CIVIL - Ilmu Dan Alat Ukur Tanah
CIVIL - Ilmu Dan Alat Ukur Tanah
HEINZ FRICK
ILMU dan
ffi
UKUR ruAH
ALAT PENYIPAT DATAR
ALAT UKUR SUDUT
PENGUKUR JARAK DAN
TRIANGULASI SEDERHANA
@
:
PENER BIT KANISIUS
O Kanisius
1979
Kata pengantar
llmu dan alat ukur tanah
:
E-mail :
Website
Cetakan
www.kanisiusmedia.com
off ice @ kanisiusmedia.com
ke- 20
19
18
Buku ini berasal dari dua buku berbahasa Jerman bernama 'Nivellieren'dan
'Der Theodotit und seine Anwendung'Buku-buku tsb. karya Tn. O. Tnutmann dan diterbitkan oleh perusahaan Wild Heerbrugg Ltd, Precision Engineering, Optics and Electronics, CH-9435 Heerbrugg, Swis.
Buku ini bukan dimaksud sebagai ilmu ukur tanah secara keilmuan dan berteknologi tinggi, melainkan sebagai buku dasar, bantuan pada penggunaan
alat ukur tanah pada praktek. Buku ini memberikan keterangan mengenai
teknik dan penggunaan alat ukur tanah. Sebagai buku lanjutan diusulkan
misalnya 'llmu ukur tanah'oleh Prof . lr. Jacub Rais, M.Sc'
Buku ini disediakan dalam rangka kerja sama dengan perusahaan Wild
Heerbrugg Ltd., Ch-9435 Heerbrugg, Switzerland.
dan diterjemahkan oleh:
lr. Heinz Frick, ITKS - lnstitutTeknologiKatolik
Jalan Pandanaran 100, Semarang
Penerbit
lSBN 979-413-230-6
Hak Cipta dilindungi Undang-undang.
Dilarang memperbanyak karya tulis it'ti dalitrn bentLrk cl:ttt rir:ttqar.t
cara apa pun, termasuk fotokopi, tanpa izin tertulis d;rri pelnerbit.
Dicetak oleh Percetakan Kanisius Yogyakarla
Buku 'alat ukur tanah' edisi pertama dalam waktu yang sangat singkat habis
terjual. Atas dasar kritik dan usul dari para pemakai, buku tersebut di perbaharui dan diberijudul baru: llmu dan alat ukur tanah.
Saran dan kritik atas isi dan bentuk buku ini, baik dikirimkan kepada Penerbit Yayasan Kanisius Yogyakarta, maupun kepada penterjemah: lr. Heinz
Frick, P.G. Box 113, (X91 Ruggell, Principality of Liechtenstein, Eropa, selalu kami harapkan dan akan kami terima dengan senang hati'
Ruggell, September 1 984
Kata sambutan
lsibuku
Kamimenyambutdenganhangatditerbitkannyabukuinigunamelettgkapi
Ma'
khazanah lndonesia dalam bidang llmu ukur Tanah. sangat terasa oleh
1.
lndonesia
hasiswa dan pengaiar betapa kurangnya bacaan dalam bahasa
1.1. Pengetahuandasar
1.2. Alat penyipat datar
1.2.1. Bagian-bagian alat penyipat datar Ketelitian, Kepeka-
mengenaibidangitmuinisehinggasetiapusahauntukmenulisbuku,apa.
kahiu terjemahan atau karya tulisan sendiri, patut mendapat penghargaan.
lr.
Dengan diterbitkannya buku ini, kami mengucapkan terima kasih kepada
tlmana
di
studi
dalam
mahasiswa
membanu
yang
dapat
telah
Heinz Frick
kiranya
ini
Buku
yang
iu'
dipetaiarinya.
kuliah
mata
mu lhkur Tanah meniadi
18 J anuari 1979
26
31
37
N
43
45
49
49
2.
31
41
12
18
20
23
Jakarta,
't0
51
2.1.
Pengetahuan dasar
55
58
58
60
63
63
65
66
66
2.8.
70
ca.
73
74
74
76
76
pengukuran tinggi
2.8.3. Jaringan poligon
77
78
Pengukuran sudut-sudut
2.5. 1. Metode mengukur sudut cara repetisi
.
duksi otomatis
Penggunaan rambu yang horisontal
81
83
u
87
89
90
92
95
95
96
2.5.4.Metodedenganmengukursektor-sektor.
2.6.1.Penggunaanrambuyangvertikal
a) Asas Reichenbach, b) Alat ukur sudut dengan
80
89
2.5'2'Metodemengukursudutcarareiterasi
2.5.3. Metode dengan pengukur jurusan
2.6.2.
re_
100
otomatis
104
tuan
2.7.
praktek
115
115
koordinat
2.5.
2.7.1. WildDisomatDt4
2.7.2. Sistem Wild Tachimat etektronis iC f
109
109
112
133
138
153
158
e) Pembuatan peta
2.9.
3.
172
Lampiran
3.1
3.2.
173
bahasa lnggeris)
178
rambu ukur
nivo
tabung
kayu sipat
Gambar 2
Gambar 3
1 lingkaran horisontal
berskala
10
6
7
,1lat-alat penyipat datar yang sederhana ilihat garnbar 3 dan 4 di atas) terdiri
,Jari sebuah teropong dengan garis bidiknya (garis vizier) dapat dibuat hori',tlrtal dengan sebuah nivo tabung (11). Untuk mencari sasaran sembarang
.,:<eliling alat perryipat datar, maka teropong dan rriveau tabung dapat di;rLrt-ap p6616 sumbu pertama yang dapat diatur pada tiga sekrup pendatar (g).
ri{rr}gan sekrup penyetel fokus (6} bayan.r;an rambu ukur dapat disetel ta; ,rr]. Dengan sekrup penggerak horisor.rtal (7) bayangan dapat disetel tajam.
10
11
cermin yang dapat diputar ke atas (5) memungkinkan kita mengawasi nivo
tabung dari okuler teropong (3). Dalam keadaan tertutup cermin itu melindungi nivo tabung.
Makin lama alat penyipat datar mengalami perkembangan.
suatu perlengkapan menentukan garis bidik horisontal secara automatis
oleh pengaruh gaya-berat. jikalau garis bidik disetel dahulu kira-kira dengan
ketelitian + bebelapa menit busur. menggantikan nivo tabung.
kaca pembesar
Kepekaan nivo tabung (lihat juga bab i.2.2. Data-data tentang alat penyi-
pat datar wild) ditentukan oleh jari-jari kelengkungan tabung nivo. Gambar
5 memperlihatkan dua nivo tabung dengan jari-jari kelengkrrngan yang berbeda. Pada kemiringan ., yang sama, gerembung pada nivo tabung A bergerak lebih jauh daripada gelembung nivo tabung g, karena jari-jari busur
pada nivo tabung,4 menjadi lebih besar, Ka'ena itu perubahan gelembung
dapat diawasi lebih mudah. Pada bab 'l .2.2. (Data-data tentang alat penyipat datar wild) kepekaan nivo tabung ditentukan demikian rupa, sehingga
ukuran sudut itu menentukan suatu pergeseran gelembung sebesa r 2 mm.
Ketelitian pada suatu gelembung pada nivo tabung bisa menjadi'll5 dari
nilai itu, yaitu 0,4 mm. Akan tetapi dengan menggunakan suatu nivo tabung koinsidensi ketelitian itu menjadi "l/40, yaitu 0,05 mm. sebaliknya
suatu nivo tabung biasa dapat kita pusatkan lebih cepat dan lebih mudah,
karena nivo tabung itu kurang peka terhadap pengaruh-pengaruh luar seperti sinar matahari, perubahan suhu dsb.
,,1
,"
l-
lt
Gambar 8
Gambar 6 memperlihatkan gelembung pada suatu nivo tabung dengan skala terbuka yang telah di-horisontal-kan. Gambar 7 memperlihatkan gelembung pada suatu prisma koinsideisi wild. Dengan menggunakan prisma
dapat kita perhatikan bagian gelembung kiri atas a dan kanan atas b sekaligus. Nivo tabung men.iadi horisontal, jikalau dua ujung itu seimbang (meng-
Gambar 6
Gambar 5
34
-f;sGambar 9
Gambar 7
12
13
"'ui'
;:.ff::iS;'j,,]l:,.*'n
kaca,'fi;;ii#"t
pada
,/T\.
ffi
\_/
Gambar
'l
l0
l:','.:,?fr,fiT
{----Mpr*r
Gambar 1l
2
3 prisma atas
4 bingkai pemasangan
5
6
7
8
9
Gambar
12
Pada alat penyipat datar automatis Wild bagian teropong tidak lagi menjadi
begitu sederhana karena berisi juga perlengkapan penyetel garis bidik horisontal secara automatis. Perlengkapan itu terdiri dari sebuah bandul dengan
prisma (5) yang digantungkan pada rumah-rumah alat penyipat datar dengan pegas-pegas yang bersilang (1), antara lensa koreksi dan kaca benang-silang. Pegas-pegas yang bersilang terdiri dari baja khusus sehingga
perubahan bentuk oleh perubahan suhu selalu menjadi sejajar.
Simpangan bandul terbatas goyangan sebesar + 15', cukup luas jikalau
alat penyipat datar distel dengan niveau kotak. Goyangan bandul diredam
dengan udara oleh piston (8) dan silinder (9). Alat penyipat datar mempunyai suatu tombol sebagai kontrol fungsi (7). Sebelum membaca pada
rambu ukur kita menekan pada tombol yang menggoyangkan bandul dengan satu per (6) dan kita dapat memperhatikan bagaimana garis bidik dapat distel kembali sebagai garis yang horisontal. Dengan melakukan ini kita
dengan cepat dapat memeriksa apakah alat penyipat datar masih betul horisontal. Jikalau tidak horisontal kita harus rnenyetel kembali alat penyipat
datar dengan bantuan nivo kotak. Jikalau teropong sudah hosirontal benar,
maka garis bidik dari rambu ukur melalui semua bagian-bagian optik jatuh
pada titik potong benang-silang. Pada teropong yang miring, dan bagianbagian optik tetap di tempat semula, berkas sinar dari rambu ukur tidak lagi
kena titik potong benang-silang, melainkan suatu titik yang lebih tinggi atau
lebih rendah. Sebagai koreksi perbedaan ini, maka prisma (5) mengalami
14
15
suatu kemiringan yang lebih besar daripada kemiringan teropong dan berjurusan berlawanan. Nilai kemiringan itu tergantung dari titik berat bandul
yang ditentukan demikian rupa, sehingga berkas sinar selalu mengenai titik
potong benang-silang. Atas dasar ketentuan ini boleh kita katakan: suatu
berkas sinar yang jatuh di pusat objektif dalam arah yang horisontal akan tetap kena titik potong benang-silang jikalau kemiringan teropong tidak lebih
daripada + 15'.
Pada penyipatan datar kita hanya perlu menyetel sumbu pertama sejajar anting dengan nivo kotak. Segera dapat dimulai dengan pengukuran yang terdiri dari empat bagian, yaitu:
1. teropong di-arah-kan ke rambu ukur dengan alat bidik (vizier)
2. bayangan teropong distel tajam
3. dengan sekrup penggerak
horisontal dipasang rambu ukur ke
tengah-tengah bayangan
4. rambu ukur pada benang-silang dibaca
m
Gambar
14
Pembacaan 152,652m
Pada penyipat datar yang sangat teliti perkiraan dalam milimeter tidak lagi
memenuhi. Alat penyipat datar yang teliti sekali dilengkapi dengan suatu
kaca-datar-plan-paralel yang dapat diputar ke muka objektif dan yang
menggeser garis bidik sejajar sampai dengan satu sentimeter. Dengan perlengkapan ini kita dapat mengukur jarak antara dua benang stadia pada benang-silang dan garis sentimeter yang terdekat pada rambu ukur. Pergeseran garis bidik dapat dilakukan dengan memutar sekrup mikrometer yang
- 3/5
- 376
z=
ln
Gambar
13
378
379
Gambar
15
17
(o
w
=
.rr
ie
ie
Sd r
0,
O.
Gl
alat penyipat
\datar tipe
4.0
2.4
3.2
3.8
G2 108 d
G1 108o
G2107 d
Gl
G1142e
1.8
G2 150 d
G1 150 e
(Foto-foto alat penyipat datar Wild dapat dilihat pada bab 3.2. Hasil produksi perusahaan Wild Heerbrugg Ltd. Switzerland)
14il e
2.4/2.9
2.1t2.2
1.8
G2 106 d
@
o.a @
ts.o O
10"
0.3"
0.5"
0.8"
t2.5 O r.s O
1.6
0.7
60"
1.5"
3.6
0.8
60"
1.6
1.0
0.9
o.l
0.4
100
100
100
100
1.8
0.8"
2.8
Gl
Gl 18te
e. Gl
G2 155 d
1t15 e
5.1
G2 103 d
G2151 d
131
0.2
r.o @
2.2/2.8
1.7 I 1.8
2.5
1A"
0.2"
30"
20
roo @
52
q
30
25
45
38
100
30
100
y-qt
_E
E
30
N3
23
N2
NK2
N1
NK1
19
N05
NK 05
NA2
NAK 2
,riiEsigiisri
32/q
gigirgfgggi$g
24
NA1
NAK
ii;3i+E =gEIEFE
ggfliiiEiigiif
.H
E"&ggHit-3EHE-=38
g39$$$F3i$ssf,$
20
NAO
NAK O
pembesaran teropong
bayangan tegak E
bayangan terbalik U
garis-tengah obyektif nya ( mm)
konstant stadia
jarak bidik terpendek (m)
Kepekaan nivo tabung per 2 mm
ketelitian menyetel gelembung
medan pandangan dalam m/100 m
kesalahan normal pada menyipat
datar 1 km pulang-pergi
barat sendiri alat penyipat datar
Buku petunjuk
alat penyipat datar
Data-data
i. T.
oo)
J+
.<
o_
OO
ao)
EE
O_
;=i
oJ
9A
=qo'-
:E
^9
E.f
^.UA
=l
o'
6(0 ='
=s
dorB
for+
Pdu
5f I
g
F.S
56i g
o?
6
&E
f :, f
q
6-s
r+J
Eg* s
='A
5&
oo
+ -.6r
-x \,
fo or
a=
9q
r, !,
juga
ilihat
bab 1.2.2. Data-data tentang alat penyipat
datar Wild). batai .rrc p"nggr_
naan memberi petunjuk mengenai persiapan,
pemeriksaan dan pemelihara_
Karena itu semua baut dan mur (lihat gambar 16 dan 17) harus dikeraskan
demikian rupa, sehingga kaki yang dibuat dari kayu menjadi kaku pada sambungan kepala maupun sepatunya. Baut (1) menentukan sambungan kaki
dengan kepala dan baut (2) memungkinkan penyetelan kekerasan penggerak engsel antara kaki tiga dan kepalanya'
jikalau kesaPada alat penyipat datar kita lakukan 'pengaturan nivo' hanya
Kesalahbayangan'
mengganggu
lahan yang terjadi begitu besar, sehingga
yang
masuk
akal.
peraturan
dasar
an yang kecil dapat diabaikan atas
L-L
--]r '
r
18
Pada dasarnya hanya satu syarat yang harus kita perhatikan untuk me-
Gambar
17
nyipat tetap, yaitu garis bidik harus horisontal kalau nivo tabung disetel
horisontal/sejajar. Jikalau syarat ini tidak dipenuhi, nilai yang klta baca pada mistar menjadi salah sebesar 8 seperti terlihat pada gambar 18 di atas.
Pada alat penyipat datar tanpa sekrup ungkit sebaiknya kita pasang garis
jalan
arah nivo t-t tegak lurus pada sumbu pertama V-V, karena tidak ada
lain untuk meng-horisontal-kan alat penyipat datar ini, dan gelembung pada
tiap-tiap putaran teropong berubah tempatnya'
6'i>
teo'
Gambar l6
Gambar
19
statif
Guna meneliti syarat tsb. di atas kita meng-horisontal-kan alat penyipat datar dengan nivo kotak dan mengarahkan teropong melalui (dengan) salah
satu sekrup pendatar. Dengan bantuan sekrup pendatar ini kita menyetel
nivo tabung seperti terlihat pada gambar 19 o. Jikalau kita sekarang me21
mutar teropong 180o, maka pergeseran gelembung pada nivo tabung menjadidua kali kesalahan e, seperti terlihat pada gambar 19 @.
Pembetulan kesalahan ini kita lakukan demikian rupa, sehingga satu e pada
sekrup penyetel, lihat gambar 19 @, dan satu e pada sekrup ungkit seperti
terlihat pada gambar 19 @. Penelitian ini kita ulangi lagisampaigelembung
nivo tabung selalu berada pada tengah-tengah tempatnya.
aq-ai = a5-aiz
u"o
= Li-'i; * ii
-)
autom:t
1 dan
Gambar 20
Percobaan menyipat
Untuk menguji garis bidik di lapangan yang datar kita pilih suatu jarak
se-
panjang 45 m sampai60 m, A-D yang kita bagi tiga (3d) menurut gambar 20
di atas. Pada titik-titik antarnya B dan C didirikan sebuah rambu ukur. Pembacaan rambu ukur masing-masing dilakukan dari titik,4 dan titik D.
Dengan teropong yang di-horisontal-kan dari titik A kita membpca ai pada
rambu.ukur
dan a2 pada rambu ukur C. Kemudian kita membaca dari titik
D a!3pada rambu ukur C dan ai pada rambu ukur B. Jikalau garis bidik horisontal betul, maka pembacaan rambu ukur harus:
dq-dt = ?3-dZ
seperti dapat dilihat pada gambar20 di atas. Jikalau garis bidik tidak horisontal tetapi miring dengan sudut d. Kita mengambil suatu garis sejajar ai
- a[pada titik ai demikian rupa, sehingga kita mendapatkan titik potong a4
pada rambu ukur yang menjadi pembacaan sebenarnya pada rambu ukur
dari titik O. Pembacaan ini dapat kita tentukan menurut gambar 20 seperti
berikut:
22
Gambar
21
tiga
dua titik dapat dilakukan dengan
Penentuan selisih tinggi antara
lapangan'
datar tergantung pada keadaan
cara penempatan alat p"nii-p"t
23
r
R
I
Gambar 22
Gambar 24
Pada cara ke-tiga menurut gambar 24 di atas, tidak mungkin kita menempatkan alat penyipat datar pada/di atas titik ,A alau B, maupun di antara-
nya. Kita harus menempatkan alat penyipat datar di sebelah kanan titik 8.
Pembacaan rambu..ukur dilakukan pada titik A (R) dan pada titik B (V),
maka selisih tingginya titik 4 dan titik I menjadi .iuga h = R -V'
l\--\
T
v
-*rr-'f
Gambar 23
nilai R
belakang)
dan tanpa mengubah pendirian arat penyipat
datar, kita baca nirai t/ (pembacaan muka) pada mistar yang didirikan'pada
titik B. Maka serisih tinggi_
24
= R_V.
Dari tiga cara menyipat datar, cara dengan alat penyipat datar yang diletakkan antara dua titik (cara ke-dua) yang memberi hasil yang paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengaturan dapat saling
memperkecil. Apa lagi jikalau jarak antara alat penyipat datar ke kedua titik
dibuat sama, kesalahan pada garis bidik yang tidak horisontal (garis sumbu
Z-Z tidak sejajar pada L-L, lihat gambar 18), pada pembacaan rambu ukur
timbul sebelah-menyebelah dengan nilai yang sama. Dengan demikian per-
bedaan antara pembacaan mistar belakang dan rambu ukur muka (R-V)
menjadi berbedaan tingginya dua titik yang sebenarnya.
Cara ini juga dapat dinamakan 'menyipat datar dari tengah-tengah' dan dapat dilakukan sebagai pengetahuan dasar pada menyipat datar memanjang. Bila kita ingin mengetahui tinggi titik-titik yang diletakkan di sekitar
titik yang ditempati oleh alat penyipat datar kita menyipat datar pada bidang.
Atas dasar pengetahuan dasar mengenai teknik menyipat datar dan alatalat penyipat datar akan dibicarakan cara menyipat datar memanjang dan
menyipat datar pada bidang.
25
keadaan ra_
pangan menjadi sedemikian rupa, sehingga -garis
bidik tidak kena rambu
ukur karena jatuh di atas atau di bawah ,"rin,
ukur maka terpaksa jarak an_
tara titik / dan titik 5 itu. dibagi atas jarak-jarak yang
Titik
rebih
kecir, sehingga
pengukuran dapat dirakukan dengan
muoai dan bai[. Jarak bidik biasanya
dipirih antara 50-60 m. Untuk menentukan
beda tinggi antara dua titik / dan
5 yang jaraknya besar, maka cara
menyipr,
iur",
menjadi:
Pembacaan
R1
2
2
v2
3
3
v3
4
4
5
v4
R2
R3
R,
Rambu ukur
belakang B
Rambu ukur
muka V
2.435
0.397
1.152
2.78
2.153
0.251
2.246
0.205
v4
+ 7.986
-3.61'l
-3.611
+4.375m
Jikalau kita hanya mencari selisih tinggi antara titik / dan titik 5, maka dapatlah jumlah semua pembacaan rambu ukur muka dikurangi jumlah semua
pembacaan rambu ukur belakang. Pada contoh 1 ini selisih tinggi antara
titik / dan titik 5 menjadi + 4.375 m, atau secara umum:
Gambar 25
satu rambu ukur kita dirikan pada titik / dan kita pirih
tempat untuk arat pe_
nyipat datarJl demikian rupa, sehingga garis
bidik masih kena rambu ukur
pada titik /. Rambu ukur kedua
didirikin ii
titik 2 yang dipirih
rupa, sehingga garis bidik kena rambu
" titit zoari;arlt demikian
ukur "t
pada
-"nt"r, ,t.t
penyipat datar dengan kedua rambu
ukur masing_masing
Sekarang kita rakukan pembacaan rambu
ukur berakang"rrr."
dan pembacaan
rambu ukur muka menurut gambar 23.
seterah pembacaan dirakukan dan
ditulis pada buku ukur,
arat penyipat datar dipindanun te titik
J2.
Rambu ukur pada titik 2 .maka
kita putar hati-haii ke aran arat penyipat
pada
datar
titik J2' Kita baca rambu ukur berakan g R2, pindahkan
rambu ukur kemudi_
an ke titik 3, sehingga kita dapat ,-"r-Or"u
rambu ukur muka V2 dsb.
Pekerjaan ini kita urangi sampai dengan pembacaan
rambu ,t u,. ,um rzo
p'ada titik 5.
Pembacaan-pembacaan R1.s/d Ra dan
v1 s/d vo kita catat sebagai taber
I
pada buku ukur seperti berikut:
Vnl
Penentuan Rt, Rzdan V1 dan V2dsb. pada contoh ini dan pada contoh berikut hanya kita pilih untuk memudahkan pengertian pada tabel-tabel.
