Materi Korpri
Materi Korpri
INDONESIA (KORPRI)
MATERI UJIAN DINAS TINGKAT I DAN II
DISUSUN OLEH :
TIM BAGIAN PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN
PEGAWAI
BIRO KEPEGAWAIAN
SEKRETARIAT JENDERAL
KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
JL. Medan Merdeka Timur Nomor 16 Jakarta 10110
Telepon (021) 3520338 (Hunting), Faksimile (021) 3520338
Kotak Pos 4130 - JKP 10041, Website
www.ropeg.dkp.go.id
Halaman
BAB I
BAB II
BAB III
1-3
1.
2.
Menegakkan
kejujuran,
keadilan
dan
disiplin
serta
meningkatkan
Menimbang
Mengingat
Menetapkan
Pasal 1
Mengesahkan perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia
sebagaimana terlampir dalam Keputusan Presiden ini, sebagai penyempurnaan
terhadap Anggaran Dasar yang telah disahkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor
63 Tahun 1994 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia
(KORPRI).
Pasal 2
Dengan ditetapkannya pengesahan perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik
Indonesia dengan Keputusan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 63 Tahun
1994 tentang Pengesahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia (KORPRI),
dinyatakan tidak berlaku lagi.
Pasal 3
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 24 Pebruari 2000
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ABDURRAHMAN WAHID
LAMPIRAN
KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Nomor
Tanggal
: 26 Tahun 2000
: 24 Pebruari 2000
ANGGARAN DASAR
KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA
PEMBUKAAN
Bahwa pembangunan yang dilaksanakan bangsa Indonesia dalam rangka mengisi citacita Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, adalah untuk mewujudkan masyarakat
adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam rangka
mencapai citacita kemerdekaan tersebut, Pegawai Republik Indonesia telah
membuktikan peran sertanya dalam perjuangan kemerdekaan serta pembangunan
bangsa dari masa ke masa.
Untuk meningkatkan peran Pegawai Republik Indonesia agar lebih berdaya guna dan
berhasil guna bagi kepentingan masyarakat, bangsa dan negara, khususnya
meningkatkan kesejahteraan Pegawai Republik Indonesia dan keluarganya, maka
Pegawai Republik Indonesia menghimpun diri dalam Korps Pegawai Republik Indonesia
yang mandiri.
Dalam rangka melaksanakan kebijakan Korps Pegawai Republik Indonesia dalam
negara kesatuan Republik Indonesia yang ber-Bhinneka Tunggal Ika, maka Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Pegawai Republik Indonesia berpegang pada
wawasan kebersamaan di kalangan Korpri yang selanjutnya terhimpun dalam Korps
Pegawai Republik Indonesia dengan menjunjung tinggi prinsip persatuan dan
kesatuan.
Untuk itu pengembangan dan pembinaan organisasi Korps Pegawai Republik Indonesia
diarahkan pada bentuk struktur organisasi Korps Pegawai Republik Indonesia yang
demokratis, mandiri, bebas, netral, dan bertanggung jawab serta memiliki jiwa
kepemimpinan yang aspiratif, profesional mengacu pada efisiensi dan efektivitas daya
juang organisasi dengan lebih mengutamakan pada perlindungan dan kesejahteraan
anggota serta mewakili anggota di forum nasional ataupun internasional.
Bahwa dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, organisasi Korps Pegawai Republik
Indonesia yang didirikan pada tanggal 29 Nopember 1971 menyusun perubahan
Anggaran Dasar sebagai berikut :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Yang dimaksud dengan Pegawai Republik Indonesia dalam anggaran dasar ini adalah :
a.
pegawai negeri sipil;
b.
pegawai BUMN dan BUMD dan anak perusahaannya;
c.
petugas yang menyelenggarakan urusan pemerintahan desa.
BAB II
(1)
(2)
Pasal 4
Waktu dan Kedudukan
Korpri didirikan pada tanggal 29 Nopember 1971 dengan batas waktu yang tidak
ditentukan.
Pimpinan Pusat Korpri berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
BAB III
ASAS, FUNGSI DAN KEDAULATAN
Pasal 5
Asas
Korpri berasaskan Pancasila dengan bercirikan demokratis, profesionalisme,
pengabdian, kemitraan, kebersamaan, kekeluargaan, dan gotong royong.
Pasal 6
Fungsi
Korpri berfungsi sebagai :
1.
pelopor dalam meningkatkan kesejahteraan dan profesionalisme anggota;
2.
pelindung dan pengayom para anggota;
3.
penyalur kepentingan para anggotanya;
4.
pendorong dalam meningkatkan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat dan
lingkungannya;
5.
pelopor pelayanan dalam menyukseskan program pembangunan nasional;
6.
mitra kerja yang aktif sebagai organisasi pekerja dalam proses pengambilan
keputusan dan kebijakan instansi yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pasal 7
Kedaulatan Organisasi
BAB V
BAB VI
KEANGGOTAAN
Pasal 11
Korpri beranggotakan semua Pegawai Republik Indonesia sesuai dengan bidang tugas
masingmasing.
BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA
Pasal 12
Hak Anggota
Anggota organisasi mempunyai hak :
a.
memilih dan dipilih dalam kepengurusan;
b.
bicara, mengajukan pendapat dan saran untuk kemajuan organisasi;
c.
aktif dalam melaksanakan keputusan organisasi;
d.
mendapat perlindungan dan pembelaan atas perlakuan yang tidak adil atau atas
berkurangnya hak-hak anggota sebagai pegawai serta dalam menghadapi perkara
di pengadilan;
e.
mendapat perlindungan dan pembelaan dalam tugas kedinasan.
