Anda di halaman 1dari 7

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

MODEL USAHA RUMPUT GAJAH SEBAGAI PAKAN SAPI


PERAH DI KECAMATAN GETASAN, KABUPATEN
SEMARANG
A. PRASETYO
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah, PO. Box 101 Ungaran-Jawa Tengah

ABSTRAK
Komponen hijauan merupakan pakan utama ternak sapi perah untuk meningkatkan produksi susu,
ditambah pakan penguat. Di daerah sentra ternak sapi perah dibutuhkan ketersediaan hijauan rumput unggul
sebagai pakan secara kontinyu baik pada musim kemarau ataupun musim penghujan. Kondisi ini merangsang
peternak yang mempunyai lahan menanam rumput gajah, karena penghasilannya menguntungkan
dibandingkan dengan tanaman pangan atau hortikultura. Dengan potensi sumberdaya lahan yang memenuhi
syarat tumbuh rumput gajah, menanam rumput gajah tidak tergantung musim. Pada musim kemarau bisa
dipanen dua kali dan pada musim penghujan bisa tiga kali, sedangkan masa produksinya sampai tiga tahun.
Keuntungan bersih yang diperoleh dengan luas lahan satu hektar sistem penjualan tebasan adalah Rp
18.540.000/tahun dengan B/C ratio 1,49 dan Break Even Point (BEP) = 2,49.
Kata Kunci: Rumput gajah, sapi perah, B/C, BEP

PENDAHULUAN
Pakan utama ternak sapi perah adalah
rumput segar untuk menunjang produksi susu
disamping pakan penguat (konsentrat). Sapi
perah apabila diberi pakan rumput lapang saja
kurang dalam kecukupan nutrien, untuk itu
pada daerah sentra sapi perah para peternak
yang memiliki skala usaha ternak banyak,
untuk mencukupi kebutuhan pakan hijauan
salah satu alternatif adalah menanam rumput
unggul yaitu rumput gajah (Pennisetum
purpereums schumach). Pilihan tersebut atas
dasar pertimbangan secara ekonomi menanam
rumput gajah di daerah sentra sapi perah
memberikan keuntungan secara berkelanjutan.
Walaupun pada umumnya prioritas alokasi
lahan selalu diberikan untuk sistem produksi
tanaman pangan dan hortikultura.
Kabupaten Semarang merupakan daerah
yang mempunyai populasi sapi perah nomor
dua setelah Kabupaten Boyolali di Propinsi
Jawa Tengah. Adapun jumlah populasi sapi
perah sebanyak 30.371 ekor, salah satu
kecamatan yang mempunyai populasi sapi
perah terbanyak di Kabupaten Semarang
adalah Kecamatan Getasan dengan populasi
20.983 ekor (69,09%) dari total populasi
(KABUPATEN SEMARANG DALAM ANGKA,
2003).

Agroklimat tanaman rumput gajah yang


sesuai dengan ketinggian 0 3.000 m dpl.
Tidak tahan terhadap genangan dan kekeringan
serta curah hujan 1.000 250 mm/th (BADAN
LITBANG PERTANIAN, 1996). Kecamatan
Getasan terletak di bawah lereng Gunung
Merbabu dengan agroklimat mendekati syarat
tumbuh rumput gajah tersebut diatas. Sebagian
besar penduduk di kecamatan tersebut bermata
pencaharian pokok sebagai petani sayuran dan
beternak sapi perah.
Dengan menanami lahan yang dimiliki
dengan rumput gajah maka ketersediaan
rumput untuk pakan sapi perah sepanjang
tahun tercukupi, bahkan apabila lahan rumput
gajah yang dimiliki luas disamping kebutuhan
untuk ternaknya tercukupi juga bisa menjual
rumput gajah kepada peternak yang tidak
mempunyai lahan rumput di lokasi terdekat
maupun lokasi lain, hal ini merupakan
tambahan pendapatan bagi peternak pengelola
lahan rumput. Pola pengembangan hijauan
pakan ternak di daerah-daerah berpenduduk
padat adalah intensifikasi komersial, artinya
bahwa setiap luasan lahan yang digunakan
dapat
dipertanggung
jawabkan
secara
komersial.

