Pangkat
Kepangkatan
Jabatan
Pegawai
Kenaikan pangkat
2. Kedudukan yang menunjukkan tingkat seorang PNS dalam rangkaian susunan kepegawaian
dan digunakan sebagai dasar penggajian disebut
a. Pangkat
b. Kepangkatan
c. Jabatan
d. Pegawai
e. Kenaikan pangkat
3. Kenaikan pangkat yang diberikan kepada PNS yang tidak menduduki jabatan struktural atau
jabatan fungsional tertentu termasuk PNS yang melaksanakan tugas belajar dan sebelumnya
tidak menduduki jabatan struktural atau jabatan tertentu disebut
a. Kenaikan Pangkat Pilihan
b. Kenaikan Pangkat Istimewa
c. Kenaikan Pangkat Reguler
d. Kenaikan Pangkat Pengabdian
e. Kenaikan Pangkat Anumerta
4. Perhatikan kelengkapan administrasi berikut!
Fotokopi SK dalam pangkat terakhir
Fotokopi DP-3 dalam 2 (dua) tahun terakhir
Fotokopi STTB/Ijazah bagi yang memperoleh peningkatan pendidikan
Fotokopi surat perintah tugas belajar bagi PNS yang melaksanakan tugas belajar
a.
b.
c.
d.
e.
Berdasarkan hal tersebut, kelengkapan administrasi diatas termasuk syarat yang harus
dilengkapi untuk kenaikan pangkat
Kenaikan Pangkat Pilihan
Kenaikan Pangkat Istimewa
Kenaikan Pangkat Reguler
Kenaikan Pangkat Pengabdian
Kenaikan Pangkat Anumerta
Ruang III/a
d. Ruang V/a
e.
Ruang VI/a
20. Salinan/Fotocopy sah Tanda lulus Ujian Dinas Tingkat I untuk kenaikan pangkat dari
Pengatur Tk.I golongan ruang II/d menjadi Penata Muda
a.
Ruang II/a
b. ruang IV/a.
c.
Ruang III/a
d. Ruang V/a
e.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
2.
a.
Ruang VI/a
c. Meningkatkan ketelitian.
d. Memperbaiki mutu pekerjaan.
e. Mengurangi rasa bosan jika dibandingkan dengan metode menulis.
Beberapa
mesin
memerlukan
biaya
yang
tinggi
untuk
pengadaan
dan
pemeliharaannya.
d. Kesulitan dalam pemeliharaan dan perbaikan mesin-mesin tertentu bila terjadi
kerusakan.
e. Semua benar
8. Yang termasuk mesin kantor adalah
a. Computer
b. Pulpen
c. Karbon
d. Kertas
e. Pensil
9. Mesin ketik ada berapa jenis
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
10. Computer di bagi menjadi 2 yaitu perangkat keras dan
a. Lunak
b. Keras dan lunak
c. Lembek
d. A dan b salah
e. B benar
11. Printer termaasuk kedalam jenis
a. Mesin komunikasi
b. Mesin kantor
c. Alat kantor
d. Sarana
e. Prasarana
12. Cara mengoperasikan mesin fotokopi sebagai berikut:
a. Memasukkan tinta ke developer unit.
b. Daya listrik dipasangkan pada stop kontak. Sebaiknya dipasang stabilizer untuk
menyetabilkan listrik.
c. Menekan tombol on sampai muncul tulisan ready to copy di layar mesin.
d. Menempatkan master pada kaca (mirror), lalu menutup dengan cover di atasnya.
Memilih kertas sesuai ukuran yang dikehendaki.
e. Semua benar\
13. Yang termasuk mesin untuk menggandakan dokumen adalah
a.
b.
c.
d.
e.
Mesin fotocopy
Mesin kantor
Stensil
Telpon
hp
master tersebut
e. Tekan tombol print
15. Yang termasuk mesin komunikasi antara lain
a. Mesin fotocopy
b. Stensil
c. Tellepon
d. Intercom
e. C dan d bnar
16. Yang bukan termasuk perabot kantor adalah
a. Lemari
b. Meja
c. Kursi
d. Foto presiden
e. Semua benar
17. Lemari termasuk kedalam
a. Interior kantor
b. Mesin kantor
c. Peralatan kantor
d. Perabotan kantor
e. Mesin komunikasi
18. Yang termasuk barang non lembaran adalah kecuali
a. Kertas karbon
b. Meja
c. Kursi
d. Pensil
e. Pulpen
19. Buku tamu termasuk ke dalam
a. Habis pakai
b. Tidak habis pakai
c. Lembaran
d. Non lembaran
e. Berbentuk buku
20. Yang termasuk dalam perabot kantor antara lain
a.
b.
c.
d.
Lukisan dinding.
Vas bunga.
Akuarium.
Lampu-lampu hias.
e. meja
Timor Timur
ini
memiliki
tujuan
tersendiri
diantaranya
seperti
Fretilin
(Frente
senjata
melawan
penjajah
Portugal.
Beberapa
tokoh
pemberontakan itu seperti Jose Manuel Duarte, Salem Musalam Sagran dan,
Germano D.A. Silva kini menjadi saksi hidup yang banyak bercerita tentang
bagaimana perlawanan terebut, cita-cita intergrasi penderitaan akibat kegagalan
penentuan
nasib
sendiri dan
kemerdekaan,
menampilkan
gambar
pasukan
Indonesia
mulai
menembak.
Dari
orang-orang
yang
berdemonstrasi di kuburan, 271 tewas, 382 terluka, dan 250 menghilang. Salah
satu yang meninggal adalah seorang warga Selandia Baru, Kamal Bamadhaj,
seorang pelajar ilmu politik dan aktivis HAM berbasis di Australia.
Munculnya tekanan-tekanan dari masyarakat internasional menanggapi
kasus-kasus
yang
terjadi
di
timor
timur
itu
memaksa
Indonesia
untuk
terbanyak dalam hasil jajak pendapat dengan perolehan suara 344.580 suara
atau 78,2%, sedangkan prootonomi meraih sekitar 94.388 suara atau 21%.
Indonesia pun setelah itu tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan harus merelakan
salah satu provinsinya lepas.
