Penerbit
Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI
Jakarta, 2006
ii
iii
DARI PENERBIT
Asshiddiqie, Jimly
Ali Safaat, M.
Jakarta: Setjen & Kepaniteraan MK-RI,
Cetakan Pertama, Juli 2006,
xii + 200 hlm; 14,5 x 21 cm
1. Konstitusi
2. Hukum
Koreksi naskah:
oofiqulJrmam AhmadI Budi eK tibowo
Rancang sampul: Abiarsya
Penerbit:
Sekretariat Jenderal & Kepaniteraan
Mahkamah Konstitusi RI
Jl. Medan Merdeka Barat No. 7 Jakarta Pusat
Telp. 3520173, 3520787 Fax. 3520177
website: www.mahkamahkonstitusi.go.id
iv
iapa yang tidak kenal dengan nama Hans Kelsen terutama mereka-mereka yang mempelajari dan
mendalami ilmu tentang hukum. Namun sayang keberadaan pemikiran Kelsen khususnya di Indonesia dalam
bentuk buku referensi masih sangat kurang. Padahal ide serta
pemikirannya memberi andil yang cukup besar dalam perkembangan ilmu hukum di semua belahan dunia. Teori umum
tentang hukum yang dikembangkan oleh Kelsen meliputi dua
aspek penting yaitu aspek statis dan aspek dinamis. Setidaknya
hal inilah yang merupakan salah satu isi paparan yang ada dalam
buku berjudul Teori Hans Kelsen tentang Hukum yang ditulis oleh
dua orang penulis.
Penulis buku ini yaitu Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H. dan
AliM.
Safaat, S.H., M.H. juga memberikan pemaparan mengenai pemikiran Kelsen yang kemudian melahirkan beberapa
teori yang hingga kini dikenal khususnya dalam bidang hukum.
Tidak sedikit ide Kelsen yang termaterialkan dalam bentuk teori
telah menginspirasi dan memajukan ilmu hukum di dunia.
Buku cetakan kedua ini sengaja dicetak oleh Sekretariat
Jenderal dan Kepaniteraan MK RI dengan maksud agar buku
yang kaya akan teori-teori hukum ini dapat diperoleh semua
secara cuma-cuma (gratis) kalangan khususnya para mahasiswa,
praktisi hukum, akademisi, aktivis LSM, penegak hukum dan
penyelenggara negara.
Kami patut berucap terima kasih kepada Prof. Dr. Jimly
Asshiddiqie, S.H. dan M. Ali Safaat, S.H., M.H. karena atas
kepercayaannya sehingga kami dapat menerbitkan buku ini.
v
PENGANTAR PENULIS
vi
vii
DAFTAR ISI
B. SANKSI
2. IlmuI.Hukum
...........................................................................
PRIBADI
Normatif
HUKUM
Sebagai
(THE Ilmu
LEGAL
Hukum
50
PERSON)
Empiris
82
...
C.Deskriptif
DELIK ............................................................................
Pribadi
...................................................................
Fisik (The Physical Person)
50 ...............
145
NK
82
NKMala
3.
Fungsi
Pribadi
In
Prediksi
Se dan
Hukum
Dari
Mala
Hukum:
(The
Prohibita
Juristic Person)
...................
50
............
OK
84
2. Delik
Sebuah
Sebagai
Kritik.........................................................
Sebuah Kondisi Bagi Sanksi
146
52 .......
PKIdentifikasi
4.
Hukum Bukan
Deliquent
Sebagai Sebuah
denganSistem
Anggota
Kelompoknya
Doktrin (Theorem)...........................................
........................................................
149
53
Bab III
4K Perbedaan
5.
Delik Pribadi
Antara
Hukum
Pernyataan
KONSEP
(JuristicIlmu
Person)
HUKUM
Hukum
54..........
DINAMIS
Normatif dan Sosiologis .....................................
(NOMODINAMICS)
149
aK 6.
hbtAgfBAk
Ilmu Hukum
erhrjSosiologis Mempresuposisikan
54
KKKKKKKKKKKKKK
1. Hukum
Kewajiban
A. TATA
Secara
HUKUM
dan Norma
Normatif
(LEGAL
Hukum
....................................
ORDER)......................
..........................
151
54
93
KKKKKKKKKKKKKK
2. Mematuhi dan
Kesatuan
Mengaplikasikan
Tata Normatif (The Unity Of
1.
KKKKKKKKKKKKKK
Norma
Normative
Hukum
Order)
Bab
....................................................
IV ...............................................
58
93
KKKK
3. Kritik
KRITIK
Hukum
terhadap
DAN
Sebagai
Pendapat
PENGEMBANGAN
Sistem
Austin
Dinamis
........................
........................
60
96
2.
TERHADAP
Norma DasarTEORI
SebuahHUKUM
Tata Hukum ...................
98
3.
bK mboqAkddrkdgAtABAk
Konsep
HANS
Hukum
KELSEN
Statis
erhrj KKKKKKKKKKKKKKKKK
dan Dinamis61..................
108
4.
NKCulpability dan Absolute Liability ..............
61
A. B.
2. HIRARKI
KRITIK
Tanggungjawab
JOSEPH
NORMA
RAZ
Individual
......................................................
.............................................
dan Kolektif
156
63
........... 109
B. 3.
KRITIK
Kritik
Norma
HARI
terhadap
CHAND
Superior
Konsep
............................................
danAustin
Inferior ..............................
164
109
1.
CK hofqfh
tentang
gKtK
Tingkat-Tingkat
Kewajiban
eAoofp ................................................
dalam Tata Hukum
167
64 .................
110
2.
KKKKKKKKKKKKKKKK
aK
eAkp kAtfAphv
Tindakan/Transaksi
aAk AkAifpfp
Hukum ...............................
121
3.
KKKKKKKKKKKKKKKK
F. HAK
KEDUDUKAN
HUKUM
Hukum ...............................................................
Konstitusi
PANCASILA..................................
................................................
169
66
126
4.
KKKKKKKKKKKKKKKK
1. Hak dan Kewajiban
Tindakan ..............................................
Yudisial dan Penerapan
66
Norma
5.
2. Hak
yang
Hukum
Ada .................................................................
dalam Arti Sempit ..........................
68
127
ppesifik
DAFTAR
3. Hak
PUSTAKA..........................................................
Kekosongan
Sebagai Sebuah
Hukum
Teknik
............................................
Hukum yang
181
129
6.
KKKKK
INDEKS ...............................................................................
Norma Umum yang Dibuat185
oleh
74 Aktivitas
7.
KKKKK
BIODATA
4. Hak
Yudisial
PENULIS.........................................................
Absolut
...................................................................
dan Hak Relatif .............................
188
75
131
KKKKK
5. Hak
Sipil
dan
Hak
Politik
....................................
honflik
76
korma
134
UK
KKKKK
KKKKKKKKK
KKKKK
KKKKKKKKK
G. KOMPETENSI
(KAPASITAS
C.
ILMU
HUKUM)
HUKUM
...............
NORMATIF
79
DAN
KKKKK
KKKKKKKKK
SOSIOLOGIS
...............................................................
144
KKKKK
KKKKKKKKK
H. IMPUTASI
(IMPUTABILITY)
Hukum Sosiologis
..............................
Bukan 81
Sekedar Ilmu
1.
KKKKK Ilmu
KKKKKKKKK
Hukum.........................................................................144
KKKKK
KKKKKKKKK
KKKKK
xii
x
KKKKK
KKKKK
KKKKK
KKK
xi
Pendahuluan
Pendahuluan
BAB
dang ilmu
klasik dan humanisme seperti filsafatI sastraI logikaI kalangan Sosialis Kristen sehingga Kelsen diberhentikan dari
dan juga matematika. Ketertarikan inilah yang sangat mem- anggota Mahkamah Konstitusi Austria dan pindah ke Cologne.
pengaruhi karya-karyanya kemudian. Tahun 1906 Kelsen mem- Di sini Kelsen mengajar Hukum Internasional di University of
peroleh gelar Doktor di bidang hukum. Pada tahun 1905 Kelsen Cologne, dan menekuni bidang khusus hukum internasional
menerbitkan buku pertamanya berjudul Die Staatslehre des Dante
positif. Tahun 1931 dia mempublikasikan karyanya Wer soll der
Alighieri. Pada tahun 1908 dia mengikuti seminar di Heidelberg
Hter des Verfassungsei?. Tahun 1933 saat Nazi berkuasa situasi
yang diselenggarakan oleh George Jellinek. Tahun 1911 Kelsen berubah cepat dan Kelsen dikeluarkan dari universitas. Bermengajar di University of Vienna untuk bidang hukum publik
sama dengan istri dan dua putrinya Kelsen kemudian pindah
dan filsafat hukum dan menyelesaikan karya Hauptprobleme ke Jenewa pada tahun 1933 dan memulai karir akademik di the
der Staatsrechtslehre. Pada tahun 1914 Kelsen menerbitkan dan
Institute Universitaire des Hautes Etudes International hingga
2
menjadi editor the Austrian Journal of Public Law.
tahun 1935. Di samping itu, Kelsen juga mengajar hukum inA. Selama
SEJARAH
SINGKAT
KEHIDUPAN
perang
dunia pertama,
Kelsen menjadi penasehat ternasional di University of Prague pada tahun 1936, namun
HANS
KELSEN
untuk
departemen
militer dan hukum (military and justice
kemudian harus keluar karena sentimen anti-semit di kalangan
4
admi
nistration). Tahun 1918 dia menjadi associate professor di bidang
mahasiswanya.
saat ini hanya
terdapat
biografi
lengkap
hukum hingga
pada University
of Vienna
dan satu
tahun
1919 menjadi
Pecahnya perang dunia kedua dan kemungkinan terlitentang
Hans
Kelsen
yakni
yang
disusun
oleh
Rudolf
Aladr
profesor penuh di bidang hukum publik dan hukum adminisbatnya Switzerland dalam konflik tersebut memotivasi Kelsen
Mtall,
Leben
und Werkmonarkhi
diterbitkan
tahun 1969.
trasi.
PadaHans
tahunKelsen:
1919, saat
berakhirnya
Austria,
pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1940. Kelsen, sebagai
Hans
Kelsen
dilahirkan
dari
pasangan
kelas
menengah
Yahudi
research associate, mengajar di Harvard University tahun 1940
Chancellor pemerintahan republik pertama, Karl Renner, memberbahasa
Jerman
di Prague
pada
tanggal 11
Oktober
percayai
Kelsen
menjadi
penyusun
konstitusi
Austria.
Hal1881.
ini
sampai tahun 1942. Pada tahun 1942, dengan dukungan
Saat berusia
tigaKelsen
tahun,dengan
Kelsen Partai
dan keluarganya
pindah(Social
ke
karena
kedekatan
Sosial Demokrat
Roscoe Pound yang mengakui Kelsen sebagai ahli hukum
tina
dan
menyelesaikan
masa
pendidikannyaK
helsen
adalah
Democratic Party/SDAP) meskipun secara formal Kelsen tetap
dunia, Kelsen menjadi visiting professor di California University,
seorang
agnostis,
namun menjadi
pada tahun
1905partai
Kelsenpolitik.
pindah Barkeley, namun bukan di bidang hukum, tetapi di departemen
netral
karena
tidak pernah
anggota
agama
Katolik
menghindari
masalahdengan
integrasi
Draftmenjadi
konstitusi
yang demi
berhasil
disusun, diterima
ilmu politik. Dari tahun 1945 sampai 1952 menjadi profesor
dan
kelancaran
karirberarti
akademiknya.
identitasoleh
Kelsen
baik
tanpa
perubahan
baik olehNamun
SDAP maupun
penuh, dan pada tahun 1945 itulah Kelsen menjadi warga negara
sebagai Sosialis
keturunan
Yahudi
tetap saja
mendatangkan
banyak makelompok
Kristen
(Christian
Socialist)
dan Nasionalis
Amerika Serikat dan menjadi penasehat pada United Nation
salah
dalam
hidupnya.
Kelsen
pada
awalnya
adalah
pengacara
Liberal (Liberal Nationalist) yang kemudian bersama-sama mem- tar Crimes Commission di tashington dengan tugas utama
publikpemerintahan
yang berpandangan
terhadaptersebut
hukum sebagai
bentuk
koalisi. sekuler
Draft konstitusi
kemu- inmenyiapkan aspek hukum dan teknis pengadilan Nuremberg.
strumen
mewujudkan
kedamaian.
Pandangan
ini
diinspirasikan
Dia juga menjadi visiting professor di Geneva, Newport, The
dian di tetapkan menjadi Konstitusi 1920. Tahun 1921 Kelsen
3
oleh kebijakan
toleransiMahkamah
yang dikembangkan
oleh
rezim DualHague, Vienna, Copenhagen, Chicago, Stockholm, Helsinkfors,
ditunjuk
sebagai anggota
Konstitusi
Austria.
1
Monarchy
di Habsburg.
Memasuki
tahun
1930 muncul sentimen anti Semitic di dan Edinburg. Kelsen memperoleh 11 gelar doktor honoris causa
Sejak kecil Kelsen sesungguhnya lebih tertarik pada bi-
PENDAHULUAN
3
4
Pendahuluan
Pendahuluan
The
2. Les rapports de systme entre le droit interne et le droit
3. Essential Conditions of International Justice,
international public., 14 RdC (1926, IV) 231.
dingsProcee
of the American Society of International Law (1941) 70.
3. La transformation du droit international en droit interne.,
The
4. Principle of Sovereign Equality of States as a Basis
43 Revue gnrale de droit international public (1936) 5.
for International Organisation, 53 The Yale Law Journal
4. Zur Lehre vom Primat des Vlkerrechts., 12 Revue
(1944) 207.
inter
nationale de la thorie du droit (1938) 211.
Kedamaian
5. Die Einheit von Vlkerrecht und staatlichem Recht., 19
1. Law and Peace in International Relations (1942).
Zeitschrift fr auslndisches ffentliches Recht (1958) 234.
2.
Compulsory Adjudication of International Disputes., 37
AJIL (1943) 397.
Sumber Hukum
1. Vlkerrechtliche Vertrge zu Lasten Dritter., 14 Prager
3. Peace through Law (1944).
Juristische Zeitschrift (1934) 419.
Perserikatan Bangsa-Bangsa
2. Contribution la thorie du trait international., 10 Revue
1. The Law of the United Nations (1950).
internationale de la thorie du droit (1936) 253.
Recent
Trends
in the Law of the United Nations. A Supplement
2.
3. Thorie du Droit International Coutumier., Festschrift fr
to The Law of the United Nations. (1951).
Franz Weyer (1939) 85.
3.Limitations on the Functions of the United Nations, 55
4. The Basis of Obligation in International Law., Estudios de
Derecho Internacional Homenaje al Professor Camilo Barcia Trelles The Yale Law Journal (1946) 997.
The Preamble of the Charter. A Critical Analysis., 8 The
4.
(1958) 103.
Journal of Politics (1946) 134.
General
Covenant of the League of Nations:
5. International Law and the Law of the United Nations.
The United Nations Ten Years. Legal Progress (1956).
1. Zur rechtstechnischen Revision des Vlkerbund-statutes.,
17 Zeitschrift fr ffentliches Recht (1937) 401, 590.
6.Organization and Procedure of the Security Council of
the United Nations., 59 Harvard Law Review (1946) 1087.
2. Zur Reform des Vlkerbundes (1938).
3. Legal Technique in International Law (1939).
Sanctions
7.
in International Law under the Charter of the
United Nations., 31 Iowa Law Review (1946) 499.
4. Revision of the Covenant of the League of Nations., A
Symposium of the Institute of World Organization (1942) 392.
8. Collective Security under International Law (1957).
Organisasi Dunia
1. The Legal Process and International Order (1934).
2. Die Technik des Vlkerrechts und die Organisation des
Friedens, 14 Zeitschrift fr ffentliches Recht ENVPRF O4MK
_
Masalah-Masalah Khusus
Collective
1.
and Individual Responsibility in International
iaw with marticular oegard to munishment of tar CriJ
minals, 31 California Law Review ENV4PF RPMK
_
Pendahuluan
Tujuan
1. teori hukum, seperti tiap ilmu pengetahuan, adalah
untuk mengurangi kekacauan dan kemajemukan menjadi
kesatuan.
Teori
2.
hukum adalah ilmu pengetahuan mengenai hukum
yang berlaku, bukan mengenai hukum yang seharusnya.
3.Hukum adalah ilmu pengetahuan normatif, bukan ilmu
alam.
Teori
4. hukum sebagai teori tentang norma-norma, tidak ada
hubungannya dengan daya kerja norma-norma hukum.
Teori 5.
hukum adalah formal, suatu teori tentang cara menata,
mengubah isi dengan cara yang khusus. Hubungan antara
B. POKOK-POKOK PEMIKIRAN HANS KELSEN
teori hukum dan sistem yang khas dari hukum positif ialah
hubungan apa yang mungkin dengan hukum yang nyata.
Jika dilihat karya-karya yang dibuat oleh Hans Kelsen,
Pendekatan yang dilakukan oleh Kelsen disebut The Pure
pemikiran yang dikemukakan meliputi tiga masalah utama, yaitu
Theory of Law, mendapatkan tempat tersendiri karena berbeda
tentang teori hukum, negara, dan hukum internasional. Ketiga dengan dua kutub pendekatan yang berbeda antara mahzab
masalah tersebut sesungguhnya tidak dapat dipisahkan satu
hukum alam dengan positivisme empiris. Beberapa ahli medengan lainnya karena saling terkait dan dikembangkan secara
nyebut pemikiran Kelsen sebagai jalan tengah dari dua aliran
konsisten berdasarkan logika hukum secara formal. Logika
hukum yang telah ada sebelumnya.
formal ini telah lama dikembangkan dan menjadi karakteristik
Empirisme hukum melihat hukum dapat direduksi
utama filsafat keoJhantian yang kemudian berkembang menJ
sebagai fakta sosial. Sedangkan Kelsen berpendapat bahwa
7
jadi aliran strukturalisme.
Teori umum tentang hukum yang
interpretasi hukum berhubungan dengan norma yang non
dikembangkan oleh Kelsen meliputi dua aspek penting, yaitu empiris. Norma tersebut memiliki struktur yang membatasi
aspek statis (nomostatics) yang melihat perbuatan yang diatur
oleh
interpretasi
hukum. Di sisi lain, berbeda dengan mahzab hukum
hukum, dan aspek dinamis (nomodinamic) yang melihat hukum alam, Kelsen berpendapat bahwa hukum tidak dibatasi oleh
9
yang mengatur perbuatan tertentu.
pertimbangan moral.
Tesis yang dikembangkan oleh kaum
Friedmann mengungkapkan dasar-dasar esensial dariempiris disebut dengan the reductive thesis, dan antitesisnya yang
pemikiran Kelsen sebagai8berikut:
dikembangkan oleh mahzab hukum alam disebut dengan
norma
tivity
thesis. Stanley L. Paulson membuat skema berikut ini untuk
Zoran Jeli, A Note On Adolf Merkls Theory Of Administrative Law, Journal Facta Universitatis, Series: Law and Politics, Vol. 1, No. 2, 1998, hal. 147.
Bandingkan dengan Michael Green, Hans Kelsen and Logic of Legal Systems,
54 Alabama Law Review 365 (2003), hal. 368.
7
W. Friedmann, Teori & Filasafat Hukum: Telaah Kritis Atas Teori-Teori Hukum
(Susunan I), Judul Asli: Legal Theory, Penerjemah: Mohamad Arifin, Cetakan
hedua, (gakarta: mT oaja drafindo mersada, 199P), halK 1TMK
8
Pendahuluan
12
yuristik
buku
aktual.
GeneralThe
Theory
pure
of
theory
Law
and
of law
State
berbeda
khususnya
dengan
pada
analytical
bagian
menggambarkan
posisi
Kelsen
di
antara
kedua
tesis
tersebut
10
jurisprudence
dalam
halhukum.
the pure
theory
of law
lebihdan
konsisten
pertama,
terkait
yaitu
dengan
konsep
hubungan
hukum
Pembahasan
dengan
dilakukan
fakta
dengan
moral:
menggunakan
membandingkannya
metodenya terkait
dengandengan
dua buku
masalah
utamakonsep-konsep
lainnya, yaitu
13
the Problems
danof
Pure
Legal
Theory
Theory
dasar, normaIntroduction
hukum, hak to
hukum,
kewajiban
hukum,
danof
15
14
Lawhubungan
, serta pembahasan
yang
dilakukan
antara negara
dan
hukum. oleh beberapa ahli
hukum lainnya.
Teori tertentu yang dikembangkan oleh Kelsen dihasilkan dari analisis perbandingan sistem hukum positif yang
berbeda-beda, membentuk konsep dasar yang dapat menggambarkan suatu komunitas hukum. Masalah utama (subject matter)
dalam teori umum adalah norma hukum (legal norm), elemenelemennya, hubungannya, tata hukum sebagai suatu kesatuan,
strukturnya, hubungan antara tata hukum yang berbeda, dan
Kolom
vertikal
menunjukkan
antara
hukum
akhirnya,
kesatuan
hukum
di dalamhubungan
tata hukum
positif
yang
dengan
moralitas
sedangkan
baris horisontal
menunjukkan
plural.
The
pure theory
of law menekankan
pada
pembedaan
hubungan
antara
hukum
dan
fakta.
Tesis
utama
hukum
alam
yang jelas
empiris dan keadilan transendental
adalahdengan
morality
thesis dan normativity
thesis,kajian
sedangkan
empirico
mengeluarkannya
dari lingkup
hukum.
Hukum
posi
tivist
adalah
separability
thesis dan
thesis. Teori Kelsen
bukan
merupakan
manifestasi
darireductive
otoritas super-human,
tetapi
ada-lah
pada tesissuatu
separability
thesisyang
dan normativity
thesis, yang
merupakan
teknik sosial
spesifik berdasarkan
peJ
berarti
pemisahan antara hukum dan moralitas dan
juga pemisahan
ngalaman
manusia.
antara
hukum
dan
fakta.
Sedangkan
kolom
yang
kosong
tidak
The pure theory of law menolak menjadi kajian metafisis
terisi
karena
jika diisi
menghasilkan
sesuatu
yang sebagai
kontratentang
hukum.
Teoriakan
ini mencari
dasar-dasar
hukum
diktif,
sebab tidak
mungkin
reductive meta-juridis,
thesis bersamalandasan
validitas,
tidakmemegang
pada prinsip-prinsip
te11
dengan
morality
thesis.
tapisama
melalui
suatu
hipotesis
yuridis, yaitu suatu norma dasar,
Pada duadengan
bab berikutnya
akan berdasarkan
disajikan teori
umum
tenyang dibangun
analisis logis
cara
berpikir
tang hukum yang terutama dikemukakan oleh Kelsen melalui
Ibid.1
Green, Op.Cit., hal.
Hans
366.
Kelsen, General Theory of Law and State, translated by:Anders Wedberg,12
10 Stanley L. Paulson, On Kelsens Place in Jurispruden, Introduction
(New York:
to Russell
Hans & Russell, 1961).
13
Kelsen, Introduction To The Problems Of Legal Theory; A Translation
Hans Kelsen,
of theIntroduction, Op.Cit.
14
First Edition of the Reine
Hans Rechtslehre
Kelsen, PureorTheory
Pure Theory
Of Law,
ofTranslation
Law, Translated
from by:
the Second (Revised and
Bonnie Litschewski
Enlarged)
Paulson German
and Stanley
Edition,
L. Paulson,
Translated
(Oxford:
by: Max
Clarendon
Knight,Press,
(Berkeley, Los Angeles,
15
Kelsen,
1992),
hal.General
xxvi. Theory, Op.Cit., hal. xivxvi. London: University of California Press, 1967).
9
_0
__
__
18
22
19
23
__
__
__
25
28
murni adalah ilmu hukum (legal science),
bukan kebijakan hukum dan keadilan adalah dua konsep yang
berbeda. Hukum
2930
26
kum (legal policy) .
yang dipisahkan dari keadilan adalah hukum positif.
Teori hukum murni (the Pure Theory of Law) adalah teori
hukum positif tetapi bukan hukum positif suatu sistem hukum
Konsep Hukum dan Ide Keadilan
tertentu melainkan suatu teori hukum umum (general legal
Membebaskan konsep hukum dari ide keadilan cukup
the
ory). Sebagai suatu teori tujuan utamanya adalah pengetahuan sulit karena secara terus-menerus dicampur-adukkan secara
terhadap subyeknya untuk menjawab pertanyaan apakah
politis terkait dengan tendensi ideologis untuk membuat huhukum itu dan bagaimana hukum dibuat. Bukan pertanyaan kum terlihat sebagai keadilan. Jika hukum dan keadilan identik,
apakah hukum yang seharusnya (what the law ougth to be) atau
jika hanya aturan yang adil disebut sebagai hukum, maka suatu
27
bagaimana seharusnya dibuat (ought to be made). Teori hukum
tata aturan sosial yang disebut hukum adalah adil, yang berarti
suatu justifikasi moralK qendensi mengidentikan hukum dan
keadilan adalah tendensi untuk menjustifikasi suatu tata aturan
sosial. Hal ini merupakan tendensi dan cara kerja politik, bukan
25 Cara berpikir dan rasio hukum ini oleh Zoran Jelic disebut berdasarkan pada
prinsip Forma dat esse rei, yaitu pendapat bahwa masalah dapat dilihat lebih
tendensi ilmu pengetahuan. Pertanyaan apakah suatu hukum
nyata jika dibangun secara lebih formal. Hal ini berarti cara berpikir yang tidak
adalah adil atau tidak dan apa elemen esensial dari keadilan,
secara langsung berhubungan dengan manusia, hak dan kebebasan manusia,
tidak dapat dijawab secara ilmiah, maka the pure theory of law
negara, masyarakat, kolektivitas atau demokrasiK honsepsi filosofis tersebut
saat ini terwujud dalam strukturalisme khususnya Michel Faoucault dan Claude
sebagai analisis yang ilmiah tidak dapat menjawabnya. Yang
Levi-Strauss. Jelic, Op.Cit., hal. 147.
dapat dijawab hanyalah bahwa tata aturan tersebut mengatur
26 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 5.
perilaku manusia yang berlaku bagi semua orang dan semua
27 Hukum dan nilai-nilai yang bersifat subyektif dan sering dijadikan dasar
pembenar hukum dijelaskan tersendiri dalam Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal.
orang menemukan kegembiraan di dalamnya. Maka keadilan
(formal reductionism).
17. Disebut juga dengan aliran formal reduksionis
31
sosial adalah kebahagiaan
sosial.
Lihat Jelic, Op.Cit. hal. 1.
Jika keadilan dimaknai sebagai kebahagiaan sosial, maka
28 Legal Science (Rechtswissenschaft) sering digunakan oleh Kelsen dalam arti
penyelidikan akademis terhadap hukum positif. Namun terkait dengan teori
kebahagiaan sosial tersebut akan tercapai jika kebutuhan indi-
hukum murni, dia memperluas terma sehingga asumsi-asumsi umum teoritis yang
mendasari hukum termasuk di dalamnya. Dalam arti yang luas ini ilmu hukum
juga meliputi teori hukum. Istilah ini semula digunakan berasal dari bahasa latin
Jurisprudentia menjadi bahasa Jerman Jurisprudenz yang kadang-kadang
menekankan pada ketrampilan hukum dan pengetahuan hukum. Pendekatan
selain legal science yang dikemukakan oleh Kelsen adalah sejarah hukum (legal
history) dan perbandingan hukum (comparative law). Namun pandangan Kelsen
lebih tepat disebut sebagai Legal Theory Lihat Appendix I: Supplementary Notes
pada Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 127-129. Masalah bangunan logika
dari sistem hukum yang digunakan oleh Kelsen serta pengaruh dari Imanuel
Kant dapat dilihat pada artikel Green, Op.Cit., hal. 365_.
