Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN
A;

Latar Belakang
Ketika berolahraga, misalnya main basket, kita mengeluarkan tenaga untuk
berlari dan memainkan bola. Otot-otot tubuh mengubah energi kimia yang
diperoleh dari makanan menjadi energi, otot yang digunakan untuk bergerak.
Berapa lama kita dapat bertahan main basket. tentu ada batasnya. Kita tidak
mungkin bermain basket terus menerus tanpa istirahat. Kita pasti lelah. Otot-otot
tubuh tidak dapat lagi memberikan energi untuk bergerak. Pada saat itu kita
membutuhkan istirahat, makan, dan minum untuk mengganti energi dalam
tubuh. Dengan demikian, energi dapat didefinisikan sebagai kemampuan untuk
melakukan usaha. Manusia memerlukan energi. Energi tersebut berasal dari
bahan makanan yang dimakan sehari-hari. Tujuan makan antara lain untuk
pertumbuhan, mengganti sel-sel yang rusak dan untuk kontraksi otot. Semua
energi yang dipergunakan dalam proses biologi bersumber dari matahari.
Fox (1988) membagi enam bentuk energi, yaitu: a. energi kimia; b. energi
mekanik; c. energi panas; d. energi sinar; e. energi listrik; dan f. energi nuklir.
Energi yang dihasilkan dari proses oksidasi bahan makanan tidak dapat secara
langsung digunakan untuk proses kontraksi otot atau proses-proses yang lainnya.
Energi ini terlebih dahulu diubah menjadi senyawa kimia berenergi tinggi, yaitu
Adenosine Tri Phosphate (ATP). ATP yang terbentuk kemudian diangkut ke
setiap bagian sel yang memerlukan energi (Mayes, 1985; Fox, 1988). Adapun
proses biologis yang menggunakan ATP sebagai sumber enereginya antara lain:
proses biosintesis, transportasi ion-ion secara aktif melalui membran sel,
kontraksi otot, konduksi saraf dan sekresi kelenjar (Mayes, 1985; Fox, 1988).
Apabila ATP pecah menjadi Adenosine Diposphate (ADP) dan Phosphate
inorganic (Pi), maka sejumlah energi akan dilepaskan. Energi inilah yang akan
gunakan untuk kontraksi otot dan proses-proses biologi lainnya.
Seluruh sel-sel tubuh memiliki kemampuan mengkonversi makanan (dalam hal
ini protein, lemak, dan karbohidrat) menjadi suatu bentuk energi yang digunakan
secara biologi. Proses ini disebut bioenergitika, dan merupakan minat utama
dalam bidang gizi olah raga atau fisiologi olahraga. Agar kita dapat berlari,

melompat, dan berenang, maka sel-sel otot harus dapat terus menerus
mengekstrak energi dari zat gizi makanan.
Sistem energi tubuh sangat penting untuk diketahui, agar kita dapat mengerti
batas-batas aktivitas fisik. Ada tiga macam energi tubuh: (1) sistem phosphagen
atau sistem ATP Phosphocreatin, (2) sistem glikogen asam laktat atau sistem
glikolisis, dan (3) sistem aerobic atau sistem oksidatif (fosforilasi oksidatif).
Sistem phosphagen dan sistem glikogen asam laktat dapat berjalan dengan tanpa
adanya oksigen, karena itu dikatakan juga sebagai metabolisme anaerobik atau
sistem anaerobik. Sumber energi bagi aktivitas muskular adalah senyawa
phospat berenergi tinggi, yang dikenal dengan adenosin trifosfat (ATP).
Walaupun ATP bukanlah satu-satunya molekul pembawa energi dalam sel, tetapi
ATP merupakan sesuatu yang paling penting, sebab tanpa jumlah ATP yang
cukup maka kebanyakan sel akan cepat mati. Struktur ATP terdiri dari tiga
bagian utama : a) adenine, b) ribosa, c) tiga buah phosphat, yang ketiganya
berikatan bersama-sama.
Pembentukan ATP terjadi dengan mengkombinasikan adenosine diphosphat
(ADP) dan phosphat inorganik (Pi). Reaksi ini membutuhkan sejumlah energi.
Beberapa energi itu disimpan dalam ikatan kimia yang menggabungkan ADP
dan Pi, sehingga ikatan ini disebut ikatan berenergi tinggi. Apabila enzim
ATPase memecah ikatan ini, maka sejumlah energi dibebaskan, dan energi ini
dapat digunakan untuk melakukan kerja (dalam hal ini kontraksi otot).