Jikalau kita perlu juga menentukan tinggititik-titik antara 2,3 dan4, maka
antara dua titik yang berturut-turut kita tentukan beda tingginya dengan rumus ,?- V. Walaupun pada tabel ia harus menulis tiap-tiap titik dua kali, satu
pembacaan rambu ukur muka dan satu kali pembacaan rambu ukur belakang, kita dapat menghindarkannya dengan menulis pembacaan rambu
ukur muka dan pembacaan rambu ukur belakang pada satu garis seperti terlihat pada tabel 1b berikut. Selalu kita hanya memperhatikan titik-titik tempat kita mendirikan rambu ukur dan bukan titik meletakkan alat penyipat
datar.
Perbedaan tinggi titik / dan titik 2 misalnya kita dapatkan dari hasil pengurangan Rt-Vz. Nilai ini sebaiknya ditulis pada garis antara titik / dan
titik2,-dan biasanya juga kita gunakan satu baris untuk hasil pengurangan
yang positif (+ ) dan satu baris untuk yang negatif (-) yang memudahkan
pekerjaan/ perhitungan selanjutnya.
26
27
Tabel 'lb
Titik
Pembacaan
belakang R
R-V
rambu ukur
muka V
Rt
2. 435
R2
1.152
v2
0.397
R3
2.153
v3
2.758
R4
2.246
v4
0.251
Jikalau kita tidak mengetahuitinggi dua titik yang berjauhan jaraknya. maka
kita menyipat datar bolak-balik. Hasil pengurangan jumlah I dan jumlah V
sebetulnya harus menjadi nol. Tetapi pada prakteknya akan selalu terjadi
perbedaan kecil. Kesalahan akhir ini terdiri dari kesalahan yang sistematis
dan kesalahan yang kebetulan, kesalahan-kesalahan yang tidak dapat di-
2.038
hindarkan.
r.606
1.902
2.O41
5
v5
tRt
0.205
-tvl
+5.e81 l_r.ooo
=+4.37S1R-Vj = +4.31s
[8]
meriksaan tabeltsb.
Cara menyipat datar ini sering dilakukan pada jarak yang jauh.
Pada peristiwa ini kita harus merakukan kontror yang-mantap.
Kontror
ini
tidak hanya menemukan kekeriruan daram pembacaan
merainkan juga
membuktikan ketelitian penguku ran_pengukuran
kita.
Gambar 26
28
Perhitungan penyipatan datar selalu dilakukan pada buku ukur dalam orsinal untuk menghindari kesalahan pada waktu menyalin. Karena itu buku
ukur harus cukup besar supaya di kantor dapat kita tambah baris-baris perhitungan seperti terlihat pada tabel 2 berikut:
29
Contoh 2
gi titik
diisidi lapangan
diisi di kantor
pembacaan
beda tinggi
titik
V
R
1
tinggi
tinggi
sementara
sebenarnya
345.150
345.150
1.152
0.397
347.188
o_
(,
o'=
o-
347.186
1.606
3
2.153
2.758
2.246
0.251
7.986
0.205
g.or r
5.981
+4.375
tR-Vl:
345.582
345.580
1.902
4
347.84
347.80
2.M1
5
tRl-tvl:
5
0.358
0.416
349.525
o.
2.3'.t3
q)
o-
0.555
0.951
2.034
2.589
3.885
A.ZqA
tRl-tvt:-4.363
+ 2.038
-2.034
+ 2.036
1.606
+ 1.605
1.606
+ 1.902
1.897
+ 1.900
-2.037
+ 2.039
345.1 50
2
3
+2.041
5
tinggi
347.186
345.580
u7.80
349.519
berapa titik lagi dan penyipatan datar ini berbentuk segi banyak. Suatu segi
347.1U
banyak ini dapat kita letakkan misalnya sekeliling suatu lapangan, gedung
dsb. yang akan kita sipat lagi dengan teliti pada pekerjaan lanjutan.
345.150
r.60s
tR-vt:
5.968
-4.363
Pada contoh 2 ini tinggi titik-titik dihitung penyipatan pulang-pergi masingmasing dimulai pada tinggitertentu 345.150 m pada titik /. perhitungan pida penyipatan pulang dilakukan dari bawah ke atas. pembagian perbedaan
12 mm antara penyipatan pergi dan penyipatan pulang dapat kita lakukan
rata2
345.579
1.605
pulang
pergr
347.476
1.N7
2.556
beda tinggi
2.037
titik
r.OOO
+4.375
2.395
o.
349.519
349.513
o)
sfc
Tabel 2b
2.435
2.038
o)
dengan 345.150 m. Pada cara ini kita tidak mempunyai suatu kontrol dalam perhitungan (lihat tabel 2b hal. 30).
Tabel 2a
31
beda tingl
pembacaan
titik
A
*-T-:
454.721
R4 0.753
R4-Vr
4s3.717
1.isl
I
1
Rr
za
453.71 7
0.232
t-2.
2.321
Za-Yz
0.083
Tabel 2c
h,'
Rr
za
1.152
Z6
0.537
zc
diJawa
Za-2.
0.3'16
451.407
452.022
452.338
0.937
451./101
R:-Vr
2,441
$1,
Rr
2
2.',|61
453.842
453.842
Rr-Vr
1.1'18
451.990
r.otl
t
I
Tugu tersier
di luarJawa
Pada contoh 3 berikut pada penyipatan datar memanjang disisipkan titiktitik dan pembacaan rambu ukur ditulis pada jalur Z. Keterangan mengenai
jalannya perhitungan dapat dilihat sesudah tabel3a dan 3b berikut. Pada tabel3a kita melihat dan dapat mengikuti pada seluruh perhitungan penyipatan datar ini. Pada tabel 3b kita melihat contoh yang sama tetapi lebih sederhana, seDerti pada praktek kita catat hasil penyipatan datar pada buku
R:
zs
454.990
0.5tr/
Rr-Zo
453.767
1.754
Z6-Yc
1s2.732
2;189
0
0
-I
32
0.615
451.401
2.15,
.--.->
ukur.
Rr
I czoy
Tugu
kwarter
z^-Zt
58
10
is
Tugu tersier
0.094
Zs-Yt
1.1
1ft]I
-t
i
0.221
-zr
3l* ll
1.247
fn
o.zr
451.313
l.-
451.313
2.63,
oDm__.i
452.732
0.15/
Rr
za
2.684
26
2.023
Ro-Za
Zu-za
Rz
l,*,
2.$l
+8.063
450.017
450.01 7
0.233
Vs
450.198
450.859
to*'
Ru
ouu'
zr-V,
2.861
Contoh 3
Tabel 3a
451.396
2.553
6
l.-
tinggi
t47 -71'l
+5.275-12.279
-15.056
+ 8.063
= - 6.993
-- - 7.004
: 1--ll
2.300
-Vs
-1.001
5.275
-@
mm
33
pembacaan
titik
Tabel 3b
tinggi
0.753
1.004
1.759
0.232
153.117
2.321
1a
2
2.553
tugu kwarler
di sudut rumah
4s'1.396
1.24/
2.635i
0.083
4s1.313
0.094
2a
Catatan
454.721
7
1
beda tinggi
1,152
batu di pinggir
ialan
451.407
0.615
2b
0.537
452.022
0.316
2c
0.221
452.338
0.937
2.75/
'l
2
4
2.162
0.3094
0.53/
451.401
sudut rumah
453.842
tiang batasan
454.990
sudut rumah
2,441
10
.158
1.148
1.01/
1.223
5a
1.754
453J67
0
6
1.03s
0j5/
2.789
452.732
sudut rumah
2.534
6a
2.684
4s0.1 98
0.661
6b
2.023
450,859
5
7
0.842
2.86r
0.233
3
B
450.01 7
2.300
2.532
+8.063
-1
5.056
tanda pada
batu gunung
447.711
+ 5.275-12.279
+ 8.063 +_1?5
--6.993
-7.004
= - 7.004
.+ 11 mm
nya, kita pada contoh 3 ini mengoreksi pembacaan rambu ukur masing-masing menurut kesalahan yang timbul dengan mencoret angka-angka yang
akan mengubah dan mencatat angka-angka yang baru di atasnya. perbedaan tinggi titik.4 dan titik B menjadi -7.004 m. Jumlah R menjadi 8.036
m dan jumlah V : 15.056 m dengan hasil pengurangan -6.993 m' Dari
pembacaan rambu ukur kita mendapatkan suatu perbedaan tinggi titik 4
dengan titik I sebesar 11 mm. Karena pada perhitungan perbedaan tinggi
titik 1, 2,3 dsb. kita dapati oleh R, -Vt, Rz-V2dsb- kita harus mengoreksi
kesalahan yang timbul sebesar 11 mm itu sedemikian rupa, sehingga nilai
pembacaan rambu ukur R meniadi lebih kecil dan pembacaan rambu ukur y
menjadi lebih besar. Pada contoh ini kita melakui 16 pembacaan rambu ukur
yang menentukan suatu korreksi sebesar 0.7 mm pada tiap-tiap pembacaan
rambu ukur. Pada penyipatan datar biasa kita tidak menghitung dengan sepersepuluhan mm, maka kita membatasi diri dengan mengoreksi hanya 1'l
pembacaan rambu ukur dengan 1 mm masing-masing. Nilai pembacaan
rambu ukur yang asli tidak boleh kita hapuskan. Hanya dicoret dan angka
yang baru kita catat di atas angka yang dicoret.
Kita lihat pada contoh ini, kita meratakan kesalahan yang timbul tanpa
memperhatikan pembacaan mistar pada titik-titik di antara (2. Memangbenar, titik-titik ini tidak mempunyai pengaruh atas kesalahan yang timbul karena tidak dihubungkan dalam poligon, melainkan ditambahkan seperti ekor
pada salah satu titik poligon saja. Kesalahan yang mungkin timbul pada penentuan tinggi titik-titik di antara (Z tidak dapat diperiksa atau dikoreksi.
Karena itu sebaiknya orang yang belum menguasai penyipatan datar, menyipat titik-titik di antara E)dua kali sebagai pemeriksaan.
Yang mudah dan yang mungkin dilakukan ialah penempatan perhitungan
semua titik di antara Z) demikian rupa, sehingga perhitungan menjadi tanpa kesalahan. Sesudah kesalahan yang timbul kita ratakan atas pembacaan
rambu ukur R dan V, dapat kita tentukan perbedaan tinggi antara dua titik
masing-masing. Hasil pengurangan antara perbedaan tinggi yang positif
dan yang negatif sekarang harus menjadi sama dengan perbedaan tinggi
titik ,4 dan titik 8. Kemudia tinggi titik masing-masing dapat ditentukan
dengan menjumlahkan atau mengurangi perbedaan tinggi titik-titik itu. Pada titik terakhir I kita harus mendapatkan nilai yang sudah kita ketahui. Semua titik yang kita pakai pada penyipatan datar, kita tentukan pada situasi,
lihat gambar 27 di atas, dan keterangan mengenai titik-titik itu kita isi sebagai catatan pada buku ukur seperti terlihat pada tabel 3b'
Gambar 27
34
35
cDo
CJ
CG
>c
iEo
-G
oc
a.g
!
6
(\l
:p
;s
'its
UO
oo
E
(9
OF
c>
profil melintang dan peta situasi kita dapatkan dasar-dasar pada perencanaan proyek tersebut di atas.
Penyipatan datar pada profil memanjang dapat dilakukan menurut contoh 3
tadi. Karena biasanya timbul juga banyak titik di antaranya /Z/ kita harus
menggunakan satu perhitungan yang lebih sederhana (lihat tabel 4).
Pada gambar 28 titik permulaan 1 dengan tinggi 351 .27 m kita tambah pembacaan mistar belakang (B = 0.65 m) dan mendapatkan tinggi garis bidik
lH).finggi garis bidik iniberarti, semua garis bidik dengan arah sembarang
berada pada tinggi 351.92 m selama titik tempat alat penyipat datar tidak diubah. Jikalau kita pada titik masing-masing mengurangi nilai pembacaan
rambu ukur dari tinggi garis bidik kita dapatkan langsung tinggi titik masingmasing yang sebenarnya. Cara ini akan kita lakukan pada tempat letak alat
penyipat datar masing-masing. Hanya tinggi titik-titik di antara (Z) baru kita
tentukan sesudah kesalahan yang timbul dibagi menurut contoh 3 tadi. Dengan cara perpendekan titik-titik di antara (Z) tidak dapat diperiksa pada
pembacaan maupun perhitungan. Sebaiknya kita menyipat datar profil ini
dua kali.
{o
G
'a
I
(D
.g
36
37
Contoh 4
Tabel 4
pembacaan
titik
R
1
tinggi
0.43
351.49
0.65
351.27
1.22
350.70
1.37
350.55
1.85
1.93
1.45
2.2A
349.21
2.19
349.25
1.47
1.31
349.97
350.13
0.31
2.21
351.13
2.15
351.22
b
4
1.30
352.07
1.11
2.23
titik permulaan
tinggiyangasal--351.44
sisi lerengan
tepi kali
tepi kali
sisi lerengan
--
1.7ni
direncanakan
galian
-t'7*o7# xlo.7m=r3ni
0a+Q4 ni x rOJm
65ni
timbunan =
351.13
351.92
catatan
350.07
349.99
349.99
tinggi
garis bidik
Titik-titik prof il pada garis sumbu proyek atau pada garis segi barryak proyek
dinyatakan di lapangan dengan pancang-pancang dari kayu yang bidang
atasnya sama dengan bidang tanah dan pancang kedua ditanam dl dekatnya dan diberi nomor, dengan pancang mana dapat diketerrrukan kembali
353.37
galian
352.26
352.26
354.4S
Gambar 30
Di atas telah dikatakan, bahwa banyaknya tanah yang digali sedapat mungkin dibuat sama dengan banyaknya tanah yang diperlukan untuk menim-
buni. Untuk menghitung banyaknya tanah, baik untuk digali maupun untuk
menimbuni, profil memanjang belum cukup. Maka diperlukan lagi profil melintang yang harus dibuat tegaklurus pada garis sumbu proyek dan pada
tempat-tempat yang penting. Pada profil melintang masing-masing kita
menggambar misalnya jalan yang direncanakan seperti dilihat pada gambar
30 di atas.
Pada contoh 4 tadi misalnya kita dapat mengambil perbedaan tinggi antara
tinggi yang asal dan tinggi garis sumbu jalan yang direncanakan pada profil
Gambar 29
38
39
dan kemudian
s :
25
625
rfOZS
tgOO
12.56 m
,'= ?i9:3'14m
s-
: 3't4 :
4'
0.79 m
Kita lihat, bahwa penentuan kelengkungan, dengan suatu alat penyipat datar dengan lingkaran horisontal berskala menguntungkan sekall.
Gambar
31
seperempatan,.
t=
r.COt
dan
E:l-
tfr2+t2
29,,50',cot{
'--- 2 =1.744
rlirrr I 25 . 1.744 : 43.6 m
I
?
40
Gambar 32
y2
ris bidik kita dapatkan dengan menjumlahkan tinggi titik P dengan tinggi
alat penyipat datarJ. Jikalau kita kemudian mengurangi hasil ini dengan misalnya pembacaan rambu ukur V2, maka hasil pengurangannya menjadi
tinggititik2 dsb.
41
Titik-titik dengan tinggi diatas bidang tinggi garis bidik tidak dapat diukur.
Garis potong bidang tinggigaris bidik atau suatu bidang horisontal lain dengan lapangan yang miring kita namakan garis-garis kontur.
Garis kontur berarti garis yang menggabungkan titik-titik yang tingginya
sama. Garis-garis kontur menjadi penting pada topografi karena memungkinkan menggambar peta yang memperlihatkan bentuk dsb. pada suatu lapangan. Biasanya garis-garis kontur digambar/ditentukan pada suatu jarak
antaranya yang tertentu. Jarak sejajar anting antara dua garis kontur dinamakan Equidistance (bahasa lnggeris) sepertijuga dapat dilihat pada gambar 32 di atas.
Jr
49
:,8
)i"
Pc
{.
1;ls
Gambar 34
l{1k
43
ill:f
30 x 0.70
pancang dari kayu. Pada penentuan garis-garis kisi (grid) sebaiknya kira
menggunakan suatu double pentafon prisma (prisma sudut) seperti terlihat
pada gambar 35 di atas. Tentu saja sistim ini memudahkan juga penentuan
kali, jalan dsb.
-1
-t'l
l--'
18.00
\i-/
--l\-{
skala jarak 1 :1000
Gambar36.
Oleh penyipatan datar pada bidang dengan sistim kisi (grid) dapat juga kita
menggambar profil masing-masing dari lapangan yang diperhatikan seperti
terlihat pada gambar 36 di atas.
,::i:1i::
Gambar 35
sedikir bansunan
uorrqutrdn saja
sala klta
menggunakan sistirn kisi (grid).
kita dapat
dapar
fvf"nrrutii^vvr^rt
rendahrrya
..,19i
peta dengan qaris-oaric kn.+,,, i,^^- ,.:^
clan penggunaan
krla tentukan suatu
ringan siku-siku,
ifl ying biasan* ai"r"irr." -jdnaKatl
ia^
dl laparrllan clengan pancang_
il,r,i;:lJ::,rfl:liiil
ffiTTff
i:'';:::'J::::*i::!,;:l!";:::l?Ji"xi:i#3:j,*
pen-
Benang stadia
atas
Benang-silang
horisontal
Benang stadia
bawah
H=0.419m
Gambar 37
D=82,3m
1.
2.
3.
Jq
stadia
32.2cm
t
I
.l00
= 32.3 m.
Tentu saja boleh kita membaca rambu ukur pada benang stadia tanpa menyetel/ mengubah ke- horisontal-an pada teropong dengan perhitu ngan 58. 0
cm - 25.7 cm = 32,3 cm x 100 = 32.30 m.
Gambar 38
penyipatan datar pada bidang dePada gambar 38 di atas kita lihat sebagian
Pada contoh 5 ini'
ngan titiknya yang sebagian men.iadi 'uu" '"gibanyak' ukur seperti berutui pada buku
pada titikJ2 kita catat p-emuacaan rambu
ikut:
47
46
Tabel 5
<lari sekitar
o,
216.70
216.19
216.33
0.72
6.80
0.40
'1.12
0,52
7.00
000
217.52
titik pembacaan
15240
39
252
11
66 20
95 51
1.89
5.63
220 52
2,72
4.80
235 33
2.18
5.34
254 10
2,97
4.55
279 06
2.27
5.25
287 12
2,01
5,51
300 13
1.77
5.75
329 20
sudut rumah
sudut rumah
zsr
---s'
31
250.5
titikJl'
pa-
Tingginya garis bidik pada J2kita catat pada barisZ antara dua
kurung, dan hasilnya kita perlukan untuk memeriksa penyipatan datar ini.
Pada tabel5 kita juga lihat, bahwa sebaiknya kita membaca dahulu
rambu
ukur pada titikJl danJ3 seberum mengukur titik-titik rainnya. penyeresaian
penyipatan datar sebaiknya kita lakukan seperti berikut:
'l .
Mengarahkan teropong ke titikJ, dan menentukan jaraknya.
2. Meng-horisontal-kan nivo tabung dan membaca tingginya pada rambu
ukur.
ukur.
7.
N
Gambar 39
251 .30 m, tingginya garis bidik 1.37 m, maka bidang garis bidik 252.67 m. Pada garis-garis
kontur 251 .00 kita selalu harus membaca 1.67 m. Atas dasar ketentuan ini
tinggallah kita mencari dengan rambu ukur titik masing-masing dan mengukur jarak dan sudutnya. Kemudian semua titik pada garis kontur 251 .50
harus mempunyai pembacaan 1 .17 m dsb.
26t
27/
riengan banyak air atau pada pantai laut atau danau dapat kita menyipat datar dengan bantuan Permukaan air.
Kita akan memperhatikan contoh-contoh berikut:
\ \ \,\
_-\
--_v_\yl
jg -_\!-*
\
\*:
\t//
-\t//
\u-l
\o
Gambar 4o
contoh (lihat gambar 40 di atas): pada suatu proyek jalan, garis sumbu jalan harus ditentukan dengan kemiringan 7o/o dan dengan jarak antara titik
masing-masing 10.0 m.
Perbedaan tinggi antara dua titik atas dasar penentuan ini menjadi 0.70 m.
Dari titikJl, sudah ditentukan titik27. Kita sekarang meletakkan alat penyipat datar pada titik J, dan membaca rambu ukur pada titik 27 misalnya 0.20
m. Dengan jarak 10.00 m dari titik2T itu kita sekarang mencarititik berikut
yang 0.70 m lebih rendah, sampai dengan titik 3/ dari titik mana kita meletakkan alat penyipat datar ke titikJ3, makatitik2T, 3l dans4 dapat diukur
masing-masing dua kali.
Dengan pembicaraan tentang teknik'penyipatan datar, baik pada menyipat
datar memanjang maupun menyipat datar pada bidang, dapat kita fahami
dasar-dasar pada penyipatan datar atau penentuan perbedaan tinggi antara
titik-titik tertentu.
Akhirnya kita akan memperhatikan suatu kemungkinan penyipatan datar
yang di lndonesia juga berulang kali digunakan, yaitu:
50
Gambar
41
(lihat gambar 41) dan mencatat tidak hanya tingginya melainkan juga
waktunya. Pada akhirnya profil ini tembus pada cabang sungaib yang juga
51
ur
air A
-)u
\l
r/
Gambar 42
i;.rn,rru
52
53
yang sebenarnya, maka dengan bantuan nilai sudut vertikal dapat kita tentrrkan ukuran horisontal O-Pt' dan perbedaan tingginya Pt-Pt', yang
rrrenjadi sama dengan beda tinggi O dan P1 dsb. Pada pqnggunaan sistim
koordinat dan penggambaran, peta-peta kita hanya boleh memakai proyek-
Prinsip triangulasi meniadi sederhana sekali. Jikalau pada suatu segitiga diketahui panjangnya sebuah sisi dan dua sudut, dapat kita tentukan semua nilai-nilai lainnya. Jikalau dapat kita mengukur sebuah sisi dan tiga sudut maka kita mendapatkan suatu kontrol, karena jumlah tiga sudut selalu
harus menjadi 180o.
bidik ke
titik Pl dan titik p2 diretakkan seberah atas bidang yang
horisontar, maka
sudut vertikal B, dan B2menjadi positif. Garis
bidik [e titifr, beraJa di sebe_
Gambar
zl4
55
Jikalau kita menentukan suatu basis,4 g yang relatif pendek tetapi diukur
dBngan teliti sekali, dan kemudian menentukan sudut-sudut ke titik c dan
titik D, maka dapat kita menghitung ukuran jarak c- D dan tempat dua titik
itu pada suatu sistim koordinat, seperti terlihat pada gambar 44 di atas. Dengan cara yang sama dapat kita menentukan titik E dan titik F dengan
mengambil garis C-D sebagai basis.
sistim pembesaran basis ini kita lakukan terus-menerus sampai kita mendapat sisi-sisi segitiga yang seimbang dengan triangulasi primer. Kemudian
daerah (wilayah, pulau) yang diperhatikan, dibentangi oleh suatu jaringan
segitiga dengan panjang sisi masing-masing antara 30 km dan 100 km seperti terlihat pada gambar 45 berikut. Dengan meletakkan beberapa
tugu/
stasiun astronomi yang'terbagi tepat di daerah yang diperhatikan, da at
kita menentukan peletakan jaringan segitiga ini secara astronomis maupun
Akhirnya kita mempunyai 1 s/d 3 titik/tugu per km2, jikalau penentuan tugu
pada daerah yang diperhatikan sudah dipenuhi sampai dengan tugu kwarter.
