Sejarah Keperawatan Dunia Dan Indonesia
Sejarah Keperawatan Dunia Dan Indonesia
muncul pada masa ini, mumifikasi berasal dari keyakinan bahwa ada
kehidupan setelah kematian. Dibutuhkan ilmu dan pengetahuan
untuk membuat larutan yang bisa digunakan untuk mengawetkan
mayat. Hal ini menunjukkan bahwa pada masa itu sudah mengenal
ilmu fisiologi, anatomi dan patofisiologi.
Bangsa
Yahudi
kuno
menyumbangkan Mosaic
Health
Code. Kode ini dianggap sebagai legislasi sanitari pertama dan berisi
catatan pertama mengenai syarat kesehatan masyarakat. Kode ini
mencakup aspek individu, keluarga, dan kesehatan komunitas,
termasuk di dalamnya membedakan antara yang bersih dengan tidak
bersih.
Budaya Afrika kuno, fungsi pengasuhan yang dimiliki oleh
perawat termasuk peran sebagai bidan, herbalis, ibu susu, dan
pemberi perawatan untuk anak dan lansia (Dolan, Fitzpatrick, dan
Herrmann, 1983). Budaya India kuno, sudah mengenal adanya
perawat laki-laki yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Pengetahuan mengenai cara mempersiapkan obat yang akan
diberikan
b. Pintar
c. Mampu mencurahkan kasih sayang ke pasien
d. Kemurnian pikiran dan tubuh
Adapun perawat wanita India bertindak sebagai bidan dan merawat
anggota keluarga yang sakit. Peran perawat dalam budaya Cina
kurang disebutkan, namun peran Cina kuno lebih banyak pada
penemuan obat herbal, pemakaian akupunktur sebagai metode
pengobatan, dan publikasi Nei Ching (canon of medicine), yang
merinci empat langkah pemeriksaan: melihat, mendengar, bertanya
dan merasakan.
Sejarah Yunani dan Romawi kuno, perawatan orang sakit lebih
maju dalam mitologi dan realitas. Dewa mitos Yunani yang dinggap
sebagai dewa penyembuh adalah Asklepios, istrinya Epigone adalah
dewi penenang, Hygenia anak perempuan Asklepios adalah dewi
kesehatan dan diyakini sebagai perwujudan perawat. Kuil yang
dibangun
untuk
menghormati
Asklepios
menjadi
pusat
penyembuhan, pendeta kuil Asklepios memberikan penyembuhan
melalui pengobatan natural dan supranatural (Donahue, 1996).
Seorang dokter Yunani kuno, Hipocrates, mempercayai bahwa
penyakit memiliki penyebab alami. Pernyataan Hipocrates ini sangat
bertentangan dengan pendapat tabib pendeta di kuil yang
mengatakan bahwa penyebab penyakit adalah magis dan mistik.
Sedangkan kontribusi Romawi terhadap perawatan kesehatan adalah
sanitasi umum, pengeringan rawa, dan pembangunan saluran air,
tempat pemandian
pemanasan sentral.
umum
dan
pribadi,
sistem
drainase,
dan
D. ZAMAN KEAGAMAAN
Kemajuan peradapan manusia dimulai ketika manusia
mengenal agama. Penyebaran agama sangat mempengaruhi
perkembangan peradaban manusia sehingga berdampak positif
terhadap perkembangan keperawatan. Pada permulaan Masehi,
agama kristen mulai berkembang. Agama kristen cukup besar
mempengaruhi profesi keperawatan. Salah satu catatan di awal
sejarah digambarkan bahwa keperawatan merupakan bentuk
perintah dari Diakonia, suatu kelompok kerja seperti perawat
kesehatan masyarakat atau yang mengunjungi orang sakit. Dalam
awal kehidupan gereja, Diakonia dijalankan oleh perempuan yang
ditunjuk oleh pimpinan gereja. Peran mereka adalah mengunjungi
orang yang sedang sakit. Penunjukan dilakukan pada wanita yang
memiliki status sosial yang tinggi. Pada masa ini, keperawatan
mengalami kemajuan yang berarti seiring dengan kepesatan
perkembangan agama kristen.
