Anda di halaman 1dari 97

HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM

OBAT FDC (Fixed Dose Combination) HIV/AIDS DI PUSKESMAS


GLUGUR DARAT

MAKALAH

OLEH:
FISKA INDRYATI, S. Farm
Nip. 19841009 201101 2 015
LEMBAR PENGESAHAN

SKRIPSI

HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM


OBAT FDC ( Fixed Dose Combination ) HIV/AIDS DI PUSKESMAS
GLUGUR DARAT

OLEH

DINI INDRIANI
190205318

Telah Dipertahankan Di Depan Tim Penguji Skripsi


Pada Tanggal :

Tim Penguji

Tanda Tangan

Ketua Penguji : Kesaktian Manurung, M. Biomed. ( )

Anggota : Apt. Vivi Asfianti, M. Si. ( )


Apt. Grace Anastasia, M. Si. ( )

Diketahui,
Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Medan, Agustus 2021
Universitas Sari Mutiara Indonesia Program Studi S1 Farmasi
Ketua,
Dekan,

( Taruli Rohana Sinaga, SP.,M.KM.) (Apt, Cut Masyitah Thaib, M. Si.)

ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Identital Diri

1. Nama : Dini Indriani

2. NIM : 190205318

3. Tempat/Tanggal Lahir : Belawan, 3 Juni 1981

4. Agama : Islam

5. Nama Ayah : Supardi

6. Nama Ibu : Mildawati

7. Anak ke : 3 (Tiga) dari 6 bersaudara

8. Alamat : Jalan Jati Gg. Puskesmas Pulo Brayan

9. Handphone : 081260046091

10. Email : diniindriani301@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1987 – 1993 : SDN 132404 Tanjung Balai

2. Tahun 1993 – 1996 : SMPN Tanjung Balai

3. Tahun 1996 – 1999.: SMF Depkes RI Medan

4. Tahun 1999 – 2002: D3 Farmasi Poltekkes Kemenkes RI

5. Tahun 2019 – 2021 : Sarjana Farmasi USMI

iii
HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN MINUM
OBAT FDC ( Fixed Dose Combination ) HIV/AIDS DI PUSKESMAS
GLUGUR DARAT

ABSTRAK

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus, sebuah virus


yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.AIDS singkatan dari Acquired
Immune Deficiency Syndrome. AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang
sistem kekebalan tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem
kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat timbul. Karena
lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa penyakit bisa menjadi lebih berat
daripada biasanya. Munculnya pengobatan FDC telah secara dramatis
memperlambat perkembangan HIV, mengurangi tingkat kematian akibat AIDS
dan mengubah infeksi dari penyakit fatal menjadi penyakit kronis yang lebih
mudah dikelola. Salah satu keberhasilan memperlambat perkembangan HIV
dengan cara memperhatikan kepatuhan pasien minum obat FDC , maka dari itu
faktor yang mempengaruhi kepatuhan seseorang adalah tingkat pengetahuan.
sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan
terhadap kepatuhan minum obat FDC HIV/AIDS di Puskesmas Glugur Darat
Kota Medan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS dengan jumlah
sampel 30 orang terdiri dari laki – laki 25 orang ( 83 % ) , perempuan 5 orang
( 16,7 % ), umur terbanyak 20-49 tahun 27 orang ( 90 % ) , status pasien
terbanyak yaitu belum menikah sebesar 23 orang ( 76,7 % ) , dengan latar
pendidikan SMA sebanyak 23 orang ( 76,7 % ) , pekerjaan dengan kategori tidak
bekerja 9 orang ( 30 % ) , swasta 9 orang ( 30 % ) , PNS 1 orang ( 3,3 % ),
wiraswasta 6 orang ( 20 % ) dan lain – lain 5 orang ( 16,7 % ) . tingkat
pengetahuan yang dikategorikan berpengetahuan sebanyak 25 orang ( 83,3 % ) ,
tingkat kepatuhan yang dikategorikan patuh sebanyak 18 orang ( 60 % . Hasil uji
statistik menunjukkan tidak adanya hubungan antara pengetahuan dengan
kepatuhan minum obat FDC HIV/AIDS di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.
Berdasarkan hasil uji chi – square pada penelitian diperoleh nilai
Asymptotic Significance (2-sided) pada baris Continuity Correctionb sebesar
0,617 , 0,617 diatas taraf signifikasi sebesar 0,05 artinya tidak ada hubungan
antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat FDC HIV/AIDS di Puskesmas
Glugur Darat Kota Medan.

Kata Kunci: Pengetahuan Pasien, Kepatuhan Minum Obat FDC, Puskesmas

iv
RELATIONSHIP OF KNOWLEDGE ON COMPLIANCE WITH FDC
(Fixed Dose Combination) HIV/AIDS DRUG IN PUSKESMAS
GLUGUR DARAT

ABSTRACT

HIV stands for Human Immunodeficiency Virus, a virus that attacks the
human immune system. AIDS stands for Acquired Immune Deficiency
Syndrome. AIDS appears after the virus (HIV) attacks our immune system for
five to ten years or more. The immune system becomes weak, and one or more
diseases may develop. Due to the weakness of the immune system, some diseases
can become more severe than usual. The advent of FDC treatment has
dramatically slowed the progression of HIV, reduced the death rate from AIDS
and transformed the infection from a fatal disease to a more manageable chronic
disease. One of the successes in slowing down the progression of HIV is by
paying attention to the patient's adherence to taking FDC drugs, therefore the
factor that influences a person's adherence is the level of knowledge. so that this
study aims to determine the relationship between knowledge and adherence to
FDC HIV/AIDS medication at the Glugur Darat Health Center, Medan City
The results showed that HIV/AIDS sufferers with a sample of 30 people
consisted of 25 men (83%), 5 women (16.7%), the most age 20-49 years 27
people (90%), patient status Most of them are unmarried by 23 people (76.7%),
with a high school education background as many as 23 people (76.7%), jobs in
the category of not working 9 people (30%), private 9 people (30%), PNS 1
people (3.3%), entrepreneurs 6 people (20%) and others 5 people (16.7%). the
level of knowledge categorized as knowledgeable is 25 people (83.3%), the level
of compliance is categorized as obedient as many as 18 people (60%. The results
of statistical tests show that there is no relationship between knowledge and
adherence to taking medication for HIV/AIDS FDC at the Glugur Darat Health
Center Medan City .
Based on the results of the chi-square test in the study, the value of
Asymptotic Significance (2-sided) in the Continuity Correctionb line was 0.617,
0.617 above the significance level of 0.05, meaning that there was no relationship
between knowledge and adherence to FDC HIV/AIDS medication at the Glugur
Darat Health Center. Medan city.

Keywords: Patient Knowledge, FDC Medication Compliance, Puskesmas

v
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah penulis ucapkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang

Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis dalam

melaksanakan penelitian hingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang

berjudul “HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP KEPATUHAN

MINUM OBAT FDC (Fixed Dose Combination) HIV/AIDS DI PUSKESMAS

GLUGUR DARAT”

Skripsi ini disusun untuk melengkapi tugas dan memenuhi salah satu

syarat dalam menyelesaikan tugas akhir pendidikan dalam mendapatkan gelar

Sarjana Farmasi dalam Program Studi Farmasi di Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

Penyusunan skripsi ini banyak hambatan yang penulis alami, namun

berkat kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak sehingga proposal ini dapat

diselesaikan walaupun masih jauh dari kata sempurna. Pada kesempatan ini,

dengan kerendahan hati dan hormat penulis menyampaikan ucapan terima kasih

sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Parlindungan Purba, SH, MM selaku Ketua Yayasan Sari

Mutiara Indonesia.

2. Ibu Dr. Ivan Elisabeth Purba M.Kes selaku Rektor Universitas Sari

Mutiara Indonesia.

3. Ibu Taruli Rohana Sinaga SP, M.KM selaku Dekan Fakultas Farmasi dan

Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia.

vi
4. Ibu apt. Cut Masyithah Thaib, S.Farm., M.Si selaku Ketua Prodi S1

Farmasi Fakultas Farmasi dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara

Indonesia.

5. Bapak Kesaktian Manurung M.Biomed selaku Dosen Pembimbing yang

telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, dan saran

dengan penuh kesabaran dan membimbing penulis selama penelitian

hingga selesainya tugas akhir ini.

6. Ibu Apt. Vivi Asfianti selaku Dosen Penguji I yang telah meluangkan

waktu untuk bersedia menguji dan memberikan masukan kepada penulis.

7. Ibu Apt. Grace Anastasia Br Ginting, M.Si selaku Dosen Penguji II yang

telah meluangkan waktu untuk bersedia menguji dan memberikan

masukan kepada penulis.

8. Dosen-dosen dan seluruh Staf pengajar S1 Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah banyak

membimbing penulis selama melakukan perkuliahan.

9. Teristimewa kepada Almarhum Ayahanda Supardi dan Ibunda Mildawati

dan saudara-saudari penulis, yang telah memberikan motivasi, dukungan,

bimbingan, dan Doa sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.

10. Kakak Senior pemegang program VCT di Puskesmas Glugur Darat

Medan, Hotmelia Damanik dan Fiska Indyati S.Farm Selaku Pembimbing

dan banyak membantu dalam penyusunan proposal ini.

vii
11. Teman-teman mahasiswa/i kelas PAFI Fakultas Farmasi dan Ilmu

Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia yang telah membantu dan

memberikan perhatian dan semangat.

12. Serta terkhusus buat Plh Kepala Puskesmas dan seluruh pegawai di UPT.

Puskesmas Glugur Darat Medan yang telah membantu dan memberikan

perhatian, semangat serta dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih terdapat

banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

sifatnya membangun untuk penyempurnaan skripsi ini di masa mendatang. Akhir

kata penulis berharap agar tugas akhir dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2021
Penulis

Dini Indriani
190205318

viii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN....................................................................... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................. iii
ABSTRAK.................................................................................................. iv
ABSTRACT................................................................................................. v
KATA PENGANTAR................................................................................ vi
DAFTAR ISI............................................................................................... ix
DAFTAR TABEL...................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................. xii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................... 1
1.2 Kerangka Konseptual................................................................. 5
1.3 Hipotesa .................................................................................... 6
1.4 Rumusan Masalah...................................................................... 6
1.5 Tujuan Penelitian....................................................................... 6
1.6 Manfaat Penelitian .................................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................ 8
2.1 Tenaga Kesehatan...................................................................... 8
2.2 Keadaan Geografis..................................................................... 9
2.3 Keadaan Demografis.................................................................. 10
2.4 HIV dan AIDS........................................................................... 11
2.4.1 Pengertian HIV dan AIDS............................................... 11
2.4.2 HIV dan AIDS Tidak Sama............................................. 12
2.5 Epidemiologi.............................................................................. 16
2.6 Definisi ...................................................................................... 18
2.6.1 Pengertian Kepatuhan...................................................... 18

ix
2.6.2 Pengerttian Pengetahuan.................................................. 19
2.7 CD ( Cluster Differentiated 4 ) ................................................. 25
2.8 Pencegahan Penularan dan Pendidikan HIV/AIDS................... 26
BAB III METODE PENELITIAN........................................................... 43
3.1 Jenis Penelitian........................................................................... 43
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................... 43
3.3 Populasi dan Sampel.................................................................. 43
3.4 Jenis dan Metode Pengumpulan Data........................................ 45
3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional............................ 45
3.6 Instrumen Penelitian................................................................... 48
3.7 Pengumpulan Data .................................................................... 50
3.8 Kerangka Kerja ......................................................................... 52
3.9 Lembar Persetujuan ( Informed Consent ) ................................ 53
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN................................................... 54
4.1 Karakteristik Responden............................................................ 54
4.2 Pengetahuan dan Kepatuhan...................................................... 57
4.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan
Kepatuhan HIV/AIDS............................................................... 58
4.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan
Kepatuhan Minum Obat FDC................................................... 60
4.5 Hubungan Pengetahuan Pasien Terhadap Kepatuhan
Minum Obat FDC HIV/AIDS ................................................. 61
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................... 63
5.1 Kesimpulan................................................................................ 63
5.2 Saran........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 64

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Profil Tenaga Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat dan


