Proposal
Proposal
LATAR BELAKANG
Kabupaten Pasuruan merupakan salah satu kabupaten yang terletak di
wilayah Propinsi Jawa Timur, dengan memiliki permasalah kebencaan yang
komplek. Kabupaten Pasuruan terletak antara 112,30o s/d 113,30o bujur timur
dan antara 7,30 s/d 8,30 lintang selatan dengan luas 147.401,50 ha (3,3 %
luas Propinsi Jawa Timur) terdiri dari 24 Kecamatan, 24 Kelurahan, 341 Desa
dan 1694 Pedukuhan. Kabupaten Pasuruan terbagi menjadi 5 bagian yaitu
kerucut gunung api, pegunungan, perbukitan, dataran pasir dan dataran
rendah. Secara alamiah, kondisi ini memposisikan wilayah Kabupaten
Pasuruan memiliki kerawanan yang tinggi terhadap berbagai macam bencana
mulai dari bencana banjir, puting beliung, longsor, kekeringan dan gunung
meletus (RPB Kab. Pasuruan:2013). Beberapa wilayah di Kabupaten
Pasuruan khususnya di wilayah dataran rendah, pada musim penghujan sering
mengalami bencana banjir dengan genangan yang cukup lama. Banjir tersebut
berasal dari air hujan dan atau air limpahan dari hulu sungai.
Terjadinya bencana tersebut telah mengakibatkan kerugian fisik
maupun non-fisik bagi daerah, yang kemudian memberikan efek pada
terhambatnya pembangunan daerah. Terlepas dari potensi bencana serta
dampak yang ditimbulkan tersebut, langkah-langkah penanggulangan
bencana diambil oleh pemerintah kabupaten pasuruan selama ini dirasa masih
kurang efektif. Cenderung bersifat kuratif dan seringkali kurang terkoordinir
sehingga tidak jarang terjadi tumpang tindih kegiatan ataupun langkah
penting tidak terambil. Sebagai dampak lebih lanjut, kerugian materi maupun
non-materi yang dialami oleh masyarakat terdampak.
1
fenomena
banjir
di
B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan
masalah dalam Penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
merancang
sistem
peringatan
dini
bencana
banjir
dini
bencana
banjir
membangun
sistem
peringatan
C. BATASAN MASALAH
Supaya proses perancangan dan pembangunan sistem ini sesuai dengan
yang diharapkan dan dapat terselesaikan tepat waktu, maka penulis memberi
batasan masalah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Pengerjaan sistem ini berbasis web dan database dengan menggunakan
MySQL.
2. Informasi yang terkait dengan kemungkinan bencana bajir seperti data
tentang curah hujan, pengukuran tinggi muka air , dan data yang lainnya
pada desa tangguh diperoleh dari lembaga atau petugas yang terkait dalam
penanggulangan terjadinya bencana banjir.
3. Penentuan wilayah daerah rawan bencana banjir, ditentukan oleh lembaga
yang terkait dalam penanggulangan terjadinya bencana banjir.
4. Tidak membahas mengenai perbandingan perangkat dalam peringatan dini
bencana banjir.
5. Tidak membahas perubahan sinyal atau gangguan sinyal pada jaringan
seluler.
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Merancang membangun sistem peringatan dini bencana banjir yang
tangguh.
2. Sistem mampu membuat keputusan terkait kemungkinan terjadinya
bencana banjir dengan menggunakan metode Fuzzy Logic.
E. MANFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat dari perancangan sistem peringatan dini bencana
banjir berbasis sms gateway pada Desa Tangguh diharapkan dapat:
a) Mensukseskan program dari BPBD untuk membentuk Desa Tangguh.
b) Memberikan informasi kepada lembaga terkait penanggulangan bencana
banjir yang dapat membantu mereka dalam melakukan koordinasi dalam
penanganan bencana banjir.
c) Membantu dalam memberikan keputusan terkait kemungkinan terjadinya
bencana banjir.
F. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam rancang bangun sms gateway Desa
proses
fuzzification
terdapat
fungsi
keangotaan
Fungsi sigmoid
b. Fungsi phi
Pada fungsi keanggotaan ini, hanya terdapat satu nilai x
yang memiliki derajat keanggotaan yang sama dengan 1, yaitu
ketika x=c. Nilai-nilai di sekitar c memiliki derajat keanggotaan
yang masih mendekati 1.
Fungsi phi
c. Fungsi segitiga
Sama seperti fungsi phi, pada fungsi ini juga terdapat hanya
satu nilai x yang memiliki derajat keanggotaan sama dengan 1,
yaitu ketika x=b. Tetapi, nilai-nilai di sekitar b memiliki derajat
keanggotaan yang turun cukup tajam menjauhi 1.
Fungsi segitiga
d. Fungsi trapesium
Berbeda dengan fungsi segitiga, pada fungsi ini terdapat
beberapa nilai x yang memiliki derajat keanggotaan sama dengan
1, yaitu ketika b< x < c, tetapi derajat keanggotaan untuk a< x <b
dan
segitiga.