Bagian 2
Lepasnya Timor Timur dari NKRI
Bernard Agapa di 02.54 14 komentar
Berakhirnya rezim pemerintahan otoritarian Orde Baru yang ditandai dengan pengunduran
diri mantan Presiden Soeharto pada tanggal 21 Mei 1998 sebagai akibat dari gerakan
reformasi yang dimotori oleh mahasiswa telah membuka cakrawala baru bagi penyelesaian
persoalan Timor Timur. Gerakan reformasi dilakukan sebagai bentuk ungkapan kekecewaan
yang dirasakan oleh rakyat Indonesia dan dilakukan pada saat terjadi krisis multidimensi di
Indonesia. Dengan momentum reformasi itu, persoalan status Timor Timur yang menarik
perhatian PBB dan masyarakat internasional diharapkan memperoleh kejelasan.
Penyelesaian masalah Timor Timur ini dilanjutkan oleh B.J Habibie dengan mengeluarkan
kebijakan berupa pemberian status khusus dengan otonomi luas dalam sebuah rapat
kabinet pada tanggal 9 Juni 1998.
1.
Uskup
Belo
mengungkapkan
pengalamannya
selama
bertugas
untuk
Timur sudah tidak ada tempat untuk melakukan pengaduan karena ABRI yang dianggap
sebagai pelindung telah melakukan hal sebaliknya berupa tindakan ancaman dan
kekerasan[2]. Akan tetapi semua usulan mengenai pemberian otonomi luas di Timor Timur
tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah Republik Indonesia pada saat itu karena
posisi dan sikap pemerintah sangat jelas yang menganggap bahwa integrasi Timor Timur
merupakan hal yang telah final dan tidak bisa ditawar[3].
Pemberian otonomi luas menurut Presiden B.J.Habibie merupakan suatu bentuk
penyelesaian akhir yang adil, menyeluruh, dan dapat diterima secara internasional. Cara
ini menurut Presiden B.J.Habibie merupakan suatu cara penyelesaian yang paling realistis,
paling mungkin terlaksana, dan dianggap paling berprospek damai, sekaligus merupakan
suatu kompromi yang adil antara integrasi penuh dan aspirasi kemerdekaan[4]. Tawaran
dari pemerintah berupa Otonomi luas tersebut memberi kesempatan bagi rakyat Timor
Timur untuk dapat memilih Kepala Daerahnya sendiri, menentukan kebijakan daerah
sendiri, dan dapat mengurus daerahnya sendiri. Keputusan untuk mengeluarkan Opsi
mengenai otonomi luas di Timur Timur diambil oleh Presiden B.J.Habibie karena integrasi
wilayah itu ke Indonesia selama hampir 23 tahun tidak mendapat pengakuan dari PBB.
Pemerintah Portugal maupun PBB menyambut positif tawaran status khusus dengan
otonomi luas bagi Timor Timur yang diajukan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Hal ini
terlihat pada saat Presiden mengutus Menteri Luar Negeri Ali Alatas untuk menyampaikan
usulan Indonesia tentang pemberian status khusus ini kepada Sekjen PBB di New York pada
tanggal 18 Juli 1998. Selain itu juga diperkuat dengan berlangsungnya kembali
Perundingan Senior Official Meeting (SOM) atau Pejabat Senior dibawah tingkat menteri
di New York pada tanggal 4 5 Agustus 1998. Dari hasil dialog tersebut ketiga pihak sepakat
untuk membahas dan menjabarkan lebih lanjut usulan baru dari Pemerintah Republik
Indonesia mengenai otonomi luas sebagai usaha penyelesaian persoalan Timor Timur tanpa
merugikan posisi masing-masing pihak. Pada saat yang sama Sekretaris jendral PBB juga
sedang berusaha untuk meningkatkan konsultasi dengan berbagai tokoh masyarakat Timor
Timur yang berada di dalam negeri maupun luar negeri. Hal itu dilakukan dengan tujuan
untuk menyampaikan perkembangan perundingan yang telah dilakukan kepada mereka
dan sekaligus untuk mendapatkan masukan-masukan dari mereka sebagai bahan
pertimbangan dalam mempersiapkan rancangan naskah persetujuan tentang rancangan
otonomi luas pada pertemuan dialog segitiga ( tripartite talks) tersebut.
Tanggapan positip mengenai rancangan otonomi luas juga diberikan oleh banyak
tokoh dan kalangan moderat Timor Timur. Hal ini antara lain terlihat dalam diskusi yang
diprakarsai oleh East Timor Study Group (ETSG)[5]. Mereka melihat konsep otonomi luas
tersebut di dalam kerangka suatu masa transisi yang cukup lama sebelum suatu
penyelesaian menyeluruh melalui referendum diadakan. Otonomi luas tersebut bisa
dilaksanakan secara konsisten oleh Pemerintah Republik Indonesia, bisa juga tidak
diperlukan apabila masyarakat sudah puas dengan pilihan tersebut.
Sebagaimana otonomi yang telah diterapkan di berbagai negara lain, wewenang
Pemerintah Daerah Timor Timur adalah mengatur berbagai aspek kehidupan kecuali aspek
pertahanan, politik luar negeri, moneter dan fiskal. Wewenang pemberian otonomi luas
terhadap masyarakat Timor Timur ini jika dilihat dan ditinjau terdapat perbedaan dan jauh
lebih luas daripada kebebasan yang diberikan kepada propinsi-propinsi lain di Indonesia
dalam mengatur kehidupan masyarakatnya. Tindakan ini diambil oleh pemerintah
mengingat Timor Timur memiliki kekhususan sejarah dan sosial budaya sehingga diperlukan
pengaturan yang lebih bersifat khusus[6]. Akan tetapi semua perkembangan mengenai
otonomi tersebut mengalami perubahan karena pada saat Pemerintah Republik Indonesia
dan Portugal sedang melanjutkan pembicaraan berkaitan dengan tawaran otonomi luas
bagi Timor Timur, Presiden B.J.Habibie mengajukan Opsi II pada tanggal 27 Januari 1999.
Opsi II menyebutkan bahwa jika rakyat Timor Timur menolak Opsi I tentang pemberian
otonomi luas maka Pemerintah Republik Indonesia akan memberikan kewenangannya
kepada MPR hasil pemilu bulan Juni 1999 untuk memutuskan kemungkinan melepaskan
wilayah tersebut dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) secara terhormat, baikbaik, dan damai, serta secara konstitusional.
