Anda di halaman 1dari 21

Laporan Praktikum PTK III

Pembuatan Coffein dari Teh










Disusun oleh :
Evi Hutria
1512029





Sekolah Tinggi Manajemen Industri
Jl. Letjen Suprapto No.26 Cempaka Putih, Jakarta Pusat 10510
Telp : (021)42886064 Ext. 119, 115 dan 107
Fax : (021) 42888206
Pembuatan Coffeine dari Teh

Prinsip Percobaan :
Ekstraksi yaitu suatu cara pemisahan suatu zat cair dari campurannya (merupakan zat
padat atau cair) yang berdasarkan daya larut dalam pelarut tertentu (pelarut sebagai
pemisah).
Maksud dan Tujuan :
-Untuk mengetahui cara pembuatan coffeine dari teh
-Untuk mengetahui cara kristalisasi
-Untuk mengetahui sifat fisika dan kimia dari coffeine
Teori :
Bahan Baku
A. Bahan Baku Utama
1. TEH
Teh umumnya tumbuh pada ketinggian 200-2300m. Daun teh terbagi menjadi dua
kelompok Varasamica dari asam dan Varsineosi dari Cina. Perbedaan dari dua
kelompok daun teh tersebut adalah dilihat dari bentuk daunnya. Untuk kelompok
Varasamica daunnya besar dan ujung daunnya runcing, sedangkan kelompok
Varasineosi bentuk daunnya kecil dan ujungnya tumpul tidak lancip. Biasanya
tumbuhan teh tumbuh di tempat yang sejuk dan diperbukitan
Sifat Fisis dari Teh
-Titik didih 80 C
-Mudah larut dalam pelarut organic
-Mempunyai sifat non eksplosit
-Kadar karbon rendah
-Mengandung caffeine
-Berwarna hitam bila sudah diolah
-Baunya wangi
Sifat Kimia dari Teh
-Kreatifitasnya rendah
-Dapat dipisahkan dari komponennnya dengan metode ekstraksi
-Mudah larut dalam air terutama air panas.
Kegunaan teh
-Sebagai zat anti oksidasi dan bersifat merangsang saraf otak
-Sebagai bahan baku minuman penyegar
-Untuk menyerap kolesterol

2. ALKOHOL
Nama IUPAC Alkohol diambil dari nama alkana induknya, tetapi dengan akhiran
OL suatu angka awalan. Yang dipilih serendah mungkin jika digunakan

Metanol

Gugus OH yang berprioritas lebih rendah diberi nama awalan hidroksil seperti
nama dalam contoh

Asam 2-hidroksi propana
Sifat Fisis Alkohol
-Titik didih 78,3 C
-Alkohol berbobot molekul rendah larut dalam air
-Mudah terbakar
-Bersifat polar karena mengandung gugus OH
-Tidak berwarna (jenuh)
-Hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofob (menolak molekul-molekul air)

Sifat Kimia Alkohol
-Mudah terbakar
-Alkohol adalah asam atau basa yang sangat lemah
Kegunaan Alkohol
-Digunakan untuk minuman keras (etanol)
-Digunakan sebagai zat pembunuh kuman (2-propanol)
-Digunakan sebagai bahan bakar dan pelarut (metanol)
-Alkohol berfungsi sebagai pengikat Coffeine dari the

-Bahan Baku Tambahan
1. NaOH
NaOH merupakan zat padat higroktis, basah leleh, berwarna putih, mudah larut
dalam air dan gliserol, merupakan elektrolit dan basa kuat.
Sifat Kimia NaOH
Bereaksi dengan asam (HCL) membentuk garam
NaOH + HCl NaCl + H
2
O
Kegunaan NaOH
NaOH pada pembuatan Coffeine untuk menjernihkan

