Anda di halaman 1dari 3

S T S. . . .

Alternatif Ketersediaan Hijauan Makanan Ternak


Sepanjang Tahun di Lahan Kering
oleh: Peni Agustyanto
Pada musim kemarau khususnya di lahan kering, para
petani sering mengalami kesulitan dalam memperoleh HMT
(hijauan makanan ternak) yang cukup untuk hewan
ternaknya, khususnya sapi. Beberapa alternatif telah
ditawarkan, namun para petani seringkali mengalami
kesulitan untuk mengadopsinya. Karena tidak adanya bahan
alternatif yang bisa diperoleh di sekitar tempat mereka. Di
samping itu, harga pakan alternatif ini cukup mahal bila
harus diperoleh dengan cara membeli.
Prof. Dr. I Made Nitis, seorang pakar nutrisi hewan dari
Universitas Udayana, Bali, bersama tim dari Balai Informasi
Pertanian Bali, Departemen Pertanian, mencoba mencari
alternatif lain untuk membantu petani dalam penyediaan
pakan ternaknya. Berdasarkan penelitian, akhirnya diperoleh
suatu metode penyediaan makanan ternak yang relatif mudah
dibuat dan diterapkan oleh petani, yang disebut dengan
Sistem Tiga Strata atau STS.
Penulis bersama petani kelompok, pernah mencoba
menerapkan sistem tiga strata ini di Pulau Nusa Penida,
salah satu pulau kecil nan kering di wilayah Kabupaten
Klungkung, Propinsi Bali. Hasil percobaan penerapan STS
tersebut, ternyata hasilnya cukup memuaskan. Petani telah
mampu menyediakan pakan untuk ternak mereka sepanjang
tahun.
Sistem Tiga Strata (STS)
Apakah Sistem Tiga Strata itu? STS adalah tata cara
penanaman dan pemangkasan rumput, legumenosa, semak
dan pohon, sehingga hijauan makanan ternak tersedia
sepanjang tahun.
Pada waktu musim hujan sebagian besar sumber pakan
ternak adalah berasal dari rumput dan legumenosa (sebagai

SALAM #3

Juni 2003

- Sketsa layout STS -

16

stratum satu). Sedangkan pada musim kering sebagian besar


hijauan makanan ternak berasal dari semak-semak (sebagai
stratum dua), dan pada akhir musim kering, sebagian besar
hijauan makanan ternak berasal dari pohon-pohon (sebagai
stratum tiga).
Deskripsi
Pertanyaan yang muncul kemudian adalah, seberapa
luaskah lahan yang diperlukan untuk menerapkan STS ini.
Luas lahan untuk setiap STS bisa dikatakan tidaklah terlalu
luas. Satu unit STS, hanya memerlukan luas lahan 2.500
meter persegi, yang terdiri dari 3 bagian. Bagian inti seluas
1.600 meter persegi, bagian selimut 900 meter persegi,
dan bagian paling pinggir mempunyai keliling 200 meter.
Bagian inti adalah lahan yang terletak di tengah-tengah
unit. Lahan ini tetap ditanami tanaman pangan seperti jagung,
kedele, ketela pohon atau tanaman industri lainnya seperti
cengkeh, panili, kelapa maupun kapok. Tata cara penanaman
pada bagian inti ini adalah seperti yang biasa dilakukan oleh
petani.
Bagian selimut adalah lahan yang berada diantara
bagian inti dan bagian pinggir. Pada Bagian selimut ini
ditanami rumput seperti bafel, urokloa dan panikum, serta
legumenosa seperti sentrosemia, stelo verano dan stelo
skabra.
Bagian pinggir adalah bagian paling luar yang sekaligus
menjadi batas keliling dari satu unit STS. Pohon bunut,
santan dan waru ditanam pada jarak 5 meter di sekeliling
unit tersebut. Di antara 2 pohon tersebut ditanami 50 gamal,
dan diantara 2 pohon berikutnya ditanami lamtoro atau akasia
vilosa dengan jarak tanam 10 centimeter. Dengan demikian
setiap unit STS akan dikelilingi pagar hidup yang terdiri atas

- Sketsa perspektif STS -

100 semak gamal dan 1.000 semak lamtoro, yang merupakan


stratum kedua. Sedangkan sebanyak 14 pohon bunut, 14
pohon santan dan 14 pohon waru merupakan stratum ketiga.
Setelah semua jenis pohon tersebut ditananam sesuai
dengan masing-masing stratum-nya, maka setiap 2.500
meter persegi STS akan terdapat 1.600 meter persegi
tanaman pangan atau industri, 600 meter persegi rumput dan
legumenosa, 2.000 semak dan 42 pohon.
Sistem Tiga Strata, selain diterapkan pada lahan yang
datar, bisa juga diterapkan pada lahan yang mempunyai
kemiringan tertentu, sepanjang bagian bawah setiap terasnya
ditanami semak-semak dengan jarak 1 meter serta rumput
dan legumenosa unggul selebar 1 meter, dimana pada
bagian bawah teras ini tidak ditanami pohon.
Lokasi untuk STS
Sistem Tiga Strata biasanya diterapkan pada pertanian
lahan kering yang memiliki curah hujan kurang dari 1.500
mm per tahun dengan 8 bulan musim kering, dan 4 bulan
musim hujan, atau bisa juga pada pertanian lahan kering
dengan topografi yang datar ataupun miring, yang kurang
produktif untuk pertanian pangan. Lahan perkebunan yang
mengintegrasikan ternak ruminansia seperti sapi, kambing
atau biri-biri juga cocok dengan sistem ini. Demikian halnya
pada lahan tidur atau lahan krisis.

