Anda di halaman 1dari 22

Laporan Praktikum Fisika Dasar 2

Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel


Dosen Pengasuh : Jumingin, S. Si

Disusun oleh :
Kelompok 1

1. Endang kurniasi

(14222043)

2. Enni Melawati

(14222045)

3. Frika Yulia

(14222051)

4. Hasbi Dzulhilmi

(14222055)

5. Ita Murniati

(14222071)

Program Studi Tadris Biologi


Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang

2015BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Arus listrik sering diartikan sebagai muatan yang bergerak. Contoh-contoh
tentang arus listrik sangat banyak dan melibatkan banyak profesi. Ahli
meteorologi mengamati petir dan arus muatan yang lambat, yang melalui
atmosfer. Ahli biologi, ahli fisiologi, ahli teknik (insinyur) bekerja dalam
teknologi medis yang berkaitan dengan arus pada saraf yang mengontrol otot
dan khususnya mempelajari bagian arus ini dapat dibangkit kan kembali
setelah terjadinya cedera tulang belakang. Insinyur listrik memberikan
perhatian pada sistem listrik yang tak bisa dihitung, seperti sistem daya, sistem
penangkal petir, sistem penyimpanan informasi, dan sistem musik. Ahli luar
angkasa mengawasi dan mengkaji aliran partikel bermuatan dari matahari
karena aliran tersebut dapat menghilangkan sistem telekomunikasi. Dalam
orbit dan bahkan sistem transmisi daya di tanah (Halliday, 2005).
Kali ini kita akan membahas fifika dasar tentang arus listrik dan bagaimana
arus ini dapat di bangkitkan dalam beberapa material namun tidak bisa pada
material yang lain. Meskipun arus listrik adalah aliran muatan yang bergerak
mengandung arus listrik. Jika akan terdapat arus listrik yang melalui suatu
permukaan, pasti akan ada aliran neto muatan yang melalui permukaan itu
(Halliday, 2005).
Dalam bahan konduktor padat, sejumlah elektron dalam tiap atom tidak
terikat pada atom, tetapi bebas bergerak dalam bahan. Dalam bahan isolator,
tiap elektron terikat erat pada masing-masing atom, jadi bahan isolator tak
mempunyai elektron bebas. Apabila ada medan listrik dalam bahan konduktor
padat, elektron bebas akan bergerak di bawah pengaruh gaya medan. Bila
medan listrik ini dihasilkan oleh batere atau sumber tegangan yang lain, dalam
konduktor mengalir aliran listrik atau arus listrik (Sutrisno, 1979).
Bahan konduktor tidaklah terbatas pada bahan padat, tetapi mungkin juga
berupa bahan cair atau elektrolit. Dalam logam dan kebanyakan konduktor
padat lainnya, arus listrik terdiri dari aliran elektron bebas yang bermuatan

negatif. Dalam logam, ion positif tak mungkin mengalir karena terikat dalam
jalinan atom bahan (Sutrisno, 1979).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai setelah melakukan praktikum adalah:
1. Mahasiswa memahami konsep hukum Ohm
2. Mahasiswa dapat menentukan kuat arus listrik dan beda potensial listrik
pada masing-masing hambatan yang disusun seri dan paralel
3. Mahasiswa memahami pemasangan amperemeter dan voltmeter
4. Mahasiswa memahami konsep hukum Kirchoff