__
__
vidu sosial terpenuhi. Tata aturan yang adil adalah tata aturan
Kriteria keadilan, seperti halnya kreteria kebenaran, tidak
yang dapat menjamin pemenuhan kebutuhan tersebut. Namun tergantung pada frekuensi dibuatnya pembenaran tersebut.
tidak dapat dihindarkan adanya fakta bahwa keinginan sese- Karena manusia terbagi menjadi banyak bangsa, kelas, agama,
orang atas kebahagiaan dapat bertentangan dengan keinginan profesi, dan sebagainya, yang berbeda-beda, maka terdapat
orang lain. Maka keadilan adalah pemenuhan keinginan indibanyak ide keadilan yang berbeda-beda pula. Terlalu banyak
34
untuk menyebut salah satunya sebagai
keadilan.
vidu dalam suatu tingkat tertentu. Keadilan yang paling besar
adalah pemenuhan keinginan sebanyak-banyaknya orang.
gustifikasi rasional atas suatu postulat yang didasarkan
Sampai di manakah batasan tingkat pemenuhan tersebut agar
pada pembenaran nilai subyektif adalah menipu diri sendiri
dapat memenuhi kebahagiaan sehingga layak disebut keadilan?(self deception) atau merupakan suatu ideologi. Bentuk tipikal
Pertanyaan tersebut tidak dapat dijawab berdasarkan pengedari ideologi semacam ini adalah penekanan adanya suatu
tahuan rasional. Jawaban pertanyaan tersebut adalah suatu tujuan akhir dan adanya semacam regulasi perbuatan manusia
pembenaran nilai (a judgment of value), yang ditentukan oleh
yang telah ditentukan sebelumnya (definite) sebagai proses alam
35
faktor emosional dan tunduk pada karakter subyektif sehingga atau kondisi alami dari rasio manusia atau kehendak
Tuhan.
bersifat relatif. A judgment of value adalah pernyataan di mana Kehendak Tuhan dalam doktrin hukum alam identik dengan
sesuatu dideklarasikan sebagai suatu tujuan. Statement semacam
alam karena alam diciptakan oleh Tuhan, dan hukum adalah
32
itu selalu ditentukan oleh faktor emosional.
ekspresi alami kehendak Tuhan. Hukum alam tidak diciptakan
Suatu sistem nilai positif tidak diciptakan secara bebas oleh tindakan manusiaI tidak artifisial ataupun kehendak bebas
oleh individu tersendiri, tetapi selalu merupakan hasil saling manusia. Hukum alam dapat dan harus dideduksikan dari alam
36
mempengaruhi antarindividu dalam suatu kelompok. Setiap
oleh kerja pikiran.
sistem moral dan ide keadilan merupakan produk masyarakat
Namun hukum alam juga belum mampu menentukan isi
dan berbeda-beda tergantung pada kondisi masyarakatnya.
dari tata aturan yang adil. Keadilan hanya dirumuskan dalam
formula kosong seperti suum cuique atau tautologi yang tidak
Fakta bahwa terdapat nilai-nilai yang secara umum diterima oleh
masyarakat tertentu tidak bertentangan dengan karakter subbermakna seperti kategori imperatif Kant yang menyatakan
yektif dan relatif dari pembenaran nilai. Demikian pula halnyabahwa tindakan seseorang harus ditentukan hanya oleh prinsip
dengan banyaknya persetujuan individu terhadap pembenaran
yang akan mengikat semua orang.
tersebut tidak membuktikan bahwa pembenaran tersebut adalah
benar. Hal ini sama dengan fakta bahwa banyaknya orang
34 Ibid., hal. 8.
percaya matahari mengelilingi bumi tidak dengan sendirinya
35 Ilmu sebagai pengetahuan selalu mengikuti tendensi internal untuk mengetahui
33
membuktikan kebenarannya.
subyeknya, tetapi ideologi politik menyembunyikan realitas karena berakar pada
32
33
Ibid., hal. 6.
Ibid., hal. 7-8.
__
kehendak dan bukan pengetahuan, pada emosi dan bukan elemen kesadaran
rasional. Ideologi politik berasal dari kepentingan tertentu atau paling tidak pada
kepentingan selain kepentingan kebenaran itu sendiri. Jelic, Op.Cit., hal. 148.
36 Ibid., hal. 8.
__
__
dalam masyarakat yang ada hanyalah kepentingan dan konflikpernyataan bahwa tindakan individu adalah adil atau tidak adil
berarti legal atau ilegal, yaitu tindakan tersebut sesuai atau tidak
kepentingan. Solusinya dapat diberikan oleh tata aturan yang
memenuhi satu kepentingan atas pengorbanan kepentingan dengan norma hukum yang valid untuk menilai sebagai bagian
lain, atau membuat suatu kompromi antara kepentingan yang
dari tata hukum positif. Hanya dalam makna legalitas inilah
46
bertentangan. Di antara dua pilihan tersebut mana yang disebut
keadilan dapat masuk ke dalam ilmu
hukum.
adil tidak dapat ditentukan oleh pengetahuan secara rasional.
2. Kriteria Hukum: Hukum Sebagai Teknik Sosial
Pengetahuan tersebut hanya dapat muncul berdasarkan ketentuan hukum positif berupa undang-undang yang ditentukan
Jika melakukan investigasi terhadap hukum positif dan
secara obyektif. Tata aturan ini adalah hukum positif. Inilah
membandingkannya dengan semua tatanan sosial yang disebut
yang dapat menjadi obyek ilmuI bukan hukum secara metafisikK
hukum, baik sekarang maupun masa lalu, akan ditemukan
Teori ini disebut the pure theory of law yang mempresentasikan
hukum sebagaimana adanya tanpa mempertahankan dengan karektiristik umum yang tidak terdapat pada tatanan sosial lain.
Karateristik ini menunjukkan fakta yang penting bagi kehidumenyebutnya adil, atau menolaknya dengan menyebut tidak
pan sosial dan studi ilmu pengetahuan. Dan karakteristik ini
adil. Teori ini mencari hukum yang riil dan mungkin, bukan
43
membedakan hukum dari fenomena sosial lain seperti moral
hukum yang benar.
dan
agama. Pembedaan antara hukum dengan tatanan norma
Berdasarkan pengalaman, hanya suatu tata hukum yang
sosial lain dapat dilihat dari sudut fungsinya sebagai motivasi
membawa kompromi antara kepentingan yang bertentangan
langsung
atau tidak langsung, konsekuensi dalam bentuk sanksi
dan dapat meminimalisir kemungkinan friksi. Hanya tata aturan
demikian yang akan menyelamatkan perdamaian sosial dalam berupa hukuman dan imbalan, monopoli penggunaan sanksi,
dan faktor kepatuhan terhadap norma.
masalah tertentuK talaupun ide keadilan yang dibangun berbeda
dengan ide perdamaian, namun terdapat tendensi nyata untuk
Motivasi Langsung dan Tidak Langsung
mengidentikkan kedua ide tersebut, atau setidaknya untuk
44
Fungsi
dari setiap tatanan sosial adalah untuk mewujudmensubsitusikan ide perdamaian terhadap keadilan.
kan tindakan timbal balik dalam masyarakat, untuk membuat
Keadilan dapat dimaknai sebagai legalitas. Adalah adil
orang
tidak melakukan tindakan yang mengganggu masyarakat,
jika suatu aturan diterapkan pada semua kasus di mana menudan untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat.
rut isinya memang aturan tersebut harus diaplikasikan. Adalah
Terkait dengan cara agar perilaku sosial dipatuhi, terdapat
tidak adil jika suatu aturan diterapkan pada satu kasus tetapi
45
berbagai
tipe aturan sosial. Tipe-tipe ini memiliki karakteristik
tidak pada kasus lain yang sama. Keadilan dalam arti legalitas
berupa motivasi spesifik yang diberikan oleh aturan untuk
adalah suatu kualitas yang tidak berhubungan dengan isi tata
membujuk
orang agar melakukan sesuatu yang diinginkan.
aturan positif, tetapi dengan pelaksanaannya. Menurut legalitas,
Ibid., hal. 13.
Ibid., hal. 14.
45 Kelsen, Introduction , Op.Cit., hal. 16 dan 25.
43
44
__
46
47
51
48
52
__
__
patuh terhadap tata aturan tertentu, walupun sanksi tersebut sanksi, ataupun yang tidak memberikan sanksi sama sekali dan
54
tidak dilaksanakan dalam realitas oleh
manusia.
hanya berdasarkan motivasi langsung. Tata aturan selain yang
Dua bentuk sanksi yang telah dikemukakan adalah per- merupakan a coercive order, keberlakuannya tidak berdasarkan
58
lakuan yang merugikan terkait dengan ketidakpatuhan atau janji
pada paksaan, tetapi pada kepatuhan
sukarela.
Hukum adalah a coercive order. Inilah elemen umum yang
keuntungan dalam hal kepatuhan. Realitas sosial menunjukkan
bahwa yang pertama memainkan peran paling penting dari pada
dapat dipahami pada penggunaan kata hukum di berbagai tata
yang kedua. Hal ini dapat dilihat dengan adanya sanksi sebagai hukum di dunia sehingga merupakan terminologi yang dapat
hal yang selalu ada dalam norma aturan sosial. Teknik imbalan dibenarkan serta merupakan konsep yang sangat signifikan
(reward) memainkan peran signifikan hanya dalam hubungan
artinya bagi kehidupan59sosial.
privat antarindividu yang selalu disertai dengan sanksi hukuman
Hukum, Moralitas, dan Agama
terhadap ketidakpatuhan salah 55
satu pihak.
Ketika mengakui hukum sebagai teknik sosial yang spesifikI sebagai a coercive orderI kita dapat melawankannya dengan
Hukum sebagai Perintah yang Memaksa
(a Coercive Order)
tatanan sosial lain yang sama-sama merupakan bagian dari
Tindakan yang dilakukan terhadap pelanggar aturan semasyarakat tetapi berbeda artinya. Hukum adalah suatu alat
bagai sanksi yang diorganisasikan secara sosial dapat berupa sosial yang spesifikI bukan tujuanK eukumI moralitasI dan agaJ
sesuatu yang mengganggu kondisi orang tersebut seperti
ma, semuanya melarang pembunuhan. Tetapi hukum melakukehidupan, kesehatan, kebebasan, atau kepemilikan. Karena kannya dengan menentukan bahwa jika seseorang melakukan
diambil tanpa keinginannya, maka sanksi memiliki karakter se- pembunuhan, maka orang lain yang ditentukan oleh aturan
bagai paksaan yang terukur. Hal ini tidak selalu berarti bahwa
hukum, harus melakukan paksaan yang terukur tertentu kepada
56
pelaksanaan sanksi menghendaki adanya kekuataan
fisikK
pembunuh tersebut seperti yang ditentukan aturan hukum. SeSuatu tata aturan sosial yang menghendaki perilaku indi- dangkan moralitas terbatas dengan menyatakan bahwa Kamu
vidu tertentu dan dilakukan dengan menetapkannya sebagai
dilarang membunuh (thou shalt not kill) tanpa menentukan
60
paksaan terukur disebut sebagai suatu perintah yang memaksa
reaksi moral tertentu.
57
(a coercive order). Hal ini berlawanan dengan semua aturan sosial
Karakter sosial dari moral adalah bahwa norma moral
lain yang lebih memberikan imbalan dari pada hukuman sebagaiyang menentukan suatu perbuatan lebih ditujukan untuk diri
Ibid., hal. 17.
Ibid., hal. 18.
57 Pada edisi pertama, Kelsen menggunakan istilan Coercive Norm. Lihat, Kelsen,
Introduction , Op.Cit., hal. 26. Bandingkan dengan H.L.A. Hart yang menyebutnya dengan istilah order backed by threat dan coerced order sebagai
spesies dari genus imperative mood. Lihat H.L.A. Hart, The Concept of Law,
Tenth Impression, (Oxford: Oxford University Press, 1979), hal. 18-20.
55
56
__
__
sendiri, bukan sebagai perintah terhadap orang lain. Perbuatansi ditentukan oleh aturan hukum. Sanksi adalah reaksi aturan
yang dilakukan atas dasar moralitas biasanya ditujukan untuk hukum terhadap delik, atau reaksi komunitas yang ditentukan
memenuhi kepentingan tuntutan moral diri sendiri. Hal ini oleh aturan hukum, terhadap pelaku kejahatan (delinquent). Inberarti moral hanya merujuk kepada motif dari tindakan sedividu yang melakukan tindakan sanksi merupakan agen dari
63
seorang. Moralitas tidak memiliki organ tertentu untuk melakaturan hukum.
sanakan norma moral. Pelaksanaan norma moral adalah hanya
qerdapat keberatan terdapat definisi hukum sebagai
merupakan evaluasi individu lain terhadap suatu perbuatan ter-perintah yang memaksa didasarkan pada fakta adanya hukum
tentu. Moralitas seringkali mempostulasikan adanya kebenaranyang tidak memberikan sanksi, tetapi hanya memberikan otoabsolut. Karena hal inilah maka moral harus dibedakan dengan
ritas. Adalah benar terdapat bagian hukum yang tidak mengatur
hukum, karena suatu norma hukum tidak selalu memenuhiperbuatan dengan menyediakan sanksi sebagai konsekuensinya.
justifikasi moralK saliditas norma hukum positif tidak terganJ
Namun harus diingat bahwa aturan yang dimaksud adalah
tung pada moralitas. Hal ini seperti berlaku pada hubungan
aturan prosedural, bukan material. Hukum modern sangat jaantara hukum dan keadilan, karena keadilan merupakan suaturang sekali mengatur suatu perbuatan tertentu tanpa membuat
61
postulat moral.
tindakan sebaliknya sebagai kondisi bagi suatu sanksi. Selain
Norma agama lebih mendekati norma hukum daripada
ituI definisi hukum yang tidak menentukan hukum sebagai
norma moral karena mengancam (threatened) pembunuh dengan
perintah yang memaksa harus ditolak karena (1) hanya dengan
hukuman oleh otoritas di atas manusia. Tetapi sanksi tersebut memasukkan elemen sanksilah hukum dapat dibedakan secara
memiliki karakter transendental, bukan sanksi yang diorganisasijelas dengan tatanan sosial lainnya; (2) paksaan adalah faktor
kan secara sosial. Mungkin saja norma agama lebih efektif
yang sangat penting sebagai pengetahuan hubungan sosial dan
dari pada norma hukum karena keberlakuannya mensyaratkan
menjadi karakter utama dari hukum; dan (3) adanya sanksi
kepercayaan terhadap eksistensi dan kekuasaan otoritas di atas
adalah karakter utama dari hukum modern dalam hubungannya
64
manusia. Jadi masalahnya bukan pada efektivitas sanksi, tetapi
antara hukum dan negara.
hanya pada apakah dan bagaimana sanksi tersebut ditentukan
62
Monopoli Penggunaan Kekuatan
oleh tata aturan sosial.
Penggunaan paksaan oleh seseorang pada prinsipnya
Sanksi yang terorganisasi secara sosial adalah suatu tinadalah
suatu delik atau65sanksi.
Paksaan dalam sanksi adalah
dakan paksaan yang dilakukan oleh individu yang ditentukan
tindakan yang dilakukan untuk mencegah penggunaan paksaan
secara langsung oleh aturan sosial, dengan cara yang juga telah
dalam delik. Kekuatan digunakan untuk mencegah pengguditentukan, terhadap individu yang bertanggungjawab atas
tindakan yang bertentangan dengan aturan tersebut. Tindakannaan kekuatan dalam masyarakat. Hal ini terlihat seperti suatu
yang bertentangan tersebut disebut delik (delict). Delik dan sankIbid., hal. 20.
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 50.
65 Ibid., hal. 42.
63
__
64
__
_0
__
Sebagai tambahan bahwa tekanan psikis sebagai elemen isinya secara khusus digunakan oleh aturan hukum untuk meesensial konsep hukum memiliki banyak kelemahan adalah
nentukan perilaku individu tertentu sebagai teknik khusus dari
karena tidak diketahui secara pasti apa motif seseorang untuk aturan sosial. Doktrin bahwa paksaan adalah elemen esensial
72
mematuhi hukum.
Tidak ada tata hukum positif yang pernah
hukum menunjuk pada hukum itu sendiri sebagai suatu fakta
menginvestigasi secara ilmiah secara memuaskan tentang hal
bahwa aturan hukum menetapkan sanksi. Fakta ini berupa
ini. Bahwa suatu tata hukum adalah berlaku secara ketat hanya
teknik sosial khusus yang membedakannya dengan aturan
75
berarti bahwa tindakan banyak orang sesuai dengan aturan husosial lain.
kumK qidak ada informasi spesifik yang dapat diberikan tentang
Jika kita mengkarakteristikkan perilaku manusia dari
motif tindakan orang-orang tersebut dan tentang tekanan psikis
sudut pandang motifnya, maka merupakan wilayah studi
yang berasal dari aturan73hukum.
sosiologi agama, bukan sosiologi hukum. Jika aturan hukum
menentukan hukuman dalam kasus seorang melakukan pemArgumentasi menentang Hukum sebagai Perintah yang bunuhan, pencurian, zina, adalah karena legislatif menentukan
Memaksa
demikian, maka kepercayaan pada Tuhan dan perintahnya
Doktrin tentang paksaan sebagai elemen esensial husebagai motif tidak mencukupi untuk memaksa orang tidak
kum sering menimbulkan perselisihan, khususnya dari sudutmelakukan kejahatan tersebut. Jika terdapat aturan hukum yang
pandang sosiologis. Keberatan tersebut terkait dengan fakta
menetapkan sanksi khusus, maka adalah semata-mata karena
bahwa orang mematuhi aturan hukum dan memenuhi kewajib-orang yang membuat dan melaksanakan aturan hukum ini beran hukumnya dalam banyak kasus tidak karena takut kepada pendapat, benar atau salah, bahwa aturan sosial lainnya yang
sanksi yang ada dalam aturan hukum, tetapi karena alasan lain. tidak memiliki sanksi atau memiliki bentuk sanksi lain, tidak
Eugen Ehrlich adalah salah satu tokoh sosiologi hukum (sociology cukup efektif untuk mewujudkan perilaku yang diharapkan
74
76
of law) yang mengemukakan hal
tersebut.
oleh pembuat dan pelaksana aturan
hukum.
Pernyataan bahwa individu subyek hukum menyesuaiApa yang membedakan aturan hukum dari semua aturan
kan perbuatannya dengan aturan tersebut tidak semata-matasosial lainnya adalah fakta bahwa aturan hukum mengatur perikarena keinginan untuk menghindar dari akibat yang tidak
laku manusia sebagai suatu teknik khusus. Jika tidak mengakui
dapat diterimanya berupa sanksi hukum, tidak diragukan lagi elemen khusus hukum ini, jika tidak meyakini hukum sebagai
adalah benar. Tetapi pernyataan ini tidak seluruhnya tidak sesuai
suatu teknik sosial spesifikI jika mendefinisikan hukum secara
dengan doktrin bahwa paksaan adalah elemen esensial hukum. sederhana sebagai aturan atau organisasi, dan bukan suatu
Doktrin perintah yang memaksa tidak menunjuk pada motif
aturan atau organisasi yang memaksa, maka akan kehilangan
sesungguhnya dari tindakan individu yang diatur hukum, tetapi kemungkinan membedakan hukum dari fenomena sosial lainKelsen, Introduction , Op.Cit., hal. 31.
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 24.
74 Ibid., hal. 24.
72
73
__
75
76
77
80
78
81
__
yang mencuri, yang berarti melanggar aturan. Jadi dapat dikatadari permintaan. Perintah merupakan ekspresi kehendak dalam
kan bahwa aturan hukum adalah valid walaupun dalam kasusbentuk imperatif bahwa orang lain harus bertindak dengan cara
aturan tersebut kurang berlaku dalam kasus tetap adanya pentertentu. Apakah suatu perintah mengikat atau tidak tergantung
82
curian.
pada apakah individu yang memerintahkan memiliki otoritas
86
Aturan ini memang harus dilaksanakan oleh hakim tidak
untuk membuat perintah atau
tidak.
hanya terhadap subyeknya tetapi juga berlaku bagi organ yang
Austin kemudian mengidentikkan dua konsep, pemeharus melaksanakan. Namun dalam kondisi tertentu bisa saja rintah dan perintah yang mengikat. Hal ini keliru karena tidak
organ tersebut tidak mampu melaksanakan sanksi terhadap
semua perintah yang dibuat oleh seseorang yang memiliki
orang yang melanggar aturan. Pada kasus tertentu aturan tetapkekuasaan superior adalah mengikat. Perintah penjahat untuk
valid bagi hakim walaupun tanpa keberlakuan.
memberikan uang adalah tidak mengikat, walaupun penja83
saliditas adalah eksistensi norma secara spesifikK puatu
hat tersebut benar-benar dapat memaksakan keinginannya.
norma adalah valid merupakan suatu pernyataan yang mengSuatu perintah adalah mengikat bukan karena individu yang
asumsikan eksistensi norma tersebut dan mengasumsikan
memerintah memiliki superioritas kekuasaan, tetapi karena
bahwa norma itu memiliki kekuatan mengikat (binding force) dia diotorisasi atau diberi kekuasaan untuk membuat perintah
terhadap orang yang perilakunya diatur. Aturan adalah hukum, yang mengikat. Dan diotorisasi atau dikuasakan terjadi hanya
dan hukum yang jika valid adalah norma. Jadi hukum adalah
jika suatu aturan normatif memberikan kapasitas untuk itu.
84
norma yang memberikan sanksi. Tetapi apakah
norma itu?
Selanjutnya ekspresi keinginan tersebut adalah suatu perintah
yang mengikat walaupun jika individu yang memerintah tidak
Kritik Terhadap Teori Austin: Hukum sebagai Perintah
memiliki kekuasaan nyata melebihi individu yang diperintah.
yaitu suatu Ekspresi Kehendak
Aturan hukum adalah perintah yang mengikat karena dibuat
87
Norma sebagai kategori yang dikualisikasi sebagai suatu
oleh otoritas yang kompeten.
keharusan adalah genus, bukan differentia spesifica dari hukum.
Suatu perintah yang mengikat akan tetap mengikat
Sebaliknya, norma hukum adalah bagian dari norma secara
walaupun keinginan yang menjadi dasar perintah tersebut su85
umum.
Dalam memberikan penjelasan tentang norma, dapat dah tidak ada. Hal ini misalnya dapat dilihat dalam kasus pemdiasumsikan bahwa norma adalah perintah seperti Austin
buatan wasiat, di mana perintah tersebut masih tetap mengikat
yang mengkarateristikkan hukum atau aturan sebagai suatu
walaupun yang memiliki keinginan telah meninggal. Bahkan
perintah. Tepatnya hukum atau aturan sebagai spesies dari
meninggalnya orang yang memberikan wasiat menjadi dasar
88
perintah. Suatu perintah adalah ekspresi kehendak individu
berlakunya wasiat.
dan obyeknya adalah individu yang lainnya. Perintah berbeda
Untuk membuat suatu kontrak yang mengikat, dua indiKelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 12.
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 30.
85 Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 26.
86 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 30.
83
84
__
87
88
91
vidu harus mengekspresikan persetujuannya. Kontrak adalah
menjadi isi atau bertentangan dengan isi undang-undang.
produk dari kehendak dua pihakK talaupun demikianI kontrak
Terlepas dari fakta bahwa anggota yang tidak setuju
tetap berlaku jika kemudian salah satu pihak berubah pikiran berarti keinginannya bertentangan dengan isi undang-undang,
dan tidak lagi menginginkan apa yang telah dikatakan sebagai tetapi ekspresi dari keinginannya tersebut tetap merupakan
keinginannya ketika kontrak dibuat. Jadi kontrak mengikat para
sesuatu yang esensial dalam pembuatan undang-undang karena
pihak walaupun bertentangan dengan keinginannya yang ses- merupakan keputusan seluruh parlemen, termasuk minoritas
ungguhnya. Jadi kekuatan mengikat tidak berpijak pada adanya yang berbeda. Bahkan mungkin ada anggota parlemen yang
kehendak para pihak, atau dalam hal yang lebih luas pemberi sama sekali tidak mengetahui isi undang-undang yang disetujui
92
perintah, sebab tetap valid dan mengikat walaupun keinginan
atau ditolaknya.
89
telah berubah.
Karakteristik khayalan bahwa aturan hukum adalah suatu
Suatu undang-undang ada karena keputusan parlemen
perintah masih dapat dilihat dalam kasus hukum kebiasaan.
dan eksis pada saat ketika keputusan sudah dibuat sehingga
Kita tidak akan pernah dapat menyatakan bahwa hukum kejika dianggap sebagai ekspresi keinginan, maka undang-unbiasaan adalah keinginan atau perintah dari orang-orang yang
dang berlaku pada saat keinginan sudah tidak ada. Keinginantindakannya diatur dalam kebiasaan. Eksistensi kebiasaan tidak
adalah suatu fenomena psikologis yang berakhir setelah suatu
melibatkan keinginan isi aturan dari yang masyarakat yang
93
tindakan selesai dilakukan. Seorang yuris yang hendak mencari
memiliki aturan tersebut.
keberadaan hukum tidak dapat dilakukan dengan mencoba
Keharusan (The Ought)
membuktikan adanya fenomena psikologis tersebut. Seorang
Ketika hukum digambarkan sebagai perintah atau eksyuris menyatakan bahwa suatu undang-undang eksis walaupun
presi
kehendak
legislator, dan ketika tata hukum dikatakan seketika individu yang menciptakannya tidak lagi menginginkan
isi undang-undang tersebut, bahkan juga ketika tidak seorangbagai perintah atau keinginan negara, maka harusnya dipahami
sebagai a figurative mode of speech. Jika aturan hukum adalah suatu
pun menginginkan isi aturan90tersebut.
Jika kita menganalisa secara psikologis prosedur pem- perintah, maka merupakan perintah yang depsychologized. Suatu
buatan undang-undang, maka isi undang-undang tidak harus perintah yang tidak mengimplikasikan makna adanya keinginan
secara psikologis. Perbuatan yang ditentukan dalam aturan
merupakan tindakan berdasarkan keinginan. Undang-undang
dibuat oleh keputusan parlemen sebagai otoritas yang kompetenhukum dituntut tanpa adanya kebutuhan adanya keinginan
dalam makna psikologis. Hal ini diekspresikan dengan kata
dengan prosedur pengambilan keputusan utamanya adalah
one
shall atau one ought untuk mengikuti perbuatan yang
vot
ing terhadap suatu rancangan undang-undang. Undang-undang
ditentukan oleh hukum. Suatu norma adalah suatu aturan yang
diputuskan berdasarkan suara mayoritas anggota. Anggota yang
menentang rancangan tersebut otomatis keinginannya tidak
89
92
90
93
__
__
mengekpresikan fakta bahwa seseorang harus (ought) bertindak demokrasi tidak dapat disebut sebagai perintah sebab tidak
dengan cara tertentu, tanpa mengimplikasikan bahwa sungguh-dibuat oleh individu tertentu yang berada di atas individu lain
94
sungguh menginginkan orang tersebut bertindak
demikian.
tetapi dibuat oleh sesuatu yang impersonal, otoritas yang berKategori ini memiliki karakter yang sepenuhnya formal yang
beda dari individu. Inilah otoritas hukum yang berada di atas
membedakannya dengan prinsip ide hukum yang transenden. individu yang diperintah dan memberi perintah. Ide ini menunKategori hukum ini yang dalam terminologi Kantian adalah
jukkan bahwa kekuatan mengikat bukan berasal dari orang
teoritis transenden (theoretically trancendental) bukan merupakan
yang memerintah, tetapi dari perintah impersonal anonim yang
95
diekspresikan dalam istilah non sub homine, sed sub lege. Perintah
transenden yang metafisisK
97
Perbandingan antara keharusan suatu norma dan suyang impersonal dan anonymus ini disebut dengan
norma.
atu perintah hanya dalam arti yang terbatas. Menurut Austin,
Ringkasnya, untuk mengatakan bahwa suatu norma
adalah sifat mengikat dari hukum yang membuatnya sebagai adalah valid untuk individu tertentu adalah tidak sama dengan
suatu perintah. Maka tidak ada perbedaan antara hukum yang mengatakan bahwa individu tertentu menginginkan individu
dibuat parlemen, kontrak dua pihak, atau wasiat individu. Na- lain untuk melakukan tindakan tertentu. Norma adalah valid
mun sungguh tidak mungkin menyebut kontrak atau wasiat juga bukan karena eksistensi kehendak. Norma tetap valid wasebagai suatu perintah, karena dalam hal ini berarti pembuat laupun individu tersebut tidak melaksanakan norma tersebut.
perintah memerintahkan diri sendiri. Tetapi adalah mungkin Pembedaan antara ought dan is bersifat fundamental dalam
98
bahwa suatu norma dibuat oleh individu yang sama yang termendeskripsikan hukum.
