Anda di halaman 1dari 25

SILABUS MATA KULIAH

1. Identitas Mata Kuliah


Nama Mata Kuliah
: Olahraga Petualangan
No. Kode
: IO 451
Jumlah SKS
: 2 SKS
Semester
: 7 (Tujuh)
Kelompok mata kuliah : MKBS (pada S-1 IKOR)
Program Studi/Program: Ilmu Keolahragaan / S-1
Status mata kuliah
: MK Wajib
Pra-Syarat
: Telah lulus mata kuliah Sejarah & Filsafat Olahraga
Nama Dosen/Asisten : 1. Drs. Sumardiyanto, M.Pd
2. Sandey Tantra Paramitha, S.Si., M.Pd.
2. Tujuan :
Setelah mengikuti perkuliahan ini, mahasiswa memiliki pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman merancang kegiatan dengan memanfaatkan
berbagai tantangan dan petualangan yang menarik sebagai media untuk
mengenal kemampuan diri (analisis internal), dan kondisi luar (analisis
eksternal), memformulasikan dan mengimplementasikan strategi, serta
melakukan berbagai terobosan (inovasi) dan meningkatkan kemampuan bekerja
dalam tim. Adventure dapat merupakan pengalaman spiritual, rohaniah, maupun
tantangan jasmaniah, khususnya dalam mengembangkan pendidikan
berdasarkan petualangan (adventure based education).
3. Deskripsi Isi :
Dalam perkuliahan ini dibahas tentang
Landasan Filosofis Olahraga
Petualangan, Aktivitas OP dan Fungsi Kognitif, Pengertian dan Ruang Lingkup
OP, Pengenalan Metoda OP, Penyusunan Program OP, Pengembangan Aspek
Sosial dan Moral melalui OP, Jenis Kegiatan OP, Teknik Menyusun Rencana
Strategis, dan Keterampilan OP I-II-III (Mendaki gunung, Off road, Arung
Jeram/Dayung, Outbound & Sport Tourism/Bersepeda). Perkuliahan ini juga
mengkaji isu-isu dan masalah-masalah yang dihadapi dalam penerapan dan
pengembangan macam-macam model pembinaan olahraga prtualangan.
4. Pendekatan Pembelajaran :
Ekspositori dan Inkuiri
Metode : andragogi, serta berbasis experience learning dan learning by doing
yang dikemas dalam bentuk aksi, diskusi, tanya jawab, tugas,
praktek, pemecahan masalah, refleksi, perencanaan perbaikan
(continuous imprivement), serta implementasi perbaikan. Ditunjang
dengan materi kelas (in-class training) yang tetap mengacu kepada
kegiatan petualangan yang telah dilaksanakan.
Tugas : Simulasi program, laporan kerja lapangan, penguasaan penggunaan
perlengkapan, Kepemimpinan dalam kelompok, makalah, dan
artikel internet.

Media
bahan

: Overhead Projector (OHP), LCD/Power Point, Modul/makalah,


ajar manual, hand out, alam bebas dan lingkungan sekitarnya, alat
peraga/bantu, papan tulis, dan alat tulis.

5. Evaluasi

Kehadiran, penyajian praktek sebagai instruktur, UTS, UAS, laporan makalah


&
artikel internet, laporan kliping, penyajian kelompok dan diskusi.
6. Rincian materi perkuliahan tiap pertemuan

Pertemuan 1 : Rencana perkuliahan, reviu konsep, silabus mata kuliah, dan tata
tertib
Pertemuan 2 : Landasan Filosofis Olahraga Petualangan: Pendahuluan,
Rasionalisasi, Pemaknaan Filsafat, Pemaknaan Olahraga, dan
Pemaknaan Petualangan
Pertemuan 3 : Aktivitas Olahraga Petualangan dan Fungsi Kognitif : (1) Konsep
Dasar tentang fungsi kognitif, (2) Pengaruh aktivitas Olahraga
Petualangan terhadap Fungsi Kognitif, (3) Beberapa Petunjuk
Praktis Pengembangan Fungsi Kognitif Melalui Olahraga
Petualangan
Pertemuan 4 : Pengertian dan Ruang Lingkup Olahraga Petualangan : (1)
Pengertian & Konsep, (2) Ruang Lingkup Olaharaga Petualangan
Pertemuan 5 : Pengenalan Metode Olahraga Petualangan : (1) Metodologi
Olaharaga Petualangan, (2) Peranan Fasilitator Olahraga
Petualangan
Pertemuan 6 : Penyusunan Program Olahraga Petualangan : (1) Low Activity, (2)
High Activity
Pertemuan 7-8: Pengembangan Aspek Sosial dan Moral melalui Olahraga
Petualangan
: (1) Pengembangan Aspek Sosial, (2) Pengembangan Aspel Moral,
(3) Beberapa petunjuk praktis untuk Pengembangan Aspek Moral
dalam Olahraga Petualangan
Pertemuan 9 : UTS pokok bahasan/sub pokok bahasan 1 s/d. 8
Pertemuan 10 : Jenis Kegiatan Olahraga Petualangan : (1) Arung Jeram & Dayung,
(2) Off Road, (3) Hiking/Mendaki Gunung, (4) Outbound, dan (5)
Sport Tourism (Bersepeda)
Pertemuan 11 : Teknik Menyusun Rencana Strategis Kegiatan Olahraga
Petualangan; (1) Tujuan, Sasaran & Metoda, (2) Membuat Jadwal
Kegiatan, da, (3) Perlengkapan Pribadi

Pertemuan
12 13

: Mempraktekan Keterampilan Olahraga Petualangan I


Hiking/Mendaki
Gunung) : (1) Tanda Medan & Tanda Jejak, (2) Teknik Inventarisasi
Hutan, (3) P3K (Mengenal dan Mengatasi Gigitan dan Sengatan
Binatang), (4) Api Unggun, (5) Membaca Kompas, dan (6) Teknik
Membaca Peta (Sistim Grid)

Pertemuan 14 : Keterampilan Olahraga Petualangan II : (1) Off Road, (2) Arung


Jeram, (3) Dinamika Kelompok, (4) Teknik Menyeberang Sungai
Pertemuan 15 : Mempraktekan Keterampilan Olahraga Petualangan III : (1)
Outbound, dan (2) Sport Tourism (Bersepeda)
Pertemuan 16 : UAS pokok bahasan/sub pokok bahasan 1 s/d. 15

7. Daftar buku :
Buku Utama
Sumardiyanto. 2006. Buku Ajar Mata Kuliah Olahraga Petualangan. FPOK
Referensi
Agoes Susilo. 2004. Outbound Itu Menyesatkan. Bumi Cendekia. Jakarta
Djamaluddin Ancok. 2002. Outbound Management Training. UII Press-Yogyakarta
Haryono Wing. 1986. Pariwisata Rekreasi dan Entertainment. Ilmu Publisher.
Jakarta
Haryono Wing. 1985. Rekreasi Sekolah. FPOK IKIP Bandung
P Lynton. 1969. Training for Development. CV. Mosby Company. Louis.
Rusli Ibrahim. 2001. Landasan Psikologis Penjas di SD. Depdiknas Dirjen
Dikdasmen.
Dirjen OR. Jakarta