Pustu Tahun 2020....................................................................... 8
Tabel 2.2 Dosis Obat ARV Untuk PPP HIV Bagi Orang
Dewasa dan Remaja.................................................................... 29
Tabel 2.3 Program Pengendalian HIV/AIDS dan PIMS di Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama , 2016.............................................. 29
Tabel 3.1 Definisi Operasioanal................................................................... 46
Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien...... 54
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pasien................... 55
Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pasien................... 55
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Pasien.......... 56
Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien............. 56
Tabel 4.6 Pengetahuan Pasien HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Glugur Darat Kota Medan........................................................... 57
Tabel 4.7 Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas
Glugur Darat Kota Medan........................................................... 58
Tabel 4.8 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat
Pengetahuan................................................................................. 58
Tabel 4.9 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat
Kepatuhan.................................................................................... 60
Tabel 4.8 Hubungan Pengetahuan Pasien Terhadap Kepatuhan
Minum Obat FDC HIV/AIDS di Puskesmas Glugur
Dara Kota Medan........................................................................ 62

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Format Informed Consent ........................................................ 66


Lampiran II Kuisioner Pengetahuan Pasien HIV/AIDS ............................. 67
Lampiran III Panduan Wawancara Kepatuhan ........................................... 70
Lampiran IV Data Sebaran SPSS versi 25................................................... 71
Lampiran V Syarat Izin Penelitian .............................................................. 72
Lampiran VI Sertifikat Kode Etik................................................................ 73
Lampiran VII Surat Selesai Penelitian......................................................... 74
Lampiran VIII Dokumentasi........................................................................ 75
Lampiran IX Lembar Konsul ...................................................................... 76
Lampiran X Bukti Bimbingan ..................................................................... 77
Lampiran XI Lembar Revisi........................................................................ 79
Lampiran XII Bukti Pembayaran................................................................. 81

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Wilayah kerja Puskesmas

Glugur Darat........................................................................... 10

xiii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 43 Tahun 2019 tentang

Pusat Kesehatan Masyarakat dinyatakan bahwa Puskesmas mempunyai

tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan

pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya yang berfungsi

menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya

Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama puskesmas merupakan

Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) yang bertanggungjawab

terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya pada suatu wilayah

kecamatan. Puskesmas itu sendiri berfungsi sebagai pusat pembangunan,

pembinaan dan pelayanan kesehatan masyarakat dan merupakan suatu

wadah untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayah

kerjanya. Sebagai pelayanan kesehatan tingkat I, puskesmas mempunyai

wewenang dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan di wilayah

kerjanya.

Dalam UUD 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan nasional adalah

mewujudkan kesejahteraan bangsa, yang mana kesehatan merupakan aspek

terpenting. Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009

kesehatan diartikan sebagai keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial ekonomi.

Undang-Undang Kesehatan No. 36 Tahun 2009 disebutkan bahwa untuk

mewujudkan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan,

1
peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), penyembuhan

(kuratif) dan pemeliharaan kesehatan (rehabilitative).

UU 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan

adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang

memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan. Tujuan ini dapat terwujud

dengan adanya keterpaduan kerja antara sesama petugas kesehatan, dengan

instansi lain dan peran serta masyarakat secara aktif dan bertanggung jawab.

Dalam Profil Puskesmas Glugur Darat tahun 2020 Puskesmas Glugur

Darat merupakan puskesmas yang terletak di Kecamatan Medan Timur yang

terdiri dari 11 kelurahan. Puskesmas Glugur Darat beralamat di Jl.

Pendidikan No 8 Medan dan sampai saat ini Puskesmas Glugur Darat masih

berdiri kokoh bahkan menjadi salah satu Puskesmas dengan kategori

Puskesmas Perkotaan dengan jenis Pelayanan Rawat Inap di Kota Medan.

Pada tahun 2013 dimulai program HIV AIDS di klinik VCT. VCT sendiri

adalah singkatan dari Voluntary Counselling and Testing.

Klinik VCT adalah klinik yang secara khusus memberikan pelayanan

konseling dan testing (pemeriksaan darah) kepada pasien yang didiagnosa

terpapar virus HIV/AIDS. Pada tahun 2016 program ini mulai aktif di

gerakkan dibuktikan pada tahun 2018 Puskesmas Glugur Darat menjadi

salah satu dari 6 Puskesmas Satelit HIV/AIDS di kota Medan. Yaitu

Puskesmas yang dapat melakukan pemeriksaan Laboratorium dan

2
menetapkan diagnosa bagi mereka yang terinfeksi HIV baru dan

menyediakan kebutuhan obat FDC secara mandiri.

Epidemi HIV dan AIDS telah banyak menimbulkan masalah pada

individu yang terinfeksi yakni meliputi masalah, fisik, sosial dan emosional.

Masalah fisik terjadi akibat penurunan daya tahan tubuh yang tajam, yang

mengakibatkan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) rentan terinfeksi. Banyak

pasien HIV menemui berbagai masalah sosial seperti pendapat masyarakat

dan depresi, yang dapat mempengaruhi kebiasaan hidup mereka dalam hal

kesehatan fisik, mental, dan social mereka. AIDS merupakan sekumpulan

gejala yang disebabkan oleh menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia,

yang disebabkan oleh infeksi HIV. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi

HIV, dimana perjalanan HIV akan berlanjut menjadi AIDS membutuhkan

waktu sekitar 2 sampai 15 tahun (WHO, 2016b)

Asia Pasifik merupakan wilayah dengan jumlah kasus HIV terbesar ke

dua di dunia. Enam negara meliputi India, China, Indonesia, Myanmar,

Thailand dan Vietnam prevalensinya mencapai lebih dari 90% dari orang

yang hidup dengan HIV di wilayah ini. Indonesia merupakan negara dengan

kasus HIV terbesar ketiga di Asia Pasifik dengan persentase 13% dari

seluruh kasus (UNAIDS,2013). Indonesia menyumbang 4% dari

keseluruhan kasus infeksi HIV baru di dunia (UNAIDS, 2014).

Kita sering mendengar bahwa penyakit HIV/AIDS tidak dapat diobati

dan saat ini sudah ada obat yang dapat menekan jumlah virus HIV/AIDS di

tubuh kita. Dengan penggunaan obat ini, ada harapan HIV tidak ditemukan

3
lagi di dalam darah kita. Walaupun masih ada virus ditempat persembunyian

lain di dalam tubuh kita. Tetapi agar pengobatan itu efektif kita memakai

sedikitnya tiga obat sekaligus yang disebut sebagai kombinasi tiga obat.

Kombinasi obat ini dikenal sebagai terapi FDC (Fixed -dose combination

atau kombinasi dosis tetap). Terapi ini harus dipakai terus menerus agar

tetap efektif. FDC tidak dapat memberantas HIV dari seluruh tubuh kita jadi

tidak dapat menyembuhkan kita dari infeksi HIV.

Ketersediaan obat FDC untuk ODHA juga sejalan dengan keteraturan

pasien minum obat. Ketidakpatuhan dapat menyebabkan kegagalan virologi

yang dapat menyebabkan pengobatan sebelumnya tidak membawa pengaruh

baik untuk pengobatan berikutnya, penyebaran bentuk yang resisten

terhadap obat virus, yang mengakibatkan bencana kesehatan masyarakat.

Tidak seperti banyak penyakit lainnya, sangat penting bahwa ODHA

mengkonsumsi semua dosis obat untuk mencegah resistensi dan untuk

meningkatkan peluang mereka untuk bertahan hidup (Westi et al, 2012a)

Berdasarkan hasil konseling petugas dengan ODHA, frekwensi jumlah

ODHA mengambil obat FDC di puskesmas terkadang berubah-ubah dari

bulan sebelumnya ke bulan berjalan. Frekwensi jumlah ini di setiap

bulannya mempengaruhi kepatuhan pasien ODHA dalam mengkonsumsi

FDC ini dapat dilihat dalam jumlah pengambilan obat FDC oleh pasien

ODHA setiap bulannya. Hal ini di kerenakan pasien ODHA masih merasa

sehat dan dapat beraktivitas seperti biasa sehingga mereka merasa tidak

perlu mengkonsumsi obat FDC.

4
Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan adalah kepatuhan

pasien. Kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada

setiap kunjungan. Melakukan diagnosa yang tepat, pemilihan obat serta

pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup

untuk menjamin keberhasilan suatu terapi jika tidak diikuti dengan

kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya.

1.2 Kerangka Konseptual

Faktor Predisposisi
( Predisposing Factor )

Sikap
Kepercayaan dan
keyakinan
Pengetahuan Perilaku Spesifik Sehat
Kepatuhan

Lingkungan

Penjelasan Kerangka Konseptual

Perilaku spesifik individu (kepatuhan) Dalam penelitian ini faktor

predisposi yang mempengaruhi kepatuhan meliputi sikap, kepercayan,

keyakinan dan pengetahuan. Perilaku spesifik individu juga memiliki

hubungan dengan lingkungan yang saling mempengaruhi. Perilaku spesifik

individu dan lingkungan akan memberikan hasil pada suatu indvidu berupa

kesehatan.

5
1.3 Hipotesa

1. Hipotesa 1

Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien ODHA dengan

kepatuhan minum obat FDC (Fixed-dose combination) atau kombinasi

dosis tetap) untuk pasien HIV/ AIDS.

2. Hipotesa 2

Tidak Ada hubungan antara tingkat pengetahuan pasien ODHA dengan

kepatuhan minum obat FDC (Fixed-dose combination atau kombinasi

dosis tetap) untuk pasien HIV/ AIDS.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan dapat dirumuskan


masalah sebagai berikut:
Apakah terdapat Hubungan Pengetahuan Terhadap Kepatuhan minum obat

FDC (Fixed-dose combination atau kombinasi dosis tetap) untuk pasien

HIV/ AIDS.

1.5 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Hubungan Pengetahuan Terhadap Kepatuhan minum

obat FDC (Fixed-dose combination atau kombinasi dosis tetap) untuk pasien

HIV/ AIDS.

1.6 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

6
a. Bagi tenaga Farmasi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

bahan masukan bagi profesional kesehatan masyarakat dalam

strategi peningkatan kepatuhan minum obat FDC pada ODHA.

b. Bagi Institusi Pendidikan Sebagai referensi tambahan untuk

pendidikan kesehatan masyarakat khususnya mengenai faktor-faktor

yang mempengaruhi kepatuhan minum obat FDC pada ODHA.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

Dapat menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terkait

faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan minum obat FDC

terhadap ODHA sebagai masukan bagi peneliti selanjutnya.

b. Bagi Masyarakat

Dapat menjadi informasi tambahan yang bermanfaat bagi

masyarakat khususnya bagi pelayanan kesehatan untuk menambah

pengetahuan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

kepatuhan minum obat FDC dan ikut serta dalam mendukung

kepatuhan minum obat FDC pada ODHA.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tenaga Kesehatan

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, maka puskesmas didukung

oleh ketersediaan sumber daya manusia. Sumber daya manusia puskesmas

terdiri dari tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis tenaga

kesehatan yang ada di Puskesmas Glugur Darat beserta puskesmas

pembantu adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Profil Tenaga Kesehatan di Puskesmas Glugur Darat dan Pustu
Tahun 2020
NO. Tenaga Kesehatan Jumlah

1. Dokter Umum 12

2. Dokter Gigi 3

3. Bidan 8

4. Perawat 11

5. Perawat gigi 2

6. Apoteker 1

7. Asisten Apoteker 4

8. Promkes 1

9. Analis 4

10. Hygine Sinitasi 1

11. Petugas Gizi 2

12. Staf 2

13. Honor 4

Jumlah 55

8
Sumber: Bagian Tata usaha Puskesmas Glugur Darat Tahun 2020

Masing – masing bekerja dan bertanggung jawab sesuai dengan bidang

/program kerja.

