Anda di halaman 1dari 37

Contoh soal dan jawaban Administrasi Kepegawaian

Soal winda aprilianti


1.      Kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang PNS dalam rangkaian susunan kepegawaian
dan digunakan sebagai dasar penggajian disebut…

a.       Pangkat
b.      Kepangkatan
c.       Jabatan
d.      Pegawai
e.       Kenaikan pangkat

2.      Kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang PNS dalam rangkaian susunan kepegawaian
dan digunakan sebagai dasar penggajian disebut…
a.       Pangkat
b.      Kepangkatan
c.       Jabatan
d.      Pegawai
e.       Kenaikan pangkat

3.      Kenaikan pangkat yang diberikan kepada PNS yang tidak menduduki jabatan struktural atau
jabatan fungsional tertentu termasuk PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya
tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan tertentu disebut …
a.       Kenaikan Pangkat Pilihan
b.      Kenaikan Pangkat Istimewa
c.       Kenaikan Pangkat Reguler
d.      Kenaikan Pangkat Pengabdian
e.       Kenaikan Pangkat Anumerta

4.      Perhatikan kelengkapan administrasi berikut!


         Fotokopi SK dalam pangkat terakhir
         Fotokopi DP-3 dalam 2 (dua) tahun terakhir
         Fotokopi STTB/Ijazah bagi yang memperoleh peningkatan pendidikan
         Fotokopi surat perintah tugas belajar bagi PNS yang melaksanakan tugas belajar
         Surat penugasan dipekerjakan/diperbantukan di luar instansi induknya bagi yang tidak
menduduki jabatan structural atau fungsional tertentu
Berdasarkan hal tersebut, kelengkapan administrasi diatas termasuk syarat yang harus
dilengkapi untuk kenaikan pangkat …
a.       Kenaikan Pangkat Pilihan
b.      Kenaikan Pangkat Istimewa
c.       Kenaikan Pangkat Reguler
d.      Kenaikan Pangkat Pengabdian
e.       Kenaikan Pangkat Anumerta

5.      Kenaikan pangkat pilihan diberikan kepada PNS apabila …


a.       Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur DP3 sekurang-
kurangnya bernilai baik dalam tahun tarakhir
b.      Menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara
c.       Tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat sedang atau berat dalam 1 tahun terakhir
d.      Telah 4 (empat) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan setiap unsur penilaian
pelaksanaan pekerjaan, sekurang-kurangnya bernilai baik dalam 2 tahun terakhir.
e.       Menunjukkan prestasi kerja yang luar biasa baiknya

6.      Kenaikkan pangkat sebagai penghargaan bagi PNS yang telah mencapai batas usia pensiun
dan akan mengakhiri masa jabatannya sebagai PNS dengan hak pension disebut…
a.       Kenaikan Pangkat Pilihan
b.      Kenaikan Pangkat Istimewa
c.       Kenaikan Pangkat Reguler
d.      Kenaikan Pangkat Pengabdian
e.       Kenaikan Pangkat Anumerta

7.      Kenaikan pangkat setingkat lebih tinggi yang diberikan Pemerintah sebagai penghargaan
kepada PNS yang tewas atas pengabdian dan jasa jasanya kepada negara dan bangsa
disebut…
a.       Kenaikan Pangkat Pilihan
b.      Kenaikan Pangkat Istimewa
c.       Kenaikan Pangkat Reguler
d.      Kenaikan Pangkat Pengabdian
e.       Kenaikan Pangkat Anumerta

8.      Kenaikan pangkat yang dapat diberikan kepada PNS yang ditugaskan mengikuti pendidikan
atau latihan jabatan, lulus dan memperoleh Ijazah dengan ketentuan DP3 yang bersangkutan
bernilai rata-rata bernilai baik dalam tahun terakhir dan tidak ada unsur yang bernilai kurang
disebut…
a.       Kenaikan Pangkat Tugas belajar
b.      Kenaikan Pangkat Istimewa
c.       Kenaikan Pangkat Reguler
d.      Kenaikan Pangkat Pengabdian
e.       Kenaikan Pangkat Anumerta

9.      Kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai
negeri sipil dalam kerangka suatu satuan organisasi disebut…
a.       Pangkat
b.      Kepangkatan
c.       Jabatan
d.      Pegawai
e.       Kenaikan pangkat

10.  Jabatan yang tidak tercantum dalam struktur organisasi tetapi dari sudut pandang tugas dan
fungsi (tusi) pekerjaannya tidak bisa terlepas dari struktur organisasi dan sangat diperlukan
oleh organisasi dan pelaksanaannya merupakan satu kesatuan disebut …
a.       Jabatan structural
b.      Jabatan fungsional
c.       Jabatan pegawai
d.      Pengangkatan jabatan
e.       Kenaikan jabatan
Soal fitri handayani

11.  Jabatan fungsional pegawai negeri sipil terdiri dari..


a.       Structural
b.      Fungsional
c.       Pengabdian
d.      Anumerta
e.       Keahlian dan ketrampilan

12.  1. Mempunyai metodologi, teknik analisis, teknik dan prosedur kerja yang didasarkan atas
disiplin ilmu pengetahuan dan/atau pelatihan teknis tertentu dengan sertifikasi,
2. Memiliki etika profesi yang ditetapkan oleh organisasi profesi,
3. Dapat disusun dalam suatu jenjang jabatan

Merupakan penetapan jabatan dari…


a.       Structural
b.      Fungsional
c.       Pengabdian
d.      Anumerta
e.       Keahlian dan ketrampilan

13.  1. Berkedudukan sebagai pegawai negeri sipil,


2. Memiliki ijazah sesuai dengan tingkat pendidikan dan kualifikasi pendidikan yang
ditentukan,
3. Telah menduduki pangkat menurut ketentuan yang berlaku,
4. Telah lulus pendidikan dan pelatihan fungsional yang ditentukan,
5. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan dalam DP-3 sekurang-kurangnya bernilai
baik dalam 1 tahun terakhir.

Merupakan persyaratan dari…


a.       Kenaikan pangkat
b.      Jabatan structural
c.       Jabatan fungsional
d.      Pengangkatan
e.       Jenjang pangkat

14.  Dasar hukum yang digunakan dalam pokok kepegawaian…


a.       UU No. 43 Tahun 1999
b.      UU No. 42 Tahun 1999
c.       UU No. 45 Tahun 1999
d.      UU No. 46 Tahun 1999
e.       UU No. 47 Tahun 1999
15.  ” Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang
ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin,
suku, agama, ras atau golongan”.

Merupakan bunyi dari UU No…


a.       UU No. 43 Tahun 1999
b.      UU No. 42 Tahun 1999
c.       UU No. 45 Tahun 1999
d.      UU No. 46 Tahun 1999
e.       UU No. 47 Tahun 1999
16.  jabatan yang secara tegas ada dalam struktur organisasi. Kedudukan jabatan struktural
bertingkat-tingkat dari tingkat yang terendah (eselon IV/b) hingga yang tertinggi (eselon I/a).
merupakan pengertian dari….
a.       Jabatan structural
b.      Jabatan fungsional
c.       Pengabdian
d.      Anumerta
e.       Pengangkatan

17.  Disiplin kerja, kesetiaan, pengabdian, pengalaman, kerjasama dan dapat dipercaya.
Merupakan pengertian dari…
a.       Pengangkatan
b.      Jabatan structural
c.       Jabatan fungsional
d.      Syarat obyektif
e.       Pengangkatan

18.  kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa
pengetahuan, ketrampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas
jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara
profesional, efektif dan efisien. Merupakan pengertian dari…
a.       pengangkatan
b.      kenaikan pangkat
c.       jabatan fuingsional
d.      kompetensi
e.       syarat obyektif

19.  Salinan/Fotocopy sah Tanda lulus Ujian Dinas Tingkat I untuk kenaikan pangkat dari
Pengatur Tk.I golongan ruang II/d menjadi Penata Muda. Merupakan golongan dari...
a.       Ruang II/a
b.      ruang IV/a.
c.       Ruang III/a
d.      Ruang V/a
e.       Ruang VI/a

20.  Salinan/Fotocopy sah Tanda lulus Ujian Dinas Tingkat I untuk kenaikan pangkat dari
Pengatur Tk.I golongan ruang II/d menjadi Penata Muda

a.       Ruang II/a


b.      ruang IV/a.
c.       Ruang III/a
d.      Ruang V/a
e.       Ruang VI/a

Nama: Siti Nurcahyani dan Hanifah


Rombel: APK XI-3
1.       segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan
disebut…
a.       sarana
b.      prasarana
c.       sarana dan prasarana
d.      peralatan
e.      perbekalan
2.       kegunaan perlengkapan kantor diantaranya kecuali,…
a.    Sebagai penunjang kegiatan kantor.
b.    Sebagai sarana kantor
c.    Mempermudah dan mempercepat proses pelaksanaan kegiatan kantor.
d.    Memperoleh hasil pekerjaan yang lebih memuaskan.
e.    Sebagai aset kantor.

3.    Di bawah ini yang termasuk barang habis pakai adalah…


a.    Kertas
b.    Ubin
c.    Tinta
d.    Kramik
e.    Pas bunga
4.    Di bawah ini yang termasuk barang tidak habis pakai diantaranya adalah.
a.    kertas
b.    Ubin
c.    Tinta
d.    Kramik
e.    Pas bunga
5.    Tanah dan gedung termasuk barang…
a.    Benda bergerak
b.    Benda tidak bergerak
c.    Benda habis pakai
d.    Benda tidak habis pakaia
e.    Benda mati
6.    Keuntungan menggunakan mesin kantor antara lain, kecuali…
a.    Menghemat tenaga dan waktu.
b.    Menghemat biaya
c.    Meningkatkan ketelitian.
d.    Memperbaiki mutu pekerjaan.
e.    Mengurangi rasa bosan jika dibandingkan dengan metode menulis.
7.    Kerugian menggunakan mesin kantor antara lain:
a.    Tingkat penyusutan dari beberapa mesin adalah tinggi.
b.    Sulit mendapatkan operator mesin yang terlatih dan perlu adanya biaya untuk
melatih mereka.
c.    Beberapa mesin memerlukan biaya yang tinggi untuk pengadaan dan
pemeliharaannya.
d.    Kesulitan dalam pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin tertentu bila terjadi
kerusakan.
e.    Semua benar
8.    Yang termasuk mesin kantor adalah…
a.    Computer
b.    Pulpen
c.    Karbon
d.    Kertas
e.    Pensil
9.    Mesin ketik ada berapa jenis…
a.    1
b.    2
c.    3
d.    4
e.    5
10.  Computer di bagi menjadi 2 yaitu perangkat keras dan…
a.    Lunak
b.    Keras dan lunak
c.    Lembek
d.    A dan b salah
e.    B benar
11.  Printer termaasuk kedalam jenis …
a.    Mesin komunikasi
b.    Mesin kantor
c.    Alat kantor
d.    Sarana
e.    Prasarana
12.  Cara mengoperasikan mesin fotokopi sebagai berikut:
a.    Memasukkan tinta ke developer unit.
b.    Daya listrik dipasangkan pada stop kontak. Sebaiknya dipasang stabilizer untuk
menyetabilkan listrik.
c.    Menekan tombol on sampai muncul tulisan “ready to copy” di layar mesin.
d.    Menempatkan master pada kaca (mirror), lalu menutup dengan cover di atasnya.
Memilih kertas sesuai ukuran yang dikehendaki.
e.    Semua benar\
13.   Yang termasuk mesin untuk menggandakan dokumen adalah…
a.    Mesin fotocopy
b.    Mesin kantor
c.    Stensil
d.    Telpon
e.    hp
14.  Cara pengoperasian mesin stensil sebagai berikut, kecuali
a.    Menyediakan kertas yang akan diduplikasikan di tempat yang telah disediakan.
b.    Menekan tombol power yang berada di bawah.
c.    Menaikkan tombol up and down button yang berada di sebelah tombol power.
d.    Meletakkan master di tempat yang telah disediakan, kemudian meyesuaikan ukuran
master tersebut
e.    Tekan tombol print
15.  Yang termasuk mesin komunikasi antara lain…
a.    Mesin fotocopy
b.    Stensil
c.    Tellepon
d.    Intercom
e.    C dan d bnar
16.  Yang bukan termasuk perabot kantor adalah…
a.    Lemari
b.    Meja
c.    Kursi
d.    Foto presiden
e.    Semua benar
17.  Lemari termasuk kedalam…
a.    Interior kantor
b.    Mesin kantor
c.    Peralatan kantor
d.    Perabotan kantor
e.    Mesin komunikasi
18.  Yang termasuk barang non lembaran adalah kecuali…
a.    Kertas karbon
b.    Meja
c.    Kursi
d.    Pensil
e.    Pulpen
19.  Buku tamu termasuk ke dalam…
a.    Habis pakai
b.    Tidak habis pakai
c.    Lembaran
d.    Non lembaran
e.    Berbentuk buku
20.  Yang termasuk dalam perabot kantor antara lain…
a.    Lukisan dinding.
b.    Vas bunga.
c.    Akuarium.
d.    Lampu-lampu hias.
e.    meja
Timor Timur

