Disusun oleh :
Kelompok 1
1. Endang kurniasi
(14222043)
2. Enni Melawati
(14222045)
3. Frika Yulia
(14222051)
4. Hasbi Dzulhilmi
(14222055)
5. Ita Murniati
(14222071)
2015BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Arus listrik sering diartikan sebagai muatan yang bergerak. Contoh-contoh
tentang arus listrik sangat banyak dan melibatkan banyak profesi. Ahli
meteorologi mengamati petir dan arus muatan yang lambat, yang melalui
atmosfer. Ahli biologi, ahli fisiologi, ahli teknik (insinyur) bekerja dalam
teknologi medis yang berkaitan dengan arus pada saraf yang mengontrol otot
dan khususnya mempelajari bagian arus ini dapat dibangkit kan kembali
setelah terjadinya cedera tulang belakang. Insinyur listrik memberikan
perhatian pada sistem listrik yang tak bisa dihitung, seperti sistem daya, sistem
penangkal petir, sistem penyimpanan informasi, dan sistem musik. Ahli luar
angkasa mengawasi dan mengkaji aliran partikel bermuatan dari matahari
karena aliran tersebut dapat menghilangkan sistem telekomunikasi. Dalam
orbit dan bahkan sistem transmisi daya di tanah (Halliday, 2005).
Kali ini kita akan membahas fifika dasar tentang arus listrik dan bagaimana
arus ini dapat di bangkitkan dalam beberapa material namun tidak bisa pada
material yang lain. Meskipun arus listrik adalah aliran muatan yang bergerak
mengandung arus listrik. Jika akan terdapat arus listrik yang melalui suatu
permukaan, pasti akan ada aliran neto muatan yang melalui permukaan itu
(Halliday, 2005).
Dalam bahan konduktor padat, sejumlah elektron dalam tiap atom tidak
terikat pada atom, tetapi bebas bergerak dalam bahan. Dalam bahan isolator,
tiap elektron terikat erat pada masing-masing atom, jadi bahan isolator tak
mempunyai elektron bebas. Apabila ada medan listrik dalam bahan konduktor
padat, elektron bebas akan bergerak di bawah pengaruh gaya medan. Bila
medan listrik ini dihasilkan oleh batere atau sumber tegangan yang lain, dalam
konduktor mengalir aliran listrik atau arus listrik (Sutrisno, 1979).
Bahan konduktor tidaklah terbatas pada bahan padat, tetapi mungkin juga
berupa bahan cair atau elektrolit. Dalam logam dan kebanyakan konduktor
padat lainnya, arus listrik terdiri dari aliran elektron bebas yang bermuatan
negatif. Dalam logam, ion positif tak mungkin mengalir karena terikat dalam
jalinan atom bahan (Sutrisno, 1979).
B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang akan dicapai setelah melakukan praktikum adalah:
1. Mahasiswa memahami konsep hukum Ohm
2. Mahasiswa dapat menentukan kuat arus listrik dan beda potensial listrik
pada masing-masing hambatan yang disusun seri dan paralel
3. Mahasiswa memahami pemasangan amperemeter dan voltmeter
4. Mahasiswa memahami konsep hukum Kirchoff
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Arus Listrik
Arus listrik adalah aliran muatan yang bergerak, tidak semua muatan yang
bergerak mengandung arus listrik. Jika akan terdapat arus listrik yang melalui
suatu permukaan, pasti akan ada aliran neto muatan yang melalui permukaan
itu. Elektron bebas dalam suatu kawat tembaga terisolasi berada dalam gerak
acak pada kecepatan yang merupakan kelipatan dari106 m/s. Jika membentuk
suatu bidang hipotesis melalui kawat, elektron konduksi akan lewat dari
kawat tersebut dalam kedua arah pada laju beberapa miliar persekon tetapi
tidak ada transpor neto muatan dan dengan demikian tidak ada arus yang
melalui kawat. Namun, jika dihubungkan dengan kawat-kawat baterai, akan
sedikit mencondong arus dalam satu arah, dengan akibat sekarang terdapat
transpor neto muatan dengan demikian ada arus listrik yang melalui kawat
(Halliday, 2005).
Dalam keadaan tunak, arus-arus akan sama untuk bidang aa, bb, dan cc
dan demikian pula untuk semua bidang yang lewat sepenuhnya melalui
konduktor , tanpa memperhatikan lokasi dan orientasinya Satuan SI untuk
arus adalah coulomb per sekon atau ampere (A), yang dalam satu pokok SI
(Halliday, 2005).