Fungsi trapezium
Selanjutnya fungsi tersebut akan mempengaruhi dalam penentuan
variabel linguistic, Variabel linguistik adalah suatu interval numerik dan
mempunyai nilai-nilai linguistik, yang semantiknya didefinisikan oleh
fungsi keanggotaannya. Misalnya, Suhu adalah variabel linguistik yang
bisa didefinisikan pada interval [-100 C, 400 C]. Variabel tersebut bisa
memiliki nilai-nilai linguistik seperti Dingin, Hangat, Panas yang
semantiknya didefinisikan oleh fungsi-fungsi keanggotaan tertentu.
2) Inferensi: proses untuk mendapatkan aksi keluaran dari suatu kondisi input
dengan mengikuti aturan-aturan (IF-THEN Rules) yang telah ditetapkan
yang disebut sebagai inference/reasoning.
Dalam proses Inferensi terdapat dua model aturan fuzzy yang
digunakan secara luas dalam berbagai aplikasi, yaitu:
a. Model Mamdani
Pada model ini, aturan fuzzy didefinisikan sebagai:
IF x1 is A1 AND AND xn is An THEN y is B
10
11
d. Mean-Max method
Metode ini disebut juga sebagai Middle of Maxima.
Merupakan generalisasi dari height method untuk kasus di mana
terdapat lebih dari satu nilai crisp yang memiliki derajat
keanggotaan maksimum. Sehingga y* didefinisikan sebagai titik
tengah antara nilai crisp terkecil dan nilai crisp terbesar
di mana m adalah nilai crisp yang paling kecil dan M adalah nilai
crisp yang paling besar.
e. Weighted Average
Metode ini mengambil nilai rata-rata dengan menggunakan
pembobotan berupa derajat keanggotaan. Sehingga y* didefinisikan
sebagai:
G. KAJIAN TEORI
12
13
14
subsistem
yang
lain.
Melalui
penghubung
ini
15
sirine,
kentongan
bukanlah
untuk
menakut-nakuti
3. Pengertian Banjir
16
Banjir adalah suatu peristiwa dimana volume air tidak dapat lagi
ditampung oleh badan air, sehingga terjadi luapan air yang kemudian
menggenangi area yang lebih luas. Banjir tidak hanya dapat terjadi saat
kondisi curah hujan di atas normal, tetapi juga saat curah hujan normal apabila
daya serap tanah terhadap air di daerah tersebut relatif buruk.
Secara geografis, wilayah Indonesia terletak di daerah iklim tropis dan
memiliki dua musim, yaitu musim panas dan musim hujan dengan ciri-ciri
perubahan cuaca, suhu, dan arah angin yang cukup ekstrim. Kondisi ini dapat
menimbulkan ancaman-ancaman yang bersifat hidrometeorologis seperti
banjir dan kekeringan.
Berdasarkan penyebabnya, banjir di Indonesia dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis, yaitu :
Banjir yang disebabkan oleh hujan dalam periode yang panjang dengan
intensitas rendah.
Banjir bandang (flash flood), disebabkan oleh tipe hujan dengan intentsitas
yang tinggi dan terjadi pada tempat-tempat dengan topografi yang curam
di bagian hulu sungai.
Banjir yang disebabkan oleh pasang surut atau air balik (back water) pada
muara sungai atau pada pertemuan dua sungai.
Banjir merupakan bencana hidrometeorologi yang disinyalir tidak lagi
menjadi suatu peristiwa yang asing bagi wilayah Jawa Timur. Kondisi
fisiografis Provinsi Jawa Timur yang dilalui oleh sungai-sungai besar
(terutama sungai Bengawan Solo dan Sungai Brantas) telah berkontribusi pada
17
tingginya risiko bencana banjir di wilayah ini, termasuk banjir yang diiringi
oleh tanah longsor. Hampir seluruh pantai utara Jawa Timur memiliki tingkat
ancaman tinggi terhadap bencana banjir. tingkat ancaman tinggi juga berada di
wilayah barat Jawa Timur, Tulungagung, Kediri, Jombang, Mojokerto serta
sebagian pantai barat dan selatan Kepulauan Madura. Sementara tingkat
ancaman sedang dan rendah berada tersebar di wilayah barat dan timur Jawa
Timur serta wilayah barat dan selatan Kepulauan Madura.
Untuk wilayah kabupaten Pasuruan, bencana banjir juga sering terjadi.
Dilihat dari kondisi fisiografis kabupaten Pasuruan yang dilalui oleh 3 (tiga)
daerah aliran sungai (DAS) telah berkontribusi pada tingginya risiko bencanan
banjir di wilayah ini (RPB BPBD Kabupaten Pasuruan:2013).
18
ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap,
tidak meresap, dan tidak mengalir. Jumlah presipitasi selalu dinyatakan
dengan dalamnya presitipasi (mm). Derajat curah hujan biasanya dinyatakan
oleh jumlah curah hujan dalam suatu satuan waktu dan disebut dengan
intensitas curah hujan. Besarnya intensitas curah hujan berbeda-beda
tergantung dari lamanya curah hujan dan frekuensi kejadiannya. Apabila
dikatakan intensitasnya besar berarti hujan lebat dan kondisi ini sangat
berbahaya karena berdampak dapat menimbulkan banjir, longsor dan efek
negatif terhadap tanaman.
