Carpal Tunnel Syndrome
Carpal Tunnel Syndrome
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Penekanan terhadap persarafan pergelangan tangan (carpal tunnel
1.2.
Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengerti dan memahami
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Definisi
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan neuropati akibat terhadap
Etiologi
Terowongan carpal yang sempit selain dilalui oleh nervus medianus juga
Pada keadaan lain lain nerves medianus dapat terjebak juga di carpal
tunnel itu. Secara sekunder, carpal tunnel sindrom dapat timbul pada penderita
dengan osteoartitis, diabetes mellitus, miksedema,akromegali, atau wanita hamil.
Etiologi lain pada kasus carpal tunnel sindrom antara lain: (1) Herediter (nuropati
herediter yang cenderung menjadi pressure palsy), (2) Trauma (dislokasi,fraktur
colles atau hematom pada lengan bawah, sprain pergelangan tangan, trauma
langsung pada pergelangan tangan, pekerjaan dengan gerakan mengetuk atau flexi
dan ekstensi pergelangan tanganyang berulang, (3) Infeksi (tenosinovitis,
tuberculosis), (4) Metabolik (amiloidesis, gout), (5) Endokrin(terapi estrogen dan
androgen, diabetes mellitus, kahamilan). (6) Neoplasma (Kista ganglion,
lipoma,infiltrsi metastase, mieloma) (7) Penyakit kolagen vaskuler ( artitis
rematoid, polimialgia reumatika), (8)Degenerasi (osteoartitis), (9) Tumor.3
2.3.
Epidemiologi
Perempuan tiga kali lebih beresiko dibandingkan pria untuk terkena carpal
tunnel syndrome, mungkin karena terowongan karpal sendiri lebih kecil pada
wanita dibandingkan pria. Tangan yang lebih dominan biasanya terkena pertama
kali dan merasakan sakit yang lebih parah. Orang dengan diabetes atau gangguan
metabolik lainnya yang secara langsung mempengaruhi saraf tubuh dan orang
yang lebih rentan terhadap kompresi juga beresiko tinggi. Carpal tunnel
Syndrome biasanya terjadi hanya pada orang dewasa.2
Pada wanita hamil, prevalensi carpal tunnel syndrome lebih tinggi. Angka
kejadiannya semakin tinggi dengan bertambahnya masa kehamilan.4
2.4.
Patofisiologi
Pada pergelangan tangan, nervus medianus melewati suatu terowongan
dimana bagian dorsal dan sekitarnya dibatasi oleh tulang karpal dan bagian
volarnya dibatasi ligament karpalia transversal. Pada keadaan dimana terjadi
penebalan ligamen karpalia transversal, adanya nodul, dapat menyebabkan
kompresi
n.medianus.
Peningkatan
tekanan
dalam
terowongan
karpal
peningkatan
frekuensi
penekanan
dalam
terowongan
karpal
akan
Gambaran Klinis
Pada tahap awal gejala umumnya berupa gangguan sensorik saja
.Gangguan motorik hanya terjadi pada keadaan yang berat. Gejala awal biasanya
berupa parestesia, kurang merasa (numbness) atau rasa seperti terkena aliran
listrik (tingling) pada jari dan setengah sisi radial jari walaupun kadang-kadang
dirasakan mengenai seluruh jari-jari. Keluhan parestesia biasanya lebih menonjol
di malam hari. Gejala lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih
berat pada malam hari sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya.
Rasa nyeri ini umumnya agak berkurang bila penderita memijat atau menggerakgerakkan tangannya atau dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih
tinggi. Nyeri juga akan berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan
tangannya. Bila penyakit berlanjut, rasa nyeri dapat bertambah berat dengan
frekuensi serangan yang semakin sering bahkan dapat menetap. Kadang-kadang
rasa nyeri dapat terasa sampai ke lengan atas dan leher, sedangkan parestesia
umumnya terbatas di daerah distal pergelangan tangan.
Dapat pula dijumpai pembengkakan dan kekakuan pada jari-jari, tangan
dan pergelangan tangan terutama di pagi hari. Gejala ini akan berkurang setelah
penderita mulai mempergunakan tangannya. Hipesetesia dapat dijumpai pada
daerah yang impuls sensoriknya diinervasi oleh nervus medianus.
Pada tahap yang lebih lanjut penderita mengeluh jari-jarinya menjadi
kurang trampil misalnya saat menyulam atau memungut benda-benda kecil.
Kelemahan pada tangan juga dapat dijumpai, sering dinyatakan dengan keluhan
adanya kesulitan yang dialami penderita sewaktu mencoba memutar tutup botol
atau menggenggam. Pada penderita CPS pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi
otot-otot thenar dan otot-otot lainnya yang diinervasi oleh nervus melanus.1
2.6.
Diagnosis
Diagnosa CPS ditegakkan selain berdasarkan gejala-gejala di atas juga
jari lainnya. Di nilai juga kekuatan jepitan pada ujung jari-jari tersebut.
Ketrampilan/ketepatan dinilai dengan meminta penderita melakukan
gerakan yang rumit seperti menulis atau menyulam.
d. Wrist extension test. Penderita melakukan ekstensi tangan secara
maksimal, sebaiknya dilakukan serentak pada kedua tangan sehingga
dapat dibandingkan. Bila dalam 60 detik timbul gejala-gejala seperti
CPS, maka tes ini menyokong diagnosa CPS.
e. Phalen's test. Penderita melakukan fleksi tangan secara maksimal. Bila
dalam waktu 60 detik timbul gejala seperti CPS, tes ini menyokong
Diagnosis Banding
Cervical
radiculopathy.
