Anda di halaman 1dari 124

BAHAN KONSENSUS

REVISI PKKI NI - 5
Standar Nasional Indonesia

Tata cara perencanaan konstruksi kayu indonesia


(PKKI

ics

NI- 5 )

Badan Standardisasi Nasional

EN

BAHAN KONSENSUS

DAFTARISI

Daftar isi
Prakata

III

Ruang lingkup

Acuan normatif

Istilah dan definisi

Persyaratan-persyaratan

4.1

Struktur

4.2

Penanggur.g jawab perhitungan

Kuat acuan

5.1

Kuat acuan berdasarkan atas pemilihan secara mekanis

5.2

Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara visual

Ketentuan umum

6.1

Ruang Jingkup

6.2

Beban dan kombinasi pembebanan

6.3

Dasar perencanaan

Syarat-syarat perencanaan

13

7.1

Ruang lingkup

13

7.2

Luas bruto dan neto

13

7.3

Stabilitas

13

7.4

Pengekang lateral

13

7.5

Kondisi acuan

13

7.6

Tahanan terkoreksi

14

Komponen struktur tank

18

8.1

Umum

18

8.2

Tahanan tarik sejajar serat

18

8.3

Tahanan tank tegak lurus serat

18

8.4

T ahanan komponen struktur tersusun dan komponen struktur komposit

19

Komponen struktur tekan dan tumpu

20

9.1
9.2

Umum
Panjang efektif dan kelangsingan

20
20

BAHAN KONSENSUS

9.3 .

Tahanan kolom masif yang memikul gaya tekan kosentris

25

9.4

Tahanan kolom berspasi, kolom tersususn, dan kofom komposit

25

9.5

Tahanan tumpu

29

9.6

Tekan radial pada komponen struktur meJengkung

31

10

Komponen struktur lentur, momen dan geser

32

10.1

Umum

32

10.2

Kekangan lateral

37"

10.3

Tahanan lentur komponen struktur gabugan

42

10.4

Tahanan geser

44

10.5

Tahanan puntir

47

10.6

Kuat tarik dan tekan radial pada balok melengkung

48

10.7

Genangan

57

11

Kombinasi beban lentur dan aksiaf pada komponen struktur

58

11.1

Umum

58

11.2

Tahanan penampang yang dibebani kombinasi lentur dan tarik aksiaf

58

11.3

Salok, kolorn, dan komponen struktur rangka

59

11.4

Kolom dengan konsol pendek

62

11.5

Struktur busur

62

11.6

Rangka batang

63

12

Sambungan mekanis

65

12.1

Umum

65

12.2

Tinjauan sifat material

67

12.3

Tinjauan konfigurasi sambungan

68

12.4

Paku, pasak, dan sekrup

72

12.5

Baut, sekrup kunci, pen, dan pasak

79

12.6

Kombinasi a

87

13

Panel struktural

94

13.1

Ruang lingkup

94

13.2

Syarat-syarat perencanaan

94

13.3

Tahanan acuan

94

13.4

Sifat penainpang rencana

95

13.5

Perencanaan

95

II

BAHAN KONSENSUS

14

Dinding geser dan diafragma

97

14.1

Umum

97

14.2

Perencanaan didnding geser dan diafragma

97

14.3

Tahanan perlu

98

14.4

Tahanan acuan

98

14.5

Ketentuan Lain-lain

98

l5

Tinjauan kamampuan layan

99

15.1

Ketentuan umum

99

Bahan dan kekaluan


komponen
15.2

struktur

99
100

Lampiran A : Daftar notasi

108

Lampiran 8 : Faktor..faktor koreksi

"

III

Prakata
Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu
Peraturan Konstrusi Kayu

merupakan standar sebagai pengganti tlari

Indonesia (PKKI) yang diterbitkan pada tahun 1961 dan

sampai saat ini belum direvisi.


Standar ini disusun dan disempumakan sejalan dengan perkembangan pembangunan
gedung-gedung dewasa ini, serta kemajuan ilrnu pengetahuan dan teknologi yang
terjadi akhir-akhir ini.
Tata Cara Perencanaan Konstruksi Kayu dapat digunakan sebagai acuan bag; para
perencana dan pelaksana dalam melakukan pekeriaan perencanaan dan pelaksanaan
struktur kayu agar dapat mewujudkan suatu pekerjaan perencanaan dar. pelaksanaan
konstruksi

yang memenuhi ketentuan minimum serta mendapatkan hasil

pekerjaan

yang amant nyaman, dan ekonomis.


Dalam menyusun standar ini Sub Panitia Teknik dibantu oleh Tim Kerja dan Nara
Sumber yang teidiri dan pakar-pakar yang akh!i di bidangnya, yaitu :
2

3
1
2

3
4

5
6
7
8

9
10
11
12
13
14

15
16
17
18
19

20
21

Ir. Aim Abdurachim Idris, M.Sc.


Ir. Anita Firmanti, MT.
Dr. Ir. Sindur P. Mangkoesoebroto,
M.Sc
Cecep Bakheri, D!i>l. E.Eng
Dr. Ir. Naresworo Nugroho
Dr. Ir. Bambang Suryoatmono
Dr. Ir. Muslinang Moestopo, MSEM
Dr.lr. Saptahari
Dc. Ir. Iswandi Imran, M.Sc.
If. Rd. M. Sadikin Rasad, Dipl. E.Eng
Ir. Lutfi Faisal
lr. Wahyu Wuryanti, M.Sc
Ir. Silvia Fransisca a, MT
Jr. Sutadji Yuwasdiki, Dipl. E.Eng
Ir. Maryoko Hadi, Dipl. E.Eng
Ir. Wong_Mei Leng
Prof. Dr. Mohar Husin
Prof. Dr.lr. H. Soerjono Soerjokusumo,
MSF
Ir. Adi Subagio
Ir. Nugrowarsito
Dr. Ir. Moresco
Dr. Ir. Bambang Subyanto
Suwandojo Siddiq, Dipl. E.Eng

PenanggungJavvab
Ket.ua
Koordinator Materi

Pusat Litbang Pennukiman


Pusat Litbang Permukirnan
Institut Teknologi Bandung

NaraSumber
Nara Sumber

Puslitbang Permukiman
Institut Pertanian Bogor
Universitas Parahyangan
Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
Institut Teknologi Bandung
Puslitban_g Pennukiman
Puslitbang Pennukiman
Puslitbang Permukiman
Puslitbang Permukiman
Puslitbang Pennukiman
Puslitbang Permukirnan
Puslitbang Permukiman
Universitas Sumatra Utara
Institut Pertaniau Bogor

NaraSumber
Nara Sumber
Nara Sumber
Nara Sumber
Nara Sumber

Institut Teknologi Bandung


Universitas Kristen Indonesia
Universitas Gajah Mada
LIPI Puspitek Serp5>ng
Puslitban_g_Pennukiman

Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota

Anggota
Anggota
Anggota

Dalam pemakaiannya

standar ini tidak ter1epas dari standar-standar

lain, baik yang

berupa SNI maupun standar asing yang belum diadopsi seperti ASTM.
Panitia Teknik mengucapkan

terima kasih dan penghargaan

yang setinggi-tingginya

kepada Tim Kerja dan Nara Sumber atas tersusunnya standar Tata Cara Perencanaan
Konstruksi

Kayu untuk Bangunan

menyumbangkan

Gedung

yang telah

sekian

tenaga dan fikirannya dalam menyempumakan

lama bekerja

serta

peraturan konstruksi

kayu di Indonesia, kami berharap standar ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas.

Jakarta,

.Agustus 2002

Panitia Teknik
Konstruksi dan Bangunan

1 .

BAHAN KONSENSUS

Tata cara perencanaan konstruksi kayu Indonesia (PKKI NI- 5,

Ruanglingkup

Tata cara ini meliputi persyaratan-persyaratan

umum serta ketentuan ..ketentuan teknis

perencanaan dan pelaksanaan struktur kayu untuk bangunan gedung, atsu struktur
bang un an lain yang mempunyai kesamaan karalder dengan struktur bangunan gedung.

Acuan normative

ENV 1995-1-1, Design of timber structures. Part 1-1 General rules and rules for building
A5TM 04442- 92, Standard test methods fordirecf maisfure content measurement of
wood and wood base matTials
ASTM 09, Terminiology relating to wood
ASTM 0 2395, Test method for specific grafify of wood and wood-base materials
ASTM 0 4442, Test methods for direct maistute content measurement

of wood-base

materials
SNI 03--3527-19~,

Ivlutu kayu bangunan

SNI 14-2023 ..1. 990, Kayu lapis structural

SNI 03-3972-1995.

Metode pengujian modulus elastisitas lentur kayu konstruksi

berukuran struktural
SNI 03-3973--1995, Metode pengujan modulus elastisitas tekan dan kuat tekan sejajar
setat kayu konstruksi berukuran struldural

SNI 03-3974-1995. Metode pengujian modulus geserkayu konstruksi berukuran


structural

SNI 01-2704-1992,

Kayu lapis penggunaan umum


..

SNI 03-1726-1989, Tata


SNI 03-1727-1989,

cam perencanaan

Tala cam perencanaan

ketahanan gempa untuk rumah dan gedung


pembebanan

Istilah dan definisi

3.1
kadar air

1 dari 113

untuk

rumen dan

gedung

BAHAN KONSENSUS

kandungan air: yang terdapat dalam kayu, biasanya dinyatakan dalam persen dari berat
kayu kering oven. Kadar air kayu atau bahan berkayu dapat dinyatakan berdasarkan
berat kayu kering oven atau berat kayu basah

3.2
kayu strtuktural
kayu gergajian yang digunakan untuk komponen struktur bangunan yang memikul beban

3.3
isotropis
bahan yang mempunyai sifat yang sama pada ke tiga sumbu

3.4
Modulus elastisitas
Modulus elastisitas yang dihitung berdasarkan beban lentur

3.5
kayu ketring udara
kayu dengan kadar air maksimal 200/0

3.6
gubal
bag ian tertuar dari kayu yang berbata~an dengan kulit dan merupakan

bagian batang

yang masih hidup berisi zat makanan cadangan biasanya berwama terang

3.7
netwon
satuan rnenerut system intemasional (81) untuk gaya ekivalen dengan 0, 1 kgf dan ditulis
dengan motasi N

2 dan 113

tsAHAN

KUN::;t=N::>U::;

3.8
Mega pascal
Sepuluh pangkat enem pascal ekivalen dengan 10 kgf/cm2 dan ditulis dengan notasi
MPa

3.9
Beratjenis
8erat pervolume benda tertentu dan suatu bahan dibagi dengan berat air pada volume
yang sarna

3.10
kayu keras
kelompok kayu yang berasal dari golongan berbiji tertutup (Angiospermac) yang pada
umumnya berdaun lebar dengan ciri - ciri kayu memiliki pori-pori dan pembuluh serta
struktur anatomi yang kompleks

3.11

kayulunak
kelompok kayu yang berasal adri golongan berbiji terbuka (Gimuo spermac) yang pada
umumnya berdaun jarum dengan ciri-ciri kayu tardiri adri trakeed longitudinal dengan
struktur anatomi yang relatif lebih sederhana

3.12

mata kayu
bagian dari cabang atau ranting dikelilingi oleh pertumbuhan kayu, penampang lintang
berbentuk: buklat atau lonjong

4
4.1

Persyaratan-persyaratan
Struktur

Dalarn perencanaan struktur kayu harus dipenuhi syarat-syarat

3 dari 113

berikut:

BAHAN KONSENSUS

1)

Analisis struktur harus dilakukan dengan cara-cara mekanika teknik yang baku.

2)

Analisis dengan komputer. harus menunjukkan

prinsip cara ke~a program dan

harus ditunjukan dengan jelas data masukan serta penjelasan data keluaran.
3)

Percobaan model diperbolehkan

4)

Analisis

mensimulasikan

struktur

harus

bila dipertukan untuk menunjang analisis teoritis.

dilakukan

dengan

model-model

keadaan struktur yang sesungguhnya

matematis

yang

dilihat dan segi sifat bahan dan

kekakuan unsur-unsumya.

5}

Bila cara perhitungan

menyimpang dari tata cara ini, maka harus mengikuti

persyaratan sebagai berikut:


(1)

Struktur yang dihasUkan dapat dibuktikan dengan perhitungan dan atau percobaan

yang cukup aman.


(2)

Tanggung jawab atas penyimpangan.

dipikul oleh perencana

dan pelaksana

yang

bersangkutan.

(3)

Perhitungan

dan atau percobaan

tersebut d;ajukan kepada panitia yang ditunjuk

oleh Pengawas Lapangan, yang terdiri dari ahli-ahli yang diberi wewenang
segaia keterangan dan cara-cara tersebut

Bila perfu,

menentukan

panitia dapat meminta diadakan

percobaan ulang, fanjutan atau tambahan. 'Laporan panitia yang berisi syarat-syarat
ketentuan-ketentuan

penggunaan

cara

tersebut

mempunyai

kekuatan

yang

dan
sarna

dengan tata cara ini.

4.2

Penanggung jawab parhitungan

Perencana

bertanggungjawab

terhadap

seluruh hasil perencanaan.

harus ditulis dan dibubuhi tanda tangan sarta tanggal yang jelas.

4 dan 113

Nama perencana

BAHAN KONSENSUS

Kuat acuan

5.1

Kuat acuan berdasarkan atas pemilahan secara mekanis

Pemilahan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan

dengan

mengikuti standar

pemilahan

mekanis

eJastisitas lentur yang diperoleh secara mekanis,


mengikuti Tabel 5. 1.

yang baku. 8erdasarkan

modulus

kuat scuan lainnya dapat diambil

Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel 5.1 dapat digunakan

apabila ada pembuktian

secara

yang

eksperimental

mengikuti

standar-standar

eksperimen yang baku.

Tabel 5.1

Kode
mutu

Nilai kuat acuan (MPa) berdasarkan atas pemilahan secara mekanis


pada kadar air 150/0
Modulus
Elastisita
s Lentur

Ew

E26
E25
E24

E23
E22

E21
E20

E19

E18

E17
E16

E15

E14
E13
E12
E11

E10

5.2

25000
24000
23000
22000
21000
20000
19000
18000
17000
16000
15000
14000
13000
14000
13000
12000
11000

Kuat

Kuat tarik
sejajar

Kuat tekan
sejajar serat

Fb

Kuat
Geser

serat

Fc

Fv

66

60

46

6.6
6.5
6.4

24

6.2

21

Lentur

62

59

56

54
56
47

44

42

38
35

32
30

27

23
20

18

Ft
58
56

53

50

47

44

42
39

36
33
31

28
25
22
19
17

45
45
43

41
40

39
37
35
34

33

31
30

28
27

25

24

Kuat tekan
Tegak IUNS
Serat FC_1

23

22

6.1
5.9

20
19

5.6
54

17

5.8

5.4

5.2

5.1
4.9
4.8
4.6

4.5

4.3

18

16
15
14
13
12

11
11

10
9

Kuat acuan berdasarkan pemilahan secara visual

Pemilahan

secara visual harus mengikuti

Apabila pemeriksaan

standar pemilahan

secara visual yang baku.

visual dilakukan berdasar1<an atas '~ngukuran

berat jenis, maka

kuat acuan untuk kayu berserat Iurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan
langkah-Iangkah sebagai berikut:

5 dan 113

BAHAN KOt~:;ENSUS

a)

Kerapatan p pada kondisi basah' (berat dan volum diukur pada kondisi basah, tetapi

kadar aimya lebih keeil dari 30%) dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan
3

satuan kg/m untuk p

b)

Kadar air, m% (m < 30). diukur dengan prosedur baku.

c)

Hitung berat jenis pada m% (Gm) dengan rumus:

Gm
d)

= pI{1.000(1

+m1100)]

Hitungberatjenis dasar (Gb) dengan rumus:


Gb = G,J[1+O,265aGml dengan a

e)

= (3().m)13O

Hitung beratjenis pada kadar air 15% (G,s) dengan rumus:

G15 = GtI(1-0,133 Gb)


f)

Hitung estimasi kuat acuan dengan rumus ..rumus pada TabeIS.2, dengan G

Tabei 5.2

= G1S.

Estimasi kuat acuan berdasarkan atas berat jenis pada kadar air 15%
untuk kayu berserat lurus tanpa cacat kayu

KuatAcuan
Modulus Elastisitas Lentur,
...

Rumus estimasi

Ew (MPa)

16.500C;U7

Cat.: G adalah beratjenis kayu pada kadar air 15%.

Nilai kuat acuan lainnya dapat diperoleh dari Tabel 5.1 berdasarkan pada nilai modulus
elastisitas lentur acuan dan Tabel 5.2
Untuk kayu dengan serat tidak
modulus

elastisitas

turus dan! atau mempunyai cacat kayu. estimasi nilai

lentur acuan

ketentuan pada SNI 03-3527-1994

dari Tabel 5.2 harus direduksi

dengan

mengikuti

UDC 691.11 tentang Mutu Kayu Bangunan,

...

dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastisitas lentur acuan ~ri

Tabel5.2

yaitu

tersebut

dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel 5.3 yang berganbJng pada Kelas Mutu
kayu. Kelas Mutu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel 5.4.

Tabel 5.3

Nilai rasio tahanan

Kelas Mutu

Nila: Rasio l"ahanan

A
B

0,80

0,63
0,50

C
6 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Tabel 5.4

Macam Cacat
Mata kayu:
Ter1etak di muka
lebar
Ter1etak di muka
sempit
Retak

Cacat maksimum

untuk setiap kelas mutu kayu

Kelas Mutu A

Kelas Mutu B

Kelas Mutu C

1/6 lebar kayu

1/4 lebar kayu

1121ebar kayu

1/81ebar kayu

1/6 lebar kayu

1/4 1ebar kayu

1/5 tebal kayu

1/6 tebal kayu

112 tebal kayu


I

Pingul

1/10 tebal atau


lebar kayu

1/6 tebal atau lebar


kayu

1/4 tebal atau lebar


kayu

,
!

Arah serat
Saluran damar

1 : 13

1:9

1:6

1/5 tebal kayu

215 tebal kayu

112 tebal kayu

eksudasi tidak
diperkenankan
Gubal
Lubang serangga

Cacat lain (lapuk,


hati rapuh, retak
melintang)

Diperkenankan
Diperkenankan
asal terpencar dan
ukuran dibatasi
dan tidak ada
tanda-tanda
serangga hidup
Tidak
diperkenankan

Diperkenankan
Diperkenankan asal
terpencar dan ukuran
dibatasi dan tidak ada
tanda-tanda serangga
hid up

Tidak diperkenankan

7 dari 113

Diperkenankan
Diperkenankan
asal terpencar dan
ukuran dibatasi
dan tidak ada
tanda-tanda
serangga hidup
Tidak
diperkenankan

i,
I!
i

BAHAN KONSENSUS

Ketentuan umum

6.1

Ruang lingkup

Tata cara ini menetapkan kriteria perencanaan


glulam (kayu laminasi struktural).
struktur

kayu

iainnya,

serta

struktur yang terbuat dari kayu. struktural,

produk-produk

sambungannya.

panel, tiang, pancang, dan komponen


Tata. cara

ini

dimaksudkan

untuk

yang sejenis. Apabila tata cara ini merujuk

merencanakan gedung kayu dan struktur lain

ke lampiran maka ketentuan dalam lampiran bertaku.

Satuan
Apabila diper1ukan satuan dalam menggunakan tata cara in; maka satuan tersebut adalah
dalam SI (Sistem

Intemasional).

Sebagian

persamaan

satuan secara eksplisit, di dalam persamaan

tidak memerlukan

seperti ini perencana

penggunaan

dapat menggunakan

satuan secara konsisten untuk semua besaran.

6.2

8eban dan kombinasi pembebanan

Beban

nominal

Pembebanan

beban

yang

ditentukan

untuk Rumah dan Gedung.

penggantinya.

6.2.1

adalah

..

di dalam

Pedoman

Perencanaan

SKBI - 1.3.53.1987, SNI 03-1727-1989

atau

8eban nominal

Seban nominal yang harus ditinjau adalah sebagai berikut:

beban mati yang diakibatkan oleh berat konstruksi permanen, termasuk

dinding,

lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap;

beban hidup

yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, termasuk pengaruh kejut,

tetapi tidak termasuk beban Iingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain;

La

beban hidup di atap yang ditimbulkan selama perawatan oleh pekerja, peralatan,

dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak;

beban hujan, tidak tennasuk yang diakibatkan oleh genangan air;

beban angin tennasuk dengan memperhitungkan

bentuk aerodinamika

bangunan

dan peninjauan terhadap pengaruh angin topan, puyuh, dan tornado, bila diperlukan;
E

beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989, atau penggantinya;

8 dan 113

BAHAN KONSENSUS

6.2.2

Kombinasi pembebanan

Kecuali apabila ditetapkan

lain, struktur, komponen struktur, dan sambungannya

direncanakan dengan menggunakan

kombinasi pembebanan berikut ini:

1,40

(6.2-1 )

1,2D + 1,6 L + 0,5 (La atau H)

(6.2-2)

atau o,aW)

1.2D + 1,6 (La atau H) + (O,5L

harus

(6.2-3)

1,20 + 1,3 W+ 0,5 L + 0,5 (La atau H)

(6.2-4)

1,2D + 1,OE + O,5L

(6.2-5)

0,90 (1,3Watau 1,OE)

(6.2-6)

Pengecualian:

Faktor beban untuk L di dalam kombinasi be ban pada persamaan (6.2-3),

(6.2-4),

(6.2 ..5.) harus

dan

sarna

dengan

1,0 untuk

garasi

parkir,

daerah

yang

digunctkan untuk pertemuan umum, dan semua daerah di mana beban hidup lebih besar
dan pada 5 kPa.
Setiap

keadaan

batas

yang

rei evan

sebagian beban di dalam kombinasi

narus

ditinjau,

pembebanan

terrnasuk

kasus-kasus

di mana

bemilai sarna dengan nol. Pengaruh

kondisi pembebanan yang tak seimbang harus ditinjau sesuai dengan ketentuan di dalam

tata cara gedung yang berlaku.


6.2.3

Beban lainnya

Pengaruh

struktural

akibat beban-beban

lainnya, tennasuk

tetapi tidak terbatas

pada

berat dan tekanan lateral tanah, pengaruh temperatur, susut, keiembaban, rangkak, dan
beda

penurunan tanah, harus ditinjau di dalam perencanaan.

Pengaruh struktural akibat beban yang ditimbulkan oleh fluida (F). tanah (S), genangan
.

air (P), dan temperatur (7) -narus ditinjau dalam perencanaan

dengan menggunakan

faktor beban: 1.3F; 1 ,6S; 1,2P; dan 1,2 T.

6.2.4

Beban yang berlawanan

Apabila pengaruh suatu beban


sambungannya

maka

harus

saling ber1awanan di dalam

ditinjau

gaya

aksial,

berbalik arah.

9 dari 113

komponen

struktur atau

geser, dan mamen yang

mungkin

BAHAN KONSENSUS

6.3

Dasar perencanaan

6.3..1 Perencanaan keadaan batas


Komponen

struktur

beserta sambungannya

tidak ada keadaan

harus direncanakan

sedemikian

sehingga

batas yang tel1ampaui pada saat struktur terse but memikul beban

rencana yang bekerja.


Keadaan batas tahanan meliputi setiap tahanan yang diperlukan

(gaya atau tegangan)

yang ditinjau pada setiap sistem struktur, komponen struktur, atau sambungannya.
Keadaan batas kemampuan layan mengikuti ketentuan dalam Butir 15.

6.3.2

Analisis struktur

Pengaruh

beban

ditentukan

dengan

memperhitungkan
jangka

tertaadap

pendek

masing-masing

metode

analisis

keseimbangan,
maupun jangka

komponen

struktur

elastis.

stabilitas, kompatibilitas
panjang.

struktur

Sebagai

dan

sambungannya

Anatisls
geometris,

altematif,

tersebut

harus

dan sitat material

analisis

non-tinier

atau

inelastis dapat digunakan selama data yang mendukung perilaku tersebut tersedia dan
disetujui oleh pihak berwenang .

6.3.2.1

..

Moduluselastisitaslentur

Untuk menentukan distribusi beban. di dalam struktur statis


pertlitungan

lendutan

dan

keadaan layan laimya,

elastisitas lentur rerata terkoreksi,


Modulus elastisitas
bergantung

tak tentu dan untuk

harus digunakan

nilai

modulus

Ew'.

lentur rerata terkoreksi, Ew', yang digunakan dalam perencanaan,

pada penggunaannya.

Delam kasus perencanaan

di mana tahanan struktural

atau stabiUtas ditentukan berdasarkan perhitungan maka harus digunakan nilai persentil
ke

terkoreksi, Cots', yang ditetapkan sebagai berikut:

lim.a..

05' = 1,03Ew'{1 - 1,645 (KVE)}

(6.3-1)

dengan 1,03 adalah faktor koreksi dari nilai

Ew yang ditabelkan kepada nilai Ew bebas-

geser; dan KVE = aE adalah koefisien variasi nilai Ew. yaitu penyimpangan

E'w

deviasi

standar Ew dibagi dengan nilai rerata Ew.


Pengecualian:

Untuk glulam

(kayu

laminasi

penyesuaian

tersebut

adalah 1,05, dan bukan 1,03. Modulus elastisitas lentur tidak per1u dikoreksi

ternadap

faktor waktu, A.
10dari 113

struktural), faldor

BAHAN KONSENSUS

6.3.2.2

Kekangan ujung

Perencanaan

sambungan

harus konsisten dengan asumsi yang diambil dalam analisis

struktur dan dengan jenis konstruksi


sederhana

semua

ditunjukkan

melalui

mengekang
rotasi

sambungan

yang dipilih dalam gambar rencana.

harus

eksperimen

diasumsikan

atau

analisis

bersifat

bahwa

sendi

Dalam rangka

kecuali

sambungan

bila

dapat

terse but

dapat

rotasi. Pada kondisi beban rencana, sambungan harus mempunyai

yang

memadai

untuk

menghindari

elemen

penyambung

kapasitas

terbebani

secara

ber1ebihan.

6.3.2.3

Pembebanan jangka panjang

Analisis yang dilakukan pada struktur dan komponen struktur yang mengalami
akibat

rangkak

tambahan

pada saat memikul

deformasi

beban

keria, harus memperhitungkan

akibat rangkak dalam masa layannya apabila deformasi

deformasi
terjadinya
tersebut

mempengaruhi tahanan atau kemampuan layannya.

6.3.3

Kondisi batas tahanan

Perencanaan

sistem struktur,

komponen

struktur, dan sambungannya

harus menjamin

bahwa tahanan rencana di semua bagian pada setiap sistem, komponen, dan sambungan
struktur sama dengan atau melebihi gaya terfaktor,

6.3.3.1

Ru.

Gaya terfaktor

Gaya-gaya pada komponen struldur dan sambungannya, Ru, harus ditentukan


kombinasi pembebanan sebagaimana

6.3.3.2

Tahanan rencana

dari

diatur dalam Butir 6.2.


!

Tahanan rencana dihitung untuk setiap keadaan batas yang bertaku sebagai hasil kali
antara tahanan terkoreksi. R', faldor tahanan. ;. dan faldor waktu, A.. Tahanan rencana
harus sama dengan atau melebihi beban terfaktor,

Ru _<

Ru:
(6.3-2)

"~"Y,/"D''

dengan R' adalah tahanan terkoreksi untuk komponen struktur, elemen, atau sambungan,
seperti tahanan lentur terkoreksi,

M', tahanan geser terkoreksi,


11 dari 113

V', dan lain-lain. Begitu

BAHAN KONSENSUS

pula Ru diganti dengan MUt Vu, dan sebagainya untuk gaya-gaya pada komponen struktur
atau sambungan.
Tahanan terkoreksi, R', harus meliputi pengaruh semua faktor koreksi yang berasal dan
keadaan masa layan dan faktor-faktor koreksi lainnya yang bertaku.

Faktortahanan. ;. yang digunakan dalam tata cara ini dirangkum dalam TabeI6.3-1.
KeaJali bila ditetapkan lain, faktor waktu yang digunakan dalam kombinasi pembebanan
pad a Butir 6.2.2 harus sesuai dengan yang tercantum di dalam TabeI6.3-2.

6.3.4

Keadaan batas kemampuan layan

S;stem struktur dan komponen

struktur harus direncanakan dengan

mempernatikan

batas-batas defonnasi, simpangan lateral, getaran, rangkak, atau deformasi lainnya yang
dapat mempengaruhi kemampuan layan gedung atau struktur kayu yang bersangkutan.
Keadaan batas kemampaun !ayan diuraikan di datam Butir 15.

6.3.5

Struktur yang sudah ada

Ketentuan perencanaan dafam tata cara ini dapat diterapkan untuk mengevaluasi

struktur

yang sudah ada. ApabUa gadung atau struktur kayu diubah fungs; atau bentuknya maka
harus dilakukan

tinjauan terhadap

kemungkinan

pengaruh-pengaruh

akibat kerusakan

atau per1emahan yang disebabkan perubahan itu.


Tabel 6.3-1
Jenis

Faktor tahanan, ;
Simbol

Nilai

Tekan
Lentur
Stabifitas
Tank

tPc

;"

0,90
0,85

(>s

0,85

Geser/puntir
Sambungan

t Pv

"

0,80
0,75
Ot6S

Tabel 6.3-2

Faktor waktu, A.

