SKRIPSI
Oleh :
Fitri Yanti Tanaiyo
090 111 283
Dosen Pembimbing :
dr. John Porotuo, MHA, Msi
dr. Standy Soeliongan, Mrepro, SpMK(K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RTULANGI
MANADO
2013
1
Oleh :
Fitri Yanti Tanaiyo
090 111 283
Dosen Pembimbing :
dr. John Porotuo, MHA, Msi
dr. Standy Soeliongan, Mrepro, SpMK(K)
pada
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RTULANGI
MANADO
2013
2
ABSTRAK
IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah penyakit yang menular melalui
hubungan seksual (oral, vaginal, anal) dengan orang yang telah terinfeksi. WHO
(World Health Organization) pada tahun 2001 memperkirakan penderita IMS di
seluruh dunia sebanyak 340 juta orang. Jenis penelitian ini menggunakan metode
deskriptif retrospektif dengan waktu penelitian pada bulan November 2012
sampai Januari 2013 yang dilaksanakan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Prof. Dr. R. D. Kandou, Manado. Sampel penelitian adalah pasien IMS baru yang
datang berobat yang telah menjalani pemeriksaan laboratorium mikrobiologi
langsung dan pewarnaan gram. Berdasarkan data yang diambil dari 163 pasien
yang telah dilakukan pemeriksaan mikrobiologi langsung untuk trikomonas
didapati satu pasien yang hasilnya positif yaitu pasien perempuan usia 38 tahun.
Dari pewarnaan gram didapatkan 83 pasien dengan hasil positif. Untuk
pseudohifa, hasil positif pada 24 orang (14,7%), 18 diantaranya pada perempuan
dan 11 diantaranya pada kelompok usia 20-29 tahun. Dari pewarnaan gram
didapati dari 163 pasien ada 10 orang (6,1%) yang hasil positif basil gram
positif, 7 diantaranya pada perempuan dan terdapat pada semua kelompok usia.
Untuk basil gram negatif didapatkan hasil positif pada 24 (14,7%) dari 163
pasien, 15 diantaranya pada perempuan dan terbanyak pada kelompok usia 2029 tahun. Dari 163 pasien didapatkan hasil positif untuk diplokokus gram positif
sebanyak 9 orang (5,5%), 8 diantaranya pada pria dan jumlah terbanyak pada
kelompok usia 20-29 tahun. Untuk diplokokus gram negatif didapatkan hasil
positif pada 16 (9,8%) dari 163 orang pasien, 15 diantaranya pada pria dan
terbanyak pada kelompok usia 20-29 tahun. Terjadinya kasus IMS yang
meningkat setiap tahunnya diduga karena kurangnya perhatian dari pusat
kesehatan dan kurangnya pengetahuna tentang sebab dan akibat dari IMS.
Banyaknya sosialisasi tentang IMS dan pendidikan seks pada usia dini pent ing
untuk pencegahan IMS.
Kata kunci: Infeksi Menular Seksual, Penyakit Menular Seksual
ABSTRACT
STIs (Sexually Transmitted Infections) are diseases which is transmitted
through sexual contact (oral, vaginal, anal) with an infected person. WHO (World
Health Organization) in 2001 estimated STI patients around the world as much as
340 million people. This research uses descriptive retrospective study in
November 2012 to January 2013 where conducted in the department of
dermatology clinic at Prof. Dr. R. D. Kandou General Hospital, Manado. The
research sample is a new STI patients who come for treatment at the clinic that
had microbiological laboratory examination such as direct examination and gram
staining examination. Based on data collected from 163 patients who had a new
IMS and had direct microbiological examination for trichomonas only one patient
was found positive result that 38 years old female. Based on gram stain
examination, 83 patients were found positive results. Based on gram stain
examination for pseudohyphae, 24 (14,7%) patients with positive results. 18 of
them females and 11 where in the age group 20-29 years. Among 163 patients
there were 10 (6,1%) patients were positive results of gram positive bacilli, seven
among them are females and in all age groups. For gram negative bacilli
obtained positive results in 24 (14,7%) of 163 patients, 15 of them are females
and most in the age group 20-29 years. Among 163 patients, 9 patients (5,5%)
were found positive results for gram positive diplococcus, 8 males and the highest
number in the age group 20-29 years for gram negative diplococcus obtained
positive results in 16 (9,8%) of 163 patients, 15 of them in males and highest
number in the age group 20-29 years. The presence of STIs are in increasing
every year due to lack of attention from the healthy centers and the lack of
knowledge about the causes and consequences of STIs. The socialization of STIs
and adolescence's sex education are important for STIs preventions.
Key words: Sexually Transmitted Infection, Sexually Transmitted Disease
Dosen Pembimbing I
Dosen Pembimbing II
Dekan
NRI
Fakultas
: Kedokteran
Program Studi
: Kedokteran Umum
Menyatakan yang sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benarbenar merupakan hasil karya saya sendiri dan bukan merupakan pengambilalihan
tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Skripsi ini sebagai
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Manado,
Januari 2013
NRI
Fakultas
Kedokteran
Program Studi
Kedokteran Umum
Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini, Universitas Sam Ratulangi berhak
menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data
(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak
Cipta.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya.
Manado,
Januari 2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, Maha Pemberi Petunjuk dan Sumber Pemikiran. Hanya karena ijinNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul :
POLA KUMAN PADA PASIEN BARU INFEKSI MENULAR SEKSUAL
DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP. PROF. Dr. R.D. KANDOU
MANADO PERIODE NOVEMBER 2010 S.D NOVEMBER 2012
dr. John Porotuo, MHA, MSi selaku Dosen Pembimbing I dan dr. Standy
Soeliongan, MRepro, SpMK (K) selaku Dosen Pembimbing II yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, bantuan dan
nasehat dalam penyusunan skripsi ini.
