Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

Pembuatan Coffeine dari Teh

LUCIA MERLITSYA WINDY HAPSARI


1513034
KA01

POLITEKNIK STMI
Jl. Letjen Suprapto No.26 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510

Pembuatan Coffeine dari Teh

Prinsip Percobaan :
Ekstraksi adalah suatu cara pemisahan suatu zat cair dari campurannya (merupakan
zat padat atau cair) yang berdasarkan daya larut dalam pelarut tertentu (pelarut

sebagai pemisah).
Maksud dan Tujuan :
-Untuk mengetahui cara pembuatan coffeine dari teh
-Untuk mengetahui cara kristalisasi
-Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari coffeine
Teori
:
Bahan Baku
A. Bahan Baku Utama
1. TEH
Daun teh terbagi menjadi dua kelompok Varasamica dari asam dan Varsineosi dari
Cina. Perbedaan dari dua kelompok daun teh tersebut adalah dilihat dari bentuk
daunnya. Untuk kelompok Varasamica daunnya besar dan ujung daunnya runcing,
sedangkan kelompok Varasineosi bentuk daunnya kecil dan ujungnya tumpul
tidak lancip. Biasanya tumbuhan teh tumbuh di tempat yang sejuk dan
diperbukitan.
Sifat Fisis dari Teh
-Titik didih 80 C
-Mudah larut dalam pelarut organik
-Kadar karbon rendah
-Mengandung caffeine
-Berwarna hitam bila sudah diolah
-Baunya wangi
Sifat Kimia dari Teh
-Dapat dipisahkan dari komponennnya dengan metode ekstraksi
-Mudah larut dalam air terutama air panas.
Kegunaan teh
-Sebagai zat anti oksidasi dan bersifat merangsang saraf otak
-Sebagai bahan baku minuman penyegar
-Untuk menyerap kolesterol
2. ALKOHOL
Nama IUPAC Alkohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan akhiran
OL suatu angka awalan. Yang dipilih serendah mungkin jika digunakan

Metanol

Gugus OH yang berprioritas lebih rendah diberi nama awalan hidroksil seperti
nama dalam contoh

Asam 2-hidroksi propana


Sifat Fisis Alkohol
-Titik didih 78,3 C
-Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air
-Mudah terbakar
-Bersifat polar karena mengandung gugus OH
-Tidak berwarna (jenuh)
-Hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (menolak molekul-molekul air)
Sifat Kimia Alkohol
-Mudah terbakar
-Alkohol adalah asam atau basa yang sangat lemah
Kegunaan Alkohol
-Digunakan untuk minuman keras (etanol)
-Digunakan sebagai zat pembunuh kuman (2-propanol)
-Digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut (metanol)
-Alkohol berfungsi sebagai pengikat Coffeine dari teh
-Bahan Baku Tambahan
1. NaOH
NaOH merupakan zat padat higroktis, basah leleh, berwarna putih, mudah larut
dalam air dan gliserol, merupakan elektrolit dan basa kuat.
Sifat Kimia NaOH
Bereaksi dengan asam (HCL) membentuk garam
NaOH + HCl
NaCl + H2O
Kegunaan NaOH
NaOH pada pembuatan Coffeine untuk menjernihkan
2. H2SO4
Fungsi H2SO4 dalam pembuatan coffeine dari teh adalah mengisolasi coffeine dari
teh.
Sifat Fisis H2SO4
-Memiliki aroma khas yaitu bau belerang
-Bersifat korosif
-Berbentuk cair

-Bersifat hidrokofis
-Berat jenis 1,84 gr/ml
-Titik didih 240 C dan titik leleh 10 C
Sifat Kimia H2SO4
-Merupakan asam kuat
-H2SO4 bersifat encer tidak bereaksi dengan Bi, Hg, Cu dan logam mulia
H2SO4 (encer) + Fe
FeSO4 + H2
-H2SO4 pekat dalam keadaan panas akan mengoksidasi logam-logam
CuSO4 + SO2 + 2H2O
2H2SO4 (P) + Cu
-Merupakan oksidator dengan reduksi terkuat
Kegunaan H2SO4
-Bahan pembuatan pupuk amonium sulfat
-Industri obat
-Untuk pembuatan zat warna
3. MgO (Magnesium Oksida)
MgO dibuat dengan cara memanaskan magnosit maupun hidroksinya

