Anda di halaman 1dari 44

BAB II

PEMBAHASAN

A. PERATURAN PERUNDANG UNDANGAN TENTANG SENJATA API,


OLAHRAGA

MENEMBAK

DAN

PERBURUAN,

PENGELOLAAN

KAWASAN KONSERVASI SERTA TAMAN BERBURU


1. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2015 tentang Sistem
Keolahragaan Nasional ;
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor. 16 Tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Keolahragaan ;
3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 tahun 2007 tentang
Penyelenggaraan Pekan dan Kejuaraan Olahraga ;
4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2007 tentang
Pendanaan Keolahragaan ;
5. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia ;
6. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 8 tahun
2012 tentang Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api untuk
kepentingan Olahraga ;
7. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 23 tahun
2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja pada tingkat Kepolisian
Resort dan Kepolisian Sektor ;
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri

Nomor

32 Tahun

2011 tentang

Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang bersumber dari


Anggaran Pendapatan Belanja Daerah.
9. Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Senjata Api 1939 ( LN. No. 279
pasal 5 )
10. UU No. 8 Th 1948 tentang Pendaftaran dan Pemberian Izin Pemakaian
Senjata Api
11. Undang-Undang Nomor: 12/DRT/1951 Tahun 1951 tentang Mengubah
Ordonnantietijdelikje Bijzondere Strafbepalingen (STBL. 1948 Nomor 17)
Dan Undang-Undang Republik Indonesia Dahulu Nomor 8 Tahun 1948
dan Undang-undang No. 1 tahun1961 tentang Mengubah Ordonansi
Peraturan Hukum Sementara Istimewa;
12. Undang-undang No. 20 Prp tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan
yang diberikan menurut Perundang-undangan mengenai senjata api

( Lembaran Negara Tahun 1961 No. 62, tambahan Lembaran Negara


Nomor 1994 )
13. Undang-undang No. 2 tahun 2002 tanggal 8 Januari 2002 tentang
Kepolisian Negara Republik Indonesia
14. Peraturan Kapolri No. Pol. PK/13/X/2006 tanggal 03 Oktober 2006 tentang
Pengawasan dan Pengendalian Senjata Api Non Organik TNI atau Polri
untuk kepentingan olah raga;
15. Surat Keputusan Kapolri No. Pol . Skep/82/II/2004 tanggal 16 Pebruari
2004 tentang Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Api Non Organik TNI/Polri
16. Ordonansi Perburuan (Jachtordonnantie 1931 Staatsblad 1931 Nummer
133);
17. Ordonansi Perlindungan Binatang-binatang Liar
(Dierenbeschermingsordonnantie 1931 Staatsblad 1931 Nummer 134);
18. Ordonansi Perburuan Jawa dan Madura (Jachtoddonnantie Java en
Madoera 1940 Staatsblad 1939 Nummer 733);
19. Ordonansi Perlindungan Alam (Natuurbeschermingsordonnantie 1941
Staatsblad 1941 Nummer 167);
20. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
21. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan;
22. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1994 tentang Perburuan Satwa
Buru;
23. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar;
24. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis
Tumbuhan dan Satwa Liar;
25. Peraturan Menteri kehutanan Nomor: P.14/Menhut-II/2007 tentang Tata
Cara Evaluasi Kawasan Suaka Alam, Kawasan Pelestarian Alam dan
Taman Buru;
26. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.31/Menhut-II/2009 tentang Akta
Buru dan Tata Cara Permohonan Akta Buru;
27. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.17/MenhutII/2010

tentang

Permohonan,

Pemberian,

Pengusahaan Taman Buru;


4

dan

Pencabutan

Izin

28. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.18/Menhut-II/2010 tentang Surat


Izin Berburu dan Tata Cara Permohonan Izin Berburu;
29. Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.19/Menhut-II/2010

tentang

Penggolongan dan Tata Cara Penetapan Jumlah Satwa Buru;


30. Peraturan

Menteri

Kehutanan

Nomor

P.69/Menhut-II/2014

tentang

P.70/Menhut-II/2014

tentang

Penetapan Musim Berburu Satwa Buru


31. Peraturan

Menteri

Kehutanan

Nomor

Perubahan Atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.19/Menhut-II/2010


tentang Penggolongan dan Tata Cara Penetapan Jumlah Satwa Buru
32. Peraturan

Menteri

Kehutanan

Nomor

P.71/Menhut-II/2014

tentang

P.79/Menhut-II/2014

tentang

Memiliki dan Membawa Hasil Berburu


33. Peraturan

Menteri

Kehutanan

Nomor

Pemasukan Satwa Liar Ke Taman Buru dan Kebun Buru


34. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 99/Kpts/DJ-VI-II/1996 tentang
Petunjuk teknis pelaksanaan perburuan di Taman Buru, Kebun Buru dan
Areal Buru;
35. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 591/Kpts-II/1996 tanggal 16
September 1996 tentang Tata Cara Permohonan, Pemberian, Dan
Pencabutan Izin Pengusahaan Taman Buru;
36. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 592/Kpts-II/1996 tentang Tata Cara
Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin Pengusahaan Kebun Buru
37. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 593/Kpts-II/1996 tentang Tata Cara
pengendalian peledakan populasi satwa liar yang tidak dilindungi;
38. Keputusan

Menteri

Kehutanan

Nomor:

616/Kpts-II/1996

tentang

Nomor:

617/Kpts-II/1996

tentang

pengawasan perburuan satwa buru.


39. Keputusan

Menteri

Kehutanan

Pemasukan Satwa Liar dari Wilayah lain dalam Negara RI ke Taman Buru
dan Ke Kebun Buru;
40. Keputusan

Menteri

Kehutanan

Nomor:

618/Kpts-II/1996

tentang

pemasukan satwa liar dari wilayah lain dalam Negara RI ke Taman Buru
dan Kebun Buru;
41. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 141/Kpts II/1998 tentang
Perubahan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Pemberian Hak
Pengusahaan Pariwisata Alam pada 13 Lokasi Kawasan Pelestarian Alam
Di Pulau Jawa Kepada Perum Perhutani Nomor 104 /Kpts-II/1993
5

42. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam


nomor:

95/Kpts/DJ-VI/1996

tentang

Petunjuk

Teknis

Sarana

dan

Prasarana Pengusahaan Taman Buru


43. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Nomor: 96/Kpts/DJ-VI/1996 tanggal 26 September 1996 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Rencana Pengusahaan Taman Buru;
44. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Nomor: 97/Kpts/DJ-VI/1996 tanggal 26 September 1996 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Rencana Pengelolaan Taman Buru;
45. Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Nomor: 129 /kpts/DJ-VI/1996 tentang Pola Pengelolaan Kawasan Suaka
Alam, Kawasan Pelestarian Alam, Taman Buru, dan Hutan Lindung;
46. Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
Nomor: P. 7/IV- Set/2011 tentang Tata Cara Masuk Kawasan Suaka Alam,
Kawasan Pelestarian Alam dan Taman Buru;
47. Surat Edaran Dirjen PHKA Nomor 3/IV-Set/2008 tentang Pemanfaatan
Jasa Lingkungan Air di Kawasan Suaka Alam, kawasan pelestarian Alam
dan Taman Buru;
48. Peraturan Daerah Nomor 22 tahun 2010 tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2009-2029;
49. Peraturan Daerah Kabupaten Ciamis Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Ciamis;
50. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
51. Undang-Undang nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah;
52. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan;
53. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang;
54. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup;
55. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;
56. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan;

57. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan


Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom;
58. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2002 tentang Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan;
59. Peraturan Pemerintah No. 44 tahun 2004 tentang Perencanaan
Kehutanan;
60. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
61. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009 tentang Perubahan
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan;
62. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Penyusunan
Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan;
63. Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota;
64. Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
65. Peraturan Pemerintah Nomor 64 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
66. Peraturan Pemerintah Nomor: P.64/Menhut-II/2013 tentang Pemanfaatan
Air dan Energy Air di Suaka Margasatwa, Taman Nasional, Taman Hutan
Raya, dan Taman Wisata Alam;
67. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: 02 tahun 2007 tentang Tata Kerja di
Lingkup BKSDA;
68. Peraturan Menteri kehutanan Nomor: P.41 tahun 2008 tentang Pedoman
Penyusunan Rencana Pengelolaan Kawasan Pelestarian Alam dan
Kawasan Suaka Alam;
69. Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.68/Menhut-II/2008

tentang

Penyelenggaraan Demonstration Activities Pengurangan Emisi Karbon


dari Deforestasi dan Degradasi Hutan;
70. Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.70/Menhut-II/2008

tentang

Pedoman Teknis Rehabilitasi Hutan dan Lahan;


71. Peraturan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor: P.08/menhutII/2010 tentang Rencana Strategis (Renstra) Kementerian Kehutanan
tahun 2010-2014;

72. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.10/Menhut-II/2011 tentang 6


(enam)

Kebijakan

Prioritas

Bidang

Kehutanan

dalam

Program

Pembangunan Nasional Kabinet Indonesia Bersatu II;


73. Peraturan Menteri kehutanan Nomor: P.20/Menhut-II/ 2012 tentang
Penyelenggaraan Karbon hutan;
74. Peraturan Menteri Kehutanan

Nomor: P.46/Menhut-II/2012

tentang

Metode dan Materi Penyuluhan Kehutanan;


75. Peraturan Menteri Kehutanan
Penyuluh

Kehutanan

Swasta

Nomor: P.42/Menhut-II/2012
dan

Penyuluh

Kehutanan

tentang
Swadaya

Masyarakat;
76. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor: 67 tahun 2012tentang Pedoman
Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis Dalam Penyusunan atau
Evaluasi Rencana Pembangunan Daerah;
77. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.29/Menhut-II/-2013 tentang
Pedoman Pendampingan Kegiatan Pembangunan kehutanan;
78. Peraturan

Menteri

kehutanan

Nomor:

P.39/Menhut-II/2013

tentang

Pemberdayaan Masyarakat Setempat Melalui Kemitraan Kehutanan;


79. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.85/Menhut-II/2014 tentang Tata
Cara Kerjasama Penyelenggaraan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam
80. Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor: 602/Kpts-II/1998
tanggal 21 Agustus 1998 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan,
Upaya Pengelolaan Lingkungan Dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Pembangunan Kehutanan Dan Perkebunan;
81. Surat Edaran Menteri Kehutanan Nomor SE.94/Menhut-IV/2004 tanggal
19 Maret 2004 tentang Pelaksanaan Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan
dan Lahan (GERHAN) Tahun 2003 di Kawasan Cagar Alam dan Zona Inti
Taman Nasional;
82. Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 390/KPTS-II/2003 tentang Tata
Cara Kerjasama di Bidang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya;
83. Peraturan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor :
SK.86/IVSet/HO/2007 tentang Petunjuk Teknis Rehabilitasi Habitat di
Kawasan Konservasi;