2.
Prof. dr. H. Pandeleke, MSc, SpKK (K) selaku penguji I dan Kepala
Bagian Kulit dan Kelamin yang telah meluangkan waktu, memberikan
masukan, kritik dan saran yang membangun kepada penulis dalam
penyelesaian skripsi ini.
3.
dr. Renatte Kandou, SpKK (K) selaku Kepala SMF Kulit dan Kelamin
Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi yang telah memberikan
kesempatan penulis untuk menyelesaikan skripsi di Bagian Kulit dan Kelamin
BLU RSUP Prof. DR. R.D. Kandou Manado.
4.
Prof. DR. dr. S.M. Warouw, SpA (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado, para Pembantu Dekan dan semua Dosen
yang telah mendidik dan membina penulis selama masa perkuliahan.
5.
dr. Nelly Mayulu, Msci selaku dosen pembimbing akademik atas bimbingan,
nasehat dan perhatian kepada penulis selama kuliah di Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi.
6.
7.
8.
9.
ii
10. Teman-teman Kos Dewi: Melati, Niar, Icha, Inggid, Nang, Fajar, Ria,
Bowo, dan KCherry, Agi, Redha, Fahri atas bantuan dan kebesamaannya
selama ini.
11. Teman-teman sejawat angkatan 2009 atas dukungan dan kebersamaannya.
12. Semua pihak yang sudah membantu yang penulis tidak dapat sebutkan satu
persatu, semoga mendapatkan barokah dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari para pembaca.
Manado,
Januari 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................
iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................
vi
vii
vii
viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...........................................................................................
14
15
17
19
iv
19
K. Pencegahan IMS.........................................................................................
21
22
22
C. Tempat Penelitian.......................................................................................
22
22
23
23
G. Definisi Operasional...................................................................................
23
24
25
J. Prosedur Penelitian.....................................................................................
25
26
B. Pembahasan ................................................................................................
30
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................
36
B. Saran ...........................................................................................................
36
38
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
10
Tabel 2.
11
Tabel 3.
15
Tabel 4.
19
Tabel 5.
26
Tabel 6.
26
Tabel 7.
27
Tabel 8.
27
Tabel 9.
27
Tabel 10. Hasil pewarnaan gram untuk diplokokus gram negatif .................
28
30
Tabel 12. Hasil penelitian IMS di RSUD Koja dan Puskesmas Cilincing,
Jakarta Utara 1997 .........................................................................
vi
31
DAFTAR GAMBAR
12
12
12
13
13
13
DAFTAR GRAFIK
Grafik 1.
28
Grafik 2.
29
vii
DAFTAR LAMPIRAN
40
Lampiran 2. Surat izin penelitian dari RSUP. Prof. Dr. Kandou Manado ....
41
42
Lampiran 4. Hasil olah data umur, jenis kelamin dan pekerjaan ..................
46
37
viii
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Nama lain dari IMS (Infeksi Menular Seksual) adalah PMS (Penyakit
prakteknya,
banyak
IMS
yang
tidak
menunjukan
gejala
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, ditetapkan rumusan masalah yaitu
Bagaimana pola kuman pada pasien baru IMS di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode November 2010 - November 2012?
C.
Tujuan Penelitian
1.
Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pola kuman
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
a. Untuk mengetahui pola kuman pada pasien penyakit IMS dengan
pemeriksaan laboratorium mikrobiologi (pemeriksaan langsung dan
pemeriksaan pewarnaan gram) di poliklinik kulit dan kelamin RSUP
Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado.
b. Untuk mengetahui besar persentase masing-masing penyakit IMS yang
terdiagnosis beserta kuman penyebabnya di poliklinik kulit dan kelamin
RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou, Manado.
D.
Manfaat Penelitian
Dengan diadakan penelitian ini, maka diharapkan dapat memberikan
kuman
IMS
dengan
pemeriksaan
mikrobiologi.
penunjang
laboratorium
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan gonore. (Hakim, 2009;
Daili, 2009).3Seseorang bisa terinfeksi IMS jika berhubungan seksual dengan
orang yang telah terinfeksi. Tanpa pemeriksaan yang akurat kita tidak bisa hanya
dengan mengatakan bahwa seseorang terkena IMS karena pada umumnya IMS
tidak menimbulkan gejala. IMS dapat menyebar melalui vaginal seks, anal seks
maupun oral seks dimana kontak yang terjadi dengan genital yang telah
terinfeksi.22
B.
pertumbuhan,
Ranker
bahkan
juga
kematian
memerlukan
penanggulangan, sehingga hal ini akan meningkatkan biaya kesehatan. Selain itu
pola infeksi juga mengalami perubahan, misalnya infeksi klamidia, herpes genital,
dan kondiloma akuminata di beberapa negara cenderung meningkat dibanding
uretritis gonore dan sifilis. Beberapa penyakit infeksi sudah resisten terhadap
C.
Faktor dasar
a.
b.
2.
Faktor medis
a.
b.
Pengobatan modern
c.
3.
4.
Faktor sosial
a.
Mobilitas penduduk
b.
Prostitusi
c.
d.
Kebebasan individu
e.
Ketidaktahuan
Selain faktor-faktor tersebut diatas masih ada beberapa factor lain yang
mempengaruhi perbedaan prevalensi antara negara maju dan berkembang:
1.
2.
D.
Usia
a.
b.
c.
2.
Pelancong
3.
4.
Pecandu Narkotik
5.