Usulan mengenai Opsi II disampaikan oleh Presiden B.J.Habibie pada saat
berlangsung Rapat Koordinasi Khusus Tingkat Menteri Bidang Politik dan Keamanan
(Rakorpolkam) pada tanggal 25 Januari 1999. Rapat tersebut dilakukan untuk membahas
surat yang dikirim oleh Perdana Menteri Australia-John Howard kepada Presiden RI tanggal
19 Desember 1998 mengenai perubahan sikap Pemerintah Australia terhadap Pemerintah
Indonesia. Di dalam suratnya, PM John Howard mendesak dilakukannya Jajak Pendapat
(referendum) setelah penerapan status khusus dengan otonomi luas di Timor Timur untuk
jangka waktu tertentu. Perubahan sikap Australia itu berpengaruh bagi Pemerintah
Republik Indonesia karena Australia sebelumnya menjadi salah satu dari beberapa negara
yang mendukung integrasi dan mengakui kedaulatan RI atas Timor Timur. Usulan Presiden
B.J.Habibie kemudian dilanjutkan kembali pada tanggal 27 Januari 1999 dan disetujui oleh
para anggota dalam Sidang Kabinet Paripurna terbatas Bidang Politik dan Keamanan.
Apapun hasil dari referendum menurut Presiden B.J.Habibie akan berdampak positip bagi
Pemerintah Republik Indonesia. Indonesia akan terbebas dari beban nasional untuk
membiayai pembangunan di Timor Timur, maupun tekanan-tekanan internasional dan kritik
dari negara lain.
Tekanan-tekanan internasional, khususnya berasal dari PBB yang tidak mengakui
kedaulatan Indonesia atas Timor Timur. Selain itu keputusan tersebut diambil dengan
pertimbangan berbagai permasalahan ekonomi dan politik dalam negeri pada saat.
Kebijakan Presiden B.J.Habibie mengenai Opsi II merupakan suatu usaha untuk
membangun citra baik sebagai pemerintahan transisi yang reformis dan demokratis serta
merupakan suatu usaha untuk membangun kembali perekonomian negara yang kacau
sebagai akibat dari krisis multidimensi yang sedang terjadi di Indonesia. Selain itu,
keputusan keluarnya Opsi II juga didasari oleh sikap Presiden B.J. Habibie yang
menghormati Hak Asasi Manusia(HAM) dan memberikan kebebasan di atas prinsip
kemerdekaan kepada setiap rakyat Indonesia[7].
Pengambilan keputusan terhadap penyelesaian persoalan Timor Timur menurut
beberapa pakar dan pengamat politik Indonesia dianggap sebagai suatu tindakan yang
gegabah. Hal itu dilandasi alasan bahwa keadaan situasi di dalam negeri Indonesia sedang
mengalami masa-masa sulit terbukti dengan: pertama, krisis ekonomi-moneter yang
sedang dialami oleh negara Indonesia sejak tahun 1997 dan berdampak kedalam politik
Indonesia sehingga menimbulkan krisis multidimensional yang ditandai dengan jatuhnya
Pemerintahan Presiden Soeharto. Berakhirnya kekuasaan pemimpin Orde Baru atas
desakan para mahasiswa dan rakyat Indonesia melalui gerakan reformasi secara
berkesinambungan menunjukkan ketidakpercayaan masyarakat dalam negeri terhadap
pemerintah sehingga menimbulkan krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Keadaan
pemerintah yang sedang mengalami banyak persoalan dimanfaatkan oleh pihak-pihak
sparatis Timor Timur yang menuntut diadakannya referendum sebagai sarana penentuan
nasib rakyat Timor Timur.
Tuntutan tersebut mendapat banyak simpati dari kelompok-kelompok masyarakat
lain di tanah air dan dunia internasional. Dari dalam negeri dukungan diberikan oleh
kelompok pembela HAM dan demokrasi, seperti LSM dan Komnas HAM. Sedangkan dari
internasional adalah Amerika dan Australia yang selalu mengontrol dan melakukan
provokasi kepada Pemerintah Indonesia untuk segera menyelesaikan masalah Timor Timur.
Kedua negara itu bersama-sama dengan PBB selalu memantau perkembangan yang terjadi
di Timor Timur. Perubahan sikap kedua negara ini dipengaruhi oleh perkembangan global
dan isu-isu internasional tentang demokratisasi dan HAM.
Kedua, terjadi pergeseran posisi dasar Republik Indonesia pada tanggal 9 Juni 1998
pada saat Presiden B.J Habibie mengumumkan kesediaan Pemerintah Republik Indonesia
untuk memberikan status khusus dengan Otonomi luas. Pemberian status ini dianggap
sebagai formula dan usaha untuk mencapai penyelesaian politik dalam masalah Timor
Timur. Akan tetapi pada tanggal 27 Januari 1999 Menteri Luar Negeri Ali Alatas
mengumumkan keputusan dalam Sidang Kabinet Paripurna bidang Politik dan Keamanan
mengenai pemberian Opsi II yang berhubungan dengan pemberian tanggapan atas
otonomi luas apabila pemberian status khusus itu ditolak oleh mayoritas masyarakat Timor
Timur maka jalan yang akan diambil selanjutnya adalah Pemerintah Republik Indonesia
akan mengusulkan kepada Sidang Umum MPR hasil Pemilu yang baru terpilih agar Timor
Timur dapat berpisah dari Negara Kesatuan Republik Indonesia secara baik-baik, damai,
terhormat, tertib, dan konstitusional[8].
Keluarnya Opsi II mengejutkan bagi banyak pihak dan tidak diterima secara
menyeluruh di Indonesia. Salah satu pihak yang sangat menentang Opsi II adalah tentara
serta wakil dari UNAMET[12]. Tugas dari KPS antaralain adalah (1) memonitor terjadinya
pelanggaran-pelanggaran serta dampak perjanjian damai; (2) melakukan koordinasi
dengan semua pihak untuk menghentikan segala bentuk permusuhan, intimidasi, dan
kekerasan; (3) menerima pengaduan masyarakat tentang pelanggaran yang terjadi di
Timor Timur, baik yang dilakukan oleh aparat maupun pihak-pihak yang bertikai; (4) KPS
bersama UNAMET akan menyusun suatu aturan main (code of conduct) untuk mengatur
perilaku pada masa sebelum, selama, dan setelah konsultasi yang harus ditaati oleh semua
pihak[13]. Pada tanggal 18 Juni 1999 TNI/POLRI berhasil memfasilitasi kesepakatan antara
Concelho Nacional Resistencia Timorense (CNRT) dan Falintil dengan pihak pro-integrasi
untuk menyambut Jajak Pendapat di Timor Timur. TNI/POLRI juga berhasil menjadi
fasilitator penyelenggaraan Pertemuan Dare II di Jakarta pada tanggal 25-30 Juni 1999[14]
yang membahas empat masalah pokok, yaitu rekonsiliasi, Jajak Pendapat, keamanan, dan
masalah politik.
