Anda di halaman 1dari 3

Tugas

Etika Bisnis: Refleksi Diri

Oleh :
Tania Yolandia L.K.

(125020307111061)
CF

Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya
2015

Refleksi Diri :
ETIKA BISNIS TERKAIT DENGAN FILM THE GIVER
Saya setuju bahwa akar dari seluruh masalah etika adalah berasal dari emosi atau sifat
dasar manusia. Karena tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia pasti memiliki rasa
egoisme, sadar atau tidak sadar, dan tingkat keegoisan manusia itu berbeda-beda. Menurut
saya, kebanyakan masalah etika yang terjadi saat ini dikarenakan adanya rasa untuk
mementingkan kepentingan diri sendiri atau kelompoknya tanpa mempedulikan yang lainnya.
Sehingga mereka akan mengetiskan suatu hal yang menurut kebanyakan orang itu tidak etis
untuk dilakukan. Kebanyakan dari mereka hanya menuruti nafsu untuk mendapatkan apa
yang mereka inginkan saja, tanpa mempertimbangkannya dengan norma agama. Apakah yang
dilakukan itu etis atau tidak menurut Tuhan ? Mereka tidak mempedulikannya. Yang mereka
pedulikan hanya bagaimana agar mereka tidak sengsara atau dirugikan.
Jika saya ditanya apakah hal itu harus dihilangkan, menurut saya hal itu tidak perlu
untuk dilakukan. Karena seperti yang ada di film The Giver, mereka tidak ingin
masyarakatnya mengalami yang rasanya kesakitan, kesengsaraan, ataupun adanya rasa egois
diantara mereka, sehingga mereka menciptakan kesetaraan dan keseragaman untuk komunitas
disana. Namun, dapat kita lihat bahwa keseragaman yang diciptakan itu ternyata membuat
kehidupan mereka menjadi kaku, stagnan, dan bahkan mereka dapat dikatakan mati rasa,
misalnya seperti ketika ada bayi yang fisiknya tidak baik akan dilepaskan dibunuh dan
mereka yang melepaskan tidak mengetahui apa yang mereka lakukan, mereka tidak sadar
bahwa yang mereka lakukan itu adalah sebenarnya sesuatu hal yang tidak etis. Begitu juga
dengan auditor dan konsultasi manajemen, jika kedua profesi tersebut diciptakan hanya
dengan keseragaman tanpa memperbolehkan adanya perbedaan, memang tujuannya baik agar
tidak ada ketidaketisan menurut yang menciptakan keseragaman yang akan dilakukan oleh
akuntan itu. Namun apakah ada jaminan bahwa mereka yang menciptakan keseragaman
dan kesetaraan akuntan itu telah membuat semua hal yang etis bagi auditor dan konsultasi
manajemen sendiri maupun bagi publik ? Menurut saya tidak ada jaminan. Karena etis bagi
seseorang belum tentu etis bagi yang lainnya. Dan kondisi yang seperti itu, dapat membuat
profesi auditor dan konsultasi manajemen menjadi profesi yang kaku dimana jika auditor dan
konsultasi manajemen mengikuti aturan yang telah diciptakan oleh mereka dianggap
melakukan hal yang tidak etis padahal bisa saja bila dilihat dari kacamata public atau menurut
norma Agama hal itu adalah etis untuk dilakukan. Sehingga dalam hal ini perlu sosok auditor
dan konsultasi manajemen yang memiliki pemikiran yang berbeda dengan auditor dan
konsultasi manajemen pada umumnya, yang mampu melihat beberapa hal yang tidak dilihat

kebanyakan auditor dan konsultasi manajemen, jadi emosi atau sifat dasar manusia tidak
perlu untuk dihilangkan.
Seperti di film The Giver, Jonas memiliki ketulusan, keberanian, dan pemikiran yang
berbeda dari yang lainnya. Meskipun hal itu menyebabkan Jonas menjadi dikucilkan, namun
dengan jiwa yang dia miliki dia tetap berjuang demi kehidupan yang lebih baik dan lebih bisa
diterima dengan akal sehat walaupun banyak sekali hambatan dan rintangan yang harus
dilaluinya. Begitu pula dengan auditor dan konsultasi manajemen, jika kode etik auditor dan
konsultasi manajemen harus merumuskan sifat etis auditor dan konsultasi manajemen, sifat
yang perlu dituliskan pada kode etik auditor dan konsultasi manajemen menurut saya adalah
berdasarkan

pancasila

yang

terdapat

aspek

ketuhanan,

kemanusiaan,

persatuan,

kebijaksanaan, dan keadilan dimana kata adil disini bukan dengan keseragaman dan
kesetaraan, serta pemikiran yang berbeda dimana pemikiran ini harus dilandaskan pada
ketulusan, keberanian dalam berpendapat dan keluar dari zona nyaman, kemampuan untuk
memikirkan jangka panjang, serta memikirkan kepentingan publik. Meskipun dalam hal
tersebut auditor dan konsultasi manajemen mengalami banyak hambatan dan rintangan,
seorang auditor dan konsultasi manajemen harus berjiwa besar dan memiliki konsep
pemikiran yang kuat agar auditor dan konsultasi manajemen dapat menciptakan suatu kondisi
dimana dapat mengatasi masalah etika yang saat ini banyak terjadi. Hal ini dilakukan juga
demi kepentingan publik.

Anda mungkin juga menyukai