Homoseksual
E.
trachomatis,
Haemophilus
ducreyi,
Calymmatobacterium
Dari
golongan
protozoa,
yakni
Trichomonas
vaginalis,
Entamoeba
Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan 2),
Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus (banyak tipe),
Cytomegalovirus, Epstein-Barr Virus, Molluscum contagiosum virus, dan
virus-virus enterik lainnya.
d.
infeksi menular seksual juga dapat disebabkan oleh jamur, yakni jamur Candida
albicans.
Penyakit
Gonore, radang selaput mate,
penyakit
panggul
yang
meradang, infeksi gonokokal
yang menyebar
Chlamydia trachomatis
Uretritis
non-gonokokal,
infeksi mulut rahim, radang
selaput mate pada bayi yang
baru lahir dan orang dewasa,
trakoma,
limfogranuloma
venerium
Organisme
VIRUS:
Herpes virus hominis
tipe2
Penyakit
Herpes kelamin, radang
selaput otak, herpes pada
bayi baru lahir
Cytomegalovirus
Kondiloma
(kutil kelamin)
Virus moluskan
Kontagiosum
Moluskan
kelamin
akuminata
kontagiosum
Ureplasma Urealyticum
(Mikoplasma T)
Treponema Pallidum
Sifilis
LAIN-LAIN:
Trichomonas vaginalis
Haemophillus ducreyi
Syankroid
Phtirus pubis
Calymmatobacterium
granulomatis
Granula inguinale
Candida albicans
Haemophilus vaginalis
Streptococcus hemolytic
Sarcoptes scabiei
Kudis
Protozoa usus
Golongan K Shigella sp
10
11
Penyakit/Sindrom
Gonore
Sifilis
Granuloma inguinale
Chancroid
Vaginosis
Infeksi genitalia non-spesifik
Limfogranuloma venerum (LGV)
Uretritis non-spesifik
Uretritis non-spesifik
Herpes genital
Kondiloma akuminata (kutil genital)
Moluskum kontagiosum
Hepatitis AIDS
Kandidosis, balanitis
Trichomonas vaginitis,
balanopostitis
Giardiasis
Skabies genital
Pedikulosis pubis
urethritis,
12
13
F.
14
G.
IMS
Bakterial vaginosis
Klamidia
Herpes Genitalis
Gonore
GEJALA
Kebanyakan perempuan tidak menimbulkan gejala. Pada wanita
yang menimbulkan gejala, bias berupa:
- gatal pada vagina
- nyeri BAK
- flek/duh tubuh berbau amis
Kebanyakan perempuan tidak menimbulkan gejala. Tapi gejala
yang dapat timbul berupa:
- keputihan yang tidak normal
- nyeri BAK
- pendarahan
Infeksi yang tidak ditangani, meskipun pada yang tidak
menimbulkan gejala dapat berakibat:
- nyeri perut bagian bawah
- nyeri pinggang
- mual
- demam
- nyeri senggama
- benjolan-benjolan kecil, lepuhan, luka
terbuka pada daerah yang diinfasi bakteri seperti mulut, penis
maupun vagina.
- keputihan
- demean
- sakit kepala
- nyeri otot
- nyeri BAK
- gatal dan rasa terbakar pada alat kelamin
- luka pada kaki, pantat dan alat genital
Gejala bisa hilang dan kemudian timbul lagi. Luka bisa sembuh
2-4 minggu.
Biasanya kebanyakan perempuan tidak menimbulkan gejala.
Jika gejala timbul, sering terjadi selama 10 hari setelah
terinfeksi, gejalanya berupa:
- nyeri BAK
- duh tubuh yang berwarna kekuningan hingga kemerahan
- perdarahan
- nyeri senggama
Infeksi tersebut dapat juga terjadi pada tenggorokan, mata dan
anus.
15
IMS
Hepatitis B
HIV/AIDS
Human Papiloma
Virus (HPV)
Sifilis
Trikomoniasis
GEJALA
Beberapa wanita tidak menimbulkan gejala. Gejala yang biasa timbul pada
perempuan dapat berupa:
- demam yang rendah
- sakit kepala dan nyeri otot
- kelelahan
- kehilangan nafsu makan
- mual muntah
- diare
- win berwarna keruh
- sakit perut
- kulit dan sklera berwarna kekuningan
Beberapa wanita tidak menimbulkan gejala hingga 10 tahun atau lebih. Sekitar
separuh dan jumlah pengidap HIV mengidap flu-like syndrom selama 3-6
minggu setelah terinfeksi. Orang yang terinfeksi bisa menderita AID berbulabulan hingga bertahun-tahun setelah terinfeksi HIV. Gejalanya berypa:
- demam dan keringat malam
- merasa sangat kelelahan
- kehilangan berat badan drastis
- sakit kepala
- pembesaran kelenjar limta
- diare, muntah dan sakit perut
- luka pada mulut, anus ataupun genital
- batu kering
- bercak-bercak pada kulit
- hilang ingatan jangka pendek
perempuan juga bisa mendapatkan gejala berupa:
- bisa mendapatkan jenis ISK yang lain
- penyakit radang panggul/PID yang tak bisa sembuh meski diobati
- periode mestruasi yang berubah-ubah
Beberapa perempuan tidak menimbulkan gejala, tapi gejala yang dapat timbul
berupa:
- kutil pada area genitalia, termasuk juga pada paha.
Sifilis ada beberapa stadium. Gejala yang timbul pada stadium awal berupa:
- timbul luka yang tidak sakit yang muncul 10-90 hari setelah terjadinya
infeksi.