Kombinasi pembebanan
1,40
1 ,20 + 1.6L + O.5(La atau H)

Faktor Waktu (.A.)


(6.2-1)
(6.2-2)

0,6
0,7 jika L dan gudang
0,8 jika L dari ruangan umum
1,25 jika L dan kejut"

1,20 + 1,6 (La atau H) + (O,5L atau O,8lN)


1,20 + 1,3 W + 0,5 L + (liS (La atau H)

(6.2-3)

1,20 1,OE+ O,5L


0,90 (1 ,3W atau 1,OE)

(6.2-5)
(6.2-6)

(6.2-4)

Catatan: Untuk sambungan, A = 1.0 jika L dan kejut.

12 dan 113

0.8

1,0
1,0
1,0

BAHAN KONSENSUS

Syarat-syarat perencanaan

7.1

Ruang lingkup

Butir ini mengatur syarat ..syarat yang bertaku untuk semua ketentuan perencanaan
dalam tata cara ini.

7.2
neto

_Luas

bruto

dan

7.2.1 Luas bruto


Luas bruto, A, komponen struktur kayu pada setiap potongan adalah jumlah luas
seluruh elemen penyusun komponen struktur kayu tersebut, yang diukur tegak lurus
terhadap sumbu komponen struktur.

7.2.2

Luas neto

Luas neto, An, komponen

struktur kayu diperoleh dan Iuas bruto dikurangi dengan

jumlah material kayu yang hUang karena adanya lubang bar, baut, paku, coakan,

12 membahas

takik, dan la.i_n-Iain. Butir

luas neto akibat

adunya

sambungan-

sambungan.

7.3

Stabilitas

Stabilitas
komponen

harus dipenuhi

oleh sistem struktur

secara keseluruhan

struktur pada sistem struktur tersebut.

Perencanaan

maupun

oleh

teri1adap stabilitas

dilakukan dengan memperhitungkan pengaruh beban-beban yang ditimbulkan

oleh

perubahan bentuk struktur atau komponen struktur sistem pemikul beban lateral.

7.4

Pengekang lateral

Pada titik-titik tumpu 00101<, rangka, dan komponen struktur kayu lainnya, harus
disediakan kekangan pada rotasi terhadap sumbu Iongitudinalnya. kecuali bila hal
tersebut temyata tidak diper1ukan berdasarkan analisis ataupun percobaan.

Lihat

Butir 10 untuk pembahasan pengekang lateral pada komponen struktur lentur.

7.5

Kondisiacuan

Tahanan

acuan, R, dan lahanan

acuan sambungan,

kondisi acuan berikut ini:

13 dari 113

Z, ditetapkan berdasarkan

BAHAN KONSENSUS

a)

Kondisi kering dengan kadar air setimbang maksimum tidak melebihi 190/0

untuk kayu masif dan 16%

untuk produk-produk kayu yang dilem;

serta batas

bawah kadar air setimbang tahunan rerata adalah 60/0.


b)

Nilai tahanan scuan beriaku untuk kondisi terekspos secara berkelanjutan

pada temperatur hingga 38C; atau temperatur yang dapat mencapai 65C pada
komponen struktur dan sambungan;
pada

panel

struktural.

diperkenankan

atau temperatur sesaat yang melebihi 93C

Komponen

struktur

kayu

dan

sambungannya

tidak

untuk secara terus menerus berada pada temperatur di atas 65C.

Panel struktural tidak diperkenankan berada pada temperatur di atas 93C kecuali
untuk waktu yang sangat pendek. Untuk kondisi temperatur di atas 38C secara
berkelanjutan maka harus dioertakukan faktor koreksi temperatur.

c)

Produk-produk kayu yang tidak diberi perlakuan khusus, kecuali untuk tiang

dan pancang, merujuk kepada Butir 7.6.5.

d)

Produk baru (bukan merupakan

material

yang diambil

untuk

digunakan

kembali).
e)

Komponen "'struktur tunggal

atau sambungan

tanpa pembagi

beban (load

sharing) atau aksi komposit.


Nitai tahanan
dengan

7.6

terkoreksi,

R' (atau .Z). untuk kondisi lainnya ditetapkan

sesuai

Butlr 7.6.
Tahananterkoreksi

Faktor koreksi

pacta

Tabel 7.6-1 dan 12.1-1, bila dimungkinkan,

digunakan

sesuai

dengan yang disyaratkan pada bagian di bawah ini. Tahanan terkoreksi dihitung

sebagaiberikut:
(7.5-1)
dengan R' adalah tahanan terkoreksi,

R adalah tahanan acuan, C, adalah faktor-

faktor koreksi.
Bila bagian ini tidak mengacu

kepada bagian

lainnya untuk perhitungan

faktor

koreksi, maka faidor koreksi untuk kayu gergajian, produk-produk kayu lainnya, dan
sambungan, diambil dari Lampiran 8 tata cara ini.

14 dar; 113

BAHAN KONSENSUS

7.6.1

Faktor koreksi untuk masa layan

Untuk kondisi masa layan yang berbeda dari kondisi acuan pada Butir 7.5, bertaku
faktar kareksi berikut ini:
CM

adalah faktar koreksi layan basah, untuk memperhitungkan

kadar air masa

fayan yang lebih tinggi daripada 19% untuk kayu masif dan 16% untuk produk kayu
yang dilem:

C,

adalah faktor koreksi temperatur,

untuk memperhitungkan

temperatur

layan

lebih tinggi daripada 38C secara berkelanjutan;

Cpt

adalah faktor koreksi pengawetan

pengawetan

terhadap

produk-produk

kayu, untuk mempemitungkan

kayu dan sambungan.

berdasarkan spesifikasi pemasok,

ditetapkan

pengaruh

Nilai faktar

koreksi

atau tata cara yang

ketentuan,

bertaku;

Crt

adalah faktor koreksi tahan api, untuk memperhitungkan

tahan

api ternadap

ditetapkan

produk-produk

berdasarkan

spesifikasi

kayu dan

sambungan.

pemasok,

ketentuan,

pengaruh pertakuan
Nilai faktor
atau

tata

koreksi

eara yang

bertaku,

7.6.2.

Faktor koreksi untuk konfigurasi komponen struktur

Sebagai

tambahan

persyaratan

dan faktor-faldor

tambahan

koreksl

pada

Sutir

berikut ini, beserta batasannya

7.6.1,

bertaku

pula

untuk semua komponen

struktur dan produk-produk kayu.

CE

adalah faldor koreksi aksi komposit,

dinding
penutup

kayu, dan plafon,

untuk

untuk komponen

memperhitungkan

dan komponen struktur pendukungnya

struktur

peningkatan

berfungsi

lantai kayu,

tahanan

ketika

sebagai aksi komposit

sesuai dengan Butir 10.3.1.1;

C,

adalah faldor koreksi pembagi beban. untuk b~lok tersusun atau komponen

struktur

lantai kayu, dinding

kayu, dan platon

kayu,

untuk

memperhitungkan

tersusun sesuai dengan Butir 10.3.1.2 atau tata

peningkatan tahanan penampang

cara lainnya;
CF

adalah faldor koreksi

ukuran,

ditetapkan secara masinal CF

= 1;

CL

stabilitas

koreksi

pengaruh

dimensi

tata cara yang berlaku; untuk kayu yang mutunya

kamponen struktur sesuai dengan

adalah faktar

untuk memperhitungkan

balok,

untuk memperhitungkan

pengekang lateral parsial sesuai dengan Butir 10.2.5.2;

15 dan 113

pengaruh

BAHAN KONSENSUS

Cp

adalah faktor

koreksi stabilitas

kolom, untuk memperhitungkan

pengaruh

pengekang lateral parsial sesuai dengan Butir 9.3.2;

Cb

adalah faktor koreksi luas tumpu, untuk memperhitungkan

peningkatan

luas

efektif bidang tumpu balok sesuai dengan Butir 9.5.2;

C,

adalah faktor koreksi bentuk, untuk memperhitungkan pengaruh penampang

tak persegi panjang pada perhitungan tahanan lentur sesuai dengan Butir 10.1.7
atau

tata cara lainnya yang ber1aku.

7.6.
3.

Faktor koreksi tambahan untuk kayu struktural dan kayu laminasi


struktural

Sebagai tambahan dan faktor-faktor yang ditentukan pada Butir 7.6.1 dan 7.6.2,_halhal berikut ini bertaku untuk kayu strukturaf dan kayu laminasi struktural.

CH

adalah faktar koreksi tegangan geser, untuk memperhitungkan

peningkatan

tahanan geser pada komponen struktur kayu dengan sedikit cacat kayu;
C,

adalah faktor koreksi interaksi tegangan, untuk memperhitungkan peningkatan

tegangan pada permukaan yang diiris miring dari kayu Iaminasi struktural; lihat Butir
10.1.11;
Cr

adalah faldor koreksi kekakuan tekuk, untuk memperhitungkan

peningkatan

kekakuan rangka batang kayu berpenutup; lihat Butir 11.6. 1;

Cv

adalah faklor koreksi pengaruh volume kayu laminasi struktural yang dibebani

tegak lurus siSti lebar lapis, untuk memperhitungkan

pengaruh volume komponen

struktur terhadap tananan lentur;


Cc

adalah

faktor

memperhitungkan

G.t,

koreksi

kelengkungan

kayu

laminasi

struktural,

untuk

pengaruh kelengkungan terhadap tananan lentur;

adalah faldor koreksi penggunaan datar, untuk memperhitungkan peningkatan

tahanan lentur dan komponen struktur kayu yang digunakan secara datar.

7.6.4

Faktor koreksi tambahan untuk panel struktural

Sebagai tambahan dari faktor-faldor

koreksi yang dibahas pada Butir 7.6.1 dan

7.6.2, hal-hal berikut ini bertaku untuk panel struktural.


Cw adalah faldor koreksi lebar, untuk mempemitungkan peningkatan tahanan panel
pada komponen struktur dengan lebar yang keeil;
CG adalah faktor koreksi mutu, untuk panel dengan sifat fisik yang berbeda

dan

mutu acuan yang digunakan untuk menetapkan nilai tahanannya. Faktor mutu ini
16 dan 113

BAHAN KONSENSUS

juga benaku untuk panel dengan susunan

lapisan yang nilai tahanannya

tidak

tercatat.

7.6.5

Faktor koreksi tambahan untuk tiang dan pancang kayu

Sebagai tambahan dari faktor-faktor

koreksi yang dibahas

pacta Butir

-7.6.1 dan

7.6.2, hal-hal berikut ini bertaku untuk tiang kayu dan pancang kayu.

Ccs

adalah faldor koreksi penampang kritis untuk pancang kayu bundar:

Csp

adalah faldor koreksi pancang tungga1untuk pancang kayu bundar;

Cu

adalah faldor koreksi untuk pancang kayu bundar yang tidak diberi per1akuan

khusus.

7.6.6

Faktor koreksi tambahan untuk sambungan struktural

Sebagai tambahan dari faktor ..f.aktor koreksi yang dibahas pada Butir 7.6.1 dan
7.6.2 s .hal-hal berikut ini ber1aku untuk sambungan.

Ct.

adalah

faktor

koreksi

diafragma,

tahanan pak't"paku yang digunakan

untuk

memperhitungkan

pada struktur diafragma

peningkatan

sesuai dengan Butir

14.1.1 ;
Cg

adalah faktor koreksi aksi kelompok. untuk mempemitungkan

pembebanan

yang tidak merata dari bans alat pengencang majemuk sesuai dengan

Butir

12.3.6.1;

Cs

adalah

faklor

koreksi

geometri,

untuk

memperhitungkan

geometri

sambungan yang tidak lazim sesuai dengan Butir 12.6.3.2;

Cd

adalah faldor koreksi penetrasi. untuk memperhitungkan

reduksi penetrasi

alat pengencang sesuai dengan Butir 12.6.3.2;

Cag

.....

adalah faldor koreksi seral-ujung, lI1tuk memperhitungkan reduksi tahanan


r

alat pengencang yang dipasang pada serat-ujung sesuai dengan Butir 12.4.3.3;
Cat

adalah faldor koreksi pelat baja sisi, untuk sambungan geser dengan pelat

baja sisi berukuran 100 mm sesuai dengan Butir 12.4.3.3;

c",

adalah faldor koreksi paku-miring.

untuk sambungan

Butir 12.

17 dari 113

paku sesuai dengan

, BAHAN KONSENSUS

Komponen struktur tarik

8.1' Umum

Ruang lingkup

8.1.1

Ketentuan dalam butir

ini berlaku untuk komponen-komponen struktur yang memikul gaya

tarik konsentris dan bagian dan komponen struktur yang memikul gaya tank setempat
akibat pengaruh sambungan.
lentur ..dan tank aksial

Komponen-komponen

harus

memenuhi

struktur yang memikul kombinasi

persyaratan pada Butir 11.2. Persyaratan

tambahan untuk pengaruh gaya tarik pada daerah sambungan dapat dilihat pada Butir 12.

8.1.2

Perencanaankomponen struktur

Komponen struktur tarik harus direncanakan untuk memenuhi ketentuan sebagai berikut:

(8.1-1)

Tu adalah gaya tarik tertaktor, A. adalah faktor waktu (Iihat Tabe16.3-2). ;, adalah

dengan

faktor tahanan tarik sejajar serat


Tahanan

terkoreksi ... adalah

= 0,80,

dan

T adalah

hasil dan perkalian

tahanan tank terkoreksi.

tahanan

acuan

dengan

faktor-faktor

koreksi pada Butir 7.6.

8.1.3

Pertimbangan khusus

Komponen-komponen

8.2

struktur tarik tidak boleh ditakik.

Tahanan tarik sejajar serat

8.1.1

Tahanan tarik

Tahanan

tarik

terkoreksi

ktimponen

struktur

tarik

konsentris,

T, ditentukan

pada

penampang tarik kritis:

T'

= FtA

(8.2-1)

dengan

F; adalah kuat tarik sejajar serat terKoreksi dan An adalah luas penampang neto.

8.1.2

Pertimbangan khusus untuk penampang neto taksimetris

Bilamana, akibat adanya alat pengencang. letak titik berat penampang neto menyimpang

dan titik berat

penampang

brute

sebesar 50/0

18 dari 113

dari

ukuran lebar atau lebih maka

BAHAN KONSENSUS

eksentrisitas lokal harus ditinjau sesuai dengan prinsip baku mekanika dan prosedur yang

dijelaskan pada Butir 11.2.

8.2

Tahanan tarik tegak furus serat

Bilamana gaya tarik tegak lurus serat tidak dapat dihindari maka perkuatan mekanis harus
diadakan untuk mampu memikul gaya tarik yang terjadi. Tank radial yang timbul pada
komponen

struktur lengkung dan komponen

struktur bersudut serta komponen

yang diiris miring harus dibatas; dengan ketentuan-ketentuan

struktur

pada Butir 10.6.

8.3 Tahanan kcmponen struktur tersusun dan komponen struktur komposit


8.3.1 Kompcnen struktur tersusun
Komponen struktur tersusun, termasuk

batang majemuk rangka atap, batang diafragma,

batang penyokong, dan komponen struktur serupa, adalah komponen struktur yang terdiri

dari dua atau lebih elemen sejajar yang digabungkan

dari bahan dengan tahanan dan

kekakuan yang sarna.

Tahanan komponen struktur tersusun tersebut harus ditentukan


tahanan elemen. masing-masing

selama tahanan sambungannya

terjadinya distribusi gaya tarik aksial di antara elemen-elemen

sebagai jurnlah dari


juga dapat menjamin

tersebut yang sebanding

dengan Iuas masing-masing elemen.


Pengaruh

per1emahan akibat

antar

sambungan

elemen

harus

ditinjau

dalam

perencanaan.

8.3.2

Komponenstruktur komposit

Perencanaan

komponen struktur tank komposit, yaitu komponen struktur yang tersusun

dari gabungan ~yu

gergajian,

kayu laminasi struktural, atau dan jenis kayu lain yang

berbeda kekakuannya dan beke~a pada arah sejajar serat, atau kombinasi dengan pelat
baja, atau batang baja, harus ditinjau berdasarkan konsep penampang transformasi.
Elemen-elemen harus digabungkan sehingga dapat bekerja sebagai satu kesatuan
dengan

gaya-gaya

terdistribusi

sebanding

dengan kekakuan

elemen

penyusunnya.

Tahanan tank komponen struktur komposit tersebut ditentukan sebagai jumlah tahanan
tarik dan setiap elemen penyusun yang dihitung pada saat salah satu elemen mencapai
deformasi batasnya.

19 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Komponenstruktur tekan dan tumpu

9.1

Umum

9.1.1

Ruang lingkup

Ketentuan-ketentuan

dalam butir ini bei1aku untuk komponen

struktur yang mengalami

gaya tekan aksial dan gays tekan tumpu. Komponen struktur yang memikul kombinasi
lentur dan gaya tekan aksial, tennasuk

komporien

struktur yang memikul gaya aksial

eksentris, harus memenuhi persyaratan pada Butir 11.3.

9.1.2

Perencanaan komponen struktur

Komponen struktur tekan harus direncanakan sedemikian sehingga:


(9.1-1)

P adafah

dengan

tPc =

gaya tekan terfaktor, A adalah faktor waktu (Iihat TabeI6.3-2),

0,90

adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan P' adalah tahanan tekan terkoreksi.
Tahanan

terkoreksi

adalah

hasil dan: perkatian

tahanan

acuan

dengan fa ktor-faktor

koreksi pada Butir 7.6.


Komponen

struktur ...yang. memikul

gaya-gaya

pendetailan

tahanan dan kestabilan

yang cukup pada daerah bekerjanya

tersebut

Begitu pula, kornponen

aksial .setempat

struktur harus memiliki

stabilitas pelat badan yang cukup pada tumpuan

tahanan

harus

mendapatkan
gaya-gaya

rencana lokal dan

balok dan pada lokasi gaya-gaya

transversal bekerja.

9.2

Panjang efektif dan kelangsingan

9.2.1

Panjang efektif kolom


I, harus diambil

Panjang kolom tak-terkekang atau panjang bagian kolom tak-terkekang,


sebagai

jarak

pusat ..k.e-pusat

pengekang

lateral.

Panjang

harus ditentukan baik terhadap sumbu kuat maupun terhadap

kolom

tak-terkekang

sumbu lemah dari kolom

tersebut.
Panjang efektif kolom, I., untuk arah yang ditinjau harus diambil sebagai

KJ,

di mana

Ke

adalah faktor panjang tekuk untuk komponen struktur tekan. K; tergantung pad a kondisi
ujung kolom dan ada atau tidak adanya goyangan.
Untuk kolom tanpa goyangan pada arah yang ditinjau, faktor panjang tekuk,.
diambil sarna dengan satu kecuali jika analisis memperlihatkan

20 dari 113

Ke,

harus

bahwa kondisi kekangan

BAHAN KONSENSUS

ujung kolom memungkinkan

digunakannya

faldor panjang tekuk yang lebih kedl daripada

satu.
Untuk kolom dengan goyangan pada arah yang ditinjau, faktor panjang tekuk,
lebih besar daripada
mempemitungkan
Nilai

K.

satu dan ditentukan

berdasarkan

analisis

mekanika

K.,

harus

dengan

kondisi kekangan ujung kolom.

untuk beberapa

jenis kondisi

kekangan

ujung dan untuk keadaan

dengan

goyangan" serta tanpa goyangan dapat ditentukan menggunakan hubungan pada Gambar

9.2-1

~L

I
1r 2

I I

,,

(d)

(tI)

(f)

,- ..
{a}

te)

(b)

~r'

~,

,,

,
,
,

"

..

, ,

-r'
I

,
,
,

l'(7A ,- ..

,I
,
,

,,

Garis krputus mftlunjukkan


diagram kolom Icrtekuk

~,

\'

,
,, ,
,,

"',.

t711
'II

-4
f

.f,$

l\1Ia1 s; teorItis

0.5

0.7

1.0

1.0

2.0

2.0

NDIliK. yaag diaaJurkaa untuk


kolom Y80I lIlaldckad kondlsl

0,65

0,80

1,2

1.0

2.10

2,4

IdW

.
KodeaJuoc

V
'f'
T

.Jepi1
Saadi
JlaU. taapa putar8ll sudut
UJUDlbmas

Gambar9.2-1 Nilai K,.untuk kolom-kolom dengan beberapajenis kekangan ujung.

9.2.2 Kelangsingan kolom


Kelangsingan

kolom adalah perbandingan

antara panjang efektif kolom pada arah yang

ditinjau terhadap jan-jan girasi penampang kolom pada arah ifu, atau:
kelangsingan

= KelIr

(9.2-1)

21 dan 113

BAHAN KONSENSUS

girasi

Jan-jan

dihitung

berdasarkan

Iuas

penampang

bruto,

penampang transformasi jika digunakan penampang komposil

dan

menggunakan

Untuk kolom yang ditakik

atau yang diiris miring, jari-jari girasi ditetapkan sesuai dengan Butir 9.3.3 dan 9.3.4.
Nilai kelangsingan kolom,

KeVr, tidak

boleh melebihi 175.

9.3 Tahanan kolom mas if yang memikul gaya tekan kosentris

Nilai bahan rencana dan faktor-faktor

9.3.1

rencana

Modulus elastisitas lentur yang digunakan dalam persamaan-persamaan

pada butir ini

adalah nilai persentil ke lima terkoreksi, E06', seperti yang ditentukan untuk digunakan
dalam perhitungan tahanan.

Tahanan kolom prismatis

9.3.2

Tahanan tekan kolom ditentukan berdasarkan kelangsingan penampang kolom pada arah
yang paling kritis. Tahanan tekan kolom terkoreksi ditetapkan sebagai berikut:

P'=C

( 9.3-1)

AFc*

Faktor kestabilan kolom, Cpl dihitung sebagai berikut:

_l+ac

Cp-

2c

)2 _ a

1+ac
(

2c

(9.3-2)

dengan:

(9.3-3)

(9.3-4)

Keterangan:

adalah Iuas penampang bruto, mm2

Fe adalah kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah dikalikan semua faktor koreksi
kecuali,

Cp), N
22 dan 113

BAHAN KONSENSUS

Eos' adalah nUai modulus elastis lentur terkoreksi pada persentil ke lima, MPa
p.

adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang ditinjau, N

Po' adalah tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat pada kelangsingan

kolom sarna

dengan nol, N

= 0,85 untuk tiang dan pancang bundar

t/Jc

adalah faktor tahanan tekan = 0,90

(Js

adalah faktor tahanan stabilitas = 0,85

0,80 untuk batang masif

0.90 untuk glulam (kayu laminasi struktural) dan kayu komposit struktural

Nilai momen inersia, " nita; .lEos', dan panjang efektif, Kelt harus diambil pada arah yang
sedang ditinjau. Nilai c untuk kolom selain glulam (kayu laminasi struktural) , tiang, dan
pancang,

harus diambil 0,80,

kecuali

bila nilai yang lebih besar dapat

digunakan

berdasarkan percobaan.

9.3.3 Tahanan kolom prismatls yang ditakik atau dibor


Sebagai tambahan dan ketentuan pada Butir 9.3.2, tahanan tekan terkoreksi dari suatu

kolom yang ditakik atau dibor harus dievaluasi sebagai berikut:

9.3.3.1 Takik pada lokasi kritis,


(9.3-5)
dengan Cp dihitung menggunakan besaran-besaran penampang neto untuk kondisi takik
atau lubang berada di claerah tengah bentang di antara dua titik belok momen kolom yang
tertekuk dan:
a)

momen inersia penampang neto pada Iokasi tersebut kurang daripada 800/0 dari

momen inersia penampang bruto; atau

b) . dimensi lOngitudinal takik atau lubang lebih besar daripada dimensi penampang
melintang kolom yang terbesar.

9.3.3.2 Takik pada lokasi tak-kritis


UntuK kasus-kasus

selain daripada yang disebutkan

pada Butir 9.3.3.1, tahanan tekan

terkoreksi harus dievaluasi sebaqai nilai yang terkecil di antara nilai yang diberikan
persamaan ~9.3-6) dan (9.3-7):
23 dan 113

oleh

BAHAN KONSENSUS

(9.3-6)
dengan Cp dihitung menggunakan besaran-besaran

penampang bruto;
(9.3-7)

P'=AnFc
9.3.4

Tahanan kolom yang diiris miring

9.3.4.1 Kolom bundar yang dUris miring


Tahanan tekan terkoreksi dari kolom bundat yang diiris miring secara seragam ditentukan
menggunakan

persamaan pada Butir 9.3.2. Diameter yang digunakan adalah diameter

pada ujung kedl; atau bila diameter pada ujung keen, 01, Iebih besar daripada 113 (satu
per tiga) diameter pada ujung besar, ~,

maka diameter yang digunakan ditentukan

menu rut TabeI9.3-1.


Tabel 9.3-1

Diameter rencana (D) komponen struktur bundar yang diiris miring, ditentukan
sebagai D=D1 + X (D1 - ~ )

Kasu$
1
2
3

Untuk kondisi
X=1/3.

9.3.4.2

Keterangan
Konstruksi tiang bandera; ujung besar terjepit

Konstruksi tiang benders terbalik; ujung kedl


terjepit
Salok yang diiris miring tunggal, kedua ujung
tertumpu sederhana
Balak yang dUns miring ganda, kedua ujung
tertumpu sedernana
ujung

0,52 + 0,18 D1/Ch


0,12 + 0,18 D1/D2
0,32 + 0, 18 D1/~

0,52 + 0.18 D1/~

Jainnya,

Kolom persegi panjang yang diiris miring

Tahanan tekan terkoreksi dan kolom persegi panjang dengan lebar tetap dan tebalnya
dUris miring secara seragam ditentukan

menggunakan ,persamaan pada Butir 9.3.2. Teba'

yang digunakan adalah tebal pada ujung keeil; atau jika tebal ujung keeil, d1, lebih besar
atau sama dengan

113 tebal ujung besar, ~, maka tebal yang digunakan ditentukan

menurut Tabel 9.3-2.


9.3.4.3

Sebagai

tahanan tekan

dan

tambahan

dan ketentuan

pada

Butir 9.3.4.1

atau Butir 9.3.4.2,

komponen struktur yang diins miring harus ditinjau pada penampang

neto kritis pada ujung keeil:


(9.3--8)

24 dan 113

BAHAN KONSENSUS

TabeI9.3-2
Tebal (d)

Komponen struktur persegi panjang yang diiris miring dengan lebar tetap,
ditentukan sebagai d = d1 + X (dt - ~ )

X
Kasus

Keterangan

Konstruksi liang bendera, ujung

2
3

Bidang tekuk pada


arah tebal

besar terjepit
0,23 + 0,07 d11d2

Konstruksi tiang benders terbatik


(atau pancang); ujung keeil terjepit
Balok yang diiris miring tunggal,
kedua ujung tertumpu sederhana;
balok
yang
diiris
miring
tunggal/ganda: kedua ujung terjepit
atau satu UjUilg teljepit dan ujung
lainnya
tertumpu
sederhana
(gunakan kasus 2 bUa ujung kedl
terjepit)

0,43 + 0,07 d1/~

Salak yang dUns miring gands,

0,63 + 0,07 d11d2

kedua ujung tertumpu.sederhana

9.4
9.4.1

Bidang tekuk pada


arah lebar

Tahanankolom berspasi, kolom tersusun, dan kolom

komposit

Kolom berspasi
...

9.4.1.1

Geometri dan batas geometri

Pada kolom berspasi ada dua sumbu utama yang melalui titik berat penampang,
sumbu

bebas bahan dan sumbu bahan. Sumbu

yaitu

bebas bahan adalah sumbu yang

arahnya sejajar muka yang berspasi (biasanya muka yang lebih lebar) pada kolom, dan
sumbu bahan adalah sumbu yang arahnya tegak lurus arah sumbu bebas bah an dan

memotong kedua komponen struktur kolorn, Uhat Gambar 9.4.1-1. Butir ini meninjau
geometri menyeluruh kolom berspasi dan tahanannya

yang

ditentukan oleh tekuk

terhadap sumbu bebas bahan. Tahanan terhadap sumbu baha~ ditentukan menurut Butir

9.4.2 atau 9.4.3.


Pada kolom berspasi yang merupakan komponen struktur tekan dari suatu rangka
batang, titik kumpul yang dikekang secara lateral dianggap

sebagai ujung dari kolom

berspasi, dan elemen pengisi pada titik kumpul tersebut dipandang sebagai klos tumpuan.
Notasi dan dimensi kolom berspasi ditunjukkan dalam Gambar 9.4.1-1 dan meliputi:

11 adalah panjang total dalam bidang sumbu bebas bahan;


12 adalah panjang total dalam bidang sumbu bahan;

25 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Is adalah jarak yang terbesar dari pusat alat sambung pada klos tumpuan ke pusat klos
berikutnya;
lce8dalah jarak dan pusat alat sambung pada klos. tumpuan ke ujung kolom yang terdekat;
d1 ada/ah dimensi kolom tungga' pada bidang sumbu bahan pada kolom berspasi;
~dalah

dimensi kolom tunggal pada bidang sumbu bebas bahan pada kolom berspasi.

