ABSTRAK
Salah satu potensi perikanan laut di Indonesia adalah ikan teri nasi (Stolephorus
Spp.). Pada penelitian ini, ikan teri nasi diolah menjadi tepung ikan yang dimanfaatkan
dalam pembuatan biskuit. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui proporsi tepung
ikan teri nasi (Stolephorus spp.) dan tepung terigu yang tepat dalam pembuatan biskuit
terhadap perubahan organoleptik biskuit dan mengetahui harga pokok produksi biskuit
dengan proporsi tepung ikan teri nasi (Stolephorus spp.) dan tepung terigu yang paling
disukai. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok dengan satu faktor yaitu
proporsi tepung ikan teri nasi dan tepung terigu. Terdapat tujuh level proporsi tepung
ikan teri nasi dan tepung terigu yaitu 5%:95%, 10%:90%, 15%:85%, 20%:80%,
25%:75%, 30%:70% dan 35%:65%. Ketujuh level proporsi tersebut diulang sebanyak 3
kali. Berdasarkan hasil penelitian, biskuit dengan proporsi tepung ikan 5% dan tepung
terigu 95% menghasilkan produk biskuit terbaik dari hasil uji organoleptik dengan nilai
rerata kesukaan terhadap warna 5.30 (menyukai), aroma 5.30 (menyukai), rasa 5.50
(menyukai), dan tekstur 5.40 (menyukai). Hasil uji kimia biskuit dengan perlakuan
terbaik memiliki kadar air 2.95%, kadar protein 13.05%, kadar abu 1.55%, kadar lemak
15.21%, dan kadar karbohidart 67.24%. Harga pokok produksi biskuit adalah Rp 2.900
per 100 gram kemasan.
Kata kunci: biskuit, proporsi, tepung ikan teri nasi
ABSTRACT
One of the Indonesias marine fisheries potency is teri nasi (Stolephorus spp.), a
kind of anchovy. In this research, teri nasi processed into fish flour, which is used in the
biscuits production. The purpose of the research is to find out the right proportion of
teri nasi (Stolephorus spp.) flour and wheat flour in making biscuits in an effort to
increase the levels of the protein in change panelist preference and know the cost of
production in the manufacture of biscuits with the proportion of teri nasi (Stolephorus
spp.) flour and wheat flour that is most preferred. This research uses randomized block
design with a factor, proportion of teri nasi flour and wheat flour. There are seven-level
proportions of teri nasi flour and wheat flour, 5%:95%, 10%:90%, 15%:85%,
20%:80%, 25%:75%, 30%:70% dan 35%:65%. The seventh proportions are repeated 3
times. Based on the results of the study, the proportion of 5% teri nasi fish flour and
95% wheat flour is the best organoleptic with average of colour parameter is 5.30
(like), average of smell parameter is 5.30 (like), average of tasted parameter is 5.50
(like), and average of texture parameter is 5,40 (like). The chemical test result, the
biscuits content of 2.95% of water, 15.05% of protein, 1.55% of ash, 15.21% of fat, and
67.24% of carbohydrate Cost of goods production is Rp 2,900 per 100 grams
packaging.
Key words: biscuits, proportions, teri nasi flour
PENDAHULUAN
Indonesia memiliki wilayah perairan
yang sangat luas dengan potensi perikanan
yang tinggi. Hampir 75% dari seluruh
wilayah Indonesia merupakan perairan
pesisir dan lautan. Berdasarkan data
Kementerian Kelautan dan Perikanan
(KKP), tiga perempat wilayah Indonesia
terdiri dari laut, yaitu kurang lebih 5.8 juta
km dengan potensi sumberdaya perikanan
tangkap 6.4 juta ton per tahun
(Annonymousa, 2010). Salah satu potensi
perikanan laut di Indonesia adalah ikan
teri. Kandungan gizi dalam 100 gram teri
segar meliputi energi 77 kkal; protein 16
gr; lemak 1.0 gr; kalsium 500 mg; phosfor
500 mg; besi 1.0 mg; Vitamin A 0.1 mg;
dan Vitamin B 0.1 mg.
Salah satu jenis ikan teri adalah ikan
teri nasi. Sampai saat ini pemanfaatannya
masih terbatas pada usaha pengasinan dan
dikonsumsi secara langsung. Ikan teri nasi
seperti ikan lainnya relatif lebih cepat
mengalami pembusukan sehingga harus
segera diolah, salah satunya menjadi
tepung ikan. Tepung ikan untuk pangan
masih
jarang
pemanfaatannya
dibandingkan tepung ikan untuk pakan,
sehingga perlu dilakukan upaya untuk
memanfaatkan
tepung
ikan
dalam
penganekaragaman
produk
pangan
misalnya dalam pembuatan biskuit
(Mervina, 2012).