84. Keputusan Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor 49


tahun 1997 Juknis Pengembangan Daerah Penyangga.
85. Surat Sekretaris direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam Surat No. S.1343/SET-1/2011 tanggal 1 Juni 2011 tentang
Penetapan Kinerja UPT. Penerapan Sistem Pengelolaan Konservasi
Sumber Daya Alam Berbasis Resort;
86. Surat Edaran Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi
Alam Nomor. 48/IV-KK/2008 tanggal 4 Pebruari 2008 tentang Data
Potensi, Kerusakan Kawasan dan Peningkatan Pengelolaan KSA/KPA
Berbasis Resort;
87. Surat Edaran Dirjen Perlindungan Hutan Konservasi Alam Nomor. 44
tahun 1997 Juknis Rancangan Pembinaan Daerah Penyangga;
88. Surat Edaran Dirjen PHKA 599/IV-PJLWA/2006 Pemanfaatan air di
Kawasan Konservasi;
89. Surat Edaran Dirjen PHKA Nomor 31/PJLKKHL-1/2011 Naskah Kerjasama
dan Arahan Program Pemanfaatan Jasa Lingkungan Air;
B. KEPEMILIKAN SENJATA API
Kepemilikan senjata api di Indonesia telah di atur dalam Undangundang Darurat No. 12 Tahun 1951,dan Perpu No. 20 Tahun 1960. Kemudian
diterbitkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 82
Tahun 2004 tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian Senjata
Non-Organik terakhir dan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Api untuk kepentingan olahraga. Hukuman terhadap kepemilikan
senjata ap tanpa izin juga cukup berat. Dalam Undang-undang Darurat
No12.Tahun 1951 disebutkan hukuman masksimal terhadap kepemilikan
senjata api tanpa izin adalah maksimal hukuman mati, hukuman seumur hidup
dan 20 tahun penjara.
1. UMUM
Pemerintah memberikan ijin kepemilikan senjata api sejak tahun
1998 dan sejak tahun 2005 sipil dilarang memiliki senjata api. Namun
kenyataannya peredaran senjata api di Indonesia pabrikan atau rakitan
terus meningkat. Hal ini selain disebabkan oleh faktor ekonomi sebagai
pemicunya juga disinyalir oleh kurang pahamnya masyarakat tentang
prosedur kepemilikan senjata api di Indonesia. Di Indonesia terdapat
beberapa peraturan mengenai senjata api, yaitu:
9

a.
b.
c.
d.

Undang Undang Darurat No.12 Tahun 1951;


Undang Undang No.8 Tahun 1948;
Perpu No.20 Tahun 1960;
SK KAPOLRI No.Skep/244/II/1999 dan; SK KAPOLRI Nomor 82
Tahun 2004 Tentang Pelaksanaan Pengawasan dan Pengendalian
Senjata Non-Organik.
Pengertian senjata api sendiri menurut Undang-undang Darurat

Nomor 12 tahun 1951 Pasal 1 ayat (2) : Yang dimaksudkan dengan


pengertian senjata api dan amunisi termasuk juga segala barang
sebagaimana diterangkan dalam pasal 1 ayat (1) dari Peraturan Senjata
Api (vuurwaapenregeling: in, uit, door, voer en lossing) 1936 (Stbl. 1937
No.170), yang telah diubah dengan Ordonnantie tanggal 30 Mei 1939
(Stbl. No.278), tetapi tidak termasuk dalam pengertian itu senjata-senjata
yang nyata-nyata mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang
yang ajaib (merkwaardigheid), dan bukan pula sesuatu senjata yang tetap
tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat
dipergunakan.
2. PERSYARATAN KEPEMILIKAN SENJATA API
Syarat-Syarat Pemegang Senpi Non Organik TNI / POLRI Sesuai
Skep KAPOLRI No.Pol : Skep/82/II/2004 Tanggal 16 Feb 2004 Tentang :
Buku Petunjuk Pelaksanaan Pengawasan Dan Pengendalian Senjata Api
Non Organik TNI / POLRI :

10

a. Senpi Satpam Polsus


Syarat Untuk Mendapatkan Ijin Penguasaan Pinjam Pakai dan
Penggunaan Senpi :
1) Surat Perintah Tugas dari Pimpinan Satpam/Polsus
2) Foto kopi buku Pas senjata api
3) Foto kopi Tanda Anggota Satpam/Polsus
4) Foto Kopi Surat Keterangan Mahir Menggunakan Senjata Api
Lemdik POLRI
5) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
6) Surat Keterangan Test Psikologi dari POLRI
7) Pas foto warna dasar merah ukuran 4 X 6 = 2 Lmb, 2 X 3 = 2 Lbr
b. Senpi Perorangan Peluru Karet
Syarat Untuk Perijinan Senjata Peluru Karet :
1) Rekomendasi Kapolda Up. Dir Intelkam
2) Surat Keterangan Test Psikologi dari POLRI
3) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
4) Fotocopy SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) bagi pengusaha
swasta
5) Fotocopy Skep Jabatan Bagi Pejabat Pemerintah, Anggota
TNI/POLRI
6) Fotocopy KTP/KTA (syarat umum minimal 24 tahun maksimal 65
tahun) bagi yang telah melebihi batas usia maksimal khusus untuk
perpanjangan diwajibkan untuk melengkapi tes kesehatan dan
psikologi dari POLRI, bila tidak memenuhi persyaratan senjata
tersebut agar dihibahkan
7) Pas photo berwarna dasar merah 2 x 3 = 6 Lbr
c. Senpi Perorangan Peluru Gas
Syarat Untuk Perijinan Senjata Peluru Gas :
1) Rekomendasi Kapolda Up. Dir Intelkam
2) Surat Keterangan Test Psikologi dari POLRI
3) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)
4) Fotocopy SIUP (Surat Ijin Usaha Perdagangan) bagi pengusaha
swasta
5) Fotocopy Skep Jabatan Bagi Pejabat Pemerintah, Anggota
TNI/POLRI
6) Fotocopy KTP/KTA (syarat umum minimal 24 tahun maksimal 65
tahun) bagi yang telah melebihi batas usia maksimal khusus untuk
perpanjangan diwajibkan untuk melengkapi tes kesehatan dan
psikologi dari POLRI, bila tidak memenuhi persyaratan senjata
tersebut agar dihibahkan
7) Pas photo berwarna dasar merah 2 x 3 = 6 Lbr
Akan tetapi seseorang yang diizinkan menggunakan senjata
api selain harus memenuhi sejumlah persyaratan diatas juga harus
memenuhi persyaratan khusus,yaitu:
11

a. Syarat medis. Yaitu calon pengguna harus sehat jasmani, tidak


cacat fisik, penglihatan normal, dan syarat-syarat lain berdasarkan
pemeriksaan dokter.
b. Syarat psikologis. Seperti tidak mudah gugup, panik, emosional,
marah, tidak psikopat, dan syarat lain berdasarkan tes yang
dilakukan tim psikologis POLRI.
c. Memiliki kecakapan menembak. Jadi pemohon harus lulus tes
menembak yang dilakukan MABES POLRI dan mendapat
sertifikasi.
d. Berusia 24-65 tahun, memiliki surat keterangan atau keputusan
dari suatu instansi, dan berkelakukan baik.
3. KEPEMILIKAN SENJATA API PERORANGAN
Sesuai Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan No. 9 Tahun
1976 Tentang Pembatasan Senjata Api & Amunisi Untuk Perorangan
menyebutkan :
a. Pasal 5 a (1). Izin untuk memasukkan, memiliki, menguasai dan atau
menggunakan senjata api dan atau amunisi untuk perorangan
dibatasi untuk kepentingan beladiri karena/menghadapi/ancaman
yang nyata-nyata dapat membahayakan keselamatan jiwanya.
b. Pasal 5 a (2). : Pemberian izin senjata api perorangan untuk beladiri
tersebut dibatasi kepada 1 (satu) pucuk senjata api dari jenis, macam
dan ukuran/kaliber non standar ABRI/TNI/POLRI dengan amunisi
sebanyak untuk 1 (satu) magazine/cylinder.
c. Pasal 7 c. : Yang dapat ditunjuk untuk memasukkan senjata api dan
atau amunisi dibatasi kepada pengusaha-pengusaha yang:
1) Memiliki izin usaha pada umumnya dan izin usaha senjata api dari
KAPOLRI.
2) Memiliki tanda pengenal pengakuan importir.
3) Sanggup membuka toko yang dapat menyediakan perlengkapan,
peralatan dan bengkel untuk perbaikan senjata api.
d. Pasal 7.d. : Pengusaha-pengusaha yang dimaksud pada ayat c di
atas dibatasi untuk:
1) Medan : 2 (dua) pengusaha
2) Jakarta: 3 (tiga) pengusaha
3) Surabaya: 2 (dua) pengusaha
4) Ujung Pandang: 2 (dua) pengusaha
e. Pasal 8 b. : Bagi mereka yang mau meminta izin untuk memiliki,
menguasai dan atau menggunakan senjata api diwajibkan untuk
f.

menjalani test kemahiran terlebih dahulu


Pasal 8 c. : Test senjata api dan kemahiran yang dimaksud dilakukan

oleh POLRI.
4. KEPEMILIKAN SENJATA API DI TEMPAT UMUM
12

Tentang kepemilikan senjata api ditempat umum, pemilik harus


mentaati ketentuan dalam membawa dan menggunakan senjata api yang
telah ditetapkan oleh pemerintah, yaitu :
a. Senjata api harus dilengkapi dengan izin dari KAPOLRI.
b. Dalam membawa senjata api harus selalu melekat di badan.
c. Senjata api hanya dibenarkan dipakai atau ditembakkan pada saat
keadaan terpaksa yang mengancam jiwanya.
d. Senjata api tidak boleh dipinjamkan kepada orang lain.
e. Dilarang menggunakan senpi untuk tindak kejahatan, menakut-nakuti,
mengancam

dan melakukan pemukulan dengan menggunakan

gagang atau popor senjata. Tindak kejahatan yang dimaksud adalah


segala macam tindakan yang melanggar hukum pidana. Pemukulan
dengan menggunakan popor senjata juga tidak diperbolehkan
dikarenakan bagian lain dari senjata api yang dapat melukai adalah
popor senjata, jadi penggunaan popor senjata sebagai alat pemukul
f.

dapat dikategorikan sebagai penyalahgunaan senjata api.


Memiliki kemampuan merawat dan menyimpan senapan. Kemampuan
merawat yaitu pemohon harus mengetahui bagaimana memberikan
pelumas untuk laras senapan, membongkar dan memasang kembali
senapan. Sedangkan dalam penyimpanan senjata api, pemilik harus

mengetahui tata cara penyimpanan yang baik untuk senapan.