I. PENDAHULUAN
ARUNG JERAM alias rafting adalah kegiatan yang memadukan unsur
olahraga, rekreasi, petualangan, dan edukasi. Memang tak ada persyaratan
khusus untuk mengikuti kegiatan ini, karena hampir semua orang dapat
mencobanya. Mulai dari anak-anak, remaja sampai dewasa, bahkan orang tua
yang berumur 60 tahun sekalipun.
Tidak memiliki kemampuan berenang pun bukan menjadi hambatan untuk
mengikuti kegiatan arung jeram. Yang anda perlukan hanya kondisi fisik yang
prima dan melakukan reservasi dua minggu sebelum kegiatan. Guna

menunjang kegiatan dan agar kegiatan arung jeram yang akan anda ikuti lebih
berkesan dan penuh makna, berikut ini Panduan Kegiatan Arung Jeram.
II. PERALATAN ARUNG JERAM

A. Riverboats (Perahu)
Bagian-bagian yang terdapat pada perahu:
1. Bow and Stern
2. Chamber atau biasa disebut tube
3. Floor
4. Thwart
5. Boat line (tali kapal)
6. D-Ring
7. Handling Grip
8. Bilge Hole/self bailing
9. Valve
Cara duduk di perahu berbeda dengan cara duduk di kursi, yaitu dengan
menyamping. Peserta duduk pada sisi perahu (baik sisi kiri maupun sisi
kanan); kaki dalam posisi kuda-kuda pada lantai perahu. Posisi kuda-kuda ini
dimaksudkan sebagai pengatur keseimbangan badan selama anda mengikuti
pengarungan. Saat duduk di perahu, perhatikan jangan sampai ada bagian
tubuh anda yang terikat atau terlilit tali. Ini sangat berbahaya jika perahu
mengalami flip atau terbalik.
Posisi duduk anda pun harus mudah untuk menggapai boat line. Bila boat line
pada perahu anda terlihat kendur, beritahukan segera pada skipper untuk
mengencangkan boat line tersebut agar tidak mengganggu selama
pengarungan.
Aturlah jarak duduk anda dengan peserta yang lain agar tidak mengganggu
pergerakan selama pengarungan, baik untuk mendayung maupun saat
menjalankan instruksi moving position atau perpindahan.

B. PFD (Personal Floating Device)/Life Jackets (Pelampung)

Seperti perahu, PFD atau pelampung memiliki berbagai jenis dan ukuran. Ia
terbuat dari bahan polyfoam yang dibungkus dengan bahan kedap air yang
berwarna terang. US Coastal Guard menganjurkan memakai PFD type III
pada setiap kegiatan arung jeram. Pelampung jenis ini yang paling umum
digunakan pula oleh para rafter dalam setiap pengarungannya.
Setiap PFD Type III memiliki daya apung tinggi dihitung berdasarkan berat
tubuh rata-rata saat berada di dalam air. Maka anda tidak perlu takut
tenggelam saat berada di dalam air.
Cara pemakaian PFD/Pelampung:
Pilihlah PFD yang berwarna cerah. Pastikan tidak ada lubang atau jahitan
yang terlepas pada PFD tersebut, serta strap yang ada dapat dipasang dan
dilepas dengan mudah. Bila bagian perut anda lebih besar dari bagian dada,
pilih dan pakailah PFD dengan ukuran lebih besar.
PFD atau pelampung dipakai seperti menggunakan rompi/jaket. Pastikan
setiap strap terpasang dengan benar dan bantalan kepala berada di luar. Atur
keeratan tali senyaman mungkin, sehingga PFD yang anda gunakan tidak
terlalu sempit atau longgar.
Setelah anda selesai memakai PFD, lakukan gerakan berikut:
1. Pada posisi berdiri, putarkan badan anda ke kiri dan kanan. Pastikan PFD
yang digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda dan tidak mengalami
pergeseran/perubahan posisi. Ini ditandai dengan letak strap tetap pada satu
garis tegak lurus seperti posisi kancing kemeja. Jika terjadi pegeseran, atur
kembali keeratan tali pada setiap strap. Jangan malu dan ragu untuk minta
skipper/rekan membantu mengatur keeratan tali strap ini.
2. Pada posisi duduk kedua kaki diluruskan kedepan; putarkan badan anda ke
kiri dan kanan lalu lakukan gerakan membungkuk. Pastikan PFD yang

digunakan tidak menghambat gerak tubuh anda. Jika terjadi pegeseran, atur
kembali keeratan setiap strap yang ada.
3. Masih dalam posisi duduk dan kedua kaki diluruskan ke depan, minta
bantuan skipper/rekan untuk menarik/mengangkat pelampung yang anda
gunakan pada bagian bahu dari arah belakang. Pastikan saat pelampung dan
tubuh anda ditarik/diangkat, posisi bahu pelampung tidak melebihi batas
telinga anda. Jika ya, atur kembali keeratan setiap strap yang ada.
C. Paddle (Dayung)

Setiap dayung terdiri dari tiga bagian, yaitu:


1) Pegangan, berbentuk huruf T, biasa disebut T grip.
2) Gagang, terbuat dari bahan alumunium.
3) Blade/bilah, terbuat dari bahan fiber dilapisi serat karbon yang ringan dan
kuat. Namun ada pula yang terbuat dari bahan campuran plastik.
Cara memegang dayung:
Memegang dayung dalam kegiatan arung jeram mirip dengan cara memegang
sapu. Yang membedakannya hanya pegangan pada bagian T-Grip.
Bagian ini digenggam dengan empat jari pada bagian atas T horisontal
(dayung dalam posisi berdiri dan bagian bilah berada dibawah), sementara
jari jempol menjepit bagian T horisontal dari bagian bawah bawah. Cara
memegang ini sama untuk tangan kiri (peserta yang duduk pada bagian kanan
perahu), maupun kanan (peserta yang duduk pada bagian kiri perahu).
Lengan yang lain menggenggam bagian gagang, berjarak lebih kurang
sejengkal dari bilah dayung. Jangan terlalu dekat/rendah ataupun terlalu
jauh/tinggi. Biasakan diri dengan cara memegang dayung ini, baik dengan
tangan kanan maupun kiri. Lakukan pemanasan dengan menggunakan
dayung bersama rekan-rekan anda.