Hasil dari usaha-usaha tersebut tidak sesuai dengan harapan karena kedua pihak
yang bertikai
disebabkan oleh kuatnya rasa dendam diantara mereka. Keadaan tersebut semakin
meningkatkan kekacauan di Timor Timur. Ketegangan diantara kedua pihak semakin
meningkat setelah dilakukan Jajak Pendapat yang diselenggarakan oleh UNAMET. Hasil
jajak Pendapat yang diumumkan oleh PBB pada tanggal 4 September 1999 menunjukkan
bahwa sebesar 78,5% atau sekitar 344.580 orang menolak tawaran status khusus dengan
otonomi luas, sedangkan sebanyak 21,5% atau sekitar 94.388 orang menerima Opsi I. Hal
ini menunjukkan bahwa mayoritas rakyat Timor Timur memilih untuk merdeka berpisah
dari NKRI[15].
Penyelenggaraan Jajak Pendapat dilakukan oleh UNAMET sebagai badan khusus
yang didirikan oleh PBB. Badan ini mempunyai misi dan kewajiban untuk memantau
keadaan Timor Timur serta menyelenggarakan Jajak Pendapat dengan bersikap netral. Hal
ini sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai oleh Menteri luar negeri Ali Alatas ( RI)
dan Menteri luar negeri Jaime Gama ( Portugal) dengan mengikutsertakan wakil PBB
Jamsheed Marker, serta memperoleh perhatian langsung dari Sekretaris Jendral PBB Kofi
Annan[16]. Kesepakatan ini diperoleh dalam sebuah dialog yang diselenggarakan pada
tanggal 5 Mei 1999 di New York (AS) yang menghasilkan Persetujuan New York.
Persetujuan ini menghasilkan tiga hal yang disepakati dan ditandatangani, serta satu
lampiran yang berisi konsep status khusus dengan otonomi luas bagi Timor Timur. Ketiga
hal yang disepakati adalah (1) kesepakatan tentang persetujuan RI-Portugal mengenai
masalah Timor Timur; (2) persetujuan bagi modalitas atau tatacara Jajak Pendapat melalui
pemungutan suara secara langsung, bebas, dan jujur serta adil; (3) persetujuan tentang
pengaturan keamanan Jajak Pendapat. Kesepakatan tersebut diperkuat dengan Resolusi
Dewan Keamanan PBB No.1236 tahun 1999 dalam pertemuan Dewan Keamanan ke 3998
pada tanggal 7 Mei 1999[17].
2.
Jajak Pendapat
Jajak Pendapat merupakan suatu cara bagi penyelesaian persoalan Timor Timur
yang muncul dari tawaran (Opsi) Presiden B.J.Habibie. Sesuai dengan Perjanjian New York,
Jajak Pendapat diselenggarakan oleh PBB. Pelaksanaan Jajak Pendapat terdiri dari tujuh
tahapan, yaitu (1) Tahap Perencanaan Operasi dan Penggelaran, tanggal 10 Mei-15 Juni
1999; (2) Tahap Sosialisasi/penerangan Umum, tanggal 10 Mei-15 Agustus 1999; (3) Tahap
Persiapan dan Registrasi, tanggal 13 Juni-17 Juli 1999; (4) Tahap Pengajuan keberatan atas
daftar peserta Jajak Pendapat, tanggal 18-23 Juli 1999; (5) Tahap Kampanye Politik,
tanggal 20 Juli sampai tanggal 5 Agustus 1999; (6) Tahap Masa Tenang, tanggal 6 dan 7
Agustus 1999; (7) Tahap Pemungutan suara, tanggal 8 Agustus 1999. Dalam pelaksanaan
ada
beberapa
tahapan
yang
dilakukan
tidak
sesuai
dengan
rencana
sehingga
Tepat pada 4 September 1999 di Dili dan di PBB hasil jajak pendapat masyarakat
Timor Timur tentang pilihan untuk menerima otonomi khusus atau berpisah
dengan NKRI diumumkan. Dan akhirnya, 78,5 persen penduduk menolak
otonomi khusus dan memilih untuk memisahkan diri dari NKRI. Sejak itulah, isu
disentegrasi bangsa menjadi suatu persoalan yang tidak bisa dinomorduakan
sebab bukan tidak mungkin muncul kecemburuan dari daerah lain yang
merasa dirinya kaya dan mampu mengurus daerahnya sendiri memilih
memisahkan diri juga dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Untunglah, kekhawatiran itu tidak terjadi pasca Timor Timur menyatakan sikap
untuk membuat negara sendiri yang kini bernama Timor Leste. Meskipun
demikian, ancaman-ancaman untuk merobohkan bangunan NKRI selalu saja
terbit ketika bangsa ini lemah dan lengah. Namun, siapakah pelaku yang
mencoba merobohkan kebhinekaan Indonesia? Kalau boleh jujur, ini adalah lagu
lama. Permusuhan dan permainan negara-negara yang merasa dirinya digdaya
antara AS yang berkiblat pada ideologi liberalis dan negara-negara yang
beraliran komunis.
Ada benarnya, apa yang ditulis oleh wartawan Batam Pos pada Selasa (28/8),
Bung Abdul Latif dalam tulisannya di kolom opini, DCA, Ancam Integritas
Bangsa bahwasanya ada intervensi atau campur tangan AS (Amerika Serikat)
dalam perjanjian DCA antara Indonesia dan Singapura. Kekhawatiran ini,
menurut hemat penulis bukanlah sesuatu hal yang mengada-ada, tetapi perlu
dicermati bersama format seperti apa yang kita butuhkan untuk menjaga
stabilitas dan keutuhan bangsa. Oleh sebab itu, ada baiknya kita belajar banyak
dari sikap Timor Timur mengapa masyarakat di sana lebih memilih berpisah
daripada bergabung dan menerima otonomi khusus dari pemerintah RI.
lain untuk mengakui bahwa Timor Timur telah resmi bergabung dengan
Indonesia.
Kalau Timor Leste saat itu tidak bergabung, maka Amerika tentu akan merasa
sulit untuk menyuntikkan paham-paham liberalnya, karena saat itu paham
komunis terlebih dahulu masuk daripada paham yang mereka anut. Sementara,
komunis bagi mereka adalah faktor penghambat sekaligus penghalang bagi
mereka untuk menguasai dunia, sehingga membuat mereka menyusun kekuatan
dengan pemerintah Indonesia pada saat itu untuk memberangus komunis di
Timor Timur.