Pasal 13
Kewajiban Anggota
Anggota organisasi mempunyai kewajiban untuk :
a.
menaati anggaran dasar/anggaran rumah tangga dan keputusan/peraturan
organisasi;
b.
membela dan menjunjung tinggi nama Korpri;
c.
membayar iuran;
d.
aktif dalam melaksanakan keputusan/peraturan organisasi;
e.
menghadiri dan mengikuti rapat, pertemuan serta kegiatan yang diadakan
organisasi.
BAB VIII
Pasal 17
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
Musyawarah Nasional
Musyawarah nasional atau munas merupakan pemegang kedaulatan dan
pelaksana kekuasaan tertinggi organisasi.
Musyawarah nasional diadakan setiap lima tahun sekali dan dihadiri oleh :
a.
Dewan Pengurus Pusat (DPP) Korpri;
b.
Utusan Pengurus Pusat Korpri departemen, lembaga pemerintahan non
departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi negara, BUMN;
c.
Utusan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Korpri;
d.
Utusan Dewan Pengurus Cabang (DPC) Korpri.
Musyawarah Nasional berwenang :
a.
menyatakan atau mengubah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga
Korpri;
b.
menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Pusat Korpri;
c.
menetapkan program umum organisasi;
d.
memilih Pengurus DPP Korpri;
e.
membentuk Komisi Verifikasi apabila diperlukan;
f.menetapkan panji, lambang, lagu, doktrin dan kode etik Korpri.
Dalam keadaan luar biasa musyawarah nasional dapat dipercepat atas
permintaan sekurangkurangnya 2/3 (dua pertiga) korpri departemen, lembaga
pemerintahan non departemen, kesekretariatan lembaga tertinggi/tinggi
negara, BUMN dan 2/3 (dua pertiga) Dewan Pengurus Daerah Korpri;
Munas Luar Biasa dapat dilaksanakan bilamana :
a.
organisasi berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang
membahayakan persatuan dan kesatuan dan/atau keadaan lainnya yang
membahayakan kelangsungan hidup organisasi;
b.
adanya suatu keadaan yang dihadapi oleh organisasi yang mengharuskan
perlunya perubahan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga.
Kewenangan Musyawarah Nasional Luar Biasa sama dengan Musyawarah
Nasional.
Penundaan Musyawarah Nasional :
a.
Musyawarah Nasional dapat ditunda paling lama 1 (satu) tahun atas
permintaan Musyawarah Pimpinan;
b.
Apabila setelah ditunda selama 1 (satu) tahun ternyata tidak dapat
dilaksanakan Musyawarah Nasional maka atas kesepakatan sekurangkurangnya 2/3 (dua pertiga) dari seluruh pengurus DPP Korpri dibentuk
"caretaker" dengan tugas melaksanakan Musyawarah Nasional.
Pasal 18
Musyawarah Pimpinan
Musyawarah pimpinan adalah kekuasaan tertinggi antara dua musyawarah
nasional.
Musyawarah pimpinan dihadiri oleh :
a.
Dewan Pengurus Pusat (DPP) Korpri;
b.
Utusan pengurus pusat korpri departemen, lembaga pemerintahan non
departemen, lembaga kesekretariatan tertinggi/tinggi negara, BUMN,
utusan Dewan Pengurus Daerah (DPD) Korpri.
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 21
Musyawarah Anak Cabang
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Musyawarah anak cabang diadakan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh :
a.
Utusan Dewan Pengurus Cabang Korpri;
b.
Dewan Pengurus Anak Cabang Korpri;
c.
Utusan anggota korpri instansi departemen;
d.
Utusan ranting.
Musyawarah Anak Cabang berwenang untuk :
a.
menilai laporan pertanggungjawaban dewan pengurus anak cabang Korpri;
b.
menetapkan program kerja anak cabang sebagai penjabaran dari Program
Umum Organisasi dan program kerja anak cabang Korpri;
c.
memilih dan menetapkan dewan pengurus anak cabang Korpri;
d.
membentuk komisi verifikasi apabila diperlukan.
Pasal 22
Musyawarah Ranting
Musyawarah ranting diadakan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh :
a.
Utusan pengurus ranting Korpri;
b.
Pengurus ranting Korpri;
c.
Utusan anggota Korpri tingkat desa/kelurahan.
Musyawarah ranting berwenang untuk :
a.
menilai laporan pertanggungjawaban pengurus ranting;
b.
menetapkan program kerja ranting Korpri sebagai penjabaran program;
c.
memilih dan menetapkan pengurus ranting Korpri;
d.
membentuk komisi verifikasi apabila diperlukan.
Pasal 23
Rapat Kerja Nasional
Rapat kerja nasional adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan program
organisasi.
Rapat kerja nasional dihadiri oleh :
a.
Dewan Pengurus Pusat Korpri;
b.
Utusan Pengurus Pusat Korpri departemen, lembaga kesekretariatan
tertinggi/tinggi negara, lembaga pemerintahan non departemen dan
BUMN;
c.
Utusan Dewan Pengurus Daerah.
Rapat kerja nasional diadakan sekali dalam dua tahun;
Rapat kerja nasional dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat Korpri.
Pasal 24
Rapat Kerja Daerah
Rapat kerja daerah adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan operasional di
tingkat daerah.
Rapat kerja daerah dihadiri oleh :
a.
b.
c.
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 28
Susunan Dewan Pengurus Pusat
Dewan Pengurus Pusat Korpri terdiri atas :
a.
