini akan membuat pelepasan Ach menjadi sangat banyak, sehingga
depolarisasi di endplate menjadi aksi potensial otot yang kemudian menjalar

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

22

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

sepanjang membran sel otot dan tubulus T. Akibatnya Ca gate di retikulum


sarkoplasma membuka dan melepaskan ion Ca ke sitoplasma sel. Ion Ca kemudian
menyebar ke seluruh sitoplasma dan melakukan ikatan dengan troponin C. Ikatan ini
menimbulkan perubahan konformasi molekul troponin, membuka binding site untuk
kepala myosin di molekul aktin.

Gambar 2.4 Struktur otot rangka dan ikatannya dengan tulang

Gambar 2.5 Struktur mikroskopis otot rangka

Pembukaan binding site akan menimbulkan jembatan silang antara filamen


aktin dan miosin. Dengan katalis enzim myosin-ATP-ase terjadi hidrolisa ATP
menjadi ADP+Pi+energi di kepala myosin dan mengakibatkan pembengkokan kepala
myosin hingga miofilamen bergerak (bergeser) ke arah pertengahan sarkomer dan
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

23

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

menghasilkan kontraksi otot. Seluruh peristiwa ini dimulai dari adanya perangsangan
saraf motorik hingga terjadi pergeseran miofilamen disebut excitation contraction
coupling.
Dalam serat otot rangka, peristiwa listrik sudah selesai sebelum peristiwa mekanik
mulai. Peristiwa listrik berlangsung selama 2ms, peristiwa mekanika selama 10 100
ms. Jadi ion Na+ dan K+ berperan dalam menghasilkan aksi potensial, sedang ion Ca +
berperan dalam memulai pergeseran miofilamen.
Jika kemudian impuls smu berhenti, ion Ca+ akan kembali ke asalnya (retikulum
sarkoplasma), binding site di filamen tertutup lagi, ikatan aktin dan myosin terlepas
dan terjadi relaksasi otot.

Gambar 2.6 Perjalanan impuls dari ujung smu hingga menghasilkan pergeseran filamen

Jika kemudian impuls smu berhenti, ion Ca+ akan kembali ke asalnya
(retikulum sarkoplasma), binding site di filamen tertutup lagi, ikatan aktin dan myosin
terlepas dan terjadi relaksasi otot. Seperti halnya syaraf syaraf yang lain, smu juga
memiliki ambang stimulan tertentu. Jika stimulan yang diberikan melewati

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

24

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

ambangnya, maka pada syaraf tersebut akan muncul aksi potensial dan dihantarkan
sebagai impuls.

Gambar 2.7 Diagram waktu antara aksi potensial smu (atas), aksi potensial serat otot rangka, dan
kontraksi serat otot rangka

Jadi jika terdapat seberkas syaraf motorik yang mendapat stimulan, maka
syaraf yang dapat menghasilkan aksi potensial adalah syaraf yang telah dilampaui
ambangnya.
Pada pemberian stimulan yang berulang-ulang (frekuensi pemberian stimulan
semakin tinggi), akan terjadi pelepasan ion Ca yang semakin banyak, menimbulkan
lebih banyak binding site dan jembatan silang, sehingga kekuatan kontraksi otot
semakin besar. Jika frekuensi perangsangan ini sangat tinggi maka kontraksi otot akan
berlangsung terus menerus tanpa diikuti fase relaksasi otot. Artinya otot rangka yang
masih berkontraksi (namun kegiatan elektriknya sudah selesai) dapat memberikan
respons atas stimulan yang berikutnya karena pada saat itu otot tersebut telah
melampaui masa refrakternya. Berbeda dengan otot rangka, otot jantung tidak dapat
berkontraksi terus menerus karena masa refrakter otot jantung berlangsung sama
panjang dengan masa kontraksinya.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

25

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 2.8 Perbedaan masa kontraksi dan refrakter otot jantung dan otot rangka

Faktor lain yang mempengaruhi kekuatan kontraksi otot rangka selain


frekuensi perangsangan adalah panjang awal otot (berkaitan dengan jumlah jembatan
silang yang mungkin dihasilkan), kedudukan sendi dan derajad kebebasannya (karena
otot rangka menempel pada tulang), adanya pengaruh dari luar seperti temperatur, pH
(mempengaruhi kinerja protein, glikogen otot, jumlah ion K+, Na+ dan enzim dalam
kontraksi otot rangka) dan juga kondisi system syaraf pusat seseorang.
Proses kontraksi dan relaksasi selalu membutuhkan ATP yang diperoleh dari
metabolisme dalam sel otot. Penguraian ATP akan menghasilkan energi mekanik
(menjadi tegangan otot, yang akan memendekkan/memanjangkan panjang berkas otot
jika tegangannya melampaui beban yang harus ditahan) maupun energi thermal untuk
menjaga keseimbangan panas tubuh.
Pertanyaan:
1. Apakah maksud dari sel-sel tubuh terorganisasi dalam kelompokkelompok fungsional ?
2. Jelaskan kontraksi pada jaringan otot.
3. Bagaimanakah perbedaan otot jantung dan otot rangka?
4. Jelaskan distribusi muatan pada sel yang tereksitasi.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

26

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Bab 3
ElectroMyoGraf (EMG)
3.1 Pendahuluan
Electro Myo Graph (EMG) adalah instrumentasi untuk mengukur potensial pada
aktifitas otot. Kegunaan EMG adalah untuk mengetahui seberapa besar manusia
mampu menjalankan ototnya. Dengan adanya mengetahui EMG seseorang maka
implementasi EMG digunakan untuk :
a. Pendeteksian kemampuan otot untuk mengetahui tingkat kerja otot karena
stroke
b. Pendeteksian EMG untuk pemulihan pasca stroke dengan beban tertentu,
semacam training otot sambil dideteksi.
Lawan kata EMG adalah stimulasi otot. Stimulasi otot adalah pemberian potensial
pada otot supaya otot bisa bergerak. Hal ini biasanya digunakan untuk terapi stroke.
3.2 Rangkaian EMG.
Gambaran rangkaian amplifier untuk EMG ini secara rangkaian amplifier dibagi
menjadi beberapa bagian.bagian pertama yaitu rangkaian double-Ended diferensial
amplifier, setelah itu proses diteruskan ke rangkaian Low pass filter 500Hz untuk
EMG dan yang terakhir adalah Notch Filter .
3.2.1 Double-Ended Differential Amplifier
Tahap peng-inputan sinyal setelah electroda dikuatkan dengan system
rangkaian defferential . Rangkaian defferential dari amplifier ECG dan EMG
ditunjukkan pada gambar 3.1.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

27

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 3.1 Konfigurasi diferential amplifier

Pada konfigurasi ini, masing-masing input langsung dihubungkan dengan tiap


input dari operasional amplifier dengan hubungan non-inferting. Akibat dari
hubungan ini maka impedansi input akan selalu sangat tinggi. Input dari diferential
amplifier ini ada dua yang diambil dari electrode. Dimana penguatan differential dari
rangkaian ini diperoleh dengan :
1 2

R 28
R 27

Rumus diatas diperoleh mengingat bahwa R29=R28


Dalam modul ini terdapat R28=9K dan R27=2K maka dapat diketahui penguatannya
sebesar :

A = 10 Kali

3.2.2 Single-Ended Intermidiete Amplification Stage


Rangkaian ini merupakan rangkaian penguatan tingkat menengah dari
perubahan rangkaian penguatan, dimana sinyal dari penguatan dari double-ended
dirubah menjadi single ended. Untuk lebih jelasnya lagi dapat kita lihat konfigurasi
dari rangkaian amplifier single-ended pada gambar 3.2.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

28

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 3.2 Konfigurasi single-ended intermediate stage

Rangkaian ini merupakan diferential amplifier normal dimana sinyalnya diambil dari
bagian interfaceing dan yang lainnya diambil dari bagian non-inferting. Bila sepasang
resistor di cople dengan tepat,maka
R33 R32

R30
R31

Dimana output dari amplifier diketahui dengan:


VOUT

R33
R30

Sehingga dapat dihitung penguatan dalam tahap ini diperoleh sebesar :


A = 10 Kali Penguatan
Penguatan dalam rangkaian ini tidak boleh terlalu tinggi untuk mencegah saturasi
secara kontinyu dari tingkat tersebut. Coupling yang sempurna antar resistor, berguna
untuk mengeliminasi common mode signal.
3.2.3 Final Stage dan Rangkaian Filter
Pada tingkat ketiga ini merupakan tahap penguatan terakhir sehingga harus diperoleh
penguatan terakhir dan band width yang diinginkan, dimana untuk deteksi sinyal ECG
dan EMG ini total penguatan harus 10000 sehingga penguatan dari tahap ini harus
diusahakan sebesar 100 kali karena penguatan terhadap sebelumnya adalah dua kali

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

29

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

10 kali ( dari penguatan tahap pertama dan penguatan tahap terhadap kedua).
Penguatan dari rangkaian ECG dan EMG ini terhitung sangat besar karena mengingat
sinyal dari elektroda sebesar 2V sehingga harus dikuatkan shingga sebesar 1V
agar dapat mempermudah pendeteksian. Konfigurasi dari rangkaian ketiga ini dapat
dilihat pada gambar 3.3 .

Gambar 3.3 Tahap ketiga single-ended

Penguatan dari rangkaian diatas haruslah seperti yang diharapkan dimana besarnya
penguatan dapat memenuhi kurangnya penguatan dari tahap-tahap sebelumnya,
penguatan yang diharapkan dapat diperoleh dengan hitungan :

R36
R37

Dengan nilai R 36 = 10 K dan R37 = 1 K


Sehingga diperoleh penguatan sebesar :
A = 10 Kali Penguatan
Sebagai hal yang perlu dipertimbangkan untuk memperoleh keakurasian dari
pendeteksian dan mengurangi gangguan halberikut perlu mendapat perhatian khusus:

Kabel penghubung haruslah sependek mungkin dan harus terlindungi dari


gangguan yang mungkin terjadi yang dapat menimbulkan sinyal yang tidak
diperlukan.

Rejection Ratio dari Common Mode Signal harus setinggi mungkin.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

30

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

3.2.4 Filter Aktif


Penggunaan filter diperlukan karena sinyal yang masuk bukan hanya berasal
dari sinyal otot, sehingga sinyal yang tidak sesuai dengan karakteristik sinyal otot
perlu dihilangkan. Karakteristik dari sinyal otot (Electro Myo Graph) memiliki
frekuensi antara 25 Hz sampai dengan 500 Hz dan terdapat amplitudo yang tinggi
bila terjadi kontraksi. Filter yang digunakan adalah High Pass Filter (HPF) 25 Hz,
Band Reject Filter (BRF) atau Notch Filter 50 Hz, dan Low pass filter (LPF)
500Hz.
Keseluruhan rangkaian filter dibentuk menggunakan IC TL 084 karena IC
ini memiliki respon yang baik terhadap perubahan bentuk sinyal baik frekuensi
maupun amplitudo. IC TL 084 ini memiliki 4 buah Op-Amp didalamnya, sehingga
dapat diperoleh penguatan filter (dB) yang baik dan juga IC TL 084 memiliki
harga yang relatif murah dan cocok untuk digunakan dalam peralatan medical.
3.2.5 Rangkaian Low Pass Filter Untuk EMG
Rangkaian Low Pass Filter ini digunakan untuk melewatkan sinyal input
dibawah frekuensi yang telah ditentukan. Rangkaian ini akan melewatkan
frekuensi dibawah 500Hz, yang mana merupakan salah satu karakteristik sinyal
Electro Myo Graph (EMG) atau sinyal otot. Filter ini dibentuk dari dua buah IC
TL 084 yang masing-masing IC terdiri dari empat buah Op-Amp.
Perhitungan frekuensi cut off dari Low Pass Filter ini adalah sebagai

Fc

berikut:
Dimana:

1
2RC

Fc = frekuensi cut off


R = nilai resistansi
C = nilai kapasitansi

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

31

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

c2
220nF
r3
1.5k
12V
+V
r2
2k

r1
2k

Output

TL084
U1D

Input

-12V

+V

c1
110nF

Gambar 3.4 Rangkaian Low Pass Filter EMG

3.2.6 High Pass Filter Untuk EMG


Rangkaian High Pass Filter ini digunakan untuk melewatkan sinyal input
diatas frekuensi yang telah ditentukan. Dan rangkaian ini digunakan pada rangkaian
EMG karena sinyal yang dihasilkan EMG sangat kecil sehingga HPF sangatlah
dibutuhkan. Rangkaian ini akan melewatkan frekuensi diatas 25 Hz, yang mana
merupakan salah satu karakteristik sinyal sinyal otot. Perhitungan frekuensi cut off
dari High Pass Filter ini adalah sebagai berikut:
1
2RC

Fc

Dimana :Fc = frekuensi cut off


R = nilai resistansi
C = nilai kapasitansi
Dimana kita dapat melihat rangkaian Hight Pass Filter 25 Hz pada gambar3.5.

Gambar 3.5 Rangkaian High Pass Filter


r1
15k
r2
60k
12V
+V
c1
.22uF
Input

c2
.22uF

U1B
TL084

r3
30k

Output

-12V

+V

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

32

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

3.2.7 Band Reject Filter


Rangkaian Band Reject Filter ini digunakan untuk menghilangkan sinyal
gangguan dari jaringan jala-jala listrik yang memiliki frekwensi sebesar 50 Hz atau
dari lingkungan sekitar. Perhitungan frekuensi cut off dari Band Reject Filter atau
Notch Filter ini adalah sebagai berikut:
Fc

Dimana:

1
2RC

Fc = frekuensi cut off


R = nilai resistansi
C = nilai kapasitansi

Gambar 3.6 Rangkaian Band Reject Filter


c2
680nF
r4
57k

r1
570

c1
680nF

v1
12V
+V
+ U1A

Output
TL084

r2
1k

v2
-12V

r3
47k

+V

Input

Pada pembuatan filter juga dimungkinkan dalam penggunaan resistor variabel,


hal ini dimaksudkan agar memudahkan dalam pengesetan nilai frekuensi yang
diharapkan. Pembuatan filter didasarkan pada nilai frekuensi yang diharapkan serta
nilai kapasitansi, sehingga pengaturan hanya dilakukan pada nilai resistansi yang
lebih mudah dilakukan.
Pembuatan rangkaian filter ini bisa dimungkinkan tidak sesuai dengan teori
yang ada, hal ini disebabkan nilai toleransi dan error pada alat maupun manusia.
3.2.8 Rangkaian Adder

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

33

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Rangkaian ini merupakan rangkaian penjumlah yang pada dasarnya


digunakan untuk menjadikan seluruh nilai sinyal input menjadi positif (sinyal dc)
tanpa merubah bentuk sinyal dapat dikatakan untuk menaikkan nilai 0Volt dari sinyal,
mengingat sinyal EMG ada yang negatif. Rangkaian ini diperlukan karena proses
selanjutnya adalah konversi sinyal menggunakan rangkaian ADC yang mana hanya
dapat mengkonversi sinyal dc, bila dilanjutkan untuk diolah oleh computer.
Rangkaian ini diberikan tegangan input berupa sinyal dari obyek dan input
tegangan referensi yang besarnya tergantung dari nilai sinyal yang berada di bawah
sumbu x, atau nilai negatif.

Gambar 3.7 Rangkaian Adder

3.3 Prinsip kerja EMG


Tubuh manusia terdiri dari jaringan otot dengan masing-masing bentuk yang
spesifik secara homeostatis yaitu

Otot jantung
Otot jantung yang terletak dalam hati, pada saat kontraksi terjadi sirkulasi
darah untuk mendistribusikan nutrisi ke sel, dan membuang sel yang rusak.

Jaringan otot
Berada disekitar organ tubuh bagian dalam, darah vessel atau paru-paru.
Kontraksi dari jaringan otot diameternya berubah dari organ dan digunakan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

34

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

untuk mengontrol tekanan dan aliran darah atau udara yang mengalir pada saat
respirasi.

Syaraf otot
Kontraksi dari otot syaraf merupakan salah satu bagian dari tubuh seperti
pergerakkan tangan, umumnya pergerakkan yang sangat diperlukan seperti
saat berjalan dan berenang.

Jaringan otot tubuh manusia berisi seratus sel yang bentuknya silender dan
bersama digabungkan dengan jaringan syaraf. Pada tubuh manusia otot
merangsang untuk kontraksi yang dibangkitkan oleh sinyal dari otak seperti
gambar 3.8.
Axon atau fiber yang panjang dan berbentuk silinder. Axon berkembang melalui
spinal nerves dan otak kemudian disebarkan ke cabang-cabang yang dimana
cabang-cabang tersebut merupakan gabungan dari fiber.
Diantara otot otot tersebut untuk mencapai ke cabang cabangnya biasanya
secara individual.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

35

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 3.8 Contoh dari Unit Motor

Semua unit motor neuron dapat sebagai otot fibers, masing masing otot fibers
adalah sebuah otot neuron kombinasi dari single motor neuron dan semua otot
fibers dapat dikontrol yang disebut sebagai motor unit. Aktifitas dari motor
neuron, semua otot fibers dapat dirangsang oleh neuron yang dibangkitkan sinyal
elektrik.
Psikologi kontraksi otot dikontrol oleh :
1. Aktifitas dari motor unit dengan otot.
2. Mengontrol frekuensi dari rangsangan motor neuron dari masing-masing
motor unit.
Bilamana kontraksi kekuatan otot timbul dalam bentuk yang tetap secara serentak
aktif motor unit berasal dari otak dengan otot, proses ini disebut sebagai motor
unit recruitment. Phenomena kumpulan otot dalam invivo sebagai tonus yang
merupakan gambaran gambaran otot yang diamati. Tonus adalah aktifitas peiode
yang kedua dari motor unit yang diperoleh dari syaraf otak dan spinal. Gerakan
gerakan ini untuk mengontrol tubuh seperti berjalan, berenang, atau jogging.
Granding merupakan perubahan dari kontraksi otot atau perpendekkan dengan
beban yang ditempatkan pada otot. Hampir semua rangsangan listrik yang
dibangkitkan dan konduksi oleh masing masing fibers kurang dari 100 V,
konduksi dari beberapa fibers tegangannya berbeda dan cukup lebar untuk
dideteksi oleh elektrode, perubahan tegangan didapatkan pada saat kontraksi otot
yang disebut sebagai electromyogram ( EMG )
3.4 Hasil dan analisa EMG
Hasil pengukuran EMG ini seperti pada gambar 3.9

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

36

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 3.9 Hasil pengukuran EMG

Pada gambar 3.9 ada beberapa macam sinyal EMG. Untuk gambar 3.9 a adalah
aktifitas gerak santai dari otot tubuh. Pada gambar terlihat gerakan awal dari smu =
single motor unit. Rata rata besar tegangan adalah 300V, terlihat juga semakin
bergerak otot tersebut semakin terlihat aktifitas sinyalnya.
Pada hasil pengukuran dari biopac terlihat seperti pada gambar 3.10 yaitu sebanding
dengan mengangkat berat beban pada lengan, karena aktifitas yang di ukur adalah otot
lengan.

Gambar 3.10 Hasil pengukuran otot lengan dengan mengangkat berat beban yang bergantian

Seperti terlihat pada analisa grafik paling atas dari gambar 3.10.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

37

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Hasil dan analisa selalu dikaitkan pada umur dan berat badan manusia, bila lebih
detail di pertimbangkan pula dari sejarah penyakit yang pernah di derita.

Pertanyaan :
1.

Berapakah penguatan untuk rangkaian EMG?

2.

Sebutkan macam macam jaringan otot yang Anda ketahui.

3.