5. IZIN KEPEMILIKAN SENJATA API UNTUK PERPANJANGAN
Mengingat banyaknya tindak kejahatan yang diakibatkan oleh
penyalahgunaan senjata api,maka untuk saat sekarang ini pihak POLRI
telah memberikan pernyataan tak akan menghentikan pemberian izin
kepemilikan dan penggunaan senjata kepada sipil. Akan tetapi izin
tersebut hanya berupa perpanjangan dan tidak ada izin baru untuk
sipil.Sedangkan untuk senjata sipil yang beredar di masyarakat sebagian
besar telah digudangkan. Polisi mengeluarkan izin untuk tiga jenis senjata
api bagi sipil, yaitu senjata api dengan peluru tajam, peluru karet, dan
gas.Untuk peluru tajam, izin yang dikeluarkan untuk senjata api kaliber 31
dan 32. Senjata organik (untuk internal POLRI) adalah caliber 38.
6. SENJATA API OLAHRAGA MENURUT PERATURAN KEPALA
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG

PENGAWASAN

DAN PENGENDALIAN

UNTUK KEPENTINGAN OLAHRAGA


Bagian Kesatu
Jenis dan Penggunaan
Pasal 4
(1) Jenis senjata api olahraga, meliputi:
13

SENJATA API

a. senjata api;
b. pistol angin (air Pistol) dan senapan angin (air Rifle); dan
c. airsoft gun.
(2) Senjata api digunakan untuk kepentingan olahraga:
a. menembak sasaran atau target;
b. menembak reaksi; dan
c. berburu.
(3) Pistol angin (air Pistol) dan senapan angin (air Rifle) digunakan untuk
kepentingan olahraga menembak sasaran atau target.
(4) Airsoft Gun hanya digunakan untuk kepentingan olahraga menembak
reaksi.

14

Pasal 5 berbunyi:
Pasal 5
(1) Jumlah senjata

api

olahraga

yang

dapat

dimiliki

dan

dibawa/digunakan oleh atlet menembak sasaran atau target dan


reaksi, dibatasi paling banyak 2 (dua) pucuk untuk setiap kelas yang
dipertandingkan.
(2) Senjata api hanya digunakan di lokasi pertandingan, latihan dan
lokasi berburu.
(3) Pistol angin (air Pistol) dan senapan angin (air Rifle) dan Airsoft
Gun hanya digunakan di lokasi pertandingan dan latihan.
Pasal 10 berbunyi:
Bagian Keempat
Airsoft Gun
Pasal 10
Jenis Airsoft Gun untuk kepentingan olahraga menembak

reaksi,

meliputi:
a. Airsoft Gun jenis Pistol; dan
b. Airsoft Gun jenis Senapan.
Pasal 13 bebunyi:
Bagian Ketiga
Airsoft Gun
Pasal 13
(1) Persyaratan untuk dapat memiliki dan/atau menggunakanAirsoft
Gun untuk kepentingan olahraga sebagai berikut:
a. memiliki kartu tanda anggota klub menembak yang bernaung di
bawah Perbakin;
b. berusia paling rendah 15 (lima belas) tahun dan paling tinggi 65
(enam puluh lima) tahun;
c. sehat jasmani dan rohani yang dibuktikan dengan Surat
Keterangan dari Dokter serta Psikolog; dan
d. memiliki keterampilan menembak yang dibuktikan dengan surat
keterangan yang dikeluarkan oleh Pengprov Perbakin.

15

Pasal 20 ayat 2 berbunyi:


Permohonan izin untuk pemilikan dan penggunaan pistol angin
(Air Pistol), senapan angin (Air Rifle), dan Airsoft Gun, diajukan kepada
Kapolda u.p.
Dirintelkam

dengan

tembusan

Kapolres

setempat,

dengan

dilengkapi
persyaratan:
a. Rekomendasi Pengprov Perbakin;
b. fotokopi surat izin impor dari Kapolri;
c. SKCK;
d. surat keterangan kesehatan dari dokter Polri;
e. surat keterangan psikologi dari psikolog Polri;
f. fotokopi KTA klub menembak yang bernaung di bawah Perbakin;
g. fotokopi KTP;
h. daftar riwayat hidup; dan
i. pasfoto berwarna dasar merah ukuran 4 x 6 cm sebanyak 2
lembar dan ukuran 2 x 3 cm sebanyak 2 lembar.
7. PROSEDUR KEPEMILIKAN DAN PENGGUNAAN SENJATA MAINAN
1. Dasar
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep / 82 / II / 2004 tanggal
16 Februari 2004 tentang pengawasan dan pengendalian senjata api
dan amunisi non organik TNI / POLRI Telegram Kapolri No. Pol. :
TR/768/IV/2008 tanggal 10 April 2008 perihal wasdal peredaran
senjata mainan / air soft guns secara ilegal.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan prosedur
perijinan kepemilikan dan penggunaan senjata mainan/ air soft guns
adalah sebagai berikut :
a. Bahwa senjata mainan / menyerupai senjata api (air soft guns)
digolongkan sebagai peralatan keamanan sebagaimana dimaksud
Surat Keputusan Kapolri No. Pol. : Skep / 82 / II / 2004 tanggal 16
Februari 2004
b. Dalam

hal

pemilikan

dan

penggunaan,

pembawaan

dan

penyimpanan peralatan keamanan belum diatur dalam perundangundangan atau ketentuan lainnya namun dilihat dari akibat
penggunaannya dapat membayakan bagi keselamatan jiwa
seseorang dan dapat digunakan untuk melakukan kejahatan, maka
untuk kepemilikan dan penggunaannya diberlakukan seperti
senjata api.
c. Terhadap senjata mainan / menyerupai senjata api (air soft guns)
dapat diberikan izin penggunaan dan pemilikan dan nomor
registrasi diterbitkan oleh Kabid Yanmin Baintelkam Polri.
16

d. Terhadap senjata mainan / menyerupai senjata api (air soft guns)


diberikan untuk peruntukan olahraga menembak reaksi dan tidak
diberikan untuk peruntukan bela diri
e. Terhadap senjata mainan / menyerupai senjata api (air soft guns)
yang telah mendapatkan izin penggunaan dan pemilikan dapat
disimpan dirumah dengan surat izin penyimpanan dari Polda
setempat.
Persyaratan kepemilikan dan penggunaan sebagai berikut :
a) Surat ijin import.
b) Rekomendasi Pengda Perbakin/club menembak.
c) Anggota Perbakin/club menembak.
d) Surat Keterangan Catatan Kepolisian.
e) Umur 18 s/d 65 tahun.
f)

Pas foto ukuran 2 x 3 sebanyak 4 lembar.


Dalam aturan tersebut, untuk kepemilikan dan pengunaan

senjata itu juga harus ada nomor registrasi yang diterbitkan oleh Kabid
Yanim Baintelkam Polri, serta untuk airsoftgun diberikan untuk
peruntukan olahraga menembak reaksi dan tidak diberikan untuk bela
diri.
Adapun untuk memperoleh persyaratan kepemilikan dan
pengunaan, ada beberapa alur yang harus dilalui yaitu :
1) Setiap pembelian airsoftgun harus disertai surat izin import dan
kwitansi pembelian. "Sebelum mengajukan izin kepemilikan
airsoftgun yang bersangkutan terlebih dulu mengusulkan dirinya
untuk menjadi anggota Perbakin (Persatuan Menembak dan
Berburu Indonesia),
2) Bila telah bergabung akan diberikan Kartu Tanda Anggota
Perbakin.
mengajukan

Selanjutnya,
izin

ke

berdasar

Polda

rekomendasi

setempat

dengan

kemudian
menyertakan

beberapa persyaratan yang harus dipenuhi.


3) Izin kepemilikan dari Polda, berlaku satu tahun sekali.
Apabila selain anggota Perbankin, Polri dan TNI, maka senjatanya
akan diamankan Polda, sedangkan pemiliknya akan dikenakan
sangsi pidana sebagaimana perundang-undangan yang berlaku.
Untuk memperoleh ijin kepemilikan senjata api harus memiliki
aturan yang telah di tetapkan Polri. Namun, sebelum memperoleh ijin,
17

mereka harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan Polri baik untuk
kepentingan bela diri ataupun untuk kepentingan senjata olahraga
seperti yang telah dituangkan dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol:
Skep/244/II/1999.
Menurut SKEP diatas, pemohon izin harus memiliki ketrampilan
menembak minimal kelas III. Kemampuan ini harus yang dibuktikan
dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan Menembak
yang sudah mendapat izin Polri. Sertifikat itu pun harus disahkan oleh
pejabat Polri yang ditunjuk.
Tentu saja ia pun harus berkelakuan baik dan belum pernah
terlibat dalam suatu kasus tindak pidana yang dibuktikan dengan
SKKB. Meskipun demikian, ia tetap harus lulus screening yang
dilaksanakan Kadit IPP dan Subdit Pamwassendak. Untuk soal usia,
sang pemohon harus sudah dewasa namun tidak melebihi usia 65
tahun.
8. UNDANG-UNDANG PEMILIKAN SENJATA API
Mengutip peraturan yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor
8 Tahun 1948, tentang pendaftaran dan pemberian izin kepemilikan
senjata api; pasal 9 Undang-Udang tersebut dikatakan bahwa setiap
orang yang bukan anggota tentara atau polisi yang memakai dan memiliki
senjata api harus harus mempunyai izin pemakaian senjata api menurut
contoh yang ditetapkan oleh kepala kepolisian negara.
Setiap izin yang telah di keluarkan untuk kepemilikan atau
pemakaian senjata api (IKSA) harus ditanda tangani langsung oleh Kapolri
dan tidak bisa didelegasikan kepada pejabat lain seperti Kapolda. Untuk
kepentingan pengawasan Polri juga mendasarkan sikapnya pada UndangUndang Nomor 20 Tahun 1960 tentang kewenangan perizinan menurut
undang-undang senjata api.
Menurut Undang-Undang tersebut ada persyaratan-persyaratan
utama yang harus dilalui oleh pejabat baik secara perseorangan maupun
swasta untuk bisa memiliki dan menggunakan senjata api. Pemberian izin
itu pun hanya dikeluarkan untuk kepentingan yang dianggap layak.
Misalnya untuk olahraga, izin hanya diberikan kepada anggota PERBAKIN
yang sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan jasmani dan rohani dan
memilki kemahiran penembak serta mengetahui secara baik peraturan
dan perundang-undangan mengenai penggunaan senjata api.
9. ORANG-ORANG YANG BOLEH MENGGUNAKAN SENAJATA API

18

Meskipun demikian, izin kepemilikan senjata api untuk tujuan bela


diri hanya diberikan kepada pejabat tertentu. Menurut ketentuannya,
mereka harus dipilih secara selektif. Mereka masing-masing adalah
pejabat swasta atau perbankan, pejabat pemerintah, TNI/Polri dan
purnawirawan
Untuk pejabat swasta atau bank, mereka yang diperbolehkan
memiliki senjata api masing masing : presiden direktur, presiden komisaris,
komisaris,

diretur

utama,

dan

direktur

keuangan.