Biskuit banyak disukai karena rasanya
yang enak dan bervariasi, jenis dan bentuk
yang beraneka ragam, harga relatif murah,
cukup mengenyangkan, hingga kandungan
gizi yang lengkap. Biskuit sifatnya mudah
dibawa karena volume dan beratnya yang
kecil dan umur simpannya yang relatif
mempunyai
potensi
besar
dalam
memproduksi
tepung
ikan
karena
mempunyai banyak sumber ikan murah
(Afrianto dan Liviawaty, 2005).
Tepung ikan teri nasi
yang
dihasilkan berukuran sekitar 60 mesh
berwarna cokelat muda dengan rendemen
22.2%. Menurut Satriyo (2012), semakin
tinggi nilai rendemen yang dihasilkan pada
bahan pangan maka semakin ekonomis
bahan pangan tersebut.
Hasil uji proksimat kadar air, abu,
potein, lemak, dan karbohidrat tepung ikan
teri nasi menunjukkan bahwa kandungan
air sebesar 4.44%, abu sebesar 7.33%,
protein sebesar 80.94%, lemak sebesar
4.75% dan karbohidrat sebesar 2.54%.
Kandungan kimia tepung ikan teri nasi
telah sesuai dengan standar SNI tepung
ikan.
Uji Organoleptik Biskuit
Uji organoleptik dilakukan pada empat
parameter yaitu warna, aroma, rasa, dan
tekstur karena suka atau tidaknya
konsumen
terhadap
suatu
produk
dipengaruhi oleh warna, bau, rasa, dan
rangsangan mulut (Laksmi, 2012). Hasil
uji organoleptik biskuit dapat dilihat pada
Tabel 1.
Warna
5.3 a
5.4 a
4.8 a
4.7 a
4.5 a
3.6 a
3.7 a
Parameter
Aroma
Rasa
5.3 a
5.8 a
4.9 a
4.5 b
4.1 a
4.0 b
3.1 b
3.6 b
2.7 b
2.9 b
2.8 b
2.9 b
2.5 c
2.3 bc
Tekstur
5.4 a
5.6 a
5.0 a
3.9 a
4.1 a
3.5 a
2.9 a
Keterangan: angka dengan notasi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada =0.05
Warna
Hasil perhitungan menggunakan pembuatan biskuit tidak memberikan
Analysis of Varians (ANOVA) pada pengaruh nyata untuk tingkat kesukaan
parameter warna biskuit menunjukkan panelis pada selang kepercayaan 95%.
bahwa
formulasi
biskuit
dengan
penambahan tepung ikan teri nasi dalam
sampai 5.40 (netral sampai dengan
menyukai). Nilai warna tertinggi didapat
pada formulasi biskuit penambahan 10%
tepung ikan teri nasi dengan nilai rata-rata
5.40. Sedangkan nilai terendah pada
formulasi biskuit penambahan 30% tepung
ikan teri nasi dengan nilai rata-rata 3.70
(Gambar 1).
sampai
menyukai).
Nilai
rata-rata
kesukaan aroma tertinggi dihasilkan oleh
dengan nilai 5.80 dan nilai rata-rata
terkecil dihasilkan oleh formulasi biskuit
penambahan 35% tepung ikan teri nasi
dengan nilai 2.30 (Gambar 3).
Nilai
2.95%
13.05%
1.55%
15.21%
67.24%
SNI*
Maks. 5%
Min. 9%
Maks. 1.5%
Min. 9.5%
Min. 70%
biaya tenaga
(dihitung dari
2012). Total
ikan teri nasi
kerja yaitu Rp
UMR Kota Malang
biaya pembuatan
yaitu Rp 199.900
DAFTAR PUSTAKA
Annonymousa. 2011. Konsumsi Ikan
Masih
Rendah.
Kementerian
Kelautan
dan
Perikanan.
http://www.kkp.go.id/index.
php/arsip/c/6299/konsumsi-ikanmasih-rendah. Diakses tanggal 10
Maret 2012
c.
1996. Persyaratan
Mutu Tepung Ikan: SNI 01-27151996.
Balai
Bimbingan
dan
Pengujian Mutu Hasil Perikanan,
Ditjen Perikanan. Jakarta
AOAC. 1990. Official Methods of
Analysis of Assosiaciation of
Official Analytical Chemist 11th
Edition. AOAC Inc. Washington DC
Afrianto, E, Liviawaty, E. 2005.
Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Kasinisius. Yogyakarta
Asni, Y. 2004. Studi Pembuatan
Biskuit
Dengan
Penambahan
Tepung Tulang Ikan Patin. Skripsi
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Astawan.
2008.
Sehat
Hidangan
Hewani.
Swadaya. Jakarta
Dengan
Penebar