MgO dapat dijumpai sebagai mineral periklasa dan dibuat dengan memanaskan
magnesium adalah oksigen atau lewat peruraian garam-garam Mg-nya seperti
Mg(OH)2, Mg(NO3)2, MgC2O4 dan garam-garam lain dari asam organik
Sifat Fisis MgO
-Berwarna putih
-Bersifat keras dan tahan api
-Titik leleh 2800 C
Sifat Kimia MgO
-Pijar bila dicampur dengan larutan magnesium klorida, akan membentuk bubur
bersifat plastic
-Bersifat basa lemah disebabkan gaya tarik ion-ion oksidanya terhadap protonproton molekul air
O2- + H2O
2OH3. CHCl3 (Chloroform)
Jika etanol direaksikan dengan Cl2 dan KOH atau dengan CHLOR maka mulamula etanol dioksidasi menjadi etana. Etana ini kemudian bereaksi dengan Cl 2
sehingga membentuk trichloroetana atau CCl3-CHO. Dalam lingkungan KOH
maka diubah menjadi kalium metanoat dan chloroform.
CH3-CH2OH + Cl2
CH3-CHO + 2HCl
CH3-CHO + 3Cl2
CHCl3 + HCOOK
CCl3 CHO KOH
CHCl3 + HCOOK
Chlorofrom dapat juga dibuat dari asetan Cl3 dan KOH
CH3 CO CH3 + 3Cl2
CCl3 CO CH3 + 3HCl
CCl3 CO CH3 + KOH
CHCl3 + CH3COOK
Sifat Fisis Chloroform

-Suatu zat cair yang manis baunya dan mudah menguap


-Mempunyai titik didih 61 C
-Jika uap Chloroform dihisap maka bersifat membius
Sifat Kimia Chloroform
-Merupakan pelart organik yang dapat melarutkan lipida
-Tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol atau eter
Kegunaan Chloroform
-Chloroform banyak digunakan sebagai obat bius dan sebagai pelarut organik
B. Produk
Coffein
Coffeine atau tiena 1,3,7 trimetil santina C8H10O2N4 terdapat dalam biji-biji kopi.
Zat ini didapatkan pada tahun 1820 oleh Runge Pelletries dan Capentau dari kopi
adalah identik dengan tiena dari teh. Coffeine merupakan zat alkohol yaitu suatu zat
yang dapat membuat orang mabuk, coffeine merupakan senyawa heteroaromatik yang
mempunyai unsur nitrogen yang terikat pada gugusan karbonilnya yang mempunyai
struktur bangun sebagai berikut :

Coffeine mengkristal dari larutannya dalam air berupa jarum-jarum bercahaya sutra,
bila tidak mengandung air coffeine mencari 236,5 C dan mensublimasi pada
temperatur yang lebih rendah. Dalam air panas zat ini mudah larut sedangkan pada air
dingan sukar larut.
Sifat Fisis Coffeine
-Merupakan kristal putih berupa jarum-jarum bercahaya sutra
-Bila tak mengandung air coffeine mencair pada 236,5 C dan menyublimasi pada
temperatur rendah
-Mudah larut dalam air panas tetapi sukar larut pada air dingin
Sifat Kimia Coffeine
-Coffeine mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol dan chloroform
Kegunaan Coffeine
-Untuk mengiatkan pekerjaan susunan syaraf sentral dan mempertinggi tenaga
jantung