Peta lkhtisar dan pekeriaan
triangulasi di Sumatra
o
20
4O
bO
80
^@\fr
SEL"AI MAL4I(A
454HA!
P64
secara geografis.
an prof. oudemans sendiri. Dalam 1'14 hari kerja diukurjarak 3g15 m pulang
NAB BEA|I(ALIS
dengan menggunakan pengaraman di Simprak. Basis yang rurus ini panjangnya 4175 m dan diukur purang per. r daram 71 hari, dengan pukur
rata
134 m tiap-tiap hari. Kesalahan rata-rata ukuran basis ini ada0,464 mm atau
1 :9'000'000 dari panjangnya basis.
Basis Tangsil yang panjangnya 3040 m diukur di bawah pimpinan lr. Scaters
dari20 Agustus sld27 oktcber 1877. seluruh basis diukur pulang pergidalam 61 hari kerja dengan pukul rata ,166 m tiap-tiap hari. Kesalahan rata-rata
ukuran basis ini ada 0,609 mm atau 1:5,000,000 dari panjang basis.
Untuk triangulasi sumatra Barat dibuat basis dekat padang. Basis ini hanya
diukur dengan rantai pada tahun 1883, karena tidak ada alat ukur basis.
Triangulasi Sumatra Timur memakai basis di Sampun.
Kemudian dengan menggunakan segitiga yang lebih kecil kita mendapatkan titik/tugu sekunder dan selanjutnya tugu tertier dan tugu kwarter.
56
\\it
\P49,
53
Gambar 45
Dengan menggunakan Wild-Distomat D! 50 dapat kita mengukur jarak secara elektro-optis s/d 150 km jauhnya dengan ketelitian 10 cm dan bukan
sudut-sudut. Cara ini dinamakan trilaterasi.
Pada prakteknya sering juga kita menggunakan dua metode ini bersamasama.
Gambar 46
Dengan alat-alat pengukur jarak yang modern penentuan jarak menjadi sama pentingnya dengan penentuan sudut. Sesudah kita sekarang menentukan dan mengontrol dasar-dasar penyipatan kita mulai dengan penentuan
detail-detail untuk menggambar peta. Hal ini dapat dilakukan dengan macam-macam metode yang akan dibicarakan. Pada banyak negara triangulasi dapat diganti dengan bantuan alat pengukur iarak secara elektronis
yang dilengkapi dengan fotogrametri-udara.
rrrir.
''\. ai I
Di-le
t>-'
E<$'r-lingkaran vertikal
berskala
kaki penyangga
nivo alhidade
lingkaran horisontal
bantalan peluru
berskala
Atas dasar apa yang sudah dibicarakan sampai saat ini dapat kita fahami bahwa penyusunan alat teodolit harus ada dua macamnya sesuai dengan penggunaannya. Triangulasi membutuhkan alat ukur sudut dengan
korrrungkinan pembacaan sudut seteliti mungkin. Alat ukur sudut ini dinarrrrrkurr teodolit reiterasi atau teodolit setik/sekon. Pada poligon dan penyrl)lrllu) detail ketelitian pembacaan sudut 1/10' memenuhi kebutuhan
sumbu pertama
tabung sumbu
(silindris)
Gambar 47
iikrrlrru rrrlu konrungkinan mengukur jarak secara optis. Pada dua-duanya ke-
trilflrfln lor{lo,llung pada tiga faktor: alat ukur sudut, cara pengukuran/pekita berlatih
rlorrgrrn r:orrtoh r:orrtoh pengukuran sudut dsb. kita harus memperhatikan
pnnqntttlt ;totr1;tttttlt ilu.
nytf ,.rtnn rfuur r:uro rnengatasi kesalahan-kesalahan. Sebelum
l{l
59
Suatu alat ukur sudut terdiri dari tiga bagian utama, yaitu: bagian bawah
yang tidak dapat bergerak dengan pelat dasar berkaki tiga, bagian atas yang
bisa bergerak dan teropong. Pelat dasar berkaki tiga dipasang di atas statif
dan dihorisontalkan dengan bantuan nivo kotak. Pada teodolit yang sederhana dan agak tua pada pelat dasar ini juga dipasangkan lingkaran horisontal berskala seperti terlihat pada gambar 47 di atas. Pada alat ukur sudut
yang lebih modern lingkaran horisontal berskala dapat distel juga. pada
bagian atas (alhidate) yang dapat berputar pada garis sumbu pertama (vertikal) dipasangkan kaki penyangga dengan sumbu kedua (horisontal) yang
dilengkapi dengan teropong (garis bidik) dan lingkaran vertikal berskala.
Alhidade juga mempunyai alat pembaca lingkaran horisontal berskala. Bagian bawah dapat dihorisontalkan kira-kira saja dengan nivo kotak akan tetapi
kemudian ditelitikan dengan nivo alhidade. Dengan bantuan sebuah anting
(lot) dapat kita letakkan alat ukur sudut pada titik/tugu dasar.
Lingkaran vertikal berskala dapat kita horisontalkan dengan nivo indeks
atau secara automatis dengan sebuah kompensator. Dengan memutar tero-
Pegangan
Alat pembidik
klem penyetel
pengatur mikrometer
gelang penyetel
tinggi
okuler teropong
sekrup penyetel
mikroskop pembacaan
pembacaan lingkaran
nivo alhidade
pong pada sumbu pertama atau sumbu kedua kita dapat membidik tiaptiap arah tertentu dalam ruang dan dengan klem dan sekrup pada suatu titik
sembarang dalam ruang.
2.2.1.
Pada pembuatan alat ukur sudut ini pertama kali digunakan lingkaran-lingkaran dari kaca dan sistim pembacaan secara optis. Sistim pembacaan ini
menghubungkan dua lingkaran tsb. pada satu bayangan yang dapat dibaca
sokaligus pada mikroskop yang berada di samping okuler teropong, dan
yang dinamakan mikroskop koinsidensi. Pembacaan yang disatukan dalam
satu okuler menjadi pembacaan rata-rata yang dahulu didapatkan dari dua
60
dibuka
nivo kotak
anting optis.
Gambar zl8
rht rrrr dilengkapi dengan indeks tingginya yang automatis, maka pembacailr Irrr;karan vertikal berskala dapat dibaca langsung.
2l 2. Teodolit Wild
T3
VqZ
ls
94o
12'44"
Gambar
I9Z
74
105,9224g
49: Pembacaan koinsidensi lingkaran horisontal dan lingkaran vertikal berskala pada
teodolit universil Wild T12
, pembacaan
llr!ttlbaCaan
I r l.lz :,
. t ,,16.
. 1 ', 59,6',
, r 27'59.6"
,
i
Gdmbar 50
T3 V:,'
820 24',
0'00,5"
82o
2{'o.os'
Ieodolit Wild f 3 juga dilengkapi dengan pembacaan koinsidensi. Halrrrak antara dua garis pada skala-skalanya berarti 4' sehingga pada
lr,r1r srsp 2' timbul satu koinsidensi. Karena skala mikrometer dibagi 1200
rry,r
[''rrl,r
rrrlrrq
tl-ritUrg
13
jarak bernilai
2'
',l.,rla mikrometer sebelah bawah kita baca 1'59,6" maka pembacaan seIrrrrrlrrrya berarti 73027'59,6". Pembacaan lingkaran vertikal berskala dapat
krt,r l.rkukan dengan cara yang sama, sesudah nivo indeks disetel.
rl,r
2.1
l'ada teodolit repetisi dan teodolit tachinretri mikroskop pembacaan ju,lrpssongkan di samping okuler teropong. Pembacaan hanya dilakukan
gr,r,l,r :;dtu bagian lingkaran berskala karena pengaruh exsentrisitas lingkaran
p,r,l,r jarak bidik yang pendek pada penyipatan detail amat kecil, dan jika
1r.ril dapst diabaikan dengan mengukur sudut pada dua posisi teropong.
K,'r,'lrtian pembacaan dengan + 0,1' biasanya cukup pada teodolit repetisi
,rtr,' r()odolit tachimetri.
r;,r
63
l',rtla bidang pandangan mikroskop pembacaan terlihat juga di sini lingkarlingkaran V bersama-sama seperti terlihat pada gambar 52 kiri.
l)cngan putaran tombol mikrometer pada kaki penyangga kanan kita meng,;r:ser dua garis tipis sehingga mengapit satu garis derajad dari lingkaran
lrr:rskala. Pergeseran dapat dibaca sebelah kanan pada contoh ini misalnya
lrrrqkaran horisontal berskala Hz : 327"59,6'. Pembacaan lingkaran vertrkal berskala dapat disetel dengan tombol mikrometer. Kemudian dengan
, ,rra pembacaan ini kita dapatkan pada teodolit mikrometer Wild T1 der rtyan indeks automatis.
Mikroskop skala
96
,tt Hz dan
95
3 i93:::i::::e
V =
Hz
114)
96"06,5'
235"56,5'
Gambar 51
pat kita lihar sekaligus lingkaran horisontal berskala (Hz) sebelah bawah
dan lingkaran vertikal /V/ sebelah atas seperti terlihat pada gambar 51 kiri.
Pada kedua lingkaran setiap derajat terbagi. Bagian yang akan dibaca pada
mikroskop diproyeksikan pada suatu pelat kaca 1,6ng dibagi atas 60' (100.)
demikian rupa, sehingga pada contoh ini dapat dibaca pada Hz 2350 (pada
lingkaran horisontal berskala) 56,6' (pada pelat kaca berskala). Skala-teodolit Wild T l6 dengan indeks automatis dan teodolit diagram-tachimeter
Wild RDS dilengkapi dengan mikroskop-skala.
Mikrometer optis
pembacaan
T1: Hz
t8
l
Gambars| ar"12 : +6"rt8,
Pembacaan lingkaran horisontal
Pembacaan lingkaran vertikal
-----5F-----------g
Untuk penyipatan dengan ketelitian yang tinggi di hutan atau pada ekspedisi-ekspedisi kita menggunakan teodolit kompas Wild T0. Alat ukur
sudut ini dilengkapi dengan lingkaran horisontal berskala yang berputar bebas dan jarum magnit yang selalu menunjuk ke utara (kutub utara magnetis). Karena lingkaran ini bersifat exsentris dan adanya paralaks, maka di sini
juga diadakan pembacaan koinsidensi seperti dibicarakan pada teodolit universil Wild T2, lihat juga gambar 53 di atas. Derajat-derajat kita baca dari bawah kiri ke atas kanan dan menit-menit pada indeks teromol mikrometer,
pada contoh ini 54036' . Pembacaan lingkaran vertikal dilakukan sesudah
nivo indeks disetel pada kedua bagian lingkaran yang dicerminkan diametral
tanpa koinsidensi. Derajat-derajat dan puluhan menit dapat dibaca, menitmenit diperkirakan.
327059'36'
Gambar 52
64
65
b)
Bayangan teropong
o,
o
o
o
0)
o
c
=
v
o)
c
o
o
0)
-o
-o
o9
tro
o-
o
oo
.q
1ro
a.
Hz =
-. 1)
3560 42,
= 118'18'
Gembar
3f
Gambar 55
Untuk pekerjaan-pekerjaan konstruksi bangunan dsb. dengan ketelitian menit kita dapat menggunakan teodolit Wild T05 yang sangat ekonomis. Skala pada lingkaran horisontal dan lingkaran vertikal berskala dibuat
'10' (10.) dan dapat diperkirakan pada'l' (1.). Teodolit ini dilengkapi de-
Pada teropong astronomi teodolit kompas Wild T0 dan teodolit Wild T3 bayangan objek pada diafragma terbalik seperti terlihat pada gambar 55 di
atas. Bayangan objek kita perhatikan melalui okuler teropong, yang bertindak sebagai kaca pembesar. Hampir semua teodolit Wild dilengkapi dengan suatu sistim prisma yang memungkinkan tercapainya bayangan objek
yang tegak (teropong bumi).
ikut.
'--=-=---.---.....
a)
Gambar 56
67
o,
o)
(.o
alat ukur
sudut ttpe
.*)
Gl 236
G2261
Gl 235
2.8
5.8
tl
30"
G1 219
G2207
G1 246
G22M
G2243
3.7
.2
+o.4"
2.2
0.3"
11
12-.1
0.1"
0.5."
lcc
0.2"
6.0
20"
28
3.6
G1 241
2.8
5.3
+1
30"
0.1
.
c
0.l
G1 270
2.6
2.7
+ 10"
60"
8',
1c
0.1'
3"
pembacaan koinsidensi
Gl 269
G22U
Buku petunjuk
alat ukur sudut
automatis
2.2
Beratnya kotak
dengan indeks
3.0
60"
1c
o"
matis
1cc
0.5'=3-
1"
O.2"
1c
100
10c
00
6"
100
2.20
29
20"
s0/100,
70
27
2',
r00
42
lFoto-foto alat ukur sudut Wild dapat dilihat pada bab 3.2. Hasil produksi
.)
3600
tl00s
3600
400s
konstant stadia
27
1.70
35
1.00
3S)
0.80
terpendek
(m)
42
U
30
60
25
24
30"
30,
T2
30,.
40,
30,
n,
't9'
12
T1
TO
T05
bayangan
tegak
bayangan terbalik
2
3
Tr0
iF$3iggf,flfl6E[iiiF
i$i$i$g$;i$E$g$EE$
EggEfl
Data-data
e)
l
o
o
L]
:@E
_o
-{
-J
j-
s9 + 60):
ringan triangulasi halus sekali dan tepat, ketelitiannya masih tergantung dari
pembacaan masing-masing. lni berarti. bahwa ada pengaruh keterbatasan
mata manusia, pengaruh iklim, suhu, angin dan sinar matahari yang dialami
setiap penyipatan. Maka tiap-tiap teodolit mengakibatkan kesalahan-kesalahan kecil. Supaya kesalahan-kesalahan dapat diatasi dan sebanyak mungkin disingkirkan, kita harus memperhatikan beberapa syardt.
a)
Pengaturan sumbu-sumbu
Gambar 60
Supaya suatu pengukuran sudut dapat dilakukan dengan tepat sistim sumbu-sumbu pada
suatu teodolit harus memenuhi syarat-syarat
berikut:
-H
-(
pada
sumbu pertama
4.
pertama
Sumbu nivo indeks harus sejajar dengan
Gambar 59
Pada umumnya alat ukur sudut yang modern stabil sekali dan bekerja tepat
walaupu n dipakai bertahu n-tahu n. Tetapi sesuda h dipindah-pindahka n dengan kasar, karena benturan dsb. sebaiknya alat ukur sudut itu diperiksa.
Jikalau perbedaan/kesalahan besar maka syarat-syarat 'l , 2 atau 4 masingmasing dapat dikoreksi. Syarat ke-3 hanya dapat dilakukan pada perusahaan yang membuat alat penyipat ruang itu. dan kalau kesalahan timbul di situ
biasanya teodolit itu memerlukan suatu revisi.
,rp".""hinggalingkaranvertikalberadasebelahkanan)dankitabidiksasar-
dikurangi dengan
an yang sama. Pembacaan lingkaran horisontal berskala
yang ditenketelitian
180o harus sama dengan pembacaan pertama dalam
tukanpadadata-dataatat.penyipatruang'KesalahanyangtimbuldalamnilaidetikataumenitmenjadiduakalikesalahangarisbidikterhadapSumbu
kedua.
pembacaan dan penentuan suPengaruh kesalahan ini tidak mempengaruhi
dut-suduthorisontal,makakitahanyamengaturka|aukesalahaninibesar.
pembacaan dengan
Pengaturan kita lakukan dengan menyetel mikroskop
horisontal
penggerak
sepa-ruh nilai kesalahun p"r6r""an dengan sekrup
(di-koinsl
horisontal
penggerak
atau dengan sekrup mikrometer dan sekrup
samping
ke
bergerak
begitu
densi-kan). Benang-silang vertikal dengan
dekat
sekrup
tiga
atau
dua
seperti terlihat pada gambir @ di atas. Dengan
petunjuk'
okuler kita hal ini dapat disetel menurut buku
Gambar
61
tikal automatis. Pada garis bidik yang horisontal kemudian sudut vertikal
(zenit) seharusnya 90000' 00".
Kita dapat membuktikan ketentuan ini sebagai berikut: bidik suatu sasaran
tertentu dengan benang-silang horisontal dan baca lingkaran vertikal (pada
teodolit wnd r0, T3 dan 8DS harus diperhatikan gelembung nivo indeks
lebih dahulu). sekarang kita putar teropong dan bidik sasaran yang sama.
Jumlah pembacaan pertama dan pembacaan kedua seharusnya 3600. Jikalau tidak, harga perbedaan dua kali kesalahan indeks flihat gamber 61 di
atas).
sasaran beberapa kali. Selain dari segi ekonomi keterbatasan juga timbul
rl,rri matd manusia, alat ukur sudut, iklim dan suhu. Ketelitian penyipatan
tr,ilrya secara terbatas dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah pemlrrrlikan suatu sasaran. Jikalau kiia membidik suatu sasaran n-kali dengan
kr:salahan rn. kesalahan rata-rata M bukan m/ n melainkan M = m/tf n.
.lr
l.o
0.9
Contoh:
Pembacaan pada peletakan teropong B (biasa)
Pembacaan pada peletakan teropong LB (luar biasa)
Jumlah
Jumlah
seharusnya
86"42',15"
0.8
273014',30"
t't.1
359056',45"
0.6
360000'00"
0.5
Harga perbedaan
o.4
Kesalahanindeks(%)
0.3
o.z
0.1
lahan sumbu-sumbu dan indeks dapat diatasi dengan pembacaan dua kali
Kesalahan pembidikan
Kita dapat membidik teliti hanya jikalau tidak ada paralaks antara sasaran
dan benang-silang. Ketentuan ini harus diperiksa sebelum tiap-tiap pembacaan. Harus diperhatikan khusus bahwa iklim dan atmosfir mempersulit
Gambar 62
Jikalau kita memperhatikan parabol pada gambar 62 di atas maka kita lihat,
bahwa ketelitian hampir tidak dapat ditingkatkan lagi sesudah 5 atau 6 kali
pembacaan.
tugas ini. Jikalau sebuah sasaran tidak mungkin kita bidik sekaligus dengan
tepat, sasaran itu kita bidik beberapa kali dan diambil nilai rata-ra'ta.
Seperti telah ditentukan pengaruh kesalahan masing-masing saling diperkecil dengan pengaturan penyipatan yang baik dan dengan membidik sasar72
Golongan
tipe
ketelitian yang
dapat diperkirakan
T05
TO
menjadisebanyak
1 cm atas
ilt
T16
RDS
T2
T3
',;rlahan acak.
kira-kira
30 m
T1
il
300 m
1"
2km
0.2"
10 km
Perbedaan ketelitian antara tiga golongan ini menjadi besar. Golongan I sebaiknya digunakan pada pekerjaan-pekerjaan penyipatan yang sederhana
dengan keterangan, bahwa tipe T0 dilengkapi dengan kompas. Golongan ll
terdiri dari teodolit tachimetri dan teodolit poligon. Jarak bidik biasanya
sampai dengan 150 m. Alat penyipat ruang ini cocok pada pekerjaan penyipatan detail pada lapangan terbatas, dan pada triangulasi dengan T3 pada
triangulasi primer sampai 60 km dan T2 yang ringan itu pada pekerjaan
triangulasi sekunder dan tersier.
Contoh:
'.4
Gambar Gl
l0 {.8
-05 -o4
-02 0
Hal ini berlaku pula pada kesalahan dalam menyipat. Sifat-sifat kesalahan
kebetulan dapat dilihat pada garis kesalahan pada gambar63 diatas. Jikalau dibandingkan dengan sasaran pengenaan pada 'sasaran'8, dapat kita
mengambil kesimpulan berikut:
1. Banyaknya kesalahan yang positif dan yang negatif kira-kira sama, maka jumlahnya menjadi nol,
2.
3.
.lumlah semua perbaikan vadalah nol. Dari residu-residu ini dapat kita tentukan kesalahan rata-rata kuadratis m menurut rumus berikut:
m-
rlengan
t=
M:-g-:
Vn
Contoh: Pengamatan suatu sudut a sebanyak lima kali menghasilkan harga- harga lberikut:
y2
x-la1
-: Harga'pengamatan'
Harga'pengamatan'
Hrtrl;rr'1lon1;amatan'
- Harga'benar'
Hrul;ir'1ronr;arnatan' = Harga'benar'
X
rrl I Vl at;lu Vt =
41.
Jumlah
6.76
1.96
-1.4
+ 0.6
0.36
29.16
-5.4
17
+ 3.6
12.96
103"
lvl=0.0
lvzl = 51.29
103:5=20.6"; x:165035'20.6"
Rata-rata adalah:
+tfi28:
+3.6"
M=1*9=*1.6"
v5
J ikalau salah satu pengamatan harus dikoreksi dengan y yang sangat besar
Hargt'benat'
Hirrl;rr'llonar'
d2
a3
a4
a5
Dapat dianggap sebagai harga sudut yang paling mungkin. Harga rata-rata
x diperlakukan sebagai harga 'benar' dan harga q1, az, an sebagai harga
+2.6"
165035',18"
22
20
26
a1
16
diper-
x1
llvll
lv2l
n-1
= koreksi
+ koreksi
= kesalahan
+ kesalahan
P:0,6745m=im
r"""t"r,"n
sing-masing pengamatan terhadap hasil akhir. Artinya bagaimana kesalahan-kesalahan itu menjalar.
