Anda di halaman 1dari 6

Definisi

Morbili ialah penyakit infeksi virus akut yang bermanifestasi dalam 3 stadium
yaitu stadium kataral, erupsi dan konvalens.
Penyebab
Penyebab penyakit campak adalah virus campak atau morbili. Pada awalnya,
gejala campak agak sulit dideteksi.
Gambaran Klinis
Secara garis besar penyakit campak dibagi menjadi 3 fase:
1. Fase pertama disebut masa inkubasi yang berlangsung sekitar 10 12 hari.
Pada fase ini anak sudah mulai terkena infeksi tapi pada dirinya belum tampak
gejala apapun. Bercak-bercak merah yang merupakan ciri khas campak belum
keluar.
2. Pada fase kedua (fase prodormal) barulah timbul gejala yang mirip penyakit
flu seperti batuk, pilek dan demam. Mata tampak kemerah-merahan dan berair.
Bila melihat sesuatu, mata akan silau (fotofobia). Di sebelah dalam mulut
muncul bintik-bintik putih yang akan bertahan 3 4 hari. Terkadang anak juga
mengalami diare. 1 2 hari kemudian timbul demam tinggi yang turun naik,
berkisar 38 40,5 oC
3. Fase ketiga ditandai dengan keluarnya bercak merah seiring dengan demam
tinggi yang terjadi. Namun bercak tak langsung muncul di seluruh tubuh
melainkan bertahap dan merambat. Bermula dari belakang telinga, leher, dada,
muka, tangan dan kaki. Warnanya pun khas; merah dengan ukuran yang tidak
terlalu besar tapi juga tidak terlalu kecil.
Bercak-bercak merah ini dalam bahasa kedokterannya disebut makulopapuler.
Biasanya bercak memenuhi seluruh tubuh dalam waktu sekitar satu minggu,
tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing anak. Umumnya jika bercak
merahnya sudah keluar, demam akan turun dengan sendirinya. Bercak merah pun
makin lama menjadi kehitaman dan bersisik (hiperpigmentasi), lalu rontok atau
sembuh dengan sendirinya. Periode ini merupakan masa penyembuhan yang butuh
waktu sampai 2 minggu.
Diagnosis
Bercak kemerahan terutama pada bagian atas badan.
Penatalaksanaan
Penanganan yang benar
- Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat
atau sampai terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
- Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan
penyakitnya kepada yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum
mendapat imunisasi campak.
- Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan
daya tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna karena anak campak
rentan terjangkit infeksi lain seperti radang tenggorokan, flu atau lainnya.
Masa rentan ini masih berlangsung sebulan setelah sembuh karena daya tahan
tubuh penderita yang masih lemah.
- Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada

CAMPAK (MORBILI)
Emirza Nur Wicaksono, S.Ked Januari 18, 2013
[1] comment
A. Pengertian
Morbili adalah penyakit anak menular yang lazim biasanya ditandai dengan gejala-gejala utama
ringan, ruam serupa dengan campak ringan atau demam, scarlet, pembesaran serta nyeri limpa
nadi ( Ilmu Kesehatan Anak vol 2, Nelson, EGC, 2000)
Morbili adalah penyakit infeksi virus akut, menular yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu
stadium kataral, stadium erupsi, dan stadium konvalesensi. Penularan terjadi secara droplet dan
kontak langsung dengan pasien. Nama lain penyakit ini adalah campak, measles, atau rubeola.
Campak yang disebut juga dengan measles atau rubeola merupakan suatu penyakit infeksi akut
yang sangat menular, disebabkan oleh paramixovirus yang pada umumnya menyerang anakanak. Penyakit ini ditularkan dari orang ke orang melalui percikan liur (droplet) yang terhirup.
B. Etiologi
Penyebabnya adalah virus morbili yaitu Rubeola yang terdapat dalam sekret nasofaring dan
darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus ini berupa
virus RNA yang termasuk famili Paramiksoviridae, genus Morbilivirus. virus ini memiliki RNA
rantai tunggal, sampai saat ini hanya ada satu serotipe yang diketahui dapat menimbulkan
penyakit pada manusia. Cara penularan dengan droplet infeksi.
Faktor resiko terkena morbili adalah
1.
Daya tahan tubuh yang lemah
2.
Belum pernah terkena campak
3.
Belum pernah mendapat vaksinasi campak
C. Manifestasi klinik
Masa tunas/inkubasi penyakit berlangsung kurang lebih dari 10-20 hari dan kemudian timbul
gejala-gejala yang dibagi dalam 3 stadium
1.
Stadium kataral (prodormal)
Stadium prodormal berlangsung selama 4-5 hari ditandai oleh demam ringa hingga sedang, batuk
kering ringan, coryza, fotofobia dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam
sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat
jarang dijumpai. Bercak koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh
eritema. Lokalisasinya dimukosa bukalis berhadapan dengan molar dibawah, tetapi dapat
menyebar tidak teratur mengenai seluruh permukaan pipi. Meski jarang, mereka dapat pula
ditemukan pada bagian tengah bibir bawah, langit-langit dan karankula lakrimalis. Bercak
tersebut muncul dan menghilang dengan cepat dalam waktu 12-18 jam. Kadang-kadang stadium
prodormal bersifat berat karena diiringi demam tinggi mendadak disertai kejang-kejang dan
pneumoni. Gambaran darah tepi ialah limfositosis dan leukopenia.
2.
Stadium erupsi
Coryza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema / titik merah dipalatum durum dan palatum
mole. Terjadinya eritema yang berbentuk makula papula disertai dengan menaiknya suhu tubuh.
Eritema timbul dibelakang telinga dibagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan primer pada kulit. Rasa gatal, muka
bengkak. Terdapat pembesaran kelenjar getah bening disudut mandibula dan didaerah leher
belakang. Juga terdapat sedikit splenomegali, tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari

morbili yang biasa ini adalah Black Measles yaitu morbili yang disertai perdarahan pada kulit,
mulut, hidung dan traktus digestivus.
3.
Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang bisa
hilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang
bersisik. Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada penyakitpenyakit lain dengan eritema atau eksantema ruam kulit menghilang tanpa hiperpigmentasi. Suhu
menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi
D. Patofisiologi
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara, menempel dan berkembang biak pada
epitel nasofaring. Tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe
regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem retikuloendotelial
dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant cells dan proses
keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat
udema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan penyebaran pada
epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza, cough and conjuctivitis)
dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek makin lama makin berat
dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai
timbul ruam makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat
dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa konvelesen pada turun dan
hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi
desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
Manusia merupakan satu- stunya inang alamiah untuk virus campak, walaupun banyak spesies
lain, termasuk kera, anjing, tikus, dapat terinfeksi secara percobaan. Virus masuk ke dalam tubuh
melalui system pernafasan, dimana mereka membelah diri secara setempat; kemudian infeksi
menyebar ke jaringan limfoid regional, dimana terjadi pembelahan diri selanjutnya. Viremia
primer menyebabkan virus, yang kemudian bereplikasi dalam system retikuloendotelial.
Akhirnya, viremia sekunder bersemai pada permukaan epitel tubuh, termasuk kulit, saluran
pernafasan, dan konjungtiva, dimana terjadi replikaksi fokal. Campak dapat bereplikasi dalam
limfosit tertentu, yang membantu penyebarannya di seluruh tubuh. Sel datia berinti banyak
dengan inklusi intranuklir ditemukan dalam jaringan limfoid di seluruh tubuh (limfonodus,
tonsil, apendiks).
Peristiwa tersebut di atas terjadi selama masa inkubasi, yang secara khas berlangsung 9- 11 hari
tetapi dapat diperpanjang hingga 3 minggu pada orang yang lebih tua. Mula timbul penyakit
biasanya mendadak dan ditandai dengan koriza (pilek), batuk, konjungtivitis, demam, dan bercak
koplik dalam mulut. Bercak koplik- patognomonik untuk campak- merupakan ulkus kecil, putih
kebiruan pada mukosa mulut, berlawanan dengan molar bawah. Bercak ini mengandung sel
datia, antigen virus, dan nukleokapsid virus yang dapat dikenali.
Selama fase prodromal, yang berlangsung 2- 14 hari, virus ditemukan dalam air mata, sekresi
hidung dan tenggorokan, urin, dan darah. Ruam makulopopuler yang khas timbul setelah 14 hari
tepat saat antibody yang beredar dapat dideteksi, viremia hilang, dan demam turun. Ruam timbul
sebagai hasil interaksi sel T imun dengan sel terinfeksi virus dalam pembuluh darah kecil dan
berlangsung sekitar seminggu. Pada pasien dengan cacat imunitas berperantara sel, tidak timbul
ruam.