Jika infeksi tidak diobati, bisa menjadi stadium 2. Stadium ini diawali 3-6
minggu setelah munculnya luka. Gejala pada stadium 2 berupa:
- ruam pada kulit, bercak kemerahan hingga kecoklatan pada tangan dan kaki
yang biasanya tidak gatal dan hilang dengan sendirinya.
- demam
- luka pada tenggorokan
- sakit kepala dan nyeri otot
- kehilangan berat badan
- rasa kelelahan
pada masa laten, gejala biasanya hilang tapi bisa kambuh lagi. Tanpa diobati,
gejala bisa tidak dan juga bisa terjadi pindah pada stadium akhir. Pada
stadium akhir, bisa terjadi kerusakan organ dalam, misalnya otak, saraf, mata,
jantung, hati dan tulang. Beberapa orang bisa hingga mati.
Kebanyakan perempuan tidak memiliki gejala. Gejala bisanya muncul 5-28
hari stetlah terpapar dan berupa:
- duh tubuh yang benvarna kuning, hijau ataupun abu-abu.
- rasa tidak nyaman saat senggama maupun berkemih
- rasa gatal dan tidak nyaman pada area genital
- nyeri perut bawah parang)
16
H.
Pemeriksaan Langsung7
Untuk melihat apakah ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari
kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan dituangi larutan KOH 10-40% dengan
maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa.
Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi diatas api kecil, jangan sampai menguap,
dilihat di Hawaii mikroskop, dimulai dengan pembesaran 10 kali.
Adanya elemen jamur tampak berupa benang-benang bersifat kontur ganda.
Selain itu, tampak juga bintik spora berupa bola kecil berukuran l-3u. bahanbahan yang diperlukan dalam pemeriksaan didapat dari:
a.
Kulit
Bahan dipilih dan diambil dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir.
Terlebih dahulu dibersihkan dengan alcohol 70% lalu dikerok dengan scalpel
sehingga memperoleh skuama yang cukup. Letakkan diatas gelas objek, lalu
dituangi dengan KOH 10%.
b.
Rambut
Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus, atau rambut yang
warnanya tak mengilat lagi, tuangi KOH 20%, lihat adanya infeksi endo atau
ektotrik.
c.
Kuku
17
Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak
atau bahan dari kukunya sendiri, selanjutnya dituangi dengan KOH 20-40% dan
dilihat dibawah mikroskop, dicari hifa atau spora.
Dengan preparat langsung ini, sebenarnya diagnosis atau dermatomikosis
sudah dapat ditegakkan. Penentuan etiologi spesies dipcrlukan untuk keperluan
penentuan prognosis, kemajuan terapi dan epidemiologis.
2.
merupakan metode yang relative sederhana dan tidak mahal tetapi kurang
sensitive dibandingkan dengan biakan untuk deteksi sejumlah kecil bakteri.
Pewarnaan Gram merupakan prosedur yang sangat membantu dalam
mikrobiologi diagnostik. Sebagian besar specimen yang diserahkan ketika
dicurigai terjadi infeksi oleh bakteri, harus dihapus pada slide kaca, diberi
pewarnaan Gram, dan diperiksa dibawah mikroskop. Materi dan metode
pewarnaan Gram dijelaskan pada Tabel 4. Pada pemeriksaan mikroskop, reaksi
Gram (ungu-biru menunjukkan organisme gram positif; merah, gram negatif) dan
morfologi (bentuk: kokus, batang, fusiformis, atau Iain-lain) pada bakteri harus
diperhatikan. Gambaran bakteri pada apusan yang diwarnai Gram tidak
memungkinkan identifikasi spesies. Laporan kokus gram positif berbentuk rantai
menunjukkan spesies streptokok, tetapi tidak definitive untuk spesies tersebut;
kokus gram positif yang berkelompok menunjukkan spesies stafilokok. Batang
gram negatif dapt berukuran besar, kecil, atau bahkan kokobasilar. Beberapa
bakteri gram positif yang tidak hidup dapat berwama sperti gram negatif.
18
I.
Langkah-langkah
Fiksasi apusan dengan pemanasan.
Lapisi dengan larutan safranin selama 10-30 detik (larutan 2,5% dalam
95% alcohol)
mencari tahu adanya faktor resiko IMS diikuti pemeriksaan fisik untuk mencari
tahu adanya gejala klinis dari IMS, dan pengambilan spesimen untuk pemeriksaan
laboratorium.22
J.
ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin. Artinya, obat
19
tersebut haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relative tidak toksik
terhadap hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin tidak
akan diperoleh. Sifat antimikroba dapat berbeda satu dengan lainnya.
Umpamanya, penisilin G bersifat aktif terutama terhadap bakteri Gram-positif,
sedangkan bakteri Gram-negatif pada umumnya tidak peka (resisten) terhadapa
penisilin G; streptomisin memiliki sifat yang sebaliknya; tetrasiklin aktif terhadap
beberapa bakteri Gram-positif maupun bakteri Gram-negatif, dan juga terhadap
Rickettsia dan Chlamydia.9
Pada pasien-pasien tertentu bias terjadi resistensi kuman terhadap obat
antimikroha/ant ibiotika dengan cara:
1. Mikroorganisme memproduksi ensim yang merusak daya kerja obat.
2. Terjadinya perubahan permeabilitas kuman terhadap obat-obat tertentu.
3. Terjadinya perubahan pada tempat/lokus tertentu didalam sel sekelompok
mikroorganisme tertentu yang menjadi target dari obat.
4. Terjadinya perubahan pada metabolic pathway yang menjadi target obat.
5. Terjadi perubahan ensimatik sehingga kuman meskipun masih dapat hidup
dengan baik tapi kurang sensitif terhadap antibiotik.