Klas tumpuan dengan ketebalan minimum sama dengan ketebalan kolom tunggal harus
diadakan pada atau dekat ujung kolom berspasi. Klos tumpuan harus mempunyai

lebar

dan panjang yang memadai sesuai dengan persyaratan sambtJngan pada Butir 9.4.1.4.
Sedikitnya satu klos lapangan. kIos

yang terletak

di antara klos-klos tumpuan, dengan

lebar sarna dengan lebar klos tumpuan harus dipasang di tengah atau di daerah tengah
kolom berspasi sedemikian sehingga ~ ~ 0,50/1.
Perbandingan panjang terhadap lebar maksimum ditentukan sebagai berikut:
Pada bidang sumbu bahan, /,Id, tidak boleh melampaui 80;
Pada bidang sumbu bahan, Isld, tidak boleh melampaui 40;

I-J~

Pada bidang sumbu bebas bahan,

Kolom berspasi yang tidak memenuhi

tidak boleh melampaui 50.


ketentuan dalam butir ini harus direncanakan

dengan meninjau masing-masing komponen struktur sebaga; kolom berpenampang

ya~

terpisah kecuali bila' digunakan

analisis rasional yang memperhitungkan

masif
kondisi

penjepitan ujung kolom berspasL .

9.4.1.2

Kondisi penjepitan ujung kolom berspasi

Oi dalam bidang sumbu bahan, didefinisikan dua kondisi penjepitan ujung

kolom berikut

ini:
Kasus (a): Ice~ 0.05/,.
Kasus (b): 0,0511 < /0fI~ 0,10/1
Jika kasus-kasus penjepitan di kedua ujung berbeda makaharus digunakan

kasus (a).

Bila tidak ada goyangan terfladap sumbu bebas bahan, maka faktor panjang tekuk, K.,
dalam arah

terSebut haNS

diarnbil seb8sar 0,63 untuk kasus penjepitan (8) dc;ln 0,58

untuk kasus penjepitan (b). Faktor terse.but tidak dapat dikurangi apabila klos tumpuan
lebih tebal daripada ketebalan
untuk kondisi

penjepitan

kolom tunggal yang. disambungkan

penuh pada kedl:8 ujung kolom berspasi. Pada kolom berspasi

dengan goyangan pada bidang sumbu bahan, nilai


9.2.1 harus digunakan

padanya. ataupun

sebagai

K..>

1 yang ditentukan menurut Butir

ganti dan 0,58 atau 0,63, dan harus ada kekangan

ternadap rotasi ekstemal sedikitnya pada satu ujung kolom berspasi.


26 dan 113

BAHAN KONSENSUS

Terhadap sumbu bahan berlaku ketentuan pada Butir 9.2.

Sambllug.a pel a' geser tipika!


pada L:lus tutDpuan kolem
berspasi

Koeclisi .." ..

\_

Sumba

bdJas

bahao

Gambar 9.4.1-1

9.4.1.3

Geometri kolom berspasi.

Tahanan kolom berspasi

Tahanan tekan terkoreksi kalam berspasi harus diambil sebagai nilai yang terkecil di
antara tahanan tekan terkoreksi terhadap sumbu bebas bahan dan terhadap sumbu
bahan. 'Kedua

nilai tahanan

tersebut

dalam Butir 9.3. dan dengan faktor-faldor

harus ditentukan

dari persamaan-persamaan

di

tahanan, faktar waktu, dan faktor-faktor koreksi

yang ber1aku pada kolom masif.


Momen inersia terhadap sumbu bebas bahan yang digunakan di dalam persamaan (9.34) adalah momen inersia untuk komponen struktur tunggal terhadap sumbu bebas bahan
dikalikan

dengan

banyaknya

komponen struktur.

Luas oruto yang

digunakan

dalam

persamaan (9.3-1) dan (9.3-4) harus sarna dengan luas komponen struktur tunggal
dikalikan dengan banyaknya komponen struktur. Apabila komponen-komponen tersebut
27 dan 113

BAHAN KONSENSUS

mempunyai

ukuran,

tahanan,

atau

kekakuan

bahan,

yang

be rbeda , maka

harus

nilai-nilai I, EWt danlatau Fen yang terkecil di dalam prosedur di atas, kecuali

digunakan

kalau dilakukan anal isis yang lebih rinci.


Ketentuan di atas juga bertaku ternadap sumbu bahan.

Persyaratan untuk alat sambung klos

9.4.1.4

Alat sambung (andn belah atau pelat geser) di masing-masing bidang kontak antara klos
tumpuan dan komponen struktur kolom di setiap ujung kolom berspasi harus mempunyai
tahanan geser sebagaimana ditentukan dalam Butir 12, atau:

(9.4.1-1)
yang

mana Z

komponen

adalah

tahanan

geser

struktur tunggai, rnm"; dan

terkoreksi

klos tumpuan,

N; A1 adalah

luas

Ks adalah konstanta klos tumpuan, MPa, yang

nilainya bergantung pada /1/d1 dan berat jenis

komponen-komponen

struktur yang

disambung (Iihat label 9.4.1-1).


Klos-klos

lapangan yang berada di daerah sepersepuluh

harus dihubungkan
mengekang

(menggunakan

komponen-komponen

bentang,

secara memadai

untuk

dan ~ntuk mencegah

rotasi

paku, baut, dan lain-lain)


struktur pada tempatnya

/1, yang di tengah,

klos lapangan. Sambungan klos lapangan yang tidak berada di daerah sepertiga bentang,

111 yang di tengah, harus menggunakan alat sambung yang mempunyai kapasitas sesuai
dengan persamaan (9.4.1 ..1.
).

Tabel 9.4.1-1

Konstanta klos tumpuan

Ks(MPa)*

Berat jenis (G)


G 2:: 0,60
0,50 ~ G < 0,60
0,42 < G < 0,50

0<0,42
Untuk It/d} ~ 11,

s,= O.

(/1/d1-ll)(143) tetapi s 7l\1Pa


(11/d1-ll)(121) tetapi < 6 MPa

(1}ld1-ll)(IOO) tetapi
5 MPa
(/tld1-ll )(74) tetapi < 4 ,.MFa

Alat sambung yang dipertukan untuk memenuhi persamaan (9.4.1-1) bukan merupakan
tambahan dari

yang diperlukan pada alat sambung ujung untuk menyalurkan beban. Nilai

tahanan geser yang harus digunakan adalah nilai yang terbesar di antara tahanan geser
yang diper1ukan dalam persamaan

(9.4.1-1) dan yang diperlukan

beban di dalam sambungan.

28 dan 113

untuk menyalurkan

tsAHAN KUN~t:.N~U~

9.4.2

Kolom tersusun

Tahanan

kolom tersusun

harus ditetapkan

dengan memperhitungkan

geometri

satiap
'""

elemen dan keefektifan alat pengencang yang menghubungkan setiap elemen penyusun
komponen struktur tersusun. Sebagai altematif, tahanan kolom tersusun dapat ditetapkan
sebagai jumlah

dan tahanan

masing-masing

elemen

penyusun

yang bekerja

secara

mandiri.

9.4.3 Kolom komposit


Tahanan

kolom komposit

ditentukan

menggunakan

konsep penampang

F:lemen penyusun kolom komposit harus dihubungkan

transformasi.

sedemikian sehingga gabungan

seluruh elemen akan bekerja sebagai satu kesatuan. Bila hubungan antar elemen
difakukan

tidak dengan

lem maka analisis yang d!lakukan harus meninjau

defonnasi alat pengencang:

pengaruh

atau bila tidak ditinjau maka tahanan kolom komposit harus

dihitung dengan menjumlahkan

tahanan masing-masing

elemen yang dianggap bekerja

secara mandiri.

9.5 Tahanan tumpu


9.5.1 Tahanan tumpu pada ujung komponen

struktur

Tahanan tumpu pad a ujung komponen struktur ditetapkan sebagai berikut


(9.5-1)
dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, A. adalah faktor waktu (lihat Tabel 6.4-2). t/Jc = 0,90
adaJah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan Pg' adalah tahanan tekan tumpu terkoreksi
sejajar serat yang besamya sarna dengan:
( 9.5-2)
dengan An adalah luas tumpu neto dan Fg' adalah kuat tumpu terkoreksi

pada ujung

kolom.
Tahanan

terkoreksi

adaJah hasil dari perkalian

tahanan

acuan dengan

faktor-faktor

koreksi pada Butir 7.6.


Bila beban tekan terfaktor melebihi 0,75 l(JcfJg' maka pada bidang tumpu harus dipasang
pelat baja atau material lainnya dengan tahanan yang setara.

29 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Ujung-ujung
seksama

kolom yang masing-masing

dan sejajar satu temadap

memikul beban tumpu narus dipotong

lainnya sehingga bidang-bidang

pelat penumpu, bita ada, dapat dipasang dengan baik. Masing-masing

tumpu,

dan

secara

tennasuk

kedua ujung

kolom tersebut juga harus dikekang secara lateral pada kedua arah yang saling tegak
lurus.

Tahanan

lumpu

rencana

dibawah ini:

pada sisi komponen

struktur harus memenuhi

persamaan

(9.S-3)
dengan Pu adalah gaya tekan akibat beban terfaktor, ).. adalah faktor waktu (tihat Tabel
6.4-2),

tPc = 0,90

adalah faktor tahanan tekan sejajar serat, dan Pl.' adaJah tahanan tekan

tumpu terkoreksi tegak lurus serat yang besamya sarna dengan,


(9.5-4)
dengan

An adalah., luas tumpu neto tegak turus serat, Fc_/ adaJah kUat tumpu terkoreksi

tegak lurus serat.


Tahanan

terkoreksi adalah hasil perkatian tahanan acuan dengan faktor-faktor

koreksi

pada Butir 5.6.


Bila panjang bidang tumpu, Ib, dalam arah panjang komponen struktur tidak lebih dari 150
mm dan jarak ke bidang tumpu lebih daripada 75 mm dan ujung koJom rnaka nilai Pl'
yang dihitung dengan persamaan (S.5-4) dapat dikalikan dengan faktor berikut ini:

(9.5-5)
dengan satuan Ib adalah mm.

Faktor waktu, A. harus ditinjau dalam semua perhitungan


struktur (lihat Butir 9.1.2).

30 dari 113

tahanan tumpu

komponen

BAHAN KONSENSUS

9.5.3 Bidang tumpu yang membuat sudut terhadap arah serat


Tahanan

tumpu rencana dari bidang tumpu yang membuat sudut temadap

arah serat

kayu harus memenuhi:


(9.5-6)

{Ie = 0,90

dengan Pu adalah gaya tekan terfaktor, A adalah faktor waktu (Iihat TabeI6.4-2),
adalah faktor tahanan
dimana gaya tumpunya

tekan sejajar serat, dan P (1' adalah


membuat

sudut sebesar

tahanan

tumpu

terXoreksi

0" terhadap serat kayu, dan nilainya

sarna dengan:

(9.S-7)

dengan An adalah luas bidang tumpu neto, Fr/ adalah kuat tumpu terkoreksi

pada ujung

kolom, FC1' adalah kuat tumpu terkoreksi tegak lurus serat, dan .Ot, adaJah sudut antara
gaya tumpu dengan arah serat kayu, dimana ~=90 untuk gaya tumpu yang membuat
sudut tegak lurus terhadap arah serat kayu.
Bila 6t, adalah BO atau lebih maka bidang tumpu dapat dianggap tegak lurus terhadap
arah serat kayu, dan ketentuan mengenai panjang bidar"'g tumpu pad a 8utir 9.5.2 dapat
digunakan.

9.6

Tekan radial pada komponen struktur melengkung

Ketentuan

mengenai tekan radial pada komponen

dengan ketentuan yang berlaku pada Butir 10.6.

31 dan 113

struktur melengkung

prismatis

sarna

BAHAN KONSENSUS

10

Komponen struktur lentur, momen dan geser

10.1

Umum

10.1.1 - Ruang lingkup


Ketentuan-ketentuan
elemen-elemen

dalam butir ini bertaku untuk komponen-komponen

dari komponen struktur yang dibebani lentur. Ketentuan tersebut bertaku

untuk lentur mumi dan geser lentur. Perencanaan


lentur

struktur dan

dua arah danlatau

komponen

struktur

kombina-si lentur dan gaya tarik atau

yang dibebani

gaya tekan harus

memenuhi ketentuan pada Butir 11. Perhitungan tahanan komponen struktur diatur pada
butir iru, sedangkan persyaratan layan komponen struktur lentur diatur pada Butir 15.

10.;1.2 Perencanaan komponen struktur lentur


Komponen struktur lentur direncanakan sebagai berikut.
Untuk momen lentur:
(10.1-1)
dengan

Mu adalah momen terfaktor, 1adalah faktor waktu (Iihat Tabel 6.4-2), f/Jb = 0,85
'.

adalah faktar tahanan lentur. dan M' adalah tahanan lentur terkoreksi.
Untuk geser lentur:
(10.1-2)
dengan Vu adalah gaya geser terfaktor,

..t

adalah faktor waktu (Iihat Tabel 6.4-2),

t/Jv =

0.75 adalah faktor tahanan geser, dan V' adalah tahanan geser terkoreksi.
Untuk puntir:
(10.1-3)
dengan

Mtu adalah momen puntir terfaktor .A, adalah faktor waktu (Jihat Tabel 6.4-2), tPv =

0.75 adalah faldor tahanan puntir, dan


Tahanan

Mt' adalah

tahanan puntir terkoreksi

terkoreksi adalah hasil perkalian tahanan acuan dengan faktor-faktor

koreksi

pada Butir 7.6.


Komponen struktur lentur yang memikul gaya-gaya

setempat harus diberi pendetailan

tahanan dan kestabilan yang cukup pada daerah bekerjanya gaya-gaya tersebut.

32 dari 113

BAHAN KONSENSUS

10.1.3

Bentang rencana

Bentang rencana harus digunakan dalam menghitung geser, momen, dan lendutan pada
komponen struktur. Untuk komponen struktur berbentang sedernana
dengan tumpuan-tumpuannya

maka bentang

rencana adalah bentang bersih ditambah

setengah kali panjang landasan tumpuan pada masing-masing

10.1.4

yang tidak menyatu

ujung komponen struktur.

.Takikan pada balok

Takikan pada balok harus dihindari, terutama yang tertetak jauh dari tumpuan dan berada

pada sisi tarik. Konsentrasi tegangan yang disebabkan oleh takikan dapat dikurangi
menggunakan

konfigurasi

takikan

yang

diiris

miring

secara

bertahap

daripada

menggunakan takikan dengan sudut-sudut yang tajam.


Takikan pada ujung balok tidak boleh melampaui

seperempat

tinggi batok untuk batok

masif, dan sepersepufuh tinggi balok untuk balok gfulam (kayu laminasi struktural). Balok

tidak boJeh ditakik di lokasi selain daripada di ujung balok bertumpuan sederhana.
Takikan tidak boleh difakukan di lokasi yang berdekatan dengan tumpuan interior oada
balok menerus, takikan juga tidak boleh ada pad a tumpuan yang bersebelahan

dengan

bentang kantilever.
Pengecualian:

Pada balok-balok

mrn, diperkenankan

kayu masif yang tebal nominalnya

dibuat takikan yang tidak melebihi seperenam

lebih kecil dan 100


tinggi balok dengan

lokasi di luar sepertiga bentang yang ditengah.

Tahanan lentur balok pada setiap penampang yang bertakik, baik di sis; tarik maupun di

sisi tekan, tidak boleh melampaui tahanan lentur dari penampang neto pada lokasi yang

r"

bertakik bila takikannya berada pada sisi tekan. Bila suatu takikan berada pada sisi tarik,
dan momen yang bekena di sepanjang bagian yang bertakik tersebut melebihi setengah
taflanan lentur balok yang dihitung

pada penampang

neto minimum

bertakik

maka

tahanan lentur seluruh balok ditentukan oleh penampang neto bertakik tersebut.
Pengaruh takik terhadap tahanan geser harus ditinjau berdasarkan
10.4.3.

33 dan 113

ketentuan pada Butir

BAHAN KONSENSUS

Takikan atau sejenisnya pada balok kayu berpenampang


jenis balok lainnya, serta pada kayu struktural,

I untuk konstruksi rusuk dan

tidak diatur dalam tata cara ini dan

memerlukan suatu tinjauan khusus.

10.1.5

Peruntukan penggunaan balok dan kondisi tumpuan

Salok yang diklasifikasi

atau difabrikasi

untuk digunakan

pada bentang

boleh digunakan untuk bentang majemuk atau konstruksi


suatu anal isis rinci memperlihatkan
tahanan

yang cukup berkenaan

bahwa

dengan

komponen

perubahan

kantilever
struktur

tunggal tidak

kecuali bila hasil

tersebut

peruntukan

mempunyai

penggunaan

balok

tersebut. Glulam (kayu laminasi struktural) yang difabrikasi untuk bentang tunggal tidak
boleh digunakan untuk bentang menerus atau balok kantilever
tahanan

lentur yang direduksi

sebagai akibat dan kondisi dj mana serat kayu yang

direncanakan akan tertekan pada kenyataannya

menjadi tertarik.

Begitu

dengan

pula,

pembebanan

suatu

balok

kecuali bila digunakan

yang

difabrikasi

tertentu harus dianalisis

peruntukan

penggunaan

atau

secara rinci ter1ebih dahulu jika bal(j~ tersebut

hendak digunakan untuk tujuan selain dari yang telah diperuntukkan

sebetumnya.

10.1.6 Aksi komposit parsial dari gabun9C:in elemen paralel


Tahanan

rencana komponen

secara paralel sedemikian

struktur yang terdiri dan gabungan

sehingga

membentuk

komponen

elemen yang diatur

struktur

komposit

parsia

ditetapkan menggunakan:
a) Butir 10.1.2;
b) Butir 10.1.2 yang disesuaikan

faktor koreksi pada Butir 10.3; atau

menggunak a
.. .
c) analisis struktur dengan tinjauan aksi komposlt parsial dan pengaruh pembagi beban.

10.1.7 Tahanan lentur dan komponen


persegi panjang dan bundar .
Tahanan

lentur terkoreksi

dengan faktor bentuk CI


daripada

yang ditetapkan

= 1,15 untuk

untuk tiang dan pancang;

struktur

oleh persamaan

komponen
dan

prismatis

harus

34 dari 113

berpenampars

(10.2-2)

harus dikalika

struktur berpenampang
dikalikan

dengan

bundar sela

Cf = 1,40 unt.

BAHAN KONSENSUS

komponen struktur berpenampang persegi panjang yang tertentur terhadap sumbu


diagonal.

10.1.8 Tahanan lentur balok berpenampang

kotak dan I

Tahanan lentur balok berpenampang kotak atau I yang tersusun dan gabungan elemen
yang dihubungkan

satu sarna lain ditetapkan menggunakan besaran penampang

transformasi kecuali bifa dapat difunjukkan mefafui pengujian bahwa tahanan tentur yang
lebih tinggi dapat dicapai.

10.1.9 Tahanan lentur dari balok berpenampang

non prismatis

Unt",k balok-balok non prismatis, termasuk tiang dan pancang, tahanan Jentur maksimum
untuk suatu geometri dan pembebanan pada suatu balok harus ditentukan menggunakan
analisis.
Bila bentuk non prismatis adalah sebagai hasil dan balok yang diiris secara miring maka
tahanan lentur penampang harus memenuhi Butir 10.1.10 dan 10.1.11.

10.1.10

Komponen struktur yang diiris miring

Untuk balok glulam (kayu laminasi struktural) yang diiris miring pada sisi tekannya maka
interaksi antara kuat tekan sejajar serat, kuat tekan tegak Iurus serat, dan kuat geser
sejajar serat di sekitar irisan miring harus ditinjau pada lokasi-Iokasi kritis kuat lentur
menggunakan ketentuan pada Butir 10. 1. 11.

Salok glulam (kayu laminasi struktural) tidak diperkenankan diiris miring pada sisi
tariknya,

Pengaruh hilangnya material dengan kualitas yang baik sebagai akibat dari proses irisan
miring pada sisi tekan balok glulam (kayu laminasi struktural) harus ditinjau secara
seksama, dan bila perlu dapat dilakukan reduksi pada nilai kuat lentur acuan, F.

10.1.11 Interaksi tegangan pada irisan miring dari komponen struktur


Bila dijumpai suatu permukaan yang diiris miring sebesar sudut 0 ternadap arah serat
pada sisi tekan balok glulam (kayu laminasi struktural) maka faktor interaksi tegangan,
35 dari 113

eJ,

BAHAN KONSENSUS

harus dihitung untuk iokas: kuat kritis menggunakan persamaan berikut ini:

(10.1-4)

Tahanan Jentur terkoreksi untuk lentur tefhadap sumbu kuat,

Ftc', untuk digunakan pad a

persamaan (10.1-4) harus disesuaikan dengan cara mengalikan dehgan nilai terkedl dan
C, atau faktor volume, Cv karena kedua faktor tersebut tidak bersifat kumuJatif.

10.1.12 Tahanan lentur balok komposit


Balok komposit, termasuk kayu yang ~rpenutuPt

kayu dengan baja, kayu ~ngan

dan kombinasi material lainnya, harus direncanakan


transformasi

menggunakan

beton,

besaran penampang

dan prinsip mekanika untuk jenis balok komposit yang ditinjau. Elemen

balok komposit harus dihubungkan sehingga tergabung menjadi, satu kesatuan.


Tahanan lentur bafok yang tersusun dan elemen-eiemen

yang tergabung secara parsial

harus diambil

hubungan

dari yang menentukan

antara

tahanan

antar elemen

atau

tahanan dan elemen yang paling kritis. Sebagai altematif, tahanan lentur yang lebih tinggi
dapat diijinkan

untuk

digunakan bila dilakukan analisis yang memperhitungkan

hubungan komposit parsial atau telah diperfihatkan

pengaruh

oleh suatu pengujian bahwa nUai

tahanan lentur yang lebih tinggi tersebut dapat dicapai.

10.1.13 Tahanan lentur balok tersusun


Tahanan lentur terkoreksi balok yang tersusun dari tiga elemen atau lebih secara vertikal
dengan tinggi seragam dan dengan besar beban kerja yang terdistribusi pada semua
elemen

ditentukan

dengan

menjumlahkan

tahanan

lentur terkoreksi

masing-masing

elemen dengan meninjau faktor-faktor koreksi pada Butir 10.3. 1.


Bila masing-masing
elemen penyusun mempunyai kekakuan yang berbeda maka besar
~
.

.-

beban yang dipikul masing-masing elemen ditentukan berdasarkan kekakuan relatifnya.


Bila beban tidak bekerja secara merata pada elemen penyusun balok tersusun maka
hubungan
beban

antar elemen penyusun

yang

bekerja

dapat

harus direncanakan

didistribusikan

secara

sedemikian

seragam

pada

sehingga semua
elemen-elemen

penyusunnya. Jika beban hanya bekerja pada sebagian lebar balok tersusun atau hanya
bekeria pada satu atau dua sisi balok tersusun dengan perbandingan

36 dan 113

lebar terhadap

BAHAN KONSENSUS

tinggi sebesar dua atau lebih, maka faktor pembagi beban tidak berlaku.
Momen puntir harus ditinjau dalam perencanaan

tersusun

bila puntir tersebut timbul pada balok

yang dibebani secara eksentris.

10.2 Kekangan lateral


10.2.1

Keadaan kekangan lateral

Reduksi tahanan lentur balok yang tertentur terhadap sumbu kuatnya sebagai akibat dari
keadaan stabilitas

lateral yang kurang memadai

butir ini dan Butir 10.2.5.

harus diperhitungkan

sesuai dengan

Stabititas lateral balok pada saat konstruksi harus memenuhi kaidah-kaidah

rekayasa

yang baku.

10.2.2

Ketentuan umum untuk bresing lateral

Salok yang memiliki perbandingan

dibebani terhadap

tinggi terhadap

lebar lebih besar daripada dua dan

sumbu kuatnya harus memiliki

bresing

lateral pada

tumpuan-

tumpuannya untuk mencegah terjadinya rotasi atau peralihan lateral.


Bresing lateral tidak diper1ukan pada balok berpenampang

bundar, bujur sangkar, atau

persegi panjang yang mengalami lentur terhadap sumbu lemahnya saja.


Bresing lateral harus dapat mencegah gerakan lateral sisi tekan balok dan harus dapat
mencegah rotasi balok pada lokasi-Iokasi yang dikekang.
Sebagai altematif, untuk balok kayu masif, kekangan yang digunakan untuk mencegah
rotasi atau peralihan lateral ditentukan

berdasarkan

nilai perbandingan

tinggi nominal

terhadap tebal nominal, dIb, sebagai berikut:

s 2: tidak

a)

d/b

b)

2 < dIb < 5: posisi tumpuan-tumpuannya

diperfukan pengekang lateral;


harus dikekang menggunakan kayu masif

pada seluruh ketinggian balok;


c)

5 < dlb < 6: sisi tekan harus dikekang secara menerus sepanjang balok:

d)

6 < d/b < 7: pengekang penuh setinggi balok harus dipasang

untuk setiap selang

2.400 mm kecuati bila kedua stsi tekan dan tank dikekang secara bersamaan atau bila
sisi tekan balok dikekang

pada seluruh panjangnya

oleh lantai dan pada tumpuan-

tumpuannya diberikan pengekang lateral untuk mencegah rotasi;


e)

d/b > 7: kedua sisi tekan dan tarik dikekang

panjangnya

37 dari 113

secara bersamaan

pad a seluruh

BAHAN KONSENSUS

10.2.3 Panjang efektif tak ..t.erkekang


Panjang efektif tak-terkekang

balok berpenampang

prismatis atau segmen balok yang

akan dianaHsis menggunakan

persamaan umum puntir lateral, yaitu persamaan

(10.2-8),

harus diambil sebagai panjang tak-terkekang pada sisi tekan balok, lu.
Sebagai altematif. untuk balok kayu masi( dengan lebar b dan tinggi d, dapat digunakan
persamaan

tekuk kritis

(10.2-7)

persamaan

ini, panjang segmen di antara dua pengekang lateral yang berturutan,

harus diganti dengan panjang

yang

telah disedemanakan.

efektif ekivalen,

Ie,

Dalam

menggunakan

yang tetah mencakup

lu,

pengaruh

gerakan lateral dan pengaruh puntir. Bila digunakan pendekatan panjang efektif ekivalen
maka nilai Ie harus ditentukan menggunakan Tabel 10.2-1.
Breslng lateral harus diadakan pada semua balok kayu masif berpenampang

persegi

panjang sedemikian sehingga rasio kelangsingannya, RB, tidak melebihi SO, dengan:

(10.2-1)
Keterangan:

Ie

adalah panjang efektif ekiva\en

adalah tinggi balok

adalah lebar balok

10.2.4 Tahanan 'entur ba'ok yang teri<ekang da\am aran latera'


Ketentuan-ketentuan

pada butir ini berlaku untuk:

1)

balok berpenampang bundar atau bujursangkar;

2)

balok berpenampang persegi panjang yang tenentur terhadap sumbu teman:

3)

balok dengan pengekang lateral yang menerus pada sisi tekan;

4)

balok dengan ikatan bresing sesuai dengan ketentuan altematif pada Butir 10.2.2.

