Anda di halaman 1dari 125

PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS

KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM


PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama

Disusun Oleh :
Nama :

Venni Avionita

NPM :

0109U035

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS WIDYATAMA


Terakreditasi (Accredited)
SK. Ketua Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT)
Nomor: 014/BAN-PT/AK-XII/S1/VI/2009
Tanggal 12 Juni 2009
BANDUNG
2013

PENGARUH IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS


KINERJA TERHADAP KINERJA PROGRAM
PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR INSTANSI
PEMERINTAH DAERAH
(Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana
Ekonomi Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama

Disusun oleh :
Nama

: Venni Avionita

NPM

: 0109U035

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Dini Arwaty, S.E., M.Si., Ak)


NIP: 111.11.91.021

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ekonomi

(Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak)


NIP: 195.512.181.986.011.001

Ketua Program Studi Akuntansi S1

(Erly Sherlita, S.E., M.Si., Ak)


NIP: 111.11.99.056

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini:


Nama

Venni Avionita

NRP

0109U035

Tempat / Tanggal Lahir

Ujung Pandang / 24 Maret 1992

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:


Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung).
Merupakan hasil pekerjaan saya sendiri. Bila terbukti tidak demikian, saya
bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan.

Bandung, Februari 2013

Venni Avionita

ABSTRAK
Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah

Adanya reformasi dalam penyelenggaraan pemerintah daerah merupakan


langkah konkrit dalam merespon tuntutan reformasi yaitu dalam penerapan
anggaran berbasis kinerja dan membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk
pertanggungjawaban atas pengalokasian dana yang digunakan dengan cara yang
efektif dan efisien. Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan dapat
dibilang sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh aggaran berbasis
kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah di Kota Bandung yang sedang mengalami
perkembangan yang pesat dalam pembangunannya.
Metode yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan
menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari objek yang diteliti yaitu
dengan menyebarkan kuesioner dan menggunakan data sekunder yang diperoleh
dari studi kepustakaan juga sumber lain yang berhubungan dengan topik yang
dibahas.
Berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai t hitung sebesar 8,875
dengan t tabel sebesar 1,71387 dan menunjukkan bahwa Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja berpengaruh positif terhadap Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.
Selain itu, diperoleh korelasi antara implementasi anggaran berbasis
kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi
pemerintah daerah adalah sebesar R = 0,880, yang termasuk dalam kategori
hubungan sangat kuat. Dapat pula diketahui besarnya pengaruh implementasi
anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur
instansi pemerintah daerah yaitu sebesar 77,4%.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi
Pemerintah Daerah (Studi Kasus Pada Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Kota Bandung). Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu
syarat dalam menempuh ujian sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi
Akuntansi pada Universitas Widyatama.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
sempurna, dikarenakan terbatasnya kemampuan dan pengetahuan penulis, untuk
itu saran dan kritik sangat diharapkan penulis.
Selama menyusun skripsi dan selama mengikuti perkuliahan, penulis
mendapatkan bimbingan, dukungan, doa, dan bantuan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Allah SWT yang telah melimpahkan kasih sayang, berkah, rahmat, dan
karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis
2. Ayahku Ir. Jajang Sumantri dan mamahku tercinta Dra. Ida Farida Rostiana
yang selalu berdoa dengan penuh keikhlasan dan kesabaran serta pengorbanan
yang telah diberikan kepada penulis.

3. Ibu Dini Arwaty S.E., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan petunjuk,
pengetahuan, bimbingan, dan pengarahan selama penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Prof. Dr. Hj. Koesbandijah Abdoel kadir, M.S., Ak., selaku Ketua Badan
Pengurus Yayasan Widyatama.
5. Bapak Dr. H. Mame S. Soetoko, Ir., DEA., selaku Rektor Universitas
Widyatama.
6. Bapak Dr. H. Islahuzzaman, S.E., M.Si., Ak., selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
7. Bapak H. Nuryaman, S.E., M.Si., selaku Wakil Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Widyatama.
8. Ibu Erly Sherlita S.E., M.Si., Ak., selaku Ketua Program Studi Akuntansi S1.
9. Ibu Intan Oviantari, S.E., M.Ak., Ak selaku Sekertaris Program Studi
Akuntansi S1.
10. Bapak Bachtiar Asikin, S.E., M.M., Ak., selaku Dosen Wali penulis.
11. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama yang telah
memberikan bekal pendidikan dan ilmu yang sangat berharga.
12. Bapak dan Ibu pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung
khususnya Drs. Amru Hizar, M.T., atas waktu dan kesempatan yang diberikan
selama penulis melakukan penelitian
13. Kakakku Rani Apriani, S.E., S.H., M.H., yang telah banyak membantu.
14. Keluarga Besar H. MA Sunarya dan Keluarga Besar H. Ucu Halimah yang
yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

15. Teman-temanku Ken, Natasya, Meidina, Rika, Sinta, Rikza, Devi dan seluruh
teman angkatan 2009 terima kasih semuanya.
16. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam pembuatan skripsi
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Akhir kata, semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
untuk membalas kebaikan dari semua pihak yang terlibat, dan semoga skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bandung, Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

ABSTRAK

. i
. ii

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

. v

DAFTAR TABEL

. ix

DAFTAR GAMBAR

. xi

DAFTAR LAMPIRAN

. xii

BAB I

BAB II

PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Penelitian

1.2

Identifikasi Masalah

1.3

Maksud dan Tujuan Penelitian

1.4

Kegunaan Penelitian

1.5

Lokasi dan Waktu Penelitian

10

TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Konstruk, Variabel Penelitian

. 11

2.1.1

Pengertian Anggaran Sektor Publik

. 11

2.1.2

Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja

. 12

2.1.3

Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja . 16

2.1.4

Keunggulan Anggaran Berbasis Kinerja

2.1.5

Siklus Anggaran Berbasis Kinerja . 18

2.1.6

Pengertian Kinerja Program Peningkatan

2.1

. 17

21

...

23

...

24

2.2

Kerangka Pemikiran ...

31

2.3

Hipotesis Penelitian ...

34

Disiplin Aparatur

BAB III

2.1.7

Pengukuran Kinerja

2.1.8

Tahapan dalam Pengukuran Kinerja

OBJEK DAN METODE PENELITIAN


3.1
3.1.1

Objek Penelitian

...

Gambaran Umum Badan Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung


3.1.2

. 38

Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah Kota Bandung

3.1.5

37

Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan


Pembangunan Daerah Kota Bandung

3.1.4

35

Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah Kota Bandung

3.1.3

35

.. 40

Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Badan


Perencanaan Pembangunan Daerah Kota
Bandung

. 41

3.2

Populasi dan Sampel Penelitian

3.3

Metode Penelitian

3.3.1
3.4
3.4.1

44

.... 46

Tekhnik Pengumpulan Data


Operasional Variabel Penelitian

46

. 47

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

. 48

3.4.2
3.5

Pengujian Kualitas Data


Metode Analisis Data

. 50
. 55

3.5.1

Metode Successive Interval (MSI) . 56

3.5.2

Analisis Regresi Linier Sederhana . 57

3.5.3

Pengujian Asumsi Klasik pada Regresi Linier . 58


.. 58

3.5.3.1

Uji Asumsi Normalitas

3.5.3.2

Uji Asumsi Heteroskedastisitas

3.5.4

.. 58

Pengujian Koefisien Regresi Linier Sederhana 59


.. 59

3.5.4.1

Uji Model Regresi (Uji F)

3.5.4.2

Uji Koefisien Regresi (Uji t)

3.5.5 Koefisien Korelasi

. 61

3.5.6 Koefisien determinasi


BAB IV

60

61

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1

Hasil Penelitian

.... 62

4.1.1

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja . 62

4.1.2

Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur


Instansi Pemerintah Daerah ...

67

4.1.3

Analisis Validitas Alat Ukur

70

4.1.4

Analisis Reabilitas Alat Ukur

72

4.1.5

Perhitungan Methode of Successive Interval (MSI).72

4.1.6

Model Regresi Sederhana .. 75

4.1.7

Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasis pada


Regresi Sederhana .

77

4.1.8
4.2

Pengujian Model dan Koefisien Regresi Sederhana.80


Pembahasan

..

82

4.2.1

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja ... 82

4.2.2

Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur


Instansi Pemerintah Daerah .

4.2.3

85

Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis


Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1

Kesimpulan

...

91

5.2

Saran

92

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

. 88

DAFTAR TABEL

48

49

55

61

Tabel 4.1

Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Persiapan

63

Tabel 4.2

Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Ratifikasi

64

Tabel 4.3

Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Implementasi

65

Tabel 4.4

Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Pelaporan dan Evaluas .. 65

Tabel 4.5

Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Penelitian

Tabel 3.2

Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner

Tabel 3.3

Tingkat Realibilitas

Tabel 3.4

Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi

mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

66

Tabel 4.6

Hasil Kuesioner Mengenai Efisiensi

67

Tabel 4.7

Hasil Kuesioner Mengenai Efektifitas

68

Tabel 4.8

Hasil Kuesioner Mengenai Pertumbuhan Pegawai

68

Tabel 4.9

Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan


mengenai Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah

Tabel 4.10

Hasil Uji Validitas pada Variabel Implementasi


Anggaran Berbasis Kinerja

Tabel 4.11

..... 69

70

Hasil Uji Validitas pada Variabel Kinerja Program


Peningkatan Disiplin Aparatur

71

Tabel 4.12

Hasil Uji Reabilitas pada Variabel Implementasi


Anggaran Berbasis Kinerja dan Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur

..

Tabel 4.13

Hasil Perhitungan MSI

Tabel 4.14

Hasil SPSS Koefisien Regresi Implementasi Anggaran

72
75

Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan


Disiplin Aparatur ..

76

Tabel 4.15

Hasil SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ...

77

Tabel 4.16

ANOVA

...

80

Tabel 4.17

Hasil SPSS Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien


Determinasi

..

81

DAFTAR GAMBAR

78

78

79

Gambar 4.1

Histogram

Gambar 4.2

Normal Probability Plot

Gambar 4.3

Scatterplot

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.

Struktur Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Kota Bandung

Lampiran 2.

Surat Survey

Lampiran 3.

Kuesioner

Lampiran 4.

Kinerja BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011

Lampiran 5.

Pembiayaan dalam Pencapaian Sasaran Tahun 2011

Lampiran 6.

Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala


Ordinal

Lampiran 7.

Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala


Ordinal

Lampiran 8.

Hasil

Perhitungan

Akumulasi

Jawaban

Data

Indikator

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)


Lampiran 9.

Hasil Perhitungan Akumulasi Jawaban Data Indikator Kinerja


Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y)

Lampiran 10. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal
Menjadi Skala Interval Pada Data Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja (X) Melalui Metode Successive Interval.
Lampiran 11. Hasil Perhitungan Proses Transformasi Data Dari Skala Ordinal
Menjadi Skala Interval Pada Data Kinerja Program Peningkatan
Disiplin Aparatur (Y) Melalui Metode Successive Interval.
Lampiran 12. Data Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) Berskala
Interval.
Lampiran 13. Data Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur (Y) Berskala
Interval.
Lampiran 14. Kartu Bimbingan
Lampiran 15. Daftar Riwayat Hidup

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah
dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan ketatanegaraan
dan tuntutan penyelenggaraan otonomi daerah karena terkesan menghilangkan
hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, bergesernya
pemahaman antar tingkatan pemerintahan, tingginya kekuasaan legislatif daerah,
dan merebaknya korupsi di daerah. Maka dari itu Undang-Undang Nomor 22
Tahun 1999 direvisi menjadi Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintah Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah dengan tekanan pada
peningkatan pengawasan terhadap jalannya otonomi daerah.
Undang-undang tersebut merupakan kebijakan yang dipandang sangat
demokratis dan memenuhi aspek desentralisasi pemerintah yang sesungguhnya.
Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan desentralisasi menjadi
suatu fenomena global termasuk Indonesia. Desentralisasi melahirkan otonomi
daerah yang bertujuan untuk memaksimalkan pelayanan dan lebih mendekatkan
fungsi pemerintahan kepada masyarakat dan diharapkan mampu meningkatkan
percepatan pembangunan dalam usaha pencapaian tujuan negara yaitu masyarakat
adil dan makmur.

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 dan Nomor 33 Tahun


2004, membawa konsekuensi bagi daerah dalam bentuk pertanggungjawaban atas
pengalokasian dana yang dimiliki dengan cara yang efektif dan efisien.
Pemerintah daerah perlu melakukan pengelolaan dana publik yang didasarkan
pada konsep dasar performance budgeting system (anggaran kinerja).
Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang dibiayai dari
uang publik. Anggaran digunakan untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan
instansi

pemerintah

yang

menunjukkan

bagaimana

tahap

perencanaan

dilaksanakan. Anggaran menggambarkan standar efektivitas dan efisiensi karena


memuat suatu set keluaran yang diinginkan.
Proses

penyelenggaraan

kekuasaan

negara

dalam

melaksanakan

penyediaan public goods and services merupakan bagian dari good governance.
Terselenggaranya suatu pemerintah daerah yang baik sebagai upaya good
governance ditunjukkan dengan transparansi, partisipasi, dan akuntabilitas suatu
instansi pemerintah yang merupakan suatu perwujudan kewajiban untuk
mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan masalah
instansi yang bersangkutan.
Penerapan dan pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata sangat
diperlukan sehingga penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan dapat
berlangsung secara berdaya guna dan berhasil. Pembangunan akan kebutuhan
masyarakat akan menjadikan landasan berpikir bagaimana mengoperasikan

otonomi sehingga betul-betul mencapai sasaran yaitu meningkatkan taraf dan


kualitas hidup masyarakat.
Sebagai perwujudan dari pelaksanaan otonomi daerah, salah satunya
melalui Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung
yang merupakan salah satu badan yang telah menerapkan anggaran berbasis
kinerja. Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget.
Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan
yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih
dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung
jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan
secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan
dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika
anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang
diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan
dengan hasil. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud
dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan
dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat
mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program.
Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini tidak hanya didasarkan pada apa
yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional,
tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu

disusun dan didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dengan penggunaan
biaya yang efisien dan efektif.
Berbeda

dengan

penganggaran

dengan

pendekatan

tradisional,

penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.


Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan
perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan
antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran
seperti ini disebut dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).
Adapun penelitian terdahulu yang penulis jadikan sebagai bahan rujukan
adalah:
1. Tinjauan Penganggaran Berbasis Kinerja Sebagai Upaya Peningkatan
Kinerja Pemerintahan Indonesia oleh Afiah (2010). Penelitian ini
menunjukkan bahwa dengan membangun suatu sistem anggaran
berbasis kinerja yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang
tersedia dengan hasil yang diharapkan.
2. Pengaruh Penganggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas
Pengendalian oleh Asmoko (2006). Penelitian ini bertujuan untuk
menguji pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap efektivitas
pengendalian yang meliputi efektivitas pengendalian keuangan dan
efektivitas pengendalian kinerja pada pemerintah daerah. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa penganggaran berbasis kinerja

berpengaruh positif secara signifikan terhadap efektivitas pengendalian


keuangan dan efektivitas pengendalian kinerja.
Berhubungan dengan penelitian sebelumnya yaitu mengenai anggaran
berbasis kinerja, penulis ingin meneliti lebih dalam mengenai implementasi dari
anggaran berbasis kinerja yang mempengaruhi kinerja instansi pemerintah daerah.
Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.
Dicantumkan pada Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(LAKIP) BAPPEDA Kota Bandung Tahun 2011, dari hasil pengukuran kinerja
yang dilakukan, pencapaian sasaran BAPPEDA secara umum sudah mencapai
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan data pengukuran kinerja
BAPPEDA Kota

Bandung Tahun 2011 terlihat prosentase pencapaian misi

BAPPEDA, yaitu meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan


daerah Kota Bandung yang professional 100%, meningkatkan kualitas dan
kuantitas sarana dan prasarana perencanaan pembangunan 100%, memantapkan
sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah yang terintegrasi dan
transparan 100%, meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan antar
pemerintah kabupaten/kota, provinsi dan pusat 100%, dan meningkatkan
kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi dengan dunia usaha dalam
dan luar negeri 100%. Prosentase pencapaian misi berdasarkan pengukuran
kinerja BAPPEDA menunjukkan hasil yang sangat memuaskan yaitu mencapai
100%.

Selain itu, berdasarkan analisis terhadap rincian kinerja yang dihubungkan


dengan pembiayaan terhadap pencapaian sasaran kinerja BAPPEDA yang
tercantum

dalam

LAKIP,

terdapat

berbagai

program

dengan

tingkat

pencapaiannya, yaitu program peningkatan kapasitas kelembagaan perencanaan


pembangunan daerah 79,98%, program pelayanan administrasi 98,18%, program
peningkatan disiplin aparatur 99%, program peningkatan pengembangan sistem
pelaporan capaian kinerja dan keuangan 100%, program peningkatan sarana dan
prasarana aparatur 80,44%, program perencanaan tata ruang 81,33%, program
pengembangan data informasi 87,51%, program perencanaan pengembangan kota
menengah dan besar 75,26%, program perencanaan pengembangan wilayah
85,55%,

program

perencanaan

pembangunan

daerah

86,65%,

program

perencanaan pembangunan ekonomi 99,19%, program perencanaan sosial budaya


sumber daya pemerintahan 74,49%, program pengendalian pencemaran dan
perusakan 94,44%, program perencanaan pembangunan bidang fisik dan tata
ruang 76,26%, program optimalisasi pemanfaatan tekhnologi informasi 94%,
program peneltian dan pengembangan daerah 90,85%, program kerjasama
pembangunan 80.17%, program peningkatan iklim dan realisasi investasi 97,90%,
program peningkatan promosi dan kerjasama investasi 97,98%.
Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai suatu tujuan dapat dibilang
sangat tergantung oleh disiplin para anggotanya. Salah satu program yang
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yaitu
program peningkatan disiplin aparatur. Program peningkatan disiplin aparatur
merupakan program yang bertujuan untuk meningkatkan disiplin aparatur.

Pencapaian sasaran program peningkatan disiplin aparatur BAPPEDA yaitu


mencapai 99%. Kedisiplinan aparatur akan sangat berpengaruh pada baik atau
buruknya kegiatan yang sedang dijalankan agar sesuai dengan harapan.
Adapun yang menjadi alasan diambilnya instansi pemerintah ini sebagai
objek penelitian karena penulis ingin mengetahui dan memahami sejauh mana
pelaksanaan anggaran berbasis kinerja di BAPPEDA pada Kota Bandung yang
sedang mengalami perkembangan dalam pembangunannya dan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh terhadap kinerja program peningkatan disiplin
aparaturnya. Apakah telah sesuai dengan visi, misi, tujuan, dan sasaran yang telah
ditetapkan sehingga dapat beroperasi secara efisien dan efektif.
Atas dasar uraian latar belakang penelitian penulis berminat untuk
melakukan penelitian dengan judul :
Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah (Studi kasus pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung)

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka identifikasi masalah
yang akan diteliti pada penelitian ini adalah

1) Bagaimana implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah


daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung.
2) Bagaimana kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi
pemerintah daerah dalam hal ini

Badan Perencanaan Pembangunan

Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.


3) Bagaimana pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap
kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah
dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh penganggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan
disiplin aparatur di instansi pemerintah daerah. Sedangkan tujuan dari
diadakannya penelitian antara lain adalah sebagai berikut :
1) Mengetahui implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah
daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung.
2) Mengetahui kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi
pemerintah daerah dalam hal ini
Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung.