57

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

MANAJEMEN USAHATANI
Kecamatan Getasan terletak di ketinggian
801 1500 m dpl. Dengan rejim kategori
lembab, kemiringan lebih dari 40% dan jenis
tanah Andosol. Vegetasi yang ada adalah
hutan, pertanian dan vegetasi alami,
ketersediaan air tanah selalu ada dari mata air,
kondisi tersebut sesuai untuk syarat tumbuh
rumput gajah (BPTP UNGARAN, 2000).
Mayoritas penduduk desa memelihara sapi
perah untuk diambil air susunya, biasanya
ternak sapi tidak pernah digembalakan,
sehingga untuk pemanfaatan hijauan rumput
gajah adalah sistem usahatani cut and carry
dari lahan rumput milik sendiri atau orang lain.
Untuk itu diperlukan manajemen penjadwalan
pemotongan dan pemupukan. Rumput gajah
dipanen sebaiknya pada umur 50 60 hari
setelah tanam, dan dipotong selanjutnya setiap
40 hari sekali pada musim hujan dan 60 hari
sekali pada musim kemarau kemudian segera
dilakukan pemupukan setelah dipotong
(BALITBANGTAN, 1996).
Kondisi lahan di Kecamatan Getasan yang
berlereng apabila tidak dilakukan penataan
lahan usahatani akan terjadi erosi permukaan,
erosi ini bila berlangsung lama akan membawa
unsur hara tanah yang ada sehingga tanah
menjadi miskin unsur hara tanah. Teknologi
konservasi sangat diperlukan disamping
pemilihan jenis tanaman untuk konservasi
lahan. Penataan lahan dengan terasering sudah
dilakukan, disamping itu penanaman lahan
dengan rumput gajah juga membantu dalam
konservasi lahan. Di bagian pinggir teras

ditanami tanaman keras yaitu tanaman Suren


(diambil kayunya untuk bahan bangunan), hal
tersebut dapat mengurangi laju erosi
permukaan dan tanah longsor. Untuk
pemupukan tanaman rumput gajah peternak
tiap hari mengalirkan limbah ternak sapi
(pupuk kandang) ke lahan rumputnya, sehingga
kemungkinan penggunaan pupuk anorganik
sangat kecil yang berarti menghemat biaya
pemupukan.
Pola tanam rumput gajah yang biasa
dilakukan peternak di lokasi pada tahun
pertama disamping ditanami bibit rumput gajah
juga ditanami jagung, sebelum rumput gajah
tumbuh tinggi untuk 3 (tiga) bulan sudah bisa
panen jagung kemudian disusul pemotongan
pertama rumput gajah. Selanjutnya pada tahun
ke-2 dan ke-3 monokultur rumput gajah,
tanaman rumput gajah diremajakan setelah
umur 3 (tiga) tahun, karena sifat batang yang
sudah keras, pertumbuhan lambat karena
kurang respon terhadap pemupukan juga
kandungan nutrisi hijauan yang menurun
(Gambar 1.).
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi
produktivitas hijauan antara lain adalah
kepadatan tanaman, waktu pemotongan
pertama, tinggi pemotongan dan frekuensi
pemotongan (ELLA et al., 1998). Umur
tanaman pada saat pemotongan sangat
berpengaruh terhadap kandungan gizi.
Umumnya makin tua umur tanaman pada saat
pemotongan makin berkurang kadar protein
dan sebaliknya kadar serat kasar makin tinggi
(WEBSTER dan WILSON, 1973).