Pengurus Harian;
b.
Pengurus Pleno.
Kepemimpinan Dewan Pengurus Pusat Korpri bersifat kolektif.
Pasal 29
Pengurus Harian
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 31
Wewenang pengurus pleno :
a.
Pengurus pleno berwenang merumuskan, mengawasi,
kebijakankebijakan organisasi yang bersifat umum;
dan
menetapkan
b.
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
b.
beberapa orang wakil ketua;
c.
seorang sekretaris;
d.
seorang wakil sekretaris;
e.
seorang bendahara;
f.seorang wakil bendahara;
g.
beberapa orang ketua seksi.
Dewan pengurus anak cabang korpri bertugas mengkoordinasikan dan
menggerakkan Korpri instansi, BUMN/BUMD yang ada didaerahnya.
Dewan pengurus anak cabang Korpri merupakan pengurus kolektif yang
melaksanakan tugas dan kebijakan Korpri didaerahnya.
Jumlah anggota dewan pengurus anak cabang korpri sebanyak-banyaknya 10
orang, yang dipilih dan ditetapkan oleh musyawarah anak cabang dari unsurunsur Korpri yang ada didalamnya.
Susunan dewan pengurus anak cabang Korpri dikukuhkan oleh dewan pengurus
cabang Korpri.
Pasal 35
Susunan Pengurus Ranting
Susunan pengurus ranting terdiri atas :
a.
seorang ketua;
b.
seorang wakil ketua;
c.
seorang sekretaris;
d.
seorang bendahara;
e.
beberapa orang ketua urusan.
Pengurus ranting Korpri bertugas menggerakkan Korpri didaerahnya.
Pengurus ranting Korpri merupakan pimpinan kolektif yang melaksanakan tugas
dan kebijakan Korpri didaerahnya.
Jumlah anggota pengurus ranting Korpri sebanyak-banyaknya 7 (tujuh) orang
yang dipilih dan ditetapkan oleh musyawarah ranting dari unsur-unsur Korpri
yang ada didaerahnya.
Susunan pengurus ranting Korpri dikukuhkan oleh dewan pengurus anak cabang
Korpri.
Pasal 36
(1)
(2)
Pasal 38
Program Korpri meliputi bidang-bidang :
a.
peningkatan pelayanan kepada masyarakat;
b.
peningkatan kesejahteraan anggota beserta keluarganya;
c.
profesionalisme anggota.
Penjabaran lebih lanjut dari yang dimaksud dalam ayat (1) diatur dalam program
umum.
BAB XIII
KETENTUAN LAIN-LAIN
Pasal 39
Bagi unit/sub unit Korpri BUMN/BUMD beserta anak perusahaannya yang memerlukan
pengaturan organisasi tersendiri sebagai kelengkapan untuk memenuhi peraturan
perundangundangan mengenai ketenagakerjaan dapat menyusun peraturan organisasi
sepanjang tidak bertentangan dengan asas dan tujuan Korpri.
(1)
(2)
(3)
BAB XIV
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut
dalam Anggaran Rumah Tangga.
Perubahan Anggaran Dasar ditetapkan oleh Munas.
Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
ttd.
Drg. Kuswartini
Wakil Ketua
Sekretaris
ttd.
Drs. Amrun Daulay
ttd.
Drs. H. Progo Nurdjaman
Anggota
Anggota
ttd.
Drs. Soenarko, M.M.
ttd.
Drs. Djakaria Machmud
Anggota
Anggota
ttd.
Moelyadi M. Achyar, S.H.
ttd.
Ir. Fauzi Bowo
Menimbang
Mengingat
Pasal 1
Mengesahkan perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik Indonesia
sebagaimana terlampir dalam Lampiran Keputusan Presiden ini, sebagai
penyempurnaan terhadap Anggaran Dasar yang telah disahkan berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Korps
Pegawai Republik Indonesia.
Pasal 2
Dengan ditetapkannya Keputusan Presiden ini, maka Keputusan Presiden Nomor 26
Tahun 2000 tentang Pengesahan Perubahan Anggaran Dasar Korps Pegawai Republik
Indonesia, dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 3
Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 8 Juni 2005
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
LAMPIRAN
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Dalam Keputusan ini yang dimaksud dengan Pegawai Republik Indonesia dalam
Anggaran Dasar ini adalah :
1.
Pegawai Negeri Sipil;
2.
Pegawai Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Hukum Milik Negara (BHMN),
Badan Layanan Umum (BLU), dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta anak
perusahaannya;
3.
Perangkat Pemerintahan Desa atau nama lain dari desa.
BAB II
NAMA, SIFAT, WAKTU, DAN KEDUDUKAN
Pasal 2
Nama
Organisasi ini bernama Korps Pegawai Republik Indonesia, disingkat KORPRI.
Pasal 3
Sifat
KORPRI adalah wadah untuk menghimpun seluruh Pegawai Republik Indonesia demi
meningkatkan perjuangan, pengabdian, serta kesetiaan kepada cita-cita perjuangan
Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang
Undang Dasar 1945 bersifat demokratis, mandiri, bebas, aktif, profesional, netral,
produktif, dan bertanggung jawab.
(1)
(2)
Pasal 4
Waktu dan Kedudukan
KORPRI didirikan pada tanggal 29 Nopember 1971 dengan batas waktu yang tidak
ditentukan.
Pimpinan Nasional KORPRI berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia.
