I. PRESENTASI KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. Diwani M
Jenis Kelamin
: Perempuan
Usia
: 12Tahun
Alamat
Agama
: Islam
Tanggal pemeriksaan
: 31 Juli 2013
No CM
: 00780651
Anamnesis
alloanamnesis)
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Gatal di kedua tangan, punggung
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang bersama ibu dan adiknya ke poli kulit dan kelamin
dengan keluhan gatal-gatal di kedua tangan dan punggung. Keluhan berawal
dari gatal kemudian timbul bercak-bercak kemerahan yang dirasakan sudah
sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya merasa gatal hanya di telapak tangan
kemudian menyebar sampai ke punggung. Keluhan gatal dirasakan semakin
hebat terutama pada malam hari. Pasien merupakan anak pertama dari 3
bersaudara yang tinggal dalam satu rumah. Pasien mengaku adiknya juga
mengalami keluhan yang serupa sejak 1 bulan yang lalu. Pasien belum pernah
berobat ke dokter.
Riwayat Penyakit Dahulu
C.
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS GENERALIS
Keadaaan umum
: Baik
Kesadaran
: Compos mentis
Keadaan gizi
: Baik
Vital Sign
: Tensi : 110/70
Nadi : 82 x/menit
RR : 18x/menit
Suhu : 36.5 C
BB: 46vkg
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
: Tidak dilakukan
Thorax
: Jantung
Paru
: tidak dilakuakn
: tidak dilakukan
Abdomen
: tidak dilakukan
Ekstremitas
STATUS DERMATOLOGIS
Lokasi
Regio
Effloresensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan pemeriksaan penunjang
E. RESUME
1. Anamnesis
a. Pasien datang dengan ibu dan adiknya ke poli kulit dan dengan
keluhan gatal di kedua tangan dan punggung.
b. Keluhan berawal dari gatal kemudian timbul bercak-bercak
kemerahan yang dirasakan sejak 2 bulan yang lalu.
c. Awalnya merasa gatal hanya di tangan kemudian menyebar sampai
ke punggung.
d. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari.
e. Pasien tinggal dalam 1 rumah yang padat
f. Adik pasien mengalami keluhan serupa.
g. Pasien belum berobat ke dokter.
2. Pemeriksaan Fisik (Status Dermatologik)
Lokasi
Regio
Effloresensi
F. DIAGNOSIS KERJA
Skabies
G. DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Kontak Iritan
Prurigo
H. PENATALAKSANAAN
1. Non farmakologis.
a.
Pakaian
b.
dan
barang-barang
yang
berbahan
kain
c.
: bonam
: bonam
5 hari, dan menjadi larva yang mempunyai 3 pasang kaki. Larva ini dapat
tinggal dalam terowongan, tetapi dapat juga keluar. Setelah 2 -3 hari larva akan
menjadi nimfa yang mempunyai 2 bentuk, jantan dan betina, dengan 4 pasang
kaki. Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk dewasa
memerlukan waktu antara 8 12 hari (Handoko, 2013).
sungai Ucayali, Peru tahun 1983 menemukan bahwa di beberapa desa semua
anak penduduk asli telah mengidap skabies. Penelitian lain di India tahun 1985
menemukan bahwa prevalensi skabies pada anak-anak di banyak desa sebesar
100%. Hasil survey di Kuna tahun 1986 menemukan 61% dari 756 penderita
skabies berusia 1-10 tahun dan 84% pada bayi kurang 1 tahun. Di daerah
Malawi, suatu penelitian memperlihatkan bahwa insidens tertinggi terdapat
pada usia 0-9 tahun (Walton, 2007).
D. Faktor Resiko
1. Penularan
a. Kontak langsung (kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur
bersama, dan hubungan seksual dengan penderita skabies.
b. Kontak tidak langsung (benda dengan benda), misalnya pemakaian
handuk, pakaian, sprei, bantal secara bersama-sama dengan penderita
scabies.
2. Lingkungan
Populasi yang padat pada suatu tempat mempermudah penularan penyakit.
3. Daerah
Daerah yang kumuh, dengan kebersihan dan higienitas yang buruk
mempermudah penularan penyakit.
4. Sosial ekonomi
Status sosialekonomi rendah.
(Siregar, 2005 dan Handoko, 2013).
E. Penularan
Penularan skabies pada manusia dapat melalui kontak langsung (Kulit
dengan kulit) maupun kontak tak langsung dengan penderita. Kontak langsung
misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual sedangkan
secara tidak langsung seperti melalui pakaian, handuk, sprai dan barang-barang
lainnya yang pernah digunakan oleh penderita. Jumlah rata-rata tungau pada
awal infestasi adalah sekitar lima sampai sepuluh ekor. Penyakit ini sangat erat
kaitannya dengan kebersihan perseorangan dan lingkungan, atau apabila
banyak orang yang tinggal secara bersama-sama disatu tempat yang relative
sempit (Handoko, 2013).