96
ikat dengan norma
ini.
Norma: UmumIndividual,
Berdasarkan hal tersebut muncul keberatan bahwa
ConditionalUnconditional
sesungguhnya kontrak tidak mengikat para pihak. Adalah huLaws
of nature adalah pernyataan tentang peristiwa nyata,
kum negara yang mengikat para pihak untuk bertindak sesuai
sedangkan aturan hukum adalah perintah tentang perilaku
kontrak. Namun kadang-kadang hukum memang berdekatan
manusia.
Laws of nature adalah aturan yang mendeskripsikan
dengan kontrak. Hal ini merupakan esensi dari demokrasi
bahwa hukum dibuat oleh individu yang juga terikat dengan bagaimana peristiwa alam sesungguhnya terjadi dan mengapa
terjadi. Aturan hukum menunjuk hanya pada perilaku manusia,
hukum tersebut. Namun hukum yang dibuat dengan jalan
menentukan bagaimana seharusnya manusia bertindak, dan
95 Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 25. Imanuel Kant membuat perbedaan funtidak menyatakan tentang tindakan aktual dan mengapa melakudamental antara manusia sebagai bagian alam yang tunduk pada hukum sebab
kannya. Untuk mencegah kesalahmengertian maka sebaiknya
akibat, dan manusia sebagai makhluk berakal yang mengatur perilakunya dengan
tidak digunakan istilah aturan (rule), tetapi menggunakan istilah
perintah-perintah yang menghasilkan pembedaan antara yang seharusnya ada
norma (norm) untuk mengkarakteristikan hukum. Alasan lain
dan yang ada (sollen-und sein). Teori ini dibatasi oleh Kant khusus mengenai
pengetahuan, yang oleh Kelsen diperluan hingga hukum. Lihat, W. Friedmann,
Op.Cit., hal. 170.
96 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 35. Kelsen,
Pure Theory, Op.Cit.,
hal. 7.
_0
__
adalah karena rule membawa konotasi sesuatu yang umum hukuman tersebut harus dijalankan tanpa adanya konsekuensi
101
(general). Suatu aturan (rule) tidak menunjuk pada satu peristiwa
jika hukuman tersebut tidak dijalankan.
99
tertentu tetapi pada keseluruhan peristiwa
yang sama.
Norma dan Tindakan
Kenyataan menunjukkan bahwa hukum sering dijelaskan
Pelaksanaan keputusan pengadilan tidak dengan sendirsebagai aturan umum (general rule). Austin mengidentikkan
inya
merupakan
suatu norma hukum. Jika menyebutnya sebagai
hukum dan aturan sehingga memahami hukum hanya sebagai
tindakan hukum (legal act) atau sebagai hukum, maka definisi
norma umum (general norms). Tetapi tidak diragukan lagi bahwa
hukum
sebagai suatu sistem norma akan menjadi sempit. Tidak
hukum tidak hanya terdiri dari norma umum, tetapi juga meliputi norma individual, yaitu norma yang menentukan tindakanhanya pelaksanaan suatu norma hukum, tetapi semua tindakan
102
yang membentuk norma hukum adalah tindakan
hukum.
seorang individu dalam satu situasi tertentu dan norma tersebut
Suatu
tindakan
dengan
mana
norma
umum
atau
norma
valid hanya pada kasus tertentu serta mungkin dipatuhi atau
dilaksanakan sekali saja. Norma semacam ini adalah hukum individual dibuat adalah tindakan yang ditentukan oleh aturan
karena merupakan bagian dari tata hukum secara keseluruhan. hukum sebagai tindakan pelaksanaan norma hukum. Suatu
tindakan adalah tindakan hukum secara eksklusif karena diContoh norma individual adalah keputusan pengadilan yang
kekuatan mengikatnya terbatas pada kasus tertentu dan orang tentukan oleh suatu norma hukum. Kualitas legal dari suatu
tertentu. Dengan demikian kekuatan mengikat atau validitas tindakan identik dengan kaitannya dengan suatu norma hukum.
hukum secara intrinsik tidak terkait dengan kemungkinan Suatu tindakan adalah tindakan hukum hanya karena dan hanya
103
sepanjang ditentukan oleh suatu norma
hukum.
karakter umumnya, tetapi hanya karena karakternya sebagai
100
Keberlakuan hukum berarti bahwa orang bertindak senorma.
bagaimana seharusnya bertindak sebagai bentuk kepatuhan
Norma hukum umum selalu memiliki bentuk pernyataan
dan
pelaksanaan norma. Jika validitas adalah kualitas hukum,
yang hipotetis. Sanksi yang ditentukan oleh norma ditetapkan
maka keberlakuan adalah kualitas perbuatan manusia sebenaruntuk kondisi tertentu. Juga suatu norma hukum individunya dan bukan tentang hukum itu sendiri. Pernyataan bahwa
al mungkin memiliki bentuk hipotesisnya. Suatu keputusan
hukum adalah efektif berarti tindakan manusia sebenarnya
pengadilan dapat menentukan bahwa dalam hal tergugat tidak
melakukan tindakan yang diputuskan, maka sanksi akan diberi-sesuai dengan aturan hukum. Maka validitas dan keberlakuan
menunjuk pada fenomena yang sangat berbeda. Hukum sebagai
kan. Inilah conditional norms atau hypothetical norm. Unconditional
norma yang valid ditemukan pada ekspresinya dalam pernyataan
norms atau categorial norm dapat dilihat pada kasus pengadilan
pidana menjatuhkan hukuman atas delik pembunuhan. Maka bahwa orang harus bertindak dengan cara tertentu. Pernyataan
ini tidak memberikan kita sesuatu tentang peristiwa sebenarnya.
100 Ibid., hal. 38.
Keberlakuan hukum terdiri dari fakta bahwa orang menyesuaiDalam General Theory of Law and State Kelsen menyebutnya dengan istilah
conditional norm dan unconditional norm, sedangkan dalam Pure Theory of Law
disebut dengan istilah hypothetical norm dan categorial norm. Ibid., hal. 38.
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 100A.
101
__
__
104
kan tindakannya sesuai dengan suatu
norma.
norma berawal dari suatu waktu dan berakhir pada waktu lain.
Penilaian bahwa perbuatan aktual sesuai dengan suatu
Demikian pula halnya bahwa norma valid untuk suatu wilayah
norma atau bahwa tindakan seseorang adalah seharusnya me- sosial tertentu dan tidak untuk wilayah sosial yang lain. Kita
nurut suatu norma, dapat dikarakteristikkan sebagai a judgment dapat menyebutnya sebagai wilayah validitas temporal dan
of value. Penilaian semacam ini dapat juga mengekspresikan wilayah validitas spasial dari suatu norma. Untuk menentukan
ide tentang kesesuaian perbuatan dengan suatu norma. Norma bagaimana seharusnya orang bertindak, seseorang harus medalam hal ini digunakan sebagai suatu standar valuasi. Dapatnentukan kapan dan di mana mereka bertindak. Sedangkan
dinyatakan bahwa fakta ditafsirkan menurut suatu norma.
bagaimana mereka seharusnya bertindak, dan tindakan apa
105
Norma menjadi suatu skema penafsiran.
yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan, adalah wilayah
Penafsiran suatu tindakan individu bertentangan dengan
materiil dari validitas suatu norma. Selain itu isi dari norma juga
suatu norma bukan merupakan a logical contradiction. Tindakan
meliputi elemen personal siapa yang harus bertindak menurut
yang disebut bertentangan dengan norma adalah tindakan yang norma tersebut. Jadi terdapat empat wilayah validitas suatu
109
tidak memenuhi norma, bukan tindakan yang semata-mata
norma, yaitu personal, material, teritorial,
dan spasial.
106
berlawanan dengan norma.
Tindakan tersebut kemudian
Kadang-kadang ditekankan bahwa norma dapat memmenjadi suatu kondisi spesifik menurut hukum untuk adanya peroleh validitasnya tidak untuk masa lalu, tetapi untuk masa
107
suatu konsekuensi.
depan. Tetapi norma juga dapat menunjuk pada perbuatan
masa lalu. Masa lalu dan masa depan bersifat relatif untuk suKeberlakuan (Efficacy) sebagai
atu waktu. Tidak ada halangan apapun yang dapat mencegah
Kondisi bagi Validitas
kita jika mengaplikasikan suatu norma sebagai skema penafsirtalaupun validitas dan keberlakuan adalah konsep yang an, suatu standar evaluasi, terhadap fakta yang terjadi sebelum
berbeda, namun terdapat hubungan yang penting antara keduanorma tersebut ada. Apa yang dilakukan seseorang di masa lalu
nya. Suatu norma dikatakan valid hanya dalam hal menjadi badapat kita evaluasi dengan norma yang baru ada kemudian. Hal
gian dari suatu sistem norma yang secara keseluruhan berlaku.ini akan berimplikasi bahwa secara hukum tidak ada halangan
Maka keberlakuan adalah suatu kondisi 108
bagi validitas.
untuk memberlakukan suatu norma secara retroaktif. Sebagai
perbandingan, pada masa lalu adalah kewajiban religius untuk
Wilayah (Sphere) Validitas Norma
mengorbankan manusia pada Tuhan, dan perbudakan adalah
Karena norma mengatur perilaku manusia, dan perilaku
institusi legal. Saat ini kita mengatakan bahwa pengorbanan
manusia berada pada waktu dan ruang, maka norma adalah validmanusia dan perbudakan adalah kejahatan dan perbudakan
110
untuk waktu tertentu dan di tempat tertentu. Validitas suatu
sebagai institusi hukum adalah
immoral.
__
Ibid., hal. 42., Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 12-13. Kelsen, Pure Theory,
Op Cit., hal. 10.
110 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 43.
109
__
111
112
__
ini harus tidak dicampurkan dengan norma yang dibuat olehreaksinya. Law of nature menentukan bahwa jika A terjadi, maka
otoritas pembuat hukum. Norma hukum yang ditetapkan
B terjadi (atau akan terjadi). Aturan hukum menyatakan; jika A
119
oleh otoritas pembuat hukum adalah peskriptif, sedangkan
terjadi, B harus terjadi. Aturan hukum adalah suatu
norma.
Biasanya perbedaan antara law of nature dengan norma
aturan hukum yang diformulasikan oleh ilmu hukum adalah
116
dikarakteristikkan dengan pernyataan bahwa law of nature tidak
deskriptif.
dapat memiliki perkecualian, sedangkan norma dapat. Namun
Aturan Hukum dan Hukum tentang Alam
hal ini tidak benar. Suatu fakta memiliki karakter sebagai per(Law of Nature)
kecualian terhadap suatu aturan jika pernyataan yang memHukum adalah suatu fenomena sosial, yaitu sesuatu yangbentuk fakta tersebut adalah secara logis bertentangan dengan
dapat diamati dalam masyarakat. Masyarakat sebagai obyek aturan. Karena suatu norma adalah bukan pernyataan tentang
amatan adalah hal yang berbeda dari fenomena alam. Jika ilmu
realitas, maka tidak ada pernyataan fakta riil yang dapat dikonhukum tidak sama dengan ilmu alam, maka harus memilikitradiksikan dengan suatu norma. Maka tidak ada perkecualian
120
perbedaan sebanyak mungkin dengan ilmu alam. Perbedaan
dalam suatu norma.
tersebut adalah pada interpretasi data sosial berupa tindakan
sebagai tindakan itu sendiri dan bukan sebagai fakta material
Norma Hukum sebagai Standar Valuasi
117
eksternal yang ditangkap dari suatu
obyek.
Norma hukum dapat diaplikasikan tidak hanya dalam
Aturan hukum, terma yang digunakan dalam makna desarti dilaksanakan oleh organ atau dipatuhi oleh subyeknya,
118
kriptif, adalah suatu hypothetical judgment (hypothetisches
Urteil)
tetapi juga dalam arti membentuk dasar bagi suatu penilaian
yang memberikan konsekuensi tertentu atas kondisi tertentu. spesifik untuk mengkualifikasikan perbuatan organI atau subJ
Hal ini juga merupakan bentuk logis dari law of nature. Seperti
yek sebagai lawful atau unlawful. Suatu tindakan dikualifikasikan
halnya hukum alam, ilmu alam mendeskripsikan obyeknya
sebagai perbuatan tertentu menurut norma, seperti tindakan
dalam kalimat yang memiliki karakter hypothetical judgment. Dan
menghilangkan nyawa dikualifikasikan sebagai pembunuhanK
seperti halnya aturan hukum, law of nature juga menghubungkan
fni adalah penilaian spesifik yang juristik di mana norma berJ
fungsi sebagai skema penilaian tindakan (scheme of
dua faktor di mana satu sebagai kondisi dan yang lain sebagai
121
konsekuensi. Kondisi dalam hal ini adalah sebab sedangkan interpretati
on).
Namun
aktivitas penilaian hakim juga terkait dengan
konsekuensi adalah akibat. Bentuk fundamental law of natureadil atau tidak adil, tetapi hanya sepanjang kapasitasnya dalam
adalah hukum kausalitas. Perbedaan antara aturan hukum dan menjalankan fungsi pembuatan hukum. Sepanjang dia terlihat
law of nature adalah bahwa aturan hukum mengenai manusia mengaplikasikan
dan
hukum, tindakannya dimaknai sebagai lawful
perbuatannya, sedangkan law of nature mengenai sesuatu dan atau unlawful seperti tindakan orang lain sebagai subyek dari
122
hukum.
Ibid., hal. 45. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 71.
Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 8.
118 Ibid., hal. 23.
119 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 45.
116
117
__
__
_0
126
127
__
__
__
__
__
harus mengeksekusi suatu sanksi dalam kasus norma pertama tidak mematuhi hukum, maka dengan sendirinya menyatakan
dilanggar. Norma yang pertama tergantung kepada normabahwa organ mengaplikasikan atau tidak mengaplikasikan hukum.
kedua yang menetapkan sanksi. Hubungan antara norma primerHanya dengan mengadopsi pembedaan terminologi semacam
147
dan sekunder dapat diekspresikan sebagai ketergantungan.
ini kita dapat melihat dengan jelas perbedaan antara hukum
Norma kedua disebut sebagai norma primer (primary norm) dan kaitannya dengan subyek (deliquent) dan kaitannya dengan
148
151
norma pertama adalah norma sekunder (secondary
norm).
Ini
organ.
149
Sepanjang hukum dipahami secara genuine, sebagai norma
adalah bentuk utama konstruksi norma hukum.
Norma sekunder memuat tindakan yang menurut tata
primer, hukum berlaku jika diapikasikan oleh organ, jika organ
hukum membawa konsekuensi suatu sanksi. Jika kita membuat
mengaplikasikan sanksi. Dan organ harus mengaplikasikan
konsep penunjang tentang norma sekunder, maka kebalikan hukum khususnya dalam kasus di mana subyek tidak mematuhi
dari delik terlihat sebagai lawful behavior, atau tindakan yang
hukumI yaitu kasus di mana sanksi dikenakanK talaupun
sesuai dengan norma sekunder, dan delik merupakan
demikian, ada hubungan tertentu antara kepatuhan faktual dan
unlaw
ful behavior, atau perbuatan yang bertentangan dengan norma aplikasi faktual dari hukum. Jika suatu norma hukum secara
sekunderK hetika delik didefinisikan secara sederhana sebagai
permanen tidak dipatuhi oleh subyek, maka mungkin juga tidak
unlawful behavior, maka hukum dipahami sebagai suatu sistem
lagi diaplikasikan oleh organ. Maka keberlakuan hukum utamadari norma sekunder. Namun hal ini tidak dapat dipertahankan
nya diaplikasikan oleh organ tertentu, selanjutnya keberlakuan
152
jika kita memahami karakter hukum sebagai coercive order yang
juga dapat berarti dipatuhi oleh subyeknya.
memberikan sanksi. Hukum adalah norma primer yang menenMenurut Hart, hal ini berarti tidak ada hukum yang
tukan sanksi dan norma ini tidak bertentangan dengan delik
melarang pembunuhan. Yang ada adalah hukum yang memeyang dilakukan oleh subyekK aelik adalah kondisi spesifik dari rintahkan petugas untuk melaksanakan sanksi tertentu dalam
150
sanksi.
kondisi tertentu terhadap seseorang yang melakukan pembunuhan. Dalam pandangan ini, yang biasanya disebut sebagai
2. Mematuhi dan Mengaplikasikan Norma Hukum
materi hukum sebagai pedoman untuk bertindak adalah suatu
antecedent (hal mendahului yang dibutuhkan) atau klausa jika
Hanya organ, secara terbatas, yang dapat mematuhi atau
(ifclause) dalam suatu aturan yang ditujukan bukan kepada
tidak mematuhi norma hukum, dengan mengaplikasikan atau pelaku tetapi kepada petugas dan memerintahkannya untuk
tidak mengaplikasikan sanksi yang ditentukan. Sebagaimana
mengaplikasikan sanksi tertentu jika kondisi tertentu terpenuhi.
biasa digunakan, kata mematuhi norma dan tidak mematuhi norma
Bentuknya adalah jika sesuatu X terjadi, dilakukan, atau tidak
menunjuk pada tindakan subyek. Subyek dapat patuh atau tidak
dilakukan, maka dilaksanakan sanksi Y. Klausul jika ini dapat
patuh hanya terhadap norma sekunder. Jika kita menyetujui dielaborasi dan diperluas hingga pada kewenangan pengadilan
model ekspresi umum terkait dengan subyek mematuhi atau
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 60.
Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 30.
150 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 61.
148
149
__
151
152
_0
156
157
158
161
159
162
__
__
163
dimintai pertanggungjawaban untuk suatu sanksi dalam hal tidak
elemen karakteristik hukum
primitif.
Pertanggungjawaban
me matuhi suatu perintah. Tetapi bagaimana dengan kasus di mana
individual terjadi pada saat sanksi dikenakan hanya pada
164
deli
quent.Baik pertanggungjawaban individual maupun kolektif orang selain yang tidak mematuhi hukum, dalam bahasa Austin
dapat diberlakukan dengan mengingat fakta bahwa tidak ada
perintah, bertanggungjawab terhadap 168
suatu sanksi?
individu dalam masyarakat yang sepenuhnya independen. BahKewajiban Hukum tidak Mengikat secara Psikologis
kan dikatakan bahwa mempertentangkan antara individu dan
Pernyataan bahwa seorang individu diharuskan secara
komunitas adalah dalil ideologis dari sistem liberal, yang harus
165
hukum
untuk
perbuatan tertentu adalah suatu penekanan tenditempatkan sama dengan dalil-dalil ideologi komunis.
Ketika sanksi tidak diterapkan kepada deliquent, tetapi ke- tang isi suatu norma hukum, bukan tentang peristiwa nyata,
khususnya bukan tentang sikap mental individu tersebut. Dalam
pada individu yang memiliki hubungan hukum dengan deliquent,
maka pertanggungjawaban individu tersebut memiliki karaktermenentukan kewajiban, yaitu dengan memberikan sanksi pada
pelanggaran kewajiban (delik), aturan hukum mungkin dengan
pertanggungjawaban 166
abslut.
Pertanggungjawaban kolektif
167
maksud agar individu memenuhi kewajibannya karena takut
selalu merupakan pertanggungjawaban absolut.
akan sanksi. Tetapi pertanyaan apakah orang benar-benar takut
atau tidak terhadap sanksi dalam melaksanakan kewajibannya
3. Kritik terhadap Konsep Austin tentang Kewajiban
tidak relevan bagi teori hukum. Jika keharusan hukum diekTidak ada Pembedaan antara Kewajiban dan Pertangspresikan dengan mengatakan bahwa seorang individu terikat
gungjawaban
dengan aturan hukum, model ekspresi ini tidak boleh dipahami
Konsep kewajiban yang dikembangkan di sini adalah
secara psikologis bahwa hal tersebut merupakan motif perbuakonsep yang dimaksudkan oleh teori analitis Austin, tetapi
tannya. Ini hanya bermakna bahwa dalam suatu norma hukum
tidak pernah benar-benar berhasil mencapainya. Argumentasi
yang valid, perbuatan tertentu dari individu terkait dengan suatu
Austin berdasarkan pada asumsi bahwa sanksi selalu dikena- sanksi. Pernyataan hukum bahwa seorang individu diharuskan
kan pada deliquent dan tidak diperhatikan kasus di mana sanksi
secara hukum atas perbuatan tertentu mengikat walaupun jika
juga dikenakan kepada individu dalam hubungan hukum terindividu tersebut tidak peduli bahwa dia diharuskan. Bahkan
tentu dengan deliquent. Dia tidak menyadari perbedaan antara dalam hukum positif terdapat kemungkinan di mana individu
diwajibkan (being obligated) dengan bertanggungjawab. Definisinyayang diharuskan oleh norma hukum tidak mungkin dapat
tentang kewajiban hukum adalah: diwajibkan melakukan atau
mengetahui norma tersebut, yaitu dalam kasus norma yang
169
tidak melakukan sesuatu, atau ditempatkan di bawah kewajiban atau berlaku surut.
keharusan melakukan atau tidak melakukan, adalah menjadi dapat
__
168
169
orang lain atas suatu perbuatan atau hak atas perbuatan orang
172
lain.
Pembedaan ini sesungguhnya juga bersifat ideologis
Kewajiban sebagai Ketakutan terhadap Sanksi
berdasarkan kepentingan melindungi kepemilikan privat
Austin menyatakan bahwa orang terikat dengan ke173
Jus in rem tidak lain adalah hak atas
dalam hukum perdata.
harusan melakukan atau tidak melakukan sesuatu adalah karena
perbuatan orang lain untuk tidak melakukan tindakan yang
hal itu jahat dan orang itu takut akan sanksi. Namun Apakah
mengganggu kepemilikan.
seseorang bertanggungjawab terhadap suatu sanksi atau tidak
Suatu hak hukum mempresuposisikan kewajiban hukum
tidak bergantung pada apakah dia takut atau tidak terhadap
174
orangKreditor
lain.
memiliki suatu hak hukum untuk menunsanksi. Jika benar bahwa seseorang terikat atau diharuskan
tut bahwa debitor harus membayar sejumlah uang, jika debitor
karena takut pada sanksiI maka seharusnya definisinya berkemJ
diwajibkan
bang menjadi to be obliged is to fear the sanction. Tetapi definisi
ini secara hukum atau memiliki kewajiban hukum untuk
membayar sejumlah uang. Pernyataan bahwa saya memiliki hak
tidak sesuai dengan prinsip teori hukum analisis yang menekan170
melakukan perbuatan tertentu, mungkin hanya memiliki makna
kan pada perintah.
negatif, yaitu bahwa saya tidak diwajibkan untuk melakukan
suatu perbuatan. Namun demikian, saya secara hukum tidak
F. HAK HUKUM
bebas melakukan apa yang ingin saya lakukan jika orang lain
1. Hak dan Kewajiban
tidak diwajibkan secara hukum membiarkan saya melakukan
apa yang ingin saya lakukan. Kebebasan hukum saya selalu terKonsep kewajiban biasanya dilawankan dengan konsep kait dengan urusan hukum orang lain. Hak hukum saya adalah
hak. Terma hak yang dimaksud di sini adalah hak hukum (legal
selalu merupakan kewajiban hukum175
orang lain.
right), yang harus didefinisikan dari titik pandang pure theory of
Jika saya dikatakan memiliki hak atas suatu perbuatan
law. Penggunaan linguistik membuat dua pembedaan antara hak
sendiri, maka orang lain memiliki kewajiban membiarkan saya
atas suatu perbuatan sendiri dan hak atas perbuatan orang lain melakukannya.
serta
Jika mereka menghalangi saya, maka mereka
pembedaan lain yaitu terkait dengan hak atas suatu benda. Ke- melanggar kewajiban yang telah dibebankan oleh aturan hupemilikan adalah contoh tipikal hak atas suatu benda. Saya me- kum dan dikenai sanksi. Bahwa saya memiliki suatu benda,
miliki suatu benda berarti saya memiliki hak171
atas benda ini. dari sudut pandang hukum artinya semua orang diwajibkan
Pembedaan yang telah ada dan berkembang adalah jus untuk tidak mengintervensi atas perbuatan saya terhadap benin rem dan jus in personam. Jus in rem adalah hak atas suatu
da tersebut. Jika mereka mengganggu atau merusaknya maka
benda, sedangkan jus in personam adalah hak yang menuntut dikategorikan sebagai delik. Jadi tidak ada hak hukum tanpa
Ibid., hal. 72.
Ibid., hal. 75.
172 Ibid., hal 75. Dalam Pure Theory of Law disebut dengan istilah jus ad rem
dan jus in personam. Bahasa Jermannya adalah Sachenrecht dan Personenrecht. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 130.
170
173
171
174
__
__
__
_0
187
__
tersebut memiliki kepentingan aktual atas perbuatan tersebut. gan ekonominya melalui transaksi hukum, khususnya kontrak.
Persetujuan (agreement) artinya bahwa keinginan dari para pihak
Seseorang memiliki suatu hak walaupun jika orang tersebut
tidak memiliki kepentingan. Seseorang mungkin memiliki
diekspresikan dalam bentuk persetujuan tindakan yang saling
hak atas perbuatan tertentu individu lain tanpa memiliki ke- menguntungkan. Suatu kontrak memiliki akibat hukum bahwa
pentingan atas perbuatan tersebut, dan mungkin juga memiliki para pihak diwajibkan untuk berbuat sesuai dengan kontrak.
190
Setiap pihak memiliki hak bahwa pihak lain harus berbuat sesuai
kepentingan tanpa memiliki
hak.
Legislator dapat mengasumsikan bahwa orang memiliki
kontrak, namun hak ini bukan merupakan keinginannya yang
kepentingan tertentu dalam kondisi tertentu dan dia bermaksud diekspresikan dalam pembuatan kontrak. Hak ini ada tidak
melindunginya. Namun suatu hak ada walaupun dalam kasus karena keinginan atau ekspresinya, tetapi karena persetujuan
tidak ada kepentingan. Maka hak, bukan pada kepentingan
yang menciptakan kewajiban bagi para pihak. Keinginan atau
yang diasumsikan, tetapi pada perlindungan hukum. Maka hak, ekspresi dari satu individu tidak memiliki kekuasaan untuk
191
193
singkatnya adalah hukum itu
sendiri.
mewajibkan.