1 Ampere = 1A = 1 coulomb per sekon = 1C/s.
Arus merupakan suatu skalar karena baik muatan dan waktu dalam
persamaan ini adalah skalar. Karena muatan terkonservasi, magnitudo arus di
cabang-cabang harus ditambahkan untuk menghasilkan magnitudo arus dalam
konduktor asli, sehingga i0 = i1 + i2. pembelokan atau riorientasi kawat di
ruangan tidak mengubah validitas (Halliday, 2005).
Untuk mendeskripsikan aliran, kita dapat menggunakan densitas arus J
dA , di mana
dA adalah vektor luas dari elektron tersebut, yang tegak
.
lurus terhadap elemen. Arus total yang melalui permukaan kemudian
menjadi :
i = J . Da
jika arus adalah seragam di seluruh permuakan dan paralel dengan dA, maka
J juga seragam dan paralel dengan
dA . Kemudiaan persamaan
menjadi :
i = J. dA = J dA = JA, sehingga
J=
i
A
Di mana A adalah luas total permukaan. Satuan SI untuk densitas arus adalah
ampere per meter persegi (A/m2) (Halliday, 2005).
B. Gaya Gerak Listrik
Dalam sumber gaya gerak listrik terjadi perubahan atau konversi energi
dari suatu bentuk menjadi energi listrik. Dalam batere, energi listrik berasal
dari energi kimia. Dalam pusat listrik tenaga air (PLTA) energi listrik berasal
dari energi potensial gravitasi air. Dalam PLTD (tenaga diesel) energi listrik
berasal dari kalor pembakaran bahan bakar, yaitu minyak solar. Gaya gerak
listrik , atau disingkat ggl, ialah beda potensial antar kedua kutub sumber ggl
bila tak ada harus mengalir, dan kita nyatakan sebagai . Sumber ggl juga
sering disebut sumber tegangan, karena orang sering menggunakan kata
tegangan sebagai pengganti potensial listrik (Sutrisno, 1979).
Menurut Sutrisno (1979), Gaya gerak listrik (ggl) sebetulnya kurang tepat,
sebab yang dimaksud adalah potensial, jadi bukan gaya. Mungkin istilah yang
lebih tepat adalah potensial penggerak listrik (ppl). Akan tetapi istilah yang
sudah popular adalah GGL, sehingga kita gunakan istilah ini, guna
mempermudah komunikasi bila tak ada GGL, kerja untuk memindahkan
muatan q dalam suatu lintasan atau rangkaian tertutup oleh medan listrik
haruslah sama dengan nol. Secara matematika dapat kita tuliskan :
c q
E . d l =0 tanpa ggl
Menurut Sutrisno (1979), Bila dalam rangkaian tertutup ada sumber
tegangan dengan ggl sebesar , muatan q mendapat tambahan energi q ,
sehingga kerja yang dilakukan oleh medan listrik untuk menggerakkan
muatan q dalam lintasan tertutup haruslah
W =q =c q
E . d l
E .d l
Atau ggl =c
E selalu sejajar d l , seperti dalam kawat logam,
Bila kuat medan
persamaan diatas dapat ditulis
=c E d l
Yaitu tanpa vector
C. Resistansi Seri
i=
R 1+ R 2+ R 3
dengan ketiga resistansi diganti oleh resistansi ekuivalen tunggal Rek kita
peroleh:
- Rek = 0
i=
Rek
dengan menyamakan persamaan diatas maka:
Rek = R1 R2 R3
Kita bisa memperluas ini untuk n resistansi dengan mudah, dan hasilnya adalah
n
Rek =
Rj
j=1
D. Resistansi Paralel
Istilah secara paralel berarti bahwa ketiga resistansi terhubung langsung
pada sisi yang satu dan terhubung langsung juga pada sisi yang satunya lagi,
dan bahwa diberikan beda potensial V antara pasangan sisi-sisi yang
terhubung ini. Jadi, ketiga resistansi ini semuanya memiliki beda potensial
yang sama V pada ketiganya, menghasilkan arus yang melewati mereka.
Ketika suatu beda potensial V diberikan pada resistansi-resistansi yang
terhubung paralel, semua resistansi tersebut memiliki beda potensial yang
( R1 + R1 + R1 )
1
1
1
=
R ek j=1 R j
E. Hukum Ohm
Hukum Ohm pada mulanya terdiri dari dua bagian. Bagiannya pertamanya
hanya merumuskan persamaan hambatan, V =IR. Hukum ohm juga
menyatakan bahwa R adalah sebuah konstanta yang independen terhadap V
dan I. bagian terakhir dari hukum ini tidak sepenuhnya benar. Hubungan V =
IR dapat diterapkan pada resistor apapun, dimana V adalah beda potensial
antara kedua ujung resisitor tersebut, I adalah arus yang melewati resistor
tersebut, dan R adalah hambatan resistor pada kondisi-kondisi tersebut
(Bueche, 2006)
Hukum ohm merupakan penegasan bahwa arus yang melalui suatu peranti
selalu berbanding lurus dengan beda potensial yang diterapkan pada peranti
tersebut. Suatu peranti konduksi mematuhi hukum ohm ketika resistansi
peranti ini tidak bergantung pada magnitudo dan polaritas beda potensial
v
l
A
v
l
A
kita tuliskan
l
i
R
persamaan menjadi V =i R
E
(r + R)
(Sutrisno, 1979).
