Anda di halaman 1dari 35

PONDASI TIANG PANCANG (PILE FOUNDATION)

1.
2.

Pondasi tiang pancang (pile foundation) adalah bagian dari struktur yang digunakan untuk
menerima dan mentransfer (menyalurkan) beban dari struktur atas ke tanah penunjang yang
terletak pada kedalaman tertentu. Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang
menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel),
dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, dibor atau di dongkrak ke
dalam tanah dan dihubungkan dengan pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material
dan karakteristik penyebaran beban tiang pancnag diklasifikasikan berbeda-beda.
Pondasi tiang sudah digunakan sebagai penerima beban dan sistem transfer beban bertahuntahun. Pada awal peradaban, dari komunikasi, pertahanan, dan hal-hal yang strategik dari desa
dan kota yang terletak dekat sungai dan danau. Oleh sebab itu perlu memperkuat tanah
penunjang dengan beberapa tiang. Tiang yang terbuat dari kayu (timber pile) dipasang dengan
dipukul ke dalam tanah dengan tanah atau lubang yang digali dan diisi dengan pasir dan batu.
Pada tahun 1740, Christoffoer Polhem menemukan peralatan pile driving yang mana
menyerupai mekanisme Pile driving saat ini. Tiang baja (steel pile) sudah digunakan selama
1800 dan tiang beton (concrete pile) sejak 1900. Revolusi industri membawa perubahan yang
penting pada sistem pile driving melalui penemuan mesin uap dan mesin diesel. Lebih lagi barubaru ini, meningkatnya permintaan akan rumah dan konstruksi memaksa para pengembang
memanfaatkan tanah-tanah yang mempunyai karakteristik yang kurang bagus. Hal ini membuat
pengembangan dan peningkatan sistem pile driving. Saat ini banyak teknik-teknik instalansi
tiang pancang bermunculan.
Seperti tipe pondasi yang lainnya, tujuan dari pondasi tiang adalah:
Untuk menyalurkan beban pondasi ke tanah keras
Untuk menahan beban vertikal, lateral, dan beban uplift.
Struktur yang menggunakan pondasi tiang pancang apabila tanah dasar tidak mempunyai
kapasitas daya pikul yang memadai. Kalau hasil pemeriksaan tanah menunjukkan bahwa tanah
dangkal tidak stabil dan kurang keras apabila besarnya hasil estimasi penurunan tidak dapat
diterima pondasi tiang pancang dapat menjadi bahan pertimbangan. Lebih jauh lagi, estimasi
biaya dapat menjadi indicator bahwa pondasi tiang pancang biayanya lebih murah daripada jenis
pondasi yang lain dibandingkan dengan biaya perbaikan tanah.
Dalam kasus konstruksi berat, sepertinya bahwa kapasitas daya pikul dari tanah dangkal
tidak akan memuaskan, dan konstruksi seharusnya di bangun di atas pondasi tiang. Tiang

pancang juga digunakan untuk kondisi tanah yang normal untuk menahan beban horizontal.
Tiang pancang merupakan metode yang tepat untuk pekerjaan diatas air, seperti jertty atau
dermaga.
Penggunaan pondasi tiang pancang sebagai pondasi bangunan apabila tanah yang berada
dibawah dasar bangunan tidak mempunyai daya dukung (bearing capacity) yang cukup untuk
memikul berat bangunan beban yang bekerja padanya (Sardjono HS, 1988). Atau apabila tanah
yang mempunyai daya dukung yang cukup untuk memikul berat bangunan dan seluruh beban
yang bekerja berada pada lapisan yang sangat dalam dari permukaan tanah kedalaman > 8 m
(Bowles, 1991). Fungsi dan kegunaan dari pondasi tiang pancang adalah untuk memindahkan
atau mentransfer beban-beban dari konstruksi di atasnya (super struktur) ke lapisan tanah keras
yang letaknya sangat dalam.
Dalam pelaksanaan pemancangan pada umumnya dipancangkan tegak lurus dalam tanah,
tetapi ada juga dipancangkan miring (battle pile) untuk dapat menahan gaya-gaya horizontal
yang bekerja. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu. Sudut kemiringan yang dapat dicapai oleh tiang tergantung dari alat yang
dipergunakan serta disesuaikan pula dengan perencanaannya.
Pondasi tiang digolongkan berdasarkan kualitas bahan material dan cara pelaksanaan.
Menurut kualitas bahan material yang digunakan, tiang pancang dibedakan menjadi empat yaitu
tiang pancang kayu, tiang pancang beton, tiang pancang baja, dan tiang pancang composite (kayu
beton dan baja beton).
Tiang pancang umumnya digunakan:
1.
Untuk mengangkat beban-beban konstruksi diatas tanah kedalam atau melalui sebuah
stratum/lapisan tanah. Didalam hal ini beban vertikal dan beban lateral boleh jadi terlibat.
2.
Untuk menentang gaya desakan keatas, gaya guling, seperti untuk telapak ruangan bawah
tanah dibawah bidang batas air jenuh atau untuk menopang kaki-kaki menara terhadap guling.
3.
Memampatkan endapan-endapan tak berkohesi yang bebas lepas melalui kombinasi
perpindahan isi tiang pancang dan getaran dorongan. Tiang pancang ini dapat ditarik keluar
kemudian.
4.
Mengontrol lendutan/penurunan bila kaki-kaki yang tersebar atau telapak berada pada
tanah tepi atau didasari oleh sebuah lapisan yang kemampatannya tinggi.
5.
Membuat tanah dibawah pondasi mesin menjadi kaku untuk mengontrol amplitudo
getaran dan frekuensi alamiah dari sistem tersebut.
6.
Sebagai faktor keamanan tambahan dibawah tumpuan jembatan dan atau pir, khususnya
jika erosi merupakan persoalan yang potensial.
7.
Dalam konstruksi lepas pantai untuk meneruskan beban-beban diatas permukaan air
melalui air dan kedalam tanah yang mendasari air tersebut. Hal seperti ini adalah mengenai tiang
pancang yang ditanamkan sebagian dan yang terpengaruh oleh baik beban vertikal (dan tekuk)
maupun beban lateral (Bowles, 1991).