Badan Perencanaan Pembangunan

3) Mengetahui pengaruh implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap


kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah
dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak
yang berkepentingan dalam masalah ini, yaitu:
a) Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan
pemahanan penulis dalam ilmu akuntansi khususnya penganggaran
berbasis kinerja.
b) Bagi instansi pemerintah daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi instansi pemerintah
daerah sebagai bahan pertimbangan untuk peningkatan kualitas kinerja
instansi pemerintah daerah.
c) Bagi pihak lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan tambahan
dan dapat menjadi bahan referensi, khususnya untuk mengkaji topik-topik
yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian


Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis melakukan
penelitian pada instansi pemerintah daerah dalam hal ini Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung yang berlokasi di Jl. Taman
Sari nomor 76 Bandung. Waktu penelitian dimulai dari bulan Oktober 2012
sampai dengan bulan Desember 2012.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian


2.1.1 Pengertian Anggaran Sektor Publik
Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak
dicapai selama periode waktu tertentu. Definisi anggaran menurut The National
Committee on Govermental Accounting (NCGA) yang saat ini telah menjadi
Govermental Accounting Standards Board (GASB) dalam Halim (2004:14) yaitu:
A budget is plan of financial operation embodying an estimated of
proposed expenditures for a given period of time and the proposed means
of financing them.

Jadi anggaran adalah rencana kegiatan yang diwujudkan dalam bentuk


financial, meliputi usulan pengeluaran yang diperkirakan untuk suatu periode
waktu serta usulan cara-cara memenuhi pengeluaran tersebut.
Sedangkan menurut Purnomo (2009:7) anggaran publik adalah sebagai
berikut:
Anggaran Publik merupakan suatu dokumen yang menggambarkan
kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi informasi
mengenai pendapatan, biaya, dan aktivitas.

Selain itu, menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah


sebagai berikut:

Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas


pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai dengan uang publik.

Anggaran menjadi penghubung antara sumber daya keuangan dengan


perilaku manusia dalam rangka pencapaian tujuan. Pada sektor swasta, anggaran
merupakan bagian dari rahasia perusahaan yang tertutup untuk publik, namun
sebaliknya pada sektor publik anggaran justru harus diinformasikan kepada publik
untuk dikritik, didiskusikan, dan diberi masukan.

2.1.1 Pengertian Anggaran Berbasis Kinerja


Mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000 tentang
Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan Daerah, penganggaran daerah di
Indonesia disusun dengan pendekatan Kinerja. Pendekatan Kinerja disusun untuk
mengatasi berbagai kekurangan yang terdapat dalam pendekatan tradisional,
khususnya kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolak ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran
pelayanan

publik.

Menurut

Direktorat

Pengawasan

Penyelenggaraan

Keuangan Daerah mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:


Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran bagi
manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam
kegiatan-kegiatan dengan keluaran
dan hasil yang diharapkan
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut.

Menurut

Peraturan menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006

pengertian anggaran berbasis kinerja adalah:

(1) Suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian hasil


kerja atau output dari perencanaan alokasi biaya atau input yang
ditetapkan; (2) Didasarkan pada tujuan dan sasaran kinerja.
Anggaran dipandang sebagai alat untuk mencapai tujuan; (3)
Penilaian kinerja didasarkan pada pelaksanaan value for money dan
efektivitas anggaran; dan (4) Anggaran kinerja merupakan sistem
yang mencakup kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja
sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran program.

Sedangkan menurut Darise (2008:146), penganggaran berbasis kinerja dapat


didefinisikan sebagaii berikut:
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggararan
yang dilakukan dengan memmperhatikan keterkaitan antara keluaran
dan hasil yang diharapkan dari kegiatan dan program termasuk
efisiensi dalam pencapaian keluaran dari hasil tersebut.

Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit
kerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti
dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada
anggaran berbasis kinerja didefinisikkan sebagai instrumen kebijakan yang berisi
satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah atau
lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran
atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah.
Sistem anggaran kinerja pada dasarnya merupakan sistem yang mencakup
kegiatan penyusunan program dan tolak ukur kinerja sebagai instrumen untuk
mencapai tujuan dan sasaran program. Dengan anggaran kinerja akan terlihat juga
hubungan yang jelas antara input, output, dan outcome yang akan mendukung
terciptanya sistem pemerintahan yang baik.

Anggaran berbasis kinerja sebagai suatu organisasi dalam memperoleh hasil


yang maksimal, dimana seluruh aktivitas yang akan dilakukan harus selalu dalam
kerangka tujuan yang ditetapkan serta dalam jangka panjang dapat mewujudkan
strategi yang dimiliki. Oleh karena itu, suatu anggaran yang akan didisain dan
disusun harus mampu menjadi panduan yang baik bagi pelaksanaan aktivitas yang
akan dilakukan oleh organisasi sesuai dengan tujuan dan strategi yang telah
ditetapkan. Untuk mewujudkan hal tersebut, dalam penyusunan anggaran berbasis
kinerja harus melalui beberapa tahap penyusunan seperti yang dikemukakan oleh
Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan
3. Penetapan Aktivitas
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.

Adapun penjelasan mengenai beberapa tahap penyusunan anggaran berbasis


kinerja yang telah dikutip diatas adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Visi dan misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang
memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh suatu
organisasi. Dari sudut pandang lain visi dan misi organisasi dapat :
a. Mencerminkan apa yang ingin dicapai
b. Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
c. Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis
d. Memiliki orientasi masa depan
e. Memerlukan seluruh unsur organisasi

f. Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.


2. Pembuatan Tujuan
Tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kurun waktu satu tahun
atau disebut juga dengan tujuan operasional. Tujuan operasional
merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, oleh karena itu tujuan
operasional harus menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang dimiliki,
mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan (reward) dan
hukuman (punishment). Sebuah tujuan operasional yang baik harus
mempunyai karakteristik berikut ini :
a. Mempersetansikan hasil bukan keluaran.
b. Dapat diukur, untuk mengetahui hasil akhir yang diharapkan telah
dicapai.
c. Dapat diukur dalam jagka pendek agar dapat dilakukan tindakan
koreksi.
d. Tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil untuk
menimbulkan interprestasi individu.
3. Penetapan Aktivitas
Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional
yang telah ditetapkan. Organisasi kemudian membuat sebuah unit atau
peket keputusan yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap
aktivitas. Alternatif keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan
bagi aktivitas yang bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi
komponen sebagai berikut :

a. Tujuan aktivitas, dinyatakan dalam suatu cara yang membuat tujuan


yang diharapkan menjadi jelas.
b. Alternatif aktivitas atau alat untuk mencapai tujuan yang sama dan
alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.
c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.
d. Input, kuantitas atau unit pelayanan yang disediakan (output) dan hasil
(outcome) pada beberapa tingkat pendanaan.
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
Setelah pengajuan anggaran disiapkan langkah selanjutnya (penelaahan
dan dan penentuan peringkat). Proses ini dapat dilakukan dengan standar
baku yang ditetapkan oleh organisasi ataupun dengan memberikan kriteria
dalam menentukan peringkat. Tekhnisnya, alternatif keputusan dari setiap
aktivitas program yang direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan
diurutkan berdasarkan priorotasnya.

2.1.3 Karakteristik Anggaran Berbasis Kinerja


Karakteristik anggaran berbasis kinerja menurut Nordiawan (2006:58)
adalah sebagai berikut :
1. Mengklasifikasikan akun-akun dalam anggaran berdasarkan
fungsi dan aktivitas dan juga berdasarkan unit organisasi dan
rincian belanja.
2. Menyelidiki dan mengkur aktifitas guna mendapatkan efisiensi
maksimum dan untuk mendapatkan standar biaya.
3. Mendasarkan anggaran untuk periode yang akan datang pada biaya
perunit standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang
diperkirakan harus dilakukan pada periode tertentu.

Anggaran berbasis kinerja melakukan pengklasifikasian akun-akun dalam


setiap anggaran berdasarkan fungsi dan aktivitasnya, mengukur seluruh
aktivitasnya dengan menggunakan standar biaya untuk memperoleh efisiensi yang
maksimal yang anggaran yang disusun berdasarkan pada perkiraan biaya perunit
standar dikalikan dengan jumlah unit aktivitas yang akan dilakukan dalam periode
tersebut.

2.1.4 Kelebihan Anggaran Berbasis Kinerja


Anggaran berbasis kinerja

merupakan bagian dari

New Public

Management yang merupakan penyempurnaan dari anggaran tradisional, dimana


anggaran dengan pendekatan kinerja disusun untuk mengatasi berbagai
kekurangan yang disebabkan oleh tidak adanya tolok ukur yang dapat digunakan
untuk mengukur kinerja dalam pencapaian tujuan dan sasaran publik.
Meskipun

demikian,

anggaran

kinerja

di

susun

sebagai

dasar

penyempurnaan anggaran tradicional. Menurut Nordiawan (2007) dijelaskan


bahwa kelebihan dari anggaran berbasis kinerja adalah sebagai berikut:
1. Kelebihan dari penggunaan anggaran berbasis kinerja adalah:
a. Anggaran disusun berdasarkan aktivitas yang di dukung oleh
estimasi biaya dan pencapaian yang di ukur secara kuantitatif.
b. Penekanannya pada kebutuhan untuk mengukur output dan
input.
c. Anggaran kinerja memasyarakatkan adanya data-data kinerja
memungkinkan legislatif untuk menambah atau mengurangi dari
jumlah yang diminta dalam fungsi dan aktivitas tertentu.
d. Menyediakan pada eksekutip pengendalian yang lebih terhadap
bawahannya.
e. Anggaran kinerja menekankan aktivitas yang memakai anggaran
daripada berapa jumlah anggaran yang terpakai.

2.1.5 Siklus Anggaran berbasis Kinerja


Penyusunan anggaran berbasis kinerja harus melalui beberapa tahap
penyusunan seperti yang dikemukakan oleh Nordiawan (2006: 79-83) berikut ini:
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
2. Pembuatan Tujuan
3. Penetapan Aktivitas
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan.

Selain itu, penelitian sebelumnya menyatakan bahwa siklus anggaran


meliputi empat tahap yang diungkapkan menurut Mardiasmo (2009:70) yang
terdiri atas:
1. Tahap Persiapan
2. Tahap Ratifikasi
3. Tahap Implementasi
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi

Adapun penjelasan mengenai siklus anggaran yang telah diutip diatas adalah
sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan anggaran dilakukan taksiran pengeluaran atas dasar
taksiran pendapatan yang tersedia. Yang didasari oleh visi, misi, dan
tujuan organisasi. Terkait dengan hal tersebut, perlu diperhatikan bahwa
sebelum

menyetujui

taksiran

pengeluaran,

hendaknya

dilakukan

penaksiran pendapatan terlebih dahulu.


2. Tahap Ratifikasi
Tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup
rumit. Pimpinan eksekutif dituntut memiliki integritas serta kesiapan

mental yang tinggi. Hal tersebut penting karena dalam tahap ini pimpinan
eksekutif harus mempunyai kemampuan untuk menjawab dan memberikan
argumentasi yang rasional atas segala pertanyaan dan bantahan dari pihak
legislatif.
3. Tahap Implementasi
Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang diperhatikan oleh
manajer keuangan publik adalah dimilikinya sistem (informasi) akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen. Manajer keuangan publik dalam hal
ini bertanggungjawab untuk menciptakan sistem akuntansi yang memadai
dan handal untuk perencanaan dan pengendalian anggaran yang telah
disepakati, dan bahkan diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran
periode berikutnya.
4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Tahap persiapan, ratifikasi, dan implementasi anggaran terkait dengan
aspek operasional anggaran, sedangkan tahap pelaporan dan evaluasi
terkait dengan aspek akuntabilitas. Jika tahap implementasi telah didukung
dengan sistem akuntansi dan sistem pengendalian manajemen yang baik,
maka diharapkan tahap pelaporan dan evaluasi tidak akan menemui
banyak masalah.
Semua kegiatan penyusunan rencana anggaran menjadi tanggung jawab unit
kerja, yang nantinya akan dituangkan dalam bentuk rencana anggaran satuan kerja
(RASK). Berkaitan dengan pertanggungjawaban publik, APBD tersebut secara

etis harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat dan secara legal harus
dipertanggungjawabkan kepada DPRD.
Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output.
Jadi, apabila kita menyusun dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus
fokus pada apa yang ingin dicapai. Jika fokus ke output, berarti pemikiran
tentang tujuan keiatan harus tercakup di setiap langkah ketika menyusun
anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada penatalaksanaan sehingga selain
efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolak ukur
keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau
hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun
suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan
anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia
dengan hasil yang diharapkan.
Untuk dapat menyusun Anggaran Berbasis Kinerja terlebih dahulu harus
disusun perencanaan strategik (Renstra). Penyusunan Renstra dilakukan secara
obyektif melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan
masyarakat agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal
yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolak ukur kinerja dan standar
pelayanan minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan.
Kinerja digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan
kegiatan/program/kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah
ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah.

2.1.6 Pengertian Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, maka penyusunan
APBD dilakukan dengan mengintegrasikan program dan kegiatan masing-masing
satuan kerja di lingkungan pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan
yang ditetapkan. Dengan demikian tercipta sinergi dan rasionalitas yang tinggi
dalam mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang tidak terbatas. Hal tersebut juga untuk menghindari duplikasi
rencana kerja serta bertujuan untuk meminimalisasi kesenjangan antara target
dengan hasil yang dicapai beradasarkan tolak ukur kinerja yang telah ditetapkan.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah menyatakan bahwa kinerja adalah:
Keluaran atau hasil dari kegiatan atau program yang hendak atau
telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan
kuantitas dan kualitas terukur.

Sedangkan menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah


sebagai berikut:
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Selain itu, menurut TIM AKIP BPKP (2000:7) menjelaskan definisi kinerja
sebagai berikut:
Kinerja merupakan kondisi yang harus diketahui dan diinformasikan
kepada pihak-pihak tertentu untuk mengetahui tingkat pencapaian
hasil suatu instansi dihubungkan dengan visi yang diemban suatu

organisasi serta mengetahui dampak positif dan negatif suatu


kebijakan operasional yang diambil.
Jadi secara umum dapat diartikan bahwa kinerja merupakan prestasi atau
hasil yang telah dicapai oleh organisasi dalam periode tertentu. Kinerja dapat
digunakan manajemen untuk melakukan penilaian secara periodik mengenai
efektivitas operasional suatu organisasi berdasarkan sasaran, standar dan kriteria
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di
ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.

Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat
kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata
tertib.

Bagi aparatur instansi pemerintah, disiplin mencakup unsur-unsur ketaatan,


kesetiaan, kesungguhan dalam menjalankan tugas dan kesanggupan berkorban,
dalam arti mengorbankan kepentingan pribadi dan golongannya untuk
kepentingan negara dan masyarakat. Disiplin aparatur merupakan kesanggupan
aparatur untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan.

Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin
aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan
yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap
peraturan atau tata tetib yang berlaku.
Program peningkatan disiplin aparatur bertujuan untuk peningkatan,
pengembangan dan

disiplin

dalam

menjalankan

tugas

aparatur

dalam

melaksanakan tugas. Selain itu, program tersebut mendorong dan memotivasi


aparatur dalam rangka peningkatan kinerja. Sasaran dalam program ini adalah
terwujudnya disiplin pegawai.
Program peningkatan disiplin pegawai termasuk dalam program rutin.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam program ini berhubungan dengan absensi,
pembinaan kedisiplinan aparatur, pelatihan pegawai. Selain itu, kegiatan dalam
program peningkatan disiplin aparatur yaitu pengadaan pakaian dinas beserta
perlengkapannya dan pengadaan pakaian khusus hari-hari tertentu dengan tujuan
meningkatkan disiplin aparatur dalam berpakaian.

2.1.7 Pengukuran Kinerja


Menurut Lembaga Administrasi Negara RI, pengukuran kinerja
didefinisikan sebagai berikut:
Pengukuran kinerja digunakan sebagai dasar untuk menilai
keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan
sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan
visi dan misi instansi pemerintah.

Pengukuran kinerja merupakan suatu alat manajemen yang digunakan untuk


meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan akuntabilitas. Selanjutnya,
dikatakan bahwa pengukuran kinerja juga digunakan untuk menilai pencapaian
tujuan dan sasaran (goals and objectives) dengan elemen kunci sebagai berikut:
(1) Perencanaan dan penetapan tujuan; (2) Pengembangan ukuran yang relevan;
(3) Pelaporan formal atas hasil; (4) Penggunaan informasi.
Menurut Mahmudi (2005:14), tujuan dilakukannya pengukuran kinerja
organisasi sektor publik adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi
2. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai
3. Memperbaiki kinerja periode berikutnya
4. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan
keputusan pemberian reward dan punishment
5. Memotivasi pegawai
6. Menciptakan akuntabilitas public

2.1.8 Tahapan dalam Pengukuran Kinerja


Dalam melakukan pengukuran kinerja harus dilakukan penetapan
indikator kinerja, pengumpulan data kinerja, dan cara pengukuran kinerja.
Menurut Bastian (2001:337) mendefinisikan indikator kinerja sebagai berikut:
Indikator kinerja adalah pengukuran kuantitatif dan kualitatif yang
menggambarkan tingkat pencapaian sasaran atau tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhitungkan elemen indikator kinerja

Penetapan indikator kinerja merupakan proses identifikasi dan klasifikasi


indikator kinerja melalui sistem pengumpulan dan pengolahan data informasi
untuk menentukan capaian tingkat kinerja kegiatan atau program. Dalam

pengukuran kinerja diperlukan juga penetapan capaian kinerja, yang dimaksud


untuk mengetahui dan menilai capaian indikator kinerja pelaksanaan kegiatan atau
program kebijakan yang telah ditetapkan.
Sebelum menyusun dan menetapkan indikator kinerja, terlebih dahulu
perlu diketahui syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu indikator kinerja.
Syarat-syarat yang berlaku untuk semua kelompok kinerja tersebut sebagai
berikut:
1. Spesifik dan jelas, sehingga tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.
2. Dapat diukur secara objektif baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif,
yaitu dua atau lebih mengukur indikator kinerja yang berkesimpulan sama.
3. Relevan, indikator kinerja harus menangani aspek-aspek objektif relevan.
4. Dapat

dicapai,

penting dan harus

berguna

untuk

menunjukkan

keberhasilan masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, serta dampak.


5. Efektif, dan atau informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang
bersangkutan dapat dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis dengan biaya yang
tersedia.
Elemen kinerja menurut Bastian (2001:337) adalah sebagai berikut:
1. Masukan (input)
2. Proses (process)
3. Keluaran (output)
4. Hasil (outcome)
5. Manfaat (benefits)
Adapun penjelasan dari elemen kinerja yang telah dikutip diatas adalah
sebagai berikut:

1. Masukan (input) mengukur jumlah sumber daya seperti

dana, SDM,

peralatan, material, dan masukan lainnya yang dipergunakan untuk


melaksanakan kegiatan.
2. Proses (process), organisasi merumuskan ukuran kegiatan, baik dari segi
kecepatan, ketepatan, maupun tingkat akurasi pelaksanaan kegiatan
tersebut. Rambu yang paling dominan dalam proses adalah tingkat
efisiensi dan ekonomis pelaksanaan kegiatan organisasi.
3. Keluaran (output) digunakan untuk mengukur keluaran yang dihasilkan
dari suatu kegiatan. Dengan membandingkan keluarn, instansi dapat
menganalisis apakah kegiatan terlaksanan sesuai dengan rencana.
4. Hasil (outcome) lebih utama dari pada sekedar output. Dengan outcome,
organisasi akan dapat mengetahui apakah hasil yang telah diperoleh dalam
bentuk output memang dapat dipergunakan sebagaimana mestinya dan
memberikan kegunaan yang besar bagi masyarakat banyak.
5. Manfaat (benefits) menggambarkan manfaat yang diperoleh dari indikator
hasil. Manfaat tersebut baru tampak setelah beberapa waktu kemudian,
khususnya dalam jangka menengah dan jangka panjang. Manfaat
menunjukkan hal yang diharapkan untuk dicapai bila keluaran dapat
diselesaikan dan berfungsi dengan optimal (tepat waktu dan lokasi).
Indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik
seperti yang dijelaskan menurut Mahmudi (2005:97) antara lain:
1. Sederhana dan mudah dipahami
2. Dapat diukur
3. Dapat dikuantifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio, persentase
dan angka

4. Dikaitkan dengan standar atau target kinerja


5. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi
6. Dikaji secara teratur.
Menurut Asmoko (2006), mengatakan bahwa pencapaian target anggaran
memainkan peranan penting karena anggaran menggambarkan standar efektivitas
dan efisiensi. Selain itu, Mardiasmo (2009:70) mengatakan lemahnya
perencanaan

anggaran

memungkinkan

munculnya

underfinancing

atau

overfinancing yang akan mempengaruhi tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran.