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran muatan yang bergerak, tidak semua muatan yang
bergerak mengandung arus listrik. Jika akan terdapat arus listrik yang melalui
suatu permukaan, pasti akan ada aliran neto muatan yang melalui permukaan
itu. Elektron bebas dalam suatu kawat tembaga terisolasi berada dalam gerak
acak pada kecepatan yang merupakan kelipatan dari106 m/s. Jika membentuk
suatu bidang hipotesis melalui kawat, elektron konduksi akan lewat dari
kawat tersebut dalam kedua arah pada laju beberapa miliar persekon tetapi
tidak ada transpor neto muatan dan dengan demikian tidak ada arus yang
melalui kawat. Namun, jika dihubungkan dengan kawat-kawat baterai, akan
sedikit mencondong arus dalam satu arah, dengan akibat sekarang terdapat
transpor neto muatan dengan demikian ada arus listrik yang melalui kawat
(Halliday, 2005).
Dalam keadaan tunak, arus-arus akan sama untuk bidang aa, bb, dan cc
dan demikian pula untuk semua bidang yang lewat sepenuhnya melalui
konduktor , tanpa memperhatikan lokasi dan orientasinya Satuan SI untuk
arus adalah coulomb per sekon atau ampere (A), yang dalam satu pokok SI
(Halliday, 2005).
1 Ampere = 1A = 1 coulomb per sekon = 1C/s.
Arus merupakan suatu skalar karena baik muatan dan waktu dalam
persamaan ini adalah skalar. Karena muatan terkonservasi, magnitudo arus di
cabang-cabang harus ditambahkan untuk menghasilkan magnitudo arus dalam
konduktor asli, sehingga i0 = i1 + i2. pembelokan atau riorientasi kawat di
ruangan tidak mengubah validitas (Halliday, 2005).
Untuk mendeskripsikan aliran, kita dapat menggunakan densitas arus J
dA , di mana
dA adalah vektor luas dari elektron tersebut, yang tegak
.
lurus terhadap elemen. Arus total yang melalui permukaan kemudian
menjadi :
i = J . Da
jika arus adalah seragam di seluruh permuakan dan paralel dengan dA, maka
J juga seragam dan paralel dengan
dA . Kemudiaan persamaan
menjadi :

i = J. dA = J dA = JA, sehingga
J=

i
A

Di mana A adalah luas total permukaan. Satuan SI untuk densitas arus adalah
ampere per meter persegi (A/m2) (Halliday, 2005).
B. Gaya Gerak Listrik
Dalam sumber gaya gerak listrik terjadi perubahan atau konversi energi
dari suatu bentuk menjadi energi listrik. Dalam batere, energi listrik berasal
dari energi kimia. Dalam pusat listrik tenaga air (PLTA) energi listrik berasal
dari energi potensial gravitasi air. Dalam PLTD (tenaga diesel) energi listrik
berasal dari kalor pembakaran bahan bakar, yaitu minyak solar. Gaya gerak
listrik , atau disingkat ggl, ialah beda potensial antar kedua kutub sumber ggl
bila tak ada harus mengalir, dan kita nyatakan sebagai . Sumber ggl juga
sering disebut sumber tegangan, karena orang sering menggunakan kata
tegangan sebagai pengganti potensial listrik (Sutrisno, 1979).
Menurut Sutrisno (1979), Gaya gerak listrik (ggl) sebetulnya kurang tepat,
sebab yang dimaksud adalah potensial, jadi bukan gaya. Mungkin istilah yang
lebih tepat adalah potensial penggerak listrik (ppl). Akan tetapi istilah yang
sudah popular adalah GGL, sehingga kita gunakan istilah ini, guna
mempermudah komunikasi bila tak ada GGL, kerja untuk memindahkan
muatan q dalam suatu lintasan atau rangkaian tertutup oleh medan listrik
haruslah sama dengan nol. Secara matematika dapat kita tuliskan :
c q
E . d l =0 tanpa ggl
Menurut Sutrisno (1979), Bila dalam rangkaian tertutup ada sumber
tegangan dengan ggl sebesar , muatan q mendapat tambahan energi q ,
sehingga kerja yang dilakukan oleh medan listrik untuk menggerakkan
muatan q dalam lintasan tertutup haruslah
W =q =c q
E . d l
E .d l
Atau ggl =c
E selalu sejajar d l , seperti dalam kawat logam,
Bila kuat medan
persamaan diatas dapat ditulis
=c E d l
Yaitu tanpa vector
C. Resistansi Seri