Pondasi tiang pancang dibuat ditempat lain (pabrik, dilokasi) dan baru dipancang sesuai
dengan umur beton setelah 28 hari. Karena tegangan tarik beton adalah kecil, sedangkan berat
sendiri beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah diberi tulangan yang cukup
kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul pada waktu pengangkatan dan
pemancangan.
Kriteria dan jenis pemakaian tiang pancang
Dalam perencanaan pondasi suatu konstruksi dapat digunakan beberapa macam tipe
pondasi. Pemilihan tipe pondasi yang digunakan berdasarkan atas beberapa hal, yaitu:

Fungsi bangunan atas yang akan dipikul oleh pondasi tersebut;

Besarnya beban dan beratnya bangunan atas;

Kondisi tanah tempat bangunan didirikan;

Biaya pondasi dibandingkan dengan bangunan atas.


Kriteria pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi bangunan sangat
tergantung pada kondisi:

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mempunyai daya dukung (misalnya pembangunan lepas
pantai)

Tanah dasar di bawah bangunan tidak mampu memikul bangunan yang ada diatasnya atau tanah
keras yang mampu memikul beban tersebut jauh dari permukaan tanah

Pembangunan diatas tanah yang tidak rata

Memenuhi kebutuhan untuk menahan gaya desak keatas (uplift)


A. Penggolongan Pondasi Tiang Pancang
Pondasi tiang pancang dapat digolongkan berdasarkan pemakaian bahan, cara tiang
meneruskan beban dan cara pemasangannya, berikut ini akan dijelaskan satu persatu.
1. Pondasi tiang pancang menurut pemakaian bahan dan karakteristik strukturnya
Tiang pancang dapat dibagi kedalam beberapa kategori (Bowles, 1991) antara lain:
a. Tiang Pancang Kayu
Tiang pancang dengan bahan material kayu dapat digunakan sebagai tiang pancang pada
suatu dermaga. Tiang pancang kayu dibuat dari batang pohon yang cabang-cabangnya telah
dipotong dengan hati-hati, biasanya diberi bahan pengawet dan didorong dengan ujungnya yang
kecil sebagai bagian yang runcing. Kadang-kadang ujungnya yang besar didorong untuk
maksud-maksud khusus, seperti dalam tanah yang sangat lembek dimana tanah tersebut akan
bergerak kembali melawan poros. Kadang kala ujungnya runcing dilengkapi dengan sebuah
sepatu pemancangan yang terbuat dari logam bila tiang pancang harus menembus tanah keras
atau tanah kerikil.
Pemakaian tiang pancang kayu ini adalah cara tertua dalam penggunaan tiang pancang
sebagai pondasi. Tiang kayu akan tahan lama dan tidak mudah busuk apabila tiang katu tersebut
dalam keadaan selalu terendam penuh di bawah muka air tanah. Tiang pancang dari kayu akan
lebih cepat rusak atau busuk apabila dalam keadaan kering dan basah yang selalu berganti-ganti.
Sedangkan pengawetan serta pemakaian obat-obatan pengawet untuk kayu hanya akan menunda

atau memperlambat kerusakan daripada kayu, akan tetapi tetap tidak akan dapat melindungi
untuk seterusnya. Pada pemakaian tiang pancang kayu ini biasanya tidak diijinkan untuk
menahan muatan lebih besar dari 25 sampai 30 ton untuk setiap tiang.
Tiang pancang kayu ini sangat cocok untuk daerah rawa dan daerah-daerah dimana
sangat banyak terdapat hutan kayu seperti daerah Kalimantan, sehingga mudah memperoleh
balok/tiang kayu yang panjang dan lurus dengan diameter yang cukup besar untuk digunakan
sebagai tiang pancang.
Persyaratan dari tiang pancang tongkat kayu tersebut adalah : bahan kayu yang
dipergunakan harus cukup tua, berkualitas baik dan tidak cacat, contohnya kayu berlian. Semula
tiang pancang kayu harus diperiksa terlebih dahulu sebelum dipancang untuk memastikan bahwa
tiang pancang kayu tersebut memenuhi ketentuan dari bahan dan toleransi yang diijinkan. Semua
kayu lunak yang digunakan untuk tiang pancang memerlukan pengawetan, yang harus
dilaksanakan sesuai dengan AASHTO M133 86 dengan menggunakan instalasi peresapan
bertekanan.
Bilamana instalasi semacam ini tidak tersedia, pengawetan dengan tangki terbuka secara
panas dan dingin, harus digunakan. Beberapa kayu keras dapat digunakan tanpa pengawetan,
tetapi pada umumnya, kebutuhan untuk mengawetkan kayu keras tergantung pada jenis kayu dan
beratnya kondisi pelayanan.
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, tindakan pencegahan kerusakan pada kepala tiang pancang harus
diambil. Pencegahan ini dapat dilakukan dengan pemangkasan kepala tiang pancang sampai
penampang melintang menjadi bulat dan tegak lurus terhadap panjangnya dan memasang cincin
baja atau besi yang kuat atau dengan metode lainnya yang lebih efektif. Setelah pemancangan,
kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap panjangnya sampai nagian kayu yang
keras dan diberi bahan pengawet sebelum pur (pile cap) dipasang.
Bilama tiang pancang kayu lunak membentuk pondasi struktur permanen dan akan dipotong
sampai di bawah permukaan tanah, maka perhatian khusus harus diberikan untuk memastikan
bahwa tiang pancang tersebut telah dipotong pada atau di bawah permukaan air tanah yang
terendah yang diperkirakan. Bilamana digunakan pur (pile cap) dari beton, kepala tiang pancang
harus tertanam dalam pur dengan kedalaman yang cukup sehingga dapat memindahkan gaya.
Tebal beton di sekeliling tiang pancnag paling sedikit 15 cm dan harus diberi baja tulangan untuk
mencegah terjadinya keretakan.
Sepatu Tiang Pancang
Tiang pancang harus dilengkapi dengan sepatu yang cocok untuk melindungi ujung tiang
selama pemancangan, kecuali bilamana seluruh pemancangan dilakukan pada tanah yang lunak.
Sepatu harus benar-benar konsentris (pusat sepatu sama dengan pusat tiang pancang) dan
dipasang dengan kuat pada ujung tiang. Bidang kontak antara sepatu dan kayu harus cukup untuk
menghindari tekanan yang berlebihan selama pemancangan.