Efektivitas dan efisiensi didukung oleh konsep value for money yang merupakan
konsep dalam organisasi sektor public yang memiliki pengertian penghargaan
terhadap nilai uang.
Melihat pada konsep di atas, maka indikator kinerja yang dapat dipakai
untuk mengukur kinerja program dapat dilihat dari aspek-aspek:
1. Efektivitas
Efektivitas berkaitan erat dengan tindakan dalam mencapai tujuan
dan sasaran yang mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan agar dapat
tercapai sesuai dengan rencana.
Pengertian efektivitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
yaitu:
Sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan,
manjur dan membawa hasil dan merupakan keberhasilan suatu
usaha atau tindakan.
Selain itu, pengetian efektivitas menurut Syahrul (2000:326)
yaitu:

Tingkat dimana kinerja sesungguhnnya (aktual) sebanding


dengan kinerja yang ditargetkan.
2. Efisiensi
Kegiatan dikatakan efisien apabila hasil kerjanya dapat dengan
dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendahrendahnya.
Pengetian efesiensi menurut Mulyamah (1987:3) yaitu:
Efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan
rencana

penggunaan

masukan

dengan

penggunaan

yang

direalisasikan.
Untuk melakukan pengukuran ini perlu mengaitkan dengan sumber
daya yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa sesuai dengan
rencana yang disusun dan dilakukan evaluasi yang merupakan suatu proses
penilaian.
Selain efektivitas dan efisiensi, pertumbuhan pegawai akan berpengaruh
pada kinerja suatu program atau kegiatan seperti yang diungkapkan oleh
Tampubolon (2007), yang mengatakan bahwa sumber daya manusia sebagai
salah satu faktor yang memegang peranan penting berhasil tidaknya suatu
organisasi dalam mencapai tujuan sehingga perlu diarahkan melalui manajemen
sumber daya manusia. Oleh karena itu, pertumbuhan pegawai merupakan salah
satu indikator dalam mencapai kinerja dan tujuan yang diharapkan.
Kinerja dan prestasi kerja yang tinggi dari seorang karyawan dihasilkan
tidak hanya dari kemampuan atau keterampilan, tetapi juga dipengaruhi oleh

motivasi dan kesempatan berprestasi. Kemampuan, motivasi, dan kesempatan


berprestasi merupakan cara untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kemampuan memiliki kata dasar mampu
yang artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, oleh karena itu maka
kemampuan sendiri memiliki arti kesanggupan. Jadi, kemampuan adalah
kesanggupan seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu
pekerjaan.
Kemampuan sering disamakan dengan bakat, William dan Micahel
(Suryabrata, 2004:160) menjelaskan bahwa:
Bakat merupakan kemampuan individu untuk melakukan suatu
tugas yang tergantung sedikit banyak latihan.
Secara psikologis, kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan
potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge and skill). Artinya, pegawai yang
memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai
untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka
akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai
perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya.
Sedangkan motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan pegawai
terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja). Menurut Wexley & Yuki
(Asad, 1987) menjelaskan bahwa motivasi merupakan pemberian dan
penimbulan motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif. Oleh
karena itu, maka motivasi akan menimbulkan pengaruh dalam pencapaian tujuan
organisasi.

Dan yang terakhir, kesempatan berprestasi adalah suatu dorongan dalam


diri pegawai untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas secara berkualitas dengan
sebaik-baiknya agar mampu mencapai prestasi dengan predikat terpuji. Hasil kerja
yang berkualitas akan mempengaruhi peningkatan karier setiap pegawai.
Mangkunegara (2004:68) berpendapat bahwa terdapat hubungan positif antara
motif berprestasi dengan pencapaian kinerja.
Agar diperoleh data kinerja yang akurat, lengkap, tepat waktu, dan
konsisten, maka perlu dibangun atau dikembangkan sistem pengumpulan data
kinerja atau sistem informasi kinerja. Sistem informasi kinerja ini hendaknya
dibangun dan dikembangkan di atas prinsip-prinsip keseimbangan biaya dan
manfaat.

Untuk

itu,

sistem

informasi

kinerja

yang

dibangun

dapat

mengintegrasikan data yang dibutuhkan dan unit-unit yang bertanggung jawa


dalam pencatatan, secara terpadu dengan sistem informasi yang ada. Hal tersebut
dapat dilakukan dengan memasukkan kewajiban membuat laporan secara regular
atas data kinerja.
Beberapa cara atau metode pengukuran kinerja adalah membandingkan
antara rencana dengan realisasinya, membandingkan antara realisasi tahun ini
dengan realisasi sebelumnya, membandingkan dengan organisasi lain yang sejenis
dan dianggan terbaik dalam bidangnya, dan membandingkan antara realisasi
dengan standar. Cara atau metode pengukuran kinerja yang digunakan oleh Badan
Perencanaan

Pembangunan

Daerah

Kota

membandingkan antara rencana dan realisasinya.

Bandung

adalah

dengan

2.2 Kerangka Pemikiran


Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi menjadi
suatu fenomena global termasuk Indonesia. Tuntutan demokratisasi ini
menyebabkan aspek transparansi dan akuntabilitas menjadi hal penting dalam
pengelolaan pemerintah termasuk bidang pengelola negara. Agar dapat mengukur
hal tersebut, maka penggunaan anggaran merupakan titik fokus dalam proses
perencanaan dan pengendalian.
Menurut Mardiasmo (2009:12) anggaran sektor publik adalah sebagai
berikut:
Anggaran sektor publik merupakan instrument akuntabilitas atas
pengelolaan dana publik dan pelaksanaan program-program yang
dibiayai dengan uang publik.

Penganggaran merupakan perencanaan yang dikembangkan untuk dapat


mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai dan sesuai dengan tanggung jawabnya
kepada publik. Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk
digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah.
Menurut Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
mendefinisikan anggaran berbasis kinerja sebagai berikut:
Penganggaran Berbasis Kinerja merupakan metode penganggaran
bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang
dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang
diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran
tersebut.
Pemerintah daerah menyusun dan menetapkan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) adalah sebagai alat utama untuk menjalankan otonomi

daerah yang nyata dan bertanggung jawab dan merupakan rencana operasional
keuangan pemerintah daerah yang menggambarkan pengeluaran untuk kegiatan
keseharian daerah dan proyek pembangunan daerah.
Penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran yang
dilakukan dengan memperhatikan keterkaitan antara keluaran dan hasil yang
diharapkan. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada
setiap unit kerja.
Menurut Bastian (2001:329), pengertian dari kinerja adalah sebagai berikut:
Kinerja adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran,
tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan
skema strategis (strategic planning) suatu organisasi.

Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program dengan


diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan.
Pengertian program menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Program adalah rancangan mengenai asas-asas serta usaha-usaha (di
ketatanegaraan, perekonomian, dsb) yang akan dijalankan.
Suatu program akan terlaksana dengan baik jika didukung dengan tingkat
kedisiplinan yang baik. Disiplin merupakan perasaan taat dan patuh terhadap
peraturan-peraturan dalam melakukan pekerjaan tertentu yang menjadi tanggung
jawabnya.
Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yaitu:
Disiplin adalah ketaatan atau kepatuhan kepada peraturan tata
tertib.

Disiplin aparatur merupakan kesanggupan aparatur untuk menaati kewajiban


dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan.
Oleh karena itu, dapat diketahui bahwa kinerja program peningkatan disiplin
aparatur merupakan prestasi atau hasil yang telah dicapai sesuai dengan rancangan
yang telah ditetapkan mengenai ketaatan atau kepatuhan aparatur terhadap
peraturan atau tata tetib yang berlaku.
Anggaran harus didasarkan pada sasaran yang hendak dicapai pada tahun
tersebut. Setiap unit kerja harus bisa merencanakan anggaran berdasarkan tugas
pokok dan fungsi, tingkat prioritas, tujuan dan sasaran tertentu yang disertai
dengan penilaian yang jelas dan bisa diukur sehingga dapat dilihat efisiensi dan
efektivitasnya.
Dengan adanya Anggaran berbasis kinerja maka kinerja instansi pemerintah
daerah seharusnya lebih baik, karena anggaran berbasis kinerja dibuat berdasarkan
tujuan dan sasaran kinerja dengan memperhitungkan efisiensi dan efektifitas
anggaran yang mana efisiensi dan efektivitas adalah indikator kinerja dalam
pengukuran kinerja organisasi/instansi pemerintah.
Selain itu, motivasi, dan kesempatan berprestasi merupakan salah satu cara
penting untuk mendorong tercapainya tujuan organisasi. Pegawai perlu
ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan keahliannya agar dapat lebih
menggerakkan pegawai untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

2.3 Hipotesis Penelitian


Berdasarkan uraian kerangka pemikiran tersebut, penulis menyajikan
hipotesis sebagai berikut :
H1 : Adanya pengaruh anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program
peningkatan disiplin aparatur.

BAB III
OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian


Objek penelitian skripsi ini adalah Pengaruh Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur pada
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yang berlokasi di Jl.
Tamansari Nomor 76, Bandung.

3.1.1 Gambaran Umum Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota


Bandung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah
salah satu lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung. Awal mula
pembentukan Bappeda bermula ketika pada tahun 1972 Pemerintah Provinsi Jawa
Barat melakukan penyempurnaan Badan Perancang Pembangunan Daerah
(Bappemda) Provinsi Jawa Barat dengan membentuk Badan Perancang
Pembangunan Kotamadya (Bappemko) dan Badan Perancang Pembangunan
Kabupaten (Bappemka), yang merupakan badan perencanaan pertama di
Indonesia yang bersifat regional dan lokal serta ditetapkan dengan SK Gubernur
Provinsi Jawa Barat No. 43 Tahun 1972.
Setelah berjalan 2 tahun, kedudukan Badan Perencanaan Pembangunan
Daerah Tingkat I dikukuhkan dan diakui dengan SK Presiden No. 15 Tahun 1974,
sedangkan untuk Daerah Tingkat II masih berlaku SK Gubernur. Baru kemudian

dengan SK Presiden No. 27 Tahun 1980, Badan Perencanaan Pembangunan


Daerah Tingkat II diakui secara nasional. Dengan SK Presiden tersebut, lahirlah
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat I atau Bappeda Tingkat I dan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Tingkat II atau Bappeda Tingkat II.
Pertimbangan yang mendasari terbitnya SK Presiden No. 27 Tahun 1980, yaitu:
1. Untuk meningkatkan keserasian pembangunan di daerah diperlukan
adanya peningkatan keselarasan antara pembangunan sektoral dan
pembangunan regional;
2. Untuk menjamin laju perkembangan, keseimbangan, dan kesinambungan
pembangunan di daerah diperlukan perencanaan yang lebih menyeluruh,
terarah, dan terpadu.
Dalam lingkup Kota Bandung sendiri, pembentukan Bappeda Kotamadya
Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada Perda No. 21 Tahun 1981 dan Perda
No. 24 Tahun 1981, sebagaimana telah mengalami penyesuaian sejalan dengan
perubahan paradigma pembangunan. Seiring dengan diberlakukannya UndangUndang Nomor 22 Tahun 1999, maka Pemerintah Kota Bandung menata kembali
Struktur Organisasi Perangkat Daerahnya, termasuk merubah nama Bappeda
Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung.
Perubahan ini ditetapkan dengan Perda Kota Bandung No. 06 Tahun 2001
Tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Tingkat
Kota Bandung, sedangkan uraian tugas dan fungsinya ditetapkan dengan Perda
No. 17 Tahun 2001 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

3.1.2 Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota


Bandung
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai bagian integral
dari Pemerintah Kota Bandung, yang memiliki peran dan fungsi perencanaan
pembangunan sangat strategis keberadaannya dalam kerangka pencapaian visi
Pemerintah Kota yaitu, Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa
Bermartabat sebagaimana tertuang dalam peraturan daerah nomor 09 tahun 2009
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota
Bandung tahun 2009-2013.
Rumusan visi yang ingin dicapai Bappeda pada masa mendatang adalah
Terwujudnya Bappeda sebagai lembaga perencanaan pembangunan yang
kredibel

dalam

Memantapkan

Kota

Bandung

sebagai

Kota

Jasa

Bermartabat.
Pengertian Visi Bappeda tersebut adalah sebagai lembaga teknis di
lingkungan Permerintah

Kota Bandung yang memiliki kewenangan dalam

perencanaan dan pengendalian, harus kredibel artinya dapat dipercaya, sehingga


segala rumusan kebijakan yang akan ditetapkan dan dilaksanakan dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan prosedural.
Untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan tersebut dengan bertumpu
kepada potensi sumber daya dan kemampuan yang dimiliki serta ditunjang dengan
semangat kebersamaan, tanggung jawab yang optimal dan proporsional dari
seluruh aparat Bappeda dan dukungan pemangku kepentingan, maka ditetapkan
Misi sebagai berikut :

1. Meningkatkan kompetensi aparatur perencanaan pembangunan daerah


kota Bandung yang profesional ;
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana perencanaan
pembangunan yang memadai;
3. Memantapkan sistem pengelolaan perencanaan pembangunan daerah
yang terintegrasi dan transparan;
4. Meningkatkan sinergitas penyelenggaraan perencanaan pembangunan
internal daerah, antar Pemerintah Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat;
5. Meningkatkan kerjasama perencanaan pembangunan dan investasi
dengan dunia usaha dalam dan luar negeri.

3.1.3 Tujuan dan Sasaran Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota


Bandung
Berdasarkan visi dan misi Bappeda Kota Bandung, maka tujuan pelaksanaan
tugas pokok dan fungsi Bappeda dari penjabaran misi, adalah:
MISI 1.

MISI 2

Tujuan :
Meningkatkan kualitas sumberdaya aparatur perencana melalui
peningkatan keterampilan, profesionalisme, disiplin dan etos kerja
serta pembinaan mental spiritual.
Sasaran :
1. Meningkatnya kemampuan dan pengetahuan aparatur.
Terwujudnya attitude (sikap) aparatur perencanaan yang baik untuk
menghasilkan perencanaan pembangunan yang berkelanjutan
Tujuan :
1. Peningkatan pelayanan kepada masyarakat secara optimal dan
memuaskan
2. Meningkatkan peran, fungsi dan kinerja kelembagaan
perencanaan pembangunan (Bappeda) yang profesional.
3. Mewujudkan tata kelola kepemerintahan kota yang baik (good
governance)

MISI 3

MISI 4

MISI 5

Sasaran :
1. Terselenggaranya sistem pelayanan yang berazaskan pada
transparansi, akuntabilitas, kondisional, partisipatif, dan tidak
diskriminatif;
2. Terwujudnya pelayanan yang sederhana dalam prosedur,
adanya kejelasan persyaratan teknis dan administratif, kepastian
waktu, akurasi produk pelayanan, kelengkapan sarana dan
prasarana termasuk penyediaan sarana teknologi informasi dan
komunikasi, keamanan, tanggungjawab, kemudahan akses,
kedisiplinan, kesopanan dan keramahan serta kenyamanan
3. Pembenahan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang mencakup
pembaharuan sistem dan struktur pemerintahan yang berbasis
kinerja
Tujuan :
Meningkatkan
kualitas
mekanisme
sistem
perencanaan
pembangunan yang aspiratif, antisipatif, aplikatif dan akuntabel.
Sasaran :
1. Terumuskannya kebijakan umum pembangunan daerah yang
integratif dan akuntabel
2. Meningkatnya aksesibilitas terhadap penyusunan dokumen
perencanaan
3. Meningkatnya kualitas pelaksanaan penelitian dan
pengembangan daerah
4. Meningkatnya kualitas dan intensitas pengendalian perencanaan
pembangunan
Tujuan :
Terselenggaranya
peningkatan
sinergitas
kebijakan dan
harmonisasi networking (jejaring) perencanaan antar Pemerintah
Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Sasaran :
Meningkatnya koordinasi perencanaan pembangunan antar sektor
skala Kabupaten/Kota, Provinsi dan Pusat.
Tujuan :
Terciptanya partisipasi masyarakat dan dunia usaha (swasta) dalam
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah.
Sasaran:
1. Meningkatnya peran masyarakat dan dunia usaha dalam proses
perencanaan
2. Meningkatnya peran dunia usaha dalam pelaksanaan
pembangunan.

3.1.4 Tugas dan Fungsi Pokok Badan Perencanaan Pembangunan Daerah


Kota Bandung
Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Lembaga Teknis Daerah
Kota Bandung diatur berdasarkan Peraturan Walikota No 474 Tahun 2008. Badan
Perencanaan Pembangun Daerah sebagai lembaga Teknis di lingkungan
Pemerintah Kota Bandung mempunyai Tugas pokok melaksanakan penyusunan
dan pelaksanaan kebijakan Lingkup perencanaan pembangunan daerah. Rincian
Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda sesuai dengan peraturan dimaksud dimaksud,
adalah sebagai berikut :
1. Tugas Pokok
Melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang
perencanaan pembangunan daerah.
2. Fungsi
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan
daerah dan penanaman modal;
b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;
c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan daerah di
bidang penanaman modal;
d. Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan
penanaman modal yang meliputi perencanaan tata ruang dan fisik,
perencanaan ekonomi dan pembiayaan, perencanaan social budaya
dan kesejahtraan rakyat, pemerintahan, penelitian pengembangan dan
statistik serta penanaman modal;

e. Pelaksanaan pelayanan teknis administrative Badan; dan


f. Pelaksanaan tugas lain yang diterbitkan oleh Walikota sesuai dengan
tugas dan fungsinya.

3.1.5

Struktur Organisasi

dan

Uraian

Tugas

Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung


Struktur organisasi adalah salah satu aspek yang penting dalam pencapaian
tujuan organisasi. Hal ini untuk mengganbarkan deskripsi tugas dan fungsi yang
harus dilaksanakan oleh masing-masing satuan kerja atau personil.
Berikut ini gambaran umum tentang susunan organisasi Badan Perencanaan
Pembangunan Daerah Kota Bandung adalah :
1) Kepala Badan;
2) Sekretariat, membawahkan :
a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Program.
3) Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;
b. Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana.
4) Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi;
b. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha
Daerah.
5) Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat,
membawahkan :
a. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya;
b. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat.

6) Bidang Perencanaan Pemerintahan, membawahkan :


a. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan;
b. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah.
7) Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik, membawahkan :
a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan;
b. Sub Bidang Statistik.
8) Bidang Penanaman Modal, membawahkan :
a. Sub Bidang Informasi Penanaman Modal dan Promosi Daerah;
b. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Investasi.
9) Unit

Pelaksana

Teknis

Bandung

Electronic

Procurement,

membawahkan :
a. Sub Bagian Tata Usaha Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic
Procurement.
10) Kelompok Jabatan Fungsional.

Penentuan anggaran dan program dipengaruhi oleh kepala badan, kepala


bidang, maupun kepala sub bidang dan yang berpengaruh terhadap penulisannya
adalah sub bagian keuangan dan sub bagian program, selain itu yang berpengaruh
dalam penulisan program peningkatan disiplin aparatur adalah sub bagian umum
dan kepegawaian dengan rincian tugas pokok dan fungsi yang telah ditetapkan
sesuai dengan Peraturan Walikota Bandung Nomor 10 tahun 2010 adalah sebagai
berikut :
(A) Sub Bagian Keuangan
1) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian
tugas sekretariat lingkup keuangan.