F. Patogenesis
Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi
juga oleh penderita sendiri akibat garukan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh
sensitasi terhadap sekreta dan eksreta tungau yang memerlukan waktu kira-kira
sebulan setelah infestasi. Pada saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis
dengan ditemukannya papul, vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan
dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan infeksi sekunder (Handoko, 2013).
G. Manifestasi Klinis
Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
kardinal sebagai berikut (Handoko, 2007 ; Ammirudin, 2003):
1. Pruritus nokturnal
Gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau lebih
tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas. Gejala ini adalah yang
sangat menonjol. Sensasi gatal yang hebat seringkali mengganggu tidur dan
penderita menjadi gelisah.
2. Sekelompok Orang
Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok, misalnya dalam
sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi.
Pemukiman yang pada penduduknya, meningkatkan risiko penularan
scabies dan dapat menular hampir ke seluruh penduduk. Dapat ditemukan
individu yang hiposensitisasi, yaitu keadaan dimana walaupun terinfestasi
oleh parasit tidak menimbulkan keluhan klinis dan menjadi pembawa
(carrier).
3. Terowongan (kunikulus)
Kelangsungan hidup Sarcoptes scabiei sangat tergantung kepada
kemampuannya meletakkan telur, larva dan nimfa didalam stratum
korneum, oleh karena itu parasit sangat menyukai bagian kulit yang
memiliki stratum korneum yang relative lebih longgar dan tipis. Tempat
predileksi yang sering ditemukan kunikulus adalah di daerah sela-sela jari,
aspek volar pada pergelangan tangan dan lateral telapak tangan, siku,
aksilar, skrotum, penis, labia dan pada areola wanita. Terowongan
(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi berwarna putih atau keabuabuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada
ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi
sekunder, ruam kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriasi dan lain-lain).
4. Menemukan tungau
Kerokan kulit
Papul atau kanalikuli yang utuh ditetesi dengan minyak mineral atau
KOH 10% lalu dilakukan kerokan dengan meggunakan scalpel steril yang
bertujuan untuk mengangkat atap papula atau kanalikuli. Bahan
pemeriksaan diletakkan di gelas objek dan ditutup dengan kaca penutup
2.
3.
4.
10
11
12
13
III. PEMBAHASAN
Pasien datang dengan ibu dan adiknya ke poli kulit dan dengan keluhan
gatal di kedua tangan dan punggung. Keluhan berawal dari gatal kemudian timbul
bercak-bercak kemerahan yang dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Awalnya
merasa gatal hanya di tangan kemudian menyebar sampai ke punggung. Keluhan
gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal dalam 1
rumah yang padat. Adik pasien mengalami keluhan serupa. Pasien belum berobat
ke dokter.
Pasien didiagnosis menderita penyakit skabies, dikarenakan terdapat 2 dari 4
tanda kardinal skabies, yaitu pruritus nokturnal dan menyerang sekelompok
orang(adik pasien) sehingga diagnosis klinis dapat ditegakkan.
Status dermatologi menunjukkan terdapat lesi didaerah punggung tangan
kanan-kiri, punggung berupa papul eritema multipel, bentuk bulat berbatas tegas,
penyebaran diskrit, dan erosi. Hal ini sesuai untuk diagnosis skabies, dimana
didalam teori dikatakan bahwa predileksi terjadinya pada daerah dengan stratum
korneum yang tipis.
Pada pasien ini penatalaksanaan yang dilakukan adalah dengan memberikan
obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin
(Scabimite) cream 5% yang dioleskan sebelum tidur ke seluruh permukaan kulit
tubuh dari leher sampai kaki sekali dalam seminggu dibiarkan minimal 8 jam.
Menurut teori, obat topikal yang paling baik diberikan berupa permetrin 5%
karena obat ini efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah.
Obat sistemik yang diberikan adalah Loratadine tablet 10mg 2x1 setelah makan
sebagai antihistamin untuk mengurangi rasa gatal.
Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati
dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian
juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada keluarga
pasien yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies
tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup
dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes
scabiei.
14
IV. KESIMPULAN
1. Pasien mempunyai diagnosis skabies
2. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan
sensitisasi terhadap terhadap Sarcoptes scabei var. hominis dan produknya.
3. Diagnosis skabies dapat ditegakkan dengan menemukan 2 dari 4 tanda
cardinal
yaitu
pruritus
nikturna,
menyerang
sekelompok
orang,
DAFTAR PUSTAKA
Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit Dan Kelamin. Ed 1. Makassar:
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanudin.
Chosidow O. 2007. Scabies. New England J Med. Vol. 354. Hal. 1718-27.
15
16
PRESENTASI KASUS
SKABIES
Pembimbing :
dr.Ismiralda Oke, Sp.KK
Disusun oleh :
Octi Guchiani
G1A212098
17
HALAMAN PENGESAHAN
SKABIES
Presentasi kasus ini telah dipresentasikan dan disahkan sebagai salah satu
prasyarat mengikuti ujian kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Kulit
Kelamin RS Margono Soekarjo Purwokerto.
Disusun Oleh :
Octi Guchiani
G1A212098
Menyetujui
18