Maka dianjurkan kepada setiap dokter dimanapun untuk lebih berhati-hati
menggunakan obat antibiotika, misalnya dalam hal memberi antibiotika dalam
dosis yang cukup tinggi dan mencegah pemakaian obat-obat antibiotika yang amat
poten, sehingga mengurangi atau memperlambat sesistensi terhadap obat
antibiotika.11
20
K.
Ada beberapa langkah yang bisa diikuti untuk mencegah terjadinya IMS.
Langkah-langkah
ini
sebaiknya
dipatuhi
oleh
kedua
pasangan
agar
2.
3.
4.
5.
6.
Jangan beranggapan
diri
beresiko
rendah terhadap
IMS
hanya
Diskusikan dengan pasangan dan dokter secara jujur apakah baik anda
maupun pasangan terinfeksi IMS atau tidak.
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A.
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif retrospektif, yaitu suatu
Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan November 2012 - Januari 2013.
C.
Tempat Penelitian
Pengambilan data pasien dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Prof.Dr.R.DKandou, Manado.
D.
22
E.
1.
Inklusi
Pasien IMS yang bersedia menjadi sampel penelitian.
2.
Eksklusi
Pasien IMS dengan penyakit penyerta lain atau dengan komplikasi lain
misalnya pasien IMS dengan komplikasi kista ovarium dan pasien yang
tidak bersedia menjadi sampel penelitian.
F.
Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang diteliti adalah:
1. Umur
2. Jenis kelamin
3. Pekerjaan
4. Hasil pemeriksaan laboratorium
G.
Definisi Operasional
1.
Umur, yaitu usia pasien yang tertulis dalam rekam medik dan dibagi dalam
beberapa kelompok umur, yaitu: a.<19tahun
b.
20 - 29 tahun
c.
30 - 39 tahun
d.
40 - 49 tahun
e.
50 - 59 tahun
f . 60 - 69 tahun
g.
> 69 tahun
23
2.
3.
4.
Hasil
pemeriksaan
laboratorium
mikrobiologi,
yaitu
jenis-jenis
H.
1.
Catalan rekam medic pasien IMS di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP
Prof. dr. R.D Kandou Manado periode November 2010 sampai dengan
November 2012.
2.
3.
Perangkat komputer.
4.
Berbagai literatur.
24
I.
Cara Kerja
1.
Pengumpulan data
Data yang dikumpulkan berdasarkan rekam medik semua pasien IMS yang
baru di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado
periode November 2010 sampai November 2012.
2.
Pengolahan data
Data tersebut kemudian dikelompokkan berdasarkan variabel penelitian, lalu
disajikan dalam bentuk teks dan tabel.
J.
Prosedur Penelitian
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
25
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil Penelitian
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Poliklinik Kulit dan Kelamin
RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado periode November 2010 -- November 2012
maka ditemukan 163 pasien baru dengan diagnosis IMS dimana semua pasien
tersebut telah melakukan pemeriksaan laboratorium mikrobiologi.
Pemeriksaan laboratorium mikrobiologi yang dibahas disini adalah
pemeriksaan langsung dan pewarnaan gram. Dari pemeriksaan langsung untuk
melihat apakah adanya trikomonas didapati hanya satu pasien yang hasilnya
positif sedangkan 162 diantaranya hasilnya negatif.
Tabel 5. Frekuensi dan persentase hasil pemeriksaan langsung untuk trikomonas
Frekuensi
Persentase
Hasil positif
6%
Hasil negatif
162
99,4%
Total
163
100%
Persentase
Hasil positif
Hasil negatif
24
139
14,7%
85,3 %
Total
163
100 %
26
Pada pewarnaan gram juga didapatkan 153 pasien atau 93,9% pasien dengan
hasil negatif basil gram positif dan 10 orang atau 6,1% pasien dengan hasil positif
basil gram positif. Sedangkan untuk basil gram negatif terdapat 139 orang atau
85,3% pasien dengan hasil negatif dan 14,7 % atau 24 orang dengan hasil positif.
Tabel 7. Frekuensi dan percentage hasil pemeriksaan gram untuk basil gram positif
Frekuensi
Persentase
Hasil positif
Hasil negatif
10
153
6,1 %
93,9%
Total
163
100%
Tabel 8. Frekuensi dan persentase hasil pemeriksaan gram untuk basil gram negatif
Frekuensi
Persentase
Hasil positif
Hasil negatif
24
139
14,7%
85,3%
Total
163
100%
Selanjutnya untuk diplokokus gram positif dari 163 orang terdapat 9 orang
atau 5,5% dengan hasil positif dan 154 orang atau 94,5% dengan hasil negatif.
Untuk diplokokus gram negatif terdapat 16 orang dengan hasil positif atau 9,8%
dan 147 orang dengan hasil negatif atau 90,2%.
Tabel 9. Frekuensi dan persentase hasil pemeriksaan gram untuk diplokokus gram positif
Frekuensi
Persentase
Hasil positif
Hasil negatif
9
154
5,5%
94,5%
Total
163
100%
27
Tabel 10. Frekuensi dan persentase hasil pemeriksaan gram untuk diplokokus gram negatif
Frekuensi
Persentase
Hasil positif
Hasil negatif
16
147
9,8%
90,2 %
Total
163
100%
Berdasarkan distribusi umur pasien yang diteliti didapati bahwa IMS paling
banyak terjadi pada kelompok umur 20 - 29 tahun yaitu sebanyak 52 kasus
(31,9%) dan paling sedikit pada kelompok umur 75 tahun keatas yaitu sebanyak 2
kasus (1,2%). Data-data ini menunjukkan bahwa IMS paling sering terjadi pada
dewasa muda.