2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),


Sub Bagian Keuangan mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi keuangan
badan;
b. Pelaksanaan pengelolaan administrasi keuangan meliputi kegiatan
penyiapan

bahan

penyusunan

penyusunan anggaran,

rencana

anggaran,

koordinasi pengelola

koordinasi

dan pengendalian

keuangan, serta menyusun laporan keuangan badan;


c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi keuangan
badan.
(B) Sub Bagian Program
1) Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas
sekretariat lingkup program.
2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bagian Program mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi program
kerja badan;
b. Pelaksanaan pengendalian program meliputi kegiatan penyiapan bahan
penyusunan rencana kegiatan dinas, koordinasi penyusunan rencana
dan program dinas serta koordinasi pengendalian program;
c. Evaluasi dan pelaporan lingkup pengelolaan administrasi program
kerja badan.

(C) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian


1) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian tugas sekretariat lingkup umum dan kepegawaian.
2) Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Sub Bagian Umum dan Kepegawaian mempunyai fungsi :
a. Penyusunan rencana dan program pengelolaan administrasi umum dan
kepegawaian badan;
b. Pengelolaan administrasi umum yang meliputi pengelolaan naskah
dinas, penataan kearsipan badan, penyelenggaraan kerumahtanggaan
badan, pengelolaan perlengkapan dan administrasi perjalanan dinas;
c. Pelaksanaan administrasi kepegawaian yang meliputi kegiatan
penyiapan

bahan

penyusunan

rencana

mutasi,

cuti,

disiplin,

pengembangan pegawai dan kesejahteraan pegawai;


d. Evaluasi dan pelaporan kegiatan lingkup administrasi umum dan
kepegawaian.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi merupakan objek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan
memenuhi syarat tertentu yang berkaitan dengan masalah dalam penelitian.
Sugiyono (2010:61) mendefinisikan populasi adalah sebagai berikut :
Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai
kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pimpinan sub unit kerja
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung, yang terdiri dari :
1) 1 orang Kepala Badan,
2) 1 orang Sekertaris,
3) 6 orang Kepala Bagian,
4) 16 orang Kepala Sub Bidang,
5) 1 orang Kepala Unit Pelaksana Teknis Badan, dan
6) 1 orang Kelompok Jabatan Fungsional
Sehingga apabila dihitung keseluruhan populasinya berjumlah 26 (dua
puluh enam) orang pemimpin. Dalam penelitian studi kasus, populasi yang
dijadikan penelitian sudah hampir memiliki karakter yang sama.
Pengertian sampel yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010:62), yaitu :
Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimilki oleh
populasi tersebut.
Teknik sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
sampling jenuh dikarenakan menurut Sugiyono (2010:85), sampling jenuh
merupakan teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan
sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil yaitu kurang
dari 30 orang. Maka berdasarkan pendapat Sugiyono, sampel penelitian yang
diambil pada instansi BAPPEDA adalah sampel yang memiliki karakteristik yang
dibutuhkan dalam penelitian yaitu yang berpengaruh dalam penentuan anggaran
dan mengetahui kedisiplinan para aparatur sebanyak 26 orang.

3.3 Metode Penelitian


Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif
analisis dengan pendekatan studi kasus. Menurut Moh. Nazir (2003:63) metode
penelitian deskriptif analisis dengan pendekatan studi kasus adalah :
Suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada
masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk menggambarkan suatu
keadaan instansi secara sistematik, aktual, dan akurat dengan cara mengumpulkan
data berdasarkan fakta yang nampak dalam organisasi dimana fakta tersebut
dikumpulkan, dioleh, dan dianalisis, sehingga dapat memberikan saran-saran
untuk masa yang akan datang. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok,
lembaga, maupun masyarakat. Hasil dari penelitian studi kasus merupakan suatu
generalisasi dari pola studi kasus tang tipikal dari individu atau lembaga yang
diteliti.
3.3.1 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh hasil penelitian yang diharapkan maka diperlukan data
dan informasi yang mendukung. Berkaitan dengan keperluan tersebut, maka
penelitian yang dilakukan penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai
berikut:
1) Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu, penelitian secara langsung ke objek penelitian dengan cara :
a. Observasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan
secara langsung objek yang diteliti.

b. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan dengan cara tanya jawab


dengan pejabat yang berwenang mengenai masalah yang diteliti.
c. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membuat
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan penulis kepada kepala badan,
sekertariat, kepala bidang dan kepala sub bidang.
2) Penelitian Literatur (Literature Research)
Yaitu, penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan
literatur-literatur, catatan-catatan ilmiah yang dijadikan landasan
teoritis untuk menjawab identifikasi masalah.

3.4 Operasional Variabel Penelitian


Menurut Sugiyono (2010), variabel penelitian adalah sesuatu hal yang
berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh penulis untuk dipelajari sehingga
diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.
Sesuai dengan judul penelitian Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja Terhadap Kinerja Program Instansi Pemerintah Daerah maka variabel
yang terkait, yaitu:
1) Anggaran berbasis kinerja (variabel X), yaitu suatu variabel yang
mempengaruhi variabel lainnya.
2) Kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah
daerah (variabel Y), yaitu suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel
independen.

Untuk kepentingan pengujian hipotesis, kedua variabel tersebut dijabarkan


lebih lanjut sehingga diperoleh indikatornya. Lebih jelasnya operasionalisasi
variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.1
Operasionalisasi Variabel Penelitian
Operasionalisasi
Variabel
Anggaran
Berbasis Kinerja
(X)
Mardiasmo
(2010)
Kinerja Program
Peningkatan
Disiplin Aparatur
Instansi
Pemerintah
Daerah (Y)
Asmoko (2006),
Tampubolon
(2007)

Indikator
Persiapan
Ratifikasi
Implementasi
Evaluasi dan
Pelaporan
a. Efektifitas
b. Efisiensi
c. Pertumbuhan
Pegawai
(Kemampuan,
Motivasi,
kesempatan
berprestasi)

Skala
Pengukuran

Instrumen

a.
b.
c.
d.

Ordinal

Observasi
Wawancara
Kuesioner

3.4.1 Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan dua metode analisis data, yaitu :
1) Analisis Kualitatif
Yaitu, suatu analisis di mana data yang diperoleh mengenai objek
penelitian yang merupakan data kualitatif dianalisis berdasarkan
perbandingan antara teori dengan kenyataan yang diperoleh penulis
selama penelitian dilakukan di perusahaan.

2) Analisis Kuantitatif
Yaitu, suatu analisis data dengan menggunakan rumus statistika berupa
analisis koefisien regresi dan korelasi, koefisien determinasi, dan uji
hipotesis.
Untuk keperluan analisis ini, penulis mengumpulkan dan mengolah data
yang diperoleh dari kuesioner dengan cara memberikan bobot penilaian dari setiap
pertanyaan dengan menggunakan teknik skala Likert yang berskala ordinal.
Adapun kategori dan bobot penilaian jawaban dari kuesioner tersebut adalah
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Penggunaan Skala Pengukuran dalam Kuesioner
Notasi
Sangat Setuju (SS)

Nilai
5

Setuju (S)

Ragu-ragu (RG)

Tidak Setuju (TS)

Sangat Tidak Setuju


(STS)

Keterangan
Jawaban apabila responden sangat setuju
dengan pernyataan dalam kuesioner
Jawaban apabila responden setuju dengan
pernyataan dalam kuesioner
Jawaban apabila responden ragu-ragu
dengan pernyataan dalam kuesioner
Jawaban apabila responden tidak setuju
dengan pernyataan dalam kuesioner
Jawaban apabila responden sangat tidak
setuju dengan pernyataan dalam
kuesioner

Setelah diperoleh skor keseluruhan dari pernyataan mengenai implementasi


anggaran berbasis kinerja maupun mengenai program peningkatan disiplin
aparatur, maka dapat diketahui apakah implementasi anggaran berbasis kinerja
dan program peningkatan disiplin aparatur masuk dalam kategori sangat buruk,
buruk, netral, baik, atau sangat baik dengan dilakukannya perhitungan melalui
tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner).

3.4.2 Pengujian Kualitas Data


Dalam penelitian data memiliki kedudukan yang sangat penting karena data
merupakan penggambaran variabel yang diteliti dan berfungsi sebagai alat
pembuktian hipotesis yang akan menjadi kesimpulan penelitian. Kesimpulan
penelitian yang berupa jawaban atas pemecahan masalah penelitian dibuat
berdasarkan hasil proses pengujian data yang meliputi pemilihan, pengumpulan
dan analisis data. Oleh karena itu, hasil penelitian tergantung pada kualitas data.
Untuk mengungkapkan aspek-aspek atau variabel-variabel yang diteliti,
diperlukan suatu alat ukur atau skala tes yang valid dan dapat diandalkan agar
kesimpulan penelitian tidak akan keliru dan tidak akan memberikan gambar yang
jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya, untuk itu perlu dilakukan uji
validitas dan uji reliabilitas.
a. Pengujian Validitas Instrumen
Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk
mendapatkan data (mengukur) itu valid. Menurut Sugiyono (2010:348)
mendefinisikan valid sebagai berikut :
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk
mengukur apa saja yang seharusnya diukur.

Dengan demikian untuk mengukur sesuatu harus digunakan instrumen


atau alat ukur yang tepat. Pengujian validitas tiap butir digunakan analisis
item, yaitu mengkorelasikan skor tiap butir dengan skor total.
Adapun koefisien korelasi yang digunakan untuk menghitung korelasi
antara skor item dengan skor total dalam pengujian validitas alat ukur

penelitian ini adalah koefisien korelasi rank Spearman. Hal ini


dikarenakan skala pengukuran pada alat ukur penelitian adalah berskala
ordinal.
Rumus koefisien korelasi rank Spearman menurut Sitepu (1995:26)
adalah sebagai berikut :

rs

n 1
R( X ) R(Y ) n 2

2
2

( R( X )) 2 n n 1 ( R(Y )) 2 n n 1

2
2

Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor item)


R(Y) = Ranking variabel Y (skor total)
rs

= koefisien korelasi rank Spearman

= jumlah

responden

(banyaknya

pasangan

data

observasi)
Berdasarkan hasil korelasi antara skor tiap item dengan skor total item
(uji validitas), maka dapat diketahui item-item mana yang valid dan tidak
valid berdasarkan kriteria discriminating power test dari Daniel J. Mueller
(1986) dalam Al-Rasyid (2003:133), yaitu:
a.

Jika rs > 0 dan signifikan (nyata), artinya item dapat dipergunakan


(valid)

b.

Jika rs > 0 dan tidak signifikan (tidak nyata), artinya item tidak dapat
dipergunakan (tidak valid)

c.

Jika rs = 0 artinya item tidak dapat dipergunakan (tidak valid)

d.

Jika rs < 0 dan signifikan (nyata), artinya item harus diperiksa apakah
ada kekeliruan atau tidak dipergunakan (tidak valid)

e.

Jika rs < 0 dan tidak signifikan (tidak nyata) artinya tidak dapat
dipergunakan (tidak valid)

Untuk menguji signifikan (nyata) atau tidaknya, perhatikan hal berikut:


a.

Untuk data penelitian n < 30, maka dilakukan dengan membandingkan


rs dengan rs tabel. Jika rs > rs tabel, maka tolak H 0 (signifikan).

b.

Untuk data penelitian n > 30, maka dilakukan dengan membandingkan


t dengan t tabel. Jika t > t tabel, maka tolak H0 (signifikan), dengan
nilai

c.

r n2

1 r
2

Selain itu dapat pula dengan melihat nilai p-value dari korelasinya.
Jika nilai p-value < = 0,05 maka signifikan (nyata).

Item yang valid dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. Sedangkan


item yang tidak valid tidak dapat digunakan (dibuang) atau diperbaiki.

b. Pengujian Reliabilitas Instrumen


Menurut Sugiyono (2010:348) mendefinisikan instrumen yang
reliabel sebagai berikut :
Instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan
beberapa

kali

untuk

mengukur

menghasilkan data yang sama.

objek

yang

sama,

akan

Dengan demikian, suatu instrumen dikatakan reliabel bila digunakan


untuk mengukur berkali-kali data yang sama (konsisten). Pengujian
keandalan (reliabilitas) ditunjukan untuk menguji sejauh mana hasil
pengukuran dapat dipercaya, tinggi rendahnya keandalan digambarkan
melalui koefisien reliability dalam suatu angka tertentu. Dalam pengujian
keandalan ini digunakan tes internal consistency, yaitu sistem pengujian
terhadap kelompok yang kemudian dihitung skor dan diuji konsistensinya
terhadap berbagai item yang ada dalam kelompok tersebut. Sedangkan
teknik yang digunakan dalam analisis reliabilitas adalah Split Half (Belah
Dua). Langkah-langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut Ancok
(1989:25) :
1.

Membagi item-item valid menjadi dua belahan (kelompok), yaitu item


bernomor ganjil dan item bernomor genap. Item yang bernomor ganjil
dikelompokkan sebagai belahan pertama, sedangkan yang bernomor
genap dikelompokkan sebagai belahan kedua.

2.

Skor masing-masing item pada tiap belahan dijumlahkan. Langkah ini


akan menghasilkan dua skor total untuk masing-masing responden,
yakni skor total belahan pertama dan skor belahan kedua.

3.

Mengkorelasikan skor total belahan pertama dan skor total belahan


kedua dengan menggunakan teknik korelasi Rank Spearman, dengan
rumus :

rs

n 1
R( X ) R(Y ) n 2

2
2

( R( X )) 2 n n 1 ( R(Y )) 2 n n 1

2
2

Keterangan : R(X) = Ranking variabel X (skor total ganjil)


R(Y) = Ranking variabel Y (skor total genap)
rs

= koefisien korelasi rank Spearman

= jumlah

responden

(banyaknya

pasangan

data

observasi)
4.

Oleh karena angka korelasi yang diperoleh adalah angka korelasi dari
alat ukur yang dibelah, maka angka korelasi yang dihasilkan lebih
rendah daripada angka korelasi yang didapat jika alat ukur tersebut
tidak dibelah. Oleh karena itu, harus dicari angka reliabilitas untuk
keseluruhan item tanpa dibelah. Cara mencari reliabilitas untuk
keseluruhan item adalah dengan mengkorelasikan angka korelasi yang
diperoleh dengan memasukkan ke dalam rumus :

rtot

2( rtt )
1 rtt

Keterangan :
rtot

: angka reliabilitas keseluruhan item

rtt = rs

: angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua

Parameter untuk mengetahui derajat reliabilitas suatu alat ukur


melalui tabel Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.3
Tingkat Reliabilitas
Interval Koefisien

Tingkat Reliabilitas

0,00 0,199

Sangat Rendah

0,20 0,399

Rendah

0,40 0,599

Sedang

0,60 0,799

Kuat

0,80 1,000

Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2003:216)

3.5 Metode Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah
dengan menggunakan analisis statistik. Data yang diperoleh dalam penelitian ini
harus dianalisis dengan tepat, analisis data adalah proses penyederhanaan data ke
dalam bentuk yang lebih mudah dibaca atau diinterprestasikan. Selain itu
penelitian ini juga menggunakan uji statistik atau teknik statistik. Metode
penelitian yang digunakan penulis adalah analisis deskriptif dengan pendekatan
kuantitatif.
Meng ingat variabel-variabel dalam penelitian ini memiliki skala
ordinal, sedangkan analisis regresi mensyaratkan data berskala interval, maka data
penelitian yang berskala ordinal akan dinaikkan terlebih dahulu menjadi data
berskala interval dengan menggunakan Metode Successive Interval (MSI).

3.5.1 Metode Successive Interval (MSI)


Metode Successive Interval (MSI) merupakan metoda untuk menaikkan
data penelitian berskala ordinal menjadi interval. Adapun langkah-langkah dari
MSI menurut Somantri & Sabas (2006) adalah sebagai berikut:
1.

Tentukan alternatif jawaban dari alat ukur. Dalam penelitian ini terdapat tujuh
alternatif jawaban yang memiliki skor satu sampai lima.

2.

Tentukan jumlah respinden yang menjawab dari setiap alternatif jawaban


yang sudah ditentukan (frekuensi= fi)

3.

Menentukan proporsi, yaitu membagi setiap frekuensi (fi) pada responden


yang bersesuaian dengan responden yang dijawab dengan banyaknya respon
total (pi=fi/f)

4.

Menghitung proporsi kumulatif dengan menjumlahkan proporsi (pi) secara


berurutan untuk setiap respon.

5.

Proporsi kumulatof (pk) dianggap mengikuti distribusi normal baku.

6.

Tentukan nilai Z dengan menggunakan tabel Z.

7.

Tentukan nilai density untuk setiap Z yang diperoleh.

8.

Hitung nilai skala (SV) dengan rumus:


SV = (Density at Lower limit)
(Area Below Upper Limit)

9.

- (Density at Lower Limit)


-

(Area Below Lower Limit)

Tentukan nilai transformasi dengan rumus


Y = SV + 1- VSmin

Setelah data berskala interval, maka data tersebut digunakan dalam analisis regresi
linier sederhana

3.5.2 Analisis Regresi Linier Sederhana


Analisis regresi digunakan untuk mengetahui bagaimana variabel
independen mempengaruhi variabel dependen. Jika X adalah variabel independen
dan Y adalah variabel dependen, maka terdapat hubungan antara variabel X dan
Y, di mana variasi dari X akan diiringi pula variasi dari Y. dengan kata lain,
variabel dari Y disebabkan oleh variasi dari variabel independen X dan oleh
variasi lainnya yang tidak diteliti. Persamaannya adalah sebagai berikut ini :
Y = 0 + 1 X +
Keterangan :
Y

=Kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah

= Konstanta

= Koefisien regresi

= Implementasi anggaran berbasis kinerja


Dengan analisis regresi ini, kita akan menguji apakah ada atau tidak

pengaruh antara variabel bebas (implementasi anggaran berbasis kinerja) dengan


variabel terikat (kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah
daerah).
Data yang diperoleh dari hasil penelitian kemudian diolah dan dianalisis
menggunakan metode analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif adalah suatu analisis
data dengan menggunakan rumus statistika berupa analisis regresi, uji hipotesis,
koefisien korelasi, koefisien determinasi.

3.5.3 Pengujian Asumsi Klasik pada Regresi Linier


Persamaan regresi linier memerlukan pemenuhan asumsi regresi linier
klasik untuk mendapatkan BLUE (best linear unbias estimation/estimasi linier
terbaik yang tidak bias). Pengujian asumsi regresi linier klasik diperlukan sebelum
melakukan pengujian terhadap keberartian koefisien regresi. Apabila asumsi
regresi linier klasik terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian keberartian
koefisien regresi, tetapi jika asumsi regresi linier klasik tidak terpenuhi, maka
pengujian keberartian koefisien regresi tidak perlu dilakukan karena tidak
memenuhi syarat BLUE (best linear unbias estimation).
3.5.3.1 Uji Asumsi Normalitas
Penggunaan model regresi untuk prediksi akan menghasilkan kesalahan
(disebut residu), yakni selisih antara data aktual dengan data hasil peramalan.
Residu yang ada seharusnya berdistribusi normal. Pengujian asumsi normalitas ini
dapat dilakukan melalui program SPSS dengan alat bantu histogram dan normal
probability plot atau melalui uji Kolmogorov-Smornov menurut Santoso
(2009:342), dengan hipotesis sebagai berikut :
H0 : Data residu berdistribusi normal
Ha : Data residu tidak berdistribusi normal

3.5.3.2 Uji Asumsi Heteroskedastisitas


Heterokedastisitas adalah ketidaksamaan varian residual dari suatu model
regresi. Uji heterokedastisitas ini untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian residual dari satu observasi dengan yang lain.

Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan menggunakan program SPSS pada


fasilitas Scatterplot. Apabila tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di
atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka dapat dikatakan tidak terdapat
heteroskedastisitas, tetapi jika jika ada pola tertentu seperti gelombang, melebar
lalu menyempit maka terdapat heterokedastisitas pada model regresi tersebut
Santosa (2006:243).