BAB III
DASAR, FUNGSI, DAN KEDAULATAN ORGANISASI
Pasal 5
Dasar
KORPRI berdasarkan Pancasila dan bercirikan profesionalitas, pengabdian, kemitraan,
kekeluargaan, dan gotong-royong.
Pasal 6
Fungsi
KORPRI berfungsi sebagai :
1.
Perekat persatuan dan kesatuan bangsa;
2.
Pelopor peningkatan kesejahteraan dan profesionalitas anggota;
3.
Pelindung dan pengayom anggota;
4.
Penyalur kepentingan anggota;
5.
Pendorong peningkatan taraf hidup sosial ekonomi masyarakat dan
lingkungannya;
6.
Pelopor pelayanan publik dalam mensukseskan program-program pembangunan;
7.
Mitra aktif dalam perumusan kebijakan instansi yang bersangkutan, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
8.
Pencetus ide, serta pejuang keadilan dan kemakmuran bangsa.
Pasal 7
Kedaulatan Organisasi
Kedaulatan organisasi berada di tangan anggota dan dilaksanakan sepenuhnya melalui
musyawarah menurut jenjang organisasi.
BAB IV
VISI, MISI DAN PROGRAM
Pasal 8
Visi
Terwujudnya KORPRI sebagai organisasi yang kuat, netral mandiri, profesional dan
terdepan dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mensejahterakan anggota,
masyarakat, dan melindungi kepentingan para anggota agar lebih profesional didalam
membangun Pemerintahan yang baik.
Pasal 9
Misi
Misi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
(1)
(2)
KORPRI adalah :
Mewujudkan organisasi KORPRI sebagai alat pemersatu bangsa dan negara;
Memperkuat kedudukan, wibawa, dan martabat organisasi KORPRI;
Meningkatkan peran serta KORPRI dalam mensukseskan pembangunan nasional;
Meningkatkan perlindungan hukum dan pengayoman kepada anggota;
Meningkatkan ketaqwaan dan profesionalitas anggota;
Meningkatkan kesejahteraan anggota dan keluarganya;
Menegakkan peraturan perundang-undangan Pegawai Republik Indonesia;
Mewujudkan rasa kesetiakawanan dan solidaritas sesama anggota KORPRI;
Mewujudkan prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik.
Pasal 10
Program
Untuk mencapai visi dan misi sebagaimana dimaksud pada Pasal 8 dan Pasal 9,
KORPRI melakukan Program Umum yang ditetapkan oleh Musyawarah Nasional
(MUNAS).
Program masing-masing jenjang kepengurusan mengacu kepada Program Umum
KORPRI dan diputuskan oleh musyawarah menurut jenjangnya.
BAB V
DOKTRIN, KODE ETIK, LAMBANG, PANJI,
LAGU, DAN ATRIBUT
(1)
(2)
Pasal 11
Dalam rangka membina jiwa korsa, KORPRI mempunyai Doktrin, Kode Etik,
Lambang, Panji, Lagu, dan Atribut.
Ketentuan mengenai Doktrin, Kode Etik, Lambang, Panji, Lagu, dan Atribut,
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh MUNAS.
BAB VI
KEANGGOTAAN, HAK, DAN KEWAJIBAN
Pasal 12
Keanggotaan
Keanggotaan KORPRI terdiri dari :
1.
Anggota Biasa;
2.
Anggota Luar Biasa;
3.
Anggota Kehormatan.
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pasal 13
Hak Anggota
Anggota Biasa mempunyai hak :
a.
Memilih dan dipilih dalam kepengurusan;
b.
Mengajukan pendapat dan saran untuk kemajuan organisasi;
c.
Mendapat perlindungan dan pembelaan atas perlakuan yang tidak adil;
d.
Mendapat bantuan hukum dalam menghadapi perkara hukum;
e.
Mendapat perlindungan dan pembelaan dalam tugas kedinasan;
f.Memperoleh gaji yang layak;
g.
Mendapat perlakuan yang adil dan jaminan tidak ada intervensi politik
terhadap jabatan profesional karir pada jabatan struktural eselon I sampai
dengan eselon V.
Anggota Luar Biasa mempunyai hak :
a.
Mengajukan pendapat dan saran untuk kemajuan organisasi;
b.
Mendapat perlindungan dan pembelaan atas perlakuan yang tidak adil;
c.
Mendapat perlindungan dan pembelaan dalam tugas organisasi.
Anggota Kehormatan mempunyai hak :
a.
Mengajukan pendapat dan saran untuk kemajuan organisasi;
b.
Mendapat perlindungan dan pembelaan atas perlakuan yang tidak adil;
c.
Mendapat perlindungan dan pembelaan dalam tugas organisasi.
Pasal 14
Kewajiban Anggota
Anggota Biasa mempunyai kewajiban untuk :
a.
Mentaati Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) dan
Keputusan/Peraturan Organisasi;
b.
Membela dan menjunjung tinggi organisasi;
c.
Memelihara moral dan etika organisasi;
d.
Membayar iuran anggota;
e.
Mengikuti rapat, pertemuan-pertemuan, serta kegiatan-kegiatan yang
diadakan organisasi.
Anggota Luar Biasa mempunyai kewajiban untuk :
a. Mentaati Anggaran Dasar (AD)/Anggaran Rumah Tangga (ART) dan
Keputusan/Peraturan Organisasi;
(3)
Pasal 15
Susunan kepengurusan dan wilayah kerjanya terdiri dari :
1.
Dewan Pengurus Nasional disingkat DPN meliputi seluruh wilayah Indonesia.
2.
Dewan Pengurus Provinsi disingkat DP-PROV meliputi wilayah Provinsi yang
bersangkutan.