B;

Tujuan
1; Mengetahui Zat-zat Gizi Yang Dibutuhkan Tubuh Beserta Fungsinya
2; Mengetahui Fungsi Energi Bagi Tubuh
3; Mengetahui Macam Bentuk Energi
4; Mengetahui Sistem Energi dan Mekanisme Pembentukan Energi

5; Mengetahui Faktor Yang Mempengaruhi Kecepatan Metabolisme Seseorang


6; Mengetahui Siklus Krebs dan Siklus Cory
7; Mengetahui Penyebab Kelelahan Otot

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A;

ZAT-ZAT GIZI YANG DIBUTUHKAN TUBUH BESERTA FUNGSINYA


Zat gizi dikelompokkan berdasarkan beberapa hal, yaitu berdasarkan fungsi,
berdasarkan jumlah yang dibutuhkan tubuh dan berdasarkan sumbernya:

1. BERDASARKAN FUNGSI
Setiap zat gizi memiliki fungsi yang spesifik. Masing-masing zat gizi tidak dapat
berdiri sendiri dalam membangun tubuh dan menjalankan proses metabolisme.
Namun zat gizi tersebut memiliki berbagai fungsi yang berbeda.
a; Zat gizi sebagai sumber energi
Sebagai sumber energi zat gizi bermanfaat untuk menggerakkan tubuh dan
proses metabolisme di dalam tubuh. Zat gizi yang tergolong kepada zat yang
berfungsi memberikan energi adalah karbohidrat , lemak dan protein. Bahan
pangan yang berfungsi sebagai sumber energi antara lain : nasi, jagung, talas
merupakan sumber karbohidrat; margarine dan mentega merupakan sumber
lemak; ikan, daging, telur dan sebagainya merupakan sumber protein.
Ketiga zat gizi ini memberikan sumbangan energi bagi tubuh. Zat-zat gizi
tersebut merupakan penghasil energi yang dapat dimanfaatkan untuk gerak dan
aktifitas fisik serta aktifitas metabolisme di dalam tubuh. Namun penyumbang
energi terbesar dari ketiga unsur zat gizi tersebut adalah lemak.
b; Zat gizi untuk pertumbuhan dan mempertahankan jaringan tubuh
Zat gizi ini memiliki fungsi sebgai pembentuk sel-sel pada jaringan tubuh
manusia. Jika kekurangan mengkonsumsi zat gizi ini maka pertumbuhan dan
perkembangan manusia akan terhambat. Selain itu zat gizi ini juga berfungsi
untuk menggantikan sel-sel tubuh yang rusak dan mempertahankan fungsi organ
tubuh.
Zat gizi yang termasuk dalam kelompok ini adalah protein, lemak, mineral dan
vitamin. Namun zat gizi yang memiliki sumber dominan dalam proses
pertumbuhan adalah protein.
c; Zat gizi sebagai pengatur/ regulasi proses di dalam tubuh
Proses metabolisme di dalam tubuh perlu pengaturan agar terjadi keseimbangan.
Untuk itu diperlukan sejumlah zat gizi untuk mengatur berlangsungnya
metabolisme di dalam tubuh. Tubuh perlu keseimbangan, untuk itu proses
metabolisme yang terjadi di dalam tubuh perlu di atur dengan baik.

Zat gizi yang berfungsi untuk mengatur proses metabolisme di dalam tubuh
adalah mineral, vitamin air dan protein. Namun yang memiliki fungsi utama
sebagia zat pengatur adalah mineral dan vitamin.

2. BERDASARKAN JUMLAH
Berdasarkan jumlah yang dibutuhkan oleh tubuh zat gizi terbagai atas dua, yaitu:
a. Zat gizi makro
Zat gizi Makro adalah zat gizi yang dibutuhkan dalam jumlah besar dengan
satuan gram. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi makro adalah
karbohidrat, lemak dan protein.
b. Zat gizi mikro
Zat gizi mikro adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil atau
sedikit tapi ada dalam makanan. Zat gizi yang termasuk kelompok zat gizi
mikro adalah mineral dan vitamin. Zat gizi mikro menggunakan satuan mg
untuk sebagian besar mineral dan vitamin.