Makna dari secara seri di sini adalah resistansi-resistansi ini


dihubungkan satu per satu secara berurutan dan kemudian suatu potensial V
diberikan antara kedua ujung dari seri ini. Ketiga resitansi dihubungkan satu
per satu antara a dan b, dan kemudian antara a dan b di berikan suatu beda
potensial oleh sebuah baterai. Maka beda-beda potensial yang ada pada ketiga
resistansi ini menghasilkan arus-arus i yang identik dalam ketiganya. Secara
umum, ketika suatu beda potensial V diberikan pada resistansi-resistansi yang
terhubung secara seri, semua resistansi tersebut memiliki arus i yang identik.
Jumlah dari beda-beda potensial pada resistansi-resistansi ini sama dengan
beda potensial yang di berikan.
Resistansi-resistansi yang terhubung seri dapat digantikan oleh sebuah
resistansi ekuivalen Rek yang memiliki arus yang sama i dan beda potensial
total yang sama V sebagai resistansi-resistansi sebenarnya. Untuk mendapatkan
persamaan untuk Rek kita gunakan aturan loop pada kedua rangkaian dengan
titik awal di a dan bergerak secara jarum jam mengelilingi rangkaian, kta
peroleh:
- iR1 iR2 iR3 = 0

i=
R 1+ R 2+ R 3
dengan ketiga resistansi diganti oleh resistansi ekuivalen tunggal Rek kita
peroleh:
- Rek = 0

i=
Rek
dengan menyamakan persamaan diatas maka:
Rek = R1 R2 R3
Kita bisa memperluas ini untuk n resistansi dengan mudah, dan hasilnya adalah
n

Rek =

Rj

(n resistansi terhubung seri)

j=1

D. Resistansi Paralel
Istilah secara paralel berarti bahwa ketiga resistansi terhubung langsung
pada sisi yang satu dan terhubung langsung juga pada sisi yang satunya lagi,
dan bahwa diberikan beda potensial V antara pasangan sisi-sisi yang
terhubung ini. Jadi, ketiga resistansi ini semuanya memiliki beda potensial
yang sama V pada ketiganya, menghasilkan arus yang melewati mereka.
Ketika suatu beda potensial V diberikan pada resistansi-resistansi yang
terhubung paralel, semua resistansi tersebut memiliki beda potensial yang

sama V. Resistansi-resistansi yang terhubung paralel dapat diganti dengan


sebuah resistansi ekuivalen Rek yang memiliki potensial yang sama V dana rus
total yang sama i sebagai resistansi-resistansi sebenarnya (Halliday, 2005).
Menurut Halliday (2005), persamaan untuk Rek dapat kita peroleh dengan
terlebih dahulu menulis arus pada setiap resistansi aktual
V
V
V
i 1= ,i 2= , dan i 3=
R1
R2
R3
Dimana V adalah beda potensial antara a dan b jika kita menerapkan aturan
titik cabang pada titik a dan kemudian menstubsititusikan nilai-nilai ini kita
peroleh
i=i 1+i 2 +i 3=V

( R1 + R1 + R1 )
1

Seandainya kita mengganti kombinasi yang paralel dengan resistensi


ekuivalen Rek kita akan peroleh
V
i=
R ek
Menyamakan persamaan diaats akan menghasilkan
1
1 1 1
= + +
R ek R 1 R 2 R3
Jika hasil ini diperluas untuk kasus n resistansi, kita peroleh
n