3.5.4 Pengujian Koefisien Regresi Linier Sederhana


3.5.4.1 Uji Model Regresi (Uji F)
Hipotresis Pengujian:
H0 : Model regresi tidak berarti
H1 : Model regresi berarti
Rumus pengujian untuk uji F :
R2 . N (K + 1)
F=
(1 R2 )(K)
Keterangan :
R2 = Koefisien determinasi
N = Banyaknya responden
K = Jumlah variabel bebas
Kriteria pengujian :
1.

Taraf nyata sebesar 0,05

2.

Apabila Fhitung > Ftabel atau p < = 0,05, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya model regresi berarti.

3.

Apabila Fhitung < Ftabel atau p > = 0,05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya model regresi tidak berarti.

F table ( = 0,05; k = 1, n k -1) = F table ( = 0,05; 1, 25 1 1 = 23)


3.5.4.2 Uji Koefisien Regresi (Uji t)
H0 : Koefisien regresi tidak berarti
H1 : Koefisien regresi berarti
Rumus pengujian untuk uji t :
t=

r n2
1 r2

Keterangan :
R = Koefisien
N = Banyaknya pengamatan
Dengan kriteria sebagai berikut :
1.

Taraf nyata sebesar 0,05

2.

Apabila thitung > ttabel atau p < = 0,05, maka Ha diterima dan Ho
ditolak, artinya koefisien regresi berarti atau terdapat pengaruh positif
antara implementasi anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja
program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah..

3.

Apabila thitung < ttabel atau p > = 0,05, maka Ho diterima dan Ha
ditolak, artinya koefisien regresi tidak berarti atau tidak terdapat
pengaruh positif antara implementasi anggaran berbasis kinerja
terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi
pemerintah daerah.

4. Uji pihak kanan


t tabel ( = 0,05; n 2)
3.5.5 Koefisien Korelasi
Untuk mengetahui kuatnya hubungan/pengaruh antara kedua variabel yang
diteliti, maka perlu dihitung koefisien korelasi:
Tabel 3.4
Tingkat Hubungan Koefisien Korelasi
Interval Koefisien
0,00 0,199
0,20 0,399
0,40 0,599
0,60 0,799
0,80 1,000

Tingkat Hubungan
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat

Sumber: Sugiyono (2003:216)

3.5.6 Koefisien Determinasi


Besarnya koefisien determinasi adalah kuadrat dari koefisien korelasi (R).
Nilai (R) mempunyai interval antara 0 sampai 1 (0 R 1). Semakin besar R
(mendekati 1), semakin baik hasil untuk model regresi tersebut dan semakin
mendekati 0, maka variabel independen tidak dapat menjelaskan variabel
dependen. Rumus koefisien determinasi adalah :
Kd = R x 100%
Di mana :
Kd =

Koefisien determinasi

Koefisien korelasi

Koefisien determinasi dapat digunakan untuk menunjukkan besarnya


pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1

Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis

Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi


Pemerintah Daerah (Y) pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung. Pelaksanaan penyebaran dan pengumpulan angket
dalam penelitian ini ditujukan pada seluruh pimpinan sub unit kerja pada Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung yang terpilih
sebagai responden (populasi) sejumlah 26 orang, dan kuesioner yang
dikembalikan adalah sebanyak 25 kuesioner dengan hasil dan informasi sebagai
berikut.
4.1.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Berdasarkan hasil pengolahan data kuesioner, pendapat responden
mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja berdasarkan indikatorindikator yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut:
A. Persiapan
Tahap persiapan dilakukan dalam bentuk penyusunan Rencana Kerja dan
Anggaran (RKA) yang merupakan dasar pelaksanaan kegiatan BAPPEDA sebagai
pengguna anggaran, dan mengutamakan pencapaian hasil kerja dari pelaksanaan
alokasi biaya yang ditetapkan. Setiap kegiatan atau program dilaksanakan sesuai
dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi

dan misi. Visi, misi, tujuan, dan sasaran menjadi tujuan tertinggi yang hendak
dicapai. Tahapan persiapan yang dilakukan BAPPEDA diperlukan sebagai bagian
dari upaya jangka panjang dalam mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Pada tahap persiapan perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.1 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Persiapan

Pertanyaan
Anggaran disusun berdasarkan taksiran
pengeluaran
atas
dasar
taksiran
pendapatan
Anggaran disusun berdasarkan tujuan
organisasi
Dalam jangka waktu lebih dari satu tahun
BAPPEDA memiliki tujuan yang sudah
jelas, selaras dengan visi misi, dan menjadi
dasar utama pembuatan target program
Informasi finansial tersedia dengan
lengkap untuk dapat digunakan sebagai
penyusunan anggaran
Rapat penyusunan rencana kinerja
anggaran
dilaksanakan
sebelum
penyusunan anggaran dinas

STS
F
%

TS
F

Pernyataan
RG
S
% F
% F
%

SS
F

12

12

13

52

24

11

44

10

40

12

16

64

24

12

16

64

20

15

60

36

B. Ratifikasi
Setelah melaksanakan tahap persiapan, tahap selanjutnya yang dilakukan
adalah tahap ratifikasi atau pengesahan. Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA)
yang telah disusun pada tahap perencanaan disahkan oleh kepala BAPPEDA yang
kemudian dirangkum dalam bentuk Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (RAPBD) dan disampaikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)

yang kemudian dibahas bersama untuk ditetapkan menjadi peraturan daerah


tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Pada tahap ratifikasi perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.2 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Ratifikasi

Pertanyaan
Pimpinan telah memilki integritas yang
tinggi dalam tahap ratifikas
Ketepatan waktu pengesahan telah
sesuai dengan rencana implementasi
anggaran
Alasan
yang
disampaikan
dalam
pengesahan anggaran telah sesuai
dengan
perencanaan
pembuatan
anggaran untuk pelaksanaan program

STS
%

Pernyataan
TS
RG
S
F
% F
% F
%

SS
F

16

16

12

48

20

24

20

36

12

19

76

C. Implementasi
Dalam tahap implementasi, kegiatan dan program BAPPEDA secara nyata
mulai berjalan sesuai dengan komitmen atau kesepakatan bersama yang telah
ditetapkan dalan proses ratifikasi. Dalam tahap ini, terdapat sistem pengendalian
dan pelaporan keuangan dalam bentuk sistem informasi yang dinamakan sistem
informasi keuangan daerah yang dilakukan agar proses implementasi tidak
menyimpang dari kesepakatan yang telah ditetapkan.
Pada tahap implementasi perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Implementasi

STS
Pertanyaan
F
%
Pada tahap pelaksanaan anggaran
terdapat sistem informasi akuntansi
dan sistem pengendalian manajemen
0
0
Pelaksanaan anggaran di BAPPEDA
telah selaras dengan tujuan serta
realistis (dapat dicapai)
0
0

Pernyataan
TS
RG
S
F
% F
% F
%

SS
F

16

16

14

56

12

12

18

72

Terdapat sistem akuntansi yang


memadai untuk pengendalian anggaran

16

64

24

Sistem akuntansi diandalkan untuk


tahap penyusunan anggaran berikutnya

18

72

16

D. Pelaporan dan Evaluasi


Tahap pelaporan dan evaluasi yang dilakukan oleh BAPPEDA dilakukan
dengan menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Laporan ini mencakup besarnya alokasi anggaran unit kerja, besarnya anggaran
yang telah dikeluarkan beserta pencapaian hasil kerja atau kegiatan dan program
kerja yang telah dilaksanakan, serta sisa dana yang belum terpakai dan kegiatan
atau program kerja yang belum dilaksanakan. Untuk selanjutnya laporan tersebut
akan dirangkum dalam laporan pertanggungjawaban tahunan.
Pada tahap pelaporan dan evaluasi perolehan skor setiap pertanyaan
kuesioner adalah sebagai berikut:
Tabel 4.4 : Hasil Kuesioner Mengenai Tahap Pelaporan dan Evaluasi
Pernyataan
STS
TS
RG
S
SS
Pertanyaan
F
% F
% F
% F
% F
%
Tahap pelaporan dan evaluasi sangat
memperhatikan akuntabilitas suatu
anggaran
0
0
0
0
2
8 19 76
4 16

Hasil pelaporan dan evaluasi sangat


dipengaruhi oleh pelaksanaan sistem
akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen
Sistem anggaran kinerja telah berperan
sebagai patokan dalam melaksanakan
tujuan dan sasaran dinas
Dalam hal pelaporan anggaran telah
sesuai dengan kerangka acuan program
Laporan realisasi anggaran BAPPEDA
telah memberikan gambaran yang jelas
atas
tingkat
keberhasilan,
serta
mendorong aparatur BAPPEDA untuk
selalu meningkatkan kinerja

19

76

12

20

16

64

12

20

80

12

16

16

64

Secara keseluruhan hasil pernyataan 25 responden terhadap pernyataan


mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) yang terdiri dari 17
pertanyaan dengan 5 pernyataan dalam setiap pertanyaan, dapat disajikan melalui
tabel akumulatif berikut:
Tabel 4.5
Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan
mengenai Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)
Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Koding
(k)
1
2
3
4
5

0
3
3
13
6

0
2
2
11
10

0
3
0
16
6

0
1
3
16
5

0
0
1
15
9

0
4
4
12
5

10

11

12

13

14

15

16

17

2
0
6
2
5
2
9 19
3
2
Jumlah

0
4
4
14
3

0
2
3
18
2

0
1
2
16
6

0
2
1
18
4

0
0
2
19
4

0
1
2
19
3

0
5
1
16
3

0
1
2
20
2

0
3
4
16
2

Frekuensi
(f)
2
40
41
267
75

Pengkategorian skor untuk anggaran berbasis kinerja pada Badan


Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA) dilakukan perhitungan melalui
tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner) sebagai
berikut:
-

Skor terendah :
Jumlah Pertanyaan x Skor Minimum Pernyataan x Jumlah Responden

fxk
2
80
123
1068
375
1648

= 17 x 1 x 25 = 425
-

Skor tertinggi :
Jumlah Pertanyaan x Skor Maksimum Pernyataan x Jumlah Responden
= 17 x 5 x 25 = 2125

Selisih skor tertinggi skor terendah : 2125 425 = 1700

Rentang antar kategori : 1700 : 5 = 340


Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total untuk implementasi

anggaran berbasis kinerja adalah 1648 yang terletak antara rentang 1445 dan
1784. Hal ini mengindikasikan implementasi anggaran berbasis kinerja
BAPPEDA Kota Bandung berada pada kategori baik.
4.1.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah
A. Efisiensi
Dilihat dari aspek efisiensi, perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 : Hasil Kuesioner Mengenai Efisiensi

Pertanyaan
Dalam melaksanakan program BAPPEDA
selalu dengan kinerja yang optimal
dengan penggunaan anggaran seminimal
mungkin
Penggunaan anggaran sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun
Evaluasi dilakukan untuk menilai
efisiensi suatu program
Dalam menjalankan kegiatan, BAPPEDA
menggunakan sumber daya secara
efisien

STS
F
%

Pernyataan
TS
RG
S
F
% F
% F
%

SS
F

20

24

12

48

12

16

64

20

24

13

52

20

24

13

52

16

B. Efektivitas
Dilihat dari aspek efektivitas, perolehan skor setiap pertanyaan kuesioner
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 : Hasil Kuesioner Mengenai Efektivitas

Pertanyaan
Anggaran
telah
memperhatikan
pencapaian yang diharapkan
Pelaksanaan anggaran telah berhasil guna
dalam mencapai tujuan dan sasaran
Anggaran di BAPPEDA telah memberikan
informasi kinerja yang tepat sehingga
dapat digunakan untuk melakukan
efektivitas dalam implementasi anggaran
Program dilaksanakan sesuai dengan
kebutuhan

Pernyataan
TS
RG
S
F
% F
% F
%

STS
%

SS
F

20

17

68

16

18

72

16

12

13

52

20

20

16

12

48

16

C. Pertumbuhan Pegawai
Dilihat dari aspek pertumbuhan pegawai, perolehan skor setiap pertanyaan
kuesioner adalah sebagai berikut:
Tabel 4.8 : Hasil Kuesioner Mengenai Pertumbuhan Pegawai

Pertanyaan
Penempatan pegawai telah sesuai dengan
pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
Pendidikan kinerja pegawai yang meningkat
mempengaruhi kemajuan instansi
Secara periodik diadakan pelatihan atau
pembinaan untuk pegawai
Setiap pegawai BAPPEDA bekerja dengan tekun
dan rajin
Setiap pegawai BAPPEDA bekerja dengan baik
agar memiliki karier yang terus meningkat

Pernyataan
TS
RG
F
%
F
%
F

STS
F
%

SS
%

36

32

20

12

24

36

10

40

20

16

14

56

16

16

64

12

20

14

56

12

Evaluasi prestasi setiap pegawai dilakukan


secara berkala
Prestasi pegawai akan berdampak pada kinerja
BAPPEDA
Pengembangan
kinerja
program
akan
dipengaruhi dengan motivasi kerja pegawai
Fasilitas kerja yang disediakan kantor sudah
mendukung kelancaran tugas pegawai
Setiap pegawai BAPPEDA bekerja dengan tekun,
rajin, dan baik agar mendapatkan promosi
jabatan

28

24

12

48

15

60

28

12

17

68

16

10

40

11

44

12

24

32

36

Secara keseluruhan hasil pernyataan 25 responden terhadap pernyataan


mengenai Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah (Y) yang terdiri dari 18 pertanyaan dengan 5 pernyataan dalam setiap
pertanyaan, dapat disajikan melalui tabel akumulatif berikut:
Tabel 4.9
Akumulasi Pernyataan Responden terhadap Pertanyaan mengenai Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y)
Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Koding
(k)
1
2
3
4
5

10

11

12

13

14

15

16

17

18

0
5
6
12
2

0
1
3
16
5

0
6
1
13
5

0
2
6
13
4

0
1
5
17
2

0
1
4
18
2

0
0
4
5
3
4
13 12
5
4
Jumlah

0
9
8
5
3

0
0
6
9
10

1
5
4
14
1

1
2
4
16
2

0
3
5
14
3

0
7
6
12
0

0
2
1
15
7

0
3
1
17
4

0
1
10
11
3

1
6
8
9
1

Frekuensi
(f)
3
63
85
236
63

Pengkategorian skor untuk anggaran berbasis kinerja pada Badan


Perencanaan Pembangunan daerah (BAPPEDA) dilakukan perhitungan melalui
tabel akumulatif berdasarkan kriteria ideal (perhitungan kuesioner) sebagai
berikut:
-

Skor terendah :
Jumlah Pertanyaan x Skor Minimum Pernyataan x Jumlah Responden
= 18 x 1 x 25 = 450

fxk
3
126
255
944
315
1643

Skor tertinggi :
Jumlah Pertanyaan x Skor Minimum Pernyataan x Jumlah Responden
= 18 x 5 x 25 = 2250

Selisih skor tertinggi skor terendah : 2250 450 = 1800

Rentang antar kategori : 1800 : 5 = 360


Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh skor total untuk Kinerja

Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah


1643 yang terletak antara rentang 1530 dan 1889. Hal ini mengindikasikan
kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah
berada pada kategori baik.

4.1.3 Analisis Validitas Alat Ukur


Setiap item dikatakan valid, apabila korelasi antara item dengan total item
yang dinyatakan melalui nilai koefisien korelasi rank Spearman lebih besar dari
nilai rs tabel ( = 0,05; n = 25) sebesar 0,3362. Hasil pengujian validitas alat ukur
penelitian ini diperoleh sebagai berikut
Tabel 4.10
Hasil Uji Validitas pada Variabel Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
(X)
Variabel

Item/Pertanyaan
1

Rs
0,796

rs tabel
0,3362

Kesimpulan
Valid

Implementasi
Anggaran
Berbasis
Kinerja (X)

0,747

0,3362

Valid

0,796

0,3362

Valid

0,703

0,3362

Valid

0,445

0,3362

Valid

0,879

0,3362

Valid

0,869

0,3362

Valid

8
Item/Pertanyaan
9
10
11
12
13
14
15
16
17

0,676
rs
0,804
0,757
0,586
0,751
0,483
0,576
0,843
0,577
0,68

0,3362
rs tabel
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362

Valid
Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Berdasarkan Tabel 4.10 terlihat bahwa seluruh item alat ukur pada variabel
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) adalah valid. Hal ini berarti seluruh
item/pertanyaan benar-benar dapat mengukur variabel Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja (X).
Tabel 4.11
Hasil Uji Validitas pada Variabel Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y)
Variabel

Program
Peningkatan
Disiplin
Aparatur

Item
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30

rs
0,806
0,802
0,844
0,836
0,789
0,721
0,851
0,912
0,818
0,569
0,469
0,613
0,838

rs tabel
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362

Kesimpulan
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

31
32
33
34
35

0,911
0,344
0,468
0,539
0,791

0,3362
0,3362
0,3362
0,3362
0,3362

Valid
Valid
Valid
Valid
Valid

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Tabel 4.11 menerangkan bahwa seluruh item alat ukur pada variabel Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah valid.
Hal ini berarti seluruh item/pertanyaan dapat digunakan untuk mengukur variabel
Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y).

4.1.4 Analisis Reliabilitas Alat Ukur


Hasil pengujian reliabilitas alat ukur penelitian ini diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.12
Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja (X), dan Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Instansi Pemerintah Daerah (Y)

Variabel

Korelasi
Antar
Belahan

Koefisien
Reliabilitas

0,878

0,94

0,922

0,96

Kriteria
Reliabilitas
Guilford
(0,80-1,00)
Reliabilitas Sangat Tinggi
(0,80-1,00)
Reliabilitas Sangat Tinggi

Sumber : Hasil Pengolahan Data Kuesioner

Dengan melihat tabel kriteria penentuan reliabilitas dan korelasi pada Bab III,
maka berdasarkan Tabel 4.12 terlihat bahwa alat ukur untuk variabel Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X) dan Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Instansi Pemerintah Daerah (Y) dapat dikatakan reliabel (dapat dipercaya atau dapat
diandalkan).
4.1.5 Perhitungan Methode of Successive Interval

Metoda transformasi data ordinal menjadi interval yang digunakan adalah


Methode of Successive Interval (MSI). Berikut adalah perhitungan MSI untuk
item nomor 7 pada variabel Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X):
1.

Nilai ordinal yang muncul adalah 1, 2, 3, 4 dan 5, selanjutnya disimpan pada


kolom kategori.

2.

Hitung frekuensi muncul masing-masing kategori


Frek (1) = 2
Frek (2) = 6
Frek (3) = 5
Frek (4) = 9
Frek (5) = 3

3.

4.

Hitung proporsi tiap frekuensi.


Prop (1) = 2/25

= 0,08

Prop (2) = 6/25

= 0,24

Prop (3) = 5/25

= 0,20

Prop (4) = 9/25

= 0,36

Prop (5) = 3/25

= 0,12

Hitung proporsi kumulatif.


Untuk kategori (1) = 0,08
Untuk kategori (2) = 0,08 + 0,24 = 0,32
Untuk kategori (3) = 0,32 + 0,20 = 0,52
Untuk kategori (4) = 0,52 + 0,36 = 0,88
Untuk kategori (5) = 0,88 + 0,12 = 1,00

5.

Menentukan nilai Z. Dicari dari tabel distribusi nonnal standar dengan nilai
peluang pada kolom proporsi kumulatif.
Nilai Z untuk p = 0,08 Z = -1,40507
Nilai Z untuk p = 0,32 Z = -0,46770
Nilai Z untuk p = 0,53 Z = 0,05015
Nilai Z untuk p = 0,88 Z = 1,17499

6.