-Dalam ilmu kedokteran digunakan dalam keadaan bebas dan dalam bentuk senyawasenyawa rangkap contohnya dengan natrium salisilat.
C. Operasi Pemisahan
Dalam coffeine dapat ditemukan pada teh, kopi dan dapat dipisahkan dengan cara
ekstraksi. Dalam ekstraksi yang perlu diperhatikan dalah adanya zat yang dapat
melarutkan zat yang diinginkan dan pelarutnya mudah dipisahkan kembali dengan zat
yang diekstrak.
Proses ekstraksi pada dasarnya merupakan pemisahan saling kontak campuran yang
berdasarkan daya larut dalam pelarut tertentu. Proses ekstraksi meliputi tiga tahap
yaitu :
1. Campurkan / mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiakkannya
saling kontak dalam proses ini terjadi perpindahan masa dengan cara difusi
pada bidang antara muka ekstrak dengan pelarut.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarutnya
umumnya dilakukan dengan cara penguapan.
Penggunaan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus memperhatikan beberapa
faktor seperti :
1. Selektivitas. Yaitu pelarut yang hanya dapat melarutkan ekstrak yang
diinginkan bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.
2. Kelarutan. Yaitu pelarut yang sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur, hal ini penting bila yang akan diekstrak
merupakan cairan.
4. Kerapatan terutama pada ekstraksi cairan yang sedapat mungkin mempunyai
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi hal ini
dimaksudkan agar kedua fase dapat mudah dipisahkan kembali setelah
pencampuran. Bila perbedaan kerapatan kecil, pemisahan harus dilakukan
dengan meggunakan gaya sentrifugal.
5. Reaktifitas pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen bahan ekstraksi.
6. Titik didih, karena ekstrak dan pelarut harus dipisahkan dengan cara
penguapan, maka titik didih kedua bahan harus jenuh.
Berdasarkan bahan yang dipakai ekstraksi dibagi menjadi 2 macam :

1. Ekstraksi padat

- cair yaitu suatu ekstraksi yang bahan ekstraksinya

merupakan zat padat yang menggunakan pelarut zat cair.


2. Ekstraksi cair cair yaitu suatu ekstraksi yang bahan ekstraksinya merupakan
zat cair dengan menggunakan pelarut zat cair.
Secara garis besar ekstraksi didefinisi, yaitu suatu cara pemisahan suatu zat cair
dari campurannya (merupakan zat padat atau cair) yang berdasarkan daya larut
dalam pelarutnya tertentu (pelarut sebagai pemisah).
Metode dasar pada ekstraksi cair-cair sebenarnya dibagi menjadi ekstraksi
bertahap continue dan counter current seperti dibawah ini :
-

Ekstraksi bertahap : cara ekstraksi yang paling sederhana caranya dengan


menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokkan sehingga terjadu kesetimbangan
konsenterasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah lapisan ini

tercapai didiamkan dan dipisahkan.


Ekstraksi continue : digunakan bila perbandiangn distributif relatif kecil
sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap
ektraksi, efisiensi yang tinggi pada ekstraksi continue tergantung pada
viskositas fase dan faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya
kesetimbangan. Efisiensi ekstraksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan

luas kotak yang besar.


Ekstraksi counter current fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan diekstrak.
Biasanya digunakan untuk pemisahan zat isolasi ataupun pemurnian sangat
bermanfaat untuk fraksional senyawa organik tetapi kurang bermanfaat untuk

senyawa-senyawa organik.
D. Kristalisasi
Pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau peristiwa
pembentukan partikel zat padat dalam fase homogen. Kristalisasi yang dapat terjadi
sebagai pembentukan partikel padat dalam uap.
Syarat syarat terbentuknya kristal
-Larutan harus jenuh adalah larutan yang mengeandung jumlah zat terlarut
sedemikian rupa pada suhu tertentu sehingga kelebihan tidak lagi melarut
-Larutan harus homogeny
Partikel partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.