1
1
=
R ek j=1 R j

E. Hukum Ohm
Hukum Ohm pada mulanya terdiri dari dua bagian. Bagiannya pertamanya
hanya merumuskan persamaan hambatan, V =IR. Hukum ohm juga
menyatakan bahwa R adalah sebuah konstanta yang independen terhadap V
dan I. bagian terakhir dari hukum ini tidak sepenuhnya benar. Hubungan V =
IR dapat diterapkan pada resistor apapun, dimana V adalah beda potensial
antara kedua ujung resisitor tersebut, I adalah arus yang melewati resistor
tersebut, dan R adalah hambatan resistor pada kondisi-kondisi tersebut
(Bueche, 2006)
Hukum ohm merupakan penegasan bahwa arus yang melalui suatu peranti
selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada peranti
tersebut. Suatu peranti konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistansi
peranti ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial

yang diterapkan. Sebuah materi konduksi mematuhi hukum ohm ketika


resistivitas material tersebut tidak bergantung pada magnitude dan arah
medan listrik yang diterapkan (Halliday, 2005).
Menurut Sutrisno (1979), Hukum ohm, yaitu menyatakan bahwa rapat
arus
j=E=
Sehingga arus
i= j A=
Bila tetapan

v
l

A
v
l
A
kita tuliskan
l

i
R

persamaan menjadi V =i R

Menurut kimia klasik, elektron harus memiliki sedikit distribusi kecepatan


Maxwell seperti molekul-molekul dalam gas dan dengan demikian kecepatan
rata-rata elektron harus bergantung pada tempeatur. Namun, gerakan elektron
tidak diatur oleh hukm-hukum fisika klasik, tetapi oleh hukum-hukum fisika
kuantum. Ternyata, asumsi yang lebih jauh lebih dekat ke realitas kuantum
adalah bahwa elektron konduksi dalam suatu logam bergerak dengan
kecepatan efektif unggal veef dan kecepatan ini pada dasarnya tidak
bergantung pada temperatur untuk tembaga, veef = 1,6 106 m/s (Halliday,
2005).
F. Rangkaian Sederhana
Dalam banyak pemakaian, kita jumpai sumber tegangan, dan beberapa
buah resistor yang dihubungkan dengan cara tertentu. Rangkaian seperti ini
dikatakan membentuk suatu jaringan. Marilah kita bahas jaringan paling
sederhana, yaitu suatu sumber tegangan dan sebuah resistor yang
dihubungkan berurutan. Kita ingin menggunakan hubungan antara daya
listrik di dalam rangkaian untuk mendapatkan hubungan antara arus yang
mengalir dalam rangkaian dengan GGL yang ada dalam rangkaian. Jika
dalam sumber tegangan muatan positif bergerak dalam arah panah, muatan
akan menerima energi sebesar q. Jika kita punya arus listrik i dalam arah ,
di dalam sumber tegangan arus listrik ini memperoleh daya sebesar p = i.
Jika arus listrik bertemu resistor R akan hilanglah daya listrik dalam bentuk
kalor joule sebesar p = i2 R. Di dalam sumber tegangan arus mendapat
hambatan r, yang disebut hambatan dalam sumber. Daya listrik yang hilang

dalam sumber tegangan sendiri ialah sebesar i2 r. Karena energi merupakan


besaran yang kekal, maka dalam satu rangkaian tertutup, atau suatu loop,
daya yang diberikan pada arus haruslah i = i2 r + i2 R atau = i (r + R),
sehingga i =

E
(r + R)

(Sutrisno, 1979).