RESUME PERISTIWA SEJARAH BERGABUNG DAN LEPASNYA TIMOR TIMUR DI


INDONESIA (1976-1999)

Peristiwa yang terjadi di Timor-Timur tidak terlepas dari Revolusi Bunga yang terjadi di
Portugal pada tahun 1974, dimana Presiden Portugal yang ada, Salazar, dan digantikan dengan
Presiden yang baru, Spinola. Presiden Spinola menetapkan dua kebijakan baru yang mempengaruhi
daerah jajahannya, yang pertama adalah dekolonisasi, yang kedua adalah demokratisasi. Kebijakan
demokratisasi ini yang nantinya memberikan kesempatan bagi daerah jajahan untuk menentukan
nasibnya sendiri. Di Timor Timur sendiri terbentuk beberapa oragnisasi masyarakat yang kemudian
berubah menjadi partai politik. Setiap partai ini memiliki tujuan tersendiri diantaranya seperti
Fretilin (Frente Revolucionaria de Timor-Leste Independente), sebuah partai komunis yang
menginginkan Timor menjadi sebuah negara komunis yang merdeka. UDT (União Democrática
Timorense), sebuah partai yang menginginkan Timor merdeka namun masih dalam naungan
Portugal. Ada pula Apodeti (Associação Popular Democratica Timorense) yang menginginkan wilayah
Timor bergabung dengan NKRI.

Salah satu perlawanan terhadap pemerintahan kolonial Portugal yang cukup besar dan
terorganisasi adalah Perlawanan Viqueque. Perlawanan rakyat yang di gerakkan dari Viqueque ini
merupakan awal dari keinginan rakyat untuk berintegrasi dengan Negara Kesatuan Republik
Indonesia. tuntutan integrasi sebenarnya sudah muncul sejak awal tahun 1950-an. Bahkan pada
tanggal 3 Juni 1959, rakyat Timor Portugal, terutama rakyat Kabupaten Viqueque bangkit
mengangkat senjata melawan penjajah Portugal. Beberapa tokoh pemberontakan itu seperti Jose
Manuel Duarte, Salem Musalam Sagran dan, Germano D.A. Silva kini menjadi saksi hidup yang
banyak bercerita tentang bagaimana perlawanan terebut, cita-cita intergrasi penderitaan akibat
kegagalan perjuangan karena berhasil ditumpas oleh Pemerintahan Portugal. Selain ketiga tokoh
tersebut, pada pertengahan Januari 1996, ketiga pelaku pergerakan Viqueque yang oleh pemerintah
Portugal di buang ke Angola dan Portugal. Perjuangan rakyat Timor Timur melepaskan diri dari
belenggu penjajahan dan kemudian mendapatkan status sebagai salah satu provinsi di Indonesia.

Insiden Santa Cruz (juga dikenal sebagai Pembantaian Santa Cruz) adalah penembakan
pemrotes Timor Timur di kuburan Santa Cruz di ibu kota Dili pada 12 November 1991. Para
pemrotes, kebanyakan mahasiswa, mengadakan aksi protes mereka terhadap pemerintahan
Indonesia pada penguburan rekan mereka, Sebastião Gomes, yang ditembak mati oleh pasukan
Indonesia sebulan sebelumnya. Dalam prosesi pemakaman, para mahasiswa menggelar spanduk
untuk penentuan nasib sendiri dan kemerdekaan, menampilkan gambar pemimpin kemerdekaan
Xanana Gusmao. Pada saat prosesi tersebut memasuki kuburan, pasukan Indonesia mulai
menembak. Dari orang-orang yang berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250
menghilang. Salah satu yang meninggal adalah seorang warga Selandia Baru, Kamal Bamadhaj,
seorang pelajar ilmu politik dan aktivis HAM berbasis di Australia.

Munculnya tekanan-tekanan dari masyarakat internasional menanggapi kasus-kasus yang


terjadi di timor timur itu memaksa Indonesia untuk mengeluarkan kebijakan guna mengakomodasi
aspirasi masyarakat Timor Timur. Tekanan ini juga mendorong Pemerintah Indonesia untuk
membahas masalah ini ke tingkat internasional. Akhirnya, pada Juni 1998, Pemerintah Indonesia
memutuskan untuk memberikan status khusus berupa otonomi luas kepada Timor Timur. Usulan
Indonesia itu disampaikan kepada Sekjen PBB. Sebagai tindak lanjutnya, PBB pun mengadakan
pembicaraan segitiga antara Indonesia, Portugal, dan PBB. Selama pembicaraan ini, masih terjadi
kerusuhan antara pihak pro kemerdekaan dan pro integrasi di Timor Timur.

Di akhir 1998, Habibie mengeluarkan kebijakan yang jauh lebih radikal dengan menyatakan
bahwa Indonesia akan memberi opsi referendum untuk mencapai solusi final atas masalah Timor
Timur. Jalannya jajak pendapat dikawal oleh Australia atas nama PBB. Dan hasil dari jajak pendapat
ini adalah memenangkan pihak yang ingin Timor Timur merdeka. Hasil dari jajak pendapat itu sendiri
adalah sebanyak 98,6% dari 450.000 pemilih yang terdaftar, menggunakan haknya dalam jajak
pendapat. Terdapat 446.953 suara yang dihitung dan 438.968 di antaranya sah. Kelompok
prokemerdekaan meraih suara terbanyak dalam hasil jajak pendapat dengan perolehan suara
344.580 suara atau 78,2%, sedangkan prootonomi meraih sekitar 94.388 suara atau 21%. Indonesia
pun setelah itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan harus merelakan salah satu provinsinya lepas.

Bagian 2
Lepasnya Timor Timur dari NKRI
Bernard Agapa di 02.54 14 komentar

Berakhirnya rezim pemerintahan otoritarian Orde Baru yang ditandai dengan pengunduran
diri mantan Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 sebagai akibat dari gerakan
reformasi yang dimotori oleh mahasiswa telah membuka cakrawala baru bagi penyelesaian
persoalan Timor Timur. Gerakan reformasi dilakukan sebagai bentuk ungkapan
kekecewaan yang dirasakan oleh rakyat Indonesia dan dilakukan pada saat terjadi krisis
multidimensi di Indonesia. Dengan momentum reformasi itu, persoalan status Timor Timur
yang menarik perhatian PBB dan masyarakat internasional diharapkan memperoleh
kejelasan. Penyelesaian masalah Timor Timur ini dilanjutkan oleh B.J Habibie dengan
mengeluarkan kebijakan berupa pemberian status khusus dengan otonomi luas dalam
sebuah rapat kabinet pada tanggal 9 Juni 1998.
1.      Tawaran ( Opsi) Penyelesaian Persoalan Timor Timur

 Konsep Otonomi Luas telah lama menjadi pembicaraan banyak kalangan bagi

penyelesaian persoalan Timor Timur. Setelah insiden Santa Cruz, Uskup Carlos Filipe

Ximenes Belo sudah berusaha menyerukan otonomi bagi Timor Timur sebagai alternatif

terbaik yang dapat dilakukan[1]. Seruan tersebut disampaikannya setelah surat usulan

tentang referendum yang pernah disampaikannya kepada Sekretaris Jendral PBB-Javier

Perez de Cuellar mendapat reaksi keras dari Pemerintah Republik Indonesia. Dalam surat

tersebut, Uskup Belo mengungkapkan pengalamannya selama bertugas untuk

memperjuangkan keadilan dan kebebasan yang mengalami ancaman sehingga ia meminta

bantuan        pengamanan dari internasional. Hal itu dilakukannya dengan alasan di Timor

Timur sudah tidak ada tempat untuk melakukan pengaduan karena ABRI yang dianggap

sebagai pelindung telah melakukan hal sebaliknya berupa tindakan ancaman dan

kekerasan[2]. Akan tetapi semua usulan mengenai pemberian otonomi luas di Timor Timur

tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah Republik Indonesia pada saat itu karena

posisi dan sikap pemerintah sangat jelas yang menganggap  bahwa integrasi Timor Timur

merupakan hal yang telah final dan tidak bisa ditawar[3].