(ke-tidak-telitian) rata-rata
al
(:)
M,--t\/fr+4
jikalau
1mr. t
m2,
* m3...*
= t malfn.
rlratis sebesar
Jikalau semua harga I disipat dengan ketelitian yang sama, maka kesalahan
rata-rata kuadratis juga sama, maka
Contoh
M*: *
Contoh: Suatu sudut a disipat limakali dengan kesalahan rata-rata kuam = + 3,6". Harga rata-rata aritmetis adalah:
M^:*@.
:
M,
ffin.
M^
x: + l, + l, + 13:...1.
mi,In.
qz
M,: * vt@T@TV:
.1
a5l
/5aa
',ll5a5
dengan ketentuan, bahwa tiap-tiap sudut a terkena kesalahan rata-rata kuadratis m : 3,6". Kesalahan rata-rata kuadratis dari harga rata-rata aritmetis
kemudian adalah:
Mr=t
: + 3.6 .1lS\[S: + 1.6"
+12.4".
Contoh 2: Dua sudut suatu segitiga disipat dengan kesalahan rata-rata kuadratisyangsama m : + 7,5"
q: 49025'32'
ll : 65"45'.22"
a + A:115010'54'.
Sudut ke-tiga }/
180o-115(,10'54"
rata kuadratis:
Mr: t 7.5V2:
b)
+'10.6".
Pada suatu perkalian
Suatu nilai penyipaian / dengan kesalahan rata-rata kuadratis m harus dikalikan dengan a, maka x : a.l. Kesalahan rata-rata kuadratis Mradalah:
Mr: *
78
a'm
79
tan
--"
AXrz
a Xt2
t,"
-tz:
X,
Yz
- Xr
- Yr
AXrz
AYrz
dtz.cos
t12
: AX,,
'' : AYTZ
sin tt2 cos tt2
dlr: (LY rr)2 - (4x12)2
,
cl.^
lr
q_l
Gambar 64
lzt:trz+1800
,l
r80'
Gambar 65
l-,
(+,-)
dan
81
oleh co-fungsi pada kuadran il dan kuadran rV sebagai pengganti fungsi pada kuadran I dan kuadran il, seperti diterangkan paoa gamoar 65
di atas
dengansudut-arah fr : trr 90o :'t,t
tw-27-0".
sin t,u
cos trv
srn t11,
cos
IV
cos (trv
+ sin (ttv
: :
tlt : -
-1ggo =
2700)
sint' : 1
COStl: 1
2700!.
sin (1,,,
- 1800)
cos (tlt
1800)
ilt
Catatan: kuadran I
kuadran ll
kuadran lll
kuadran lV
sin t,,
coS t1|
atas,
maka fungsi
di kanan bawah, maka co_fungsi
di kiri bawah. maka fungsi
di kiri atas,
maka co-fungsi
Co-f ungsi ditentukan oleh tanda ( + ,
)
- yang berbeda.
Diukur:
Dicari:
90o)
P1 dengan x
arah dari Prke P,
tn
:
:
1000.00 m;
65031' 20"
sisidl2
152,53 m, dzz: 152,53
dcr
150,93 m dan sudut-sudut:
:
:
P2 : Att: 235002'50"
P3 :\zq:305041'30"
P4 :lJy=233052'10"
m,du:
152,53 m,
99.)
il
di kanan
Diketahui: koordinat
AX
AY
sin
cos
++
drz
+
AX12
Jikalau kita dapat memilih letak titik 0 sistim koordinat di lapangan. lihat
gambar 64, maka titik o itu ditentukan sedemikian rupa, sehingg"
iup"ng"n
=*
drz. sin
152'53 m
t', :
Xr:
152,53.0,9101 (sin
x2
Y1
AY12
=*
b)
Dari P2 ke
P3:
tzt
138.821 m
1 138.821 m
1
: +
Yz=
'l 000.000 m
t,2) AX : +
000.000 m
63.199 m
I 063.199 m
: 235o02'50" (diukur)
tzt: 120"34'1A" l: kuadran ll + -
+ sudut lln
dzs
AX23
=*
d23.cos
dan co-fungsi)
120,56940
152'53 m
(sin
(cos
t23)
t23)
Xz= 1138'821 m
AX: + 131.330m
Xa:
1270.151 m
Yz=
AY:-
063.199 m
17.574 m
985.625 m
Gambar 66
82
83
c)
Dari P, ke
Po:
tsz
hq: 246015'40" (:
dsc : 152'53 m
AXsq =
ds+. sin t34 :
- (t3a-180"):
-deo.
kuadran ll
tan t12 =
Xz-Xt :
Yz-Yr
AX
AY
dr2 =
&- tt2I,=
AX
t, t2
l=246,26110
- :
Xs
(sin t3a)
-152,53.0,9154
sin
t23)
1270.151 m
139.624 m
AX : -
X+:
1130.527 m
sin
Y.i, =
COS t12
AY
cos tl2
138.821
0.910122
63'199
0.414341
152.53 m
152.53 m
Gs.szz2o
AY34
Yq
d)
Dari Po ke
985.625 m
61.404 m
AY
b)
Darip2ke
AX= +
924.221m
66015'40" (sudut-arah berlawanan dari t3a)
233052'10" (diukur)
P1:
+ sudut
tqr
300o07'50"
dar:
(:
kuadran lV
:300,13060
- + dan co-fungsi)
tan t23 :
150.93 m
150,93 . 0,5020 (sin to,)Xo
AX
try'1
pada permulaan.
harus
sama
Y4
924.221 m
AY
+ 75.763 m
P2:
Xz
'l '138.821
m Yz:
DariP3 ke
138.821
AY:(+
7-1.574m
kuadran ll dan
dgn
+ 90o)
co-fungsi
77,574 :
AY :131330
Ax
0.590680
t23
063.199m
-iooo ooo.
m Ay= +
, _.,
(dik"tuh'i)
AX
t23
t23
r"r %
=#
AY
cos
t23
131.330
0.861014
152.53 m
77.574
'152.53 m
oso8582
30.56940
+ 90.00000
120'5694o
X,-X,
AX
AY
AX
tant3a:
DariP, ke
c)
pl
dan jarak d.
sin
cos
999'984 m
X,-X,
L-J,:
999.990 m
a)
130.537 m
Xr:
t41)
d23
1 130.527 m
Yr :
Koordinat terakhir F1 dan
Y,- Y,
i-.,_ X; =
131.330m
tzs
AX41
p3: X3 = 1 270.151 m Y3 =
(dik"trhri)
138.821 m -Yz = _, 333.?33.
=
-Xz -1
ff
=L.J3:
cOS
t3a
t*
"in
AY
CoS t34
139.624
61.404
139.624
2.2738ffi*134= 66.26110
+ 180.00000
tta,: 246.2611"
= o-gts3gg =
152,53 m
61.404 :
: o.+o2sog
152,53 m
63.199m
(+ + :
kuadranll)
85
d) Dari Pa ke
P1: Xr :
-Xa :
000.000 m
130'527 m
= 1000.000 m
-Ya = - 924.221m
Yr
(diketahui)
-l
AX= -130.527m AY: + 75.779m
(- + : kuadran lV dan
2.4.4. Contoh-contoh
perhitungPerhatikan gambar 67 berikut sebagai dasar contoh-contoh
an:
+y
AY
AX
*-*":
, -Xt-X4------.stn I41
u41 -
: L-l!+ =
cos
t41
AX
130.537
sin tal
0.8611883
AY
cos
t41
= 150,93 m
= o##zs:
r5o,e3 m
Setiap orang yang belum menguasai ilmu ukur tanah harus memahami dengan baik dahulu hubungan-hubungan antara koordinat-koordinat, sudutarah dan iarak. Kemudian harus diketahui ketentuan tanda (+, -) pada'
koordinat-koordinat dan fungsi sudut pada ke-empat kuadran.
Hubungan-hubungan ini dan ketentuan tanda
huan dasar pada perhitungan triangulasi dsb.
+, -)
--AA2-t
merupakan pengeta-
+X
Gambar 67
P3 (3)
: -361.15 m Yr = 198'20 m
X2 = -180'31 m Y2 = 81'15 m
X:: - 80.51 m Ye=232'43m
Diketahui: Xr
Dicari:at'
dtg
dana2'
d23
Penyelesaian:
86
87
t.ht.,:
'-"',2
AY
AX-
tant23:
tantz:
tr3
.ax
:
.AY
:
drs
A
ua. -
: 83'o45eo
.AY
uD-
:0.65e704
kananataskuadranr)
t23:33.4r30o
Gambar 68
33'41300
-302'9133o
90'49970
x"-x.
=- =
--
Sll'l t13
Ya-Yr
cos
t13
2go.u
0.992643
u.23
cos tl3
0.121074
Xs-Xz
Ys-Yz
t2r
cos
I23
282.72 m
282.72 m
(kontrol)
151.20
0.834723
Pada metode mengukur sudut cara repetisi kita gunakan teodolit-teodolit dengan sumbu rangkap (misalnya teodolit Wild n) dan dengan klem
lingkaran (misalnya teodolit Wild n6 atau RDS). Sudut a yang hendak kita
ukur, diukur pada lingkaran berskala n-kali tanpa mencatat pembacaan antaranya seperti terlihat pada gainbar 68 di atas. Kita membidik sasaran kiri
P,, terdapat terdapat a1. Kita lepaskan klem penyetel putaran dan bidik sasaran kanan P2dan pancangkan klem tadi. Jikalau perlu, kita sekarang baca
al sebagai kontrol sudut o. Sekarang kita lepaskan Klem lingkaran, putar te
ropong dalam jurusan jarum jam, bidik sasaran kiri Pl.sekali lagi dan mati-
kan klem lingkaran sesudah kita melepaskan klem penyetel putaran kita
membidik sasaran kanan P2 (repetisi ke-2) dan seterusnya. Metode ini kita
t23
99.80
0.550670
srn t23
cos
##
,AX
uaa -
39'8674o
--+--
StO
282.72 m
181 .23 m
83'0459o
#:
-----:---
dn :
122.91330
StO t13
ots
'180.00000
Penentuan jarak d:
drs
88
8'1s8656
tzs:
tzr
- :
d2:
,rrr.rr.
+
t.rz
: #- :'#N:
' tn:
-trs : ar :
b)
l,
3l'ff!3:
+ 180o
= 302.9733o
+280'64 +
34.n JJ;,kanan atas'
f,l :
tant.,:
rq,, (r3 - {EY3 _ Y1
tan t13
r:)
181.23 m
= 181.23 m
lakukan n-kali dan akhirnya pada sasaran kanan P2 kita membaca lingkaran
a2. Dengan melakukan peletakan teropong LB, lihat gambar6l , kita mengulangi semua sekali lagi dengan urutan terbalik dimulai pada sasaran kanan
a): n. Karena nilai derajat
P2. Sudut a dapat dihitung sebagai o
laz
sudah kita ketahui dari pembacaan kontrol kita dapat mengetahui apakah
a1) dengan 3600, 7200
sebelum dibagi n kita harus menjumlahkan (a2
(kontrol)
89
n'
Dengan menggunakan metode mengukur sudut cara repetisi.kita dapat meningkatkan ketelitian sebuah alat ukur sudut sebanyak limakali. Keuntungan metode ini terutama terletak pada pengukuran sudut paralaksis.
Contoh: Afat ukur sudut yang digunakan: skala-teodolit Wild 716 dengan
metode repetisi.
Alat penyipat ruang: f/6 - 69383
Tempat peletakan alat ukur sudut: Menara X
Tanggal: 16-6j61; sedikit berkabut; yang membaca: Kzl
Sasaran
1
2
2
2
2
1
0 30.7
't7519.6
B
B
30.6
19.7
174 49.1
+ 360
Contoh: Alat ukur sudut yang digunakan: teodolit Wild T3 dengan metode
r
eiterasi:
Peletakan teropong
Sasa ran
133 42.3
1
19.9
LB
LB
30.5
4517.9
22006.8
2
17.7
07.0
174 49.3
+ 360
13342.3
07.2
17.4
LB
LB
9027.1
2
2
265 16.1
16.6
27.0
27.0
16.4
LB
LB
13s 26.9
26.8
2
2
31016.0
16.0
"l
LB
LB
174 49.4
+ 360
174 49.2
13342.4
2
13342.3
+ 360
16.1
26.7
il3:li,,t,l,r,, *
r,
1
B,LB
o'" lo'"
0 00 12.0
12.1
0 00 24.1
00 11.6
1334222.2
4221.8
11.7
00 23.3
22.1
21.5
13342'M.3
4243.3
1334224.5
4224.5
25.O
24.2
1334249.5
267 2434.0
4248.7
2433.6
34.4
34.2
267 2508.4
2507.8
267 2435.4
2434.7
35.2
34.8
267 2510.6
41 06 45.5
25 09.5
06 45.0
45.5
45.4
41 07 31.0
07 30.4
410844.8
06 43.3
M.8
43.1
4107 29.6
07 26.4
17448il.4
48il.1
9.5
53.3
174 49 48.9
49 47 .4
rata-rata
B+LB
sudut yang
sebenarnya
o023.7
4243.8
1334220.1
4249.1
25 08.1
155 42 19.0
2510.0
07 30.7
1334220.7
07 28.0
49M.2
1334220.2
Alat ukursudut: T3
lirnggal:
kembali ke titik 7-. Penyipatan ini menjadi suatu seri. Menurut ketelitian yang diinginkan seri ini diulangi n-kali dengan mengubah nilai lingkaran berskala pada tiap-tiap permulaan sebesar 180o: n. J ikalau banyaknya
sasaran lebih dariS atau 6, sebaiknya kita bagi atas seri-seri dengan hanya 4
atau 5 sasaran per seri. Jikalau kita lakukan beberapa seri dari satu titik kedudukan alat ukur sudut sebaiknya pada seri masing-masing sebagai titik/
sasaran permulaan dipilih sasaran yang sama.
Contoh: Alat ukur sudut yang digunakan: teodolit universil Wnd T2 dengan
metode dengan mengukur jurusan.
Alat ukur sudut: T2 - .-...
Tempat meletakkan alat ukur sudut: Titik 6 (lihat gambar g2)
Tanggal:
: yang membaca:
92
o,
il
rata-rata yang
direduksikan
o,
00000
21 4629
63 17 21
201 4623
243 17 26
21 2631
21 4623
63 17 16
5 1002401
11 142 10 53
2802405
//
tunggal
00008
(lll
il
rata- rata
180 00 09
Metode dengan mengukur jurusan biasanya digunakan pada triangulasi kwarter. Pada titik 6 di gambar 92 kita bidik misalnya 5 arah (4 sudut). Pada metode dengan mengukur jurusan kita baca lingkaran berskala berturutturut pada garis bidik sasaran masing-masing. Sudut masing-masing kemudian kita dapatkan di antara dua garis bidik. Kita lakukan metode dengan
mengukur jurusan seperti berikut: kita memilih suatu sasaran sebagai titik
permulaan (misalnya titik Z menurut gambar 69 di atas. Dengan meletakkan teropong pada kehudukan B (lihat gambar 61) kita membidik semua
sasaran berturut-turut dalam arah jarum jam, dan kita catat tiap-tiap nilai
pada lingkaran berskala. Sesudah kita mencatat sasaran terakhir
kita
putar letak teropong ke kedudukan LB dan mulai dengan pembacaan pada
LB
B
o,
Gambar 69
:yangmembaca:
Peletakan teropong
itik
,itsaran
titik
T2 dengan
00006
322 10 48
63 17 24
100 24 03
142 10 50
4500
45 00 08
66 46 26
108 17 28
2250013
2464635
1452400
3252400 1452400
11
187 10 55
7 1046 187 10 50
7
3
'l
10
66 26 30
288 17 23 108 1t 25
100 23 55
142 10 42
00000
21 4620
63 17 15
100 23 50
142 10 40
0
2
0
7 135 00 10
3 156 46 38
1
19817 29
5 23524
11
11
2771051
270 00 10
90 00 08
552407 2352409
97 10 54 2771053
00000
214622
63 17 17
1002352
142 10 42
00000
214620
-1
-2 -1
-2 -1
-6 -1
0
-1
+1
1
1
1
5
1
+1
0
0
+3
+2
-1
+l
-1
-'l
0
0
-2 -1
-3 -2
0
-1
+1
0
100 23 53
0
0
4
0
0
+2 4
+1
63 17 16
1421037
+1
+5
7 90 00 07
3 111 4633
153 17 24
1
5 190 24 03
11 232 10 48
+1
+3
++
-1
-1
6
1
0
1
1
+2 4
l-tl
lwl = 24
93
Titik
rata- rata
sasaran
seluruhnya
00000
7
3
21 4621
63 17 16
100 23 53
11
142 10 40
Keterangan:
rata-rata tunggal
pembacaan
B +-!.B
2
rata-rata
seluruhnya
rata-rata aritmetis
me-
Gambar 70
m + \lut----1wl-
(n-1)(s-1)
dan kemudian kesalahan rata-rata kuadratis oleh n seri pada jurusan sasaran
yang sudah di-rata-rata-kan kita hitung seperti berikut;
M:-9:*rt---I*lVn - v n(n_1)(s_1)
Pada perhitungan kesalahan v kita tentukan pertama t/ dari tiap-tiap seri
dengan v' : rara-rata seluruh dikurangi dengan rata-rata seri. Karena sasaran pertama lv'o: o) juga tidak mungkin teliti betul kita mengoreksinya
dengan perbaikan serinya yang negatif. Pada seri pertama dapat kita ten-
nya
tu ka n:
vo:-;':-lv'l
-A :+1.2=+1
a
Dengan nilai ini kita koreksi semua v' . sebagai kontrol kita perhatikan, bahwa jumlah [v] : 0. Dari nilai v kita dapat menghitung vz : lwl. Kemudian
pada contoh ini dapat kita tentukan:
m=+tl---:!\[2:+1.4"
-Y3.4
dan selanjutnya,
M:^P-=t1'!::+0.7,,
- Y 4.3.4 ttq
sebagai kesalai'ran rata-rata kuadratis dari 4 seri pada jurusan sasaran yang
sudah di-rata-rata-kan.
94
95
a)
lrkalau kita kemudian membidik dengan teropong condong sebesar B ke su,rtu rambu ukur yang sejajar anting kita harus memperhatikan gambar 72 di
,rtas. Rambu ukur sekarang tidak lagi diletakkan siku-siku pada garis bidik,
Asas Reichenbach
D: D'.cos0:100. L.co*B.
oleh
l4l
Ah:D'.sin/l
(5)
potongan A-B
AH =
100
L. sinp.
cosB
Asas Reichenbach didasarkan atas sudut paralaktis a yang ditentukan. Sudut ini ditentukan oleh dua benang stadia menurut Reichenbach yang diets pada pelat kaca dengan benang-silang, seperti terlihat pada gambar 7'l
di atas. Benang stadia atas dan bawah memotong sebagian rambu ukur sepanjang l. Jikalau garis bidik horisontal menurut gambar 71 kita dapat menentukan syarat berikut:
-Ld=
D
D'
AH
:'+
(6)
+ Ah- z : Ah +
z).
lengan i tingginya alat uku r sudut dan z tingginya sasaran. U ntuk perhitu ng,rrr ini (reduksi untuk menentukan jarak horisontal dan penentuan beda tingr
tli) dapat kita gunakan tabel tachimetri atau mistar hitung tachimetri yang
rnenentukan D dan Ah atas dasar sudutB dan pembacaan rambu ukurL.
:
;. cot; L.1/2cot;.
Jarak p antara ke-dua benang stadia kemudian dipilih sedemikian rupa, sehingga bagian rumus 1/2 cot a/2 menjadi 100 dan rumus ('l) di atas dapat
d isederha nakan sebagai:
Gambar 73
-r--I
-1-#
I
HaA
96
L-:________D
Gambar 72
3.
4.
rnenghambat kelancaran pekerjaan dan merupakan suatu sumber kesalahan. Sebaiknya jarak antara dua benang stadia tidak menjadi jarak tetap,
rnelainkan berbeda menurut kecuraman teropong sedemikian rupa, sehing-
23.1 cm).
5.
t;a pembacaan rambu ukur langsung meniadijarak dan beda tinggi yang sebenarnya seperti ditentukan pada rumus (4) dan rumus (6).
Diagram-tachimeter Wild RDS dilengkapi dengan suatu sistim prisma selringga bayangan rambu ukur pada objektif diproyeksikan pada suatu ling-
terbaca.
Jikalau garis bidik menjadi curam sekali kita harus memperhatikan dengan
khusus, bahwa rambu ukur didirikan sejajar anting betul-betul.
b)
GambarT4
98
GambarT5
karan kaca dengan diagrarn yang digores dan yang ditempatkan pada kaki
t)enyangga kanan. Dengan penambahan prisma dan kaca pembesar kita
akan melihat pada okuler suatu bayangan rambu ukur yang berdiri, dan diagram yang diproyeksikan menentukan suatu garis dasar yang juga menjadi
akan melihat pada okuler suatu bayangan rambu ukur yang berdiri, dan diagram yang !iproyeksikan menentukan suatu garis dasar yang juga menjadi
benang stadia bawah seperti terlihat pada gambar 74 di atas. Garis dasar ini
kita setel, sehingga jatuh pada suatu garis desimeter atau titik 0 pada suatu
rambu tachimeter yang khusus (lihat gambar 76 berikut). Pada benang stadia atas kita membaca rambu ukur. Nilainya dikalikan dengan 100 (cm = m)
menentukan jarak D yang sebenarnya (horisontal)' Kemudian lihat suatu
garis penentu tingginya diantara garis dasar dan benang stadia atas. Konstante pengali pada garis penentu tingginya mengubah menurut kecuraman
menjadi 10, 20,50 atau pada p > 24,5100 maka pada lereng yang landai
ketefitian menjadi lebih besar. Untuk mempermudah perhitungan ini garis
penentu tingginya diberi faktor langsung dengan tanda ( + , - ) sebesar 0,1;
0,2;112 dan 1 (cm = m). Pada sudut perbatasan dalam bayangan kita dapatkan dua garis penentu tingginya dan pada umumnya kita menggunakan
yang lebih atas.
Gambar 76
99
{
!
Untuk menyederhanakan perhitungan di lapangan sebaiknya kita menggunakan suatu rambu tachimeter dengan kakinya yang dapat disetel menurut tingginya alat ukur sudut i. Misalnya pada suatu tingginya alat ukur
suduti : 1,46 m. Kaki rambu tachimeter ditarik sebanyak 46 cm agar kita
dapat membaca beda tinggi sebenarnya secara langsung seperti dilihat pa-
da gambar 76 di atas.
Di samping lingkaran horisontal berskala diagram-tachimeter wild RDS masih dilengkapi dengan lingkaran vertikal agar beda tinggi dapat juga ditentukan secara trigonometris jikalau jarak pembidik terlalu jau h.
yang diukur selalu menjadi lebih pendek daripada jarak yang sebenarnya
kesalahan sistimatik).