2.2 Keadaan Geografis

Berdasarkan Keputusan Walikota Medan nomor 444/079.K/II/2019

tentang penetapan wilayah administratif unit pelaksana teknis Pusat

Kesehatan Masyarakat di lingkungan Dinas Kesehatan Kota Medan,maka

wilayah kerja untuk Puskesmas Glugur Darat hanya mencakup 11

kelurahan dengan rincian sebagai berikut :

a. Wilayah kerja : Puskesmas Glugur Darat memiliki wilayah kerja Seluas

776 Ha.

b. Wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat : terdiri dari 11 kelurahan dan

128 Lingkungan yaitu :

1. Kelurahan Glugur Darat I : 13 Lingkungan

2. Kelurahan Glugur Darat II : 12 Lingkungan

3. Kelurahan P. Brayan Darat I : 14 Lingkungan

4. Kelurahan P. Brayan Darat II : 15 Lingkungan

5. Kelurahan P. Brayan Bengkel : 11 Lingkungan

6. Kelurahan P. Brayan Bengkel Baru : 12 Lingkungan

7. Kelurahan Durian : 12 Lingkungan

8. Kelurahan Gaharu : 12 Lingkungan

9
9. Kelurahan Sidodadi : 11 Lingkungan

10. Kelurahan Perintis : 5 Lingkungan

11. Kelurahan Gang Buntu : 11 Lingkungan

2.3 Keadaan Demografis

Jumlah penduduk riil wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat Kecamatan

Medan Timur tahun 2020 adalah 115.678 jiwa

Gambar 2.1 Peta Kecamatan Wilayah kerja Puskesmas Glugur Darat

Dengan jumlah pendudukan dan keberagaman yang saat ini ada di

masyarakat, termasuk juga pengaruh lingkungan dan Pendidikan sangat

mempengaruhi masyarakat bersosial. Gaya hidup dan kebiasaan hidup

mempengaruhi bagaimana Kesehatan setiap individu masyarakat. Beragam

10
jenis penyakit yang ada di masyarakat, salah satunya HIV/AIDS sampai

saat ini belum bisa disembuhkan, namun infeksi ini dapat dikendalikan

dengan pengobatan antiretroviral FDC (Fixed -dose combination atau

kombinasi dosis tetap) meskipun belum mampu menyembuhkan penyakit

dan menambah tantangan efek samping serta resistensi kronis terhadap

obat namun dapat menurunkan angka kematian dan kesakitan, serta

meningkatkan kualitas hidup ODHA (orang dengan HIV dan AIDS)

(Depkes RI, 2007).

2.4 HIV dan AIDS

2.4.1 Pengertian HIV dan AIDS

Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) merupakan

kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Human

Immunodeficiency Virus (HIV). Seseorang yang terinfeksi virus HIV

atau menderita AIDS sering disebut dengan ODHA singkatan dari

Orang Dengan HIV dan AIDS. Penderita infeksi HIV dinyatakan

sebagai penderita AIDS ketika menunjukkan gejala atau penyakit

tertentu yang merupakan akibat penurunan daya tahan tubuh yang

disebabkan virus HIV (indikator sesuai dengan definisi AIDS dari

Centers for Disease Control tahun 1993) atau tes darah menunjukkan

jumlah CD4 < 200/mm (Program Pengendalian HIV AIDS dan

PIMS 2016)

11
2.4.2 HIV dan AIDS Tidak Sama

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus,

sebuah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia

(Spiritia Ed September 2016)

AIDS singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome.

AIDS muncul setelah virus (HIV) menyerang sistem kekebalan

tubuh kita selama lima hingga sepuluh tahun atau lebih. Sistem

kekebalan tubuh menjadi lemah, dan satu atau lebih penyakit dapat

timbul. Karena lemahnya sistem kekebalan tubuh tadi, beberapa

penyakit bisa menjadi lebih berat daripada biasanya

Munculnya pengobatan FDC telah secara dramatis

memperlambat perkembangan HIV, mengurangi tingkat kematian

akibat AIDS dan mengubah infeksi dari penyakit fatal menjadi

penyakit kronis yang lebih mudah dikelola (Wasti et al., 2012a).

Pengobatan FDC sangat membantu orang yang terinfeksi HIV

dengan mengurangi kemungkinan infeksi oportunistik (IO) meski

tidak menyembuhkan penyakit, FDC telah meningkatkan rentang

hidup dan kualitas hidup ODHA (Wasti et al., 2012b).

AIDS merupakan sekumpulan gejala yang disebabkan oleh

menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia, yang disebabkan oleh

infeksi HIV. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV, dimana

perjalanan HIV akan berlanjut menjadi AIDS membutuhkan waktu

12
sekitar 2 sampai 15 tahun (WHO, 2016b).. Human

Immunodeficiency Virus atau HIV ialah suatu virus yang menyerang

sistem kekebalan tubuh. Dengan memperlemah ketahanan tubuh

terhadap penyakit, HIV menjadikan tubuh rentang terhadap infeksi

yang berpotensi mengancam jiwa dan kanker. HIV bersifat menular,

bisa ditularkan seseorang ke orang lain (WHO, 2016b).

Selain itu upaya untuk mengantisipasi ketidakpatuhan dalam

minum obat adalah dengan meningkatkan motivasi klien, untuk

meningkatkan motivasi klien perlu dilakukan penyampaian

informasi seakurat mungkin dengan cara melakukan komunikasi

secara terapeutik oleh perawat dan juga memberikan penjelasan

bahwa penyakit dapat disembuhkan dengan pengobatan yang rutin

sesuai program tanpa putus (Prasetya, 2009). Orang Dengan HIV

dan AIDS yang singkat ODHA adalah seseorang yang sudah

dinyatakan secara medik telah terinfeksi virus HIV dan mereka

sudah memasuki stadium AIDS.

Seseorang yang sudah diagnosa HIV positif, akan terus

menyandang status seperti itu. Jika tidak mendapat perawatan maka

akan berkembang sampai stadium lebih lanjut yakni stadium AIDS.

Sebagai akibatnya, tubuh menjadi rentang terhadap penyakit yang

mengancam jiwa yang secara normal tidak berakibat serius pada

orang yang sehat.

13
HIV melumpuhkan system kekebalan tubuh kita. System ini

diperlukan untuk melawan dan mengatasi infeksi yang menyerang

tubuh kita. HIV terutama menyerang sel CD4 dalam system

kekebalan tubuh. HIV menyerang sel CD4 ini dan berkembang

sebagai pembuat virus baru dalam jumlah yang besar. Virus yang

baru juga menyerang sel CD4 lain, dan semakin lama jumlah sel

CD4 yang sehat semakin berkurang. Sistem kekebalan tubuh kita

dirusak sehingga tubuh kita tidak mampu lagi melawan infeksi yang

menyerang tubuh.

Virus HIV merupakan retrovirus yang termasuk golongan

virus RNA (virus yang menggunakan RNA sebagai molekul

pembawa informasi genetik). Disebut retrovirus karena memiliki

enzim reverse transcriptase, Enzim ini memungkinkan virus

mengubah informasi genetiknya yang berada dalam RNA ke dalam

bentuk DNA yang kemudian diintegrasikan ke dalam informasi

genetik sel limfosit yang diserang. Dengan demikian HIV dapat

memanfaatkan mekanisme sel 16 limfosit untuk mengkopi dirinya

menjadi virus baru yang memiliki ciri-ciri HIV. HIV menyerang

sistem imun manusia yaitu menyerang limfosit T helper yang

memiliki reseptor CD4 di permukaannya. Limfosit T helper antara

lain berfungsi menghasilkan zat kimia yang berperan sebagai

perangsang pertumbuhan dan pembentukan sel-sel lain dalam sistem

imun dan pembentukan antibodi sehingga yang terganggu bukan

14
hanya fungsi limfosit T tetapi juga limfosit B, monosit, makrofag

dan sebagainya (Depkes RI, 2006).

HIV/AIDS merupakan virus yang membuat lemah kekebalan

tubuh manusia sehingga dapat menyerang tubuh manusia dengan

cara membunuh atau merusak sel-sel yang berperan dalam kekebalan

tubuh. Penderita HIV/AIDS sangat memerlukan pengobatan FDC

yang dapat menurunkan jumlah virus HIV dan untuk mencegah

terjadinya infeksi oportunistik dengan berbagai komplikasinya

(program pengendalian HIV AIDS dan PIMS 2016)

Terapi dapat gagal akibat kurang patuh, sehingga virus

menjadi resisten terhadap obat yang diminum. Walau kombinasi

baru dapat membantu, tetapi jika masalah kepatuhan tidak dapat

diatasi maka terapi mungkin gagal juga. Selain itu juga ada beberapa

faktor yang memiliki hubungan kuat dengan kepatuhan ARV adalah

pekerjaan, suku, dukungan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian

tersebut dikatakan juga bahwa apabila pasien HIV/AIDS memiliki

ke empat faktor ini maka kepatuhan minum obat FDC adalah: 94,97

% atau 95 %. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan pada pasien

HIV/AIDS adalah faktor agama. Kepatuhan terhadap nilai – nilai

agama mempunyai peran dalam pencegahan dan pengurangan

penularan HIV. Agama juga berperan dalam membentuk konsep

sehat dan sakit serta terkait dengan adanya stigma terhadap penderita

HIV/AIDS.

15
2.5 Epidemiologi

Penularan HIV terjadi melalui cairan tubuh yaitu melalui hubungan

seksual, baik homoseksual maupun heteroseksual, jarum suntik pada

pengguna narkotik, transfusi komponen darah dan dari ibu yang terinfeksi

HIV ke bayi yang dilahirkan.

Oleh karena itu, kelompok resiko tinggi terinfeksi HIV adalah

pengguna narkotik, pekerja seks komersil dan pelanggannya, serta

penerima transfusi darah. Namun infeksi HIV saat ini juga telah mengenai

semua golongan masyarakat, baik kelompok resiko tinggi maupun

masyarakat umum (DITJEN.PP&PL.KEMKES.RI, 2013).

Beberapa penularan HIV AIDS dikelompokkan:

1) Penularan secara seksual, HIV dapat ditularkan melalui seks yang

tidak terlindungi. Sangat sulit untuk menentukan kemungkinan

terjadinya infeksi melalui hubungan seks, kendatipun demikian

diketahui bahwa resiko infeksi melalui seks vaginal umumnya tinggi.

Penularan melalui seks anal dilaporkan memiliki resiko 10 kali lebih

tinggi dari seks vaginal. Seseorang dengan IMS (Infeksi Menular

Seksual) yang tidak diobati, khususnya yang berkaitan dengan

tukak/luka dan duh (cairan yang keluar dari tubuh) memiliki rata-rata

6-10 kali lebih tinggi kemungkinan untuk menularkan atau terjangkit

HIV selama hubungan seksual. Dalam hal penularan HIV, seks oral

dipandang sebagai kegiatan yang rendah resiko. Resiko dapat

16
meningkat bila terdapat luka atau tukak di sekitar mulut dan jika

ejakulasi terjadi di dalam mulut.

2) Penularan melalui pemakaian jarum suntik secara bergantian.

Menggunakan kembali atau memakai jarum suntik secara bergantian

merupakan cara penularan HIV yang sangat efisien. Resiko penularan

dapat diturunkan secara berarti di kalangan pengguna narkoba suntikan

dengan penggunaan jarum suntik baru yang sekali pakai, atau dengan

melakukan sterilisasi jarum yang tepat sebelum digunakan kembali.

Penularan dalam lingkup perawatan kesehatan dapat dikurangi dengan

adanya kepatuhan pekerja pelayanan kesehatan terhadap kewaspadaan

universal.

3) Penularan melalui transfusi darah. Kemungkinan resiko terjangkit HIV

melalui transfusi darah dan produk-produk darah yang terkontaminasi

ternyata lebih tinggi (lebih dari 90%).

4) Penularan dari ibu ke anak. HIV dapat ditularkan ke anak selama masa

kehamilan, pada proses persalinan, dan saat menyusui. Pada umumnya,

terdapat 15-30% resiko penularan dari ibu ke anak sebelum dan

sesudah kelahiran. Sejumlah faktor dapat mempengaruhi resiko

infeksi, khususnya jumlah virus (viral load) dari ibu pada saat

kelahiran. Penularan dari ibu ke anak setelah kelahiran dapat juga

terjadi melalui pemberian air susu ibu.

17
2.6 Definisi

2.6.1 Pengertian Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti

disiplin dan taat. Kepatuhan didefinisikan sebagai kemampuan

pasien untuk mengikuti rencana pengobatan, mengambil obat pada

waktu dan frekuensi yang ditentukan, dan ikuti pembatasan

mengenai makanan dan obat-obatan lainnya.

Kepatuhan merupakan perilaku positif yang dilakukan oleh

penderita dalam mencapai tujuan pengobatan dan juga terapi

(Suparyanto, 2010). Menurut Sarfino (1990) dalam Suparyanto

(2010), kepatuhan adalah suatu tingkatan seorang penderita dalam

melaksanakan yang dianjurkan atau disarankan oleh tenaga

kesehatan.

Kepatuhan atau adherence pada terapi adalah suatu keadaan

dimana pasien mematuhi pengobatannya atas dasar kesadaran

sendiri, bukan hanya karena mematuhi perintah dokter. Kepatuhan

harus selalu dipantau dan dievaluasi secara teratur pada setiap

kunjungan. Kegagalan terapi FDC sering diakibatkan oleh

ketidakpatuhan pasien mengkonsumsi FDC. Untuk mencapai

keberhasilan tujuan diperlukan tingkat kepatuhan terapi FDC

(Fixed Dose Combination) yang sangat tinggi. Penelitian

menunjukkan bahwa untuk mencapai tingkat keberhasilan yang

optimal, setidaknya 95% dari semua dosis tidak boleh terlupakan.