, i3 =
V ab
R3
V ab
R1
, i2 =
V ab
R1
, i2 =
V ab
R2
V ab
.
R3
Harga hambatan ekivalen memenuhi hubungan:
1
1
1
1
1
=
=
+
+
V ab
R1
R2
R3
R
G. Hukum Kirchoff
Jaringan yang kompleks dapat dianalisa menggunakan hukum kirchoff,
i3 =
untuk ini didefinisikan dua istilah. Suatu titik cabang dalam suatu jaringan
adalah tempat bertemunya beberapa buah konduktor. Sebuah loop adalah
suatu jalan konduksi yang tertutup. Hukum Kirchoof dapat ditulis sebagai
berikut:
1. Hukum titik cabang: jumlah aljabar arus yang masuk ke dalam suatu
titik cabang suatu jaringan adalah nol, i = 0.
2. Hukum loop: jumlah aljabar GGL dalam tiap loop rangkaian sama
dengan jumlah aljabar hasil kali R i dalam loop yang sama,
=
Ri
Nyata bahwa hukum titik cabang ini tak lain adalah hukum kekekalan
muatan, sedangkan hukum loop diturunkan dari hukum energi tiap loop
(Sutrisno, 1979).
Kita dapat menyatukan kedua hukum Kirchoff, yaitu hukum titik cabang
dan hukum loop, dengan menggunakan cara analisa loop. Dalam
menggunakan hukum Kirchoff, arah loop ditentukan secara sembarang lebih
dahulu. Arus dalam suatu loop dapat berbeda-beda pada satu bagian loop
dengan bagian loop yang lain. Arus pada bagian loop antara kedua titik
cabang diberi nama, dan digunakan secara variabel. Tanda GGL positif, jika
arah GGL sama dengan arah loop, dan negatif jika berlawanan dengan arah
loop. Dalam metode analisa loop ini kita ambil arus dalam suatu loop
mempunyai harga sama. loop yang lain mempunyai arus yang berlainan pula
(Sutrisno, 1979).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
A.
B. Alat
1. Papan rangkaian
Cara kerja
a. Rangkaian Hambatan Seri
1. Persiapkan semua peralatan yang dibutuhkan
2. Susun rangkaian seperti pada gambar didalam buku praktikum
3. Berikan tegangan masukan 3 volt DC pada catu daya
4. Hidupkan sakelar (S)
5. Ukur kuat arus yang mengalir dalam rangkaian (I) dan pada
masing-masing hambatan (I1, I2, dan I3)
6. Ukur beda potensial pada masing-masing hambatan (V1, V2, dan
V3)
7. Ulangi langkah 3, 4, 5 dan 6 untuk tegangan masukkan 6 volt, 9
volt dan 12 volt DC
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
1.
Hasil
Diketahui :
R1 = 100
R2 = 56
R3 = 47
Tabel 1. Rangkaiaan Hambatan Seri
No Vs(volt)
I(mA)
V1(volt)
V2(volt)
1
3
0,56
1,4
0,8
2
6
0,2
3
1,6
3
9
0,4
4,6
2,6
4
12
0,6
6,2
3,6
Rs =R 1+ R 2+ R 3
= 100 + 56 +47
= 203
v
3
I= s =
=0,014 V1 = 0,014 x 100 = 1,4
R s 203
V2 = 0,014 x 56 = 0,784
V3 = 0,014 x 47 = 0,65
I=
I=
I=
V3(volt)
0,8
1,4
2,2
3
vs
6
=
=0,029 V1 = 0,029 x 100 = 2,9
R s 203
V2 = 0,029 x 56 = 1,62
V3 = 0,029 x 47 = 1,36
vs
9
=
=0,044 V1 = 0,044 x 100 = 4,4
R s 203
V2 = 0,044 x 56 = 2,4
V3 = 0,044 x 47 = 2,0
v s 12
=
=0,059 V1 = 0,059 x 100 = 5,9
R s 203
V2 = 0,059 x 56 = 3,3
V3 = 0,059 x 47 = 2,7
Vs(volt)
3
6
9
VA(volt)
2,8
5,8
8,6
I1(mA)
0,04
0,06
0,08
I2(mA)
0,04
0,1
0,14
I3(mA)
0,06
0,12
0,18
I(mA)
0,14
0,28
0,4
12
10
1
1 1 1
= + +
R p R1 R2 R 3
0,04
I=
I=
I=
B.