Untuk

pejabat

pemerintah, masing-maasing Menteri, Ketua MPR/DPR, Sekjen, Irjen,


Dirjen, dan Sekretaris Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil Gubernur,
Sekwilda, Irwilprop, Ketua DPRD-I dan Anggota DPR/MPR
Adapun untuk jajaran TNI/Polri mereka yang diperbolehkan
memiliki hanyalah perwira tinggi dan perwira menengah dengan pangkat
serendah-rendahnya Kolonel namun memiliki tugas khusus. Demikian pula
untuk purnawirawan, yang diperbolehkan hanyalah perwira tinggi dan
perwira menengah dengan pangkat terakhir Kolonel yang memiliki jabatan
penting di Pemerintahan/Swasta.
Baik senjata api untuk bela diri ataupun senjata api yang
digunakan untuk olah raga pun diatur sangat ketat. Seandainya senjata
tersebut hilang siapapun yang memilikinya wajib untuk mempertanggung
jawabkan. Dan harus mengikuti proses hukum sebagai mana yang di atur
dalam perundang-undangan
Setiap anggota Perbakin di perbolehkan untuk memiliki senjata api
misalnya untuk berburu senjata yang di gunakan adalah senjata laras
panjang yang biasa di sebut senjata bahu. Sedangkan untuk cabang
tembak sasaran dan reaksi baik anggota Perbakin atau atlit petembak
diperkenankan

memiliki

senjata api

sesuai

nomor

yang

menjadi

spesialisasinya.
untuk semua anggota Perbakin yang memiliki senjata api tidak
membawa pulang senjatanya kerumah, akan tetapi ada tempat khusus
untuk menyimpan senjata dan amunisinya di gudang Perbakin atau di
gudang Kepolisian Republik Indonesia. Sementara untuk bisa membawa
pulang kerumahnya anggota Perbakin harus mengajukan surat ijin
menyimpan senjata api dan di ajukan kepada pihak Polda.
10. SYARAT-SYARAT KEPEMILIKAN SENJATA API
Pemohon ijin kepemilikan senjata api juga harus memenuhi syarat
medis dan psikologis tertentu. Secara medis, ia harus sehat jasmani, tidak
cacat

fisik

yang

dapat

mengurangi
19

ketrampilan

membawa

dan

menggunakan senjata api dan berpenglihatan normal. Syarat-syarat lain


bisa saja ditetapkan oleh dokter umum/spesialis. Syarat lain, harus
menyerahkan surat keterangan kelakuan baik (SKKB)
Sementara itu, untuk syarat psikologis, si pemohon haruslah orang
yang tidak cepat gugup dan panik, tidak emosional dan tidak cepat marah.
Tentu saja sang pemohon juga bukanlah seorang psikopat. Pemenuhan
syarat ini harus dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh
tim yang ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri.
Pihak Polri tidak akan tergesa-gesa atau memberi izin secara
sembarangan. Ada beberapa faktor yang menjadi pertimbangan yaitu lihat
terlebih dahulu, kelayakan, kepentingan, dan pertimbangan keamanan
lain, dari calon pengguna senjata api itu. Jangan sampai justru berakibat
pada penyimpangan atau membahayakan jiwa orang lain.
Selain senjata api yang memerlukan ijin khusus --dikenal dengan
Ijin Khusus Senjata Api (IKHSA)-- masyarakat juga bisa memiliki senjata
genggam berpeluru karet dan senjata genggam gas. Jika pengajuan
senjata api harus disetujui oleh Kapolri langsung, senjata genggam
berpeluru karet dan senjata genggam gas cukup berijinkan direktorat Intel
Polri

20

11. JENIS-JENIS SENJATA API YANG BOLEH DIMILIKI


Persyaratan-persyaratan lain untuk kepemilikan senjata api antara
lain, menyangkut jenis senjata yang bisa dimiliki oleh perorangan tersebut.
Untuk senjata genggam, hanya kaliber 22 dan kaliber 33 yang bisa
dikeluarkan izinnya. Sedangkan untuk senjata bahu (laras panjang) hanya
dengan kaliber 12 GA dan kaliber 22. Jenis senjata yang diberikan adalah
non standar ABRI (TNI dan Polri), dengan jumlah maksimum dua pucuk
Per orang. Selain itu ada juga senjata api berpeluru karet atau gas.
(IKHSA). Jenis senjata api itu antara lain adalah Revolver, kaliber
22/25/32, dan Senjata bahu Shortgun kaliber 12mm
Untuk kepentingan bela diri ini seseorang hanya boleh memiliki
senjata api genggam jenis revolver dengan kaliber 32/25/22, atau senjata
api bahu jenis Shotgun kaliber 12 mm dan untuk senjata api klasifikasi
(IKHSA) adalah jenis yakni Hunter 006 dan Hunter 007. Senjata genggam
semi otomatis seharga Rp. 60-70 juta ini memiliki self loading gas
berkaliber 9 mm. Menurut pendataan Polri, pada 2001, jumlah IKHSA yang
diberikan adalah 1.100 buah yakni untuk kalangan perseorangan dari TNI,
Polri dan pejabat pemerintahan lain sebanyak tujuh ratusan buah dan dari
kalangan swasta empat ratus buah.
12. PROSEDUR MEMBELI SENJATA API DI INDONESIA
PERSYARATAN PENGURUSAN IZIN KEPEMILIKAN SENJATA API
KARET TAJAM
1. Copy KTP ;5 lbr
2. Copy KK ;5 lbr
3. Copy SIUP,AKTE PT,NPWP,SKEP JABATAN
4. SKCK ,REK.KAPOLDA (kita yg urus)
5. Surat permohonan (materai)
6. Lulus tes kesehatan,psikologi,menembak.
7. Foto 2x3 5lbr,3x4 5lbr,4x6 5lbr jas berdasi latar merah.
8. Pembayaran pakai duit.
9. Mengisi folmulir dari mabes polri untuk pengajuan permohonan
kepemilikan senjata.
Pemilihan dan pengetesan senjata langsung dilakukan dilapangan
tembak PERBAKIN SENAYAN, dengan ketentuan persyaratan diatas
dilengkapi, untuk pengetesan senjata dikenakan biaya 2 jt, untuk
pembelian peluru dan pendampingan, proses pengurusan izin maksimal
1,5 bulan untuk peluru karet, untuk peluru tajam maksimal 3 bulan, untuk
21

melakukan pemilihan senjata dan pengetesan senjata harus membayar 65


% dari harga barang, sisa dibayar setelah izin selesai sekaligus
pengambilan senjata.
Pengurusan senjata yang Izinnya bisa diurus hanya yang non
organik Cal 32 ato cal 22, artinya 0.32 inch (8mm) ato 0.22inch (5,5mm)
Berburu tidak dilarang di indonesia secara hukum, atau
diperblehkan, dengan aturan aturan yang ada. Demikian juga dengan
kepemilikan senjata, tidak dilarang dengan kata lain diperbolehkan
menurut aturan.
Kapan waktu berburu juga disebutkan melalui perpu, jenis binatang
buruan dll. Ini bisa dipakai untuk mengontrol populasi apabila diterapkan
dengan benar. Berburu adalah seni dan sport, bukan asal bunuh
saja (tidak seperti aksi seorang koboi pada sebuah film bioskop layar lebar
atau televisi)
KODE ETIK BERBURU PERBAKIN
SAPTA ETIKA
1. Saya akan selalu berusaha memelihara keamanan, ketertiban dan
kesopanan dimanapun saya berburu.
2. Saya akan selalu berusaha mematuhi segala peraturan yang berlaku
tentang berburu dan penggunaan berbagai senjata api terutama
penggunaan senjata berburu dan cara-cara pengamanannya.
3. Saya akan berusaha dengan ajakan-ajakan dan cara-cara yang dapat
meyakinkan agar yang berburu dengan saya juga mematuhi segala
peraturan yang berlaku yang menyangkut perburuan, satwa yang
dilindungi dan senjata api.
4. Saya akan selalu berusaha tidak menyia-nyiakan satwa hasil buruan
saya.
5. Saya akan selalu berusaha menjadi pemburu yang terampil dan
penembak yang mahir untuk dapat menjamin tembakan yang tepat tanpa
menimbulkan penderitaan bagi satwa yang diburu.
6. Saya akan berusaha membantu usaha-usaha konservasi yang menjamin
kelestarian satwa buruan dan kelangsungan olah-raga berburu bagi
generasi penerus.
7. Saya akan selalu berusaha menjadi teladan bagi pemburu-pemburu
remaja agar mau mengembangkan sikap dan keterampilan yang perlu
dimiliki untuk menjadi pemburu yang baik.
22

Jakarta, tanggal 1 oktober 1986


P.B. PERBAKIN
C. TEKHNIK DASAR PENGUASAAN SENJATA API DAN KELAS / EVENT
PERTANDINGAN YANG DI LOMBAKAN (KEJUARAAN MENEMBAK)
1. TEKNIK DASAR PENGUASAAN SENJATA API
Beberapa Hal Penting yang harus diperhatikan dalam menembak
dengan menggunakan senjata api /pistol bagi pemula, adalah:
a. SAFE POINT DIRECTION.
Master

Direction

harus

mengarah

pada

arah

daerah

aman(Safe Direction). Maksudnya, moncong senjata api/ pistol harus


mengarah pada arah area yg aman, dalam arti selain diarahkan ke
target latihan tidak boleh diarahkan kepada siapapun di depannya.
Didalam lapangan tembak, safe direction adalah arah target
tembakan, selalu arahkan moncong pistol kesana.
Perlu kedisiplinan dan sikap dewasa, tidak bercanda atau
ceroboh dengan mengarahkan pistol kearah orang-orang, baik
sengaja atau tidak, baik dalam keadaan terisi peluru atau kosong.
b. OFF THE TRIGER.
Jangan letakkan Jari telunjuk pada triger/pelatuk, kecuali pistol
sudah mengarah tepat kepada target yg akan ditembak, dan ketika
kita

sudah

benar-benar

siap

untuk

menembak

baru

masukkan/letakkan jari pada triger.


Demikian

pula

saat

kita

mencabut

senjata

api

dari

holster(sarung senjata api /pistol), saat memasukan magazine,


kemudian mengkokang senjata api/pistol, jari masih harus tetap
berada diluar triger.
c. MAKESURE THE GUN IS EMPTY.
Pastikan senjata api selalu dalam keadaan kosong/tidak ada
peluru. Baik pada terpasangnya Magazine(MagLoad) maupun pada
Chamber(Chamber Load).
Cara memeriksa apakah senjata api /pistol terisi peluru atau tdk,
caranya ;
a) Keluarkan magazine

23

b) Tarik kokang senjata api /pistol, bisa beberapa kali untuk


memastikan tidak ada peluru dalam chamber, karena saat
dikokang maka peluru dalam chamber akan keluar secara
otomatis. Pastikan saat menarik kokang lihat isi chamber apa
terdapat peluru didalamnya.
Demikian pula saat membawa senjata api /pistol itu kemanamana, baik didalam tas maupun ketika berada didalam Holster,
pastikan senjata api /pistol dalam kondisi kosong dan Mag harus
berada diluar senjata api /pistol (empty gun) Jangan pernah
tinggalkan senjata api /pistol dalam keadaan loaded.
d. GUN LOADED.
Perlakukan senjata api /pistol seakan-akan selalu dalam
keadaan terisi Mag/peluru(Gun loaded), walaupun kita tahu senjata
api /pistol tersebut telah kosong. Selalu perlakukan senjata api /pistol
seakan-akan dalam keadaan terisi. sehingga kehati-hatian kita selalu
terjaga.
Dengan demikian kita akan selalu memperhatikan arah
moncong senjata api /pistol harus selalu kearah safe direction karena
kita merasa senjata api /pistol tersebut berpeluru(loaded).
e. LOCK THE GUN.
Pada saat tidak digunakan, senjata api /Pistol harus selalu
dalam keadaan terkunci, baik kunci trigger maupun pada Cock(tarik
kokang lalu kunci slide top lever(Slide top lever is lock). Kecuali pistol
jenis 1911 atau sejenisnya, pada semua type Glock tidak memiliki
kunci pada triger. Kunci triger baru dibuka ketika posisi moncong
sudah mengarah pada target(target direction) dan senjata api /pistol
sudah siap tembak.
f.

