Memang indah sih. Yah walaupun sekarang sampah berserakan di mana-mana. Walaupun sekarang air
dan pasir pantai tidak sebersih dulu karena banyak kotoran dan sampah. Walaupun sekarang coret-coretan
yang bertuliskan Budi love Ani dan semacamnya ada di tembok-tembok situs purbakala. Walaupun
sekarang bagian-bagian dari patung-patung dan artefak-artefak purbakala kita mulai hilang-hilangan,
sebagian malahan ada yang diperdagangkan ilegal di luar negeri. Yah tapi tampaknya warga Indonesia
terlalu terbuai dengan anggapan kalau Indonesia itu indah. Dan memilih mengabaikan fakta-fakta di
atas. Ah Karena mayoritas orang Indonesia masih beranggapan Indonesia itu indah dan tidak berbuat
apa-apa untuk mempertahankan atau memperbaiki masalah-masalah yang ada, penulis ikut saja deh.
Takut kalau punya pendapat berbeda nanti dikejar-kejar. Indonesia aman dan makmur! Indonesia nan
indah permai, yeah!
Wah Walaupun lagu ini ditulis pada 1940-an, ternyata lagu ini masih menggambarkan
Indonesia saat ini secara akurat. Ngomong-ngomong soal lagu, penulis mendadak terpikirkan soal
kesenian Indonesia. Kira-kira ada banyak nggak ya orang Indonesia sekarang yang hafal lagu ini? Atau
hafal lagu daerah deh. Hmm Penulis pernah mencoba menyetel lagu campursari, dan malah diomeli
teman-teman penulis yang bilang apaan sih lo nyetel lagu beginian. Lalu mereka menyetel lagu barat,
Jepang, atau Korea. Wah Pasti karena mereka sudah terlalu hafal dan menghayati soal kesenian
Indonesia ya, makanya mereka memarahi penulis karena berpikir semestinya itu sudah dipahami sedari
kecil, kalau ketika mahasiswa penulis baru menghayati maka itu terlalu terlambat. Wah penulis jadi malu.
Hebatnya teman-teman penulis ini. Pasti orang-orang di luar sana juga seperti ini. Penulis semakin malu.
Apalagi orang-orang lain begitu murah hati, seringkali kesenian Indonesia diberikan cuma-cuma ke
negeri jiran, pasti karena sudah terlalu banyak kebudayaan ya, sehingga dirasa tidak perlu dilestarikan,
dan lebih baik diberikan ke negara lain yang membutuhkan. Rasa saling memiliki tidak dibutuhkan
tampaknya, takut kalau kita merasa memiliki tempat budaya, lalu berhenti mencoret-coretnya, hilang deh
keindahannya. Kalau kita merasa memiliki kesenian daerah, hilang deh kedermawanan kita pada negara
lain.
Wah penulis sudah mulai merasa mengantuk. Setidaknya penulis begitu bangga tinggal di negeri
yang aman, makmur, indah, permai, lalu orang-orangnya juga begitu menghargai budayanya, sudah
begitu murah hati pula. Oke, esok hari penulis akan mulai mencoba mempertahankan budaya di atas,
setidaknya kalau ada orang lain yang berpendapat beda, penulis sudah bisa mengejar dan memukulinya.
Oke, waktunya tidur. Selamat malam Indonesia-ku.