1. Beda Potensial dalam Rangkaian


Jika di antara dua titik dalam rangkaian ada beberapa sumber
tegangan beserta hambatan dalam dan beberapa resistor,
bagaimanakah hubungan antara beda potensial antara kedua ujung
rangkaian dengan GGL, arus dan hambatannya? Misalkan arus
berjalan sesuai arah panas. Waktu arus sampai di a, daya yang dimiliki
adalah i Va, selanjutnya kehilangan daya sebesar i2 (R + r1+ r2) sebagai
kalor joule dalam resistor R dan hambatan dalam dari sumber
tegangan antara a dan b, diperoleh daya dalam sumber epl pertama
sebesar i1, dan terjadi kehilangan energi untuk mengisi sumber epl
kedua sebesar i2. Sampai di b daya yang tinggal adalah i vb. Jika daya
yang diperoleh kita tuliskan positif dan daya hilang negatif, kita punya
persamaan berikut:
i Va i2 (R + r1 + r2) + i1 - i2 = i Vb
Secara umum dapat kita simpulkan bahwa dalam hubungan seri
Va-Vb = Vab = i R - E
Dalam menggunakan persamaan di atas harus kita ingat bahwa
arah positif adalah dari a ke b. GGL atau arus i yang searah dengan
arah di atas diberi tanda positif, dan yang berlawanan dengan arus di
atas diberi tanda negatif (Sutrisno, 1979).
2. Resistor dalam Hubungan Seri dan Paralel
Kebanyakan rangkaian listrik tidaklah hanya terdiri dari beberapa
sumber tegangan dan resistor yang dihubungkan seri. Dalam praktek,
hubungan antara beberapa komponen listrik seringkali kompleks.
Ketiga hambatan dikatakan membentuk rangkaian seri jika tiap
muatan yang sampai di R1 akan melalui R2 dan R3 juga, hingga arus
yang melalui R1, R2, R3 haruslah sama. Ketiga resistor
dihubungkanparalel jika beda potensial antara ujung ketiga resistor
adalah sama. Ada dua hal penting berhubung dengan penggunaan

resistor, yaitu harga hambatan dan daya maksimum yang dapat


diterima oleh resistor bersangkutan. Jika daya maksimum dilampaui,
maka resistor akan terbakar (Sutrisno, 1979).
Resistor dengan daya maksimum watt lebih kecil ukuran
fisisnya dibanding dengan resistor 5 watt untuk harga hambatan sama.
Jika kita ingin mengganti rangkaian seri dengan satu resistor tanpa
mengubah keadaan, yaitu dengan arus dan tegangan yang sama maka
hambatannya adalah hambatan ekivalen atau hambatan pengganti.
Hambatan ekivalen R harus memenuhi i R = Vab, sehingga hambatan
ekivalen untuk rangakaian seri ialah R = R1 + R2 + R3. Jika resistor
dihubungkan paralel, arus yang melalui tiap resistor berlainan, tetapi
beda potensial pada ujung resistor haruslah sama. i1 =
V ab
R2

, i3 =

V ab
R3

V ab
R1

, i2 =

. Ketiga arus di atas berasal dari arus yang

datang pada titik a, maka i = i1 + i2 + i3 atau . i =

V ab
R1

, i2 =

V ab
R2

V ab
.
R3
Harga hambatan ekivalen memenuhi hubungan:
1
1
1
1
1
=
=
+
+
V ab
R1
R2
R3
R
G. Hukum Kirchoff
Jaringan yang kompleks dapat dianalisa menggunakan hukum kirchoff,
i3 =

untuk ini didefinisikan dua istilah. Suatu titik cabang dalam suatu jaringan
adalah tempat bertemunya beberapa buah konduktor. Sebuah loop adalah
suatu jalan konduksi yang tertutup. Hukum Kirchoof dapat ditulis sebagai
berikut:
1. Hukum titik cabang: jumlah aljabar arus yang masuk ke dalam suatu
titik cabang suatu jaringan adalah nol, i = 0.
2. Hukum loop: jumlah aljabar GGL dalam tiap loop rangkaian sama
dengan jumlah aljabar hasil kali R i dalam loop yang sama,
=

Ri

Nyata bahwa hukum titik cabang ini tak lain adalah hukum kekekalan
muatan, sedangkan hukum loop diturunkan dari hukum energi tiap loop
(Sutrisno, 1979).
Kita dapat menyatukan kedua hukum Kirchoff, yaitu hukum titik cabang
dan hukum loop, dengan menggunakan cara analisa loop. Dalam
menggunakan hukum Kirchoff, arah loop ditentukan secara sembarang lebih
dahulu. Arus dalam suatu loop dapat berbeda-beda pada satu bagian loop
dengan bagian loop yang lain. Arus pada bagian loop antara kedua titik
cabang diberi nama, dan digunakan secara variabel. Tanda GGL positif, jika
arah GGL sama dengan arah loop, dan negatif jika berlawanan dengan arah
loop. Dalam metode analisa loop ini kita ambil arus dalam suatu loop
mempunyai harga sama. loop yang lain mempunyai arus yang berlainan pula
(Sutrisno, 1979).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.