3.
Dewan Pengurus Kabupaten disingkat DP-KAB, Dewan Pengurus Kota disingkat
DP-KOTA dan Dewan Pengurus Kotamadya disingkat DP-KODYA meliputi wilayah
Kabupaten/Kota/Kotamadya yang bersangkutan.
4.
Pengurus Kecamatan/Distrik meliputi wilayah Kecamatan/Distrik yang
bersangkutan.
5.
Pengurus Desa/Kelurahan meliputi Wilayah Desa/Kelurahan yang bersangkutan.
6.
Pengurus Unit Nasional meliputi Kementerian, Departemen, LPND, Lembaga
Tinggi Negara, BUMN, BHMN, BLU, dan komponen PNS pada instansi TNI serta
POLRI.
7.
Pengurus Unit Provinsi meliputi Perangkat Daerah, Lembaga Pusat yang ada di
Daerah, Komponen PNS pada instansi TNI dan POLRI, BUMN, BHMN, BLU, dan
BUMD di Provinsi yang bersangkutan.
8.
Pengurus Sub Unit Nasional meliputi komponen Kementerian, Departemen,
LPND, BUMN, BHMN, BLU serta unsur PNS pada instansi TNI dan POLRI.
9.
Pengurus Unit Kabupaten/Kota/Kotamadya meliputi Perangkat Daerah, Lembaga
Pusat yang ada di Daerah, Komponen PNS pada instansi TNI dan POLRI, BUMN,
BHMN, BLU, dan BUMD di Kabupaten/Kota/Kotamadya yang bersangkutan.
10. Pengurus Kelompok Unit Nasional meliputi komponen dalam sub unit Nasional.
(1)
(2)
Pasal 16
Susunan kepengurusan sebagaimana tersebut pada Pasal 15 angka 6 secara
horizontal berada dalam koordinasi langsung Dewan Pengurus Nasional.
Susunan kepengurusan sebagaimana tersebut pada Pasal 15 angka 6, angka 7,
angka 8, dan angka 9 secara vertikal dari tingkat nasional sampai ke tingkat
Desa/Kelurahan mempunyai hubungan teknis fungsional dan secara horizontal
dikoordinasikan oleh Dewan Pengurus sesuai dengan tingkat kedudukan wilayah
masing-masing.
BAB VIII
DEWAN PENGURUS, DEWAN KEHORMATAN
DAN PENASEHAT NASIONAL
Pasal 17
Dewan Pengurus Nasional
(1) Susunan Dewan Pengurus Nasional terdiri dari :
a.
Pengurus Harian;
b.
Pengurus Pleno.
(2) Kepemimpinan Dewan Pengurus Nasional bersifat Kolektif.
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
(3)
(1)
(2)
Pasal 18
Pengurus Harian
Susunan Pengurus Harian terdiri dari :
a.
Seorang Ketua Umum;
b.
Beberapa orang Ketua;
c.
Seorang Sekretaris Jenderal;
d.
Dua orang Wakil Sekretaris Jenderal;
e.
Seorang Bendahara;
f.Seorang Wakil Bendahara;
g.
Beberapa orang Ketua Departemen.
Jumlah anggota Pengurus Harian sesuai kebutuhan.
Pengurus Harian bertugas dan berwenang memimpin pelaksanaan tugas
organisasi sesuai dengan ketetapan MUNAS.
Pasal 19
Pengurus Pleno
Pengurus Pleno terdiri dari Pengurus Harian dan Wakil-wakil dari setiap unsur
Pengurus Unit Nasional yang diwakili masing-masing 1 (satu) orang.
Wakil-wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipilih dan ditetapkan oleh
masing-masing Pengurus Unit Nasional yang bersangkutan dan disahkan oleh
Dewan Pengurus Nasional.
Tugas Pokok dan Wewenang Pengurus Pleno :
a.
Merumuskan, mengawasi dan menetapkan kebijakan-kebijakan organisasi
yang bersifat umum;
b.
Bersidang sekurang-kurangnya sekali dalam 6 (enam) bulan.
Pasal 20
Dewan Kehormatan
Untuk kesinambungan visi dan misi organisasi dibentuk Dewan Kehormatan.
Dewan Kehormatan bertugas dan berwenang memelihara keutuhan dan tegaknya
kode etik organisasi.
(1)
(2)
(3)
Pasal 21
Penasehat Nasional
Penasehat Nasional adalah Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
Penasehat Nasional Harian adalah Menteri yang membidangi Pendayagunaan
Aparatur Negara.
Penasehat Nasional dan Penasehat Nasional Harian bertugas dan berwenang
memberikan nasehat, saran, dan pendapat untuk kemajuan organisasi, baik
diminta maupun tidak diminta.
BAB IX
DEWAN PENGURUS DAN PENASEHAT PROVINSI
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 22
Dewan Pengurus Provinsi
Susunan Dewan Pengurus Provinsi terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Beberapa orang Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Wakil Sekretaris;
e.
Seorang Bendahara;
f.Seorang Wakil Bendahara;
g.
Beberapa orang Ketua Bidang sesuai kebutuhan.
Dewan Pengurus Provinsi merupakan kepengurusan kolektif.
Dewan Pengurus Provinsi ditetapkan oleh Musyawarah Provinsi dan disahkan oleh
Dewan Pengurus Nasional.
Dewan Pengurus Provinsi bertugas melaksanakan tugas organisasi sesuai dengan
ketetapan Musyawarah Provinsi.