2. H
2
SO
4
Merupakan salah satu senyawa terpenting dari belerang dalam teknik asam sulfat
dapat dibuat dengan dua cara :
1. Proses kontak
2. Proses bilik / kamar timbale
Persamaan dari proses diatas adalah menggunakan SO
2
sebagai bahan dasar untuk
membuat asam sulfat. Dimana SO
2
dihasilkan dari pembakaran
belerang/pemanggangan pyrit (FeS
2
). Perbedaan keduanya proses ini terletak pada
pemakaian jenis katalisnya. Pada proses kontak digunakan katalisator Fe
2
O
3
,
V
2
O
5
, Pt dan pada proses timbal digunakan katalisator gas Mg dan NO
2
. Belerang
adalah zat padat yang pada temperatur kamar melebur pada 119 C. Fungsi H
2
SO
4

dalam pembuatan coffeine dari teh adalah mengisolasi coffeine dari teh.
Sifat Fisis H
2
SO
4
-Memiliki aroma khas yaitu bau belerang
-Bersifat korosif
-Berbentuk cair
-Bersifat hidrokofis
-Berat jenis 1,84 gr/ml
-Titik didih 240 C dan titik leleh 10 C
Sifat Kimia H
2
SO
4
-Merupakan asam kuat
-H
2
SO
4
bersifat encer tidak bereaksi dengan Bi, Hg, Cu dan logam mulia
H
2
SO
4
(encer) + Fe FeSO
4
+ H
2
-H2SO4 pekat dalam keadaan panas akan mengoksidasi logam-logam
2
H
2
SO
4
(P) + Cu CuSO
4
+ SO
2
+
2
H
2
O
-Merupakan oksidator dengan reduksi terkuat
Kegunaan H
2
SO
4
-Bahan pembuatan pupuk amonium sulfat
-Industri obat
-Untuk pembuatan zat warna

3. MgO (Magnesium Oksida)
MgO dibuat dengan cara memanaskan magnosit maupun hidroksinya

MgO dapat dijumpai sebagai mineral periklasa dan dibuat dengan memanaskan
magnesium adalah oksigen atau lewat peruraian garam-garam Mg-nya seperti
Mg(OH)
2
, Mg(NO
3
)
2
, MgC
2
O
4
dan garam-garam lain dari asam organic
Sifat Fisis MgO
-Berwarna putih
-Bersifat keras dan tahan api
-Titik leleh 2800 C
Sifat Kimia MgO
-Pijar bila dicampur dengan larutan magnesium klorida, akan membentuk bubur
bersifat plastic
-Bersifat basa lemah disebabkan gaya tarik ion-ion oksidanya terhadap proton-
proton molekul air
O
2-
+ H
2
O 2OH
-
3. CHCl
3
(Chloroform)
Jika etanol direaksikan dengan Cl
2
dan KOH atau dengan CHLOR maka
mula-mula etanol dioksidasi menjadi etana. Etana ini kemudian bereaksi
dengan Cl
2
sehingga membentuk trichloroetana atau CCl
3
-CHO. Dalam
lingkungan KOH maka diubah menjadi kalium metanoat dan chloroform.
CH
3
-CH
2
OH + Cl
2
CH
3
-CHO +
2
HCl
CH
3
-CHO +
3
Cl
2
CHCl
3
+ HCOOK
CCl
3
CHO KOH CHCl
3
+ HCOOK

Chlorofrom dapat juga dibuat dari asetan Cl
3
dan KOH
CH
3
CO CH
3
+
3
Cl
2
CCl
3
CO CH
3
+
3
HCl
CCl
3
CO CH
3
+ KOH CHCl
3
+ CH
3
COOK
Sifat Fisis Chloroform
-Suatu zat cair yang manis baunya dan mudah menguap
-Mempunyai titik didih 61 C
-Jika uap Chloroform dihisap maka bersifat membius
Sifat Kimia Chloroform
-Merupakan pelart organik yang dapat melarutkan lipida
-Tidak larut dalam air tetapi mudah larut dalam alkohol atau eter
Kegunaan Chloroform
-Chloroform banyak digunakan sebagai obat bius dan sebagai pelarut organik