Berapakah rata rata besar amplitude sinyal EMG?

4.

Kontraksi otot dikontrol oleh apa saja?

BAB. 4
Otak dan Sistem Saraf

4.1. Pendahuluan
Sistem saraf (nervous) merupakan sistem jaringan komunikasi tubuh,
dimana pusat control adalah otak. Sistem saraf tersusun dari berjuta-juta sel saraf
yang mempunyai bentuk bervariasi, dan mampu menerima rangsangan dan
meneruskannya keberbagai bagian tubuh. Dalam kegiatannya, sistem saraf
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

38

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

mempunyai hubungan kerja yang berurutan dan berkaitan antara sel saraf yang
menerima rangsangan (stimulus) dan sel saraf atau organ yang memberi tanggapan
(respon) atas rangsangan tersebut. Sebagai contoh, apabila lapar/haus, kita akan
mencari makanan/minuman dan memakannya, atau kalau lelah, kita akan istirahat
atau tidur, dan sebagainya.
Sistem saraf meliputi otak, sumsum tulang belakang, dan sel-sel saraf.
Impuls akan merambat melalui sel saraf, sampai di pusat saraf (otak) yang berfungsi
untuk mengkoordinasikan kegiatan tubuh manusia. Secara umum, system saraf
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1. Menerima informasi atau rangsangan (stimulus) yang berupa perubahan yang
terjadi dilingkungan
2. Mengatur dan memproses informasi yang diterima
3. Mengatur dan memberi tanggapan (respon) atau reaksi dalam bentuk gerakan
atau sekresi kelenjar.
Rangsangan bisa berasal dari luar tubuh, (misalnya cahaya, suara,
panas/dingin, bau, rasa asin, dan manis), dan dari dalam tubuh (misalnya rasa lapar,
haus, lelah, dan lainnya). Rangsangan yang berasal dari luar tubuh disebut stimulus.
Stimulus yang diterima oleh alat tubuh atau sel saraf disebut Reseptor. Dari reseptor,
stimulus akan merambat didalam sel-sel saraf. Rangsangan yang ada didalam tubuh
atau yang berada didalam sel saraf disebut Impuls. Impuls yang merambat dalam sel
saraf akan sampai ke pusat saraf (otak), dan

akan diterjemahkan dalam bentuk

tanggapan (respon). Alat atau organ yang diperintah oleh otak untuk melakukan
respon disebut Efektor.
Impuls yang menuju ke otak sehinggga akan menghasilkan respon terhadap
impuls, dipindahkan dalam bentuk sinyal potensial biolistrik. Sebelum kita membahas

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

39

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

apa dan bagaimana kerja dari system saraf, maka terlebih dahulu akan dibahas
mengenai susunan sel saraf dan jenis-jenis sel saraf.

4.2. Sel Saraf (Neuron)


Sel saraf disebut juga neuron. Neuron adalah bagian terkecil dari system
saraf. Bentuk dari neuron (sel saraf) yang terdapat pada tubuh bermacam-macam,
bergantung dari tempat dan fungsinya. Secara umum, sel saraf tersusun dari Cell
Body (badan sel),

neurit (akson), dendrite, neurofibril, myelin sheath (selaput

myelin), dan nodus ranvier. Badan sel (cell body) terdiri dari inti sel (nucleus) yang
dikelilingi oleh cairan sel yang disebut sitoplasma. Pada badan sel saraf terdapat
penjuluran sitoplasma yang berupa serabut-serabut halus. Penjuluran sitoplasma ada
yang mempunyai serabut panjang dan ada yang mempunyai serabut pendek.
Penjuluran sitoplasma yang berupa serabut pendek disebut dendrit. Sedangkan
penjuluran sitoplasma yang berserabut panjang disebut neurit (akson). Dendrit
berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan (stimulus) menuju ke
badan sel. Sedangkan fungsi akson (neurit) adalah untuk menghantarkan rangsangan
(impuls) dari badan sel saraf ke sel saraf yang lainnya. Bentuk dan bagian-bagian dari
sel saraf, seperti pada gambar 4.1.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

40

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 4.1. Susunan dan Bagian Sel saraf

Pada akson terdapat percabangan akson yang terdiri dari benang-benang


halus yang disebut neurofibril. Neurofibril pada percabangan akson ada yang
dibungkus oleh selaput halus yang disebut myelin sheath (selaput myelin); dan ada
juga yang tidak dibungkus oleh selaput myelin. Akson yang tidak tertutup (tidak
dibungkus) oleh selaput myelin disebut Nodus Ranvier. Fungsi nodus ranvier adalah
untuk mempercepat pengiriman dan jalannya impuls, sedangkan fungsi selaput myelin
adalah untuk mempercepat pengiriman dan jalannya impuls, serta melindungi akson
dan memberi nutrisi pada akson. Selaput myelin tersusun atas kumpulan sel Schwann.
Sel schwann membentuk jaringan yang membantu menyediakan makanan bagi akson
dan membantu pembentukan akson (regenerasi). Hubungan akson dari suatu sel saraf
dengan dendrite dari sel saraf yang lain disebut Sinapsis. Pada sinapsis ini terdapat
celah pertemuan akson dan dendrite yang disebut celah sinapsis. Pada celah sinapsis
inilah terjadi loncatan-loncatan biolistrik yang bermuatan ion dan penyampaian
impuls dengan bantuan zat kimia berupa asetilkolin yang berperan sebagai pengirim
(transmitter).

4.3. Sistem saraf (Nervous)

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

41

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Sistem saraf (nervous) terdiri dari system saraf pusat (Central nervous
system), dan System saraf tepi (Peripheral nervous system). Central nervous system
terdiri dari otak (brain) dan spinal cord (sumsum tulang belakang). Sedangkan
peripheral nervous system terdiri dari saraf cranial (cranial nerves) yang merupakan
serabut (urat) saraf yang terdapat di otak, dan saraf spinal (spinal nerves) yang
merupakan serabut saraf yang terdapat pada sumsum tulang belakang. Serabut saraf
adalah sel-sel saraf yang membentuk bundelan-bundelan. Blok diagram dari nervous
system seperti terlihat pada gambar 4.2.

Gambar 4.2. Blok Diagram Nervous System

Satu serabut saraf terdiri dari selubung yang didalamnya terdapat sel saraf
sensory (sensory fibers) yang berfungsi untuk membawa impuls dari reseptor (indera)
ke saraf pusat, sel saraf motor (Motor fibers) yang berfungsi untuk membawa impuls
dari saraf pusat ke efektor (otot atau kelenjar), sel saraf penghubung atau perantara
yang berfungsi untuk meneruskan impuls dari sel saraf sensori ke sel saraf motor,
pembuluh darah, dan jaringan pengikat.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

42

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Berdasarkan aktivitas gerak yang dilakukan oleh tubuh manusia, ada somatic
system (System gerak sadar), dan autonomic system (system gerak autonom). Somatic
system adalah system gerak yang dilakukan secara sadar, sedangkan autonomic
system adalah system gerak yang dilakukan secara tidak sadar (autonom) atau disebut
juga gerak reflek. Somatic System (System saraf sadar) yang berasal dari cranial
nervous menuju ke organ tertentu, misalnya mata, hidung, dan teliga, sedangkan
somatic system yang berasal dari spinal nervous berhubungan dengan bagian-bagian
tubuh, misalnya lengan, kaki, dan otot lurik. Fungsi dari somatic system (system saraf
sadar) adalah mengantar impuls dari reseptor (alat indera) ke otak dan dari otak ke
efektor (otot atau kelenjar). Saraf ini berhubungan dengan kegiatan-kegiatan yang kita
sadari, atau dapat menentukan apakah kita akan melakukan kegiatan atau tidak.
Skema kerja somatic system seperti pada gambar 4.3.

Gambar 4.3. Skema kerja Somatic System (System saraf sadar)

Autonomic System disusun (system saraf tak sadar) oleh serabut saraf yang
berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan langsung menuju keorgan
yang bersangkutan. system saraf tak sadar terdiri dari sympathetic system dan
parasymphathetic system. Kerja atau pengaruh dari kedua susunan saraf ini saling
berlawanan. Kerja dari system saraf sympathetic adalah mempercepat denyut jantung
dan

memperlebar

pembuluh

darah

jantung,

sedangkan

kerja

dari

saraf

parasymphathetic adalah sebaliknya. Skema kerja Autonomic system seperti pada


gambar 4.4.
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

43

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 4.4. Skema kerja Autonomic System (System saraf tak sadar)

4.4. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction


Ujung neurit dari satu sel saraf akan bertemu dengan ujung dendrite dari sel
saraf lainnya, dan impulse dapat berpindah dari neurit ke dendrite. Tempat
bertemunya antara 2 sel saraf ini disebut sinapsis. Sel saraf akan berakhir pada sel
otot. Hubungan antara sel saraf dengan sel otot disebut Neuromyal junction. Baik
sinapsis maupun neuromyal junction mempunyai kemampuan meneruskan gelombang
depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang berikutnya. Gelombang
depolarisasi ini penting pada sel membrane otot, oleh karena pada waktu terjadi
depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan trigger/bergetar yang
menyebabkan terjadinya kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi repolarisasi sel otot
dimana otot akan mengalami relaksasi. Keadaan inilah yang menimbulkan kelistrikan
pada sinapsis dan neuromyal junction sehingga menimbulkan sinyal listrik berupa
gelombang pada otot dan sel saraf. Aktivitas listrik pada otot dan sel saraf ini dapat
diukur dengan menggunakan EMG (Electromyograph), sedangkan aktivitas listrik
pada otot dan sel saraf di otak diukur dengan EEG (Electroencephalograph). Gambar
aliran listrik pada synapsis dan sel saraf (neuron) terdapat pada gambar 4.5.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

44

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 4.5. Aliran Arus Listrik Pada Synapsis dan sel Saraf

4.5 Otak
Sistem saraf pada manusia terdiri dari system saraf pusat dan system saraf
tepi. System saraf pusat terdiri dari otak yang berfungsi sebagai pusat contol atau
pegendalikan semua aktivitas

yang disadari didalam tubuh, seperti berpikir,

berbicara, melihat, bergerak, dan sebagainya. Otak terdiri dari Otak besar (cerebrum),
otak kecil (cerebellum), dan batang otak (brain stem). Otak besar (cerebrum) terdiri
dari frontal lobe, parietal lobe, occipital lobe dan temporal lobe. Susunan dan bagianbagian daripada otak dapat dilihat pada gambar 4.6.

Gambar 4.6. Susunan dan bagian-bagian Otak

Cerebrum (otak besar) mempunyai 2 belahan yaitu belahan otak kiri dan
belahan otak kanan. Permukaannya berlipat-lipat atau berkerut-kerut. Belahan otak
kanan berfungsi untuk mengatur dan mengendalikan atau melayani tubuh sebelah kiri,

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

45

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

sedangkan belahan otak kiri mengatur dan melayani tubuh sebelah kanan. Susunan
dan bagian dari cerebrum terlihat pada gambar 4.7.

Gambar 4.7. Susunan dari Cerebrum

Fungsi dari Cerebrum adalah sebagai pusat pengendalian kegiatan tubuh yang
disadari, seperti berpikir, berbicara, melihat, bergerak, mengingat, dan mendengarkan.
Aktivitas pikiran terjadi dalam kulit otak yang berkerut atau permukaan cerebrum.
Cerebrum mempunyai 2 lapisan, yaitu:
1. Lapisan korteks, adalah lapisan paling luar dengan cirri-ciri tipis dan berwarna
kelabu.
2. Lapisan dalam, adalah lapisan tebal dan berwarna putih.
Fungsi otak kecil (cerebellum) adalah sebagai pengatur keseimbangan tubuh
dan mengkoordinasikan kerja otot-otot ketika seseorang akan melakukan gerakan.
Jadi cerebellum mengatur gerakan otot, dimana serabut saraf (sel-sel saraf) membawa
pesan-pesan sensorik ke otak dan menyampaikan perintah dari otak ke tubuh.
Batang otak (brain stem) berhubungan dengan spinal cord (sumsum tulang
belakang) yang terletak memanjang didalam rongga tulang belakang, mulai dari ruasruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang. Fungsi dari pada brain stem
adalah untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang tidak kita sadari, misalnya
denyut jantung dan pernapasan. Sedangkan fungsi sumsum tulang belakang adalah

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

46

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

untuk menghantarkan impuls menuju ke otak dan dari otak, serta merupakan pusat
pengatur gerak refleks.
System saraf tepi terdiri dari system saraf sadar (somatic system), dan
system saraf tak sadar (autonomic system). Saraf sadar meliputi 12 pasang saraf
cranial di otak yang berhubungan dengan organ tertentu (misalnya mata, hidung, dan
telinga), dan 31 pasang saraf spinal di sumsum tulang belakang yang berhubungan
dengan bagian-bagian tubuh (misalnya kaki, lengan, dan otot).
4.6. Kelistrikan pada Otak
Diameter serabut (serat) saraf di otak ada yang berdiameter besar dan ada
yang berdiameter kecil. Sedangkan jenis serat saraf ada 2 jenis, yaitu yang
mempunyai lapisan myelin, dan yang tidak mempunyai lapisan myelin. Kecepatan
impuls bergerak dalam sel saraf yang mempunyai serat saraf berlapisan myelin adalah
lebih cepat dibandingkan bergerak didalam sel saraf tanpa serat saraf lapisan myelin.
Myelin merupakan suatu isolator (isolasi) yang baik dan mempunyai
kemampuan mengaliri arus listrik sangat rendah. Potensial aksi makin menurun
apabila melewati serat saraf yang bermyelin. Kecepatan aliran listrik pada serat saraf
yang berdiameter sama dan panjang yang sama, sangat bergantung pada lapisan
myelin.
Akson tanpa myelin (diameter 1 mm) mempunyai kecepatan 20 50 m/det.
Serat saraf bermyelin pada diameter 10 m mempunyai kecepatan 100 m/det. Pada
serat saraf bermyelin, aliran sinyal dapat meloncat dari satu simpul kesimpul yang
lain sehingga terjadi depolarisasi dan potensial aksi, serta repolarisasi.
4.7. Gelombang Otak
Pencatatan isyarat listrik diotak disebut EEG (Electroencephalogram).
Pencatatan potensial listrik otak merupakan hasil aktivitas biolistrik dari potensial aksi

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

47

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

sel saraf di otak. Amplitudo dari isyarat EEG merupakan gelombang denyut demi
denyut (peak to peak) dengan jarak antara 10 mV 100 mV pada frekwensi dibawah
1 Hz sampai lebih 100 H.
Tujuan pengukuran EEG adalah untuk mendiagnosa penyakit epilepsy dan
untuk menunjukkkan tumor otak, karena aktivitas listrik pada daerah tumor akan
menurun. Berdasarkan frekwensinya, aktivitas sinyal listrik di otak (sinyal EEG)
dapat dibagi atas 5 jenis utama, yaitu Delta, Theta, Alpha, Beta, and Gamma. Daerah
frekwensi, amplitude dan kondisi dari sinyal EEG dapat dilihat pada table 4.1.
Sedangkan bentuk dari sinyal EEG dapat dilihat pada gambar 4.8.

Gambar 4.8. Bentu-bentuk Sinyal EEG

Tabel 4.1. Jenis-jenis Sinyal EEG

Sinyal

Frekuensi
tipikal (Hz)

Amplitudo
Tipikal (V)

Alpha

8. - 13.

20 - 200.

Beta

13.- 30.

5. - 10.

Delta

1. - 15.

20. - 200.

theta

4. - 8.

10

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

Kondisi
rilek (mata
tertutup)
bekerja,
berpikir
tidur dalam
kondisi stres
tidur dan
bermimpi

48

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

4.8. Kelainan Pada Sistem Saraf.


Kelaianan pada sistem saraf dapat terjadi akibat adanya kerusakan pada
sistem saraf akibat luka, penggunaan obat-obatan, atau kerusakan yang bersifat
genetik. Beberapa jenis kelainan pada sistem saraf yang sering dijumpai adalah sakit
kepala akibat melebarnya pembuluh darah pada daerah selaput otak, epilepsi yang
terjadi akibat adanya gangguan penghantar impuls listrik pada sel-sel saraf, amnesia
akibat adanya trauma dan geger otak karena kecelakaan, alzheimer yang biasanya
dialami oleh manula akibat adanya penurunan jumlah senyawa kimia yang membantu
penghantaran impuls pada sel saraf, parkinson berupa tremor pada tangan, gerakan
menjadi lambat dan otot menjadi kaku akibat adanya ketidak seimbangan kimia dalam
sel sistem saraf, polio yang disebabkan oleh infeksi virus polio pada sumsum tulang
belakang, dan meningitis akibat adanya infeksi virus atau bakteri pada selaput otak.

Pertanyaan:
1. Sistem syaraf mempunyai apa saja?
2. Jelaskan sistem syaraf tak sadar itu yang bagaimana?
3. Jelaskan tentang susunan bagian otak.
4. Apakah fungsi otak kecil?

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

49

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

BAB 5
ELECTRO ENCEPHALO GRAPH (EEG)
5.1 Pendahuluan
Otak tertutup oleh tempurung kepala, yang mana dilindungi langsung oleh tulang
tengkorak. Tempurung kepala ditutui oleh kulit yang tipis, yang disebut scalp (kulit
kepala). Sebagian besar otak yang terletak langsung di bawah tulang tempurung
kepala adalah cerebral cortex (kulit otak). Kulit otak tersusun dari sel syaraf
(neurons), yang mana banyak secara fungsional terhubung dengannya, dan terhubung
dengan bagian otak yang lain. Selalu ada aktifitas listrik dalam bentuk impuls syaraf
yang terkirim dan diterima ke dan dari syaraf cortical, meskipun sedang tidur. Dalam
pengertian ilmu biologi (sebaik pengertian ilmu medis atau hukum), tidak adanya
aktifitas listrik pada lapisan otak manusia mengindikasikan kematian. Fungsi lapisan
otak meliputi pikiran abstrak, pertimbangan, kesengajaan dan ketidaksengajaan
kendali otot kerangka, pengenalan dan perbendaan dari somatic, visceral dan stimuli
sensor yang spesifik. Daerah daerah khusus dari lapisan otak mengolah atau
menghasilkan berbagai jenis informasi. Misalnya, occipital lobe mengolah informasi
visual saat parietal lobe mengolah informasi pancaindra seperti sakit pada kulit atau
suhu (Gb. 5.1).