I=
0,1
0,18
1
1 1
+ +
100 56 47
0,22
0,5
2,03+3,62+ 4,3
203
Vs
3
75
=
=75 I 1=
=0,75
R p 0,04
100
I2 =
75
=1,33
56
I3 =
75
=1,59
47
Vs
6
150
=
=150 I 1=
=1,5
R p 0,04
100
I2 =
150
=2,67
56
I3 =
150
=3,19
47
Vs
9
225
=
=225 I 1=
=2,25
R p 0,04
100
I2 =
225
=4,46
56
I3 =
225
=4,7
47
Vs
12
300
=
=300 I 1=
=3
R p 0,04
100
I2 =
300
=5,3
56
I3 =
300
=6,38
47
Pembahasan
Dari tabel di atas, yaitu percobaan rangkaian hambatan seri dan dan
paralel, antara rangkaian yang disusun secara seri dan rangkaian yang
disusun secara paralel memiliki perbedaan dalam nilai hambatan dalam
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari percobaan praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Nilai hambatan pada rangkaian paralel lebih besar daripada rangkaian seri.
2. Pada dasarnya, baik secara teori maupun praktiknya hubungan antara
tegangan (V) dengan kuat arus (I) selalu berbanding lurus. Jika tegangan
bertambah, maka kuat arus juga bertambah.
3. Pada rangkaian paralel, sesuai dengan hukum Kirchoff bahwasanya arus
masuk sama dengan arus keluar.
4. Seringkali perhitungan praktik tidak sama dengan perhitungan secara teori.
Karena pada praktiknya, banyak faktor yang bisa menjadi kendala pada
saat uji coba. Seperti faktor alat, individu, ataupun listriknya.
B. Saran
1. Perhatikanlah ketika assiten dosen menjelaskan langkah kerja yang akan
dilakukan pada praktikum ini.
2. Gunakanlah alat-alat praktikum dengan baik dan priksalah terlebih dahulu
alat-alat yang akan digunakan dalam praktikum
3. Dalam melakukan praktikum ini lakukan dengan hati-hati agar terhindar
dari hal yang tidak diinginkan karena berkaitan dengan listrik.
DAFTAR PUSATAKA
Bueche, Frederick J. 2006. Fisika Universitas Edisi Kesepuluh. Jakarta : Erlangga
Halliday.dkk. 2005. Fisika Dasar Edisi Ketujuh jilid 2. Jakarta : Erlangga
Sutrisno, dan Tan Ik Gie. 1979.Fisika Dasar. Bandung : ITB
SOAL EVALUASI
Soal
1. Bagaimana cara pembacaan hasil pada voltmeter dan amperemeter?
2. Buatkan grafik hubungan antar kuat arus listrik dengan beda potensial listrik
pada suatu penghantar!
3. Bandingkan hasil yang diperoleh dari praktikum dengan hasil perhitungan
secara teritik apakah berbeda atau tidak? Jika berbeda, mengapa?
4. Tiga buah hambatan masing-masing 100 ohm, 50 ohm, dan 40 ohm disusun
paralel, kemudian dihubungkan dengan sumber tegangan 22 volt. Tentukan
kuat arus listrik terbesar dan terkecil yang mengalir pada masing-masing
hambatan!
Jawab
1. Pada dasarnya cara pembacaan voltmeter dan amperemeter itu sama. Rumus
yang digunakan dalam pembacaan tersebut adalah.
skala yang ditunjuk
X batas Ukur
skalamax
2.
V
R
I
Grafik. V terhadap I
3. Dari data perhitungan yang diperoleh dari hasil praktikum dengan hasil
perhitungan secara teori, hasilnya berbeda. Perbedaan ini bisa terjadi karena
adanya beberapa kendala baik dari faktor alat maupun individunya sehingga
menyebabkan perbedaan tersebut.
4. Diket :
R1 = 100 ohm
R2 = 50 ohm
R3 = 40 ohm
Vs = 22 volt
Ditanya: Imax =...?
Imin =...?
Jawab:
I=
=
V
R1
22
100
= 0,22 A
I=
V
R2
22
50
= 0,44 A
I=
V
R3
22
40
= 0,55 A
Jadi, Imax = 0,55 A dan Imin = 0,22 A
LAMPIRAN
Gambar 5. Resistor
Gambar 2. Basicmeter
Gambar 4. Sakelar