Manfaat STS
Meningkatkan persediaan dan mutu hijauan makanan ternak
Setiap unit STS terdapat 9 are rumput dan leguminosa,
2.000 semak dan 42 pohon. Dengan demikian, setiap unit
STS akan meningkatkan persediaan hijauan sebesar 48
persen. Daun legumenosa sentrosema, stelo skabra dan stelo
verano pada stratum satu; daun gamal, akasia velosa dan
lamtoro pada stratum dua mengandung protein 1825
persen. Secara keseluruhan untuk tiap unit, mutu pakan
hijauan kan meningkat 1015 persen.
Menyediakan hijauan sepanjang tahun
Dengan memotong stratum satu pada musim hujan,
stratum dua pada pertengahan musim kering dan stratum
tiga pada akhir musim kering, maka akan tersedia hijauan
makanan ternak sepanjang tahun.

17

Juni 2003

Mempercepat pertumbuhan dan reproduksi ternak


Karena mutu hijauan meningkat maka sapi jantan
tumbuh 13 persen lebih cepat. Sapi jantan yang tumbuh lebih
cepat, menyebabkan waktu pencapaian berat ekspor 375 kg
lebih cepat 12 persen.
Sapi betina bertambah beratnya hingga 81 persen dan
interval birahinya lebih cepat 31 persen, frekuensi birahi
menjadi 69 persen lebih sering, berat anak lahir 12 persen

SALAM #3

Pendekatan dan Peran STS


Pendekatan adalah keterpaduan antara STS dengan
tanaman pangan atau tanaman industri dan ternak dalam
pola STS tersebut.
Ketiga stratum (lapis) yang ada dalam unit STS, masingmasing punya peran atau fungsi tertentu. Stratum dua dan
stratum tiga berfungsi sebagai pagar hidup, sehingga ternak
sukar mengganggu tanaman pangan/industri di dalam unit
STS, dan sebagai penahan angin kencang yang dapat
merusak tanaman pangan.
Stratum satu berperan sebagai lahan penyedia
makanan bagi ternak, sehingga menghalangi ternak merusak
tanaman pangan kalau pagar (stratum dua) ditembus oleh
ternak. Pada lahan miring, stratum ini bisa menahan laju aliran
air hujan sehingga kesuburan tanah dapat dipertahankan
(bintil-bintil nitrogen pada akar legumenosa ikut menambah

kesuburan tanah). Ternak tidak usah digembalakan karena


STS telah menyediakan makanan yang cukup.
Petani, setiap hari pergi ke ladang menjenguk tanaman
palawija seperti jagung, kedele dan ketela pohon sehingga
STS secara tidak langsung ikut terawasi. Jerami palawija
merupakan tanaman ternak cadangan dalam kemarau
panjang. Gulma dibawah tanaman dan daun tanaman
penyangga tanaman industri merupakan makanan ternak,
memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dan menambah
penghasilan petani.
Memangkas daun tanaman STS untuk ternak sehingga
tidak menaungi tanaman disekitarnya, tidak menyebabkan
erosi karena ternak dikandangkan dan tidak digembalakan
pada lahan miring, memberikan rabuk kandang yang nilainya
lebih baik daripada pupuk hijau, ternak menyediakan tenaga
kerja dan menambah penghasilan petani.

lebih besar, dan berat anak waktu disapih 18 persen lebih


besar.
Di samping itu, STS juga mengurangi waktu memelihara
ternak. Karena pakan selalu tersedia, maka ternak tidak perlu
digembalakan lagi. Sehingga waktu yang digunakan untuk
mengembala selama 2025 menit per harinya dapat
digunakan untuk kegiatan lainnya, seperti memelihara ayam,
lebah madu, beternak bekicot atau kerja sosial di desa.
Meningkatkan daya tampung
Dengan banyaknya persediaan hijauan makanan
ternak, maka ternak yang dipelihara bisa bertambah banyak.
Satu unit STS dapat menampung satu ekor sapi dengan berat
375 kilogram atau 6 ekor kambing dengan berat 60 kilogram.
Meningkatkan kesuburan tanah
Pada sistem peternakan tradisional, sapi digembalakan
pada waktu siang hari, sehingga kotorannya tersebar tidak
teratur. Sedangkan STS, sapi dikandangkan sehingga
kotorannya dapat disebarkan merata pada lahan yang
ditentukan.
Akar-akar sentrosema, stelo verano, stelo skabra,
gamal, lamtoro dan akasia vilosa mengandung bintil-bintil
nitrogen, yang dapat melepaskan nitrogen untuk tanaman
di sekitarnya. Sedangkan akar dan daun rumput, semak dan
pohon yang melapuk juga bisa meningkatkan humus tanah.
Mengurangi erosi
Bagian selimut dan pinggir dari STS dapat menahan
air hujan di atas tanah sehingga tidak mengalir dengan deras.
Dengan demikian tanah dan batu-batu kecil tidak dihanyutkan
oleh air, sehingga erosi pada tanah miring dapat dikurangi
sebesar 45 persen.
Menyediakan kayu api dan kayu keras
Setiap pemangkasan semak ataupun pepohonan,
daun-daunnya bisa digunakan untuk pakan ternak
sedangkan cabang-cabangnya dikeringkan untuk dijadikan
kayu bakar. Satu unit STS mampu menyediakan kayu
bakar sebanyak 1,64,2 ton per tahun. Di samping itu, semak
maupun pohon merupakan tanaman keras (berkayu) yang
baik untuk pagar permanen.