Gambar 5.1 Pembagian daerah otak

Informasi pancaindra disampaikan dari luar melalui pusat bawah otak, dan kemudian
informasi tersebut dikirimkan ke berbagai daerah lapisan otak. Selama lapisan otak

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

50

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

tetap di bawah tempurung kepala, elektrode yang ditempatkan dimana saja di atas
kulit kepala yang menjadi bagian otak, masih bisa mendeteksi aktifitas listrik terkait
dengan fungsi neuron. Perekaman aktifitas listrik dari otak menggunakan elektroda
dinamakan elctroencephalogram atau EEG (electro = listrik, encephelo = otak,
gram = rekaman).
5.2 Komponen sinyal EEG
Elektroda EEG akan mendeteksi aktifitas otak hanya untuk daerah di bawah
elektroda saja. Meskipun begitu, elektroda menerima ribuan aktifitas dari neuron.
Kenyatannya, 1 mm2 lapisan otak memiliki 100.000 neuron.
Empat contoh irama periodik Eeg yang terekam adalah alpha, beta, delta, dan
theta. Irama irama tersebut diidentifikasi sebagai frekuensi (Hz atau siklus/detik)
dan amplitudo (Tabel 5.1). Amplitudo yang terekam oleh elektrode masuk dalam
range mikrovolt.
Tabel 5.1 Frekensi dan Amplitudo tipikal dari gelombang otak tersinkronisasi

Irama
Alpha
Beta
Delta
theta

Frekuensi tipikal (Hz)


8-13
13-30
1-5
4-8

Amplitudo Tipikal (V)


20-200
5-10
20-200
10

Alpha
Ada 4 irama dasar yang tergabung dalam berbagai kondisi. Secara umum, irama alpha
merupakan bentuk gelombang EEG yang menyolok dari remaja yang terbangun dan
rileks dengan mata tertutup. Setiap daerah dari otak memiliki karakteristik irama
alpha tetapi amplitudo terbesar gelombang alpha terekam dari daerah occipital dan
parietal.
Secara umum amplitudo gelombang alpha berkurang saat subyek membuka
matanya dan memperhatikan rangsangan dari luar meskipun subyek berusaha untuk
rileks dan mempertahankan amplitudo alpha dengan mata terbuka.
Beta
Irama beta terjadi pada individu yang memperhatikan rangsangan (stimuli) dari luar,
juga bisa terjadi saat tidur pulas, tidur REM (Rapid Eye Movement). Irama beta
cenderung lebih rendah daripada irama alpha. Hal ini bukan berarti aktifitas listriknya
lebih sedikit, tetapi aktifitas positif dan negatif saat permulaan, terjadi
perimbangan sehingga jumlah aktifitas menjadi sedikit. Demikianlah, untuk

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

51

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

memperoleh bentuk gelombang

seperti gelombang alpha tersinkronisasi, terjadi

desinkronisasi atau blok alpha. Sehingga gelombang beta direpresentasikan dari


gerakan kulit kepala.
Delta dan Theta
Irama Delta dan Theta merupakan bentuk EEG frekuensi rendah yang meningkat
selama tidur pada orang dewasa normal. Seperti orang yang tidur dari tahap awal
hingga lelap (dimana didahului dengan tidur REM), terjadi proses berkurangnya
gelombang alpha dan berangsur angsur digantikan oleh theta frekuensi rendah
kemudian irama delta.
Meskipun irama delta dan theta secara umum lebih menonjol selama tidur,
namun masih kurang dibanding irama delta dan theta yang direkam dari seseorang
yang baru bangun tidur. Sebagai contoh, gelombang theta akan terjadi pada interval
awal selama terjadi situasi respon emosional atau frustasi. Gelombang delta
meningkat selama aktifitas mental sulit melakukan konsentrasi. Secara umum,
kejadian dan amplitudo irama delta dan theta memiliki variabel yang bermacam macam pada masing masing orang.
5.3 Posisi elektrode
Posisi elektroda disesuaikan dengan daerah otak yang terletak di bawah kulit kepala :
frontal, central (sulcus), parietal, temporal, and occipital. Dalam metode bipolar,
EEG diukur dengan sepasang elektroda yang ditempatka di kulit kepala. Pasangan
elektroda tersebut mengukur perbedaan potensial listrik (tegangan) diantara dua posisi
di atas otak. Elektroda ketiga diletakkan pada ujung bawah telinga sebagai titik
referensi,ground, dari tegangan dasar dari tubuh untuk aktifitas listrik yang lain
dalam tubuh. Dalam bab ini, anda akan merekam EEG menggunakan metode bipolar.
Seperti tampak pada gambar 5.2 adalah pengukuran bipolar satu tempat.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

52

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 5.2 Pengukuran bipolar otak belakang.

Untuk lebih jelasnya pengukuran pada EEG ini beragam lihat gambar 5.3 di bawah ini
.

Gambar 5.3 Posisi pengukuran EEG

Perlu di ingat bahwa pengukuran sinyal sinyal ini akan lebih jelas bila di lihat dari
beberapa sudut pandang seperti pada gambar 5.4. Sebenarnya pengukuran EEG ada 2
macam cara yaitu:
a. Cara pengukuran serial amplifier
b. Cara pengukuran paralel amplifier
Namun cara pengukuran tersebut nantinya selalu di bagi 4 filter yang akan
menghasilkan 4 macam sinyal EEG yaitu Alpha, Beta, Delta dan Theta.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

53

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 5.4 Detail posisi pengukuran EEG

5.4 Hasil sinyal EEG


Pada hasil pengukuran sinyal EEG harus di bagi menjadi 4 macam dari hasil
pengukuran. Pembagian 4 macam sinyal tersebut tergantung instrumentasi sistem,
misalnya secara hardware atau secara software.
Seperti terlihat pada gambar 5. 5 adalah hasil pengukuran sebelum di bagi bagi
menjadi 4 macam sinyal. Sedangkan pada gambar 5.6 adalah gambar sinyal EEG
yang telah di bagi menjadi 4 macam sinyal.

Gambar 5.5 Hasil pengukuran sinyal EEG sebelum di pisah pisahkan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

54

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 5.6 Hasil pengukuran sinyal EEG setelah dibagi menjadi 4 macam sinyal

5.5 Analisa sinyal EEG


Untuk pengukuran sinyal EEG pasien harus sesuai petunjuk yaitu

model

pengambilan sinyal EEG:


a. Posisi mata terjaga
b. Posisi mata tertutup
c. Posisi tertidur / tidak sadar
d. Posisi sedang berfikir ringan dan berat.
Dari hasil model pengambila sinyal tersebut akan didapat pula analisa yang jelas.
Berikut ini terlihat gambar sinyal EEG dari penderita epilepsi dan lainnya.

Gambar 5.7 Hasil pengambilan dari penderita epilipsi

Pertanyaan
1. Sebutkan komponen sinyal EEG
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

55

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

2. Jelaskan letak elektrode pada pengukuran EEG


3. Jelakan tentang sinyal EEG bila pasien abnormal
4. Apakah yang mempengaruhi sinyal EEG?

BAB 6
JANTUNG MANUSIA

6.1 Pendahuluan
Jantung sebenarnya merupakan dua pompa yang terpisah: (1) Jantung bagian kanan,
yang memompa darah ke paru-paru dan (2) Jantung bagian kiri, yang memompa
darah ke bagian tubuh lainnya. Setiap bagian Jantung itu dibagi lagi menjadi dua
rongga: (a) atrium dan (b) ventrikel. Kedua atrium memompakan darah terakhir di
atrium ke dalam dua ventrikel sesaat sebelum kontraksi ventrikel. Kurang dari satu
detik kemudian ventrikel berkontraksi memompakan darah ke paru-paru dan ke
jaringan sistemik. Ventrikel disebut sebagai pompa yang kuat.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

56

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Jantung mempunyai empat katup terpisah yang menyalurkan darah ke satu arah dan
mencegahnya mengalir balik. Dua di antara katup itu yaitu katup atrioventrikularis
berfungsi menyalurkan darah ke kedua ventrikel. Dua yang lainnya yaitu katup
semilunaris bekerja sebagai pintu keluar ventrikel. Ketika ventrikel berkontraksi
tekanan terhadap katup AV akan mengakibatkan katup ini tertutup, sehingga darah
ventrikel tidak mengalir kembali ke atrium. Pada saat yang sama tenaga kontraksi
ventrikel akan mendorong darah ke arah katup semilunaris sehingga terbuka, dan
mengalirlah darah ke arteri pulmonalis atau aorta. Kemudian pada waktu ventrikel
melemas, tekanan darah yang tinggi dalam pembuluh-pembuluh besar akan
menendang balik katup semilunaris sehingga tertutup, dan dengan demikian darah
yang telah dipompakan ke dalam arteri dicegah mengalir kembali ke ventrikel. Pada
saat relaksasi ventrikel ini darah dari vena sistemik kembali ke jantung, mendorong
katup AV sampai terbuka dan mengisi lagi ventrikel sebagai persiapan untuk siklus
berikut.
Dalam banyak hal otot jantung sangat mirip dengan otot rangka, tetapi ia mempunyai
dua sifat khusus sehingga sesuai bagi jantung untuk berfungsi sebagai pompa.
Pertama, serabut otot jantung adalah saling berhubungan antara yang satu dengan
yang lainnya sehingga potensial aksi yang bersumber di manapun di dalam massa
otot, akan berjalan ke setiap penjuru dan seluruh otot berkontraksi serentak. Dengan
kontraksi yang serentak itu darah dapat diperas menuju satu Kedua, potensial aksi otot
jantung berlangsung 3/10 detik, ini berarti 10 kali atau lebih dibanding lama potensial
aksi dalam otot-otot rangka. Oleh sebab itu lama kontraksi otot jantung juga
berlangsung kira-3/10 detik, dan ini sesuai dengan waktu yang diperlukan oleh untuk
mengalir dari jantung ke dalam arteri-arteri.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

57

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Jantung mempunyai susunan pengatur irama yang khusus yang terdiri dari (1) simpul
sinoatrialis (simpul SA), yang terletak di dinding atrium kanan dekat tempat
masuknya vena kava; (2) simpul atrioventrikularis (simpul AV), yang terletak di
septum atrium dekat pertemuan kedua atrium dengan ventrikel; dan (3) suatu sistem
yang terdiri dari serabut otot jantung yang besar yang dapat menyalurkan impuls
jantung dengan cepat dari simpul AV ke seluruh bagian ventrikel.
Dalam jantung normal simpul SA menjadi pengatur kecepatan denyut jantung, dan
oleh sebab itu disebut pacemaker jantung. Pada orang istirahat simpul SA secara
ritmik mencetuskan 72 denyut per menit. Potensial aksi yang timbul dari simpul ini
disebut impuls jantung, menyebar ke seluruh jantung berturut-turut melalui atrium,
simpul AV, susunan Purkinje, dan masuk ke dalam ventrikel untuk akhirnya
mempersarafi otot-otot ventrikel.
Pada saat impuls jantung melalui simpul AV, perjalanan impuls tertunda selama 1/10
detik lebih, sebab serabut di simpul ini sangat kecil sehingga penyaluran impulsnya
sangat lambat. Penundaan ini sangat penting bagi fungsi jantung karena
memungkinkan atrium berdenyut sepersekian detik sebelum kontraksi ventrikel.
Dengan demikian darah dapat mengalir ke dalam ventrikel sebelum siklus pompa
ventrikel dimulai.
Bila jaringan jantung pada suatu saat mengalami kerusakan, seperti yang sering terjadi
bila salah satu pembuluh koroner tersumbat, sebagian dari sistem konduksi jantung
dapat terhambat dengan akibat penyaluran impuls menjadi tidak normal lagi. Sebagai
contoh hambatan konduksi dari simpul AV ke sistem Purkinje yang biasa disebut
sebagai blok jantung sering terjadi pada usia tua. Bila ini terjadi atrium tetap
berdenyut dengan kecepatan normal yaitu kira-kira 72 per menit, tetapi sinyal dari
atrium gagal diteruskan ke ventrikel. Dalam keadaan demikian serabut Purkinje

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

58

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

ventrikel akan mengeluarkan impulsnya sendiri dengan kecepatan 15 sampai 40


denyut per menit, dan fokus baru ini sekarang menjadi pacemaker dari ventrikel. Jadi
ventrikel berdenyut dengan kecepatan sendiri yang berbeda dengan irama atrium;
atrium dan ventrikel tidak lagi berdenyut berturutan secara teratur.
Gangguan konduksi jantung jenis lain yang lebih hebat ialahfibrilasi ventrikel. Dalam
keadaan ini sinyal jantung tak henti-hentinya berputar-putar di ventrikel dalam bentuk
sirkuit. Oleh sebab itu bagian-bagian jantung terus menerus berkontraksi tanpa masa
istirahat yang sebenar-nya diperlukan untuk pengisian darah ke dalam ventrikel.
Akibatnya fungsi pompa jantung terhenti, dan orang meninggal dalam beberapa detik.
Darah dapat mengalir dalam sirkulasi sistemik disebabkan adanya te-kanan dalam
arteri, dan kecepatan alirannya per menit ditentu kan oleh tahanan total, yang dikenal
tahanan perifer total. Rumus di bawah ini menunjukkan hubungan antara aliran darah,
tekanan, dan tahanan.
Tekanan
Aliran Darah =
Tahanan
Tekanan yang terdapat dalam arteri ditimbulkan oleh ventrikel yang memompakan
darahnya ke dalam aorta. Tahanan terhadap aliran darah dalam sirkulasi sistemik
ditimbulkan oleh gesekan antara darah dengan permukaan dinding pembuluh darah.
Tahanan terjadi dalam pembuluh-pembuluh darah yang kecil terutama arterial dan
kapiler, karena tahanan berbanding terbalik dengan pangkat empat diameter pembuluh. Jadi tahanan dari pembuluh darah berdiameter 1 milimeter (mm) adalah 16 kali
tahanan pembuluh yang berdiameter 2 mm.
Tekanan darah rata-rata normal dalam aorta adalah 100 mmHg, dan jumlah darah
yang mengalir dalam seluruh sirkulasi sistemik, disebut curah jantung, kira-kira
adalah 5 liter per menit (L/men) pada keadaan istirahat. Namun curah jantung ini,

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

59

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

sekali pun pada orang biasa, dapat meningkat menjadi 15 sampai 20 L/men selama
olahraga berat dan pada atlet terlatih baik dua kali nilai itu.
Aliran darah dalam jaringan terutama diatur oleh mekanisme autoregulasi lokal; ini
berarti pengaturan adalah berdasarkan kecepatan pemakaian nutrien dalam jaringan.
Misalnya pada waktu jaringan menggunakan oksigen dalam jumlah lebih besar,
pembuluh darah setempat akan berdilatasi sehingga aliran darah ke jaringan tersebut
meingkat. Sebab dari dilatasi ini tidak jelas benar, mungkin akibat zat vasodilator
yang dilepaskan oleh jaringan, terutama adenosin yang dilepaskan oleh sel-sel
hipoksik. Atau mungkin juga akibat berku-rangnya oksigen yang berguna untuk
mempertahankan kontraksi dinding pembuluh darah.
Dalam beberapa keadaan susunan saraf simpatis juga memainkan peranan penting
dalam pengaturan aliran darah. Misalnya pada olahraga berat yaitu ketika otot-otot
memerlukan jumlah darah yang sangat banyak, susunan saraf simpatis mengecilkan
pembuluh darah hampir di seluruh jaringan bukan-otot agar darah mengalir ke otototot.
Kira-kira tiga perempat bagian dari seluruh volume darah dalam susunan sirkulasi
berada dalam vena-vena. Pada waktu seseorang me-ngalami perdarahan hebat, venavena dapat mengecil, sehingga darah dapat mengalir cukup banyak dalam pembuluh
darah yang lain. Oleh sebab itu vena selain sebagai alat pengembali darah dari
jaringan perifer, juga disebut sebagai tempat cadangan darah dalam tubuh.
6 .2 Jantung Sebagai Pompa
Jantung sebenarnya merupakan dua pompa yang terpisah, seperti terlihat pada gambar
6.1. Yang satu memompa darah ke paru-paru, dan yang lain memompa darah yang
telah melewati paru-paru ke bagian-bagian tubuh lainnya. Darah mengalir terus dalam
suatu lingkaran yang disebut sistem sirkulasi.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

60

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 6.1 Skematis sirkulasi dua bagian dari jantung dan sirkulasi sistemik dan pulmonal

Gambar 6.2 memperlihatkan detil jantung yang berfungsi sebagai pompa. Darah yang
memasuki atrium kanan dari vena besar didorong oleh kontraksi atrium dan
mengalir melalui katup tri-kuspidalis untuk masuk ke dalam ventrikel kanan. Dari
ventrikel kanan darah dipompakan melalui katup pulmonalis ke arteri pulmonalis
yang kemudian mengalir melalui paru-paru, dan terakhir melalui vena pulmonalis
masuk ke dalam atrium kiri. Dengan kontraksi atrium kiri darah didorong melalui
katup mitralis ke ventrikel kiri, dan dari sini dipompa melalui katup aorta untuk
memasuki aorta dan dialirkan melalui sirkulasi sistemik.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

61

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 6.2 Bagian fungsional dari jantung

Kedua atrium merupakan pompa primer yang memaksa sisa darah terakhir masuk ke
dalam ventrikel yang bersangkutan sesaat sebelum kontraksi ventrikel. Sisa darah
terakhir yang dipompakan masuk ke dalam ventrikel ini membuat ventrikel menjadi
lebih efisien dalam kerjanya sebagai pompa dibanding kalau tidak mempunyai
mekanisme pengisian yang khusus. Namun demikian ventrikel adalah demikian
kuatnya sehingga tetap dapat memompa sejumlah besar darah walaupun atrium tidak
berfungsi.
6.3 Ritme Suara Jantung
Sebagian besar serabut otot jantung dapat berkontraksi secara ritmik. Kemampuan ini
dimiliki oleh sekelompok serabut otot jantung yang kecil yang terletak di dinding
superior atrium kanan yang disebut simpul sinoatrialis, atau lebih sederhana disebut
simpul SA. Mengenai simpul sinoatrialis ini akan dibahas mendetil pada akhir Bab
ini, karena simpul ini merupakan pengendali dari denyut jantung yang normal.
Sekarang kita bahas dulu mekanisme terjadinya kontraksi ritmik.

millivolt

Threshold pada saat action


potential

Gambar 6.3 Pelepasan impuls secara ritmik oleh simpul SA

Gambar 6.3 memperlihatkan potensial aksi ritmik yang dihasilkan oleh serabut di
simpul SA. Jrebab timbulnya irama ritmik ini adalah sebagai berikut: membran dari

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

62

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

serabut-serabut simpul SA walaupun dalam keadaan istirahat adalah sangat permiabel


terhadap natrium. Oleh sebab itu jumlah besar ion natrium masuk ke dalam serat,
mengakibatkan potensial membran istirahat terus naik ke arah nilai yang lebih positif,
seperti terlihat pada gambar. Ketika potensial membran mencapai kritik yang disebut
nilai "ambang", mendadak terjadilah potensial aksi. Pada akhir potensial aksi untuk
sementara membran kurang permiabel terhadap ion natrium, dan lebih permiabel
terhadap kalium dibanding dalam keadaan normal. Ion kalium bocor keluar sambil
membawa muatan positif. Potensial membran bagian dalam menjadi lebih negatif
daripada sebelumnya, dan keadaan ini disebut

hiperpolarisasi, disebabkan

berkurangnya muatan positif. Keadaan ini berlangsung sepersekian detik kemudian


hilang, karena permiabilitas terhadap ion natrium dan kalium kembali ke keadaan
semula. Setelah itu kebocoran alamiah dari membran terhadap ion natrium akan
menimbulkan potensial aksi berikutnya. Proses ini berlangsung berulang-ulang
sepanjang kehidupan, menghasilkan penggiatan ritmik pada serabut-serabut simpul
SA dengan frekuensi 72 kali per menit pada keadaan normal, dengan jumlah denyutan
jantung seluruhnya kira-kira dua bilyun dalam kurun waktu kehidupan seseorang.
Dalam keadaan normal potensial aksi yang berasal dari simpul SA menyebar ke
seluruh jantung dan dengan demikian menimbulkan kontraksi ritmik pada jantung.
Namun bila simpul SA gagal menghasilkan impuls ritmik, daerah jantung yang lain
akan mulai menghasilkan impuls dan mengambil alih kendali denyutan jantung, dan
ini akan dibahas lebih lengkap di bagian belakang bab ini.
Pemanjangan Lama Potensial Aksi Jantung dan Lama-Kontraksi.
Perbedaan penting lain antara otot jantung dan otot rangka ialah kontraksi otot jantung
berlangsung lebih lama daripada otot rangka, yaitu kira-kira 10 sampai 15 kali lama
kontraksi otot rangka.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