B. Produk
Coffein
Coffeine atau tiena 1,3,7 trimetil santina C
8
H
10
O
2
N
4
terdapat dalam biji-biji kopi.
Zat ini didapatkan pada tahun 1820 oleh Runge Pelletries dan Capentau dari kopi
adalah identik dengan tiena dari teh. Coffeine merupakan zat alkohol yaitu suatu zat
yang dapat membuat orang mabuk, coffeine merupakan senyawa heteroaromatik yang
mempunyai unsur nitrogen yang terikat pada gugusan karbonilnya yang mempunyai
struktur bangun sebagai berikut :

Coffeine mengkristal dari larutannya dalam air berupa jarum-jarum bercahaya sutra,
bila tidak mengandung air coffeine mencari 236,5 C dan mensublimasi pada
temperatur yang lebih rendah. Dalam air panas zat ini mudah larut sedangkan pada air
dingan sukar larut.
Sifat Fisis Coffeine
-Merupakan kristal putih berupa jarum-jarum bercahaya sutra
-Bila tak mengandung air coffeine mencair pada 236,5 C dan menyublimasi pada
temperatur rendah
-Mudah larut dalam air panas tetapi sukar larut pada air dingin
Sifat Kimia Coffeine
-Coffeine mudah larut dalam pelarut organik seperti alkohol dan chloroform
Kegunaan Coffeine
-Untuk mengiatkan pekerjaan susunan syaraf sentral dan mempertinggi tenaga
jantung
-Dalam ilmu kedokteran digunakan dalam keadaan bebas dan dalam bentuk senyawa-
senyawa rangkap contohnya dengan natrium salisilat.