3. BERDASARKAN SUMBER
Berdasarkan sumbernya zat gizi terbagi dua, yaitu nabati dan hewani

B;
C;
D;
E;

FUNGSI ENERGI BAGI TUBUH


MACAM BENTUK ENERGI
SISTEM ENERGI DAN MEKANISME PEMBENTUKAN ENERGI
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECEPATAN METABOLISME
SESEORANG
Metabolisme adalah jumlah seluruh reaksi kimia dan fisik serta
pengubahan energi dalam tubuh yang menopang dan mempertahankan
kehidupan (Sloane, 2004). Metabolisme dalam tubuh memungkinkan sel
melangsungkan kehidupannya (Gayton, 1997).

Metabolisme dapat dibagi menjadi 2 katagori, yaitu anabolisme dan


katabolisme.
Anabolisme adalah merupakan proses sistesis molekul komplek dari molekul
sederhana, dan Katabolisme adalah pemecahan atau penguraian molekul
komplek besar menjadi molekul sederhana yang lebih kecil (Pocock, 2004).
Anabolisme meliputi reaksi kimia untuk membentuk kompleks molekul
yang diperlukan untuk pertumbuhan dan mempertahankan kehidupan yang
disentesis dari zat yang lebih mudah disertai dengan penggunaan energi.
Katabolisme meliputi reaksi kimia molekul menjadi molekul yang berukuran
kecil disertai dengan pelepasan energi. Reaksi Anabolisme dan katabolisme
berlangsung dalam sel tubuh secara bersamaan dan berkelanjutan. (Sloane,
2004).
Reaksi anabolik memerlukan masukan energi dalam bentuk ATP. Reakasireaksi tersebut menghasilkan (1) Pembentukan bahan yang diperlukan sel ,
misalnya protein struktural sel atau produk sekretorik, atau (2) Simpanan,
misalnya glikogen atau lemak dari kelebihan zat gizi yang tidak segera
dipergunakan untuk energi atau bahan pembangun sel. Kataboliisme di pihak
lain, mencakup 2 tingkat penguraian : (1) hidrolisis makro molekul organik
sel menjadi subunit yang lebih kecil, seperti penguraian glikogen menjadi
glukosa, (2) oksidasi subunit kecil, untuk menghasilkan energi dalam bentuk
ATP (Sherwood, 2001)

Faktor - faktor yang mempengaruhi metabolisme tubuh :

Ukuran tubuh dan komposisi


Jika Anda memiliki bobot berlebih atau memiliki lebih banyak massa otot, Anda
akan membakar lebih banyak kalori, bahkan pada saat istirahat. Mereka dengan
kelebihan berat badan lebih cenderung memiliki tingkat metabolisme yang lebih
cepat.

Jenis kelamin

Laki-laki, memiliki lemak tubuh lebih sedikit dan massa otot lebih besar
ketimbang seorang perempuan pada usia yang sama. Sehingga, pria umumnya
akan membakar lebih banyak kalori.

Usia
Ketika beranjak tua, masa otot Anda akan berkurang, sehingga memperlambat
tingkat pembakaran kalori

Aktivitas fisik
Setiap gerakan ekstra akan membantu membakar kalori lebih banyak
berkontribusi pada penurunan berat badan. Jumlah kalori yang tersisa (setelah
dikurangi untuk memproses makanan dan MBR) akan digunakan oleh tubuh saat
anda melakukan berbagai aktivitas fisik dan olahraga, misalnya bermain tennis,
berjalan kaki, dan lain-lain.

Genetik

Pemrosesan makanan (thermogenesis).


Proses mencerna, menyerap, mengirimkan, dan menyimpan makanan yang
anda konsumsi juga akan membutuhkan kalori. Proses ini membutuhkan
sekitar 10 persen dari total kalori per hari. Secara umum, jumlah energi yang
dibutuhkan tubuh untuk memproses makanan itu tetap stabil, dan tidak mudah
berubah.