Pasal 23
Penasehat Provinsi
Penasehat Provinsi adalah Gubernur dan Wakil Gubernur.
Penasehat Provinsi bertugas dan berwenang memberikan nasehat dan saran baik
diminta maupun tidak diminta.
BAB X
DEWAN PENGURUS DAN
PENASEHAT KABUPATEN/KOTA/KOTAMADYA
(1)
Pasal 24
Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya
Susunan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
b.
Beberapa orang Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Wakil Sekretaris;
e.
Seorang Bendahara;
f.Seorang Wakil Bendahara;
g.
Beberapa orang Ketua bidang sesuai kebutuhan.
Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) merupakan kepengurusan
kolektif.
Dewan Pengurus sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh
Musyawarah Kabupaten/Musyawarah Kota/Musyawarah Kotamadya dan disahkan
oleh Dewan Pengurus Provinsi.
Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya bertugas melaksanakan tugas
organisasi sesuai dengan ketetapan Musyawarah Kabupaten/Musyawarah
Kota/Musyawarah Kotamadya.
Pasal 25
Penasehat Kabupaten/Kota/Kotamadya
Penasehat
Kabupaten/Kota/Kotamadya
terdiri
dari
Bupati/Walikota/
Walikotamadya dan Wakil Bupati/Wakil Walikota/Wakil WaliKotamadya.
Penasehat Kabupaten/Kota/Kotamadya bertugas dan berwenang memberikan
nasehat, saran, dan pendapat untuk kemajuan organisasi, baik diminta maupun
tidak diminta.
BAB XI
PENGURUS DAN PENASEHAT KECAMATAN/DISTRIK
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
Pasal 26
Pengurus Kecamatan/Distrik
Pengurus Kecamatan/Distrik terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Bendahara.
Pengurus Kecamatan/Distrik merupakan kepengurusan kolektif.
Pengurus Kecamatan/Distrik ditetapkan oleh Musyawarah Kecamatan/ Distrik
dan disahkan oleh Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya.
Pengurus Kecamatan/Distrik bertugas melaksanakan tugas organisasi sesuai
dengan ketetapan Musyawarah Kecamatan/Distrik.
Pasal 27
Penasehat Kecamatan/Distrik
Apabila Ketua KORPRI Kecamatan/Distrik bukan dijabat oleh Camat, maka
Camat menjadi Penasehat Kecamatan/Distrik.
Apabila Ketua KORPRI Kecamatan/Distrik dijabat oleh Camat, maka Penasehat
adalah Bupati/Walikota di wilayahnya.
(3)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
Pasal 28
Pengurus Desa/Kelurahan
Pengurus Desa/Kelurahan terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang Sekretaris;
c.
Seorang Bendahara.
Pengurus Desa/Kelurahan merupakan kepengurusan kolektif.
Pengurus Desa/Kelurahan ditetapkan oleh Rapat Pengurus Desa/Kelurahan dan
disahkan oleh Pengurus Kecamatan/Distrik.
Pengurus Desa/Kelurahan bertugas melaksanakan tugas organisasi sesuai dengan
ketetapan Rapat Pengurus Desa/Kelurahan
Pasal 29
Penasehat Desa/Kelurahan
Apabila Ketua KORPRI Kelurahan/Desa tidak dijabat oleh Lurah/Kepala Desa,
maka Lurah/Kepala Desa menjadi Penasehat KORPRI.
Apabila Ketua KORPRI Kelurahan/Desa dijabat oleh Lurah/Kepala Desa, maka
Penasehat KORPRI adalah Camat di wilayahnya.
Penasehat Desa/Kelurahan bertugas dan berwenang memberikan nasehat dan
saran baik diminta maupun tidak diminta.
BAB XIII
PENGURUS DAN PENASEHAT
UNIT, SUB UNIT, DAN KELOMPOK UNIT NASIONAL
(1)
(2)
(3)
Pasal 30
Pengurus Unit Nasional
Susunan Pengurus Unit Nasional terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Beberapa Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Wakil Sekretaris;
e.
Seorang Bendahara;
f.Seorang Wakil Bendahara;
g.
Beberapa orang Ketua Bidang sesuai kebutuhan.
Pengurus Unit Nasional merupakan kepengurusan kolektif.
Pengurus Unit Nasional ditetapkan oleh Musyawarah Unit Nasional yang disahkan
oleh Dewan Pengurus Nasional.
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 31
Penasehat Unit Nasional
Penasehat Unit Nasional adalah Menteri/Kepala Lembaga Pemerintahan Non
Departemen (LPND) atau Pimpinan dari instansi masing-masing.
Penasehat Unit Nasional bertugas dan berwenang memberikan nasehat dan saran
baik diminta maupun tidak diminta.
Pasal 32
Pengurus Sub Unit Nasional
Susunan Pengurus Sub Unit Nasional terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Wakil Sekretaris;
e.
Seorang Bendahara;
f.Seorang Wakil Bendahara;
g.
Beberapa Ketua Seksi sesuai dengan kebutuhan.
Pengurus Sub Unit Nasional merupakan kepengurusan kolektif.
Pengurus Sub Unit Nasional ditetapkan oleh Musyawarah Sub Unit Nasional dan
disahkan oleh Pengurus Unit Nasional.
Pengurus Sub Unit Nasional bertugas melaksanakan tugas organisasi sesuai
dengan ketetapan rapat Sub Unit Nasional.
Pasal 33
Penasehat Sub Unit Nasional
Penasehat Sub Unit Nasional adalah pimpinan dari instansi masing-masing.