Waktu dan Tempat


Praktikum Fisika Dasar II tentang Rangkaian Hambatan Seri dan
Rangkaian Hambatan Paralel dilaksanakan pada Sabtu, 25 April 2015 pada
pukul 10:30-13:00 WIB di Laboratorium Fisika UIN Raden Fatah
Palembang.

B. Alat
1. Papan rangkaian

Papan rangkaian berfungsi untuk merangkai hamabatan listrik dan


sebagai tempat dalam menyalurkan aliran listrik.
2. Basicmeter
Basicmeter berfungsi untuk mengukur tegangan listrik dan kuat arus
Listrik
3. Catu daya
Catu daya berfungsi sebagai on/off aliran listrik yang mengalir ke papan
rangkai
4. Resistor
Resistor berfungsi untuk menentukan berapa kuat arus listrik.
5. Kabel penghubung
Kabel penghubung berfungsi untuk menyalurkan aliran listrik dari papan
rangkai ke catu daya dan basicmeter
6. Sakelar
Sakelar berfungsi untuk menghentikan atau menonaktifkan aliran listrik
yang menaglir dalam papan rangkai.
7. Jembatan penghubung
Jembatan penghubung berfungsi sebagai menyalurkan aliran listrik
dalam papan rangkai
C.

Cara kerja
a. Rangkaian Hambatan Seri
1. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
2. Susun rangkaian seperti pada gambar didalam buku praktikum
3. Berikan tegangan masukan 3 volt DC pada catu daya
4. Hidupkan sakelar (S)
5. Ukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian (I) dan pada
masing-masing hambatan (I1, I2, dan I3)
6. Ukur beda potensial pada masing-masing hambatan (V1, V2, dan
V3)
7. Ulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 untuk tegangan masukkan 6 volt, 9
volt dan 12 volt DC

b. Rangkaian Hambatan Seri


1. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
2. Susun rangkaian seperti pada gambar didalam buku praktikum
3. Berikan tegangan masukan 3 volt DC pada catu daya
4. Hidupkan sakelar (S)
5. Ukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian (I) dan pada
masing-masing hambatan (I1, I2, dan I3)

6. Ukur beda potensial pada rangkaian (V)


7. Ulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 untuk tegangan masukkan 6 volt, 9
volt dan 12 volt DC

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.

1.

Hasil
Diketahui :
R1 = 100
R2 = 56
R3 = 47
Tabel 1. Rangkaiaan Hambatan Seri
No Vs(volt)
I(mA)
V1(volt)
V2(volt)
1
3
0,56
1,4
0,8
2
6
0,2
3
1,6
3
9
0,4
4,6
2,6
4
12
0,6
6,2
3,6
Rs =R 1+ R 2+ R 3
= 100 + 56 +47
= 203
v
3
I= s =
=0,014 V1 = 0,014 x 100 = 1,4
R s 203
V2 = 0,014 x 56 = 0,784
V3 = 0,014 x 47 = 0,65
I=

I=

I=

V3(volt)
0,8
1,4
2,2
3

vs
6
=
=0,029 V1 = 0,029 x 100 = 2,9
R s 203
V2 = 0,029 x 56 = 1,62
V3 = 0,029 x 47 = 1,36
vs
9
=
=0,044 V1 = 0,044 x 100 = 4,4
R s 203
V2 = 0,044 x 56 = 2,4
V3 = 0,044 x 47 = 2,0
v s 12
=
=0,059 V1 = 0,059 x 100 = 5,9
R s 203
V2 = 0,059 x 56 = 3,3
V3 = 0,059 x 47 = 2,7