C. Operasi Pemisahan
Dalam coffeine dapat ditemukan pada teh, kopi dan dapat dipisahkan dengan cara
ekstraksi. Dalam ekstraksi yang perlu diperhatikan dalah adanya zat yang dapat
melarutkan zat yang diinginkan dan pelarutnya mudah dipisahkan kembali dengan zat
yang diekstrak.
Proses ekstraksi pada dasarnya merupakan pemisahan saling kontak campuran yang
berdasarkan daya larut dalam pelarut tertentu. Proses ekstraksi meliputi tiga tahap
yaitu :
1. Campurkan / mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiakkannya
saling kontak dalam proses ini terjadi perpindahan masa dengan cara difusi
pada bidang antara muka ekstrak dengan pelarut.
2. Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat
3. Mengisolasi ekstrak dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarutnya
umumnya dilakukan dengan cara penguapan.
Penggunaan pelarut yang digunakan untuk ekstraksi harus memperhatikan beberapa
faktor seperti :
1. Selektivitas. Yaitu pelarut yang hanya dapat melarutkan ekstrak yang
diinginkan bukan komponen-komponen lain dari bahan ekstraksi.
2. Kelarutan. Yaitu pelarut yang sedapat mungkin memiliki kemampuan
melarutkan yang besar.
3. Kemampuan tidak saling bercampur, hal ini penting bila yang akan diekstrak
merupakan cairan.
4. Kerapatan terutama pada ekstraksi cairan yang sedapat mungkin mempunyai
perbedaan kerapatan yang besar antara pelarut dan bahan ekstraksi hal ini
dimaksudkan agar kedua fase dapat mudah dipisahkan kembali setelah
pencampuran. Bila perbedaan kerapatan kecil, pemisahan harus dilakukan
dengan meggunakan gaya sentrifugal.
5. Reaktifitas pada umumnya pelarut tidak boleh menyebabkan perubahan secara
kimia pada komponen bahan ekstraksi.
6. Titik didij, karena ekstrak dan pelarut harus dipisahkan dengan cara
penguapan, maka titik didih kedua bahan harus jenuh.
Berdasarkan bahan yang dipakai ekstraksi dibagi menjadi 2 macam :
1. Ekstraksi padat - cair yaitu suatu ekstraksi yang bahan ekstraksinya
merupakan zat padat yang menggunakan pelarut zat cair.
2. Ekstraksi cair cair yaitu suatu ekstraksi yang bahan ekstraksinya merupakan
zat cair dengan menggunakan pelarut zat cair.
Secara garis besar ekstraksi didefinisi, yaitu suatu cara pemisahan suatu zat cair
dari campurannya (merupakan zat padat atau cair) yang berdasarkan daya larut
dalam pelarutnya tertentu (pelarut sebagai pemisah).
Metode dasar pada ekstraksi cair-cair sebenarnya dibagi menjadi ekstraksi
bertahap continue dan counter curret seperti dibawah ini :
- Ekstraksi bertahap : cara ekstraksi yang paling sederhana caranya dengan
menambahkan pelarut pengekstraksi yang tidak bercampur dengan pelarut
semula kemudian dilakukan pengocokkan sehingga terjadu kesetimbangan
konsenterasi zat yang akan diekstraksi pada kedua lapisan, setelah lapisan ini
tercapai didiamkan dan dipisahkan.
- Ekstraksi continue : digunakan bila perbandiangn distributif relatif kecil