63

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 6.4 Potensial aksi ritmik dari serat otot ventrikel

Kontraksi otot jantung berlangsung lama, karena potensial aksi otot jantung juga
berlangsung lama. Ini diperlihatkan dalam Gambar 6.4. Potensial aksi otot jantung
berbentuk plateau, tidak berbentuk spike runcing yang cepat kembali ke garis dasar,
seperti yang terjadi pada serabut-serabut saraf besar dan serabut-serabut otot rangka.
Plateau ini seperti terlihat pada gambar berlangsung 0,3 detik, sebelum kembali ke
keadaan istirahat. Penyebab timbulnya plateau ini ialah lambatnya membran
berepolarisasi setelah depolarisasi. Mari jelaskan hal ini lebih mendetil.
Dalam diskusi Bab 6 bahwa potensial aksi timbul disebabkan dua proses : pertama,
proses depolarisasi membran akibat masuknya ion natrium dengan cepat ke dalam
serabut; dan kedua, proses repolarisasi yang disebabkan pengeluaran ion kalium
dengan cepat dari sel keluar serabut. Proses depolarisasi menyebabkan dimulainya
potensial aksi, dan proses repolarisasi menghentikannya.
Serabut-serabut yang besar pada saraf otot rangka dan beberapa serabut otot polos
mempu-nyai proses repolarisasi yang terjadi hampir segera setelah proses
depolarisasi, sehingga potensial ak-sinya berbentuk spike yang sangat singkat. Dalam
otot jantung dan beberapa otot polos proses repolarisasi terjadi lambat. Sebab
terjadinya kelambatan terutama adalah sebagai berikut: dalam serabut otot jenis
tersebut bukan hanya ion natrium yang memasuki serabut selama depolarisasi, tetapi
juga sejumlah besar ion kalsium. Selain itu ion kalsium masih memasuki serabut
beberapa per ratus detik setelah ion natrium berhenti masuk.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

64

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Karena ion kalsium membawa muatan positif maka keadaan positif dalam serat dapat
diper-tahankan selama proses plateau, sehingga tidak terjadi repolarisasi. Setelah
sekian per sepuluh detik arus masuk ion kalsium berhenti dan ter-jadilah repolarisasi,
potensial aksi kembali ke garis dasar.
Dalam otot atrium lama potensial aksi dan juga lama kontraksi adalah 0,15 detik,
sedangkan dalam otot ventrikel kira-kira 0,3 detik.
6.3.1 PENGATURAN IRAMA JANTUNG
Irama denyut jantung yang hakiki dapat terlihat mudah dengan memperhatikan
jantung pada dada yang terbuka. Jantung kura mempunyai tiga ruangan, bukan dua
ruangan di tiap sisi seperti pada jantung manusia. Ruangan pertama disebut sinus, dan
dua lainnya sama seperti pada manusia yaitu atrium dan ventrikel
Dengan perkataan lain irama jantung ditimbulkan di dinding jantung itu sendiri, dan
bila bagian jantung dikeluarkan dari tubuh, bagian itu akan tetap berkontraksi ritmik
selama nutrisinya dicukupi.
Simpul SA sebagai Pacemaker Jantung Manusia. Setiap kali sinus berkontraksi,
potensial aksinya disalurkan sepanjang serabut otot dari sinus ke atrium, dan
kemudian dari atrium ke ventrikel, sehingga bagian-bagian jantung itu berkontraksi
berurutan.
Akibat dari blok potensial aksi antara sinus dan ium (blok SA) dan blok antara atrium
dengan Ventrikel (blok AV) terlihat di bagian kanan gambar. Perhatikanlah bahwa
atrium dan ventrikel kemudian berdenyut dengan kecepatan menurut iramanya
sendiri.
Di dinding superior atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superior terdapat
daerah kecil yang disebut sebagai simpul sinoatrialis (simpul SA), yang sesuai
dengan sisa sinus semasa embrio seperti yang terdapat pada binatang rendah.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

65

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Frekuensi kontraksi serabut otot di simpul SA manusia kira-kira 72 kali per menit,
sedangkan otot atrium manusia penyut 40 sampai 60 kali per menit dan ventrikel kirakira 20 kali per menit. Karena simpul SA mempunyai irama berkecepatan lebih tinggi
dari bagian jantung yang manapun, maka impuls yang berasal dari simpul SA
menyebar ke atrium dan ventrikel, merangsang tempat-tempat itu dengan cepat
sehingga mereka tidak pernah berdenyut perlahan seperti kecepatan asli yang mereka
miliki. Sebagai hasilnya irama simpul SA menjadi irama dari seluruh jantung, dan
karena itu simpul SA disebut sebagai pemacu jantung.
6.4 Aliran Darah dan Pengaturannya
Jumlah darah yang dipompa oleh jantung pada waktu orang dalam keadaan istirahat
kira-kira 5 liter per menit (L/menit). Ini disebut curah jantung, nilainya dapat
meningkat setinggi 25 sampai 35 L/menit selama atlet berolahraea sangat berat,
atauturun menjadi 1,5 L/menit setelah mengalami perda-rahan hebat tanpa
menimbulkan kematian mendadak, walaupun orang akan tetap meninggal bila
keadaan itu berlangsung lebih dari satu atau dua jam.
Tabel 6.1 Aliran Darah dan Curah Jantung
persen
ml/men
Otak
Jantung
Bronki
Ginjal
Hati
Portal
Arterial
Otot
Tulang
Kulit (musim dingin)
Kelenjar tiroid
Kelenjar adrenal
Jaringan lain
Total

14
4
2
22
27
(21)
(6)
15
5
6
1
0.5
3.5
100.0

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

700
200
100
1100
1350
(1050)
(300)
750
250
300
50
25
175
5000

66

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Aliran darah ke berbagai bagian tubuh selama keadaan istirahat terlihat dalam Tabel
6.1. Kita melihat bahwa otak menerima kira-kira 14 persen dari aliran darah total,
ginjal menerima 22 persen, hati 27 persen, dan otot-otot yang merupakan separuh dari
tubuh kita hanya menerima 15 persen. Namun pada waktu berolahraga terjadi
perubahan yang besar, hampir seluruh kenaikan aliran darah terjadi dalam otot,
sehingga sekarang merupakan 75 sampai 80 persen dari aliran darah total.
Cara untuk Menentukan Aliran Darah. Banyak cara telah digunakan untuk mengukur
aliran darah, pada umumnya pembuluh darah harus dipotong dan mengalirkan darah
melalui alat yang dapat mengukur kecepatan aliran darah. Namun menggunakan
flowmeter lebih banyak mengun-tungkan karena tidak perlu melukai pembuluh darah.
Dua jenis flowmeter seperti itu ialah flow-meter elektromagnetik dan flowmeter
Doppler.
Flowmeter Elektromagnetik. Gambar 6.5 memperlihatkan flowmeter elektromagnetik.
Magnit listrik menciptakan lapang magnit yang sangat kuat yang dapat menembus ke
dalam pembuluh darah.

Gambar 6.5 Flowmeter elektromagnetik.

Ketika mengalir menembus bidang ini, darah akan memotong garis-garis gaya magnit
dan terbentuklah potensial listrik yang tegak lurus terhadap garis gaya tersebut, dan
potensial ini sebanding dengan kecepatan aliran darah. Dua elektroda dipasang
bersinggungan dengan per-mukaan pembuluh darah dan tegak lurus terhadap magnit,
sehingga dapat menangkap potensial dan menyalurkannya ke alat pencatat elektronik.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

67

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Dengan cara itu pembuluh darah tidak perlu dibuka bila kita memakai flowmeter ini.
Selain itu respons alat ini sangat cepat sehingga dapat mengukur setiap perubahan
bahkan yang terjadi dalam waktu 0,01 detik. Karena keuntungan-keuntungan itu jenis
flowmeter ini banyak digunakan dalam bidang fisiologi untuk meneliti sirkulasi.
Kristal

Gelombang
transmisi

Gelombang
pantulan

Gambar 6.6. Flowmeter Doppler Ultrasonik

Flowmeter Doppler Ultrasonik. Jenis flowmeter lain yang dipakai di luar pembuluh
dan mempunyai keuntungan sama seperti flowmeter elektromagnetik adalah
flowmeter Doppler ultrasonik, seperti terlihat pada Gambar 6-6. Sebuah pizoelektrik
kristal sangat kecil dipasang di dinding alat. Kristal ini bila diberi energi dengan alat
elektronik yang memadai akan memancarkan suara berfrekuensi jutaan siklus per
detik pada darah yang mengalir. Sebagian dari suara itu dipantulkan oleh eritrosit dan
kembali ke kristal. Gelombang pantul ini mempunyai frekuensi lebih kecil dari
gelombang yang dipancarkan karena eritrosit berjalan menjauhi kristal pemancar. Ini
disebut efek Doppler. Efek ini sama dengan yang dialami oleh orang yang didekati
oleh kereta api yang sambil berlalu membunyikan peluitnya. Ketika kereta api sudah
lewat nada suara peluit terdengar lebih rendah dibanding ketika kereta sedang
mendekati kita. Makin cepat kereta itu bergerak, makin rendah nadanya. Suatu alat
elektronik menentukan perbedaan frekuensi antara gelombang yang dipancarkan dan
gelombang pantul dan dengan demikian kecepatan aliran darah dapat ditentukan.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

68

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Kecepatan Aliran Darah di Berbagai Tempat. Istilah aliran darah berarti banyaknya
darah yang melalui pembuluh darah atau kelompok pembuluh dalam satu satuan
waktu. Berbeda dengan kecepatan aliran darah yang berarti jarak yang ditempuh
darah di dalam pembuluh dalam satu satuan waktu.
Bila jumlah darah yang melalui pembuluh lah konstan, kecepatan aliran darah akan
berkurang dengan meningkatnya diameter pembuluh. Aorta ketika meninggalkan
jantung mempunyai penampang melintang kira-kira 2,5 sen-feter persegi (cm ). Aorta
kemudian bercabang-cabang menjadi arteri besar, arteri kecil, dan kapiler, dan darah
aorta terbagi mengalir ke dalam cabang-cabang tersebut. Luas penampang total dari
cabang-cabang jauh lebih besar dari dari aorta. Di kapiler misalnya, luas penampang
totalnya 1000 kali aorta. Sebagai akibatnya kecepatan aliran darah tertinggi adalah di
aorta dan yang terendah adalah di kapiler, yaitu hanya 1/1000 kecepatan di aorta.
Diperlihatkan dalam angka kecepatan-kecepatan tersebut adalah sebagai berikut :
aorta 30 cm/det; arteriol 1,5 cm/det; kapiler 0,3 mm/det; venula 3 mm/det; dan vena
kava 8 cm/det. Waktu Transit Darah dalam Kapiler. Kecepatan aliran darah dalam
kapiler adalah sangat pen ting karena di sinilah oksigen, nutrien lain, dan zat-zat sisa
dipertukarkan antara darah dan ruang antar jaringan. Panjang kapiler rata-rata ialah
0,5 sampai 1 mm. Dengan kecepatan aliran darah 0,3 mm/det lama, waktu darah
berada dalam kapiler adalah berkisar 1 sampai 3 detik. Dalam waktu sesingkat ini
sebagian besar zat-zat dalam darah dan jaringan dapat saling dipertukarkan melalui
mem-bran kapiler. Ini menunjukkan betapa cepatnya pertukaran nutrien dan ekskreta
melalui dinding kapiler antara darah dan cairan jaringan. Tanpa pertukaran ini semua
fungsi hemodinamika yang lain dari sistem sirkulasi menjadi tidak berguna.
6.5 Sistim Sirkulasi Dalam Daerah Khusus.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

69

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Sistem pembuluh dalam tiap organ tubuh khusus disesuaikan untuk memenuhi fungsi
organ itu. Ciri-ciri aliran darah dalam beberapa daerah penting adalah sebagai berikut:
1. Aliran Darah Koroner. Jantung, seperti juga otot-otot tubuh yang lain,
memerlukan suplai darah; dan ini dipenuhi oleh pembuluh darah koroner. Dua
arteri koronaria yaitu arteri koronaria kanan dan arteri koronaria kiri
berawal di pangkal aorta tepat di bawah katup aorta. Kira-kira 85 persen darah
koroner mengalir ke ventrikel kiri, karena otot ventrikel kiri lebih banyak
sehingga memerlukan nutrisi lebih banyak dari pada ventrikel kanan.
Kecepatan aliran darah melalui pembuluh koroner terutama diatur melalui
mekanisme autoregulasi. Maksudnya ialah bila jantung bekerja berat dan
menggunakan oksigen dan nutrien-nutrien lain secara berlebihan, secara
otomatis pembuluh darah koroner melebar untuk mening-katkan aliran darah,
dan dengan demikian menyuplai nutrien yang diperlukan jantung untuk
bekerja ekstra.
2. Aliran Darah Otot. Walaupun otot rangka kira-kira merupakan 40 persen dari
massa tubuh, aliran darahnya dalam keadaan istirahat kira-kira hanya 1 liter
per menit (L/men). Namun pada kerja berat aliran darah ini dapat meningkat
menjadi 20 L/men atau lebih. Jadi aliran darah otot sangat berubah-ubah dan
hampir seluruhnya berkaitan dengan peningkatan kebutuhan otot akan nutrien
terutama oksigen selama melakukan aktivitas. Dalam kenyataannya aliran
darah hampir berbanding lurus dengan penggunaan oksigen oleh otot, yang
memang merupakan salah satu faktor utama dalam peng-aturan aliran darah,
seperti telah dijelaskan dalam Bab sebelum ini.
3. Aliran Darah Otak. Aliran darah ke otak rata-rata 700 mililiter per menit
(ml/men). Kecepatan aliran ini relatif tetap pada umumnya, sehingga dapat

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

70

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

mempertahankan kadar nutrien dan ion-ion dalam cairan sekitar sel-sel otak
sangat konstan. Tiga faktor yang penting dalam pengaturan aliran darah otak
adalah kadar zat-zat berikut dalam otak: (1) karbondioksida, (2) oksigen, dan
(3) ion hidrogen. Aliran darah meningkat bila oksigen diperlukan, dan juga
meningkat untuk membuang kelebihan karbondioksida atau ion A, hidrogen.
4. Sirkulasi Portal dan Aliran Darah Hati. Hampir seluruh darah vena dan traktus
gastrointestinalis melalui dahulu vena porta baru kemudian melalui jaringan
sinus hati yang halus sebelum masukke dalam vena kava inferior. Darah dari
traktus gastrointestinalis me-ngandung sejumlah besar zat-zat makanan yang
diserap dari usus, terutama glukosa dan asam ammo. Sinus hati dibatasi
dinding yang terdiri dari sel-sel hati, yang mengambil sebagian besar zat-zat
makanan tersebut dan menyimpannya sementara. Makanan itu kemudian
dilepaskan ke dalam darah antara waktu-waktu makan /\ sehingga nutrien
selalu tersedia bagi jaringan.
5. Aliran Darah Kulit. Dalam keadaan normal tidak lebih dari sepersepuluh darah
yang mengalir dalam kulit dipakai sebagai sumber nutrisi jaringan kulit,
sebagian besar dari aliran darah ini ditujukan untuk pengaturan suhu tubuh.
Untuk menunjang hal ini kulit mempunyai pleksus vena yang luas terletak
beberapa milimeter di bawah permukaan. Bila arteri kecil penyuplai darah ke
dalam pleksus vena melebar, maka sejumlah besar darah hangat mengalir ke
dalam pleksus dari bagian tengah tubuh, dan darah ini kemudian didingin-kan
dalam kulit sebelum kembali ke bagian tengah tubuh. Pusat-pusat saraf di otak
mengatur kecepatan aliran darah kulit untuk mempertahankan temperate tubuh
yang normal. Bila tubuh kedi-nginan hampir tidak ada darah mengalir ke kulit
sehingga panas tubuh hanya sedikit yang hilang. Tetapi bila tubuh kepanasan,

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

71

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

2 sampai 3 L darah dapat mengalir ke kulit setiap menit sehingga sejumlah


besar panas dibuang.
6.5.1 Aliran Darah Koroner
Jumlah darah yang mengalir dalam pembuluh koroner setiap menit kira-kira 225 ml,
yang berarti kira-kira 4 sampai 5 persen dari seluruh darah yang dipompa oleh
jantung. Terbalik dengan aliran darah dalam bagian-bagian sirkulasi yang lain, aliran
darah dalam sebagian besar pembuluh koroner adalah lebih besar selama sistole
dibanding selama diastole. Alasannya ialah pada kontraksi sistolik otot jantung
menggencat pembuluh koroner di tempat masuknya pembuluh ke dalam otot jantung.
Peristiwa ini akan menutup sebentar pembuluh sebagian atau seluruhnya pada waktu
sistole, tetapi tidak pada waktu diastole. Oleh sebab itu aliran darah koroner lebih
ditentukan oleh tingkat diastolik dari tekanan arteri daripada oleh tekanan rata-rata
atau tekanan sistolik. Hal ini perlu diperhatikan pada beberapa penyakit sirkulasi yang
tekanan diastoliknya sa-ngat rendah. Sebagai contoh pada regurgitasi aorta .katup
aorta mengalami kerusakan, sehingga darah dapat balik kembali dari aorta ke dalam
ventrikel kiri, dengan akibat tekanan diastolik dalam aorta sangat rendah dan aliran
darah dalam otot jantung sangat berkurang.
Pengaturan Aliran Darah Koroner. Aliran darah koroner terutama diatur agar sesuai
dengan kebutuhan nutrisi jantung. Misalnya, sewaktu jantung bekerja keras
memompa darah selama olah-raga untuk menyuplai kebutuhan aliran darah dalam
otot rangka, aliran darah koroner juga mening-kat tiga sampai empat kali lipat. Cara
pengaturan yang terpenting ialah mekanisme autoregulasi, yang telah dibahas dalam
Bab 6 ini. Mekanismenya ialah bila kebutuhan nutrien untuk metabolisme-terutama
oksigen-lebih besar dari suplai, secara otomatis arteriol akan melebar. Sebagai

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

72

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

hasilnya aliran darah dalam koroner meningkat sampai tingkat kebutuhan nutrien
sebanding dengan tingkat aktivitas jantung.
Susunan saraf otonom juga membantu sedikit dalam pengaturan aliran darah koroner.
Peningkat-an rangsang simpatis akan meningkatkan alirai koroner dan penurunan
rangsang simpatis akai menurunkan aliran. Sebagian besar dari efek ir adalah akibat
dari kenyataan bahwa rangsang sin patis sangat meningkatkan aktivitas otot jantun
dan ini selanjutnya meningkatkan aliran darah koroner melalui mekanisme
autoregulasi yang ba saja diuraikan. Pengaturan aliran darah koror melalui saraf relatif
tidak penting, dibandingkan dengan pengaturan aliran melalui autoregulasi.
OKLUSI KORONER DAN SERANGAN JANTUNGATEROSKLEROSIS
Kira-kira sepertiga dari penduduk kalangan makmur di negara Barat meninggal akibat
oklusi ko-roner. Pada hampir semua kejadian, oklusi koroner adalah akibat dari
aterosklerosis, suatu penyakit degeneratif pada arteri yang berupa pembentukan
timbunan lemak dan fibrosis dalam dinding arteri. Arteri koronaria adalah sangat peka
terhadap penyakit ini.
Pada tahap awal aterosklerosis diduga bermula dari cidera kecil atau memburuknya
sel-sel endotel yang melapisi tipis-tipis permukaan dalam dari arteri. Kerusakan sel
endotel selanjutnya menimbulkan dua akibat: (1) sel-sel otot polos yang terletak jauh
di bawah endotel mulai berlipat ganda dan menonjol ke dalam lapisan sel endotel. (2)
zat-zat lemak, terutama kolesterol, mulai tertimbun di dalam dan di sekitar sel otot
polos yang sedang menggandakan diri. Kombinasi dari pertumbuhan yang berlebihan
dari sel dan penimbunan kolesterol menyebabkan pembentukan lesi yang berlemak
dan fibrotik disebut bercak aterosklerotik, yang akhirnya menonjol ke dalam lumen
pembuluh darah dan menghambat aliran darah. Setelah beberapa tahun bercak tumbuh
lebih besar, dan makin banyak jaringan ikat yang tumbuh ke dalam bercak itu dengan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

73

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

akibat timbul penyempitan progresif dari arteri. Pada aterosklerosis yang sangat lanjut
banyak bercak yang mengalami kalsifikasi. Pembentukan bercak ber-kalsifikasi dan
tumbuhnya jaringan ikat yang berlebihan dalam dinding arteri mengakibatkan penyakit ini pada tingkat lanjutnya disebut sebagai arteriosklerosis, yang juga dikenal
sebagai "pengerasan arteri".
Oklusi koroner sebagai akibat aterosklerosis
dapat terjadi karena dua cara:
1. Penciutan arteri koronaria secara progresif perlahan-lahan akan menyebabkan

suplai darah ke jantung makin lama makin bertambah buruk, dan akhirnya satu
atau beberapa pembuluh koroner mengalami oklusi. Sampai tingkat tertentu
hal ini terjadi hampir pada setiap orang tua, dan ini menyebabkan pe-nurunan
cadangan koroner, yaitu pengurangan aliran darah yang dapat diberikan
kepada jantung bila jantung sedang bekerja berat pada waktu olahraga berat.
2. Cara kedua yang menuntun aterosklerosis ke arah kelemahan jantung ialah

terjadinya oklusi koroner akut, keadaan yang disebut "serangan jantung".