 Pemberian otonomi luas menurut Presiden B.J.Habibie merupakan suatu bentuk


penyelesaian akhir yang adil, menyeluruh, dan dapat diterima secara internasional. Cara
ini menurut Presiden B.J.Habibie merupakan suatu cara  penyelesaian yang paling
realistis, paling mungkin terlaksana, dan dianggap paling berprospek damai, sekaligus
merupakan suatu kompromi yang adil antara integrasi penuh dan aspirasi kemerdekaan[4].
Tawaran dari pemerintah berupa Otonomi luas tersebut memberi kesempatan bagi rakyat
Timor Timur untuk dapat memilih Kepala Daerahnya sendiri, menentukan kebijakan
daerah sendiri, dan dapat mengurus daerahnya sendiri. Keputusan untuk mengeluarkan
Opsi mengenai otonomi luas di Timur Timur diambil oleh Presiden B.J.Habibie karena
integrasi wilayah itu ke Indonesia selama hampir 23 tahun tidak mendapat pengakuan dari
PBB.
Pemerintah Portugal maupun PBB menyambut positif tawaran status khusus dengan
otonomi luas bagi Timor Timur yang diajukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini
terlihat pada saat Presiden mengutus Menteri Luar Negeri Ali Alatas untuk menyampaikan
usulan Indonesia tentang pemberian status khusus ini kepada Sekjen PBB di New York pada
tanggal 18 Juli 1998. Selain itu juga diperkuat dengan berlangsungnya kembali
Perundingan “Senior Official Meeting” (SOM) atau Pejabat Senior dibawah tingkat menteri
di New York pada tanggal 4 –5 Agustus 1998. Dari hasil dialog tersebut ketiga pihak sepakat
untuk membahas dan menjabarkan lebih lanjut usulan baru dari Pemerintah Republik
Indonesia mengenai otonomi luas sebagai usaha penyelesaian persoalan Timor Timur tanpa
merugikan posisi masing-masing pihak. Pada saat yang sama Sekretaris jendral PBB juga
sedang berusaha untuk meningkatkan konsultasi dengan berbagai tokoh masyarakat Timor
Timur yang berada di dalam negeri maupun luar negeri. Hal itu dilakukan dengan tujuan
untuk   menyampaikan perkembangan perundingan yang telah dilakukan kepada mereka
dan sekaligus untuk mendapatkan masukan-masukan dari mereka sebagai bahan
pertimbangan dalam mempersiapkan rancangan naskah persetujuan tentang rancangan
otonomi luas pada pertemuan dialog segitiga ( tripartite talks) tersebut.
Tanggapan positip mengenai rancangan otonomi luas juga diberikan oleh banyak
tokoh dan kalangan moderat Timor Timur. Hal ini antara lain terlihat  dalam diskusi yang
diprakarsai oleh East Timor Study Group (ETSG)[5]. Mereka melihat konsep otonomi luas
tersebut di dalam kerangka suatu masa transisi yang cukup lama sebelum suatu
penyelesaian menyeluruh melalui referendum diadakan. Otonomi luas tersebut bisa
dilaksanakan secara konsisten oleh Pemerintah Republik Indonesia, bisa juga tidak
diperlukan apabila masyarakat sudah puas dengan pilihan tersebut.
Sebagaimana otonomi yang telah diterapkan di berbagai negara lain, wewenang
Pemerintah Daerah Timor Timur adalah mengatur berbagai aspek kehidupan kecuali aspek
pertahanan, politik luar negeri, moneter dan fiskal. Wewenang pemberian otonomi  luas
terhadap masyarakat Timor Timur ini jika dilihat dan ditinjau terdapat perbedaan dan
jauh lebih luas daripada kebebasan yang diberikan kepada propinsi-propinsi lain di
Indonesia dalam mengatur kehidupan masyarakatnya. Tindakan ini diambil oleh
pemerintah mengingat Timor Timur memiliki kekhususan sejarah dan sosial budaya
sehingga diperlukan pengaturan yang lebih bersifat khusus[6]. Akan tetapi semua
perkembangan mengenai otonomi tersebut mengalami perubahan karena pada saat
Pemerintah Republik Indonesia dan Portugal sedang melanjutkan pembicaraan berkaitan
dengan tawaran otonomi luas bagi Timor Timur, Presiden B.J.Habibie mengajukan Opsi II
pada tanggal 27 Januari 1999. Opsi II menyebutkan bahwa jika rakyat Timor Timur
menolak Opsi I tentang pemberian otonomi luas maka Pemerintah Republik Indonesia akan
memberikan kewenangannya kepada MPR hasil pemilu bulan Juni 1999 untuk memutuskan
kemungkinan melepaskan wilayah tersebut dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
secara terhormat, baik-baik, dan damai, serta secara konstitusional.
Usulan mengenai Opsi II disampaikan oleh Presiden B.J.Habibie pada saat
berlangsung Rapat Koordinasi Khusus Tingkat Menteri Bidang Politik dan Keamanan
(Rakorpolkam) pada tanggal 25 Januari 1999. Rapat tersebut dilakukan untuk membahas
surat yang dikirim oleh Perdana Menteri Australia-John Howard kepada Presiden RI tanggal
19 Desember 1998 mengenai perubahan sikap Pemerintah Australia terhadap Pemerintah
Indonesia. Di dalam suratnya, PM John Howard mendesak dilakukannya Jajak Pendapat
(referendum) setelah penerapan status khusus dengan otonomi luas di Timor Timur untuk
jangka waktu tertentu. Perubahan sikap Australia itu berpengaruh bagi Pemerintah
Republik Indonesia karena Australia sebelumnya menjadi salah satu dari beberapa negara
yang mendukung integrasi dan mengakui kedaulatan RI atas Timor Timur. Usulan Presiden
B.J.Habibie kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 27 Januari 1999 dan disetujui oleh
para anggota dalam Sidang Kabinet Paripurna terbatas Bidang Politik dan Keamanan.
Apapun hasil dari referendum menurut Presiden B.J.Habibie akan berdampak positip bagi
Pemerintah Republik Indonesia. Indonesia akan terbebas dari beban nasional untuk
membiayai pembangunan di Timor Timur, maupun tekanan-tekanan internasional dan
kritik dari negara lain.
Tekanan-tekanan internasional, khususnya berasal dari PBB yang tidak mengakui

kedaulatan Indonesia atas Timor Timur. Selain itu keputusan tersebut diambil dengan

pertimbangan berbagai permasalahan ekonomi dan politik dalam negeri pada saat.

Kebijakan Presiden B.J.Habibie mengenai Opsi II merupakan suatu usaha untuk

membangun citra baik sebagai pemerintahan transisi yang reformis dan demokratis serta

merupakan suatu usaha untuk membangun kembali perekonomian negara yang kacau

sebagai akibat dari krisis multidimensi yang sedang terjadi di Indonesia. Selain itu,

keputusan keluarnya Opsi II juga didasari oleh sikap Presiden B.J. Habibie yang

menghormati Hak Asasi Manusia(HAM) dan memberikan kebebasan di atas prinsip

kemerdekaan kepada setiap rakyat Indonesia[7].

Pengambilan keputusan terhadap penyelesaian persoalan Timor Timur menurut

beberapa pakar dan pengamat politik Indonesia dianggap sebagai suatu tindakan yang

gegabah. Hal itu dilandasi alasan bahwa keadaan situasi di dalam negeri Indonesia sedang

mengalami masa-masa sulit terbukti dengan: pertama, krisis ekonomi-moneter yang

sedang dialami oleh negara Indonesia sejak tahun 1997 dan berdampak kedalam politik

Indonesia sehingga menimbulkan krisis multidimensional yang ditandai dengan jatuhnya

Pemerintahan Presiden Soeharto. Berakhirnya kekuasaan pemimpin Orde Baru atas

desakan para mahasiswa dan rakyat Indonesia melalui gerakan reformasi secara

berkesinambungan menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat dalam negeri terhadap

pemerintah sehingga menimbulkan “krisis kepercayaan terhadap pemerintah”. Keadaan

pemerintah yang sedang mengalami banyak persoalan dimanfaatkan oleh pihak-pihak

sparatis Timor Timur yang menuntut diadakannya referendum sebagai sarana penentuan

nasib rakyat Timor Timur.

Tuntutan tersebut mendapat banyak simpati dari kelompok-kelompok masyarakat


lain di tanah air dan dunia internasional. Dari dalam negeri dukungan diberikan oleh
kelompok pembela HAM dan demokrasi, seperti LSM dan Komnas HAM. Sedangkan dari
internasional adalah Amerika dan Australia  yang selalu mengontrol dan melakukan
provokasi kepada Pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan masalah Timor Timur.
Kedua negara itu bersama-sama dengan PBB selalu memantau perkembangan yang terjadi
di Timor Timur. Perubahan sikap kedua negara ini dipengaruhi oleh perkembangan global
dan isu-isu internasional tentang demokratisasi dan HAM.
Kedua, terjadi pergeseran posisi dasar Republik Indonesia pada tanggal 9 Juni 1998

pada saat Presiden B.J Habibie mengumumkan kesediaan Pemerintah Republik Indonesia

untuk memberikan “ status khusus dengan Otonomi luas”. Pemberian status ini dianggap

sebagai formula dan usaha untuk mencapai penyelesaian politik dalam masalah Timor

Timur. Akan tetapi pada tanggal 27 Januari 1999 Menteri Luar Negeri Ali Alatas

mengumumkan keputusan dalam Sidang Kabinet Paripurna bidang Politik dan Keamanan

mengenai pemberian “Opsi II” yang berhubungan dengan pemberian tanggapan atas

otonomi luas apabila pemberian status khusus itu ditolak oleh mayoritas masyarakat Timor

Timur maka jalan yang akan diambil selanjutnya adalah Pemerintah Republik Indonesia

akan mengusulkan kepada Sidang Umum MPR hasil Pemilu yang baru terpilih agar Timor

Timur dapat berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia secara baik-baik, damai,

terhormat, tertib, dan konstitusional[8].

Keluarnya Opsi II mengejutkan bagi banyak pihak dan tidak diterima secara

menyeluruh di Indonesia. Salah satu pihak yang sangat menentang Opsi II adalah tentara

Indonesia (ABRI/TNI). Mereka mengkhawatirkan bahwa pemisahan Timor Timur dapat

membawa akibat yang merugikan bagi persatuan dan keamanan di wilayah itu[9].

Ancaman terhadap instabilitas keamanan di Timor Timur seperti yang dikhawatirkan

menjadi kenyataan, terbukti dengan kekerasan yang terjadi disana. Meningkatnya

intensitas kekerasan dan ketegangan di Timor Timur disebabkan oleh kedua kelompok

(pro-integrasi dan pro-kemerdekaan) saling melakukan teror dan intimidasi. Kelompok pro-

kemerdekaan yang mendapat “angin segar” atas keputusan pemberian Opsi II semakin

menunjukkan sikap permusuhan terhadap kelompok pro-integrasi dan Pemerintah Republik

Indonesia. Tindak kekerasan tidak hanya menghantui rakyat setempat tetapi juga

masyarakat pendatang, baik para pedagang maupun aparat pemerintah yang bertugas dan

ditugaskan di wilayah itu. Selain itu kemunculan berbagai kelompok milisi pro integrasi
yang tidak dapat dicegah menjadi faktor pendukung  bagi meningkatnya intensitas konflik

di wilayah yang pernah menjadi propinsi ke-27 Indonesia[10].

            Keadaan di Timor Timur, khususnya Dili semakin kacau setelah pemimpin Gerakan

Perlawanan Rakyat Timor Timur (CNRT/Concelho Nacional Resistencia Timorense)- Xanana

Gusmao pada tanggal 5 April 1999 mengumumkan perang terhadap Pemerintah RI dan TNI.

Pertikaian dan konflik, serta tindak kekerasan yang sering terjadi antara kelompok pro-

integrasi dan pro-kemerdekaan menyebabkan Pemerintah RI khususnya TNI/POLRI

melakukan usaha-usaha rekonsiliasi untuk mendamaikan kedua pihak tersebut. Usaha

tersebut juga dilakukan untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban di Timor

Timur. Usaha yang telah dilakukan oleh TNI/POLRI antara lain adalah dengan memfasilitasi

suatu perjanjian damai yang diselenggarakan di Diosis Keuskupan Dili pada tanggal 21 April

1999. Pertemuan tersebut diprakarsai oleh Menhankam/Panglima TNI Jendral Wiranto,

Komnas HAM, dan Gereja Katholik di Timor Timur dan menghasilkan kesepakatan tentang

penghentian permusuhan dan penciptaan perdamaian[11]. Menindaklanjuti perjanjian

damai tersebut maka TNI/POLRI dan Komnas HAM kemudian membentuk Komisi

Perdamaian dan Stabilitas (KPS). Unsur-unsur keanggotaan KPS terdiri dari perwakilan

Fretilin, kelompok pro-integrasi, TNI/POLRI, Komnas HAM, dan perwakilan Pemerintah RI

serta wakil dari UNAMET[12]. Tugas dari KPS antaralain adalah (1) memonitor terjadinya

pelanggaran-pelanggaran serta dampak perjanjian damai; (2) melakukan koordinasi

dengan semua pihak untuk menghentikan segala bentuk permusuhan, intimidasi, dan

kekerasan; (3) menerima pengaduan masyarakat tentang  pelanggaran yang terjadi di

Timor Timur, baik yang dilakukan oleh aparat maupun pihak-pihak yang bertikai; (4) KPS

bersama UNAMET akan menyusun suatu aturan main (code of conduct) untuk mengatur

perilaku pada masa sebelum, selama, dan setelah konsultasi yang harus ditaati oleh semua

pihak[13]. Pada tanggal 18 Juni 1999 TNI/POLRI berhasil memfasilitasi kesepakatan antara

Concelho Nacional Resistencia Timorense (CNRT) dan Falintil dengan pihak pro-integrasi

untuk menyambut Jajak Pendapat di Timor Timur. TNI/POLRI juga berhasil menjadi

fasilitator penyelenggaraan Pertemuan Dare II di Jakarta pada tanggal 25-30 Juni 1999[14]
yang membahas empat masalah pokok, yaitu rekonsiliasi, Jajak Pendapat, keamanan, dan

masalah politik.