Tahanan lentur terkoreksi dan balok berpenampang

prismatis yang terientur terhadap

sumbu kuatnya (x-x) adalah:

(10.2-2)

38 dad 113

"t)"tl"'O"t)

('t) ('t) ('t) (")

+ + + +

~~~~

I'(")"'II:tO

(",)<DvOl

-.:~-,.:0

. ..

-?~....:~....:....:-:....:

e
.
nco

~ClO"'CtClOC")"'Ct"''''Ct

-.:-_ CO_

l()_

CO_ "_

COp COp CO_

-C--':--':-"II"""""II"""""II"""""II"""""II""""

. (\'J ,
C

to
a.

en
Q)

f!?
Q)

0.

~ ~~~~--~---+----~--------------------"----

co

Q.

E
tV

0)

Q .e
.. .c
n

(l)

:::s

In

E:::s cCD

- ,

co

c::
.c :
. ..
:

CO

(/)

.. .. ,
Q ,)

CJ)

.CC..'C..

..

Q.)

"0

Q)
(/)

CO

Q)

'-

.0

>
Q)

0)

Q.)

._C.O.,

0...

a.

C
Ctl

BAHAN KONSENSUS

Keterangan:

M'=Mx'

adalah tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x-x)

Sx

adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x)

Fbx'

adatah kuat lentur terkoreksi untuk lentur temadap sumbu kuat (x-x)

CL

adafah faktar stabilitas balok, sarna dengan 1

to

lentur terkoreksi dari balok berpenampang

Tahanan

prismatis yang ter1entur terhadap

sumbu femahnya (y-y) adalah:

= My'

= SyFJJY

(10.2-3)

f(eterangan:

M'= My' adalah tahanan ler.tur terkoreksi terhadap sumbu

lemah (y-y)

Sy

adalah modulus penampang untuk lentur temadap sumbu lemah (y-y)

Fb/

acalah kuat lentur terkoreksi untuk lentur ternadap sumbu lemah (y-y)

CL

adalah faktor stabifitas balok, sarna dengan 1,0

10.2.5 Tahanan lentur komponen struktur tanpa pengekang lateral penuh


Ketentuan-ketentuan

pada butir ini berfaku untuk komponen

ientur

berpenampang

prismatis yang tidak memenuhi ketentuan pada Butir 10.2.4.

10.2.5.1

Tahanan dan kekakuan

Nilai modulus elastisitas lentur yang digunakan pada persamaan-persamaan


ini adalah nilai persentil ke lima terkoreksi,

E105'. Apabita nilai-nilai

datam butir

modulus

terhadap

sumbu kuat dan sumbu lemah berbeda maka digunakan nilai terhadap sumbu lemah,
)'05'.

Faktor pengaruh volume,

Cv. untuk

glulam (kayu laminasi struktural) diambil sarna dengan

1 (satu) dalam menghitung FbX' untuk digunakan pada persamaan (10.2-2).

10.2.5.2

Salok berpenampang prismatis

Tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x-x) dari balok berpenampang
persegi panjang tanpa pengekang

atau bagian yang tak-terkekang

dan balok tersebut,

adatah:
(10.2-4)

40 dari 113

prismatls

BAHAN KONSENSUS

Faktor stabifitas batok,

eLI

dihitung sebagai berikut:

( 10.2-5)
dengan:
(10.2-6)

dan

Sx adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x); Mx adalah

tahanan lentur untuk lentur terhadap


koreksi kecuali C"I. Cv, dan CL;

sumbu kuat (x-x) dikalikan dengan semua faldor

= 0,95; ~=O,85 adalah faldor tahanan stabilitas; Me

Cb

adalah momen tekuk lateral eiastis.


Apabila ketentuan pada Butir 10.2.3 untuk penampang

persegi panjang digunakan untuk

menentukan panjang efektif ekivalen balok tak-terkekang,

'e, maka

momen tekuk lateral

elastis harus dihitung sebagai berikut:

Me = 2,40E .os

(10.2-7)

IJ'

-l

10.2.5.3 Balok berpenampang tak persegi panjang


Untuk komponen

berpenampang

tak persegi

panjang

ter1<eruali balok-I berusuk

dan

apabila digunakan ketentuan umum untuk menentukan momen tekuk puntir lateral elastis
maka momen tekuk dihitung sebagai:
(10.2-8)

dengan lu

adalah panjang

balok tak-terkekanq, EyOs' adalah nilai modulus elastisitas

terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu lemah (y-y) pada nilai persentil kelima,
momen inersia terhadap

sumbu

lemah,

G' adalah

modulus

g~ser terkoreksi

Iy adalah
(diambil

sebesar EyOs'l16 untuk penampang

masif dan kayu laminasi struktural), dan J adalah

konstanta puntir. Untuk penampang

persegi panjang dengan ukuran tinggi, b, dan lebar,

d, nilai J diambil sama dengan:


J;;;: db3l'1-0.63 h. )
.
_.,.,
d.

(10.2-9)

41 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Cb = 1.75 + 1,05 (M,IM2) + 0,3 (M1/M2)2~ 2 3 apabila memen maksimum pada balok atau
t

segmen bafok yang ditinjau berada pada ujung segmen yang tak-terkekang
adalah perbandingan antara momen ujung yang terkecil,
lebih

besar,

M 2

M1/M2

bemifai

negatif

dan M,IM2

terhadap momen ujung yang

"

bUa momen-mornen

ujung menghasilkan

kelengkungan tunggal.

Cb = 1.0 untuk kantilever tak-terkekang dan untuk balok atau segmen balok yang takterkekang dengan momen terbesar tidak tertetak di ujung segmen tak-terkekang.
Apabila

faktor pengaruh

volume,

c."

tidak sarna dengan

to

maka tahanan

lentur

terkoreksi dan suatu bafok tak-terkekang diambil dan nitai terkeci: di antara nilai-nitai pada
persamaan (10.2-2) dan (10.2-4).
Tahanan

lentur terkoreksi dari balok tak-terkekang

yang diiris miring harus ditentukan

menggunakan anahsis rasionaf.

10.2.5.4 Balok-1berusuk
Stabilitas lateral balok-balok

kayu berusuk yang berpenampang

dengan Butir 10.2.5.2 dengan rnempernitunqkan

I harus dihitung sesuai

besaran penampang dan bagian sayap

yang tertekan saja. Bagian sayap tertekan harus dianggap sebagai koJom yang dikekaJ 19
secara menerus dalam arah pelat badan.

10.3 Tahanan lentur komponen struktur gabungan


Ketentuan dalam butir ini digunakan untuk menentukan tahanan lentur komponen struktur
yang berpenutup

(komponen

struktur

gabungan),

kecuali

apabila 'dilakukan

analisis

struktur yang lengkap (termasuk anal isis pembagi beban dan aksi komposit parsial) atau
apabila pengaruh penutupnya
me lip uti lantai berangka
mempunyai

diabaikan. Komponen tersusun gabungan yang dimaksud

ringan, dinding. atap, dan konfigurasi

komponen-komponen

struktur lainnya yang

lentur yang sejajar saling dihubungkan

dengan pane)

penutup.
Apabila digunakan

analisis

struktur dengan tinjauan pembagi beban maka distribusi

beban dilakukan berdasarkan kekakuan masing-masing elemen refatif terhadap kekakuan


total dari seluruh komponen struktur gabungan.
Ketentuan-ketentuan

untuk

komponen

tersusun

yang

dihubungkan

secara

seJaJar

diberikan dalam Sutir 10.1. 13. Ketentuan khusus untuk rangka berpenutup terdapat dalam
Butir 11.6.
42 dar; 113

BAHAN f<ONSENSUS

10.3.1 Faktor koreksi pada komponen gabungan dengan beban merata


Butir ini mencakup

faktor-faktor

koreksi yang harus digunakan

pembebanan tributari untuk memperhitungkan

~ejalan dengan asumsi

adanya peningkatan kinerja (kekakuan dan

tahanan) dan komponen berpenutup terhadap kompOnen struktur tunggal.

10.3.1.1

Faktor aksi komposit

Dalam perhitungan
menentukan

lendutan, faktor komposit,

kekakuan

eEl

di bawah in; dapat digunakan

balok kayu masit; dengan catatan bahwa

komponen

dalam

struktur

merupakan gabungan dan balok-balok sejajar dengan ukuran tinggi maksimum 300 rnm,
spas: maksimum 600 mm (pusat-ke-pusat),

dan ditutup dengan panel-panel

strukturat

setebal12 mm atau lebih:

CE = 1,00 untuk komponen yang digabung menggunakan paku,

= 1,10
CE = 1,15

CE

untuk komponen yang digabung menggunakan perekat dan paku,


untuk komponen yang digabung menggunakan perekat.

Komponen struktur yang digabung


struktural yang disambung

menggunakan

ke rangka menggunakan

perekat dan paku mencakup

panel

paku berjarak tidak lebih dari 200

mm (pusat-ke-pusat) dan perekat elastomer.

Apabila komponen yang disusun dengan cara in; tidak memiliki celah di antara penutup
dan balok,

atau

apabila

elemen-elemen

penutup

dihubungkan

dengan

sambungan

takikan yang direkat, nilai CE diambil sarna dengan 1,15. Nila; CE harus diambil sarna
dengan 1,0 untuk komponen gabungan yang terbuat dan balok-balok sejajar yang ditutup
menggunakan produk-produk

bukan panel, misalnya papan kayu. Peningkatan

pada komponen gabungan yang terbuat dari balok kayu berusuk berpenampang

kekakuan
I sejajar

dan diberi penutup dihitung menggunakan prinsip mekanika teknik.

10.3.1..2

Faktor

pembagi

beban
Tahanan lentur dari komponen gabungan yang terdiri dari ti9a atau lebih batok berspasi
tidak lebih dari 600 mm (pusat-ke-pusat)
beban. seperti penutup,

dan digabungkan

oleh elemen

yang cukup tahan untuk memikul beban-beban

bekerja, dapat dikalikan dengan faktor pembagi beban, Crl sebagai berikut:

43 dari 113

pendistribusi
merata yang

BAHAN KONSENSUS

C,

= 1,15

untuk kayu masif,

Cr = 1,05 untuk glulam (kayu laminasi struktural), baJok-I, dan kayu komposit struktural,
Cr = 1,15 untuk balok-I berusuk pabrikan yang kayu sayapnya dipilah 'secara visual,

Cr = 1,07 untuk balok-t berusuk pabrikan yang kayu sayapnya dipilah secara mekanis,

C, = 1,04 untuk balok-I berusuk pabrikan yang sayapnya dibuat dari kayu komposit
stru ktural.

Faktor pembagi

beban, Cr, hanya bertaku untuk tahanan

berspasi tidak febih dari 600 mm (pusat-ke-pusat)

dapat

digunakan

untuk

tahanan

lentur

lentur. Pada rangka batang

dan dirakit dan kayu masif, nilai Cr

terkoreksi,

Mr,

pada

seluruh

komponen

gabungannya.

10.4 Tahanan geser

10.4.1 Gaya geser perlu .


Apabila beban yang mengakibatkan

dengan muka tumpuan


komponen)
gaya

geser

pembebanan

lentur bekerja pad a muka balok yang berlawanan


beban yang tertetak di dalam jarak d (tinggi

maka seluruh

dan bidang muka tumpuan


penu,

kecuali

dalam

tidak perfu diperhitungkan

dalam menentukan

balok-l berusuk.

perencanaan

Untuk

kondisi

lainnya dan untuk balok-I berusuk, gaya geser per1u harus diambU sebesar

gaya geser pada bidang muka tumpuan.

Untuk balok-I berusuk dan balok-I yang digunakan sebagai balok sederhana, gaya geser
perfu harus ditentukan

dengan memperhitungkan

semua beban pada bentang

bersih

ditambah setengah panjang minimum tumpuan yang diperlukan. Apabila balok tersebut
menerus pada sebuah pertetakan

maka gaya geser per1u harus dihitung

pada pusat

perletakan.

Apabila bebao yang beketja adaJah beban bergerak tuoggal maka beban tersebut harus

ditempatkan

sejarak d dari

bidang

muka

perletakan

dan diperhitungkan

dalam

menentukan gaya geser perlu. Apabita beban yang bekerja adalah dua atau lebih beban
bergerak maka pola pembebanan

harus ditempatkan

sedemikian sehingga

pada potongan sejarak d dari bidang muka per1etakan adalah maksimum.

44 dart 113

gaya geser

BAHAN KONSENSUS

10.4.2 Tahanan geser lentur


Tahanan geser terkoreksl dari suatu baJok, V', dihitung dengan persamaan sebagai
berikut:

,."'= F'v

Jb

(10.4-1 )

o-

Keterangan:

Fv' adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi


I

adafah momen inersia batok untuk arah gaya geser yang ditinjau

adalah lebar penampang balok

Q adalah momen statis penampang terhadap sumbu netral

Untuk penampang persegi panjang dengan lebar b, dan tinggi d, persamaan (10.4-1)
menjadi:

V'= ~F'". hd

(10.4-2)

.J

Sebaga; altematif, untuk balok kayu menerus atau berupa kantilever, tahanan geser

terkoreksi pada lokasi-Iokasi berjarak paling sedikit tiga kali tinggi balok dan ujung balok,
ditentukan menggunakan persamaan (10.4-1) atau persamaan berikut ini:

an persamaan
,."-r;' d .
tn

(.

X"

x - .:>d
1'--

- (8.4 - J) atau (8.4 - 2).


<

(V" dari persamaan


2\

3d

't

- (8.4l -1) atau (8.4 - 2)

I
.I

(10.4-3)

dengan x adalah jarak dari ujung balok.

Untuk balok komposit yang dihubungkan

secara kaku, nilai I dan Q pada persamaan

(10.4-1) harus ditentukan berdasarkan konsep penampang transformasi dan tahanan


geser terkoreksi minimum dan elemen penyusun balok komposit tersebut.

10.4.3 Tahanan geser di daerah takikan


Pada penampang di sepanjang takikan dari sebuah balok persegi panjang setinggi

tahanan geser terkoreksi pada penampang bertakik dihitung sebagai:

45dari113

a,


BAHAN KONSENSUS

(10.4-4)

dengan d adalah tinggi balok tanpa takikan dan dn adaJah linggi balok di dalam daerah
takikan.
Sebagai alternatif,

apabila pad a ujung takikan terdapat irisan miring dengan sudut ()

. terhadap arah serat kayu untuk mengurangi konsentrasi tegangan maka tahanan geser
terkoreksi pada penampang bertakik dihitung sebagai:

V' = (

23 F'

bd

11

)(1 _ (d -d d" ) sin (})

(10.4-5)

10.4.4 Tahanan geser di daerah sambungan


Apabila suatu sambungan

pada balok persegi panjang menyalurkan

besar sehingga menghasilkan

gaya yang cukup

lebih dari setengah gaya geser di setiap sisi sambungan

maka tahar.an geser horisontaf terkoreksi dihitung sebagai berikut:

V =(3.3F'bd )(d*)d

(10.4-6)

dengan de adalah tinggi efektif balok pada daerah sambungan


Gambar (10.4-1).

46 dari 113

seperti ditunjukkan pada

BAHAN KONSENSUS

rcpi. tanp.

bcb.,

{'

.-~

........

....

_r-

-:

\_

TqJitmp. ~b.D

Iol

- -e-

T
--- t--L-

_j

Q
Gambar
10.4..1.

Definisi tinggi balok efektif di daerah sambungan.

Sebagai altematif, apabila seluruh sambungan

tertetak sejauh lebih dan 3d dari ujung

balok maka tahanan geser horisontat terkoreksi dapat dihitung sebagai:

V'=G F'..bdel1 +(X~d)J

(10.4-7)

< r; bde
dengan

x adalah

jarak sambungan dari ujung balok.

10.5 Tahanan puntir


Tahanan puntir terkoreksi,

Mt',

dan suatu balok persegi panjang masif dihitung sebagai:

(10.5-1 )
Keterangan:

adaJah lebar penampang balok (ukuran sis; yang lebih keeil)

adalah tinggi penampang balok (ukuran sist yang lebih besar)

Ftv' adalah kuat puntir terkoreksi

47 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Untuk

penampang

berdasarkan

balok

tak

persegi

panjang,

tahanan

analisis puntir elastis linier menggunakan

puntir

terkoreksi

dihitung

Ftv' sebagai kuat geser puntir

maksimum.
Untuk kayu masif, nilai Ftv' diambil

sebesar

dua-pertiga

dari kuat geser

horisontaJ

terkoreksi. Fv'. Untuk gtulam (kayu laminasi struktural), nilai Ftv' harus dibatasi sebesar F,t',
yaitu kuat tarik radial terkoreksi.
T ahanan puntir dari balok komposit struktural tidak termasuk dalam lingkup

tata cara ini

dan memerlukan peninjauan tersendiri.

10.6 Balok melengkung


10.6.1

dan balok melengkung yang diiris miring dan glulam

Faktor koreksi kelengkungan

untuk tahanan lentur

Tahanan lentur terkoreksi dari suatu balok melengkung prismatis yang terkekang secara

lateral dan terbuat dari gluJam (kayu laminasi strukturaf) harus dikalikan dengan faktor
kelengkungan,

CCI sebesar:

(10.6-1)

Keterangan:

adalah lebal pelapisan

R, adalah jari-jari kelengkungan pada sisi dalam balok melengkung


tlR, ~ 1/125.
10.6.2

Kuat tarik dan tekan radial pada balok melengkung

Perencanaan

balok

memperhitungkan

melengkung,

baik

kuat tarik dan tekan radial

prismatis

maupun

jari-jari),

sedangkan

prismans,

harus.

yang terjadi pada balok tersebut. Kuat. tank

radial terjadi pada saat momen yang bekerja cenderung


(memperbesar

non

mengurangi

kelengkungan

kuat tekan radial terjadi pada saat mamen yang

bekerja menambah kelengkungan (memperkecil jari-jari). Ketentuan-ketentuan


10.6.2.1 dan 10.6.2.2 ber1aku untuk keadaan ini.

48 dari 113

pada Butir

BAHAN KONSENSUS

Komponen melengkung prismatis

10.6.2.1

Tahanan lentur terkoreksi dari balok melengkung prisrnatis persegi panjang dibatasi oleh
ketentuan mengenai kuat radial sebagai berikut:
(10.6-2)

Keterangan:

Rm adalah jan-jan kelengkungan pada setengah-tinggi balok me1engkung


b

adalah lebar penampang

adalah tinggi penampang

F,'

adalah kuat radial terkoreksi

Nilai F,' bergantung pada kondisi tegangan yang bekerja (tank atau tekan), dan pada ada
atau tidak adanya perkuatan pada arah radial, sebagai berikut:

F,'

= FIt',

kuat radial tarik terkoreksi, apabila bekerja tegangan

radial tarik dan tidak ada

perkuatan pada arah radial,

F,' = F./13, apabila bekerja tegangan radial tank, dan direncanakan untuk memikul beban
angin atau gempa

atau diadakan perkuatan untuk memikuf seluruh gaya radial.

F/ = Fre', kuat tekan radial terkoreksi,

apabila

bekerja kuat radial tekan.

Kecuali

ditentukan lain, nilai Fte' boleh diambil sebesar FCj_', yaitu kuat tekan tegak lurus serat
terkoreksl.

Dalam menghitung M', nilai-nilai kuat radial harus dikoreksi terhadap pengaruh kadar air
dan suhu saja.

10.6.2.2 Balok glulam (kayu laminasi struktural)

dengan penampang non

prismatis
Persyaratan di dalam Butir 6 sampai 12 pada dasamya juga berlaku untuk glulam (kayu
laminasi struktural).

Sekalipun

demikian,

karena bentuk dan ukurannya

yang berbeda

maka dibutuhkan persyaratan tambahan. Pada komponen struktur menyudut, non


prismatis, dan melengkung seperti yang terflhat pada Gambar 10.6.2.2-1 maka distribusi
tegangan lentur dan radial serta metode-metode

untuk menghitung defleksi berbeda dan

yang digunakan pada komponen struktur prismatis.

49 dad 113

SA.HAN KONSENSUS

yang menyudut dan non prismatis

1}

Salok melengkung

(1)

Tahanan mornen yang dibatasi oleh tegangan

Tahanan momen balok mefengkung berpenampang


rata simetris

yang geometrinya

menyudut

radial
persegi panjang akibat beban terbagi

serta non prismatis

seperti ter1ihat pada

Gambar 10.6.2.2-1, dibatasi berdasarkan kondisi tegangan radial yaitu sebesar:


(10.6.2.2-1 )

1.

It

Le.:!

I.t

'rs \

\
~j

. .....
:.:..

,I

Gambar 10.6.2.2-1 Salak melengkung

yang menyudut

dan non prismatis.

Keterangan:

adalah tahanan momen terkoreksi di tengah bentang, N-mm

adalah lebar komponen struktur, mm

de

adalah tinggi penampang di puncak, mm

F/

adalah kuat radial terkoreksi, MPa

F; = Fit'

F,'

= Ftc'

bila tegangan radial adalah tank, MPa


bila tegangan radial adalah tekan, MPa. (Fret harus diambil sarna dengan Fe.:!,

kuat tekan tegak lurus serat terkoreksi, MPa)

Ksr
Ksr

adalah faktor tegangan radial

Kg,{A + B(dJRm)

KgrKar

...:C(cJJRm)2]
(10.6.2.2-2)

A, B, dan C adalah konstanta-konstanta

yang bergantung pada sudut permukaan ata

yang non prismatis, Pr, dan harus diperoleh dari TabeI10.6.2.2-1.

50 dari113

BAHAN KONSENSUS

Kgr = X- Y(dJDm)

.,

adalah faktor reduksi yang bergantung pada bentuk komponen struktur

yang ditentukan sesuai dengan Tabel 10.6.2.2-2.

Rm

adalah jari-jari kefengkungan komponen struktur di tengah-tinggi

ULc

adalah perbandingan

antara panjang total komponen

penampang, mm

struktur ternadap

panjang

bagian komponen struktur yang melengkung

dJRm adalah perbandingan antara tinggi penampang di tengah bentang terhadap radius
tengah-tinggi komponen struktur

Tabef 10.6.2.2-1

Pendekatan polinomial untuk Kar (sebaga; fungsi dan sudut pennukaan atas
komponen struktur non prismatis e T).

Faktor-faktor
OTUcrajat

-.,~"5.0

7~5

lO~O
l5.0
20,0
z')-, 0

0.0079
0.017.J
0,"02;9
O~0391
0.0629
0.0893
0.1214

0.1747
0.1251
0.0937
0.0754
0.0619
0.0608
0.0605

0~1284
0.1939
0.2162
0.2119
0.1712
0.1393

0.1649

0.0603

0.1115

o.

1238
30~O

Catalan: Gunakan interpolasi tinier untuk nHat antara.

TabeI10.6.2.2-2
Persamaan-persamaan untuk menentukan Kg,...
1..II..c = 2,0

LII~c== 1,0

Or

2: u

0,433

0~5~3
0.857
O~850
0.893
0.893

0.674
0.820
0,880

3:12
-l: 12

O~705
0,788
O.8~7

5:J2

6:l2

(2)

O~622

O~9~5

l.OOO

[11..c.:::' 3,0

l.J1Jc== 4,0

0~6-46

O.82i
O.9~O
O~972
0.982
0.998

O~707

O~883
0.900

l~OOO

O~867

O~863
0.753
0.733

O~827

0,823
0"/677

0.427

I
I

1.000
l.000

.,

0,680
0.626
0~233
0.000
0.000

Tahanan mamen yang dibatasi olen tegangan lentur

Geometri suatu komponen

struktur mempengaruhi

distribusi tegangan

mornen terkoreksi, Ms harus disesuaikan untuk memperhitungkan


Tahanan

mamen

berpenampang

terkoreksi

pada

bagian

yang

persegi panjang dengan geometri

5 J dari 113

melengkung

ientur. Tahanan

pengaruh geometri.
di suatu

yang menyudut

balok

yang

dan non prisrnatis

BAHAN KONSENSUS

seperti terlihat

dalam Gambar

10.6.2.2-1 dibatasi oteh kondisi tegangan

lentur yaitu

sebesar.
(10.6.2.2-3)

Keterangan:

M'

adalah tahanan mornen terkoreksi di tengah bentang, N-mm

de

adalah tinggi penampang di puncak, mm

adalah lebar komponen struktur, mm

Fb'

adalah kuat lentur terkoreksi, MPa

Ksb adalah faktor tegangan lentur


Ksb = D + E (dJRm) + F (dJRm)2

(10.6.2.2-4)

Keterangan:

Rm adalah jan-jan ketengkungan komponen struktur di tengah-tinggi penampang, mm


\'

0, E, F

adafah faktor-faktor tak berdimensi yang diperofeh dart Taber 10.6.2.2-3

Tahanan momen di setiap titik yang tertetak di antara titik singgung dan ujung-ujung balok
harus dihitung sebagai momen balok prismatis dengan tinggi penampang

yang sarna

dengan tinggi penampang pada lokasi yang sedang ditinjau.

(3)

Defleksi balok melengkung yang menyudut dan non prismatis

Defleksi

baJok meJengkung yang menyudut

dan non prismatis di tengah bentang

ditennikan menggunakan persamaan berikut

(10.6.2.2-5)

Keterangan:

adaJah beban kerja terdistribusi rnerata, dinyatakan dalarn N/mm

adarah panjang bentang, mm

Ew'

adalah modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi, MPa

adalah lebar, mm

deb

adalah tinggi efektif

deb= (de + de) (0,5 + 0,735 tan Pr) - 1,41 (dc) tan Ps,
5:2 dari 113

BAHAN KONSENSUS

de adalah tinggi penampang di ujung bentang, mm


de adalah tinggi penampang di tengah bentang, mm
Pr adalah kemiringan permukaan atas, derajat
Ps adatah kemiringan permukaan bawah di Ujun9i derajat

Sebagai afternatif, metode fain untuk menentukan defleksi dapat digunakan apabila dapat
dibuktikan bahwa

metode

tersebut

memperhitungkan

semua

parameter

terkalt

dan

memberikan hasH yang setara.

Tabel 10.6.2.2-3
Koefisien-koefisien

OTderajdt

KSb-

Faktor-faktor'

2,5

-6,201

4.247

D
1,042
1,149
1,330

5,0
10,0
15,0
20,0

untuk menentukan

E
2.036

F
-1,825
0,927

0,0

1,738

0,0

1.961

0.0

30,0

306::

-2.594

250,

2,625

-2.829

a,G

0,0
2,440

3,53B

Gunakan interpoiasi lir.ier untuk nUai antara.

(4) Perkuatan radial


Apabita kuat tarik radial dilampaui

maka harus digunakan

perkuatan

mekanis

secara

memadai untuk memiku( semua gaya tarik radial. Namun, gaya tank radial ini tidak boleh
melebihigaya yang dihitung dengan cara mengaJikan luas daerah yang diperkuat dengan
"'_'Ij..'

tegangan tarik radial sebesar


perkuatan radial digunakan

sepertiga

kuat

geser

nominal

untuk balok yang direncanakan

sejajar

serat.

Apabila

untuk kondisi masa layan

kering maka kadar air lapisan tidak boleh melebihi 150/0 pada saat pembuatan.
(5)

Faktor-faktor koreksi

Faktor-faktor koreksi untuk glutam (kayu laminasi struktural)

harus diterapkan

cara yang sarna dengan yang telah dibahas pada baqian-baqlan

dengan

yang fain dalam tata

cara ini, kecuaii apabiJa dinyatakan Jain. Faktor tegangan radial, Ksr, faktor reduksi bentuk,

Kg" dan faktor tegangan lentur, Ksb, ditinjau sebagai bagian datam pernitunqan batok
melengkung yang

menyudut dan

non

prismatis,

penggunaan.

.53 dari 113

dan

~""

bukan fa ktor-faktor

koreksi

BAHAN KONSENSUS

(6)

Faktor interaksi tegangan

Faktor jnteraksi tegangan, Ksj.

tidak dapat diterapkan

dalam perencanaan balok

melengkung yang menyudut dan non prismatis, kecuali bahwa bagian dari balok di luar

bagian yang melengkung diperiksa menggunakan faktor interaksi tegangan tersebut.


2)

Pelengkung Glulam (Kayu

laminas; Struktura')

(1) Jenis-jenis pelengkung


Dua jenis peJengkung glulam adalah pelengkung tiga sendi dan pelengkung dua sendi,
seperti ter1ihat dalam Gambar 10.6.2.2 ..2. . Ketentuan perencanaan pada Butir 6 sampai
12

tetap berlaku, kecua1i bagian-bagian yang ditentukan di dalam butir ini.

--

Gambar 10.6.2.2-2

Pelengkung tiga sendi (kiri) dan pelengkung dua sendi


{kanan}.
(2)

Pelengkung tiga sendi

Perencanaan pelengkung tiga sendi, yang merupakan struktur statis tertentu. harus
meliputi tinjauan kombinasi antara lentur dan tekan sejajar serat yang besamya bervariasi

di sepanjang komponen struktur dan tinjauan geser di dekat ujung komponen struktur.
Persamaan tahanan rencana yang ber1aku,untuk komponen struktur glulam tetap berfaku
untuk pelengkung tiga sendi, kecuali bahwa faldor pengaruh volume terhadap tahanan
lentur dimodifikasi, dan ketentuan interaksi untuk permukaan yang non prismatis (lihat
Butir 10.1.10 dan 10.1.11) tidak ber1aku.

(3)

Pelengkung dua sendi

Perencanaan

pelengkung

dua sendi, yang merupakan

struktur statis tak tentu, harus

meliputi metode-metode analisis yang sesuai untuk menentukan momen, gaya aksiat, dan