Pemancangan
Pemancangan berat yang mungkin merusak kepala tiang pancang, memecah ujung dan
menyebabkan retak tiang pancang harus dihindari dengan membatasi tinggi jatuh palu dan
jumlah penumbukan pada tiang pancang. Umumnya, berat palu harus sama dengan beratnya
tiang untuk memudahkan pemancangan. Perhatian khusus harus diberikan selama
pemancangan untuk memastikan bahwa kepala tiang pancang harus selalu berada sesumbu
dengan palu dan tegak lurus terhadap panjang tiang pancang dan bahwa tiang pancang dalam
posisi yang relatif pada tempatnya.
Penyambungan
Bilamana diperlukan untuk menggunakan tiang pancang yang terdiri dari dua batang atau
lebih, permukaan ujung tiang pancang harus dipotong sampai tegak lurus terhadap panjangnya
untuk menjamin bidang kontak seluas seluruh penampang tiang pancang. Pada tiang pancang
yang digergaji, sambungannya harus diperkuat dengan kayu atau pelat penyambung baja, atau
profil baja seperti profil kanal atau profil siku yang dilas menjadi satu membentuk kotak yang
dirancang untuk memberikan kekuatan yang diperlukan. Tiang pancang bulat harus diperkuat
dengan pipa penyambung. Sambungan di dekat titik-titik yang mempunyai lendutan maksimum
harus dihindarkan.
Keuntungan pemakaian tiang pancang kayu
Tiang pancang dari kayu relatif lebih ringan sehingga mudah dalam pengangkutan.
Kekuatan tarik besar sehingga pada waktu pengangkatan untuk pemancangan tidak
menimbulkan kesulitan seperti misalnya pada tiang pancang beton precast.
Mudah untuk pemotongannya apabila tiang kayu ini sudah tidak dapat masuk lagi ke dalam
tanah.
Tiang pancang kayu ini lebih baik untuk friction pile dari pada untukend bearing pile sebab
tegangan tekanannya relatif kecil.
Karena tiang kayu ini relatif flexible terhadap arah horizontal dibandingkan dengan tiang-tiang
pancang selain dari kayu, maka apabila tiang ini menerima beban horizontal yang tidak tetap,
tiang pancang kayu ini akan melentur dan segera kembali ke posisi setelah beban horizontal
tersebut hilang. Hal seperti ini sering terjadi pada dermaga dimana terdapat tekanan kesamping
dari kapal dan perahu.
Kerugian pemakaian tiang pancang kayu:
Karena tiang pancang ini harus selalu terletak di bawah muka air tanah yang terendah agar dapat
tahan lama, maka kalau air tanah yang terendah itu letaknya sangat dalam, hal ini akan
menambah biaya untuk penggalian.
Tiang pancang yang di buat dari kayu mempunyai umur yang relatif kecil di bandingkan dengan
tiang pancang yang di buat dari baja atau beton terutama pada daerah yang muka air tanahnya
sering naik dan turun.

Pada waktu pemancangan pada tanah yang berbatu (gravel) ujung tiang pancang kayu dapat
berbentuk berupa sapu atau dapat pula ujung tiang tersebut hancur. Apabila tiang kayu tersebut
kurang lurus, maka pada waktu dipancangkan akan menyebabkan penyimpangan terhadap arah
yang telah ditentukan.
Tiang pancang kayu tidak tahan terhadap benda-benda yang agresif dan jamur yang
menyebabkan kebusukan.
b. Tiang Pancang Beton
1. Precast Reinforced Concrete Pile
Precast renforced concrete pile adalah tiang pancang dari beton bertulang yang
dicetak dan dicor dalam acuan beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan
dipancangkan. Karena tegangan tarik beton adalah kecil dan praktis dianggap sama dengan nol,
sedangkan berat sendiri dari pada beton adalah besar, maka tiang pancang beton ini haruslah
dieri penulangan-penulangan yang cukup kuat untuk menahan momen lentur yang akan timbul
pada waktu pengangkatan dan pemancangan. Karena berat sendiri adalah besar, biasanya
pancang beton ini dicetak dan dicor di tempat pekerjaan, jadi tidak membawa kesulitan untuk
transport.
Tiang pancang ini dapat memikul beban yang besar (>50 ton untuk setiap tiang), hal ini
tergantung dari dimensinya. Dalam perencanaan tiang pancang beton precast ini panjang dari
pada tiang harus dihitung dengan teliti, sebab kalau ternyata panjang dari pada tiang ini kurang
terpaksa harus dilakukan penyambungan, hal ini adalah sulit dan banyak memakan waktu.
Reinforced Concrete Pile penampangnya dapat berupa lingkaran, segi empat, segi
delapan dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Tiang pancang beton precast concrete pile (Bowles, 1991)

Keuntungan pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile:


Precast Concrete Reinforced Pile ini mempunyai tegangan tekan yang besar, hal ini tergantung

dari mutu beton yang di gunakan.


Tiang pancang ini dapat di hitung baik sebagai end bearing pile maupun friction pile.
Karena tiang pancang beton ini tidak berpengaruh oleh tinggi muka air tanah seperti tiang

pancang kayu, maka disini tidak memerlukan galian tanah yang banyak untuk poernya.
Tiang pancang beton dapat tahan lama sekali, serta tahan terhadap pengaruh air maupun
bahan-bahan yang corrosive asal beton dekkingnya cukup tebal untuk melindungi tulangannya.
Kerugian pemakaian Precast Concrete Reinforced Pile

Karena berat sendirinya maka transportnya akan mahal, oleh karena itu Precast reinforced
concrete pile ini di buat di lokasi pekerjaan.

Tiang pancang ini di pancangkan setelah cukup keras, hal ini berarti memerlukan waktu yang
lama untuk menunggu sampai tiang beton ini dapat dipergunakan.

Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan

waktu yang lama.