Th 1
Th 2
Th 3
Bln

Okt

Nop

Des

Jan

Peb

Mar

Apr

Mei

Keterangan :
Tanaman jagung
Tanaman R. gajah
Gambar 1. Pola tanam rumput gajah

58

Jun

Jul

Ags

Sep

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

Tabel 1. Rata-rata curah hujan bulanan di Kecamatan Getasan, Semarang (mm)

Mean

Jan

Feb

Mar

Apr

Mei

Jun

Jul

Ags

Sep

Okt

Nop

Des Tahun

435

377

413

288

205

109

78

45

45

139

292

392 2.864

Median

418

364

427

275

204

83

33

15

27

112

260

359 2.963

STD

134

119

131

107

115

97

105

67

53

112

151

135

Maximum

845

634

736

533

526

330

476

299

205

436

719

692 3.679

Minimum

173

146

113

42

28

90

180 1.569

N : tahun

47

47

50

47

46

48

49

44

44

43

46

47

476

34

Sumber : RAINMAN INTERNATIONAL V4 (2003)

Pada Tabel 1 merupakan rata-rata curah


hujan bulanan yang dapat digunakan untuk
menentukan kategori iklim di sekitar lokasi.
Menurut Schmidth dan Ferguson Kecamatan
Getasan bisa dikategorikan beriklim tipe B
yaitu daerah basah dengan vegetasi masih
hutan hujan tropik. Kondisi tersebut tentunya
mendukung pertumbuhan vegetasi rumput
gajah, sehingga frekuensi pemotongan
mempunyai potensi lebih banyak yaitu tujuh
sampai sembilan kali dalam setahun.
PRODUKSI RUMPUT
Menurut hasil pengkajian, lahan rumput
gajah seluas 1 (satu) hektar mampu
menampung sapi perah sebanyak 20 ekor
selama setahun (BUDIMAN dan SJAMSIMAR ,
1994). Peternak di Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang dalam menanam rumput
gajah biaya produksi penanaman rumput gajah
pada tahun pertama lebih besar dari pada tahun
ke-2 dan ke-3, karena pada tahun ke-2 dan ke-3
beaya yang dikeluarkan hanya untuk
pemupukan
saja,
sehingga
diperoleh
keuntungan lebih besar pada tahun ke-2 dan
ke-3. Apabila mempunyai lahan luas para
peternak merasa untung dengan menanam
rumput gajah di lahannya dibanding menanam
tanaman
hortikultura
karena
tanaman
hortikultura biaya perawatan tanaman tinggi
dan harga yang fluktuatif. Seperti terlihat pada
Tabel 2, analisa usahatani rumput gajah dengan
sistem
penjualan
tebasan
memperoleh
keuntungan lebih tinggi dengan B/C 1,49 dan
BEP = 2,49 dibandingkan dengan usahatani
tanaman ubikayu pada Tabel 5, diperoleh ratarata B/C 1,18 dan BEP = 0,59 sedangkan pada
tanaman kobis pada Tabel 6, menunjukkan
kerugian dengan nilai B/C minus 0,22 dan BEP

= 0,78, hasil analisa tiap komoditas


memperhitungkan biaya sewa lahan.
Usaha tanaman rumput gajah merupakan
usaha sampingan yang menguntungkan
disamping usaha pokok beternak sapi perah di
daerah sentra sapi perah. Seperti terlihat pada
Tabel 3, untuk peternak Bapak Sutarno dengan
jumlah
kepemilikan
ternak
18
ekor
menunjukkan bahwa analisa usahatani ternak
sapi perah mempunyai nilai B/C 0,10 dengan
BEP= 1,10 dan peternak Bapak Suyud pada
Tabel 4, dengan jumlah kepemilikan sebanyak
21 ekor mempunyai nilai B/C 0,02 dan BEP=
1,02, kedua usaha ternak sapi perah ini masih
lebih rendah dibanding dengan usaha menjual
rumput gajah sistem tebasan. Memelihara sapi
dengan kepemilikan sebanyak 21 ekor
kebutuhan rumput gajah selama setahun
sebanyak 219 ton, apabila mempunyai lahan
rumput gajah satu hektar dengan jumlah
pemotongan sebanyak 6 kali setahun akan
diperoleh produksi rumput gajah 300 ton. Hasil
pengkajian SIREGAR dan SAJIMIN (1992) yang
disitasi oleh ADIATI (1994) melaporkan bahwa
produksi rumput gajah pada agroekosistem
lahan kering bisa mencapai 226,9 ton/ha/tahun.
Ternak sapi perah yang dikelola peternak di
Kecamatan Getasan dengan populasi terbanyak
terdapat di Desa Samirono, Kecamatan
Getasan, Kabupaten Semarang dengan
kepemilikan terendah 4 ekor dan tertinggi
sampai 40 ekor per peternak. Potensi
sumberdaya lahan yang cocok untuk tanaman
rumput gajah dengan ketersediaan air tanah
dan pupuk kandang dari sapi perah,
merangsang sebagian peternak mengusahakan
rumput gajah secara komersial sebagai pakan
sapi perah.
Peternak memberikan pakan rumput gajah
dalam bentuk segar tanpa proses pengawetan