-Adanya perubahan suhu


Penurunan suhu secara dratstis/kenaikan suhu secara drastis tergantung dari kristal
yang diinginkan.
Metode metode kristalisasi :
1. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
2. Pemanas
Untuk bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya suhu.
Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagai pelarut.
3. Pemanas dan pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari 2 metode diatas larutan panas yang jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan
4. Penambahan bahan (zat) lain.
Proses kristalisasi pada pembekuan :
1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan tertentu dan selalu mudah
bergerak
2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom akan semakin rendah
3. Inti atom menjadi pusat kristalisasi
Mekanisme pembentukan kristal
1. Pembentukan inti. Inti kristal adalah partikel partikel kecil bahkan sangat kecil
yang dapat terbentuk secara sponton akibat dari keadaan lewat jenuh.
2. Pertumbuhan kristal. Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari 2 proses yaitu
:
a. Transportasi molekul molekul dari bahan yang akan dikristalkan dalam
larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi, proses ini berlangsung
semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
b. Penempatan molekul-molekul pada kisi kristal semakin luas total permukaan
kristal semakin banyak bahan yang ditempatkan pada kisi kristal persatuan
waktu
-Metode Proses
Dalam praktikum ini kita menggunakan metode kristalisasi pemanasan karena
perubahan suhu drastisnya dengan cara dipanaskan.

-Diagram Alir Proses

5 gram teh
dan 20 cc
alkohol
dipanaskan
hingga 4 jam

25 gr
MgO
Dibuat suspensi
dalam 150 cc air

Filtrate yg
dihasilkan
dijadikan satu

Tepung
direbus lagi
dgn 150 cc air
sebanyak 3x

Dimasukkan
25 cc H2SO4

Filtrat dikocok
hingga 3x

Perhitungan

Dipanaskan hingga
menjadi tepung

Tepung yg terjadi
direbus dlm 250 cc
air laluDitambahkan
saring
NaOH lalu
diteteskan ke
piring porselin yg
dipanaskan

Diperoleh kristal
kurang lebih
sebabanyak 2 gr

Alat dan Bahan


:
Alat yang digunakan dalam percobaan, yaitu :
-Corong pemisah
-Kertas saring
-Gabus
-Erlenmeyer hisap
-Statif
-Klem
-Piring porselin
-Bunzen
-Pompa vakum
Bahan yang digunakan pada percobaan, yaitu :
-Teh
(sebagai bahan baku)
-Alkohol
-MgO
-H2SO4
-Khloroform
-NaOH

Prosedur
:
1. Kedalam alat ekstraksi dimasukkan 50 gr teh dan 200 cc alkohol
2. Proses ekstraksi ini berlangsung selama 2 jam (sampai cairan yang kelabu kembali
jernih)
3. Setelah ekstraksi cairan ditambah 25 gr MgO dan dibuat suspensi dalam 150 cc air
pada piring porselin
4. Kemudian dipanaskan diatas bunzen hingga suspensi menjadi kering seperti tepung
5. Tepung yang terjadi direbus dengan 250 cc air lalu disaring dengan saringan
penghisap.
6. Kemudian merebus tepung lagi dengan air 150 cc sebanyak 2x
7. Pada tiap-tiap penyaringan filtratnya dijadikan satu.
8. Kemudian dalam cairan ini memasukkan 10% larutan asam sulfat 25 cc dan cairan
direbus hingga volumenya mencapai 1/3 dari volume awal.
9. Setelah perebusan saring kembali untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masing
ada.
10. Filtrat yang didapat dikocok 3 kali dengan khloroform setiap 25 cc pemakaiannnya
11. Larutan khloroform yang akan kuning diberi larutan NaOH encer agar warnanya agak
muda.
12. Kemudian diteteskan kepiring porselin yang sedang dipanasi diatas bunzen, sehingga
didapat kristal coffeine
13. Kristal coffeine yang didapat berupa jarum-jarum putih yang mengkilap, mempunyai
1 mol air kristal dengan titik lebih 236 C dan menyublim pada suhu 180 C.
14. Timbang kristal yang didapat dan hitung rendemen praktisnya
15. Hasil yang didapat kira-kira 2 gram.