Bila panjang tiang pancang kurang, karena panjang dari tiang pancang ini tergantung dari

pada alat pancang ( pile driving ) yang tersedia maka untuk melakukan panyambungan
adalah sukar dan memerlukan alat penyambung khusus.
2. Precast Prestressed Concrete Pile
Precast Prestressed Concrete Pile adalah tiang pancang dari beton prategang
yang menggunakan baja penguat dan kabel kawat sebagai gaya prategangnya.

Gambar 2.3 Tiang pancang Precast Prestressed Concrete Pile ( Bowles, 1991 )

Keuntungan pemakaian Precast prestressed concrete pile:


Kapasitas beban pondasi yang dipikulnya tinggi.
Tiang pancang tahan terhadap karat.
Kemungkinan terjadinya pemancangan keras dapat terjadi.

Kerugian pemakaian Precast prestressed concrete pile:


Pondasi tiang pancang sukar untuk ditangani.
Biaya permulaan dari pembuatannya tinggi.
Pergeseran cukup banyak sehingga prategang sukar untuk disambung.

3.

1.
2.

Cast in Place Pile


Pondasi tiang pancang tipe ini adalah pondasi yang di cetak di tempat dengan jalan
dibuatkan lubang terlebih dahulu dalam tanah dengan cara mengebor tanah seperti pada
pengeboran tanah pada waktu penyelidikan tanah. Pada Cast in Place ini dapat dilaksanakan
dua cara:
Dengan pipa baja yang dipancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton dan
ditumbuk sambil pipa tersebut ditarik keatas.
Dengan pipa baja yang di pancangkan ke dalam tanah, kemudian diisi dengan beton, sedangkan
pipa tersebut tetap tinggal di dalam tanah.
Keuntungan pemakaian Cast in Place
Pembuatan tiang tidak menghambat pekerjan.

Tiang ini tidak perlu diangkat, jadi tidak ada resiko rusak dalam transport.
Panjang tiang dapat disesuaikan dengan keadaan dilapangan.

Kerugian pemakaian Cast in Place


Pada saat penggalian lubang, membuat keadaan sekelilingnya menjadi kotor akibat tanah yang

diangkut dari hasil pengeboran tanah tersebut.


Pelaksanaannya memerlukan peralatan yang khusus.
Beton yang dikerjakan secara Cast in Place tidak dapat dikontrol.

c.

Tiang Pancang Baja.

Pada umumnya, tiang pancang baja struktur harus berupa profil baja gilas biasa,
tetapi tiang pancang pipa dan kotak dapat digunakan. Bilamana tiang pancang pipa atau
kotak digunakan, dan akan diisi dengan beton, mutu beton tersebut minimum harus
K250.

a.

b.
c.

Kebanyakan tiang pancang baja ini berbentuk profil H. Karena terbuat dari baja maka
kekuatan dari tiang ini sendiri sangat besar sehingga dalam pengangkutan dan pemancangan
tidak menimbulkan bahaya patah seperti halnya pada tiang beton precast. Jadi pemakaian tiang
pancang baja ini akan sangat bermanfaat apabila kita memerlukan tiang pancang yang panjang
dengan tahanan ujung yang besar.
Tingkat karat pada tiang pancang baja sangat berbeda-beda terhadap texture tanah, panjang
tiang yang berada dalam tanah dan keadaan kelembaban tanah.
Pada tanah yang memiliki texture tanah yang kasar/kesap, maka karat yang terjadi karena
adanya sirkulasi air dalam tanah tersebut hampir mendekati keadaan karat yang terjadi pada
udara terbuka.
Pada tanah liat (clay) yang mana kurang mengandung oxygen maka akan menghasilkan tingkat
karat yang mendekati keadaan karat yang terjadi karena terendam air.
Pada lapisan pasir yang dalam letaknya dan terletak dibawah lapisan tanah yang padat akan
sedikit sekali mengandung oxygen maka lapisan pasir tersebut juga akan akan menghasilkan
karat yang kecil sekali pada tiang pancang baja.
Pada umumnya tiang pancang baja akan berkarat di bagian atas yang dekat dengan
permukaan tanah. Hal ini disebabkan karenaAerated-Condition (keadaan udara pada pori-pori
tanah) pada lapisan tanah tersebut dan adanya bahan-bahan organis dari air tanah. Hal ini
dapat ditanggulangi dengan memoles tiang baja tersebut dengan (coaltar) atau dengan sarung
beton sekurang-kurangnya 20 ( 60 cm) dari muka air tanah terendah.

Karat /korosi yang terjadi karena udara (atmosphere corrosion) pada bagian tiang yang
terletak di atas tanah dapat dicegah dengan pengecatan seperti pada konstruksi baja
biasa.
Perlindungan Terhadap Korosi
Bilamana korosi pada tiang pancang baja mungkin dapat terjadi, maka panjang
atau ruas-ruasnya yang mungkin terkena korosi harus dilindungi dengan pengecatan
menggunakan lapisan pelindung yang telah disetujui dan/atau digunakan logam yang

lebih tebal bilamana daya korosi dapat diperkirakan dengan akurat dan beralasan.
Umumnya seluruh panjang tiang baja yang terekspos, dan setiap panjang yang
terpasang dalam tanah yang terganggu di atas muka air terendah, harus dilindungi dari
korosi.
Kepala Tiang Pancang
Sebelum pemancangan, kepala tiang pancang harus dipotong tegak lurus terhadap
panjangnya dan topi pemancang (driving cap) harus dipasang untuk mempertahankan
sumbu tiang pancang segaris dengan sumbu palu. Sebelum pemancangan, pelat topi,
batang baja atau pantek harus ditambatkan pad pur, atau tiang pancang dengan
panjang yang cukup harus ditanamkan ke dalam pur (pile cap).
Perpanjangan Tiang Pancang
Perpanjangan tiang pancang baja harus dilakukan dengan pengelasan. Pengelasan
harus dikerjakan sedemikian rupa hingga kekuatan penampang baja semula dapat
ditingkatkan. Sambungan harus dirancang dan dilaksanakan dengan cara sedemikian
hingga dapat menjaga alinyemen dan posisi yang benar pada ruas-ruas tiang pancang.
Bilamana tiang pancang pipa atau kotak akan diisi dengan beton setelah pemancangan,
sambungan yang dilas harus kedap air.
Sepatu Tiang Pancang
Pada umumnya sepatu tiang pancang tidak diperlukan pada profil H atau profil
baja gilas lainnya. Namun bilamana tiang pancang akan dipancang di tanah keras, maka
ujungnya dapat diperkuat dengan menggunakan pelat baja tuang atau dengan
mengelaskan pelat atau siku baja untuk menambah ketebalan baja. Tiang pancang pipa
atau kotak dapat juga dipancang tanpa sepatu, tetapi bilamana ujung dasarnya tertutup
diperlukan, maka penutup ini dapat dikerjakan dengan cara mengelaskan pelat datar,
atau sepatu yang telah dibentuk dari besi tuang, baja tuang atau baja fabrikasi.