POSISI MENEMBAK YANG BENAR.


Perhatikan posisi menembak yang benar, hal ini penting dalam
menghadapi recoil slideback senjata api /pistol akan terhentak
kebelakang saat ditembakkan, maka agar tembakan tepat sasaran
atau tidak melenceng, posisi memegang senjata api /pistol yang
benar adalah dengan sejajarkan ibu jari, posisi kedua lengan
mengarah lurus kedepan, dan badan sedikit agak condong kedepan,

24

Kaki posisi kuda-kuda agar tubuh dapat menahan hentakan


kebelakang dengan baik.
g. SAFETY FIRST (APD).
Saat berlatih gunakan selalu alat-alat perlindungan diri demi
keselamatan seperti;
a) Kacamata,
b) Penutup telinga dan
c) Glove.
Hal tersebut dikarenakan proyektil peluru yang ditembakkan
serpihannya akan mental balik secara acak setelah mengenai
sasaran plat besi. Hal ini akan dapat beresiko mengenai mata.
Demikian pula dengan suara bising dari ledakan peluru, tentunya
akan mengganggu pendengaran dalam jangka panjang.
Untuk sarung tangan(glove) ada baiknya digunakan karena
sering kali terjadi ketika senjata api /pistol ditembakan atau dikokang
terkadang slide dapat melukai tangan, bila posisi memegang unit
tersebut salah.
h. PERHATIKAN APA YG ADA DIBELAKANG TARGET.
Didalam

lapangan

tembak

(Shooting

Range)

tentunya

dibelakang target selalu ada gundukan tanah atau susunan balok


kayu, hal ini diperuntukan untuk menahan laju proyektil peluru yang
menembus target sasaran. Namun diluar lapangan tembak, ketika kita
akan menembak, kita harus memperhatikan apa yg ada dibelakang
target/sasaran, karena mungkin proyektil akan tembus dari target dan
mengenai sesuatu dibelakangnya.
Kecuali dengan menggunakan peluru jenis HollowPoint yang
memang akan pecah didalam tubuh target (penjahat/hewan buruan),
sehingga tidak akan tembus dari target dan meluncur kesasaran
dibelakangnya. Sebagai informasi peluru Hollowpoint adalah bullet
dengan projectil yg bolong ditengahnya dan terisi oleh ruber.
Fungsinya ketika projectil masuk kedalam tubuh(penjahat/animal)
maka dia akan mengembang/pecah dan berhenti didalam tubuh,
sehingga tidak tembus. Tidak seperti peluru tajam biasa (Bald bullet).

25

i.

SENJATA HARUS SELALU MELEKAT PADA DIRI


Karena sangat berbahaya bila sampai jatuh ketangan orang
lain, maka jangan tinggalkan unit pistol sembarangan. Unit sebaiknya
harus selalu melekat pada tubuh, tetapi tetap harus dalam keadaan
kosong (unloaded).

j.

JAMMED.
a) Stovepipe Jammed, adalah macetnya slide pistol karena pada
saat recoil terdapat
selongsong peluru(Catridge) yang mengganjal yang seharusnya
terpental keluar terjepit slide.
b) Double Feed Jammed, adalah macetnya pistol karena saat
setelah ditembakkan dan automatis recoil, peluru didalam
Chamber

tidak

dapat

mental

keluar

sempurna

sehingga

mengakibatkan peluru berikutnya tidak dapat masuk ke Chamber


karena terganjal peluru sebelumnya. Cara memperbaikinya kita
harus mengeluarkan Mag secara paksa karena terganjal maka
mag menjadi sulit dikeluarkan dari pistol, kemudian kokang
beberapa kali hingga kedua (peluru aktif dan selongsong peluru
(Catridge) keluar semua.
2. KEJUARAAN MENEMBAK
KONI telah menetapkan cabang olahraga menembak sasaran
sebagai prioritas dalam memperebutkan banyak medali dalam suatu
kejuaraan Multi Event, seperti SEA GAMES, ASEAN GAMES, dan
OLIMPIC GAME.
Salah satu upaya PB perbakin dalam rangka menunjang prestasi
olahraga menembak khususnya di bidang menembak sasaran, adalah
meningkatkan frekuensi pertandingan dengan cara mendorong agar
pertandingan-pertandingan yang pernah masuk dalam kalender perbakin
dapat diaktifkan kebali. Dan melalui Event atau kejuaraan baik di tingkat
daerah maupun nasional, diharapkan akan muncul bibit atlet potensial
yang di kemudian hari dapat mengharumkan nama bangsa dan Negara di
tingkat Internasional.
Adapun kejuaraan menembak sasaran adalah suatu kejuaraan
yang kesinambungan untuk meraih prestasi atlet cabang olahraga
menembak perlu diselenggarakan kegiatan dan kejuaraan menembak
26

sasaran. Seperti yang sudah diselenggarakan baik di tingkat Daerah


maupun Nasional yaitu nomor/ Event yang di pertandingkan diantaranya ;
BIDANG TEMBAK SASARAN
1.

10m Air Rifle Men & Junior

2.

10m Air Rifle Women & Junior

3.

10m Air Pistol Men & Junior

4.

10m Air Pistol Women & Junior

5.

25m Pistol Women

6.

25m Standard Pistol Men

7.

25m Rapid Fire Men

8.

25m Center Fire Pistol Men

9.

50m Pistol Man

10. 50m Free Rifle Prone Men


11. 50m Rifle 3 Position Women
12. 50m Rifle 3x40 Men Precision
13. 50m Rifle Prone Women
14. Metal Shilohuette 3 posisi 15 meter putra-putri
15. Air Rifle Hunting (ARH) 10 meter putra-putri
16. Bench Rest 25 meter putra-putri
3. PANDUAN BERBURU
Bahwa untuk mempertimbangkan Konsevasi Sumber Daya Alam
hayati dan ekosistem serta Konservasi Suaka Marga Satwa, sebelum
melakukan perburuan harus mempehatikan dan menguasai baik
peraturan perundang-undangan maupun tekhnik/ etika berburu. Dalam
berburu tidak ada yang illegal menembak binatang apapun jenisnya di
area berburu (Hunting Rane) dinegara manapun juga. Namun pemburu
yang memiliki etika baik batas peralatannya, kemampuan menembaknya,
akan membidik dalam 1x bidikan (Clean Shoot/ One Shoot One Kill)
artinya pemburu yang ber etika tentu akan sangat berhati-hati dalam
melepaskan tembakannya karena jika tidak tepat pada sasaran yang
mematikan, hanya akan menyakiti binatang buruannya. Selain itu
pemburu juga yang ber etika akan mematuhi semua hukum ketika
melakukan olahraga berburu.

27

Tidak semua olahragawan menembak memiliki keterampilan yang


baik. Maka itu, jika belum memiliki kemampuan menembak yang baik
harus bekerja keras mempelajari dengan memperaktekannya dengan
tekun dan sungguh-sungguh. Sehingga akan memiliki rasa hormat
terhadap buruan mereka dengan cara tidak menyakiti target buruannya.
Pemburu yang memiliki etika tidak akan pernah mengambil dari
batas yang di legal kan sehingga seorang pemburu tidak akan dengan
serta merta atau berlaku seenaknya dalam menggunakan senjata untuk
berburu dan tidak melampaui batas waktu ijin menggunakan senjata
berburunya.
Selain itu juga pemburu yang ber etika harus mampu berbagi ilmu
dengan sesama pemburu lainnya, sehingga tidak ada kesan serakah
dalam berburu dan saat berburu akan memberikan kesempatan atau
peluang bagi temannya sesama pemburu untuk menembak target
buruannya.
Demikian juga pemburu yang ber etika dan etis, akan bersedia
agar meluangkan waktu dan pikirannya untuk lebih memperkenalkan
pengalaman berburunya kepada anggota pemula yang hobi untuk
menikmati pengalaman berburunya (regenerasi)
Untuk lebih mengetahui dan memahami jumlah satwa yang boleh
diburu menurut peraturan Mentri Kehutanan Republik Indonesia Nomor :
P.70/menhut-II/2014 tentang perubahan atas Peraturan Mentri Kehutanan
Nomor : P.19/menhut-II/2010 tentang penggolongan dan tatacara
penetapan jumlah satwa buru.
PENGGOLONGAN DAN TATACARA PENETAPAN JUMLAH SATWA BURU
PENGGOLONGAN
SATWA BURU
A. Burung

B. Satwa Kecil

JENIS SATWA LIAR


Nama Indonesia
Burung
kasuari
kerdil
Burung merak
Ayam hutan merah
Kancil
Musang air
Musang jawa
Musang barvata
Musang air
Biawak
28

Nama Ilmiah
Casuarius bennetti
Pavo muticus
Gallus gallus
Tragulus spp
Vivera tangalunga
Paradoxurus
hermaproditus
Paguma larvata
Viverricula malaccensis

Biawak tanjung
Biawak air tawar
Biawak totol hitam
Biawak kordensis
Biawak air tawar
Landak
Kelinci hutan
Kera ekor panjang
C. Satwa Besar

Babi hutan
Rusa
Kijang
Kambing hutan
Kerbau liar

Varanus beccari
Varanus salvadorii
Varanus salvator
Varanus similis
Varanus kordensis
Varanus indicus kallabeck
Hystrix brachyuran
Nesolagus netsheri
Mocaca fasicularis
Sus spp
Rusa spp
Muntiacusmuntjak
Capricornis sumatraensis
Bubalus bubalus

Selain ditetapkan jumlah satwa buru juga pemburu harus memiliki


Akta otentik yang menyatakan bahwa seseorang telah memiliki/
menguasai kemampuan dan keterampilan berburu satwa buru yaitu,
memiliki Akta buru. Adapaun jenis Akta buru antara lain :
a. Akta buru burung
b. Akta buru satwa kecil
c. Akta buru satwa besar
Permohonan Akta buru harus dilampiri dengan :
a. Identitas Pemohon (KTP), pas foto ukuran 2x3, passport bagi warga
Negara Asing, Kartu Tanda Anggota (KTA) Persatuan Menembak
Sasaran dan Berburu Seluruh Indonesia (PERBAKIN)
b. Keterangan berbadan sehat dari dokter pemerintah
c. Rekomendasi dari kepolisian Daerah setempat
d. Bukti pembayaran pungutan Akta buru
e. Bukti kepemilikan senjata api buru (foto copy buku pas senjata api
buru)
D. KAWASAN KONSERVASI KABUPATEN CIAMIS
1. SUAKA MARGA SATWA GUNUNG SAWAL
Keadaan Fisik Kawasan
Luas dan Letak
Kawasan Gunung Sawal ditetapkan sebagai

Suaka

Margasatwa

berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian No,or : 420/Kpts/Um7/1979


tanggal 4-7-1979 dengan luas 5.400 Ha. Sedangkan menurut hasil
pengukuran dalam Berita Acara Tata batas tanggal 10-1-1979, luas
29

kawasan Suaka Margasatwa (SM) Gunung Sawal adalah 5.360 Ha.


