Anda di halaman 1dari 7

Pajak Penjualan atas Barang Mewah

Oleh Admin KeuLSM / Senin 23 Juni 2014 / Tanggapi?


Harga jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta
oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut undangundang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

Pajak Penjualan atas Barang Mewah


Karakteristik PPn BM
Karakteristik PPnBM, yakni:

Merupakan pungutan tambahan di samping PPN;

Dikenakan satu kali pada saat impor (masuk daerah pabean) atau penyerahan BKP
tergolong mewah oleh pabrikan yang memproduksi BKP tergolong mewah;

PPn BM tidak dapat dikreditkan, meskipun PPn BM tidak dapat dikreditkan apabila
eksportir mengekspor BKP yang tergolong mewah maka PPn BM yang dibayar dapat
diminta kembali (Pasal 10 Ayat (3) UU PPN1984.

Motivasi Filosofis PPn BM dan Tujuan Pengenaan PPnBM


1. PPN berdampak regressive (bersifat tidak adil).
2. Konsumsi BKP tergolong mewah bersifat kontra produktif.
3. Produsen kecil dan nasional menghadapi saingan berat komoditi impor.

4. Tuntutan penerimaan negara yang meningkat setiap tahun pajak.


5. Mengurangi dampak regresivitas PPN.
6. Mengurangi konsumsi BKP yang tergolong mewah (hidup dengan pola hidup sederhana).
7. Melindungi pengusaha kecil dan tradisional dengan membeli produk dalam negeri.
8. Mengamankan penerimaan negara dengan penggalian potensi perpajakan.

Tarif PPn BM Berdasarkan Pasal 8 UU PPN 1984 tarif PPn BM


1. Atas penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh pabrikan BKP tergolong mewah dan
atau impor, dikenakan PPn BM di samping PPN.
2. Tarif PPn BM bervariasi antara 10% sampai dengan setinggi-tingginya 75%.
3. Atas ekspor BKP tergolong mewah kena PPn BM 0%.

Cara Menghitung PPN dan PPn BM


Untuk menghitung PPN dan PPn BM terutang atas BKP yang tergolong mewah, perlu
diperhatikan 3 faktor karakteristik, sebagai berikut:
1. PPn BM hanya dipungut satu kali.
2. PPn BM tidak dapat dikreditkan sehingga dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang
belum diperiksa dan belum menjadi unsur harga jual (Kep. Menkeu No.155 Th. 2002). 3.
PPN tidak menghendaki terjadi pungutan pajak berganda.
Atas dasar ke-3 faktor tersebut di atas maka dalam hal PKP selain pabrikan menyerahkan BKP
yang tergolong mewah, PPN terutang dihitung dari DPP yang ditetapkan berdasarkan harga
barang setelah dikurangi unsur PPn BM yang terdapat di dalamnya. Contoh perhitungan adalah
seperti berikut: Tarif PPn BM x (harga jualPPn BM).

Pola Penghitungan PPN atas BKP yang Tergolong Mewah untuk Penjualan pada Jalur
Konsumen Sebelum 1-1-2001
Misalkan, seorang pabrikan parabola yang pemasarannya dilakukan melalui distributor yang
kemudian menyerahkan kepada toko elektronik. Harga jual antara parabola dari pabrik adalah
Rp4 juta yang terutang PPN 10% dan PPn BM 20%. Berapa konsumen harus membayar kepada

toko elektronik, apabila nilai tambah yang diperhitungkan oleh distributor adalah Rp600.000,sedangkan nilai tambah yang diperhitungkan oleh toko elektronik adalah Rp700.000,00?
Jawab:
Pabrikan menyerahkan kepada distributor
Harga jual = Rp4.000.000,PPN 10% = Rp400.000,(PM bagi distributor) PPn BM 20% = Rp800.000,Distributor menyerahkan kepada toko elektronik
Harga = Rp4.000.000,PPn BM dibayar = Rp800.000,Nilai tambah = Rp600.000,Harga jual = Rp5.400.000,PPN terutang = Rp10% x (Rp5.400.000,- (-) Rp800.000)
= Rp460.000,- (PM toko elektronik).
Toko elektronik menyerahkan kepada konsumen
Harga beli parabola = Rp4.600.000,PPn BM dibayar = Rp800.000,Nilai tambah = Rp700.000,Harga jual = Rp6.100.000,PPN terutang: 10% x Rp6.100.000,- (-) Rp800.000,- = Rp530.000,Harga dibayar oleh konsumen Rp6.630.000,Pola perhitungan tersebut mengalami perubahan sejak 1-1-2001 karena adanya perubahan dalam
Pasal 1 angka 18 UU PPN 1984 menjadi:
Harga jual adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut
undang-undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam faktur pajak.

Dibebaskan dari Pengenaan PPn BM Berdasarkan Pasal 4 Kep Menkeu No.


355/KMK.03/2003 dibebaskan dari pengenaan PPn BM
1. Impor atau penyerahan kendaraan bermotor di dalam daerah pabean untuk kendaraan
ambulans jenazah, pemadam kebakaran, tahanan, dan angkutan umum.
2. Impor atau penyerahan kendaraan bermotor di dalam daerah pabean untuk tujuan
protokoler kenegaraan.
3. Impor atau penyerahan di dalam daerah pabean kendaraan bermotor untuk pengangkutan
10 orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi dan untuk dinas TNI atau Polri.