Keuntungan pemakaian Tiang Pancang Baja:


Tiang pancang ini mudah dalam dalam hal penyambungannya.
Tiang pancang ini memiliki kapasitas daya dukung yang tinggi.
Dalam hal pengangkatan dan pemancangan tidak menimbulkan bahaya patah.
Kerugian pemakaian Tiang Pancang Baja:

d.

Tiang pancang ini mudah mengalami korosi.


Bagian H pile dapat rusak atau di bengkokan oleh rintangan besar.
Tiang Pancang Komposit.

Tiang pancang komposit adalah tiang pancang yang terdiri dari dua bahan yang
berbeda yang bekerja bersama-sama sehingga merupakan satu tiang. Kadang-kadang
pondasi tiang dibentuk dengan menghubungkan bagian atas dan bagian bawah tiang
dengan bahan yang berbeda, misalnya dengan bahan beton di atas muka air tanah dan
bahan kayu tanpa perlakuan apapun disebelah bawahnya. Biaya dan kesulitan yang
timbul dalam pembuatan sambungan menyebabkan cara ini diabaikan.

1.

a.

b.
c.

2.

a.
b.

c.
d.

e.

3.

Water Proofed Steel and Wood Pile


Tiang ini terdiri dari tiang pancang kayu untuk bagian yang di bawah permukaan air
tanah sedangkan bagian atas adalah beton. Kita telah mengetahui bahwa kayu akan tahan
lama/awet bila terendam air, karena itu bahan kayu disini diletakan di bagian bawah yang mana
selalu terletak dibawah air tanah.
Kelemahan tiang ini adalah pada tempat sambungan apabila tiang pancang ini menerima gaya
horizontal yang permanen. Adapun cara pelaksanaanya secara singkat sebagai berikut:
Casing dan core (inti) dipancang bersama-sama dalam tanah hingga mencapai kedalaman yang
telah ditentukan untuk meletakan tiang pancang kayu tersebut dan ini harus terletak dibawah
muka air tanah yang terendah.
Kemudian core ditarik keatas dan tiang pancang kayu dimasukan dalam casing dan terus
dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras.
Secara mencapai lapisan tanah keras pemancangan dihentikan dan core ditarik keluar dari
casing. Kemudian beton dicor kedalam casing sampai penuh terus dipadatkan dengan
menumbukkan core ke dalam casing.
Composite Dropped in Shell and Wood Pile
Tipe tiang ini hampir sama dengan tipe diatas hanya bedanya di sini memakai shell
yang terbuat dari bahan logam tipis permukaannya di beri alur spiral. Secara singkat
pelaksanaanya sebagai berikut:
Casing dan core dipancang bersama-sama sampai mencapai kedalaman yang telah ditentukan di
bawah muka air tanah.
Setelah mencapai kedalaman yang dimaksud core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang
kayu dimasukkan dalam casing terus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras. Pada
pemancangan tiang pancang kayu ini harus diperhatikan benar-benar agar kepala tiang tidak
rusak atau pecah.
Setelah mencapai lapisan tanah keras core ditarik keluar lagi dari casing.
Kemudian shell berbentuk pipa yang diberi alur spiral dimasukkan dalam casing. Pada ujung
bagian bawah shell dipasang tulangan berbentuk sangkar yang mana tulangan ini dibentuk
sedemikian rupa sehingga dapat masuk pada ujung atas tiang pancang kayu tersebut.
Beton kemudian dicor kedalam shell. Setelah shell cukup penuh dan padat casing ditarik keluar
sambil shell yang telah terisi beton tadi ditahan terisi beton tadi ditahan dengan cara
meletakkan core diujung atas shell.
Composit Ungased Concrete and Wood Pile.
Dasar pemilihan tiang composit tipe ini adalah:
Lapisan tanah keras dalam sekali letaknya sehingga tidak memungkinkan untuk menggunakan
cast in place concrete pile, sedangkan kalau menggunakan precast concrete pile terlalu panjang,
akibatnya akan susah dalam transport dan mahal.

Muka air tanah terendah sangat dalam sehingga bila menggunakan tiang pancang kayu akan
memerlukan galian yang cukup dalam agar tiang pancang kayu tersebut selalu berada dibawah
permukaan air tanah terendah.
Adapun prinsip pelaksanaan tiang composite ini adalah sebagai berikut:
a. Casing baja dan core dipancang bersama-sama dalam tanah sehingga sampai pda kedalaman
tertentu (di bawah m.a.t)
b. Core ditarik keluar dari casing dan tiang pancang kayu dimasukkan casing terus dipancang
sampai kelapisan tanah keras.
c. Setelah sampai pada lapisa tanah keras core dikeluarkan lagi dari casing dan beton sebagian
dicor dalam casing. Kemudian core dimasukkan lagi dalam casing.
d. Beton ditumbuk dengan core sambil casing ditarik ke atas sampai jarak tertentu sehingga terjadi
bentuk beton yang menggelembung seperti bola diatas tiang pancang kayu tersebut.
e. Core ditarik lagi keluar dari casing dan casing diisi dengan beton lagi sampai padat setinggi
beberapa sentimeter diatas permukaan tanah. Kemudian beton ditekan dengan core kembali
sedangkan casing ditarik keatas sampai keluar dari tanah.
f. Tiang pancang composit telah selesai.
Tiang pancang composit seperti ini sering dibuat oleh The Mac Arthur Concrete Pile Corp.