Secara astronomis, kawasan terletak antara 7o 15 LS dan 180o 21 BT.
Area Kawasan menurut administrasi pemerintahan masuk dalam wilayah
Kecamatan Panjalu, kawali, Cipaku, Cikoneng, Cihaurbeuti, Sadananya
dan Panumbangan, Kabupaten Ciamis.
Topografi
Pada umumnya kondisi lapangan bergelombang, berbukit terjal dan
bergunung serta puncak tinggi adalah Gunung Sawal, 1.764 meter diatas
permukaan laut. Kemiringan lereng di bagian tengah antara 20 30%.
Dalam kawasan ini mengalir air sungai Citanduy dengan anak-anak
sungainya, yaitu Sungai Cibaruyon, Cipalih, Ciguntur. Dengan banyaknya
sungai yang mengalir dalam kawasan ini, secara hydrologis kawasan ini
mempunyai arti penting.
Iklim
Keadaan iklim di kawasan SM Gunung Sawal termasuk tipe B
berdasarkan klasifikasi dari Schmidt dan Ferguson, curah hujan rata-rata
3.360 mm per tahun, temperature udara berkisar antara 19o 27oC.
Potensi Biotik Kawasan
Flora
Sebagian besar kawasan ini merupakan hutan alam ( 95%) dan sisanya
merupakan hutan tanaman. Jenis pohon yang terdapat di hutan alam
antara lain : Teureup (Artocarpus elasticus), Puspa (Schima walichii),
Saninten (Castanopsis argantea), Pasang (Quercus paranica), Kiara
(Ficus sp), dan Jamuju (Podocarpus imbricatus. Sedangkan jenis pohon
yang ada dalam hutan tanaman adalah Pinus (Pinus merkusii), Damar
(Agathis lorantifolia), Mahoni (Switenia mahagoni), Rasamala (Altingia
excelsa) dan Kaliandra (Caliandra sp).
Fauna
Kawasan ini merupakan habitat yang baik bagi kehudupan satwa liar,
sehingga perlu pembinaan agar kelestariannya bisa dijaga. Selain itu
dapat juga dimanfaatkan bagi pembangunan ilmu pengetahuan, budaya
dan penelitian. Jenis satwa liar yang ada diantaranya adalah : Meong
Congkok (Fellis bengalensis), Babi Hutan (Sus Vitatus), Macan Kumbang
(Panthera pardus), Kancil (Tragulus javanicus), Trenggiling (Manis
javanicus), Kera (Macaca fascicularis), Bajing (Sciurus sp), Lutung
(Tracypitecus), Macan Tutul (Panthera pardus), Kijang (Muntiacus
30

muntjak), Kalong (Pteropus vampyrus), Elang Lurik (Spilomis cheela),


Saeran (Dicrurus leucophaeus) dan lain-lain.
Aksesibilitas
Rute perjalanan untuk menuju Suaka Margasatwa Gunung Sawal antara
lain adalah :
1. Bandung Ciawi Panjalu Mandalare, berjarak 100Km, dari
Mandalare melalui Tabraya menuju ke Blok Pasir Ipis Km, (Trabaya
merupakan jalan masuk menuju puncak Gunung Sawal).
2. Bandung Tasikmalaya/Indihiang Bojongjengkol/Cihaurbeuti menuju
Desa Sukamaju, berjarak 140 Km, dari Sukamaju menuju Blok
Cibaruyan 4 Km.
3. Ciamis Sadananya Gunungsari, berjarak 13 Km, dari Gunungsari
menuju Blok Cilopang/Pelasari 7 Km.
2. CAGAR ALAM PANJALU / KOODERS
Keadaan Fisik Kawasan
Luas dan Letak
Kawasan hutan Panjalu/Kooders ditetapkan sebagai Cagar Alam
(CA) berdasarkan Gb. Tanggal 21-2-1919 Nomor : 6 Stbl. 90, dengan luas
lahan 16 Ha. Cagar alam ini terletak di tengah danau (situ) yaitu Situ
Lengkong, secara astronomis terletak antara 79 - 717 LS dan 1084 10821 BT. Sedangkan menurut administrasi pemerintahan termasuk
kedalam wilayah Desa Panjalu Kabupaten Ciamis.
Topografi
Keadaan topografinya termasuk daftar dengan ketinggian tempat
731 760 meter diatas permukaan laut.

31

Iklim
Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim kawasan ini
termasuk tipe iklim B dengan curah hujan rata-rata 3.195 mm per tahun.
Suhu rata-rata 19 - 32C.
Potensi Biotik kawasan
Flora
Vegetasi yang ada di Cagar Alam Panjalu cukup banyak jenisnya,
sebagian besar merupakan hutan primer yang masih utuh. Tumbuhan
yang mendominasi kawasan ini adalah : kihaji (Dysoxilum sp), Kileho
(Sauraula sp), Kondang (Ficus variegate), Kiara (Ficus sp), Bungur
(Lagerstromia sp) dan Huru (Litsea sp), sedangkan tumbuhan bawah
diantaranya adalah : Rotan (Calamus sp), Tepus (Zingi beraceae) dan
Langkap Arenga sp).
Fauna
Satwa liar yang banyak dan mudah dijumpai adalah : Kalong
(Pteropus vampyrus). Jenis fauna lainnya adalah Tupai (Calosciurus
nigrivittatus), Trenggiling (Manis Javanicus), Biawak (Varanus salvator),
Ular Sanca (Phyton repticulatus) dan beberapa jenis burung seperti
Burung Hantu (Otus scops), Elang (Haliastur indus) dan Gelatik (Munia
sp).
Aksesibilitas
Untuk menuju kawasan Cagar Alam Panjalu dapat ditempuh melalui :
1. Bandung Ciawi Panjalu, sejauh 95 Km.
2. Tasikmalaya Rajapolah Cihaurbeuti Panjalu, berjarak 40 Km.
3. Ciamis Cihaurbeuti Panjalu berjarak 40 Km.

32

3. Proyek Pengelolaan Taman Buru yang ada di Wilayah Provinsi Jawa


Barat
Wisata Berburu di Cikidang Hunting Resort

Berburu, hmmm suatu kegiatan yang sangat memacu adrenalin


dan ketepatan tindakan, meskipun bukan hobi yang terbilang murah tetapi
berburu terbukti memiliki tantangan dan kemenarikan tersendiri. Tetapi
apa yang akan terjadi jika tempat berburu di alam liar telah menunjukan
penurunan karena mulai punahnya satwa buruan oleh pembunuhan
dengan racun dan jerat, sehingga tidak ada lagi tempat untuk
menyalurkan hobi berburu, eits.. jangan putus asa dulu, anda tetap bisa
menyalurkan hobi berburu anda di Cikidang Hunting Resort.
Cikidang Hunting Resort, suatu tempat wisata berburu yang
notabene satu-satunya di Indonesia berada di Desa Pangkalan,
Kecamatan Cikidang, Kabupatan Sukabumi, Jawa Barat,Cikidang Hunting
Resort begitu istimewa berdiri diatas lahan 30 hektar serta dikelilingi
perkebunan teh, karet dan sawit sehingga tidak sedikipun menurunkan
kesan alami dari suatu tempat berburu.
Kegiatan

Di Cikidang Hunting Resort anda dapat berburu berbagai macam


satwa seperti ayam, kelinci, bebek, kambing, kalkun, babi hutan sampai
rusa. Hewan-hewan tersebut memang bukan satwa liar, tetapi merupakan

33

hewan yang berasal dari tangkapan atau hewan yang sengaja diternak
khusus, bukan berarti hewan-hewan tersebut sangat jinak karena
dikembangbiakan di habitat aslinya.
Untuk berburu disini resort telah menyediakan senapan angin 4,5
mm seberat 8-10 kg, adapula untuk anda yang suka memanah ba ksatria,
resort juga menyediakannya tentunya dengan sewa tersendiri. Tetapi bila
anda

memiliki

senjata

sendiri sangat

diperkenankan

untuk

menggunakannya.
Siapkan stamina anda, karena anda akan menggunakan mobil
berburu atau ATV yang bisa anda sewa di resort untuk menjelajahi
kawasan berburu.
Harga dari setiap hewan yang anda buru memiliki patokan harga
mulai dari Rp 300.000. untuk memburu tiga jenis hewan, yakni kelinci,
ayam, dan kalkun. Sedangkan untuk berburu kambing hutan Rp 800.000
Rp 1,2 juta per ekor, dan babi hutan Rp 1 jutaRp 2 juta per ekor.