Atas dasar kcnstante pengalian yang kecil penentuan beda tinggi biasanya
lebih teliti daripada penentuan jarak yang mengalami pengaruh ref raksi (melengkungnya sinar-cahaya) permukaan bumi (differensialrefraksi).
(
tand:
*: #,
= 34',22.6"
Gambar 78
Jikalau baji optis itu menyelubungisebagian saja dariobjektif, misalnya separuh, maka berkas sinar pada bagian yang tidak diselubungi tidak dipantulkan. Jikalau kita sekarang membidik suatu rambu ukur horisontal yang siku
pada garis bidik kita memperoleh pada objektif dua bayangan yang tercampur. Pada bayangan ini suatu bayangan tergeser ke samping 1:100 dari jarak
rambu yang horisontal - alat ukur sudut terhadap bayangan biasa. Pergeseran ini dapat kita baca pada rambu seperti terlihat pada gambar 78 di
atas. Pembacaan ini tidak terganggu berbeda dengan benang stadia menurut Reichenbach yang terganggu oleh paralaks pada benang- silang yang
mungkin masih ada. Juga pengaruh refraksi-vertikal ditiadakan, jikalau kita
memperhatikan refraksi-vertikal ditiadakan, jikalau kita memperhatikan reyang dekat dsb.
f raksi-samping pada garis bidik yang sejajar dengan dinding
a) Bajioptis Richard
)'
Gambar 80
100
101
ry
mengganggu pembacaan rambu. maka rambu ukur hanya berskala pada
bagiin bawah saja. Garis nol dan nonius pada bagian atas dengan sisa-sisa
lainnya dicat hitam untuk menghindarkari gangguan pembacaan seperti terlihat pada gambar 81 di atas. Dengan mengganti mal pembacaan seperti
terlihat pada gambar78, rambu ukur ini menggunakan nonius s/d jarak 100
m dan suatu konstante penambahan + 50 pada jarak-jarak antara 60 s/d
150 m. Lihat gambar 81 . Dengan garis nolnya. maka pada rambu hanya terbaca meterannya. Desimeter dan sentimeter didapat dengan suatu mikrometer kaca-datar-plan-paralel seperti terlihat pada gambar 83 di atas. Dengan memutar kaca-datar-plan-paralel di muka baji optis, bayangan yang
Gambar 8l
Prinsip pengukuran jarak ini dahulu digunakan pada baji optis Wild DM 1
sebagaisuatu pelengkapan pada teodolitWild T 1, T 16 dan T2 dan yang
pada saat inisudah tidak lagi diproduksi. Kokot betina baji optis digeser dan
diikatkan pada objektif teropong seperti dilihat pada gambar 79 dan 80 di
atas. Pada bagian okuler teropong itu dipasang suatu pqngimbang. Rambu
ukur horisontal dipasang pada suatu steling yang tingginya dapat disetel
betul-betul pada tinggi alat ukur sudut seperti terlihat pada'gambar 81 di
atas. Steling itu dapat didirikan sejajar anting dengan bantuan suatu nivo
katak. Rambu yang horisontal kemudian disetel siku-siku pada garis bidik
dengan menggunakan sebuah vizier (diopter).
Gambar 82
dipantulkan dapat digeser terhadap bayangan langsung sebanyak satu desimeter jarak horisontal. Dengan memutar mikrometer kita dapat meng-koinsidensi-kan suatu garis dari skala nonius dengan suatu garis dari skala
mistar seperti diterapkan pada gambar82 di atas. Garis nonius menentukan
desimeter dan pada skala mikrometer dapat dibaca sentimeter'
Pada gambar 82 di atas dapat diperhatikan contoh berikut:
61.00 m
Meter (pada garis nol)
0,50 m
(pada
nonius)
garis
skala
Desimeter
Sentimeter (pada skala
mikrometer)
totaljarak
i49ll
61,58 m
Jarak ini sebenarnya menentukan jarak dari baji optis ke rambu ukur. Kon-
stante penambahan sebagaijarak dari baji optis ke sumbu pertama alat ukur
sudut sudah diperhatikan oleh suatu pergeseran nonius terhadap skala rambu. Pada pengukuran curam dengan sudutB kita dapatkan jarak D' yang dikalikan dengan cosB menghasilkan jarak horisontal D dan beda tinggi Ah'
dikalikan sinp menghasilkan beda tinggi Ah yang sebenarnya'
b)
ffi
ffi
nonius
(
Gambar 83
Sebelum mengukur jarak, baji optis diatur horisontal demikian rupa, sehingga suatu putaran kecil pada objektif menggeser dua bayangan rambu horisontal pada suatu garis lurus. Supaya dua bayangan yang tercampur tidak
102
f
rEol
lw
15,28 m
Karena operasi perkalian pada penentuan jarak dengan baji optis makan banyak waktu dan merupakan sumber kesalahan-kesalahan maka ditemukan
Tachimeter dengan reduksi automatis Wild RDH (Reduktions-DistanzHbhenmesser). Reduksi jarak yang miring pada alat ukur sudut ini berlaku
automatis dengan suatu sudut pantula. Makin curam teropong makin kecil
sudut ini karena dua baji berputar dengan perbandingan cos/3. Pada prinsipnya pembacaan dilakukan seperti pada baji optis Wild DM t hanya rambu
dan skalanya berbeda. Pembagian skala terkecil 2 cm. Ada dua nonius,
yaitu 0-2 pada jarak sampai dengan 70 m dan 70-72 pada jarak yang lebih
daripada 70 m. Berlawanan dengan baji optis Wild DM '1, pada tachimeter'
dengan reduksi automatis Wild RDH bayangan tidak menjadi tercampur,
melainkan dibagi dua pada suatu garis halus, dengan bagian atas bayangan
langsung dan bagian bawah bayangan yang dipantulkan dari nonius, sepertiterlihat pada gambar34 diatas.
Pada pembacaan beda tinggi kita perhatikan angka-angka yang merah pada
rambu ukur. Jikalau beda tinggi lebih besar daripada 70 m akan kita gunakan nonius ke-tiga yang berangka merah 30-32. Tachimeter dengan reduksi
automatis RDH dilengkapi dengan lingkaran horisontal berskala dan lingkaran vertikal dengan pembacaan skala seperti skala-teocolit Wild T 16.
Saat ini tachimeter dengan reduksi automatis Wnd RDH sudah tidak lagi diproduksi karena ada alat pengukur jarak elektroiis seperti distomat Wild Dl
Gambat 85
Metode ini menggunakan suatu rambu-dasar Wild GBl2m dengan paniang 2,00 m dan dengan ketelitian + 1110 mm dan tanda segitiga seperti
terlihat pada gambar 85 di atas. Karena perubahan suhu sebesar 20o C
mengubah jarak hanya sebesar 20 trr, maka dengan kata lain panjang rambudasar tetap. Rambu-dasar dipasangkan di atas statif biasa seperti digunakan untuk teodolit Wild T'1A, T 16, T 2 dsb. di-horisontalkan dengan bantuan sebuah vizier disetel siku-siku pada garis bidik.
a)
104
Pengukuranjaraktunggal
Gambar 86
Dengan teodolit kemudian kita mengukur sudut paralaks horisontal a anta2,A0 m dengan tinggi terhadap titik pelera tanda dan B dengan iarak b
takan alat ukur sudut 0 sembarang seperti terlihat pada gambar 86 di atas'
105
Kita perlu mencari banyaknya bagian d dari suatu jarak D jikalau kesalahan
rata-rata kuadratis M sudah ditetapkan. Perhitungan ini berdasarkan atas
kesalahan pengukuran sudutma : 1" kemudian dengan d : D/n kita da-
Oleh nilai suduta yang horisontal [tu dapat kita tentukan tanpa reduksi atau
tanpa mengukur beda tinggi jarak horisontal D menurut rumus berikut:
b cotA
D: 22
dan dengan b
D:cota
patkan:
d2
D2
M: " -rfn:
2p" '' " 2r" 'rfns
2,00 m:
dut pada teodolit yang digunakan. Kesalahan rata-rata kuadratis pada suatu
jarak dengan suatu kesalahan sudutrn : 1" ialah:
-^:
"
D' :
2r"
an bagian n sebagai:
D'
n = 8.4 (D?-)
mm
+ Dl2.
Kita lihat atas dasar tabel di atas, bahwa teodolit dengan ketelitian 1" pada
suatu jarak sampai dengan 100 m biasanya memenuhi syarat ketelitian. Pada penentuan jarak yang lebih jauh kita harus melakukan metode-metode
yang lain seperti misalnya pengukuran jarak terbagi atau pengukuran jarak
dengan rambu-dasar bantuan, lihat juga gambar 87 dan 88 berikut.
b)
D
rnp
l,
| 4p"2 M2'
":tAt
n = 13.3 (D?.[
"/
Y /
,/ ,f ,/1./
Y
,/.f-/
/-/_ .qzT-4-Y
'2 ffi
-/ '4
<t-,/
F_d_l
Gambar 87
M=
106
rno.
' ,/.
/
t
EI
EI
>l
2 100,?
Dm
M
n
::
i
!
./z:
200
z4
,/r'
300
100
500
600
700 800
900
1000
c)
50
.lrl
il
Pada metode dengan pengukuran jarak dengan rambu-dasar bantuan kita
menentukan pada salah-satu ujung dari jarak D suatu jarak d seperti dilihat
pada gambar 88 di atas.
Pada titik I kita letakkan rambu-dasar dengan panjang b : 2,0 m. Sudut d
kita pilih =90o dan sudut a = y. Ketentuan ini menguntungkan pengukuran
d dan D. Dengan sudut paralaks a kita menentukan jarak d dan dengan sudut d dan y dapat kita menentukan jarak D menurut rumus berikut:
D=d sin(180-d-yl _ A
srny
Jikalau d
sin(d +
y)
slny
d
D= tany
d
= srn/ (karena y menjadi kecil)
D,.
bd=
D D=
'
dan karenab
D=
d2
2,00 m:
d2
i,
"
.vrn
D\fd=
D/d
200000
Ukuran jarak semua ditentukan dalam meter (m) nilai-nilai dapat dipelajari
pada tabelberikut:
Gambar 89
108
109
E
Wild Distomat Dl 4 sebagai perlengkapan yang dipasangkan di atas teropong teodolit wild T 1, T 16 atau T2
Alat pengukur jarak secara elektronis, Wild Distomat Dl 4 menjadi hasil kerja sama antara perusahaan Wild Heerbrugg Ltd. Swis dan perusahaan Sercel di Nantas, Perancis, sebagai penggantiWild Distomat Dl 35 dan Dl 10.
Oleh kerja sama inisedang dibuat dan dijual lebih dari 10'000 Wild Distomat
Dl 10 dan Dl 3. Alat pengukur jarak secara elektronis digunakan terutama
untuk pengukuran jaringan triangulasi, mengukur jarak-jarak pada macammacam proyek pembangunan, dan mengontrol macam-macam ukuran'
Alat pengukur jarak secara elektronis Wild Distomat Dl 4 ditemukan dan dijual sejak 1980 dan memenuhi hampir semua keinginan yang diharapkan pada suatu alat pengukur jarak pada penyipatan. Perlengkapan Wild Distomat
Dl4 terdiri dari: statif, bagian pengukuran, alat ukur sudut, sasaran dan aki.
Sasaran yang terdiri dari pemancar dan pesawat penerima yang dipasangkan di atas teropong suatu teodolit Wild T 1, Wild T 16 atau T 2. Suatu
pengimbang menghindari gaya-gaya yang tidak diinginkan karena titik berat
tetap berada pada sumbu kedua. Pemasangan ini memungkinkan penyipatan arah dan jarak sekali gus. Bagian pengukuran yang dihubungkan dengan
sasaran dengan satu kabel dipasangkan di antara statif dan teodolit, pada
suatu sumbu tersendiri. Karena disambung dengan teodolit, maka kabel
tidak mengganggu. lsian bagian pengukuran ialah: meter getaran frekwensi
dan alat menghitung reduksi.
lombang merah infra (GeAs-diode) yang tidak dapat dilihat. Frekwensi yang
digunakan ialah 7,5 MHz dan zE7 MHz. Karena gelombang ini melewati
jarak yang diukur pulang-pergi hampir dengan kecepatan cahaya, kesatuan
dapat ditentukan 30 m (setengah gelombang pada pengukuran teliti) dan
2000 m (pada pengukuran yang kasar). Objektif pemancar memusatkan gelgmbang-gelombang pada suatu sudut sebesar 4' (: 12 cml1O0 m). Sebaglpn dari gelombang-gelombang yang diterima oleh suatu prisma reflektor
akqn dikembalikan ke objektif pesawat penerima dan difokuskan atas suatu
fotodiode. Pada meter getaran frekwensi diukur perbedaan getaran frekwensi antara gelombang yang dipancarkan dan gelombang yang ditangkap oleh refleksi sasaran. Perbedaan ini menentukan jarak antara Distomat
dan sasaran.
di-
1000 pengukuran. Sinar yang pulang pergi di antara bagian pengukuran dan
sasaran boleh diganggu misalnya oleh mobil-mobil yang lewat, tanpa rnerugikan ketelitian hasil pengukuran jarak, hanya waktu pengukuran diperpanjang karena hasil baru kita terima sesudah 1000 pengukuran selesai dilakukan.
gram tertentu, karena tugasnya tetap reduksi jarak miring atas jarak horisontal. Nilai sudut vertikal harus ditentukan oleh ahli penyipat yang melakukan penyipatan. lni berarti pada waktu bagian pengukuran mengukur jarak
miring, kita mengukur sudut vertikal pada lingkaran vertikal berskala dan
nilainya diberikan kepada komputer pada papan tombol jari.
Sesudah kemudian saklar A ditekan maka dalam waktu beberapa detik didapat jarak horisontal, dan jikalau perlu Al beda tinggi. Minikomputer ini
juga memungkinkan perhatian misalnya faktor-faktor koreksi skala, menghitung jarak dari meter ke kaki inggeris atau menentukan selisih koordinatkoordinat yang siku-siku.
Seperti telah dikatakan alat pengukur jarak elektronis Wild Distomat Dl 4 dibuat terutama untuk pekerjaan kadaster dan insinyur. Jarak-jarak pada pekerjaan ini biasanya kurang dari500 m dan jarang sekali lebih panjang daripada 1000 m. Karena itu Wild Distomat paling cocok pada suatu jarak yang
1000 m, berhubung garis-tengah objektif dan ukuran prisma reflektor (50 x
100 mm), yang memungkiiikan hasil yang teliti pada jarak 1000 m walaupun
suasana hanya sedang. Jikalau kita menginginkan mengukur jarak yang lebih jauh atau pada suasana yang agak jelek, maka harus ditambah banyaknya prisma reflektor. IVlisalnya dengan sebelas prisma reflektor rl.apat kita
ukur suatu jarak 2000 m.
Ketelitian suatu jarak yang diukur dengan Wild Distomat Dl 4 5 mm + 5
mm/km. Kesalahan rata-rata ini tidak tergantung dari jarak dan bisa terjadi
pada jarak yang jauh maupun pendek. Ketidaktelitian yang lain pada Wild
Distomat Dl 4 tidak ada, walaupun kita harus memperhatikan bahwa kecepatan pada gelombang merah infra tergantung dari suhu dan tekanan
udara. Pengaruh ini dapat kita tiadakan dengan ketentuan suatu faktor koreksi skala pada pengukuran jarak. Biasanya ketelitian kurang tergantung
dari bagian pengukuran jarak, daripada dari bagian teodolit. Jikalau kita
menggunakan teodolit Wild T 1 atau T 16 maka ketelitian beda tinggi
kurang lebih 1 cm pada 300 m jarak. Dengan keterangan, bahwa koreksi
oleh bulatan permukaan bumi pada jarak 300 m sudah menjadi 1 cm.
Pada gambar 90 berikut kita dapat memperhatikan tugas-tugas yang dapat
diterima alat pengukur jarak elektronis Wild Distomat Dl 4, yaitu:
a) mengukur jarak miring, b) menentukan jarak horisontal, d) menentukan
111
beda tinggi, d) menentukan selisih koordinat Ax dan Ay, a) mengukur beberapa jurusan.
di antara Tachimat TC
Tachimat TC
dan komputer
1 di atas kaki
tiga
Gambar 90 a-e
Gambar 91
d)
ialah:
dengan pemasangan sensor yang berlawanan. Ketelitian pada lingkaran horisontal berskala ialah + 2" dan pada.lingkaran vertikal berskala + 3"'
Bandul : Sebuah bandul beserta sensor bekerja sebagai nivo indeks yang
automatis pada lingkaran vertikal berskala. Jikalau perlu bisa juga melewati
sistim automatis ini dan membaca lingkaran vertikal berskala menurut sumbu mekanis pada alat.
ref raksi
Display (pembacaan): Pada dua ujung alat berada dua LED-display dengan
delapan angka masing-masing. Pada rekaman pada kaset selalu dapat terbaca nomor kelompok dan angka masing-masing.
Papan tombol jari : Karena ada papan tombol jari pada kedua ujung alat
masing-masing, maka kita dapat bekerja dengan kedudukan teropong B
dan LB tanpa halangan. Papan tombol jari digunakan untuk menyampaikan
data-data dasar seperti salah satu tinggi di atas permukaan laut, atau koordinat-koordlnat suatu titik tertentu dsb. atau untuk kode informasi pertama
jikalau direkam pada kaset. Suatu bunyi memberitahukan agar informasi/
input dapat diterima.
Perlengkapan rekaman : Alat perlengkapan rekaman dapat dipasang di
atas alatWild Tachimat TC 1 dengan kaitan berper. Alat ini dibuat tahan air,
hujan dan debu. Sesudah dipasangkan alat ini menjadi sebagian yang ber-
ca kaset juga membuat kaset duplikat jikalau kita perlu mengirimkan suatu
kaset ke tempat lain.
a)
Jaringan dasar
Kaset-kaset : Kita dapat merekam pada pita kaset magnetis, suatu sistim
pengumpul dan penyimpan data yang paling ekonomis. sekitar 1800 kelompok data dapat disimpan dalam satu kaset. Rekaman kaset maupun kaset
itu sendiri dapat dipergunakan pada suhu -20o C s/d + 50o C.
Alat pembaca kaset: Kaset-kaset dapat dibaca dengan suatu alat khusus
dengan TTY dan R52321V24, perlengkapan yang memungkinkan penyampaian data-data langsung ke teletipe. video-terminal, lewat tilpon dengan
modem atau langsung ke desk-top atau komputer yang besar. Alat pemba114
Gambar 92
115
Misalnya kita menerima tugas menyipat suatu lapangan yang belum dikenai
suatu triangulasi. Kita harus akan membangun suatu jaringan tugu dengan
pada gambar 92 di atas.
iarak masing-masing sekitar 2,0 km'seperti terlihat
Luasnya lapangan yang dibayangkan kira-kira 35 kmz.
Pertama kita pilih basis4-8 dengan panjang sekitar 550 m di pertengahan
lapangan. Basis itu diukur dengan pita ukur 50 m panjang. Ketelitian pita
ukur itu akan menjadi m1 : + 5 mm (kesalahan rata-rata kuadratis). Ka(kerena kita harus akan mengukur 11 kali50 m, maka kesalahan pada basis
salahan sistematik) menjadi:
M1 : n.fl'tr :
11 .5 : +
55 mm.
Kesalahan acak (kebetulanlm2 tergantung dari gaya tarik pada pita ukur,
suhu dan ketelitian pada seriap bagian pengukuran, ditentukan sebesar + 5
mm pada tiap-tiap Pengukuran:
M: + \/M?+w-
58 mm.
D = 552.50 (1 -
6;1
00q0)
552.50
0.06
552.44 m
Ketelitian basis ini yang diukur dengan pita ukur dari baja hanya dapat dicapai di lapangan yang datar. Jikalau ketentuan ini tidak dapat dipenuhi sebaiknya digunakan rambu-dasar yang horisontal dan sebuah teodolit de-
ngan ketelitian
sama, tetapi kita tidak lagi tergantung dari lapangan yang datar.
b)
Jaringan
segitiga
.* i
/3
I8o'
Gambar 94
Gambar 93
Biasanya kita me-reduksikan panjang basis pada permukaan laut seperti terlihat pada gambarg3 sebelah kiri. Jikalau misalnya telah diukur basis pada
H : 7O0,OO m diatas permukaan laut dengan panjang 552.49 m, maka ba-
: d(l - H
D: d-.R
R+H'
R+H
_l
116
Bentuk pada jaringan segitiga tergantung dari keadaan lapangan yang selalu perlu diawasi. Titik-titik yang kira-kira cocok sebagai tugu langsung kita
tentukan letaknya dengan pedoman tangan. Jikalau kita mis4lnya sudah
mengetahui letak titik/tugu 1 dan 2 pada gambar 94 di atas, dengan kompas sudut a dan B kita tentukan titik/tugu 5. Titik ini dapat digambar dengan cara pemotongan ke belakang.
Yang harus diperhatikan dengan khusus. yaitu perambuannya. Ramburambu itu harus berdiri sejajar anting tepat di atas tugu dan diperkuat dengan tiga topang seperti terlihat pada gambar 95 di atas.
117
Soal
4:
triangu lasi.
Pada prinsipnya boleh dikatakan di sini, bahwa sebaiknya suatu pengukuran sudut dibuat lebih telitidaripada yang sebenarnya diperlukan. Jikalau kemudian hari diperlukan angka-angka yang lebih teliti penyipatan tsb. sudah
diadakan dan yang perlu hanya perhitungan kembali lebih teliti, misalnya
pada suatu sistim koordinat yang baru dsb.
Pada jaringan triangulasi yang sederhana biasanya digunakan teodolit Wild
T 2 atau Wild T 16. Lihat jug a bab2.2.8. (Pemilihan teodolit yang cocok).
i,-
ry
d)
wild
Prisma-matahari
{'
ry,
e)
dari permukaan laut menjadi 552.44 m. Sudut-sudut segi-tiga masingmasing diambil dari buku ukur. Dengan nilai-nilai ini kita sudah mengetahui
semua data untuk menentukan titik masing-masing. Perhitungan dilakukan
seperti berikut:
Soal 1: Memperbaiki semua sudut pada segi-tiga masing-masing, maka
jumlahnya selalu menjadi 180o.
Soal 2: Meniadakan segitiga I dan ll pada basis dan dengan bantuan garis
sisil-2 membentuk segitiga lll.
Soal 3: Meniadakan segitiga-segitiga induk.