4.

Composite Dropped Shell and Pipe Pile


Dasar pemilihan tipe tiang seperti ini adalah:
Lapisan tanah keras letaknya terlalu dalam bila digunakan cast in place concrete.
Muka air tanah terendah terlalu dalam kalai digunakan tiang composit yang bagian
bawahnya terbuat dari kayu.
Cara pelaksanaan tiang tipe ini adalah sebagai berikut:
a. Casing dan core dipasang bersama-sama sehingga casing seluruhnya masuk dalam
tanah. Kemudian core ditarik.
b. Tiang pipa baja dengan dilengkapi sepatu pada ujung bawah dimasukkan dalam casing
terus dipancang dengan pertolongan core sampai ke tanah keras.
c. Setelah sampai pada tanah keras kemudian core ditarik keatas kembali.
d. Kemudian sheel yang beralur pada dindingnya dimasukkan dalam casing hingga
bertumpu pada penumpu yang terletak diujung atas tiang pipa baja. Bila diperlukan
pembesian maka besi tulngan dimasukkan dalam shell dan kemudian beton dicor
sampai padat.
e. Shell yang telah terisi dengan beton ditahan dengan core sedangkan casing ditarik
keluar dari tanah. Lubang disekeliling shell diisi dengan tanah atau pasir. Variasi lain
pada tipe tiang ini dapat pula dipakai tiang pemancang baja H sebagai ganti dari tiang
pipa.
5. Franki Composite Pile
Prinsip tiang hampir sama dengan tiang franki biasa hanya bedanya disini
pada bagian atas dipergunakan tiang beton precast biasa atau tiang profil H dari baja.

a.

b.

c.
d.

2.
a.

Adapun cara pelaksanaan tiang composit ini adalah sebagai berikut:


Pipa dengan sumbat beton dicor terlebih dahulu pada ujung bawah pipa baja
dipancang dalam tanah dengan drop hammersampai pada tanah keras. Cara pemasangan
ini sama seperti pada tiang franki biasa.
Setelah pemancangan sampai pada kedalaman yang telah direncanakan, pipa diisi lagi
dengan beton dan terus ditumbuk dengan drop hammer sambil pipa ditarik lagi ke atas
sedikit sehingga terjadi bentuk beton seperti bola.
Setelah tiang beton precast atau tiang baja H masuk dalam pipa sampai bertumpu pada
bola beton pipa ditarik keluar dari tanah.
Rongga disekitar tiang beton precast atau tiang baja H diisi dengan kerikil atau pasir.
Pondasi tiang pancang menurut pemasangannya
Pondasi tiang pancang menurut cara pemasangannya dibagi dua bagian besar, yaitu:
Tiang pancang pracetak
Tiang pancang pracetak adalah tiang pancang yang dicetak dan dicor didalam acuan
beton (bekisting), kemudian setelah cukup kuat lalu diangkat dan dipancangkan. Tiang pancang
pracetak ini menurut cara pemasangannya terdiri dari :
1. Cara penumbukan
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penumbukan
oleh alat penumbuk (hammer).
2. Cara penggetaran
Dimana tiang pancang tersebut dipancangkan kedalam tanah dengan cara penggetaran
oleh alat penggetar (vibrator).
3. Cara penanaman

Dimana permukaan tanah dilubangi terlebih dahulu sampai kedalaman tertentu,


lalu tiang pancang dimasukkan, kemudian lubang tadi ditimbun lagi dengan tanah.
a.
b.
c.
d.
b.

1.

Cara penanaman ini ada beberapa metode yang digunakan :


Cara pengeboran sebelumnya, yaitu dengan cara mengebor tanah sebelumnya lalu tiang
dimasukkan kedalamnya dan ditimbun kembali.
Cara pengeboran inti, yaitu tiang ditanamkan dengan mengeluarkan tanah dari bagian dalam
tiang.
Cara pemasangan dengan tekanan, yaitu tiang dipancangkan kedalam tanah dengan
memberikan tekanan pada tiang.
Cara pemancaran, yaitu tanah pondasi diganggu dengan semburan air yang keluar dari ujung
serta keliling tiang, sehingga tidak dapat dipancangkan kedalam tanah.
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile)
Tiang yang dicor ditempat (cast in place pile) ini menurut teknik penggaliannya terdiri
dari beberapa macam cara yaitu :
Cara penetrasi alas

Cara penetrasi alas yaitu pipa baja yang dipancangkan kedalam tanah kemudian pipa baja
tersebut dicor dengan beton.
2. Cara penggalian
Cara ini dapat dibagi lagi urut peralatan pendukung yang digunakan antara lain :
a. Penggalian dengan tenaga manusia
Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga manusia adalah penggalian
lubang pondsi yang masih sangat sederhana dan merupakan cara konvensional. Hal
ini
dapat dilihat dengan cara pembuatan pondasi dalam, yang pada umumnya hanya mampu
dilakukan pada kedalaman tertentu.
b. Penggalian dengan tenaga mesin

Penggalian lubang pondasi tiang pancang dengan tenaga mesin adalah


penggalian lubang pondasi dengan bantuan tenaga mesin, yang memiliki kemampuan
lebih baik
dan lebih canggih.
B. Alat Pancang Tiang
Dalam pemasangan tiang kedalam tanah, tiang dipancang dengan alat pemukul
yang dapat berupa pemukul (hammer) mesin uap, pemukul getar atau pemukul yang
hanya dijatuhkan. Skema dari berbagai macam alat pemukul diperlihatkan dalam
Gambar 2.4a sampai dengan 2.4d. Pada gambar terebut diperlihatkan pula alat-alat
perlengkapan pada kepala tiang dalam pemancangan. Penutup (pile cap) biasanya
diletakkan menutup kepala tiang yang kadang-kadang dibentuk dalam geometri
tertutup.
1.

Pemukul Jatuh (drop hammer)

Pemukul jatuh terdiri dari blok pemberat yang dijatuhkan dari atas.
Pemberat ditarik dengan tinggi jatuh tertentu kemudian dilepas dan menumbuk tiang.
Pemakaian alat tipe ini membuat pelaksanaan pemancangan berjalan lambat, sehingga
alat ini hanya dipakai pada volume pekerjaan pemancangan yang kecil.
2.