Kemajuan terlihat jelas, pada masa pemerintahan Lord
Constantine, ia mendirikan xenodhoecim atau hospes dalam bahasa
latin yaitu tempat penampungan orang yang membutuhkan
pertolongan, terutama bagi orang-orang sakit yang memerlukan
pertolongan dan perawatan. Kemajuan profesi keperawatan pada
masa ini juga terlihat jelas dengan berdirinya Rumah sakit terkenal di
Roma yang bernama Monastic Hospital. Rumah Sakit ini dilengkapi
dengan fasilitas perawatan berupa bangsal perawatan, bangsal untuk
orang cacat, miskin dan yatim piatu. Sejak abad pertengahan
institusi yang bergerak dalam bidang sosial (1100 M sampai 1200 M)
mulai bergerak merawat lansia, orang sakit dan orang miskin
(Deloughery, 1995).
Seperti di Eropa, pada pertengahan abad VI masehi,
keperawatan juga berkembang di benua Asia. Tepatnya di Asia Barat
Daya yaitu Timur Tengah seiring dengan perkembangan agama Islam.
Pengaruh agama Islam terhadap perkembangan keperawatan tidak
lepas dari keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan
agama Islam. Kegiatan pelayanan keperawatan berkualiatas telah
dimulai sejak seorang perawat muslim pertama yaitu Siti Rufaidah
pada jaman Nabi Muhammad S.A.W, yang selalu berusaha
memberikan pelayanan terbaiknya bagi yang membutuhkan tanpa
membedakan apakah kliennya kaya atau miskin(Elly Nurahmah,
2001). Sementara sejarah perawat di Eropa dan Amerika mengenal
Florence Nightingale sebagai pelopor keperawatan modern, Negara di
pada tahun 1924. (Donahue, 1995). Tahun 1899 afiliasi Amerika dan
Kanada berhenti, organisasi baru dibentuk dengan nama American
Nurses Association (ANA) pada tahun 1911.
Keperawatan di rumah sakit berkembang pada akhir abad XIX,
tetapi di komunitas, keperawatan tidak menunjukkan peningkatan
yang berarti sampai tahun 1893 ketika Lilian Wald dan Mary
Brewster membuka The Henry Street Settlement, yang berfokus pada
kebutuhan kesehatan orang miskin yang tinggal di rumah
penampungan New York. Perawat yang bekerja di tempat ini memiliki
tanggung jawab yang lebih besar terhadap klien daripada mereka
yang bekerja di rumah sakit, karena mereka seringkali menghadapi
situasi yang membutuhkan tindakan mandiri dari perintah dokter.
Selain itu, dalam mengobati penyakit, orang miskin mmebutuhkan
terapi keperawatan yagn ditujukan untuk memperbaiki nutrisi,
memberikan penginapan, dan mempertahankan kebersihan.
Kemajuan terlihat di rumah sakit, kesehatan masyarakat, dan
pendidikan terjadi pada awal abad keduapuluhan. Pada masa itu
mulai dirintis pendidikan keperawatan di tingkat universitas. Dengan
berkembangnya pendidikan keperawatan maka praktik keperawatan
juga mengalami perluasan. Pada tahun 1901 didirika The Army
Nurses Corps, diikuti dengan berdirinya The Navy Nurses Corps pada
tahun 1908. Spesialisi keperawatan juga mulai dikembangkan.
Sekitar tahun 1920-an, dibentuk organisasi perawat spesialis,
seperti Assosiation of Operating Room Nurses (1949),American
Assosiation of Critical-Care Nurses (1969) dan Oncology Nursing
Society(1975).