2. Tabel 2. Rangkaian Hambatan Paralel


No
1
2
3

Vs(volt)
3
6
9

VA(volt)
2,8
5,8
8,6

I1(mA)
0,04
0,06
0,08

I2(mA)
0,04
0,1
0,14

I3(mA)
0,06
0,12
0,18

I(mA)
0,14
0,28
0,4

12

10

1
1 1 1
= + +
R p R1 R2 R 3
0,04

I=

I=

I=

B.

I=

0,1

0,18

1
1 1
+ +
100 56 47

0,22

0,5

2,03+3,62+ 4,3
203

Vs
3
75
=
=75 I 1=
=0,75
R p 0,04
100
I2 =

75
=1,33
56

I3 =

75
=1,59
47

Vs
6
150
=
=150 I 1=
=1,5
R p 0,04
100
I2 =

150
=2,67
56

I3 =

150
=3,19
47

Vs
9
225
=
=225 I 1=
=2,25
R p 0,04
100
I2 =

225
=4,46
56

I3 =

225
=4,7
47

Vs
12
300
=
=300 I 1=
=3
R p 0,04
100
I2 =

300
=5,3
56

I3 =

300
=6,38
47

Pembahasan
Dari tabel di atas, yaitu percobaan rangkaian hambatan seri dan dan
paralel, antara rangkaian yang disusun secara seri dan rangkaian yang
disusun secara paralel memiliki perbedaan dalam nilai hambatan dalam

rangkaian tersebut. Perbedaan tersebut cukup signifikan, meskipun tegangan


kedua rangkaian sama, tetapi kuat arus yang dihasilkan berbeda. Hal ini
dapat dilihat salah satunya pada percobaan pertama, yaitu dengan Vs yang
sama yaitu 3 volt. Setelah diuji coba, kuat arus yang dihasilkan berbeda,
yaitu pada rangkaian seri I=0,56, sedangkan pada rangkaian paralel I=0,14.
Jadi, rangkaian paralel mempunyai hambatan yang lebih besar dibandingkan
dengan rangkaian seri.
Hubungan antara kuat arus (I) dan tegangan (V) selalu berbanding
lurus. Seperti yang terlihat pada percobaan yang telah dilakukan, jika
tegangan bertambah, maka kuat arus juga bertambah, baik pada rangkaian
seri maupun paralel. Walaupun pertambahan tersebut sangat sedikit sekali.
Hal ini bisa kita lihat pada tabel 1.1 dan tabel 1.2, pada percobaan pertama
dan kedua yang mengalami pertambahan. Yang semula tegangannya yaitu
2,8 menjadi 5,8 dan kuat arusnya 0,14 menjadi 0,28.
Hal ini sesuai pendapat Halliday (2005) bahwasanya hukum ohm
merupakan penegasan bahwa arus yang melalui suatu peranti selalu
berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada peranti
tersebut. Suatu peranti konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistansi
peranti ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial
yang diterapkan. Sebuah materi konduksi mematuhi hukum ohm ketika
resistivitas material tersebut tidak bergantung pada magnitude dan arah
medan listrik yang diterapkan.
Pada rangkaian paralel kuat arus yang memasuki cabang adalah sama
dengan kuat arus yang meninggalkan cabang. Seperti yang terlihat pada
tabel 1.2, pada tiga cabang hambatan yaitu pada R1, R2, dan R3, kuat arus
yang masuk adalah 0,14 dan yang keluar juga sama yaitu 0,14. Kuat arus ini
bisa diketahui dengan menjumlahkan kuat arus pada setiap titik cabang.
Sehingga akan mengahasilkan nilai kuat arus yang sama dengan nilai kuat
arus yang masuk. Pada dasarnya ini adalah hukum Kirchoff yang
berdasarkan pada kekekalan muatan.
Dari hasil-hasil perhitungan di atas, terjadi perbedaan dengan
perhitungan secara teori meskipun tidak keseluruhan. Seperti pada hasil
percobaan kedua yang menghasilkan V1=3 sedangkan pada perhitungan
secara teori V1=2,9. Hal ini bisa terjadi karena faktor alat yang sedikit