Satu pihak dalam kontrak memiliki hak terhadap pihak
Hak sebagai Kemungkinan Hukum untuk Menjalanklain, dan pihak lain memiliki kewajiban hukum untuk berbuat
an Sanksi
tertentu terhadap pihak pertama, hanya jika aturan hukum
Dengan mewajibkan individu untuk tidak membunuh
memberikan sanksi dalam kasus tindakan yang bertentangan
individu lain, hukum pidana tidak memberikan hak untuk tidak dengan kewajiban tersebut. Namun hal ini tidak cukup untuk
dibunuh kepada orang yang dilindungi oleh norma ini. Aturan membentuk hak hukum salah satu pihak. Salah satu pihak mehukum secara teknis terdapat dalam hal kreditur memiliki hak
miliki hak hukum terhadap pihak lain karena aturan hukum
untuk mendapatkan kembali uangnya dari debitor, dan hak membuat pelaksanaan sanksi tergantung tidak hanya pada fakta
untuk secara eksklusif menggunakan kepemilikan. Hak dalam
bahwa suatu kontrak telah dibuat dan satu pihak gagal me192
arti awalnya adalah sama dengan
hukum.
menuhinya, tetapi juga pada pihak lain yang mengekspresikan
Doktrin bahwa suatu hak hukum adalah keinginan yang keinginan agar sanksi dilaksanakan terhadap deliquent dengan
diakui hukum, atau suatu kekuasaan yang diberikan oleh hu- cara menuntutnya di hadapan pengadilan. Dalam kasus ini nor194
kum, lebih mendekati untuk menyelesaikan masalah dari pada
ma yang digunakan adalah hukumnya yang berarti
haknya.
doktrin bahwa hak adalah kepentingan yang dilindungi hukum.
Maka konsep hak hukum tidak selalu ada bersama deKekuasaan adalah esensi hak individu yang terbentuk dari ad- ngan konsep kewajiban hukum. Adalah hak A atas perbuatan
anya aturan hukum. Aturan hukum benar-benar memberikan
tertentu dari B tidak identik dengan kewajiban B untuk mesemacam kekuasaan, salah satunya kekuasaan mengatur hubunIbid., hal. 81.
Ibid., hal. 82.
195 Ibid., hal. 83. Dalam Pure Theory of Law disebutkan the right as legal power.
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 134 `.
193
__
194
__
lakukan perbuatan tersebut kepada A. Terdapat kasus di mana tentu. Pelaksanaan sanksi yang ditentukan oleh aturan hukum
terbuka bagi individu untuk memiliki kemungkinan hukum
terhadap debitor yang gagal memenuhi kewajibannya adalah
memberlakukan (enforcing) dengan menuntut kewajiban hukum
kepentingan semua orang yang mungkin menjadi kreditor, atau
195
individu lain.
setiap orang yang ingin aturan hukum dilaksanakan. Adalah
Hak sebagai Perwakilan
kepentingan komunitas hukum bahwa semua norma hukum
198
Pernyataan bahwa subyek hak adalah yang berpotensi
dipatuhi dan dilaksanakan.
menjadi penuntut tidak berlaku pada semua kasus. Melalui
Teknik hukum perdata yang menentukan bahwa legistransaksi hukum tertentu individu mungkin menyatakan bah- lator tidak menghargai kepentingan kolektif dalam pelaksanawa deklarasi dari individu lain, agen-nya, memiliki akibat yang an norma dan hanya mengakui kepentingan individu tertentu
sama dengan deklarasi yang dia nyatakan sendiri, principal. Jika
sebagai hal yang penting adalah bentuk tata hukum yang berseseorang menggunakan lembaga hukum ini, yang disebut
dasarkan pada kapitalisme privat. Di sisi lain, hukum kriminal
consensual representation, dia mungkin juga mengajukan tuntutanmenunjukkan teknik yang berbeda, karena prosesnya tidak
196
ke pengadilan melalui agen-nya.
dapat dilakukan oleh orang yang kepentingannya paling dirugiTerdapat individu tertentu yang menurut hukum mo- kan oleh delik. Adalah otoritas publik sebagai organ masyarakat
dern harus memiliki wakil, seperti individu yang mengalami
yang kompeten melakukan tindakan yang dibutuhkan. Karena
kekurangan atau ketidakmampuan secara mental. Dalam kasus
sanksi kriminal tidak bergantung pada tuntutan hukum individu,
nonconsensual representation ini, yang mewakili, disebut guardian,
maka tidak ada individu privat yang memiliki hak untuk tidak
tidak diinstitusikan oleh transaksi hukum antara dia dengan menjadi korban delik kriminal. Sebaliknya karena pelaksanaan
yang diwakili, ward, tetapi ditentukan oleh aturan hukum tanpasanksi tergantung pada tindakan organ yang kompeten, maka
197
dapat dikatakan sebagai hak negara bahwa anggota komunitas
tindakan penunjukkan.
199
harus terlindungi dari kejahatan.
PK eak pebagai puatu qeknik eukum yang ppesifik
Namun demikian antara proses kriminal dan perdata
memiliki kesamaan bentuk, paling tidak dalam penampakan
Dalam kasus perdata, jika pelaksanaan norma hukum keluar. Keduanya menunjukkan perselisihan antara dua pihak.
tergantung pada deklarasi keinginan individu tertentu, berarti Proses kriminal adalah perselisihan antara komunitas hukum,
legislatif telah menunjuk kepentingan individu ini sebagai hal
di mana negara diwaliki oleh organ publik, dengan individu
yang menentukan. Namun sering kali pelaksanaan norma privat atau terdakwa (accused). Sedangkan proses perdata adalah
hukum tersebut lebih merupakan kepentingan dari semua perselisihan antara dua individu privat, penggugat (plaintiff) dan
200
anggota masyarakat hukum, dan tidak hanya satu individu tertergugat (defendant).
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 83. Hubungan perwakilan ini menimbulkan kapasitas hukum. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 158s.
197 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 83.
196
__
__
201
204
202
205
__
__
tik yang utama adalah hak warga negara berpartisipasi dalam keseluruhan proses pembuatan hukum, tidak ada perbedaan
perdebatan dan pengambilan keputusan di majelis umum. Da-esensial antara hak sipil dan politik. Keduanya mempersilahkan
lam demokrasi tidak langsung, pembentukan kehendak negara,
pemegangnya mengambil bagian dalam pembuatan aturan
yaitu norma umum, dilakukan dalam dua tahap; pertama, pehukum. Suatu hak sipil pada akhirnya juga merupakan hak
milihan parlemen dan kepala negara; dan kedua, pembentukan
politik. Karakter politis hak sipil semakin menonjol dengan
norma umum atau undang-undang baik oleh parlemen sendirifakta bahwa pengaturan hak sipil dilakukan melalui teknik khuatau bekerjasama dengan kepala negara. Jadi hak politik utama sus dalam hukum perdata, dan hukum perdata adalah teknik
dalam demokrasi tidak langsung adalah pemungutan suara
hukum khusus dari kapitalisme privat. Maka pada waktu yang
210
(vot
ing) yaitu hak warga berpartisipasi dalam pemilihan parlemen,
sama adalah suatu sistem
politik.
207
kepala negara, dan organ pembuat hukum lain.
Jika hak hukum dilihat sebagai sebagian fungsi dari proses
Hak seseorang untuk memberikan suara adalah hak ataspembuatan hukum, maka dualisme hukum dan hak menghilang.
suaranya untuk diterima dan dihitung oleh petugas pemilihan
Ketika kewajiban adalah fungsi esensial dari setiap norma
berdasarkan hukum. Hak warga untuk memberikan suara terkaithukumI maka hak hukum adalah elemen spesifik dari sistem
dengan kewajiban petugas pemilihan. Kewajiban ini dijamin
hukum tertentu, yaitu hak sipil sebagai institusi kapitalis dan
dengan sanksi tertentu. Pemilih dapat mengajukan gugatan
hak politik sebagai institusi tata hukum211demokratis.
pada semacam pengadilan pemilihan (electoral court) dalam kasus
G. KOMPETENSI (KAPASITAS HUKUM)
haknya dilanggar. Jadi hak memilih adalah hak hukum yang
208
sama dengan hak privat.
Jika hukum mengatur tindakan manusia, maka hukum
Hak politik sesungguhnya juga merupakan hak berpartihanya
bermakna
bagi orang-orang yang dapat melakukan tinsipasi dalam proses pembuatan hukum. Perbedaannya hanya
bahwa hak untuk memilih adalah partisipasi tidak langsungdakan (Handlungsfhigkeit) baik sebagai delik atau sebagai sanksi, baik melakukan sesuatu ataupun tidak melakukan sesuatu.
dalam proses pembuatan hukum. Pemilih mengambil bagian
Namun
kemampuan bertindak tersebut tidak secara langsung
hanya dalam pembentukan organ yang berfungsi menciptakan
209
sama dengan kemampuan melakukan delik (Deliktsfhigkeit)
norma hukum.
karena
dalam hukum modern mensyaratkan adanya kondisi
Organ untuk membuat norma individual juga kadangkadang dipilih. Dalam kasus ini, perbedaan antara fungsi yang mental tertentu. Secara hukum, kemampuan bertindak utamadisebut hak politik dan hak sipil direduksi oleh fakta bahwa nya adalah kemampuan melakukan hubungan hukum
(Geschfts
fhigkeit) serta kemampuan untuk mempengaruhi prosedur
hak untuk memilih hanya berarti hak berpartisipasi secara tidak
212
yudisial melalui tuntutan atau banding (Prozessfhigkeit).
langsung dalam pembuatan norma hukum. Dari sudut pandang
Ibid., hal. 88. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 46.
208 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 88.
209 Ibid., hal. 88
207
__
__
_0
hant dan tradisi filsafat lainnyaK pedangkan imputasi sentral adalah atribusi suatu
tindakan terhadap legal person melalui suatu norma yang komplek. Hal ini dapat
dilihat dalam kasus imputasi suatu perbuatan oleh korporasi atau negara. Lihat
Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 24 dan 50, fn. 22 dan 39, dan Appendix I No.
6. Perbedaan antara imputasi dan hukum kausalitas dibahas secara khusus dalam
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 89 dan catatan kaki no. 43 hal. 150.
__
H. IMPUTASI (IMPUTABILITY)
__
223
224
227
dan orang (person) tidak hanya merupakan dua konsep ber- Bahwa setiap legal person adalah pada dasarnya juristic
person.
beda tetapi juga merupakan hasil dari dua pertimbangan yang
Hukum adalah suatu sistem hubungan norma-norma yang
berbeda. Manusia (man) adalah konsep biologis dan fisilogis, menggunakan personifikasi sebagai alat teknis untuk menyusun
singkatnya ilmu alam. Orang (person) adalah konsep ilmu hukum,
unifikasi normaJnorma hukumK merbedaan antara physical
yaitu analisis norma hukum. Secara lebih tepat, physical person
sonper
dan juristic person adalah tidak relevan karena semua person
adalah personifikasi seperangkat norma hukum yang menyusun menurut hukum adalah buatan dan kebenarannya bersumber
228
kewajiban dan hak berisi perbuatan seseorang yang mengatur
pada norma-norma yang lebih
tinggi.
perbuatan dari keberadaannya (the physical (natural) person is the
Korporasi
personification of a set of legal norms which by constituting duties and
Kasus tipikal dari juristic person (dalam arti sempit yang
rights containing the conduct of one and the same human being regulate
229
225
teknis) adalah suatu korporasi (corporation).
Korporasi biasa
the conduct of this being).
didefinisikan sebagai sekelompok individu yang diperlakukan oleh
Pernyataan bahwa seorang manusia memiliki kewajiban
hukum
dan hak berarti bahwa norma hukum mengatur perbuatan ma- sebagai satu kesatuan, yaitu person yang memiliki hak dan
ke bahwa
wajiban
terpisah dari hak dan kewajiban individu yang membentuknya.
nusia dalam bentuk yang spesifikK pedangkan pernyataan
Suatu korporasi dianggap sebagai person karena terdapat aturan
orang memiliki kewajiban dan hak adalah tidak bermakna atau
merupakan tautologi yang kosong. Maka physical person bukan hukum yang menentukan hak dan kewajiban hukum tertentu
226
terkait dengan kepentingan anggota korporasi tetapi tidak
merupakan realitas alam, tetapi konstruksi berpikir
yuridis.
terlihat sebagai hak dan kewajiban anggotanya, dan karenanya
2. Pribadi Hukum (The Juristic Person)
ditafsirkan sebagai hak dan kewajiban korporasi itu sendiri. Hak
dan kewajiban tersebut sebagian dibuat oleh organ korporasi.
Karena konsep physical person adalah suatu konstruksi
Jika organ korporasi melakukan delik, maka sanksi dikenakan
yuridis, dan karena perbedaannya secara total dengan manusiakepada korporasi, bukan kepada anggotanya sebagai individu.
(man), maka physical person sesungguhnya adalah juristicMaka
person.
alasan utama mengapa korporasi diakui sebagai legal person
Jika yang dikatakan physical person adalah juristic person maka
tidakkarena fakta bahwa pertanggungjawaban delik perdata
adalah
ada perbedaan esensial antara physical (natural) person denganyang
apa dilakukan oleh korporasi pada prinsipnya terbatas pada
yang biasanya secara eksklusif disebut sebagai juristic person.
kekayaan korporasi itu 230
sendiri.
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 95. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal.
47. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 168y.
226 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 95.
227 Ibid., hal. 96. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 174~.
228 Friedmann, Op.Cit., hal. 174.
229 Pada edisi pertama, Kelsen menggunakan istilah legal person dalam arti
asosiasi atau korporasi dalam pembahasan tersendiri yang berbeda dengan pembahasan physical person. Lihat Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 48.
225
__
__
__
__
Seorang juristic person, dalam arti sempit dan teknis, diorgan komunitas hanya ketika tindakannya ditentukan secara
asumsikan ketika organ komunitas diakui sebagai person dapat
khusus oleh aturan. Jadi kualitas individu sebagai organ secara
keseluruhan berpijak pada hubungannya dengan aturan korsecara hukum mewakili korporasi, yaitu para anggotanya,
236
porasi.
dalam transaksi hukum atas nama komunitas, dan ketika perImputasi tindakan atau forbearance seorang individu ter- tanggungjawaban komunitas secara terbatas pada kekayaan
person yang merupakan kekayaan kolektif anggotanya. Hal
hadap komunitas yang terkait dengan fakta bahwa aturan juristic
hukum menentukannya dengan cara khusus, maka aturan hukum ini hanya mungkin jika hukum negara memberikan korporasi
241
status badan hukum (legal personality).
melihat sebagai suatu unit. Imputasi terhadap komunitas me237
libatkan personifikasi aturan yang dilihat sebagai suatu unitK
Kewajiban dan Hak Kolektif
Model imputasi ini disebut sebagai imputasi sentral (central
238
Bahwa
korporasi yang dipahami sebagai juristic person meimputation).
miliki kewajiban memperhatikan perilaku tertentu berarti;
perta
mribadi eukum pebagai mersonifikasi Aturan
ma, bahwa hukum negara membuat perbuatan tertentu sebagai
Juristic person, dalam arti sempit, adalah personifikasi
isi suatu kewajiban, tetapi bahwa individu yang perbuatannya
dari suatu aturan yang mengatur perilaku beberapa individu. merupakan isi dari kewajiban tersebut adalah dalam kapasitasPhysical person adalah personifikasi sejumlah norma yang men-nya sebagai organ korporasi untuk memenuhi kewajiban yang
gatur perilaku satu individu yang sama. Koporasi adalah tata
ditentukan oleh ketentuan korporasi. Kewajiban adalah pada
aturan hukum parsial dalam keseluruhan tata aturan hukum individu tertentu. Tetapi pada saat individu ini ditentukan oleh
yang membentuk negara. Hubungan antara total legal order aturan
dan
parsial yang membentuk korporasi, dan sejak individu ini
korporasi sebagai juristic person adalah hubungan antara dua harus melaksanakan kewajiban sebagai organ korporasi, maka
tata aturan hukum, tata aturan hukum parsial dan total, antara dimungkinkan mengimputasi kewajibannya kepada korporasi
hukum negara dan bylaws korporasi. Secara lebih spesifik hal
dan menyebutnya sebagai kewajiban korporasi. Fakta bahwa ko239
ini adalah kasus delegasi.
rporasi memiliki kewajiban memperhatikan perbuatan tertentu
Total legal order yang membentuk negara menentukan
juga berarti bahwa jika kewajiban tidak dipenuhi, suatu sanksi
242
hanya elemen material dari perbuatan, dan meninggalkan eledapat dikenakan terhadap kekayaan
korporasi.
men personal untuk menjadi tugas partial legal order yang mem- Kedua, bahwa suatu korporasi sebagai juristic person mebentuk korporasi. Aturan inilah yang menentukan individu
miliki hak relatif atau absolut berarti bahwa individu tertentu
sebagai organ yang harus melakukan tindakan dengan mana atau sejumlah individu tertentu diwajibkan oleh hukum negara
kewajiban dan hak korprasi dibuat, dan dengan mana hak kor- atas suatu perbuatan tertentu terhadap korporasi dan jika ke240
porasi dilaksanakan dan kewajibannya
dipenuhi.
wajiban tidak terpenuhi, suatu sanksi akan dieksekusikan berKelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 99@.
Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 180.
241 Ibid., hal. 190.
239
242
240
243
__
__
243
ketentuan
dasarkan
Pribadi
yang
Hukum
tuntutan
dibuatdan
korporasi
yang
Perwakilan
dibawa
tentang
oleh
organ
korporasi.
dan perbuatan
246
Juristic
person
tidak memiliki
sendiri,
Memiliki
kewajiban
yangmemang
harusterhadap
dilakukan
korporasi
jarangkeinginan
merupakan
berarti memiliki
delik.
kewajiban
tetapi
Suatu
yang
terhadap
korporasi
menjadi
anggotanya.
mungkin
keinginannya
bertanggungjawab
Namun
adalah
terdapat
keinginan
perbedaan
atasorgansuatu
nya.
Organ
korporasi
dapat
seperti
wali
(guardian)
bagi
antara
delik
yang
memiliki
dilakukan
kewajiban
oleh dilihat
anggotanya
terhadap
seorang
jika
delik
individu
tersebut
dengan
meterhadap
korporasi,
milikibeberapa
hubungan
seperti
individu
dengan
halnyadalam
wali
fungsi
bagi
kapasitasnya
yang
anak-anak
dijalankan
sebagai
dananggota
orang
anggota
gila.
terkorporasi.
Keinginan
sebut sebagai
Perbedaannya
organ
organ
diatribusikan
korporasi.
berdasarkan
kepada
Dalamcara
kasus
korporasi
kewajiban
ini, sanksi
sama
tersebut
halnya
dapat
denganterhadap
keinginan
guardian
diatribusikan
sebagai
keinginan
dikenakan
berhubungan
dengan
kekayaan
hak dalam
korporasi.
kasus
Hal
adanya
ini
berarti
pelanggaran.
anggota
250
ward.
korporasi
Dalam
bertanggungjawab
kasus
hak korporasi,
secara
sanksikolektif
tidak dapat
terhadap
dilakukan
delik yang
atas
247
Namun
hubungan
guardian
dengan
ward
adalah
hudasar
tindakan
tiap antara
individu
dilakukan
anggota
oleh
korporasi,
satu diantara
tetapi
mereka.
hanya
bungan
antara
dua individu,
sedangkan
antara
organ dan
juristic
oleh yang
diotorisasi
oleh korporasi
untuk
menuntut
atas
nama
244
Delik
Kriminal
Pribadi
Hukum
person
tidak demikian. Organ adalah suatu perwakilan. Tetapi
korporasi.
Kadang-kadang
doktrin
asosiasi
tidak
dapat
meDalam
rumusan
yang
lebih bahwa
umum,
hakdan
juristic
person
adadalam
hal
ini
mewakili
anggota
korporasi
bukan
korporasi
lakukan
kejahatan
(societas
non
potest
delinguere)
berdasarkan
lahitu
hak
individu-individu
yang perbuatannya
oleh partial
sendiri.
Hubungan antara
organ dengandiatur
korporasi
adalah
pada
fakta
juristic
person
tidak dapat
memiliki
pikiran
yang
legal
orderbahwa
yangantara
membentuk
komunitas
sebagai
person.
Hak
tidak
hubungan
individu
dengan
tata
aturan
hukum
khusus.
salah.
Argumen
ini
tidak
konklusif
sebabkolektif
mens
rea
tidak
tanpa
Organ
dilaksanakan
menciptakan
oleh
hak
individu
dan
kewajiban
berdasarkan
keinginan
untuk
mereka,
anggota
251
pengecualian.
Pertanggungjawaban
absolut
tidak
dikecualikan
tetapi
korporasi
berdasarkan
melalui
ketentuan
transaksi
korporasi.
yang dilakukan.
Mereka memiliki hak
dalam
hukum
modern.
Di samping
itu,juristic
jika dan
adalah
mungkin
tetapi
dalam
arti hak
kolektif.
Suatu
hak
person
adalah
Hubungan
antara
organ
dan korporasi
anggotanya,
untuk
menerapkan
tindakan
fisik
yang
dilakukan
oleh
manusia
hak kolektifdalam
dari individu
yang
perbuatannya
diatur oleh
partial
setidaknya
korporasi
yang
demokratis, adalah
perwakilan
245person walaupun tidak memiliki tubuh, maka hakepada
juristic
konsensual
legal
order.
seperti
hubungan antara agent dan principal karena
rusorgan
mungkin
menerapkan
tindakankorporasi
fisik terhadap
juristic
person
dibuat
mewakili anggota
dengan
pengangkat248
252 tidak memiliki jiwa.
Delik
Perdata
Pribadi
Hukum
walaupun
an, khususnya berdasarkan pemilihan anggota.
Jika
hukum
sanksi
kriminal
terhadap
juristic
Apa
yangmenentukan
dilakukan atau
tidak
dilakukan
oleh individu,
dapat
person
diterapkan
dalam kondisi
pada juristic
hanya person
organnya
hanya
yang
jika
bertindak
perbuatan
dengan
individual
inisecara
ditentukan
oleh hukum,
partial legal
yang
membentuk
sengaja
melawan
makaorder
adalah
mungkin
untuk
juristic
mengatakan
person. Akibatnya,
bahwa juristic
ketika
person
organharus
juristic
memiliki
personpikiran
melakukan
bersalah
untuk
dihukum.
Penerapan
delik,
maka
korporasi
dapat
dikenaikepada
sanksi. juristic
Namunperson
hal ini adalah
jarang
249
sekali karenakonstruksi
validitas partial
legal
order
yang membentuk
juristic
hukum,
bukan
deskripsi
dari realitas
alam.
person pada akhirnya bergantung pada hukum negara sehingga
_0
__
248
Ibid., hal. 104.
249
Ibid., hal. 105.
250
Ibid., hal. 107.
251
Ibid., hal. 107.
__
BA
B
perintah
Tuhan.
Alasan validitas norma kamu harus pergi ke sekolahTeori hukum dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
adalah norma umum bahwa anak harus mematuhi ayahnya. Jadi teori hukum statis dan teori hukum dinamis. Pembedaan ini
alasan validitas norma adalah selalu suatu norma, bukan fakta.
tergantung pada penekanan pandangan apakah pada perbuatan
manusia yang diatur oleh norma (the human behavior regulated by
Pertanyaan alasan validitas norma bersandar kembali kepada
norms) atau pada norma yang mengatur perbuatan manusia
norma lain yang darinya norma pertama254diturunkan.
Kita menerima pernyataan bahwa kamu harus membantu
(norms regulating human258behavior).
Dalam teori statis, suatu
pengikutmu yang membutuhkan sebagai norma yang valid karena norma adalah valid dan hal ini berarti kita mengasumsikan
norma ini berasal dari pernyataan kamu harus mencintai
bahwa individu yang perbuatannya diatur oleh norma harus
tetangga
mu. Norma ini kita terima sebagai norma yang valid karena berbuat sesuai dengan yang ditentukan norma, yang berdasarmerupakan norma akhir yang validitasnya ada pada norma itu
kan nilai isinya merupakan suatu bukti yang menjamin validitas255
sendiri (selfevident).
nya. Sedangkan teori dinamis obyeknya adalah aktivitas proses
yang
validitasnya
dapat diturunkan
pembuatan dan pelaksanaan hukum.
A. Suatu
TATA norma
HUKUM
(THE
LEGALtidak
ORDER)
dari suatu norma yang lebih tinggi disebut norma dasar (basic
Berdasarkan pembagian tersebut dan dengan melihat
1. Kesatuan
Normatif
norm).
Validitas Tata
semua
norma dapat dilacak pada satu atau be-tipe norma dasarnya, dapat dibedakan dua prinsip atau sistem
(The
Unity
of Ayang
Normative
Order)
berapa
norma
dasar
membentuk
suatu sistem norma atau norma yaitu sistem statis dan dinamis. Suatu norma adalah
aturan. Norma dasar ini membentuk, sebagai sumber bersama,
norma tipe statis karena ditentukan oleh norma dasar baik
a. Norma
Dasar semua
Sebagai
Landasan Validitas
suatu
ikatan antara
norma-norma
yang berbeda yang
validitasnya maupun materinya. Validitas norma dan kualitas
256
Suatu
pernyataan
tentang realitas dikatakan benar, karena
menjadi
isi dari
aturan.
norma ini karena dapat diderivasikan atau dideduksikan sepernyataan
tersebut
berhubungan
dengan
realitas
atau
karena
Bahwa suatu
norma
adalah milik
suatu
sistem
norma
cara logis langsung dari norma dasar tertentu. Bentuk umum
pengalaman
kita menunjukkan
dengan
tertentu
dapat diuji
hanya dengankesesuaian
meyakinkan
bahwarelitas
norma dari norma yang valid berdasarkan nilai substansinya, adalah
tersebut.
Suatu
norma
adalah
bukan
pernyataan
tentang
rea- norma moral. Norma dasar dari moralitas memiliki karakter
tersebut menderivasikan validitasnya dari norma dasar yang
litas sehingga
tidak dapat
dikatakan
benar
ataunorma
salah adadengan
membentuk
tata hukum.
Jadi alasan
validitas
suatu
substansi yang statis. Tipe kedua yaitu sistem norma yang dinaukuran
realitas.
Validitas
norma
tidak
karena
keberlakuannya.
lah suatu preposisi bahwa terdapat suatu norma akhir yangmis terdapat pada suatu sistem di mana validitas suatu norma
Pertanyaan
mengapa
terjadi
tidakini
pernah
valid,
yaitu norma
dasar.sesuatu
Uraian seharusnya
alasan validitas
norma
bukan
tidak dapat digantungkan pada isi dari norma itu sendiri, tetapi
dapat penjelasan
dijawab dengan
akibatad
bahwa
sesuatu
sesuatu
yang penekanan
tiada akhir pada
(regressus
infinitum),
tetapi
valid karena dibuat dengan cara tertentu. Karakter dinamis
harus
terjadi,
tetapi
hanya
oleh
penekanan
bahwa
sesuatu
seberakhir pada suatu norma tertinggi yang menjadi alasan akhir ini menjadi karakter dari norma hukum di mana norma dasar
253
257
harusnya
terjadi.
validitas
di dalam
sistem normatif.
dari suatu sistem hukum adalah aturan dasar yang mengatur
259
Kita
menyatakan
suatu
norma
bahwa
Kamu
dilarang
b. Sistem Norma Statis dan Dinamis
pembuatan norma-norma dalam sistem
tersebut.
mem
bunuh
karena Tuhan melarangnya atau Kamu harus pergi ke sekolah,
karena ayahmu memerintahkannya. Alasan validitas norma kamu 258 Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 70.