59

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

baik fermentasi, amoniasi maupun dalam


bentuk hay, sehingga diperlukan teknologi
pengolahan dan pengawetan rumput gajah pada
saat produksi melimpah yaitu pada musim
penghujan. Kandungan nutrisi rumput gajah
segar umur 43 56 hari adalah Bahan Kering
(BK) 100%, Abu 15,4%, Ekstrak Eter 2,3%,
Serat Kasar (SK) 33,1% Bahan Ekstrak Tanpa
Nitrogen (BETN) 40,0%, Protein Kasar (PK)
9,1%, Protein Tercerna untuk sapi 5,7% dan
Total Digestible Nutrient (TDN) untuk sapi
51% (HARTADI et al., 1997).
Usaha tanaman hijauan pakan ternak
rumput gajah yang dilakukan peternak di lokasi
tersebut, untuk menjual rumput gajah dengan
sistem tebasan dalam satuan luasan tertentu.
Biaya tebasan rumput biasanya ditanggung
oleh beberapa peternak secara patungan
kemudian rumput hasil pemotongan dibagi rata
atau sesuai dengan kontribusi biaya yang

dikeluarkan. Untuk sistem tebasan dalam satu


hektar pengelola lahan rumput memperoleh
keuntungan
bersih
sebanyak
Rp.
18.540.000/tahun dengan B/C ratio 1,49.
Sedangkan sistem penjualan per ikat rumput
berkisar seberat 50 kg dengan harga Rp.
5000/ikat pada musim kemarau dan Rp
2500/ikat pada musim penghujan dapat
diperoleh keuntungan bersih sebanyak Rp.
7.540.000/tahun, pada Tabel 2. Berarti sistem
penjualan
dengan
tebasan
lebih
menguntungkan dibanding dijual dengan per
ikat rumput. Dengan sistem tebasan apabila
pada tahun ke-dua dan ke-tiga penanaman
rumput juga terjual maka pendapatan yang
diperoleh pada musim kemarau Rp 15.000.000
dan musim penghujan berkisar Rp 12.000.000
dengan asumsi apabila pertumbuhan vegetasi
rumput gajah bagus dan merata dalam satu
hektar.

Tabel 2. Analisa usaha rumput gajah sebagai pakan sapi perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang
Tahun 2004
Penjualan dengan sistem tebasan
Uraian
Biaya : (Rp/Ha/th)
Sewa lahan
Pengolahan tanah/ha
Bibit rumput stek/ha
Pupuk kandang 4 turk/ha
Pupuk Urea 2 kali/tahun
Total biaya
Hasil : (Rp/Ha/th)
Tebasan rumput 6 kali/tahun/ha
- Musim kemarau 2 kali potong
- Musim hujan 4 kali potong
Pendapatan
Keuntungan
B/C ratio
BEP

Volume
1
10
320.000
4
100

2
4

Frek
Ha
orang
stek
truk
kg/ha

15 hari

kali

Harga

Satuan

Jumlah

5.000.000
20.000 per hari
10 per stek
250.000 per truk
1.300 per kg

5.000.000
3.000.000
3.200.000
1.000.000
260.000
12.460.000

7.500.000
4.000.000

15.000.000
16.000.000
31.000.000
18.540.000
1,49
2,49

per ha

Penjualan dengan sistem jual per ikat


Uraian
Hasil : (Rp/Ha/th)
satu hektar dipangkas 2 kali MK
satu hektar dipangkas 4 kali MH
Pendapatan
Keuntungan
B/C ratio
BEP