18
Resiko kegagalan terapi timbul jika pasien sering lupa minum obat.

Kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien serta

komunikasi dan suasana pengobatan dua arah akan membantu

pasien untuk ingat minum obat. ODHA yang mengikuti terapi FDC

(Fixed Dose Combination) memiliki perilaku dan kebiasaan yang

berbeda dan terapi FDC (Fixed Dose Combination) memungkinkan

untuk menjalani hidup berkualitas dan produktif disebabkan

kepatuhan yang tepat membuat ODHA tidak akan masuk ke dalam

fase AIDS lebih cepat.

Akibat dari ketidakpatuhan pasien karena beberapa faktor

yang telah dijelaskan kegagalan terapi dapat terjadi. Untuk

mencapai penekanan terhadap perkembangan virus diperlukan

kepatuhan yang sangat tinggi dalam minum obat FDC. Penekanan

perkembangan virus akan maksimal apabila kepatuhan minum obat

FDC mencapai 95% dari semua dosis dan tidak boleh terlupakan.

Selain itu, kepatuhan pasien harus terus dipantau sehingga dapat

diketahui kendala – kendala atau faktor – yang dapat menjadi

penyebab sehingga pasien tidak teratur berobat.

2.6.2 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan dapat didefinisikan adanya penambahan

informasi pada diri seseorang setelah melakukan pengindraan

terhadap suatu objek. Secara otomatis, proses pengindraan sampai

menghasilkan pengetahuan dipengaruhi oleh persepsi dan

19
intensitas perhatian terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan

seseorang diperoleh melalui indra penglihatan dan indra

pendengaran (Notoatmodjo, 2012). Pengetahuan mendasari

seseorang dalam mengambil sebuah keputusan dan menentukan

tindakan dalam menghadapi suatu masalah (Achmadi, 2013).

pengetahuan adalah hasil tahu kepada suatu obyek yang diperoleh

melalui penginderaan. Dengan sebuah pengetahuan memungkinkan

seseorang untuk memecahkan masalah yang dihadapi

(Notoatmodjo,2012)

Tingkat pengetahuan dibagi enam (Notoatmodjo, 2012) yaitu:

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang

telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Untuk

mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat

menggunakan pertanyaan – pertanyaan.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek

tersebut. Tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang

tersebut harus dapat menginterpresaentasikan secara benar

tentang objek yang diketahui tersebut.

3. Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan apabila orang yang

telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau

mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi

20
yang lain.

4. Analisis (Analysis) Analisa adalah kemampuan seseorang untuk

menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan

antara komponen – komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui.

5. Sintesis (synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan

seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu

hubungan yang logis dari komponen – komponen pengetahuan

yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah suatu

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi –

formulasi yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan

seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan

pada suatu criteria yang ditentukan sendiri atau norma yang

berlaku di masyarakat.

Proses terjadinya pengetahuan (Notoatmodjo,2012)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru

di dalam diri orang tersebut terjadi proses sebagai berikut:

1. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari

dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulasi

(obyek)

2. Merasa (Interest), tertarik terhadap stimulasi atau obyek

21
tersebut disini sikap obyek mulai timbul.

3. Menimbang-nimbang (Evaluation), terhadap baik dan

tidaknya stimulasi tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap

responden sudah lebih baik lagi.

4. Mencoba (Trial), dimana subyek mulai mencoba melakukan

sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki.

5. Adaption, dimana subyek telah berperilaku baru sesuai

dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulasi.

2.6.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

1. Faktor Internal

a. Pendidikan

Pendidikan diartikan sebagai bimbingan yang diberikan

seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah

cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan

mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan

kebahagiaan Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan

informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan

sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup, pendidikan dapat

mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku untuk sikap

berperan serta dalam pembangunan (Nursalam, 2016) pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang maka akan

mudah dalam menerima informasi.

b. Pekerjaan

22
Menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2016),

pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama

untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.

Pekerjan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak

merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang

dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya

merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu

akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

c. Umur

Menurut Agus, Riyanto (2013) umur mempengaruhi daya

tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia

akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya

sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

Pada usia madya, individu akan lebih berperan aktif dalam

masyarakat dan kehidupan sosial, serta lebih banyak

melakukan persiapan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri

menuju usia tua. Kemampuan intelektual, pemecahan masalah,

dan kemampuan verbal dilaporkan hampir tidak ada penurunan

pada usia ini. Dua sikap tradisional mengenai jalannya

perkembangan selama hidup adalah sebagai berikut:

1. Semakin tua semakin bijaksana, semakin banyak informasi

yang dijumpai semakin banyak hal yang dikerjakan

sehingga menambah pengetahuan.

23
2. Tidak dapat mengajarkan kepandaian baru kepada orang

yang sudah tua karena telah mengalami kemunduran baik

fisik maupun mental. Dapat diperkirakan IQ akan menurun

sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada

beberapa kemampuan yang lain, seperti kosa kata dan

pengetahuan umum.

2. Faktor Eksternal

1. Faktor Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar

individu, baiklingkungan fisik, biologis, maupun sosial.

Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan

kedalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang

akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

2. Sosial, Budaya dan Ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan orang-orang tidak

melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan

demikian, seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun

tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan

tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi

pengetahuan seseorang.

2.6.2.2 Kriteria tingkat pengetahuan

24
Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan & Dewi (2011),

pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala

yang bersifat kualitatif, yaitu:

1. Baik : Hasil 76% - 100%

2. Cukup : Hasil 56% - 75%

3. Kurang : Hasil < 56%

2.7 CD 4 (Cluster Differentiated 4)

Pasien dengan HIV- AIDS, adalah pasien yang memiliki

kemampuan daya tahan tubuh yang tidak sama dengan orang lain. Hal ini

terjadi karena lemahnya daya tahan tubuh mereka, sehingga tidak mampu

untuk melawan jenis penyakit yang datang, dengan masalah kesehatan

yang timbul biasanya memiliki gejala seperti diare yang dapat terjadi

terus-menerus, batuk dan demam. Adanya gabungan gejala akibat

lemahnya sistem kekebalan tubuh inilah yang disebut AIDS (Acquired

Immune Deficiency Syndrome). Akibat dari infeksi HIV menyebabkan

sistem kekebalan tubuh untuk melawan kuman menjadi rusak karena

membunuh CD4 (salah satu jenis sel darah putih), jika CD4 turun

jumlahnya dibawah 200 dapat menyebabkan kuman lain dengan mudah

masuk dan menyerang tubuh kita.

Sel CD4 merupakan protein yang menempel pada permukaan sel T

yang berperan dalam mengenali sumber penyakit dan mengatur sel imun

di dalam tubuh. CD4 disebut juga sel T-4, sel pembantu ataupun sel CD4.

Jumlah CD4 adalah cara untuk menilai status imunitas ODHA.

25
Pemeriksaan CD4 melengkapi pemeriksaan klinis untuk menentukan

pasien yang memerlukan pengobatan profilaksis IO dan terapi ARV.

Ketika seseorang terinfeksi HIV, sel yang terinfeksi adalah sel CD4.

Ketika sel CD4 menggandakan diri untuk melawan infeksi. Semakin

menurunnya sel CD4 berarti sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak

dan semakin rendahnya jumlah CD4 yang ada dalam tubuh manusia,

semakin mungkin kita mudah sakit atau mungkin mengalami infeksi

oportunistik

Jumlah CD4 normal adalah 410 sel/mm³– 1590 sel/mm³, bila jumlah

CD4 < 350/mm³, atau < 14%, dikatakan AIDS. Rata-rata penurunan CD4

adalah sekitar 70-100 sel/mm³/tahun, peningkatan setelah pemberian ARV

antara 50 – 100 sel/mm³/tahun (Pedoman Nasional Pengobatan ARV,

2011). Tes CD4 sebaiknya diulang setiap 3 - 6 bulan untuk pasien yang

belum diobati dengan FDC dan jangka waktu 2 - 4 bulan pada pasien yang

memakai ARV. Tes tersebut sebaiknya diulangi bila hasilnya tidak

konsisten dengan kecenderungan sebelumnya. Frekuensi akan berbeda-

beda tergantung keadaan individu. Kalau tidak diobati, jumlah CD4 akan

menurun rata-rata 4 persen per tahun untuk setiap log viral load.

2.8 Pencegahan penularan dan Pendidikan HIV /AIDS

Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di

beberapa negara dan amat dianjurkan oleh Badan Kesehatan Dunia

(WHO) untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu (Ditjen PP&PL

KemKes RI, 2013):

26
a. Pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.

b. Program penyuluhan untuk berbagai kelompok sasaran.

c. Program kerjasama dengan media cetak dan elektronik

d. Paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkotik, termasuk

program pengadaan jarum suntik steril.

e. Program pendidikan agama.

f. Program layanan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS)

g. Program pemakaian kondom di lokalisasi pelacuran dan panti pijat

h. Pelatihan keterampilan hidup

i. Program pengadaan tempat-tempat untuk tes HIV dan konseling

j. Dukungan untuk anak jalanan dan pengentasan prostitusi anak.

k. Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan

dan dukungan untuk ODHA.

l. Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan

pemberian obat FDC.

2.8.1 Terapi FDC (Fixed-dose combination atau kombinasi dosis tetap)

2.8.1.1 Pengertian Terapi FDC

FDC (Fixed-dose combination atau kombinasi dosis

tetap) adalah obat yang dirancang untuk menghambat

perkembangan HIV di dalam tubuh penderita. ARV tidak

27
membunuh virus itu, namun dapat memperlambat

pertumbuhan virus, waktu pertumbuhan virus diperlambat,

begitu juga penyakit HIV. Karena HIV adalah retrovirus,

obat-obat ini biasa disebut sebagai FDC (Fixed-dose

combination atau kombinasi dosis tetap) (Spiritia Ed

September 2016) . Sebelum mendapat FDC, ODHA harus

dipersiapkan secara matang dengan konseling kepatuhan,

sehingga pasien paham benar akan manfaat, cara

penggunaan, efek samping obat, tanda bahaya lain dan

sebagainya yang terkait dengan FDC. ODHA yang

mendapat FDC harus menjalani pemeriksaan untuk

pemantauan secara klinis dengan teratur.

Tujuan Terapi FDC

a. Mengurangi laju penularan HIV di masyarakat

b. Memulihkan atau memelihara fungsi daya tahan tubuh

(peningkatan sel CD4)

c. Menurunkan komplikasi akibat HIV

d. Memperbaiki kualitas hidup ODHA

e. Menekan replikasi virus secara maksimal dan secara

terus menerus.

f. Menurunkan angka kesakitan dan kematian yang

berhubungan dengan HIV.

28
2.8.1.2 Panduan Obat FDC untuk PPP

Tabel 2.2 Dosis obat ARV untuk PPP HIV bagi Orang
Dewasa dan Remaja
Orang yang terpajan Paduan ARV

Remaja dan dewasa Pilihan TDF + 3TC (FTC) + LPV/r

Alternatif TDF + 3TC (FTC) + EFV


ATAU AZT + 3TC + LPV/r
Anak (< 10 tahun) Pilihan AZT + 3TC + LPV/r

Alternatif TDF + 3TC (FTC) + LPV/r


Dapat menggunakan
EFV/NVP untuk NNRTI

Tabel 2.3 Program Pengendalian HIV/AIDS dan PIMS Di


Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama, 2016
Nama obat ARV Dosis
Tenofovir (TDF) 300 mg sekali sehari

Lamivudin (3TC) 150 dua kali sehari atau 300mg sekali


sehari
Emtricitabin (FTC) 200 mg sekali sehari

Zidovudin (AZT) 300 mg dua kali sehari

Lopinavir/ritonavir (LPV/r) 200 mg/50mg dua kali sehari

Alasan utama terjadinya kegagalan terapi FDC adalah kepatuhan atau

adherence yang buruk. Kepatuhan harus selalu dipantau dan dievaluasi

secara teratur serta didorong pada setiap kunjungan. Faktor yang terkait

dengan rendahnya kepatuhan berobat dapat disebabkan pula oleh

hubungan yang kurang serasi antara pasien HIV dengan petugas

29
kesehatan, jumlah pil yang harus diminum, lupa, depresi, tingkat

pendidikan, kurangnya pemahaman pasien tentang obat-obat yang harus

ditelan dan tentang toksisitas obat. Sebelum memulai terapi maka harus

mengetahui terlebih dahulu segala konsekuensi Ketika memulai terapi obat

sehingga pasien mengerti untuk apa dan mengapa obat itu harus selalu

mereka konsumsi. Harus dibuat rencana pengobatan secara rinci dengan

pasien agar dapat meningkatkan rasa tanggung jawab pasien untuk

berobat. Penjelasan rinci tentang kepatuhan minum obat dan segala

dampak akibat kelalaian minum obat sangat penting untuk diketahui oleh

pasien. Sebagai contoh, instruksi tertulis mungkin akan membantu

meningkatkan pemahaman pasien akan manfaat pengobatan yang

dijalaninya. Lainnya yang perlu diketahui oleh pasien adalah kemungkinan

timbulnya efek samping sangat penting dijelaskan diawal sebelum pasien

menerima terapi. Disamping itu pula perlu dilakukan edukasi kepada

keluarga dan teman sebaya pasien sehingga dapat membantu dalam

pengawasan minum obat. FDC merupakan terapi yang kompleks dengan

medikasi yang lebih dari satu macam dan diminum untuk jangka panjang.