D. Helm
Pilihlah helm sesuai dengan ukuran kepala. Pastikan tidak ada keretakan pada
helm tersebut, serta semua tali dan strap masih dalam kondisi yang baik.
Pakailah seperti pemakaian helm pada umumnya.
Atur strap senyaman mungkin; jangan terlalu sempit atau terlalu longgar agar
tidak mengganggu pandangan anda selama pengarungan. Sekali lagi, pastikan
strap sudah terpasang dan pada posisi yang benar.
III. PADDLE COMMAND (INSTRUKSI DALAM PENGARUNGAN)
Setelah anda terbiasa dengan cara memegang dayung, anda akan diberikan
instruksi cara menggunakan dayung tersebut. Instruksi ini disebut paddle
command. Prinsip dalam menggunakan dayung, adalah tenaga disalurkan
pada kedua lengan yang menggerakkan dayung untuk mengatur dan
mengarahkan gerak perahu. Arah dayungan tersebut dibantu gerakan badan;
disesuaikan dengan tenaga yang diperlukan untuk mengatur dan
mengarahkan gerak perahu.
Basic Paddle Technic, instruksi tentang teknik dasar mendayung, yaitu:
1) Forward (Maju)
Instruksi yang diberikan untuk dayungan maju, dilakukan oleh seluruh
peserta dengan menarik blade/bilah dayung yang berada didalam air kearah
belakang searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah
tegak lurus terhadap permukaan atau mendekati 90 derajat. Pada saat keluar
dari air, dayung diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar mendekati 90
derajat hingga bilah dayung kembali menyentuh air. Gerakan ini dilakukan
berulang-ulang sampai ada instruksi lanjutan.
2) Backward (Mundur)
Instruksi yang diberikan untuk dayungan mundur, dilakukan oleh seluruh
peserta dengan menarik blade/bilah dayung yang berada di dalam air ke arah

depan searah perahu. Posisi blade/bilah dayung saat menyentuh air adalah
sejajar dengan permukaan air. Begitu pun saat keluar dari air, dayung
diarahkan sejajar dengan permukaan; berputar hingga bilah dayung kembali
menyentuh air. Gerakan ini dilakukan berulang-ulang sampai ada instruksi
lanjutan.
3) Turn Left (Belok Kiri)
Instruksi untuk membelokkan perahu ke arah kiri. Gerakan ini dilakukan
dengan dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kanan,
sementara peserta pada kiri perahu stop mendayung. Jika skipper merasa
perlu untuk membelokkan perahu ke kiri dengan cepat, maka posisi peserta
yang duduk pada bagian kiri melakukan dayungan mundur.
Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan kananmaju dan kiri-mundur! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kanan
melakukan dayungan maju, sementara peserta pada bagian kiri melakukan
dayungan mundur.
4) Turn Right (Belok Kanan)
Instruksi yang diberikan untuk membelokkan perahu ke arah kanan;
kebalikan dari instruksi turn left (belok kiri). Gerakan ini dilakukan dengan
dayungan maju oleh peserta yang duduk pada perahu bagian kiri, sementara
peserta pada bagian kanan stop mendayung.
Jika skipper merasa perlu membelokkan perahu ke kanan dengan cepat,
posisi peserta yang duduk pada bagian kanan melakukan dayungan mundur.
Untuk memperjelas instruksi, biasanya skipper akan mengatakan kiri-maju
dan kanan-mundur! Artinya, peserta yang duduk pada bagian kiri
melakukan dayungan maju, sementara peserta yang duduk pada bagian kanan
melakukan dayungan mundur.
5) Stop (Berhenti)
Instruksi yang diberikan untuk menghentikan dayungan; semua dayung tidak
berada dalam air, digenggam dengan posisi di atas pangkuan.

IV. SELF-RESCUE

Dalam kegiatan arung jeram, keselamatan setiap peserta adalah hal yang
utama. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam melakukan kegiatan
arung jeram ini. Namun peserta harus selalu menyadari, kegiatan arung jeram
tidak akan pernah lepas dari segala resiko dan bahaya; baik oleh faktor
manusia, peralatan, maupun faktor alam yang menyertainya.
Meski begitu, anda tidak perlu cemas, karena justru di sinilah letak salah satu
kegembiraan yang akan anda rasakan saat bermain-main dengan air.
Self rescue atau tindakan penyelamatan diri saat melakukan kegiatan arung
jeram ini perlu anda cermati betul. Walaupun anda dipandu skipper yang
berpengalaman, ia tetap memiliki keterbatasan. Sehingga hal terbaik yang
harus anda lakukan adalah melakukan tindakan penyelamatan diri sebelum
datang tim rescue yang akan membantu anda.
Prinsip setiap tindakan penyelamatan dalam kegiatan arung jeram, adalah
menyelamatkan diri sendiri sebelum melakukan tindakan penyelamatan
terhadap orang lain. Si penyelamat harus benar-benar berada dalam kondisi
yang aman dalam melakukan tindakan penyelamatan. Hal ini dimaksudkan
untuk menghindari resiko lainnya dan kemungkinan bertambahnya korban.
Berikut dijelaskan hal apa saja yang harus anda lakukan dalam self rescue:
1. Swimmer
Swimmer adalah istilah yang digunakan oleh kalangan boater untuk

menyebut orang yang terlempar keluar dari perahu saat berarung jeram. Jika
anda belum pernah mengalaminya, percayalah suatu saat anda akan
mengalaminya. Bagi anda yang baru kali pertama melakukan kegiatan arung
jeram, tidak perlu khawatir.
Banyak peserta yang kali pertama mengikuti kegiatan arung jeram mengalami
hal ini dan tidak terjadi apa-apa dengan mereka. Bahkan menjadi cerita
menarik bagi rekan-rekannya dan menimbulkan kesan tersendiri bagi yang
mengalami. Namun tak sedikit pula peserta yang tidak mengalaminya dalam
setiap kegiatan yang diikuti.
Hal pertama yang harus anda lakukan jika mengalami swimmer: Jangan
panik!
Mengapa jangan panik? Karena jika terjadi kepanikan, anda tidak akan tahu
apa yang harus anda lakukan untuk tindakan self rescue. Setelah anda dapat
mengatasi rasa panik, selanjutnya anda harus menyadari dan mengetahui
situasi di sekeliling anda.
2. Teknik berenang di arus
a. Defensive swimming position

Defensive swimming position adalah berenang mengikui arus dalam posisi


terlentang, kaki dalam keadaan rapat dan selalu berada di atas air untuk
menghindari foot entrapment. Defensive swimming dilakukan pada arus
deras dengan pandangan terarah ke hilir. Gunakan tangan sebagai pengatur
keseimbangan atau untuk menuju pinggiran sungai dan menghindari
berbagai rintangan lainnya.
Ingat walaupun tidak terjadi sesuatu selama anda melakukan defensive
swimming dan anda mulai menikmatinya, anda tidak dalam posisi yang
benar-benar aman. Berusahalah untuk menggapai tepian sungai dan segera
keluar dari air. Jangan mencoba berdiri, meskipun pada daerah dangkal

sekalipun, sebelum anda mencapai tepian sungai atau berada pada arus yang
cukup tenang.
b. Aggressive swimming position

Aggressive swimming position adalah berenang dengan cara melawan arus.