118
119
Segitiga lV (gambar98)
Y =
IJ =
q :
730116
551123
7301
-3
-2
-3
514129
180 00 08
13
55 11 21
51 47 26
180 00 00
-8
stna
c
---:, dan kemudian
sin0
slny
a . siny
slna
Maka, jikalau kita mengetahui sisi a dan sudut a, IJ, y suatu segitiga, sisi-sisi
Gambar 97
Gambar 96
a:
q=
koreksi
dibetulkan
lainnya dapat ditentukan. Untuk perhitungan sebaiknya kita gambar segitiga itu dengan memperhatikan syarat berikut:
a = sisi yang s.rdah diketahui, di hadapan sudut a
b : sisi yang dicari, di hadapan sudut B
c = sisi yang dicari, di hadapan sudut y.
Segitiga l(gambar96)
Basis A-B yang diukur
o,
or
73 08 56
64 11 55
4239 04
+2
+2
73 08 58
+1
423905
179 59 55
+5
180 00 00
64 11 57
552.50 m
0.06 m
direduksikan
diketahui:
552.M m
42039'05"
46 59 44
lt=
q=
100 21 58
323814
179 59 56
Segitiga
ll I
/{
'.=
lJ
+2
+4
46 59 45
73 08 58
35 05 38
2445
0
0
-3
-2
73J4940
sinP
0.9570il
64"11'57" : 64.1992"
siny
73008'58"
180 00 00
46 59 45
73 08 58
35 05 35
2445 42
180 00 00
0.900313
46 59 45
10021 59
32 38 16
gambar 97)
180 00 05
120
+1
+1
sina =
42.65140
0.677536
y=
.L sinp
= slna
a:
552'u
0.677536
0.9s7064
Srfl/
552'M 0.900313
c- -
0.677536
734.08 m
b = 780.36 m
- 1sln4
Segitiga ll(gambar96)
b- =
552'M
0.539318
.0.983678
c:
-
552'M
0.539318
.0.731301
121
a:734.08m
b:1007.60m
*
120o08'43" :-120.14530 c- b
sinB
-slny
42"
35"05'35"
24045'
ll
v
a
c = ---.-
stna
c = 749.09 m
1007.60 m
Segitiga lll ( gambar 98)
Sll"l/
734'08 .o.B64rs4
:
:
24.76170
35.0930o
c-
0.418845
":-19q2'60-.0.8&754
0.574905
c=
1515.60 m
sina
sinp
siny
ugu
0.418845
0.574905
r-
sin t.d
0.ffi4754
o
o,
il
1020256
222455
552.M
+ 540.21
749.09
+ 285.64
403.81
1696.74
.p
-2237.30
-2
53
1782916
1242.31
2041825 1318.73
14210 40
166 29 05
32.78
1944.04
- 542.82
+ 454.33
81 1631
67 45 36
Gambar 98
1545.118
+ 1430.50
5
b
:
:
: 1515.60 a :
0:
y:
1515'oo
0.785755
15&3.66 m
51047' 26"
51.7906o
55"11'21" :55.18920
73"01'13" :73.02030
.0.821042
c:
1515'60
0.785755
*
*
-
sina : 0.785755
sinB : 0.821042
siny : 0.956408
1844.76 m
Soal 4: Menghitung sudut-arah dan koordinat-koordinat atas dasar sudutarah 102002'56" yang telah kita tentukan pada arah A-8. Kita selaniutnya
menyipat poligon utama dari.4 ke B, 2,9, 8, 7, 6, 11, 5, 1 dan kembali ke 4.
Perhitungan koordinat kita dapatkan pada perhitungan tabel berikut:
+ 577.17
+ 422.10 +2225.14
613.19
1611.95
-1815.22 +
-1241.87
-1782.44
+ 370.08
-2325.26
1870.93
-2721.99
440.45
-2137.05
-1201.U
1492.47
3551154
734.08
61.45
831.76
-1890.22
*1
+ 584.94
501.90 + 1405.55
155 32 51
61.45
731.50
731.50
0.00
0.00
28651 02
1020256
.0.956408
Dengan cara ini telah kita tentukan satu segitiga induk dari triangulasi ini.
Segitiga induk yang lain dapat ditentukan dengan cara yang sama.
122
19 39 03
+ 825.91
-2
't315327
Segitiga lV (gambar98)
115.32
+ 1647.98
205 49 09
+ 540.21
692.49
-1
2544023 2319.81
f
a
882628
103
0.00
115.32
143 49 00
346 13 55
0.00
't00 21 59
1515.60 m
koordinat
cos t. d
AX
Soat 3: Meniadakan segitiga-segitiga induk dan membentuk segitiga lV seperti ditentukan pada gambar 98 berikut:
sudut-arah jarak
sudut
rlMo 00 00
selisih
+3245.42
+ 5062,46
-3245.38
-5062.M
+2
+4
Karena hitungan poligon utama tadi belum mengenai semua titik maka kita
menyipat poligon cabang dua kali lagi dari titik 7 ke titik 3 dan 2 dan kemudi123
I
titik // ke titik 10, 4 dan 2 sehingga penyipatan ini mengenai semua
titik/tugu menurut gambar 92.
an dari
sudut
0
;udut-ara I jarak
sin
t.d
cos t.d
;udut-arah
koordinat
jarak
d
I 17 30
10
769.31
61.73
-1182.M
2063.43
+2002.17
r80 04 06
85 28 50 1844.73
+ 1839.00 + 145.36
1013.1
80 45 05
347 20 15
2
2067.10
178 53 40
825.9'l
+ 571.17
ielisih
+ 2608.31
+ 2608.35
+ 207.@
+ 207.09
+4
-1
+ 1147.92 + 1781.45
*4
-2
+ 131.17 -3221.07
+ 1279.05
453.12 + 2016.83
-2
-2721.g9
1439.64
*2
825.9'l
577.17
Selisih
499.07
346 13 55
346 13 55
124
2119.27
1343227
+ 431.81
+2
2
3247 48
4
-7
I 08la00
+ 370.08
+2
3
1870.93
103 59 48
1782916
711.78
AY
43
8524M
AX
koordinat
86 55 28
cos t. d
166 29 05
11
sin t.d
=
AY
AX
o
sudut
Tu
+ 2608.35
207.09
nya
Selisih
+ 2696.97 +3299.21
+ 2696.84 + 3299. 1 6
+ 2696.84 + 3299.16
_13
*5
Sekarang kita mengetahui koordinat semua tugu pada jaringan segitiga (triangulasi) yang diperhatikan. Jikalau kita kemudian ingin menambah beberapa titik lagi, maka dapat dilakukan dua cara berikut:
Cara 1: Penentuan titik secara pemotongan ke muka
Cara2: Penentuan titik secara pemotongan ke belakang
125
sudut-arah
tr_,:
tB
f, : fr:# : 0.777078(tan
37.950
te-r
37051' 00"
tl
p+y
,)
114o47',03"
44o56'.51"
159043'5/."
1800 0' 0"
d:
+ 1800
20o16'06"
= 217051'00"
sisi a:
,-
'-)-r---
---;\;P
Ila
Ax
478.82
sin ts_1
0^613596
^Ay
cos tB_
616.18
0.789620
780.35
sisib:
: -3slna
sinB
SlSl
C:
C:
slna
u= o.uu17
-799-?? .o.eo78e4
780.35
C: 0.u6417
:':--:--
u: ?91!Jg!
c:1591.210m
Sll'l'Ir
.0.706459
Gambar 99
Segitiga
Contoh: Penentuan titik
Yang diketahui: koordinat-koordinat titik 4 1 dan 4, sudut p dan y pada segitiga Cdan sudut B1 dan 71 pada segitiga @.
Penyelesaian:
Dengan koordinat-koordinat kita tentukan sisi a dan a1 beserta sudut-arah.
rumus: tan
Ax
tB-t
: Ai
Ay
Ax
sin t
+ 5r';0.n
+ 61.45
sudut-arah
A_y
-478.82
Ay
731.50
-1lB9.M
Ay
_*:
708.14
1217.ffi
[]t
't'r
at+yl :
:30.18170
:
:
30"10'54" + 90o
120010'U"
Q1
99053'30"
37023' 10"
137o16',40"
1800 0' 0"
42043'20"
sisi a1:
ot=
o1 -
't26
t1
tr -,r
-115,32
-731.50
(kuadran lll)
-616.18
61.45
+ 1279.A5
+ 1217.ffi
Av
cos I
B
1
1
4
Ax
Ax
Segitiga O
Ax
1217.m
=0.86/1435
_o
sin t,
d1 -
Ay
cos
t1_a
708.14
0.il2744
1408.55 m
127
b:
a1-.5;n
0.,=
ffi.0.985134
2045.28
a'
c1 : -;-.Srolt:
cr
1408'55
g37g444
.0.607183
1260.60 m
b segitiga O2045.15
b rata-rata 2045.22m
kalau perlu kita memilih titik-titik yang lain, yang juga sudah kita ketahui
koordinatnya.
titi //a:
1"
Ax
Ax =
b. sin t
Ax
+ 1550.'19
Ay
- y=
Ax = c r.sin t+-
Ax
= 1591.40 . 0.97411 1 Ay
2045.22 . 0.992109 ay
: b cos t 1,
Ay
+2029.08
r, : 1260. 60 . 0.M3767 Ly = c
Ay
+ 811.53
+ il0.27
+ 1550.19
+ 2090.M
+ 61.45
+ 2029.A8
Ax
1.
Ax
rata-rata
1a
811.53
+ 2090.58
+ 2090.52 m
tr
120010'il"
-+
99053',30"
llt
220"04',24"
Penyelesaian:
Dengan sudut y yang menjadi hasil pengurangan sudut-arah t2_s dan t2_11"
kita tentukan kemudian sudut rp dan V
yang menyederhanakan penyelesaian
0.226070
1"
1"
= 2045'22 . 0.125377
-359.77
1
+256.42
(p+v
+ 964.64
3600-(a+0+y)
2
Gambar 100
115.32
Ay
359.77
475.09
Ay+
Ay+
731.m
256.42
475.08
1439.64
964.&1
475.00
o*V l-m
a b
"
2
2 1+m
sina sinB
y: 1?1J1 r?-Yr
dan o : 1f1J1 -,' 1Jy
vurrY/-r2,r1r,'-r2,t2t
a -Yt
dan
lla
ke
475.06 m
2090.53
1279.05
c.cos tB-1
Ax
Diketahui:2
X
825.91
11a
422.10
2090.52
+
9 +
+
+
+
577.17 diukur:
2225.14
a
[]
:
:
65031'20"
:65.5222
50"
45.1806"
45"10',
475.06
129
Dicari: rp dan
tz g :346013'55"
t2-ttu : 129045'45"
t2 r'ru - tz g: Y : 143o31'50"
Selisih2:
sln
'3a
b
sin B
360000'00"
rp
1864.28
0.910122
W:
elv:
52oS3,00-
1M5.12 :2319.25
Station 9
Station 2a
8010'42
- p:
105010' 13"
105.17030
Ay d. . cos te_2a
:1496.99
pada titik l
Ax
+ 144,1.U
422.10
+ 1866.92
Ay
Station 9
Station 2a
391.74
-+2225.14
+ 1833.lm
la
=
: 2319.25 -
0.096410
Ax
rp-v
0.709332
105046'00"
= ts,z
0.261689
Ax
1696.72
ts_2"
1496.99.0.965152
rp
a+[]+y=2ilo14'c/0"
Selisihl:
pada titik 9:
Ax : da . sin te_2"
Station 11a
Station 2a
223.ffi
+ 2090.52
1866.92
2319.25. 0.995342
Ay
+ 2308.45
Station 1 1a
Station 2a
475.06
-+ 1833.39
61003',42
(y
ao
-LsinrP:
srna
A
U_
m = 0.803 824
1-m:0.196176
1 + m: 0.803824
selisihl.sinp:6
:
.a:
/r : 1800-(a+ql :53024'
/z:
([)
XY
Ax: d.sint2_2.
: 1631.50.0.638071 :
Ax
+ 1041.01
Station 2
+ 825.91
130
tation 2a
db
1866.92
y1
sinV:
do
fl"
:
1496.99 m
1800
*.sinV
srn/,
Sll'llr1
+ W): 90o06'52'1864,28.0.8030
slna
44o42',18"
2319.25.0.703457
1631.50 m
d"
1800
selisih2.
18M.28. 0.875141 :
= -!-
1631.50 m
siny2
selisih2. siny, = 6o
2319.25. 1.0000 =
du
= 39o38'53"
Ay:
=
= 2319.25
t9.6491o
a.cost2-2a
1631.50.0.769978
Ay
Station 2
Station 2a
1256.22
1833.39
577.17
131
ke belakang, seharusnya kita mengambil titik ke-empat yang sudah diketahui. Kemungkinan lain, yaitu perlengkapan teodolit digunakan dengan
kompas-giro Wild GAK 1, yang memungkinkan perubahan penentuan secara pemotongan ke belakang pada penentuan seiara pemotongan ke muka yang memudahkan dan mempercepat perhitungan.
f
t -I
Gambar
101
x
A
B
2
9
8
7
6
11
5
1
+ 540.27
+ 825.91
+ 422.10
- 1815.22
-1782.M
* 2325.X
- 1870.93
-.w.45
+ 61.45
1815.22
1782.4
3
2
1013.11
11
10
4
2
11a
2a
D
825.91
0
115.32
577.17
+ ?nr5.14
1611.95
370.08
831.76
- n21.9
- 2137.05
731.50
+
+
+
Ah =
tanf
seperti juga terlihat pada gambar 101 di atas. Rumus ini menjadi benar selama jarak terbatas pada beberapa ratus meter saja. Jikalau seperti biasa
3)
Kelengkungan bumi
1611.95
370.08
431.81
577.17
1870.93
+ 131.17
+ 1279.05
+ 825.91
- 19.e1
-+ 577.17
+ 2090.52
475.06
-+ 1833.39
+ 1866.92
+ 1940.64
2721.g9
3221.07
585.rK)
Gambar 102
132
133
Jikalau kita mengukur sudut D pada titik,4 untuk penentuan tinggi titik I nilai beda tinggi sebenarnya menjadi terlalu kecil karena kelengkungan bumi
seperti terlihat pada gambar 102 di atas. Akan tetapi kesalahan ini dapat dibetulkan dengan perbandingan jari-jari bumi R dan jarak D yang sudah diketahui. Pembetulan dapat dilakukan menurut rumus berikut:
Ah = D .tanl'
D'
Pada perhitungan tinggi harus diperhatikan, bahwa faktor koreksi oleh leng-
kung permukaan bumi dikurangi melengkungnya sinar cahaya selalu menjadi positif .
ruirai
Refraksi(melengkungnya sinar-cahaya)
Melengkungnya sinar cahaya mengakibatkan, bahwa garis bidik dari titik,4
ke titik I sebenarnya bukan merupakan garis lurus ,4-8 melainkan oleh refraksi menjadi busur dari B ke A. Dengan kata lain, dari titik ,4 kita membidik
jurusan B' yang melenceng dari garis lurus 4-B dengan sudut d seperti
terlihat pada gambar 103 di atas. Nilai sudut d ini
, 1-k
2R
Gambar 103
Atas dasar ini dapat kita menggunakan rumus berikut yang memperhatikan
kelengkungan bumi maupun melengkungnya sinar cahaya seperti berikut:
afi:
otanB
+ '.*
2R
o,
Karena koefisien refraksi k bisa berbeda oleh perbedaan suasana, maka kita
mengukur tinggi selalu dengan jarak sependek mungkin, dan jikalau mungkin diperiksa dari dua titik dengan tinggi yang sudah diketahui. Pada daerah
yang agak datar lengkung permukaan bumijuga membatasijarak penglihatan. Dengan jarak yang lebih jauh dari 7 km suatu rambu ukur dengan tinggi
2 m sudah tidak dapat dilihat lagi, maka harus dibangun menara ramburambu.
134
pz
1-k
2R
s/d 5 km
km
0.1 0.00
0.2 0.00
0.3 0.01
0.4 0.01
0.5 0.02
0.6 0.02
0.7 0.03
0.8 0.04
0.9 0.06
1.0 0.07
1.0 0.07
1.1 0.08
1.2 0.10
1.3 0.12
1.4 0.14
1.5 0.16
1
.6
1.7
1.8
1.9
pz
o 1-k
2R
km
km
c)
2R
b)
0.18
0.20
0.23
0.25
2.0 0.28
2.1 0.31
2.2 0.34
2.3 0.37
2.4 0.40
2.5 0.4
2.6 0.47
2.7 0.51
2.8 0.55
2.9 0.59
D,
o 1-k
2R
km
3.0
3.1
D,
o$!o'
km
0.63
0.67
0.72
0.76
4.0
1.12
4.1
1.29
1.36
1.42
.18
1.23
0.91
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
3.7
0.96
4.7
1.55
3.8
3.9
1.01
4.8
1.61
1.06
4.9
1.68
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
0.81
0.86
1.8
Penentuan sudut-sudut vertikal baru kita lakukan sesudah sudut-sudut horisontal untuk triangulasi selesai, karena pengukuran sudut-sudut horisontal
jangan sampai dihentikan setengah jalan. Suatu pengukuran yang dapat dilaksanakan sekali gus selalu lebih tepat daripada dalam beberapa kali. Sudut-sudut vertikal kita ukur pada tempat letak teropong B dan LB dan jikasiang atau
lau mungkin pada waktu yang berbeda juga, misalnya pagi
sore untuk mengurangi ke-tidak-telitian pengaruh refraksi. Biasanya suatu titik selalu diukur dari dua segi.
Karena biasanya tinggi alat ukur sudut berbeda dengan tinggi rambu ukur
yang dibidik, pada perhitungarr harus juga dicatat tinggi masing-masing sebagai contoh kita perhatikan titik/tugu 6sepertisudah digunakan pada bab
2.5.3. (Metode dengan mengukur jurusan dan gambar 92.
Lingkaran vertikal pada alat ukur sudut Wild dari 0o s/d. 3600 dibagi-bagi
dengan nilai 0o pada zenit, Sudut vertikal pada kedudukan teropong B kita
dapatkan dengan mengurangi pembacaan dengan 90o dan pada kedudukan
teropong LB dengan mengurangi pembacaan dengan 2700. Baris kanan pada tabel berikut menentukan nilai rata-rata dua pembacaan itu. Pada baris
siang
135
kontrol B
LB kita lihat, bahwa alat ukur sudut yang digunakan mempunyai suatu kesalahan indeks sebesar kira-kira 6". Kejadian ini sering timbul
d6n karena akan hilang pada penentuan nilai rata-rata tidak mempengaruhi
pengukuran ini.
2,N m; i :
kedudukan teropong
B'LB
tugu
o'
7
3
1
5
11
PA
PA
90 14 30
PB
m0411
PA
PA
98 17 20
PB
papanatas:
1,210 m)
kontrol
B+LB
il
oril
9201 08
2614228
267 5840
359 59 47
359 59 46
359 59 48
359 59 48
821225
277 47 24
359 59 49
PB:
rata-rata oleh
B dan LB
o,
"'"
269 45',t7
273 55 35
papan bawah
il
0 1436
+
35542
817 26
Gambar 104
20114
+ 74730
Jikalau kita perhatikan tinggi alat ukur sudut i dan tinggi rambu ukur z maka
dapat kita menggudakan rumus berikut:
AH:D.tanp++D2+1-z.
2R
Jikalau kita mengukur sudut vertikal antara titik 6 dan titik
/,
bolak-balik
C.^a.h
dari titik 11 ke 6:
= +7"47'30"
1.4Om
| :
2.00m
z=
D - 19214.04 m
IJ
=7,7917"
136
7,7444o
19M,M.0,135994 =
19M,04.0,136835 =
tanB
1.-k .D2
2R
+ 266.01
l*z
AH
-7oM'40"
1.25m
| :
2.80m
z=
D. tanB
D.tanB:
D.
IJ
0.26m
266.27 m
'0'60 m
+ 265'67 m
- 264.38 m
+ 0.26 m
- 264.12m
- 1'55 m
- 265.67 m
137
I
2.8.3. Jaringan poligon
Jikalau timbul suatu kesalahan kecil akan kita bagi seragam atas semua su-
dut-sudut.
contoh
1:
koreksi
diukur
3
Gambar 105
aA
u7"20.7',
a1
231"31.2',
a2
a3
153018.s',
137050.1',
ag
30003.2'
:
5x180
dibetulkan
0.7
0.8
347020.o',
0.7
0.8
153017.8',
137049.3',
0.7
30002.5'
231"30.4',
900003.7'
900000.0'
+ 0.2'
sisa
Ada lagi poligon yang titik mula dan titik akhirnya berhimpitan, berbentuk
segi-banyak, disebut poligon terikat sempurna, lihat misalnya gambar 66.
Contoh 2:
?
\1a
g
-
----dry
Gambar 107
Gambar 106
Jikalau kita dapat melihat langsung dari titik ,4 ke titik I kita dapat memudahkan pekerjaan poligon terikat seperti terlihat pada gambar 106 di
atas.
Sebagai bukti kita mendapatkan:
as
(5
180)
:0o00'00"
tp-r
-l-
* as - (5 x 180) : ta,o
sudut-arah P'A dan t6-1 sebagai sudut-arah 8-O,
a3
tP-A
= 1ilo10'2'
te-o:
138o07'1'
139
I
1ilo10.2',
dg
dt
91025.3',
231031.2',
153018.5',
137050.1',
269055.2',
a2
dg
ag
1038010.s',
(5
koreksi
diukur
tp* a
180)
15/.o1A.2',
0.7
0.7
0.7
0.6
0..7
91024.6',
231 030.s',
153017.8',
137049.5',
269054.5',
ei
,F' ----o-
\, n,''
ly4/ ---
ffi_
1038007.1',
-.v-\
----r-
jI-2-
/'\
._-4
t\-l
\_l
'\-
Jikalau timbul suatu kesalahan seperti pada contoh ini kita akan membaginya seragam atas semua sudut.
tl
>.-
it
?-
-]-
,\ &
is
koreksi
-,D--
= 900000.0'
= 138"07'.1'
---c, --
138010.s',
ta-o
v<l+
lt
.P--*
\l
}\.
/ '..
&/
,D
u-
t<*.-
-F--
.i
'--o-- -)(--,
tt
^\--o''
,'
-\ i.
Ii
-41t\
tb
I\,
<Y --
\\
--"-
/r
}i
)./.i
l,o--**"
7t
l'
t)
K
Y
/--o---
>dl
l---o
J
a
'
Gambar 108
Penentuan suatu jaringan poligon dapat kita bagi atas politon utama dan
poligon cabang seperti terlihat pada gambar 108 di halaman berikut yang
merupakan pembesaran bagian pada gambar 92.
1q
141
q
Poligon utama: Pada contoh di atas poligon utama menghubungkan 2 tugu triangulasi. Pada gambar 108 di atas dapat kita lihat poligon utama sebagaiberikut: AA - titik 1 sld9 - A2 atau AA - AB dsb.
titik
Poligon cabang: menghubungkan dua titik poligon utama atau satu tugu
triangulasi dengan salah-satu titik poligon utama. Pada gambar 108 di atas
dapat kita lihat poligon cabang sebagai berikut: titik 6 - titik l0 s/d 14 AB atau AA * A titik 3 - titik /2 dsb.