             Hasil dari usaha-usaha tersebut tidak sesuai dengan harapan karena kedua pihak

yang bertikai  sering melanggar kesepakatan yang telah dibuat bersama. Hal itu

disebabkan oleh kuatnya rasa dendam diantara mereka. Keadaan tersebut semakin

meningkatkan kekacauan di Timor Timur. Ketegangan diantara kedua pihak semakin

meningkat setelah dilakukan Jajak Pendapat yang diselenggarakan oleh UNAMET. Hasil

jajak Pendapat yang diumumkan oleh PBB pada tanggal 4 September 1999 menunjukkan

bahwa sebesar 78,5% atau sekitar 344.580 orang menolak tawaran status khusus dengan

otonomi luas, sedangkan sebanyak 21,5% atau sekitar 94.388 orang menerima Opsi I. Hal

ini menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka berpisah

dari NKRI[15].

            Penyelenggaraan Jajak Pendapat dilakukan oleh UNAMET sebagai badan khusus

yang didirikan oleh PBB. Badan ini mempunyai misi dan kewajiban untuk memantau

keadaan Timor Timur serta menyelenggarakan Jajak Pendapat dengan bersikap netral. Hal

ini sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai oleh Menteri luar negeri Ali Alatas ( RI)

dan Menteri luar negeri Jaime Gama ( Portugal) dengan mengikutsertakan wakil PBB

Jamsheed Marker, serta memperoleh perhatian langsung dari Sekretaris Jendral PBB Kofi

Annan[16]. Kesepakatan ini diperoleh dalam sebuah dialog yang diselenggarakan pada

tanggal 5 Mei 1999 di New York (AS) yang menghasilkan “Persetujuan New York”.

Persetujuan ini menghasilkan tiga hal yang disepakati dan ditandatangani, serta satu

lampiran yang berisi konsep status khusus dengan otonomi luas bagi Timor Timur. Ketiga

hal yang disepakati adalah (1) kesepakatan tentang persetujuan RI-Portugal mengenai

masalah Timor Timur; (2) persetujuan bagi modalitas atau tatacara Jajak Pendapat

melalui pemungutan suara secara langsung, bebas, dan jujur serta adil; (3) persetujuan

tentang pengaturan keamanan Jajak Pendapat. Kesepakatan tersebut diperkuat dengan


Resolusi Dewan Keamanan PBB No.1236 tahun 1999 dalam pertemuan Dewan Keamanan ke

3998 pada tanggal 7 Mei 1999[17].

2.      Jajak Pendapat


Jajak Pendapat merupakan suatu cara bagi penyelesaian persoalan Timor Timur

yang muncul dari tawaran (Opsi) Presiden B.J.Habibie. Sesuai dengan Perjanjian New

York, Jajak Pendapat diselenggarakan oleh PBB. Pelaksanaan Jajak Pendapat terdiri dari

tujuh tahapan, yaitu (1) Tahap Perencanaan Operasi dan Penggelaran, tanggal 10 Mei-15

Juni 1999; (2) Tahap Sosialisasi/penerangan Umum, tanggal 10 Mei-15 Agustus 1999; (3)

Tahap Persiapan dan Registrasi, tanggal 13 Juni-17 Juli 1999; (4) Tahap Pengajuan

keberatan atas daftar peserta Jajak Pendapat, tanggal 18-23 Juli 1999; (5) Tahap

Kampanye Politik, tanggal 20 Juli sampai tanggal 5 Agustus 1999; (6) Tahap Masa Tenang,

tanggal 6 dan 7 Agustus 1999; (7) Tahap Pemungutan suara, tanggal 8 Agustus 1999. Dalam

pelaksanaan ada beberapa tahapan yang dilakukan tidak sesuai dengan rencana sehingga

mempengaruhi seluruh proses Jajak Pendapat. Tahap-tahap yang mengalami perubahan

waktu pelaksanaan yaitu Tahap Persiapan dan Registrasi dilakukan tanggal 16 Juli 1999

karena ada kesulitan dalam penyelenggaraan peralatan, logistik, dan keterbatasan

personil. Registrasi dilakukan tanggal 6 Agustus 1999 untuk wilayah Timor Timur dan 8

Agustus 1999 untuk wilayah diluar Timor Timur. Masa Kampanye juga mengalami

kemunduran sehingga dimulai tanggal 11-27 Agustus 1999. Jajak pendapat diselenggarakan

tanggal 30 Agustus 1999. Kemunduran penyelenggaraan Jajak Pendapat selain karena

perubahan waktu pelaksanaan tahapan sebelumnya, juga karena alasan keamanan dan

logistik[18]. Perubahan waktu penyelenggaraan Jajak Pendapat disahkan dengan resolusi

PBB No.1262 tanggal 27 Agustus 1999[19].

Jajak Pendapat dilakukan secara serentak di lebih dari 700 Tempat Pemungutan

Suara (TPS) di wilayah Timor Timur pada tanggal 30 agustus 1999 dan diikuti oleh sekitar

600.000 orang Timor Timur yang berada di wilayah ini. Disamping itu juga diikuti oleh

sekitar 30.000 orang Timor Timur yang berada di daerah lain (Denpasar, Jakarta, Makasar,

Surabaya, Yogyakarta) serta di Luar Negeri (AS, Australia, Macau, Mozambik, Portugal)
yang telah memenuhi syarat menjadi pemilih[20]. Syarat bagi orang-orang yang berhak

mengikuti jajak pendapat adalah (1) telah berumur 17 tahun; (2) lahir di Timor Timur; (3)

lahir diluar Timor Timur, tetapi memiliki sedikitnya satu orang tua yang lahir di Timor

Timur; (4) menikah dengan seseorang yang memenuhi syarat sebagai pemilih. Sementara

itu hasil jajak pendapat diumumkan oleh PBB tanggal 4 September 1999.

Indonesiatu - Program Studi Ilmu Pemerintahan Semester V STISIPOL Raja Haji dan Tanjungpinang-
Kepulauan Riau dan Wartawan Tabloid Suara Mahasiswa

Tepat pada 4 September 1999 di Dili dan di PBB hasil jajak pendapat masyarakat Timor Timur
tentang pilihan untuk menerima otonomi khusus atau berpisah dengan NKRI diumumkan. Dan
akhirnya, 78,5 persen penduduk menolak otonomi khusus dan memilih untuk memisahkan diri dari
NKRI. Sejak itulah, isu disentegrasi bangsa menjadi suatu persoalan yang tidak bisa dinomorduakan
sebab bukan tidak mungkin muncul “kecemburuan” dari daerah lain yang merasa dirinya kaya dan
mampu mengurus daerahnya sendiri memilih memisahkan diri juga dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Untunglah, kekhawatiran itu tidak terjadi pasca Timor Timur menyatakan sikap untuk membuat
negara sendiri yang kini bernama Timor Leste. Meskipun demikian, ancaman-ancaman untuk
merobohkan bangunan NKRI selalu saja terbit ketika bangsa ini lemah dan lengah. Namun, siapakah
pelaku yang mencoba merobohkan kebhinekaan Indonesia? Kalau boleh jujur, ini adalah lagu lama.
Permusuhan dan permainan negara-negara yang merasa dirinya digdaya antara AS yang berkiblat
pada ideologi liberalis dan negara-negara yang beraliran komunis.

Ada benarnya, apa yang ditulis oleh wartawan Batam Pos pada Selasa (28/8), Bung Abdul Latif dalam
tulisannya di kolom opini, “DCA, Ancam Integritas Bangsa” bahwasanya ada intervensi atau campur
tangan AS (Amerika Serikat) dalam perjanjian DCA antara Indonesia dan Singapura. Kekhawatiran ini,
menurut hemat penulis bukanlah sesuatu hal yang mengada-ada, tetapi perlu dicermati bersama
format seperti apa yang kita butuhkan untuk menjaga stabilitas dan keutuhan bangsa. Oleh sebab
itu, ada baiknya kita belajar banyak dari sikap Timor Timur mengapa masyarakat di sana lebih
memilih berpisah daripada bergabung dan menerima otonomi khusus dari pemerintah RI.

Bergabungnya Timor Timur sebagai propinsi ke-27 di masa pemerintahan Presiden Soeharto
merupakan suatu cerita panjang bagi kehidupan kesejarahan dunia global umumnya dan khususnya
bagi Indonesia. Bagaimana tidak, propinsi yang pernah dirasuki dan dikuasai Portugis itu, sekarang
telah mengingkari ‘janji’-nya sendiri. Sebuah kesepakatan untuk setia kepada wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Namun, dibalik bergabungnya Timor Timur itu masih menyimpan teka-teki.yang mungkin tak terlalu
sulit untuk dijawab. Mengapa negara lain khususnya Amerika Serikat mendukung pada saat disahkan
RUU tentang integrasi Timor Timur ke wilayah Republik Indonesia. Ada apa, toh Amerika sebagai
negara yang mengaku dirinya adalah negara super power atau adi daya tidak memperoleh
keuntungan materi dari disahkannya RUU itu menjadi UU. Aneh tapi nyata, segala kesulitan-
kesulitan yang dihadapi Indonesia selalu dibantu oleh negara penganut paham liberal tersebut.
Khususnya tentang loby pihak Amerika kepada negara-negara lain untuk mengakui bahwa Timor
Timur telah resmi bergabung dengan Indonesia.

Negara-negara lain biasanya mengamini saja kalau Amerika yang mempunyai kemauan. Akan tetapi,
itu semua belum dapat menjawab teka-teki yang penulis katakan tak sulit untuk dijawab tadi. Inti
dari “belas kasih” negeri yang sekarang dipimpin George W. Bush ini merupakan umpan empuk yang
dipergunakan untuk memberangus paham atau ideologi komunis.

Kalau Timor Leste saat itu tidak bergabung, maka Amerika tentu akan merasa sulit untuk
menyuntikkan paham-paham liberalnya, karena saat itu paham komunis terlebih dahulu masuk
daripada paham yang mereka anut. Sementara, komunis bagi mereka adalah faktor penghambat
sekaligus penghalang bagi mereka untuk menguasai dunia, sehingga membuat mereka menyusun
kekuatan dengan pemerintah Indonesia pada saat itu untuk memberangus komunis di Timor Timur.