sehingga untuk pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap
ektraksi, efisiensi yang tinggi pada ekstraksi continue tergantung pada
viskositas fase dan faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya
kesetimbangan. Efisiensi ekstraksi dapat ditingkatkan dengan menggunakan
luas kotak yang besar.
- Ekstraksi counter current fase cair pengekstraksi dialirkan dengan arah yang
berlawanan dengan larutan yang mengandung zat yang akan diekstrak.
Biasanya digunakan untuk pemisahan zat isolasi ataupun pemurnian sangat
bermanfaat untuk fraksional senyawa organik tetapi kurang bermanfaat untuk
senyawa-senyawa organik.
D. Kristalisasi
Pemisahan bahan padat berbentuk kristal dari suatu larutan atau peristiwa
pembentukan partikel zat padat dalam fase homogen. Kristalisasi yang dapat terjadi
sebagai pembentukan partikel padat dalam uap.
Syarat syarat terbentuknya kristal
-Larutan harus jenuh adalah larutan yang mengeandung jumlah zat terlarut
sedemikian rupa pada suhu tertentu sehingga kelebihan tidak lagi melarut
-Larutan harus homogeny
Partikel partikel yang sangat kecil tetap tersebar merata biarpun didiamkan dalam
waktu lama.
-Adanya perubahan suhu
Penurunan suhu secara dratstis/kenaikan suhu secara drastis tergantung dari kristal
yang diinginkan.


Metode metode kristalisasi :
1. Pendinginan
Untuk bahan-bahan yang kelarutannya berkurang drastis dengan menurunnya
temperatur, kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan pendinginan larutan panas
yang jenuh.
2. Pemanas
Untuk bahan yang kelarutannya berkurang sedikit dengan menurunnya suhu.
Kondisi lewat jenuh dapat dicapai dengan penguapan sebagai pelarut.
3. Pemanas dan pendinginan
Metode ini merupakan gabungan dari 2 metode diatas larutan panas yang jenuh
dialirkan kedalam sebuah ruangan yang divakumkan
4. Penambahan bahan (zat) lain.
Proses kristalisasi pada pembekuan :
1. Dalam keadaan cair atom-atom tidak memiliki susunan tertentu dan selalu mudah
bergerak
2. Dengan turunnya temperatur maka energi atom akan semakin rendah
3. Inti atom menjadi pusat kristalisasi
Mekanisme pembentukan kristal
1. Pembentukan inti. Inti kristal adalah partikel partikel kecil bahkan sangat kecil
yang dapat terbentuk secara sponton akibat dari keadaan lewat jenuh.
2. Pertumbuhan kristal. Pertumbuhan kristal merupakan gabungan dari 2 proses yaitu
:
a. Transportasi molekul molekul dari bahan yang akan dikristalkan dalam
larutan kepermukaan kristal dengan cara difusi, proses ini berlangsung
semakin cepat jika derajat lewat jenuh dalam larutan semakin besar.
b. Penempatan molekul-molekul pada kisi kristal semakin luas total permukaan
kristal semakin banyak bahan yang ditempatkan pada kisi kristal persatuan
waktu

-Metode Proses
Dalam praktikum ini kita menggunakan metode kristalisasi pemanasan karena
perubahan suhu drastisnya dengan cara dipanaskan.