terkendala, ataupun karena faktor individunya yang salah dalam melakukan


prosedur praktikum.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Nilai hambatan pada rangkaian paralel lebih besar daripada rangkaian seri.
2. Pada dasarnya, baik secara teori maupun praktiknya hubungan antara
tegangan (V) dengan kuat arus (I) selalu berbanding lurus. Jika tegangan
bertambah, maka kuat arus juga bertambah.
3. Pada rangkaian paralel, sesuai dengan hukum Kirchoff bahwasanya arus
masuk sama dengan arus keluar.
4. Seringkali perhitungan praktik tidak sama dengan perhitungan secara teori.
Karena pada praktiknya, banyak faktor yang bisa menjadi kendala pada
saat uji coba. Seperti faktor alat, individu, ataupun listriknya.
B. Saran
1. Perhatikanlah ketika assiten dosen menjelaskan langkah kerja yang akan
dilakukan pada praktikum ini.
2. Gunakanlah alat-alat praktikum dengan baik dan priksalah terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum
3. Dalam melakukan praktikum ini lakukan dengan hati-hati agar terhindar
dari hal yang tidak diinginkan karena berkaitan dengan listrik.

DAFTAR PUSATAKA
Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga
Halliday.dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi Ketujuh jilid 2. Jakarta : Erlangga
Sutrisno, dan Tan Ik Gie. 1979.Fisika Dasar. Bandung : ITB

SOAL EVALUASI
Soal
1. Bagaimana cara pembacaan hasil pada voltmeter dan amperemeter?
2. Buatkan grafik hubungan antar kuat arus listrik dengan beda potensial listrik
pada suatu penghantar!
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari praktikum dengan hasil perhitungan
secara teritik apakah berbeda atau tidak? Jika berbeda, mengapa?
4. Tiga buah hambatan masing-masing 100 ohm, 50 ohm, dan 40 ohm disusun
paralel, kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan 22 volt. Tentukan
kuat arus listrik terbesar dan terkecil yang mengalir pada masing-masing
hambatan!
Jawab
1. Pada dasarnya cara pembacaan voltmeter dan amperemeter itu sama. Rumus
yang digunakan dalam pembacaan tersebut adalah.
skala yang ditunjuk
X batas Ukur
skalamax
2.

V
R

I
Grafik. V terhadap I
3. Dari data perhitungan yang diperoleh dari hasil praktikum dengan hasil
perhitungan secara teori, hasilnya berbeda. Perbedaan ini bisa terjadi karena
adanya beberapa kendala baik dari faktor alat maupun individunya sehingga
menyebabkan perbedaan tersebut.
4. Diket :

R1 = 100 ohm
R2 = 50 ohm
R3 = 40 ohm

Vs = 22 volt
Ditanya: Imax =...?
Imin =...?
Jawab:

I=
=

V
R1
22
100

= 0,22 A

I=

V
R2

22
50

= 0,44 A

I=

V
R3

22
40

= 0,55 A
Jadi, Imax = 0,55 A dan Imin = 0,22 A

LAMPIRAN

Gambar alat-alat Praktikum Rangkaian Hambatan Seri dan Paralel

Gambar 1. Catu Daya

Gambar 3. Jembatan penghubung

Gambar 5. Resistor

Gambar 2. Basicmeter

Gambar 4. Sakelar

Gambar 6. Rangakaian Paralel

Gambar 7. Rangkaian Seri

Anda mungkin juga menyukai