Adherence yang efektif untuk terapi harus lebih besar dari 95%, karena itu

minum obat harus tepat dosis, tepat waktu dan tepat cara. Kekurangan

kepatuhan minum obat akan membuat ODHA resisten terhadap terapi

dengan konsekuensi dapat menularkan virus yang resisten kepada orang

lainnya. Konselor bertugas menerapkan konseling dukungan kepatuhan

30
dan menyampaikan cara dasar berobat FDC, terjadinya kegagalan terapi

dan cara menghindarkan diri dari ketidakpatuhan.

Ada tiga langkah dalam proses tersebut dengan melalui satu sesi

pertemuan atau lebih:

Langkah 1:

Memberikan Informasi. Pasien diberi informasi dasar yang dapat

membangkitkan komitmen serta kepatuhan untuk berobat yang

tinggi. Informasi ini dapat diberikan secara berkelompok atau

individu bila petugas menguasai cara untuk diskusi kelompok.

Langkah 2:

Konseling dalam satu atau lebih sesi individu. Bantu pasien untuk

mengeksplorasi perasaannya. kebanyakan pasien sudah jenuh dengan

beban keluarga atau rumah tangga, pekerjaan dan lain sebagainya.

Terkadang pasien tidak dapat menjamin kepatuhan berobatnya

sampai ia dapat melepaskan bebannya. Banyak diantara pasien HIV

tidak memiliki ruang atau tempat pribadi untuk menyimpan obat

mereka sehingga tidak mungkin untuk tetap menjaga kerahasiaan

statusnya. ketidakrelaan untuk membuka status kepada orang lain

juga sering menjadi hambatan dalam hal menjaga kepatuhan. Klien

perlu menghadapi kenyataan dan menentukan siapa yang perlu

mengetahui statusnya.

Langkah 3:

Mencari penyelesaian masalah praktis dan membuat rencana terapi.

31
a. Dimana obat disimpan?

b. Pada jam berapa akan diminum?

c. Siapa yang akan mengingatkan setiap hari untuk makan obat?

d. Apa yang akan dibuat apabila terjadi penyimpangan kebiasaan

sehari-hari?

e. Apakah pasien mengalami penyakit penyerta

Merencanakan waktu untuk bertemu pasien atau melakukan

komunikasi melalui telefon sangat membantu membahas masalah utama

yang timbul pada hari-hari pertama terapi. Dengan upaya seperti itu, maka

akan terbina hubungan yang baik dengan pasien. Perjanjian berkala dan

kunjungan ulang menjadi kunci kesinambungan perawatan dan

pengobatan pasien. Sikap petugas yang mendukung dan peduli, tidak

mengadili akan mendorong pasien bersikap jujur terhadap kepatuhan

minum obat. Tim HIV di sarana Kesehatan (PUSKESMAS) harus selalu

mengikuti informasi pengetahuan dan keterampilannya terbaru tentang

terapi FDC dan kepatuhan. Masalah kesehatan yang baru muncul akan

mengganggu kepatuhan berobat. Unsur konseling untuk kepatuhan

berobat, adalah:

1 Bina hubungan saling percaya dengan pasien

2 Berikan informasi dan saran yang diperlukan

3 Adanya dukungan keluarga dan orang terdekat pasien sebagai orang

yang selalu mengingatkan akan terapi kepatuhan minum obat.

32
4 Adanya rencana terapi yang disetujui sesuai dengan gaya hidup pasien

dan temukan apa yang menjadi pengingat minum obat

2.8.1.3. Telaah kesiapan pasien akan FDC.

Kesiapan untuk memulai dapat dilakukan dengan cara:

1. Mampu untuk memenuhi janji berkunjung ke Puskesmas

2. Mampu untuk meminum obat profilaksis IO secara teratur dan tidak

terlewatkan.

3. Mampu menyelesaikan terapi TB dengan sempurna (bagi pasien

yang terindikasi TB)

4. Pemahaman yang memadai.

5. Pastikan kepatuhan secara ketat terhadap terapi FDC. Hal tersebut

berarti tidak boleh lebih dari tiga dosis obat yang terlewatkan setiap

bulannya, bila tidak maka menghadapi risiko resisten dan kegagalan

dalam terapi.

6. Tekankan bahwa terapi harus dijalani seumur hidup.

7. Jelaskan bahwa waktu untuk makan obat adalah sangat penting,

yaitu kalau dikatakan dua hari sekali berarti obat harus dimakan

setiap 12 jam dengan waktu toleransi 1 jam.

8. Jelaskan bahwa obat yang terlupa dapat dimakan sampai dengan 6

jam kemudian pada panduan yang dua kali sehari, bila terlupakan

33
lebih dari 6 jam maka dosis obat dilewatkan saja dan diminum dosis

obat berikutnya.

9. Jelaskan cara makan obat (ada obat yang harus dimakan bersama

dengan makanan, ada yang pada saat perut kosong, ada yang perlu

disertai dengan banyak minum)

10. Jelaskan efek samping obat dan pastikan pasien memahami hal ini

sebelum memulai terapi.

11. Berikan informasi kepada pasien meskipun sudah menjalani terapi

tetapi harus tetap menggunakan kondom atau jarum steril bagi

pengguna narkoba suntik.

12. Sampaikan bahwa obat tradisional (herbal) dapat berinteraksi

dengan FDC yang diminum, pasien perlu dikonseling dengan hati

tentang obat-obat yang perlu diminum atau tidak.

13. Tekankan bahwa kunjungan ke puskesmas secara teratur sangat

membantu untuk memantau kemajuan pengobatan, efek samping

yang timbul serta kepatuhan.

14. Berusaha menghubungi pasien yang tidak hadir sesuai dengan

waktu pertemuan yang ditetapkan.

34
2.8.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Terapi

Menurut Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral (2011),

terdapat faktor-faktor yang memengaruhi pasien ODHA dalam

menjalani terapi FDC, yaitu:

a. Fasilitas layanan kesehatan. Sistem layanan yang rumit, sistem

pembiayaan kesehatan yang mahal, tidak jelas dan birokratik

adalah penghambat yang berperan sangat signifikan terhadap

kepatuhan, karena hal tersebut menyebabkan pasien tidak dapat

mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Termasuk

diantaranya ruangan yang nyaman, jaminan kerahasiaan dan

penjadwalan yang baik, petugas yang ramah dan membantu

pasien.

b. Karakteristik Pasien. Meliputi faktor sosiodemografi (umur,

jenis kelamin, ras / etnis, penghasilan, pendidikan, buta/melek

huruf, asuransi kesehatan, dan asal kelompok dalam

masyarakat misal waria atau pekerja seks komersial) dan faktor

psikososial (kesehatan jiwa, penggunaan napza, lingkungan dan

dukungan sosial, pengetahuan dan perilaku terhadap HIV dan

terapinya).

c. Paduan terapi ARV Meliputi jenis obat yang digunakan dalam

paduan, bentuk paduan (FDC atau bukan FDC), jumlah pil

yang harus diminum, kompleksnya paduan (frekuensi minum

35
dan pengaruh dengan makanan), karakteristik obat dan efek

samping dan mudah tidaknya akses untuk mendapatkan FDC

d. Karakteristik penyakit penyerta. Meliputi stadium klinis dan

lamanya sejak terdiagnosis HIV, jenis infeksi oportunistik

penyerta, dan gejala yang berhubungan dengan HIV. Adanya

infeksi oportunistik atau penyakit lain menyebabkan

penambahan jumlah obat yang harus diminum.

e. Hubungan pasien-tenaga kesehatan. Karakteristik hubungan

pasien dan tenaga kesehatan yang dapat mempengaruhi

kepatuhan meliputi: kepuasan dan kepercayaan pasien terhadap

tenaga kesehatan dan staf klinik, pandangan pasien terhadap

kompetensi tenaga kesehatan, komunikasi yang melibatkan

pasien dalam proses penentuan keputusan (hangat, terbuka,

kooperatif, dll) dan kesesuaian kemampuan dan kapasitas

tempat layanan dengan kebutuhan pasien.

2.8.3 Jenis Ketidakpatuhan (Non Compliance)

1. Ketidakpatuhan yang disengaja (Intentional Non Compliance)

Ketidakpatuhan yang disengaja dapat disebabkan oleh:

a. Keterbatasan biaya pengobatan

b. Sikap apatis pasien

c. Ketidakpercayaan pasien akan efektifitas obat

36
2. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja (Unitional Non

Compliance) Ketidakpatuhan yang tidak disengaja dapat

disebabkan karena:

a. Pasien lupa minum obat

b. Ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan

c. Kesalahan dalam hal pembacaan etiket

Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Ketidakpatuhan

a. Pemahaman tentang Instruksi

Kurang nya pengetahuan pasien dalam menganalisa setiap

informasi yang disampaikan petugas, penggunaan istilah-

istilah medis, dan banyak memberikan instruksi yang harus

diingat oleh pasien.

b. Kualitas Interaksi

Interaksi antara tenaga Kesehatan dan pasien

mempengaruhi keinginan pasien untuk disiplin meminum

obat dan interaksi tenaga Kesehatan dan pasien lebih

mudah untuk pasien menceritakan segala hal tentang

penyakit dan kebiasaan hidupnya apa yang di alami dan apa

yang dirasakan pasien.

c. Isolasi Sosial dan Keluarga

Keluarga merupakan orang terdekat yang akan memberikan

dukungan positive untuk pasien dan keluarga juga yang

37
membantu pasien dalam menentukan jenis pengobatan dan

pengambilan keputusan terapi pasien.

d. Keyakinan, sikap, Kepribadian

Keyakinan diri pasien sangat mempengaruhi kepatuhan

terhadap keberhasilan minum obat. Sikap yg disiplin dan

kepribadian yang menerima segala anjuran dari tenaga

medis untuk keberhasilan menekan laju virus dalam tubuh

dengan teratur minum obat Termasuk juga tingkat

pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana terapi obat ini

dapat berjalan.

2.8.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Kepatuhan Pengobatan FDC

1. Faktor Usia

Beberapa pasien yang terinfeksi di usia 30-an akan lebih

mudah dalam menerima masukan atau saran dari tenaga Kesehatan

dan lebih menerima dalam proses terapi pengobatan dan mereka

lebih mematuhi kepatuhan minum obat dibanding pasien yang

berusia 17-29 tahun.

2. Faktor Jenis Kelamin

Pasien dengan jenis kelamin wanita lebih mudah untuk di

ingatkan dalam mematuhi aturan minum obat, mempunyai

tanggapan yang lebih baik dalam menerima informasi dibanding

pria.

38
3. Faktor Pengetahuan Pengobatan, Ras dan Pendidikan

Pendidikan dari pasien juga memegang peranan untuk pasien

teratur minum obat, keterbukaan mereka dalam setiap informasi

yang disampaikan dan cara berfikir mereka yang lebih bisa

mempertimbangkan keputusan. Keterbatasan pengetahuan

pengobatan adalah hambatan terhadap kepatuhan yang berpotensi

untuk diubah termasuk juga adanya kebiasaan dalam keluarga

seperti adat dan budaya.

4. Faktor Alkohol

Terapi FDC dimaksudkan untuk meningkatkan ketahanan dan

mutu hidup penderita ODHA, agar hidup sehat dapat

mempertahankan system imunitas pasien penderita ODHA, tetapi

kebiasaan buruk seperti alcohol dapat mengurangi dan berdampak

pada ketidakpatuhan pasien mengkonsumsi obat.