Grafik. 1 Distribusi kasus IMS berdasarkan umur
28
Untuk faktor pekerjaan, dari hasil penelitian didapatkan bahwa IMS paling
banyak terjadi pada profesi pegawai swasta yaitu sebesar 27% diikuti IRT 16%
dan PNS 15,3%. Dan yang paling rendah pada pelaut sebanyak 1,2%.
29
Frekuensi
25
Persentase
15,3%
Wiraswasta
4,3%
Swasta
44
27,0%
Guru
2.5%
Petani
2,5%
Pelaut
1,2%
IRT
26
16,0%
Mahasiswa
16
9.8%
Pelajar
5,5%
26
16,0%
163
100%
Pembahasan
Kriteria sampel yang diteliti adalah pasien yang tercatatat dalam rekam
medik yang merupakan pasien ham yang datang memeriksakan diri klinik IMS
Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. dr. R.D Kandou Manado periode
November 2010 -November 2012 yang melakukan pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi. Jumlah sampel yang diteliti yaitu sebanyak 163 pasien dengan
diagnosis IMS.
Pada penelitian sebelumnya dengan melakukan pemeriksaan mikrobiologi
berupa pemeriksaan langsung dan pewarnaan gram yang dilakukan di 4
puskesmas di Jakarta pada tahun 1994-1995 dengan total sampel 1136 sampel
ditemkan 40-45% atau sekitar 455-512 dari sampel tersebut hasilnya positif IMS
(Pratomo, Kodim, et al., 1995: 66-67).12
30
Kandidiasis
RSUD.Koja
n
%
11
7,6
Bakterial Vaginosis
5,5
4,8
16
5,1
Trikomoniasis
13
9,0
2,4
17
5,4
GO
0,7
0,0
0,3
Klamidia
18
12,6
13
8,3
31
10,3
Sifilis
0,0
0,0
77
24,7
Jenis IMS
Total
31
diantaranya rectal. Klamida, orofaringeal. Gonore, uretritis Klamidia ada pria dan
Trikomoniasis pada wanita. 94% dari insidens tersebut teridentifikasi pada
hubungan seksual yang dilakukan sesama pria.l9Studi lainnya di Amerika juga
menyebutkan bahwa terdapat 18,9 juta kasus IMS pada tahun 2000 dan 9,1 juta
(48%) terjadi pada kelompok usia 15-24 tahun. Tiga jenis IMS terbesar yaitu
HPV, Trikomoniasis dan Klamidia yaitu sekitar 88% kasus dan terjadi pada usia
15-24 tahun. Hal ini dikarenakan kurangnya tindakan pencegahan dan kontrol
penyakit.25
Antara tahun 1950 sampai 2010 ada 105 penelitian yang dilakukan oleh 25
studi yang melaporkan tentang prevalensi IMS di Papua Nugini. Jenis IMS
tertinggi yaitu Klamidia (26,1%), Gonore (33,6%), Sifilis (33,1%) dan
Trikomonas (39,3%). Sedangkan untuk kasus HIV sendiri didapatkan hasil 1,8%
pada pria, 2,6% pada wanita dan 11,8% pada PSK. Hal ini dikarenakan perilaku
seksual yang bebas dan tidak aman, kurangnya pengetahuan atau rendahnya
tingkat pendidikan serta kurangnya kesadaran dari tiap individu tentang sebab
akibat dari IMS.17Dari hasil studi yang pernah dilakukan di Amerika disebutkan
bahwa meningkatnya isidensi IMS dapat disebabkan oleh protokol skrining yang
tidak efektif dan kurangnya perhatian dari pusat kesehatan serta kurangnya
kontrol penyakit dan tindakan pencegahan.18,24,25
Dari hasil penelitian saya, berdasarkan distribusi pasien IMS menurut pola
kuman dari hasil pemeriksaan laboratorium mikrobiologi, yang paling sering
menyebabkan IMS adalah kuman gram negatif yaitu basil gram negatif pada 24
orang pasien atau sekitar 14,7%, pseudohifa 14,7 % dan diplokokus gram negatif
32
pada 16 orang pasien atau sekitar 9,8 %. Dan dari penelitian ini didapatkan bahwa
perempuan lebih sering mendapatkan IMS dibandingkan laki-laki yaitu sebanyak
84 pasien perempuan (51,5 %) dan 79 pasien laki-laki (48,5%). Menurut Satiti R
dari Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FKUGM/RSUP DR.
Sardjito Yogyakarta hal ini berkaitan dengan angka Kandidosis dikarenakan
peningkatan glikogen vagina dan penurunan pH oleh karena pakaian rapat dan
ketat dan juga konsumsi obat-obatan kontrasepsi.10
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di 8 RS
Pusat di Medan, Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar dan Ujung
Pandang selama tahun 1986-1988 dengan hasil: Pada tahun 1986 dengan jumlah
sampel 7561, hasil positif IMS pada laki-laki sebanyak 4504 (59,6%) dan
perempuan sebanyak 3057 (40,4%). Pada tahun 1987 dengan jumlah sampel
7351, hasil positif IMS pada laki-laki yaitu sebanyak 4523 (61,5%) dan pada
perempuan sebanyak 2828 (38,5%). Sedangkan pada tahun 1988 dari jumlah
sampel 7276, hasil positif IMS pada laki-laki yaitu sebanyak 4448 (61,5%) dan
pada perempuan sebanyak 2828 (38,5%). Jadi, pada periode 3 tahun tersebut
dapat disimpulkan bahwa laki-laki lebih sering mengalami IMS daripada
perempuan.14
Dari kelompok umur yang tersering mendapatkan IMS yaitu pasien dengan
kelompok umur 20-29 tahun (31,9%) atau pada kelompok dewasa muda.