Bantuan setengah hati dari Amerika itu membuat Indonesia terbuai. Ketika paham komunis telah
berhasil mereka tumpas, maka mereka mulai lepas tangan. Sehingga, pemerintah Indonesia
terhanyut dalam kegamangan dan kekayaan propinsi-propinsi yang berpotensi besar
menyumbangkan “upetinya” ke pemerintahan pusat. Selanjutnya, Timor Timur menjadi ‘anak
adopsi’ yang tak terurus. Mereka hanya diberikan ‘uang jajan’ selebihnya dibiarkan.

Timor Timur: Upaya Amerika Memberangus Komunis

Memang secara fisik Amerika tidak sedikit pun mempengaruhi apalagi menjajah Timor Timur untuk
digali hasil kekayaannya secara materi, tetapi intervensi yang mereka lakukan hanyalah semata-mata
untuk menolong dan mendukung Timor Timur, sehingga mereka mencari teman terdekat untuk
diajak kerjasama yaitu Indonesia. Perbuatan yang kelihatannya terpuji menyimpan maksud
terselubung yaitu terciumnya bau komunis di wilayah itu. Jadi, dengan bergabungnya Timor Timur
dengan Indonesia, Amerika berharap, ideologi itu dapat diberangus guna mempermudah dan
memuluskan paham modernisasi.

Sebagaimana yang ditulis Andi Yusran (1999: 128) bahwasanya masalah Timor Timur sebenarnya
tidak melulu masalah politik, melainkan juga adalah persoalan hukum, persoalan yang selalu
mengedepan saat ini dan sebelumnya adalah tidak adanya kepastian hukum bagi status Timor Timur,
sejarah mencatat bahwa sejak awal integrasi (1975), integrasi tersebut tidak mendapat pengakuan
dari PBB, namun demikian negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan Australia, justru lebih
awal memberikan dukungan, bahkan sejarah juga menunjukkan kalau AS “terlibat” dalam proses
tersebut.

Masih menurutnya, dukungan negara-negara barat atas integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI
itu bernuansa politik strategis, yakni usaha membendung pelebaran sayap komunisme, karena
Fretelin yang sebelumnya telah memproklamirkan kemerdekaan atas Timor Timur secara sepihak
(Nov 1974), dianggap beraliran Marxis. Dalam konteks ini, maka wajar jika Indonesia merasa telah di
atas angin, karena telah mendapat dukungan AS dan negara Barat lainnya, konsekuensi dari semua
itu Indonesia menjadi lengah (setengah hati?) tidak memperjuangkan status hukum atas Timor
Timur, padahal sekiranya Indonesia mengangkat isu keabsahan Timor Timur di forum PBB minimal
sebelum perang dingin berakhir (1989), besar kemungkinan AS beserta sekutu baratnya akan
menjadi negara pertama yang mengakui integrasi tersebut.

Bermula dari perang saudara di Timor Timur, Fretelin golongam yang beraliran Marxis mendapat
bantuan persenjataan. Bantuan persenjataan yang berasal dari Portugis menjadikan mereka
kelompok yang berkuasa khususnya di daerah Dili. Pada 28 November 1975 secara sepihak Fretelin
memproklamasikan berdirinya Republik Demokrasi Timor Timur dengan Xavier do Amaral sebagai
presidennya, Ramos Horta sebagai menteri luar negeri dan Nicola Lobato sebagai perdana menteri.

Namun, proklamasi ini tidak mendapat dukungan dari masyarakat Timor Timur sendiri. Demi
mewujudkan impiannya, Fretelin kemudian melakukan tindakan pembersihan terhadap lawan-lawan
politiknya untuk menguasai wilayah Timor Timur sehingga terjadilah perang saudara. Fretelin
sebagai partai beraliran komunis terpaksa menghadapi empat partai lain yang juga menguasai
wilayah Timor Timur. Empat partai (UDT, Apodeti, KOTA dan Trabalista) yang menggabungkan
kekuatan itu, melakukan proklamasi tandingan yang dikenal sebagai Proklamasi Balibo pada 30
November 1975 yang menyatakan diri bergabung dengan Indonesia pada 7 Desember 1975.

Selanjutnya, pasukan Indonesia membantu keempat partai tersebut untuk melumpuhkan kekuatan
Fretelin. Pernyataan integrasi masyarakat Timor Timur ke Indonesia di Balibo diulang kembali oleh
para pendukungnya di Kupang (NTT) pada 12 Desember 1975. Melalui pengulangan proklamasi
terebut, maka para pendukungnya sepakat membentuk Pemerintahan Sementara Timor Timur
(PSTT) pada 17 Desember 1975 yang beribukota di Dili dan dipimpin oleh Arnaldo dos Reis Araujo
sebagai ketua dan wakilnya Francisco Xavier Lopez da Cruz serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
yang diketuai oleh Guilherme Maria Gonsalvez dengan wakilnya Gaspocorria Silva Nones.

Pada 31 Desember 31 Mei 1976 saat sidang DPR tentang masalah Timor Timur dikeluarkan petisi
yang mendesak pemerintah RI untuk secepatnya menerima dan mengesahkan integrasi Timor Timur
ke dalam negara kesatuan RI tanpa referendum. Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI diajukan
secara resmi pada 29 Juni 1976. Dan seterusnya, pemerintah mengajukan RUU integrasi Timor Timur
ke wilayah RI kepada DPR RI.

DPR melalui sidang plenonya menyetujui RUU tersebut menjadi UU Nomor. 7 Tahun 1976 pada 17
Juli 1976 dan ketentuan ini semakin kuat setelah MPR menetapkan TAP MPR No. VI / MPR/ 1978.
Walhasil, Timor Timur menjadi Propinsi Indonesia yang ke-27. Dan propinsi yang baru lahir tersebut
memiliki 13 kabupaten yang terdiri dari beberapa kecamatan. Ketigabelas kabupaten itu adalah Dili,
Baucau, Monatuto, Lautem, Viqueque, Ainaro, Manufani, Kovalima, Ambeno, Bobonaru, Liquisa,
Ermera dan Aileu. Arnaldo dos Reis Araujo dan Franxisco Xavier Lopez da Cruz diangkat oleh
Presiden Soeharto menjadi gubernur dan wakil gubernur yang selanjutnya dilantik oleh Amir
Machmud sebagai Menteri Dalam Negeri pada 3 Agustus 1976.

Persoalan Belum Selesai

Bergabungnya Timor Timur ke wilayah Indonesia bukan berarti persoalan Timor Timur selesai begitu
saja. Sementara, bagi pemerintah RI Timor Timur telah sah bergabung wilayah Indonesia dan
menganggap ancaman disintegrasi kecil kemungkinan untuk terjadi. Kelompok-kelompok penekan
yang menentang integrasi memang tak dapat tumbuh dan berkembang di masa itu, tetapi mereka
terus bergerilya menyusun rencana dan mencari moment yang tepat untuk bergerak meneruskan
perjuangan mereka untuk lepas dari wilayah Republik Indonesia.

Memang tokoh-tokoh sentral yang mengingkari pengintegrasian tersebut seperti Alexander Kay Rala
alias Xanana Gusmao telah ditahan oleh pihak-pihak yang berwenang di lingkungan pengamanan
pada Era Orde Baru. Dan itu tak lepas dari peran Presiden Soeharto yang jeli melihat aksi-aksi kritis
yang mencoba memecah belah persatuan.

Di dunia internasional, Portugal yang memasuki wilayah Timor Timur pertama kali mempersoalkan
propinsi yang berlambang dasar perisai berbentuk persegi lima tersebut. Indonesia menganggap ini
bukan sesuatu yang membahayakan dan menganggap hal ini biasa-biasa saja karena memandang
masalah Timor Timur sudah selesai dan Timor Timur telah mereka anggap sebagai anak kandung
yang paling bungsu. Selalu dimanja dan dipuja-puja. Pemerintah telah memberikan bantuan dana
bagi daerah ini sebesar 92 persen untuk tahun 1998.

Meskipun demikian, Dewan Keamanan PBB, terus mengobok-obok bergabungnya Timor Timur ke
wilayah Indonesia dan mereka belum mengakui integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI. Seperti
yang ditulis Nico Thamien R (2003: 46) dalam bukunya yang berjudul. “Sejarah untuk Kelas Tiga
SMU”,

“Posisi Indonesia semakin sulit ketika terjadi peristiwa Santa Cruz pada bulan November 1991 yang
menimbulkan korban jiwa. Peristiwa ini memperkeras kritik dunia internasional dan lembaga-
lembaga non pemerintah terhadap pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Namun, bukan berarti
pemerintahan Indoenesia lepas tangan begitu saja. Sejak tahun 1980 sebenarnya mereka telah
mencium bau yang tak sedap ini dan sering melakukan pembicaraan rutin dengan Portugal, tetapi
pembicaraan itu tak mencapai titik temu.”

Hingga pemerintahan Soeharto mengundurkan diri dari tampuk kekuasaan. Angin disentegrasi yang
semula sepoi-sepoi berhembus, sekarang hembusannya semakin kencang. Apalagi bos CNRRT
(Conselho Nacional de Resistencia Timorese) yang merupakan tempat oposisi Fretelin bergabung
setelah disudutkan, Xanana Goemao telah dilepaskan. Rencana apik yang telah dia susun di dalam
kerangkeng semakin mudah dia lakukan bersama konco-konconya.

B. J Habibie yang menggantikan mantan presiden Soeharto mau tidak mau turut tertimpa masalah
dan beragam krisis termasuk krisis disentegari di Timor Timur yang merupakan warisan orang yang
mengajarkan sekaligus mendiktenya untuk berpolitik itu. Habibie yang terkesan tidak tegas, plin-plan
dalam mengambil keputusan merupakan faktor keberuntungan yang dimiliki oleh Xanana Goesmao
untuk mengacaubalaukan rasa nasionalime rakyat Timor Timur.

Xanana Goesmao yang didukung oleh negara luar seperti Australia dan Portugal semakin menggebu-
gebu untuk menyuarakan kemerdekaan. Akan tetapi, Presiden B.J Habibie berupaya keras untuk
menampal luka lama Partai Fretelin itu. Sayangnya, manusia brilliant asal Indonesia itu tidak mampu
menutup luka secara utuh, hanya ditutup sebagian saja, sebagian lagi dibiar terbuka.

Dua opsi (pilihan alternatif) yang dia tawarkan untuk memecahkan masalah Timor Timur yaitu
pemberian otonomi khusus di dalam negara kesatuan RI atau memisahkan diri dari Indonesia.
Portugal dan PBB menyambut baik tawaran ini. Selanjutnya, perundingan Tripartit di New York pada
5 Mei 1999 antara Indonesia, Portugal dan PBB menghasilkan kesepakatan tentang pelaksanaan
jajak pendapat mengenai status masa depan Timor Timur atau United Nations Mission in East Timor
(UNAMET).
Jajak pendapat diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 yang diikuti oleh 451.792 orang
pemilih yang dianggap penduduk Timor Timur berdasarkan kriteria yang ditetapkan UNAMET, baik
yang berada di wilayah Indonesia maupun luar negeri. Hasil jajak pendapat diumumkan pada 4
September 1999 di Dili dan di PBB. Sejumlah 78,5 persen penduduk menolak dan 21,5 persen
menerima otonomi khusus yang ditawarkan. Dengan mempertimbangkan hal ini maka MPR RI dalam
Sidang Umum MPR pada 1999 mencabut TAP MPR No. VI/1978 dan mengembalikan Timor Timur
seperti pada 1975.