Dilakukan pada arus yang relatif tenang dengan posisi menghadap ke hulu.
Tujuannya, untuk mendekati perahu penolong, menghindari strainer, sieves,
undercut, dan untuk menyeberang ke sisi tepian sungai yang lain dengan
cepat. Ingat, aggressive swimming ini hanya efektif dilakukan pada arus
sungai yang relatif tenang. Jika anda lakukan ini pada arus deras, tenaga anda
akan terbuang percuma; anda akan tetap terseret arus deras.
Berikut ini beberapa pertanyaan yang dapat membantu anda mendefinisikan
situasi di sekeliling anda saat anda mengalami swimmer dan menentukan
tindakan apa yang harus anda lakukan:
*Apakah di belakang anda terdapat perahu? (Baik perahu yang melemparkan
anda ataupun perahu lain)
Jika ya, berusahalah mendekatinya dari arah samping pada arus yang relatif
tenang dengan aggressive swimming position. Jangan lakukan ini dari arah
depan karena anda dapat terseret perahu. Jika telah dekat, gapai dan
peganglah boat line pada perahu. Tunggu sampai rekan anda menarik dan
menaikkan anda ke atas perahu kembali dengan cara menarik bahu
pelampung yang anda kenakan.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat tim rescue yang akan melemparkan throw
bag/rescue rope?

Jika ya, raih throw bag/rescue rope yang dilemparkan. Pegang erat pada
bagian tali, jangan pada bagian kantong tali. Pegang dengan tetap melakukan
teknik defensive swimming sambil tim rescue menarik anda ke tepian sungai.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat rintangan atau obstacle (bebatuan,
dahan/ranting, atau pohon tumbang)?
Jika ya, hindari daerah tersebut baik dengan aggressive swimming ataupun
defensive swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah di dekat anda terdapat undercut, strainer, dan sieves?
Jika ya, hindari daerah tersebut secepat mungkin dengan aggressive
swimming.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah anda berada di bawah perahu terbalik?
Jika ya, segeralah keluar dari bawah perahu dengan cara menyelam ke arah
hulu atau ke samping. Jangan menyelam ke arah hilir karena anda akan tetap
terperangkap di bawah perahu.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.
*Apakah anda berada di dalam hole/hydraulic (arus berputar-putar)?
Jika ya, lakukan aggressive swimming dengan mengikuti putaran arus ke arah
luar yang menuju hilir. Atau dapat juga dilakukan dengan menyelam pada
bagian tengah pusaran dengan posisi berdiri sampai kaki menyentuh dasar
sungai; lalu tolakkan kaki anda sekuat mungkin ke arah hilir.
Jika tidak, lakukan aggressive swimming ataupun defensive swimming
menuju tepian sungai.

V. KLASIFIKASI TINGKAT KESULITAN SUNGAI

Tak disangsikan lagi, arung jeram telah menjadi suatu kegiatan yang sangat
populer dibandingkan dengan kegiatan kepetualangan lainnya. Arung jeram
dapat dinikmati beramai-ramai tanpa memandang usia, status sosial, tingkat
pendidikan, dan profesi seseorang.
Saat ini telah banyak sungai yang dapat diarungi serta dikelola secara
profesional oleh beberapa operator arung jeram. Mereka menawarkan
berbagai paket kegiatan dengan tingkatan umur dan kemampuan calon
kunsumennya. Mulai dari sungai dengan tingkat kesulitan mudah, sampai
sungai yang menjanjikan tantangan dan petualangan.
Berikut ini penjelasan tentang ragam tingkat kesulitan sungai:
Class I
Tingkat kesulitan sungai yang paling rendah, dengan arus yang bervariasi dari
flat (datar) dan relatif tenang, sampai sedikit beriak pada beberapa tempat.
Rintangan yang ada pun sangat sedikit dan dapat terlihat jelas. Resiko
berenang di sungai ini sangat rendah dan self-rescue sangat mudah dilakukan.
Class II
Sungai dengan tingkat kesulitan rendahmenengah. Cocok untuk pemula:
sungai yang lebar dan arus yang cukup deras, lintasan pengarungan jelas
sehingga tidak memerlukan pengamatan terlebih dahulu.

Sesekali, manuver perahu perlu dilakukan; bebatuan dan jeram medium


dapat dengan mudah dilewati oleh pengarung yang terlatih. Penumpang yang
terlempar keluar perahu dan terhanyut jarang sekali mengalami cidera.
Pertolongan bantuan masih belum perlu. Sungai dengan tingkat kesulitan ini
sangat cocok untuk latihan dasar kegiatan arung jeram.
Class III
Sungai dengan tingkat kesulitan menengah; jeram mulai tidak beraturan dan
cukup sulit, serta dapat menenggelamkan perahu. Manuver-manuver pada
arus deras serta kontrol perahu pada lintasan sempit sering diperlukan.
Jeram-jeram besar dan strainers mungkin ada, namun dapat dengan mudah
dihindari. Pusaran arus yang kuat dan deras sering ditemukan, terutama pada
sungai-sungai besar.
Cidera saat terlempar keluar perahu dan terhanyut masih sangat jarang; selfrescue biasanya masih mudah dilakukan namun pertolongan bantuan sudah
mulai diperlukan untuk menghindari resiko yang mungkin terjadi. Sungai
dengan tingkat kesulitan ini sangat cocok untuk kegiatan wisata keluarga atau
sebagai rekreasi alternatif, karena dapat diikuti anak-anak mulai usia 9 tahun.
Class IV
Sungai dengan tingkat kesulitan menengahtinggi. Sungai ini memiliki arus
yang sangat deras namun masih dapat diprediksi dengan pengendalian
perahu yang tepat. Teknik pengarungan sungai ini sangat tergantung karakter
sungai itu sendiri. Pasalnya, sungai dengan tingkat kesulitan ini sangat
beragam dan berbeda-beda walau memiliki tingkat kesulitan yang sama.
Jeram-jeram besar, hole, dan lintasan sempit yang tidak dapat dihindari
memerlukan manuver yang cepat. Berhenti sejenak pada arus sedikit tenang
mungkin diperlukan sebelum memulai maneuver; sekedar mengamati arus
atau untuk istirahat. Karena pada jeram-jeram tertentu, bahaya selalu
mengancam.
Resiko cidera bagi penumpang hanyut cukup besar dan kondisi air
menyebabkan self-rescue sulit dilakukan sehingga perlu pertolongan bantuan.
Pertolongan bantuan tersebut memerlukan latihan khusus agar teknik
penyelamatan dapat dilakukan dengan benar. Sungai dengan tingkat kesulitan
ini sangat menyenangkan dan menjanjikan tantangan lebih. Tentunya dengan
dukungan peralatan memadai, pengetahuan cukup, dan pemandu terampil.