Menghitung nilai fungsi densitas untuk masing-masing nilai Z

f ( z)

1 Z 2
e
2

untuk Z = -1,40507 f ( z )

1 1,40507
e
= 0,148666
2

untuk Z = -0,46770 f ( z )

1 0,46770
e
= 0,357611
2

untuk Z = 0,05015 f ( z )

1 0,050152
e
= 0,398441
2

untuk Z = 1,17499 f ( z )

1 1,174992
e
= 0,200040
2

7. Menghitung nilai Nilai Skala (NS) untuk tiap kategori

NS

(Densitas kelas sebelumnya) - (Densitas kelas)


(Peluang kumulatif kelas) - (Peluang kumulatif kelas sebelumnya)

NS (1)

(0) - (0,148666)
- 1,85833
(0,08) - (0)

NS (2)

(0,148666) - (0,357611)
- 0,87060
(0,32) - (0,08)

NS (3)

(0,357611) - (0,398441)
- 0,20415
(0,52) - (0,32)

NS (4)

(0,398441) - (0,200040)
0,55111
(0,88) - (0,52)

NS (5)

(0,200040) - (0)
1,66700
(1 ) - (0,88)

8.

Menghitung nilai transformasi interval dengan rumus:


Y = NS + [1+ |NSmin|]
NSmin = - 1,85833 |NSmin| = 1,85833
Y (1)

= - 1,85833 + [ 1 + 1,85833] = 1,00000

Y (2)

= - 0,87060 + [ 1 + 1,85833] = 1,98772

Y (3)

= - 0,20415 + [ 1 + 1,85833] = 2,65418

Y (4)

= 0,55111 + [ 1 + 1,85833] = 3,40944

Y (5)

= 1,66700 + [ 1 + 1,85833] = 4,5253


Tabel 4.13
Hasil Perhitungan MSI

No.
Kategori
Item
1
2
7
3
4
5

frek

Prop
2
6
5
9
3

prop-kum

0,08
0,24
0,20
0,36
0,12

0,08
0,32
0,52
0,88
1

nilai-Z
-1,40507
-0,46770
0,05015
1,17499

PDF-Z

SV

0,148666 -1,85833
1
0,357611 -0,87060 1,98772
0,398441 -0,20415 2,65418
0,200040 0,55111 3,40944
1,66700 4,52533

Dengan cara yang sama, maka diperoleh hasil perhitungan MSI untuk
semua item pada variabel Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) dan
variabel Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah (Y) seperti pada lampiran.

SCL

4.1.6 Model Regresi Sederhana


Berdasarkan hasil pengolahan data Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi
Pemerintah Daerah (Y) diperoleh hasil koefisien regresi sebagai berikut.
Tabel 4.14
Hasil SPSS Koefisien Regresi Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)
Terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi
Pemerintah Daerah (Y)

Model
1
(Constant)
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X)

Unstandardized
Coefficients
B
3.274
.951

T
.616
8.875

Sig.
.544
.000

Sumber : Hasil Uji Data SPSS


Berdasarkan hasil pengolahan data seperti diuraikan pada tabel di atas,
maka dapat diketahui persamaan regresi variabel Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Instansi Pemerintah Daerah (Y) sebagai berikut.
Y = 3,274 + 0,951 X
Pada persamaan regresi di atas, dapat dilihat koefisien regresi dari variabel
independen X bertanda positif yang searah. Dengan kata lain, semakin baik
pimpinan melakukan Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X), maka akan
semakin baik pula Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi
Pemerintah Daerah (Y) atau semakin buruk pimpinan melakukan Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X), maka akan semakin buruk pula Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y), sehingga
berdasarkan persamaan regresi di atas, setiap terjadi peningkatan X sebesar 0,951
akan diikuti pula oleh peningkatan Y sebesar 0,951.

4.1.7

Pengujian Asumsi Regresi Linier Klasik pada Regresi Sederhana


Persamaan regresi linier sederhana memerlukan pemenuhan asumsi regresi

linier klasik untuk mendapatkan BLUE (best linear unbias estimation/estimasi


linier terbaik yang tidak bias). Pengujian asumsi regresi linier klasik diperlukan
sebelum melakukan pengujian terhadap keberartian koefisien regresi.
A.

Uji Asumsi Normalitas


Hasil perhitungan dan pengujian sebagai berikut:
Tabel 4.15
Hasil SPSS One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardized Residual
.605
.858

Pada tabel di atas diperoleh nilai statistik uji Kolmogorov-Smirnov Z


sebesar 0,605 dengan nilai probabilitas (signifikansi) dari uji KolmogorovSmirnov sebesar 0,858. Oleh karena nilai probabilitas pada uji KolmogorovSmirnov masih lebih besar dari tingkat kekeliruan 5% (0,05), maka disimpulkan
bahwa model regresi berdistribusi normal.
Selain itu, pemenuhan asumsi normalitas dapat dilihat dari histogram dan
normal probability plot sebagai berikut:

Gambar 4.1
Histogram
Berdasarkan gambar histogram di atas terlihat bahwa data distribusi nilai
residu (error) menunjukkan distribusi normal. Dengan demikian, model regresi
memenuhi asumsi normalitas atau residu dari model dapat dianggap berdistribusi
normal.

Gambar 4.2
Normal Probability Plot

Berdasarkan gambar normal probability plot di atas terlihat bahwa sebaran


error (berupa dot) masih berada di sekitar garis lurus. Dengan demikian, model
regresi memenuhi asumsi normalitas atau residu dari model dapat dianggap
berdistribusi normal.
B.

Uji Asumsi Heteroskedastisitas


Heterokedastisitas ini dapat diuji dengan menggunakan program SPSS

pada fasilitas Scatterplot. Dengan hasil sebagai berikut:

Gambar 4.3
Scatterplot
Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas
sebab tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka 0 pada sumbu Y, sehingga dapat dikatakan uji heteroskedastisitas
terpenuhi.
Berdasarkan hasil pengujian di atas, ada asumsi regresi klasik terpenuhi,
maka dapat disimpulkan bahwa hasil estimasi model regresi Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) memenuhi syarat BLUE (best linear

unbias estimation). Dengan demikian, layak untuk dilanjutkan pada pengujian


hipotesis koefisien regresi.
4.1.8

Pengujian Model dan Koefisien Regresi Sederhana


Selanjutnya untuk menguji apakah pengaruh Implementasi Anggaran

Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur


Instansi Pemerintah Daerah (Y) signifikan secara statistik, maka dilakukan uji
keberartian model regresi dengan ANOVA atau Uji F dan uji keberartian
koefisien regresi dengan uji t, dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.16
ANOVA

Model
1

Regression
Residual
Total

ANOVAb
Sum of
Squares
2758.771
805.508
3564.279

Df
1
23
24

Mean
Square
2758.771
35.022

F
78.772

Sig.
.000a

Berdasarkan Tabel 4.16 terlihat bahwa dari hasil pengujian model regresi
diperoleh statistik uji F sebesar 78,772 yang lebih besar dari F tabel ( = 0,05, k =
1, n-k-1 = 23) = 4,28 atau nilai probabilitas (p) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
tingkat kekeliruan () = 0,05. Hal ini berarti tolak H0 artinya model regresi berarti.
Dan berarti model regresi dapat digunakan untuk memprediksi hubungan
kausalitas antara variabel implementasi anggaran berbasis kinerja dengan kinerja
program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah.
Berdasarkan Tabel 4.14 di atas terlihat bahwa dari hasil pengujian
koefisien regresi diperoleh statistik uji t sebesar 8,875 yang lebih besar dari t tabel
(0,05, 23) = 1,71387 atau nilai probabilitas sebesar 0,000 yang lebih kecil dari

tingkat kekeliruan () = 0,05. Hal ini berarti tolak H0 artinya koefisien regresi 1
berarti, sehingga persamaan regresi berarti. Dengan kata lain, Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X) berpengaruh positif terhadap Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y).
Untuk mengetahui kuatnya hubungan (korelasi) antara Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) dapat diketahui melalui koefisien
korelasi (R). Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) dapat diketahui melalui koefisien
determinasi (KD = R2 x 100%). Nilai koefisien korelasi dan koefisien determinasi
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 4.17
Hasil SPSS Nilai Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi
R
.880

R Square
.774

Berdasarkan tabel di atas dapat diterangkan bahwa korelasi antara


Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program
Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah 0,880, yang
termasuk dalam kategori hubungan sangat kuat berdasarkan tabel Guilford. Selain
itu, dapat diketahui besarnya pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
(X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah (Y) melalui koefisien derterminasi, yaitu sebesar R2 x 100% = (0,880)2 x
100% = 0,774 x 100% = 77,4%. Sedangkan besarnya pengaruh variabel lain

selain Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (X) yang tidak diteliti dalam
penelitian ini terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi
Pemerintah Daerah (Y) adalah sebesar 100% - 77,4% = 22,6%.

4.2

Pembahasan
Berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian statistik yang sesuai

serta dengan mempelajari buku-buku dan literatur yang berkaitan, maka dapat
dijelaskan bahwa implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh positif
terhadap kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah
dalam hal ini BAPPEDA Kota Bandung, sebagai berikut:

4.2.1 Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja


Berdasarkan Tabel 4.5 yang menyajikan akumulasi pernyataan responden
mengenai implementasi anggaran berbasis kinerja diperoleh skor sebesar 1648,
yang berada dalam kategori Baik (1445-1784). Hal ini menunjukkan bahwa
implementasi anggaran berbasis kinerja di BAPPEDA Kota Bandung telah
dilaksanakan dengan baik dengan penjabaran sebagai berikut:
a.

Persiapan
Pada indikator persiapan, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

509. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (425 524). Hal ini ditunjukkan
oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap
pertanyaan. 76% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa anggaran
disusun berdasarkan taksiran pengeluaran atas dasar taksiran pendapatan. 84%

responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa anggaran disusun


berdasarkan tujuan organisasi, salah satunya yaitu mengingkatkan kualitas
sumberdaya

aparatur

perencana

melalui

peningkatan

keterampilan,

profesionalisme, disiplin dan etos kerja serta pembinaan. 88% responden


menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam jangka waktu lebih dari satu
tahun BAPPEDA memiliki tujuan yang sudah jelas, selaras dengan visi misi, dan
menjadi dasar utama pembuatan target program, dengan salah satu programnya
yaitu program peningkatan disiplin aparatur. 84% responden menyatakan sangat
setuju dan setuju bahwa informasi finansial tersedia dengan lengkap untuk dapat
digunakan sebagai penyusunan anggaran, dan 96% responden menyatakan sangat
setuju dan setuju bahwa rapat penyusunan rencana kinerja anggaran dilaksanakan
sebelum penyusunan anggaran dinas yaitu dimulai dari bulan Juli sampai dengan
bulan Agustus. Hal menggambarkan bahwa persiapan anggaran berbasis kinerja
BAPPEDA Kota Bandung telah selaras dengan visi, misi, dan tujuan dengan
didukung oleh ketersediaan informasi finansial yang lengkap, sehingga dapat
digunakan sebagai perencanaan anggaran.
b.

Ratifikasi
Pada indikator ratifikasi, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

269. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (255 314). Hal ini ditunjukkan
oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap
pertanyaan. 68% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pimpinan
telah memiliki integritas yang tinggi dalam tahap ratifikasi. 48% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa ketepatan waktu pengesahan telah

sesuai dengan rencana implementasi anggaran dengan batas waktu pengesahan


yaitu 31 Desember. 84% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa
alasan yang disampaikan dalam pengesahan anggaran telah sesuai dengan
perencanaan pembuatan anggaran untuk pelaksanaan program yaitu sesuai dengan
kebutuhan kapasitas dan standar kerja yang telah ditetapkan.
c.

Implementasi
Pada indikator implementasi, skor pernyataan yang diperoleh adalah

sebesar 387. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (340 419). Hal ini
ditunjukkan oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju
pada setiap pertanyaan. 68% responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa pada tahap pelaksanaan anggaran terdapat sistem informasi akuntansi dan
sistem pengendalian manajemen, dimana sistem tersebut dinamakan sistem
informasi keuangan daerah yang merupakan suatu program atau aplikasi
komputer dengan total anggaran yang sudah tercatat dalam sistem, penarikan
keuangan setiap triwulan telah ditentukan besarannya, data pertanggungjawaban
keuangan yang dicairkan dimasukkan ke dalam sistem. 80% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa pelaksanaan anggaran di BAPPEDA
telah selaras dengan tujuan serta realistis (dapat dicapai). 88% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa terdapat sistem akuntansi yang
memadai untuk pengendalian anggaran. 88% responden menyatakan sangat setuju
dan setuju bahwa sistem akuntansi diandalkan untuk tahap penyusunan anggaran
berikutnya.

d.

Laporan dan Evaluasi


Pada indikator laporan dan evaluasi, skor pernyataan yang diperoleh

adalah sebesar 483. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (425 524). Hal ini
ditunjukkan oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju
pada setiap pertanyaan. 92% responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa tahap pelaporan dan evaluasi sangat memperhatikan akuntabilitas suatu
anggaran dengan laporan yaitu mengenai penyerapan anggaran. 88% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa hasil pelaporan dan evaluasi sangat
dipengaruhi oleh pelaksanaan sistem akuntansi dan sistem pengendalian
manajemen, apabila sistem tersebut terlaksana dengan baik maka laporan yang
dihasilkan pula akan baik dan sesuai dengan rencana. 76% responden menyatakan
sangat setuju dan setuju bahwa sistem anggaran kinerja telah berperan sebagai
patokan dalam melaksanakan tujuan dan sasaran dinas. 88% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam hal pelaporan anggaran telah
sesuai dengan kerangka acuan setiap kegiatan. 72% responden menyatakan sangat
setuju dan setuju bahwa laporan realisasi anggaran BAPPEDA telah memberikan
gambaran yang jelas atas tingkat keberhasilan, serta mendorong aparatur
BAPPEDA untuk selalu meningkatkan kinerja.

4.2.2 Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah


Daerah
Berdasarkan Tabel 4.9 yang menyajikan akumulasi pernyataan responden
mengenai kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah

daerah diperoleh skor sebesar 1643, yang berada dalam kategori Baik (1530
1889). Hal ini menunjukkan bahwa kinerja program peningkatan disiplin aparatur
instansi pemerintah daerah di BAPPEDA Kota Bandung telah dilaksanakan
dengan baik, dengan penjabaran sebagai berikut:
a.

Efisiensi
Pada indikator efisiensi, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

372. Skor tersebut berada dalam kategori Baik (340 419). Hal ini ditunjukkan
oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap
pertanyaan. 56% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam
melaksanakan program peningkatan disiplin aparatur selalu dengan kinerja yang
optimal dengan penggunaan anggaran seminimal mungkin. 84% responden
menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa penggunaan anggaran sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun. 72% responden menyatakan sangat setuju dan
setuju bahwa evaluasi dilakukan untuk menilai efisiensi suatu program. 68%
responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa dalam menjalankan
kegiatan BAPPEDA menggunakan sumber daya secara efisien, yaitu dengan cara
membandingkan rencana dengan realisasinya.
b.

Efektivitas
Pada indikator efektivitas, skor pernyataan yang diperoleh adalah sebesar

375. Skor tersebut berada dalam Baik (340 419). Hal ini ditunjukkan oleh
mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan setuju pada setiap
pertanyaan. 76% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa anggaran
telah memperhatikan pencapaian yang diharapkan. 80% responden menyatakan

sangat setuju dan setuju bahwa pelaksanaan anggaran telah berhasil guna dalam
mencapai tujuan. 72% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa
anggaran di BAPPEDA telah memberikan informasi kinerja yang tepat sehingga
dapat digunakan untuk melakukan efektivitas dalam implementasi anggaran. 64%
responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa program dilaksanakan
sesuai dengan kebutuhan.
c.

Pertumbuhan pegawai
Pada indikator pertumbuhan pegawai terdapat tiga faktor yaitu faktor

kemampuan, kesempatan berprestasi, dan motivasi, skor pernyataan yang


diperoleh adalah sebesar 896. Skor tersebut berada dalam Baik (850 1049). Hal
ini ditunjukkan oleh mayoritas responden yang menyatakan sangat setuju dan
setuju pada setiap pertanyaan. 36% responden menyatakan tidak setuju bahwa
penempatan pegawai telah sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan, ini
menunjukkan bahwa penempatan pegawai belum sesuai dengan pengetahuan dan
kemampuan. 40% responden menyatakan setuju bahwa pendidikan kinerja
pegawai yang meningkat mempengaruhi kemajuan instansi, dengan tingkat
pendidikan S3 sebanyak 1 orang, S2 sebanyak 25 orang, S1 sebanyak 44 orang,
D3 sebanyak 6 orang, SMA sebanyak 11 orang. 60% responden menyatakan
sangat setuju dan setuju bahwa secara periodik diadakan pelatihan atau pembinaan
untuk pegawai. 72% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa setiap
pegawai BAPPEDA bekerja dengan tekun dan rajin. 68% responden menyatakan
sangat setuju dan setuju bahwa setiap pegawai BAPPEDA selalu berusaha untuk
meningkatkan prestasi dalam bekerja. 48% responden menyatakan setuju bahwa

evaluasi prestasi setiap pegawai dilakukan secara berkala. 88% responden


menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa prestasi pegawai akan berdampak
pada kinerja BAPPEDA. 84% responden menyatakan sangat setuju dan setuju
bahwa pengembangan kinerja program akan dipengaruhi dengan motivasi kerja
pegawai. 56% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa fasilitas
kerja yang disediakan kantor sudah mendukung kelancaran tugas pegawai. 40%
responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa setiap pegawai BAPPEDA
bekerja dengan baik agar memiliki karier yang terus meningkat, yang berarti
seorang staf/pelaksana yang telah bekerja dengan baik dapat memperoleh
kesempatan untuknya menjadi pejabat struktural.
4.2.3 Pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah
Berdasarkan hasil pengujian statistik pada Tabel 4.14 diperoleh nilai t
hitung sebesar 8,875 dengan nilai probabilitas (signifikansi) sebesar 0,00 < nilai
tingkat kekeliruan = 0,05. Bahwa Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
berpengaruh positif terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Instansi Pemerintah Daerah. Artinya, semakin baik Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja, maka semakin baik pula Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah.
Kemudian berdasarkan Tabel 4.17 diperoleh korelasi antara Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja (X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin
Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah sebesar R = 0,880, yang

termasuk dalam kategori hubungan sangat kuat. Selain itu, berdasarkan Tabel 4.17
dapat pula diketahui besarnya pengaruh Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
(X) terhadap Kinerja Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah
Daerah (Y) yaitu sebesar r2 x 100% = (0,880)2 x 100% = 0,774 x 100% = 77,4%.
Sedangkan besarnya pengaruh variabel lain selain Implementasi Anggaran
Berbasis Kinerja (X) yang tidak diteliti dalam penelitian ini terhadap Kinerja
Program Peningkatan Disiplin Aparatur Instansi Pemerintah Daerah (Y) adalah
sebesar 100% - 77,4% = 22,6%.
Berdasarkan hasil akumulasi pernyataan responden terhadap implementasi
anggaran berbasis kinerja dan kinerja program disiplin aparatur instansi
pemerintah daerah dapat dijelaskan bahwa implementasi anggaran berbasis
kinerja BAPPEDA Kota Bandung berada dalam kategori baik yaitu dengan
dijalankannya tahap persiapan, tahap ratifikasi, tahap implementasi, dan tahap
pelaporan serta evaluasi dengan skor jawaban responden sebagai berikut:
1. Pada tahap persiapan skor yang diperoleh adalah sebesar 509 dari skor
maksimal sebesar 625
2. Pada tahap ratifikasi skor yang diperoleh adalah sebesar 269 dari skor
maksimal sebesar 375
3. Pada tahap implementasi skor yang diperoleh adalah sebesar 387 dari skor
maksimal sebesar 500
4. Pada tahap pelaporan dan evaluasi skor yang diperoleh adalah sebesar 483
dari skor maksimal 625

Kinerja program peningkatan disiplin aparatur juga berada dalam kategori


baik yaitu dengan dijalankannya efisiensi, efektivitas, dan pertumbuhan pegawai
dengan skor jawaban responden sebagai berikut:
1. Pada indikator efisiensi skor yang diperoleh adalah sebesar 372 dari skor
maksimal 500
2. Pada indikator efektivitas skor yang diperoleh adalah sebesar 375 dari skor
maksimal 500
3. Pada indikator pertumbuhan pegawai skor yang diperoleh adalah sebesar
896 dari skor maksimal 1250

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, penulis
dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut:
1.