4. Impor atau penyerahan semua jenis kendaraan bermotor di dalam daerah pabean untuk
patroli TNI atau Polri.

Tidak Dikenakan PPn BM Berdasarkan Pasal 3 Kep. Menkeu No. 355/KMK 03/2003
tanggal 11 Agustus 2003, PPn BM tidak dikenakan, yakni:
1. Impor atau penyerahan kendaraan dalam keadaan complete knocked down (CKD sama
dengan kendaraan untuk dirakit);
2. Impor atau penyerahan kendaraan berupa chassis;
3. Impor atau penyerahan kendaraan pengangkutan barang;
4. Impor atau penyerahaan kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas silinder sampai
dengan 250 cc;
5. Impor atau penyerahan kendaraan bermotor untuk angkutan 16 orang atau lebih termasuk
pengemudi.

Stimulus Fiskal Awal Tahun 2003 Berdasarkan Kep. Menkeu No. 39 Th. 2003 sejak
Februari 2003
Yakni penghapusan PPn BM terhadap beberapa jenis barang dan penurunan tarif PPn BM
terhadap beberapa jenis barang yang tergolong mewah.
Penghapusan PPn BM terhadap beberapa jenis barang, yaitu:

teh dalam kemasan, mengandung aroma, atau tidak yang dikemas untuk penjualan
eceran;

pesawat telepon seluler;

wireless modern;

pesawat telepon dengan alat genggam tanpa kabel dan video phone;

televisi (berwarna) sampai dengan 21 inchi;

mesin cuci dengan kapasitas sampai dengan 6 kg;

lemari es dengan kapasitas sampai dengan 180 liter;

air conditioner dengan ukuran sampai dengan 1 PK;

alat perekam/produksi gambar (VCD dan DVD) dengan harga jual/nilai impor sampai
dengan Rp 1.000.000,00;

alat pemutar dan perangkat pemutar media rekaman dan alat reproduksi suara;

mesin penjawab telepon;

perekam pita magnetic disatukan dengan alat reproduksi suara dan alat pemancar lainnya
(radio komunikasi);

kamera dengan harga jual/nilai impor sampai dengan Rp 500.000,00;

pengering rambut;

pengering tangan;

alat permainan video dari jenis yang digunakan dengan pesawat penerima televisi;

mainan anak-anak;

lensa, prisma, cermin, dan elemen optic lainnya/alat perlengkap-an kamera termasuk
aparat cahaya kilat dan campur cahaya kilat dan lampu cahaya kilat tipografi;

teropong ganda/tunggal, teleskop optic, dan mountingnya termasuk cahaya kilat dan
lampu cahaya kilat;

pesawat elektronik untuk keperluan rumah tangga dengan motor listrik terpasang di
dalamnya, pengisap debu, penggosok lantai, dan penghancur sampah dapur;

mikrofon dan kakinya, pengeras suara, headphone, earphone, penghemat listrik,


frekwensi bunyi dan perangkat listrik pengeras suara/amplifier.

kelompok barang saniter dan perlengkapannya yang terbuat dari besi atau baja, seperti
bak cuci dan bak mandi.

alat makan, alat dapur, dan barang rias.

CARA MENGHITUNG PPn BM

Contoh:
PKP ABC sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinyadengan harga jual Rp
10.000.000,00. Barang tersebut merupakan BKP yang Tergolong Mewah dengan tarif PPn BM
sebesar 40%. Penghitungan pajak yang harus dipungut adalah sebagai berikut:
PPN
PPn BM

=
=

10% x Rp 10.000.000,00
40% x Rp 10.000.000,00

=
=

Rp 1.000.000,00
Rp 4.000.000,00

SAAT TERUTANG PAJAK


1. Penyerahan BKP atau JKP
2. Impor BKP
3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
4. Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean
5. Ekspor BKP Berwujud
6. Ekspor BKP Tidak Berwujud
7. Ekspor JKP
8. Pembayaran, pembayaran diterima sebelum penyerahan JKP atau dalam hal pembayaran
dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar
Daerah Pabean.
Secara rincinya, saat terutangnya pajak adalah sebagai berikut:
1. Terutangnya Pajak atas penyerahan BKP berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
berupa barang bergerak, terjadi pada saat BKP tersebut diserahkan secara langsung atau
kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli.
2. Terutangnya Pajak atas penyerahan BKP berwujud yang menurut sifat atau hukumnya
berupa barang bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau
menguasai BKP tersebut.
3. Terutangnya pajak atas penyerahan BKP tidak berwujud oleh pengusaha kena pajak,
adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu.
4. Terutangnya pajak atas penyerahan JKP, terjadi pada saat mulai tersedianya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata.

5. Terutanfnya pajak atas impor BKP terjadi pada saat BKP tersebut dimasukkan ke Dalam
Daerah Pabean.
6. Terutangnya pajak atas Ekspor BKP, terjadi pada saat BKP dikeluarkan dari Daerah
Pabean.
7. Terutangnya Pajak atas Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan.
8. Terutangnya Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak

PPn BM tidak dipungut dalam Hal :


1. pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) dan tidak
merupakan pembayaran yang terpecah-pecah;
2. pembayaran untuk pembebasan tanah;
3. pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang menurut
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, mendapat fasilitas Pajak Pertambahan Nilai
tidak dipungut dan/atau dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai;
4. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak oleh
PT (PERSERO) PERTAMINA;
5. pembayaran atas rekening telepon;
6. pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan; atau
7. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan
Perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.

Anda mungkin juga menyukai