F; SIKLUS KREBS DAN SIKLUS CORY


G; KELELAHAN OTOT DAN PENYEBABNYA
Kelelahan

menurut

Tarwaka,

dkk

(2004:107)

adalah

suatu

mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih


lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya
menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi
semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas
kerja serta ketahanan tubuh. Hal ini menunjukkan bahwa kelelahan berperan
dalam menjaga homeostatis tubuh.
Irama kontraksi otot akan terjadi setelah melalui suatu periode
aktivitas secara terus menerus. Fenomena berkurangnya kinerja otot setelah
terjadinya tekanan melalui fisik untuk suatu waktu tertentu disebut kelelahan
otot secara fisiologis, dan gejala yang ditunjukkan tidak hanya berupa
berkurangnya tekanan fisik namun juga pada makin rendahnya gerakan
(AM.Sugeng Budiono, 2003: 87). Jadi kelelahan otot adalah suatu keadaan
otot, dimana otot tidak dapat berkontraksi secara cepat dan kuat atau bahkan
tidak dapat berkontraksi sama sekali. Kelelahan otot suatu saat pasti akan
terjadi pada , terutama pada seseorang yang memiliki aktivitas fisik yang
padat setiap harinya.
Kelelahan otot adalah suatu keadaan yang terjadi setelah kontraksi
otot yang kuat dan lama , di mana otot tidak mampu lagi berkontraksi dalam
jangka waktu tertentu. Kelelahan otot menunjuk pada suatu proses yang
mendekati definisi fisiologik yang sebenarnya yaitu berkurangnya respons
terhadap stimulasi yang sama. Kelelahan otot secara umum dapat dinilai
berdasarkan persentase penurunan kekuatan otot, waktu pemulihan kelelahan
otot, serta waktu yang diperlukan sampai terjadi kelelahan. Kelelahan dapat
diklasifikasikan menjadi kelelahan yang berlokasi di sistem saraf pusat yang
dikenal dengan kelelahan pusat dan kelelahan yang berlokasi di luar sistem
saraf pusat yang dikenal dengan kelelahan perifer.
a.

Kelelahan Pusat

Kelelahan pusat disebabkan karena kegagalan sistem saraf pusat merekrut


jumlah dan mengaktifkan motor unit yang dilibatkan dalam kontraksi otot.
Padahal kedua hal tersebut berperan dalam besarnya potensial yang
dihasilkan selama kontraksi otot. Dengan demikian, berkurangnya jumlah
motor unit dan frekuensi pengaktifan motor unit menyebabkan berkurangkan
kemampuan kontraksi otot.
b.

Kelelahan Perifer

Kelelahan perifer merupakan kelelahan yang disebabkan karena faktor di luar


sistem saraf pusat. Kelelahan perifer tersebut disebabkan ketidakmampuan
otot untuk melakukan kontraksi dengan maksimal yang disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya adalah gangguan pada kemampuan saraf,
kemampuan mekanik kontraksi otot, dan kesediaan energi untuk kontraksi.
Kelelahan pada gangguan saraf merupakan gangguan neuromuscular
junction, ketidakmampuan sarcolemma mempertahankan konsentrasi Na+
dan K+ sehingga menurunkan depolarisasi sel dan amplitudo potensial aksi.
Gangguan pada saraf tersebut akan berdampak pada berkurangnya
kemampuan perambatan impuls dan ketidakmampuan membran otot untuk
mengkonduksi potensial aksi. Gangguan perambatan impuls sehingga
menuntut frekuensi stimulus yang tinggi.
Mekanisme Kelelahan Otot (Fatigue)
Kontraksi merupakan hal terpenting dariotot. Hal ini berkaitan dengan
penggunaan adenosin triposphate (ATP) sebagaienergi kontraksi. Mekanisme
kontraksi otot berlangsung melalui daur reaksi yang kompleks. Hal ini dapat
dijelaskan melalui teori pergeseran filamen (sliding filament theory).
Keseluruhan proses membutuhkan energi yang diperoleh dari ATP yang
disimpan dalam kepala miosin. Tahapan kontraksi otot hingga relaksasi. Pada
neuromuscular junction, asetilkolin dilepaskan dari synaptic terminal menuju
reseptor dalam sarkoma. Hasil perubahan potensial transmembran dari