2.8.5 Dukungan Untuk Pasien HIV/AIDS

Semakin banyak penderita HIV/ AIDS yang terjaring dan

terdata dalam fasilitas Kesehatan maka tempat layanan dan

dukungan informasi harus lebih di tingkatkan. Banyak ide yang

dapat di kemukakan untuk terus memfasilitasi pasien ODHA, bisa

dalam bentuk rumah singgah untuk pasien luar kota yang ingin

memperoleh informasi terbaru, dan dapat juga dukungan fasilitas

layanan Kesehatan yang bersahabat, layanan Kesehatan tersebut

39
harus memiliki fasilitas diagnostic yang menunjang untuk

melakukan pemeriksaan berkala. Banyak pasien HIV melawan

berbagai masalah social seperti stigma masyarakat dan depresi, yang

dapat mempengaruhi kualitas hidup mereka dalam hal kesehatan

fisik, mental, dan social mereka. Kualitas hidup merupakan indikator

tidak hanya seberapa baik fungsi individu dalam kehidupan sehari-

hari, tetapi juga bagaimana persepsi individu dari status kesehatan

mempengaruhi sikap hidup atau kualitas hidup (Bello, 2013).

Wadah untuk bertemunya pasien ODHA dapat difasilitasi

oleh LSM Peduli AIDS yang merupakan tempat berbagi pengalaman

dan informasi terbaru pengobatan. Wadah ini berfungsi juga sebagai

Psikososial bagi mereka yang memerlukan sahabat untuk

mencurahkan pengalaman sesama penderita HIV.

Tindakan dukungan yang dapat dilakukan tenaga Kesehatan

terutama di Puskesmas Glugur Darat:

1. Konseling yang bersahabat untuk ODHA

2. Kunjungan Rumah yang dilakukan petugas untuk melihat

bagaimana

3. Kehidupan pasien, di support dari keluarga dan keteraturan

pasien untuk minum obat.

4. Petugas Kesehatan juga berinteraksi dengan pasien melalui

telefon untuk mengingatkan keteraturan minum obat dan jadwal

40
lanjutan untuk control Kesehatan dan jadwal pengambilan obat

FDC.

5. Petugas Kesehatan melakukan Rujukan ke Rumah Sakit untuk

pasien ODHA yang memerlukan pelayanan yang lebih lanjut.

6. Dan bagi penderita ODHA petugas akan mengirimkan obat ke

tempat tujuan mereka setelah sebelumnya berkonsultasi terlebih

dahulu.

Beberapa dari mereka juga ter indikasi dengan HIV/AIDS, jadi dapat

disimpulkan untuk sementara bahwa pasien – pasien tersebut tidak

mengetahui diagnosa pertama mereka adalah HIV/ AIDS setelah daya

tahan tubuh yang turun dan CD4 yang semakin berkurang. Dan untuk

pasien yg terlambat mengetahui gejala awal HIV/AIDS akan mengalami

penyakit penyertanya.

Kebijakan pengendalian HIV/ AIDS mengacu kepada kebijakan global

Getting to Zeros, yaitu:

1. Menurunkan hingga meniadakan infeksi baru HIV.

2. Menurunkan hingga meniadakan kematian yang disebabkan oleh

keadaan yang berkaitan dengan AIDS

3. Meniadakan diskriminasi terhadap ODHA

Kebijakan tersebut akan sulit dicapai jika cakupan penemuan kasus dan

akses pemberian pengobatan masih rendah.

41
Menurut Irianto (2014), penatalaksanaan HIV/AIDS adalah sebagai

berikut:

1. Farmakologis

Belum ada obat yang dapat menyembuhkan HIV/AIDS secara total.

Obat FDC digunakan untuk menghambat replikasi virus HIV yang ada.

Dibutuhkan ketaatan minum obat yang tinggi agar obat ini dapat bekerja

seperti yang diharapkan. Usia harapan hidup penderita HIV/AIDS

meningkat dengan ditemukannya obat ini.

2. Non farmakologis

Menjaga gaya hidup adalah hal yang penting dilakukan seperti menjaga

pola makan, olahraga teratur, mendapatkan terapi untuk mengatasi stres

dan kecemasan.

42
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif Retrospektif

merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara objektif

dengan melihat ke belakang (Notoatmodjo, 2005). Yang bertujuan untuk

mengetahui hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan pasien minum obat

FDC HIV/AIDS di Puskesmas Glugur Darat

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Puskesmas Glugur Darat beralamat

di Jalan Pendidikan No 8 Kelurahan Glugur Darat 1 kecamatan Medan

Timur Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Juni 2020 sampai dengan juli

2021

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2012). Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien

ODHA yang menerima terapi FDC secara terkontrol di Puskesmas

Glugur Darat medan

43
3.3.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang mewakili populasi yang

akan diambil (Notoatmodjo, 2012) dari beberapa pasien ODHA yang

terapi di Puskesmas Glugur Darat medan.

Sampel penelitian ditetapkan melalui:

2.8 Kriteria inklusi berikut:

1. Pasien HIV yang menjalani terapi FDC secara terkontrol di

Puskesmas Glugur Darat medan

2. Pasien sudah menjalani terapi FDC minimal 6 bulan.

3. Jenis kelamin Pasien (Laki-laki / Perempuan)

4. Pasien dengan usia:

4.1.20 – 49 tahun (Dewasa)

4.2.≥ 50 tahun (Lansia)

5. Pendidikan Pasien minimal Sekolah Menengah Atas atau yang

sederajat.

6. Pasien yang bersedia menjadi responden dan dapat menjawab

kuesioner dengan baik.

2.9 Kriteria eksklusi adalah sebagai berikut:

1. Pasien HIV/AIDS yang Drop Out yaitu pasien HIV/AIDS yang

berhenti terapi ataupun yang sudah menjalani terapi FDC namun

sempat terhenti dan melanjutkan terapi kembali.

44
2. Pasien HIV/AIDS yang dirujuk keluar di Puskesmas Glugur

Darat medan. Maka, jumlah sampel yang diambil adalah 30

pasien

3.4 Jenis Dan Metode Pengumpulan Data

3.4.1 Jenis Data

a. Data Primer

Data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Data

dikumpulkan dari lembaran laporan yang berupa kuesioner yang

diberikan kepada responden yang berisi pertanyaan dan memilih

jawaban yang telah dipersiapkan.

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dari Rekam Medis Ruang VCT Puskesmas

Glugur Darat medan

3.4.2 Metode Pengumpulan Data 

Dalam penelitian ini cara pengumpulan data adalah dengan

membagikan kuesioner (Angket) dan mengolah data Rekam Medis.

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberikan pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawab. Kuesioner yang diberikan berisi hubungan Pengetahuan

terhadap kepatuhan minum obat FDC pada pasien HIV di Puskesmas

Glugur Darat medan.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

3.5.1 Variabel Penelitian

45
Dalam penelitian ini memiliki dua variabel yaitu satu variabel dependen

dan satu variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini

adalah tingkat pengetahuan pasien sedangkan variabel dependen dalam

penelitian ini adalah kepatuhan minum FDC

3.5.2 Definisi Operasional

Definisi operasional bertujuan untuk mendefinisikan variabel penelitian

yang akan dilakukan berdasarkan karakterstik yang akan diamati,

sehingga dapat membuat peneliti semakin cermat dalam melakukan

pengukuran suatu objek.

Definisi Operasional Penelitian Hubungan Pengetahuan dengan

Kepatuhan Minum Obat FDC di Puskesmas Glugur Darat Medan Juni

2021 – Juni 2021.

Tabel 3.1 Definis Operasional


No Variabel Definisi Parameter Alat Ukur Skala Hasil Ukur
Penelitian operasional

1. Pengetahua Segala Pengetahuan Kuesioner Ordinal Skor 0

n pasien sesuatu ODHA apabila

yang meliputi: jawaban salah

diketahui - Tahu dan skor 1

pasien HIV Dalam hal yang apabila

AIDS berkaitan jawaban

mengenai dengan definisi benar.

penyakitnya HIVAIDS,cara Skoring dapat

dan cara penularan dan dikategorikan

46
penangananny pengobatannya. :

a - Memahami 1. Berpengeta

Tentang cara huan : Jika

pencegahan nilai yang

penularan dan diperoleh >

pengobatan 60

2. Kurang

Berpengeta

huan jika

nilai yang

diperoleh ≤

60

Kepatuhan Perilaku Tindakan pasien Panduan Nominal Penilaian

minum obat positif yang terkait dengan wawancara patuh dinilai

FDC dilakukan ketaatan dalam dan cross sejak awal

(dependen) oleh proses minum check pasien

penderita obat. didiagnois

dalam HIV AIDS

melaksanaka sampai

n pengobatan penelitian

atas dilakukan,

anjuran tidak pernah

47
yang sekalipun

dilakukan tidak minum

oleh tenaga obat.

kesehatan Sedangkan

tidak patuh

dinilai apabila

pasien pernah

tidak minum

obat walaupun

hanya satu

kali.

3.6 Instrumen Penelitian

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah kuesioner yang telah

disesuaikan dengan tujuan penelitian, variabel penelitian dan juga berpacu

pada teori yang telah dirancang. Pertanyaan terdiri dari 4 bagian yang

meliputi: bagian A merupakan data identitas pasien yang berisi kode pasien,

nama, umur, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Bagian B berhubungan

dengan tingkat pengetahuan pasien yang berisi pertanyaan tertutup dengan

jumlah 20 item. Pertanyan tentang “tahu“ dan “memahami“.

Skala pengukuran untuk tingkat pegetahuan ODHA menggunakan skala

48
Guttman , yaitu skala yang memiliki sifat tegas dan konsisten dengan

memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban Ya/Tidak atau

Benar/Salah. Skala Guttman dibuat dalam bentuk checklist atau pilihan

ganda. Skoring dalam skala ini dinilai jika jawaban benar maka diberi skor 1

dan jika jawaban salah maka diberi skor 0 (Hidayat, 2007). Kemudian

dilakukan skoring dapat dikategorikan beberapa ketentuan. Jika

berpengetahuan maka skor responden > 60, jika kurang berpengetahuan skor

responden berada ≤ 60.

Tahap Pelaksanaan :

1. Peneliti menyeleksi responden sesuai dengan kriteria inklusi tipe purposive

sampling di wilayah kerja puskesmas Glugur Darat Medan. Pengambilan

data dilakukan dengan menunggu ODHA datang ke puskesmas untuk

keperluan pengambilan obat pada hari senin sampai dengan sabtu pada jam

pelayanan.

2. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan bila bersedia

diteliti dipersilakan untuk menandatangani lembar persetujuan (informed

consent).

3. Peneliti mengambil data melalui Kuesioner yang diberikan kepada

responden. Data mengenai kepatuhan minum obat diambil dengan cara

melakukan wawancara kepada keluarga pasien menggunakan panduan

wawancara.

4. Peneliti mengolah data pada jawaban kuesioner responden melalui uji

analisa data.

49
3.7 Pengolahan Data 

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan tahapan sebagai berikut: 

a. Penyuntingan data (Editing)

langkah ini bertujuan untuk memperoleh data yang baik agar diperoleh

informasi yang benar, kegiatan yang dilakukan dengan melihat dan

memeriksa apakah semua jawaban telah terisi.

b. Pengkodean (Coding)

Pemberian kode agar proses pengolahan data lebih mudah, pengkodean

didasari pada jawaban yang diberi skor atau nilai tertentu.

c. Memasukkan Data (Data entry)

Mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode

sesuai dengan jawaban masing-masing pertanyaan.

d. Cleaning

Tahapan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah di entry dan

melakukan koreksi bila terdapat kesalahan.