Bantuan setengah hati dari Amerika itu membuat Indonesia terbuai. Ketika
paham komunis telah berhasil mereka tumpas, maka mereka mulai lepas tangan.
Sehingga, pemerintah Indonesia terhanyut dalam kegamangan dan kekayaan
propinsi-propinsi yang berpotensi besar menyumbangkan upetinya ke
pemerintahan pusat. Selanjutnya, Timor Timur menjadi anak adopsi yang tak
terurus. Mereka hanya diberikan uang jajan selebihnya dibiarkan.
Sebagaimana yang ditulis Andi Yusran (1999: 128) bahwasanya masalah Timor
Timur sebenarnya tidak melulu masalah politik, melainkan juga adalah persoalan
hukum, persoalan yang selalu mengedepan saat ini dan sebelumnya adalah
tidak adanya kepastian hukum bagi status Timor Timur, sejarah mencatat bahwa
sejak awal integrasi (1975), integrasi tersebut tidak mendapat pengakuan dari
PBB, namun demikian negara-negara barat seperti Amerika Serikat dan
Australia, justru lebih awal memberikan dukungan, bahkan sejarah juga
menunjukkan kalau AS terlibat dalam proses tersebut.
Namun, proklamasi ini tidak mendapat dukungan dari masyarakat Timor Timur
sendiri. Demi mewujudkan impiannya, Fretelin kemudian melakukan tindakan
pembersihan terhadap lawan-lawan politiknya untuk menguasai wilayah Timor
Timur sehingga terjadilah perang saudara. Fretelin sebagai partai beraliran
komunis terpaksa menghadapi empat partai lain yang juga menguasai wilayah
Timor Timur. Empat partai (UDT, Apodeti, KOTA dan Trabalista) yang
menggabungkan kekuatan itu, melakukan proklamasi tandingan yang dikenal
sebagai Proklamasi Balibo pada 30 November 1975 yang menyatakan diri
bergabung dengan Indonesia pada 7 Desember 1975.
Selanjutnya, pasukan Indonesia membantu keempat partai tersebut untuk
melumpuhkan kekuatan Fretelin. Pernyataan integrasi masyarakat Timor Timur
ke Indonesia di Balibo diulang kembali oleh para pendukungnya di Kupang (NTT)
pada 12 Desember 1975. Melalui pengulangan proklamasi terebut, maka para
pendukungnya sepakat membentuk Pemerintahan Sementara Timor Timur
(PSTT) pada 17 Desember 1975 yang beribukota di Dili dan dipimpin oleh
Arnaldo dos Reis Araujo sebagai ketua dan wakilnya Francisco Xavier Lopez da
Cruz serta Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang diketuai oleh Guilherme Maria
Gonsalvez dengan wakilnya Gaspocorria Silva Nones.
Pada 31 Desember 31 Mei 1976 saat sidang DPR tentang masalah Timor Timur
dikeluarkan petisi yang mendesak pemerintah RI untuk secepatnya menerima
dan mengesahkan integrasi Timor Timur ke dalam negara kesatuan RI tanpa
referendum. Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah RI diajukan secara resmi
pada 29 Juni 1976. Dan seterusnya, pemerintah mengajukan RUU integrasi Timor
Timur ke wilayah RI kepada DPR RI.
Posisi Indonesia semakin sulit ketika terjadi peristiwa Santa Cruz pada bulan
November 1991 yang menimbulkan korban jiwa. Peristiwa ini memperkeras kritik
dunia internasional dan lembaga-lembaga non pemerintah terhadap pelanggaran
Hak Asasi Manusia (HAM). Namun, bukan berarti pemerintahan Indoenesia lepas
tangan begitu saja. Sejak tahun 1980 sebenarnya mereka telah mencium bau
yang tak sedap ini dan sering melakukan pembicaraan rutin dengan Portugal,
tetapi pembicaraan itu tak mencapai titik temu.
B. J Habibie yang menggantikan mantan presiden Soeharto mau tidak mau turut
tertimpa masalah dan beragam krisis termasuk krisis disentegari di Timor Timur
yang merupakan warisan orang yang mengajarkan sekaligus mendiktenya untuk
berpolitik itu. Habibie yang terkesan tidak tegas, plin-plan dalam mengambil
keputusan merupakan faktor keberuntungan yang dimiliki oleh Xanana Goesmao
untuk mengacaubalaukan rasa nasionalime rakyat Timor Timur.
Xanana Goesmao yang didukung oleh negara luar seperti Australia dan Portugal
semakin menggebu-gebu untuk menyuarakan kemerdekaan. Akan tetapi,
Presiden B.J Habibie berupaya keras untuk menampal luka lama Partai Fretelin
itu. Sayangnya, manusia brilliant asal Indonesia itu tidak mampu menutup luka
secara utuh, hanya ditutup sebagian saja, sebagian lagi dibiar terbuka.
Dua opsi (pilihan alternatif) yang dia tawarkan untuk memecahkan masalah
Timor Timur yaitu pemberian otonomi khusus di dalam negara kesatuan RI atau
memisahkan diri dari Indonesia. Portugal dan PBB menyambut baik tawaran ini.
Selanjutnya, perundingan Tripartit di New York pada 5 Mei 1999 antara Indonesia,
Portugal dan PBB menghasilkan kesepakatan tentang pelaksanaan jajak
pendapat mengenai status masa depan Timor Timur atau United Nations Mission
in East Timor (UNAMET).
Jajak pendapat diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 yang diikuti oleh
451.792 orang pemilih yang dianggap penduduk Timor Timur berdasarkan
kriteria yang ditetapkan UNAMET, baik yang berada di wilayah Indonesia maupun
luar negeri. Hasil jajak pendapat diumumkan pada 4 September 1999 di Dili dan
di PBB. Sejumlah 78,5 persen penduduk menolak dan 21,5 persen menerima
otonomi khusus yang ditawarkan. Dengan mempertimbangkan hal ini maka MPR
RI dalam Sidang Umum MPR pada 1999 mencabut TAP MPR No. VI/1978 dan
mengembalikan Timor Timur seperti pada 1975.
Memperkuat NKRI
Hasil Jajak Pendapat menunjukkan bahwa sekitar 78,5% atau sekitar 344.580 orang
Timor Timur memilih merdeka dan menolak status khusus dengan otonomi luas yang
ditawarkan Pemerintah dan 21,5 % atau sekitar 94.388 orang menerima tawaran tersebut.
Dengan hasil tersebut maka Pemerintah Republik Indonesia melalui MPR hasil Pemilu tahun
dari TNI/POLRI. Pada tanggal 20 September 1999 pasukan INTERFET yang dipimpin oleh
Mayor Jendral Peter Cosgrove tiba di Timor Timur untuk melakukan Operasi Pemulihan
(Operation Stabilise). Seperti halnya dengan UNAMET, INTERFET juga sering bersikap tidak
netral dan berpihak pada kelompok anti-integrasi. Setelah keadaan di Timor Timur
semakin baik dan ketegangan antara kedua pihak yang bertikai berkurang maka pasukan
INTERFET ditarik mundur secara perlahan-lahan dan digantikan oleh UNTAET.
berikan komentar anda mengenai blog yang di atas
Menurut Undang-undang No. 43 Tahun 1999 jo Undang-undang No. 8 Tahun 1974 tentang
Pokok-pokok Kepegawaian, Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1994 tentang Jabatan
Fungsional Pegawai Negeri sipil dan Keputusan Presiden Nomor 87 Tahun 1999 tentang
Rumpun Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil, mengatur bahwa Jabatan Fungsional
adalah: Kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak
seseorang PNS dalam suatu organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan pada
keahlian dan atau keterampilan tertentu serta bersifat mandiri. Sedangkan Jabatan Struktural
adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, jawab, wewenang, dan hak seseorang PNS
dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 100
Tahun 2000 jo Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 2000.
Eksistensi Jabatan fungsional perencana di antaranya seperti diatur dalam Keputusan Menpan
Nomor : 16/Kep/M.PAN/3/2001, tentang Jabatan Fungsional Perencana dan Angka Kreditnya
beserta peraturan pelaksana lainnya. Keputusan MenPAN tersebut dilandasi oleh dua
pertimbangan utama, yakni pertama, untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber
daya manusia pada aparatur negara yang bertugas melakukan kegiatan perencanaan
pembangunan, diperlukan adanya pegawai negeri sipil (PNS) yang ditugaskan secara penuh
sebagai Perencana; kedua, untuk menjamin pembinaan karier, kepangkatan/jabatan dan
profesi di bidang perencanaan pembangunan, dipandang perlu ditetapkan Jabatan Fungsional
Perencana dan Angka Kreditnya.
Peran Fungsional Perencana disini bisa dikatakan sebagai Think Tank, Pelaksana
Perencanaan Teknokratis, Analisis Kebijakan, Menyusun Rekomendasi dan Rencana, serta
melakukan Pemantauan, Pengendalian dan Evaluasi pelaksanaan program dan kegiatan
perencanaan pembangunan yang akan menghasilkan rencana kebijakan lingkup makro, sektor
dan daerah serta berdampak nasional dan daerah untuk menjamin terciptanya integrasi,
sinkronisasi, dan sinergi baik antar-daerah, antar-ruang, antar-waktu, antar-fungsi pemerintah,
maupun antara pusat dan daerah Fungsional Perencana melaksanakan tugas Idealnya
perencanaan mulai dari identifikasi permasalahan, perumusan alternatif kebijakan
perencanaan, pengkajian alternatif, penentuan alternatif dan rencana pelaksanaan,
pengendalian dan penilaian hasil pelaksanaan sebagaimana diatur dalam pasal pasal 4
Keputusan Menpan No. 16/Kep/M.PAN/3/2001. Dalam bahasa lapangan/tehnisnya pejabat
fungsional perencana mempunyai tugas menyusun dan menyiapkan bahan formulasi
kebijakan, menyusun dan menyiapkan bahan pelaksanaan perencanaan, memberikan
masukan-masukan dan analisis kebijakan, menyusun rekomendasi dan rencana, mengarahkan
pelaksanaan, memantau dan mengevaluasi pelaksanaan. Sebagai bahan masukan yang dapat
digunakan oleh pimpinan unit kerja beserta jajarannya untuk mengambil langkahlangkah/kebijakan lebih lanjut. Pentingnya tenaga perencana untuk pembangunan di daerah
bagaikan seorang dokter yang ada di rumah sakit atau seorang dosen pada universitas
sehingga peranan seorang perencana sangat dibutuhkan dan sangat penting bagi program
pembangunan kedepan.
Pada tahun 2014, Pemerintah Kota Probolinggo mengangkat 5 (lima) orang Fungsional
Umum (staf) menjadi Fungsional Perencana (JFP). Sebelumnya pada tahun 2002, Pemerintah
Kota Probolinggo telah memiliki Fungsional Perencana sebanyak 3 (tiga) orang. Namun,
pada tahun 2007, salah satu dari ketiga fungsional perencana tersebut dipromosikan untuk
menduduki jabatan structural, dan pada tahun 2010 dua perencana yang lain juga
dipromosikan menduduki jabatan structural.
Kota Probolinggo merupakan salah satu kota yang ada di Jawa Timur yang mempunyai
banyak potensi namun juga mempunyai banyak permasalahan. Pembangunan dalam rangka
Philosofi seorang planner adalah seorang problem solver yaitu seorang yang mampu
memberikan solusi dalam menyelesaikan permasalahan yang memfokuskan pada sistem
perencanaan dan proses-proses pengambilan keputusan yang tepat dengan tujuan untuk
melayani kepentingan publik di kota-kota, pinggiran kota, dan pedesaan.
Peran seorang planner dalam menyelesaikan permasalahan tentu sangat berat tetapi dengan
analisa dan memilih alternatif solusi yang matang maka kebijakan yang akan diambil pun
nantinya akan menyelesaikan permasalahan yang ada. Peran perencana sebaiknya tidak hanya
sebagai aktor dalam perencanaan pembangunan kota yang tidak turun langsung kepada
masyarakat. Akan tetapi, pada saat ini seorang perencana haruslah terjun ke masyarakat
melihat permasalahan masyarakat secara langsung dari berbagai aspek kehidupan seperti
sosial, ekonomi dan lingkungan yang menjadi permasalahan wilayah dan kota sehingga
permasalahan yang dapat terselesaikan dengan efektif dan efisien sesuai tujuan dan sasaran
perencanaan.