Rangkaian Alat

:
10

2
3
4
5

Gambar : Susunan alat pada saat ekstraksi


Keterangan Gambar :
1. Kondensor
7. Waterbath / Heater
2. Klem
8. Statif
3. Soxlet
9. Selang air masuk
4. Kertas Saring
10. Selang air keluar
5. Hols
11. Teh di dalam hols
6. Labudidih
12. Etanol dan ekstrak

1
2
5
3

7
4

Gambar : Susunan alat pada saat penyaringan dengan saringan penghisap


Keterangan Gambar :
1. Corong Pemisah
2. Piring porselin
3. Kakitiga
4. Bunzen
5. Klem
6. Statif

Gambar : Susunan alat pada saat pemisahan kristal coffein dari larutannya

Data Pengamatan :
-Saat proses ekstraksi, larutan alkohol yang semula berwarna bening berubah menjadi
hijau dikarenakan bubuk teh yang menguap kemudian mengembun dan menetes ke
dalam labu alas bulat yang berisi alcohol tsb.
-Hasil ektraksi ditambah MgO dan dibuat suspense dengan ditambahkan air berubah
menjadi tepung setelah dipanaskan kembali sambil diaduk diatas bunzen.

-Tepung direbus kembali dengan air kemudian disaring dengan penyaring penghisap
hingga terbentuk filtrate.
-Ketika larutan tersebut dipanaskan hingga 1/3 volume awal, larutan berwarna hijau
gelap hampir hitam dan pekat.
-Pada saat larutan dikocok dengan kloroform terbentuk beberapa lapisan, semakin ke
bawah semakin bening.
-Filtrat kloroform yang diberi NaOH encer warnanya menjadi lebih muda pada bagian
bawah dan lebih gelap pada bagian atas larutan.

Perhitungan
Secara teoritis
Berat kristal coffein

:
:
= 2 gram

Hasil praktikum
-Berat cawan + isi
-Berat cawan kosong
Berat kristal coffein

:
= 249,13 gr
= 239,03 gr
= 10,10 gr

Rendemen Coffein

= 10,10/2 x

_
100 %

= 55,5 %
Pembahasan
:
Dalam ekstraksi kafein pada praktikum ini bahan baku yang digunakan adalah teh,
karena teh mengandung kafein paling banyak dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya seperti kopi dan coklat. Untuk mengekstraksi teh, teh ini dibungkus dengan
kertas saring dan dimasukkan ke dalam ekstraktor. Kemudian diisi dengan alcohol
sebagai pelarutnya. Digunakan alkohol sebagai pelarutnya karena mempunyai sifat
yang sama dengan sampel, yaitu bersifat polar, sehingga dapat melarutkan kafein
yang terdapat di dalam teh. Pada proses ekstraksi digunakan alat ekstraktor, dimana
pada percobaan ini alat ekstraktor yang berisi teh dengan pelarut alkohol bekerja
dengan cara pemanasan yang dilakukan dimana akan terjadi sirkulasi selama
pemanasan. Semakin sering terjadi sirkulasi maka akan semakin banyak kafein yang
dihasilkan. Sirkulasi ini terjadi karena pelarut alkohol yang berada pada labu bulat
akan menguap akibat pemanasan. Alat ekstraktor ini dilengkapi dengan cooler yang
akan mendinginkan alkohol yang menguap dan akan turun ke dalam ekstraktor hingga
akhirnya jatuh ke dalam alas bulat kembali. Setelah selesai diekstraksi, larutan
campuran kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi suspensi dari MgO
dan air. Tujuan dari penambahan MgO tersebut untuk mengikat klorofil dan mengikat
air, agar kafein menjadi terlindungi pada saat pengeringan sehingga tidak pecah-pecah