Penasehat Sub Unit Nasional bertugas dan berwenang memberikan nasehat dan
saran baik diminta maupun tidak diminta.
Pasal 34
Pengurus dan Penasehat Kelompok Unit Nasional
Susunan Pengurus Kelompok Unit Nasional terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang Sekretaris;
c.
Seorang Bendahara.
Pengurus Kelompok Unit Nasional merupakan kepengurusan kolektif.
Pengurus Kelompok Unit Nasional ditetapkan oleh Rapat Kelompok Unit Nasional
dan disahkan oleh Pengurus Sub Unit Nasional.
Pengurus Kelompok Unit Nasional bertugas melaksanakan tugas organisasi sesuai
dengan ketetapan rapat Kelompok Unit Nasional.
Penasehat Kelompok Unit Nasional adalah Pimpinan instansi masing-masing.
(6)
BAB XIV
PENGURUS DAN PENASEHAT
UNIT PROVINSI
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
Pasal 35
Pengurus Unit Provinsi
Susunan Pengurus Unit Provinsi terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Wakil Sekretaris;
e.
Seorang Bendahara;
f.Seorang Wakil Bendahara;
g.
Beberapa Ketua Bidang sesuai kebutuhan.
Pengurus Unit Provinsi merupakan kepengurusan kolektif.
Pengurus Unit Provinsi ditetapkan oleh Musyawarah Unit Provinsi dan disahkan
Dewan Pengurus Provinsi.
Pengurus Unit Provinsi bertugas melaksanakan tugas organisasi sesuai dengan
ketetapan Musyawarah Unit Provinsi.
Di Provinsi dapat dibentuk Unit Gabungan yang terdiri dari beberapa Kantor/Unit
Pelaksana Teknis (UPT) Departemen dan atau LPND.
Pasal 36
Penasehat Unit Provinsi
Penasehat Unit Provinsi adalah pimpinan dari instansi masing-masing.
Penasehat Unit Provinsi bertugas dan berwenang memberikan nasehat dan saran
baik diminta maupun tidak diminta.
BAB XV
PENGURUS DAN PENASEHAT
UNIT KABUPATEN/KOTA/KOTAMADYA
(1)
Pasal 37
Pengurus Unit Kabupaten/Kota/Kotamadya
Susunan Pengurus Unit Kabupaten/Kota/Kotamadya terdiri dari :
a.
Seorang Ketua;
b.
Seorang Wakil Ketua;
c.
Seorang Sekretaris;
d.
Seorang Wakil Sekretaris;
e.
Seorang Bendahara;
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(1)
(2)
(3)
(4)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
c.
Utusan Dewan Pengurus Provinsi.
Musyawarah Pimpinan dipimpin oleh Ketua Umum.
Musyawarah Pimpinan dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) tahun setelah
MUNAS.
Musyawarah Pimpinan berwenang untuk :
a.
Menilai, memusyawarahkan, dan mengesahkan laporan Dewan Pengurus
Nasional antara 2 (dua) Musyawarah Nasional;
b.
Menilai, mengembangkan, dan menyempurnakan pelaksanaan Program
Umum Organisasi.
Pasal 42
Musyawarah Unit Nasional
Musyawarah Unit Nasional dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh :
a.
Utusan Dewan Pengurus Nasional;
b.
Pengurus Unit Nasional yang bersangkutan;
c.
Utusan Pengurus Sub Unit Nasional yang bersangkutan;
d.
Utusan Pengurus Kelompok Unit Nasional.
Dalam keadaan luar biasa Musyawarah Unit dapat dipercepat atas permintaan
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Sub Unit Nasional dan 2/3 dari jumlah
Kelompok Unit Nasional yang bersangkutan.
Musyawarah Unit Nasional berwenang untuk :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban Dewan Pengurus Unit Nasional yang
bersangkutan;
b. Menetapkan Program Kerja Unit Nasional yang bersangkutan;
c. Memilih dan menetapkan Pengurus Unit Nasional yang bersangkutan;
d. Membentuk Tim Verifikasi apabila diperlukan.
Musyawarah Unit Nasional Luar Biasa dapat dilaksanakan apabila :
a.
Organisasi berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang
membahayakan persatuan dan kesatuan dan/atau keadaan lainnya yang
membahayakan kelangsungan hidup organisasi.
b.
Ketua Unit Nasional berhenti/diberhentikan didasarkan aturan di dalam
Anggaran Rumah Tangga.
Kewenangan Musyawarah Unit Luar Biasa sama dengan Musyawarah Unit.
Pasal 43
Musyawarah Provinsi
Musyawarah Provinsi dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri oleh :
a.
Utusan Dewan Pengurus Nasional;
b.
Dewan Pengurus Provinsi yang bersangkutan;
c.
Utusan Pengurus Unit Provinsi yang bersangkutan;
d.
Utusan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya yang bersangkutan.
Dalam keadaan luar biasa Musyawarah Provinsi dapat dipercepat atas
permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah
Dewan Pengurus
Kabupaten/Kota/ Kotamadya dan 2/3 dari jumlah Unit Provinsi yang
bersangkutan.
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
Pasal 45
Musyawarah Kecamatan/Distrik
Musyawarah Kecamatan/Distrik dilaksanakan 5 (lima) tahun sekali dan dihadiri
oleh :
a.
Utusan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya yang bersangkutan;
b.
Pengurus Kecamatan/Distrik yang bersangkutan;
c.
Utusan Pengurus Desa/Kelurahan bersangkutan.