Memperkuat NKRI

Di mulai dari kisah visi-misi Amerika Serikat untuk memberangus komunis hingga drama
bergabungnya Timor Timur, penulis mencoba memetik hikmah dari lepasnya Timor Timur. Dan ada
dua item penting yang dapat kita petik yaitu penyelesaian masalah Timor Timur memberikan citra
positif Indonesia di forum internasional, terlepas dari citra negatif yang datangnya dari kelompok-
kelompok penekan untuk menjatuhkan mantan Presiden Habibie dan Indonesia secara ekonomis
diuntungkan, sebagaimana kata Andi Yusran (1999: 127) dalam buku karangannya,.”Reformasi
Ekonomi Politik”. Dengan lepasnya Timor Timur setidaknnya membawa keuntungan atau
kepentingan strategis bagi Indonesia.

Pertama, secara politik, penyelesaian sesegera mungkin secara bijaksana dan bertanggung jawab
atas masalah Timor Timur akan memberikan citra positif bagi Indonesia di forum
internasional. Kedua, secara ekonomis Timor Timur bukanlah daerah ‘basah’ penghasil devisa
negara, sebaliknya Timor Timur justru telah menjadi beban ekonomi bagi pemerintahan Indonesia,
PAD sebesar 8 persen dari APBD setidaknya mengindikasikan posisi geo-ekonomi, Timor Timur
tersebut minimal membawa konsekuensi ekonomis atas masalah Timor Timur sendiri.

Satu hal perlu menjadi catatan bagi masyarakat Indonesia untuk mempertangguh keintegrasian
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebagian besar suatu anggota masyarakat tersebut
sepakat mengenai batas-batas teritorial dari negara sebagai suatu kehidupan politik dalam mana
mereka menjadi warganya dan apabila sebagian besar anggota masyarakat tersebut bersepakat
mengenai sturuktur pemerintahan dan aturan-aturan daripada proses-proses politik yang berlaku
bagi seluruh masyarakat di atas wilayah negara tersebut. Hal ini seperti yang dikutip Nasikun (1983)
dari Liddle.

Menurut Soleman B. Taneko, SH dalam bukunya yang berjudul, “Konsepsi Sistem Sosial dan Sistem
Sosial”, untuk mendukung hal yang penulis maksud di atas diperlukan lima cara antara lain. Pertama,
penciptaan musuh dari luar. Kedua, gaya politik para pemimpin. Ketiga, ciri dari lembaga-lembaga
politik seperti birokrasi tentara, parpol dan badan legislatif. Keempat, ideologi nasional dan terakhir
kesempatan perluasan ekonomi. Di saat usia Indonesia yang ke-62, semoga bangsa ini tetap utuh
dan selalu jaya.
Hasil Jajak Pendapat menunjukkan bahwa sekitar 78,5% atau sekitar 344.580 orang

Timor Timur memilih merdeka dan menolak status khusus dengan otonomi luas yang

ditawarkan Pemerintah dan 21,5 % atau sekitar 94.388 orang menerima tawaran tersebut.

Dengan hasil tersebut maka Pemerintah Republik Indonesia melalui MPR hasil Pemilu tahun

1999 kemudian menindaklanjuti dengan mengambil langkah-langkah konstitusional untuk

melepaskan Timor Timur dari NKRI dan mengembalikan status wilayah itu seperti sebelum

berintegrasi . Hasil tersebut pada satu sisi sangat menggembirakan kelompok pendukung

anti-integrasi, sedangkan pada sisi lain mengecewakan kelompok pro-integrasi dan para

prajurit TNI/POLRI yang telah berjuang mempertahankan integrasi Timor Timur[21].

Bersamaan dengan pengumuman hasil Jajak Pendapat, keadaan di Dili ( Ibu kota

Timor Timur) semakin kacau. Pihak yang kalah dan kecewa dengan hasil jajak pendapat

melakukan tindak kekerasan, teror, dan intimidasi terhadap para pendukung anti-

integrasi. Pertikaian dan konflik antara kedua pihak semakin meningkat setelah masing-

masing pihak menyatakan siap untuk perang. Pada tanggal 4 September terjadi pertikaian

antara kedua kelompok di Pelabuhan Dili. Kelompok anti-integrasi yang terdesak

bersembunyi dirumah Uskup Belo sehingga menyebabkan massa dari kelompok pro-

integrasi marah dan membakar salah satu bangunan di Keuskupan. Peristiwa kekerasan

juga terjadi pada tanggal 5 September 1999 di Keuskupan Diosis Dili dan mengakibatkan

banyak orang meninggal. Pertikaian juga terjadi di kantor CNRT  di Mascaronhos, Dili

Barat.  Dalam peristiwa tersebut terjadi pembakaran terhadap kantor CNRT oleh massa

kelompok pro-integrasi. Peristiwa- peristiwa tersebut menyebabkan keadaan di Timor

Timur semakin tidak aman sehingga mengakibatkan banyak orang mengungsi ke wilayah

lain yang lebih aman. Banyak dari mereka yang mencari perlindungan ke Mapolda Timor

Timur dan daerah Timor Barat (NTT) yang berbatasan langsung dengan Timor Timur.

Keadaan di Timor Timur yang kacau menyebabkan Pemerintah Republik Indonesia,

khususnya TNI/POLRI mendapat protes dan tekanan dari masyarakat internasional.


TNI/POLRI dianggap telah gagal menjalankan amanat sesuai Persetujuan New York. Banyak

negara, seperti AS, Australia, Inggris, Jepang, Perancis, Portugal, Selandia baru, dan

Singapura mendesak Pemerintah Republik Indonesia supaya dapat menciptakan keadaan

yang lebih aman dan tertib di Timor Timur [22]. Tekanan juga dilakukan oleh organisasi

internasional seperti Bank Dunia dan IMF. Kedua organisasi ini mengancam akan

menghentikan bantuan apabila Pemerintah Republik Indonesia gagal memperbaiki keadaan

di Timor Timur. Selain itu DK PBB juga mengeluarkan sebuah peringatan keras atau

ultimatum kepada Pemerintah Republik Indonesia. PBB memberikan peringatan apabila

dalam waktu 48 jam aparat keamanan (TNI/POLRI) tidak berhasil mengembalikan

keamanan dan ketertiban Timor Timur maka Pemerintah Republik Indonesia harus siap

untuk menerima bantuan internasional[23].

Banyaknya tekanan dari masyarakat internasional menyebabkan Pemerintah

Republik Indonesia mengambil keputusan untuk melakukan tindakan darurat di Timor

Timur. Berdasar Undang Undang No.23 tahun 1959 tentang Keadaan Darurat maka mulai

tanggal 7 September 1999 Pemerintah Republik Indonesia memberlakukan Darurat Militer

di Timor Timur. Pemberlakuan keadaan Darurat Militer (PDM) memberi landasan hukum

dan wewenang bagi TNI/POLRI untuk bertindak lebih tegas dalam menindak kerusuhan,

kebrutalan, dan pelanggaran hukum di wilayah itu supaya ketertiban dapat pulih[24].

Keputusan ini didasarkan pada Keppres No.107/Tahun 1999 dan Lembaran Negara No.152

serta mendapat persetujuan dari Portugal dan Sekjen PBB. Oleh karena hasil yang dicapai

dari PDM tidak sesuai dengan harapan maka pada tanggal 24 September kebijakan ini

diakhiri. Kegagalan kebijakan PDM ini menyebabkan Pemerintah Republik Indonesia

kemudian bersedia menerima pasukan multinasional penjaga perdamaian internasional

dari negara lain untuk memulihkan perdamaian dan keamanan di Timor Timur.

Setelah terjadi perubahan kebijakan Pemerintah Republik Indonesia, maka Dewan

Keamanan PBB kemudian mengeluarkan Resolusi No.1264 tahun 1999 yang disetujui secara

aklamasi oleh 15 anggota DK PBB[25]. Berdasar Bab VII Piagam PBB, maka DK PBB memberi
wewenang pembentukan pasukan multinasional (Multinational Force/MNF) yaitu INTERFET

(International Force East Timor). Badan ini bertugas untuk memulihkan perdamaian dan

keamanan di Timor Timur, melindungi dan mendukung UNAMET dalam melakukan

tugasnya, dan memfasilitasi operasi bantuan keamanan PBB serta harus bersikap

netral[26]. Badan ini secara resmi bertugas untuk mengambil alih tanggung jawab

keamanan di Timor Timur dari TNI/POLRI. Pada tanggal 20 September 1999 pasukan

INTERFET yang dipimpin oleh Mayor Jendral Peter Cosgrove tiba di Timor Timur untuk

melakukan Operasi Pemulihan (Operation Stabilise). Seperti halnya dengan UNAMET,

INTERFET juga sering bersikap tidak netral dan berpihak pada kelompok anti-integrasi.

Setelah keadaan di Timor Timur semakin baik dan ketegangan antara kedua pihak yang

bertikai berkurang maka pasukan INTERFET ditarik mundur secara perlahan-lahan dan

digantikan oleh UNTAET.

berikan komentar anda mengenai blog yang di atas

Salam Perencana….!!!! Perencana Dan Perannya Dalam Pembangunan

PDF | Print |

Written by Administrator Wednesday, 30 March 2016 16:31

Berdasarkan Peraturan Walikota Probolinggo Nomor 32  Tahun 2012 Tentang Tugas Pokok
dan Fungsi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Probolinggo, maka tugas
BAPPEDA adalah melaksanakan penyusunan  dan  pelaksanaan  kebijakan  daerah  di 
bidang  perencanaan pembangunan daerah. Dan sebagai SKPD perencanaan, tentunya
keberadaan tenaga  fungsional perencana sangat diperlukan.

Jabatan Fungsional merupakan salah satu jalur karier yang dapat ditempuh oleh Pegawai
Negeri Sipil selain Jabatan Struktural. Jabatan Fungsional adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seseorang Pegawai Negeri Sipil
dalam suatu satuan organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada keahlian
dan/atau ketrampilan tertentu serta bersifat mandiri. Baik Jabatan Fungsional Perencana (JFP)
maupun Jabatan Struktural merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari manajemen kerja di
Instansi/lembaga Pemerintahan. Masing-masing memiliki tugas, tanggungjawab, dan
wewenang sendiri untuk melaksanakan kegiatan perencanaan dalam rangka pencapaian visi
misi organisasi.
Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 1999 jo Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri sipil dan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, mengatur bahwa Jabatan Fungsional
adalah: “Kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seseorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri”. Sedangkan Jabatan Struktural
adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS
dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 100
Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2000.

Eksistensi Jabatan fungsional perencana di antaranya seperti diatur dalam Keputusan Menpan
Nomor : 16/Kep/M.PAN/3/2001, tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka
Kreditnya beserta peraturan pelaksana lainnya. Keputusan MenPAN tersebut dilandasi oleh
dua pertimbangan utama, yakni pertama, untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
sumber daya manusia pada aparatur negara yang bertugas melakukan kegiatan perencanaan
pembangunan, diperlukan adanya pegawai negeri sipil (PNS) yang ditugaskan secara penuh
sebagai Perencana; kedua, untuk menjamin pembinaan karier, kepangkatan/jabatan dan
profesi di bidang perencanaan pembangunan, dipandang perlu ditetapkan Jabatan Fungsional
Perencana dan Angka Kreditnya.