60

Volume
1.000
1.000

Frek
ikat
ikat

2 kali
4 kali

Harga Satuan
5.000 per ikat
2.500

Jumlah
10.000.000
10.000.000
20.000.000
7.540.000
0,61
1,61

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

Tabel 3. Analisa usaha ternak sapi perah di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2004*).
Uraian
Biaya produksi (Rp/th) :
- Beaya sewa kandang
- Jumlah sapi 18 ekor :
- Induk
- Dara jantan
- Pedet
Pakan (Rp/th) :
- Rumput gajah
- Bekatul (kg/hari)
- Onggok (kg/hari)
- Tenaga kerja (Rp/hari)
- Obat (Rp/tahun)
- Inseminasi Buatan (Rp/tahun)
Total biaya
Produksi susu (liter/hari)
- Induk
- Dara jantan
- Pedet
Pendapatan
Keuntungan
B/C
BEP

Volume

Harga (Rp/unit)

Nilai (Rp/tahun)

100

m2

7
4
7

ekor
ekor
ekor

6.500.000
4.000.000
2.500.000

8
30
30
2
1
1

ikat
kg
kg
orang
tahun
tahun

5.000
850
500
10.000
50.000
210.000

14.600.000
9.307.500
5.475.000
7.300.000
50.000
210.000
116.017.500

105
7
4
7

liter
ekor
ekor
ekor

1.275
6.500.000
4.000.000
2.500.000

48.864.375
45.500.000
16.000.000
17.500.000
127.864.375
11.846.875
0,10
1,10

750

75.000
45.500.000
16.000.000
17.500.000

Keterangan: *)Studi kasus pada peternak Bapak Sutarno


Tabel 4. Analisa usaha ternak sapi perah di Kecamatan Getasan, Semarang Tahun 2004*)
Uraian
Beaya produksi (Rp/th) :
- Beaya sewa kandang
- Jumlah sapi 21 ekor :
- Induk
- Dara jantan
- Pedet
Pakan (Rp/th) :
- Rumput gajah/hari
- Konsentrat (kg/hari)
- Bekatul (kg/hari)
- Tenaga kerja (Rp/bulan)
- Obat (Rp/tahun)
- Inseminasi Buatan (Rp/tahun)
Total biaya
Produksi susu (liter/hari)
- Induk
- Dara jantan
- Pedet
Pendapatan
Keuntungan
B/C
BEP

Volume

Harga (Rp/unit)
2

Nilai (Rp/tahun)

100

750

75.000
71.500.000
20.000.000
12.500.000

11
5
5

ekor
ekor
ekor

6.500.000
4.000.000
2.500.000

12
50
25
2
1
1

ikat
kg
kg
orang
tahun
tahun

5.000
700
850
250.000
75.000
250.000

21.900.000
12.775.000
7.756.250
6.000.000
75.000
250.000
152.831.250

110
11
5
5

liter
ekor
ekor
ekor

1.275
6.500.000
4.000.000
2.500.000

51.191.250
71.500.000
20.000.000
12.500.000
155.191.250
2.360.000
0,02
1,02

Keterangan: *)Studi kasus pada peternak Bapak Suyud

61

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

Tabel 5. Analisa usahatani ubi kayu konokultur di Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang Tahun 2004.