254 Ibid., hal 110. Kelsen, Pure Theory of Law, Op.Cit., hal. 193.
259 Dalam General Theory of Law and State digunakan istilah system atau
dilarang membunuh adalah norma umum yaitu kamu harus mematuhi
256
__
__
__
264
265
__
__
secara langsung atau tidak, kepada konstitusi pertama. Bahwa mana awal validitas ini ditentukan hanya oleh tata aturan di
konstitusi pertama adalah norma hukum yang mengikat adalahmana norma tersebut ada. Norma tetap valid sepanjang belum
sesuatu yang dipreposisikan, dan formulasi preposisi tersebut dinyatakan invalid dengan cara yang ditentukan oleh tata huadalah norma dasar dari tata aturan272hukum ini.
kum itu sendiri. Inilah prinsip legitimasi. Prinsip legitimasi ini
tidak berlaku pada kasus revolusi atau juga disebut dengan coup
bK cungsi ppesifik dari korma aasar
dEtat. Suatu revolusi terjadi ketika tata hukum suatu komunitas
Bahwa norma yang telah diuraikan di atas adalah norma ditiadakan (nullified) dan diganti dengan suatu tata aturan baru
dasar dari suatu tata hukum nasional tidak mengimplikasikan dengan cara yang tidak dapat dilegitimasi dengan tata aturan
275
bahwa tidak mungkin untuk memasuki wilayah dibelakang noryang digantikan tersebut.
ma. Tentu saja seseorang mungkin bertanya mengapa seseorang
Secara hukum adalah tidak relevan apakah revolusi itu
harus menghormati konstitusi pertama sebagai suatu norma
berdarah atau tidak, atau dilakukan oleh massa atau oleh elit
yang mengikat. Jawabannya mungkin bahwa bapak konstitusi pemerintahan. Dalam pandangan hukum, kreteria utama suatu
pertama diberi kekuasaan oleh Tuhan. Namun karakteristik
revolusi adalah bahwa tata aturan yang berlaku disingkirkan
positivisme hukum adalah bebas dari pembenaran religius terdan digantikan dengan tata aturan baru dengan cara yang tidak
hadap tata hukum. Hipotesis akhir positivisme adalah bahwadiatur dalam tata aturan pertama. Biasanya, orang yang berhasil
norma yang memberikan otoritas pada legislator pertama.
melakukan revolusi hanya meniadakan konstitusi dan hukum
Norma dasar hanyalah presuposisi yang dibutuhkan oleh
tertentu yang memiliki signifikansi besar secara politik dan
273
penafsiran positivis terhadap materi
hukum.
menggatinya dengan norma lain. Sedangkan sebagian besar
Norma dasar tidak dibuat dalam prosedur hukum olehbagian dari tata hukum lama tetap valid dalam bingkai tata aturan
organ pembuat hukum. Norma ini valid tidak karena dibuat deyang baru. Namun sesungguhnya yang tetap sama hanyalah isi
ngan cara tindakan hukum, tetapi valid karena dipresuposisikan
dari norma-norma tersebut, bukan alasan validitasnya. Normavalid, dan dipresuposisikan valid karena tanpa presuposisi ininorma tersebut tidak lagi valid karena dibuat dengan cara yang
tidak ada tindakan manusia dapat ditafsirkan sebagai hukum,
ditentukan oleh konstitusi lama, tetapi karena validitasnya
khususnya norma pembuat274
hukum.
diberikan baik secara jelas maupun diam-diam oleh konstitusi
yang baru. Fenomena ini disebut resepsi (reception) di mana tata
c. Prinsip Legitimasi
aturan yang baru menerima, atau mengadopsi, norma dari tata
Validitas norma hukum mungkin terbatas waktunya,
aturan lama. Hal ini berarti tata aturan baru memberikan validan adalah penting untuk memperhatikan bahwa akhir sebagai-ditas terhadap tata norma yang isinya merupakan norma dari
tata aturan lama. Resepsi adalah prosedur pembuatan hukum
276
yang diperluas.
Ibid., hal 116. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 58.
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 116. Kelsen, Pure Theory of Law,
Op.Cit., hal. 195.
275 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 117.
273
274
_00
276
277
278
279
_0_
_0_
_0_
_0_
jadi masalah yang lebih umum, yaitu right and might. Kalaupun
Jika kita meyakini hukum internasional sebagai suatu tata
hukum tidak dapat eksis tanpa kekuasaan, maka hukum dan hukum di mana semua negara adalah sub-ordinat, maka norma
291
kekuasaan, right and might, tetap bukan sesuatu
yang sama.dasar tata hukum nasional bukan sesuatu yang dipresuposisikan
eukum adalah tata aturan spesifik atau suatu organisasi keJ
dengan pemikiran hukum, tetapi suatu norma hukum positif,
292
kuasaan.
suatu norma hukum internasional yang diaplikasikan terhadap
tata hukum suatu negara. Mengasumsikan primasi hukum ini. Prinsip Efektivitas sebagai Norma Hukum Positif
ternasional atas hukum nasional, berarti masalah norma dasar
295
(Hukum Internasional dan Nasional)
pindah dari tata hukum nasional ke tata hukum internasional.
Prinsip bahwa suatu tata hukum harus berlaku agar valid
Maka norma dasar yang benar hanyalah suatu norma yang tidak
adalah suatu norma positifK fni merupakan prinsip efektifitas huJ
dibuat oleh prosedur hukum, tetapi dipresuposisikan dengan
296
kum internasional. Menurut prinsip hukum internasional, suatu
pikiran juridis secara internasional.
otoritas yang benar-benar establish adalah pemerintahan yang
legitimate, yaitu coercive order yang ditetapkan oleh pemerintahan j. Validitas dan Keberlakuan
sebagai aturan hukum di mana masyarakat yang membentuk
Bahwa validitas suatu tata hukum bergantung kepada
tata aturan ini adalah negara dalam hal hukum internasional, keberlakuannya tidak mengimplikasikan bahwa validitas satu
sepanjang tata aturan ini berlaku secara293keseluruhan.
norma tunggal bergantung pada keberlakuannya. Satu norma
Dari sudut pandang hukum internasional, konstitusi
masih tetap valid sepanjang merupakan bagian dari tata aturan
negara adalah valid hanya jika tata hukum didasari konstitusi yang valid. Ketidakberlakuan suatu norma namun tetap valid
tersebut secara keseluruhan berlaku. Inilah prinsip umum efek- karena dan sepanjang menjadi bagian dari rantai pembuatan
297
tivitas, suatu norma positif dalam hukum internasional, yang
dari suatu sistem hukum yang
Hanya
valid.
norma yang dapat
298
diaplikasikan terhadap keadaan kongkret individu tata hukum
menjadi dasar validitas norma yang
Pertanyaan
lain.
apakah
nasional. Maka norma dasar dari tata hukum nasional yang suatu norma individual adalah valid dijawab dengan kembali
berbeda-beda adalah suatu norma umum tata hukum inter- pada konstitusi pertama. Jika valid, maka semua norma yang
294
nasional.
telah dibuat dengan cara konstitusional adalah juga valid. Prinsip efektifitas yang ada pada hukum internasional menunjuk
secara langsung hanya kepada konstitusi pertama suatu tata
293 Ibid.
299
294 Ibid., Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 71.
hukum nasional.
Pandangan ini mengharuskan bahwa hukum internasional harus memiliki
suatu norma dasar sebagai konsekuensi sebagai suatu sistem hukum yang oleh
Hart disebut sebagai rule of recognition. Terdapat pandangan lain bahwa hukum
internasional hanyalah seperangkat aturan yang terpisah (a set of separate rules),
bukan suatu sistem yang utuh. Hart, Op.Cit., hal. 228.
296 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 121122. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
hal. 214217. Maka yang disebut sebagai norma dasar dalam hukum internasional
adalah Pacta Sunt Servanda. Hari Chand, Op.Cit., hal. 96.
295
_0_
_0_
Berdasarkan konsep validitas hukum secara dinamis territas yang menurut konstitusi memiliki kompetensi membuat
sebut, Hari Chand mengemukakan bahwa suatu norma yang
hukum. Berdasarkan konsep ini, maka hukum adalah apapun
valid harus memenuhi kondisi (1) harus merupakan bagian
yang ada dibuat dengan jalan yang telah ditentukan oleh konsdari suatu sistem norma; dan (2) sistem norma tersebut harus titusi sebagai pembuatan hukum. Konsep dinamis ini berbeda
berlaku efektif (efficacious). Lebih lanjut Chand mengutip pen- dari konsep hukum yang didefinisikan sebagai perintah yang
302
dapat Starke dalam Fundamental Views and Ideas of Hans Kelsen
memaksa.
(1881{) bahwa konsep validitas dapat dipahami dengan
Namun konsep dinamis ini hanya kelihatannya saja se300
mempelajari empat arti yang diberikan oleh Kelsen, yaitu:
bagai konsep hukum. Di dalamnya tidak mengandung jawaban
1. Suatu norma eksis dengan kekuatan mengikat;
apa esensi hukum, apa kreteria di mana hukum dapat dipisahkan
OKkorma partikuler tersebut dapat diidentifikasi sebagai
dari norma sosial lainnya. Konsep dinamis ini memenuhi jawabagian dari suatu tata hukum (legal order) yang berlaku
ban hanya terhadap pertanyaan apakah suatu norma dalam
(effi
cacious);
sistem norma hukum yang valid membentuk suatu bagian
303
3. Suatu norma dikondisikan oleh norma lain yang lebih tinggi
aturan hukum tertentu atau tidak, dan
mengapa?
dalam hirarki norma;
Bagaimanapun harus diperhatikan bahwa tidak hanya
4K puatu norma yang dijustifikasi kesesuaiannya dengan norma suatu norma yang dapat dibuat dengan cara yang ditentukan
dasar.
oleh konstitusi sebagai pembentukan hukum. Tahapan penting
dalam proses pembuatan hukum adalah prosedur di mana nor4. Konsep Hukum Statis dan Dinamis
ma umum dibuat, yaitu prosedur legislasi. Proses pembuatan
hukum tidak hanya merupakan proses legislatif, tetapi juga
304
Jika melihat tata hukum dari sudut pandang dinamis,
prosedur otoritas yudisial dan administratif.
maka mungkin untuk mendefinisikan konsep hukum secara
berbeda dari yang coba didefinisikan dalam teori iniK qerdapat
kemungkinan untuk mengabaikan elemen paksaan dalam
301
mendefinisikan konsep hukumK
304 Ibid., hal. 123.
305 Beberapa penulis menyatakan bahwa teori hirarki norma ini dipengaruhi oleh
Adalah fakta bahwa legislator dapat menetapkan perinteori Adolf Merkl, atau paling tidak Merkl telah menulis teori terlebih dahulu
tah tanpa perlu memberikan sanksi kriminal atau sanksi peryang disebu Jeli dengan stairwell structure of legal order. Teori Merkl ini
data terhadap pelanggarannya. Jika norma semacam ini juga
adalah tentang tahapan hukum (die Lehre vom Stufenbau der Rechtsordnung)
yaitu bahwa hukum adalah suatu sistem tata aturan hirarkis, suatu sistem norma
disebut sebagai norma hukum, adalah karena dibuat oleh oto-
_0_
yang mengkondisikan dan dikondisikan dan tindakan hukum. Norma yang mengkondisikan berisi kondisi untuk pembuatan norma lain atau tindakan. Pembuatan
hirarkis ini termanifestasi dalam bentuk regresi dari sistem tata hukum yang
lebih tinggi ke sistem tata hukum yang lebih rendah. Proses ini selalu merupakan
proses konkretisasi dan individualisasi. Lihat Jelic, Op.Cit., hal. 149. Bandingkan
dengan Stewart, Op.Cit., hal. 283.
306 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 123T.
_0_
305
B. HIRARKI NORMA
a. Konstitusi
Ibid., hal. 59. Sistem atau prinsip statis dan dinamis dapat disatukan jika
materi konstitusi meliputi dua hal tersebut, yaitu substansi dan prosedur hukum
yang akan dibuat. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 197.
311 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 124125. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
hal. 221.
312 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 125.
310
___
314
titusi tertulis, yaitu Inggris, yang berarti tidak ada konstitusi
halnya legislasi adalah institusi konstitusional.
formal. Maka konstitusi memiliki karakter hukum kebiasaan
Konstitusi mungkin secara jelas mengatur kebiasaan
dan tidak ada perbedaan antara konstitusi dengan hukum
sebagai institusi dan hubungannya dengan ketentuan undangbiasa. Sedangkan konstitusi dalam arti material dapat berupa undang. Bahkan konstitusi itu sendiri, baik secara keseluruhan
312
konstitusi tertulis atau tidak
tertulis.
maupun sebagian, dapat tidak tertulis atau kebiasaan. Hal ini
karena berdasarkan kebiasaan bahwa kebiasaan adalah suatu
Penentuan Isi Norma Umum oleh Konstitusi
fakta pembuatan hukum. Jika suatu tata hukum memiliki suatu
Materi konstitusi mungkin ditentukan tidak hanya organ
konstitusi tertulis yang tidak menginstitusikan kebiasaan sebagai
dan prosedur legislasi, tetapi juga pada tingkat tertentu isi darisuatu fakta pembuat hukum, namun tata hukum tersebut juga
hukum yang akan datang. Konstitusi dapat menentukan secara berisi hukum kebiasaan di samping hukum undang-undang,
negatif apa materi yang dilarang sebagai isi hukum, misalnyamaka sebagai tambahan bagi konstitusi tertulis pasti ada norma
parlemen dilarang menyetujui setiap rancangan undang-undang
konstitusi tidak tertulis, yaitu suatu kebiasaan pembentukan
yang membatasi kebebasan beragama. Dengan cara negatif ini,hukum di mana norma umum yang mengikat organ pelaksana
tidak hanya isi undang-undang tetapi juga semua norma dari
hukum dapat dibuat melalui kebiasaan yang disebut dengan
315
tata hukum ditentukan oleh konstitusi. Konstitusi juga dapat
petitio principiil.
Hukum mengatur pembuatannya sendiri,
316
menentukan secara positif isi tertentu dari undang-undang
dan inilah hukum kebiasaan.
yang akan datang baik berupa materi delik, sanksi, maupun
Kadang-kadang dikonstruksikan bahwa kebiasaan bukan
313
prosedur.
sesuatu yang konstitutif (a lawcreating fact) tetapi hanya suatu
deklarasi yang mengindikasikan adanya eksistensi aturan hukum
Kebiasaan sebagaimana ditentukan oleh Konstitusi
yang mendahului. Menurut doktrin hukum alam, aturan hukum
Jika dalam suatu tata hukum terdapat hukum undangini dibuat oleh Tuhan atau alam. Menurut madzhab hukum
undang dan kebiasaan secara berdampingan, jika organ pelaksejarah Jerman, dibuat oleh semangat rakyat (volksgeist). Dalam
sana hukum khususnya pengadilan harus mengaplikasikan ilmu hukum modern Perancis doktrin volksgeist digantikan oleh
tidak hanya norma yang dibuat oleh organ legislatif tetapi jugasolidaritas sosial (solidarit sociale). Inilah yang menurut Lon
norma umum yang dibuat oleh kebiasaan, maka kebiasaan Duguit
didisebut sebagai hukum obyektif (droit objectif) yang meruakui sebagai fakta pembuat hukum sebagaimana dalam legislasi.
pakan implikasi dari solidaritas sosial. Doktrin Jerman tentang
Hal ini hanya mungkin jika konstitusi, dalam arti kata material,
Volksgeist dan doktrin Solidarit sociale Perancis adalah variasi dari
menginstitusikan kebiasaan, seperti halnya institusi legislasi,doktrin hukum alam yang memiliki karakteristik dualisme antara
317
sebagai proses pembuatan hukum. Maka kebiasaan seperti
suatu hukum sebenarnya dengan hukum
positif.
___
___
Tidak ada perbedaan antara suatu aturan hukum kebiasa-yudisial dan administratif organ tersebut. Tindakan inilah yang
an dan suatu aturan hukum undang-undang dalam hubungan- menciptakan norma individual, yaitu penerapan norma hukum
320
nya kepada organ pelaksana hukum. Pernyataan bahwa suatu
pada kasus nyata.
aturan kebiasaan menjadi hukum hanya melalui pengakuan
c. Hukum Substantif dan Ajektif
sebagai bagian pelaksanaan hukum oleh pengadilan adalah
tidak benar. Sebab hukum undang-undang pun dapat dikatakan
Kedua fungsi di atas berhubungan dua jenis hukum yang
dengan cara yang sama. Baik kebiasaan maupun undang-undang
biasa
dibedakan, yaitu hukum material atau substantif dan husudah merupakan hukum sebelum menerima pengakuan dari
pengadilan, karena keduanya merupakan prosedur pembuatan kum formal atau ajektif. Di samping hukum pidana substantif
318
terdapat hukum prosedur kriminal ajektif, dan demikian pula
hukum.
Perbedaan nyata antara hukum kebiasaan dan undang- halnya dengan hukum perdata dan hukum administratif. Bagian
undang berisi fakta bahwa yang pertama merupakan pembuatandari hukum prosedural adalah juga norma yang menentukan
321
organ pelaksana hukum.
hukum yang terdesentralisasi sedangkan yang kedua tersentralKedua jenis norma umum ini selalu terlibat dalam aplikasi
isasi. Hukum kebiasaan dibuat oleh individu subyek hukum
hukum
oleh suatu organ, yaitu: (1) norma formal yang menentuyang dibuat tersebut, sedangkan hukum undang-undang dibuat
kan pembuatan organ dan prosedur yang harus diikuti; dan (2)
oleh organ khusus yang dibuat untuk319tujuan itu.
norma material yang menentukan isi dari tindakan yudisial atau
322
administratif.
Tidak
mungkin dilakukan aplikasi norma jenis
b. Norma Umum Dibuat Berdasarkan Konstitusi: Unkedua tanpa aplikasi norma jenis pertama. Kedua jenis norma
dang-Undang dan Kebiasaan
323
tersebut tidak dapat dipisahkan.
Norma umum yang ditetapkan dengan cara legislasi atau
d. Penentuan Organ Pelaksana Hukum oleh Norma
kebiasaan, membentuk suatu tingkatan di bawah konstitusi
Umum
dalam hirarki hukum. Norma-norma umum ini diaplikasikan
oleh organ yang kompeten, khususnya pengadilan dan otoritas
Norma umum yang dibuat oleh legislasi atau kebiasaan,
administratif. Organ pelaksana hukum harus diinstitusikan sedalam
hubungannya
dengan aplikasi melalui otoritas pengadilan
suai dengan tata hukum, yang juga menentukan prosedur yang
harus diikuti organ pada saat mengaplikasikan hukum. Makadan administrasi bekerja seperti halnya konstitusi bekerja dalam
norma umum hukum undang-undang atau kebiasaan memiliki
322 Pada Introduction disebut sebagai bentuk hukum material (substantive) dan
dua fungsi besar, yaitu: (1) menentukan organ pelaksana hukum
hukum formal (procedural). Sedangkan dalam Pure Theory of Law disebut
dan prosedur yang harus diikuti; dan (2) menentukan tindakan
dengan istilah Material and Formal Law. Lihat Kelsen, Introduction, Op.Cit.,
320
321
___
pembuatan norma umum melalui legislasi dan kebiasaan. Kedua menteri, pada kondisi yang tidak biasa menetapkan norma
umum untuk mengatur masalah yang biasanya diatur oleh organ
fungsi tersebut, yaitu aplikasi dan pembuatan hukum, ditentu326
legislatif melalui undang-undang.
kan oleh norma yang lebih tinggi secara formal dan material
sesuai dengan prosedur dan isi dari fungsi yang dijalankan.
f. Sumber Hukum
Proporsi penentuan pelaksanaan atau pembuatan hukum,
baik secara formal maupun material, ditentukan berbeda-beda.
Pembuatan hukum dengan kebiasaan dan undang-unMateri konstitusi utamanya menentukan oleh organ mana dan
dang
sering
disebut sebagai dua sumber hukum. Dalam konteks
melalui prosedur apa norma umum dibuat. Biasanya konstitusi
ini, hukum hanya dipahami sebagai norma umum, mengabaikan
tidak menentukan isi dari norma yang akan dibuat, atau paling
324
norma individual yang bagaimanapun merupakan bagian dari
tidak hanya menentukan secara negatif.
327
hukum seperti yang lainnya.
Sedangkan norma umum menentukan tidak hanya organ
pumber hukum adalah ekspresi yang figuratif dan amJ
yudisial dan administratfi dan prosedurnyaI tetapi juga isi dari
norma individual sebagai tindakan dari organ tersebut. Tingkat bigu. Istilah tersebut tidak hanya digunakan untuk menyebut
metode pembuatan hukum, yaitu kebiasaan dan legislasi, tetapi
penentuan materi tersebut mungkin berbeda-beda. Pengadilan
biasanya lebih terikat secara ketat oleh hukum pidana dan per- juga untuk mengkarakteristikkan alasan validitas hukum khususnya alasan paling akhir. Maka norma dasar menjadi sumber
data materal yang harus diaplikasikan dibanding dengan otoritas
hukum. Namun dalam arti yang lebih luas, setiap norma hukum
325
administratif.
adalah sumber bagi norma yang lain, karena memuat prosedur
328
pembuatan norma atau isi norma yang akan
Maka
dibuat.
e. Peraturan (Ordinances)
setiap norma hukum yang lebih tinggi adalah sumber bagi
norma hukum yang lebih rendah. Jadi sumber hukum adalah
Kadang-kadang pembuatan norma umum dibagi men329
hukum itu sendiri.
jadi dua atau lebih tahapan. Beberapa konstitusi memberikan
Ekspresi sumber hukum pada akhirnya digunakan juga
otoritas administratif tertentu, misalnya kepala negara, kepada keseluruhan makna yuridis. Juga mungkin mengartikan
kuasaan untuk menetapkan norma umum yang dengannya
sumber
hukum sebagai ide-ide yang mempengaruhi organ pemketentuan dalam suatu undang-undang dijabarkan. Norma
buat hukum, misalnya norma moral, prinsip politik, doktrin
umum semacam ini, yang tidak dibuat oleh legislatif tetapi
oleh organ lain berdasarkan norma umum yang dibuat oleh
329 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 131Z.
legislatif, ditetapkan sebagai peraturan (regulation) atau ordonansi 330 J.W. Harris menyebut bahwa eksistensi standar non-hukum mungkin diberikan
sebagai alasan untuk membuat suatu aturan hukum baru, tetapi tidak mencip(ordinances). Beberapa konstitusi juga memberikan kekuasaan
takan suatu standar hukum sebagai sumber hukum legislatif. J.W. Harris, Law
pada organ administratif, khususnya kepala negara atau perdana
Ibid., hal. 130Y.
Ibid., hal. 131.
328 Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 232.
326
327
___
and Legal Science: An Inquiry into the Concepts Legal Rule and Legal System,
(Oxford: Clarendon Press, 1979), hal. 72.
331 Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 217.
332 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 132. Kelsen, Introduction, Op.Cit.,
hal. 65.
___
330
hukum, pendapat ahli hukum, dan
Menurut
lain-lain.hukum
Seperti telah dijelaskan bahwa pembuatan norma hukum
alam, norma dasar adalah hukum yang seharusnya dengan si- dapat ditentukan dalam dua cara, yaitu (1) organ dan prosedur
331
fat absolut.
Berbeda dengan sumber hukum menurut teori
yang akan membuat norma yang lebih rendah; dan (2) isi dari
hukum murni yang telah diuraikan, sumber ini tidak memiliki
norma yang lebih rendahK talaupun jika norma yang lebih
kekuatan mengikat karena bukan merupakan norma hukum. tinggi hanya menentukan organ dan ini berarti otorisasi organ
Namun tetap memungkinkan bagi tata hukum mewajibkan
ini untuk menentukan dalam keleluasaannya proses pembuatan
organ pembuat hukum untuk mentransformasi norma-norma norma yang lebih rendah dan isinya, maka berarti norma yang
tersebut menjadi norma hukum, yang berarti menjadi sumber lebih tinggi sudah diaplikasikan dalam pembuatan norma yang
332
hukum.
lebih rendah. Norma yang lebih tinggi paling tidak harus menentukan organ yang akan membuat norma yang lebih rendah.
g. Pembuatan dan Pelaksanaan Hukum
Suatu pembuatan norma yang tidak ditentukan sama sekali
oleh norma lain tidak dapat menjadi bagian dari tata hukum.
Suatu norma yang mengatur pembuatan norma lain
Maka fungsi pembuatan norma harus disebut sebagai fungsi
adalah dilaksanakan dalam pembuatan norma lain tersebut. pelaksanaan norma walaupun jika hanya elemen personal yang
335
Pembuatan hukum (lawcreating) adalah selalu merupakan
ditentukan oleh norma yang lebih
tinggi.
pelaksanaan hukum (lawapplying). Adalah tidak benar mengBahwa pembuatan hukum pada waktu yang sama adalah
klasifikasi tindakan hukum sebagai tindakan pembuatan hukum
pelaksanaan hukum, adalah konsekuensi dari fakta bahwa
dan tindakan pelaksanaan hukum. Normalnya, pembuatan
setiap tindakan pembuatan hukum harus ditentukan oleh tata
hukum dan pelaksaan hukum terjadi dalam waktu yang sama. hukum. Hanya tindakan di mana tidak ada norma yang dibuat
Pembuatan norma hukum adalah suatu pelaksanaan dari norma
mungkin disebut sebagai pelaksanaan hukum saja. Pada kasus
yang lebih tinggi, dan pelaksanaan norma hukum yang lebih lain adalah norma dasar yang menentukan konstitusi pertama
tinggi normalnya adalah pembuatan suatu norma lebih rendah. dan karena dipresuposisikan dengan pemikiran hukum, maka
Legislasi adalah proses pembuatan hukum menurut konstitusi juga dipresuposisikan bahwa pembuatan ini tidak ditentukan
sehingga juga merupakan pelaksanaan hukum (konstitusi).
oleh norma hukum lain yang lebih tinggi, dan ini berarti tidak
Pembuatan konstitusi pertama dapat dilihat sebagai suatu
ada unsur pelaksanaan 336
hukum.
pelaksanaan norma dasar. Dengan demikian aktivitas hukum
333
selalu melibatkan baik pembuatan maupun pelaksanaan.
Hal ini berlaku baik pada legislatif, pengadilan, maupun organ
administratif dalam suatu334
negara.
Kelsen, General Theory, Op Cit., hal 133. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal.
70. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 233.
334 Ibid., hal. 262.
335 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 133.
333
___
337
___
diyakini apakah kondisi yang ditentukan in abstracto dalam norma umum, ada di dalam kasus in concreto, untuk adanya suatu
sanksi yang ditentukan in abstracto dalam norma umum dapat
Tindakan Yudisial sebagai Pembuatan Norma Indidieksekusikan in concreto. Kedua hal tersebut merupakan elemen
340
vidual
esensial dari fungsi yudisial.
Ketika pengadilan memutuskan suatu perselisihan atau
Keputusan yudisial adalah kontitutif sepanjang meketika menetapkan hukuman seorang terdakwa, pengadilan
merintahkan sanksi konkret dieksekusikan terhadap individu
mengaplikasikan suatu norma umum. Tetapi secara simultan deliquent. Karakter konstitutif juga ada sepanjang menentukan
fakta sebagai kondisi adanya sanksi. Dalam dunia hukum,
pengadilan juga membuat suatu norma individual yang metidak
ada fakta pada dirinya sendiri (no fact in itself), tidak ada
nentukan sanksi tertentu harus dieksekusikan terhadap individu
337
fakta absolut. Yang ada hanyalah fakta yang ditentukan oleh
tertentu dalam proses adjudikasi.