Peran Fungsional Perencana disini bisa dikatakan sebagai Think Tank, Pelaksana
Perencanaan Teknokratis, Analisis Kebijakan, Menyusun Rekomendasi dan Rencana, serta
melakukan Pemantauan, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
perencanaan pembangunan yang akan menghasilkan rencana kebijakan lingkup makro, sektor
dan daerah serta berdampak nasional dan daerah untuk menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi
pemerintah, maupun antara pusat dan daerah Fungsional Perencana melaksanakan tugas
Idealnya perencanaan mulai dari identifikasi permasalahan, perumusan alternatif kebijakan
perencanaan, pengkajian alternatif, penentuan alternatif dan rencana pelaksanaan,
pengendalian dan penilaian hasil pelaksanaan sebagaimana diatur dalam pasal pasal 4
Keputusan Menpan No. 16/Kep/M.PAN/3/2001. Dalam bahasa lapangan/tehnisnya pejabat
fungsional perencana mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan bahan formulasi
kebijakan, menyusun dan menyiapkan bahan pelaksanaan perencanaan, memberikan
masukan-masukan dan analisis kebijakan, menyusun rekomendasi dan rencana, mengarahkan
pelaksanaan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan. Sebagai bahan masukan yang dapat
digunakan oleh pimpinan unit kerja beserta jajarannya untuk mengambil
langkah-langkah/kebijakan lebih lanjut. Pentingnya tenaga perencana untuk pembangunan di
daerah bagaikan seorang dokter yang ada di rumah sakit atau seorang dosen pada universitas
sehingga peranan seorang perencana sangat dibutuhkan dan sangat penting bagi program
pembangunan kedepan.

Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Probolinggo mengangkat 5 (lima) orang Fungsional
Umum (staf) menjadi Fungsional Perencana (JFP). Sebelumnya pada tahun 2002, Pemerintah
Kota Probolinggo telah memiliki Fungsional Perencana sebanyak 3 (tiga) orang. Namun,
pada tahun 2007, salah satu dari ketiga fungsional perencana tersebut dipromosikan untuk
menduduki jabatan structural, dan pada tahun 2010 dua perencana yang lain juga
dipromosikan menduduki jabatan structural.

Kota Probolinggo merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur yang mempunyai
banyak potensi namun juga mempunyai banyak permasalahan. Pembangunan dalam rangka
pengembangan Kota Probolinggo seringkali menimbulkan permasalahan. Diharapkan dengan
semakin pesatnya pembangunan yang ada di Kota Probolinggo, tidak menambah munculnya
permasalahan-permasalahan baru. Disinilah peran seorang perencana sangat dibutuhkan.

Menurut Harvey (1996), Peran perencanaharus mampu menciptakan kondisi untuk


“pertumbuhan yang seimbang” dengan bersikap REPRESI yaitu sebagai power kebijakan,
KOOPTASI yaitu mampu membeli secara politik atau ekonomi dan INTEGRASI yaitu
mampu untuk mencoba menyelaraskan.  

Philosofi seorang planner adalah seorang problem solver yaitu seorang yang mampu
memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang memfokuskan pada sistem
perencanaan dan proses-proses pengambilan keputusan yang tepat dengan tujuan untuk
melayani kepentingan publik di kota-kota, pinggiran kota, dan pedesaan.

Peran seorang planner dalam menyelesaikan permasalahan tentu sangat berat tetapi dengan
analisa dan memilih alternatif solusi yang matang maka kebijakan yang akan diambil pun
nantinya akan menyelesaikan permasalahan yang ada. Peran perencana sebaiknya tidak hanya
sebagai aktor dalam perencanaan pembangunan kota yang tidak turun langsung kepada
masyarakat. Akan tetapi, pada saat ini seorang perencana haruslah terjun ke masyarakat
melihat permasalahan masyarakat secara langsung dari berbagai aspek kehidupan seperti
sosial, ekonomi dan lingkungan yang menjadi permasalahan wilayah dan kota sehingga
permasalahan yang dapat terselesaikan dengan efektif dan efisien sesuai tujuan dan sasaran
perencanaan.

Sebagai penutup, selain sebagai seorang fungsional yang harus berfungsi sesuai fungsinya,
seorang Fungsional Perencana juga merupakan mitra bagi pejabat structural. Maka dari itu,
untuk mendukung pelaksanaan tugasnya tersebut diperlukan kerjasama dan koordinasi
dengan pihak lain sehingga diperoleh hasil yang optimal, menciptakaan perencanaan
pembangunan yang efektif dan efisien. Vini Nuryaningsih, SE

Daftar Pustaka:
Harvey, D., (1996). On Planning The Ideologi of Planning. In S. Campbell & S.S. Fainstein
(eds.) Malden, Massachusetts USA: Blackwell 169-175
http://bengkulutoday.com/jabatan-fungsional-perencana-yang-mulai-dilirik/

https://zejimandala.wordpress.com/2013/06/22/peran-seorang-perencana-planner-dalam-
memimpin-perencanaan-pembangunan-kota/

Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri sipil, PP No. 16
Tahun 1994.
_______, Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional
Perencana dan Angka Kreditnya. Kep MenPAN Nomor : 16/Kep/M.PAN/3/2001.

JABATAN FUNGSIONAL
Rabu, 04 Desember 2013

Keuntungan Mengikuti Jabatan Fungsional

Berikut beberapa keuntungan bila kita mengkuti Jabatan Fungsional:

 aspek kesejahteraan, pemilik jabatan fungsional akan mendapat tunjangan fungsional


yang besarnya bervariasi sesuai dengan jenis jabatan fungsional. Semakin tinggi jabatan
fungsional tentu saja tunjangannya semakin tinggi. Berikut tabel mengenai besarnya
tunjangan untuk Jabatan Fungsional Penyuluh pertanian.

 peluang memperoleh kepangkatan lebih tinggi.


 peluang memperoleh kenaikan pangkat/golongan lebih cepat. (2-3 tahun)
 motivasi lebih untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan Jabatan
Fungsional yang diikuti.
 peluang untuk mengembangkan gagasan/ide kreatif lebih luas.
 tidak mengenal ujian dinas.

Diposkan oleh Bang E.J Gie di 00.20 Tidak ada komentar:

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Pengangkatan dalam Jabatan Struktural

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam jabatan struktural antara lain dimaksudkan untuk membina
karier PNS dalam jabatan struktural dan kepangkatan sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan dalam
peraturan perundangan yang berlaku.

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalisme
sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta syarat
obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras atau golongan.

Jabatan struktural hanya dapat diduduki oleh mereka yang berstatus sebagai PNS. Calon Pegawai Negeri Sipil
tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural. Anggota Tentara Nasional Indonesia dan Anggota Kepolisian
Negara hanya dapat diangkat dalam jabatan struktural apabila telah beralih status menjadi PNS, kecuali
ditentukan lain dalam peraturan perundangan.

Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural sesuai PP Nomor 13 Tahun 2002

JENJANG PANGKAT, GOLONGAN RUANG

TERENDAH TERTINGGI
NO ESELON
GOL/ GOL/
PANGKAT PANGKAT
RU RU

1 Ia Pembina Utama Madya IV/d Pembina Utama IV/e

2 Ib Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama IV/e

3 II a Pembina Utama Muda IV/c Pembina Utama Madya IV/d

4 II b Pembina Tingkat I IV/b Pembina Utama Muda IV/c

5 III a Pembina IV/a Pembina Tingkat I IV/b

6 III b Penata Tingkat I III/d Pembina IV/a

7 IV a Penata III/c Penata Tingkat I III/d

8 IV b Penata Muda Tingkat I III/b Penata III/c

9 Va Penata Muda III/a Penata Muda Tingkat I III/b

Penetapan organisasi Eselon Va dilakukan secara selektif,

1.  Pengangkatan
Persyaratan PNS yang akan diangkat dalam jabatan struktural, antara lain :

Berstatus Pegawai Negeri Sipil, Serendah-rendahnya memiliki pangkat satu tingkat dibawah jenjang pangkat
yang ditentukan, Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan, Semua unsur penilaian prestasi
kerja bernilai baik dalam dua tahun terakhir, Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan, Sehat jasmani dan
rohani

Selain persyaratan tersebut, Pejabat Pembina Kepegawaian perlu memperhatikan faktor : Senioritas dalam
kepangkatan, Usia, Pendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) Jabatan, Pengalaman.

Pelaksanaan Pengangkatan

Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I dilingkungan instansi pusat ditetapkan dengan keputusan
Presiden setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Komisi Kepegawaian Negara. Sedangkan pengangkatan
dalam jabatan struktural eselon II kebawah pada Instansi pusat ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat
setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat Instansi Pusat.

Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I dipropinsi (Sekda) ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian
Daerah Propinsi setelah mendapat persetujuan  Pimpinan DPRD Propinsi, setelah sebelumnya dikonsultasikan
secara tertulis kepada Menteri Dalam Negeri, sedangkan  pengangkatan dalam jabatan Struktural eselon II
kebawah ditetapkan oleh Pejabat Pembina  Kepegawaian Daerah Propinsi setelah mendapat pertimbangan dari
Baperjakat Instansi Daerah Propinsi.

Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ke bawah di Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat Instansi Daerah
Kabupaten/Kota.  Khusus untuk pengangkatan  Sekretaris Daerah Kabupaten/Kota ditetapkan oleh Pejabat
Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/Kota setelah mmendapat persetujuan dari pimpinan DPRD
Kabupaten/Kota, setelah terlebih dahulu dikonsultasikan secara tertulis kepada Gubernur

Dalam setiap keputusan tentang pengangkatan dalam jabatan structural, harus dicantumkan nomor dan tanggal
pertimbangan Baperjakat, eselon dan besarnya tunjangan jabatan struktural.

Pelantikan
PNS yang diangkat dalam jabatan struktural, termasuk PNS yang menduduki jabatan struktural yang ditingkatkan
eselonnya, selambatnya 30 hari sejak penetapan pengangkatannya wajib dilantik dan diambil sumpahnya oleh
pejabat yang berwenang. Demikian juga  yang mengalami perubahan nama jabatan atau perubahan fungsi dan
tugas jabatan maka PNS yang bersangkutan dilantik dan diambil sumpahnya kembali.
Pendidikan dan Pelatihan

PNS yang akan atau telah menduduki jabatan structural harus mengikuti dan lulus Diklat Kepemimpinan
(Diklatpim) sesuai dengan kompentensi yang dite-tapkan untuk jabatan tersebut. Artinya, PNS dapat diangkat
dalam jabatan struktural meskipun yang bersangkutan belum mengikuti dan lulus Diklatpim. Namun demikian
untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan dan me-nambah wawasan, maka kepada PNS yang
bersangkutan tetap diharuskan untuk mengikuti dan lulus Diklatpim yang dipersyaratkan untuk jabatannya.

2. Pemberhentian
Pegawai Negeri Sipil diberhentikan dari jabatan struktural karena :

1. Mengundurkan diri dari jabatannya


2. Mencapai batas usia pensiun
3. Diberhentikan sebagai PNS
4. Diangkat dalam jabatan struktural lainnya atau jabatan fungsional
5. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena persalinan
6. Tugas belajar lebih dari enam bulan
7. Adanya perampingan organisasi pemerintah
8. Tidak memenuhi persyaratan kesehatan jasmani dan rohani
9. Hal lain yang ditetapkan perundangan yang berlaku

Pemberhentian PNS dari jabatan struktural ditetapkan dengan keputusan pe-jabat yang berwenang setelah
melalui pertimbangan Komisi Kepegawaian Negara/ Baperjakat disertai alasan yang jelas atas
pemberhentiannya.
PNS yang meninggal dunia dianggap telah diberhentikan dari jabatan strukturalnya

3. Perangkapan Jabatan
Untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat structural serta menyadari akan keterbatasan
kemampuan manusia, PNS yang menduduki jabatan struktural tidak dapat menduduki jabatan rangkap, baik
dengan jabatan structural lain maupun jabatan fungsional.