3.7.1. Analisis data

1. Analisis univariat

Analisis univariat merupakan analisis tiap variabel yang

dinyatakan dengan menggambarkan dan meringkas data dengan

cara ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik (Setiadi, 2007). Variabel

pada penelitian ini meliputi variabel independen yaitu

pengetahuan. Sedangkan variabel dependennya adalah kepatuhan

minum obat FDC pada ODHA

50
Pengetahuan menggunakan kuesioner yang terdiri dari 20

pernyataan yang jawabannya ditentukan menggunakan skala

Guttman untuk pengetahuan dengan skor 0 apabila jawaban itu

salah dan skor 1 apabila jawaban benar.. Hasil nilai dari setiap

responden dinilai dengan rumus:


n
P= x 100 %
N

Keterangan:

P = Presentase

N = Jumlah seluruh nilai

n = Nilai yang diperoleh

Nilai dari kesepuluh pernyataan tadi di jumlahkan, kemudian di

interpretasikan sebagai berikut:

1. Jika nilai yang diperoleh > 60 maka dikatakan “

Berpengetahuan”

2. Jika nilai yang diberoleh < 60 maka dikatakan “ Belum

Berpengetahuan “

3. Analisis Bivariat

Data yang telah diperoleh kemudian diolah dengan menggunakan

SPSS versi 25 dengan uji Chi-square . Menurut Singgih Santoso

(2014:222 ) Pedoman atau dasar pegambilan keputusan dalam uji

Chi-Square dapat dilakukan dengan cara melihat nilai tabel output

” Chi Square Test” dari hasil olah data SPSS versi 25. Dalam

pengambilan keputusan untuk uji Chi-Square dapat dilihat

51
perbandingan antara nilai Asymp.Sig pada baris Continuity

Correctionb dengan batas kritis yakni 0,05. Pengambilan keputusan

berdasarkan nilai signifikan ( Asymp.Sig )

1. Jika nilai Asymp.Sig ( 2.sided) < 0,05, maka artinya ada

hubungan antara pengetahun dengan kepatuhan minum obat

FDC HIV/AIDS di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan

2. Jika nilai Asymp.Sig ( 2.sided) > 0,05, maka artinya tidak

ada hubungan antara pengetahun dengan kepatuhan minum

obat FDC HIV/AIDS di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.

3.8 Kerangka Kerja

Pasien HIV di Wilayah Kerja


Puskesmas Glugur Darat

Pengambilan sampel dengan


Purposive Sampling

Pengsmbilsn data dengan


kuisioner

Kuisioner Tentang Wawancara tentang


Pengetahuan kepatuhan

Pengolahan Data
Dengan Uji

Pembahasan

Pengumpulan Hasil Laporan Penelitian

52
3.9 Lembar Persetujuan (Infomed Consent)

\Informed Concent merupakan bentuk persetujuan antar peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Peneliti akan

memberikan surat permohonan menjadi responden kepada responden sebelum

melakukan penelitian. Setelah responden bersedia peneliti akan memberikan

kuesioner untuk seterusnya diisi responden setelah diberikan penjelasan

maksud dan tujuan penelitian serta syarat-syarat mengisi kuesioner.

a. Tanpa Nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

disajikan. Peneliti tidak menulis nama lengkap dari responden tetapi hanya

menggunakan inisial.

b. Kerahasiaan (Confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset. data yang diperoleh hanya akan digunakan untuk perkembangan

ilmu pengetahuan (Notoatmojo, 2012).

53
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Responden

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditetapkan,

didapatkan karakteristik demografi responden yang dijelaskan pada tabel

dibawah ini. Data demografi responden menjelaskan karakteristik dari 30

responden mengenai jenis kelamin, umur, status. Pendidikan dan

pekerjaan.

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Pasien


Jenis kelamin

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

VLaki-laki 25 83.3 83.3 83.3


a
Perempuan 5 16.7 16.7 100.0
l
i Total 30 100.0 100.0
d
Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.1 diatas sebanyak 25 responden pasien berjenis

kelamin Laki – laki dan 5 responden pasien berjenis kelamin perempuan.

Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berjenis kelamin laki –

laki

54
Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Pasien
Umur

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

V20 - 49 Tahun 27 90.0 90.0 90.0


a
50 Tahun ke atas 3 10.0 10.0 100.0
l
i Total 30 100.0 100.0
d
Sumber SPSS Versi 25

Berdasarakn tabel 4.2 diatas sebanyak 27 responden berumur 20 – 49

tahun dan 3 responden berumur 50 tahun keatas. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar pasien berumur 20 – 49 tahun.

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Pasien


Status

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

VBelum 23 76.7 76.7 76.7


aMenikah
l
Menikah 5 16.7 16.7 93.3
i
dJanda 2 6.7 6.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.3 diatas sebanyak 23 responden berstatus belum

menikah, 5 responden berstatus menikah dan 2 responden berstatus

janda. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pasien berstatus sudah

menikah.

55
Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pasien
Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

VLulus SMA 23 76.7 76.7 76.7


a
Perguruan 7 23.3 23.3 100.0
l
Tinggi
i
dTotal 30 100.0 100.0
Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.4 diatas sebanyak 23 responden memiliki pendidikan

SMA, sebanyak 7 responden memiliki pendidikan lulusan perguruan

tinggi. Hal ini menunjukkan jika sebagian besar pasien berpendidikan

SMA.

Tabel 4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Pasien


Pekerjaan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Tidak 9 30.0 30.0 30.0


Bekerja

Swasta 9 30.0 30.0 60.0

PNS 1 3.3 3.3 63.3

Wiraswasta 6 20.0 20.0 83.3

Lain - lain 5 16.7 16.7 100.0

Total 30 100.0 100.0


Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.5 diatas sebanyak 9 orang tidak bekerja , sebanyak 9

56
orang pegawai swasta, 1 responden pegawai negeri sipil dan sebanyak 5

responden memiliki pekerjaan lain – lain yang tidak termasuk dalam

kriteri inklusi. Hal ini menunjukkan kesamaan jumlah status pekerjaan

antara pasien yang tidak bekerja dengan pasien yang bekerja sebagai

pegawai swasta.

4.2. Pengetahuan dan Kepatuhan

1. Pengetahuan

Berikut ini data mengenai pengetahuan pasien HIV/AIDS di wilayah

kerja Puskesmas Glugur Darat Kota Medan diuraikan pada tabel 4.6.

Tabel 4.6 Pengetahuan Pasien HIV/AIDS di Wilayah Kerja


Puskesmas Glugur Darat Kota Medan
Pengetahuan

Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent

Valid Berpengetahuan 25 83.3 83.3 83.3

Kurang 5 16.7 16.7 100.0


Berpengetahuan

Total 30 100.0 100.0


Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.6 responden yang dikategorikan berpengetahuan

sebanyak 25 responden ( 83,3 % ) dan sebanyak 5 responden ( 16,7 % )

dikategorikan kurang berpengetahuan.

2. Kepatuhan

Berikut akan diuraikan data mengenai kepatuhan minum obat pada pasien

HIV/AIDS di Wilayah Kerja Puskesmas Glugur Darat Kota Medan. Data

57
mengenai kepatuhan pasien HIV/AIDS dalam minum obat dapat diuraikan

pada tabel 4.7.

Tabel 4.7 Kepatuhan Pasien HIV/AIDS di Wilayah Kerja


Puskesmas Glugur Darat Kota Medan
Kepatuhan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

VPatuh 18 60.0 60.0 60.0


a
Tidak Patuh 12 40.0 40.0 100.0
l
i Total 30 100.0 100.0
d

Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.7 kepatuhan responden didominasi oleh patuh dengan

jumlah responden yang patuh sebanyak 18 responden ( 60 % ). Sedangkan

responden yang tidak patuh sebanyak 12 responden ( 40 % )

4.3 Hubungan Karakteristik Responden dengan Pengetahuan HIV/AIDS

Hasil analisis menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap

karakteristik pasien HIV/AIDS dengan tingkat pengetahuan mengenai

HIV. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji chi-

square

Tabel 4.8 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat


Pengetahuan
Tingkat Pengetahuan
Variabel Kurang P Value
Berpengetahuan
Berpengetahuan
Jenis Kelamin
a. Laki - Laki 22 ( 88 % ) 3 ( 12 % ) 0,381
b. Perempuan 3 ( 60 % ) 2 ( 40 % )

58
Umur
a. 20 – 49 tahun 22 ( 81,5 % ) 5 ( 18,5 % ) 1,000
b. 50 tahun ke atas 3 ( 100 % ) 0(0%)
Status
a. Belum Menikah 21 ( 91,3 % ) 2 ( 8,7 % )
b. Menikah 3 ( 60 % ) 2 ( 40 % ) 0,100
c. Janda 1 ( 50, 0 % ) 1 ( 50 % )
Pendidikan
a. Lulus SMA 19 ( 82,6 % ) 4 ( 17,4 % ) 1,000
b. Perguruan 6 ( 85,7% ) 1 ( 14,3 % )
Tinggi
Pekerjaan
a. Tidak Bekerja 8 ( 88,9 % ) 1 ( 11,1 % )
b. Swasta 7 ( 77,8 % ) 2 ( 22,2 % )
c. PNS 1 ( 100 % ) 0(0%) 0,439
d. Wiraswasta 6 ( 100 % ) 0(0%)
e. Lain - lain 3 ( 60 % ) 2 ( 40 % )
Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan tabel 4.8, untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai

signifikansi adalah 0,381 untuk kategori umur, diperoleh nilai signifikansi

1,000 untuk kategori status diperoleh nilai signifikansi 0, 100, untuk

kategori pendidikan diperoleh nilai signifikansi 1,000, dan untuk kategori

pekerjaan diperoleh nilai signifikansi 0,439. Nilai tersebut menunjukkan

bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikansi antara karakteristik

pasien dengan tingkat pengetahuan. Namun dilihat dari nilai persentase

terdapat perbedaan yang cukup mencolok diantaranya kategori status

responden yang belum menikah memiliki pengetahuan tertinggi mengenai

59
pengetahuan penyakit HIV/AIDS, hal ini diakarenakan ada keterkaitannya

dengan umur dimana pada kategori umur semakin besar umurnya maka

semakin tinggi tinggkat pengetahuannya tetapi terdapat penurunan pada

umur 50 tahun ke atas. Hal tersebut dapat dikarenakan faktor penuaan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa karakteristik pasien (jenis kelamin,

umur, status,pendidikan, dan pekerjaan) tidak mempengaruhi tingkat

pengetahuan

4.4 Hubungan Karakteristik Responden dengan Kepatuhan Minum

Obat FDC

Hasil analisis menunjukkan ada tidaknya hubungan antara setiap

karakteristik pasien HIV/AIDS dengan tingkat kepatuhan minum obat

FDC. Pada analisis ini, dilakukan uji statistik dengan menggunakan uji

chi-square

Tabel 4.9 Hubungan Karakteristik Responden dengan Tingkat


Kepatuhan
Tingkat Kepatuhan
Variabel P Value
Patuh Tidak Patuh
Jenis Kelamin
c. Laki - Laki 15 ( 60 % ) 10 ( 40 % ) 1,000
d. Perempuan 3 ( 60 % ) 2 ( 40 % )
Umur
c. 20 – 49 tahun 16 ( 59,3 % ) 11 ( 40,7 % ) 1,000
d. 50 tahun ke atasa 2 ( 66,7 % ) 1 ( 33,3 % )
Status
d. Belum Menikah 13 ( 56,5 % ) 10 ( 43,5 % )
e. Menikah 4 ( 80 % ) 1 ( 20 % ) 0,597

60
f. Janda 1 ( 50, 0 % ) 1 ( 50 % )
Pendidikan
c. Lulus SMA 12( 52,2 % ) 11 ( 47,8 % ) 0,252
d. Perguruan Tinggi 6 ( 85,7% ) 1 ( 14,3 % )
Pekerjaan
f. Tidak Bekerja 7 ( 77,8% ) 2 ( 22,2 % )
g. Swasta 6 ( 66,7 % ) 3( 33,3 % )
h. PNS 1 ( 100 % ) 0(0%) 0,152
i. Wiraswasta 1 ( 16,7% ) 5 ( 83,3 % )
j. Lain - lain 3 ( 60 % ) 2 ( 40 % )
Sumber SPSS Versi 25

Berdasarkan Tabel 4.9 untuk kategori jenis kelamin, diperoleh nilai

signifikansi adalah 1,000, untuk kategori umur , diperoleh nilai

signifikansi adalah 1, 000, untuk kategori status , diperoleh nilai

signifikasi adalah 0,597, untuk kategori pendidikan diperoleh nilai

signifikansi adalah 0,252, untuk pekerjaan diperoleh nilai signifikansi

0,152. Nilai signifikansi ( P<0,05 )

tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan signifikan antara

karakteristik pasien dengan tingkat kepatuhan minum obat FDC

HIV/AIDS Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.

4.5 Hubungan Pengetahuan Pasien Terhadap Kepatuhan Minum Obat

FDC HIV/AIDS

Berdasarkan uji statistik yang dilakukan dengan uji Chi – Square didapat

hasil Asymptotic Significance (2-sided )pada baris Continuity Correctionb

diperoleh nilai 0,617 diatas taraf signifikasi sebesar 0,05 artinya tidak

61
ada hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum obat FDC

HIV/AIDS di Puskesmas Glugur Darat Kota Medan.