serabut otot akan menghasilkan pontensial aksi yang menyebar melintasi


seluruh permukaan dan sepanjang tubulus T. Retikulum sarkoplasma
melepaskan cadangan ion kalsium, sehingga meningkatkan konsentrasi
kalsium di sarkoplasma dan sekitar sarkomer. Ion Kalsium berikatan dengan
troporin dan menghasilkan perubahan orientasi kompleks troponintropomiosin yang terlihat pada bagian yang aktif dari aktin, meosin cross
bridge terbentuk pada saat kepala miosin berikatan dengan bagian yang aktif.
Kontraksi otot dimulai sebagai siklus yang berulang dari meosin cross bridge.
Siklus ini terjadidengan adanya hidrolisa ATP. Proses ini menimbulkan
pergeseran filamen dan pemendekan serabut otot. Pontensial aksi
dibangkitkan dengan adanya pemecahan asetikolin oleh asitilkolinesterase.
Retikulum sarkoplasma akan menyerap kembali ion kalsium sehingga
konsentrasi ion kalsium menuru. Saat mendekati fase istirahat, kompleks
troponin-tropomiosin akan kembali ke posisi awal. Sehingga mencegah
interaksi cross bridge lebih lanjut. Tanpa interaksi cross bridge lebih lanjut
maka pergeseran filamen tidak akan timbul dan kontraksi akan berhenti.
Relaksasi otot akan terjadi dan otot akan kembali secara pasif pada resting
lenght.
Selama ATP tersedia daur tersebut dapat terus berlangsung. Pada keaadan
kontraksi, ATP yang tersedia didalam otot akan habis terpakai 1 detik. Oleh
karena itu ada jalur metabolisme produktif yang menghasilkan ATP. ATP
dengan bantuan kretin kinase akan segera menjadi kretin pospat. Persediaan
kretin pospan ini hanya cukup untuk beberapa detik, selanjutnya ATP
diperoleh dari posforilasi oksidatif. Apabila oksigen tidak cukup maka asam

10

piruvat akan diubah menjadi asam laktat, yang apabila menumbuk akan
terjadi kelelahan otot.
Selama latihan berat banyak oksigen dibawah kedalam otot, tetapi oksigen
yang mencapai sel otot tidak cuku. Asam laktat akan menumbuk dan berdifusi
ke dalam cairan jaringan dan darah. Keberadaan asam laktat di dalam darah
akan merangsang pusat pernafasan sehingga frekuensi dan kedalaman napas
pun meningkat. Hal ini berlangsung terus-menerus, bahkan setelah kontrasi
itu selesai sampai jumlah oksigen cukup untuk memungkinkan sel otot dan
hati mengoksidasi asam laktat dengan sempurna menjadi glikogen
Faktor- Faktor Penyebab Kelelahan Otot
1. Penumpukan asam laktat
Terjadinya kelelahan otot yang disebabkan oleh penumpukan asam
laktat. Penumpukan asam laktat pada intramuscular dengan menurunnya
puncak tegangan (ukuran dari kelelahan apabila rasio asam laktat pada otot
merah dan otot putih meningkat, puncak tegangan otot menurun. Jadi bisa
diartikan bahwa besarnya kelelahan pada serabut-serabut otot putih
berhubungan dengan besarnya kemampuan mereka untuk membentuk asam
laktat. Pendapat bahwa penumpukan asam laktat menyertai didalam proses
kelelahan selanjutnya diperkuat oleh fakta dimana dua mekanismesecara
fisiologi yang karenanya asam laktat menghalang-halangi fungsi otot. Kedua
mekanisme tersebut tergantung kepada efek asam laktat pada pH intra selular
atau konsentrasi ion hydrogen (H).

Dengan meningkatnya asam laktat,

konsentrasi H meningkat, dan pH menurun. Di pihak lain, peningkatan


konsentrasi ion H menghalangi proses rangkaian eksitasi, oleh menurunnya
sejumlah Ca yang dikeluarkan dari reticulum sarkoplasma dan gangguan