Implementasi anggaran berbasis kinerja di instansi pemerintah daerah


dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota
Bandung berada dalam kategori Baik. Berdasarkan pelaksanaan anggaran
berbasis kinerja melalui beberapa tahap yaitu tahap persiapan, ratifikasi
atau pengesahan, implementasi, dan pelaporan serta evaluasi yang telah
dilaksanakan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari skor total jawaban
responden sebesar 1648 yang terletak pada rentang 1445 dan 1784 yang
mengindikasikan implementasi anggaran berbasis kinerja berada dalam
kategori baik.

2.

Kinerja program peningkatan disiplin aparatur di instansi pemerintah


daerah dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung telah berjalan dengan baik. Berdasarkan
pengukuran kinerja yang menggunakan indikator efisiensi, efektivitas, dan
pertumbuhan pegawai menunjukkan bahwa kinerja program peningkatan
disiplin aparatur pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
(BAPPEDA) Kota Bandung berada dalam kategori Baik. Hal ini dapat
dilihat dari skor total jawaban responden sebesar 1643 yang terletak pada

rentang 1530 dan 1889 yang mengindikasikan kinerja program


peningkatan disiplin aparatur berada dalam kategori baik.
3.

Berdasarkan hasil pengujian koefisien regresi dalam analisis regresi,


Implementasi anggaran berbasis kinerja berpengaruh secara positif
terhadap program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah
daerah. Hal ini berarti semakin baik implementasi anggaran berbasis
kinerja, maka semakin baik pula kinerja program peningkatan disiplin
aparatur instansi pemerintah daerah. Besarnya pengaruh implementasi
anggaran berbasis kinerja terhadap kinerja program peningkatan disiplin
aparatur instansi pemerintah daerah adalah sebesar 77,4%. Sedangkan
besarnya pengaruh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini
terhadap program peningkatan disiplin aparatur adalah sebesar 22,6%.

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang diharapkan dapat menjadi
masukkan yang berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan yaitu sebagai
berikut:
1.

Bagi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)


Meskipun implementasi anggaran berbasis kinerja BAPPEDA Kota
Bandung telah dilaksanakan dengan baik, hendaknya perlu ditingkatkan
kembali menjadi sangat baik seperti dengan peningkatan ketepatan waktu
pengesahan yang sesuai dengan rencana implementasi anggaran agar

kinerja program peningkatan disiplin aparatur instansi pemerintah daerah


dapat terlaksana lebih baik lagi.
2.

Bagi Peneliti Selanjutnya


Mengingat terdapat pengaruh variabel lain di luar variabel penelitian
terhadap

kinerja

program

peningkatan

disiplin

aparatur

instansi

pemerintah daerah sebesar 22,6%, maka disarankan kepada peneliti


selanjutnya untuk meneliti pengaruh variabel lain di luar variabel
penelitian yang dapat mempengaruhi kinerja program peningkatan disiplin
aparatur instansi pemerintah daerah, contohnya pengendalian internal
untuk perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya pada bidang
penganggaran.

DAFTAR PUSTAKA

Al Rasyid, Harun. 2003. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala.


Bandung: Program Pasca Sarjana Universitas Padjajaran.
Ancok, Djamaludin.

1989. Validitas dan Reabilitas Instrumen Penelitian.

Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.


Asad, Moh. 1987. Psikologi Industri (Edisi Ketiga). Yogyakarta: Liberty.
Bastian, Indra. 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung. 2011. Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP).
Darise, Nurlan. 2008. Akuntansi Keuangan Daerah (Akuntansi Sektor Publik).
Jakarta: PT INDEKS.
Direktorat Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah
Halim, Abdul. 2004. Manajemen Keuangan Daerah Edisi Revisi. Yogyakarta:
UPP AMP YPKN.
Lembaga Administrasi Negara RI. 2003. Pedoman Penyusunan Pelaporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.
Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP
YPKN.
Mangkunegara, A. Anwar Prabu. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: Remaja Rosadakarya.
Mardiasmo. 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi.
Moh, Nazir. 2003. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Nordiawan, Deddi. 2006. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman


Pengelolaan Keuangan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan
Kinerja Instansi Pemerintah
Purnomo, Budi S. 2009. Obligasi Daerah. Bandung: Alfabeta.
Santosa, Purbayu Budi. Ashari. 2005. Analisis Statistik dengan Microsoft Excell
dan SPSS. Yogyakarta: Andi
Santoso, Singgih. 2009. Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.
Jakarta: Elex Media Komputindo.
Sitepu, SK Nirwana. 1995. Program SPSS dan Aplikasi Penggunaannya. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Somantri, Ating. Sambas, Ali Muhidin. 2006. Aplikasi Statistika dalam
Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.
Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Suryabrata, Sumadi. 2004. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
Syahrul, & Afdinizar, Muhammad. 2000. Kamus Akuntansi. Jakarta: Citra Harta
Prima.
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah.

Skirpsi dan Jurnal Penelitian


Afiah, Nunuy Nur. 2010. Tinjauan penganggaran Berbasis Kinerja Sebagai Upaya
Peningkatan Kinerja Pemerintah Indonesia. Jurnal Akuntansi dan
Keuangan Vol. V No. 1.
Asmoko, Hindri. 2006. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Efektivitas
Pengendalian. Jurnal Akuntansi Pemerintah Volume 2.
Tampubolon, Biatna Dulbert. 2007. Analisis Faktor Gaya Kepemimpinan dan
Faktor Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Organisasi yang Telah
Menerapkan SNI 19-9001-2001. Jurnal Standarisasi Vol. 9.
Verasvera, Febrina Astria. 2012. Pengaruh Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap
Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah, Studi Kasus Pada Dinas Sosial
Provinsi Jawa Barat. Bandung: Universitas Widyatama.

Lampiran 6

DATA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X)


BERSKALA ORDINAL
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

1
5
4
4
4
4
4
2
4
5
4
4
5
2
3
3
3
4
5
4
5
4
4
2
5
4

2
5
4
4
5
5
4
5
4
5
4
3
5
2
2
4
4
5
5
4
5
4
3
4
5
4

3
5
4
4
4
4
4
2
4
5
4
4
5
2
4
4
4
4
5
4
5
4
4
2
5
4

4
5
4
4
4
4
4
5
3
5
4
3
5
2
4
4
4
4
5
4
4
4
3
4
4
4

5
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
3
5
4
4
4
4
4
5
4
4
4
4
5
4
5

6
5
4
3
5
4
4
2
2
5
4
3
5
3
3
4
4
4
5
4
4
4
2
2
4
4

7
4
3
3
4
2
4
1
2
4
4
3
5
2
2
3
3
4
5
2
4
4
2
1
4
5

PERTANYAAN
TOTAL
8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
4 4 4
4 4 4 4 4 4 3
73
4 4 4
4 4 4 3 4 4 4
67
4 3 4
3 4 4 4 4 4 4
64
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
70
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
67
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
69
4 2 4
4 4 4 4 2 4 4
58
2 2 2
4 2 4 4 2 4 2
51
4 5 4
5 4 5 4 5 4 5
79
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
68
3 3 3
2 4 3 2 2 4 2
51
5 5 5
5 5 5 5 5 5 4
84
4 4 3
3 3 3 3 3 4 3
50
4 4 4
4 4 4 4 4 4 3
61
4 3 4
4 4 4 4 4 3 4
64
3 3 3
4 4 4 4 4 4 3
62
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
69
5 5 5
5 5 5 5 5 5 5
85
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
66
4 4 4
5 5 4 4 4 4 4
73
4 4 4
4 4 4 4 4 4 4
68
2 2 2
5 2 5 4 2 2 2
50
4 2 4
4 4 4 4 2 3 4
55
4 4 4
5 5 4 4 4 4 4
73
4 4 4
4 4 4 5 4 4 4
71

Lampiran 7

DATA KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y)


BERSKALA ORDINAL
n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

PERTANYAAN
TOTAL
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3
66
4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 4 5 4 3 3
69
3 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 3 3 5 4 4 3
65
3 4 4 4 4 4 4 3 3 5 4 5 4 3 4 3 3 2
66
3 4 3 4 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3
62
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 4
70
4 4 2 4 4 4 4 2 2 5 2 2 2 2 5 5 5 1
59
2 4 2 2 2 2 2 2 2 4 4 4 4 2 4 4 3 2
51
4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3
76
4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 4 4 5 5 5 4
71
2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1 1 2 2 2 2 3 2
39
5 5 5 5 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4
81
2 3 4 3 3 3 3 3 2 4 2 4 3 2 4 4 2 3
54
3 4 4 4 4 4 3 4 3 5 4 3 4 3 5 5 3 5
70
3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 2 4 4 4 5 4 4 3
72
3 3 2 2 3 3 4 3 2 5 3 3 3 2 4 4 4 2
55
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4
71
4 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 4 5 5 5 4
85
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
72
4 5 5 4 4 4 4 4 3 5 4 4 4 4 4 4 4 4
74
4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3
69
2 4 2 3 3 4 2 2 2 3 2 2 2 2 4 2 3 2
46
2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2
45
5 5 4 5 4 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
78
4 4 4 4 4 4 5 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 4
77

Lampiran 8

HASIL PERHITUNGAN AKUMULASI JAWABAN DATA INDIKATOR


IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X)

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

PERSIAPAN
Koding (k)
1
2
0
0
1
3
2
2
3
2
3
13
11
4
6
10
5
Jumlah
Kriteria

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

:
:
:
:
:
:
:

RATIFIKASI
Koding (k)
6
0
1
4
2
4
3
12
4
5
5
Jumlah
Kriteria

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

3
0
3
0
16
6

4
0
1
3
16
5

5
0
0
1
15
9

Frekuensi (f)
0
9
9
71
36

25
5
625
125
500
5
100

7
2
6
5
9
3

8
0
2
2
19
2

Frekuensi (f)

IMPLEMENTASI
Koding (k)
9 10 11
0
0
0
1
4
2
1
2
4
3
2
3
14
18
16
4
3
2
6
5

12
0
2
1
18
4

Frekuensi (f)

:
:
:
:
:
:
:

fxk
0
18
27
284
180
509
Baik

2
12
11
40
10

fxk
2
24
33
160
50
269
Baik

25
3
375
75
300
5
60

0
9
10
66
15

fxk
0
18
30
264
75

Jumlah
Kriteria

387
Baik

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

25
4
500
100
400
5
80

PELAPORAN DAN EVALUASI


Koding (k)
13 14 15 16 17
0
0
0
0
0
1
0
1
5
1
3
2
2
2
1
2
4
3
19 19 16 20 16
4
4
3
3
2
2
5
Jumlah
Kriteria

25
5
625
125
500
5
100

Frekuensi (f)
0
10
11
90
14

fxk
0
20
33
360
70
483
Baik

Lampiran 9

HASIL PERHITUNGAN AKUMULASI JAWABAN DATA INDIKATOR


KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y)

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Efisien
Koding (k)
18 19
0
0
1
5
1
2
6
3
3
12 16
4
2
5
5
Jumlah

:
:
:
:
:
:
:

20
0
6
1
13
5

21
0
2
6
13
4

Frekuensi (f)

fxk
0
28
48
216
80
372
Baik

0
14
16
54
16

25
4
500
100
400
5
80

Efektif
Koding (k)
22
0
1
1
2
5
3
17
4
2
5
Jumlah
Kriteria

23
0
1
4
18
2

24
0
4
3
13
5

25
0
5
4
12
4

Frekuensi (f)
0
11
16
60
13

fxk
0
22
48
240
65
375
Baik

25
4
500
100
400
5
80

Koding (k)
1
2
3
4
5

26
0
9
8
5
3

Pertumbuhan Pegawai
27 28 29 30 31
0
1
1
0
0
0
5
2
3
7
6
4
4
5
6
9 14 16 14 12
10 1
2
3
0
Jumlah

32
0
2
1
15
7

33
0
3
1
17
4

34
0
1
10
11
3

35
1
6
8
9
1

Frekuensi (f)
3
38
53
122
34

fxk
3
76
159
488
170
896

Kriteria

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

:
:
:
:
:
:
:

25
10
1250
250
1000
5
200

Kemampuan
Koding (k)
26
27
0
0
1
9
0
2
8
6
3
5
9
4
3
10
5
Jumlah
Kriteria

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Baik

28
1
5
4
14
1

Frekuensi (f)
1
14
18
28
14

fxk
1
28
54
112
70
265
Baik

25
3
375
75
300
5
60

Kesempatan Berprestasi
Koding (k)
29
30
31
1
0
0
1
2
3
7
2
4
5
6
3
16 14
12
4
2
3
0
5
Jumlah
Kriteria

:
:
:
:
:
:
:

25
4
500
100
400
5
80

32
0
2
1
15
7

Frekuensi (f)
1
14
16
57
12

fxk
1
28
48
228
60
365
Baik

Pernyataan
Sangat Tidak Setuju
Tidak Setuju
Ragu-ragu
Setuju
Sangat Setuju

Jumlah Responden
Jumlah Pertanyaan
Skor Maksimum
Skor Minimum
Selisih (Rentang)
Banyak Kelas
Panjang Kelas

Koding (k)
1
2
3
4
5

33
0
3
1
17
4
Jumlah
Kriteria

:
:
:
:
:
:
:

Motivasi
34
0
1
10
11
3

25
3
375
75
300
5
60

35
1
6
8
9
1

Frekuensi (f)
1
10
19
37
8

fxk
1
20
57
148
40
266
Baik

Lampiran 10

HASIL PERHITUNGAN PROSES TRANSFORMASI DATA DARI SKALA


ORDINAL MENJADI SKALA INTERVAL PADA DATA IMPLEMENTASI
ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X) MELALUI METODE
SUCCESSIVE INTERVAL MENGGUNAKAN
PROGRAM MINITAB
Data Display 1
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
3
3
13
6

prop
0.12
0.12
0.52
0.24

prop_kum
0.12
0.24
0.76
1.00

Z_val
-1.17499
-0.70630
0.70630
*

Z*_val
0.200040
0.310873
0.310873
*

SV
-1.66700
-0.92361
0.00000
1.29530

Interval
1.00000
1.74340
2.66700
3.96231

Data Display 2
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
2
2
11
10

prop
0.08
0.08
0.44
0.40

prop_kum
0.08
0.16
0.60
1.00

Z_val
-1.40507
-0.99446
0.25335
*

Z*_val
0.148666
0.243312
0.386343
*

SV
-1.85833
-1.18307
-0.32507
0.96586

Interval
1.00000
1.67526
2.53326
3.82418

Data Display 3
Row Ordinal
1
2
2
4
3
5

frek
3
16
6

prop
0.12
0.64
0.24

prop_kum
0.12
0.76
1.00

Z_val
-1.17499
0.70630
*

Z*_val
0.200040
0.310873
*

SV
-1.66700
-0.17318
1.29530

Interval
1.00000
2.49383
3.96231

Data Display 4
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
1
3
16
5

prop
0.04
0.12
0.64
0.20

prop_kum
0.04
0.16
0.80
1.00

Z_val
-1.75069
-0.99446
0.84162
*

Z*_val
0.086174
0.243312
0.279962
*

SV
-2.15434
-1.30948
-0.05727
1.39981

Interval
1.00000
1.84486
3.09708
4.55415

Data Display 5
Row Ordinal
1
3
2
4
3
5

frek
1
15
9

prop
0.04
0.60
0.36

prop_kum
0.04
0.64
1.00

Z_val
-1.75069
0.35846
*

Z*_val
0.086174
0.374118
*

SV
-2.15434
-0.47991
1.03922

Interval
1.00000
2.67444
4.19356

Data Display 6
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
4
4
12
5

prop
0.16
0.16
0.48
0.20

prop_kum
0.16
0.32
0.80
1.00

Z_val
-0.994458
-0.467699
0.841621
*

Data Display 7
Row Ordinal
1
1
2
2
3
3
4
4
5
5

frek
2
6
5
9
3

prop
0.08
0.24
0.20
0.36
0.12

prop_kum
0.08
0.32
0.52
0.88
1.00

Z_val
-1.40507
-0.46770
0.05015
1.17499
*

Z*_val
0.148666
0.357611
0.398441
0.200040
*

SV
-1.85833
-0.87060
-0.20415
0.55111
1.66700

Interval
1.00000
1.98772
2.65418
3.40944
4.52533

Data Display 8
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
2
2
19
2

prop
0.08
0.08
0.76
0.08

prop_kum
0.08
0.16
0.92
1.00

Z_val
-1.40507
-0.99446
1.40507
*

Z*_val
0.148666
0.243312
0.148666
*

SV
-1.85833
-1.18307
0.12453
1.85833

Interval
1.00000
1.67526
2.98286
4.71666

Z*_val
0.243312
0.357611
0.279962
*

SV
-1.52070
-0.71437
0.16177
1.39981

Interval
1.00000
1.80633
2.68247
3.92051

Data Display 9
Row Ordinal
frek
1
2
4
2
3
4
3
4
14
4
5
3
Data Display 10
Row Ordinal
frek
1
2
2
2
3
3
3
4
18
4
5
2

prop_kum
0.16
0.32
0.88
1.00

Z_val
-0.99446
-0.46770
1.17499
*

Z*_val
0.243312
0.357611
0.200040
*

SV
-1.52070
-0.71437
0.28138
1.66700

prop prop_kum
0.08
0.08
0.12
0.20
0.72
0.92
0.08
1.00

Z_val
-1.40507
-0.84162
1.40507
*

Z*_val
0.148666
0.279962
0.148666
*

SV Interval
-1.85833
1.00000
-1.09413
1.76420
0.18236
3.04068
1.85833
4.71666

Data Display 11
Row Ordinal
frek
1
2
1
2
3
2
3
4
16
4
5
6

prop prop_kum
0.04
0.04
0.08
0.12
0.64
0.76
0.24
1.00

Z_val
-1.75069
-1.17499
0.70630
*

Z*_val
0.086174
0.200040
0.310873
*

SV Interval
-2.15434
1.00000
-1.42333
1.73101
-0.17318
2.98117
1.29530
4.44965

Data Display 12
Row Ordinal
frek

prop
0.16
0.16
0.56
0.12

Interval
1.00000
1.80633
2.80207
4.18770

prop

prop_kum

Z_val

Z*_val

SV

Interval

2
1
18
4

0.08
0.04
0.72
0.16

0.08
0.12
0.84
1.00

-1.40507
-1.17499
0.99446
*

0.148666
0.200040
0.243312
*

-1.85833
-1.28436
-0.06010
1.52070

1.00000
1.57397
2.79823
4.37903

Data Display 13
Row Ordinal
frek
1
3
2
2
4
19
3
5
4

prop
0.08
0.76
0.16

prop_kum
0.08
0.84
1.00

Z_val
-1.40507
0.99446
*

Z*_val
0.148666
0.243312
*

SV
-1.85833
-0.12453
1.52070

Interval
1.00000
2.73379
4.37903

Data Display 14
Row Ordinal
frek
1
2
1
2
3
2
3
4
19
4
5
3

prop
0.04
0.08
0.76
0.12

prop_kum
0.04
0.12
0.88
1.00

Z_val
-1.75069
-1.17499
1.17499
*

Z*_val
0.086174
0.200040
0.200040
*

SV
-2.15434
-1.42333
0.00000
1.66700

Interval
1.00000
1.73101
3.15434
4.82135

Data Display 15
Row Ordinal
frek
1
2
5
2
3
1
3
4
16
4
5
3

prop
0.20
0.04
0.64
0.12

prop_kum
0.20
0.24
0.88
1.00

Z_val
-0.84162
-0.70630
1.17499
*

Z*_val
0.279962
0.310873
0.200040
*

SV
-1.39981
-0.77278
0.17318
1.66700

Interval
1.00000
1.62703
2.57299
4.06681

Data Display 16
Row Ordinal
frek
1
2
1
2
3
2
3
4
20
4
5
2

prop
0.04
0.08
0.80
0.08

prop_kum
0.04
0.12
0.92
1.00

Z_val
-1.75069
-1.17499
1.40507
*

Z*_val
0.086174
0.200040
0.148666
*

SV
-2.15434
-1.42333
0.06422
1.85833

Interval
1.00000
1.73101
3.21856
5.01267

Data Display 17
Row Ordinal
frek
1
2
3
2
3
4
3
4
16
4
5
2

prop
0.12
0.16
0.64
0.08

prop_kum
0.12
0.28
0.92
1.00

Z_val
-1.17499
-0.58284
1.40507
*

Z*_val
0.200040
0.336623
0.148666
*

SV
-1.66700
-0.85364
0.29368
1.85833

Interval
1.00000
1.81336
2.96069
4.52533

1
2
3
4

2
3
4
5

Lampiran 11

HASIL PERHITUNGAN PROSES TRANSFORMASI DATA DARI SKALA


ORDINAL MENJADI SKALA INTERVAL PADA DATA KINERJA
PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y) MELALUI
METODE SUCCESSIVE INTERVAL MENGGUNAKAN
PROGRAM MINITAB
Data Display 1
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
5
6
12
2