geser, di lokasi-Iokasi sepanjang pelengkung. Apabila gaya-gaya dan mornen tersebut

54 dari 113

BAHAN KONSENSUS

telah diketahui maka perencanaan selebihnya adafah sarna dengan yang digunakan pa~~.
,;"-,,it:.

~1~"

pelengkung tiga sendi.


(4)

Tahanan tekan aksial

Prosedur yang digunakan untuk kolom dapat pula digunakan untuk menghitung tahanan
. tekan aksiat,
Meskipun

sebagian

besar pelengkung

dikekang

secara lateral terhadap

sumbu

Y- Y, .

persyaratan pengekangan harus ditinjau sesuai dengan Butir 9 dan 11. Pelengkung pada
umumnya tidak dikekang terhadap sumbu X-X. Akan tetapi, perencanaan tekuk terhadap
sumbu ini tidak diperfukan karena adanya aksi pelengkung.

(5)

Tegangan radial pada pelengkung

Tegangan radial harus ditinjau di dalam perencanaan

pelengkung.

Kekuatan pelengkung

yang dipengaruhi oleh tegangan radial harus ditentukan dengan cara seperti pad a balok
mefengkung.

(6)

Tahanan lentur nominal

Tahanan

lentur terkoreksi,. M. dihitung

menggunakan

persamaan

(10.2-2) yang ditulis

ufang di sini:
(10.6.2.2-6)

Faktor pengaruh volume,

Cv~ yang terkandung di dalam FbX'. dimodifikasi

pada

pelengkung dengan menetapkan pangkat rasio Jebar dan rasio panjang sama dengan nol.

Pada kasus kombinasi lentur dan tekan maka faktor pengaruh volume yang telah
dlkorekst, C"';. adalah:
(10.6.2.2-7)
(10.6.2.2-8)
dengan Fb' adalah kuat lentur terkoreksi,

MPa; Fe adalah tegangan

aksial tekan yang

bekerja, MPa: dan Cvadalah faktor pengaruh volume.

Panjang tak terkekang

komponen

struktur tekan pada pelengkung jenis Tudor terhadap

sumbu X-X harus diambil sarna dengan panjang bagian balok miring (kuda-kuda)

untuk

bagian pelengkung sebelah atas dan panjang kaki untuk bagian pelengkung sebelah
samping. Untuk pelengkung

berbentuk

lingkaran,

parabofik,

atau sejenisnya,

tersebut biasanya diambil sarna dengan jarak dan per1etakan ke puncak.


55 dari 113

panjang

Panjang peJengkung efektif untuk lentur harus ditentukan dan momen tekuk lateral elastis.

dihitung dengan

Me,

persamaan (10.2-7). Selanjutnya,

fvT

dihitung menggunakan

persamaan (10.2-4) dan dibandingkan dengan nifai yang diperoleh dari persamaan (10.22). Diambil nita; yang terkecil di antara kedua harga tersebut.
segmen peJengkung untuk lentur harus ditentukan

Panjang tak terkekang

dengan cara seperti pada komponen

struktur lentur lainnya.

Faktor untuk memperhitungkan pengaruh

non prismatis, Ks;~ tidak berJaku pada

peiengkung.
(7)
Interaksi memen dan gaya aksial di pelengkung
Interaksi antara gaya aksiar dan lentur harus dihitung dengan cara yang sama dengan
yang digunakan pada balok kecuali bahwa pelengkung

harus diasumsikan

dikekang

Y- Y dan momen terfaktor tidak per1u diperbesar. Dengan dernikian maka pada

dalam arah

perencanaan pelengkung, persamaan (11.3-1) berubah menjadi:

(10.6.2.2-9)

dengan

adalah gaya aksial tekan terfaktor, N; P adalah tahanan tekan terkoreksi untuk

beban aksiar tanpa tentur, N~ Mbx adatah momen terfaktor terhadap sumbu kuat, N-mm;
dan

Mx adaJah tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat, N-mm.


t

(8) Deffeksi pefengkung


Defleksi pelengkung harus dibatasi sesuai dengan persyaratan kemampuan

layan.

Deffeksi elastis atau jangka pendek yang diakibatkan oleh beban-beban di sembarang titik
pad a peiengkung dan dalam arah sembarang harus dihitung menggunakan prinsip-prinsip
mekanika rekayasa. Salah satu metode yang umum digunakan adalah metode keria
maya. Tinjauan defleksi jangka panjang yang diakibatkan olen rangkak harus dilakukan
sesuai dengan Butir 15.
Defleksi yang diakibatkan oleh perubahan kadar air yang diikuti dengan perubahan sudut
pelengkung

(lihat Gambar

10.6.2.2-3)

harus ditentukan

menggunakan

prinsip-prinsip

mekanika rekayasa. Untuk defJeksi vertikal, persamaan berikut dapat digunakan:

Pm

= pJ12[1

.. H,I(Hr + Hw)] tan pq

(10.6.2.2-10)

Keterangan:

Pm adafah defleksi di puncak, mm


I adalah bentang bersih antar perletakan sendi, mm
56 dari 113

H,adalah tinggi pelengkung bagian atap, mm


Hwadalah tinggi peiengkung bag ian samping, mm
psadalah sudut dalarn antara sumbu-sumbu bagian pelengkung yang
J}q

= -dql( 1-dq)

rUfUS,

derajat

(10.6.2.2-11 )

dengan pq adafah persentase perubahan sudut yang diakibatkan oleh susut dan dq adalah
persentase perubahan tinggi komponen struktur yang diakibatkan oleh susut. Apabila dq
-

sangat kecil dibandingkan dengan satu, rnaka pq dapat diambil sarna dengan -dq.
Defleksi horizontal pelengkung jenis Tudor dapat ditentukan

menggunakan

persamaan

berikut:
(10.6.2.2-12)
Metode semi grafis juga dapat digunakan untuk pelengkung jenis Tudor dan perengkung
jenis lainnya.
Jika suatu pelengkung memuai karena bertambahnya

kadar air maka pengaruhnya akan

berlawanan dengan yang diakibatkan ofeh susut.

10.7

Genangan

Sistem atap harus diperiksa dengan analisis struktur untuk kemungkinan terjadinya
genangan air. Hal ini tidak termasuk daram lingkup tata cara ini dan rnernerlukan
peninjauan tersendiri.

.._< _L--

.--

." .~...-

.
It

I!

..

dIp

!
i

_l

Gambar 10.6.2.2-3 Defleksi pelengkung jenis Tudor yang


oleh susut.

57 dari 113

diakibatkan

11

Kombinasi beban rentur dan akslal pada kornponen struktur

11.1

Umum

11.1.1

Ruang lingkup

Ketentuan oatam butir ini ber1aku untuk komponen struktur yang rnemikui:
a)

Seban lentur terhadap kedua sumbu utamanya dan/atau kombinasi beban tentur dan

aksial, bai)< tarik maupun tekan: dan

b}

Kolom yang mengalami pembebanan eksentris.

11.1.2

Perencanaan komponen struktur

Tahanan terkoreksi, M'1 P', dan T, pad a persamaan

interaksi

dalam butir ini, harus

dihitung dengan persamaan pad a Butir 8, 9, dan 10. Berbaga; parameter perencanaan
dalam

persamaan

interaksi

bervariasi

sepanjang

komponen

struktur.

Dalam

kasus

tersebut, perencanaan komponen struktur harus didasarkan atas perhitungan pada lokasi
paling kritis di sepanjang komponen struktur terse but.
Pada butir ini faktor tahanan penampang,

,p, ditentukan

sebagai berikut:

= 0 85

Lentur:

tPb

Tank sejajar serat:

Jr = 0,80

Tekan sejajar serat

,pc

= 0,90

Faktor waktu, )." pada Butir 6.3.3 harus digunakan seperti yang ditentukan pada Butir 8, 9,

10, dan butir ini. Nilai tunggal faktor waktu, yang tercantum pada Tabel 6.3-2 untuk
kombmasi pembebanan yang ditinjau, harus digunakan untuk setiap suku dalam
persamaan interaksi.
..

11.2 ._Tahanan penampang yang dibebani kombinasi lentur dan tarik aksial
Tahanao
tarik
...'.I

penampang

-1 ..5:
C~

lal

kornponen struktur terhadap

harus d:4-ntuk
..n..
IGU
He

p....a....S.'IS:
a.

l'~4...
S.
au

pembebanan

4aa,..."....... ",a_

L ''''''yd)

unel

.:J1.c2

"'''...b.
liLa

kombinasi

' .....e.......:......t ..
'elL

I ell

lentur dan
.-..""

LlUell"l. f-'CI1U

........ ...l~,&,;_; .....

UIUIIJCJU,

atau pada sis; tekannya, bila gaya tank aksial tidak cukup dominan sedemikian sehingga
gejaJa tekuk torsi latera) menjadi lebih menentukan. Persamaan berikut in; harus dipenuhi:

a)

Sisi tarik (dianggap terjadi interaksi stabilitas fateral):

(11.2-1)

b)

Sisi

tekan (interakst

dengan gaya aksial

tank akan

meningkatkan

tahanan

penampang terhadap tekuk torsi lateral):

! l~1ux
\

'-

'\

- 6'

Til) I

1v.1

-r

r+:

;~ifJbA.f:c

tW

"l
f

/"Yh
.. A zl1.1

<1,0

(11.2-2)

1- !vI tlX )-

(IbM

Untuk komponen struktur tak persegi panjang, faktor dJ6 pada suku pertama, dengan d
adalah tinggi komponen struktur, harus diganti dengan S,JA, yaitu perbandingan

anfara

modulus penampang temadap sumbu kuat dan 1uas penampang bruto.


c)

fnteraksi pada sisi tekan tanpa adanya gaya tank aksial.

Apabila gaya tark tidak beke~a secara simultan dengan mornen lentur maka persamaan
(11.2-2) harus terpenuhi dengan menganggap gaya aksial,

T sama

dengan nor.

Pada persamaan (11.2-1) dan (11.2-2):

T adalan gaya tarik terfaktor, N


Mux,

Muy adalah momen lentur terfaktor terhadap sumbu kuat dan sumbu ternan, N-mm

M'xJ My

adaJah tahanan lentur terkoreksi temadap sumbu kuat dan sumbu lemah, dengan

mempematikan

pengekang lateral yang ada: N-mm

Meadalah momen tekuk lateral elastis dari Butir 10.2.5, N-mm


M',sCidalah M~ yang d.hilung menggunakan

faktor stabilitas balok. CLI sarna dengan satu

dan dengan memperhitungkan faktor volume, Cv, N-mm

11.3 Tahanan penampang

komponen

struktur

pada lentur

dua arah serta

dalam kombinasi lentur dan tekan aksiat


11.3.1

Balok, kolom, dan komponen struktur rangka

Pada komponen struktur prismatis yang dibebani lentur dua arah, atau yang dibebani
gaya tekan aksial dan lentur

ternadap

satu atau kedua sumbu utamanya, harus

rnernenuhi ketentuan berikut:

59 dari 113

BAHAN KONSENSUS

(11.3-1)

Keterangan:

adaiah gaya tekan aksial teffaktor, N

P'

adafah tahanan tekan terkoreksi untuk tekuk terhadap sumbu lemah

apabila beban

yang bekerja adalah gaya tekan mumi, N

Mmx. Mmy adalah momen terfaktor, termasuk pengaruh orde ke dual masing-masing
".

terhadap sumbu kuat dan sumbu lernah, N-mm

M'x. A4'y

adafah tahanan lentur terkoreksi, ternadap sumbu kuat dan sumbu ternan. dan

persamaan-persamaan

dalam Butir 8 dengan

Cb = 1,0, N-mm

Semua suku pada persamaan (11.3-1) harus diambil positif.


Bila tidak digunakan analisis orde kedua maka mamen terfaktor Mmx dan Mmy, ditentukan
menggunakan
perbesaran

metode perbesaran
terhadap

men;mbulkan

mamen

goyangan.

momn di bawah ~ni yang memperhitungkan

orde

pertama

akibat

beban

terfaktor

yang

faktor
tidak

Mbx dan Mbys dan faktor perbesaran terhadap momen orde

pertama akibat beban terfaktor yang menimbulkan goyangan, MSKdan Msy, atau:

Mmx = Bbx Mbx + e; Msx

(11.3-2)
(11.3-3)

KETERANGAN:

MbX1

Mby adalah mamen terfaktor dan beban-beban yang tidak menimbulkan goyangan yang

dihitung menggunakan anaJisis orde pertama, masing-masing terhadap sumbu kuat (x-x) dan
sumbu lemah (y-y), N-mm

Msx,

Msy adalah momen terfaktor dan beban-beban yang menlrnbulkan goyangan yang dihitung

menggunakan analisis orde pertama, masing-masing terhadap sumbu kuat (x-x) dan sumbu

lemah (y-y) , N-mm


Untuk komponen

struktur

yang dapat

bergoyang

(tanpa bresing),

faktor

perbesaran

mornen Bbl(, Bby, serta Bsx, Bsy harus dihitung menggunakan persamaan (11.3-4), (11.3-5),
(11.3-6), dan (11.3-7). Untuk komponen

struktur yang tidak dapat bergoyang,

dapat diambil sarna dengan not.

60 dari 113

BsxJ Bsy,

BAHAN KONSENSUS

--

R
hx

~\J

.. -a-

(
,

!
I

>1q

II ..,.

~(\
1- ...,..,,._..
A.])
Yc

\,

(11.3-4)

'\ --

t'X./

(11.3-5)

B ..'C.. = (
I

\.

,~O

L
-;/"'P
Y'c

c:

II

(11.3-6)

\ >
\

ex)

(11.3-7)

Keterangan
PtJXl Pey adalah tahanan tekuk kritis terhadap sumbu kuat (x-x) dan sumbu lemah (y-y),

1: P u

adalah jumlah gaya aksial tekan tenaktor akibat gravitas; untuk seluruh kolom pada satu

tingkat yang ditinjau,

L Pex, L Pey adalah jumlah tahanan tekuk krltis kolom bergoyang pada satu tingkat yang ditinjau,
dengan selurun kolorn bergerak searah goyangan dan mefenturkan komponen struktur ternadap
sumbu kuat untuk

:t P atau terhadap sumbu lemah untuk -r pflY.


BI(

Pada komponen struktur kantifever tunggal, hanya gaya aksial tunggaf pada komponen itu
yang diperhitungkan dalam penjumlahan.
Koefisien

......

Cmx dan Cmy untuk masing-masing sumbu kuat dan sumbu remah, ditentukan

sebagaiberikut:
a)

Untuk komponen struktur tekan yang:

terkekang ternadap semua transfasi pada sambungan-sambungannya,

terkekang terhadap rotasi pada kedua ujung-ujungnya,

tidak ada gaya transversal yang bekerja di antara kedua ujungnya

maka dalarn arah bidang fentur yang sedang ditinjau berfaku:

(11.3-8)

61 dar: 113

BAHAN KONSENSUS

dengan M1/M2 adalah perbandingan antara momen ujung terkecil terhadap momen ujung
terbesar. M11M2 bernilai negatif untuk kondisi kelengkungan tungga1.
b)

Pada komponen struktur tekan yang kedua ujungnya

dikekang terhadap gerakan

translasi dalarn arah bidang pembebanan dan di antara kedua ujungnya bekerja gaya
transversal. nilai

em harus

ditentukan dengan anafisis rasionaf. Namun demikian, sebagai

altematif, nita; berikut in; dapat digunakan:

komponen struktur yang kedua ujungnya terkekang terhadap rotasi,

komponen struktur yang kedua ujungnya tak terkekang

em = 0,85,

terhadap rotasi,

em = 1.00.

11.3.2 Komponen struktur rangka batang


Ketentuan

pada 8utir

11.3.1 juga

bertaku untuk

Komponen

struktur atau bagian dari komponen

komponen

struktur

rangka batang.

struktur rangka batang yang berada di

antara titik-titik kumputnya dapat dianggap terkekang pada kedua ujungnya dalam bidang
rangka batang. Pada arah tegak lurus bidang rangka batang,

bila komponen struktur

rangka batang tidak dihubungkan secara menerus o1eh panel atap, atau panel lantai, atau
jenis penutup lainnya, maka panjang efektif harus ditentukan

dengan meninjau keadaan

kekangan pada titik-titik kurnpul dalarn arah lateral.

11.4

Kolom dengan konsol pendek

Kolom tak terkekang atau bagian tak terkekang


tertetak diseperempat

kolom dengan

tinggi yang di atas, direncanakan

konsol pendek yang

terhadap

dua beban ekivalen

P,

sedemikian sehingga

sebagai berikut:
a)

Pindahkan beban aksial yang bekerja pada konsol pendek,

bekerja

sebagai beban konsentris

pada ujung kotorn, bersama

dengan beban-beban

konsentris lainnya yang bekerja disepanjang kolom; dan


b)

Tambahkan beban transversal,

di tengah tinggi kolom tak terkekang atau bagian

tak terkekang kolom daJam bidang yang ditinjau, dan besarnya:

(11.4-1)

b-'2

d ar.fi
'-4

1,..~,

BAHAN KCNSENSUS

Keterangan
I", adalah jarak dan ujung bawah kolom tak terkekang atau bagian tak tert.ekang kolom sampai sisi
bagian atas konsol pendek, mm
eb adalah eksentrisitas beban yang bekerja pada konsol pendek, yaitu jarak nonsontat dari titik
kerja beban ke titik pusat penampang kolom. rnrn

lu adalah panjang kolom tak terkekang untuk arah tekuk yang sesuai dengan arah momen pada
konsol pendek, rnm

Selanjutnya, kolom direncanakan

sebagai kompcnen struktur balok-kolom sesuai dengan

ketentuan pada Butir 11.3.


Bila konsol pendek tidak tenetak

di seperempat

tinggi yang di alas dan kolom

tak

terkekang atau bag ian tak terkekang kolom maka harus dilakukan analisis yang rasionaf
atau dihitung dengan persamaan (11.4-1) tapi dengan menggunakan nilai 1",= O,75Iu.

11.5 Struktur busur


Perencanaan

struktur busur glulam (kayu laminasi struktural) yang dibebani

kombinasi

beban lentur dan tekan aksial harus direncanakan dengan merujuk pada Butir 10.6.2.2.

11.6 Rangka batang


Ketentuan dalam butir ini mencakup struktur-struktur
a)

Gabungan komponen-komponen

b)

Gabungan elemen kayu hasil/produk dari pabrik.

rangka batang dari:

struktur yang membentuk segitiga; dan

11.6.1 Batang tekan berpenutup


Momen inersia terhadap sumbu kuat, L, dari batang tekan berpenutup dapat dikalikan
dengan faktor kekakuan tekuk, CT, bila memenuhi persyaratan berikut ini:

dimensi batang adalah 50 x 100 mm atau lebih keeil.

batang terbuat dari kayu gergajian,

dimensi tinggi batang terpasang secara vertikal,

panjang tekuk efektif batang < 2.400 mm,

penutup terbuat darl panel struktural dengan tebal > 9,5 mm,

penutup dipasang sesuai dengan prosedur pemakuan yang baik dan benar.

63 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Faktor kekakuan tekuk untuk keadaan tersebut di atas adatah:

(11.6-1)

Keterangan
Ie

adalah panjang efektif tak tertekang yang digunakan paoa perencanaan batang tekan, mm

adalah 0 ~624 untuk kayu yang dikeringkan demikian sehingga nilai kadar aimya lebih rendah

dan 19% ketika dUakukan pemasangan penutup; Ie dalam mm dan E'os dalam kPa
KM adalah 0,326 untuk kayu yang dikeringkan sebagian ataupun tidak dikeringkan sarna sekas,
ketika dilakukan pemasangan penutup: Ie datam mm dan

E'o~datam kPa

Efos adalah oilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada persentil kelirna, MPa

Dalam menghitung P' yang didapat dan tinjauan arah tekuk sumbu kuat untuk digunakan
datam persamaan (11.3-1), nilai
kali

Eos pada persamaan (9.3-4) harus diganti dengan hasH

E~D5 dan CT. Nilai CT tidak dapat digunakan sebagai pengali dari Iuas penampang

brute, A, pad a persamaan (9.3-1).


Untuk rangka batang yang digunakan pada kondisi Jayan basah, Cr harus diasumsikan
sarna dengan 1.

64 dari 113

BAHAN KONSENSUS

12
12.1

Sambunqan mekanis
Umum

12.1.1

Ruang lingkup

Ketentuan dalam butir in; bertaku untuk safllbungan-sanlbungan komponen struktor kayu
atau komponen struktur berbahan dasar kayu. Komponen-komponen

struktur kayu yang

dimaksud datam butir ini termasuk yang dibuat dan kayu peja) dan komponen tainnya
yang berbahan

dasar kayu. Saut atau pasak yang dimaksud

dalam butir ini hanya

mencakup baut atau pasak dengan diameter 6-25 mm.


Sambungan
. komponen

pada komponen struktur kayu atau dan satu komponen


strukiur kayu la'nnya terdiri atas elemen penyambung

struktur kayu ke
(pelat buhul, pel at

penyambung, pelat pengikat, siku dan pefat pendukung) dan alat sambung (cincin berah,

pelat geser) atau atat pengencang (paku, jepretan, pasak, sekrup, baut, sekrup kunci, dan
sistem alat pengencang sejenis).
Notasi untuk tahanan lateral, Z, Z', mengacu pada tahanan

seluruh sambungan,

dan

bukan pada tahanan alat sambung tunggal. Selain itu, notasi untuk tahanan cabut,

ZWI

Zw', mengacu pada tahanan cabut total dan bukan pada tahanan per satuan penetrasi.
12.1.2 Perencanaan sambungan
Sambungan harus direncanakan sedemikian sehingga:

Zu <. ., .I .
~ . 4 1 ';:'

(12.1-1)

Z'

di mana Zu adalah tahanan per1u sambungan,


dengan Taber 6.3-2,

l adalah faktor waktu yang ber1aku sesuai

t/Jz = 0,65 adalah faktor tahanan sambungan. dan Z' adalah tahanan

terkoreksi sambungan.

Tahanan terkoreksi

sambungan

sambungan dengan faktor-faktor

diperoleh

dan hasil perkalian antara tahanan

koreksi pada

Boor

acuan

7.6 dan pada butir ini. Keberlakuan

faktor-faktor koreksi untuk setiap jenis sambungan harus sesuai dengan yang disyaratkan
pada Taber 12.1-1.

65 dari 113

Tabel 12.1-1

i; Terkoreksi
Kondisi
--

Kondisi

Acuan

Keberfakuan faktor koreksi (FK) untuk sambungan

FK

FK

Diafragma

Kelompok
I

Aksi!

!i"...'1, Q

I'"

FK

FK

1 FK
I FK
Geometri \ Kedalaman , Serat
II Pe n e tra""s"_,i,II

I
;

....

4..

Pe1at
S.i.d... ,

...,"'.

, FK Paku

I;

, Miring
j

!,

.I

I z

Z'=

\0'

' Paku,

!
Z

Cd:

I
\ c;

\ c.;

ZM"

==

pasak

i z=

. lOw=

\ Sekrup

1I

Ie.

Z=

If

CR

I z;

Iz

I
I

!
I ,
1

CJ

Sekrup

kunci,

C.

1 CJ

CJ

\r

Pelat

, c..
\ C~6

--

geser,
I

cmClll
bdah

c
c,

lc,

12.1..3

Baut

. pen

Z'=

Zt_...

Z..,

ij

C.,

coPg

IZ

eM

C,,9'

-\j

II .

I
i

Cst

'C.;

Perihal faktor koreksi untuk sambungan

Pada sambungan,

fa kto r layan

basah,

CM1 tidak hanya bergantung

pada

kondisi

penggunaan, tetapi juga bergantung pada kondisi saat difabrikasi. Kondisi acuan untuk
penggunaan

kering mengacu pada sambungan-sambungan

daiam keadaan

kering dan digunakan

yang difabrikasi dari material

pada kondisi layan kering,

sebagaimana

didefinisikan pada Butir 7.S.

Faktor layan basah tidak memperhitungkan pengaruh korosi. Bila sambungan akan
diekspos terhadap fingkungan korosif maka tahanan sambungan harus memperhitungkan
pengaruh korosi pada elemen penyambung ataupun alat sambung baja. Alat pengencang

yang digunakan pada bahan kayu yang diberi pertakuan secara kimiawi harus diberi
perlindungan yang cukup sesuai dengan tata cara yang benaku.

Faktor paku diafragma,

Gdi, -yang tercantum dalam Butir 14 tata cara ini, hanya berfaku

pada perencanaan dinding geser dan diafragma.

Faktor-faktor koreksi ini hams diberlakukan sebaaai


vane
- tambahan terhadao "" faktor koreksi masa tavan
...
...

dibcrikan pada Butir 7.6.

"12.1.4 Faktor waktu untuk sambungan


Faktor waktu, A, tidak diperboiehkan
jika perencanaan

meJebihi 1,0 untuk sambungan. Sebagai tambahan,

sambungan ditentukan olen kegagafan pada efemen penyambung

alat pengencang yang terbuat dan bahan non-kayu maka ).

12.2
Tahanan

atau

= 1,0.

Tinjauan sifat material


sambungan

yang dihitung sesuai dengan ketentuan

pada anggapan-anggapan

tertentu sehubungan

pada butir ini didasarkan

dengan sifat materiar yang dikaji pada

butir tersebut.

12.2.1 Alat pengencang, alat sambung dan elemen penyambung


Semua alat pengencang dan alat sambung serta sifat-sifat nominafnya harus memenuhi

persyaratan minimum sesuai dengan tata eara yang bertaku. Pelat-petat


penggantung,

alat

pengencang.

dan

bagian-bagian

fain

dari

pelat

baja, pelat
baja

harus

direncanakan agar tshanan terhadap moda-moda keruntuhan yang ber1aku (tank, lentur,
tekuk, tumpu {termasuk dari baja-ke-baja}, dan geser pada alat pengencang).

12.2.2

Berat jenis

Serat jenis rencana,


untuk persyaratan

G, yang digunakan pada perhitungan

rencana

sudah baku untuk jenis


disyaratkan

fainnya dari sambungan

spesies,

dalam perencanaan.

kelompok

tahanan tumpu pasak dan

harus didasarkan

spesies,

atau mutu,

pada nilai yang

sebagaimana

yang

Berat jenis rencana tersebut harus didasarkan

pada

berat dan volume kering oven.


Dalam pembuatan

glulam (kayu taminasi struktural) dapat digunakan kayu dengan mutu

dan spesies yang berbeda pada bagian atas, inti, dan bawah komponen
lapis. Hal ini harus diperhitungkan

struktur kayu

dalam perencanaan sambungan pada berbagai daerah

pada komponen struktur.

12.2.3

Kuat tumpu pasak

Untuk sambungan yang menggunakan baut, sekrup kunci, p"en, atau pasak, kuat tumpu
pasak, FeCi, komponen struktur kayu yang dibebani dengan membentuk
serat kayu adalah:

.....,d
...... ,..,
'
~,.~".,
O

"-'!,

"

,-'

sudut 0 terhadap

BAHAN KONSENSUS

FeO = _._._-.

re.l.i e:.L

F;";-'I t t SIn

(} -+

(12.1-2)

cos ()

F. .. _
p :

Keterangan:
F8,; Fe: adalah kuat tumpu pasak sejajar dan tegak lurus serat kayu,
I

adalah sudut antara garis kerja gaya dan arah serat kayu.

12.3

Tinjauan konfigurasi sambungan

Tahanan sambungan yang dihitung dengan ketentuan dalam butir ini adalah berdasarkan
anggapan tertentu berkenaan dengan konfigurasi sambungan yang dibahas daiam butir
tersebut

Jarak antar atat pengencang didefinisikan sebagai jarak datarn baris dan jarak

antar bans. Lihat Gambar 12.3-1,

12.3.1
Tahanan

Sambungan sendi
sambungan

dalam butir ini didasarkan pada anggapan mengenai

kekangan

ujung yang diberikan dalam Butir 6.3.2.2.

12.3.2 Tumpuan
Perencanaan

tumpu harus sesuai dengan Butir 9.5. Pad a sambungan

diadakan alai pengencang

tumpu, harus

dafam jumfah yang cukup agar dapat mengekang

komponen

struktur pada posisinya sernula.

12.3.3

Tahanan pada komponen struktur dl daerah sambungan

Adanya sambungan
Setidak-tidaknya,

mempengaruhi

tahanan komponen struktur di daerah sambungan.

hal-hal berikut ini harus diperhitungkan:

Luas neto: Lihat Butir 7.2.2. dan 9.3.3. Untuk beban yang bekerja sejajar serat kayu pada
't-

sambungan dengan baut sefang sefing, sekrup kunci, pasak, atau pen, alat pengencang
yang berdekatan harus dianggap berada pada penampang kritis yang sarna jika spasi
dalam baris alat pengencang yang satu terhadap baris fainnya yang berdekatan

febih

kecil dad 4D, di mana D adalah diameter alat pengencang. Jika digunakan pelat geser
atau cincin belah dengan konfigurasi selang seJing; maka pelat geser atau cincin befah

BAHAN f<ONSENSUS

y?tng berdekatan harus dianggap bekerja pada penarnpang kritis yang sarna jika jara~.
sejajar serat antar pel at geser atau cincin belah dalam bans yang berdekatan sarna
dengan atau Jebih keen daripada diameter pefat geser atau cincin befah.

Tahanan geser: Lihat Butlr 10.4.4.


Sambungan

eksentris:

Kelompok

alat

pengencang

yang

direncanakan

untuk

menyafurkan gaya aksial pada komponen struktur harus direncanakan sedemikian


sehingga sumbu setiap komponen StruktUf yang disambung bertemu pada suatu titik yang
berimpit dengan titik berat sambungan, kecuali bila diperhitungkan adanya eksentrisitas,