Tempat oklusi di suatu titik dalam arteri koronaria hampir tidak ber-ubahubah, di tempat itulah bercak arteriosklerotik tumbuh menonjol ke dalam
aliran darah, membentuk permukaan yang kasar, dan di atas permukaan itulah
bekuan darah terbentuk. Bekuan itu kadang-kadang tumbuh cepat dan dalam
beberapa jam menimbulkan oklusi total. Mungkin pula bekuan terjadi dalam
pembuluh koroner yang besar, kemudian bekuan itu pecah dan me-ngikuti
aliran darah menuju cabang yang lebih kecil dan di situlah menimbulkan oklusi. Peristiwa ini terjadi dalam beberapa detik.
Bila terjadi oklusi koroner akut, otot yang tidak memperoleh darah akan menjadi
iskemik, yang berarti aliran darahnya tidak cukup untuk me-menuhi kebutuhan nutrisi.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

74

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Dalam 30 detik sampai 1 menit otot yang iskemik total akan tidak ber-fungsi. Bila
otot yang tidak berfungsi cukup luas orang dapat meninggal dalam beberapa menit.
Tetapi bila otot jantung yang terkena kelainan tidak luas, terutama bila tidak
imengenai dinding ventrikel kiri, serangan jantung hanya menimbulkan gangguan
pada sebagian jantung, dan orang itu akan pulih dalam beberapa minggu sampai
beberapa bulan disebabkan pelebaran pembuluh koroner lain dan timbulnya
pembuluh-pembuluh baru di daerah otot yang rusak. Pemulihan kadang-kadang
sempurna kadang-kadang hanya sebagian.
Predisposisi Serangan Jantung. Dalam beberapa tahun terakhir penelitian intensif
telah menghasilkan pemahaman tentang serangan jantung. Sekarang kita mengetahui
beberapa faktor predisposisi untuk terjadinya aterosklerosis dan oklusi koroner.
Beberapa faktor penting adalah sebagai berikut:
1. Obesitas dan makanan yang mengandung sejumlah besar lemak dan

kolesterol. Penelitian juga menunjukkan bahwa jenis lemak yang mengandung


banyak lemak jenuh (lemak yang mengandung banyak atom hidro-gen)
nampaknya lebih banyak menimbulkan penimbunan kolesterol di dinding
arteri di banding makanan yang banyak mengandung lemak tak jenuh. Inilah
alasannya mengapa ahli gizi menganjurkan diet yang mengandung lemak tak
jenuh,
2. Perokok mempunyai risiko lebih dari dua kali lipat mengalami serangan

jantung yang me-matikan dibandingkan dengan bukan-pe-rokok. Mengapa


rokok menimbulkan predis-posisi serangan jantung tidak seluruhnya diketahui,
mungkin sebagai akibat dari spasme pembuluh darah koroner, atau disebabkan
kerusakan yang ditimbul kan oleh zat-zat

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

dalam asap rokok misalnya

75

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

karbonmonoksida, atau zat toksik dalam asap rokok. Bagaimana pun, statistik
menunjukkan bahaya rokok terhadap serangan jantung sangatlah jelas.
3. Kurang gerak (olahraga) juga merupakan predisposisi serangan jantung. Pada

umum-nya

orang

penimbunan

mengatakan

lemak

yang

bahwa

berle-bihan

predisposisi
di

arteri

initimbul

karena

akibat

kurang

terbakarnyamakanan yang mengandung lemak yang di-makan pada waktuwaktu tidak berolahraga. Mungkin beberapa hormon yang disekresi selama
olahraga dapat membantu mengurangi penimbunan lemak di dinding arteri.
4. Hormon Seks Pria Testosteron mempunyai efek yang poten dalam

meningkatkan jumlah lemak yang bersirkulasi dalam darah dan juga


menyebabkan

banyak

pembentukan

bercak

aterosklerotik.

Hal

ini

menyebabkan tingginya insidens serangan jantung pada pria muda sampai


umur pertengahan, yaitu kira-kira empat kali insidens pada wanita. Pada usia
tua sekresi hormon testosteron sangat berkurang, insidens serangan jantung
pada pria tidak lagi lebih besar dari pada wanita.
5. Kecenderungan mendapat serangan jantung bersifat herediter. Jadi bersifat

turunan dalam keluarga. Ini terutama akibat dari perbedaan kemampuan orang
dalam hal pengangkutan lemak dalam darahnya. Bila mekanisme pengangkutan tidak berfungsi baik, sejumlah besar kolesterol akan ditimbun di
dinding pembuluh darah.
6.5.2. Aliran Darah Otot
Olahraga yang sangat berat merupakan beban yang paling berat bagi sistem sirkulasi
normal. Ini terjadi karena aliran darah dalam otot dapat meningkat lebih dari 20 kali
lipat (kenaikan tertinggi dibanding dalam jaringan-jaringan tubuh yang lain) dan
juga karena otot rangka mempunyai massa yang sangat besar. Aliran darah dalam otot

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

76

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dapat sedemikian hebatnya sehingga curah jantung dapat meningkat sampai lima kali
lipat normal pada orang dewasa muda, dan enam sampai tujuh kali lipat pada atlet yang
terlatih baik.
Kecepatan Aliran Darah dalam Otot
Pada waktu istirahat aliran darah dalam otot rangka berkisar 3 sampai 4 ml per menit
(ml/men) per 100 gram (g) otot. Sewaktu berolahraga berat angka ini dapat naik 15 sampai
25 kali lipat, yakni menjadi 50 sampai 80 ml per 100 g otot.
Aliran Intermiten Sewaktu OtotBerkontraksi. Gambar 18-2 memperlihatkan perubahan
aliran darah dalam otot betis manusia sewaktu melaku-kan kontraksi kuat dan ritmik.
Perhatikanlah bahwa aliran darah naik dan turun setiap kali otot berkontraksi, berkurang
pada fase kontraksi dan bertambah selama fase di antara dua kontraksi. Setelah
kontraksi ritmik berakhir, aliran darah tetap sangat tinggi selama 1 sampai 2 menit, setelah itu berangsur-angsur kembali normal.
Sebab dari penurunan aliran darah selama kontraksi otot yang dipertahankan ialah
terjadinya gencatan terhadap pembuluh darah oleh otot yang berkontraksi. Pada kontraksi
tetanik yang kuat aliran darah kadang-kadang terhenti sama sekali.
Kapiler Otot Terbuka Selama Kerja. Pada waktu istirahat hanya 20 sampai 25
persen dari kapiler otot yaang terbuka, tetapi pada waktu olah-raga berat semua kapiler
terbuka. Hal ini dapat diperlihatkan dengan dengan mengambil contoh dari otot yang
sedang bekerja yang diberi pewar-naan secukupnya dan dipelajari secara histologis.
Pembukaan kapiler-kapiler yang tadinya istirahat-lah yang meningkatkan aliran darah.
Pembukaan kapiler ini juga mengurangi jarak tempuh oksigen dan nutrien lain yang harus
berdifusi dari kapiler ke serabut otot, dan meningkatkan luas permukaan difusi nutriennutrien.
6.5.3 Sirkulasi Dalam Otak

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

77

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 6-7 memperlihatkan gambaran menyeluruh dari susunan arteri di dasar otak. Terlihat
di situ dua arteri vertebralis berjalan ke atas sepanjang medula, dan dua arteri karotis
interna yang memasuki otak dari permukaan ventral. Cabang-cabang penghubung antara
keempat arteri utama itu mencegah terjadinya kerusakan otak bila satu atau dua di antara
pembuluh-pembuluh itu tersumbat. Namun arteri-arteri yang kecil yang tersebar di permukaan
otak tidak mempunyai banyak penghubung antara yang satu dengan yang lainnya. Karena
itu sumbatan pada salah satu pembuluh tersebut biasanya menyebabkan kerusakan pada
jaringan otak yang bersangkutan.

Arteri serebri anterior


Arteri karotis interna
Arteri komunikantes anterior
Sirkulus wilis

Arteri serebri media


Arteri serebelaris superior

Arteri serebelaris
anterior inferior
Arteri vertebralis

Arteri komunikantes posterior


Arteri serebri posterior
Arteri basilar

Arteri serebelaris
posterior inferior

Gambar 6.7 Sirkulasi dalam


Otak

Aliran Darah Otak dan


Pengaturannya
Darah yang mengalir dalam otak rata-rata 700 ml/men, yaitu kira-kira 14 persen dari jumlah
darah yang dipompa oleh jantung.
Autoregulasi Aliran Darah Otak. Autoregulasi aliran darah otak berlangsung lebih baik
daripada lloregulasi di bagian tubuh yang lain kecuali ginjal. Walaupun tekanan arteri turun
sampai serendah 40 mmHg atau naik sampai setinggi 200 mmHg aliran darah otak hanya
bervariasi tidak lebih dari beberapa persen.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

78

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Autoregulasi aliran darah dalam otak terjadi terutama berkat mekanisme autoregulasi oleh
karbondioksida. Sirkulasi dalam otak berbeda dari aringan lain dalam hal responsnya
yang lebih tinggi terhadap karbondioksida dibanding jaringan-jaringan lain. Kalau kadar
karbondioksida naik melewati batas normal, pembuluh otak akan melebar dan aliran darah
secara otomatis meningkat. Ini akan membuang karbondioksida dari jaringan, dan membuat
kadar karbondioksida menjadi normal kembali. Sebaliknya penurunan karbondioksida
dalam otak akan menurunkan aliran darah, karbondioksida yang terbentuk dalam
jaringan akan berakumulasi sehingga kadarnya akan meningkat ke arah normal.
Mekanisme karbondioksida pada autoregulasi aliran otak adalah jauh lebih kuat daripada
mekanisme defisiensi oksigen (yang dalam jaringan-jaringan lain pada umumnya malah
terbalik). Terutama karena mekanisme karbondioksida lah aliran darah otak hampir konstan
sepanjang waktu. Satu-satunya kekecualian terjadi bila otak menjadi terlalu aktif. Dalam
keadaan tersebut, walaupun jarang terjadi, dapat meningkat 30 sampai 50 persen di atas
normal. Kenaikan ini adalah manifestasi dari autoregulasi, kenaikan aliran sebanding
dengan kenaikan pembentukan karbondioksida di otak.
Aliran darah otak yang tidak berubah-ubah sangat menguntungkan bagi fungsi otak, karena
bila fungsi otak ingin berjalan baik, neuron tidak boleh terlalu peka atau terlalu banyak
mengalami hambatan. Namun status nutrisi dari neuron dengan mudah dapat mengubah
kepekaannya. Bila kadar kabondioksida dalam jaringan meningkat terlalu tinggi, cairan
jaringan akan menjadi asam sekali karena karbondioksida bereaksi dengan air membentuk
asam karbonat, dan keadaan asam ini akan sangat menekan fungsi saraf.
6.5.4 Aliran Darah Hati
Gambar 6-8 memperlihatkan diagram sistem pembuluh darah traktus gastrointestinalis,
vena porta, dan hati. Setelah darah melalui pembuluh-pembuluh daerah gastrointestinalis,
kemudian akan mengalir dalam serangkaian vena yang di-sebut sistem vena porta,

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

79

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dari sini kemudian mengalir dalam sinus hati. Setelah melewati hati darah masuk ke
dalam vena kava inferior melalui dua vena hepatika yang besar.
Sewaktu berjalan dalam sinusoid hati, darah di-proses oleh sel-sel hati dengan dua cara:
Pertama, darah berkontak dengan sel-sel fagosit retikuloen-dotel yang menjadi bagian
dinding dari sinus, yaitu sel Kupffer, yang mampu mengambil debris yang abnormal.
Dengan demikian sel-sel itu mem-bersihkan darah usus sebelum masuk kembali ke
dalam sirkulasi umum. Ini sangat penting karena jutaan bakteri dari fekal yang terdapat
dalam trak-tus gastrointestinal melalui jalur ke dalam darah portal setiap menit, sel
Kupffer sangat efektif dalam menyingkirkan bakteri tersebut, sehingga kemungkinan
tidak ada satu pun yang dapat lolos dari hati yang masuk ke dalam sirkulasi umum.

Arteri hepatika yang menuju ke jaringan


penyambung

Gambar 6.8 Sirkulasi gastrointestinalis dan portal.

Kedua, sel-sel jaringan hati yang disebut sel hati mengambil berbagai nutrien yang
diambil dari sirkulasi. Sebagai contoh, sel-sel ini mengambil duapertiga dari glukosa
yang diserap darah porta dari usus dan separuh protein sebelum darah men-capai
sirkulasi umum. Nutrien-nutrien ini di-simpan dalam sel-sel hati sampai diperlukan
oleh bagian tubuh yang lain dan dilepaskan kembali ke dalam darah untuk dipakai di

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

80

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

mana saja. Penyim-panan glukosa dan protein bertujuan "membufer" 'kadar nutrien
tersebut dalam darah, yaitu mencegah peningkatan kadarnya yang mendadak setelah
makan, dan juga mencegah terjadinya penurunan kadar selama interval panjang di
antara waktu-waktu makan.
6.5.5 Aliran Darah Kulit
Aliran darah dalam kulit mempunyai dua fungsi: pertama, mengatur suhu tubuh, dan
kedua, me-nyuplai makanan kepada kulit.
Hubungan antara Aliran Darah Kulit dan Pengaturan Suhu Tubuh. Gambar 6.9
memper-lihatkan arsitektur pembuluh pembuluh darah kulit. Perhatikanlah terutama
pleksus vena yang ekstensif yang terletak beberapa milimeter di bawah permukaan
kulit. Kecepatan aliran darah dalam pleksus ini dapat bertambah atau berkurang dengan
perubahan nilai sebesar 50 kali lipat. Bila arteri yang menyuplai darah ke pleksus mengalami
konstriksi, aliran darah kulit di seluruh tubuh mungkin hanya 50 ml/men, sedangkan
bila arteri berdilatasi sepenuhnya aliran darah kulit bisa mencapai 2 sampai 3 L/men.
Epidermis
Kapiler

Dermis
Arteri
Anastomosis
arteri-vena
Vena
Pleksus vena
Jaringan subkutan

Gambar 6.9 Sirkulasi dalam kulit.

Bila aliran darah kulit sangat meningkat, jum-lah panas yang disalurkan melalui darah dari
bagian dalam ke permukaan tubuh sangat meningkat, sejumlah besar panas akan dibuang
melalui kulit. Sebaliknya bila jumlah darah yang mengalir ke kulit sedikit, jumlah panas
yang dilepaskan juga sedikit. Mekanisme pengaturan suhu dikendalikan oleh hipotalamus di
otak, dengan bekerja melalui saraf simpatis, dapat menimbulkan vasokonstriksi atau
vasodilatasi pembuluh kulit, sehingga dapat turut mengatur suhu tubuh.
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

81

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Di tempat-tempat tertentu dalam tubuh, seperti misalnya tangan, kaki, dan telinga terdapat
pem-buluh yang banyak mengandung otot disebut anastomosis arteri-vena, yang
menghubungkan arteri langsung dengan pleksus vena. Bila anastomosis ini melebar, darah
tidak melalui susunan kapiler tetapi langsung dengan deras mengalir ke ke dalam vena.
Dengan cara tersebut tangan, kaki, dan telinga memperoleh darah sangat banyak ketika
berkontak dengan udara yang dingin sekali. Aliran darah yang meningkat itu jelas akan melindungi jaringan bersangkutan terhadap kemung-kinan beku.
Aliran Darah Penyuplai Makanan. Biasanya aliran darah ke kulit kira-kira 20 sampai 30
kali daripada yang diperlukan untuk menyuplai ke-butuhan nutrisi jaringan kulit.
Namun bila kulit menjadi terlalu dingin mekanisme pengaturan suhu tubuh akan
menimbulkan vasokostriksi pem-buluh kulit demikian hebatnya sehingga nutrisi dapat
terganggu. Kadang-kadang hal ini terjadi pada kelainan pembuluh darah penyuplai
kulit, misalnya aterosklerosis arteri kulit terutama di tangan dan kaki. Dalam keadaankeadaan seperti itu orang perlu memperhatikan keadaan pembuluh yang menyuplai
makanan kepada kulit.
Gambar 6-9 memperlihatkan lengkung kapiler yang membawa darah ke jaringan di bawah
kulit. Aliran darah itu tupduk pada mekanisme autoregulasi seperu yang terjadi di manapun di
seluruh tubuh. Sebagai contoh, bila suatu daerah kulit ditekan dengan keras sehingga aliran
darah terhenti sama sekali selama beberapa menit, maka segera setelah tekanan dilepaskan
aliran darah ke kulit akan sangat meningkat, warna kulit menjadi merah terang sema
beberapa menit. Secara otomatis ini akan menutup kekurangan nutrisi yang terjadi
selama terhentinya aliran darah, Suatu keuntungan bahwa kulit dapat bertahan tanpa aliran
darah selama beberapa jam sebelum terjadi kerusakan yang serius.
Pertanyaan:
1. Sebutkan pembagian daerah jantung sesuai fungsinya.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

82

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

2. Bagaimanakah kerja jantung pada tubuh manusia?


3. Jelaskan tentang flowmeter dari Doppler untuk darah.
4. Bagaimanakah aliran darah di kulit?
5. Bagaimanakah aliran darah di otak?