Rata-rata
Max
Min
Std
N : 16

Total Biaya
(Rp/Ha)
2.154.940
4.530.000
1.098.000
1.048.077

Total Produksi
(Kg/Ha)
12,028
17,857
7,500
3,101

Harga
BEP
Nilai Produksi
(Rp/kg) (Kg/Ha)
(Rp/Ha)
350
0,59
4.209.647
0,86
6.249.950
0,39
2.625.000
0,11
1.085.363

Keuntungan
B/C
(Rp/Ha)
2.054.706 1,18
4.014.236 2,19
-592.500 -0,13
924.907 0,61

Tabel 6. Analisa usahatani kobis di Kecamatan Getasan, Semarang Tahun 2004


Uraian
Biaya Tenaga Kerja (Rp/Ha) :
- Beaya sewa lahan
- Pengolahan tanah dan pupuk dasar
- Tanam
- Penyiangan dan pupuk lanjutan
- Pengendalian hama/penyakit
- Panen
Saprodi (Rp/Ha) :
- Bibit
- Pupuk kandang
- SP-36
- Urea
- ZA
- Antracol
- Centary
- Sumi alfa
- Curacron
Total biaya
Pendapatan
Keuntungan
B/C
BEP

Volume

Nilai (Rp)

1
212
33
56
100
75

Ha
HOK
HOK
HOK
HOK
HOK

10.000
10.000
10.000
10.000
10.000

29760
18.6
258.1
297.7
264
10
24
5.2
12.8

Potong
colt
kg
kg
kg
kg
bungkus
botol
botol

50
150.000
2.000
1.500
1.100
62.000
21.000
21.000
21.000

1.488.000
2.790.000
516.200
446.550
290.400
620.000
504.000
109.200
268.800
16.779.150

22870

kg

570

13.035.900
-3.743.250
-0,22
0,78

Usahatanam rumput gajah di daerah sentra


ternak sapi perah lebih menguntungkan
dibandingkan dengan usaha tanaman pangan
dan hortikultura apabila sistem usahatani
ditangani dengan baik. Rumput gajah juga
disamping sebagai tanaman pakan ternak juga
sebagai tanaman konservasi lahan, terutama di
daerah bertopografi pegunungan dan berlereng.

5.000.000
2.116.000
326.000
558.000
1.000.000
746.000

DAFTAR PUSTAKA

KESIMPULAN

62

Harga (Rp/unit)

BIRO

PUSAT STATISTIK. 2003. Kabupaten


Semarang Dalam Angka. Biro Pusat Statistik
Kabupaten Semarang, Ungaran.

BPTP UNGARAN. 2000. Peta Agro Ekologikal Zone


Kabupaten Semarang. Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Ungaran, Ungaran.
BADAN LITBANG PERTANIAN. 1996. Mengenal
Jenis Hijauan Makanan Ternak. Badan

Lokakarya Nasional Tanaman Pakan Ternak

Penelitian dan Pengambangan Pertanian.


BPTP Gedong Johor, Sumatera Utara.
BUDIMAN H., dan SJAMSIMAR D. 1994. Mengenal
Tanaman Hijauan Pakan Ternak. Pusat
Pustaka Pertanian dan Komunikasi Penelitian.
Badan
Penelitian
dan
Pengembangan
Pertanian, Bogor.
ELLA, A. G. KARTONO dan A.B. LOMPENGEN
ISHAK. 1998. Tinjauan Hasil-Hasil Penelitian
Tanaman Makanan Ternak Menunjang
Ketersediaan Hijauan Pakan di Sulawesi
Selatan. Dalam : Prosiding Seminar Nasional
Peternakan dan Veteriner. 18 19 Nopermber.
P. 262 268. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan, Bogor.

RAINMAN INTERNATIONAL V4. 2003. Buereu of


Meteorology
Agriculture
Western.
Department of Natural Resources and Mines
Queensland Australia.
ADIATI, U. 1994. Peningkatan Pemanfaatan Lahan
Kering dengan Budidaya Hijauan Makanan
Ternak. Dalam Prosiding: Pertemuan Ilmiah
Hasil Penelitian Peternakan Lahan Kering
Malang 26 27 Oktober. Sub Balai Penelitian
Ternak Grati. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian.
WEBSTER, C.C. and WILSON. 1973. Agriculture in
the Tropics. Long Mans Green Co. Ltd.
London.

HARTADI, HARI, S. REKSOHADIPRODJO dan A.D.


TILLMAN. 1997. Tabel Komposisi Pakan
untuk Indonesia. Cetakan ke-4. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.

63

Anda mungkin juga menyukai