yang menyebabkan kerusakan pada strukturnya. Kemudian campuran dituangkan


dalam cawan porselin kemudian dikeringkan. Pengeringan disini bertujuan untuk
menghilangkan kandungan alkohol dari campuran. Tepung yang terbentuk direbus dengan 200 cc air.
Hal ini bertujuan untuk melarutkan coffein dan juga untuk memurnikan campuran dari
pengaruh alkohol yang masih ada dalam MgO. Setelah itu disaring dengan saringan
penghisap. Tepung direbus kembali hingga menghasilkan filtrate. Fitrat yang
mengandung kafein kemudian ditambahkan dengan 15% larutan H2SO4 25cc.
Penambahan asam ini dimaksudkan untuk mengoksidasi larutan dan menurunkan pH
larutan sehingga kafein tidak mengalami kerusakan. Pada suasana pH yang
tinggi,kafein sangat mudah rusak, sehingga untuk mendapatkan kafein yang baik,
penambahan asam seperti asam sulfat untuk menurunkan pH harus dilakukan.
Setelah itu diakukan pengisatan sampai 1/3 volume semula. Hal ini dilakukan agar
larutan tersebut jenuh dan memenuhi syarat kristalisasi dan zat-zat dan air yang
tercampur pada kafein menjadi terpisah melalui proses ini. Larutan yang tertinggal
dimasukkan ke dalam corong pisah. Di dalam corong pisah dilakukan pencucian
dengan CHCl3 dengan cara pengocokan corong pemisah yang berisi larutan dan
kloroform agar kloroform dapat terdistribusi dengan cepat dan keduanya tercampur
sempurna. Dibukanya kran pada saat pengocokan agar mengeluarkan gas didalamnya,
karena jika tidak dikeluarkan dapat memberikan tekanan pada tutup separator
funnel dan dapat menyebabkan tutup terbuka sendirinya.. Pemisahan larutan ini
dikarenakan sifat kepolarannya. Penggunaan kloroform (CHCl3) sebagai pencuci
karena CHCl3 bersifat semipolar yang dapar mengikat kotoran-kotoran dan zat-zat
lain yang ada pada kafein sekaligus berikatan dengan air.
Larutan yang telah dikocok dalam corong pemisah terbagi menjadi 3 lapisan. Lapisan
atas berwarna cokelat tua yang mengandung zat sisa, lapisan tengah berwarna coklat
muda adalah kafein yang masih bercampur dengan zat sisa sedangkan lapisan bawah
yang berwarna bening adalah larutan kafein. Terbentuknya 3 lapisan ini disebakan
massa jenis. Semakin kecil massa jenis maka akan berada di lapisan paling atas.
Larutan kafein dikeluarkan ke dalam gelas beker agar kafein terpisah dari zat-zat
lainnya. Larutan atas ditambah kloroform agar kafein yang masih tertinggal di
nlarutan dapat terpisah secara sempurna. Sehingga, kafein terikat dengan kloroform
dan dapat dikeluarkan ke gelas beker.
Larutan kafein yang telah dipisahkan, ditambahkan NaOH encer. Penambahan NaOH
untuk menjernihkan larutan coffein yang berwarna kuning dari pengaruh Kloroform.

Kemudian larutan terbagi menjadi dua lapisan, lapisan yang paling bawah berisi
kafein yang akan dievaporasi diatas piring porselin hingga menyisakan kristal kafein.
Hasil kristal kafein yang didapat adalah 10,10 gram.

Kesimpulan
:
Pembuatan coffein pada praktikum ini menggunakan prinsip ekstraksi
menggunakan alat yaitu ekstraktor.
Metode Operasi pemisahan yang digunakan yaitu ekstraksi, filtrasi, dekantasi
dan kristalisasi.
Metode kristalisasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
pemanasan karena perubahan suhu drastisnya dengan cara dipanaskan..
Rendemen kristal coffein yang didapat sebesar 55,5 %

Tugas

1. Sebutkan 4 macam teknik pemisahan dalam kafein !


Jawab :
1.