Rangkap jabatan hanya diperbolehkan apabila ketentuan perangkapan jabatan tersebut diatur dengan Undang-
undang  atau Peraturan Pemerintah.

Diposkan oleh Bang E.J Gie di 00.13 1 komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Selasa, 03 Desember 2013

Kenaikan Tunjangan Jabatan Fungsional 2013

Konsep PNS yang ideal adalah menciptakan kerja birokrasi berbasis kompetensi atau kinerja. PNS
harus memiliki pengetahuan, keahlian, keterampilan, dan sikap perilaku yang diperlukan dalam
melaksanakan tugas jabatannya.

Pengembangan SDM aparatur berbasis kompetensi merupakan suatu keharusan agar organisasi
birokrasi dapat mewujudkan kinerja yang lebih baik dan memberikan pelayanan publik yang terbaik.
Kebijakan yang krusial untuk mendukung PNS berbasis kinerja salah satunya dengan penguatan
jabatan fungsional.

Dalam RUU ASN jabatan Struktural khususnya eselon III dan IV akan dihapus dan digantikan dengan
jabatan fungsional. Jabatan struktural hanya sampai pada jabatan eselon II, sebagai policy maker
(pembuat keputusan). Kondisi saat ini jabatan struktural lebih dipilih para PNS daripada jabatan
fungsional, salah satu alasannya karena tunjangannya yang lebih besar.

Sejalan dengan penguatan jabatan fungsional pemerintah mulai menerapkan kebijakan untuk
menaikkan tunjangan jabatan fungsional. Hal ini dimulai dengan mengeluarkan Perpres No 100
Tahun 2012 tentang tunjangan fungsional Peneliti dengan menaikkan tunjangan rata-rata sebesar
hampir 200%, bahkan untuk Peneliti Utama tunjangannya mencapai Rp 5.200.000 dari semula Rp
1.400.000 (lihat Tabel).

Jenjang Jabatan  Perpres 100/2012  Perpres 30/2007 Kenaikan

Utama 5.200.000 1.400.000 271%

Madya 3.000.000 1.200.000 150%

Muda 1.750.000 750.000 133%


Pertama 1.100.000 325.000 238%

Tanggal 1 Maret 2013 Presiden SBY juga sudah menandatangani beberapa Perpres tentang
Tunjangan Jabatan Fungsional yang isinya menaikkan tunjangan jabatan fungsional Penyuluh
Pertanian, Pengendali Organisme, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, Medik
Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Mutu Pakan, Analis Kepegawaian, Polisi Kehutanan dan
Penyuluh Kehutanan. 

Pada bulan November 2013 ini Presiden SBY menerbitkan peraturan yang berkaitan dengan
kenaikan pemberian tunjangan jabatan fungsional. Jabatan fungsional yang berhak atas tunjangan
tersebut yakni Jabatan Fungsional Pustakawan, fungsional Pamong Belajar dan fungsional
Penilik. Tunjangan fungsional tersebut diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan
ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional Pustakawan, Pamong Belajar dan Penilik.

Fungsional Pustakawan

Tunjangan jabatan fungsional Pustakawan diatur dalam Perpres Nomor 71 Tahun 2013. Besaran
yang diterima paling rendah Pustakawan Pelaksana Rp 350.000, tertinggi pada jenjang jabatan
Pustakawan Utama Rp 1.300.000.

Dengan pemberlakuan ini Perpres No 47 Tahun 2007 tentang tunjangan jabatan fungsional
Pustakawan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. 

Diposkan oleh Bang E.J Gie di 23.53 Tidak ada komentar:


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Kenaikan Pangkat PNS

Pangkat adalah kedudukan yang M menunjukkan tingkatan seseorang Pegawai Negeri Sipil berdasarkan
jabatannya dalam rangkaian susunan kepegawaian dan digunakan sebagai dasar penggajian. Kenaikan pangkat
adalah penghargaan yang diberikan atas prestasi kerja dan pengabdian Pegawai Negeri Sipil terhadap Negara,
serta sebagai dorongan kepada Pegawai Negeri Sipil untuk lebih meningkatkan prestasi kerja dan
pengabdiannya. Agar kenaikan pangkat dapat dirasakan sebagai penghargaan, maka kenaikan pangkat harus
diberikan tepat pada waktunya dan tepat kepada orangnya. Susunan Pangkat dan Golongan Ruang Pegawai
Negeri Sipil Susunan pangkat serta golongan ruang Pegawai Negeri Sipil sebagai berikut:

No,Pangkat,Golongan Ruang :

1. Juru Muda, Ia

2. Juru Muda Tingkat 1, Ib

3. Juru, Ic

4. Juru Tingkat 1, Id
5. Pengatur Muda, IIa

6. Pengatur Muda Tingkat 1, IIb

7. Pengatur, IIc

8. Pengatur Tingkat 1, IId

9. Penata Muda, IIIa

10. Penata Muda Tingkat 1, IIIb

11. Penata, IIIc

12. Penata Tingkat 1, IIId

13. Pembina, IVa

14. Pembina Tingkat 1, IVb

15. Pembina Utama Muda, IVc

16. Pembina Utama Madya, IVd

17. Pembina Utama, IVe

Setiap pegawai baru yang dilantik atau diputuskan sebagai Pegawai Negeri Sipil / PNS baik di pemerintah pusat
maupun daerah akan diberikan Nomor Induk Pegawai atau NIP yang berjumlah 18 dijit angka, golongan dan
pangkat sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai mana berikut di bawah ini :

 Pegawai baru lulusan SD atau sederajat = I/a

 Pegawai baru lulusan SMP atau sederajat = I/c

 Pegawai baru lulusan SMA atau sederajat = II/a

 Pegawai baru lulusan D1/D2 atau sederajat = II/b

 Pegawai baru lulusan D3 atau sederajat = II/c

» Home » Pensiun PNS » Berapa Tahunkah Batas Usia Pensiun PNS...?


Berapa Tahunkah Batas Usia Pensiun PNS...?

Info Penerimaan PNS - Jakarta. Salah satu hak yang diterima PNS adalah memperoleh dana pensiun.
Berapakah batas usia pensiun seorang PNS...? Batas Usia Pensiun (BUP) bagi pegawai negeri sipil
yang tidak memangku jabatan adalah 56 (lima puluh enam) tahun. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang
telah mencapai batas usia pensiun, diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai negeri sipil.

UU No.11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai, Pasal 10 “Usia
pegawai negeri untuk penetapan hak atas pensiun ditentukan atas dasar tanggal kelahiran yang
disebut pada pengangkatan pertama sebagai pegawai negeri menurut bukti-bukti yang sah. Apabila
mengenai tanggal kelahiran itu tidak terdapat bukti-bukti yang sah, maka tanggal kelahiran atas
umur pegawai ditetapkan berdasarkan keterangan dari pegawai yang bersangkutan pada
pengangkatan pertama.

Pegawai negeri sipil berhak mendapatkan pensiun, apabila telah mencapai usia sekurang-kurangnya
50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja pensiun sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.

Mulai berlakunya pensiun PNS:


- Pensiun mulai berlaku pada bulan berikutnya pegawai yang   bersangkutan diberhentikan dengan
hormat sebagi PNS.

Berakhirnya Pensiun:
- Pensiun pegawai berakhir pada akhir bulan penerima pensiun pegawai meninggal dunia

Inilah Daftar Batas Usia Pensiun Pegawai Negeri Sipil:

No   NAMA  JABATAN BATAS  KETERANGAN


. USIAPENSIUN

1. DOSEN 65  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 Desember 2005

2. GURU BESAR 70  Tahun Berlaku sejak tanggal 10 Agustus 2012

3. GURU BESAR EMERITUS 75  Tahun Berlaku sejak tanggal  03 April 2008

4 GURU 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 Desember 2005

5 Wakil Menteri 62 Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011

6. Auditor dalam Jenjang Madya dan Jenjang Utama, 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 12 April 2012

7. Arsiparis dalam Jenjang Madya dan Jenjang Utama 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 12 April 2012
8. Pemeriksa dalam Jenjang Madya dan Jenjang Utama 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 02 Mei 2012

9. ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan agama, 62  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 Maret 2006

10 ketua, wakil ketua, dan hakim pengadilan tinggi agama; 65  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 Maret 2006

11 Jaksa 62 Tahun Berlaku sejak tanggal 26 Juli 2004

14 Sandiman jenjang Madya 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 22 April 2009

15 Perencana jenjang Madya dan jenjang Utama 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 28 April 2009

16 Dokter Pendidik Klinis jenjang Pertama dan Jenjang Muda 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 08 Juni 2009

17 Dokter Pendidik Klinis jenjang Madya dan jenjang Utama 65  Tahun Berlaku sejak tanggal 08 Juni 2009

18 Peneliti Madya dan Peneliti Utama yang ditugaskan secara 65  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011
penuh di bidang penelitian

19 Eselon I dalam jabatan Sruktural 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011

20 Eselon II dalam jabatan Sruktural 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011

21 Dokter yang ditugaskan secara penuh pada unit pelayanan 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011
kesehatan negeri

22 Pengawas Sekolah Menengah Atas, Sekolah Menengah Pertama, 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011
Sekolah Dasar, Taman Kanak-Kanak atau jabatan lain yang
sederajat;

23 Eselon I dalam Jabatan Tertentu yang Sangat dibutuhkan 62  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011
Organisasinya

24 Hakim pada Mahkamah Pelayaran 58  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 November 2011

25 Penyelidik Bumi Utama dan Penyelidik Bumi Madya 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 31 Januari 2007

26 Agen Madya, Agen Madya Tingkat I, Agen Madya Tingkat II dan 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 07 Februari 1996
Agen Utama Madya

27 Pemeriksa Bea dan Cukai Muda, Pemeriksa Bea dan Cukai 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 19 Mei 1995
Madya, Pemerikas Bea dan Cukai Utama Pratama, Pemeriksa Bea
dan Cukai Utama Muda

28 Pamong Belajar Pratama, Pamong Belajar Muda, Pamong Belajar 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 12 Juli 1995
Madya, Pamong Belajar Utama Pratama, Pamong Belajar Utama
Muda

29 Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pengadilan Negeri 60 Tahun Berlaku sejak tanggal 08 Maret 1986Tidak berlaku
lagi angka 3 huruf c, ayat (2) pasal 4 PP no. 32
Tahun 1979

30 Ketua, Wakil Ketua dan Hakim Pengadilan Tinggi 63  Tahun Berlaku sejak tanggal 08 Maret 1986Tidak berlaku
lagi angka 2 huruf c, ayat (2) pasal 4 PP no. 32
Tahun 1979

31 Ketua, Wakil Ketua, Ketua Muda, dan Hakim Anggota Mahkamah 65  Tahun Berlaku sejak tanggal 30 Desember 1985Tidak
Agung berlaku lagi angka 1 huruf b, ayat (2) pasal 4 PP no.
32 tahun 1979

32 Kepala Kelurahan 60  Tahun Berlaku sejak tanggal 01 Desember 1979

33

Anda mungkin juga menyukai