Tabel 4.10 Hubungan Pengetahuan Pasien Terhadap Kepatuhan Minum


Obat FDC HIV/AIDS di Puskemas Glugur Darat Kota Medan
Chi-Square Tests

Asymptotic
Significanc Exact Sig. Exact Sig.
Value df e (2-sided) (2-sided) (1-sided)

Pearson Chi- 1.000a 1 .317


Square

Continuity .250 1 .617


Correctionb

Likelihood .980 1 .322


Ratio

Fisher's Exact .364 .304


Test

Linear-by- .967 1 .326


Linear
Association

N of Valid 30
Cases
Sumber SPSS Versi 25

BAB V

62
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

1. Karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, status, pendidikan, dan

pekerjaan) tidak mempengaruhi tingkat pengetahuan pasien.

2. Karakteristik pasien (jenis kelamin, umur, pendidikan dan pekerjaan)

tidak mempengaruhi tingkat kepatuhan minum obat

3. Tidak terdapat hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan minum

obat FDC HIV/AIDS di Puskemas Glugur Darat Kota Medan. Nilai p

value menunjukkan tidak ada kolerasi yaitu 0,617.

5.2 Saran

Kepada peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian

terhadap analisis hubungan pengetahuan terhadap kepatuhan minum obat

FDC HIV/AIDS di pelayanan kesehatan lainnya di kota Medan, agar dapat

menjadi perbandingan dan menggambarkan tingkat pengetahuan terhadap

kepatuhan minum obat FDC HIV/AIDS di kota Medan.

DAFTAR PUSTAKA

63
Bello, S. I. B. K. Quality of life of HIV/AIDS patients in a secondary health
care facility Ilorin, Nigeria. Baylor University Medical
Center Proceedings, 2013. Baylor University Medical Center, 116.

Depkes RI 2006. Situasi HIV/AIDS di Indonesia Tahun 1987-2006. Tersedia di


http:// www.depkes.go.id/download/publikasi/Situasi HIV-AIDS

Depkes RI, 2007. Pedoman Nasional Terapi Antiretroviral. Jakarta: Depkes RI.

DITJEN PP&PL KEMKES RI, 2013. Laporan Kasus HIV/AIDS di Indonesia


Triwulan I, Tahun 2005 sampai dengan Bulan September Tahun 2013.
Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik (2006). Pedoman Pelayanan


Kefarmasian Untuk Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA).

Grant, A. D. & De Cock, K. M. 2001. HIV infection and AIDS in the developing
world. BMJ, 322, 1475-1478.
Hidayat, A. A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Salemba Medika.
Lestari, T (2015). Kumpulan Teori untuk Kajian Pustaka Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Notoadmodjo Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:
PT. Rineka Cipta.

Nursalam. (2016). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika
Profil Puskesmas Glugur Darat 2020, hal 6.
Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Pertama, 2016
Prasetya N, 2009.ODHAhttp: //public.kompasiana.com/2009/04/11/odha
Suparyanto.2010.Konsep Kepatuhan I.
(http://drsuparyanto.blogspot.com/2010/10/konsep-kepatuhan-1.html,
diakses tanggal 14 Desember 2011).
Santoso, singgih. 2014. Statistik Parametrik Edisi Revisi. Jakarta : Elex Media
Komputindo
Yayasan Spiritia. Statistik Kasus HIV/AIDS di Indonesia. [Online]; 2015 cited
2016 Oktober 28. Available from: http://spiritia.or.id/index.php.
UNAIDS 2004. Hidup Bersama HIV dan AIDS, Jakarta.

64
UNAIDS 2013. Global report: UNAIDS report on the global AIDS epidemic
2013. Geneva: UNAIDS.

Wasti S. P, Simkhada, P, Randall, J. Freeman J. V & Van Teijlingen, E. 2012a.


Factors influencing adherence to antiretroviral treatment in Nepal: a
mixed-methods study. PloS one, 7, e35547.

Wasti S. P, Van Teijlingen, E, Simkhada, P., Randall, J, Baxter, S.,Kirkpatrick, P.


& Gc, V. S. 2012b. Factors influencing adherence to antiretroviral
treatment in Asian developing countries: a systematic review. Tropical
Medicine International Health, 17, 71-81.

WHO. 2016b. Media Center, HIV / AIDS [Online]. Available:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs360/en/.

Lampiran I Format Informed Consent

65
SURAT PERSETUJUAN/PENOLAKAN MEDIS KHUSUS
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :

Jenis Kelamin(L/P) :

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Menyatakan dengan sesungguhnya dari saya sendiri/*sebagai


orangtua/*suami/*istri/*anak/*wali dari:
Nama :

Jenis Kelamin(L/P) :

Umur/Tgl Lahir :

Alamat :

Telp :

Dengan ini menyatakan SETUJU/MENOLAK untuk dilakukan Tindakan Medis


berupa........................................................................................Dari penjelasan yang
diberikan, telah saya mengerti segala hal yang berhubungan dengan penyakit tersebut,
serta tindakan medis yang akan dilakukan dan kemungkinan pasca tindakan yang
dapat terjadi sesuai penjelasan yang diberikan.
Medan,.......................2021
Petugas VCT Yang membuat pernyataan,

(..............................) (........................................)
*Coret yang tidak perlu

Lampiran II

KUESIONER PENGETAHUAN PASIEN HIV /AIDS

66
A. Pengantar
Bacalah setiap pernyataan dengan cermat sebelum menjawab, kemudian

pilihlah jawaban yang anda rasa paling sesuai dengan keadaan diri anda pada

lembar jawaban yang tersedia. Saya sangat menghargai kejujuran dan

keterbukaan anda.

No Kuesioner.....................................................(diisi oleh peneliti)

Kode Responden................................................(diisi oleh peneliti)

Tanggal :

B. Petunjuk

1. Silahkan bapak/ibu jawab pertanyaan dengan jujur


2. Jawaban tidak mempengaruhi profesi bapak/ibu.
3. Jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya dipergunakan untuk
penelitian.

C. Identitas Pribadi
Petunjuk Pengisian

Isilah nomor 2 sampai dengan 5 dengan mengisi tanda silang (X) pada huruf

yang sesuai!

1. Umur :
2. Jenis Kelamin
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Status Perkawinan
a. Belum menikah c. Janda
b. Menikah d. Duda
4. Pendidikan Terakhir
a. Tidak sekolah d. Lulus SMA

67
b. Lulus SD e. Perguruan Tinggi
c. Lulus SMP
5. Pekerjaan
a. Tidak bekerja f. Petani
b. Pedagang g. Buruh
c. Swasta h. Wiraswasta
d. PNS i. Lain-lain
e. Pensiunan

B. Tabel pertanyaan

Isilah tabel di bawah ini dengan tanda centang (Ö)

Benar : Bila pernyataan tersebut sesuai dengan diri anda

Salah : Bila pernyataan tersebut tidak sesuai dengan diri anda

NO PERNYATAAN BENAR SALAH

1. Penyakit HIV AIDS dapat disembuhkan

Dengan minum obat secara teratur dan rutin


2. penyakit HIV AIDS ini dapat disembuhkan
Daya tahan tubuh yang baik akan
3. mempercepat proses pertumbuhan penyakit HIV
AIDS
Penyakit HIV AIDS paling mudah menyerang
4. orang tua dan dewasa saja karena terjadi
penurunan daya tahan tubuh
Proses penyembuhan penyakit HIV AIDS selain
5. pengobatan yang rutin perlu juga makanan yang
bergizi
Dengan mengonsumsi minuman beralkohol
6. dapat memperparah penyakit HIV AIDS
Jika mengalami keluhan seperti sakit dada,
7 sesak, demam, lemah, tidak nafsu makan
merupakan gejala terkena HIV AIDS
Pemeriksaan HIV AIDS bisa diketahui dengan
8.
pemeriksaan darah di laboratorium

68
HIV adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
9. yang menular jika melakukan hubungan sex

Apakah terkadang anda lupa minum obat?


10.

Apakah anda merasa terganggu harus minum obat


11. setiap hari?

Apakah anda pernah berhenti minum obat ketika


12. anda merasa gejala yang dialami telah teratasi?

Apakah anda pernah mengurangi atau berhenti


13. minum obat tanpa memberitahu dokter?

Penyakit HIV AIDS membuat badan menjadi


14. semakin kurus
Penyakit HIV AIDS membuat kondisi fisik menjadi
15. menurun dan buruk
Jika terkena penyakit HIV AIDS maka penyakit
16. ini sulit untuk disembuhkan
Efek samping dari pengobatan HIV
17. AIDS dapat menyebabkan gangguan

Sering anda lupa minum obat setiap hari?


18.

Seks bebas dapat memperparah penyakit HIV


19.

Penyakit HIV dapat menular jika penderita


20. berganti-ganti pasangan seks dan berganti jarum
suntik

Lampiran III

PANDUAN WAWANCARA KEPATUHAN

69
1. Apakah ada yang selalu mengawasi Bapak/Ibu/Saudara/i (pasien HIV

AIDS) dalam pelaksaan minum obat?

2. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i (pasien HIV AIDS) selalu minum obat

dengan rutin?

3. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i (pasien HIV AIDS) pernah terlambat

dalam minum obat walaupun satu kali?

4. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i (pasien HIV AIDS) harus selalu diingatkan

untuk minum obat?

5. Apakah Bapak/Ibu/Saudara/i (pasien HIV AIDS) pernah lupa dan tidak

minum obat?

70
Lampiran IV Data Sebaran SPSS versi 25

71
Lampiran V Surat Izin Penelitian

72
Lampiran VI Sertifikat Kode Etik

73
Lampiran VII Surat Selesai Penelitian

74
75
Lampiran VIII Dokumentasi

76
77
Lampiran IX Lembar Konsul

BUKTI LEMBAR KONSULTASI PROPOSAL MAHASISWA /I


PROGRAM SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI DAN ILMU
KESEHATAN UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

Nama : Dini Indriani


NIM : 190205318
Judul Skripsi : Hubungan Pengetahuan terhadap Kepatuhan Minum
Obat Terapi FDC (Fixed dose combination) HIV/AIDS Di
Puskesmas Glugur Darat.
Dosen Pembimbing : Kesaktian Manurung M.Biomed

No. Tanggal Pembahasan Paraf Pembimbing

1. 25 Maret 2021 Diskusi mengenai judul

2. 5 April 2021 Perubahan Judul dan ACC judul

3. 24 April 2021 Revisi Bab I mengenai penulisan


Skripsi

4. 18 Mei 2021 Konsul Bab I, II, III serta melengkapi


daftar Pustaka dan Kuisioner

5. 18 Mei 2021 Revisi Terakhir dari Bab I,II,III dan


ACC proposal Skripsi untuk
diseminarkan.

6. 24 Agustus 2021 Konsul Bab 4 dan Bab 5


Melampirkan Skripsi secara
keseluruhan

78
7. 26 Agustus 2021 Konsul Bab 5 Perbaikan Skripsi

8. 31 Agustus 2021 ACC skripsi

Lampiran X Bukti Bimbingan

79
80
Lampiran XI Lembar Revisi

LEMBAR REVISI

NAMA : Dini Indriani


NIM :190205318
JUDUL :“HUBUNGAN PENGETAHUAN TERHADAP
KEPATUHAN MINUM OBAT FDC (Fixed Dose
Combination) HIV/AIDS DI PUSKESMAS
GLUGUR DARAT”
Tanggal Maju Proposal : 12 Juni 2021
No. Pembimbing / penguji Revisi / perbaikan Tanda tangan

1 Penguji 1 1. Penambahan nama obat


Nama : pada judul.
apt.Vivi Asfianti,M.Si
2. Penambahan materi pada
proposal.
3. Perbaikan metode
penelitian dan waktu
penelitian.
4. Penambahan kerangka
konsep penelitian dan
penambahan hipotesa.
5. Perbaikan faktor inklusi
pada penelitian
6. Mengurangi Variabel
Motivasi pada judul
sebelumnya

81
2 Penguji 2 1. Perbaikan kata pada judul
Nama : dengan menambahan nama
Apt.Grace obat
A.br.Ginting 2. Menambahan materi dalam
S.Farm.,M.Si. proposal
3. Perbaikan “apakah” pada
rumusan masalah.
4. Penambahan kriteria
inklusi lebih spesifik
5. Perbaikan kuiseioner
3 Pembimbing 1. Sesuaikan perbaikan
Nama : Kesaktian dengan masukan atau
Manurung M.Biomed saran dari penguji
2. Dalam penyusunan dan
penulisan skripsi ini ikuti
panduan yang telah
dibagikan dari prodi
3. Segera diuruskan surat
penelitian

82
Lampiran XII Bukti Pembayaran

83
Lampiran XIII Bukti Bimbingan

84

Anda mungkin juga menyukai