-Diagram Alir Proses






















Alat dan Bahan :
Alat yang digunakan dalam percobaan, yaitu :
-Corong pemisah -Kertas saring
-Gabus -Erlenmeyer hisap
-Statif -Klem
-Piring porselin -Bunzen
-Pompa vakum
Bahan yang digunakan pada percobaan, yaitu :
-Teh (sebagai bahan baku) -Alkohol
-MgO -H
2
SO
4

-Khloroform -NaOH
dipanaskan
hingga 4 jam
Dipanaskan hingga
menjadi tepung
Tepung
direbus lagi
dgn 150 cc air
sebanyak 3x
Dimasukkan
25 cc H
2
SO
4
Filtrat dikocok
hingga 3x
Ditambahkan
NaOH lalu
diteteskan ke
piring porselin
yg dipanaskan
Filtrate yg
dihasilkan
dijadikan satu

Tepung yg terjadi
direbus dlm 250 cc
air lalu saring

Dibuat suspensi
dalam 150 cc air

25 gr MgO

5 gram teh
dan 20 cc
alkohol

Diperoleh kristal
kurang lebih
sebabanyak 2 gr
Perhitungan
Prosedur :
1. Kedalam alat ekstraksi dimasukkan 50 gr teh dan 200 cc alkohol
2. Proses ekstraksi ini berlangsung selama 2 jam (sampai cairan yang kelabu kembali
jernih)
3. Setelah ekstraksi cairan ditambah 25 gr MgO dan dibuat suspensi dalam 150 cc air
pada piring porselin
4. Kemudian dipanaskan diatas bunzen hingga suspensi menjadi kering seperti tepung
5. Tepung yang terjadi direbus dengan 250 cc air lalu disaring dengan saringan
penghisap.
6. Kemudian tepung direbus lagi dengan air 150 cc sebanyak 3x
7. Pada tiap-tiap penyaringan filtratnya dijadikan satu.
8. Kemudian dalam cairan ini dimasukkan 15% larutan asam sulfat 25 cc dan cairan
direbus hingga volumenya mencapai 1/3 dari volume awal.
9. Setelah perebusan saring kembali untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang masing
ada.
10. Filtrat yang didapat dikocok 3 kali dengan khloroform setiap 25 cc pemakaiannnya
11. Larutan khloroform yang akan kuning diberi larutan NaOH encer agar warnanya agak
muda.
12. Kemudian diteteskan kepiring porselin yang sedang dipanasi diatas bunzen, sehingga
didapat kristal coffeine
13. Kristal coffeine yang didapat berupa jarum-jarum putih yang mengkilap, mempunyai
1 mol air kristal dengan titik lebih 236 C dan menyublim pada suhu 180 C.
14. Timbang kristal yang didapat dan hitung rendemen praktisnya
15. Hasil yang didapat kira-kira 2 gram.










Rangkaian Alat :
A
B
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
2

Gambar : Susunan alat pada saat ekstraksi
Keterangan Gambar :
1. Kondensor 7. Waterbath / Heater
2. Klem 8. Statif
3. Soxlet 9. Selang air masuk
4. Kertas Saring 10. Selang air keluar
5. Hols 11. Teh di dalam hols
6. Labudidih 12. Etanol dan ekstrak

1
2
3
4
5
6
7

Gambar : Susunan alat pada saat penyaringan dengan saringan penghisap
Keterangan Gambar :
1. Corong Pemisah
2. Piring porselin
3. Kakitiga
4. Bonzen
5. Klem
6. Statif