Biasanya
keluhannya
berkurang
hila
leher
lnoracic outlet syndrome. Dijumpai atrofi otot-otot tangan lainnya selain otototot thenar. Gangguan sensorik dijumpai pada sisi ulnaris dari tangan dan
lengan bawah.
3.
4.
2.8.
Penatalaksanaan
Selain ditujukan langsung terhadap CPS, terapi juga harus diberikan
terhadap keadaan atau penyakit lain yang mendasari terjadinya CPS. Oleh karena
itu sebaiknya terapi CPS dibagi atas 2 kelompok, yaitu :
1. Terapi langsung terhadap CPS
a. Terapi konservatif.
1. Istirahatkan pergelangan tangan.
2. Obat anti inflamasi non steroid.
3. Pemasangan bidai pada posisi netral pergelangan tangan. Bidai dapat
dipasang terus-menerus atau hanya pada malam hari selama 2-3
minggu.
4. lnjeksi steroid. Deksametason 1-4 mg 1 atau hidrokortison 10-25 mg
atau metilprednisolon 20 mg atau 40 mg diinjeksikan ke dalam
terowongan karpal dengan menggunakan jarum no.23 atau 25 pada
lokasi 1 cm ke arah proksimal lipat pergelangan tangan di sebelah
medial tendon musculus palmaris longus. Bila belum berhasil, suntikan
dapat diulangi setelah 2 minggu atau lebih. Tindakan operasi dapat
dipertimbangkan bila hasil terapi belum memuaskan setelah diberi 3
kali suntikan.
5. Kontrol cairan, misalnya dengan pemberian diuretika.
6. Vitamin B6 (piridoksin). Beberapa penulis berpendapat bahwa salah satu
penyebab
CPS
adalah
defisiensi
piridoksin
sehingga
mereka
10
atau
penyakit
yang
mendasari
terjadinya
CPS
harus
11
dan
daerah
sekitarnya,
gagal
ginjal,
penderita
yang
sering
Komplikasi
Komplikasi jarang ditemukan setelah tindakan operasi open atau teknik
operasi endoskopi. Komplikasi yang paling sering adalah laserasi nervus, laserasi
pembuluh darah dan laserasi tendon. Laserasi cabang palmar cutaneous dari
nervus medianus dengan nyeri dilaporkan merupakan komplikasi yang paling
sering ditemukan pada teknik operasi open release carpal tunnel syndrome.
Cedera pada nervus tidak dikaitkan dengan skill dan pengalaman dokter
bedah namun dihubungkan dengan prosedur pelaksanaan, anatomi dari carpal
canal dan peralatan yang digunakan.7
2.10.
Prognosis
Pada kasus CPS ringan, dengan terapi konservatif pacta umumnya
prognosa baik. Secara umum prognosa operasi juga baik, tetapi karena operasi
hanya melakukan pada penderita yang sudah lama menderita CPS penyembuhan
post ratifnya bertahap. Perbaikan yang paling cepat dirasakan adalah hilangnya
rasa nyeri yang kemudian diikuti perbaikan sensorik. Biasanya perbaikan motorik
12
dan otot- otot yang mengalami atrofi baru diperoleh kemudian. Keseluruhan
proses perbaikan CPS setelah operasi ada yang sampai memakan waktu 18 bulan.
Bila setelah dilakukan tindakan operasi, tidak juga diperoleh perbaikan
maka dipertimbangkan kembali kemungkinan berikut ini :
1. Kesalahan menegakkan diagnosa, mungkin jebakan/tekanan terhadap nervus
medianus terletak di tempat yang lebih proksimal.
2. Telah terjadi kerusakan total pada nervus medianus.
3. Terjadi CPS yang baru sebagai akibat komplikasi operasi seperti akibat edema,
perlengketan, infeksi, hematoma atau jaringan parut hipertrofik.
Komplikasi yang dapat dijumpai adalah kelemahan dan hilangnya sensibilitas
yang persisten di daerah distribusi nervus medianus. Komplikasi yang paling berat
adalah reflek sympathetic dystrophy yang ditandai dengan nyeri hebat,
hiperalgesia, disestesia dan ganggaun trofik. Sekalipun prognosa CPS dengan
terapi konservatif maupun operatif cukup baik ,tetapi resiko untuk kambuh
kembali masih tetap ada. Bila terjadi kekambuhan, prosedur terapi baik
konservatif atau operatif dapat diulangi kembali.1
13
BAB 3
KESIMPULAN
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan tanda dan gejala klinik yang
timbul akibat tekanan terhadap N. Medianus yang berjalan melalui canalis carpi.
Carpal tunnel syndrome merupakan salah satu bentuk neuropathy pada
ekstremitas superior yang menimbulkan efek nyeri pada tangan berupa gangguan
motorik dan sensorik yang dipersarafi oleh N. Medianus
14
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
from
http://www.disabilitydurations.com/States/oregon/Carpal_Tunnel.pdf
[ Accesed 7th April 2013]
3.
NINDS.
2013.
Carpal
Tunnel
Syndrome.
Available
from
http://www.ninds.nih.gov/disorders/carpal_tunnel/detail_carpal_tunnel.htm
[ Accesed 7th April 2013]
4.
Tunnel
Syndrome
During
Pregnancy.
Available
from
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3544091/
Available
from
http://www.med.und.edu/users/jwhiting/carpalss.html
7.
References.
Available
http://emedicine.medscape.com/article/327330-treatment.
[Accesed 7th April 2013]
from