Pemukul Aksi Tiang (single-acting hammer)

Pemukul
aksi
tunggal berbentuk memanjang dengan ram yang bergerak naik oleh udara atau uap yang

terkompresi, sedangkan gerakan turun ram disebabkan oleh beratnya sendiri. Energi pemukul
aksi tunggal adalah sama dengan berat ram dikalikan tinggi jatuh (Gambar 2.4a).

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2.4 Skema pemukul tiang : (a) Pemukul aksi tunggal (single acting hammer), (b)
Pemukul aksi double (double acting hammer), (c) Pemukul diesel (diesel hammer), (d) Pemukul
getar (vibratory hammer) ( Hardiyatmo,H.c., 2002 )
3.

Pemukul Aksi Double (double-acting hammer)

Pemukul aksi double menggunakan uap atau udara untuk mengangkat ram dan untuk
mempercepat gerakan ke bawahnya (Gambar 2.4b). Kecepatan pukulan dan energi output
biasanya lebih tinggi daripada pemukul aksi tunggal.
4.

5.

Pemukul Diesel (diesel hammer)


Pemukul diesel terdiri dari silinder, ram, balok anvil dan sistem injeksi bahan bakar.
Pemukul tipe ini umumnya kecil, ringan dan digerakkan dengan menggunakan bahan bakar
minyak. Energi pemancangan total yang dihasilkan adalah jumlah benturan dari ram ditambah
energi hasil dari ledakan (Gambar 2.4c).
Pemukul Getar (vibratory hammer)

Pemukul getar merupakan unit alat pancang yang bergetar pada frekuensi tinggi (Gambar
2.4d).
C. Metode Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang

1.

2.

Aspek teknologi sangat berperan dalam suatu proyek konstruksi. Umumnya, aplikasi
teknologi ini banyak diterapkan dalam metode pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Penggunaan
metode yang tepat, praktis, cepat dan aman, sangat membantu dalam penyelesaian pekerjaan
pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target waktu, biaya dan mutu sebagaimana ditetapkan
dapat tercapai.
Langkah - langkah dari pekerjaan untuk dimensi kubus/ ukuran dan tiang pancang:
Menghitung daya dukung yang didasarkan pada karakteristik tanah dasar yang diperoleh dari
penyelidikan tanah. Dari sini, kemudian dihitung kemungkinan nilai daya dukung yang
diizinkan pada berbagai kedalaman, dengan memperhatikan faktor aman terhadap keruntuhan
daya dukung yang sesuai, dan penurunan yang terjadi harus tidak berlebihan.
Menentukan kedalaman, tipe, dan dimensi pondasinya. Hal ini dilakukan dengan jalan memilih
kedalaman minimum yang memenuhi syarat keamanan terhadap daya dukung tanah yang telah
dihitung. Kedalaman minimum harus diperhatikan terhadap erosi permukaan tanah, pengaruh
perubahan iklim, dan perubahan kadar air. Bila tanah yang lebih besar daya dukungnya berada
dekat dengan kedalaman minimum yang dibutuhkan tersebut,dipertimbangkan untuk
meletakkan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam yang daya dukung tanahnya lebih besar.
Karena dengan peletakan dasar pondasi yang sedikit lebih dalam akan mengurangi dimensi
pondasi, dengan demikian dapat menghemat biaya pembuatan pelat betonnya.

3. Ukuran dan kedalaman pondasi yang ditentukan dari daya dukung diizinkan dipertimbangkan
terhadap penurunan toleransi. Bila ternyata hasil hitungan daya dukung
ultimit yang dibagi faktor aman mengakibatkan penurunan yang berlebihan, dimensi pondasi
diubah sampai besar penurunan memenuhi syarat.
Tahapan pekerjaan pondasi tiang pancang adalah sebagai berikut :
A. Pekerjaan Persiapan
1. Membubuhi tanda, tiap tiang pancang harus dibubuhi tanda serta tanggal saat tiang tersebut
dicor. Titik-titik angkat yang tercantum pada gambar harus dibubuhi tanda dengan jelas pada
tiang pancang. Untuk mempermudah perekaan, maka tiang pancang diberi tanda setiap 1
meter.
2. Pengangkatan/pemindahan, tiang pancang harus dipindahkan/diangkat dengan hati-hati sekali
guna menghindari retak maupun kerusakan lain yang tidak diinginkan.
3. Rencanakan final set tiang, untuk menentukan pada kedalaman mana pemancangan tiang dapat
dihentikan, berdasarkan data tanah dan data jumlah pukulan terakhir (final set).
4. Rencanakan urutan pemancangan, dengan pertimbangan kemudahan manuver alat. Lokasi
stock material agar diletakkan dekat dengan lokasi pemancangan.
5. Tentukan titik pancang dengan theodolith dan tandai dengan patok.
6. Pemancangan dapat dihentikan sementara untuk peyambungan batang berikutnya bila level
kepala tiang telah mencapai level muka tanah sedangkan level tanah keras yang diharapkan
belum tercapai.
Proses penyambungan tiang :
a. Tiang diangkat dan kepala tiang dipasang pada helmet seperti yang dilakukan pada batang
pertama.
b. Ujung bawah tiang didudukkan diatas kepala tiang yang pertama sedemikian sehingga sisi-sisi
pelat sambung kedua tiang telah berhimpit dan menempel menjadi satu.
c. Penyambungan sambungan las dilapisi dengan anti karat
d. Tempat sambungan las dilapisi dengan anti karat.
7. Selesai penyambungan, pemancangan dapat dilanjutkan seperti yang dilakukan pada batang
pertama. Penyambungan dapat diulangi sampai mencapai kedalaman tanah keras yang
ditentukan.
8. Pemancangan tiang dapat dihentikan bila ujung bawah tiang telah mencapai lapisan tanah
keras/final set yang ditentukan.
9. Pemotongan tiang pancang pada cut off level yang telah ditentukan.
B. Proses Pengangkatan
1. Pengangkatan tiang untuk disusun ( dengan dua tumpuan )
Metode pengangkatan dengan dua tumpuan ini biasanya pada saat penyusunan tiang beton,
baik itu dari pabrik ke trailer ataupun dari trailer ke penyusunan lapangan.