Ekstraksi secara dingin


Maserasi, merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara
merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada
temperatur kamar dan terlindung dari cahaya.
Metode maserasi digunakan untuk menyari simplisia yang mengandung
komponen kimia yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung
benzoin, tiraks dan lilin.
Keuntungan dari metode ini adalah peralatannya sederhana. Sedang
kerugiannya antara lain waktu yang diperlukan untuk mengekstraksi sampel
cukup lama, cairan penyari yang digunakan lebih banyak, tidak dapat digunakan
untuk bahan-bahan yang mempunyai tekstur keras seperti benzoin, tiraks dan
lilin.
Metode maserasi dapat dilakukan dengan modifikasi sebagai berikut :
Modifikasi maserasi melingkar
Modifikasi maserasi digesti
Modifikasi Maserasi Melingkar Bertingkat

Modifikasi remaserasi
Modifikasi dengan mesin pengaduk

Soxhletasi merupakan penyarian simplisia secara berkesinambungan, cairan


penyari dipanaskan sehingga menguap, uap cairan penyari terkondensasi menjadi
molekul-molekul air oleh pendingin balik dan turun menyari simplisia dalam
klongsong dan selanjutnya masuk kembali ke dalam labu alas bulat setelah
melewati pipa sifon.
Keuntungan metode ini adalah :

Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.

Digunakan pelarut yang lebih sedikit

Pemanasannya dapat diatur


Kerugian dari metode ini :

Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.

Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya


dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi, seperti metanol atau air, karena
seluruh alat yang berada di bawah komdensor perlu berada pada temperatur ini
untuk pergerakan uap pelarut yang efektif.
Metode ini terbatas pada ekstraksi dengan pelarut murni atau campuran
azeotropik dan tidak dapat digunakan untuk ekstraksi dengan campuran pelarut,
misalnya heksan : diklormetan = 1 : 1, atau pelarut yang diasamkan atau
dibasakan, karena uapnya akan mempunyai komposisi yang berbeda dalam
pelarut cair di dalam wadah.

Perkolasi adalah cara penyarian dengan mengalirkan penyari melalui serbuk


simplisia yang telah dibasahi.Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan
langkah tambahan yaitu sampel padat (marc) telah terpisah dari ekstrak.
Kerugiannya adalah kontak antara sampel padat tidak merata atau terbatas
dibandingkan dengan metode refluks, dan pelarut menjadi dingin selama proses
perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen secara efisien.
2. Ekstraksi secara panas

Metode refluks
Keuntungan dari metode ini adalah digunakan untuk mengekstraksi sampelsampel yang mempunyai tekstur kasar dan tahan pemanasan langsung..
Kerugiannya adalah membutuhkan volume total pelarut yang besar dan sejumlah
manipulasi dari operator.

Metode destilasi uap


Destilasi uap adalah metode yang popular untuk ekstraksi minyak-minyak
menguap (esensial) dari sampel tanaman. Metode destilasi uap air diperuntukkan
untuk menyari simplisia yang mengandung minyak menguap atau mengandung
komponen kimia yang mempunyai titik didih tinggi pada tekanan udara normal.
Pelarut yang baik untuk ekstraksi adalah pelarut yang mempunyai daya
melarutkanyang tinggi terhadap zat yang diekstraksi. Daya melarutkan yang
tinggi ini berhubungan dengan kepolaran pelarut dan kepolaran senyawa yang
diekstraksi. Terdapat kecenderungan kuat bagi senyawa polar larut dalam pelarut
polar dan sebaliknya.

2. Jelaskan fungsi masing-masing bahan!


Jawab :
a. Etanol
-Digunakan untuk minuman keras (etanol)
-Digunakan sebagai zat pembunuh kuman (2-propanol)
-Digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut (metanol)
-Alkohol berfungsi sebagai pengikat Coffeine dari teh
b. MgO
c. Asam sulfat