11

kapasitas mengikattroponin. Peningkatan konsentrasi ion H juga menghambat


kegiatan fosfofruktokinase, enzim kunci yang terlibat di dalamanaerobic
glikolisis. Demikian lambatnya hambatan glikolisis, mengurangi penyediaan
ATP untuk energi.
Glikolisis anaerobik memerlukan 12 macam reaksi kimiawi secara
berurutan, sehingga pembentukan energi melalui sistem ini berjalan lebih
lambat dari pada sistem ATP-PC yang hanya 2 reaksi saja. Jadi kontraksi otot
yang dihasilkan oleh sistem energi ini berlangsung cepat, lebih lambat dari
sistem ATP-PC.
Adapaun ciri sistem glikolisis anaerobik adalah : (1) menyebabkan
terbentuknya asam laktat yang dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan
kelelahan. (2) Tidak memerlukan oksigen, (3) hanya menggunakan
karbohidrat (glukosa atau glikogen otot), (4) memberikan energi untuk
resintesis beberapa molekul saja. Apabila glukosa masuk dalam sel, maka
molekul glukosa tersebut dengan serangkaian reaksi kimia diproses menjadi
energi, yang disebut peristiwa glikolisis. Energi yang dikeluarkan digunakan
untuk membentuk ATP kembali dan menghasilkan 3 ATP. Reaksi ini tidak
efisien, karena dari 1 mol (180 gr) glikogen hanya membentuk 3 ATP
sedangkan bila dengan pertolongan oksigen akan menghasilkan 39 mole ATP.
Asam laktat yang terbentuk dari glikolisis akan menurunkan pH otot dan
darah. Perubahan pH akan menghambat kerja enzim atau reaksi kimia dala sel
terutama dalam otot sendiri, sehingga menyebabkan kontraksi otot bertambah
lemah dan menyebabkan kelelahan (Fox, 1991)

12

Sistem glikolisis anaerobik ini diperlukan pada aktivitas fisik yang


berlangsung cepat dan berlangsung 1 s/d 3 atau 4 menit. Daya maksimal 1,6
mol ATP permenit, dan kapasitas maksimalnya 1,2 mol ATP.
2. Pengosongan penyimpanan ATP dan PC
Sistem fosfatagen adalah suatu sistem penyediaan energi ATP yang
berasal dari kreatin fosfat (PC) di otot. Dengan enzim kreatin kinase, PC
dipecah menjadi fosfat dan kreatin dan selanjunnya fosfat diikat dengan ADP
menjadi ATP. Pada saat kontraksi ATP dipecah menjadi ADP dan fosfat diikat
kembali oleh kreatin menjadi kreatin fosfat (PC) (Fox, dkk., 1991).
Kreatin fosfat jumlahnya sangat sedikit, sehingga cepat habis. Tetapi
merupakan sumber energi yang tercepat untuk membentuk ATP kembali.
Oleh karena itu sistem energi ini dapat digunakan secara cepat yang
diperlukan pada aktivitas yang memerlukan kecepatan (Fox, 1991).
Kecepatan penyedian energi ATP lewat sistem ATP-PC ini karena : (1)
tidak bergantung pada reaksi kimia yang panjang, (2) Tidak tergantung pada
transport oksigen dalam otot (tidak memerlukan oksigen), (3) ATP-PC
tertimbun dalam mekanisme kontraksi otot (Fox, 1991).
Karena ATP merupakan sumber energi secara langsung untuk
kontraksi

otot,

dan

PC

dipergunakan

untuk

Resintesa

ATP

secepatnya, pengosongan Fosfagen intraseluler mengakibatkan kelelahan.


3. Pengosongan Simpanan Glikogen Otot
Pengosongan glikogen terjadi karena proses latihan yang lama ( 30
menit4 jam). Karena pengosongan glikogen demikian hebat, maka
menyebabkan kelelahan kontraktil. Faktor lain penyebab kelelaha, antara lain:
rendahnya tingkat glukosa darah yang menyebabkan pengosongan glikogen
hati, pengosongan cadangan glikogen otot, menyebabkan kelelahan otot local,
dehidrasi dan kurangnya elektrolit, menyebabkan temperatur meningkat.

13

Faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kelelahan selama periode


latihan yang lama:
a; Rendahnya glukosa darahmenyebabkan pengosongan cadangan
glikogen hati.
b; Kelelahan otot lokal yang disebabkan pengosongan cadangan
glikogen otot.
c; Dehidrasi dan kurangnya elektrolit menyebabkan temperatur tubuh
meningkat.
d; Rasa jenuh atau bosan.
e; Faktor-faktor Lain, beberapa factor lain sebagai tambahan, tetapi
kurang diperhatikan, yang mungkin mempunyai andil besar dalam
Kelelahan otot adalah
Kurangnya oksigen
Tidak memadainya aliran darah di serabut-serabut otot.

BAB III
KESIMPULAN

14

BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
BAHAN AJAR BIOKIMIA
Sistem energi untuk olahraga
Oleh: Cerika Rismayanthi, M.Or
FIK UNY
-

15

Anda mungkin juga menyukai