Norma individual ini terkait
organ yang berkompeten melalui prosedur yang ditentukan
dengan norma umum sebagaimana suatu undang-undang terhukum. Ketika memberikan konsekuensi tertentu terhadap
kait dengan konstitusi. Fungsi yudisial seperti halnya legislasi,
338
fakta
tertentu, tata hukum harus juga menentukan organ yang
keduanya merupakan pembuatan dan pelaksanaan hukum.
harus menentukan fakta dalam kasus konkret dan memberiDari sudut pandang dinamis, norma individual yang
kan
prosedur yang harus diikuti organ tersebut. Tata hukum
dibuat oleh keputusan yudisial adalah suatu tahapan dalam suatu
proses yang dimulai dengan penetapan konstitusi pertama, dapat mengotorisasikan organ ini untuk mengatur prosedurnya
sendiri, tetapi organ dan prosedur yang menentukan kondisi
dilanjutkan dengan legislasi dan kebiasaan, dan menuju pada
sebagai suatu fakta harus ditentukan oleh aturan hukum agar
proses yudisial. Proses ini menjadi lengkap dengan eksekusi
341
dapat dilaksanakan dalam kehidupan
sosial.
sanksi individual. Hukum undang-undang dan kebiasaan adalah
Jika
keputusan
yudisial
telah
ditetapkan
berlaku sebagai
produk setengah jadi yang diselesaikan hanya melalui keputusan
hukum, jika telah tidak mungkin lagi mengganti keputusan ini
pengadilan dan eksekusinya. Proses di mana hukum secara
dengan
lainnya karena adanya status res judicata (kasus telah
konstan memperbaharui diri dari umum dan abstrak menuju
diputuskan secara tetap oleh pengadilan terakhir), maka penindividual dan konkret. Ini adalah suatu proses peningkatan
dapat bahwa terhukum adalah tidak bersalah tidak memiliki
339
menuju individualisasi dan konkretisasi.
signifikansi hukum lagiK cormulasi yang tepat aturan hukum
Norma umum yang memuat kondisi dan konsekuensi
terkait dengan kasus di atas, bukan jika subyek telah melakukan
yang abstrak harus diindividualisasi dan dikonkretisasi agar
delik, suatu organ harus mengenakan sanksi terhadap deliquent, tetapi
dapat bersentuhan dengan kehidupan sosial atau diaplikasijika organ kompeten telah menetapkan sesuai aturan bahwa subyek
kan dalam realitas. Untuk tujuan ini, dalam suatu kasus harus
telah melakukan delik, maka suatu organ harus mengenakan sanksi
terhadap subyek ini.
Ibid., hal. 134]. Kelsen,
Introduction, Op.Cit., hal. 68.
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 135.
341 Ibid., hal. 135^.
339
340
__0
342
344
umum dibuat untuk mengatur hubungan antar para
pihak.
Maka transaksi hukum berdasarkan norma hukum yang valid
345
merupakan tindakan pembuatan hukum (lawcreating
act).
___
348
349
memperbaiki suatu kerugian karena perbuatannya meskipun berlaku (void) jika salah satu pihak dapat menunjukkan bahwa
tidak ada transaksi hukum. Maka kewajiban memperbaiki suatu
keinginan sebenarnya tidak sesuai dengan apa yang ditafsirkan
kerugian (injury) yang disebabkan oleh perbuatan yang bukandalam suatu deklarasi keinginannya. Atau validitas dari kontrak
pelanggaran terhadap norma sekunder biasanya dikarakteristik-mungkin dianggap independen, sehingga kontrak ditetapkan
kan bukan sebagai kewajiban ex contractu tetapi suatu kewajiban
sebagai valid. Yang mana di antara kedua solusi tersebut yang di348
350
ex delictu.
pilih tergantung pada politik hukum sebagai value
judgment.
Transaksi Hukum dan Delik
Penawaran dan Penerimaan
Transaksi hukum dan delik, keduanya adalah kondisi
Bahwa pihak-pihak membuat deklarasi yang sama
bagi suatu sanksi. Namun transaksi hukum adalah suatu fakta
biasanya tidak mencukupi untuk pembuatan suatu kontrak.
pembuatan hukum, sedangkan delik tidak. Sesuai dengan mak- Deklarasi salah satu pihak harus ditujukan dan diterima oleh
sud transaksi hukum, maka jika norma dilanggar dan kerusakan pihak lain. Maka suatu kontrak dapat dikatakan terdiri dari
yang diakibatkannya tidak diperbaiki maka suatu sanksi harus suatu penawaran dan suatu penerimaan. Pembedaan antara
dieksekusikan. Transaksi hukum adalah suatu kondisi dari suatu penawaran dan penerimaan ini mempresuposisikan bahwa
delik sipil dan hanya merupakan kondisi tidak langsung bagi dua deklarasi tersebut tidak dibuat scara simultan. Pertanyaan
sanksi sipil. Delik sipil atau kriminal adalah kondisi langsung yang kemudian muncul adalah apakah yang menawarkan harus
dari sanksi yang dieksekusikan walaupun berlawanan dengan memberlakukannya hingga saat penerimaan. Haruskah kedua
349
keinginan deliquent.
pihak memiliki keinginan yang sebenarnya untuk membuat
kontrak pada satu saat yang sama? Jika yang menawarkan menunjukkan bahwa dia tidak lagi memiliki keinginan terhadap
b. Kontrak
kontrak pada saat pihak lain menerima penawaran tersebut?
Dapatkah yang menawarkan membatalkan penawarannya seBentuk umum transaksi hukum dalam hukum perdata
belum ada penerimaan? Pertanyaan ini kembali merupakan
adalah kontrak. Kontrak merupakan deklarasi keinginan yang
pertanyaan bagi tata hukum itu sendiri, dan teori hukum tidak
sama dari dua atau lebih individu tentang perbuatan tertentu
351
dapat menyelesaikannya.
dari pihak-pihak. Tata hukum mungkin, tetapi tidak harus,
menentukan suatu bentuk khusus dari deklarasi ini. Suatu keNorma yang dibuat oleh Kontrak
tidaksesuaian dapat eksis antara keinginan aktual dari para pihak
Keinginan sebenarnya dari para pihak dan deklarasinya
dengan ekspresinya. Ilmu hukum teoritis tidak dapat memutus- adalah sesuatu yang penting dalam tindakan yang kita sebut
kan apakah konsekuensi yang akan dimiliki oleh ketidaksesuaiansebagai pembuatan suatu kontrak. Setiap pihak harus mengtersebut. Ilmu hukum mungkin lebih mementingkan keinginan inginkan yang sama atau memiliki keinginan yang paralel. Naaktual atau pada deklarasi. Kontrak mungkin ditetapkan tidak
351
350
___
352
mun norma yang dibuat dengan tindakan ini bukan merupakan pengadilan harus memutuskan apakah norma umum memkeinginan. Norma ini tetap valid, walaupun ketika satu atau
berikan sanksi kepada perbuatan yang diklaim oleh penuntut
kedua pihak tidak lagi memiliki keinginan terkait dengannya. sebagai delik, atau diklaim oleh penggugat sebagai delik sipil,
354
Norma ini tetap eksis dengan validitasnya sampai dibatalkan
dan apakah sanksinya.
melalui kontrak yang lain yang berarti norma yang bertentangan
Pengadilan harus menjawab tidak hanya pertanyaan tendibuat oleh kontrak lain. Norma yang dibuat melalui kontraktang fakta (quaestio facti) tetapi juga pertanyaan tentang hukum
(quaestio juris), dilakukan dengan menentukan apakah norma
mungkin individual atau umum. Kontrak umum memainkan
peran utama dalam hukum perburuhan dan hukum interumum tersebut yang diaplikasikan adalah valid yang berarti
352
nasional.
mempertanyakan apakah norma tersebut telah dibuat dengan
cara yang ditentukan oleh konstitusi. Fungsi pengadilan ini
menonjol khususnya ketika terdapat keraguan apakah perTransaksi Satu Segi dan Dua Segi
buatan tergugat atau terdakwa sungguh-sungguh merupakan
Suatu kontrak adalah tindakan hukum dua segi sesuatu delik. Pengadilan harus menentukan keberadaan norma
panjang sebagai norma sekunder yang mewajibkan dan meng- tersebut seperti halnya menentukan eksistensi delik. Fungsi
otorisasikan para pihak dibuat oleh kolaborasi setidaknya dua menentukan eksistensi norma umum yang diaplikasikan oleh
individu. Tetapi juga terdapat tindakan hukum satu segi di
pengadilan mengimplikasikan pentingnya fungsi penafsiran
mana norma sekunder dibuat hanya oleh satu individu. Ini
norma tersebut, yaitu menentukan355
maknanya.
adalah karakteristik hukum perdata yang normalnya seorang
Norma konstitusi yang mengatur pembuatan norma
individu dapat mewajibkan dirinya sendiri dengan tindakan umum yang diaplikasikan oleh pengadilan dan organ pelaksana
hukum satu segi. Dalam hukum perdata, prinsip otonomi privat
hukum lain adalah bukan norma lengkap yang independen.
sangat menonjol, di mana tidak ada orang yang dapat dikenai
Norma konstitusi secara intrinsik adalah bagian dari semua
kewajiban tanpa persetujuannya. Contoh tindakan hukum satu aturan hukum yang harus diaplikasikan oleh pengadilan dan
segi adalah penawaran yang mengikat si penawar sendiri untuk
organ lain. Maka hukum konstitusi tidak dapat dikutip sebagai
353
waktu tertentu sebelum penerimaan.
suatu contoh norma yang tidak memberikan sanksi. Norma
dari materi konstitusi adalah hukum hanya dalam kaitan or4. Hukum Konstitusi
ganiknya dengan norma yang memberikan sanksi yang dibuat
berdasarkan norma konstitusi tersebut. Dalam pandangan diKarena fungsi pengadilan dalam kapasitasnya sebagai
namis pembuatan norma umum ditentukan oleh norma yang
organ pelaksana hukum adalah mengaplikasikan norma umum
lebih tinggi, yaitu konstitusi. Sedangkan dalam pandangan statis
undang-undang atau kebiasaan terhadap kasus konkret, makanorma yang lebih tinggi, atau konstitusi, diproyeksikan sebagai
356
bagian dari norma yang lebih
rendah.
353
Ibid., hal. 142.
Ibid., hal. 143.
355 Ibid., hal. 143. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit., hal. 237.
354
___
356
357
358
359
___
suatu sanksi terhadap terdakwa atau tergugat walaupun tidaknorma umum yang mewajibkan tergugat atau terdakwa seperti
diklaim oleh penuntut, hakim tidak mengisi kekosongan hukum,
ada norma umum yang dilanggar berdasarkan klaim bahwa
perbuatan tersebut tidak menyenangkan, tidak adil, atau tidak tetapi dia menambahkan kepada hukum yang valid tersebut
suatu norma individual yang tidak berhubungan dengan norma
seimbang. Hal ini berarti pengadilan diotorisasikan untuk memumum. Hukum valid yang ada dapat saja diterapkan terhadap
buat kasus konkret menjadi norma hukum substantif yang
menyenangkan, adil, atau seimbang. Maka pengadilan kemudiankasus konkret dengan menolak tuntutan. Hakim, bagaimana360
pun, diotorisasi merubah hukum untuk kasus konkret. Dia
berfungsi sebagai suatu legislatif.
memiliki
kekuasaan untuk mengikat secara hukum individu
Bahkan pengadilan selalu merupakan legislatif dalam
yang sebelumnya secara hukum bebas. Namun kapan seharushal sanksi karena membuatnya menjadi hukum. Individualisasi norma umum oleh keputusan yudisial selalu merupakan nya hakim menolak gugatan, dan kapan harus membuat suatu
penentuan elemen yang belum ditentukan oleh norma umum norma baru, sangat tergantung pada fakta bahwa pelaksanaan
dengan pendapat hakim
dan tidak dapat secara lengkap menentukannya. Hakim adalah hukum valid yang ada adalah sesuai
363
baik secara hukum maupun politik.
selalu merupakan legislator dalam arti bahwa isi keputusannya
Legislatif
menyadari kemungkinan bahwa norma umum
tidak pernah dapat ditentukan secara lengkap oleh norma huyang dibuat mungkin dalam beberapa kasus menjadi tidak
361
kum substantif yang telah
ada.
adil atau menghasilkan sesuatu yang tidak diharapkan. Hal
ini karena legislator tidak dapat melihat semua kasus konkret
6. Kekosongan Hukum
yang mungkin dapat terjadi. Maka dia kemudian mengotorisasi
organ pelaksana hukum tidak untuk mengaplikasikan norma
Otoritas untuk memberikan suatu sanksi yang tidak diumum
yang dibuat tersebut, tetapi untuk membuat suatu nortentukan oleh norma hukum yang sudah ada sering dikatakan
diberikan secara tidak langsungI yaitu melalui suatu fiksiK ciksi ma baru dalam kasus pelaksanaan norma umum yang dibuat
ini adalah bahwa tata hukum memiliki suatu kekosongan (gaps),legislatif tersebut akan memiliki hasil yang tidak memuaskan.
Kesulitannya adalah bahwa tidak mungkin menentukan sebelumartinya bahwa hukum yang berlaku tidak dapat diterapkan
nya kasus-kasus yang akan menjadikan hakim bertindak sebagai
pada kasus konkret karena tidak ada norma umum yang sesuai
legislator. Jika legislator dapat mengetahui kasusnya, maka dia
dengan kasus ini. Ide ini secara logis berarti tidak mungkin
akan dapat memformulasikan norma umum sehingga mengomengaplikasikan hukum valid yang ada kepada kasus konkret
torisasi tindakan hakim sebagai legislatif adalah berlebih-lebi362
karena tidak adanya premis yang dibutuhkan.
han. Formula Hakim diotorisasi untuk bertindak sebagai legislatif
Namun tata hukum tidak mungkin memiliki kekosongan.
jika aplikasi norma umum yang ada terlihat tidak adil memberikan
Jika hakim diotorisasi untuk memutuskan suatu perselisihan terlalu banyak keleluasaan pada hakim karena mungkin hakim
sebagai seorang legislator dalam kasus tata hukum tidak berisi
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 146g.
Ibid., hal. 147h. Kelsen,
Introduction, Op.Cit., hal. 85. Kelsen, Pure
Theory, Op.Cit., hal. 245.
362
363
__0
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 148. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
hal. 247.
365 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 148i.
364
___
menemukan banyak kasus di mana norma yang dibuat legislator menciptakan norma umum. Dalam suatu sistem hukum yang
tidak cocok. Formula tersebut berarti menurunkan sebagian memberikan karakter preseden terhadap putusan yudisial yang
besar legislator menjadi urusan hakim. Inilah alasan mengapa menciptakan norma baru, pengadilan adalah legislatif sama
364
legislator menggunakan fiksi kekosongan
hukum.
dengan organ yang disebut legislatif dalam arti sempit dan biasa.
367
Fiksi ini membatasi otorisasi hakim dengan dua jalan.
Pengadilan adalah pembuat norma hukum
umum.
Pertama, membatasi otorisasi kepada kasus di mana kewajiban
yang diklaim oleh penggugat telah dilanggar oleh tergugat,
Tidak ada Keputusan Hakim Tanpa Norma yang
tidak ditentukan dalam norma umum. Batasan kedua adalah
Sudah Ada Sebelumnya: Kritik Terhadap Doktrin J.C.
pada kasus dimana aplikasi hukum yang ada akan menjadi tidak
Gray
adil atau tidak sesuai dengan yang diharapkan oleh hukum itu
Analisis tentang fungsi yudisial menunjukkan bahwa pansendiriK qeori tentang kekosongan hukum adalah suatu fiksidangan tentang pengadilan hanya mengaplikasikan hukum tidak
karena selalu mungkin secara logis, walaupun kadang-kadang sesuai dengan kenyataan. Pandangan sebaliknya bahwa tidak
tidak cocok, untuk mengaplikasikan tata hukum yang ada pada ada hukum yang eksis sebelum keputusan yudisial dan bahwa
saat keputusan yudisial365
dibuat.
semua hukum dibuat oleh pengadilan, adalah sama salahnya.
Pandangan ini diyakini oleh satu ahli teori ilmu hukum Amerika
7. Norma Umum yang Dibuat oleh
yang penting, John Chipman Gray. Dia menulis Hukum negara
Aktivitas Yudisial
atau badan terorganisasi lain dari manusia adalah terdiri dari aturan
yang oleh pengadilan sebagai organ yudisial badan ini, dibuat untuk
Preseden
menentukan hak dan kewajiban hukum. Dia melanjutkan badan
Keputusan yudisial mungkin juga menciptakan norma
aturan yang dibuat tidak merupakan ekspresi dari hukum yang sudah
umum. Keputusan mungkin memiliki kekuatan mengikat tidak
ada, tetapi hukum itu sendiri. Hakim lebih merupakan pembuat
hanya untuk kasus yang ditangani tetapi juga kasus serupa yang hukum daripada penemu hukum. Kadang-kadang dikatakan
mungkin akan diputuskan pengadilan. Suatu keputusan yudisial bahwa hukum terdiri dari dua bagian, yaitu hukum legislatif
dapat memiliki karakter sebagai preseden, yaitu keputusan yang
dan judgemade law, tetapi sesungguhnya semua hukum adalah
mengikat keputusan yang akan datang pada kasus yang serupa.
judgemade368law.
Karakter preseden hanya dapat terjadi jika keputusan tersebut
Untuk membuktikan doktrin tersebut Gray mencontohbukan merupakan aplikasi norma umum hukum substantif
kan: Henry Pitt telah membuat suatu penampungan air di
366
yang ada, yaitu jika pengadilan bertindak sebagai
legislator. tanahnya dan mengisinya dengan air; dan tanpa kesengajaanya
Fungsi pembuatan hukum (lawcreating function) dari pengdan juga tanpa kesalahan pembangunannya, penampungan air
adilan mewujud khususnya ketika keputusan yudisial memiliki itu rusak sehingga air menggenangi semuanya, mengalir dan
karakter preseden, dan ini artinya ketika keputusan yudisial
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 150.
Ibid., hal. 150i.
370 Ibid., hal. 151.
368
___
369
___
merusak tanah tetangga Pitt, Thomas Underhill. Apakah Unhukum yang sudah ada, namun yang diaplikasikan mungkin
371
derhill memiliki hak untuk memperoleh kompensasi dari Pitt?
bukan hukum substantif tetapi hukum
ajektif.
Gray mengasumsikan bahwa tidak ada undang-undang, tidak
8K Konflik korma
ada keputusan, tidak ada kebiasaan untuk masalah ini di negara
tempat kasus ini terjadi (Nevada). Bagaimanapun pengadilan
a. Kesesuaian antara Keputusan Yudisial dengan
harus memutuskan kasus tersebut dan ketika harus memutusNorma Umum
kan, pengadilan tidak memperoleh pedoman dari norma yang
369
sudah ada.
Keyakinan Gray bahwa hukum hanya terdiri dari kePengadilan Nevada mungkin memutuskan di antara dua
putusan yudisial juga berdasarkan pertimbangan berikut ini:
alternatif. Pertama, mungkin menolak gugatan Underhill karena menurut hukum positif tidak ada kewajiban hukum Pitt Aturan perbuatan yang ditetapkan dan diaplikasikan pengadilan
untuk memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh rusaknyasuatu negara adalah sama dalam isi dan waktunya dengan hupenampungan tersebut, yang berarti tidak ada norma hukum kum negara tersebut. Jika yang pertama berubah, maka yang
kedua juga mengikuti. Bishop Hoadly berkata: Siapapun
yang membenarkan klaim Underhill. Pada kasus ini tidak diramemeabsolut untuk menginterpretasikan segala hukum tertutis
otoritas
gukan lagi bahwa pengadilan mengaplikasikan normagang
substantif
atau tidak tertulis, maka orang inilah pemberi hukum yang
yang telah ada di Nevada. Pelaksanaan hukum dapat dilakukan
nya
dengan segala maksud dan tujuan, dan bukan orang yang pertama
tidak hanya dalam arti positif tetapi juga negatif, tidaksesungguh
hanya
atau membicarakannya; a fortiori, siapapun yang memegang suatu
dengan memerintahkan dan melaksanakan sanksimenulis
tetapi juga
370
otoritas
absolut tidak hanya untuk menginterpretasikan hukum, tetapi
dengan menolak untuk melaksanakan sanksi.
juga untuk mengatakan apakah hukumnya, maka adalah benarbenar
Kedua, pengadilan Nevada mungkin memutuskan bahwa
Gray bersalah meskipun tidak ada norma substantif yang ada pemberi hukum (Lawgiver). Sesuai dengan pandangan Bishop
sebelumnya yang dilanggarnya. Keputusan ini dengan sendiri- Hoadly, Gray berusaha menunjukkan bahwa bahkan undangundang yang diaplikasikan oleh pengadilan pun adalah suatu
nya mempresuposisikan bahwa pengadilan diotorisasi oleh
hukum
yang dibuat hakim. Pengadilan memberikan kehidupan
hukum Nevada, tidak hanya untuk melaksanakan norma umum
372
kepada kata-kata mati undang-undang.
substantif yang telah ada, tetapi juga untuk merubah hukum
Sulit memahami mengapa kata-kata suatu undang-untersebut dalam kondisi tertentu. Maka pengadilan kemudian
dang
yang
mengikat pengadilan harus disebut mati, sedangkan
akan mengaplikasikan norma yang sudah ada tersebut dalam
kasus ini. Harus ada norma yang eksis di Nevada dalam hal inikata-kata dalam keputusan yudisial yang mengikat pihak-pihak
disebut hidup. Namun problemnya bukan pada mengapa
agar kasus dapat diputuskan oleh pengadilan. Hanya dengan
pelaksanaan hukum Nevadalah pengadilan tersebut bertindak undang-undang itu mati sedangkan keputusan yudisial hidup.
sebagai pengadilan Nevada. Pengadilan selalu mengaplikasikanMasalahnya adalah kenyataan bahwa norma yang lebih tinggi
menentukan, baik besar ataupun kecil, pembuatan dan isi dari
371
___
372
keputusan yudisial sebagai norma yang lebih rendah. Norma dari yang ditentukan oleh norma yang lebih tinggi. Namun
yang lebih rendah dan norma yang lebih tinggi adalah milik tata
hal ini tidak berarti bahwa terjadi konflik normaK hetika kasus
hukum yang sama sepanjang yang pertama sesuai (corresponds)
telah menjadi res judicata, pendapat bahwa norma individu tidak
dengan yang terakhir. Tetapi, siapa yang memutuskan apakah
sesuai dengan norma umum yang harus diaplikasikan tidak
norma yang lebih rendah sesuai dengan yang lebih tinggi, apakmemiliki makna yuridis lagi. Organ pelaksana hukum memiliki,
ah norma individual keputusan yudisial sesuai dengan norma berdasarkan aturan hukum, baik otoritas untuk membuat huumum hukum undang-undang atau kebiasaan? Hanya suatu
kum subtantif baru ataupun mengaplikasikan hukum subtantif
organ yang harus mengaplikasikan norma yang lebih tinggilah
yang sudah 374
ada.
yang dapat membentuk keputusan semacam itu dalam proseDari sudut pandang hukum, tidak dapat terjadi kontradur tertentu yang ditentukan oleh tata hukum. Jika penggugatdiksi antara suatu keputusan yudisial yang berlaku sebagai huatau tergugat percaya bahwa keputusan pengadilan tidak sesuai
kum dengan hukum undang-undang atau kebiasaan yang harus
dengan norma umum hukum undang-undang atau kebiasaan diaplikasikan dalam keputusan tersebut. Keputusan pengadilan
yang final tidak dapat dikatakan illegalK Adalah kenyataan bahwa
yang harus diterapkan pengadilan dalam kasus tersebut, mereka
dapat mengajukan banding kepada pengadilan lain yang lebih apakah terdapat suatu norma umum yang harus diaplikasikan
tinggi. Pengadilan ini memiliki kekuasaan untuk membatalkan pengadilan dan apakah isi norma tersebut merupakan otoritas
keputusan pengadilan tersebut atau menggantinya dengan
pengadilan untuk menjawabnya. Namun fakta tersebut tidak
keputusan lain yang menurut pengadilan yang lebih tinggi
menjustifikasi asumsi bahwa tidak ada norma hukum umum
tersebut sesuai dengan norma umum yang harus diaplikasikan yang menentukan keputusan pengadilan atau bahwa hukum
375
dalam kasus ini. Namun proses ini tidak dapat berlangsung
hanya terdiri dari keputusan pengadilan.
tanpa kepastian. Harus ada akhir yang sekaligus mengakhiri
b. Kesesuaian antara Undang-Undang dengan Konstiperselisihan para pihak. Harus ada suatu pengadilan terakhir
tusi
yang memberikan keputusan final dengan otoritas keputusan
yang tidak dapat dibatalkan atau dirubah lagi. Dengan kepujasalah kemungkinan konflik antara norma yang lebih
tusan tersebut, kasus menjadi 373
res judicata.
tinggi
dengan norma yang lebih rendah muncul tidak hanya
Tidak akan pernah ada jaminan absolut bahwa norma
yang lebih rendah sesuai dengan norma yang lebih tinggi. Ke- dalam hubungan antara hukum undang-undang atau kebiasaan
dan keputusan pengadilan, tetapi juga dalam hubungan antara
mungkinan bahwa norma yang lebih rendah tidak sesuai dengan
norma yang lebih tinggi yang menentukan pembuatan dan isi konstitusi dan undang-undang. Ini adalah masalah undang-undang yang tidak konstitusional (unconstitutional statute). Biasanya
dari norma yang lebih rendah tetap ada. Hal ini khususnya
dalam kasus norma yang lebih rendah memiliki isi lain selain
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 155.
Ibid., hal. 155. Kelsen, Introduction, Op.Cit., hal. 71.