Class V
Sungai dengan tingkat kesulitan tinggi. Hanya cocok untuk pengarung jeram
yang sudah menguasai teknik pengarungan dan memiliki pengalaman yang
cukup pada sungai Sungai pada class ini memiliki jeram yang banyak dan
panjang dengan berbagai rintangan yang dapat menyebabkan resiko
tambahan bagi seorang pendayung.
Drops atau penurunan yang tiba-tiba, jeram-jeram sulit, hole, tebing terjal
yang tak terhindari, sampai waterfall (air terjun) sering dijumpai pada sungai
ini. Jeram yang dilewati seringkali beruntun pada jarak cukup panjang,
sehingga membutuhkan ketahanan fisik yang tinggi.
Kalaupun ada pusaran air tenang (eddies), jumlahnya sangat sedikit sekali
dan cukup sulit untuk diraih. Pada skala tertinggi, sungai dengan tingkat
kesulitan ini memiliki kombinasi jeram yang sangat beragam, mulai dari
curler, hair, hay stakes, headwall, strainer, under cut, wave train, sampai pin
hole yang sangat berbahaya dan mematikan.
Terlempar keluar dari perahu pada sungai ini sangat berbahaya dan tindakan
penyelamatan sering sulit dilakukan bahkan untuk seseorang yang mahir
sekalipun. Peralatan yang tepat, pengalaman yang luas, dan latihan
keterampilan dalam penyelamatan sangat penting.
Class VI
Sungai dengan tingkat kesulitan tertinggi. Pengarungan di sungai ini hampir
tidak mungkin dilakukan karena jeram yang ada tidak dapat diprediksi dan
sangat berbahaya. Konsekuensi suatu kesalahan dalam pengarungan di sungai
ini sangat berat; tindakan penyelamatannya hampir tidak mungkin dilakukan.
Sungai dengan tingkat kesulitan ini hanya untuk tim khusus yang memiliki
keahlian tinggibukan untuk diarungi perorangansetelah seringkali
mengarungi sungai tingkat kesulitan class V.
Ragam klasifikasi tingkat kesulitan sungai di atas merupakan tingkat
kesulitan sungai yang ditetapkan secara internasional. Namun, klasifikasi ini
masih sangat variatif dan dapat berubah-ubah walau masih pada sungai yang
sama. Hal itu karena tingkat kesulitan ini sangat tergantung pada debit air
dan kemiringan sungai. Sehingga pada waktu-waktu tertentu, sungai-sungai
tersebut memiliki tingkat kesulitan yang mungkin bertambah atau mungkin
berkurang.

Karena itu, oleh kalangan penggiat arung jeram, di belakang class sungai
sering ditambahkan tanda + (plus). Misalnya, sungai Citarik yang memiliki
tingkat kesulitan III+. Artinya, pada jeram-jeram tertentu sungai citarik
memiliki tingkat kesulitan yang setara dengan sungai Class IV.
https://himapaosiris05.wordpress.com/materi-dasar-arung-jeram/ pada 16 Mei 2016
Jam 12:40 wib.

TEKNIK DASAR ARUNG JERAM part 1


March 3, 2014 Leave a CommentWritten by Mendut Rafting

Arung Jeram adalah olahraga yang dilakukan di sungai yg berarus


deras dan berjeram dengan menggunakan prahu karet. Selain itu
setiap awak yg berjumlah rata-rata 6 orang dan 1 orang leader atau
sring dikenal dengan istilah skipper. Setiap awak diwajibkan
mengenakan alat-alat pengaman seperti pelampung, helm, dan juga
dayung. Bahkan lebih dianjurkan lagi dalam 1 team membawa
peralatan penyelamatan yaitu throwbag(tali lempar) atau body flip.
Masing-masing alat memiliki kegunaan dan cara penggunaan yg baik
dan benar. Untuk itu diperlukan pengarahan tentang pengenalan cara
penggunaan alat dan teknik-teknik ketika berarung jeram.
Ok.mungkin sekilas kami akan sedikit berbagi dengan anda tentang
teknik-teknik dasar berarung jeram
A. Teknik Dayungan
Ada 3 bagian dayung yaitu T Grip (pegangan berbentuk Huruf T),
batang, dan Blade. Cara memegang dayung jika anda duduk di sisi kiri
prahu, genggam T grip dengan tangan kanan anda dengan cara
meletakkan keempat jari diatas bagian horisontal dan ibu jari di bagian
bawahnya. Kemudian tangan kiri memegang bagian batang tepat di
tengah-tengahnya. Teknik ini berfunsi untuk memaksimalkan power
dan menjaga keamanan ketika mendayung agar controling dayungan
lebih baik.
Ada beberapa teknik dayungan yang masing-masing kegunaannya
berbeda beda.

Dayung Maju Yaitu ayun atau dorong dayung ke depan,


kemudian masukkan blade ke air (hingga 1/2 dari blade masuk)
kemudian tarik kebelakang. Hendaknya ketika mengayunkan blade
ke depan posisi tangan juga lurus kedepan dan saat menarik

gunakan otot pinggang saat menariknya. Dayung maju ini berfungsi


untuk menambah kecepatan laju prahu.
Dayung Mundur : Dayung mundur ini kebalikan dari dayung
maju, yaitu tarik dayung kebelakang diatas permukaan air
kemudian masukkan blade kedalam air dan dorong kedepan hingga
tangan lurus ke depan. Dayung mundur inti berfungsi untuk
menahan laju prahu atau berjalan mundur jika dibutuhkan.
Dayung Tarik : Dayung tarik ini ada 2 macam yaitu Kanan
Tarik dan Kiri Tarik. Kanan Tarik yaitu awak prahu yang duduk di
sisi kanan prahu melakukan dayungan kearah prahu. Caranya
raihlah jangkauan dayungan ke arah luar prahu sejauh
mungkin,arahkan blade ke arah sisi prahu. Masukan blade ke air dan
tarikalah ke arah prahu. Dayungan kanan tarik ini berfungsi untuk
memberikan efek prahu bergeser ke kanan atau menahan prahu
agar tdak terbawa arus ke kiri. Kiri Tarik kebalikan dari kanan tarik
dengan cara awak prahu yang ada diseblah kiri melakukan cara
yang sama seperti kanan tarik. Dayungan kiri tarik ini berfungsi
untuk memberikan efek prahu bergeser kekiri atau menahan prahu
agar tidak terbawa arus kearah kanan.
Dayung Pancung. Dayungan yang biasa dilakukan oleh para
pendayung depan apabila ingin melakukan manuver perahu. Jika
perahu ingin berbelok kekiri maka maka pendayung yang ada
disebelah kan depan melakukan dayungan dari depan perahu ditarik
hingga ke samping kanan prahu, jalur lintasan dayungan
menyerupai huruf C. Sebaliknya jika prahu ingin berbelok ke
kanan, pendayung yang ada di sebalah kiri depan melakukan
dayungan dari depan perahu ditarik hingga ke samping kiri prahu.
Teknik dayungan ini biasa dilakukan untuk manuver scara cepat
guna menghindari hambatan seperti batu atau pilow.

B. Morfologi Sungai
Pengetahuan tentang
karakteristik sungai yang terdiri dari bentukan sungai, lebar
penampang sungai, arus dan bebagai element yang ada di sungai
tersebut seperti batu-batuan ataupun hambatan lainnya. Hal ini
bertujuan untuk mendukung teknik pembacaan jeram ataupun arus
sehingga kita bisa mempersiapkan antisipasi dengan teknik-teknik
khusus. Beberapa istilah morfologi sungai yang sering kita temui
antara lain :
1. Arus Utama (Mainstream)
Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat
banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di
tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada pada bagian kiri
luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan
biasanya terdapat undercut pada dinding sungai yang ditabrak oleh
arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama
ada pada bagian kanan luar belokan
2. Gelombang Berdiri (Standing Wave)

Arus yang paling besar diantara arus-arus yang lain jika terdapat
banyak arus. Pada aliran sungai yang lurus arus utama biasanya ada di
tengah sungai. Pada belokan ke kanan arus utama ada pada bagian kiri
luar belokan dan menabrak dinding sungai jika terdapat tebing dan
biasanya terdapat undercut pada dinding sungai yang ditabrak oleh
arus utama tersebut. Dan sebaliknya pada belokan ke kiri arus utama
ada pada bagian kanan luar belokan

3. Arus Balik (Back Curling)


Suatu arus yang berputar keatas (vertical) dengan sendirinya karena
adanya perubahan bidang jatuh yang cukup drastis setelah arus
melewati rintangan/batu (hole) atau patahan sungai/dam (hydraulic)
atau kemiringan dasar sungai yang cukup terjal (back curling). Arus
balik jika ukurannya besar dapat membalikkan perahu jika perahu
masuk miring atau menjatuhkan awak perahu yang kuda-kudanya tidak
kuat (refleknya tidak bagus).
4. Pusaran Air (Eddies)
Eddies adalah dimana air berhenti atau mengalir ke hulu (up stream)
secara horizontal yang terjadi karena adanya arus yang menabrak
rintangan (batu/benda-benda lain) dan arus tersebut tidak dapat
melewati rintangan itu sehingga terjadi kekosongan atau kekurangan
air serta perbedaan tekanan air yang mengakibatkan air dari arah lain
akan mengalir ke atas (up stream) untuk menyamakan permukaan
dengan daerah lain. Eddies berfungsi untuk tempat berhenti (stop),
mengurangi kecepatan (rem) dan menolong untuk membelokkan
perahu (manuver).
5. Hole
Hole adalah permukaan air yang berbentuk lobang dan ada sirkulasi air
dibelakang lobang tersebut. Hole terbentuk karena arus yang melintasi
suatu rintangan dan mengakibatkan terjadinya terjunan air. Terjunan
air akan membentuk sirkulasi air dan permukaan air terlihat seperti
lobang. Hole yang terlalu besar akan sangat berbahaya karena bisa
membalikkan perahu atau perahu akan tertahan di hole tersebut. Hole
yang sangat besar dan sirkulasi air dari segala arah disebut toilet bowl,
karena bentuk dan sifat fisikanya seperti air kloset sewaktu di-flushing.
Hole ini sangat berbahaya, karena perahu atau awaknya yang terjatuh
dan terperangkap didalamnya sangat sulit dikeluarkan. Apabila tidak
terlalu besar, hole berfungsi untuk mengurangi kecepatan (rem),
membantu manuver serta sangat bagus untuk dilintasi dan bisa juga
untuk permainan seperti surf boat.

6. Pillow.

Jika permukaan bebatuan dekat dengan permukaan air, maka sebagian


dari arus sungai yang bergerak ke arah hilir akan menaiki bebatuan ini
dan melewati bagian atasnya serta membentuk benjolan air yang
disebut pillow. Pillow juga dapat menahan gerak perahu baik di flat
maupun di jeram.
7. Arus Belokan (bends)
Pada belokan sungai arus yang cepat dan aliran yang dalam (arus
utama) terdapat pada lingkaran luar belokan sungai, hal ini diakibatkan
oleh adanya kekuatan sentrifugal, sehingga aliran permukaan yang
lebih cepat mengarah dan menumpuk sepanjang tepi belokan bagian
luar. Dan aliran arusnya lebih sempit dari bagian dalam dan alternatif
untuk melaluinya sebaiknya pada bagian dalam. Perahu yang terlanjur
masuk aliran bagian tepi luar belokan kemungkinan akan menabrak
dan terhempas.
8. Lidah Air (Tongue of Rapid)
Jika dua alur yang terhambat batu dan membentuk huruf V yang
mengarah ke hilir akan terbentuk lidah air. Bila terdapat lebih satu
lidah air maka yang terbesar merupakan arus utama yang sebaiknya
dipilih. Biasanya lidah air diikuti oleh gelombang berdiri.
9. Batuan (boulders, stoppers)
Letak batuan atau tonjolan batu yang ada di sungai yang tidak
beraturan akan mengakibatkan turbulansi aliran sungai. Disamping itu
letak batuan yang tidak beraturan akan menyulitkan dalam melakukan
pengarungan terutama dalam manuver. Banyaknya batuan yang ada di
sungai akan mengakibatkan laju perahu terhambat, perubahan arah
perahu yang tidak dikehendaki, bahkan dapat berakibat perahu
tersangkut ( Wrap / Entrapment ).

10. Penyempitan Penampang Sungai (Bottle Neck)


Adanya penyempitan lebar penampang sungai menyebabkan arus
menjadi lebih cepat. Hal ini juga menyebabkan laju perahu lebih cepat
dari yang dikehendaki. Sehingga jika setelah ada penyempitan ada
suatu hambatan akan menyulitkan pengarungan.
11. Pendangkalan sungai (shallows)
Jika penampang sungai melebar akibatnya akan membuat permukaan
air menjadi turun. Jika terjadi pendangkalan yang dapat menyulitkan
dalam pengarungan, maka yang perlu diingat adalah permukaan air
dengan ombak yang besar menunjukkan aliran sungai yang dalam.
12. Hambatan (Strainer)
Hambatan yang dimaksud adalah suatu rintangan yang terjadi karena
adanya pohon tumbang yang menghalangi/melintang di atas aliran
sungai. Keadaan ini perlu dihindari dalam pengarungan, karena
menyebabkan perahu akan tersangkut pada hambatan tersebut.

13. Undercut (Lobang Maut)


Merupakan suatu bentukan yang terjadi karena terkikisnya dinding
sungai hingga membentuk rongga. Arus yang mampu membentuk
rongga ini biasanya sangat kuat sehingga jika perahu melewati arus ini
akan menyebabkan awak perahu terbentur dinding sungai atau perahu
akan terbalik dan terjebak dalam rongga. Undercut sebisa mungkin
untuk dihindari, karena undercut adalah Momok yang paling
menakutkan dalam kegiatan arung jeram. Mau simulasi renang di
undercut..??Mboten.Maturnuwun (tidakterimakasih)
Pengetahuan tentang morfologi sungai ini sangat berkaitan erat
dengan factor keamanan dan keselamatan serta kenyamanan dalam
pengarungan, karena dengan memahami karakteristik sungai dengan
baik maka para pelaku kegiatan arung jeram akan mengetahui titik-titik
bahaya dari bentukan-bentukan sungai yang dapat mengakibatkan
terjadinya bahaya terutama bahaya yang disebabkan oleh factor alam
(sungai). Sehingga dengan demikian kita dapat berusaha untuk
menghindari bahaya yang mungkin dapat mengancam keselamatan
kita.
C. Perlengkapan Yang Digunakan Saat Berarung Jeram.
Perlenkapan atau pun perlatan untuk arung jeram dapat digolongkan
mnjadi 2 yaitu peralatan pribadi dan peralatan kelompok / tim.
Peralatan pribadi adalah peralatan yang digunakan oleh masingmasing orang. Peralatan kelompok adalah perlatan yang digunakan
ntuk satu tim arung jeram.
Perlatan Pribadi anatara lain :
Dayung,
tentunya ini berfungsi untuk mendayung dan termasuk peralatan vital
yang harus ada saat pengarungan.Jika dalam satu tim jumlah dayung
tidak sesuai dengan jumlah awak atau kurang maka bisa
membahayakan tim. Kecuali untuk keperluan dokumentasi bisa jadi
kameraman tidak membawa dayung. Tapi ini hanya berlaku di sungai
grade I II.
Pelampung,
Jelas fungsinya untuk mengapungkan kita jika kita terjatuh di air dan
membantu bagi orang yang tidak bisa berenang. Pelampung yang baik
adalah pelampung yang dapat mengpungkan beban max 150 Kg.
Meski anda sudah mahir berenang, ataupun anda pernah mudik dari P.
Jawa Kalimantan berenang tetap saja pelampung ini hukumnya wajib
dikenakan ketika anda sedang berkegiatan arung jeram. Bahkan saat
istirahat ditepian sungai jika jarak anatar anda dengan bibir sungai
tidak lebih dari 2 M maka pelampung harus tetap dikenakan. Mengapa
mengenakan pelampung itu wajib..?karena jika anda terjatuh skalipun
anda mahir berenang dengan kondisi sungai yang berbatu sangat
memungkinka bisa mencederai anda dan mengurangi kemampuan
berenang anda. Maka pelampung akan tetap mengapungkan anda.
Helm,

berfungsi untuk melindungi kepala anda dari benturan batu, tebing


ataupun ranting/batang pohon yang menjorok kesungai. Helem yang
direkomendasikan untuk arung jeram adalah helem yang berbahan
dasar dri plastik bukan fiber.
Body flip,
adalah alat untuk membalikkan perahu. Alat ini terdiri dari carabinaer
dan weebing.
Spatu/Alas kaki,
sebaiknya ketika anda berarung jeram gunakanlah alas kaki yang
ringan, simple dan tidak mudah lepas ketika berenang.
Pakaian,
gunakanlah pakaian yang mudah kering dan simple. kami sarankan
tidak menggunakan celana jeans karena jika terkena air akan
menyulitkan anda bergerak. Bagi wanita juga tidak direkomendasi kan
menggunakan rok.
Survival Kit
sebuah kotak yang berisi peralatan-perlatan survival seperti jarum
jahit, benang, garam, gula merah, cutter atau pisau lipat, obat pribadi,
obat anti biotik, korek api, senter. Survival kit ini dibawa untuk
mengantisipai ketika anda mengalami kecelakaan di saat pengarungan
dan anda terpisah dari rombongan. Ketika anda terdampar di pinggiran
sungai dan berada di hutan alat ini sangat berguna. Namaun tentunya
ini biasa dibawa ketika kita mengarungi sungai yg cukup panjang dan
lebih dari 1 hari.
Peluit,
berfungsi sebagi alat komunikasi berupa signal.
Obat pribadi,
bagi anda yang mengidap penyakit khusus silahkan bawa obat pribadi
anda.
Aksesoris seperti kacamata dan topi,
selain biar keren tentunya akan melindungi dari teriknya matahari.

Peralatan tambahan (pisau lipat,dll)


ketika kita berarung jeram di medan yang sulit kadang diperlukan juga
peralatan tambahan seperti pisau sebagai alat pendukung rescue.
Peralatan Tim Anatara lain :
Perahu,
Perahu yang saat ini sering digunakan untuk arung jeram yaitu jenis
self beilling yaitu bagian bawah atau floor berisi udara dan bersekat
dan di kanan kirinya terdapat lobang lobang untuk sirkulasi air yang
masuk dari atas. Perahu yang kita gunakan ada 2 jenis bahan dasarnya
yaitu PVC dan Hypalon. Jangan sekali-sekali anda menduduki perahu
ketika berada di darat karena bisa mengurangi umur perahu.
Sebaiknya perahu juga jangan diletakkan ditempat yang langsung
terkena matahari karena udara didalam tabung akan memuai dan