Dalam keadaan luar biasa Musyawarah Kecamatan/Distrik dapat dipercepat atas
permintaan sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Desa/Kelurahan yang
bersangkutan.
Musyawarah Kecamatan/Distrik berwenang untuk :
a. Menilai laporan pertanggungjawaban Pengurus Kecamatan/Distrik yang
bersangkutan;
b. Menetapkan Program Kerja sebagai penjabaran dari Program Umum
organisasi:
c. Memilih dan menetapkan Pengurus Kecamatan/Distrik yang bersangkutan;
d. Membentuk Komisi Verifikasi apabila diperlukan.
Musyawarah Kecamatan/Distrik Luar Biasa dapat dilaksanakan apabila :
a.
Organisasi berada dalam keadaan darurat atau keadaan yang
membahayakan persatuan dan kesatuan dan/atau keadaan lainnya yang
membahayakan kelangsungan hidup organisasi;
b.
Ketua Pengurus Kecamatan/Distrik berhenti/diberhentikan berdasarkan
aturan di dalam Anggaran Rumah Tangga.
Kewenangan Musyawarah Kecamatan/Distrik Luar Biasa sama dengan
Musyawarah Kecamatan/Musyawarah Distrik.
Pasal 46
Rapat Kerja Nasional
Rapat Kerja Nasional adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan program
organisasi.
Rapat Kerja Nasional dihadiri oleh :
a.
Dewan Pengurus Nasional;
b.
Utusan Pengurus Unit Nasional;
c.
Utusan Dewan Pengurus Provinsi;
d.
Utusan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya.
Rapat Kerja Nasional dapat dilaksanakan sekali dalam 2 (dua) tahun.
Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional.
Rapat Kerja Nasional berwenang memberikan rekomendasi kepada Pimpinan
Nasional untuk melakukan langkah-langkah yang bermanfaat bagi organisasi.
Pasal 47
Rapat Kerja Unit Nasional
Rapat Kerja Unit Nasional adalah forum evaluasi dan informasi dalam rangka
mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan program organisasi.
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
3)
4)
5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Pasal 50
Rapat Kerja Kecamatan/Distrik
Rapat Kerja Kecamatan adalah forum evaluasi, konsultasi dan informasi dalam
rangka mengembangkan keterpaduan dan koordinasi pelaksanaan program
operasional di tingkat Kecamatan/Distrik.
Rapat Kerja Kecamatan dihadiri oleh :
a.
Utusan Dewan Pengurus Kabupaten/Kota/Kotamadya yang bersangkutan;
b.
Pengurus Kecamatan/Distrik yang bersangkutan;
c.
Utusan Pengurus Desa/Kelurahan yang bersangkutan.
Rapat Kerja Kecamatan/Distrik dilaksanakan sekurang-kurangnya sekali dalam 2
(dua) tahun.
Rapat Kerja Kecamatan/Distrik dipimpin oleh Ketua Pengurus Kecamatan/Distrik
yang bersangkutan.
Rapat Kerja Kecamatan/Distrik berwenang memberikan rekomendasi kepada
Camat selaku penasehat untuk melakukan langkah-langkah yang bermanfaat
bagi organisasi.
BAB XVII
KEUANGAN
Pasal 51
(1)
(2)
(1)
(2)
(1)
(2)
Pasal 52
Laporan
Setiap jenjang kepengurusan KORPRI berkewajiban untuk menyusun laporan atas
pelaksanaan tugasnya.
Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan kepada Pengurus
satu tingkat di atasnya setiap satu tahun sekali.
Pasal 53
Pertanggungjawaban
Setiap jenjang kepengurusan KORPRI berkewajiban untuk menyusun laporan
pertanggungjawaban (LPJ) atas pelaksanaan tugasnya pada akhir masa jabatan
kepengurusannya.
Laporan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) disampaikan dalam musyawarah
pada jenjang masing-masing.
BAB XIX
KETENTUAN LAIN-LAIN
(1)
(2)
Pasal 54
Bagi Unit BUMN/BHMN/BLU/BUMD dan anak perusahaannya serta Komponen PNS
pada instansi TNI/POLRI yang memerlukan pengaturan organisasi tersendiri
sebagai kelengkapan untuk memenuhi peraturan perundangan dapat menyusun
peraturan organisasi sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar
KORPRI dan Peraturan Perundang-undangan.
Bagi Provinsi yang mempunyai Undang-Undang khusus dapat menggunakan
nomenklatur khusus sesuai peraturan perundangan.
BAB XX
PENUTUP
Pasal 55
Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini akan diatur lebih lanjut dalam
Anggaran Rumah Tangga.
PIMPINAN MUSYAWARAH NASIONAL KEENAM
KORPS PEGAWAI REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2004
Ketua
ttd.
Prof. Dr. ERMAYA SURADINATA, Drs., SH, MS.
(DPP KORPRI)
Wakil Ketua
Sekretaris
ttd.
DR. IR. INDRA DJATI SIDI
(UNIT KORPRI DEP. DIKNAS)
ttd.
ACHMAD SUGIONO P.
(DPD KORPRI PROP. JABAR)
Anggota
Anggota
ttd.
SEMAN WIDJOJO
(UNIT KORPRI DEP. DAGRI)
ttd.
Drs. H.P. KAISIEPO, MM
(DPC KORPRI KAB. MERAUKE)
Anggota
Anggota
ttd.
H. SYAIFUL TETENG
(DPD KORPRI PROP. KALTIM)
ttd.
H. BADRUZZAMAN ISMAIL, SH, M. Hum
(DPC KORPRI KOTA BANDA ACEH)