Gambar : Susunan alat pada saat pemisahan kristal coffein dari larutannya



Data Pengamatan :
-Saat proses ekstraksi, larutan alcohol yang semula berwarna bening berubah menjadi
hijau dikarenakan bubuk teh yang menguap kemudian mengembun dan menetes ke
dalam labu alas bulat yang berisi alcohol tsb.
-Hasil ektraksi ditambah MgO dan dibuat suspense dengan ditambahkan air berubah
menjadi tepung setelah dipanaskan kembali sambil diaduk diatas bunzen.
-Tepung direbus kembali dengan air kemudian disaring dengan penyaring penghisap
hingga terbentuk filtrate.
-Ketika larutan tersebut dipanaskan hingga 1/3 volume awal, larutan berwarna hijau
gelap hampir hitam dan pekat.
-Pada saat larutan dikocok dengan kloroform terbentuk beberapa lapisan, semakin ke
bawah semakin bening.
-Filtrat kloroform yang diberi NaOH encer warnanya menjadi lebih muda pada bagian
bawah dan lebih gelap pada bagian atas larutan.

Perhitungan :
Secara teoritis :
Berat kristal coffein = 2gr

Hasil praktikum :
-Berat cawan + isi = 239,53 gr
-Berat cawan kosong = 239,34 gr _
Berat kristal coffein = 0,19 gr

Rendemen Coffein =


x 100 %
=


x 100 %
= 9,5%
Pembahasan :
Dalam ekstraksi kafein pada praktikum ini bahan baku yang digunakan adalah teh,
karena teh mengandung kafein paling banyak dibandingkan dengan jenis tanaman
lainnya seperti kopi dan coklat. Untuk mengekstraksi teh, teh ini dibungkus dengan
kertas saring dan dimasukkan ke dalam ekstraktor. Kemudian diisi dengan alcohol
sebagai pelarutnya. Digunakan alkohol sebagai pelarutnya karena mempunyai sifat
yang sama dengan sampel, yaitu bersifat polar, sehingga dapat melarutkan kafein
yang terdapat di dalam teh. Pada proses ekstraksi digunakan alat ekstraktor, dimana
pada percobaan ini alat ekstraktor yang berisi teh dengan pelarut alkohol bekerja
dengan cara pemanasan yang dilakukan dimana akan terjadi sirkulasi selama
pemanasan. Semakin sering terjadi sirkulasi maka akan semakin banyak kafein yang
dihasilkan. Sirkulasi ini terjadi karena pelarut alkohol yang berada pada labu bulat
akan menguap akibat pemanasan. Alat ekstraktor ini dilengkapi dengan cooler yang
akan mendinginkan alkohol yang menguap dan akan turun ke dalam ekstraktor hingga
akhirnya jatuh ke dalam alas bulat kembali. Setelah selesai diekstraksi, larutan
campuran kemudian dimasukkan ke dalam gelas kimia yang berisi suspensi dari MgO
dan air. Tujuan dari penambahan MgO tersebut untuk mengikat klorofil dan
mengikat air, agar kafein menjadi terlindungi pada saat pengeringan sehingga tidak
pecah-pecah yang menyebabkan kerusakan pada strukturnya. Kemudian campuran
dituangkan dalam cawan porselin kemudian dikeringkan. Pengeringan disini bertujuan
untuk menghilangkan kandungan alkohol dari campuran. Tepung yang terbentuk direbus dengan 200
cc air. Hal ini bertujuan untuk melarutkan coffein dan juga untuk memurnikan campuran dari
pengaruh alkohol yang masih ada dalam MgO. Setelah itu disaring dengan saringan
penghisap. Tepung direbus kembali hingga menghasilkan filtrate. Fitrat yang
mengandung kafein kemudian ditambahkan dengan 15% larutan H2SO4 25cc.
Penambahan asam ini dimaksudkan untuk mengoksidasi larutan dan menurunkan pH
larutan sehingga kafein tidak mengalami kerusakan. Pada suasana pH yang
tinggi,kafein sangat mudah rusak, sehingga untuk mendapatkan kafein yang baik,
penambahan asam seperti asam sulfat untuk menurunkan pH harus dilakukan.
Setelah itu diakukan pengisatan sampai 1/3 volume semula. Hal ini dilakukan agar
larutan tersebut jenuh dan memenuhi syarat kristalisasi dan zat-zat dan air yang
tercampur pada kafein menjadi terpisah melalui proses ini. Larutan yang tertinggal
dimasukkan ke dalam corong pisah. Di dalam corong pisah dilakukan pencucian
dengan CHCl3 dengan cara pengocokan corong pemisah yang berisi larutan dan
kloroform agar kloroform dapat terdistribusi dengan cepat dan keduanya tercampur
sempurna. Dibukanya kran pada saat pengocokan agar mengeluarkan gas didalamnya,
karena jika tidak dikeluarkan dapat memberikan tekanan pada tutup separator
funnel dan dapat menyebabkan tutup terbuka sendirinya.. Pemisahan larutan ini
dikarenakan sifat kepolarannya. Penggunaan kloroform (CHCl3) sebagai pencuci
karena CHCl3 bersifat semipolar yang dapar mengikat kotoran-kotoran dan zat-zat
lain yang ada pada kafein sekaligus berikatan dengan air.
Larutan yang telah dikocok dalam corong pemisah terbagi menjadi 3 lapisan. Lapisan
atas berwarna cokelat tua yang mengandung zat sisa, lapisan tengah berwarna coklat
muda adalah kafein yang masih bercampur dengan zat sisa sedangkan lapisan bawah
yang berwarna bening adalah larutan kafein. Terbentuknya 3 lapisan ini disebakan
massa jenis. Semakin kecil massa jenis maka akan berada di lapisan paling atas.
Larutan kafein dikeluarkan ke dalam gelas beker agar kafein terpisah dari zat-zat
lainnya. Larutan atas ditambah kloroform agar kafein yang masih tertinggal di
nlarutan dapat terpisah secara sempurna. Sehingga, kafein terikat dengan kloroform
dan dapat dikeluarkan ke gelas beker.
Larutam kafein yang telah dipisahkan, ditambahkan NaOH encer. Penambahan NaOH
untuk menjernihkan larutan coffein yang berwarna kuning dari pengaruh Kloroform.
Kemudian larutan terbagi menjadi dua lapisan, lapisan yang paling bawah berisi
kafein yang akan dievaporasi diatas piring porselin hingga menyisakan kristal kafein.
Hasil kristal kafein yang didapat adalah 0,19 gram.