di mana kelompok alat pengencang menyalurkan gaya eksentris (momen). Pengaruh


gaya-gaya eksentris ini pada alat pengencang dan pada komponen struktur didaerah
sambungan harus dianalisis sesuai dengan kaidah mekanika teknik yang baku.
Tahanan tarik tegak 'urus

serat:

Harus dihindari konfigurasi sambungan dengan

menempatkan titik kefja beban pada sisi tarik dan suatu balok. Jika konfigurasi ini tidak

dapat dihindarkan, maka harus dipasang

perkuatan mekanis untuk menghindarkan

terbelahnya komponen struktur,

12.3.4

Sambungan dengan alat pengencang kombinasi

Tahanan rencana sambungan dengan beberapa jenis atau ukuran alat pengencang harus

berdasarkan hasil pengujian atau anafisis yang dapat dipertanggungjawabkan.

Jika

digunakan kombinasi lem dan alat pengencang mekanik maka adanya perbedaan
kekakuan harus diperhitungkan dalam penentuan tahanan rencana sambungan.

12.3.5 Penempatan alat pengencang


12.3.5.1

Jarak tepi adalah jarak antara tepi suatu komponen struktur terhadap alat

pengencang terdekat diukur dalam arah tegak Jurus serat kayu. Bila suatu komponen
struktur dibebani tegak lurus arah serat, tepi yang memikul beban didefinisikan
tepi beban. T epi yang tidak memikul

sebagai

beban didefinisikan sebagai tepi tanpa-beban

(Gambar 12.3-1)

12.3.5.2

Jarak ujung adalah jarak yang diukur sejajar serat dari garis potong siku

komponen struktur ke pusat atat pengencang yang terdekat (Gambar 12.3-1).

B.!..H.!-.NKONSENSUS

12.3.5.3

Spasi adafah jarak antar pusat atat pengencang yang diukur sepanjang garis

yang menghubungkan pusat-ke-pusat alat pengencang (Gambar 12.3-1).

Jar~l.: tel's

---J

S"....;i d.larn ba'_'.


Illtt peugenC-ln_g

lull.: .ujul18

anln baris
alat pcngcncaag

Q
Bcban regsk lunas arah se......

Gambar 12.3-1 Geometri sambungan baut.

12.3.5.4

Sebuah

bans

alat

pengencang

didefinisikan

sebagai

beberapa alat

pengencang yang terletak satu baris dalam arah garis kefja beban (Gambar 12.3-1).

12.3.5.5

Spasi dalam bans alat pengencang

adalah jarak antar alat pengencang

di

datam satu bans; dan jarak antar bans alat pengencang adalah jarak antar bans-bans alat

pengencang.

12.3.6 Alat pengencang majemuk


Tahanan sambungan yang diberikan datarn butir ini ditentukan dengan menganggap
bahwa setiap alat pengencang pada sambungan majemuk memikut beban sarna besar,

70 dari 113

BAHAN KONSENSUS

kecuali bUa dikoreksi dengan

Cg, untuk memperhitungkan

ketakseragaman

gaya yang

bekerja pada baut, sekrup kunci, cincin belah, pelat geser, dan alat pengencang

sejenis.

Cg tidak berlaku untuk paku dan sekrup. Lihat Butir 12.3.3 untuk sambungan eksentris.
12.3.6.1

Faktor aksi kelompok. Bila suatu sambungan terdiri dan satu bans alat

pengencang

atau (ebih dengan atat pengencang

berupa baut, sekrup kunci. pen, pasak,

pelat geser, cincin belah, atau alat pengencang sejenis, maka tahanan sambungan acuan
harus dikafikan dengan Cg:
(:g

1 n,

=- 1:ai

(12.3-1 )

IIf i=l

di mana

n, adalah

jumtah total alat pengencang dalam sambungan, nr adalah jumlah bans

atat pengencang dalam sambungan,

at

adafah jumlah atat pengencang

efektif pada bans

a!at pengencang j akibat ketakseragaman gaya yang bekerja pada suatu bans alat
pengencang,

be rvariasi dart 1 hingga

n;

dan

n, adaiah jum(ah atat pengencang dengan

spasi yang seragam pad a baris ke i.

(12.3-2a)

(i2.3-2b)

(12.3-2c)

adalah modulus beban atau modulus gelincir untuk satu alat pengencang.

Kecuali bila

ada data lain maka nifai 1 harus diambif sebagai berikut:

= 87,6 kN/mm untuk cincin belah atau petat geser berukuran 102 mm,
y = 70,1 kN/mm untuk cincin belah berukuran 64 mm atau pelat geser oerukuran 67 rnrn,
,5
y = 0,246 D kN/mm untuk baut, sekrup kunci, pen, atau pasak dalam sambungan kayuy

ke-kayu,
'1

= 0,369

,
D ,5 kNJmm untuk baut, sekrup kunci, pen, atau pasak dalam sambungan kayu-

ke-baja.

adalah

spasi

dalam

bans

alat

pengencang,

jarak

pusat-ke-pusat

antar

alat

pengencang di dalarn satu bans.

(EA)m adalah kekakuan aksial, modulus elastisitas lentur rerata komponen struktur
utama dikalikan dengan luas bruto penampang utama sebefum difubangi atau dicoak.
71 dan 113

BAHAN KONSENSUS

(EA)s adafah kekakuan

aksial,

modulus

elastisitas

lentur

rerata

komponen

struktur

utama dikalikan dengan luas bruto penampang utama sebelum dilubangi atau dicoak.

REA = (EA)min I(EA)max,


(EA)min adalah nilai yang lebih kecil di antara (EA)m dan (EA)s,
(EA)maxadalah nilai yang lebih besar di antara (EA)m dan (EA)s.
Jika alat pengencang

pada

baris-baris

seling, maka Cg harus dihitung


bans-bans

yang berdekatan

yang berdekatan

berdasarkan

dipasang

secara

berselang-

spasi dalam bans alat pengencang

dan jarak aotar bans alat pengencang.

pada

Hal-hal berikut in;

harus diperhitungkan:

(a)

BHa jarak antar bans alat pengencang lebih kecil daripada atau sarna dengan

seperempat spas; dalam bans alat pengencang dan bans-cans yang berdekatan, maka
bans-earls yang berdekatan dianggap sebagai satu bans dengan jumtah baut,

nil

sarna

dengan jumfah baut pada kedua baris tersebut. Untuk kelompok alat pengencang

yang

mempunyai jumlah bans yang genap. prinsip ini digunakan untuk setiap pasang baris,
sedangkan untuk jumlah bans yang gasal digunakan kombinasi pasangan-pasangan

bans

yang menghasi1kan_nilai terkecit.


(b)

Bila jarak antar baris alat pengencang

lebih besar daripada seperempat

datam bans alat pengencang pada baris-baris yang berdekatan,

spasi

maka jurnlah baut pada

setiap baris, nl, adalah jumlah baut dalam bans tersebut.

12.4

Paku, pasak, dan sekrup

12.4.1 Umum
12.4.1.1 Ruang Lingkup
Ketentuan berikut ini bertaku untuk perencanaan sambungan yang menggunakan

paku

dan pasak polos atau pasak berulir serta sekrup. Ketentuan berikut ini harus digunakan

untuk perencanaan alat pengencang dan sambungan secara individual.


aftematif,

alat pengencang

untuk rakitan yang menggunakan

memenuhi persyaratan pada Butir 13 dan 14.

72 dari 113

Sebagai

panel struktural

harus

BAHAN KONS;::NSUS

12.4.1..2

Sifat dan ukuran alat pengencang

Alat pengencang harus memenuhi ketentuan-ketentuan

yang berlaku. Panjang bagian utir

sekrup harus lebih besar atau sarna dengan dua pertiga panjang batangnya.
Tahanan sambungan yang menggunakan

paku dan pasak harus ditentukan berdasarkan

diameter batang atat pengencang, 0, dan kuat leleh alau kuat leleh lemur. sebagaimana
ditentukan dalam butir ini.

12.4.1.3

Pemasangan

Sekrup harus dipasang dengan cara pemutaran. Paku dan pasak harus dipasang dengan
cara dipukuf.
komponen

Paku miring harus dipasang

dengan

membentuk

struktur dan dimulai pada lokasi sepertiga

sudut

30

terhadap

panjang paku diukur daTi tepi

komponen struklur yang disambung.

Diameter lubang penuntun untuk paku dan pasak tidak boleh melebihi:

0,90 0 untuk G > 0,60, dan

di mana G adalah berat jenis dan

D adalah diameter batang paku.

Lubang penuntun untuk sekrup pada komponen struktur kayu harus dibor sebagai berikut
{a}

Lubaog penuntun untuk bag ian yang tak-berulir

dari sekrup harus mempunyai

diameter sarna dengan:

1,0 D untuk G > 0,60, dan

0.875 0 untuk G < 0,60


dan mempunyai kedataman yang sama dengan panjang bagian tak-beruHr.

(b)

Lubang penuntun untuk bagian yang beruiir dan sekrup harus mempunyai

diameter sama dengan:


Untuk tahanan lateral:
1,0 DR untuk G > 0,60, dan
0 875 OR untuk G :; 0 60
1

,/3 darj 113

BAHAN KONSENSUS

Untuk tahanan caout:


0,9 DR untuk G > 0,60, dan

0,7 DR untuk G s 0,60


dan mempunyai kedalaman yang sama dengan panjang bagian ulir sekrup, di mana G
adalah berat jenis kayu dan

DR adafah diameter inti sekrup.

Tahanan cabut tidak boleh diperhitungkan pada sekrup, paku, dan pasak bila ukuran
lubang penuntun lebih besar daripada ukuran yang disyaratkan pada butir ina.

12.4.2 Spasi alat pengencang


Spasi minimum untuk paku, pasak, atau sekrup pada suatu sambungan

tunggar diatur

sebagaiberikut
Spasi da/am satu baris. Pada semua arah garis ke~a beban lateral ternadap arah serat
kayu spasi minimum antar alat pengencang dalam suatu baris diambil minimal 10 0 bila
t

digunakan pelat sisi dan kayu dan minima17

D untuk pelat sisl dan baja.

Spasi antar baris. Pada semua arah gans kerja beban lateral terfladap arah serat kayu,
spasi minimum antar baris adatah 5 D.
Jarak ujung. Jarak minimum dan ujung komponen struktur ke pusat alat pengencang
terdekat diambil sebesar:
Untuk beban tank lateral:

15 0 untuk pelat sisi dari kayu,


10 D untuk pelat sisl dan baja.
Untuk be ban tekan lateral:
10 D untuk pe1at sisi dati kayu,

5 D untuk pelat sisi dari baja.


Jarak tepi. Jarak minimum dar; tepi komponen struktur ke pusat alat pengencang terdekat
diambil se.besar:
5 D pada tepi yang tidak dibebani,
10 0 pada tepi yang dibebani.

74dari113

BAHAN KONSENSUS

12.4..3
12.4.3.1

Tahanan terhadap gaya lateral


Tahanan lateral acuan: satu irisan

Tahanan lateral acuan dari suatu sambungan

yang menggunakan

paku baja, pasak, atau

sekrup satu irisan yang dibebani secara tegak lurus terhadap sumbu alat pengencang
dipasang tegak lurus sumbu komponen
nilai yang dihitung menggunakan

struktur, diambir sebagai nilai terked'

semua persamaan

dan

dan nilai-

pada Tabel 12.4-1 (a) (untuk paku

atau pasak), atau pada Taber 12.4-1 (b) (untuk sekrup) yang dikafikan dengan jumJah alat
pengencang

.n;

Untuk sambungan dengan pelat slsi dan baja, persamaan untuk moda leleh I, pada Tabe1

12.4-1 (a) dan (b) tidak .berraku, dan tahanan untuk moda tersebut dihitung sebagai
tahanan tumpu alat pengencang pada pe1at-pelat baja slsi.

Tabe( 12..4-1 (a) Tahanan lateral acuan paku dan pasak (Z) untuk satu alat
pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen
Moda
Kelele-h-

Persamaan

._---_ ..-

z = 3.3J)(.~F~s

a---

yang berlaku

-----------_.-._-_--

._--_.

-----

Z = 3.3k]DpF e",
KD(I+ 2Re)

k,

= ()-1

( 12.4-2)

2F,.,(1 + 2R_,JD 2

) +- _ ~

..IF:,,~p

2(1+R,

Ills

--

(11.4-J)

KD

dengan:

--.

= 3,3k1DI"F em

(1~.4-3)

KD(2+Re)

dengan: k

= (_ 1)+ 2(1 + R.) + 2l':.~(1 + 2RJD 1


R"

IV

Catatan:

Re

Ko

Fen/F.

3Ftlm

t:

(12.4-4)

= kedalaman penetrasi efektif batang alat pengencang pada komponen

pemegang (Iihat Gambar 12.4-1),


2.2
untuk 0 < 4.3 mm.
0,38 D + 0,56 untuk.4,3 mm < 0 < 6,4 rnrn,
3,0
untuk. D ~ 6,4 mm.

75 dari 113

Tabel 12.4-1 (b)

Tahanan lateral acuan sekrup (Z) untuk satu sekrup dengan satu
irisan yang menyambung dua komponen

!\toda Keletehan

Persamaan yang berlaku

Z :::~~:/~)I.~I~~.!_

(12.4-5 )

KJ)

( 12.4-6)

Z = 3,~k}1)t~_1'~fII
K /)(2 +
R(~)

_. = (- 1);-' ,1"!2(1--""i?'--+ J()


---,

dengan: k:,

; l<~'h(2 + 1( )/)1
T

.,,- -

"'iF

IV

3,3D

KD
Catatan:

R;;

= Fan/Fe::>

Ko

= 2.2

= 0,380 + 0,56
= 3.0

"t-i- - '.---

enl

(\ 2.4-7)

1,75F:~mF_"b
~ 30 + Re)

untuk D < 4.3 rnrn.


untuk 4,3 mm < D < 6,4 mm,
untuk D ~ 6,4 mm.

12.4.3.2 Tahanan lateral acuan: Dua irisan


Untuk titik kumpul sambungan yang terdiri atas tiga komponen sambungan dengan dua

irisan, tahanan lateral acuan diambil sebesar dua kali tahanan lateral acuan satu irisan
yang terkecil sebagaimana dipertihatkan

tengah pada titik kumpul tersebut

pada Gambar 12.4-1 (8) dan (C). Komponen


lebih teba1 dari 6 D. Jika penetrasi alat

harus

pengencang pada komponen pemegang

(Iihat Gambar 12.4-1) kurang dari 12 D untuk

paku dan pasak, atau 7 0 untuk sekrup, maka faktor kedalaman penetrasi, Cd1 ditentukan
seperti yang disyaratkan pada Butir 12.4.3.3.

12.4.3.3 Tahanan lateral terkoreksi

Tahanan lateral terkoreksi, Z', dihitung dengan mengalikan tahanan lateral acuan dengan
faktor koreksi yang sesuai menurut Butir 7.6 dan 12.1.3. Sebagai tambahan terhadap
faktor-faktor koreksi pada Butir 7.6 dan 12.1.3 tersebut, hal-hal berikut harus dipenuhi:
Kedalaman

penetrasi:

Tahanan

lateral

acuan

dikafikan

dengan

faktor

kedalaman

penetrasl, Cd~ sebagaimana dinyatakan berikut ini.


Untuk paku dan pasak, penetrasi efektif batang ke dalam komponen perneqanq, p, harus
lebih besar daripada atau sarna d~ngan 6 D.

76 dar: 113

BAHAN KONSENSUS

Untuk 6 D < p < 12 D,

c; = p/12

Untuk p > 12 D,

Cd= 1.0.

D,

(12.4-8)

Untuk sekrup, penetrasi efektif batang ke dalam komponen pemegang,

p, hams lebih

besar daripada atau sarna dengan 4 D.

Untuk 4 0 ~ p < 7 DJ
Untukp > 7 0,

Cd=pfi

0,

Cd = 1.o.

(12.4-9)

..
B

Gambar 12.4-1 Sambungan paku dua irisan dengan penetrasi


komponen pemegang.

c
sebagian pada

Serat ujung: Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor serat ujung,

Ceg

= 0,67,

untuk alat pengencang yang ditanamkan ke dalam serat ujung kayu.

Sambungan
miring,

paku miring: Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktar paku

em = 0,83,

12.4.4
12.4.4.1

untuk sambungan paku miring .


.....

Tahanan terhadap gaya aksial


Umum

Tahanan acuan sambungan yang menggunakan paku, pasak, atau sekrup yang dibebani
para lei terhadap sumbu alat pengencang diambil sebagai nilai minimum dari:
a) Tahanan tank alat pengencang,

b) Tahanan cabut batang.

77 dari 113

BAHAN KONSENSUS

12.4.4.2

Tahanan tarik alat pengencang

Tahanan

tank

paku,

pasak,

atau

sekrup

ditentukan

sesuai

dengan

ketentuan

perencanaan yang berJaku untuk bahan baja, yang didasarkan atas kuat leleh alat
pengencang pada penampang
untuk tahanan

12.4.4.3

intinya. Faktor waktu, A.. harus diambil sarna dengan 1,0

tank alat pengencang.

Tahanan cabut acuan batang

Tahanan cabut tidak boleh diperhitungkan untuk sekrup, paku atau pasak yang ditanam
I

ke dalam serat ujung kayu.


Tahanan cabut acuan batang pada sambungan dengan paku dan pasak dengan batang
poles yang ditanam pada sisi kayu adalah:

Zw

= 31,6 DG2. 5

n,

(12.4-10)

di mana Zw dalam Newtons (N); G adalah berat jenis komponen pemegang:


diameter paku atau pasak dalam mm;

n, adalah

jumlah alat pengencang; dan

D adalah

p adalah

panjang penetrasi efektif batang paku atau pasak, mm.


'.

Tahanan cabut batang paku dan pasak yang berulir spiral atau yang berulir cincin
ditentukan melalui pengujian atau dihitung menggunakan persamaan (12.4-10) dengan
nilai 0 diambif sebagai diameter batang terkecil.

Tananan cabut acuan

batang sekrup yang ditanam pada serat sisi kayu adalah:


(12.4-11)

di mana Zw dalam Newtons (N);

I)

adalah diameter sekrup nominal, mm; n( adalah jumlah

alat pengencang; dan p adafah panjang bagian ulir sekrup yang tertanam secara efektif

dalam komponen utama.


Kedalaman

minimum penetrasi

efektif batang sekrup kayu ke dalam komponen

pemegang harus diambil sebagai nilai terkecil dan 25 mm atau setengah panjang nominal
sekrup.

Panjang bagian ulir pada sekrup harus diambil sebagai dua pertiga panjang batang
sekrup.
78dari 113

B"M H .f-..1'1.11' KONS-C"",S,, U...C'-_:)

12.4.4.4

Tahanan cabut terkoreksi

Tahanan

cabut terkoreksi.

batang

Zw.'_, dihitungdengan mengalikan tahanan acuan dengan

faktor koreksi yang berlaku sesuai dengan Butir 7.6 dan 12.1.3. Sebagai tambahan
terhadap faktor koreksi pada Butir 7.6 dan 12.1.3, hal berikut juga harus dipenuhi.
Sambungan paku miring: Tahanan cabut acuan batang harus dikalikan dengan faktor
paku miring,

12.4. .
4.5.

untuk sambungan paku miring.

Kombinasi beban aksial dan lateral

Sambungan
sudut

etn = 0,67

yang memikul gaya-gaya

yang ditimbulkan

oleh beban yang membentuk

a terhadap permukaan kayu harus direncanakan sedemikian sehingga dipenuhi:

(12.4-12)

di mana a adalah sudut yang dibentuk oleh beban dan permukaan kayu, dalam derajat
(0 < a < 90); Zu adalah gaya perlu pada sambungan; ). adalah faktor waktu
sebagaimana ditentukan pada label

6.3-2; t/Jr

0,65 adalah faktor reduksi tahanan untuk

sambungan: Z' adalah tahanan lateral terkoreksi; dan Zw' adalah tahanan cabut
terkoreksi.

12.5

Baut, sekrup kunci, pen, dan pasak

12.5.1 Umum
12.5.1.1

Ruang lingkup

Ketentuan berikut ini berlaku untuk

perencanaan

sambungan

menggunakan

alat

pengencang dari jenis pasak baja terrnasuk baut, sekrup kunci, pen, dan pasak
berdiameter 6.3 rnm ~ 0 <25 mm.

12.5.1.2
Ukuran
pengencang

dan

sifat

..s.ifat

alat

Alat pengencang harus memenuhi persyaratan sesuai dengan tata cara yang berlaku.
Diameter baut, sekrup kunci, dan pen, D, adafah diameter nominal.
79 dari 113

BAHAN KONSENSUS

12.5.2

Pemasangan alat pengencang

12.5.2.1 Lubang penuntun


Ketentuan mengenai lubang penuntun berikut ini bertaku untuk baut, sekrup kunci, pen,
atau pasak yang dipasang pada material kayu atau material yang berbahan dasar kayu.
Lubang penuntun

harus dibuat tegak

kecuafi bifa suatu sudut kemiringan

lurus temadap permukaan


lubang

penuntun

memang

komponen

struktur,

diperhitungkan

pada

proses perencanaan.
Lubang penuntun harus dibuat dengan seksama.

Untuk baut, tubang penuntun

tidak

boleh lebih besar daripada 0+0,8 mm bila 0<12,7 mm, dan 0+1,6 mm bila D>12,7 mm.
lubang penuntun untuk pen harus dibuat antara 0 hingga (0-0,8 mrn), di mana 0 adatah
diameter pen.
Lubang penuntun untuk sekrup kunci harus dibor dengan cara sebagai berikut:
(a)

Lubang untuk daerah tak beruur harus

memiliki

diameter

yang sarna dengan

diameter batang tak-berulir dan kedalaman yang sarna dengan daerah tak-berulir.
(b)

Lubang penuntun untuk daerah berulir harus memHiki panjar.g minimum sepanjang

batang berulir dan sekrup kunci dan berdiameter sarna dengan fraksi diameter batang
berulir berikut ini:
G>O,60

O,50<G<O,60
G$O,50

= (0,65) D hingga
= (0,60) 0 hingga
= (0,40) D hingga

(0,85)

(0,75) D
(0,70)

di mana G adalah berat jents kayu dan 0 adalah diameter batang berulir dari sekrup
kunci.
Fraksi yang lebih besar ditiap selanq digunakan

untuk sekrup kunci dengan diameter

yang lebih besar.


Jika diperlukan untuk memudahkan

penetrasi sekrup dan mencegah kerusakan sekrup

kunci, dapat dioleskan sabun atau pelumas berbahan

dasar minyak bumi pada sekrup

kunci atau pada lubang penuntun.

12.5.2.2

Ring

Bila baut atau kepala sekrup kunci atau mur menumpu pada material kayu atau material
yang berasal dari kayu, maka harus dipasang ring standar, peiat baja, atau jenis ring baja
lainnya diantara material kayu tersebut dan kepaia baut atau kepala sekrup kunci atau

80 dari 113

BAHAN KONSENSUS

mur. Diameter luar minimum ring harus 2,5 kat; diameter batang baut atau sekrup kuncj.
Ketebalan minimum ring adalah 3,2 mm.

12.5.3

Spasi alat pengencang

Untuk baut, sekrup kunci, pasak, dan pen, jarak tepi baut yang dipertukan, jarak ujun9,
dan spasi alat pengencang

yang dipertukan untuk mengembangkan

tahanan acuan harus

sesuai dengan nilai minimum pada Tabel 12.5-1. Lihat Butir 12.5.4.2 untuk faktor koreksi
jarak ujung dan spas; dalam bans alat pengencang.
Spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang terluar dalam suatu sambungan
tidak boleh lebih besar daripada 127 mm kecuali bila ada ketentuan mengenai perubahan
dimensi kayu.
TabeI12.5-1

Jarak tepi, jarak ujung, dan persyaratan spasi untuk sambungan


dengan baut, sekrup kunci, pen, dan pasak

8eban Sej ajar Arah Serat

Ketentuan

Oimensi

Minimum
1
I

Jarak T epi (bopt)


Irrl05,6 (lihat Catatan 1)

',",0>6
Jarak Ujung (aopt): '.
Komponen Took
Komponen Tekan
Spasi (sopt)
Spas; daJam bans alat pengencang
Jarak antar baris slat pengencang
Seban T egakfurus Arah S6rat
Jarak Tepi (bopt)

Tepi yang dibebani


Tepi yang tidak dibebani

I
1,5D
yang terbesar dari 1,50 atau
pengencang tegak lurus serat

1/2 jarak

antar

bans

alat

II

I
I

7D
4D
4D
1,50<127 mm (Iihat Catatan 2 dan 3)
t<etentuan Uimensi Minimum

40

1,5D

Jarak Ujung (aopt)

4D

Spasi (sopt)
Spasi dala:--.' baris alat pengencang
Jarak antar baris alat pengencang:

Lihat Catatan 3

IdD s2

2,50 (tihat Gatatan 3)

2<lnJD<6
Inllk:6

(5'm+'OOYS <"hat Catatan 3)


5D (I;hat catatan 3)

Catatan:
1. 1m adalah panjang pasak pada komponen utama pada suatu sambungan atau panjang total
pasak pada komponen sekunder pada suatu sambungan.
2. Oiper1ukan spasi yang lebih besar untuk sambungan yang menggunakan ring.
3. Untuk alat pengencang sejenis pasak. spasi tegak lurus arah serat antar alat-alat pengencang
tertuar pada suatu sambungan tidak boleh melebihi 127 mm, kecuali bila digunakan pelat
penyambung khusus atau bila ada ketentuan mengenai perubahan dimensi kayu.

81 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Untuk alat pengencang yang dipasang secara berselang-seling

dan dibebani dalam arah

serat, tidak ada ketentuan spasi minimum dalam baris alat pengencang.

Namun demikian,

untuk baris berikutnya yang berjarak kurang daripada 4D, bertaku ketentuan luas neto
pada 8utir 12.3.3.
Untuk alat pengencang yang dipasang secara berselang-seling
serat, bila spasi dalam baris atat pengencang

dan dibebani dalam arah

pada baris berikutnya

sarna dengan atau

lebih besar daripada 40, maka tidak ada ketentuan mengenai jarak minimum antar bans
alat pengencang.
daripada

40,

Bila spasi dalam bans alat pengencang

maka

berlaku

ketentuan

mengenai

pada bans berikutnya kurang

jarak

minimum

antar

baris

alat

pengencang seperti tertera dalam TabeI12.S-1.

12..5.4
lateral

Tahanan

12.5.4.1
Tahanan

Tahanan lateral acuan


lateral acuan pada bagian ini ber!aku untuk sambungan

dengan

komponen

utama yang terbuat dan kayu, baja, beton, atau pasangan batu dan komponen sekunder
I

yang terdiri dan sat~ atau dua komponen kayu atau komponen dengan pelat baja sisi,
Tahanan

lateral acuan sambungan

persamaan

ditentukan

dengan

mengambil

pada Tabel 12.5-2(a} atau Tabel 12.5-2(b)

nilai minimum

dari

(untuk pasak atau baut) , atau

Tabel 12.5-2(c) (untuk sekrup kunci) , dikalikan jumlah alat pengencang pada sambungan
tersebut,

n,.

Kuat tumpu pasak,

Fe, untuk komponen utama yang terbuat dan beton atau pasangan

batu diambil sarna dengan kuat tumpu pasak untuk komponen sekunder yang terbuat dari
kayu; tebal efektif komponen utama dan beton atau pasangan batu harus lebih besar
....

daripada dua kali tebal komponen

sekunder kayu. Pengangkuran

kedalam komponen

utama dari beton atau pasangan batu harus direncanakan sesuai dengan metode baku.
Untuk sambungan dengan petat baja sisi, persamaan
12.5-2(a),

(b), atau (c) tidak berlaku.

utama terbuat dari baja, persamaan

untuk moda leleh Is pada Tabel

Untuk sambungan

dua irisan dengan komponen

untuk modus leleh 1m pada Tabel 12.S-2(b) tidak

bertaku. Perencanaan komponen utama dari baja dan kuat tumpu alat pengencang harus
dilakukan sesuai dengan metode baku.
Tahanan

tumpu pasak pada komponen

kayu yang memikuf

terhadap arah serat kayu, ditentukan sesuai dengan Butir 12.2.3.


82 dari 113

gaya dengan

sudut ()

BAHAN KONSENSUS

TabeI12.S-2 (a) Tahanan lateral acuan untuk baut atau pasak (Z) untuk satu alat
pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen
Moda
Kelelehan

Persamaan

yang berlaku
(12.5-1 )
( 12.5-2)
( 12.5-3)

II

111m

( 12.5-4)

Z ::::1:.04k 2/)1 III


l'~'111
Ills

( 12.5-5)

(1 + 2Re )KO

IV

Catatan:

(12.5-6)

R: = tmAs .

Re = FerrlFes. K; = 1 + 0,25(190)

83 dari 113

BAHAN KONSENSUS

TabeI12.5-2 (b) Tahanan lateral acuan untuk baut atau pasak (Z) untuk satu alat
pengencang dengan dua irisan yang menyambung tiga komponen
Moda
Kelelehan

Persamaan yang berlaku

Z = 0.831)1 n/~~m

( 12.5-7)

Ko
(12.5-8)

Z = 1.66L)!.~F~s

Ko
Z = 2.08k31)t5J-~m

UI~

(12.5-9)

+ n, )K(l

(2

dengan: k~ =(-l)~

.
R~
i

i2(1+R,,)

\:

2Fvb(2+I~e)D

+-.;;_- ----.

"

:<lenrl5 2

J
(
;...r.

IV
Catatan:

;,,~ -.

-,

~.,

...0, 8D'"

K(J J)

'

'

'. :1'

I~
_,

~11

- \,L
..

(12.5-10)

(1

;\1,(1 ---/?e )
-

Re = FerriFes

KI;I = 1 + O,25(6f90~)

Tabel 12.5..2 (e) Tahanan lateral acuan untuk sekrup kunci (Z) untuk satu alat
pengencang dengan satu irisan yang menyambung dua komponen

Moda
Kelelehan

Persamaan yang bertaku


(12.5-11)

(12.5-12)

IV

Catatan:

Re

(12.5-13)

= FerriFes

K,j = 1 + O,2S(tK90C)

84 dari 113

BAHAN KONSENSUS