377 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 155156. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
hal. 271
375
376
373
374
___
___
dikatakan bahwa suatu undang-undang yang tidak konstipertanyaan apakah suatu undang-undang konstitusional atau
tusional adalah invalid (void), namun ini merupakan pernyataan
tidak harus diputuskan secara eksklusif oleh organ legislatif itu
yang tidak bermakna karena undang-undang yang invalid berarti
sendiri yang berarti tidak akan ada undang-undang yang ditetapsama sekali bukan undang-undang. Suatu norma yang tidak
kan legislatif disebut sebagai tidak konstitusional. Selain itu
valid adalah sesuatu yang tidak eksis sebagai norma, adalah
dapat dimungkinkan juga pada saat tertentu ketika pengadilan
bukan sesuatu entitas 376
hukum.
diotorisasi sebagai legislator, maka legislator yang biasa dapat
378
Ekspresi undang-undang yang tidak konstitusional terhadiotorisasi bertindak sebagai legislator konstitusional.
dap suatu undang-undang yang diakui valid adalah suatu terma
yang kontradiktif. Undang-undang adalah valid hanya karena
c. Garansi Konstitusional
sesuai dengan konstitusi; dan tidak dapat valid jika bertentangan
dengan konstitusi. Satu-satunya alasan untuk validitas suatu
Pelaksanaan aturan konstitusional tentang legislasi dapat
undang-undang adalah karena telah dibuat dengan cara yang di- secara efektif dijamin hanya jika suatu organ selain badan
tentukan oleh konstitusi. Maka arti dari ekspresi tersebut adalah
legislatif diberikan tugas untuk menguji apakah suatu hukum
bahwa suatu undang-undang, sesuai dengan konstitusi, mungitu konstitusional atau tidak, dan tidak memberlakukannya
kin untuk alasan tertentu dapat dibatalkan (annuled) dengan cara jika sesuai dengan pendapat organ ini tidak konstitusional.
lain selain yang biasanya. Biasanya, suatu undang-undang tidakDapat diadakan organ khusus yang dibentuk untuk tujuan ini,
diberlakukan dengan undang-undang lain sesuai dengan prinsipseperti pengadilan khusus yang disebut mahkamah konstitusi
lex posterior derogat priori atau tidak diberlakukan dengan aturan
(constitutional court), atau kontrol terhadap konstitusionalitas
377
hukum kebiasaan yang bertentangan
(desuetudo).
undang-undang (judicial review) mungkin diberikan kepada
Jika konstitusi menentukan suatu prosedur tertentu
pengadilan biasa, khususnya mahkamah agung. Organ yang
yang harus diikuti dalam menetapkan undang-undang dan
mengontrol tersebut dapat menghapuskan secara keseluruhan
jika juga menentukan aturan tertentu tentang isinya, maka adaundang-undang yang tidak konstitusional sehingga tidak dapat
kemungkinan bahwa di suatu waktu legislatif tidak mengikuti diaplikasikan oleh organ lain. Jika suatu pengadilan biasa mepetunjuk tersebut. Maka konstitusi dapat menentukan organ
miliki kompetensi menguji konstitusionalitas undang-undang,
yang harus memutuskan apakah ketentuan yang mengatur
mungkin hanya dalam bentuk menolak untuk menerapkannya
fungsi legislatif tersebut diikuti atau tidak. Jika organ ini berdalam kasus konkret ketika menyatakan bahwa undang-unbeda dari organ legislatif, maka membentuk suatu otoritas di dang tersebut tidak konstitusional sedangkan organ lain tetap
atas legislatif. Hal ini mungkin menjadi sesuatu yang tidak di- diwajibkan menerapkannya. Sepanjang suatu undang-undang
kehendaki secara politik, apalagi jika memiliki kekuasaan untuk
tidak memberlakukan suatu undang-undang yang dipandang
379 Ibid., hal. 157.
tidak konstitusional. Jika tidak ada organ yang berbeda dari
380 Disebut juga dengan the centralized system of judicial review. Lihat Arend Lijphart, Patterns of Democracy: Government Forms and Performance in Thirty-Six
legislatif untuk menyelidiki konstitusionalitas undang-undang,
Countries, (New Heaven and London: Yale University Press, 1999), hal. 225.
378
___
___
383
___
387
388
yang dibatalkan dengan prosedur hukum? Hanya tata hukumsebagai valid, yang berarti adanya kemungkinan dibatalkan dan
itu sendiri yang dapat menjawab pertanyaan ini. Suatu tata
tidak berlaku. Pembatalan artinya menegasikan keberadaanaturan hukum mungkin menentukan, sebagai contoh, bahwa
nya dengan pengetahuan hukum. Kesatuan tata hukum tidak
sesuatu yang wujudnya suatu norma adalah nul ab initio jika pernah dapat dibahayakan oleh kontradiksi antara norma yang
norma ini belum ditetapkan oleh organ yang kompeten, atau
lebih tinggi dengan norma yang lebih rendah dalam hierarki
389
telah ditetapkan oleh individu yang tidak memiliki kompetensi.
hukum.
Jika aturan hukum harus menentukan kondisi tertentu sesuatu
yang wujudnya norma adalah nul ab initio maka tidak perlu lagi
C. ILMU HUKUM NORMATIF
dibatalkan dengan prosedur hukum namun aturan hukum
DAN SOSIOLOGIS
masih harus menentukan prosedur untuk menentukan apakah
kondisi tersebut ada atau tidak. Keputusan yang dibuat oleh
1. Ilmu Hukum Sosiologis Bukan Sekedar
otoritas kompeten bahwa sesuatu yang wujudnya norma adalah
Ilmu Hukum
norma yang nul ab initio adalah suatu tindakan konstitutif dan
memiliki efek hukum. Tanpa adanya tindakan semacam ini
Teori hukum yang telah disajikan di sini adalah teori yurisfenomena yang dipertanyakan tidak dapat dianggap nul. Maka
tik
yang
diberikan secara tautologi. Teori tersebut menunjukkan
fenomena yang dipertanyakan tersebut tidak dapat dianggap
hukum sebagai suatu sistem norma yang valid. Obyeknya
sebagai sesuatu yang tidak ada ab initio yang berarti secara bahwa
huadalah norma, umum dan individual. Sesuatu disebut sebagai
388
kum bukan apa-apa.
fakta sepanjang ditentukan demikian oleh norma. Maka teori
e. Non Kontradiksi antara Norma Inferior dengan Suini juga dapat disebut suatu teori390normatif.
perior
Pada awal abad ini muncul tuntutan adanya teori hukum
Karakter lain dari norma yang lebih tinggi menentukan lain yang mendeskripsikan apa yang nyatanya dilakukan orang
norma yang lebih rendah adalah menghindarkan dari kontra- dan apa yang seharusnya dilakukan, sebagai suatu fenomena
alam fisikK jelalui observasi kehidupan sosial yang nyata seseJ
dikasi nyata antara norma yang lebih tinggi dengan norma
orang dapat menentukan suatu sistem aturan yang menggambaryang lebih rendah. Ketidakkonstitusionalan dan ilegalitas suatu
norma berdasarkan suatu alasan harus tetap dipresuposisikan kan perbuatan nyata manusia sebagai fenomena dari hukum.
Aturan-aturan ini sejenis dengan laws of nature dalam arti ilmu
389 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 161162. Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
alam menggambarkan obyeknya. Sosiologi hukum dibutuhkan
hal. 205. Salah satu yang dipandang oleh Harris sebagai theorem dari ilmu
untuk menyelidiki hukum dalam arti aturan yang nyata, bukan
hukum murni adalah A legal systems is to be equated with collection of pure
aturan keharusan atau aturan tertulis. Teori ini juga disebut
norms interpreted by legal scientists as a non-contradictori field of meaningsuch
391
sebagai ilmu hukum realistis (realistic
jurisprudence).
interpretation entailing the logical postulate that legal norms must originate in
a definite number of sources yang selanjutnya disebut sebagai prinsip derogasi
(derogation) dan non-contradiction. J.W. Harris, Op.Cit., hal. 24, 41.
390 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 162.
___
391
392
___
396
___
396
seharusnya dilakukan sesuai aturan
hukum.
bergantung pada berbagai kondisi, tetapi khususnya pada kemampuan pengadilan menentukan bahwa individu melakukan
Pernyataan Huxley bahwa hukum alam (laws of nature)
adalah bukan penyebab tatanan alam, tetapi hanya cara kitadelik.
me- Jadi keputusan pengadilan hanya dapat diprediksikan pada
tingkat tertentu399
saja.
mahami tatanan tersebut adalah benar. Namun Huxley secara
aefinisi eolmes tentang hukum sebagai ramalan apa yang
salah melanjutkan: Hukum alam (laws of nature) pada faktanya
akan
dilakukan
pengadilan, adalah hampir sejajar dengan kasus
seperti hukum di mana manusia membuat pedoman perbuatan mereka
mana pengadilan bertindak sebagai legislator dan membuat
terhadap yang lainnya. Huxley mencampuradukkan (confuses)dianhukum
substantif untuk kasus yang tidak terikat oleh hukum
tara hukum sebagai noma hukum dengan aturan hukum yang
digunakan dalam bentuk deskriptif. Jika norma hukum yang substantif yang sudah ada. Untuk memprediksi dengan tingkat
ditetapkan oleh legislator memberikan sanksi, dan jika hukum probabilitis yang rasional apa yang akan dilakukan pengadilan
semacam itu menjadi isi dari kesadaran manusia, maka akan ketika bertindak sebagai legislator adalah sama tidak mungkinmenjadi motif dari perbuatannya. Namun legislator mene- nya (impossible) dengan memprediksi dengan tingkat probabilitis
400
tapkan norma hanya karena dia percaya bahwa norma-norma yang rasional hukum apa yang akan diloloskan oleh legislatif.
gKtK earris memahami argumen tersebut dengan menyatakan
ini, sebagai motif dalam pikiran manusia, dapat mengikuti
bahwa pernyataan dalam ilmu hukum tentang eksistensi aturan
perbuatan yang dikehendaki oleh397legislator.
tidak dapat diintepretasikan sebagai pernyataan tentang pereakim lliver tendell eolmes juga menyatakan bahwa
buatan masa lalu dari legislatif atau perbuatan masa depan dari
adalah tugas dari ilmu hukum untuk memprediksikan apa yang
401
petugas hukum atau tentang kejadian
lain.
organ masyarakat, khususnya pengadilan, akan lakukan. Definisi hukumnya yang sungguhJsungguh merupakan definisi ilmu
4. Hukum Bukan Sebagai Suatu Sistem Doktrin (Thehukum adalah: Ramalan apa yang akan dilakukan oleh pengadilan
dalam kenyataan, dan tidak lebih dari itu adalah apa yang saya maksud orems)
dengan hukum. Dia mendefinisikan konsep konsep kewajiban
Jelas bahwa aturan yang sudah ada yang diaplikasikan
dan hak sebagai berikut: Hak dan kewajiban primer dengan mana
pengadilan
dalam keputusannya adalah bukan ramalan apa yang
ilmu hukum disibukkan sendiri tidak lain adalah ramalan. Hakim
akan sesungguhnya dilakukan pengadilan. Aturan yang diapB.N. Cardozo mendukung pandangan yang sama. Cardozo
setuju dengan pernyataan tu bahwa secara psikologis adalah likasikan hakim dalam suatu kasus konkret tidak memberitahu
hakim bagaimana dia dalam kenyataannya akan memutuskan,
ilmu tentang prediksi par 398
excellence.
Fakta bahwa suatu pengadilan memerintahkan sanksi tetapi bagaimana dia harus memutuskan. Makna subyektif suatu
aturan yang diharapkan individu akan menyesuaikan perbuatertentu terhadap individu yang didakwa melakukan delik
___
___
tannya, yang dia rasakan diwajibkan untuk melaksanakan atau benar-benar dijalankan dalam situasi yang telah ditentukan
404
mematuhi, hanya dapat berupa suatu keharusan ought, bukan
oleh aturan tersebut.
sesuatu yang nyata is. Hal ini bisa dibandingkan dengan perSeperti telah dikatakan bahwa fungsi legislatif tidak
nyataan hukum alam (laws of nature) Jika suatu benda dipanaskan, dapat diprediksikan. Fungsi dari suatu komunitas hukum
maka mengembang tidak dapat dilaksanakan atau dipatuhi. Hanya
hanya dapat diprediksi sepanjang telah ditentukan oleh aturan
preskripsi yang dapat dilaksanakan atau dipatuhi yaitu jika
hukum
kamu
dalam makna normative jurisprudence. Apa yang sociological
402
ingin mengembangkan suatu benda, kamu harus
memanaskannya.
jurisprudence dapat prediksi adalah secara mendasar hanya keHukum yang diaplikasikan oleh pengadilan bukan perberlakuan atau ketidakberlakuan aturan hukum. Keberlakuan
setujuan ilmiah yang menggambarkan dan menjelaskan fakta bagaimanapun adalah hal yang esensial bagi validitasnya dan
aktual. Hukum bukan suatu sistem theorem yang merupakan
ketidakberlakuan untuk invaliditasnya menurut pandangan
405
normative jurisprudence.
produk pengetahuan ilmiah, tetapi seperangkat preskripsi yang
mengatur perilaku subyek dan organ komunitas hukum, suatu
Apa yang akan diputuskan oleh hakim tertentu pada
403
suatu kasus tertentu bergantung pada fakta aktual dari berbagai
sistem norma produk dari tindakan keinginan.
macam keadaan. Hingga saat ini kita masih tidak memiliki
5. Perbedaan Antara Pernyataan Ilmu Hukum Norma- metode ilmiah untuk melengkapi investigasi situasi tersebut
sehingga masih merupakan pertanyaan yang tidak dapat ditif dan Sosiologis
jawab. Alasan lainnya adalah bahwa tidak mungkin memberikan
Untuk memprediksi apa yang akan dilakukan pengadilan, hakim suatu investigasi semacam itu sebelum mengumumkan
sociological jurisprudence harus mempelajari perbuatan aktual keputusannya. Semua kekhususan kasus konkret, termasuk
pengadilan untuk mendapatkan aturan riil yang secara aktual karakter hakimI disposisinyaI filosofinyaI dan kondisi fisiknyaI
menentukan perbuatan pengadilan. Secara a priori mungkin adalah benar merupakan fakta yang esensial bagi pemahaman
sesungguhnya terhadap rantai kausal. Tetapi hal-hal tersebut
yang didapatkan akan berbeda dengan norma umum yang
tidak penting untuk memperkirakan (estimation) probabilitas
dibuat oleh legislatif dan kebiasaan yang dijelaskan oleh
keputusan
hakim di masa depan yang diminati oleh sociological
nor
mative jurisprudence dalam pernyataan keharusan. Berbeda tidak
jurisprudence. Pertanyaan yang relevan adalah apakah hakim akan
hanya dalam hal makna pernyataan, tetapi juga isinya. Tetapi
perbedaan tersebut akan sangat jarang dan hanya dalam situasi menerapkan hukum dalam kasus konkret. Dan prediksi yang
tertentu karena fakta bahwa suatu aturan hukum diterima mungkin berdasarkan pengetahuan kita atas fakta adalah bahwa
sebagai valid oleh normative jurisprudence hanya jika aturan sepanjang keseluruhan tata hukum berlaku secara keseluruada bahwa hakim akan benar-benar
tersebut secara keseluruhan berlaku, yaitu jika terdapat derajathan, probabilitas tertentu
406
menerapkan
hukum.
probabilitas bahwa sanksi yang ditentukan oleh aturan akan
404
405
__0
406
407
dari sosiologi
hukum
walaupun
jika deliquent
telah
melakukannya
dengan
Untuk
hukum,
menginvestigasi
yaitu perbuatan
penyebab
yang diatur
keberlakuan
dan berkaitan
aturan
408
hukum
tertentutentang
adalah masalah
yang
penting
dalam
sosiologi.
tanpa berfikir
hukumK
dengan
eanyaaturan
karenahukum
ditentukan
yang
oleh
ada.
Tetapi
hampir
tidak
dapat
ditentukan
bahwa
kita
hari fenomena
ini
dalam
aturan
hukumlah
vang
paling
suatu
berhasil
perbuatan
mendefinisikan
menjadi
suatu
obyek
sosiologi
412
posisi
menyelesaikannya.
adalah
mungkin
berhasil
hukum
adalah
jax teberK aia Namun
menulisW
Ketika
kita concern
hukum.
masalah
sosiologi
khususnya
yang
terkait
dedenganmenyelesaikan
hukum, tata hukum,
aturan
hukum,
kita harus
secara
ketat
ngan
fenomena
hukum.
Jika
kita
menguji
motif
orang
yang
memperhatikan perbedaan antara pandangan yuristik dan
membuat,
dan mematuhi
hukum
kita
menjumpai
sosiologis.
Ilmu
hukum menerapkan,
mempertanyakan
norma hukum
valid
secara
ideal.
dalam
pikirannya
ideologi
tertentu
di
mana
ide
keadilan
meSosiologiapa yang sebenarnya terjadi dalam masyarakat karena
mencari
mainkan
yang bahwa
esensial.
Adalah tugas
yangpada
penting
untuk
terdapat bagian
kemungkinan
tertentu
anggotanya
percaya
validitas
menganalisis
secara
kritis
ideologi
ini
untuk
membangun
suatu
suatu dan menyesuaikan (orientieren) perilakunya dengan aturan
aturan
keadilan.
keadilan,
alami,
bersandarini. sosiologi
jaka sesuai
denganMasalah
definisi iniI
obyeksecara
sosiologi
hukum
adalah
kan pada
kerangka
normative
jurisprudence
yang
melahirkan
teori
409
perbuatan
manusia yang harus ditentukan oleh ide aturan yang valid.
hukum positif;
tetapi
kepercayaan
pada didefinisikan
keadilan adalah
subyek
posiologi
hukum
sebagaimana
oleh
teber
yang
tepat
bagi
sociological
jurisprudence;
bahkan
mungkin
adalah mungkin
hanya
terhadap
perbuatan
manusia
yang
men407
subyek
khususnya.
jadi obyek hukum sebagaimana dia eksis dalam pikiran manusia sebagai isi idenya. Dalam pikiran manusia, hukum eksis
6. Ilmu Hukum Sosiologis Mempresuposisikan Konsebagai suatu fakta, sebagai suatu badan norma yang valid,
sep Hukum Secara Normatif
sebagai suatu sistem normatif. Hanya dengan menunjuk pada
perbuatan manusia yang ada dalam suatu sistem norma yang
Nilai deskripsi hukum positif dalam terma sosiologis
validI di mana hukum didefinsikan oleh normative jurisprudenceI
selanjutnya dikurangi dengan fakta bahwa sosiologi dapat
sociological jurisprudence dapat membatasi obyek khususnya dari
mendefinisikan fenomena hukum hanya dari konsep hukum
sosiologi umum. Hanya dengan hal inilah mungkin dibedakan
yang dibuat oleh normative jurisprudence. Sociological
secara sosiologis antara fenomena hukum dan fenomena non
jurisprudencekonsep ini. Obyek sociological jurisprudence
mempresuposisikan
410
hukum, antara negara dengan gerombolan manusia.
bukan norma yang valid, yang membentuk obyek normative
Perbuatan manusia menjadi wilayah sosiologi hukum
jurisprudence, tetapi perbuatan manusia. Apakah perbuatan
bukan karena diorientasikan kepada aturan hukum, tetapi kamanusia? Hanyalah perbuatan yang terkait dengan hukum.
rena ditentukan oleh norma hukum sebagai kondisi atau konApa perbedaan perbuatan tersebut secara sosiologis dengan
411
Perbuatan yang masuk sebagai delik adalah
sekuensi.
obyek
perbuatan yang berada di luar bidang studi sosiologi hukum?
Tidak lain adalah hanyalah sepanjang perbuatan yang terkait
410
408
409
___
B A B JOSEPH RAZ
A. KRITIK
oleh norma itu; dan (b) dengan pelaksanaan sanksi yang dibolehkan oleh norma tersebut. Tidak dijelaskan hubungan kedua
Raz dalam buku The Concept of a Legal System: An
perwujudan keberlakuan tersebut dan bagaimana menentukan
416
intro
duction
to the Theory of a Legal System membahas tentang konsep suatu norma adalah berlaku.
hukum dan sistem hukum berdasarkan dua kriteria yaitu kri2. Kriteria Identitas dan Norma Dasar
teria eksistensi dan kriteria identitas. Kriteria eksistensi terkait
dengan substansi norma, sedangkan kriteria identitas terkait
Kreteria identitas Kelsen adalah bahwa suatu hukum
dengan sistem hukum tertentu yang menjadi identitas suatu
norma sebagai bagian dari sistem hukum tersebut. Pemba- milik suatu sistem jika, dan hanya jika, hukum tersebut ditetapkan dengan penggunaan kekuasaan yang diatur dalam norma
has Raz dilakukan dengan mengelaborasi, mengkaitkan, dan
417
Dalam
bahasa Kelsen disebutkan That a norm belongs
dasar.
membandingkan
konsep
hukum
sistem hukum
yang telah
Seperti halnya
teori
pada dan
umumnya,
teori hukum
Hans
to
certain
system
of
normscan
be tested only by ascertaining that it
dikembangkan
oleh Bentham,
Austin,
dan Kelsen.
Tentu
saja
Kelsen juga tidak
terlepas dari
berbagai
keberatan
maupun
418
derives its validity from the basic nrm constituting
the order.
Raz
di banyak
tempat
memberikan
kritik kepada
teori-teori
kritik
baik yang
berasal
dari aliran hukum
sebelumnya
(khususIdentitas
suatu
sistem
hukum,
sebagaimana
keanggotaan
tersebut
baik berdasarkan
teori lainempiris),
maupun maupun
dengan mengenya hukum
alam dan positivisme
dari aliran
mukakan
pendapatnya
sendiri.
Kritik terhadap
teori hukum
hukum yang
berkembang
belakangan.
Kritik terhadap
teorisuatu hukum dalam suatu sistem, ditentukan benar-benar hanya
Kelsen
dilakukan
dari berbagai
aspek,
mulai
dari penggunaan
hukum
yang dikemukakan
Kelsen
pada
umumnya
antara lainoleh fakta pembuatannya. Sumber kesatuan suatu sistem tidak
bahasa
terkait
pernyataan
dengan metode
normatif
formal
(normative
yang digunakan
statements),
dalam
struktur
Pure lagi
nor-pada satu lembaga legislatif seperti dalam teori Austin,
Theory
of Law,
konsep
hukum
sebagai perintah
ma,
eksistensi
norma,
masalah
individuasi,
sampaiyang
padamemaksa
masalah tetapi pada suatu norma yang memberikan kekuasaan. Jadi
sesungguhnya tidak ada yang berubah dari teori Austin kecuali
namun
tidak Di
secara
psikologis,
postulasi
norma
dasar,
sistem
hukum.
sini akan
diuraikan
kritik validitas
Raz terhadap
teori
419
merubah kedaulatan dengan norma
dasar.
hubungan
hukum
negara,
dan masalah
konsep
hukum
hukum
Kelsen
terkaitdan
dengan
prinsip
individuasi
dan identitas
Kelsen cenderung mengalah pada godaan untuk meminternasional
sebagai
sebagai
pemikiran
utamasuatu
dari sistem.
Raz.
buat
norma dasar sebagai kesimpulan dari semua teorinya.
Kritik-kritik dikemukakan oleh banyak ahli hukum sedengan suatu
pokok Sistem
masalahHukum
yang menjadi pusat perhatian, Godaan ini wajar karena bagi Kelsen norma dasar adalah norma
1. suai
Eksistensi
dan kondisi yang dibutuhkan untuk memahami hukum. nordan masing-masing menggunakan perspektif tertentu yang
berbeda-beda.
Pada
bagianeksistensi
ini akan dikemukakan
Kreteria Kelsen
tentang
suatu norma kritik
hukumdari ma dasar dari setiap sistem hukum menjamin kohensi internal
sistem tersebut. Prinsip non-kontradiksi ada di dalam norma
tiga diformulasikan
orang ahli hukum
yaitucara
Joseph
Raz dalam
The
Concept
dapat
dengan
berikut:
Suatubuku
sistem
hukum
dasar, itu sendiri. Koonsep norma dasar adalah satu dari dua
413
of ajika,
Legal
System:
to the
Theory
oftingkat
a Legal System
eksis
dan
hanya An
jika,introduction
sistem tersebut
mencapai
konsep
di mana kreteria identitas Kelsen ditemukan. Konsep
414
Hari Chand(efficacy)
dalam buku
Modern
Jurisprudence
, dan J.W.
Harris
keberlakuan
minimum
tertentu.
Keberlakuan
suatu
420
dalam
buku fungsi
Law and
Legal Science:
An Inquiry into
the Kelsen
Concepts yang lain adalah rantai validitas (chain of validity).
sistem
adalah
keberlakuan
dari hukumnya,
namun
416 Raz, Op.Cit., hal. 93.
415
Legal
Rule and
Legal
System. bagaimana hubungannya dan
tidak
berbicara
apapun
tentang
417 Ibid., hal. 95.
418 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 111., Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
bagaimana tingkat keberlakuan tersebut ditentukan. Keber413 Raz, Op.Cit.
hal. 195.
lakuan
suatu norma dapat mewujud melalui dua cara, yaitu (a)
414 Chand, Op.Cit.
419 Raz, Op.Cit.
dengan
kepada
siapa
suatu
kewajiban
dibebankan
415 Harris, kepatuhan
420 Ibid., hal. 95.
Op.Cit.
KRITIK DAN
PENGEMBANGAN
TERHADAP TEORI
HUKUM HANS KELSEN
___
___
___
Rantai validitas adalah seperangkat dari semua norma norma yang dimiliki oleh dua rantai validitas dalam satu sistem
yang (1) masing-masing mengotorisasi pembuatan hanya satu hukum yang sama; (2) terdapat satu norma yang merupakan
perangkat norma, kecuali satu norma yang pada umumnya tidakbagian dari semua rantai validitas dalam satu sistem; dan (3)
mengotorisasi pembuatan suatu norma; dan (2) pembuatan ma- Dalam setiap sistem hukum norma yang dimiliki oleh semua
sing-masing norma tersebut diotorisasi oleh hanya satu norma,
rantai validitas adalah norma dasar yang merupakan norma
kecuali satu norma yang pembuatannya tidak diotorisasi norma
akhir dari setiap rantai validitas. Hal ini dapat ditunjukkan dalam
422
lain dalam rantai tersebut. Rantai validitas dapat ditunjukkan
gambar 2 berikut
ini:
dalam gambar 1. Setiap garis mewakili suatu norma yang
mengotorisasi pembuatan norma lain di atasnya. Lingkaran
Gambar 2
mewakili kekuasaan legislatif, di mana satu orang dapat memiliki
421
kekuasaan legislatif berdasarkan beberapa
norma.
Gambar 1
Norma Individual
Norma Umum
Norma Dasar
___
422
Kapankah suatu norma dimiliki oleh suatu sistem norma terhukum secara statis dari Kelsen menyatakan bahwa setiap
tentu? Pertanyaan ini terkait dengan pertanyaan tentang alasan norma membebankan kewajiban dengan memberikan sanksi
validitas suatu norma. Peran kedua adalah sebagai alasan akhirNamun dia merasa perlu untuk menambahkan pandangan dan
bagi validitas norma hukum yang lain. Fungsi suatu norma
menyesuaikannya dengan adanya norma yang memberikan
425
dasar menurut Kelsen adalah mengotorisasi pembuatan konskekuasaan legislatif.
423
titusi pertama.
Adanya dua sudut pandang merupakan dua prinsip
Kesalahan dari argumen ini adalah bahwa konstitusi
individuasi yang berbeda, yaitu prinsip statis individuasi berpertama tidak harus satu norma, tetapi mungkin dan sering, dasarkan konsep sanksi yang memaksa (coercived sanction) dan
merupakan seperangkat norma yang diberlakukan dengan
prinsip individuasi dinamis berdasarkan konsep kekuasaan
penggunaan kekuasaan satu lembaga legislatif. Suatu konstitusi
legislatif. Prinsip individuasi pertama jelas seperti digambarkan
pertama dapat berisi beberapa norma yang masing-masing sebagai sudut pandang statis bahwa setiap hukum adalah suatu
mengatur kekuasaan legislatif yang berbeda pada lembaga
norma yang membebankan kewajiban dengan menentukan
yang berbeda pula. Sebagai contoh, satu norma dari konstitusi suatu sanksi. Sedangkan prinsip dinamis kurang jelas, yang
pertama mungkin menentukan kekuasaan legislatif parlemen hanya berarti bahwa norma dapat berisi pemberian kekuasaan
federal, sedangkan norma lain dalam konstitusi tersebut melegislatif sebagaimana norma yang membebankan kewajiban
nentukan kekuasaan parlemen negara bagian. Lebih dari itu,
dengan menentukan 426
sanksi.
konstitusi pertama mungkin tidak hanya mengatur kekuasaan
Kelsen hanya menjelaskan kekuasaan legislatif terkait
legislatif, tetapi juga norma biasa yang membebankan kewajiban dengan prinsip individuasi statis dan tidak menunjukkan sedan memberikan sanksi untuk mendukungnya. Jadi norma bagai dasar bagi prinsip lain yang berbeda. Karena tidak adanya
dasarlah yang dimiliki oleh setiap rantai validitas sebagai alasandefinisi independen dari kekuasaan legislatifI sudut pandang
424
akhir validitas, bukan konstitusi
pertama.
dinamis Kelsen tidak pernah lebih dari suatu rencana (program) adanya suatu prinsip individuasi dinamis. Rencana ini
427
3. Norma: Statis dan Dinamis
If
one looks upon
sendiri diakui oleh Kelsen sebagai
berikut:
the legal order from the dynamic point of view...it seems possible to define
Pembahasan berikutnya adalah terkait dengan duathe
panconcept of law in a way quite different from that in which we have
dangan dalam teori Kelsen yaitu; pertama, bahwa setiap
norma
tried to defined it in this theory. ft seems especially possible to ignore the
428
membebankan kewajiban dengan mengijinkan pelaksanaan
element of coercion in defining the
concept of law.
sanksi (sudut pandang statis); dan kedua, bahwa beberapa
Jika prinsip individuasi dinamis dan statis merupakan
norma tidak membebankan kewajiban tetapi memberikan
dua jalan penyusun dan pembagian sistem hukum yang sama,
kekuasaan legislatif (sudut pandang dinamis). Pandangan
Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 143d., Raz,
Ibid., hal. 11011.