Berdasarkan proses terjadinya hujan dibedakan menjadi :
1. Hujan muson
Hujan muson terjadi di daerah yang dipengaruhi oleh angin muson.
Sebagian besar terjadi di indonesia, terjadi pada bulan Oktober-April, dan
sebagian kecil jatuh pada bulan Oktober.
2. Hujan
zenithal/hujan
tropika/hujan
puncak/hujan
adveksi/hujan
konvergensi
Terjadi karena arus konveksi, terjadi di daerah tropis. Hujan Zenith terjadi
karena uap air di daerah katulistiwa naik secara vertikal dan mengalami
penurunan suhu karena ketinggian, sehingga terjadi proses kondensasi dan
membentuk awan. Setelah angin tidak mampu menahan kumpulan titiktitik air terjadilah hujan zenithal. Hujan zenithal biasanya turun pada sore
hari setelah mendapatkan pemanasan maksimum antar pukui 12.00-14.00
dan terjadi pada saat posisi matahari pada puncak/kulminasi/zenithnya
19
awan.
Selanjutnya
terjadilah
hujan
orografis.
20
21
22
Intensitas curah
Kondisi
hujan (mm/min)
< 0,02
Hujan lemah
0,02 - 0,05
sedikit.
Tanah menjadi basah semuanya,
Hujan normal
0,05 - 0,25
0,25 - 1
Hujan deras
genangan.
Hujan seperti
>1
ditumpahkan,
2.
Penggundulan hutan
3.
Pengalihan hutan.
24
pada
memungkinkan
sistem
komunikasi
dilakukannya
pengiriman
tanpa
pesan
kabel
(nirkabel),
dalam
bentuk
25
dapat dilakukan berkat adanya sebuah entitas dalam sistem SMS yang
bernama Short Message Service Centre (SMSC), disebut juga Message
Centre (MC). SMSC merupakan sebuah perangkat yang melakukan
tugas store and forward trafik short message. Didalamnya termasuk
penentuan atau pencarian rute tujuan akhir dari sort message.
26
diberlakukan aturan bahwa short message yang telah melampaui batas waktu
tertentu harus dihapus dan dinyatakan gagal terkirim.
7. SMS Gateway
7.1. Pengertian SMS Gateway
SMS Gateway adalah suatu mekanisme yang digunakan untuk
mengirim, menerima dan bahkan mengolah sms melalui komputer dan
sistem komputerisasi (software). Komunikasi SMS Gateway adalah dua
arah, pesan yang dikirimkan akan diterima dan proses oleh komputer
untuk diolah, yang nantinya akan dikirim kembali kepada pengirim. Itu
merupakan salah satu perkembangan fungsi yang dimiliki SMS.
SMS
Gateway
adalah
suatu
platform
yang
menyediakan
Gateway
adalah
untuk keperluan
dengan
sebuah
lain
seperti
melakukan
polling,
27
28
29
Tempat
I.
KEGIATAN
1.
2.
3.
4.
5.
Minggu Ke2
3
Penelitian
Konsultasi Pembimbing
Pembuatan Sistem
Uji Coba dan Evaluasi Sistem
Penyusunan Laporan
J. PENUTUP
Demikian proposal ini dibuat dengan harapan untuk memperoleh
persetujuan dari Perusahaan atas terlaksananya kegiatan ini, untuk kemudian
dapat digunakan sebagai bahan penelitian bagi penulis dan aplikasi yang
dihasilkan dapat diimplementasikan pada bagian terkait.
30
DAFTAR PUSTAKA
Edward A. Silver, David F. Pyke, & Rein Peterson. (1998). Inventory
management and production planning and scheduling (3rd ed.). John Wiley &
Sons, Inc.
Spyros, Makridaris, Steven C. Wheel wright& Viktor E. Mcgee. (2002). Metode
dan Aplikasi Peramalan, Erlangga, Jakarta
Kristanto, Adri. (2003). Peracangan Sistem dan Aplikasinya. Gava Media,
Yogyakarta.
Nasution, Arman Hakim. (1999). Perencanaan dan pengendalian produksi.
GunaWidya, Jakarta.
Pressman, Roger, S. (2012). Rekayasa Perangkat Lunak. Pendekatan Praktisi,
Edisi 7. Yogyakarta, Andi.
Sahara, Afni. (2013). Majalah Ilmiah Informasi dan Teknologi Ilmiah (INTI),
ISSN : 2339-210X (Volume 1, Nomor ), Sistem Peramalan Persediaan Unit
Mobil Mitsubishi pada PT. Sardana Indah Berlian Motor dengan
Menggunakan Metode Exponential Smoothing.
Subagyo P, Asri M, dan Handoko HT. (1991). Dasar-dasar Operation Research.
Edisi Kedua. BPEE, Jakarta.
31
:
: Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Kabupaten Pasuruan
Alamat
Tertanda,
Kepala BPDB Kabupaten Pasuruan,
_____________________
32