Yang harus dihindarkan: Silangan antara dua poligon tanpa titik persekutuan pada silangan itu; DUa poligon yang sejajar dekat tanpa kadangkadarrg saling berhubungan dan sisi-sisi yang pendek sekali pada poligon
5
b
6
Peletakan teropong LB: Bidik titik 6, lepaskan klem penyetel putaran, bidik titik 1l dan baca lingkaran horisontal berskala (352"47,0' ). Separuh dari
pembacaan ini ialah sudut pada perhitungan poligon berikut:
142
+ fi-21
0 00.0
15.4
193 15.1
88.51
(90.30)
2630.2
0 00.0
88.51
11
35247.0
8215.3 +
9744.0 -
1.45
7 44.7
7M.C
1.38
10
0 00.0
(100.40)
100.20
(100.30)
32.1 +
9227.2 87
227.9
227.2
26031.1 26031.
11
12
161 02.6
11
0 00.0
1.40
129.37
( 132.10)
129.34
9816.5 8143.1 +
816.5
816.9
(132.00)
1 .
rembacaan rata-rata
100.24
Pengukuransudut-sudut
Sudut-sudut poligon dapat diukur teliti dengan menggunakan metode
ll,
sudut vertikal
17623.3 17623.a
10
a)
Sebagai contoh pengisian buku ukur kita perhatikan poligon cabang dari
titik 6 ke tugu triangulasi AB (lihat juga gambar 108).
Sudut-sudut diukur dengan teodolit Wild T 16, jarak-jarak diukur dengan
pita ukur dan diperiksa secara optis (pada buku ukur nilai dalam kurung).
S ebagai keteranga n kita sela njutnya memperhatika n pekerjaa n pen guku ran
tsb. dengan teliti pada titik 6 sebagai contoh:
Pada peletakan teropong B: Bidik titik 6, baca jarak (90,30 m); bidik tinggi
alat ukur sudut i pada rambu ukur yang diletakkan pada titik 6, setel nivo indeks dan baca lingkaran vertikal (97044,0' l.
Setel lingkaran horisontal berskala pada 0000,0' , lepaskan klem penyetel
putaran, bidik titik 6 dan ikat klem tsb. Kemudian bidik titik 11 danbaca
lingkaian horisontal berskala (17623,3'), lepaskan klem penyetel putaran,
baca jarak (100,40 m), bidik tinggi alat ukur sudut pada rambu ukur yang di-
jarak
(90.30)
utama kalau kita akan melakukan detail survey dengan metode koordinat
polar kita harus menyelesaikan semua pekerjaan pendahuluan sebelum
mulai mengukur.
193
10
yang jauh.
Titik-titik selalu kita pilih demikian rupa, sehingga dapat terlihat dengan terang juga kaki rambu ukur yang akan didirikan dan agar kita dapat membidik sebanyak mungkin titik-titik sekeliling kedudukan alat ukur sudut. Ter-
menguku r sudut cara repetisi seperti telah diterangkan pada bab 2.5.
sudut horisontal
12
123
51.3
13
247 41.4
12
0 00.0
12350.7
1.43
81.70
(88.20)
81.70
105
48.7
7450.1
-15
48.7
+ 1510.0 + 1.00
181.701
23259.8
13
233 00.1
1.35
101 .13
14
106 00.3
13
0 00.0
101.20)
101 .10
(101.30)
AB
14
tl
1.00
105.0
1.37
94.26
f
,
t
139.5
15822.6 15822.8
14
i
!
;
8820.5 +
9105.0 -
\B
31645.7
(108.70)
0 00.0
94.29
r08.60)
28300.1 28300.3
AA
6815.7 +21M.3
111
206 00.5
143
b)
Sisi-sisipoligon
Deret pembacaan:
1. Jarak pertamakali
kedudukan
2. lingkaran vertikal
I 97"44'03"1
3. lingkaran horisontal ( 0002'43"1
teropong
5. lingkaran vertikal
+, -)
6. jarak pertamakali
o'
LB
sasaran
il
o,
or
10
11
pembacaan
B, LB
il
sudut
1762322 1762318
rata- rata
1762320
LB
:ir;T
Apakah kita mengukur jarak secara optis sebelum atau sesudah pengukuran sudut vertikal sebenarnya sama bobotnya. Yang penting ialah membaca
kedua arah sudut horisontal dengan kedudukan teropong B dan LB berurutan segera.
97 MO3
2621555
87 3207
27227 56
sudul
o,
-7
-7
il
+ (l-z)
m
4403
4405
+22153
+227 56
1.45
Pembetulan sudut-sudut
Jumlah semua sudut termasuk sudut-arah sisi poligon pertama harus menjadi sudut-arah sisi poligon terakhir. Karena pada tiap-tiap penyipatan selalu
timbul kesalahan, ketentuan ini dalam praktek tidak mungkin kita dapatkan.
Akan tetapi kita dapat menentukan suatu batas ketelitian yang tidak boleh
dilewati. Biasanya syarat ketelitian kita tentukan menurut rumus berikut:
1.5' . tf
n,
Sudut-arah
Sudut-arah kita tentukan dari jumlah suatu sudut yang diukur dengan sudut-arah sisi sebelumnya dikurangi 180o, misalnya:
14
ml
ilifl?"
sudut vertikal
I
alat
'
Penentuankoordinat-koordinat
Pada penentuan atau perhitungan koordinat kita harus memperhatikan
pembetulan sudut-sudut, sudut-arah, selisih koordinat, penentuan tinggi-
sudut horisontal
iarak
teropong
titik 6
c)
titik
kedudukan
sasaran
',,21";::i'l
fi00.21
7. jarak keduakali
8. lingkaran vertikal
9. lingkaran horisontal
(88.49 m)
Selisih koordinat
Jarak dikalikan dengan sin t dan cos t menghasilkan Au dan Ax pada sisi
poligon masing-masing. Yang hartus kita perhatikan dengan khusus yaitu
(+, -)pada
sudut
arah
Ysrhururnyadan
AA
6
3[]'212.3
0.m
0.m
91
63.59 + 65.2t
+
5r.5
3307.4
f,
Xreha,us,yudengan
'168
18.0( ),54644i
),837496
t
3
+ 64.51 + 98.8'
),475650
5
+ 101.03
.5
208 28.3
D: {@ +Tfr.
rAv
tAx
?8.203.0
44 15.6
1
f, = Xrrbrnurny"-
koordinat
60
to:0.01 .i,fD
: Yseberarnya-
ios
d
m
AB
iin t
stst
+ 128.13
61 35.9
127
fi.O
9
26.3
130.
),1
6394t ),986463
+ 126.41
+ 250.56
216 08.7
7
45 35.4
98.
),7143il
),91627( ),400562
8
+ 107.46
70.15
+ 1O4.14
-,
9.1
65.26
+m.18 +218.n
I
21.X
54.63
4
3
63.60
+Y7.24
68. 7i
4
5
+ 320. 73 + 415.96
20r.1
r 13
36.8
117
21
7
1 l8 55.4
46. 9(
+ 428.21 + 368.99
5
't08.7! 1,79379(
5232.5
7
),608184
),135484
80
+ 146.78 + 20.u,
86.!lii
66. 1/
3
2(x) 40.0
+ 514.56 + rl35.13
4.12.8
1/l8.
lt 1,s079(
10.1
127
+ 661
09.8
.36 + 455.2'.1
x22.9
9
55.78 + 99.q
4.2
?2843.9
+ 717.15 + 554.29
7807.1
111
6
+ 108.74
22.4
3.1
A2
+ 825.91
269 r2.8
+577.17
167 20.2
A4
2o
167 16.8
= gn.2
selisih = - 3.4
kesalahan
tdl =
lAxl =
1152.06
seharusnya
seharusnya
= 1.5' y'Il=
5'
&5.73 577.13 =
taYl
95.91
577.17
- 0.18 -0.04 = fv
= 0.01
t/ttd=Yc
batas kesalahan
fd = lScm
146
147
iudut-
iudu
srsr
arah
sin
tit
cos
Ax
Ay
koordinat
gu
sudut
vertikal
13 36.8
193 15.1
+ 428.21
12652.3
-0.60
002
10 17623.5
1l
708.15
4
+ 315.88
54.98
52.1
+ 7M.3
+ 227.5
88.51
0.13 588
12.03
12.00
720.19
100.22
0.04 295
4.3(
4.30
724.49
11
12
+ 530.63
147 38.8
2@ 39.3
*o.35273
-0.84
476 3 .72t
+ 280.90
18.35
123fi.1
-0.93 572
35.6
-0.99
985
1.581
+ 73.55
94.61
17902.4
129.35
+1395
*
21.M
+ 538.69
0.14 550
8.82
0.28320
4.4
t3.14
+ 1.00
0.27 107
0.02 896
23.10
682.55
1.00
101.1
r.93
1.9C
1050
0.01 891
t4
684.46
9t.26
+21 M.1
00.3
18.85
705.68
81 .70
+ 15 10.0
13
101 .1
8 16.7
+ 142.56
69.01
+ 574.35
15822.8
283
beda tinggi
mistar hituno
3.1
A8
+ 499.02
tinggi
beda tinggi
4 + 5B,2.p.
5
13 233 00.1
14
.l
tan [)
+ 368.90
10
260 31.3
1.0
12
-0.54 856
53.1
sisi
d
l-z
+ilo.27
15.32
94.27
0.39 867
37.5{
37.60
AB
722.O5
292.03.O
AA
+ 55.81
Za
seharusnya
= 28200.6
= 28203.0
selisih = -
+'l'12.06 484,32
595.16
2.4
= 112.M
selisih =
0
seharusnya
+ 112.06 _N4.31
4'4.31
+l
AH:D.tan[]+l-z..
dengan i sebagai tinggi alat ukur sudut dan z sebagai tinggi garis bidik pada
rambu ukur. Jumlah beda tinggi Ah seharusnya merupakan beda tinggi Ad
titik mula dan titik akhirnya. Suatu kesalahan yang timbul kita bagi atas semua beda tinggi Ah menurut perbandingan.
18
-41
seharusnya
.96
-41.96
+ 13.85
+ 13.90 selisih
+ 13.00 + 13.88
+ 13.90 Drtt
: -5
: -2
Kesalahan kasar
Kesalahan kasar bisa timbul juga pada seorang dengan pengalaman yang
banyak. Kesalahan kasar timbul pada penentuan sudut-sudut maupun penentuan koordinat-koordinat. Yang penting ialah di mana atau bagaimana
dapat kita dapat mengendahkannya dalam perhitungan-perhitungan. Suatu
kesalahan kasar pada sudut-sudut kita kendahkan dalam perhitungan dengan penentuan azimut sekali ke muka dan sekali ke belakang. Titik potong
kedua arah ialah kesalahannya. Bisa juga terjadi kesalahan salin sudut-arah
pertama atau kesalahan penentuan koordinat pada titik mula.
Suatu kesalahan jarak yang kasar timbul pada kesalahan akhir f ,dan f ,pada
selisih koordinat Ay dan Ax. Pada sisi poligon dengan pertandingan f ,/f ,
kira-kira sama dengan perbandingan Ly/A,x. Tetapi memang harus dikatakan, bahwa ini tidak mungkin pada poligon yang hampir lurus karena perbandingan Ly/ Lx selalu sama.
1zN)
Suatu kesalahan kasar pada sisi poligon timbuljuga pada perhitungan beda
tinggi, yang ada kemungkinan mengendahkannya. Suatu penyipatan di lapangan baru kita ulangi jikalau kita tahu betul, bahwa kesalahan kasar itu
tidak ada pada/dalam perhitungan.
Kesalahan sistematik
Karena kesalahan sistematik pada pengukuran sudut biasanya kecil sekali,
maka, pada perhitungan tidak timbul kesulitan. Akan tetapi pengukuran
larak sering mengalami kesalahan yang sistematis oleh pita ukur yang
sedikit terlalu panjang atau pendek atau kurang tertarik; atau pada pengukuran secara optis konstante pengalian tidak betul-betul 100. Karena itu
kalau misalnya pada panjang poligon yang seluruhnya 1300 m satu kesalahan sebesar 37 cm dapat dibagi demikian rupa, sehingga dibetulkan tiap-tiap
100 m dengan 3 cm dsb. Pembetulan ini dapat dilakukan pada semua sisi
poligon lainnya yang diukur dengan cara yang sama.
dl
+
B
+
:
Ax -
diketahui
11a
X
2090.52
q:
475.06
475.06
il0.27
1550.25
AY
: +
lt:
d:
359.74
a-
Ax
Ay
tan t11a_B
-_J!a4
359,74
ttt"-e :
Segitiga
=slna
lla
Ay
Ax
d:
sin
cos
-1550,25- ,
"
-qg-74114
d : 1591.u14
_4,30e362
283"03'9'
D-11a-C
46029.7',
41040.o',
91050.3',
125003.5',
135.10 m
359.74
,-d
0,226056
d=
1591.44
Segitiga B-11a-D
sinB: f
sln/
,19.5']o
0.725314
.o.see485
'"
_
:
186.17
1591.4
0.095758
sina
B
.0.818568
B+d
:
=
E:
5029.0'
125003.5'
130033.2',
49026.8',
*B:5"28.2'
:186.17
:
:
trr"-o trra-B - e 233"37.1'
Ax : c . sin trl"_D
Ay : c. costrru_o
: 186.17. -0.805083
: 186.17. -0.593162
Ax :_1rN).88
Ay:_110.43
11a.X = +2090.52
Y___:iZ5.S
D X : +1940.&1
Y : -585.4t)
c
Gambar 109
Kontrol: c dan fe.11 . dihitung dari koordinat D dan 1|a; tp_" dari koordinat
D dan 4 d dari hasil pengurangan sudut-arah; a dari c dan sudut
a.
Pada penentuan titik secara pemotongan ke muka pada bab 2.8.1. (Jaringan triangulasi sederhana) kita telah menentukan titik yang tidak dapat dicapai l1a. Kita sekarang ingin meletakkan poligon dari titik I la ke AB seperti
terlihat pada gambar 109 di atas. Atas dasar ketentuan, bahwa kita dapat
melihat dari titik D titik I la maupun AB kita dapat mengukur sudut d.
Kita juga dapat mengukur sudut B dany pada segitiga D
- lla - C. Kemudian dapat kita menghitung sudut a dan mengukur sisi segitiga a.
150
XY
+ 1940.64 585.49
+ 2090.52 475.06
1la-D + 149.88 + 110.2t3
D-11a
D-B
D
11a
Ax
C. SiIl t11r-p
XY
B + il0.27
B-D- 1400.37 +
115.32
470.17
slna
a = c--:srny
151
+
tan
t1 1 a-D
.
= - 149.88
Ax -0.805083
149.88
-1400.37
=- -
186. 17
Ay
53037.o',
Av
cos t
c :_l!qJZ
- 110.43
470.17
186.17
0,725314
0.9992+85
288033.s',
tD-lla 53o37.0',
-0.593162-d - 125003.5',
-
'10.43
a = 135.10mbetul
to_e 288033.5'betul
8)
kan pengukuran sudut dengan ketelitian 1". Jikalau kita bayangkan, bahwa
1 " pada suatu jarak yang 100 m berarti suatu putaran teropong sebesar 0,5
mm. maka dalam praktek pekerjaan poligon ketelitian 1" sebenarnya sudah
terlalu teliti dan menambah dan mempersulit perhitungan saja. Sudah pada
peletakan alat ukur sudut di pusat suatu tugu, dan pada peletakan rambu
sejajar anting di pusat titik masing-masing kesalahan yang kita perbuat
menjadi jauh lebih besar. Maka kita tahu, bahwa terutama kesalahan-kesalahan pada pemusatan mempengaruhi ketelitian pada penyipatan poligon,
khususnya pada sisi-sisi poligon yang pendek. Karena biasanya sisi-sisi poligon yang pendek timbul pada penyipatan yang penting seperti penyipatan
kota, proyek jalan dsb. yang harus teliti sekali. Maka kita harus mengguna-
Rambu ukur yang biasanya digunakan, diganti dengan dua tanda sasaran
yang dibuat demikian rupa, sehingga dapat dipasang pada salah satu statif
seperti alat ukur sudut juga. Kita juga menggunakan tiga statif, tempat kita
dapat memasang tanda Sasaran dan alat ukur sudut berganti-ganti, seperti
terlihat pada gambar 110 dan gambar 111 di atas. Pelaksanaan penyipatan
sekarang dilakukan seperti'berikut: Sesudah pembacaan-pembacaan pada
suatu titik/tugu selesai kita mengangkat bagian atas teodolit dan membawanya ke titik/tugu berikut. Di situ kita mengangkat tanda sasaran dari
statifnya dan memasang teodolit, tanda sasaran kemudian diletakkan pada
statif teodolit lama. Dengan cara ini pemusatan statif masing-masing hanya
diperlakukan satu kali, sehingga mengurangi pengaruh kesalahan pemusatan alat ukur sudut maupun rambu ukur. Suatu kesalahan hanya terjadi karena titik/tugu yang salah dipusatkan. Sebaliknya dengan cara tanpa pemusatan paksa berakibat penggeseran/pembelokan seluruh poligon'
di
dt-
r3
--h'
J
<-it---l'.-:
lt\
\
Gambar 112
Contoh: Misalkan sudut a2 pada gamba r 112 di atas salah karena mistar pada titik 3 kurang dipusatkan. Besaran kesalahan menjadi e. Tanpa perlengkapan pemusatan paksa kita sekarang meletakkan alat ukur sudut pada titik
3 dan mengukur sudut 43, Karena ditambah pada arah 2 - 3' yang sebenarnya salah, arah 3 - 4 iuga akan salah sebesar e dan menggeser titik 4
dsb. Pada perlengkapan dengan pemusatan paksa alat ukur sudut juga diletakkan pada titik 3' yang sebenarnya salah tetapi kesalahan ini tidak
mempengaruhi titik 2 maupun titik 4. Perambatan kesalahan tidak terjadi.
ke
4'
Gambar 110
152
Gambar
111
Biasanya kompas menjadi tidak begitu teliti oleh ex-sentrisitas jarum dan
pembacaan pada lingkaran dan kita tidak dapat mengharapkan suatu nilai
yang lebih tepat daripada 6'
rrsA
c
r""d"\
a\
'8
-H
.?
nesia hanya
I
c\
$J
S*^
\tu.*n
q
S
dengan
proyeksi peta oleh karena proyeksi meridian bisa berbeda dengan kutub utara
Gambar
'l
13
Pada penggambaran suatu arah f sebenarnya harus diperhatikan pembetulan sebagai berikut (lihat juga gambar 113):
n:AM+ct(d+Ad)
Koreksi ini pada praktek dapat disederhanakan demikian rupa, sehingga deklinasi dan konvergensi meridian pada suatu lapangan terbatas tidak
berubah dan dapat dihitung jumlahnya sebagai suatu faktor tetap. Sering
juga, misalnya pada suatu poligon dengan koordinat titik mula dan titik
akhirnya sudah diketahui, kita sama sekali tidak perlu memperhatikan konvergensi meridian.
Suatu sifat jarum kompas yang harus diperhatikan juga dan yang berbeda
dari negara ke negara yaitu inklinasi, kemiringan jarum kompas dari bidang
horisontal. lnklinasi ini pada umumnya ditiadakan dengan bobot kecil yang
dipasang pada jarum demikian rupa, sehingga jarum kompas dapat diputar
horisontal betul.
1il
Gambar 114
Pada
a)
ligon diukur sudut-arahnya tersendiri, tidak tergantung peida sisi poligon sebelumnya. Oleh karena itu tidak terdapat pembawaan kesalahan dalam
sudut-arah pada tiap-tiap sisi poligon, seperti pada poligon dengan teodolit
(lihat juga bab2.3.5. Perambatan kesalahan).
Pergeseran suatu sisi poligon pada poligon yang lepas menjadi poligon denoan teodolit komoas:
"mD
q:-
Vn1
155
d-
titik akhirnya.
Atas dasar dua rumus ini kita boleh menentukan: Pada poligon dengan teodolit sebaiknya kita memilih sisi poligon yang panjang, dan pada poligon dengan teodolit kombas kita pilih banyak sisi poligon yang agak pendek.
Perbandingan pergeseran pada poligon yang lepas q dan q' atas dasar dua
rumus di atas kemudian menjadi:
q:m
q' m'
/5
\ZF.F
d=
d=
1.0
20m
50m
1.7
100 m
2.3
0.8
0.6
1.2
1.8
1.0
1.4
6000
7000 m
0.5
0.8
0.4
0.7
1.2
1.0
km
selalu menjadi
d':100
I
7
s' = 100 m.
1
3
2
Gambar 115
I
0
500
d- 20m 1.4
d - 50m 2.6
d:100m 3.4
3000 CI00
1000 1500
2000
0.7 0.5
1.2 0,8
1.7 1.3
0.4
0,3
0.6
0.8
d"20 30 40 50 60 70 O 90
l00m
5000 m
0.2
0.1
0.4
0.3
0.2
0.6
0.4
0,3
ungguljuga pada poligon yang panjang dengan sisi-sisinya yang pendek seperti terjadi misalnya pada lembah yang sempit, pada hutan atau pada sungai di hutan.
Kita lihat, bahwa ketelitian yang sama q/q' = 1 dengan teodolit kompas
pada sisi poligon 20 m sudah timbul pada panjang poligon lepas 300 m, kemudian pada sisi50 m panjang poligon seluruhnya 1250 m dan pada sisi 100
m panjang seluruhnya 1800 m.
kita tentukan mePerbandingan pergeseran pada poligon terikat
nurut rumus berikut:
q
q'
156
_M
VE
\fn] . \rn'
tinggidsb.
Pengalaman juga memperlihatkan, bahwa penggeseran ke samping pada
poligon dengan teodolit biasanya agak kecil. Maka dapat dihindari dengan
157
penggunaan poligon dengan pemusatan paksa atau penentuan azimut dengan cara melompat tiap satu titik sudut (springstatien) seperti diterangkan
pada bab berikut.
dapat mengikuti tiga cara, yaitu: Pengukuran koordinat siku-siku (pengukuran ortogonal), pengukuran dengan koordinat polar dan fotogrametri-
b)
a)
Keuntungan pada cara ini adalah kecepatan pada pelaksanaan poligon dengan melompat tiap satu titik sudut, karena penggunaannya hampir seperti
pada poligon dengan teodolit.
udara.