BAB 7
ELECTROCARDIOGRAPH (ECG)
7.1 Sistem pengukuran ECG
Aktifitas kelistrikan dari jantung diperkirakan berupa kuantitatif dari sebuah
vektor. Jadi diperlukan untuk mengetahui lokasi dari sinyal sinyal jantung.
Perancang ElectroCardioGraph memberikan rancangan yang sederhana untuk

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

83

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dimodelkan pada sinyal aktifitas jantung. Pada model ini, ada 2 titik kelistrikan
yang diletakkan pada bagian medium konduktif pada thorax.
Terlihat bahwa 2 titik itu ada yang berpolaitas posiif dan negatif, sehingga
membentuk arah vektor M.
Besaran vektor M bisa berubah ubah tergantung dari 2 sumber titik dari thorax
manusia. Di Electrocardiography hal ini di sebut vektor cardiac.
Potendial listrik dihasilkan dari jantung melalui permukaan kulit tubuh. Perbedaan
potensial listrik di tentukan oleh penempatan elektroda di permukan tubuh. Bila 2
titik potensial tersebut di tempatkan di tempat yang sama area (pada satu garis
potrensial yang sama), maka tidak akan ada perbedaan potensial. Berbeda tempat
posisi lead pada permukaan tubuh, maka akan memberikan perbedaan besaran
potensial juga. Maka sangatlah perlu adanya posisi standart secara klinik yang
digunakan untuk evaluasi sinyal ECG.
Pada gambar 7.1 menunjukkan contoh umum sebuah vektor pada pengukuran
ECG ini.
Satuan pengukuran itu dapat di tulis Va1 = M.a1 dimana M adalah adalah arah
vektor dari besaran a1. Pada pengukuran ECG lebih dari 1 pengukuran ( lebih
dari 1 lead) guna mendapatkan informasi tentang jantung yang lebih lengkap.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

84

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 7.1 Sketsa dasar dari 2 titik kelistrikan pada bidang di dada untuk mendapatkan sinyal
jantung.

.
Gambar 7.2 adalah merupakan gambar vektor dengan arah secara jelas seperti
contoh gambar 7.1 secara matematis.

Gambar 7.2 Gambar vektor M dari hasil gambar 7.1

Ada 3 macam pengukuran dasar secara frontal plane dari ECG. Lokasi titik titik
pengukuran antara lain tangan kanan (RA), tangan kiri (LA), kaki kiri (LL).
Sedangkan kaki kanan (RL) disambungkan ke ground dari rangkaian ECG. Nama
pengukuran ECG seperti ini disebut Lead 1 pengukuran antara tangan kanan (RA)
dengan Tangan kiri (LA), Lead II pengukuran antara tangan kanan (RA) dan kaki
kiri (LL). Lead III pengukuan antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LL).
Seperti pada gambar 7.3 menunjukkan vektor lead I, lead II, lead III.
Gambar gambar diatas merupakan pengukuran ECG yang dikenal dengan nama
FRONTAL PLANE atau UNIPOLAR LEAD.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

85

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 7.3 Vektor tentang ECG dari Lead I, Lead II, Lead III.

Sedangkan segitiga vektor lead I, Lead II dan Lead III disebut segitiga vektor
Eindhoven, karena pertama kali hubungan segitiga vektor di temukan oleh
Eindhoven.
Jumlah sinyal Lead I, Lead II dan Lead III terhadap ground dari Kaki Kanan
pertama kali ditemukan oleh Wilson, maka untuk pengukuran 1 sinyal ECG dari
jumlah 3 sinyal Lead I, Lead II dan Lead III di sebut Central Wilson. Seperti pada
gambar 7.4 menunjukkan pengukuran central Wilson.
Pada central Wilson kemudian dikembangkan pengukuran diantaranya yaitu
menurut sudut vektor selisih sekitar 30 derajat. Pengukuran itu di seut Augmented
Lead dari Cenral Wilson seperti terlihat pada gambar 7.5

Gambar 7.4 Central Wilson

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

86

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 7.5 Hubungan Augmented limb lead dari cara Wilson

Cara pengukuran lainnya adalah pengukuran di bidang dada (precordial lead).


Pengukuran ini masih tetap membutuhkan kaki kanan sebagai grounding
rangkaian. Ada 6 macam pengukuran pada bidang dada ini aitu V1, V2, V3, V4,
V5, V6. Letak letak nya ada pada bidang dada sebelah kiri dimulai dari V1
terletak ditengah tengah dada yang lurus dengan V2. Berikutnya dengan jarak
yang sama yang berakhir pada V6 yang terletak di bawah ketiak dari tulang rusuk
nomer 2 dari bawah ketiak. Untuk posisi gambar pengukuran ECG di bidang dada
ada pada gambar 7.6.

Gambar 7.6 Pengukuran di bidang dada dari V1 sampai dengan V6

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

87

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

7.2 Rangkaian ECG


Blok diagram rangkaian ECG sangat beragam diantaranya adalah seperti pada gambar
7.7 ini. Blok diagram yang dijelaskan adalah tentang rangkaian ECG saja sedang
untuk bagian ADC sampai monitor tidak di jelaskan secara detail. Bagian ECG adalah
elektrode, rangkaian instrumentasi dengan penguatan 100X, filter LPF 250Hz, filter
BRF 50Hz, Amplifier noninverting 10X, rangkaian clamping sinyal ECG.

ELEKTRODE

CLAMPING

ADC

FILTER LPF
fc=25OHz

R.INSTRUMENTASI
100X

AMPLIFIER
NONINV 10X

Paralel to
Serial

FILTER BRF
Fc-50Hz

Computer

monitor

Gambar 7.7 Blok diagram rangkaian ELEKTRO CARDIO GRAF

7.2.1 Elektrode
Elektrode merupakan alat/sensor yang digunakan untuk mendeteksi sinyal yang
berasal dari jantung, semakin baik electrode yang digunakan semakin baik pula
penerimaan sinyal jantung yang diterima oleh electrode.
Contoh electrode:

Gambar 7.8 Contoh salah satu Lead ECG

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

88

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

7.2.2 Penguat Instrumentasi 100x


Sinyal jantung yang diterima oleh electrode dikuatkan sebesar 100x, agar dapat
terbaca oleh oscilloscope. Rangkaian penguat instrumentasi terdiri dari rangkaian
buffer dan rangkaian penguat.

Gambar 7.9 Rangkaian instrumentasi untuk ECG

Penjelasan:
Terdiri dari Buffer dan penguatan
V1, V2, V3 dari elektroda

VR Tuning sampai Nilai resistansi 750


Vout 0 0,4 V

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

89

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Hasil Uji Coba Menggunakan Oscillosscope

Gambar 7.10 Hasil pengukuran rangkaian instrumentasi disalah satu posisi ECG

7.2.3 Rangkaian Filter LPF dengan fc = 250 Hz

Gambar 7.11 Rangkaian Low Pass Filter dengan batasan f=250 Hz

Vin 0 0,4 V
Fin 0 - 250 Hz
C = 1 F

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

90

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Vr di set 166,942 ohm

Hasil Uji Coba Menggunakan Oscillosscope

Gambar 7.12 Hasil pengukuran rangkaian LPF

7.3.4 Rangkaian BRF dengan fc = 50 Hz

Gambar 7.13 Rangkaian Notch filter dengan f= 50 Hz

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

91

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

VR di set pada Resistansi 923,56 Ohm


Hasil Uji Coba Menggunakan Oscillosscope

Gambar 7.14 Hasil pengukuran setelah melalui rangkaian notch filter f=50Hz

7.2.5 Amplifier Non-Inverting 10x

Gambar 7.15 Rangkaian non inverting penguatan 11X

Vin = 0,4 V

Hasil Uji Coba Menggunakan Oscillosscope

Gambar 7.16 Hasil pengukuran setelah melalui penguatan 11X

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

92

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

7.2.6 Rangkaian Clamping Positif Non-Invert

Gambar 7.17 Rangkaian clamping

Hasil Uji Coba Menggunakan Oscillosscope

Gambar 7.18 Hasil uji setelah melalui rangkaian clamping

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

93

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

7.3 Komponen ECG


Sinyal ECG terdiri dari komponen sinyal P, Q, R, S, T dan terkadang sinyal U
muncul terkadang tidak muncul. Sinyal ECG dengan komponen sinyalnya seperti
terlihat pada gambar 7.19

Gambar 7.18 Sinyal ECG dengan nama segment nya

Komponen sinyal P, Q, R, S dan T terjadi pada jantung di bagian tertentu seperti


terlihat pada gambar 7.19.
Pada gambar 7.20 terlihat masing masing sinyal dan segment jantung kecuali
untuk sinyal T yang terjadi karena darah akan keluar dari jantung melalui aorta.
Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pembagian segment dari bentuk klasifikasi sinyal
jantung.

Gambar 7.20 Asal mula sinyal P , Q, R dan S

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

94

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

7.4 Klasifikasi sinyal jantung.


Sinyal jantung diklasifikasikan guna untuk mempermudah jenis jenis kelainan
sinyal jantung. Seperti pada gambar 7.21 Tentang pembagian area/ segment pada
sinyal jantung.

Gambar 7.21 Area segment dengan perubahan warna pada sinyal ECG

Sinyal jantung dengan daerah segment yang di tandai mengalami perubahan.


Banyak sekali perubahan sinyal jantung untuk di klasifikasikan yaitu:
a. Sinyal Irreguler
b. Sinyal Regular
c. Sinyal Normal
d. Sinyal Bradicardia
e. Sinyal Tachicardia
7.4.1

Sinyal Irreguler
Adalah Frekuensi sinyal yang muncul tidak teratur. Misalnya sinyal R yang
tidak teratur munculnya. Biasanya munculnya sinyal R tidak teratur dari 2 atau
3 sinyal R yang muncul teratur. Lihat Gambar 7.22

Gambar 7.22 Sinyal ECG Irreguler setelah ada interval 3 kali reguler

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

95

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

7.4.2 Sinyal Regular


Yaitu sinyal ECG yang interval antara sinyal tertinggi, misal sinyal R,
adalah sama rata (sama semua). Hal ini di pisahkan dengan sinyal ECG
normal, karena tidak mesti sinyal ECG reguler itu adalah sinyal normal.
7.4.3 Sinyal Normal
Yaitu sinyal ECG dengan susunan dan besar keil amplitudonya hampir
sama dengan sinyal ECG segala referensi (normal). ECG normal ini diambil
dari beberapa sinyal ECG dari kebanyakan orang yang tidak mengalami
gangguan jantung. Ciri sinyal jantung normal adalah detak jantung antara 60
pulsa persecond sampai 90 pulsa persecond (pps), selain itu amplitudo ECG
seperti gambar 7.18 dan gambar 7.21. Gambar 7.23 adalah menunjukkan
sinyal reguler dan normal.

Gambar 7.23 Sinyal ECG normal dan reguler

7.4.4 Sinyal Bradicardia


Adalah sinyal ECG dengan interval pulsa tertinggi (misal sinyal R)
kurang dari 60 pulsa permenit (pps). Seperti gambar 7.24 menunjukkan sinyal
ECG Bradicardia.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

96

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 7.24 Sinyal Bradicardia dengan jumlah detak 50 detak per menit

Pengambilan sinyal ECG pada gambar 7.24 adalah pengambilan per 6 detik,
jadi untuk menghitung 1 menit cukup mengalikan dengan 10. Terlihat pada
printing kertas 5 pulsa sinyal R dalam 6 detik seperti gambar 7.24.
7.4.5. Sinyal Tachicardia
Sinyal Tachicardia adalah sinyal ECG dengan jumlah pulsa melebihi
90 pulsa per second. Penampilan perhitungan dengan cara perhitungan per 6
detik kemudian dikalikan 10. Terlihat gambar 7.25 ECG Tachicardia

Gambar 7.25 Sinyal ECG Tachicardia 120 detak permenit

7.5 Sinyal ECG tidak normal


Beberapa sinyal ECG tidak normal adalah kelainan dari segment segment ECG
yang telah di bahas sebelumnya serta bisa kombinasi dengan bradicardiam
tachicardia serta irregular.
7.5.1

Segment ST dari ECG tidak mau turun


Sinyal ECG seperti tidak mau turun dari segment ST berasal dari saluran paru
paru ke jantung mengalami gangguan yaitu terjadi penyempitan dan pelannya
aliran daerah ke jantung, sehingga tekanan menjadi lebih tinggi dari normal
yang digambarkan sinyal ECG lebih meninngi juga. Terlihat pada gambar 7.26
tentang segmnet ST tidak turun dan regular.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

97

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 7.26 Sinyal ECG dengan segment ST tidak turun dan reguler

7.5.2

Segment ST dari ECG turun dan tidak mau naik kembali.


Sinyal RCG dengan segment ST tidak naik ada kebalikan dari permasalahan
segment ST tidak turun, yaitu terlalu cepatnya aliran darah turun dan klep
yang menuju ke Atrium kiri tidak bekerja normal sehingga tidak ada tekanan
atau tekanan yang minimal dari ventricle kiri. Akibat hal ini terdeteksi sinyal
ECG segment ST tidak mau naik.

Gambar 7.27 Sinyal ECG dengan segment ST tidak naik dan reguler .

7.5.3

Hilangnya sinyal P
Hilangnya sinyal P kadang menjadi kawatir karena bisa mengakibatkan sinyal
sinyal lainnya tidak mau muncul, tepi terkadang hanya mengakibatkan
tachicardia atau bradicardia.

Gambar 7.28 Sinyal ECG tanpa sinyal P

7.5.4

Dominan sinyal P
Dominannya sinyal P adalah terlihat dari amplitudo sinyal P yang naik tinggi
dan melebar. Hal ini biasanya dikarenakan usia yang mulai tua. Atau terlihat

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

98

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dominan karena saluran pada jantung ke paru paru sangat besar sehingga
dengan volume yang tetap mengakibatkan tekanan tidak terlalu besar. Hal ini
mengakibatkan sinyal R tidak terlalu tinggi aplitudonya dan bahkan hampir
sama dengan sinyal P yang mulai naik tinggi karena penyempitan diatrium
kanan jantung atau hiper aktif getaran di atrium kanan jantung.
7.5.5

Sinyal ECG dengan Bundle Brach Block (BBB)


Sinyal ECG dengan BBB ini adalah pelebaran sinyal QRS dan hampir sama
dengan ST tidak mau turun. BBB dikarenakan otot tengah pada ventricle tidak
bekerja normal, misalnya kontraksi kurang pada otot ventricle atau
terblokirnya gerak dari QRS sehingga tidak muncul sinyal QRS.

Gambar 7.27 Sinyal ECG dengan Bundle Brach Block

7.5.6

Kontraksi pada ventricle (Premature Ventricle Contracture)


Premature Vntricle Contracture adalah gerakan yang terlalu awal dari otot
ventrcle sebelum waktunya berkontraksi. Hal ini akan mengakibatkan ritme
ECG tidak teratur (irreguler).

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

99

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 7.28 Sinyal ECG dengan Premature Ventricle Contracture (PVC)

7.5.7

Multifocal PVC
Multifocal PVC adalah PVC dengan banyak kejadian. Sama halnya dengan
PVC biasa yaitu selalu irregular tapi terjadi di saat tidak tentu, sehingga sinyal
tidal selalu muncul amplitudo negatif tapi ada juga yang muncul pada
amplitudo positif.

Gambar 7.29 Sinyal ECG dengan Multifocal PVC

7.5.8

Ventricle Tachicardia
Sinyal ECG dengan ventricle tachicardia adalah karena PVC yang sangat
berlebihan sehingga tidak terkontrol sinyal ECG normalnya. Hal ini sangat
kritis sekali sebab kontraksi jantung tidak mau di kontrol dengan ritme yang
seharusnya.

Gambar 7.30 Sinyal ECG karena ventricle tachicardia

Sinyal ECG yang tidak bisa terkontrol dengan baik oleh tubuh akan
mengakibatkan penghentian detak jantung karena tersumbatnya beberapa
bagian tubuh. Penghentian detak jantung yang tidak terkontrol bisa
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

100

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

didefinisikan orang tersebut meninggal (mati). Kematian seseorang bisa


dipastikan setelah 2 jam detak jantung tidak bergetar lagi. Hal ini berhentinya
detak jantung bisa juga karena rekondisi yaitu

penyamaan ritme(irama)

jantung menuju ke ritma jantung normal.

Gambar 7.31 Sinyal ECG dengan detak tak terkontrol (vibrilasi)

Gambar 7.32 Sinyal ECG dengan tanpa aktivitas gerak (berhenti)

Pertanyaan:
1. Jelaskan vektor tentang ECG dari Lead I, Lead II dan Lead III.
2. Jelaskan rangkaian ECG yang Anda ketahui dengan blok diagram.
3. Jelaskan komponen sinyal ECG dan daerahnya.
4. Bila jantung irregular dan tachicardia menjadi satu berikan contohnya.
5. Jelaskan salah satu dari sinyal jantung tidak normal.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

101

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

BAB 8
SISTEM RESPIRASI MANUSIA

8.1. Pendahuluan
Proses produksi energi dalam tubuh memerlukan oksigen dan menghasilkan
karbon dioksida. Karena itu makhluk hidup pasti memerlukan sistem untuk
mengantarkan oksigen ke seluruh sel tubuh dan mengambil karbon dioksida sisa
metabolisme. Terjadilah proses respirasi.
Secara garis besar respirasi didefinisikan sebagai pertukaran zat antar
jaringan / organ hidup. Respirasi adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis
walau dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem respirasi dipengaruhi oleh
susunan syaraf otonom. Fungsi utama dari sistem respirasi adalah untuk memberikan
oksigen ke seluruh sel tubuh dan membuang gas karbon dioksida hasil metabolisme
sel ke luar tubuh, serta menjaga derajad keasaman darah. Selain fungsi respirasi, paruparu juga memiliki fungsi non respirasi yaitu menjadi lapisan lunak yang melindungi
jantung dan mengubah konsentrasi zat zat biologis aktif dan obat obatan dalam
pembuluh darah arteri.
Sistem respirasi pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran (organ)
respirasi dan mekanisme respirasi.
8.2. Organ respirasi
Organ organ respirasi berfungsi untuk memberikan area permukaan
maksimum pada proses difusi oksigen dan karbon dioksida (dalam paru-paru),
melindungi permukaan membran difusi dari faktor lingkungan yang berbahaya

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

102

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

(perubahan temperatur yang ekstrim, partikel racun, mikroorganisme dll), dan juga
berfungsi untuk selalu memperbarui gas yang berhubungan dengan area permukaan
diffusi (daerah ventilasi). Organ respirasi seperti gambar 8.3, dipisahkan menjadi dua
bagian:
-

Bagian konduksi : berupa rongga hidung, pharynx, larynx, trachea, bronchi dan
bronchioles (dibatasi oleh dinding yang tebal sehingga tidak terjadi pertukaran
gas)

Bagian respirasi : berupa alveolus, atria dan kapiler paru-paru yang dibatasi oleh
dinding yang tipis sehingga terjadi pertukaran gas secara difusi.

Gambar 8.1 Organ organ respirasi

8.2.1 Rongga Hidung (Cavum Nasalis)


Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung, yang berlapis selaput lendir, di
dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar
sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat
saluran respirasi. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk.
8.2.2 Pharynx (Tenggorokan)

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

103

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran respirasi (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang.
Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat larynx(tekak) tempat terletaknya pita
suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara
bergetar dan terdengar sebagai suara.
8.2.3 Tenggorokan (Trachea)
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torax). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh
cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi
menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran respirasi.
8.2.4 Cabang-cabang Tenggorokan (Bronchi)
Tenggorokan bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri.
Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang
rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi
menjadi bronchiolus.

8.2.5 Paru-paru (Pulmo)


Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh
otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paruparu ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus
dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru kiri lebih besar
dibandingkan bagian kanan.Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut
pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

104

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang
bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paruparu
memiliki tekstur yang spongy (berongga seperti busa) yang elastis dengan daerah
permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.