Keterlibatan system saraf pusat lazim terjadi pada campak. Ensefalitis simptomatik timbul pada
sekitar 1:1000 kasus. Karena virus penular jarang ditemukan di otak, maka diduga reaksi
autoimun merupakan mekanisme yang menyebabkan komplikasi ini.
Sebaliknya, ensefalitis menular yang progresif akut dapat timbul pada pasien dengan cacat
imunitas berperantara sel. Ditemukan virus yang bereplikasi secara katif dalam otakdan hal ini
biasanya bentuk fatal dari penyakit.
Komplikasi lanjut yang jarang dari campak adalah peneesefalitis sklerotikkans subakut. Penyakit
fatal ini timbul bertahun- tahun setelah infeksi campak awal dan disebabkan oleh virus yang
masih menetap dalam tubuh setelah infeksi campak akut. Jumlah antigen campak yang besar
ditemukan dalam badan inklusi pada sel otak yang terinfeksi, tetapi paartikel virus tidak menjadi
matang. Replikasi virus yang cacat adalah akibat tidak adanya pembentukan satu atau lebih
produk gen virus, sering kali protein maatriks. Tidak diketahui mekanisme apa yang bertanggung
jawab untuk pemilihan virus patogenik cacat ini.
Adanya virus campak intraseluler laten dalam sel otak pasien dengan panensefalitis sklerotikans
subakut menunjukkan kegagalan system imun untuk membasmi infeksi virus. Ekspresi antigen
virus pasa permukaan sel dimodulasi oleh penambahan antibosi campak terhadap sel yang
terinfeksi dengan virus campak. Dengan menngekspresikan lebih sedikit antigen virus pada
permukaan, sel- sel dapat menghindarkan diri agar tidak terbunuh oleh reaksi sitotoksik
berperantara sel atau berperantara antibody tetapi dapat tetap mempertahankan informasi genetic
virus.
Anak- anak yang diimunisasi dengan vaksi campak yang diinaktivasi kemudian dipaparkan
dengan virus campak alamiah, dapat mengalami sindroma yang disebut campak atipik. Prosedur
inaktivasi yang digunakan dalam produksi vaksin akan merusak imunogenisitas protein F virus;
walaupun vaksin mengembangkan respon antibody yang baik terhadap protein H, tanpa adanya
infeksi antibody F dapat dimulai dan virus dapat menyebar dari sel ke sel melalui penyatuan.
Keadaan ini akan cocok untuk reaksi patologik imun yang dapat memperantarai campak atipik.
Vaksin virus campak yang diinaktifkan tampak digunakan lagi.
E. Pemeriksaan diagnostik
1.
Pemeriksaan fisik
2.
Pemeriksaan darah
Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :
a. Anamnesis
Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus dicurigai atau
di diagnosis banding morbili.
Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.
Dapat disertai diare dan muntah.
Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis, petekie,
ekimosis.
Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2 minggu
sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
b. Pemeriksaan fisik
Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam (biasanya tinggi) dan
tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
Pada umunya anak tampak lemah.
Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).

Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular yang munculnya
mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut di dahi, muka, dan kemudian
seluruh tubuh.
F. Komplikasi
Trakeobronkitis dan laringotrakeitis biasanya telah ada, merupakan sebagian dari
manifestasi morbili.
Otitis media merupakan komplikasi paling sering terjadi, harus dicurigai bila demam tetap
tinggi pada hari ketiga atau keempat sakit.
Bronkopneumonia / bronkiolitis oleh virus morbili sendiri atau infksi sekunder (oleh
pneumokokus, hemofilus influenzae) dengan gejala batuk menghebat, timbul sesak nafas.
Aktivasi tuberkulosis laten.
Lain-lain (jarang) : ensefalitis, miokarditis, tromboflebitis, sindrom Guillain-Barre, dan
lain-lain.
Ensepalitis
G. Penatalaksanaan
Pengobatan bersifat suportif, terdiri dari :
1.
Pemberian cairan yang cukup
2.
Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan
adanya komplikasi
3.
Suplemen nutrisi
4.
Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder
5.
Anti konvulsi apabila terjadi kejang
6.
Pemberian vitamin A.
Indikasi rawat inap : hiperpireksia (suhu > 39,00 C), dehidrasi, kejang, asupan oral sulit, atau
adanya komplikasi.
Campak tanpa komplikasi :
Hindari penularan
Tirah baring di tempat tidur
Vitamin A 100.000 IU, apabila disetai malnutrisi dilanjutkan 1500 IU tiap hari
Diet makanan cukup cairan, kalori yang memadai. Jenis makanan disesuaikan dengan tingkat
kesadaran pasien dan ada tidaknya komplikasi
Campak dengan komplikasi :
1.
Ensefalopati/ensefalitis
Antibiotika bila diperlukan, antivirus dan lainya sesuai dengan PDT ensefalitis
Kortikosteroid, bila diperlukan sesuai dengan PDT ensefalitis
Kebutuhan jumlah cairan disesuaikan dengan kebutuhan serta koreksi terhadap gangguan
elektrolit
2.
Bronkopneumonia
Antibiotika sesuai dengan PDT pneumonia
Oksigen nasal atau dengan masker
Koreksi gangguan keseimbangan asam-basa, gas darah dn elektrolit
3.
Enteritis : koreksi dehidrasi sesuai derajat dehidrasi (lihat Bab enteritis dehidrasi).
4.
Pada kasus campak dengan komplikasi bronkhopneumonia dan gizi kurang perlu dipantau
terhadap adanya infeksi TB laten. Pantau gejala klinis serta lakukan uji Tuberkulin setelah 1-3
bulan penyembuhan.
5.
Pantau keadaan gizi untuk gizi kurang/buruk.

Bila campaknya ringan, anak cukup dirawat di rumah. Kalau campaknya berat atau sampai
terjadi komplikasi maka harus dirawat di rumah sakit.
Anak campak perlu dirawat di tempat tersendiri agar tidak menularkan penyakitnya kepada
yang lain. Apalagi bila ada bayi di rumah yang belum mendapat imunisasi campak.
Beri penderita asupan makanan bergizi seimbang dan cukup untuk meningkatkan daya
tahan tubuhnya. Makanannya harus mudah dicerna karena anak campak rentan terjangkit infeksi
lain seperti radang tenggorokan, flu atau lainnya. Masa rentan ini masih berlangsung sebulan
setelah sembuh karena daya tahan tubuh penderita yang masih lemah.
Pengobatan secara simtomatik sesuai dengan gejala yang ada:

Antipiretik : parasetamol 7,5 10 mg/kgBB/kali, interval 6-8 jam

Ekspektoran : gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50 100 mg tiap 2-6 jam, dosis
maksimum 600 mg/hari.

Antitusif perlu diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein)


tidak boleh digunakan.

Mukolitik bila perlu

Vitamin terutama vitamin A dan C. Vitamin A pada stadium kataral sangat bermanfaat.
H. Pencegahan
1.
Imunisasi aktif
Hal ini dapat dicapai dengan menggunakan vaksin campak hidup yang telah dilemahkan. Vaksin
hidup yang pertama kali digunakan adalah Strain Edmonston B. Pelemahan berikutnya dari
Strain Edmonston B. Tersbut membawa perkembangan dan pemakaian Strain Schwartz dan
Moraten secara luas. Vaksin tersebut diberikan secara subkutan dan menyebabkan imunitas yang
berlangsung lama. Pada penyelidikan serulogis ternyata bahwa imunitas tersebut mulai
mengurang 8-10 tahun setelah vaksinasi. Dianjurkan agar vaksinasi campak rutin tidak dapat
dilakukan sebelum bayi berusia 15 bulan karena sebelum umur 15 bulan diperkirakan anak tidak
dapat membentuk antibodi secara baik karena masih ada antibodi dari ibu. Pada suatu komunitas
dimana campak terdapat secara endemis, imunisasi dapat diberikan ketika bayi berusia 12 bulan.
2.
Imunisasi pasif
Imunusasi pasif dengan serum orang dewasa yang dikumpulkan, serum stadium penyembuhan
yang dikumpulkan, globulin placenta (gama globulin plasma) yang dikumpulkan dapat
memberikan hasil yang efektif untuk pencegahan atau melemahkan campak. Campak dapat
dicegah dengan serum imunoglobulin dengan dosis 0,25 ml/kg BB secara IM dan diberikan
selama 5 hari setelah pemaparan atau sesegera mungkin.
I.
Prognosis
Pada umumnya prognosis baik, tetapi lebih buruk pada anak dengan keadaan gizi buruk, anak
yang menderita penyakit kronis atau bila disertai komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai