Media
bahan
5. Evaluasi
Pertemuan 1 : Rencana perkuliahan, reviu konsep, silabus mata kuliah, dan tata
tertib
Pertemuan 2 : Landasan Filosofis Olahraga Petualangan: Pendahuluan,
Rasionalisasi, Pemaknaan Filsafat, Pemaknaan Olahraga, dan
Pemaknaan Petualangan
Pertemuan 3 : Aktivitas Olahraga Petualangan dan Fungsi Kognitif : (1) Konsep
Dasar tentang fungsi kognitif, (2) Pengaruh aktivitas Olahraga
Petualangan terhadap Fungsi Kognitif, (3) Beberapa Petunjuk
Praktis Pengembangan Fungsi Kognitif Melalui Olahraga
Petualangan
Pertemuan 4 : Pengertian dan Ruang Lingkup Olahraga Petualangan : (1)
Pengertian & Konsep, (2) Ruang Lingkup Olaharaga Petualangan
Pertemuan 5 : Pengenalan Metode Olahraga Petualangan : (1) Metodologi
Olaharaga Petualangan, (2) Peranan Fasilitator Olahraga
Petualangan
Pertemuan 6 : Penyusunan Program Olahraga Petualangan : (1) Low Activity, (2)
High Activity
Pertemuan 7-8: Pengembangan Aspek Sosial dan Moral melalui Olahraga
Petualangan
: (1) Pengembangan Aspek Sosial, (2) Pengembangan Aspel Moral,
(3) Beberapa petunjuk praktis untuk Pengembangan Aspek Moral
dalam Olahraga Petualangan
Pertemuan 9 : UTS pokok bahasan/sub pokok bahasan 1 s/d. 8
Pertemuan 10 : Jenis Kegiatan Olahraga Petualangan : (1) Arung Jeram & Dayung,
(2) Off Road, (3) Hiking/Mendaki Gunung, (4) Outbound, dan (5)
Sport Tourism (Bersepeda)
Pertemuan 11 : Teknik Menyusun Rencana Strategis Kegiatan Olahraga
Petualangan; (1) Tujuan, Sasaran & Metoda, (2) Membuat Jadwal
Kegiatan, da, (3) Perlengkapan Pribadi
Pertemuan
12 13
7. Daftar buku :
Buku Utama
Sumardiyanto. 2006. Buku Ajar Mata Kuliah Olahraga Petualangan. FPOK
Referensi
Agoes Susilo. 2004. Outbound Itu Menyesatkan. Bumi Cendekia. Jakarta
Djamaluddin Ancok. 2002. Outbound Management Training. UII Press-Yogyakarta
Haryono Wing. 1986. Pariwisata Rekreasi dan Entertainment. Ilmu Publisher.
Jakarta
Haryono Wing. 1985. Rekreasi Sekolah. FPOK IKIP Bandung
P Lynton. 1969. Training for Development. CV. Mosby Company. Louis.
Rusli Ibrahim. 2001. Landasan Psikologis Penjas di SD. Depdiknas Dirjen
Dikdasmen.
Dirjen OR. Jakarta
I. PENDAHULUAN
ARUNG JERAM alias rafting adalah kegiatan yang memadukan unsur
olahraga, rekreasi, petualangan, dan edukasi. Memang tak ada persyaratan
khusus untuk mengikuti kegiatan ini, karena hampir semua orang dapat
mencobanya. Mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa, bahkan orang tua
yang berumur 60 tahun sekalipun.
Tidak memiliki kemampuan berenang pun bukan menjadi hambatan untuk
mengikuti kegiatan arung jeram. Yang anda perlukan hanya kondisi fisik yang
prima dan melakukan reservasi dua minggu sebelum kegiatan. Guna
menunjang kegiatan dan agar kegiatan arung jeram yang akan anda ikuti lebih
berkesan dan penuh makna, berikut ini Panduan Kegiatan Arung Jeram.
II. PERALATAN ARUNG JERAM
A. Riverboats (Perahu)
Bagian-bagian yang terdapat pada perahu:
1. Bow and Stern
2. Chamber atau biasa disebut tube
3. Floor
4. Thwart
5. Boat line (tali kapal)
6. D-Ring
7. Handling Grip
8. Bilge Hole/self bailing
9. Valve
Cara duduk di perahu berbeda dengan cara duduk di kursi, yaitu dengan
menyamping. Peserta duduk pada sisi perahu (baik sisi kiri maupun sisi
kanan); kaki dalam posisi kuda-kuda pada lantai perahu. Posisi kuda-kuda ini
dimaksudkan sebagai pengatur keseimbangan badan selama anda mengikuti
pengarungan. Saat duduk di perahu, perhatikan jangan sampai ada bagian
tubuh anda yang terikat atau terlilit tali. Ini sangat berbahaya jika perahu
mengalami flip atau terbalik.
Posisi duduk anda pun harus mudah untuk menggapai boat line. Bila boat line
pada perahu anda terlihat kendur, beritahukan segera pada skipper untuk
mengencangkan boat line tersebut agar tidak mengganggu selama
pengarungan.
Aturlah jarak duduk anda dengan peserta yang lain agar tidak mengganggu
pergerakan selama pengarungan, baik untuk mendayung maupun saat
menjalankan instruksi moving position atau perpindahan.
Seperti perahu, PFD atau pelampung memiliki berbagai jenis dan ukuran. Ia
terbuat dari bahan polyfoam yang dibungkus dengan bahan kedap air yang
berwarna terang. US Coastal Guard menganjurkan memakai PFD type III
pada setiap kegiatan arung jeram. Pelampung jenis ini yang paling umum
digunakan pula oleh para rafter dalam setiap pengarungannya.
Setiap PFD Type III memiliki daya apung tinggi dihitung berdasarkan berat
tubuh rata-rata saat berada di dalam air. Maka anda tidak perlu takut
tenggelam saat berada di dalam air.
Cara pemakaian PFD/Pelampung:
Pilihlah PFD yang berwarna cerah. Pastikan tidak ada lubang atau jahitan
yang terlepas pada PFD tersebut, serta strap yang ada dapat dipasang dan
dilepas dengan mudah. Bila bagian perut anda lebih besar dari bagian dada,
pilih dan pakailah PFD dengan ukuran lebih besar.
PFD atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket. Pastikan
setiap strap terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar. Atur
keeratan tali senyaman mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak
terlalu sempit atau longgar.
Setelah anda selesai memakai PFD, lakukan gerakan berikut:
1. Pada posisi berdiri, putarkan badan anda ke kiri dan kanan. Pastikan PFD
yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami
pergeseran/perubahan posisi. Ini ditandai dengan letak strap tetap pada satu
garis tegak lurus seperti posisi kancing kemeja. Jika terjadi pegeseran, atur
kembali keeratan tali pada setiap strap. Jangan malu dan ragu untuk minta
skipper/rekan membantu mengatur keeratan tali strap ini.
2. Pada posisi duduk kedua kaki diluruskan kedepan; putarkan badan anda ke
kiri dan kanan lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang
digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur
kembali keeratan setiap strap yang ada.
3. Masih dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan ke depan, minta
bantuan skipper/rekan untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda
gunakan pada bagian bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan
tubuh anda ditarik/diangkat, posisi bahu pelampung tidak melebihi batas
telinga anda. Jika ya, atur kembali keeratan setiap strap yang ada.
C. Paddle (Dayung)
D. Helm
Pilihlah helm sesuai dengan ukuran kepala. Pastikan tidak ada keretakan pada
helm tersebut, serta semua tali dan strap masih dalam kondisi yang baik.
Pakailah seperti pemakaian helm pada umumnya.
Atur strap senyaman mungkin; jangan terlalu sempit atau terlalu longgar agar
tidak mengganggu pandangan anda selama pengarungan. Sekali lagi, pastikan
strap sudah terpasang dan pada posisi yang benar.
III. PADDLE COMMAND (INSTRUKSI DALAM PENGARUNGAN)
Setelah anda terbiasa dengan cara memegang dayung, anda akan diberikan
instruksi cara menggunakan dayung tersebut. Instruksi ini disebut paddle
command. Prinsip dalam menggunakan dayung, adalah tenaga disalurkan
pada kedua lengan yang menggerakkan dayung untuk mengatur dan
mengarahkan gerak perahu. Arah dayungan tersebut dibantu gerakan badan;
disesuaikan dengan tenaga yang diperlukan untuk mengatur dan
mengarahkan gerak perahu.
Basic Paddle Technic, instruksi tentang teknik dasar mendayung, yaitu:
1) Forward (Maju)
Instruksi yang diberikan untuk dayungan maju, dilakukan oleh seluruh
peserta dengan menarik blade/bilah dayung yang berada didalam air kearah
belakang searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah
tegak lurus terhadap permukaan atau mendekati 90 derajat. Pada saat keluar
dari air, dayung diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar mendekati 90
derajat hingga bilah dayung kembali menyentuh air. Gerakan ini dilakukan
berulang-ulang sampai ada instruksi lanjutan.
2) Backward (Mundur)
Instruksi yang diberikan untuk dayungan mundur, dilakukan oleh seluruh
peserta dengan menarik blade/bilah dayung yang berada di dalam air ke arah
depan searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah
sejajar dengan permukaan air. Begitu pun saat keluar dari air, dayung
diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar hingga bilah dayung kembali
menyentuh air. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai ada instruksi
lanjutan.
3) Turn Left (Belok Kiri)
Instruksi untuk membelokkan perahu ke arah kiri. Gerakan ini dilakukan
dengan dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kanan,
sementara peserta pada kiri perahu stop mendayung. Jika skipper merasa
perlu untuk membelokkan perahu ke kiri dengan cepat, maka posisi peserta
yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan mundur.
Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan kananmaju dan kiri-mundur! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kanan
melakukan dayungan maju, sementara peserta pada bagian kiri melakukan
dayungan mundur.
4) Turn Right (Belok Kanan)
Instruksi yang diberikan untuk membelokkan perahu ke arah kanan;
kebalikan dari instruksi turn left (belok kiri). Gerakan ini dilakukan dengan
dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kiri, sementara
peserta pada bagian kanan stop mendayung.
Jika skipper merasa perlu membelokkan perahu ke kanan dengan cepat,
posisi peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur.
Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan kiri-maju
dan kanan-mundur! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kiri
melakukan dayungan maju, sementara peserta yang duduk pada bagian kanan
melakukan dayungan mundur.
5) Stop (Berhenti)
Instruksi yang diberikan untuk menghentikan dayungan; semua dayung tidak
berada dalam air, digenggam dengan posisi di atas pangkuan.
IV. SELF-RESCUE
Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap peserta adalah hal yang
utama. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan
arung jeram ini. Namun peserta harus selalu menyadari, kegiatan arung jeram
tidak akan pernah lepas dari segala resiko dan bahaya; baik oleh faktor
manusia, peralatan, maupun faktor alam yang menyertainya.
Meski begitu, anda tidak perlu cemas, karena justru di sinilah letak salah satu
kegembiraan yang akan anda rasakan saat bermain-main dengan air.
Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat melakukan kegiatan arung
jeram ini perlu anda cermati betul. Walaupun anda dipandu skipper yang
berpengalaman, ia tetap memiliki keterbatasan. Sehingga hal terbaik yang
harus anda lakukan adalah melakukan tindakan penyelamatan diri sebelum
datang tim rescue yang akan membantu anda.
Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan arung jeram, adalah
menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan penyelamatan
terhadap orang lain. Si penyelamat harus benar-benar berada dalam kondisi
yang aman dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya korban.
Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue:
1. Swimmer
Swimmer adalah istilah yang digunakan oleh kalangan boater untuk
menyebut orang yang terlempar keluar dari perahu saat berarung jeram. Jika
anda belum pernah mengalaminya, percayalah suatu saat anda akan
mengalaminya. Bagi anda yang baru kali pertama melakukan kegiatan arung
jeram, tidak perlu khawatir.
Banyak peserta yang kali pertama mengikuti kegiatan arung jeram mengalami
hal ini dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Bahkan menjadi cerita
menarik bagi rekan-rekannya dan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang
mengalami. Namun tak sedikit pula peserta yang tidak mengalaminya dalam
setiap kegiatan yang diikuti.
Hal pertama yang harus anda lakukan jika mengalami swimmer: Jangan
panik!
Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu
apa yang harus anda lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah anda dapat
mengatasi rasa panik, selanjutnya anda harus menyadari dan mengetahui
situasi di sekeliling anda.
2. Teknik berenang di arus
a. Defensive swimming position
sekalipun, sebelum anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang
cukup tenang.
b. Aggressive swimming position
Jika ya, raih throw bag/rescue rope yang dilemparkan. Pegang erat pada
bagian tali, jangan pada bagian kantong tali. Pegang dengan tetap melakukan
teknik defensive swimming sambil tim rescue menarik anda ke tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat rintangan atau obstacle (bebatuan,
dahan/ranting, atau pohon tumbang)?
Jika ya, hindari daerah tersebut baik dengan aggressive swimming ataupun
defensive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat undercut, strainer, dan sieves?
Jika ya, hindari daerah tersebut secepat mungkin dengan aggressive
swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah anda berada di bawah perahu terbalik?
Jika ya, segeralah keluar dari bawah perahu dengan cara menyelam ke arah
hulu atau ke samping. Jangan menyelam ke arah hilir karena anda akan tetap
terperangkap di bawah perahu.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah anda berada di dalam hole/hydraulic (arus berputar-putar)?
Jika ya, lakukan aggressive swimming dengan mengikuti putaran arus ke arah
luar yang menuju hilir. Atau dapat juga dilakukan dengan menyelam pada
bagian tengah pusaran dengan posisi berdiri sampai kaki menyentuh dasar
sungai; lalu tolakkan kaki anda sekuat mungkin ke arah hilir.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
Tak disangsikan lagi, arung jeram telah menjadi suatu kegiatan yang sangat
populer dibandingkan dengan kegiatan kepetualangan lainnya. Arung jeram
dapat dinikmati beramai-ramai tanpa memandang usia, status sosial, tingkat
pendidikan, dan profesi seseorang.
Saat ini telah banyak sungai yang dapat diarungi serta dikelola secara
profesional oleh beberapa operator arung jeram. Mereka menawarkan
berbagai paket kegiatan dengan tingkatan umur dan kemampuan calon
kunsumennya. Mulai dari sungai dengan tingkat kesulitan mudah, sampai
sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan.
Berikut ini penjelasan tentang ragam tingkat kesulitan sungai:
Class I
Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari
flat (datar) dan relatif tenang, sampai sedikit beriak pada beberapa tempat.
Rintangan yang ada pun sangat sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko
berenang di sungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan.
Class II
Sungai dengan tingkat kesulitan rendahmenengah. Cocok untuk pemula:
sungai yang lebar dan arus yang cukup deras, lintasan pengarungan jelas
sehingga tidak memerlukan pengamatan terlebih dahulu.
Class V
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi. Hanya cocok untuk pengarung jeram
yang sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalaman yang
cukup pada sungai Sungai pada class ini memiliki jeram yang banyak dan
panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko
tambahan bagi seorang pendayung.
Drops atau penurunan yang tiba-tiba, jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal
yang tak terhindari, sampai waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai
ini. Jeram yang dilewati seringkali beruntun pada jarak cukup panjang,
sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi.
Kalaupun ada pusaran air tenang (eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali
dan cukup sulit untuk diraih. Pada skala tertinggi, sungai dengan tingkat
kesulitan ini memiliki kombinasi jeram yang sangat beragam, mulai dari
curler, hair, hay stakes, headwall, strainer, under cut, wave train, sampai pin
hole yang sangat berbahaya dan mematikan.
Terlempar keluar dari perahu pada sungai ini sangat berbahaya dan tindakan
penyelamatan sering sulit dilakukan bahkan untuk seseorang yang mahir
sekalipun. Peralatan yang tepat, pengalaman yang luas, dan latihan
keterampilan dalam penyelamatan sangat penting.
Class VI
Sungai dengan tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir
tidak mungkin dilakukan karena jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan
sangat berbahaya. Konsekuensi suatu kesalahan dalam pengarungan di sungai
ini sangat berat; tindakan penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan.
Sungai dengan tingkat kesulitan ini hanya untuk tim khusus yang memiliki
keahlian tinggibukan untuk diarungi perorangansetelah seringkali
mengarungi sungai tingkat kesulitan class V.
Ragam klasifikasi tingkat kesulitan sungai di atas merupakan tingkat
kesulitan sungai yang ditetapkan secara internasional. Namun, klasifikasi ini
masih sangat variatif dan dapat berubah-ubah walau masih pada sungai yang
sama. Hal itu karena tingkat kesulitan ini sangat tergantung pada debit air
dan kemiringan sungai. Sehingga pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai
tersebut memiliki tingkat kesulitan yang mungkin bertambah atau mungkin
berkurang.
Karena itu, oleh kalangan penggiat arung jeram, di belakang class sungai
sering ditambahkan tanda + (plus). Misalnya, sungai Citarik yang memiliki
tingkat kesulitan III+. Artinya, pada jeram-jeram tertentu sungai citarik
memiliki tingkat kesulitan yang setara dengan sungai Class IV.
https://himapaosiris05.wordpress.com/materi-dasar-arung-jeram/ pada 16 Mei 2016
Jam 12:40 wib.
B. Morfologi Sungai
Pengetahuan tentang
karakteristik sungai yang terdiri dari bentukan sungai, lebar
penampang sungai, arus dan bebagai element yang ada di sungai
tersebut seperti batu-batuan ataupun hambatan lainnya. Hal ini
bertujuan untuk mendukung teknik pembacaan jeram ataupun arus
sehingga kita bisa mempersiapkan antisipasi dengan teknik-teknik
khusus. Beberapa istilah morfologi sungai yang sering kita temui
antara lain :
1. Arus Utama (Mainstream)
Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat
banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di
tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada pada bagian kiri
luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan
biasanya terdapat undercut pada dinding sungai yang ditabrak oleh
arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama
ada pada bagian kanan luar belokan
2. Gelombang Berdiri (Standing Wave)
Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat
banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di
tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada pada bagian kiri
luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan
biasanya terdapat undercut pada dinding sungai yang ditabrak oleh
arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama
ada pada bagian kanan luar belokan
6. Pillow.
GRADE I
Arus sungai relatif tenang, rintangan batuan tidak terlalu banyak, riam
tidak membntuk ombak setinggi +50cm atau pusaran air (hole).
Dengan kondisi seperti ini sungai sangat mudah dilalui dan tidak
membutuhkan dayungan yang kuat.
GRADE II
Arus sungai lumayan deras, bentukan jeram bisa terdiri dari standing
wave + 1M atau pula hole / pusaran air yg cukup kuat. Kondisi
bebatuan cukup rapat tapi masih mudah untuk dilalui perahu. Ketika
anda terjatuh di jeram tersebut masih mudah untuk melakukan
penyelamatan.
GRADE III
Arusnya deras, bentukan jeram bisa berupa standing
wave dan hole yang besar dan cukup kuat. Kondisi batuan rapat
sehingga perlu kecermatan dalam memilih jalur perahu. Bentukan
badan sungai pun bisa mempengaruhi apabila jeram itu berada tepat
di belokan. Dibutuhkan manufer yg cepat serta kemampuan self
rescue yang baik dari para awak.
GRADE IV
Pada jeram dengan grade IV ini butuh persiapan dan penanganan yang
serius untuk melaluinya. Arus yang sangat kuat dan bentukan jeram
yang divariasi dengan standing wave + 2M dan hole. Selain itu dengan
banyaknya rintangan atau kelokan maka dibutuhkan manuver yang
cepat serta respon yg tepat untuk melewatinya. Pada jeram grade IV
resiko perahu terbalik atau awak perahu terjatuh cukup besar. Sangat
dianjurkan pada jeram seperti ini di persiapkan back up rescue dari
darat dan sebaiknya pengarungan dilakukan lebih dari 2 perahu.
GRADE V
Arusnya sangat kuat, bentukkan jeramnya panjang dan tidak
beraturan. Hampir seluruh badan sungai berupa jeram. Resiko perahu
terbalik sangat besar. Sangat beresiko ketika ada salah satu awak yg
jatuh di jeram seperti ini. Tidak dianjurkan untuk pemula. Back up
rescue sudah tidak bisa ditawar lagi, sebuah keharusan dalam
pengarungan di grade ini.
GRADE VI
Sangat dianjurkan untuk tidak dilalui river boat. Bentukan yang sangat
sulit dilalui karena jeram grade VI bisa berupa air terjun. Namun ada
pula yg bisa melewatinya dengan menggunakan kayak, tentunya itu
dilakukan oleh orang-orang yg sudah terlatih dan berpengalaman.
Dari penjabaran diatas dapat kita ketahui tingkat bahaya dari arung
jeram berdasarkan bentukan fisik jeramnya. Tapi menentukan bahaya
arung jeram tidak selesai hanya dengan mngetahui kondisi fisik sungai
atau jeram. Faktor SDM juga sangat berpengaruh.
Ketika anda mengarungi sungai grade rendah (I-II) bukan berarti
faktor safety procedure disepelekan. Semisal karena yg akan diarungi
sungai grade I-II kemudian mengesampingkan persiapan koordinasi,
peralatan yg dibawa tidak standard, river running system dilupakan
dan lain sebagainya. Hal-hal seperti itulah yg sekarang ini marak
terjadi. Bahkan beberapa tahun terakhir ini sering terjadi kecelakaan
arung jeram yg berujung pada kematian namun terjadi di jeram yang
notabene mudah untuk dilalui.
Bukan masalah berarung jeram di grade I VI. Safety procedure tetap
harus dijalankan. Berlatih dan mengasah keterampilan tetap perlu
dilakukan. Berhati-hati di grade I III, handal dan bijaksana di
http://www.newmendutrafting.com/teknik-dasar-arung-jeram-part-1/.hmtl pada 16
Mei 2016 Jam 12:42 wib