Sebagai penutup, selain sebagai seorang fungsional yang harus berfungsi sesuai fungsinya,
seorang Fungsional Perencana juga merupakan mitra bagi pejabat structural. Maka dari itu,
untuk mendukung pelaksanaan tugasnya tersebut diperlukan kerjasama dan koordinasi
dengan pihak lain sehingga diperoleh hasil yang optimal, menciptakaan perencanaan
pembangunan yang efektif dan efisien. Vini Nuryaningsih, SE
Daftar
Pustaka:
Harvey, D., (1996). On Planning The Ideologi of Planning. In S. Campbell & S.S. Fainstein
(eds.)
Malden,
Massachusetts
USA:
Blackwell
169-175
http://bengkulutoday.com/jabatan-fungsional-perencana-yang-mulai-dilirik/
https://zejimandala.wordpress.com/2013/06/22/peran-seorang-perencana-planner-dalammemimpin-perencanaan-pembangunan-kota/
Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri sipil, PP No. 16
Tahun 1994.
_______, Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara tentang Jabatan Fungsional
Perencana dan Angka Kreditnya. Kep MenPAN Nomor : 16/Kep/M.PAN/3/2001.
JABATAN FUNGSIONAL
Rabu, 04 Desember 2013
Keuntungan Mengikuti Jabatan Fungsional
Berikut beberapa keuntungan bila kita mengkuti Jabatan Fungsional:
motivasi lebih untuk meningkatkan ketrampilan dan pengetahuan sesuai dengan Jabatan
Fungsional yang diikuti.
dalam
peraturan
perundangan
yang
berlaku.
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dalam suatu jabatan dilaksanakan berdasarkan prinsip
profesionalisme sesuai dengan kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan
untuk jabatan itu serta syarat obyektif lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras
atau
golongan.
Jabatan struktural hanya dapat diduduki oleh mereka yang berstatus sebagai PNS. Calon Pegawai
Negeri Sipil tidak dapat diangkat dalam jabatan struktural. Anggota Tentara Nasional Indonesia dan
Anggota Kepolisian Negara hanya dapat diangkat dalam jabatan struktural apabila telah beralih
status menjadi PNS, kecuali ditentukan lain dalam peraturan perundangan.
Eselon dan jenjang pangkat jabatan struktural sesuai PP Nomor 13 Tahun 2002
JENJANG PANGKAT, GOLONGAN RUANG
NO
TERENDAH
ESELON
TERTINGGI
GOL/R
PANGKAT
GOL/R
PANGKAT
Ia
IV/d
Pembina Utama
IV/e
Ib
IV/c
Pembina Utama
IV/e
II a
IV/c
IV/d
II b
Pembina Tingkat I
IV/b
IV/c
III a
Pembina
IV/a
Pembina Tingkat I
IV/b
III b
Penata Tingkat I
III/d
Pembina
IV/a
IV a
Penata
III/c
Penata Tingkat I
III/d
IV b
III/b
Penata
III/c
Va
Penata Muda
III/a
III/b
Pengangkatan
PNS
yang
akan
diangkat
dalam
jabatan
struktural,
antara
lain
Berstatus Pegawai Negeri Sipil, Serendah-rendahnya memiliki pangkat satu tingkat dibawah
jenjang pangkat yang ditentukan, Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan,
Semua unsur penilaian prestasi kerja bernilai baik dalam dua tahun terakhir, Memiliki kompetensi
jabatan
yang
diperlukan,
Sehat
jasmani
dan
rohani
Pengangkatan
Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I dilingkungan instansi pusat ditetapkan dengan
keputusan Presiden setelah mendapat pertimbangan tertulis dari Komisi Kepegawaian Negara.
Sedangkan pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II kebawah pada Instansi pusat
ditetapkan Pejabat Pembina Kepegawaian Pusat setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat
Instansi
Pusat.
Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon I dipropinsi (Sekda) ditetapkan Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah Propinsi setelah mendapat persetujuan Pimpinan DPRD Propinsi, setelah
sebelumnya
dikonsultasikan
secara
tertulis
kepada
Menteri
Dalam
Negeri,
sedangkan
pengangkatan dalam jabatan Struktural eselon II kebawah ditetapkan oleh Pejabat Pembina
Kepegawaian Daerah Propinsi setelah mendapat pertimbangan dari Baperjakat Instansi Daerah
Propinsi.
Pengangkatan dalam jabatan struktural eselon II ke bawah di Kabupaten/Kota, ditetapkan oleh
Pejabat Pembina Kepegawaian Daerah Kabupaten/ Kota setelah mendapat pertimbangan dari
Baperjakat Instansi Daerah Kabupaten/Kota.
Sekretaris Daerah
persetujuan
dikonsultasikan
dari
pimpinan
DPRD
secara
Kabupaten/Kota,
tertulis
setelah
terlebih
kepada
dahulu
Gubernur
Dalam setiap keputusan tentang pengangkatan dalam jabatan structural, harus dicantumkan
nomor dan tanggal pertimbangan Baperjakat, eselon dan besarnya tunjangan jabatan struktural.
Pelantikan
PNS yang diangkat dalam jabatan struktural, termasuk PNS yang menduduki jabatan struktural
yang ditingkatkan eselonnya, selambatnya 30 hari sejak penetapan pengangkatannya wajib
dilantik dan diambil sumpahnya oleh pejabat yang berwenang. Demikian juga yang mengalami
perubahan nama jabatan atau perubahan fungsi dan tugas jabatan maka PNS yang bersangkutan
dilantik
dan
diambil
Pendidikan
sumpahnya
kembali.
dan
Pelatihan
PNS yang akan atau telah menduduki jabatan structural harus mengikuti dan lulus Diklat
Kepemimpinan (Diklatpim) sesuai dengan kompentensi yang dite-tapkan untuk jabatan tersebut.
Artinya, PNS dapat diangkat dalam jabatan struktural meskipun yang bersangkutan belum
mengikuti dan lulus Diklatpim. Namun demikian untuk meningkatkan kemampuan kepemimpinan
dan me-nambah wawasan, maka kepada PNS yang bersangkutan tetap diharuskan untuk
mengikuti
dan
lulus
Diklatpim
yang
dipersyaratkan
untuk
2.
Pemberhentian
Pegawai
Negeri
1.
Sipil
diberhentikan
Mengundurkan
2.
Mencapai
3.
4.
jabatannya.
dari
jabatan
diri
dari
batas
dalam
jabatan
lainnya
atau
pensiun
sebagai
struktural
karena
jabatannya
usia
Diberhentikan
Diangkat
struktural
PNS
jabatan
fungsional
5. Cuti diluar tanggungan negara, kecuali cuti diluar tanggungan negara karena persalinan
6.