Gambar 8.2 Paruparu

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura yang
berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan ini berasal dari plasma darah. Dinding
rongga pleura bersifat permeabel terhadap air dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronchiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh
darah. Di dalam paru-paru, bronchiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1
mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronchiolus tidak
mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian ujung
mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Bronchiolus berakhir pada gugus
kantung udara (alveolus).
Alveolus berupa kantong kecil yang salah satu sisinya terbuka sehingga
menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Alveolus berfungsi memberikan area
permukaan untuk pertukaran udara. Adanya alveolus menyebabkan permukaan paruparu internal lebih luas dibandingkan permukaan eksternal. Oleh karena alveolus
berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka memungkinkan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

105

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

terjadinya difusi gas respirasi. Oksigen dalam alveolus akan berdifusi ke dalam
pembuluh kapiler, dan sebaliknya karbon dioksida dalam pembuluh kapiler akan
berdifusi ke dalam alveolus.

Gambar 8.3 Alveolus

8.3 Penggolongan sistem respirasi


Proses respirasi dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam

rongga

dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih
besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih
besar maka udara akan keluar. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka
respirasi dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu: respirasi internal dan respirasi ekternal.
Respirasi internal adalah pertukaran gas antara aliran darah (pembuluh darah
kapiler) dan sel tubuh di dekatnya. Selama respirasi ini darah akan memberikan 5 7
% volume oksigen yang dikandungnya dan mengambil 4 6 % volume karbon
dioksida dari sel tubuh. Semakin tinggi suhu tubuh, jumlah oksigen yang dilepas ke
dalam sel tubuh semakin besar. Di dalam darah oksigen berkombinasi dengan
hemoglobin membentuk oxyhemoglobin dalam sel darah merah, dan berfungsi dalam
proses metabolisme tubuh. Karbon dioksida sebagai sisa metabolisme akan bereaksi

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

106

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dengan air (H2O) di dalam tubuh untuk membentuk asam karbon (H2CO3), yang
kemudian terurai menjadi H+ dan bikarbonat (HCO-3) dan diangkut sel darah merah
menuju paru-paru. Di dalam paruparu, H+ dan HCO-3 bercampur lagi membentuk air
(H2O) dan CO2. Proses ini ditunjukkan dalam gambar 8.4.

Gambar 8.4 Reaksi kimia dalam proses respirasi

Sedang respirasi eksternal adalah pertukaran gas antara paruparu dengan


aliran darah. Respirasi ini terjadi karena pengaruh kimiawi pada aktifitas syaraf tidak
sadar. Aktifitas syaraf sadar juga mungkin menyebabkan respirasi meskipun hanya
terjadi kadang-kadang, dan dibatasi oleh internal body homeostasis.
Kecepatan dan kedalaman respirasi selain dikontrol oleh sistem syaraf dan
konsentrasi oksigen dan karbon dioksida dalam darah, juga dipengaruhi proses kimia
dan suhu darah yang melewati otak. Selama kondisi normal, respirasi dilakukan
dengan tenang (eupnea), ratarata kecepatan respirasi (respiratory rate = RR) sekitar
12-14 siklus per menit. Bertambahnya konsentrasi CO2 (penurunan konsentrasi O2)
dalam darah akan meningkatkan kecepatan respirasi yang artinya permintaan udara
segar yang kaya oksigen semakin meningkat. Keseimbangan asam basa darah (pH
7.4) akan meningkat karena adanya reaksi kimia antara air dalam plasma darah
dengan CO2 hasil metabolisme. Sehingga kecepatan respirasi akan meningkat. Jika

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

107

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

CO2 sudah dilepaskan, konsentrasi akan berkurang dalam darah. Terjadi negatif
feedback loop dan pH darah kembali normal.

Gambar 8.5 Pengaruh konsentrasi CO2 O2 terhadap kecepatan respirasi


8.4 Mekanisme respirasi
Ada dua macam otot mekanis yang mempengaruhi proses respirasi yaitu
musculo membranous diaphragma yang memisahkan rongga dada dengan rongga
perut (bergerak atasbawah) dan otot intercostal (mengelilingi rongga dada) yang
menyebabkan dada mengembangmengempis. Aktifitas syaraf akan menimbulkan
kontraksi otot yang mengubah volume rongga dada.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara luar ke
dalam paru-paru (inspirasi) dan pengeluaran udara dari paru-paru ke luar tubuh
(ekspirasi) maka mekanisme respirasi dibedakan atas dua macam, yaitu respirasi dada
dan respirasi perut. Kedua mekanisme ini terjadi secara bersamaan.
8.4.1 Respirasi Dada
Respirasi dada adalah respirasi yang melibatkan otot antar tulang rusuk.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
-

Fase inspirasi respirasi dada : pusat respirasi ada dalam medulla and pons pada
batang otak. Sel pada otak akan memberikan impuls yang akan menstimulasi otot
diaphragma dan otot antar tulang rusuk (intercostal) untuk berkontraksi.
Akibatnya rongga dada membesar, tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

108

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk (pada
kondisi normal udara yang masuk terdiri atas 79% nitrogen, 20.96% oksigen,
0.04% karbondioksida). Karena paru-paru merupakan organ pasif (tanpa otot),
maka paru-paru akan mengembang mengikuti rongga dada, udara dari luar masuk
kedalam paru-paru. Terjadilah inspirasi.
-

Fase ekspirasi respirasi dada : pusat pneumotaxic dalam pons menerima impuls
dari pusat inspiratori dalam medulla bahwa inspirasi telah mencapai puncak.
Informasi ini diteruskan ke pusat ekspiratori (dalam medulla), dan kemudian
segera mengirim impuls untuk mengakhiri kontraksi otot. Otot inspirasi
(diaphragma dan intercostal) memasuki fase relaksasi, otot intercostals kembali
ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada
menyempit. Akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih besar
dibandingkan tekanan udar luar sehingga udara dalam paru-paru yang kaya
karbondioksida akan didorong keluar. Udara ini dalam kondisi normal terdiri atas
79% nitrogen, 17% oksigen, 4% karbondioksida.

8.4.2 Respirasi Perut


Respirasi perut merupakan respirasi yang mekanismenya melibatkan aktifitas
otot-otot diaphragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada. Mekanisme
respirasi perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yaitu.
-

Fase inspirasi respirasi perut : pada fase ini otot diaphragma berkontraksi sehingga
diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil
sehingga udara luar masuk.

- Fase ekspirasi respirasi perut : Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot
diaphragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada
mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

109

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

8.5. Pemodelan Sistem Respirasi


Untuk mengetahui bagaimana cara kerja sistem respirasi biasanya dimodelkan
dalam model matematik ataupun secara verbal. Tidak hanya variabel-variabel saja
yang akan diukur dengan model tersebut namun model tersebut juga digunakan untuk
menentukan karakteristik parameter fungsi respirasi. Pemodelan sistem respirasi ini
dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu :
-

pemodelan

transportasi

gas

dalam

paru-paru

(termasuk

saluran

udara

extrapulmonary dan pulmonary kapiler)


-

pemodelan sistem mekanis paru-paru dan rongga dada

8.5.1. Pemodelan transportasi gas


Pemodelan ini menggambarkan transportasi gas karena adanya perubahan
konsentrasi gas dan berhubungan dengan tekanan, volume, dan kecepatan perubahan
volume paru-paru. Pemodelan transportasi gas baik dalam fase gas maupun saat gas
sudah terikat dengan darah terjadi karena adanya kesetimbangan sistem pulmonary.
Organ yang berhubungan pada transportasi ini adalah volume alveolus (gas sudah
berdifusi sempurna dalam darah), volumenya variabel dan volume deadspace (saluran
respirasi) yang konstan. Gas bergerak secara konveksi dalam saluran respirasi. Bentuk
dasar transportasi gas dalam paru paru ada dalam gambar 8.6.

Gambar 8.6 Pemodelan transportasi gas

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

110

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Jika X adalah massa kimia tertentu, maka persamaan kesetimbangan massa zat
X tersebut ditunjukkan dalam persamaan 8.1

d NL X
AWO X .Q AWO U b X
dt
dimana:

8.1

d NL X
= kecepatan akumulasi massa X dalam paru-paru
dt

AWO X = jumlah mol X tiap unit unit volume diukur pada katup saluran

respirasi
Q AWO

= volume X tiap satuan waktu, diukur pada pembukaan saluran

respirasi
U b X = kecepatan diffusi X keluar dari alveolus masuk ke dalam darah

AWO X .Q AWO = kecepatan aliran (konveksi) molar X melalui katup saluran

respirasi menuju alveolus


b X .Qb = kecepatan aliran molar X melalui jaringan pembuluh darah kapiler

VA, VD = volume alveolus, volume saluran respirasi


8.5.2. Pemodelan sistem mekanis
Pemodelan mekanis pada sistem respirasi merupakan kombinasi unsur
pneumatic
dan mekanik. Secara garis besar ditunjukkan dalam gambar 8.7 dimana PAWO adalah
tekanan pada katup saluran respirasi, PPL adalah tekanan pada permukaan pleural
paru-paru, QAWO adalah volume aliran gas ke dalam paru-paru, VL adalah volume gas
dalam paru-paru, PA adalah tekanan gas dalam alveolus.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

111

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 8.7 Pemodelan mekanis sistem respirasi

Sistem mekanis pada respirasi menggambarkan korelasi antara perbedaan tekanan


pada beberapa sub sistem respirasi serta perubahan volume dan aliran gas yang
melaluinya. Dan apabila dihubungkan dengan kondisi mekanis rongga dada maka
proses respirasi dapat digambarkan seperti gambar 8.8.a dan b.
pAWO

CstW
CstL

RAW

qAWO

RA

L qAWO

pA

pPL

pAWO

CstL

pA

pP

pBS

CstW

pMUS
+

pMUS
pB
S

Gambar 8.8 a. Sistem mekanis paru-paru


ekivalen
dan rongga dada

b. rangkaian

Dimana : PAWO adalah tekanan pada katup saluran udara


PA adalah tekanan dalam alveolus
PPL adalah tekanan pada interpleural
PBS adalah tekanan pada permukaan tubuh

PMUS adalah beda tekanan pada otot respirasi


QAWO adalah volume aliran gas pada saluran respirasi
VL adalah volume gas dalam paru-paru
RAW adalah resistansi saluran respirasi
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

112

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

CstL adalah kapasitansi statis paru-paru


CstW adalah kapasitansi statis pada dinding rongga dada

Adanya kontraksi otot respirasi akan mengakibatkan adanya perubahan


tekanan otot respirasi dan mempengaruhi besarnya tekanan gas. Tekanan gas yang
melewati paru-paru adalah sebesar:
PL PAWO PPL

8.2

Persamaan yang dapat mewakili respirasi normal dalam atmosfir ada dalam
persamaan 8.3.
p AWO p A R AWO .q AWO
p A p PL

vL
CstL

p MUS p PL p BS

8.3
vL
CstW

Penggunaan huruf kecil digunakan untuk menunjukkan perubahan pada besaran yang
dimaksud.
8.6 Volume Respirasi
Volume gas yang digunakan selama respirasi dibedakan dalam beberapa
kelompok (gambar 8.9), sebagai berikut :
-

Tidal volume (VT) yaitu volume udara pada respirasi normal, kondisi istirahat.
Pada laki-laki normal 70 kg volumenya sekitar 500ml. Dari 500ml udara ini, yang
dapat mencapai alveolus hanya sekitar 350ml, sisanya tertinggal/mengisi saluransaluran respirasi.

Inspiratory reserve volume (IRV) adalah volume udara yang dihirup diatas tidal
volume pada kondisi latihan/kondisi luar biasa, nilainya berkisar 2000 3000ml
pada laki-laki normal standard.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

113

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Expiratory reserve volume (ERV) adalah volume udara yang dihembus pada
respirasi normal tidak relaks (kondisi latihan/kondisi luar biasa), nilainya berkisar
1100 ml.

Residual volume (RV) adalah volume gas sisa dalam paruparu sesudah
menghembus nafas maksimal. Volume udara ini tidak dapat digunakan untuk
respirasi karena selalu ada dalam paru-paru. Pada laki-laki normal sekitar 1200ml,
sedang pada kondisi kolaps minimal volume adalah sekitar 500 600 ml.

Minute volume adalah volume udara respirasi dalam periode 1 menit.


Macammacam volume paruparu diatas menunjukkan kapasitas paru-paru.

Secara garis besar kapasitas paru-paru dibedakan menjadi :


- Vital capacity (VC) yaitu volume udara pada respirasi maksimal (jumlah udara
maksimun yang dapat dikeluarkan seseorang setelah mengisi paru-parunya secara
maksimum). Jadi VC merupakan total volume dari tidal volume, inspiratory
reserve dan ekspiratory reserve volume.
VC VT IRV ERV

8.4

- Functional residual capacity (FRC) yaitu jumlah dari expiratory reserve dan tidal
volume.
FRC RV ERV

8.5

Inspiratory capacity (IC) yaitu jumlah dari inspiratory reserve dan tidal volume
IC VT IRV

8.6

- Total lung capacity (TLC) yaitu kapasitas total semua volume respirasi (IRV, ERV,
VT dan RV)
TLC RV ERV VT IRV

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

8.7

114

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 8.9 Volume gas dalam sistem respirasi

Pada laki-laki dewasa sehat, (berat badan 70kg) dengan respirasi santai, besaran
besaran volume diatas akan memiliki nilai sekitar : VT 500ml, IRV 3600ml, ERV
1200ml, RV 1200ml, TLC 6000ml, VC 4600ml, IC 4100ml, FRC 2400ml.
V

L
TLC
Less stiff

Normal
TLC

Normal
VC

Normal
VC

FRC

Slope of linear approximation


to curve (static compliance)

RV

VT

Normal
FRC

TLC

VC

FRC
Normal
RV

Stiffer lung
RV

PL = PAWO PPL

Gambar 8.10 Volume paru paru pada perubahan tekanan

Terlihat pada gambar 8.10, kondisi paru-paru normal (sehat) akan memiliki kapasitas
maksimal paling besar. Pada respirasi yang cepat/kencang maupun respirasi lambat,
kapasitas vital dan kapasitas total paru-paru lebih sedikit dari respirasi normalnya.
8.6. Parameter Respirasi
Parameter respirasi adalah pengukuran yang mengindikasikan kondisi dan
fungsi paru-paru, meliputi: volume dan kapasitas paruparu, resistansi saluran
respirasi, compliance (kemampuan paru-paru untuk mengembang pada inspirasi) dan
elastisitas (kemampuan paruparu kembali ke ukuran semula pada ekspirasi) serta
tekanan intrathoracic. Pengukuran fungsi paru-paru yang penting dilakukan untuk
mendapatkan parameter respirasi adalah :

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

115

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Maximum Voluntary Ventilation yaitu pengukuran volume respirasi dalam-dalam


secara cepat dengan menggunakan spirometer.

Forced expiratory volume timed adalah pengukuran pengukuran volume respirasi


(tarik dan hembus nafas) dengan cepat menggunakan spirometer.

Maximum expiratory flow rate adalah pengukuran kekuatan respirasi (tarik dan
hembus nafas) dengan menggunakan pneumotachometer.

Intraalveolus pressure adalah tekanan alveolus.

Blood gas measurement adalah pengukuran tekanan oksigen dan tekanan karbon
dioksida secara terpisah.

Acid base balance adalah pengukuran jumlah karbon dioksida dalam darah
dengan menggunakan pHmeter.
Dari pengukuran parameter respirasi tersebut dapat diketahui kondisi respirasi

dalam keadaan seimbang atau tidak. Kondisi respirasi tidak seimbang meliputi :
-

Hyperventilation yaitu adanya ventilasi alveolus sebagai akibat pergantian karbon


dioksida. Tekanan parsial karbon dioksida jatuh dibawah 40 mmHg. Hal ini terjadi
karena reaksi syaraf sadar dan tidak sadar secara cepat. Kecepatan dan kedalaman
bernapas meningkat sehingga karbondioksida lebih cepat dibuang daripada
diproduksi. Ion hidrogen dipindahkan dari cairan tubuh sehingga pH menjadi
tinggi.

Hypoventillation yaitu ventilasi pada alveolus tidak cukup untuk pergantian


karbon dioksida, sehingga tekanan parsial karbon dioksida naik lebih dari 40
mmHg.

Paru

paru

gagal

membuang

karbondioksida

secepat

saat

karobondioksida terbentuk. Kenaikan formasi dari hasil asam karbon dalam


jaringan ion hidrogen, mengakibatkan turunnya pH dalam cairan tubuh.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

116

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Keadaan tidak seimbang ini akan menyebabkan keadaan tidak normal pada sistem
respirasi, diantaranya adalah :
-

Hypoxia yaitu jumlah oksigen yang rendah dalam darah sehingga tekanan parsial
oksigen dalam darah rendah mendekati titik kematian. Hal ini dapat disebabkan
karena kerusakan syaraf respirasi, kerusakan alveolus, kerusakan jaringan
respirasi atau transportasi oksigen yang kurang.

Apnea yaitu berhentinya respirasi, biasanya terjadi secara temporer. Terjadi karena
adanya kerusakan otak sehingga terjadi penurunan stimulus pada pusat respirasi.

Hyperpnea yaitu peningkatan volume tidal dengan atau tanpa peningkatan


kecepatan respirasi yang akan mengurangi tekanan parsial oksigen dalam alveolus
dan darah.

Dyspnea adalah gangguan respirasi karena rendahnya pH darah, pneumonia,


kegagalan jantung dll.

Polypnea (tachypnea) adalah peningkatan kecepatan respirasi tanpa adanya


peningkatan tarik-hembus udara, tapi karena adanya penyakit hypoxia.

Hypercapnia adalah pengurangan tekanan parsial CO2 dalam darah karena


kerusakan pada otot respirasi, penyakit pada syaraf atau kegagalan metabolisme.

Pertanyaan
1. Sebutkan organ organ respirasi yang Anda ketahui.
2. Bagaimanakah pengaruh konsentrasi CO2 O2 terhadap kecepatan respirasi ?
3. Apakah perbedaan respirasi dada dan respirasi perut?
4. Jelaskan salah satu tentang pemodelan system respirasi.
5. Keadaan tidak normal pada system respirasi itu apa saja?

BAB 9

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

117

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

PULMONARY
9.1 Pendahuluan
Paru-paru (PULMONARY) adalah organ pada sistem pernapasan (respirasi)
dan berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi) vertebrata yang bernapas
dengan udara. Fungsinya adalah menukar oksigen dari udara dengan karbon dioksida
dari darah. Prosesnya disebut "pernapasan eksternal" atau bernapas. Paru-paru juga
mempunyai fungsi nonrespirasi. Istilah kedokteran yang berhubungan dengan paruparu sering mulai di pulmo-, dari kata Latin pulmones untuk paru-paru.
Fungsi Sistem Respirasi :
1.

menyediakan permukaan untuk pertukaran gas antara udara dan sistem aliran
darah.

2.
3.

sebagai jalur untuk keluar masuknya udara dari luar ke paru-paru.


melindungi permukaan respirasi dari dehidrasi, perubahan temperatur, dan
berbagai keadaan lingkungan yang merugikan atau melindungi sistem respirasi
itu sendiri dan jaringan lain dari patogen.

4.

sumber produksi suara termasuk untuk berbicara, menyanyi, dan bentuk


komunikasi lainnya.

5.

memfasilitasi deteksi stimulus olfactory dengan adanya reseptor olfactory di


superior portion pada rongga hidung.

Sistem respirasi juga dibagi menurut divisinya, yakni :


1.

Divisi konduksi
Divisi ini dimulai dari rongga hidung, faring, laring, trakea, bronkus, himgga
terminal bronkiolus

2.