427 Ibid., hal. 111.
428 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 122.
425
426
423
424
__0
___
___
Ibid.
Ibid.
435 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 144.
436 Raz, Op.Cit., hal. 11213
433
434
___
2. Metodologi
Ini adalah kritik Lloyd yang dikutip oleh Chand. Ibid., hal. 98.
Ibid.
441 Ibid.
439
___
440
___
___
444
445
silogisme yang tidak dapat dibuat antara ought dan is. Pada bahukum. Harris menyatakan bahwa Kelsen telah gagal menjelasgian lain helsen juga mendefinisikan ought sebagai maksud dari
kan bahwa hukum adalah adalah norma yang murni karena teori
tindakan kehendak (meaning of act of will) yang berarti menolak
Kelsen adalah praktek dari ilmuwan hukum. Dengan kata lain
teori norma murni tentang hukum adalah bukan tentang hukum, argumen awalnya tentang pembuatan hukum bukan sebagai
tetapi tentang disiplin institusional dari ilmu hukum. Deskripsi
ekspresi kehendak dalam 449
legislasi.
yang diberikan adalah aktivitas dari ilmu hukum bukan tentang
446
2. Norma Dasar
hukum itu sendiri.
Kelsen lebih memilih istilah norma daripada aturan dengan
Norma dasar dibutuhkan sebagai sumber legislatif
dua alasan. Pertama, dia khawatir penggunaan istilah aturan
akhir
sama
dengan kontruksi metaforis suatu kehendak yang
dapat berujung pada kebingungan dengan ilmu alam. Namun
berdaulat, suatu presuposisi atau hipotesis dari ilmu hukum.
dalam bahasa Inggris sesungguhnya istilah law juga ambigu.
Berbagai formulasi norma dasar menunjukkan bahwa Kelsen
Bahkan istilah norm juga memiliki ambiguitas khusus karena
bermaksud
untuk melakukan simplifikasi untuk suatu teori keJ
juga digunakan dalam ilmu sosial untuk mendeskripsikan rule
450
berlanjutan konstitusional.
situations. Kedua, Kelsen berpendapat bahwa penggunaan
Dalam formulasi tersebut, sistem hukum yang memiliki
kata aturan tidak cocok untuk meliputi kasus norma tertentu
yang menentukan tindakan tertentu tanpa harus terpenuhinya norma dasar puncak dapat dipahami sebagai sesuatu yang terkondisi tertentu (act unconditionally). Argumen ini lebih dapat diri dari semua norma yang berasal dari suatu rentang waktu
diterima walaupun dalam ilmu hukum sangat jarang terdapat dari pengesahan konstitusi di suatu waktu termasuk dalam hal
447
perubahan konstitusi secara konstitusional; dan sistem selalu
deskripsi tentang act unconditionally.
berubah
ketika, dan hanya ketika, suatu pelanggaran konstitusi
helsen mendefinisikan suatu norma sebagai ekspresi dari
terjadi
secara terus-menerus. Doktrin ini menunjukkan kegagaidebahwa seorang individu harus (ought) untuk berbuat sesutu
dengan
448
cara tertentu.
Ought adalah simbol mewakili kelas khusus dari lan Kelsen untuk membedakan antara sistem hukum momentary
451
dan nonmomentary.
kosa kata yang digunakan untuk membuat suatu norma. Namun
kategori dari bahasa ought ini tidak dijelaskan, kecuali dengan
D. HANS NAWIASKY DAN ANALISIS
melawankannya dengan kategori is. Kelsen secara terusmenerus
KEDUDUKAN PANCASILA
menambahkan untuk mengkaitkan dengan pandangannya
bahwa aturan hukum adalah entitas abstrak yang berbeda dari
Salah satu teori Hans Kelsen yang mendapat banyak perlegislasi masa lalu atau pelaksanaannya di masa depan, dengan
hatian adalah hierarki norma hukum dan rantai validitas yang
Harris, Op.Cit., hal. 35.
Ibid., hal. 35.
448 Kelsen, General Theory, Op.Cit., hal. 110112., Kelsen, Pure Theory, Op.Cit.,
hal. 6.
446
447
___
___
Hans Nawiasky, Allgemeine Rechtslehre als System der rechtlichen Grundbegriffe. Cetakan kedua, (Einsiedeln/Zrich/Kln: Benziger, 1948).
453 Ibid., hal. 37. A. Hamid A. Attamimi, Peranan Keputusan Presiden Republik
Indonesia dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Negara; Suatu Studi Analisis
Mengenai Keputusan Presiden yang Berfungsi Pengaturan dalam Kurun Waktu
Pelita IPelita IV, Disertasi Ilmu Hukum Fakultas Pascasarjana Universitas
Indonesia, Jakarta, 1990, hal., 287.
454 Ibid.
455 Ibid., hal. 359. Nawiasky, Op.Cit., hal. 31.
452
__0
457
___
___
asky tersebut dapat disimpulkan bahwa staatsfundamentalnorm Dokumen inilah yang menjadi Pembukaan UUD 1945 setelah
yang dikemukakan oleh nawiasky adalah presuposisi validitas
terjadi kompromi dengan pencoretan tujuh kataK talaupun
norma dasarnya Kelsen. Sedangkan staatsgrundgesetznya Nawi-pengaruh Soekarno cukup besar dalam perumusan dokumen
asky adalah konstitusi atau grundnorm dalam pandangan Kelsen.
ini, namun dokumen ini adalah hasil perumusan BPUPKI
Pertanyaan selanjutnya adalah apakah Pancasila merupakan
yang dengan sendirinya merepresentasikan berbagai pemikistaatsfundamentalnorm atau merupakan bagian dari konstitusi? ran anggota BPUPKI. Dokumen ini di samping memuat lima
Pancasila lahir dan dirumuskan dalam persidangan Badan dasar negara yang dikemukakan oleh Soekarno, juga memuat
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI)
pokok-pokok pikiran yang lain.
pada saat membahas dasar negara, khususnya dalam pidato
Jika masalah dasar negara disebutkan oleh Soekarno
sebagai
Soekarno tanggal 1 Juni 1945. Soekarno menyebut dasar
negaraPhilosofische grondslag ataupun Weltanschauung, maka hasil
sebagai Philosofische grondslag sebagai fondamen, filsafat, pikiran
dari persidangan-persidangan tersebut, yaitu Piagam Jakarta
yang sedalam-dalamnya yang di atasnya akan didirikan bangu-yang selanjutnya menjadi dan disebut dengan Pembukaan UUD
1945, yang merupakan Philosofische grondslag dan Weltanschauung
nan negara Indonesia. Soekarno juga menyebutnya dengan
istilah Weltanschauung atau pandangan hidup. Pancasila adalah
bangsa Indonesia. Seluruh nilai-nilai dan prinsip-prinsip dalam
467
lima dasar atau lima asas.
Pembukaan UUD 1945 adalah dasar negara Indonesia, termaPidato yang dikemukakan Soekarno pada saat itu adalah
suk di dalamnya Pancasila.
rangkaian persidangan BPUPKI yang membahas dasar negara.
Selain Pancasila, telah banyak dikenal adanya empat poSelain Soekarno, anggota-anggota yang lain juga mengemukakok pikiran Pembukaan UUD 1945, yaitu; (1) bahwa negara
kan pendapatnya baik secara lisan maupun tertulis. Dari ber- Indonesia adalah negara yang melindungi dan meliputi segenap
bagai pendapat yang dikemukakan dalam persidangan tersebut,bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, serta
kemudian ditunjuk tim perumus yang terdiri dari 8 orang,
mencakupi segala paham golongan dan paham perseorangan;
yaitu: Ir. Soekarno, Drs. M. Hatta, Mr. M. Yamin, M. Soetardjo
(2) bahwa negara Indonesia hendak mewujudkan keadilan sosial
Kartohadikoesoemo, R. Otto Iskandardinata, Mr. A. Maramis, bagi seluruh warganya; (3) bahwa negara Indonesia menganut
Ki Bagoes Hadikoesoemo, dan K.H. Wachid Hasyim. Tim ini paham kedaulatan rakyat. Negara dibentuk dan diselenggarakan
menghasilkan rumusan yang kemudian dikenal dengan Piagam
berdasarkan kedaulatan rakyat; dan (4) bahwa negara Indonesia
468
Jakarta dan diterima oleh BPUPKI pada tanggal 10 Juli 1945.
adalah negara yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa menurut
469
dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
Saafroedin Bahar, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.), Risalah
Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI)
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945-22 Agustus
1945, (Jakarta: Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1995), hal. 63, 69, dan
81. RM. A.B. Kusuma, Lahirnya Undang-Undang Dasar 1945, (Jakarta: Pusat
Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2004), hal.
117, 121, 128Y.
468 Kusuma, Op.Cit., hal. 130, catatan kaki no. 229.
467
___
___
___
472
yang1945
berbunyi: Dengan
ditetapkannya
perubahan
UndangProklamasi
17 Agustus
1945. Proklamasi
menurut
hukum
Un
dangyang
Dasar
ini, UndangUndang
Dasarmerupakan
Negara Republik
Indonesia
berlaku
pada saat itu bukan
tindakan
hukum
472
Tahundilakukan
1945 terdiri
atasoleh
Pembukaan
dan
pasalpasal.
karena
bukan
organ hukum
dan tidak sesuai
dengan
Jika
prosedur
Pembukaan
hukum.
UUD
Proklamasi
1945 dan17
pasal-pasalnya
Agustus 1945meyang
menandai
rupakan
berdirinya
satu kesatuan,
Negaratentu
Republik
tidakIndonesia,
dapat memisahkannya
yang berarti
terbentuknya
dengan menempatkan
suatu tata hukum
Pembukaan
baru (New
UUDLegal
1945Order).
sebagaiAdanya
staats Indonesia
fundamentalnorms
yang
lebihdiproklamasikan
tinggi dari pasal-pasalnya
sebagai
Negara
setelah
merupakan
dasar
staatsverfassung.
Apalagi
bahwa Indonesia,
Pembukakeberlakuan UUD
1945dengan
sebagaimenyatakan
konstitusi Negara
sebagai
an presuposisi
UUD 1945 adalah
validitas
dasar
tata pembentukan
hukum Indonesia
pasal-pasal
berdasarkan
UUD
1945 sebagai konstitusi, atau Pembukaan UUD 1945
UUDadalah
1945.
presuposisi bagi validitas pasal-pasal UUD 1945. Pembukaan
UUD 1945 (termasuk di dalamnya Pancasila) dan pasal-pasalnya adalah konstitusi tertulis bangsa Indonesia. Pembukaan
UUD 1945 walaupun merupakan pokok-pokok pikiran yang
abstraksinya tinggi dan dijabarkan dalam pasal-pasalnya, tetapi
bukan merupakan dasar keberlakuan pasal-pasal UUD 1945 dan
berarti bukan pula presuposisi validitas pasal-pasal tersebut.
UUD 1945 secara keseluruhan ditetapkan sebagai konstitusi
(staatsverfassung) yang mengikat dalam satu tindakan hukum,
yaitu keputusan PPKI tanggal 18 Agustus 1945.
Penempatan Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari
Konstitusi sekaligus menempatkannya sebagai norma abstrak
yang dapat dijadikan sebagai standar valuasi konstitusionalitas
norma hukum yang lebih rendah. Bahkan juga dapat digunakan
sebagai prinsip-prinsip dalam menafsirkan konstitusi. Dengan
posisi Pembukaan UUD 1945 sebagai bagian dari konstitusi,
maka pokok-pokok pikiran yang terkandung di dalamnya,
termasuk Pancasila, benar-benar dapat menjadi rechtsidee dalam
pembangunan tata hukum Indonesia.
Jika Pancasila bukan merupakan staatsfundamentalnorms,
lalu apa yang menjadi dasar keberlakuan UUD 1945 sebagai
konstitusi? Apa yang mempresuposisikan validitas UUD 1945?
___
__0
___
DAFTAR PUSTAKA
___
___
INDEX
___
culpa 63
culpability 63
customary law 98
F
forbearances 87, 89
forbearances juristic person 87
formell gesetz 170, 171
Friedmann 9
de facto 101
de jure 101
G
defendant 77
Gelstaltung 177
delict 28
general legal theory 16
Deliktsfhigkeit 80
norms 42
deliquent 29, 53, 55, 60,general
62,
general rule 41
64, 65, 75, 82, 120, 123,
genuine 60
153
George Jellinek 2, 139
depsychologized 39
Geschftsfhigkeit 80
desuetudo 103, 104, 138
differentia spesifica 36 grundnorm 170, 173
dolus 63
droit 71
H
droit objectif 71, 113
droit subjectif 71
Handlungsfhigkeit 80
Hans Kelsen 1, 8, 155, 169
Hans Nawiasky 169
E
Hari Chand 107, 155, 164
harmful 63
efficacious 107
Hart 60
electoral court 79
Haynes 102
enforcible rule 31
Eugen Ehrlich 32, 33 Henry Pitt 133
Holland 31
ex contractu 123
hypothetisches Urteil 48
ex delictu 123
judgment 48
Ex injuria jus non oritur hypothetical
141
Ex injuria jus oritur 141hypothetical norm 42
___
L
law of men 147
___
subjektives
Rechtstaat
recht 71
87
suumreffrain
cuique 19
78
naturaleasyimI
person hKeK
65
parregressus
Zurechnung
excellence
83
148
tachid
NT4
ad infinitum
34, 94
Switzerland
3
negligance
ward
75, 9164
partial legal orderrelative
88, 89,duty
90 70
Weltanschauung
Neo-Kantian 8 174, 175
Perancis
res113
judicata 121, 136, 142
New
Legal Order 179 petitio principiil
tu
N4U
right112
and might 105
Nichtigkeitserklrung mhilosofische
143
grondslag
175
T3
Roscoe 174,
Pound
nomodinamic 8
physical person royal
84, 85,
86
judges
127
T.H. Huxley
146
nomostatics 8
plaintiff 77Rudolf Aladr Mtall 1
the power of law 105
nonconsensual representation
75 127 rule situations 168
Plato 21,
the reductive thesis 10
nonmomentary 169
prexistent 127
theoretically trancendental 39
norm creating events 98presumptio juris et de jure 46
Thomas Underhill 133
normative jurisprudenceprimary
146, norm 57
S
total legal order 88
150, 151, 152, 153 private autonomy 122
trancendental
scheme of logical
interpretation 49
normative statements 156
prohibitum 51
pressuposi secondary
tionnorm
99, 172
59
normativity thesis 10 Prozessfhigkeit 80
selfevident 94
psychic compulsion 31, 35
Notonagoro 171
sociological jurisprudence 146,
nul 142, 144
public prosecutor 50
U
150, 151, 152, 153
nul ab initio 143, 144 pure theory of law 16, 17, 22,
Soekarno, Ir.
174, 175
unconstitutional
statute
137
nullified 100
67,
71, 155, 164, 166
solidarit unlawful
sociale 113
49
sosialimanen
unlawful behavior 25
59
staatsfundamentalnorm
170,
unzurechnungsfhid 82, 83
171,
O
Q 173, 174, 176, 177,
178
volksgeist 113
objectives recht 71
quaestio
facti 126
staatsgrundgesetz
170, 171,
V
quaestio juris 126
lliver tendell eolmes N4U
173
opinio juris sive necessitatis Verfassungsgerichtshoft
97
staatsgrundnorm 140
170
en
autonome
satzung
Otto Iskandardinata, R. verordnung
174
staatsverfassung 170, 177, 178
RStanley L. Paulson
170, 171
10
violation of law107
52
realistic jurisprudenceStarke
145
statutory law 98
recht 71
stufentheorie
169
rechtsidee 171, 177, 178
W
N
___
__0
P
Z
___
Biodata Penulis
Biodata Penulis
9.
Staf Ahli Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Jakarta, 1993-1998.
10.
Anggota Tim Pengkajian Reformasi Kebijakan Pendidikan Nasional Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Jakarta, 1994-1997.
NNK
Asisten takil mresiden oepublik fndonesia bidang heJ
Pengabdian dalam Tugas Pemerintahan dan Jabatan
sejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan, 1998Publik lainnya
NVVV EAsisten takil mresiden BKgK eabibie yang kemudian
1. Pengajar Fakultas Hukum Universitas Indonesia sejak
menjadi Presiden RI sejak Presiden Soeharto mengundurtahun 1981 sampai sekarang. Sejak tahun 1998 diangkat
kan diri pada bulan Mei 1998).
sebagai Guru Besar Hukum Tata Negara, dan sejak 16
Diangkat
12.
dalam jabatan akademis Guru Besar dalam Ilmu
Agustus 2003 berhenti sementara sebagai Pegawai Negeri
Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas IndoSipil (PNS) selama menduduki jabatan Hakim Konstitusi,
nesia, Jakarta, 1998.
Nama
Lengkap
: Prof.
Jimly Asshiddiqie,
sehingga
berubah
statusDr.
menjadi
Guru Besar S.H.
Luar Biasa.
Koordinator
13.
dan Penanggungjawab Program Pasca Sarjana
Alamat Rumah : Jl. Widya Chandra III No. 7
2. Anggota Tim Ahli
Dewan
Perwakilan
Rakyat
Republik
Bidang Ilmu Hukum dan Masalah Kenegaraan, Fakultas
Jakarta Selatan. Telp. 021-5227925. HP:
Indonesia, 1988-1993.
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2000-2004.
0811-100120;
3. Anggota Kelompok
Kerja
Dewan Pertahanan dan KeEmail:
jimly21@hotmail.com,
14.
Anggota Senat Akademik Universitas Indonesia, 2001amanan kasional
EtanhanJkamnasFI NVURJNVVRK
jimly_asshiddiqie@yahoo.com
sekarang.
4. Alamat
Sekretaris
Dewan: Penegakan
Sistem HuKantor
MahkamahKeamanan
Konstitusi dan
Republik
Penasehat
15.
Ahli Sekretariat Jenderal MPR-RI, 2002-2003.
Indonesia,
kum (DPKSH), 1999.
16.
Penasehat Ahli Menteri Perindustrian dan Perdagangan
Jl. Medan
No. 7,Nasional
Jakarta
5. Ketua Bidang Hukum
TimMerdeka
Nasional Barat
Reformasi
Republik Indonesia, 2002-2003.
Pusat.
Telp/Faks.
021-3522087.
Menuju Masyarakat
Madani,
1998-1999,
dan PenanggungAnggota
17.
tim ahli berbagai rancangan undang-undang di
jimly@mahkamahkons
titusi.
jawab Panel AhliEmail:
Reformasi
Konstitusi (bersama
Prof. Dr.
bidang hukum dan politik, Departemen Dalam Negeri,
go.id
Bagir Manan, S.H.), Sekretariat Negara RI, Jakarta, 1998Departemen Kehakiman dan HAM, serta Departemen
1999.
Perindustrian dan Perdagangan, sejak tahun 1997-2003.
Pendidikan
6. 1.
Anggota
Tim
Nasional
Indonesia
Menghadapi
Tantangan
Pengajar
18.
pada berbagai Diklatpim Tingkat I dan Tingkat
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 1982 (SarGlobalisasi,
1996-1998.
II Lembaga Administrasi Negara (LAN) sejak tahun 1997jana Hukum).
7. 2.
Anggota
Tim
Ahli Sarjana
Panitia Ad
Hoc I (PAH
I), BadanJakarta,
Pekerja1984
sekarang.
Fakultas
Pasca
Universitas
Indonesia,
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
Republik
Indonesia
dalam
19.Pengajar pada kursus KSA dan KRA LEMHANNAS
(Magister Hukum).
rangka
Perubahan
Undang-Undang
Dasar
1945 (2001).
(Lembaga Pertahanan dan Keamanan Nasional) sejak
3.
Fakultas
Pasca Sarjana
Universitas
Indonesia
Jakarta (19868. Senior
Scientist
bidang
Hukum
BPP
Teknologi,
Jakarta,
2002-sekarang.
1990), dan Van Vollenhoven Institute, serta Rechtsfaculteit,
1990-1997.
Universiteit Leiden, program doctor by research dalam
ilmu hukum (1990).
BIODATA PENULIS
___
___
___
Biodata Penulis
Format Kelembagaan
Negara dan Pergeseran Kekuasaan dalam
20.Guru Besar Tidak Tetap pada Fakultas Hukum berbagai
12.
UUD 1945, Yogyakarta: FH-UII-Press, 2004.
Universitas Negeri dan Swasta di Jakarta, Yogyakarta,
Konstitusi
Surabaya, dan Palembang.
13. dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: MKRIPSHTN FHUI, 2004.
Publikasi Ilmiah
Memorabilia
Dewan Pertimbangan Agung Republik Indonesia,
14.
1. Gagasan Kedaulatan dalam Konstitusi dan Pelaksanaannya di
Jakarta: Konstitusi Press, 2005.
Indonesia, Jakarta: Ichtiar Baru-van Hoeve, 1994.
Hukum15.
Tata Negara dan Pilarpilar Demokrasi, Jakarta: Konsti2. Pembaruan Hukum Pidana di Indonesia, Bandung: Angkasa,
tusi Press, (cetakan pertama 2004, cetakan kedua 2005).
1995.
Modelmodel16.
Pengujian Konstitusional di Berbagai Negara, Jakarta:
3. Pergumulan Peran Pemerintah dan Parlemen dalam Sejarah, JaKonstitusi Press (cetakan pertama April 2005, cetakan
karta: UI-Press, 1996.
kedua Mei 2005).
Balai 17. Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan
4. Agenda Pembangunan Hukum di Abad Globalisasi, Jakarta:
Kemerdekaan
Pustaka, 1997.
Mahka
mah Konstitusi, Jakarta: Konstitusi Press (cetakan pertama
5. UndangUndang Dasar 1945: Konstitusi Negara Kesejahteraan dan
Juli 2005).
Realitas Masa Depan, Jakarta: Universitas Indonesia, 1998. Kemerdekaan
Berserikat, Pembubaran Partai Politik, dan
18.
6. Reformasi B.J. Habibie: Aspek Sosial, Budaya dan Hukum, Mahkamah Konstitusi, Jakarta: Setjen dan Kepaniteraan MKRI
Bandung: Angkasa, 1999. Edisi bahasa Inggeris Habibies
(cetakan pertama November 2005).
Reform: SocioCultural Aspect and the Legal System, Bandung:
Konstitusi
19.dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Konstitusi
Angkasa, 1999.
Press (cetakan pertama Juli 2005).
7. Islam dan Kedaulatan Rakyat, Jakarta: Gema Insani Press,
Konstitusi
dan Konstitusionalisme Indonesia, Jakarta: Setjen dan
20.
1997.
Kepaniteraan MKRI (cetakan pertama November 2005).
8. Teori dan Aliran Penafsiran dalam Hukum Tata Negara, Jakarta: Hukum
Acara Pengujian UndangUndang, Jakarta: Yarsif
21.
InHilco, 1998.
tatampone Ecetakan pertama kovember OMMRFK
9. Pengantar Pemikiran Perubahan UndangUndang Dasar Negara Hukum
Acara Pengujian UndangUndang, Jakarta: Setjen
22.
Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, Jakarta: The Habibie
dan Kepaniteraan MKRI (cetakan pertama November
Center, 2001.
2005).
10.Konsolidasi Naskah UUD 1945 Pasca Perubahan Keempat,
Sengketa 23.
Kewenangan Antarlembaga Negara, Jakarta: Konstitusi
Jakarta: PSHTN FHUI, 2002.
Press (cetakan pertama Oktober 2005).
11.Mahkamah Konstitusi: Kompilasi Ketentuan UUD, UU, dan
Sengketa 24.
Kewenangan Antarlembaga Negara, Jakarta: Konstitusi
Peraturan tentang Mahkamah Konstitusi di 78 Negara, Jakarta:
Press (cetakan kedua Februari 2006).
PSHTN-FH-UI, 2003.
___
___
Biodata Penulis
Nama
: Muchamad Ali Safaat
Tempat tgl. Lahir: Lamongan, 15 Agustus 1976
Alamat
: Jl. Tebet Utara III G No. 20, Jakarta Telp. (021) 8292686, HP. 081317998948
Pendidikan
:
Sarjana
1.
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya,
1998.
Magister
2.
Hukum, Fakultas Hukum Universitas Indonesia,
2004
Pengalaman Kerja
:
Dosen
1. Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, sejak tahun
1999.
Dewan
Pendiri dan Direktur Excecutive Yayasan EnLiGht2.
mENT Malang, tahun 1999.
3.Sekretaris Pusat Pengembangan HAM dan Demokrasi
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, tahun 2000.
4. Peneliti pada Pusat Pengembangan Otonomi Daerah
Fakultas Hukum Unibraw, sejak tahun 2000.
5.
Anggota Tim Perumus Amandemen UUD 1945 Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya, tahun 2000.
6. Anggota Tim Revisi UU No. 22 Tahun 1999 BALITBANGDA JATIM, tahun 2001.
___
___
Biodata Penulis
Terorisme:
aefinisiI
AksiI danRUU
oegulasi
, Imparsial,
2004,kerja(kon7. Anggota
tim Perumus
Arbitrase
Perburuhan
9.
sama Fak. Hukum Universitas Brawijaya dan Badan
tributor).
Legislatif
Kedudukan
DPR RI, tahun
Dewan
2001.
Perwakilan Daerah (DPD) dalam
10.
8.
Struktur
Anggota
Parlemen
Tim Assistensi
Indonesia
TimPasca
Ad Hoc
Perubahan
Penyelidikan
UUDPeris1945
(Tesis,2003.
2002).
tiwa Kerusuhan Mei 1998 Komnas HAM, tahun
Militer
dalam Struktur
Ketatanegaraa
Republik
FH
9. Anggota
Tim Tindak
Lanjut Hasil
Tim Ad Indonesia,
Hoc Penye-11.
lidikan Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 Komnas
Unibraw,
HAM,
2005.
Reformasi
tahunSektor
2004. Keamanan, Imparsial, 2005. (Kontributor).
12.
Perlindungan
Terhadap
Pembela
HakIlmu
AsasiHukum
Manusia,
Imparsial,
10.Mahasiswa
Program
Doktor
Pascasarjana
13.
Fakultas Hukum Universitas Indonesia, tahun 2004.
2006.
___
_00
___