Tugas
belajar
lebih
dari
enam
bulan
7.
Adanya
8.
Tidak
9.
Hal
perampingan
memenuhi
lain
persyaratan
yang
organisasi
kesehatan
ditetapkan
pemerintah
jasmani
perundangan
dan
yang
rohani
berlaku
Pemberhentian PNS dari jabatan struktural ditetapkan dengan keputusan pe-jabat yang berwenang
setelah melalui pertimbangan Komisi Kepegawaian Negara/ Baperjakat disertai alasan yang jelas
atas
PNS
pemberhentiannya.
yang
meninggal
dunia
3.
dianggap
telah
diberhentikan
dari
Perangkapan
jabatan
strukturalnya
Jabatan
Untuk optimalisasi kinerja, disiplin dan akuntabilitas pejabat structural serta menyadari akan
keterbatasan kemampuan manusia, PNS yang menduduki jabatan struktural tidak dapat
menduduki jabatan rangkap, baik dengan jabatan structural lain maupun jabatan fungsional.
Rangkap jabatan hanya diperbolehkan apabila ketentuan perangkapan jabatan tersebut diatur
dengan Undang-undang atau Peraturan Pemerintah.
Jenjang Jabatan
Perpres 100/2012
Perpres 30/2007
Kenaikan
Utama
5.200.000
1.400.000
271%
Madya
3.000.000
1.200.000
150%
Muda
1.750.000
750.000
133%
Pertama
1.100.000
325.000
238%
Tanggal 1 Maret 2013 Presiden SBY juga sudah menandatangani beberapa Perpres tentang
Tunjangan Jabatan Fungsional yang isinya menaikkan tunjangan jabatan fungsional Penyuluh
Pertanian, Pengendali Organisme, Pengawas Benih Tanaman, Pengawas Bibit Ternak, Medik
Veteriner, Paramedik Veteriner, Pengawas Mutu Pakan, Analis Kepegawaian, Polisi Kehutanan dan
Penyuluh Kehutanan.
Pada bulan November 2013 ini Presiden SBY menerbitkan peraturan yang berkaitan dengan kenaikan
pemberian tunjangan jabatan fungsional. Jabatan fungsional yang berhak atas tunjangan tersebut
yakni Jabatan Fungsional Pustakawan, fungsional Pamong Belajar dan fungsional Penilik. Tunjangan
fungsional tersebut diberikan kepada Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dan ditugaskan secara
penuh dalam jabatan fungsional Pustakawan, Pamong Belajar dan Penilik.
Fungsional Pustakawan
Tunjangan jabatan fungsional Pustakawan diatur dalam Perpres Nomor 71 Tahun 2013. Besaran yang
diterima paling rendah Pustakawan Pelaksana Rp 350.000, tertinggi pada jenjang jabatan
Pustakawan Utama Rp 1.300.000.
Dengan pemberlakuan ini Perpres No 47 Tahun 2007 tentang tunjangan jabatan fungsional
Pustakawan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
1. Juru Muda, Ia
2. Juru Muda Tingkat 1, Ib
3. Juru, Ic
4. Juru Tingkat 1, Id
5. Pengatur Muda, IIa
6. Pengatur Muda Tingkat 1, IIb
7. Pengatur, IIc
8. Pengatur Tingkat 1, IId
9. Penata Muda, IIIa
10. Penata Muda Tingkat 1, IIIb
11. Penata, IIIc
12. Penata Tingkat 1, IIId
13. Pembina, IVa
14. Pembina Tingkat 1, IVb
15. Pembina Utama Muda, IVc
16. Pembina Utama Madya, IVd
17. Pembina Utama, IVe
Setiap pegawai baru yang dilantik atau diputuskan sebagai Pegawai Negeri Sipil / PNS baik di
pemerintah pusat maupun daerah akan diberikan Nomor Induk Pegawai atau NIP yang berjumlah
18 dijit angka, golongan dan pangkat sesuai dengan tingkat pendidikan yang diakui sebagai mana
berikut di bawah ini :
Pegawai baru lulusan SD atau sederajat = I/a
Pegawai baru lulusan SMP atau sederajat = I/c
Pegawai baru lulusan SMA atau sederajat = II/a
Pegawai baru lulusan D1/D2 atau sederajat = II/b
Pegawai baru lulusan D3 atau sederajat = II/c
Info Penerimaan PNS - Jakarta. Salah satu hak yang diterima PNS adalah
memperoleh dana pensiun. Berapakah batas usia pensiun seorang PNS...? Batas
Usia Pensiun (BUP) bagi pegawai negeri sipil yang tidak memangku jabatan
adalah 56 (lima puluh enam) tahun. Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang telah
mencapai batas usia pensiun, diberhentikan dengan hormat sebagai pegawai
negeri sipil.
UU No.11 Tahun 1969 tentang Pensiun Pegawai dan Pensiun Janda/Duda Pegawai,
Pasal 10 Usia pegawai negeri untuk penetapan hak atas pensiun ditentukan
atas dasar tanggal kelahiran yang disebut pada pengangkatan pertama sebagai
pegawai negeri menurut bukti-bukti yang sah. Apabila mengenai tanggal
kelahiran itu tidak terdapat bukti-bukti yang sah, maka tanggal kelahiran atas
umur pegawai ditetapkan berdasarkan keterangan dari pegawai yang
bersangkutan pada pengangkatan pertama.
Pegawai negeri sipil berhak mendapatkan pensiun, apabila telah mencapai usia
sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun dan memiliki masa kerja pensiun
sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) tahun.
Mulai berlakunya pensiun PNS:
- Pensiun mulai berlaku pada bulan berikutnya pegawai yang bersangkutan
diberhentikan dengan hormat sebagi PNS.
Berakhirnya Pensiun:
- Pensiun pegawai berakhir pada akhir bulan penerima pensiun pegawai
meninggal dunia
No NAMA JABATAN
.
BATAS
KETERANGAN
USIAPENSIUN
1. DOSEN
65 Tahun
2. GURU BESAR
70 Tahun
75 Tahun
4 GURU
60 Tahun
5 Wakil Menteri
62 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
62 Tahun
65 Tahun
11 Jaksa
62 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
65 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
62 Tahun
58 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
60 Tahun
63 Tahun
32 Kepala Kelurahan
33
60 Tahun