Kesimpulan :
Pembuatan coffein pada praktikum ini menggunakan prinsip ekstraksi
menggunakan alat yaitu ekstraktor.
Metode Operasi pemisahan yang digunakan yaitu ekstraksi, filtrasi, dekantasi
dan kristalisasi.
Metode kristalisasi yang digunakan pada praktikum ini adalah metode
pemanasan karena perubahan suhu drastisnya dengan cara dipanaskan.
Kristal coffein yang didapat sedikit dikarenakan banyak kesalahan yang terjadi
pada saat praktikum.
Rendemen kristal coffein yang didapat sebesar 9,5%

Tugas :
1. Analisa sembilan kesalahan!
(a) Proses ekstraksi kurang lama karena pada prosedur yang ke 2 dijelaskan
bahwa seharusnya proses ekstraksi ini berlangsung selama 4 jam. Tapi pada
kenyataannya praktikum kami hanya melakukan ekstraksi selama 2 jam
dikarenakan keterbatasan waktu.
(b) Proses ekstraksi kurang maksimal karena pada saat ditengah-tengah proses
ekstraksi tiba-tiba air mati sehingga proses ekstraksi sempat terhenti.
(c) Pada tahap nomer 4 kemudian dipanaskan diatas bonzen hingga suspensi
menjadi kering seperti tepung. Tapi pada kenyataannya dan karena
keterbatasan waktu kita hanya merebus sampai kering saja tidak sampai
menjadi benar-benar tepung, karena hingga menjadi tepung membutuhkan
waktu yang lumayan lama juga.
(d) Pada prosedur nomer 5 tepung yang terjadi direbus dengan 250 cc air lalu
disaring dengan saringan pengisap. Tapi pada kenyataannya karena hanya
mengira-ngira penambahan air maka terkadang air yang ditambahkan lebih
atau kurang dari 250 cc.
(e) Penyaringan sering bocor pada prosedur nomor 5 karena kurang benar
menaruh kertas saring pada corong.
(f) Pada prosedur nomer 6 kemudian tepung direbus lagi dengan air 150 cc
sebanyak 3x. tapi pada kenyataannya dank arena keterbatasan waktu kita
hanya melakukannya sebanyak 2x.
(g) Pada prosedur nomor 8 kemudian dalam cairan ini dimasukkan 15 larutan
asam sulfat 25 cc dan cairan direbus hingga volumenya 1/3 dari volume awal.
Karena saat perebusan kita menggunakan beaker glass 250 ml, jadi ukuran
yang digunakan hanya mengira-ngira saja atau kurang lebih.
(h) Pada prosedur nomor 10 Filtratnya yang didapat dikocok 3 kali dengan
khlorofrom setiap 25 cc pemakaianya. Tapi pada proses nyatanya
pengocokan hanya dilakukan sebanyak 2 kali dikarenakan pengocokan
pertama, khloroform dimasukan sebanyak 50 cc.
(i) Pada langkah terakhir yaitu proses penetesan larutan ke piring porselin hingga
menjadi kristal, suhunya tidak terkontrol dengan baik, bahkan kadang terlalu
tinggi hingga kristal coffein tersebut kemungkinan banyak yang menyublim.

2. Bentuk-bentuk kristal!
Jawab :
Dikenal tujuh bentuk kristal yaitu ; Kubus (Cubic), Tetragonal,
Ortorombik (Orthorombic), Monoklin (Monoclonic), Triklin (Triclinic),
Hexagonal dan Trigonal.

3. Makalah ekstraksi dekantasi!
4. Bahan-bahan yang menjadi coffein yang dapat diekstraksi dari alam!
Jawab :
Kafeina atau lebih populernya kafein, ialah senyawa alkaloid xantina berbentuk
kristal dan berasa pahit yang bekerja sebagai obat perangsang psikoaktif dan
diuretic ringan. Kafeina dijumpai secara alami pada bahan pangan seperti :
-biji kopi -daun the
-buah kola -gurana
-dan mate.
5. Perbedaan rafinat dan ekstrak!
Jawab :
Kalau ekstrak adalah bahan yang dipisahkan dari bahan ekstraksi sedangkan
rafinat (residu ekstraksi) adalah bahan ekstraksi setelah diambil ekstraknya. Untuk
lebih jelasnya bisa dilihat dari gambar berikut :


Daftar Pustaka :
Ahmad, Mustafa, 1992, Kimia Organik, Erlangga, Jakarta.
Finar, 1985, Organic chemistry, Longsman, london.
Sujarwo, 1964, Bercocok Tanam Teh, Summur, Bandung.
Winarno, 1991, Komoditi Teh, yayasan Obor, Jakarta.
Google : http://ariefrvi.blogspot.com/2012/09/laporan-percobaan-5-ektraksi-kafein.html
Google : http://www.scribd.com/doc/180516303/Laporan-Tetap-Ekstraksi-Kafein-
Dari-Daun-Teh-docx
Google : http://dhewata.blogspot.com/2010/02/lap-ko.html
Google : http://voiladena.blogspot.com/2012/06/ekstraksi-kafein.html
LAMPIRAN
Beberapa dokumentasi pada saat praktikum








(a) (b)
Gambar a. pada saat tepung direbus dengan air 250cc
b. pada saat tepung yang sudah direbus air divakum dengan saringan penghisap










(c)
Gambar c : pada saat larutan dipanaskan hingga 1/3 voulme awal (penjenuhan larutan)

Anda mungkin juga menyukai