Pengukuran koordinatsiku-siku(pengukuranortogonal)
Pada suatu garis pengukuran dengan titik mula dan titik akhir sudah kita ketahui, kita mengukur semua titik yang ingin kita ketahui siku-siku pada garis
pengukuran. Kita akan mencatat nilai (abzis) pada garis pengukuran secara
terus-menerus dan jarak titik-titik yang dicari (ordinat) demikianlah kita akan
dapat menggambar peta (lihat juga gambar 118 berikut).
Prisma segilima ( Prisma pentagonal)
,116
6ambar 116
Gambar
Seperti terlihat pada gambar 116 di atas kita akan mengukur dari titik2sudut-arah dan jarak ke titik / dan ke titik 3. Jikalau kita mengetahui titik / dengan pasti kita sekarang dapat menggambar letak titik 2 dan titik 3, maka
kita meletakkan alat ukur sudut langsung pada titik 4. Dari titik 4 ini kita
mengukur sudut-arah dan jarak ke titik 3 dart ke titik 5. Karena kita mengukur tiap-tiap sudut-arah berhubungan dengan kutub utara magnetis, maka
kesalahan pembacaan tidak akan terbawa dan pergeseran poligon ke samping tidak mungkin. Yang bisa terjadi hanya pergeseran sejajar. Cara ini
juga menghemat waktu karena pekerjaan meletakkan alat ukur sudut hanya
diadakan pada tiap titik kedua.
117
Pada sistim pengukuran koordinat siku-siku pada umumnya kita menggunakan prisma segilima beserta tiangnya. Pada prisma ini dua sisi yang
bersudut 45o dibuat seperti cermin. Jika sinar cahaya masuk, maka dibiaskan demikian rupa, sehingga arah masuk siku-siku pada arah keluar, seperti
terlihat pada gambar 117 di atas.
Dengan prisma segilima itu kita membidik garis pengukuran dan menggeser
prisma segilima di atas garis pengukuran sampai bayangan titik yang dicari
berada juga pada bayangan garis pengukuran. Dengan tiangnya diberi tanda di tanah dan dengan pita ukur dapat ditentukan abszis dan ordinatnya.
Karena metode ini sangat teliti dan sederhana, maka selalu digunakan terutama pada pendaftaran tanah. Cara ini juga dapat digunakan untuk menelitikan jaringan poligon dsb. Untuk memudahkan pembidikan prisma segilima pada garis pengukuran sebaiknya digunakan suatu prisma-kembar
segilima (double-pentagon prisma). Susunannya terdiri atas dua prisma dan
satu kaca biasa, yang memungkinkan membidik dua ujung garis pengukuran beserta titik yang dicari sekaligus.
159
q
Penyelesaian:
2F:ahr+ b(hr+
._
+ h7) +
ahz
Gambar
hr)
35.60.23.01
'l 18
2F
Pada gambar 118 di atas kita lihat suatu skets seperti biasanya dilakukan dalam buku ukur. Di lapangan pada gambar itu diisi dengan semua ukuran se-
hingga menjadi dasar untuk peta atau pendaftaran tanah. Karena ketelitian
prisma segilima sampai beberapa detik pada sudut 90o maka kesalahan pada jarak '100 m hanya beberapa milimeter. Karena ketelitian ini dapat diterapkan hanya dengan prisma segilima beserta tiangnya, dengan beberapa
yalon dan pita ukur, maka cara ini menjadi paling sederhana.
Contoh:
ho)
+ g(ho
hh7
819.16
268.1l8
233.00
231.57
28.82
1196.42
755.92
il4/f
4177.77
F = 2088.88 mz
Jee.^C
Gambar 119
Pada suatu site seperti terlihat pada gambar 119 di atas ditentukan ukuranukuran dan luasnya site (F).
160
Gambar 120
Suatu busur yang menghubungkan dua garis yang siku dapat juga ditentukan dengan prisma segilima, seperti terlihat pada gambar di atas pada suatu
simpangan jalan.
{dengan titik C sebagai titik pusat} dan terdapat titik Cr. Sekarang tiap-tiap
161
{
titik pada busur ini berada pada suatu segitiga dengan sudut 90o di atas garis A-Cy Dengan prisma segilima kemudian kita berjalan dari titik 4 ke titik
I sambil selalu membidik titik A dan titik C,, maka dapat ditentukan titik a, b
Penyelesaian:
Kita menentukan pertama paniang garis I3-4 dan 13-83 menurut rumus
berikut:
c dsb.
Jikalau titik-titik tsb. harus berderetan pada jarak yang sama, maka kita menentukan panjang busur4-8 dan membaginya dengan n (banyaknya jarak)
seperti berikut:
2.r.n
4.n
Untuk penentuan titik masing-masing kita menentukan panjang kaki pada
bagian masing-masing menurut rumus berikut:
O
: 2rsin*
2
denganX
: 90"/n
Dengan penentuan titik pusat dapat juga kita mencari garis singgung r?1,
Rz, Rs dsb. Misalnya garis singgung pada titik 82 kita dapatkan dengan penentuan suatu sudut 90o pada garis (jari-jari busur) 82-C dsb. Pada suatu
jari-jari busur kita dapat menentukan sembarang sudut garis singgung, atau
jikalau kita mengetahui sudut garis singgung dapat menentukan jari-jari busur dan titik-titik pada busur dengan prisma segilima (lihat juga gambar 121
berikut).
Contoh:
Gambar
r.cott :
37. cot34o05.0'
37
.1.478:
54.68 m
Kemudian titik 4 dan 83 dapat kita ukur di lapangan dan ditentukan titiktitik busur sembarang seperti telah diterangkan.
bl Metode koordinat polar(lihat jugabab2.4.l
Perkembangan pada pembuatan alat pengukur jarak optis mengakibatkan
selanjutnya, bahwa sekarang hampir melulu digunakan metode koordinat
polar. Dibandingkan dengan pengukuran koordinat siku-siku keuntungan
metode koordinat polar ialah, bahwa banyak titik dapat diukur dari satu kedudukan alat ukur sudut dan metode ini juga dapat dilakukan pada lapangan yang curam. Terutama pada lapangan yang curam pengukuran jarak
dengan pita ukur hampir tidak mungkin lagi dan ketelitian berkurang.
c)
121
Suatu sudut garis singgung 13 yang kita ketahui besarnya 68o10,0' . Kemudian dengan suatu busur berjari-jari r = 37 m kita menghubungi garis
T3-A dan garis 13-83 sepertiterlihat pada gambar 121 diatas.
162
T3-A:
Gambar 122
163
fi
Dasar pembuatan suatu pendaftaran tanah ialah penyelesaian pertengkaran
batas antara penghuni yang berhak atas tanah milik pada daerah yang dialami kadaster. Kemudian ditanam'tugu batu atau beton sebagai titik-titik
batas dan sebagai titik poligon. Pengukuran seperti telah ditentukan biasanya dilakukan dengan metode koordinat polar dengan gambar pada buku
ukur seperti dapat dilihat pada gambar 122 di atas. Perhitungan dan pengukuran pada titik 52 dapat dilihat pada tabel berikut.
Contoh:
Perbaikan
Tinggi titik 51
titik
sudut horisontal
B, LB
rata- rata
sudut
vertikal
o.
o,
51
52.
0.00
000
jarak
1.43
1-z pembacaan
direduksi
54.13
m
53.91
9610.2
610.2)
59.56
59.22
881s.2
M.81
u.78
85 10
26.20
26.11
27.08
27.01
23.11
23.10
16.50
't6.50
(tape)
m
84 53.0
(+
07.0)
{.18235.2t
53
172
a
tr
510.7
(27450.41
189 40.2
2250
tr
5245
4 50)
85 51
+ 4 09)
88 15
(+
87 40
'101 't0
f
s
tr
188 35
193 20
28
177 20
40
(((-
ukur.
Suatu sistim peta terutama pendaftaran tanah hanya dapat dipercaya dan
dihargai jikalau selalu benar; Berarti tiap-tiap perubahan hak milik tanah
atau rumah langsung harus juga dicatat pada kadaster. Biasanya kita akan
menyipat hanya bagian yang berubah dari titik kedudukan alat ukur sudut/
titik-titik yang sudah diketahui.
d)
Peta topografi
Guna dan arti peta topografi bukan hanya memperlihatkan letak detail-detail buatan (rumah dsb) dan alam (sungai, danau dsb) melainkan memperlihatkan juga bentuk dan keadaan daerah yang biasanya dapat kita lakukan
dengan penentuan garis-garis kontur (lihat juga bab 1.6. Menyipat datar
pada bidang). Kita selanjutnya tidak memilih lagi titik-titik tertentu, melainkan titik-titik sembarang di lapangan yang dapat membantu tujuan kita,
menggambar garis-garis konturnya. Seorang juru peta yang ahli bisa menentukan beberapa titik yang penting, cukup untuk membayangkan dan
akan menggambar peta topografi suatu lapangan. Pada penyipatan untuk
peta topografi sebaiknya kita menggunakan sistim Reichenbach (lihat bab
2.6. 1 . Penggunaan rambu yang vertikal, a) Asas Reichenbach) dengan alatalat ukur sudut Wild sebagai berikut: diagram-tachimeter Wild RDS atau tachimeter dengan reduksi automatis Wild RDH.
45)
89 10
(+
tr
tr
(+ 1 44.8)
(+
tr
(-
835
r82 35.3
Kita mengukur dahulu sudut poligon dan jarak pada poligon-poligon di sekitarnya yang sudah diketahui. Kemudian dipilih suatu arah nol pada contoh
ini ke titik 51 dan kemudian ditentukan dalam arah jarum jam semua titik
yang dicari dengan sudut horisontal dan vertikal beserta iaraknya. Titik-titik
yang dekat pada lapangan yang datar kita ukur secara langsung dengan pita
0 50)
97 10
7 101
32.35
6.33
32.10
9622
31.4
31.25
98 40
(tape)
43.39
43.90
'622t
4.91
Contoh:
peta 123 di atas, peta topografis berskala 1:5000 dengan jarak garis-garis
kontur (Equidistance) 5 m. Pada titik letak alat ukur sudut 42 diperlihatkan
8 40)
dsb.
1U
165
v-l
-st1-.
t:-)
,--\ /
v
--.iltv
Gambar 124
l,
_pl
rst,/
rs
-/,
/1
8t8
l8o'1
/-"
J
110
-t6s
--
,'{t
ro9
/
. t7o
=r-4- /
.:l-.-,
745
_/
\JJ
'..,/ .a,
\'\_--./
ffii\x
t4.
Gambar 123
il|14
41
= 0.@
sudut horisontal
00.0
23225.2
12005.2
23450
247 10
277 22
32210
166
197.80
199.10
145.20
76.10
76.30
85.30
r00.50
17.30
7.35
-+ 10.25
- 2.60
8.20
- 7.60
-
793.10
775.80
ias.ts
803.35
790,50
784,90
785.50
e)
Pembudtan peta
Pada bab ini kita hanya memperhatikan pembuatan peta pada daerah yang
'l.F--'--hl
y''/'1---.' , 't
Gambar 126
Pada gambar 126 di atas kita lihat sebuah sungai dan hutan tanpa titik-titik
yang dapat menentukan dengan jelas. Karena sungai ini boleh dikatakan
datar, maka kita akan menyipat atas dasar permukaan air (lihat juga bab
Gambar 125
Pada foto 125 di atas kita lihat sebuah fotogrametri-udara. Bingkai yang putih menentukan suatu daerah yang ditutup oleh dua foto (dari kiri dan dari
kanan). Titik/tugu yang ditentukan pada gambar/foto itu akan kita sipat
oto.
Pada daerah hutan tanpa titik-titik yang nyata dan garis-garis yang jelas,
maka terpaksa sebelum dibuat fotogrametri-udara kita tanam beberapa tugu tertentu, yang akan dengan mudah dapat dilihat dari atas.
168
r
walaupun demikian foto-foto dapat juga membantu karena peta ini biasanya tidak perlu terlalu teliti. Maka walaupun detail-detail belum ditentukan,
peta masih cocok untuk merencanakan jalan atau perkampungan yang baru
dsb. Jikalau kemudian kita akan membangun proyek tsb. maka perlulah dibuat penyipatan yang lebih teliti lagi. Alat ukur sudut yang paling cocok
pada pekerjaan ini, yaitu misalnya teodolit kompas wild ro atau skala- teodolit Wild T 16 yang dilengkapi dengan kompas giro Wild GAK 1 dsb. yang
alat sasa ra r
P20
2645
m
131.00
beda tingg
jarak
sudut
tinggi titik
vertikal horisonta
;-T-r
o,
014
703
m
131.00
.il
2
2
21430
s.30
4025
92.60
2ilOO
52.q
67 20
136 10
10.80
b
4
62 05
173 10
349 30
231
-+ 1812
38.40
122.N
40.90
u.20
106
+
+
624
316
514
006
3.20
4.25
122.N
40.70
54.30
3.73
0.09
7
B
Gambar 127
Gambar 128
14225
65.rm
+ 103
65.50
1.78 116.60
118.39
2
2
3
2.31 116.07
121.fi
122.63
6.97 116.07
123.03
b
4
126.77
126.77
6
6
126.68
't27.8
6.60 116.60
53.70
92.80
52.30
9.80
38.00
123.74 P20
123.20 1
1.20
Biasanya penyipatan dengan teodolit kompas digunakan hanya secara grafis. J ikalau kita juga harus menentukan koordinat-koordinat maka kita harus
memperhatikan perubahan deklinasi sehari yang di lapangan dapat kita perhatikan dengan mencatat waktu pada tiap-tiap pembacaan.
Penyipatan dengan teodolit kompas akan kita sambung dengan bagian-bagian sungai yang sudah dibuat petanya atas dasar foto-grametri-udara yang
diisi hitam pada gambar 127 diatas.
Contoh:
sebagai contoh buku ukur suatu penyipatan dengan teodolit kompas'pada
sungai dapat kita perhatikan gambar 12g di atas dan catatan-catatan buku
ukur berikut (lihat juga bab2.8.4. Pengukuran poligon kompas, b) potigon
dengan cara melompat tiap satu titik sudut).
170
171
3. Lampiran
ngan teliti. Semua tindakan yang dianjurkan hendaknya dilaksanakan. Suatu buku petunjuk yang hanya disimpan baik-baik tidak ada gunanya.
Penyimpanan
Sebaiknya suatu alat ukur tanah Wild disimpan pada suatu ruang yang kering, bebas debu dan bebas perubahan suhu yang besar. Pada suasana
yang lembab sebaiknya alat ukur tanah Wild disimpan di luar kotaknya sehingga udara bisa mengenai semua bagian dengan baik, maka bagian optis
tidak terkena jamur (fungus). Suatu alat ukur tanah yang jarang digunakan
lebih membahayakan daripada suatu alat ukur tanah yang sering dipakai.
Transport
Untuk transportasi alat ukur tanah Wild dilengkapi dengan kotak yang khusus dan cocok untuk satu alat saja. Sebaiknya alat dan kotak selalu tegak
dan kalau diangkat dipakai pegangan di sebelah atas. Pada perjalanan yang
berat pada jalan yang jelek dsb. sebaiknya seorang selalu memegang alat
ukur tanah sehingga dapat dilindungi dari goncangan dan benturan.
A
Alat penyipat datar,
11
-, ketelitian 13
otomatis 16
data-data
20
-,
ketentuan kelengkungan 38
pemeliharaan 158
Alat ukur sudut, 51, 55
data-data 62, 64
reduksi otomatis 90
-, dengan
penggunaan pada praktek 106
pemilihan 109
pemeliharaan 158
Alhidade dengan reduksi otomatis Wild
RKI 1U
Bajioptis, Richard 93
witd DMr 94
perhitungan 126,
Benang-silanS '15, 44, 63
Benang stadia 15, M, 89
-,
Beda tinggi,
136
Deklinasi 142
Diagram-tachirneterWild
Distomat Wild Dl 4 100
172
RDS 90,
91
173
r
E
Equidistance 39,
41
Garis-gariskontur, 41, M, 89
penentuan 46
jarak (lihat: equidistance)
-,
Gezichtsveld (lihat: medan pandangan)
142
76
penentuan 133
selisihan 134
Kuadrant, ketentuan 74
Kutub utara, magnetis 142
geograf
is
142
dasar 107
poligon 127
peninjauan 110
perhitungan 111
pembacaankoinsidensi
58
56
pembacaankoinsidensi 58
Lingkaran vertikal,
K
Kaca-datar-planparalel'18
Medan pandangan 63
Mengatur garis bidik 24
bumi
124
Kemiringanpenentuan 47
Kesalahan, akhir 29
138
vertikal_
81
mengukurjurusan 85
mengukursektor-sektor 87
-,
-,
Konvergensimeridian 142
Koordinat, yang siku-siku 13, 146
polar 74, 150
Kelengkungan
141
65
Mikrometer
optis
60
Mikroskop'skala 60
66
pembidikan 67
pada skala lingkaran 67
dan cara mengatasnya 69
lenis-jenis
69
kasar70,137
_70
kuadratis
70
oerkiraan
71
rata-rata
rata-rata
-, alhidade 56
-, tabung koinsidensi
62
175
ke
belakang
muka
111
Rambu-dasarWild GBL2m 97
120
-,
elektronis
tunggal 96
terbagi 98
secara
bantuan
trigonometris
99
teknik
Sistim,
24
-,
memanjang 26
memanjang keliling 31
memanjang dengan menghubungkan pada titik tertentu
pada bidang 39
dengan bantuan permukaan air 48
Perambatan kesalahan 71, 143
Percobaan menyipat 23
Peta topografi 152, 155
Poligon, U
utama 115, 129
cabang 116, 129
lepas 127
terikat
sempurna 128
-,
terikat 128
-, sisi-sisi 132
176
88
pelaksanaan 125
Penyipat datar,
asas
100
Pengukuran tinggi,
Reichenbach,
il
kisi 42
koordinat
73
Sudut-arah,
134
-,
-,
pembetulan
131
133
T
Tachimat yang elektronis 100, 104
Tachimeter dengan reduksi otomatis 95
-,
teodolit
datar
43
59
-,
-,
-,
-,
-,
universil Wild
witd
T3
T2
57
59
59
repetisi
tachimetri
59
T0 61, 1rB
wild T05 61
kompas Wild
penting 65
-, sifat-sifat
pemilihan alat yang cocok 68
-,
Teropong, 15
1Tt
!F7
-,
-,
pembesaranbayangan 18, 63
bayangan 62
kwarter
NAO/NAKO
31
The Wild NAO Small Automatic Level, for surveying and construction and especially for tough
work on building sites. Once the circular bubble
f unctioning
checked by pressing a button. Erect image Friction-braked rotation with horizontal drive 90 cm
minimum focussing for work in confined spaces.
The model NAKO has a circle that can be set to
any value. Highly visible red colour Brochure
142e
NA I/NAK
NA 2/NAK 2
pensator has a high setting accuracy and the unique Wild press button control. Magnification is
32x
178
179
I
N l/NK
0.to
(0.1s).
N 01/NK 01
The Wild N 01 Dumpy Lavel Builders and contractors use it for area levelling, setting floors,
laying pipes. Gardners for landscaping. Farmers
for levelling fields and irrigation ditches. lt,s a
simple, rugged, inexpensive level. Centre the tubular bubble with the three footscrews, then
read the staff through the 1gx erect-image telescope. Friction-braked rotation with drive
screw. The NK 01 has a metal circle for measuring and setting out angles to 0.1" {0.1s). Bright
red colour. Brochure 153 e.
N 2/NK 2
The Wild N 2 (NK 2) Engineer's Level, an accurate instrument for surveying, engineering,
construction, lndustry Erect image 30 x magnificatiori. Tilting screw below objective Arrow in
split bubble shows how to turn this screw. Friction-braked rotation. Endless horizontal drive NK
2 with glass circle for angle measurement and
setting ou: Accassories parallel plate micrometer
for precise measurements, auxiliary lenses, pentaprism. BrochureG 1 131e
N 05/NK 05
N3
anr
outstanding in-
strument for first-order work, is ideal for geodetic control, deformation surveys, industrial assembly. An arrow in the split bubble shows how
to turn the tilting screw. The build-in parallel
plate micrometer gives direct reading to 0.1 mm.
0.0001
wedgeshaped hair
I
t
r
180
iI
I
181
T1
T05
{k;s
and f or carrying bearings. lt has an optical plummet in the alidade and a detachable tribrach.
There is a range of accessories. Brochure G
260 e.
T16
TO
tional theodolite for angular measurement. Diametrical reading of the horizontalcompass circle.
compass pivot.
Accessories: telescope level, solar prism, black
eyepieie filter. The Wild T 0 is used for forest,
Brochure G I
242e.
270 e.
,|i
182
,,
183
"t
T2
Dl 4/Dl 4L
e.
T3
The Wild T 3 Precision Theodolite is farger and
evei more accurate than the T 2 theodolite. Direct
reading to 0.2" llcc) Desioned for first order triangulation reals population for deformation sur
veys industrial installations and machine acording For industry the T 3 A autocolimation model
is used Steel construction for exceptional stability. Various possibilities for f orced-centring, such
as a ball centring device for pillar set-ups and a
remcvable base which takes the T 3. the T 2 and
T 2 tribrach accorssoties. Other accassories for
astronomy, deformation and industrial surveys.
BrochureGl 219e.
cr-410/cr-450
CITATION C1410 and Cl-450 from Precision lnternational, USA. Fit Wild T 05, T 1, T 16, T 2
theodoliteg. Also fit theodolites of other manufacturers. Mount directly on the theodolite teles-
Dt 20
Distance measurement with the Dl 20 is fully
automatic. Simply point to the reflector and
touch a key to measure. A microprocessor controls the entire measurement, automatically. Filters attenuate the received signal. To ensure the
accuracy of the displayed result, internal calibration measurements are carried out at the beginning and end of the measuring program.
The use of an aged quartz crystal with electronic
The accuracy of the Dl20 is 5 mm + 1 ppm standard deviation throughout the temperature range
-20o C to + 50o C.
Control panel with large LCD display and integrated keyboard. Range, repeat and tracking
modes. V-angle input. Display of slope, horrzontal distance, height difference. PPM and prism
1U
185
i
,l
'!
TC 1/TC 1L
Wild Tachymat Electronic Reduction Tacheometer. Fully automatic survey system for rapid
acquisition of a mass of data for engineering and
cadastral surveys and digital terrain models. Also
for setting out. Displays Hz and V angles, slope,
horizontal distance, difference in height, height
above daturn, coordinates. TC 1 standard model
with 2 km range. TC 1L long-range model for 5
reader
333 e.
RDS
The Wild RDS Self-Reducing Tacheometer simplities and speeds up tacheometric surveys. The
dis-
lite for traversing, low-order triangulation, property surveys, engineering and setting-out work.
It has an optical plummet and a detachable
tribrach. Brochure G 1 301 e.
186