menggeser atau melepaskan sekat-sekat perahu dan


akhirnya..cooooooosssssssssssperahu bocor.
Drybag,
Sebuah kantong kedap air yang berfungsi untuk membawa peralatan
ataupun logistik pengarungan.
Pompa,
Pompa bisa dibawa ketika kita melakukan pengarung dengan trek
panjang . Pompa ada dua jenis yaitu pompa injak dan hand pump
Throwbag,
Adalah tas kecil yang berisi tali sepanjang kurang lebih 15 M.
Fungsinya sebagai peralatan rescue. Tas berisi tali ini bisa kita
lemparkan untuk menolong orang yang hanyut caranya pegang salah
ujung tali yang tidak disimpul dengan tas kemudian tangan yang
satunya melempar dengan sekuat tenaga ke arah swimmer atau
korban.
Logistik pengarungan,
Tak kalah penting, alangkah baiknya ketika anda berarung jeram
bawalah makan ringan dan minuman untuk cadangan suply energi.
Repair Kit
Ketika kita melakukan pengarungan dengan jarak yang jauh kita
sebaiknya membawa repair kit yang berisi lem prahu, bahan prahu
untuk menambal, amplas, jarum, benang, gunting.
Alat Pemetaan atau Navigasi.
Ketika kita melakukan expedisi (ehmmonggo yong sudah pernah
expedisi saya minta tambahan referansi..hehe) ada baiknya membawa
peta dan peralatan navigasi guna membantu kita dalam ormed atau
scouting.
Dengan pengetahuan ini, anda bisa mempersiapkan diri untuk
melakukan pengarungan yang aman dan nyaman. Ada beberapa point
diatas yang baku harus ada atau harus dilakukan namun ada pula
beberapa yang mungkin bisa dikesampingkan atau lebih tepatnya
melihat kondisi dan lokasi pengarungan. Tentunya sebelum anda
mengarungi sungai anda sudah mengantongi informasi tentang sungai
tersebut baik dari operator lokal atau pun hasil survey lewat jalur
darat.
Selain kami melayani jasa wisata arung jeram, kami juga melayani jasa
penyampaian materi teknik arung jeram baik untuk kalangan penggiat
alam bebas ataupun instansi pemerintah dan swasta jika diminta.
Ulasan kali ini kami cukupkan samapi di perlengkapan pengarungan
dan untuk selanjutnya kami akan posting tentang teknik
penyelamatan.
BERARUNG JERAMLAH DENGAN AMAN UNTUK SEBUAH
PETUALANGAN YANG SEMPURNA

GRADE DALAM DUNIA ARUNG JERAM


March 2, 2014 Leave a CommentWritten by Mendut Rafting

Dalam arung jeram kita membagi tingkat kesulitan sungai atau


grade dari grade I hingga grade VI. Penentuan grade ini sangat
diperlukan untuk memberikan peringatan awal kepada penggiat arung
jeram ataupun orang awam yg mau melakukan arung jeram. Grade
dapat berubah tergantung kondisi debit air, perubahan ini bisa
meningkat ataupun menurun. Sebuah jeram yg memiliki grade 3 pada
kondisi air normal bisa jadi berubah menjadi grade 4 saat air sungai
mengalami kenaikan debit air. Faktor alam juga bisa merubah grade
suatu jeram seperti fenomena tanah longsor atau banjir bandang
sehingga merubah bentukan sungai yg mempengaruhi komposisi suatu
jeram.
Penentuan grade suatu jeram dapat dilihat dari kuatnya arus,
komposisi batuan, dan pola bentukan badan sungai. Berikut
Penjelasannya :

GRADE I
Arus sungai relatif tenang, rintangan batuan tidak terlalu banyak, riam
tidak membntuk ombak setinggi +50cm atau pusaran air (hole).
Dengan kondisi seperti ini sungai sangat mudah dilalui dan tidak
membutuhkan dayungan yang kuat.
GRADE II
Arus sungai lumayan deras, bentukan jeram bisa terdiri dari standing
wave + 1M atau pula hole / pusaran air yg cukup kuat. Kondisi
bebatuan cukup rapat tapi masih mudah untuk dilalui perahu. Ketika
anda terjatuh di jeram tersebut masih mudah untuk melakukan
penyelamatan.
GRADE III
Arusnya deras, bentukan jeram bisa berupa standing
wave dan hole yang besar dan cukup kuat. Kondisi batuan rapat
sehingga perlu kecermatan dalam memilih jalur perahu. Bentukan
badan sungai pun bisa mempengaruhi apabila jeram itu berada tepat
di belokan. Dibutuhkan manufer yg cepat serta kemampuan self
rescue yang baik dari para awak.

Jeram Budiel Progo Bawah

GRADE IV
Pada jeram dengan grade IV ini butuh persiapan dan penanganan yang
serius untuk melaluinya. Arus yang sangat kuat dan bentukan jeram
yang divariasi dengan standing wave + 2M dan hole. Selain itu dengan
banyaknya rintangan atau kelokan maka dibutuhkan manuver yang
cepat serta respon yg tepat untuk melewatinya. Pada jeram grade IV
resiko perahu terbalik atau awak perahu terjatuh cukup besar. Sangat
dianjurkan pada jeram seperti ini di persiapkan back up rescue dari
darat dan sebaiknya pengarungan dilakukan lebih dari 2 perahu.
GRADE V
Arusnya sangat kuat, bentukkan jeramnya panjang dan tidak
beraturan. Hampir seluruh badan sungai berupa jeram. Resiko perahu
terbalik sangat besar. Sangat beresiko ketika ada salah satu awak yg
jatuh di jeram seperti ini. Tidak dianjurkan untuk pemula. Back up
rescue sudah tidak bisa ditawar lagi, sebuah keharusan dalam
pengarungan di grade ini.
GRADE VI
Sangat dianjurkan untuk tidak dilalui river boat. Bentukan yang sangat
sulit dilalui karena jeram grade VI bisa berupa air terjun. Namun ada
pula yg bisa melewatinya dengan menggunakan kayak, tentunya itu
dilakukan oleh orang-orang yg sudah terlatih dan berpengalaman.
Dari penjabaran diatas dapat kita ketahui tingkat bahaya dari arung
jeram berdasarkan bentukan fisik jeramnya. Tapi menentukan bahaya
arung jeram tidak selesai hanya dengan mngetahui kondisi fisik sungai
atau jeram. Faktor SDM juga sangat berpengaruh.
Ketika anda mengarungi sungai grade rendah (I-II) bukan berarti
faktor safety procedure disepelekan. Semisal karena yg akan diarungi
sungai grade I-II kemudian mengesampingkan persiapan koordinasi,
peralatan yg dibawa tidak standard, river running system dilupakan
dan lain sebagainya. Hal-hal seperti itulah yg sekarang ini marak
terjadi. Bahkan beberapa tahun terakhir ini sering terjadi kecelakaan
arung jeram yg berujung pada kematian namun terjadi di jeram yang
notabene mudah untuk dilalui.
Bukan masalah berarung jeram di grade I VI. Safety procedure tetap
harus dijalankan. Berlatih dan mengasah keterampilan tetap perlu
dilakukan. Berhati-hati di grade I III, handal dan bijaksana di

grade III-VI. Dengan begitu ketika menghadapi jeram di grade


berapapun kita tahu harus bertindak apa.
Mendut Rafting pun berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas
pelayanan terhadap wisata arung jeram dan pendampingan pendidikan
arung jeram. Maka sudah wajib menjadi evaluasi bersama untuk selalu
mengutamakan safety procedure agar pengarungan berjalan lancar,
aman dan berakhir dengan menyenangkan.
Salam Sejajar

http://www.newmendutrafting.com/teknik-dasar-arung-jeram-part-1/.hmtl pada 16
Mei 2016 Jam 12:42 wib

Anda mungkin juga menyukai