prop
0.20
0.24
0.48
0.08

prop_kum
0.20
0.44
0.92
1.00

Z_val
-0.84162
-0.15097
1.40507
*

Z*_val
0.279962
0.394422
0.148666
*

SV
-1.39981
-0.47692
0.51199
1.85833

Interval
1.00000
1.92289
2.91180
4.25814

Data Display 2
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
1
3
16
5

prop
0.04
0.12
0.64
0.20

prop_kum
0.04
0.16
0.80
1.00

Z_val
-1.75069
-0.99446
0.84162
*

Z*_val
0.086174
0.243312
0.279962
*

SV
-2.15434
-1.30948
-0.05727
1.39981

Interval
1.00000
1.84486
3.09708
4.55415

Data Display 3
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
6
1
13
5

prop
0.24
0.04
0.52
0.20

prop_kum
0.24
0.28
0.80
1.00

Z_val
-0.706303
-0.582842
0.841621
*

Data Display 4
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
2
6
13
4

prop
0.08
0.24
0.52
0.16

prop_kum
0.08
0.32
0.84
1.00

Z_val
-1.40507
-0.46770
0.99446
*

Z*_val
0.148666
0.357611
0.243312
*

SV
-1.85833
-0.87060
0.21981
1.52070

Interval
1.00000
1.98772
3.07813
4.37903

Data Display 5
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
1
5
17
2

prop
0.04
0.20
0.68
0.08

prop_kum
0.04
0.24
0.92
1.00

Z_val
-1.75069
-0.70630
1.40507
*

Z*_val
0.086174
0.310873
0.148666
*

SV
-2.15434
-1.12350
0.23854
1.85833

Interval
1.00000
2.03085
3.39288
5.01267

Data Display 6
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
1
4
18
2

prop
0.04
0.16
0.72
0.08

prop_kum
0.04
0.20
0.92
1.00

Z_val
-1.75069
-0.84162
1.40507
*

Z*_val
0.086174
0.279962
0.148666
*

SV
-2.15434
-1.21118
0.18236
1.85833

Interval
1.00000
1.94317
3.33670
5.01267

Data Display 7
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
4
3
13
5

prop
0.16
0.12
0.52
0.20

prop_kum
0.16
0.28
0.80
1.00

Z_val
-0.994458
-0.582842
0.841621
*

Z*_val
0.243312
0.336623
0.279962
*

SV
-1.52070
-0.77760
0.10896
1.39981

Interval
1.00000
1.74310
2.62966
3.92051

Data Display 8
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
5
4
12
4

prop
0.20
0.16
0.48
0.16

prop_kum
0.20
0.36
0.84
1.00

Z_val
-0.841621
-0.358459
0.994458
*

Z*_val
0.279962
0.374118
0.243312
*

SV
-1.39981
-0.58847
0.27251
1.52070

Interval
1.00000
1.81134
2.67232
3.92051

Z*_val
0.310873
0.336623
0.279962
*

SV
-1.29530
-0.64375
0.10896
1.39981

Interval
1.00000
1.65155
2.40427
3.69511

Data Display 9
Row Ordinal
1
2
2
3
3
4
4
5

frek
9
8
5
3

prop
0.36
0.32
0.20
0.12

prop_kum
0.36
0.68
0.88
1.00

Z_val
-0.35846
0.46770
1.17499
*

Z*_val
0.374118
0.357611
0.200040
*

Data Display 10
Row Ordinal
frek
1
3
6
2
4
9
3
5
10

prop
0.24
0.36
0.40

prop_kum
0.24
0.60
1.00

Z_val
-0.706303
0.253347
*

Data Display 11
Row Ordinal
frek
1
1
1
2
2
5
3
3
4
4
4
14
5
5
1

prop
0.04
0.20
0.16
0.56
0.04

prop_kum
0.04
0.24
0.40
0.96
1.00

Z_val
-1.75069
-0.70630
-0.25335
1.75069
*

Z*_val
0.086174
0.310873
0.386343
0.086174
*

SV
-2.15434
-1.12350
-0.47168
0.53602
2.15434

Interval
1.00000
2.03085
2.68266
3.69036
5.30869

Data Display 12
Row Ordinal
frek
1
1
1
2
2
2
3
3
4
4
4
16
5
5
2

prop
0.04
0.08
0.16
0.64
0.08

prop_kum
0.04
0.12
0.28
0.92
1.00

Z_val
-1.75069
-1.17499
-0.58284
1.40507
*

Z*_val
0.086174
0.200040
0.336623
0.148666
*

SV
-2.15434
-1.42333
-0.85364
0.29368
1.85833

Interval
1.00000
1.73101
2.30070
3.44803
5.01267

Data Display 13
Row Ordinal
frek
1
2
3
2
3
5
3
4
14
4
5
3

prop
0.12
0.20
0.56
0.12

prop_kum
0.12
0.32
0.88
1.00

Z_val
-1.17499
-0.46770
1.17499
*

Z*_val
0.200040
0.357611
0.200040
*

SV
-1.66700
-0.78785
0.28138
1.66700

Interval
1.00000
1.87915
2.94838
4.33401

Data Display 14
Row Ordinal
frek
1
2
7
2
3
6
3
4
12

prop
0.28
0.24
0.48

prop_kum
0.28
0.52
1.00

Z_val
-0.582842
0.050154
*

Data Display 15
Row Ordinal
frek
1
2
2
2
3
1
3
4
15
4
5
7

prop
0.08
0.04
0.60
0.28

prop_kum
0.08
0.12
0.72
1.00

Z_val
-1.40507
-1.17499
0.58284
*

Z*_val
0.148666
0.200040
0.336623
*

SV
-1.85833
-1.28436
-0.22764
1.20223

Interval
1.00000
1.57397
2.63069
4.06055

Data Display 16
Row Ordinal
frek
1
2
3
2
3
1
3
4
17
4
5
4

prop
0.12
0.04
0.68
0.16

prop_kum
0.12
0.16
0.84
1.00

Z_val
-1.17499
-0.99446
0.99446
*

Z*_val
0.200040
0.243312
0.243312
*

SV
-1.66700
-1.08178
0.00000
1.52070

Interval
1.00000
1.58522
2.66700
4.18770

Data Display 17
Row Ordinal
frek
1
2
1
2
3
10
3
4
11
4
5
3

prop
0.04
0.40
0.44
0.12

prop_kum
0.04
0.44
0.88
1.00

Z_val
-1.75069
-0.15097
1.17499
*

Z*_val
0.086174
0.394422
0.200040
*

SV
-2.15434
-0.77062
0.44178
1.66700

Interval
1.00000
2.38372
3.59612
4.82135

Data Display 18
Row Ordinal
frek
1
1
1
2
2
6
3
3
8
4
4
9
5
5
1

prop
0.04
0.24
0.32
0.36
0.04

prop_kum
0.04
0.28
0.60
0.96
1.00

Z_val
-1.75069
-0.58284
0.25335
1.75069
*

Z*_val
0.086174
0.336623
0.386343
0.086174
*

SV
-2.15434
-1.04354
-0.15537
0.83380
2.15434

Interval
1.00000
2.11080
2.99897
3.98815
5.30869

Z*_val
0.310873
0.386343
*

Z*_val
0.336623
0.398441
*

SV
-1.03922
0.05158
0.78785
1.66700
SV
-1.29530
-0.20964
0.96586

SV
-1.20223
-0.25757
0.83009

Interval
1.00000
2.09080
2.82707
3.70622
Interval
1.00000
2.08567
3.26116

Interval
1.00000
1.94465
3.03231

DATA IMPLEMENTASI ANGGARAN BERBASIS KINERJA (X) BERSKALA INTERVAL


N
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

1
3,96231
2,667
2,667
2,667
2,667
2,667
1
2,667
3,96231
2,667
2,667
3,96231
1
1,7434
1,7434
1,7434
2,667
3,96231
2,667
3,96231
2,667
2,667
1
3,96231
2,667

2
3,82418
2,53326
2,53326
3,82418
3,82418
2,53326
3,82418
2,53326
3,82418
2,53326
1,67526
3,82418
1
1
2,53326
2,53326
3,82418
3,82418
2,53326
3,82418
2,53326
1,67526
2,53326
3,82418
2,53326

3
3,96231
2,49383
2,49383
2,49383
2,49383
2,49383
1
2,49383
3,96231
2,49383
2,49383
3,96231
1
2,49383
2,49383
2,49383
2,49383
3,96231
2,49383
3,96231
2,49383
2,49383
1
3,96231
2,49383

4
4,55415
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
4,55415
1,84486
4,55415
3,09708
1,84486
4,55415
1
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
4,55415
3,09708
3,09708
3,09708
1,84486
3,09708
3,09708
3,09708

5
4,19356
4,19356
2,67444
2,67444
2,67444
4,19356
4,19356
2,67444
4,19356
2,67444
1
4,19356
2,67444
2,67444
2,67444
2,67444
2,67444
4,19356
2,67444
2,67444
2,67444
2,67444
4,19356
2,67444
4,19356

6
3,92051
2,68247
1,80633
3,92051
2,68247
2,68247
1
1
3,92051
2,68247
1,80633
3,92051
1,80633
1,80633
2,68247
2,68247
2,68247
3,92051
2,68247
2,68247
2,68247
1
1
2,68247
2,68247

7
3,40944
2,65418
2,65418
3,40944
1,98772
3,40944
1
1,98772
3,40944
3,40944
2,65418
4,52533
1,98772
1,98772
2,65418
2,65418
3,40944
4,52533
1,98772
3,40944
3,40944
1,98772
1
3,40944
4,52533

PERTANYAAN
8
9
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207
2,98286
1,80633
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207
2,98286
1
1
1
2,98286
4,1877
2,98286
2,80207
1,67526
1,80633
4,71666
4,1877
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207
2,98286
1,80633
1,67526
1,80633
2,98286
2,80207
4,71666
4,1877
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207
1
1
2,98286
1
2,98286
2,80207
2,98286
2,80207

10
3,04068
3,04068
3,04068
3,04068
3,04068
3,04068
3,04068
1
3,04068
3,04068
1,7642
4,71666
1,7642
3,04068
3,04068
1,7642
3,04068
4,71666
3,04068
3,04068
3,04068
1
3,04068
3,04068
3,04068

11
2,98117
2,98117
1,73101
2,98117
2,98117
2,98117
2,98117
2,98117
4,44965
2,98117
1
4,44965
1,73101
2,98117
2,98117
2,98117
2,98117
4,44965
2,98117
4,44965
2,98117
4,44965
2,98117
4,44965
2,98117

12
2,79823
2,79823
2,79823
2,79823
2,79823
2,79823
2,79823
1
2,79823
2,79823
2,79823
4,37903
1,57397
2,79823
2,79823
2,79823
2,79823
4,37903
2,79823
4,37903
2,79823
1
2,79823
4,37903
2,79823

13
2,73379
2,73379
2,73379
2,73379
2,73379
2,73379
2,73379
2,73379
4,37903
2,73379
1
4,37903
1
2,73379
2,73379
2,73379
2,73379
4,37903
2,73379
2,73379
2,73379
4,37903
2,73379
2,73379
2,73379

14
3,15434
1,73101
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
1
4,82135
1,73101
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
4,82135
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
3,15434
4,82135

15
2,57299
2,57299
2,57299
2,57299
2,57299
2,57299
1
1
4,06681
2,57299
1
4,06681
1,62703
2,57299
2,57299
2,57299
2,57299
4,06681
2,57299
2,57299
2,57299
1
1
2,57299
2,57299

16
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
3,21856
5,01267
3,21856
3,21856
1,73101
3,21856
3,21856
5,01267
3,21856
3,21856
3,21856
1
1,73101
3,21856
3,21856

17
1,81336
2,96069
2,96069
2,96069
2,96069
2,96069
2,96069
1
4,52533
2,96069
1
2,96069
1,81336
1,81336
2,96069
1,81336
2,96069
4,52533
2,96069
2,96069
2,96069
1
2,96069
2,96069
2,96069

Lampiran 12

TOTAL
55,9245
48,1434
44,9256
51,3319
48,6721
50,322
42,4422
33,289
64,6297
48,8029
30,404
72,6326
30,7126
42,9009
44,6408
42,3969
50,0938
74,1972
47,3812
55,9069
48,8029
33,3261
38,2067
55,9069
53,1049

DATA KINERJA PROGRAM PENINGKATAN DISIPLIN APARATUR (Y) BERSKALA INTERVAL

n
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

18
2,9118
2,9118
1,92289
1,92289
1,92289
2,9118
2,9118
1
2,9118
2,9118
1
4,25814
1
1,92289
1,92289
1,92289
2,9118
2,9118
2,9118
2,9118
2,9118
1
1
4,25814
2,9118

19
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
3,09708
4,55415
3,09708
1
4,55415
1,84486
3,09708
3,09708
1,84486
3,09708
4,55415
3,09708
4,55415
3,09708
3,09708
1,84486
4,55415
3,09708

20
2,40427
2,40427
2,40427
2,40427
1,65155
2,40427
1
1
3,69511
2,40427
1
3,69511
2,40427
2,40427
3,69511
1
2,40427
3,69511
2,40427
3,69511
2,40427
1
1
2,40427
2,40427

21
3,07813
1,98772
1,98772
3,07813
3,07813
3,07813
3,07813
1
4,37903
3,07813
1,98772
4,37903
1,98772
3,07813
3,07813
1
3,07813
4,37903
3,07813
3,07813
3,07813
1,98772
1,98772
4,37903
3,07813

22
3,39288
3,39288
3,39288
3,39288
3,39288
3,39288
3,39288
1
5,01267
3,39288
2,03085
3,39288
2,03085
3,39288
3,39288
2,03085
3,39288
5,01267
3,39288
3,39288
3,39288
2,03085
2,03085
3,39288
3,39288

23
3,3367
3,3367
3,3367
3,3367
3,3367
3,3367
3,3367
1
5,01267
3,3367
1,94317
3,3367
1,94317
3,3367
3,3367
1,94317
3,3367
5,01267
3,3367
3,3367
3,3367
3,3367
1,94317
3,3367
3,3367

24
2,62966
2,62966
1,7431
2,62966
2,62966
2,62966
2,62966
1
3,92051
2,62966
1
3,92051
1,7431
1,7431
2,62966
2,62966
2,62966
3,92051
2,62966
2,62966
2,62966
1
1
3,92051
3,92051

25
2,67232
2,67232
1,81134
1,81134
2,67232
2,67232
1
1
2,67232
2,67232
1
3,92051
1,81134
2,67232
2,67232
1,81134
2,67232
3,92051
2,67232
2,67232
2,67232
1
1
3,92051
3,92051

PERTANYAAN
26
27
2,0908
1
2,0908
1
2,0908
2,08567
2,0908
3,26116
2,0908
1
1
2,08567
1
3,26116
1
2,08567
2,82707
2,08567
1
2,08567
1
1
3,70622
3,26116
1
2,08567
2,0908
3,26116
3,70622
3,26116
1
3,26116
2,82707
2,08567
2,82707
3,26116
2,82707
2,08567
2,0908
3,26116
2,0908
2,08567
1
1
1
1
2,82707
3,26116
3,70622
3,26116

28
2,68266
5,30869
3,69036
3,69036
3,69036
3,69036
2,03085
3,69036
3,69036
2,03085
1
3,69036
2,03085
3,69036
2,03085
2,68266
2,68266
3,69036
3,69036
3,69036
3,69036
2,03085
2,68266
3,69036
3,69036

29
3,44803
3,44803
3,44803
5,01267
2,3007
3,44803
1,73101
3,44803
3,44803
3,44803
1
3,44803
3,44803
2,3007
3,44803
2,3007
3,44803
5,01267
3,44803
3,44803
3,44803
1,73101
2,3007
3,44803
3,44803

30
2,94838
2,94838
1,87915
2,94838
1,87915
2,94838
1
2,94838
2,94838
2,94838
1
4,33401
1,87915
2,94838
2,94838
1,87915
2,94838
4,33401
2,94838
2,94838
2,94838
1
1,87915
2,94838
4,33401

31
1,94465
3,03231
1,94465
1,94465
1,94465
3,03231
1
1
3,03231
3,03231
1
3,03231
1
1,94465
3,03231
1
3,03231
3,03231
3,03231
3,03231
1,94465
1
1
3,03231
3,03231

32
2,63069
4,06055
4,06055
2,63069
1,57397
2,63069
4,06055
2,63069
2,63069
4,06055
1
2,63069
2,63069
4,06055
4,06055
2,63069
2,63069
4,06055
2,63069
2,63069
2,63069
2,63069
1
2,63069
2,63069

33
2,667
2,667
2,667
1,58522
2,667
2,667
4,1877
2,667
2,667
4,1877
1
2,667
2,667
4,1877
2,667
2,667
2,667
4,1877
2,667
2,667
2,667
1
1
2,667
2,667

34
2,38372
2,38372
3,59612
2,38372
2,38372
3,59612
4,82135
2,38372
2,38372
4,82135
2,38372
3,59612
1
2,38372
3,59612
3,59612
3,59612
4,82135
3,59612
3,59612
3,59612
2,38372
2,38372
3,59612
3,59612

35
2,99897
2,99897
2,99897
2,1108
2,99897
3,98815
1
2,1108
2,99897
3,98815
2,1108
3,98815
2,99897
5,30869
2,99897
2,1108
3,98815
3,98815
3,98815
3,98815
2,99897
2,1108
2,1108
3,98815
3,98815

Lampiran 13

TOTAL
48,3177
52,3709
48,1573
49,3314
44,3105
52,6096
44,5389
34,0617
60,8705
55,1258
23,4563
65,8111
35,5057
53,8241
55,5744
37,3111
53,4289
72,6218
54,4366
57,6238
51,6235
30,3394
28,1636
62,2555
60,4159

Lampiran 15

DAFTAR RIWAYAT HIDUP


1. Data Pribadi
Nama Lengkap

: Venni Avionita

Tempat Tanggal Lahir

: Ujung Pandang, 24 Maret 1992

Jenis Kelamin

: Wanita

Kewarganegaraan

: Indonesia

Agama

: Islam

Status Perkawinan

: Belum Menikah

Alamat

: Terusan Tubagus Ismail Indah 5A RT. 001


RW. 015 Kel. Sekeloa Kec. Coblong Bandung

Telepon

: 0856 9519 3392

Email

: venni.avionita@yahoo.com

2.

Pendidikan

1996-1997

: TK. Bunga Tanjong-Medan

1997-1999

: SD Negeri PTPN II Tanjung MorawaMedan

2000

: SD Negeri Pujokusuman III-Yogyakarta

2001

: SD Negeri Lowokwaru VI-Malang

2002-2003

: SD Negeri Sukamandi IV-Subang

2003-2006

: SMP Negeri 1 Karawang

2006-2009

: SMA Negeri 1 Karawang

2009-sekarang

: Universitas Widyatama

Bandung, Februari 2013


Venni Avionita

Anda mungkin juga menyukai