PERKEMBANGAN KEPERAWATAN DI INDONESIA
Tidak banyak literatur yang mengungkapkan perkembangan
keperawatan di Indonesia. Seperti perkembangan keperawatan di
dunia pada umumnya, perkembangan keperawatan di Indinesia juga
dipengaruhi kondisi sosial ekonomi yaitu penjajahan pemerintah
kolonial
Belanda,
Inggris
dan
Jepang
serta
situasi
pemerintahan Indonesia setelah Indonesia merdeka.
Perkembangan
keperawatan di Indonesia pada dasarnya dibedakan atas masa
sebelum kemerdekaan dan masa setelah kemerdekaan (orde lama dan
orde baru).
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda perawat berasal
dari penduduk pribumi yang disebut velpleger dengan dibantu zieken
oppaser sebagai penjaga orang sakit. Mereka bekerja pada Rumah
Sakit Binnen Hospital di Jakarta yang didirikan tahun 1799 untuk
memelihara kesehatan staf dan tentara Belanda. Usaha pemerintah
kolonial Belanda di bidang kesehatan pada masa itu antara lain:
Dinas
Kesehatan
Tentara
yang
dalam
bahasa
Belanda
disebut Militiary Gezondherds Dienst dan Dinas Kesehatan Rakyat
atauBurgerlijke Gezondherds Dienst. Pendirian rumah sakit ini
termasuk usaha Daendels mendirikan rumah sakit di Jakarta,
Surabaya dan Semarang, ternyata tidak diikuti perkembangan profesi
keperawatan yang berarti karena tujuannya semata-mata untuk
kepentingan tentara Belanda.
Ketika VOC berkuasa, Gubernur Jendral Inggris Raffles (18121816) sangat memperhatikan kesehatan rakyat. Berangkat dari
semboyannya Kesehatan adalah milik manusia, ia melakukan
berbagai upaya memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi.
Tindakan yang dilakukan antara lain: pencacaran umum,
membenahi cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa serta
memperhatikan kesehatan dan perawatan para tahanan.
Setelah pemerintahan kolonial kembali ke tangan Belanda,
usaha-usaha
peningkatan
kesehatan
penduduk
mengalami
kemajuan. Di Jakarta tahun 1819 didirikan beberapa rumah sakit,
salah satu diantaranya adalah Rumah Sakit Stadsverband berlokasi
di Glodok (Jakarta Barat). Pada tahun 1919 rumah sakit ini
dipindahkan di Salemba dan sekarang bernama Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo (RSCM). Saat ini RSCM menjadi pusat rujukan
nasional dan pendidikan nasional. Dalam kurun waktu ini (18161942), berdiri pula beberapa rumah sakit swasta milik katolik dan
protestan, misalnya: RS Persatuan Gereja Indonesia (PGI) CikiniJakarta Pusat, RS St. Carolus Salemba-Jakarta Pusat, RS St.
Boromeus di Bandung dan RS Elizabeth di Semarang. Bersamaan
dengan berdirinya rumah sakitdi atas, didirikan sekolah perawat. RS
PGI Cikini tahun 1906 menyelenggarakan pendidikan juru rawat,
kemudiam RSCM menyelenggarakan pendidikan juru rawat tahun
1912.
Kekalahan tentara sekutu dan kedatangan Jepang (1942-1945)
menyebabkan perkembangan keperawatan mengalami kemunduran.
Bila renaissance berakibat buruk pada perkembangan keperawatan
Inggris, maka penjajaan Jepang merupakan masa kegelapan dunia
keperawatan di Indonesia. Pekerjaan perawat pada masa Belanda dan
Inggris sudah dikerjakan oleh perawat yang terdidik, sedangkan pada
masa Jepang yang melakukan tugas perawat bukan dari orang yang
sudah dididik untuk menjadi perawat. Pemimpin rumah sakit juga
diambil alih dari orang Belanda ke orang Jepang. Pada saat itu obatobatan sangat minim, sehingga wabah penyakit muncul dimanamana. Bahan balutan juga terbatas, sehingga daun pisang dan
pelepah pisang digunakan sebagai bahan balutan.