Penelitian ini hampir sama hasil yang dikemukakan oleh Lukman H yaitu IMS
paling sering terjadi pada kelompok umur 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin
33
tersebut.6 Hasil yang dikemukakan oleh Drs. Koes Irianto mengenai kelompok
umur tersering yaitu 15-30 tahun.2
Berdasarkan hasil dari penelitian yang dilakukan di RSUD. Koja dan
Puskesmas Cilincing, Jakarta Selatan periode Januari-April 1997 didapatkan hasil
dari 312 sampel penelitian dengan jenis kelamin perempuan yaitu usia < 25 tahun
yang positif IMS ada 9 orang (11,7%) dan yang negatif IMS ada 39 orang (16,6%)
sedangkan usia > 25 tahun yang positif IMS ada 68 orang (88,3%) dan yang
negatif ada 196 orang (83,4%).12
Dari hasil olah data yang saya lakukan didapatkan bahwa kelompok dengan
insidensi tertinggi menurut profesi yaitu pegawai swasta diikuti PNS. Dari hasil
survey yang dilakukan oleh Yuyun Megaria pada tahun 2009 hal ini dikarenakan
profesi PNS diwajibkan untuk bersosialisasi dengan banyak orang. Hal ini
memicu adanya keinginan untuk mengamati sisi hidup orang lain hingga memicu
terjadinya perselingkuhan yang nantinya menuju pada ketidaksetiaan pada
pasangan atau bisa jadi berganti-ganti pasangan seksual.15 Menurut pendapat saya
alasan yang dikemukakan bisa juga menjadi alasan pada orang dengan profesi
pegawai swasta. Dari hasil penelitian saya didapatkan profesi pelaut adalah
kelompok terendah yang terinfeksi IMS. Menurut saya hal ini dikarenakan oang
dengan profesi pelaut dan pada umumnya pelaut adalah pria memiliki waktu yang
kurang untuk berhubungan seksual dengan istri maupun PSK karena seringnya
menghabiskan waktu yang panjang di kapal/lautan daripada di daratan.
Secara garis besar IMS terjadi pada kelompok usia produktif yang aktif
melakukan hubungan seksual dan berganti-ganti pasangan, misalnya pada PSK
34
sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan di Thailand pada tahun 2009, dalam
penelitian itu dinyatakan bahwa PS merupakan kelompok resiko tinggi karena
seringnya berganti pasangan, menggunakan kondom yang sobek saat berhubungan
seksual maupun penolakan terhadap penggunaan kondom. 16Melakukan hubungan
seksual dengan pasangan yang berganti-ganti dapat meningkatkan resiko
terjadinya IMS mengingat faktor penyebabnya karena mikroba yang dapat
berpindah dari satu orang yang terinfeksi ke orang lain.2
35
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian terhadap pasien barn dengan diagnosis IMS dengan hasil
Dari hasil pewarnaan gram, pola kuman tersering yang menyebabkan IMS
adalah Bacillus (basil) gram negatif dan pseudohifa.
2.
Kelompok umur tersering yang mengalami IMS adalah pasien dewasa muda
dengan kisaran usia 20 - 29 tahun.
3.
4.
B.
Saran
Dengan dilakukannya penelitian ini dan dengan melihat hasil yang
Bagi dokter dan tenaga medis yang bergerak dalam bidang pelayanan,
kiranya dapat mencantumkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
dilakukan oleh setiap pasien dengan jelas, rapi dan teratur.
2.
36
3.
37
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
38
39
Ayu R. Melati/
09-140
JUDUL SKRIPSI
Pola Kuman pada pasien IMS
di poliklinik Kulit Kelamin
BLU RSUP. Prof. dr. R.D.
Kandou Manado
Pola Kuman Infeksi Saluran
Kemih Poli Kulit Kelamin
BLU RSUP. Prof. dr. R.D.
Kandou Manado
PEMBIMBING 1 PEMBIMBING 2
dr. John Porotuo, dr. Standy
MHA, MSi
Soeliongan, M
Repro. Sp. Mk (K)
dr. John Porotuo, dr. Fredine E.S.
MHA, MSi
Rares, MKes
40
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
BADAN LAYANAN UMUM RSUP. PROF Dr. R.D. KANDOU MANADO
Jalan Raya Tanawangko, No. 56 PO Box 102 Telepon ( (0431) 838305 838203 Faksimile, (0431) 838204 Manado 95115
No.
:
/Diklit/XI/2012
Lamp :
Perihal : Izin Penelitian
Kepada Yth :
Kepala Instalasi/PJ Rawat Jalan
BLU RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou
Di
Manado
Menindaklanjuti surat dari Kepala Bagian Mikrobiologi FK Unsrat Manado No :
09/FIS-KED/XI/2012 perihal Pemberitahuan Kegiatan Penelitian a.n. :
Nama
NRI
Judul
Lampiran 3.