12.5.4.2

Tahanan lateral terkoreksi

Tahanan lateral terkoreksi, Z', dihitung dengan mengalikan

tahanan lateral acuan dengan

faktor-faktor

itu, hal-hal

koreksi pada Butir 7.6 dan 12.1.3. Selain

berikut

ini harus

dipenuhi.
Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktor geometri, CA, di mana C,

Geometri:

adalah nital terkecil dan faktor-faktor geometri yang dipersyaratkan

untuk jarak ujung atau

spasi dalam baris alat pengencang.


Jarak ujung: Bila jarak ujung yang diukur dari pusat alat penqencanq,
sarna dengan a~tpada TabeI12.5-1, maka

Bila a0p/2 < a <aopt maka CA

Bila 3~

Sept

s < soplma._ ka CA

1,0.

= a/aopt

Spasi dalam baris alat pengencang:


besar atau sarna dengan

eLi =

a, tebih besar atau

(12.4-14)

BHa spasi dalam baris alat pengencang,

5,

lebin

pada Tabel 12.5-1, maka CA = 1,0.

(12.4-15)

slsopt
Kedalaman

Penetrasi: Kedalaman penetrasi aktual dari batang sekrup kunci kedalam

komponen pemegang dikurangi bag ian ujung sekrup kunci, harus lebih besar atau sarna
dengan 4D. Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan fartor kedalaman penetrasi,

Cd, berikut ini.


Untuk 4D

s p < 8D

(12.4-16)

Untukp>8D
Serat ujung:

Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan fak'tor serat ujun9. Ceg =

0,67, untuk sekrup kunci yang dipasang pada serat ujung kayu.

12.5.5
12.5.5.1

Tahanan tarik aksial


Umum

Tahanan acuan dan sambungan yang menggunakan sekrup


memikul beban dalam arah sejajar dengan sumbu alat pengencang

85 dari 113

kunci atau baut yang


harus diambil sebagai

BAHAN KONSENSUS

nilai minimum dan (a) tahanan tarik alat pengencang, (b) tahanan cabut alat pengencang,
atau (c) tahanan tumpu ring atau jepitan ujung sejenis.

12.5.5.2 'Tahanan tarik alat pengencang


Tahanan tarik atat pengencang

pasak dan sejenisnya ditentukan

menggunakan

metode

baku, berdasarkan kuat leleh pada penampang intinya. Faktor waktu, A, diambil 1,0 pada
perhitungan ini.

12.5.5.3
Kedafaman

Tahanan cabut acuan


penetrasi efektif dari bagian yang berulir pada sekrup kunci, PI adalah

kedalaman penetrasi aktual dari batang sekrup kunci ke dalam komponen pemegang
dikurangi panjang bagian ujung sekrup kunci. Nilai minimum dari p adalah 25 mm atau
setengah panjang bagian yang berulir.
Tahanan cabut acuan sekrup kunci yang ditanam tegak lurus arah serat tepi adalah:
Zw

= 92,6 [jJ.75 G

,5

p n,

(12.4-17)

di mana Zw dinyatakan dalam Newton (N), D adalah diameter batang sekrup kunci (rnrn),

G adalah berat jenis kayu, p adalah kedalaman .penetrasi efektif pada bag ian yang berulir
dari sekrup kunci (mm), dan

12.5.5.4

n, adalah

jumlah alat pengencang.

Tahanan cabut terkoreksi

Tahanan cabut terkoreksi. Zw

ll
,

dihitung dengan mengalikan tahanan cabut acuan dengan

faktor-faktor koreksi pada Boor 7.6 dan 12.1.3. Selain itu, hat berikut harus dipenuhi:

Serat ujung: Tahanan acuan harus dikalikan faktor serat ujung, Csg

= 0,75,

untuk sekrup

kunci yang ditanam pada serat ujung.

12.5.5.5

Tahanan tumpu pada ring

Tahanan tumpu pada ring atau pelat ditetapkan sesuai dengan ketentuan pada Butir 9.5.

86 dari 113

BAHAN KONSENSUS

12.5.6

Kombinasi a
.

12.5.7

ksial dan lateral

Tahanan

a terhadap

terkoreksi dan sekrup kunci yang memikul beban dengan sudut

permukaan kayu dihitung sebagai berikut:


I

Z4I'

, ,

Z Zw
'
2
2
Z sill a + cos a
'
Zw

(12.5-18)

di mana a adalah sudut antara gans kerja beban dan permukaan

kayu, dalam derajat

(00<(1<90), Z1 adalah tahanan lateral terkoreksi, dan Zw' adalah tahanan cabut terkoreksi.

12.6

Pelat geser dan cincin belah

12.6.1

Umum

12.6.1.1 Ruang Lingkup


Ketentuan berikut- ini berlaku untuk perencanaan sambungan
baja

menggunakan

disambungkan

pelat

dengan

geser

atau

cincin

befah

kayu-ke-kayu

yang

baut atau sekrup kunci dan memikul

lainnya yang tidak berada dalam bidang geser akan menyebabkan

atau kayu-ke-

komponen
gaya geser.

terdekatnya
Gaya-gaya

reduksi tahanan lateral

secara sangat signifikan sehingga harus dihindarkan.


Untuk sambungan

yang meliputi beberapa jenis kayu, tahanan

acuan harus dihitung

berdasarkan jenis kayu yang terlemah.

12.6.1.2

Unit penyambung

Untuk tujuan perhitungan tahanan lateral acuan, satu unit penyambung

harus terdiri dari

salah satu di antara yang berikut:


(a) satu cincin belah dengan baut atau sekrup kunci dalam satu irisan,
(b) dua pelat geser yang disusun secara berimpit dalam permukaan
kayu-ke-kayu

kontak sambungan

dengan baut atau sekrup-sekrup kunci dalam satu irtsan, atau

(c) satu pelat geser dengan baut atau sekrup kunci dalam satu irisan dengan pelat baja
sisi dalam sambungan kayu-ke-baja.

87 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Setiap baut harus disertai mur dan ring seperti ditentukan

dalarn Butir 12.5.2.2. Bila

digunakan pelat baja atau petat strip dengan tebal minimum 3,2 mm pada sisi sebelah
luar maka tidak harus digunakan ring, kecuali jika dimaksudkan

untuk memperpanjang

baut atau sekrup kunci agar pelat baja tersebut tidak secara langsung menumpu pada
bagian ulir dan baut atau sekrup kunci yang digunakan bersamaan dengan pel at geser.

12.6.1.3

Sifat penyambung

Penyambung
Tahanan

harus

meinenuhi

acuan yang diberikan

menggunakan

dan pemasangannya
persyaratan

sesuai

dengan

tata cara yang bertaku.

pada Butir 12.6 hanya berfaku bagi sambungan

yang

cincin belah atau pelat geser yang memenuhi syarat pada material kayu

atau material berbahan dasar kayu yang dicoak. Coakan harus dipotong dengan baik
hingga

lebar yang sesuai dengan

spesifikasi

penyambung,

dan penyambung

harus

ditempatkan sehingga menghasilkan tahanan tumpu maksimum dalam komponen struktur


disekitarnya.

12.6.2

Jarak antar penyambung

Jarak-jarak antara, yaitu Aopt, Bopt, dan

Sopt

(optimum), jarak ujung;

aopt

dan jarak tepi bopt

".

yang diper1ukan untuk mengembangkan

tahanan acuan harus sesuai dengan Tabel 12.6-

1, 12.6-2 dan 12.6-3. Lihat Butir 12.6.3 mengenai faktor koreksi untuk jarak ujung dan
jarak tepi, dan untuk jarak antara yang lebih kedl dari jarak antara optimum.
Bita ujung komponen struktur tidak dipotong tegak Iurus terhadap panjangnya, jarak ujung
yang didefinisikan

pada Sutir 12.3.6.2 tidak boleh lebih kecil dan jarak ujung yang

diperluk:3n untuk komponen struktur yang dipotong menyiku. Jarak tegak Iurus dan pusat
penyambung ke sisi potongan miring dan suatu komponen struktur tidak boleh lebih kecil

dan ~rak tepi yang diperiukan.

12.6.3
12.6.3.1

Tahanan terhadap gaya lateral


Tahanan lateral acuan pada serat sis;. Tahanan lateral acuan penyambung

cincin belah atau sambungan petat geser yang ditanam pada serat sisi komponen struktur

yang dibebani sejajar serat,

Zil,

atau tegak lurus serat,

Z.11 sama dengan tahanan lateral

acuan penyambung. tunggal dikalikan dengan jumlah penyambung.

12.6.3.2

Tahanan lateral terkoreksi pada serat sisi. Tahanan lateral terkoreksi sejajar

serat, Z/, atau tegak lurus serat. Z-,-', dihitung dengan cara mengalikan tahanan acuan

88 dan 113

BAHAN KONSENSUS

dengan faktor-faktor koreksi yang ditetapkan pada Butir 7.6 dan 12.1.3. Setain itu, hal-hal
berikut harus dipenuhi:
Pelat baja sisi. BHa pelat baja sisi digunakan pada sambungan yang memiliki petat geser
berukuran

102 mm dan memikul gaya yang sejajar dengan

lateral acuan boleh dikalikan dengan faktor pelat baja sisi,


Kedalaman

arah serat maka tahanan

Cst.

Jika digunakan sekrup kunci dengan cincin belah atau pelat

penetrasi.

geser, maka penetrasi aktual dari uJir dan batang sekrup

kunci kedalam komponen

perneqanq, dikurangi panjang ujung sekrup kunci, harus memenuhi p > 4D. BHa p ~ 80
maka Cd

= 1,0- Jika 4D < P < 80. maka tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan

faktor kedalaman penetrasi sebesar


Geometri.

Cd = p18D.

Tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan faktar geametri

adalah nilai yang terkecil dan faktor-faktor

geametri

spasi. Nilai terkecil dari C.;1untuk penyambung

CJ1 di mana C_J

untuk jarak tepi, jarak ujung, dan

cincin belah atau pelat geser dalam

kelompok alat penyambung ber1aku untuk semua penyambung

cincin belah atau pefat

geser datam kelornpok tersebut.

Jarak tepi.

label

mengembangkan

12.6-1

memberikan

jarak

tepi,

bopt,

yang

diperfukan

nilai tahanan lateral acuan, dan nilai jarak tepi minimum.

untuk

brrin, yang

diizinkan untuk mendapatkan tahanan tereduksi untuk cincin belah atau pelat geser yang
dipasang pada serat sisi komponen struktur yang dibebani sejajar atau tegak lurus serat.
Untuk sambungan

yang dibebani antara 45 dan 90 terhadap

bopt untuk beban tegaklurus serat. Untuk sudut pembebanan

arah sarat, maka berlaku


0< 0<450

terhadap serat,

maka jarak tepi terbebani yang diperfukan untuk tahanan acuan adalah,

(12.6-2)

Jika jarak tepi terbebani adalah

blTinJ. < b

<

bopt.Lt

maka tahanan lateral acuan sambungan

tegak furus serat yang terkait dengan bopt harus dikalikan dengan:

("Ll = 0
""

17 (

b - bmi 11 _l_

:t

~ bopt

'I + 0 R

j_ -

bmin .1 )

(12.6-3)

~c _,

89 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Bila sebuan komponen

struktur memikul gaya yang membentuk

sudut yang besarnya

bukan 0 atau 90 terhadap serat maka tahanan acuan sambungan untuk arah sejajar dan
tegak lurus serat, Z;;dan Z fl harus dikalikan dengan C.,.

Jarak ujung. Jarak ujung, aopt, yang diperlukan untuk mengembangkan


dan jarak ujung minimum yang diizinkan,

Bmin,

untuk mengembangkan

tahanan acuan,
tahanan tereduksi

pada penyambung cincin belah atau pelat geser yang dibebani sejajar atau tegak lurus
serat diberikan pada Tabel 12.6-2. Bila garis kerja beban membuat

aopt dan

terhadap arah serat maka

a",;n

sudut 00<(J<90

ditetapkan sebagai berikut

(12.6-4)

(12.6-5)

TabeI12.6-1 Jarak tepi untuk sambungan dengan cincin belah dan pelat geser
Jarak tepi minimum untuk pembebananl, mm
Sejajar
Tegak lurus serat

serat

Tepi tanpa

beban
Pen yambung

Diameter
baut

(b",;'1;,

(O"'in1.

= hOI,,1)

Tepi dengan

Tepi

beban
(h"'in1.)

dengan
beban
(bopu)

h,~pr )

(n1111)

Pelat geser 67 rnm


J9
44
44
44
Pelat geser 100 rom
19 atau 22
70
70
70
Cincin belah 64 mm
13
44
44
44
Cincin belah 100 mm
19
10
70
70
1 bopt adalah jarak minimum yang dibutuhkan untuk mengembangkan tahanan acuan;
bmin adalah jarak minimum yang dipef1ukan untuk mengembangkan tahanan tereduksi

70
95
70
95
(lihat Butir

12.6.2).

Bila jarak ujung adalah

eLI

= 0,3751

a - mill

\, (f0Pl

amin

< a < aopt~ maka tahanan lateral acuan harus dikalikan dengan

amin .)

+ 0.625

(12.6-6)

90 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Bila ujung komponen struktur tidak dipotong menyiku, jarak ujung harus diambil sebagai
jarak minimum dan sebarang titik pada paruh tengah diameter penyambung yang
digambarkan tegak Iurus ke sumbu komponen struktur, ke titik terdekat pada ujung
komponen struktur diukur sejajar sumbu komponen struktur (lihat Gambar 12.6-1).

Spasi. Spas; sejajar serat, Aopt, dan spasi tegak lurus serat, Bopt, yang diper1ukan untuk

mengembangkan tahanan acuan dibenkan

pada Taber 12.6-3 untuk sudut tertentu

dan

garis kerja beban terhadap arah serat, 0 (Gambar 12.6-2). Untuk sudut-sudut lainnya

diantara yang diberikan pada Tabel 12.6-3 nilai Aoptdan Bopt ditentukan dengan interpofasi
linier. Spasi minimum yang diizinkan, Amin dan Bmin, masing-masing sarna dengan AoptI2
dan Bop,!2 .

A --jarak ujung
/) - diarn ..1.....,... alat samhung

Gambar 12.6-1

Jarak ujung pada komponen struktur yang dipotong miring .

......

Gambar 12.6-2 a adalah sudut sumbu penyambung terhadap serat, dan 0 adalah
sudut garis kerja beban terhadap serat.
Bila gans yang menghubungkan pusat penyambung yang berdekatan membentuk

sudut

OO<a< 90 terhadap arah serat (Gambar 12.6-1). maka spasi yang diperlukan untuk
tahanan acuan adalah,

91 dad 113

BAHAN KONSENSUS

s opt -

AoptBopt

-;1:"2:====2====2===
=2=
vAopt sin a + Bopt cos

di mana

Sopt

(12.6-7)

adalah spasi yang diper1ukan sepanjang sumbu alat penyambung,

a adalah

sudut antar sumbu penyambung terhadap arah serat (derajat), dan Aopt serta Bopl adalah
parameter yang diambil dari Tabel 12.6-3.
Spasi minimum yang diizinkan, SmJn, pada sambungan dengan
diantara penyambung cincin geser atau petat geser adalah

a adalah s0pt!2. Jika spasi

Smin < S

< sopt, maka tahanan

lateral acuan harus dikalikan dengan,

0 s(

CL1 = '

s-sluin
Sopt -smin

)+05

(12.6-8)

Zo', suatu sambungan dengan pelat geser atau cincin belah

Tahanan lateral terkoreksi,

yang dibebani dengan sudut Oterhadap arah serat adalah,

TabeI12.6-2

Jarak ujung untuk sambungan dengan cincin belah dan pelat geser

Diameter cincin

Diameter pelat

belah (mm)

geser (mm)

.Jarak ujung

Tarik

Tekan

(nlm)

(mm)

Garis kerja beban sejajar arah serat


64
64

67

100

100

100

100

67

133

100

aminll

70

64

Oopt/i

178

a",;n/l

89

aOplil

140
83

Garis kerja beban tegak lurus arah serat

64

67

64
100
100

67
100
100

Qopl.1

amin.!
aopt..l
Qmin.1

140

140

70
178
89

70
178
89

adaiah jarak minimum yang diperlukan untuk mengembangkan tahanan acuan


Bmin adatah jarak minimum yang diizinkan untuk mengembangkan tahanan tereduksi (lihat Butir 12.6.2).
Bopt

92 dari 113

BAHAN KONSt.NSUS

label
Jenis dan ukuran
penyan\bung
C incin belah 64 mm
atau pelat geser 67 mm

Cincin belah 100 mm

atau pelat geser 100 mrn

12.6-3 Spasi penyambung

Sudut garis kerja


beban terhadap serat
0
15
30
4:'
60-90

AOplt

0
15
30
45
60-90

.,

JJ",,; (mm)

(mm)

170
150
130

89
95
98

108

105

89

108

219
103

127
I . . .,

178
152

140

).

146
152

127

Aopt 2dalah spasi minimum yang diperlukan untuk mengemb<:ngkan

tahanan acuan;
Amin
Aopt f2 adalah spasi minimum yang ciizinkan untuk mengembangkan
tahanan tereduksi (Iihat Butir
12.6.2).
Bopt adalah spas; minimum yang dipcdukan untuk mengembangkan tahanan acuan;
Bmin = Bopt 12 adalah spasi minimum yang diizinkan untuk mengembangkan tahanan tereduksi (Iihat Butir
12.6.2),

(12.6-9)

di mana Z::" Z.1.' adalah tahanan terkoreksi sambungan untuk beban sejajar dan tegak
lurus arah serat, dan B adalah sudut yang dibentuk garis kerja gaya terhadap arah serat
(derajat).
12.6.3.3

Tahanan acuan pada serat ujung. Pelat geser atau cinein belah yang ditanam

pada serat ujung dari suatu komponen struktur harus direncanakan


metode baku.

93 dari 113

sesuai dengan

BAHAN KONSENSUS

13

Panel struktural

13.1

Ruang lingkup

Ketentuan

13.2

dalam butir jni berlaku untuk kayu lapis, papan berserat,

dan panel komposit.

Syarat-syarat perencanaan

Syarat-syarat

perencanaan

yang ditetapkan

tetap bertaku untuk panel-panel

struktural,

pada butir-butir

yang lain dafam tata cara ini

kecuaH bila ditentukan

lain pada butir ini.

13.2.1 Kondisi acuan


Kond!si

acuan

beberapa
a)

yang ditetapkan

pengecuafian

Nilai tahanan

struktural
yang

untuk

panel

acuan bertaku pada kondisi temperatur

tidak diperkenankan

sang at pendek.

Untuk

berada pada temperatur


kondisi

temperatur

< 38C secara menerus.

yang

dan nHai tahanan

menerus

antara

dan 93C

lebar >

faktor koreksi lebar,

pada Butir 7.6.4.

Spesifikasi panel struktural

ekspose,

bentang,

ketebalan

nominal,

tingkat

dan kelasnya.

Tahanan acuan

13.3.1

Kekakuan dan tahanan acuan terkoreksi

Kekakuan

dan tahanan

panel-panel
bahan

38C

berlaku untuk panel dengan

acuan

Spesifikasi panel struktural harus meliputi ketentuan

13.3

Panel

93C kecuali untuk waktu

di atas

600 mm. Untuk panel dengan lebar yang lebih kecil harus dipenuhi

13.2.2

dengan

faktor koreksi temperatur;

Kekuatan, kekakuan,

CW1 yang ditetapkan

struktural

sebagai berikut:

maka harus diberlakukan


b)

pada Bunr 7.5 berlaku

struktural.

yang

difakukan

acuan

terkoreksi

Nilai kekakuan

digunakan

dan

sifat

panel

harus

dan tahanan

penampang,

digunakan

acuan,

ditentukan

yang

dafam

perencanaan

menunjukkan

melalui

percobaan

produk
yang

sesuai dengan tata cara yang berlaku.

Karena sifat ortotropik

panel maka nital tahanan acuan harus diberikan

kuat dan arah sumbu lemah dalarn bentuk tabulasi.

Nilai tabulasi

untuk arah sumbu


yang

sesuai

harus

digunakan
bekerja

untuk masing-masing

membentuk

arah pad a perencanaan

sudut terhadap

panel struktural,

arah utama panei maka tahanan

94 dari 113

BHa gaya yang

panel pada sudut

BAHAN KONSENSUS

tersebut harus dihitung dengan prinsip-prinsip

mekanika rekayasa dengan menggunakan

nilai tabulasi untuk kedua arah utama.

13.3.2 Kuat acuan dan sifat elastisitas


Bila dipenukan, kuat acuan dan parameter

elastisitas pada semua arah harus dihitung

dari tahanan acuan terfaktor dan kekakuan berdasarkan nilai labulasi.

13.4
13.4. 1

Sifat penampang rencana


Ketebalan rencana

Ketebalan nominal harus digunakan dalam perhitungan

perencanaan.

Hubungan antara

ketentuan bentang dan ketebalan nominal dapat diberikan sesuai dengan perhitungan
kapasitas rencana penampang.

13.4.2

Sifat penampang rencana

Sitat penampang rencana harus dihitung berdasarkan ketentuan bentang atau ketebalan
rencana dan dinyatakan berdasarkan per meter lebar panel.

13.5
13.5.1

Perencanaan
Prosedur yang berlaku

Prosedur perencanaan

yang diberikan

pada tata cara ini bertaku untuk perencanaan

panel-panel struktural kacuali bita ada catatan khusus dalam butir ini.

13.5.2

Lentur dalam arah lebar

Kapasitas lentur panel-panel

struktural harus diperiksa temadap tahanan lentur, tahanan

geser, dan batasan lendutan. Tahanan geser pada bidang panel harus-diqunakan

dalam

memeriksa keadaan batas geser untuk panel yang tertentur dalam arah lebar. Persamaan
balok yang sesuai harus digunakan

dengan

ukuran bentang rencana

berikut ini untuk masing-masing kondisi batas:


a)

Momen lentur -

jarak antar sumbu tumpuen,

b)

Geser -- bentang bersih,

c)

Lendutan -

bentang bersih ditambah setengah tebal nominal panel.

95 dad 113

yang ditentukan

BAHAN KONSENSUS

13.5.3

Tarik pada bidang panel

Ketentuan

pada Butir 8 bertaku untuk perencanaan

dengan ketentuan tambahan

tarik aksial pada panel struktural

sebagai berikut. Bila panel struktural dibebani tarik aksial

maka arah dari sumbu kuat utama panel terhadap arah garis kerja beban harus ditinjau
dalam menentukan tahanan tarik panel struktural.

13.5.4

Tekan pada bidang panel

Ketentuan pada Butir 9 ber1aku untuk perencanaan

tekan aksial pada panel struktural

dengan ketentuan tambahan sebagai berikut:


a)

BHa panel struktural dibebani tekan aksial maka tahanan tekan panel harus dihitung

dengan meninjau arah dari sumbu kuat utama panel terhadap arah garis kerja beban;
b)

Panel struktural harus direncanakan untuk mencegah gejala tekuk.

13.5.5

Geser pada bidang panel

Geser pada bidang panel harus digunakan sebagai tahanan qeser rencana bHa gaya
yang bekerja berarah sejajdr dengan bidang panel struktural.

96 dari 113

BAHAN KCJNSENSUS

14

Dinding geser dan diafragma

14.1

Umum

14.1.1

Ruang lingkup

Ketentuan perencanaan

pada butir ini ber1aku untuk panel struktural, dinding geser dari

papan berpenutup (diafragma vertikal), dan diafragma horizontal yang berfungsi sebagai
bagian dan sistem pemikul beban lateral.

14.2

Perencanaan dinding geser dan diafragma

Dinding geser dan diafragma direncanakan sedemikian sehingga:

o, <

).

z D1

(14.2-1)

dengan Du adalah gaya per satuan panjanq yang bekerja pada diafragma akibat bebanbeban tertaktor,

2 == 1,0 untuk beban-beban

lateral (Iihat Tabel 6.3-2), </Jz = 0,65 adalah

faktor tahanan dinding geser, 0' adalah tahanan terkoreksi per satuan panjang dinding
geser atau diafragma.
Tahanan terkoreksi ditentukan menggunakan

faktor-faktor koreksi yang sesuai dan telah

dikaji pada Butir 7_6 dan pada butir ini.

14.2.1 Prinsip perencanaan


Oinding

geser

dan

diafragma

direncanakan

berdasarkan

analogi

balok

atau

menggunakan analisis struktur yang tetah baku. Perencanaan harus meliputi peninjauan
terhadap penutop, rangka, alat pengencang,

metode penyambungan,

elemen batas dan

sambungannya. penyokong, dan semua sambungan yang diperlukan.


Ketentuan mengenai gaya-gaya

yang disalurkan

dalam tata cara ini harus sesuai dengan ketentuan


14.2.1.1

Dinding

geser dan diafragma

ke sistem tumpuan yang tidak diatur

tata cara bangunan yang bertaku,

berserta

bagian-bagiannya

harus

dianalisis

sebagai balok tinggi yang tipis dengan penutupnya berfungsi sebagai pemikul geser pada
bidang penutup (seperti pelat badan pada balok) dan elemen batasnya berfungsi sebagai
pemikul gaya-gaya aksial (seperti pelat sayap pada balok). Elemen batas harus diadakan
di sekeliling dinding geser atau diCifragma, pada bukaan dalam, semua bagian yang tak
kontinu, dan pada sudut-sudutnya,

kecuali dapat ditunjukkan dalam analisis bahwa hal

tersebut tidak diper1ukan. Perencanaan

harus dilakukan sedemikian sehingga gaya-gaya

yang bekerja pada elemen batas pada bukaan-dalam

dan pada bagian tak kontinu dapat

terdisipasi ke bagian badan dan dinding geser atau diafragma.

97 dari 113

BAHAN KONSENSUS

. 14.3

Tahanan pertu

Tahanan

periu

dinding

geser

atau

diafragma

ditentukan

oJeh beban-beban

lateral

terfaktor. Beban-beban lateral yang ditinjau meliputi beban arigin dan be ban gempa yang
bekeria pada kedua sumbu utama bangunan yang saling tegak lurus dan diater lebih jauh
pada tata cara bangunan lainnya yang berlaku.

14.4

Tahanan acuan

14.4.1

Tahanan geser dalam bidang

Tahanan geser acuan dalam bidang, 0, ditentukan


disahkan atau menggunakan

menggunakan

nitai tabel yang telah

prinsip mekanika rekayasa yang telah baku. Bila tahanan

geser ditentukan menggunakan prinsip mekanika rekayasa maka tahanan panel strukturat
berpenutup harus ditinjau sesuai dengan ketentuan pad a Butir 13 tata cara ini.
14.4.1. 1

Tahanan geser terkoreksi dalam bidang: Tahanan

geser terkoreksi

dalam

bidang, D', dihitung sesuai dengan Butir 7.6, Butir 12.1.3, dan Butir 12.4.3.3. Sebagai
tambahan dari faktor-faktor koreksi yang disebutkan terdahulu, berlaku hal berikut ini:

Faktor Dlafraqma:
diafragma

14.4.2

Cdt

Tahanan diafragma

= 1,1"1Jntuk diafragma

yang dihitung

harus dikalikan dengan

faktor

yang dipaku sesuai dengan ketentuan butir in;'

Tahanan elemen batas

Tahanan acuan elemen batas pada dinding geser dan diafragma termasuk penggantung,
t

dan penyokong beserta sambungannya, ditentukan sesuai dengan ketentuan pada Butir 6
sampai dengan Butir 13 dari

14.4.3

tata cara ini.

Penyaluran beban
diafragma

geser

pada elemen batas dinding geser

dan

Tahanan acuan alat pengencang pada elemen batas di sekeliling dan pada bukaan-dalam
dinding geser dan diafragma ditentukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku pada Butir
14.4.1 atau Butir 12.

14.5

Ketentuan lain-lain

Dinding geser dan diafragma juga harus diperiksa terhadap persyaratan keadaan batas
layan sesuai dengan ketentuan pada Butir 15.

98 dari 113

BAHAN KONSENSUS

15

Tinjauan kemampuanlayan

15.1

Ketentuan umum

Perencana harus melakukan

peninjauan

ternadap keadaan batas layan yang meliputi

antara lain lendutan jangka pendek, getaran. rangkak, perubahan dimensi, dan pengaruh
waktu lainnya. BHa ada keadaan batas layan lainnya yang tidak tercantum dalam bab ini

namun merupakan
dipemitungkan.

kriteria perencanaan

Kemampuan

maka

hal ini harus

layan harus diperiksa tanpa menggunakan

Lendutan akibat beban-beban


kerusakan

yang penting

juga

faktor beban.

harus dibatasi sedemikian sehingga tidak menimbulkan

pada elemen-elemen

struktural

atau non-struktural

yang terkait,

Keadaan

batas layan ditentukan oleh tata cara lain yang ber1aku.

15.2

Bahan dan kekakuan komponen struktur


elastisitas lentur

Modulus

yang

digunakan dalam menghitung

lendutan

struktur, rangka, dan komponen lainnya, diambil sebagai nila; rerata terkoreksi,

15.3

komponen

Ew'o

Batasan lendutan

