Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lukman Adi

Nugroho
Kelas : XII IPA 3
Absen : 19

CERITA WAYANG ISMAYA MANEGES


Oleh: Dalang Ki Manteb Sudharsono

Cerita diawali dengan jejer Astina, dimana berkumpul Pandawa dan Kurawa
sedangmenghadap seorang pandita baru bernama Begawan Sukma Lawung. Mereka
sedang membahas masalah perdamaian antara Pandawa-Kurawa dan menggagalkan
perang Baratayudha Jayabinangun. Belum begitu lama mereka berbincang-bincang,
datanglah Ki Lurah Semar. Kedatangan Ki Lurah Semar sebagai wakil rakyat dalam
pasamuan agung tersebut untuk meminta pertanggungjawaban dari Prabu Duryudana dan
Prabu Puntadewa tentang kehidupan rakyat yang tidak tenteram. Karena menurut Kyai
Semar, keadaan bangsa yang tidak tenteram tersbut merupakan tanggung jawab dari Prabu
Puntadewa dan Prabu Duryudana sebagai pemegang tampuk pemerintahan.
Belum sampai kedua prayagung tersebut memberikan jawaban, sang guru yaitu
Begawan Sukma Lawung memperkenalkan diri sekaligus mengutarakan maksudnya untuk
menyatukan Pandawa-Kurawa dan menggagalkan Baratayudha serta meminta pendapat
Kyai Semar. Mendengar itu semua, Kyai Semar tidak setuju, karena Baratayudha itu adalah
perang suci dimana nandur bakal ngunduh, utang bakal nyaur, nyilih mbalekake, nggawe
bakale nganggo, utang wirang nyaur wirang, utang pati nyaur pati. Di saat itulah, ada
seorang murid sang begawan yang tidak terima dan tiba-tiba masuk ke pasewakan dan
menyeret Kyai Semar keluar.
Di luar, Kyai Semar bertemu dengan Anoman, Setyaki, Antareja dan Gatutkaca.
Mendengar pengakuan Kyai Semar yang diseret keluar secara paksa, mereka berempat
tidak terima dan terjadilah pertempuran dengan siswa Begawan Sukam Lawung. Melihat
murid-muridnya kalah, Meluhat murid-muridnya kalah, Begawan Sukma Lawung
memerintahkan Patih Sangkuni diikuti beberapa Kurawa mengejar Kyai Semar ke Karang
Kadempel untuk menjadi saksi bersatunya Pandawa-Kurawa. Raden Arjuna diperintah untuk
mengikuti Patih Sangkuni, kalau-kalau gagal membawa Kyai Semar, sedangkan Raden
Werkudara diminta mencari Prabu Kresna.

Di Karang Tumaritis, Patih Sangkuni, Prabu Karna dan Aswatama berhadapan


dengan abak-anak Kyai Semar dan dibantu oleh Raden Abimanyu. Begitu para Kurawa
terdesak, Raden Arjuna maju ke pertempuran. Melihat orang tuanya yang maju, Raden
Angkawijaya langsung lari menghindar, dan mau tidak mau Ki Lurah Semar harus
menghadapinya. Untuk menghadapi Raden Arjuna, Kyai Semar memanggil Bathara Ismaya
yang kemudian berubah menjadi Raden Arjuna, sehingga terjadilah pertarungan antara dua
Arjuna. Dalam pertarungan tersebut, Begawan Sukma Lawung turut campur dan
mengeluarkan ajian Gelap Sayuta untuk menyingkirkan Kyai Semar.
Di lain tempat, Prabu Kresna dan Prabu Baladewa bertemu dengan Gareng, Petruk
dan Bagong yang melarikan diri. Mereka bertiga kemudian menceritakan semua kejadian
yang menimpa orang tuanya. Tidak begitu lama, datanglah Raden Werkudara yang
ditugaskan mencari Prabu Krena. Mendengar pernyataan Raden Werkudara tersebut, Prabu
Kresna mengatakan, bukankah Raden Werkudara pernah menjadi seorang pandita dengan
gelar Begawan Bima Suci, lantas dimana kawaskitan Begawan Bima Suci tersebut.
Pertanyaan tersebut membuat Raden Werkudara pergi tanpa pamit dan langsung
menggendong Prabu Puntadewa dan Raden Arjuna untuk segera pulang ke Amarta.
Dalam pengejarannya, Begawan Sukma Lawung bertemu dengan seorang pandita.
Terjadilah pertarungan diantara kedua pandita tersebut dan berubahlah masing-masih ke
wujud aslinya, yaitu Sang Hyak Manikmaya dan Kyai Nayantaka. Bathar Guru
mengungkapkan maksudnya, dimana dia hanya ingin menguji kewaspadaan Prabu
Duryudana dan Prabu Puntadewa dalam menyikapi keadaan masyarakat yang tidak
tenteram.
Prabu Duryudana yang tidak terima dan hendak mengamuk bertemu dengan Kyai
Semar. Ki Lurah Semar mengingatkan bahwa apa yang didapat dari peperangan. Disamping
itu, Baratayudha tidak perlu diharapkan atopun dihindari, karena manusia sebagai makhluk
Tuhan hanya bertugas menjalani saja.

Anda mungkin juga menyukai