Jenis
Kelamin
Umur
53
25
17
46
41
21
62
42
15
43
15
18
20
26
25
28
51
32
20
20
24
32
45
21
75
75
20
7
12
28
31
23
18
57
30
33
39
36
46
28
40
49
30
26
17
39
45
27
41
44
48
16
L
L
L
L
L
PL
P
P
P
P
P
L
P
L
L
L
L
L
P
L
P
L
L
P
L
L
P
P
P
L
P
P
L
L
L
L
L
P
L
P
P
L
P
L
L
L
L
L
L
L
P
42
29
29
29
16
57
55
25
26
19
38
19
33
19
57
26
23
56
32
41
41
32
36
21
28
56
23
43
43
27
36
19
31
34
25
37
19
42
61
28
40
40
25
23
21
23
31
31
36
32
29
47
21
31
37
19
45
30
L
L
L
P
L
L
P
P
P
P
L
L
L
L
L
P
L
P
L
P
P
P
P
L
P
P
P
P
P
L
P
P
L
L
P
L
P
P
P
P
P
L
P
P
L
L
P
L
P
P
L
L
P
L
L
L
L
SWASTA
SWASTA
SWASTA
PELAJAR
PETANI
PERAWAT
GURU
PELAJAR
SWASTA
SWASTA
MAHASISWA
TUKANG
SWASTA
SWASTA
WIRASWASTA
PNS
BURUH
PNS
IRT
SWASTA
PNS
SWASTA
IRT
PNS
SWASTA
PETANI
MAHASISWA
IRT
SWASTA
SWASTA
PNS
PELAJAR
IRT
IRT
SWASTA
SWASTA
IRT
SWASTA
SWASTA
MAHASISWA
MAHASISWA
SWASTA
IRT
SWASTA
IRT
IRT
PNS
IRT
SWASTA
MAHASISWA
PELAUT
+
-
+
+
+
+
+
+
-
43
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
22
26
20
46
4
47
54
17
33
20
44
46
17
24
26
50
23
25
24
43
25
31
45
36
25
34
35
41
34
18
34
28
36
32
24
54
40
47
22
34
47
62
24
44
31
38
23
55
40
19
31
34
25
37
L
L
P
L
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
P
L
P
P
L
P
L
P
L
P
L
P
L
L
L
P
L
P
L
P
P
P
L
P
L
L
P
P
P
P
P
L
P
P
L
P
P
L
L
P
MAHASISWA
SWASTA
MAHASISWA
IRT
IRT
PELAJAR
SWASTA
MAHASISWA
IRT
IRT
MAHASISWA
SWASTA
IRT
GURU
SWASTA
SWASTA
SAWSTA
PNS
SWASTA
KARYAWATI
NELAYAN
IRT
IRT
PETANI
SWASTA
SWASTA
MAHASISWA
SWASTA
PNS
PNS
PNS
IRT
PNS
SWASTA
PNS
SWASTA
SWASTA
GURU
PENSIUNAN
IRT
IRT
IRT
WIRASWASTA
PNS
GURU
SWASTA
MAHASISWA
IRT
SWASTA
SWASTA
PNS
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
44
+
+
+
-
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
+
+
+
+
+
-
Lampiran 4.
Frequency
1
21
Valid
Percent
12,9
Cumulative
Percent
12,9
52
31,9
44.8
40
24,5
69,3
33
20,2
89,6
12
7,4
96,9
1,8
98,8
1,2
100,0
163
100,0
Valid
Total
Keterangan:
1 = <19thn
2 = 20-29 thn
3 = 30-39 thn
4 = 40-49 thn
5 = 50-59 thn
6 = 60-69 thn
7 > 69 thn
Frequency = jumlah pasien
Valid percent = persentase
79
Valid
Percent
48,5
Cumulative
Percent
48,5
84
51,5
100,0
163
100,0
Frequency
L
Valid
Total
PNS
25
Valid
Percent
15,3
Wiraswasta
4,3
19,6
Swasta
44
27,0
46.6
Guru
2,5
49,1
Petani
2,5
51,5
Valid Pelaut
1.2
52,8
IRT
26
16,0
68.7
Mahasiswa
16
9.8
78,5
Pelajar
5.5
84,0
26
16,0
100,0
Total
163
100.0
Frequency
45
Cumulative
Percent
15,3
Keterangan:
L = laki-laki
P = perempuan
Frequency = jumlah pasien
Valid percent = persentase
Keterangan:
Frequency = jumlah pasien
Valid percent = persentase
- = Lainnya (lih. variabel
penelitian)
Lampiran 5.
Trikomonas
Valid
Percent
Frequency
Valid
Cumulative
Percent
,6
,6
162
99,4
Total
163
100,0
100,0
Pseudohifa
Frequency
Valid
Valid
Cumulative
Percent
Percent
85,3
85,3
139
24
14,7
163
100.0
Total
100,0
Valid
Cumulative
Percent
Percent
6,1
6,1
10
153
93,9
Total
163
100,0
100,0
Valid
Cumulative
Percent
Percent
14.7
14.7
24
139
85.3
Total
163
100,0
100,0
Keterangan:
p = hasil positif
n = hasil negatif
Frequency = jumlah pasien
Valid percent & persentase
46
Valid
Valid
Cumulative
Percent
Percent
5,5
5,5
154
94,5
Total
163
100,0
100,0
Valid
Valid
Cumulative
Percent
Percent
9,8
9,8
16
147
90,2
Total
163
100,0
100,0
Keterangan:
p = hasil positif
n = hasil negatif
Frequency = jumlah pasien
Valid percent = persentase
47
RIWAYAT HIDUP
TK
Barunawati
pada
tahun
1996
kemudian
melanjutkan sekolah di Madrasah Ibtidaiyah Negeri Bitung dan tamat pada tahun
2002. Setelah itu melanjutkan ke pendidikan lebih tinggi di SMP Negeri 2 Bitung
dan tamat pada tahun 2005. Pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Bitung
dan tamat pada tahun 2008. Penulis di terima di perguruan tinggi sebagai
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado melalui jalur
T2 dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 090111283, mengikuti dan
menyelesaikan Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PK2MB) pada
bulan Agustus 2009 dan telah selesai mengikuti KKNT Angkatan 98 Posko 58 di
Gedung Pertamina Universitas Sam Ratulangi Manado tahun 2013.
48