Hasil buruan bisa langsung di masak dan disantap di restoran


yang telah tersedia di Cikidang Hunting Resort sesuai dengan selera kita,
tentunya akan terasa ciamik.
Bagi anda yang tidak menyukai kegiatan berburu, ada cara lain
untuk menikmati Cikidang Hunting Resort diantaranya adalah berkuda,
berenang, offroad, dan juga outbound (paintball dsb)

34

Spesial

Seperti suatu keharusan kawasan wisata memiliki hal yang spesial


untuk ditunjukan kepada para pengunjung, begitu pula dengan Cikidang
Hunting Resort. Ada suatu pertunjukan tradisional yang dikenal dengan
istilah Adu Bagong, yaitu pertarungan antara bagong (sunda: Babi
Hutan) dengan anjing pemburu, yang sangat menarik untuk disaksikan,
karena memberikan ketegangan tersendiri ketika kita menyaksikannya.
Akomodasi

Jika anda yang berminat untuk bermalam dengan panorama dan


suasana natural, Cikidang Hunting Resort juga menyediakan penginapan.
Ada 31 kamar dan 23 cottage dengan harga sewa mulai Rp 225.000
hingga Rp 750.000 per malam.
Transportasi
Cikidang Hunting Resort berada di Kabupaten Sukabumi, jangan
khawatir menuju tempat ini, karena ada transportasi umum dengan akses
jalan baik yang dapat mengantarkan anda sampai ke tempat, Jika anda
berasal jakarta sesampainya di terminal baranangsing bogor atau ciawi
anda bisa menggunakan elf l300 kemudian turun di pertigaan cikidang
lalu menggunakan angkot berwarna hijau hingga anda sampai di tempat,
untuk anda berasal dari bandung sesampainya di terminal degung
sukabumi anda juga bisa naik elf l300 kemudian turun di pertigaan

35

cikidang lalu menggunakan angkot berwarna hijau hingga anda sampai di


tempat
Rute 1

: Anda melewati jalur Jakarta-Bogor/Ciawi-CibadakCikidang


Rute 2
: Anda melewati jalur Bandung-Cianjur-Sukabumi-CibadakCikidang
Menggunakan Transportasi Umum
Jakarta Bogor Cibadak Cikidang
- Jakarta Bogor Rp 8.000,- Bogor Cibadak (elf) Rp 13.000,- Cibadak Cikidang Rp 5.000, Bandung Sukabumi Cibadak Cikidang
- Bandung Sukabumi Rp 20.000,- Sukabumi (elf)- Cibadak Rp 5.000,- Cibadak Cikidang Rp 5.000,4. Kawasan Konservasi Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK)
Kawasan Konservasi
Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi (TBMK)
Kawasan TBMK pada peta google
Catatan: ini adalah peta interaktif, anda dapat melakukan
pengaturan dengan menekan tombol atur yang ada pada peta diatas.
Untuk informasi gambar dan peta lain silahkan mengunjungi laman peta
kareumbi.
Letak dan Luas
Kawasan seluas 12.420,70 hektar ini terletak pada area yang
menjadi

kewenangan

tiga

kabupaten

yaitu

Kabupaten

Bandung,

Kabupaten Sumedang danKabupaten Garut. Sebagian besar area berada


di Sumedang dan Garut.
Secara geografis kawasan TB. Gunung Masigit-Kareumbi terletak
antara 6 51 31 sampai 7 00 12 Lintang Selatan dan 107 50 30
sampai 108 1 30 Bujur Timur.

36

Peta Administrasi Wilayah dan Area TBMK


Data dasar Kawasan yang didapat dari BBKSDA Jabar adalah sebagai
berikut:
Panjang Batas (1980): 128,46 KM
Orientasi Batas (1997) : Pal Batas seluruhnya 2201 buah (1117 baik,
802 rusak, 282 hilang).
Penataan Batas Blok : Blok Pemanfaatan 7667,99 Ha
Blok Penyangga 4753,51 Ha
Asal Nama
Masigit diambil dari Pasir Masigit yang terletak di sebelah timur kawasan.
Sedangkan Kareumbi berasal dari gunung Kareumbi di sebelah barat
kawasan. Kareumbi juga nampaknya diambil dari nama sebuah pohon,
yaitu pohon Kareumbi (Homalanthus populneus) yang semestinya dahulu
banyak terdapat di gunung tersebut.
DAS
Kawasan ini merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) Cimanuk yang juga
menjadi penyangga bagi sungai Citarum, sungai terbesar di Jawa Barat.
Dalam kawasan ini terdapat pula beberapa sumber air berupa sungai
diantaranya adalah Sungai Cigunung, Cikantap, Cimanggu, Cihanyawar,
Citarik Cideres, Cileunca, Cianten, Cikayap, Cibayawak, Cibangau,
Cisereh dan Cimacan. Dapat ditambahkan juga Sungai Cideres, Citarik
dan Cimulu.

37

Topografi
Topografi kawasan umumnya berbukit sampai bergunung-gunung dengan
puncak tertinggi gunung Karenceng 1.763 m dpl.
Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt Ferguson, kawasan ini termasuk tipe
iklim C dengan curah hujan rata-rata per tahun 1900 mm, kelembaban
udara berkisar antara 60 90 % dan temperatur rata-rata 23 C
Flora
Hutan alam Masigit Kareumbi di dominasi oleh jenis Pasang (Quercus
sp.), Saninten (Castanea argentea), Puspa (Schima walichii), Rasamala
(Altingia excelsea). Sedangkan tumbuhan bawahnya terdiri dari tepus
(Zingiberaceae), Congok (Palmae), Cangkuang (Pandanaceae) dan lainlain. Dari jenis liana dan epiphyt yang terdapat di kawasan ini adalah
Seuseureuhan (Piper aduncum), Angbulu (Cironmera anbalqualis),
Anggrek Merpati (Phalaenopsis sp), Anggrek Bulan (Phalaenopsis
amabilis), Kadaka (Drynaria sp), dan lain-lain. Hutan tanaman 40 %
didomonir oleh jenis pinus (Pinus merkusii), Bambu (Bambusa sp), dan
Kuren (Acasia decurens).
Ikuti pranala berikut untuk melihat daftar flora di Masigit Kareumbi yang
kami kumpulkan dari berbagai sumber.
Fauna
Jenis-jenis fauna yang ada di kawasan TB G. Masigit Kareumbi antara
lain: Babi hutan (Sus vitatus), Rusa Tutul (Axis axis), Kijang (Muntiacus
muntjak), Anjing hutan (Cuon javanica), Macan tutul (Panthera pardus),
Kucing hutan (Felis bengalensis), Ayam hutan (Gallus sp), Kukang
(Nycticebus coucang), Bultok (Megalaema zeylanica), Kera (Macaca
fascicularis),

Lutung

(Tracypithecus

auratus)

dan

Burung

Walik

(Chalcophals indica).
Ikut pranala berikut untuk melihat daftar fauna di Masigit Kareumbi yang
kami kumpulkan dari berbagai sumber.
Pintu Masuk dan Akses
Ada beberapa pintu masuk ke kawasan TBMK.
1. KW: Bandung Rancaekek Bypass Cicalengka Sindangwangi
Tanjungwangi, jarak 43 Km.
2. Cipancar: Bandung Sumedang Cipancar jarak 47 Km, ke lokasi
1,5 Km
3. Cibugel: Bandung Limbangan Cibugel jarak 68 Km, Cibugellokasi 3 Km
Pintu masuk selengkapnya adalah sebagai berikut:
Pintu Masuk Blok KW. (Cigoler)

38

Ditempuh

dengan

route

jalan

Bandung

Cicalengka

Sindangwangi Tanjungwangi Blok KW. Jarak kota Bandung


Cicalengka 30 Km, menggunakan jalan raya propinsi atau dengan
kereta api.
Dari Cicalengka menuju Sindangwangi ( 13 Km) dengan jalan
beraspal hotmix dalam kondisi baik (2009), dari Sindangwangi melintasi
Kp. Leuwiliang menuju pintu masuk Blok KW (2 Km) berupa jalan aspal
kelas III dengan kondisi agak jelek dan sempit.
Dari pintu masuk menuju blok

KW

km

jalan

berbatu makadam dengan kondisi agak jelek. Lokasi KW dapat dilalui


dicapai oleh kendaraan roda empat, truk tentara dan bis mini (30 seat).
STATUS: AKTIF
Pintu masuk CIbugel / Cikudalabuh
Dapat ditempuh melalui route Bandung Balubur Limbangan
Cibugel (68 Km), atau melalui route Bandung Sumedang Darmaraja
Cibugel (72 Km), jalan beraspal dengan kondisi baik. Dari Cibugel
menuju lokasi Cikudalabuh (3 Km) jalan berbatu dengan kondisi agak
jelek.
STATUS: TIDAK AKTIF
Pintu Masuk Ciceuri
Ditempuh melalui route Bandung Tanjungsari Haurgombong
Ciceuri (28 Km), sebagian kondisi jalan dari Haurgombong menuju lokasi
Blok Ciceuri (3 Km) berbatu dengan kondisi baik.
STATUS: TIDAK AKTIF
Pintu Masuk Cipancar
Ditempuh melalui route Bandung Sumedang menuju CIpancar
(47 Km) dengan jalan beraspal kondisi baik, selanjutnya dari Cipancar
ke lokasi ( 1,5 Km) dengan kondisi jalan agak jelek.

39

STATUS: TIDAK AKTIF


Pintu masuk utama menuju lokasi yang sudah dikelola oleh
Manajemen adalah yang melalui Cicalengka. Lokasi pintunya disebut
KW yang merupakan singkatan dari Kawasan Wisata. Pintu ini
terletak di kampung Leuwiliang, Desa Tanjungwangi, Kecamatan
Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Peta Arah ke KW (klik untuk detil)


KW dapat dicapai lebih kurang 14km dari kota Cicalengka, atau
sekitar 90 menit berkendara dari Bandung. Jarak dari pintu tol Jarak dari
Tol Pasteur sampai KW adalah 62 kilometer. Untuk membaca apa saja
yang terdapat di KW, silahkan ikuti pranala ini.
Sejarah Pengelolaan Kawasan
Karena termasuk kawasan konservasi, kawasan ini menjadi
tanggung

jawab

Departemen

Kehutanan cq. Direktorat

Jenderal

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam cq. Balai Besar Konservasi dan
Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat.
TB. Gunung Masigit Kareumbi saat ini berada di bawah koordinasi
Bidang Wilayah II dan Seksi Konservasi Wilayah III BBKSDA Jabar.
Milestone Pengelolaan Kawasan (klik untuk detil)
Periode 1921 1927
Berdasarkan Gouvernment Besluit No. 69 tanggal 26 Agustus 1921
dan Gouvernment Besluit No. 27 tanggal 27 Agustus 1927, komplek
hutan Gunung Masigit Kareumbi ditetapkan sebagai kawasan Hutan (1).
Periode 1950an
Kawasan hutan Gunung Masigit Kareumbi dikelola oleh Dinas Kehutanan
Propinsi Jawa Barat. Dan selama dalam pengelolaan ini telah dilakukan
40

kegiatan reboisasi antara tahun 1953 1976 dengan jenis tanaman


pinus, rasamala, dan puspa seluas 4809,98 Ha (1).
Periode 1966
Pada sekitar tahun 1966, Pangdam Siliwangi, Bpk. Ibrahim Adjie
memprakarsai pengembangan usaha di kawasan ini. Beliau membangun
rumah di salah satu pintu masuk kawasan, yang selanjutnya disebut blok
KW.