Disamping akibat deformasi komponen


pada sambungan-sambungan.
bangunan

secara berlebihan,

struktur, lendutan dapat terjadi karena pergeseran

Untuk membatasi
sehingga

perubahan-perubahan

pergeseran

masing-masing

bentuk struktur

komponen

struktur

te~adi sekecil mungkin.

Lendutan struktur bangunan akibat berat sendiri dan muatan tetap dibatasi sebagai
. berikut:

...

.., Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang teriindung, lendutan naksimum,

f max ~

113001.
.. Untuk balok-balok pada struktur bangunan yang tidak teriindung, lendutan maksimum
/ max < 1/400 I .

Untuk balok-balok pada konstruksi kuda-kuda, antara lain gording dan kasau, lendutan
maksmium, / max < 1(2.00 I .
Untuk struktur rangka batang yang tidak terlindung, lendutan maksimum,

Yang mana I adalah panjang bentang bersih ..

99 dari 113

/max

< 1flOO I

BAHAN KONSENSUS

Lampiran A
(Informatif)
Daftar notasi

1 kuat acuan
Ew

adalah modulus elastisitas lentur, MPa

Fb

adaJah kuat lentur, MPa

Fe

adalah kuat tekan sejajar serat

FcJ-

adalah kuat tekan tegak lurus serat

Ft

adalah kuat tank sejajar serat, MPa

Ft.l_

adalah kuat tank tegak

Fv

adalah kuat geser MPa

adalah berat jenis kayu

adalah kadar air, %

adalah kerapatan kayu dalam kondisi basah kglm'S

MPa
, MPa

serat, MPa

IUIUS

ketentuan umum
adalah beban mati yang diakibatkan

oleh berat konstruksi

permanent

termasuk

dinding, lantai, atap, plafon, partisi tetap, tangga, dan peralatan layan tetap

E adalah beban gempa, yang ditentukan menurut SNI 03-1726-1989, atau


penggantinya

L adalah beban hidup yang ditimbulkan oleh penggunaan gedung, tennasuk pengaruh
kejut, tetapi tidak termasuk beban iingkungan seperti angin, hujan, dan lain-lain

H adafah beban hujan, tidak termasuk yang diakibatka_n oleh genangan air

La

adalah beban hidup di atap yang ditimbulkan

selama

perawatan

oleh pekerja,

peralatan, dan material, atau selama penggunaan biasa oleh orang dan benda bergerak
Wadalah

beban angin

3 syarat-syarat perencanaan
Cc

adalah faidor kelengkungan

kayu laminasi struktural,

pengaruh kelengkungan ternadap tahanan lentur

Ces

adalah faktor penampang kritis untuk pancang kayu butat

100 dari 113

untuk memperhitungkan

BAHAN KONSENSUS

Cd!

adatah faktor diafragma, untuk memperhitungkan peningkatan tahanan paku-paku

yang digunakan pada struktur diafragma sesuai dengan Butir 12

Cd

adalah

faktor

penetrasi,

untuk

memperhitungkan

reduksi

penetrasi

alat

pengencang sesuai dengan Butir 10

Ceg

adalah faktar serat-ujung, untuk memperhitungkan

reduksi tahanan alat

pengencang yang dipasang pada serat-ujung sesuai dengan Butir 10

Cru

adaJah faktor penggunaan datar, untuk memperhitungkan

peningkatan tahanan

lentur komponen struktur kayu yang digunakan secara datar


(~g

adalah fakter aksi kelompok,

untuk memperhitungkan

pembebanan

yang tidak

merata dan bans alat pengencang majemuk sesuai dengan Butir 10


CG

adalah faktor mutu, untuk pane! dengan sifat fisik yang berbeda dari mutu acuan

yang digunakan untuk menetapkan

nilai tahanannya.

Faktor mutu ini juga berlaku untuk

panel dengan susunan lapisan yang nilai tahanannya tidak tereatat

CH

adalah faktor tegangan geser, untuk memperhitungkan

peningkatan tahanan geser

pada komponen struktur kayu dengan sedikit cacat kayu

Ci

adalah faktor-faktor koreksi

C1

adalah taktor interaksi tegangan, untuk memperhitungkan


..

peningkatan

tegangan

pada permukaan yang diiris miring dar! kayu laminasi struktural

CM

adalah faktor layan basah, untuk memperhitungkan

kadar air masa layan yang

lebih tinggi daripada 19% untuk kayu masif dan 160/0 untuk produk kayu yang dilem

Crt

adalah faktor tahan api, untuk memperhitungkan

terhadap

produk-produk

kayu

dan

sambungar..

pengaruh pet1akuan tahan api

NUai faktor

koreksi

ditetapkan

berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau standar yang bertaku

Ct

adalah faktor temperatur, untuk memperhitungkan

temperatur

layan lebih tinggi

daripada 38C secara berkelanjutan

Cpi

adalah faktor pengawetan

terhadap

produk-produk

kayu

kayu. untuk memperhitungkan


dan

sambungan.

Nilai

pengaruh

faktor

pengawetan

koreksi

ditetapkan

berdasarkan spesifikasi pemasok, ketentuan, atau standar yang bertaku


Cst

adalah faktor pelat baja sisi, untuk sambungan geser dengan pelat baja sisi

berukuran 100 mm sesuai dengan Butir 10

Ctn

adalah faktor paku-miring, untuk sambungan paku sesuai dengan Butir 10

Cr

adalah faktor kekakuan tekuk, untuk memperhitungkan

rangka batang kayu berpenutup


101 dari 113

peningkatan

kekakuan

BAHAN KONSENSUS

Cv

adalah faktor pengaruh volume kayu laminasi struktural yang dibebani tegak IUNS

sisi Iebar lapis, untuk memperhitungkan

pengaruh volume kamponen struktur terhadap

tahanan lentur
Cw

adalah faktar lebar, untuk memperhitungkan

peningkatan

tahanan

panel pada

komponen struktur dengan lebar yang kecil

Csp adalah faktor pancang tunggal untuk pancang kayu bulat


C;

adaiah faktor koreksi untuk pancang kayu bulat yang tidak diberi per1akuan khusus

eli

adalah faktor geometri, untuk memperhitungkan

geometri sambungan

yang tidak

Iazirn sesuai dengan 8utir 10


R'

adatah tahanan terkoreksi

adalah tahanan acuan

4 komponen struktur tarik

An

adalah Juas neto


,

F,
T

adalah kuat tank sejaiar serat terkoreksi


atia\an tat\a\\an ta(\K tect<..oreKs(

To

adaJah gaya tank akjbat beban-beban terfaktor "

)...

ada\at\ (a;,.(.Q'(HaKtu (hat Tabe( 4,3-2}

tPt

adalah faktor tahanan tanK seJajar serat

= tJ,"&lJ

5 komponen struktur tekan dan tumpu


2

adalah luas bruto, mm

An

adalah luas tumpu neto

d1

adalah

dimensi kolom tunggal pada arah sumbu bebas bahan pada kolom

\)~~?a$\

ck

adalah

dimensi kolom tunggal pada arah sumbu bah an pada kolom berspasi

Eos' adalah nilai modulus elastis lentur terkoreksi pada persentil ke lima, MPa

Fc * adalah kuat tekan terkoreksi sejajar serat (setelah dikalikan semua faktor koreksi
kecuali, Cp), N

Fg'
11

adalah kuat tumpu ujung terkoreksi


adalah

panjang total dalam bidang sumbu bebas bahan

102 dar; 113

BAHAN KONSENSUS

12

adalah

13

adalah

panjang total dalam bidang sumbu bahan


jarak yang terbesar dan pusat alat sambung pada klos tumpuan ke pusas

klos berikutnya

Ice

adalah

jarak dan pusat alat sambung pada klos tumpuan ke ujung kolom yang

terdekat
P'

adalah tahanan tekan terkoreksi.

adalah tahanan tekuk kritis (Euler) pada arah yang ditinjau, N

Pg:'

adalah tahanan tekan tumpu terkoreksi

Po' adalah tahanan tekan aksial terkoreksi sejajar serat pada kelangsingan kolom sarna
dengan nol, N

adalah gaya tekan akibat beban terfaktor

tPc

adalah faktor tahanan tekan

s adatah faktor tahanan

= 0,90
stabititas = 0,85

)..

adalah faktor waktu (linat TabeI4.3-2)

t/lc

adalah faktor tahanan tekan sejajar serat

komponen struktur lentur, momen dan geser


h

adalah lebar bafok

Cb

1,0 untuk kantilever tak-lerkekang

dan untuk balak atau segmen balok yang

tak-terkekang dengan mamen terbesar tidak ter1etak di ujung segmen tak-terkekang

CL

adalah faktar stabilitas balok, sarna def19an 1,0

adalah tinggi penampang balok (ukuran sisi yang lebih besar)

de

adafah tinggi penampang di tengah bentang, mm

de

adalah tinggi penampang di ujung bentang, mm

deb

adalah tinggi efektjf

dJRm adalah perbandingan antara tinggi penampang di tengah bentang terhadap


radius tengah-tinggi komponen struktur
D, E. F adalah faktor-faktor tak berdimensi yang diperoleh dan Tabel 8.6.2.2-3

Ew'

adalah modulus elastisitas lentur rerata terkoreksi, MPa

Ey05'

adalah nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu

lemah (y-y) pada nilai persentil kelima

Fb'

adalah kuat Jentur terkoreksi, MPa

103 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Fbx'

adalah kuat lentur terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x)

Fby'
F/

adalah kuat lentur terkoreksi untuk lentur terhadap sumbu lemah


(y.y..)
adalah kuat geser horisontal terkoreksi

F,'

adalah kuat radial terkoreksi

Ftv'

adalah kuat torsi terkoreksi

G'

adalah modulus geser terkoreksi (diambil sebesar E)'Os'/16 untuk penampang

masif dan kayu laminasi struktural)

H,

adalah tinggi pelengkung bag ian atap, mm

Hw

adalah tinggi pelengkung bagian samping, .mm

ly

adalah momen inersia terhadap sumbu lemah

adatah mamen inersia balok untuk arah gaya geser yang ditiniau

adalah konstanta torsi

Ie

adalah panjang efektif ekivalen

ULa

adalah perbandingan antara panjang total komponen struktur ternadap panjang

bagian komponen struktur yang melengkung

adatah bentang bersih antar pertetakan sendi, mm

Ie

adalah panjang balox tak-terkekang

Ksr

adalah faktor tegangan radial

Ksft

adalah faktor tegangan lentur

adalah panjang bentang,

M'

adalah tahanan lentur ter1<oreksi

Mu

adalah momen terfaktor

Mtu

adalah momen torsi terfaktor

Mr'

adalah tahanan torsi terkoreksi

mm

M'=M/

adalah tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu kuat (x-x)

M'= My'

adalah tahanan lentur terkoreksi terhadap sumbu lemah (y-y)

Me

adatah

Mx

adalah tahanan lentur terhadap sumbu kuat (x-x)

M1/M2

adalah perbandingan antara mornen ujung yang terkecil, M1, terhadap

mome.i

tekuk lateral elastis

momen ujung yang lebih besar,

mamen

M2

adalah

R,

adalah jari-jari kelengkungan pada sisi dalam balok melengkung

Rm

adalah jan-jan kelengkungan pada setengah-tinggi balok melengkung

statis penampang terhadap sumbu netraJ

104 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Rm

adalah jari-jari kelengkungan komponen struktur di tengah-tinggi

penampang

adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu kuat (x-x)


adalah modulus penampang untuk lentur terhadap sumbu lemah (y-y)
t

adalah tebal pelapisan


adalah gaya geser terfaktor

V'

adalah tahanan geser terkoreksi

adalah beban kerja terdistribusi merata, dinyatakan dalam N/mm2


adafah sudut dalam antara sumbu-sumbu bagian pefengkung yang lurus, derajat
adaJah kemiringan permukaan atas, derajat
adalah kemiringan permukaan bawah di ujung, derajat
adaJah deffeksi di puncak, mm

= 0,85
t/Jv = 0,75
rPv = 0,75

adalah faktor tahanan geser

s=O,85

adalah faktor tahanan stabilitas

adalah faktor tahanan lentur

adalah faktor tahanan torsi

7 kombinasi beban lentur dan aksial pada komponen struktur

e,

adalah eksentrisitas beban yang bekerja pada konsol pendek. yaitu jarak
horisontal dan titik kerja beban ke titik pusat penampang kolom, mm

E'05

adalah nilai modulus elastisitas lentur terkoreksi pada persentil kelima, MPa

Kid

adalah 0,624 untuk kayu yang dikeringkan sedemikian sehingga nilai kadar
aimya lebih rendah dari 19 % ketika dilakukan pemasangan

fbi"

penutup

adalah jarak dari ujung bawah kolom tak terkekang atau bagian tak
terkekang kolom sampai sisi bagian atas _l<0nsoJpendek, mm

.. .
"

Ie

adalah panjang' efektif tak terkekang yang digunakan pada perencanaan


batang tekan, mm

lu

adalah panjang kolom tak terkekang untuk arah tekuk yang sesuai dengan
arah momen pada konsol pendek,

mm

M bx ' M bv adalah momen terfaktor dari beban-beban yang tidak menimbulkan


goyangan yang dihitung menggunakan analisis orde pertama, masingmasing terhadap sumbu kuat (x-x) dan sumbu lemah (y-y) , N-mm

105 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Me

adalah mom en tekuk lateral elastis pada Butir 8.2.5, N-mm

M nIX' M

"!V

adalah momen terfaktor, termasuk pengaruh orde ke dua, masing-masing


terhadap sumbu kuat (x -x) dan sumbu lemah (y-y) N-mm
I

M~
M

adalah M'x yang dihitung menggunakan faktor stabilitas bafok


s.r'

M ~ adalah momen terfaktor dari beban-beban yang menimbulkan goyangan


yang dihitung menggunakan analisis erde pertama, N-mm

Mwc,M,lV

adalah momen lentur terfaktor terhadap sumbu kuat (x-x) dan sumbu lemah
(Y-Y), N-mm

M \'

adalah tahanan lentur terkoreksi ter11adap sumbu kuat (x-x) dan sumbu
lemah (y-y), dengan memperhatikan pengekang lateral yang ada, N-mm

p'

adalah tahanan tekan terkoreksi untuk tekuk terhadap sumbu lemah apabila
beban yang bekeria adalah gaya tekan murni, N

Pex' Pt!\.,

adatah tahanan tekuk kritis terhadap sumbu kuat (x-x) dan sumbu lemah (yy)

To

adafah gaya tarik terfaktor, N

XP,y

acalahju rnlah

.9aya aksial tekan terfaktor akibat pravitasi untuk seluruh

kolorn pada satu tingkat yang ditinjau,

~Pex. ~ Pey ad31ah jumtah tahanan tekuk kritis kolom bergoyang pada satu tingkat yang

djtjnjau( dengan seJuruh kolom ber.,gerak searah ..90yangan dan melenturkan


komponen struKturtemadap

sumbu Kuat untuk

L Pexatau

temadap sumbu

(emah untukL Pey

sambungan mekanis

A., B.,

adalah parameter yang diambil dan TabeI10.6-3

adalah diameter batang paku


adalah diameter inti sekrup

FellI FeJ.

adalah kuat tumpu pasak sejajar dan tegak lurus serat kayu

adafah berat jenis kayu

n,

adalah jumlah alat pengencang

adalah panjang penetrasi efektif batang paku, mm.

106 dan 113

BAH,A.N KONSENSUS

adalah kedalaman penetrasi efektif pada bagian yang berulir dari sekrup
kunci (mm)

adalah

spasi dalam baris alat pengencang, jarak pusat-ke-pusat antar

alat pengencang di dalam satu baris


Smin

adalah spasi minimum yang diizinkan

Sopt

adalah spasi yang dipertukan sepanjang sumbu penyambung

z'

adalah tahanan terkoreksi sambungan


adafah gaya pertu pada sambungan
adalah tahanan cabut dalam Newtons (N)
adalah tahanan cabut terkoreksi
adalah tahanan lateral terkoreksi

(EA)m

adalah

kekakuan aksial, modulus elastisitas lentur rerata komponen

struktur utama dikahkan dengan luas bruto penampang utama sebelum


dilubangi atau dicoak

(EA)s

adalah

kekakuan aksial, modulus elastisitas lentur rerata komponen

struktur sekunder dikalikan dengan jumlah luas brute penampang komponen


struktur sekunder sebelum dilubangi atau dicoak

(EA)min

adalah nilai yang lebih kecil dari {EA)m atau (EA)s

(EA)max

adalah nilai yang lebih besar dari (EA)m atau (EA)s

adalah sudut antar sumbu penyambung terhadap arah serat (derajat)

adalah sudut antara garis kerja gaya dan arah serat kayu

tPz = 0,65

adalah faktor tahanan sambungan

9 dinding geser dan diafragma


D

adalah tahanan terkoreksi per satuan panjang dinding geser atau diafragma

Du

adalah gaya per satuan panjang yang bekerja pada diafragma akibat bebanbeban terfaktor

10 tinjauan kemampuan layan


s;

adalah nilai modulus elastis lentur rerata terkoreksi

107 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Lampiran B
Faktor-faktor koreksi
1.

Umum

Pada lampiran

ini ditetapkan

nilai faktor-faktor

koreksi

yang harus digunakan

untuk

menghitung nilai tahanan terkoreksi. Penggunaan faktor koreksi ditetapkan di dalam Butir
5.6 dan dirangkum di datam Tabel 5.6-1.

NHaj faktor koreksi yang berbeda


digunakan

bila dapat dibuktikan

dari yang ditetapkan


kebenarannya

secara

di dalam lampiran
rasional

berdasarkan

ini boleh
prinsip-

pnnsip mexaruxa.

FaktoFfaidl>T kDleksj JJntuk masa Jayan

2.1 Faktor koreksi layan basah,

eM
eM

Tabel 1 Faktor Koreksi Layan Basah,

Salak kayu

Fb

F,

FII

Fe.

08, 5*

1,00

0,97

0,67

0,8

',00

1,00

',00

0,67

0,91

1,00

0,67

0,90

0,53

0,73

0,83

Fe

E
0,90

Balok kayu besar (125 mm x 125

mm atau \ebih besar)


Lantai papan kayu

0,85

Glulam (kayu laminasi struktural)

0,80

_Untuk (Fb)/(CF) < 8 MPa, CM


Untuk (Fc)/(CF) < 5 MPa, eM

2.2

= 1,0
= 1,0

0,80

0,87

Faktor koreksi temperatur, Ct


Tabel 2 Faktor Koreksi Temperatur, Ct
Kondisi
Acuan

Kadar air

pada masa layan

c,
T~ 38C

38C < T<


S2e

52C < T<


65C

F" E

8asah atau kering

1,0

0,9

0,9

Fb, Fe, Fv,


Fco

Kering

1,0

0,8

0,7

8asah

1,0

0,7

0,5

Kondisi layan basah dan kering untuk kayu gergajian dan glulam (kayu laminasi struktural)
ditetapkan di dalam Butir 5.5.

108 dad 113

BAHAN KONSENSUS

3.

Faktor-faktor koreksi tambahan untuk batang kayu

dan

struktural

glulam (kayu lapis struktural yang dilem)


Faktor koreksi tegangan geser, CH

3.1

Tabel 3 Faktor koreksi tegangan

Panjang split di
muka 'ebar
batang kayu yang
berukuran 50 mm
(nominal)
tidak ada split
0,5 x muka lebar
0,75 x muka lebar
1 x muka lebar
1,5 x muka lebar

-e

2,00
1,67

1,50
1,33

1,00

Panjang split di
muka lebar
batang kayu yang
berukuran 75 mm
atau lebih
(nominal)
tidak ada split
0,5 x muka iebar
0,75 x muka lebar
1 x muka febar
1,5 x muka lebar

geser, CH

eM

2,00

1,67

1.50
1,33
1,00

Ukuran shake
pada batang kayu
yang tebalnya 50
mm atau lebih
(nominal)
tidak
1/6 x
1/4 x
1/3 x
112 x

ada shake
muka lebar
muka lebar
muka lebar
muka lebar

2,00
1,67
1.50
1,33
1,00

Faktor koreksi pengaruh volume kayu, Cv

3.2

Faktor koreksi pengaruh volume kayu untuk kayu laminasi struktural yang dibebani tegak
lurus sisi lebar lapisan ditetapkan

c, = KL CgbCg<tCgl

menggunakan persamaan

< 1,0

Keterangan:

KL

adalah koefisien kondisi pembebanan

b2

adalah lebar komponen struktur lentur (mm).

d1

= 305 mm

d2

= tinggi komponen struktur (mm)

11

= 6400 mm

b,

= 130 mm

12

= panjang komponen struktur lentur di antara titik-titik dengan momen nol (mm)

p, q,

(lihat Tabel4)

= 0,05

109 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Tabel 4 Faktor koreksi pengaruh volume kayu, Cv


KL

Salek berbentang tunggal

1,09

Beban terpusat di tengah bentang


Beban terdistribusi terbagi rata

1,00
0,96

Dua beban terpusat sarna besar di titik 1/3


bentang

KL

Salak kantilever atau balok menerus

Semua kondisi pembebanan

3.3

1,00

Faktor koreksi penggunaan datar, Cu


Untuk batang kayu masif faktor Cu ditunjukkan pada Tabel 50

Tabel 5

Faktor penggunaan datar, Cu, untuk kayu masif


,

Tebat
Lebar

mm

50
I

dan 75 mm

1DD rnrn
j2.~mm
1SDmm

50 mm dan 75 mm

100mm

1,00

f 1, 10

) ~ ~t>
f"

o.

1,15
1,15

200mm
250

~,ao
1. os
t

1,05
1,05

mm dan lebih
Papan

1,20
1,10 (untuk tebal 50 mm)
1,04 (untuk tebal 75 mm)

1,10

1,00

Untuk kayu laminasi struktural faktor koreksi Cu ditunjukkan pada Tabel 6.

Tabel 6

Faktor koreksi penggunaan datar, Cu. untuk glulam (kayu


laminasi struktural)

Dimensi sejajar muka febar lapisan

Cu

270 mm atau 265 mm


220 mm atau 215 mm

1,01
1,04
1,07

170mm
130 mm atau 125 mm
80 mm atau 75 mm

1,10

1,16

65mm

1,19

110 dari 113

BAHAN KONSENSUS

4.

Faktor-faktor Koreksi Tambahan untuk Panel Struktural

4.1

Faktor koreksi lebar, Cw


Untuk 150 mm < b < 610 mm,
Untuk b ~ 610 mrn,

Cw =

Cw

= (310

+ b)1920

1, yang mana b adalah lebar panel (mm).

4.2

Faktor koreksi mutu dan konstruksi, CG (Iihat Tabel 7)

5.

Faktor-faktor koreksi tambahan untuk tiang dan pancang kayu

5.1

Faktor pancang tunqqaluntuk pancanq kayu bundar, Csp

Untuk perencanaan

pancang

kayu bundar tunggal,

harus

digunakan

faktor reduksi

pancang tunggat.

Tabel 8 Faktor koreksi pancang tunggal

untuk pancang

kayu bundar, Csp

Csp

Kondisi acuan

Kelompok Pancang

Pancang Tunggal

Fb

1,0
1,0

0,77
0,80

Fe
Tabel7

Faktor koreksi mutu dan konstruksi,

CG(:1)

Sumbu
kuat/lemah

Mutu

E1

Vs

Vv

G,l

EA

Kayu lapis 3 lapisan


A
Sumbu kuat

Lainnya

1,0
1,0

Sumbu lemah

A
Lainnya

1,3
1,0

1,1
1,1

1,4
1,0

1,3
1,0

1,3
1,0

1,0
1,0

1,0
1,0

1,0
1,0

1,5
1,0

5,2

1,3
1,0

1,3
1,0

1,0
1,0

1,0
1,0

1,0
1,0

2,8

Kayu lapis 4 lapisan


Sumbu kuat

A
Lainnya

1,1
1,1

1,1
1,1

1,4
1,0

1,7
1,3

1,7
1,3

1,0
1,0

1,51,5

1,0
1,0

Sumbu lemah

A
Lainnya

1,7
1,2

3,3
2,2

7,9
3,9

1,7
1,3

1,7
1,3

1,0
1,0

1,5
1,5

1,0
1,0

111 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Tabel 7 (lanjutan)
Sumbu
kuatllemah

Mutu

EI

v;

1'~

G,J

EA

Kayu lapis 5 lapisan


Sumbu kuat

Lainnya

1,2
1,2

Sumbu Jemah

A
Lainnya

2,8
1,8

1, I
1,1

1,6
1,1

2,0
1,5

1,7
1,5

1,3
1,3

1,5
1,5

1,0
1,0

5,2
3,1

1,4

2,0
1,5

1,7
1,5

1,3
1,3

1,S

1,0

1,5

J ~O

1,0
1,0

1,0
1,0

1,0
1,0

1,0

Papan berserat (Oriented Strand Board, aSB)


A

Lainnya

Sumbu kuat

Lainnya

Sumbu lemah

1,2
1,2

1,0
1,0

1,0
1,0

2,9
29,

3,1
3,1

2,8
1,8

5,2
3,1

1,0
1,0

2,9
2,9

3,1
3, I

1,3
1,3

1,0
1,0

1,0
1,0

1,0
1,0
1,0
1,0

Panel kornposit (Com-Ply)


Sumbu kuat

A
Lainnya

1,2
1,2

1,1
1,1

1,0
1,0

1,7
1,3

1,7
1,3

I,D
1,0

1,0
1,0

1,7
1,2

3,3

1,0
1,0

1,7
1,3

1,7
1,3

1,0
1,0

1,0
1,0

Lainnya

Sumbu lemah

2,2

'M -- tlhanan mome~ EI -- kekakuan Ientur, ,./s- - tahanan geser bidang (ro"mg)~ I ,.-- tahanan
geser melalui tebal, GJ = kekakuan geser, T = tahanan puntir, P = tahanan leba dan 4 =
{a

/'

kekakuan aksial,

5.2

Faktor koreksi untuk pancang kayu bur-dar yang tidak diberi perlakuan
khusus,Cu

Untuk tiang dan pancang kayu yang kering udara sebelum diberi perlakuan khusus atau
tidak diberi perlakuan khusus sama sekali faktor koreksinya adalah

u;

lihat Tabel 9.

Tabel9 Faktor koreksi untuk pancang kayu bundar yang tidak diberi

perlakuan khusus, C;

Kekuatan

Kekakuan

1,11

1,0

112 dari 113

BAHAN KONSENSUS

6.

Faktor-faktor koreksi tambahan untuk sambungan struktural

6.1 Faktor koreksi pelat baja sisi, Cst


Faktor pelat baja sisi pada sambungan geser dengan pelat baja sisi berukuran 100 mm
ditetapkan berdasarkan berat jenis dasar; Iihat Tabel 10.
Tabel 10

Faktor koreksi pelat baja sisi, C;

Berat jenis dasar

c;

->09,0

1,05

<09,0

l~OO

113 dari 113

BAHAN KONSENSUS

Lampiran C
Sambungan Gigi

Pada sambungan gigi gesekan antara kayu dengan kayu di dalam perhitungan harus
diabaikan. Disamping itu, ketentuan berikut ini harus dipenuhi untuk sambungan gigi
tunggal dan sambungan gigi majemuk.
1

Pada sambungan gigi tunggal, dalamnya gigi, tm, tidak boleh melebihi sesuatu

batas, yaitu (Iihat Gambar C 1) 1m < 1/3 h, yang mana h adalah tjnggi komponen struktur
mendatar. Panjang kayu muka 1m harus memenuhi 1m > 1,5 n, tetapi juga 1m > 200 mm.
\
"

'. ..
'.

\'

" ,'

" \\

--

'\

,\ .

..

.....
,

'.

il!

h"

'"-'_\
I:

-.

'!

,./

\.

,\

'\

-er:

Celah 10 - 20 mm

Gambar C1

Sambungan gigi tunggal

Tahanaa geser pada bagian kayu muka dapat dihitung sebagai berikut,

em

114

BAHAN KONSENSUS

yang mana

N;

adalah gaya tekan terfaktor,

adalah sudut antara komponen struktur diagonal terhadap komponen struktur

mendatar,

adalah faktor tahanan pada Tabel 4.3-1,

adatah faktor waktu pada Tabel 4.3-2,

1m

adalah panjang kayu muka,

adalah lebar komponen struktur mendatar,

Fv'

em
2

adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi,


adalah eksentrisitas pada penampang neto akibat adanya coakan sambungan.

Pada sambungan gigi majemuk, terdapat dua gigi dan dua panjang muka yang

masing-masing diatur sebagai berikut (Iihat Gambar C2)T


dalamnya gigi pertama, tm1> 30 mm
dalamnya gigi kedua,

tm2< 1/3

1m2? Im1 + 20 mm, namun

panjang kayu muka pertama,

Im1

> 200 mm dan

Im1

> 4

tm1

yang mana h adalah ting9i komponen struktur mendatar.

+------

i-.z-----

..1..=..--=--=--,-_,- i--:

-I

---

.....

"\\,

'\.'

(l

,._..;;....._~.-

.. \\

t_;_

Celah 10 - 20 nu n

./

Gambar C2

,
...

Sambungan gigi majemuk.

115

BAHAN KONSENSUS
Tahanan geser pad a bagian kayu muka yang pertama dihitung sebagai berikut,

dan, tahanan geser pada bagian kayu muka yang kedua dihitung berikut ini,

N;

adalah gaya tekan terfaktor,

adalah sudut antara komponen struktur diagonal ternadap komponen struktur


mendatar,

adalah faktor tahanan pada TabeI4.3-1,

adalah faktor waktu pada Tabel 4.3-2,

1m

adalah panjang kayu muka rerata,

Im1

adalah panjang kayu muka yang pertama,

1m2

adalah panjang kayu muka yang kedua,

em

adalah eksentrisitas rerata pada penampang neto akibat adanya coakan

sambungan,

em1

adalah eksentrisitas bag ian kayu muka pertama pad a penampang neto akibat

adanya coakan sambungan,


Fm1

adalah luas bidang tumpu bagian kayu yang pertama,

Fna

adalah

adalah lebar komponen struktur mendatar,

Fv'

adalah kuat geser sejajar serat terkoreksi.

IU2S

bidang tumpu bagian kayu yang kedua,

Sambungan gigi majemuk hanya dianjurkan digunakan bila a> 450

116

Anda mungkin juga menyukai