-Bahan pembuatan pupuk amonium sulfat


-Industri obat
-Untuk pembuatan zat warna
d. Teh
e. NaOH
NaOH pada pembuatan Coffeine untuk menjernihkan
f. Chloroform
-Chloroform banyak digunakan sebagai obat bius dan sebagai pelarut
organik
g. Kafein
-Untuk mengiatkan pekerjaan susunan syaraf sentral dan mempertinggi
tenaga jantung
-Dalam ilmu kedokteran digunakan dalam keadaan bebas dan dalam
bentuk senyawa-senyawa rangkap contohnya dengan natrium salisilat.
3. apa yang dimaksud dengan:
1) Larutan jenuh :larutan kental yang memiliki massa jenis besar
2) Filtrat: bahan untuk memfitrat suatu larutan
3) Slrucee: alat untuk pengekstrasi
4) Cake: bahan atau material padat yang memiliki volume besar
5) Rafinat: bahan ekstrasi setelah diambil ekstraknya
6) Larutan homogeny: larutan yang terdiri dari satu macam jenis campuran
7) Distilat: bahan hasil dari destilasi
8) Kondensat: campuran berdensitas rendah dari suatu cairan hidrokarbon yang
berupa komponen gas dalam gas alam mentah yang dihasilkan dari berbagai
macam lapangan gas alam
4. Analisa lima kesalahan!
(a) Proses ekstraksi kurang lama karena pada prosedur yang ke 2 dijelaskan
bahwa seharusnya proses ekstraksi ini berlangsung selama 4 jam. Tapi pada
kenyataannya

praktikum kami hanya melakukan ekstraksi selama 2 jam

dikarenakan keterbatasan waktu.


(b)Penyaringan sering bocor pada prosedur nomor 5 karena kurang benar
menaruh kertas saring pada corong.

(c)Pada prosedur nomer 6 kemudian tepung direbus lagi dengan air 150 cc
sebanyak 3x. tapi pada kenyataannya dank arena keterbatasan waktu kita
hanya melakukannya sebanyak 2x.
(d) Pada prosedur nomor 10 Filtratnya yang didapat dikocok 3 kali dengan
khlorofrom setiap 25 cc pemakaianya. Tapi pada proses nyatanya pengocokan
hanya dilakukan sebanyak 2 kali dikarenakan pengocokan pertama,
khloroform dimasukan sebanyak 50 cc.
(e) Pada langkah nomor 11 dalam pengenceran NaOH kami hanya mengira-ngira
dalam pemaberian air.

5. Perbedaan cara kerja soxhlet dengan refluks !


Jawab :
Prinsip soxhletasi adalah penyarian berulang ulang sehingga hasil yang
didapatkan sempurna dan pelarut yang digunakan relatif sedikit. Bila penyaringan
ini telah selesai, maka pelarutnya diuapkan kembali dan sisanya adalah zat yang
tersaring. Metode soxhletasi merupakan penggabungan antara metode maserasi
dan perlokasi.
Prinsip Refluks adalah enarikan komponen kimia yang dilakukan dengan
cara sampel dimasukkan ke dalam labu alas bulat bersama-sama dengan cairan
penyari lalu dipanaskan, uap-uap cairan penyari terkondensasi pada kondensor
bola menjadi molekul-molekul cairan penyari yang akan turun kembali menuju
labu alas bulat, akan menyari kembali sampel yang berada pada labu alas bulat,
demikian seterusnya berlangsung secara berkesinambungan sampai penyarian
sempurna, penggantian pelarut dilakukan sebanyak 3 kali setiap 3-4 jam. Filtrat
yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan.

Daftar Pustaka

Arsyad., 2001, Kamus Kimia, Jakarta : Rineka Cipta,


Barasella, Diana. 2012. Buku Wajib Kimia Dasar. Jakarta : Trans Info media.

Foust, A.S, 1980, Principles of Unit Operation, 2nd edition, John Wiley and Sons Inc.,
New York.
Khopkar. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press.
McCabe dan Smith, 1994. Operasi Teknik Kimia Jilid 1 dan 2, Jakarta : Erlangga.
Treyball, R.E., 1985, Mass Transfer Operations 3th ed., Mc Graw Hill Book Co.,
Singapore.

Anda mungkin juga menyukai