Karena

kesukaan

terhadap

olahraga

berburu,

beliau

juga

mengembangkan dan mengintroduksi berbagai jenis rusa, diantaranya


Rusa Sambar (Cervus unicolor), Rusa Timor (Cervus timorensis), dan
Rusa Tutul (Axis axis) (2).
Usaha ini dilakukan bersama-sama dengan Dinas Kehutanan Propinsi
Jawa Barat dengan seksi PPA Jawa Barat II dan Pemda Kabupaten
bandung dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya satwa liar yang
dibina secara baik, sekaligus mengelola secara efisien. Jumlah rusa yang
di introduksi sebanyak 25 ekor pada lahan berpagar seluas 4 ha.
Setahun kemudian pagar tersebut dibuka dan rusa dilepaskan ke dalam
hutan (1).
Periode 1970 1988
Melalui SK. Menteri Pertanian No 297/Kpts/Um/5/1976 tanggal 15 Mei
1976 kawasan ini ditetapkan sebagai Hutan Wisata dengan fungsi Taman
Buru.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 2 tahun 1978 tentang
berdirinya Perum Perhutani Unit III Jawa Barat, ditetapkan bahwa wilayah
kerja Perum Perhutani III meliputi bekas wilayah Dinas Kehutanan Jawa
Barat, diantaranya kawasan TB. Masigit Kareumbi.
Kemudian pada tahun 1980 dilakukan penataan batas luar oleh Direktorat
Jenderal INTAG Departemen Kehutanan. Peta lampiran batas luar ini
disahkan oleh Menteri Kehutanan pada tanggal 2 Februari 1982.
Pada periode ini dibuatlah Rencana Pengelolaan (Management Plan)
Hutan Wisata Buru Gunung Masigit-Kareumbi Tahun 1979 1984 oleh
Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam. Dalam
rencana pengelolaan tersebut, dilakukan pembagian zonasi ke dalam 4
zona, yaitu:
1. Zona Semi Perlindungan (Wilderness Zone) seluas 7.800,7 ha.
2. Zona Rekreasi (Intensive Use Zone) seluas 520 ha.
41

3. Zona Perlindungan (Sanctuary Zone) seluas 4.100 ha.


4. Zona Penyangga (Buffer Zone) meliputi areal berjarak 500 m
dari batas kawasan ke arah luar
Berdasarkan PP No. 36 tahun 1986 tentang Perusahaan Umum
Kehutanan Negara (Perum Perhutani) ditetapkan bahwa wilayah kerjanya
meliputi hutan negara yang berada di Propinsi Jawa Timur, Jawa Tengah,
Jawa Barat, kecuali Hutan Suaka Alam, Hutan Wisata (termasuk Taman
Buru) dan Taman Nasional.
Sebagai tindak lanjut PP tersebut maka pada tanggal 27 Februari 1988
telah dilakukan serah terima pengelolaan Hutan Wisata Taman Buru
Gunung Masigit Kareumbi, dari Direksi Perum Perhutani kepada Direktur
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) yang
disaksikan oleh Menteri Kehutanan di Bali yang tertuang dalam naskah
Berita Acara Serah Terima dengan ketentuan bahwa Perum Perhutani
masih dapat mengelola hutan tanaman pinus pada TB. Gunung Masigit
Kareumbi yang dalam pelaksanaannya harus sesuai dengan petunjuk
yang dikeluarkan oleh Departemen/ Direktorat Jendral PHPA (1).
Periode 1988 1998
Kemudian pada tahun 1990 dilakukan program Perencanaan Tapak (Site
Plan) oleh Fakultas Kehutanan IPB kerja sama dengan BKSDA III. Dalam
dokumen tersebut pembagian kewilayahan kawasan dilakukan sebagai
berikut:
1. Zona pengelolaan di Blok KW, Ciceuri, Cipancar dan Cibugel,
Cikudalabuh
2. Zona pengembangbiakan satwa buru di blok KW dan Cibugel
3. Zona buru yang merupakan sebagian besar kawasan
4. Zona non-buru di Blok Cipancar dan Ciceuri
5. Zona penyangga diluar kawasan
Kemudian pada tahun 1992 dilakukan kembali program pembuatan
rencana pengelolaan (management plan) dari Direktorat Jenderal PHPA
yang disusun oleh PT. Aristan Ekawasta. Dalam konsep tersebut,
kawasan dibagi dalam:
1. Zona pengelolaan intensif
2. Zona penangkaran
3. Zona peliaran dan perlindungan satwa buru
42

4. Zona padang buru di


5. Zona wisata alam lainnya, dan
6. Zona desa binaan/ daerah penyangga
Sehingga pada tahun 1990 1993 ini dapat disebutkan bahwa TB.
Masigit Kareumbi dijadikan proyek percontohan oleh BKSDA III dengan
sumber dana mencapai Rp. 520 juta. Sebagian besar dana tersebut
digunakan untuk pembangunan sarana dan prasarana (1).
Dalam Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 104/Kpts/II/1993 tanggal
20 Februari 1993, maka hak pengusahaan TB. Gunung Masigit Kareumbi
diserahkan kembali kepada Perum Perhutani (1).
Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
141/Kpts/II/1998 tanggal 25 Februari 1998, Pengusahan Taman Buru
Gunung Masigit Kareumbi oleh Perum Perhutani kembali dicabut (1).
Periode 1998
Muncul surat dari Menteri Kehutanan No. 235/Menhut/-II/1998, tanggal 25
Februari 1998 yang menyetujui bahwa Hak pengusahaan Taman Buru
Gunung Masigit Kareumbi diserahkan kepada PT. Prima Multijasa Sarana
(PMS) yang berada di blok pemanfaatan dan blok buru seluas 7.560,72
ha. Sedangkan sisanya seluas 4809,98 ha yang didalamnya terdapat
tegakan
Perhutani.

pinus,
Hak

hak

pengusahaannya

pengusahaan

diserahkan

tersebut

kepada

mencakup

ijin

Perum
untuk

memanfaatkan dan menyadap getah.


Dalam perjalanannya kawasan ini kemudian ditetapkan melalui SK.
Menhut No. 298/Kpts-II/98 tanggal 27 Pebruari 1998 dan nama resminya
adalah Taman Buru Gunung Masigit Kareumbi.
Surat Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan No. 733/II/Kum/1998
Tanggal 16 April 1998, tentang Ijin Prinsip Taman Buru Gunung Masigit
Kareumbi dinyatakan bahwa ijin Pengusahaan Perburuan bertanggung
jawab atas kelestarian fungsi kawasan. Selain itu, kepada Perum
Perhutani diberi kesempatan untuk menyadap getah pinus dan tidak
untuk memanfaatkan kayu.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No.
923/Kpts-II/1999 Tanggal 14 Oktober 1999, diberikan ijin Pengusahaan
Taman Buru kepada PT. PMS pada blok pemanfaatan Taman Buru
Gunung Masigit Kareumbi.
43

Namun

dalam

perjalanannya,

pihak

pengelola

ini

terkait

kasus

penebangan hasil hutan terutama kayu yang menyeret banyak pihak


kepada hukum,

terutama pihak pengelola sendiri sampai akhirnya

kawasan ini diambil lagi pengelolaannya oleh BKSDA.


Periode 2008 s/d Sekarang
Sampai tahun 2008, kawasan ini terutama area KW berada dalam
kondisi terbengkalai. Infrastruktur dan bangunan yang dibangun oleh
pengelola sebelumnya termasuk oleh pemrintah dan berbagai program
yang telah diluncurkan lambat laun rusak. Sebagian besar konstruksi
bangunan dan infrastruktur, termasuk bangunan rumah pak Ibrahim Adjie
dicuri orang. Bangunan Pusat Informasi Taman Buru milik BKSDA juga
tak luput dari perusakan dan sudah tidak dapat digunakan kembali.
Wisma Pemburu, kompleks taman safari mini, kolam renang, rumah sakit
hewan bahkan mesjid juga tidak luput dari kerusakan.
Selain itu, perambahan kawasan untuk pertanian dan pengambilan kayu
untuk keperluan bahan bangunan serta kayu bakar juga marak. Demikian
juga perburuan liar yang menyebabkan satwa terutama rusa tak
berbekas.
Pada sekitar tahun 2006, sesepuh Wanadri yang sering melakukan
perjalanan ke kawasan ini, Remi Tjahari (W-090-LANG) melihat potensi
kawasan yang sangat besar. Namun di balik potensi kawasan sebagai
daerah konservasi dan sangat layak dikembangkan untuk wisata dan
pendidikan alam terbuka juga terdapat potensi kerusakan lingkungan bila
tidak dikelola dengan baik.
Akhirnya pada tahun 2007, Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki
GunungWanadri menyampaikan minat untuk melakukan pengelolaan
kawasan pada pihak Kementrian Kehutanan dan BBKSDA. Setelah
menempuh berbagai kewajiban diantaranya pembuatan Rencana Jangka
Pendek dan Menengah, pada bulan April tahun 2008, BBKSDA
mengeluarkan surat keputusan No: 750/ BBKSDA JABAR. 1/ 2008 yang
kemudian direvisi oleh SK No. 1111/BBKSDA JABAR.1/2009 yang pada
intinya menyatakan bahwa BBKSDA setuju untuk melakukan kerjasama
kemitraan Optimalisasi Pengelolaan Kawasan dengan Wanadri dan
mekanisme kerjasamanya ditelurkan kedalam dokumen tersebut dengan
diketahui oleh Departemen Kehutanan.
44

Selanjutnya, pihak Dewan Pengurus Wanadri menunjuk Koperasi


Wanadri melalui surat No: 02/ SPK/ DP/ XX/ W/ IV/ 2008 untuk
membentuk sebuah badan otonom yang dapat melakukan fungsi-fungsi
pengelolaan di TBMK.

Manajemen Kawasan Konservasi Masigit Kareumbi


Maka pada akhir 2008 dibentuklah tim yang disebut Tim
Manajemen Pengelola Kawasan Konservasi Masigit Kareumbi.
Sejak itu tim mulai bekerja melakukan pembenahan di kawasan
utama yang disebut KW. Model pembenahan kawasan dengan
cara cost-recovery dan pola pelibatan masyarakat sekitar kawasan serta
kolaborasi dengan berbagai pihak. Strategi tersebut menjadi andalan tim
manajemen ini.
Program-program awal yang dilakukan di sini adalah Pendidikan &
Pelatihan serta Program Konservasi Wali Pohon. Sejak diperkenalkan
pada akhir 2008 sampai Maret 2009, program Wali Pohon telah menanam
sejumlah 10.500 batang pohon dengan model adopsi bergaransi selama
5 tahun.

45

Organigram Tim Manajemen Pengelola Kawasan Konservasi


Masigit Kareumbi
Program Pengelola
Enam program yang telah direncanakan dalam Rencana Jangka
Pendek dan Menengah secara garis besar adalah:
1. Pendidikan dan Pelatihan Alam Terbuka
2. Ekowisata
3. Konservasi
4. Pemulihan Populasi Satwa Buru dan Wisata Buru
5. Pemberdayaan Masyarakat
6. Penelitian dan Pengembangan
Disadari,

bahwa

pengelolaan

sebuah

kawasan

konservasi

bukanlah masalah yang mudah. Dan melihat sejarah pengelolaan yang


cukup panjang, dapat diperkirakan bahwa tantangan yang ada di
kawasan ini cukup kompleks. Karenanya tim Manajemen tidak dapat
bergerak sendiri, namun mutlak harus melibatkan berbagai pihak,
terutama yang peduli terhadap kelestarian sumber daya alam. Tentunya
termasuk anda!
Mari, satukan hati dan pikiran. Dukung kawasan ini dengan cara
yang bisa anda lakukan. Semoga Indonesia selalu lestari.

46

Anda mungkin juga menyukai