Divisi respirasi

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

118

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Divisi ini dimulai dari bronkiolus hingga alveoli, udara memenuhi kantung paruparu dan terjadilah pertukaran gas antara udara dan darah.
9.2 Mekanisme Respirasi
Secara umum, respirasi terdiri dari 2 proses: respirasi eksternal dan respirasi
internal. Respirasi eksternal meliputi pertukaran gas (oksigen dan karbon dioksida)
antara cairan interstisial tubuh dengan lingkungan luar. Tujuan dari respirasi eksternal
adalah untuk memenuhi kebutuhan respirasi sel. Respirasi internal adalah proses
absorpsi oksigen dan pelepasan karbon dioksida dari sel. Proses respirasi internal ini
disebut juga respirasi selular, terjadinya di mitokondria. Proses inspirasi dan ekspirasi
melibatkan kontraksi relaksasi otot-otot tulang rusuk dan otot diafragma.
Inspirasi Pemasukan udara ke dalam paru-paru
Tulang
rusuk
terangkat karena
kontraksi otot
antar tulang rusuk

Udara
masuk

Diaphragma berkontraksi
(turun)
Inspirasi

Gambar 9.1 Inspirasi udara masuk

Mekanisme Inspirasi :

Otot-otot interkostal berkontraksi akibatnya tulang rusuk terangkat.

Kontraksi otot interkostal diikuti oleh kontraksi otot diafragma.

Akibat kontraksi kedua otot ini, rongga dada menjadi membesar.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

119

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Rongga dada yang bertambah besar menyebabkan tekanan udara di paru-paru


menjadi kecil.

Akibatnya udara masuk ke dalam paru-paru.

Ekspirasi Pengeluaran udara dari dalam paru-paru

Udara
keluar

Tulang rusuk
turun karena
otot interkostal
berelaksasi

Diaphragma berelaksasi
(naik)
Ekspirasi

Gambar 9.2 Ekspirasi

Mekanisme Ekspirasi :

Otot-otot interkostal berelaksasi akibatnya tulang rusuk turun.

Relaksasi otot interkostal diikuti oleh berelaksasinya otot diafragma.

Akibat relaksasi kedua otot ini, rongga dada menjadi menjadi mengecil.

Rongga dada yang mengecil menyebabkan tekanan udara di paru-paru


menjadi besar.

Akibatnya udara keluar dari dalam paru-paru ke lingkungan.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

120

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

9.3. Pertukaran Gas Oksigen dan Karbondioksida


Di dalam Alveolus, udara yang mengandung oksigen dipertukarkan ke dalam darah.
Sedangkan karbondioksida di dalam darah dikeluarkan ke alveolus.
A.

Pengikatan O2

Gambar 9.3 Pengikatan O2

Alveolus memiliki O2 lebih tinggi dari pada O2 di dalam darah.

O2 masuk ke dalam darah melalui difusi melewati membran alveolus

Di dalam darah, O2 sebagian besar (98%) diikat oleh Hb yang terdapat


pada Eritrosit menjadi Oksihemoglobin (HbO2).

Selain diikat oleh Hb, sebagian kecil O2 larut di dalam plasma darah
(2%).

Setelah berada di dalam darah, O2 kemudian masuk ke jantung melalui


vena pulmonalis untuk diedarkan ke seluruh tubuh yang membutuhkan

Pengeluaran CO2

Gambar 9.4 Pengeluaran O2

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

121

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Di jaringan, CO2 lebih tinggi dibandingkan yang ada di dalam darah.

Ketika O2 di dalam darah berdifusi ke jaringan, maka CO2 di jaringan


akan segera masuk ke dalam darah.

Ketika CO2 berada di dalam darah sebagian besar (70%) CO2 akan
diubah menjadi ion bikarbonat(HCO3)

20% CO2 akan terikat oleh Hb pada Eritrosit.

Sedangkan 10% CO2 lainnya larut dalam plasma darah.

Di dalam darah, CO2 di bawa ke jantung, kemudian oleh jantung CO2


dalam darah dipompa ke paru-paru melalui arteri pulmonalis.

Di paru-paru CO2 akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.

9.4 Ventilasi Pulmoner


Adalah perpindahan udara secara fisik keluar masuk paru-paru. Fungsi
utamanya adalah untuk menjaga keseimbangan ventilasi alveolar. Tekanan atmosfer
memiliki peranan penting dalam ventilasi pulmoner.
Menurut hukum Boyle, tekanan berbanding terbalik dengan volume. Udara
akan mengalir dari daerah bertekanan tinggi ke tekanan rendah. Kedua hukum ini
merupakan dasar dari ventilasi pulmoner. Satu siklus respirasi tunggal terdiri dari
inhalasi/inspirsi dan ekshalasi/ekspirasi. Keduanya melibatkan perubahan volume
paru-paru. Perubahan ini menciptakan gradien tekanan yang memindahkan udara
keluar atau masuk paru-paru.
Kedua paru-paru memiliki rongga pleural. Parietal dan viseral pleura
dipisahkan hanya oleh selaput tipis cairan pleural. Perbandingan ikatan cairan terjadi
antara parietal pleural dan viseral pleura Hasilnya, permukaan masing-masing
menempel pada bagian dalam dada dan permukaan superior diafragma. Pergerakan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

122

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

dada dan diafragma ini akan menyebabkan perubahan volume paru-paru. Volume
rongga toraks berubah ketika diafragma berubah posisinya atau tulang rusuk bergerak.
Saat diafragma berkontraksi, volume rongga toraks akan bertambah, ketika
diafragma berelasasi, volume rongga toraks akan berkurang. Sementara pergerakan
superior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks bertambah.
Pergerakan inferior rusuk dan tulang belakang menyebabkan volume rongga toraks
berkurang.
Saat bernapas dimulai, tekanan di dalam dan luar paru-paru sama, tidak ada
pererakan keluar masuk paru-paru. Saat rongga toraks membesar, rongga pleural dan
paru-paru akan berekspansi untuk memenuhi rongga dada yang membesar. Ekspansi
ini mengurangi tekanan paru-paru, maka udara dapat memasuki saluran pernapasan
karena tekanan dalam paru-paru lebih rendah dari tekanan luar. Udara terus masuk
sampai volume paru-paru berhenti bartambah dan tekanan di dalam sama dengan
tekanan udara luar. Saat volume rongga toraks berkurang, tekanan alam paru-paru
naik sehingga udara dari paru-paru dikeluarkan dari saluran pernapasan.
9.5 Compliance
Compliance paru-paru

merupakan indikasi kemampuan perluasan paru-paru,

bagaimana paru-paru dengan mudahnya mengembang dan mengempis. Semakin


rendah compliance, semakin besar gaya yang dibutuhkan untuk mengisi dan
mnegosongkan paru-paru. Semakin besar compliance, semakin mudah bagi paru-paru,
semakin mudah paru-paru untuk mengisi dan mengosongkan paru-paru. Factor yang
mempengaruhi compliance adalah:

Struktur jaringan penghubung dari paru-paru. Kehilangan jaringan penghubung

menghasilkan kerusakan alveolar, seperti pada emfisema, yang meningkatkan


compliance

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

123

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Produksi surfaktan, pada saat ekshalasi, alveoli yang kolaps karena produksi

surfaktan yang tidak mencukupi, seperti pada respiratory distress syndrome,


mengurangi compliance paru-paru

Mobilitas rongga toraks, arthritis atau kelainan skelet lainnyamempengaruhi

artikulasi rusuk atau kolom spinal juga mengurangi compliance


9.6 Perubahan tekanan selama inhalasi dan ekshalasi
1. Tekanan intrapulmoner
Arah aliran udara ditentukan oleh hubungan antara tekanan atmosfer dan tekanan
intrapulmoner. Tekanan intrapulmoner adalah tekanan di dalam saluran
pernafasan, di alveoli.
Ketika sedang istirahat dan bernafas dengan normal, perbedaan antara tekanan
atmosfer dan tekanan intrapulmoner relative kecil. Pada saat inhalasi, paru-paru
mengembang dan tekanan intrapulmoner turun menjadi 759 mm Hg. Karena
tekanan intrapulmoner 1 mm Hg di bawah tekanan atmosfer, tekanan
intrapulmoner pada umumnya ditulis dengan -1 mmHg. Pada saat ekshalasi, paruparu mengempis dan tekanan intrapulmoner meningkat menjadi 761 mmHg, atau
+1 mmHg.
Ukuran gradient tekanan meningkat ketika bernafas dengan kuat. Ketika atlet
yang berlatih bernafas dengan kapasitas maksimum, diferensial tekanan dapat
mencapai -30 mmHg selama inhalasi dan +100 mmHg jika individu menegang
dengan glottis yang ettap tertutup. Hal ini merupakan alasan mengapa atlet
mengangkat beban pada saat ekshalasi; karena ekshalasi menjaga tekanan
intrapulmoner dan tekanan peritoneal meningkat dengan signifikan yang bisa
menyebabkan alveolar rupture dan terjadi hernia.
2. Tekanan intrapleural

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

124

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Tekanan intarpleural merupakan tekanan pada ruangan di antara parietal dan


visceral pleura. Rata-rata tekanan intrapleura adalah sekitar -4 mmHg, tapi dapat
mencapai 18 mmHg selama inhalasi yang dipaksakan. Tekanan ini di bawah
tekanan atmosferyang diseabkan hubungan antara paru-paru dan dinding tubuh.
Pada awalnya, kita mencatat bahwa paru-paru memiliki keelastisan yang tinggi.
Pada kenyataanya, paru-paru dapat kolaps jika elastic fiber dapat berbalik ke
keadaan normal dengan sempurna. Elastic fiber tidak bisa berbalik secara
signifikan Karena elastic fiber tidak cukup kuat untuk mengatasi ikatan cairan
antara parietal dan visceral pleura. Elastic fiber selanjutnya melawan ikatan cairan
dan menarik paru-paru menjauh dari dinding dada dan diafragma, menurunkan
tekanan intrapleural . karena elastic fiber yang tersisa membesar bahkan setelah
ekshalasi penuh, tekanan intrapleural berada di bawah tekanan atmosfer melaui
siklus inhalasi dan ekshalasi normal.
9.7 Siklus Respirasi
Satu siklus respirasi terdiri dari satu kali inhalasi dan satu kali ekshalasi. Jumlah udara
yang keluar atau masuk paru-paru dalam satu siklus respirasi disebut volume tidal.
Saat siklus dimulai, tekanan atmosfer dan intrapulmonar sama besar, tidak ada
pertukaran udara. Inhalasi dimulai dengan penurunan tekanan intrapleural yang
diakibatkan ekspansi rongga dada sehingga udara masuk. Saat ekshalasi dimulai,
tekanan intrapleural dan intrapulmonar naik denga cepat, mendorong udara keluar
dari paru-paru.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

125

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

9.8 Kapasitas Volume Paru-Paru

Gambar 9.5 Kapasitas Volume paru paru

Volume tidal : banyaknya udara yang masuk dan keluar paru-paru selama
pernafasan normal (500 ml)

Volume tidal dipengaruhi

Berat badan seseorang

Jenis kelamin

Usia

Kondisi fisik

Volume residu : Banyaknya udara yang tertinggal di dalam paru-paru (1200


ml)

Perubahan volume paru-paru tergantung pada jenis pernapasan yang terjadi. Terdapat
dua jenis pernapasan
9.8.1

Pernapasan Biasa

Disebut juga eupnea, inhalasinya melibatkan kontraksi otot diafragma dan eksternal
interkostal, tetapi ekshalasinya merupakan proses pasif. Saat pernapasan diafragma
atau pernapasan dalam, kontraksi diafragma mengakibatkan perubahan penting
volume rongga dada. Udara masuk ke paru-paru saat diafragma berkontraksi, dan
diekshalasi secara pasif saat diafragma berelaksasi.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

126

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Pada pernapasan kostal atau pernapasan dangkal, volume rongga dada berubah karena
tulang rusuk merubah bentuknya. Inhalasi terjadi saat kontraksi otot eksternal
interkostal menaikkan tulang rusuk dan memperbesar volume rongga dada. Ekshalasi
terjadi secara pasif ketika otot-otot tersebut berelaksasi.
9.8.2 Pernapasan Kuat
Disebut juga hiperpnea, melibatkan pergerakan aktif inspiratori dan ekspiratori.
Inhalasi pada pernapasan kuat dibantu oleh otot aksesori, ekshalasi melibatkan
kontraksi otot internal interkostal. Pada tingkat pernapasan kuat mutlak, otot
abdominal juga dilibatkan dalam ekshalasi. Kontraksinya dapat memampatkan isi
abdomen, mendorongnya ke atas melawan diafragma sehingga menurunkan volume
rongga dada.

Volume tidal (VT) adalah volume udara ketika ekspirasi atau inspirasi dalam 1
siklus respirasi dengan kondisi rileks. Jumlah pada pria dan wanita sama yaitu
sekitar 500 ml.

Volume inspirasi cadangan (VIC) adalah volume udara yang masih dapat di
inspirasi setelah melakukan inspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda, pada pria sekitar 3100 ml dan pada wanita sekitar 1900 ml.

Volume ekspirasi cadangan (VEC) adalah volume udara yang masih dapat di
ekspirasikan setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita sekitar 700 ml.

Volume residu adalah volume udara yang masih terdapat dalam paru-paru
setelah melakukan ekspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa
berbeda tapi tidak terlalu signifikan, pada pria sekitar 1200 ml dan pada wanita
sekitar 1100 ml.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

127

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Terdapat empat jenis kapasitas respirasi antara lain kapasitas vital, residual
fungsional, inspirasi, dan kapasitas paru-paru total. Dengan masing-masing
pengertian, sbb :

Kapasitas total paru (KTP) adalah jumlah maksimal udara yang terdapat dalam
paru-paru setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 6000 ml dan pada wanita sekitar 4200 ml. KTP
= VT+ VIC+ VEC+ VR.

Kapasitas vital (KV) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di


ekspirasikan setelah melakukan inspirasi maksimal. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 4800 ml dan pada wanita sekitar 3100 ml. KV =
VT+ VIC+ VEC (sekitar 80 % dari volume KTP).

Kapasitas inspirasi (KI) adalah jumlah maksimal udara yang dapat di inspirasi
setelah melakukan ekspirasi normal. Jumlah pada pria dan wanita dewasa berbeda,
pada pria sekitar 3600 ml dan pada wanita sekitar 2400 ml. KI = VT+ VIC.

Kapasitas residual fungsional (KRF) adalah jumlah udara yang masih terdapat
dalam paru-paru setelah melakukan ekspirasi biasa. Jumlah pada pria dan wanita
dewasa berbeda, pada pria sekitar 2400 ml dan pada wanita sekitar 1800 ml.
KRF= VEC+ VR.

9.9 Kontrol Pernafasan

Gambar 9.6 Kontrol pernafasan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

128

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Pusat pengaturan pernafasan adalah medulla oblongata dan pons.


1. Respirasi normal antara 1215 kali per menit.
2. Pada kondisi tertentu frekuensi respirasi dapat meningkat atau menurun
bergantung kondisi.
3. Yang menaikkan atau menurunkan kecepatan respirasi adalah medulla
oblongata dan pons.
9.10 Kelainan / Penyakit pada Sistem Respirasi
9.10 1 Asma

Penyempitan bronkiolus yang dipicu oleh zat alergen.

Zat alergen dapat berupa debu, serbuk sari, asap, cuaca dll.

Biasanya penderita asma akan mengalami kesulitan bernafas, serta


disertai suara saat menarik nafas.

Gambar 9.7 Saluran pernafasan

Kerusakan akibat Rokok

Kerusakan pada paru-paru yang mengakibatkan kanker atau terbakarnya paruparu.

Kerusakan karena asap yang masuk ke paru-paru sangat panas. Selain itu
karena senyawa toksik lain yang terkandung di dalam rokok (ada 4000
senyawa toksik pada rokok).

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

129

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

Gambar 9.8 Perbandingan paru paru baik dan rusak

9.10.2 Kanker Paru-Paru

1/3 kematian orang di Amerika karena kanker paru

Kanker paru berhubungan dengan merokok

Rokok mengandung radikal bebas (nitrosamine) dan senyawa karsinogen lain


yang memicu mutasi DNA

9.10.3 Suara Paru-paru


Suara paru-paru terjadi karena adanya turbulensi udara lebih sempit atau
sebaliknya. Pada saat inspirasi, udara mengalir dari saluran udara yang lebih luas ke
saluran udara yang lebih sempit sehingga turbulensi yag terjadi lebih kuat sedangkan
pada saat ekspirasi terjadi sebaliknya. Ini menyebabkan pada saat inspirasi suara yang
terdengar lebih keras. Secara umum suara paru-paru dibagi menjadi 3, suara normal,
suara abnormal dan suara tambahan. Suara-suara tersebut dibagi dalam beberapa
kategori berdasar pitch, intensitas, lokasi dan rasio inspirasi dan ekspirasi.
Suara paru-paru normal terbagi atas 4 kelompok, tracheal, bronchial,
bronchovesikular dan

vesikular. Suara pernafasan tracheal sangat nyaring dan

pitchnya relatif tinggi. Inspirasi dan ekspirasi relatif sama panjang. Suara ini dapat
didengar di atas trakea yang agak jarang dilakukan pada pemeriksaan rutin. Suara
pernafasan vesikular merupakan suara pernafasan normal yang paling umum dan

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

130

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

terdengar hampir di semua permukaan paruparu. Suaranya lembut dan pitch rendah.
Suara inspirasi lebih panjang dibanding suara ekspirasi. Suara vesikular bisa terdengar
lebih kasar dan sebagian terdengar lebih panjang apabila ada ventilasi yang cepat dan
dalam (misalnya setelah berolah raga) atau pada anak-anak yang memiliki dinding
dada yang lebih tipis. Suara vesikular juga bisa lebih lembut jika pasien lemah, tua,
gemuk atau sangat berotot. Suara bronchial sangat nyaring, pitch tinggi, dan suara
terdengar dekat dengan stetoskop. Terdapat gap antara fasa inspirasi dan ekspirasi
pada pernafasan, dan suara ekspirasi terdengar lebih lama dibanding suara inspirasi.
Jika suara ini terdengar dimanamana kecuali di manubrium, hal tersebut biasanya
mengindikasikan terdapat daerah konsolidasi yang biasanya berisi udara tetapi berisi
air. Terdapat suara pernafasan yang tingkat instensitas dan pitch-nya sedang. Inspirasi
dan ekspirasinya sama panjang. Selain itu masih terdapat suara paru-paru tambahan
yang muncul karena adanya kelainan pada paruparu yang disebabkan oleh penyakit.
Misalnya pleural rub, crackle, wheezing, grunting, dan ronchi. Suara tersebutmasih
harus dianalisis dengan hasil pemeriksaan lain misalnya palpasi, untuk memutuskan
diagnosis penyakit paru-paru.
Pertanyaan
1. Jelaskan proses inspirasi danekspirasi
2. Apakah yang di sebut ventilasi pulmonary?
3. Jelaskan proses O2 dalam paru paru
4. Kenapa paru paru bersuara?

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

131

Elektronika Medika 1
http://www.ziddu.com/download/13995857/BukuElkaMed1.doc.html

DAFTAR PUSTAKA

1. dr.J.F.Gabriel, Fisika Kedokteran, Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta,


1988.
2. Cromwell Leslie, Weibell Fred J, Biomedical Instrumentation and
Measurement, Prentice Hall, Inc, 1991.
3. http://www.hackcanada.com/homegrown/wetware/brainwave.htm,

browsing

Oktober 2008
4. http://nervous System.htm, browsing Oktober 2008.

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya

132

Anda mungkin juga menyukai