STS yang baru. Pada tahun ketiga, setiap unit STS dapat
dikembangkan menjadi 12 STS lagi.
Merangsang timbulnya kegiatan penunjang
Rumput dan legumenosa pada stratum satu, semak
pada stratum dua, dan pohon pada stratum tiga berbunga
secara bergantian. Bunga ini menyediakan tepung sari dan
nektar untuk peternakan lebah madu.
Biji rumput dan legumenosa yang jatuh serta rayap yang
tersembunyi pada daun gamal yang melapuk diatas tanah
merupakan sumber tenaga, protein nabati dan protein
hewani untuk ayam kampung yang berkeliaran pada STS
tersebut
Daun segar merupakan sumber vitamin dan mineral,
dan adanya daun semak maupun pohon memungkinkan
tersedianya bibit bekicot untuk dipelihara secara intensif
(dalam bak). Daun semak dan pohon itu dapat dipetik
sebagai sumber makanan bekicot. Dengan diambilnya
bekicot untuk diternakkan, maka dapat dicegah hama pada
palawija. Jadi, secara tidak langsung, pendapatan petani
menjadi 36 persen lebih banyak.
Menambah kehijauan dan keindahan lingkungan
Dengan adanya rumput, semak dan pohon yang
dipangkas secara teratur dan terarah, maka lahan-lahan
miring akan menghijau sepanjang tahun. Pada waktu musim
kering, bagian inti yang palawijanya sudah dipanen, serta
bagian selimut dan bagian pinggir yang tetap menghijau,
akan nampak seperti cermin dengan bingkai hijau dari
tempat ketinggian.
Dari beberapa pengalaman dan uji coba yang
dilakukan di wilayah Nusa Penida selama kurun 1998-2000,
telah menunjukkan hasil bahwa metode STS dapa t
menjamin ketersediaan pangan yang cukup sepanjang tahun
dan relatif mudah diterapkan oleh petani, khususnya di lahan
kering.
Sistem Tiga Strata di Nusa Penida, kini telah menjadi
bagian dari usaha tani yang menguntungkan secara
ekonomis dan ekologis.

Menyediakan bibit untuk perluasan STS


Cabang-cabang semak dan pohon yang baik dapat
dijadikan stek, rumput dan legumenosa dapat disapih, atau
yang meluas ke bagian inti dapat dicabuti untuk membuat

Referensi:
Sistem Tiga Starata,
Panitia Penyuluhan STS,
Departemen Pertanian Balai Informasi Pertanian Bali,
Proyek Pengembangan Penyuluhan Pertanian Pusat/
National Agricultural Extension Project,
1990/1991

DITUNGGU
TULISAN ANDA...!

SALAM #3

Juni 2003

Majalah SALAM menyajikan berbagai informasi mengenai pertanian yang berkelanjutan (Sustainable Agriculture).
Tulisan bisa berupa hasil riset, opini, tips, pengalaman, teknologi tepat guna, produksi, pemasaran, dan lain-lainnya, baik yang
berasal dari terjemahan publikasi-publikasi internasional, seperti LEISA Magazine, maupun nasional.
Redaksi menerima tulisan-tulisan dari pembaca di seluruh tanah air.
Silahkan tulis pengalaman, kesuksesan, penemuan, pembaharuan, dan masalah-masalah yang anda hadapi dalam pekerjaan atau
lingkungan, untuk dibagi dengan kami dan pembaca majalah SALAM lainnya .
Apabila anda bukan seorang penulis, editor majalah SALAM akan membantu untuk penyuntingannya.
Tulisan maksimal 1200 kata dan sebaiknya termasuk ilustrasi berupa foto, sketsa, kotak teks, tabel, grafik dan sebagainya.
Sebagai imbalan, majalah SALAM menyediakan honorarium Rp. 200.000 per halaman yang diterbitkan.
Batas waktu pengiriman tulisan untuk edisi SALAM berikutnya adalah tanggal 15 Agustus 2003 .
Semua korespondensi untuk dan mengenai majalah SALAM dapat ditujukan ke leisa@indo.net.id.
Bagi Anda yang ingin mendapatkan majalah SALAM secara gratis dan rutin setiap edisinya, silakan hubungi redaksi.

18

Anda mungkin juga menyukai