Persyaratan umum dari metode ini adalah jarak titik angkat dari kepala tiang adalah 1/5 L.
Untuk mendapatkan jarak harus diperhatikan momen maksimum pada bentangan, haruslah
sama dengan momen minimum pada titik angkat tiang sehingga dihasilkan momen yang sama.
Pada prinsipnya pengangkatan dengan dua tumpuan untuk tiang beton adalah dalam tanda
pengangkatan dimana tiang beton pada titik angkat berupa kawat yang terdapat pada tiang
beton yang telah ditentukan dan untuk lebih jelas dapat dilihat oleh gambar.

2. Pengangkatan dengan satu tumpuan


Metode pengangkatan ini biasanya digunakan pada saat tiang sudah siap akan dipancang oleh
mesin pemancangan sesuai dengan titik pemancangan yang telah ditentukan di lapangan.

Adapun persyaratan utama dari metode pengangkatan satu tumpuan ini adalah jarak antara
kepala tiang dengan titik angker berjarak L/3. Untuk mendapatkan jarak ini, haruslah
diperhatikan bahwa momen maksimum pada tempat pengikatan tiang sehingga dihasilkan nilai
momen yang sama.

C. Proses Pemancangan

1. Alat pancang ditempatkan sedemikian rupa sehingga as hammer jatuh pada patok titik pancang
yang telah ditentukan.
2. Tiang diangkat pada titik angkat yang telah disediakan pada setiap lubang.
3. Tiang didirikan disamping driving lead dan kepala tiang dipasang pada helmet yang telah dilapisi
kayu sebagai pelindung dan pegangan kepala tiang.
4. Ujung bawah tiang didudukkan secara cermat diatas patok pancang yang telah ditentukan.
5. Penyetelan vertikal tiang dilakukan dengan mengatur panjangbackstay sambil diperiksa dengan
waterpass sehingga diperoleh posisi yang betul-betul vertikal. Sebelum pemancangan dimulai,
bagian bawah tiang diklem dengancenter gate pada dasar driving lead agar posisi tiang tidak
bergeser selama pemancangan, terutama untuk tiang batang pertama.
6. Pemancangan dimulai dengan mengangkat dan menjatuhkan hammer secara kontiniu ke atas
helmet yang terpasang diatas kepala tiang.
D. Quality Control
1. Kondisi fisik tiang
a. Seluruh permukaan tiang tidak rusak atau retak
b. Umur beton telah memenuhi syarat
c. Kepala tiang tidak boleh mengalami keretakan selama pemancangan
2. Toleransi
Vertikalisasi tiang diperiksa secara periodik selama proses pemancangan berlangsung.
Penyimpangan arah vertikal dibatasi tidak lebih dari 1:75 dan penyimpangan arah horizontal
dibatasi tidak leboh dari 75 mm.
3. Penetrasi
Tiang sebelum dipancang harus diberi tanda pada setiap setengah meter di sepanjang tiang
untuk mendeteksi penetrasi per setengah meter. Dicatat jumlah pukulan untuk penetrasi setiap
setengah meter.
4. Final set
Pamancangan baru dapat dihentikan apabila telah dicapai final set sesuai perhitungan.

D. Tiang Dukung Ujung dan Tiang Gesek


Ditinjau dari cara mendukung beban, tiang dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam
(Hardiyatmo, 2002), yaitu :
1. Tiang dukung ujung (end bearing pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya ditentukan oleh
tahanan ujung tiang. Umumnya tiang dukung ujung berada dalam zone tanah yang lunak yang
berada diatas tanah keras. Tiang-tiang dipancang sampai mencapai batuan dasar atau lapisan
keras lain yang dapat mendukung beban yang diperkirakan tidak mengakibatkan penurunan
berlebihan. Kapasitas tiang sepenuhnya ditentukan dari tahanan dukung lapisan keras yang
berada dibawah ujung tiang (Gambar 2.6a).
2. Tiang gesek (friction pile) adalah tiang yang kapasitas dukungnya lebih ditentukan oleh
perlawanan gesek antara dinding tiang dan tanah disekitarnya (Gambar 2.9b). Tahanan gesek
dan pengaruh konsolidasi lapisan tanah dibawahnya diperhitungkan pada hitungan kapasitas
tiang.

E. Kapasitas Daya Dukung Tiang Pancang Dari Hasil Sondir

Diantara perbedaaan tes dilapangan, sondir atau cone penetration test (CPT) seringkali
sangat dipertimbangkan berperanan dari geoteknik. CPT atau sondir ini tes yang sangat cepat,
sederhana, ekonomis dan tes tersebut dapat dipercaya dilapangan dengan pengukuran terusmenerus dari permukaan tanah-tanah dasar. CPT atau sondir ini dapat juga mengklasifikasi
lapisan tanah dan dapat memperkirakan kekuatan dan karakteristik dari tanah. Didalam
perencanaan pondasi tiang pancang (pile), data tanah sangat diperlukan dalam merencanakan
kapasitas daya dukung (bearing capacity) dari tiang pancang sebelum pembangunan dimulai,
guna menentukan kapasitas daya dukung ultimit dari tiang pancang. Kapasitas daya dukung
ultimit ditentukan dengan persamaan sebagai berikut :
Qu = Qb + Qs = qbAb + f.As ........................................................... (2.1)
dimana :
Qu = Kapasitas daya dukung aksial ultimit tiang pancang.
Qb = Kapasitas tahanan di ujung tiang.
Qs = Kapasitas tahanan kulit.
qb = Kapasitas daya dukung di ujung tiang persatuan luas.
Ab = Luas di ujung tiang.
f = Satuan tahanan kulit persatuan luas.
As = Luas kulit tiang pancang.

Dalam menentukan kapasitas daya dukung aksial ultimit (Q u) dipakai Metode Aoki dan De
Alencar.
Aoki dan Alencar mengusulkan untuk memperkirakan kapasitas dukung ultimit dari data Sondir.
Kapasitas dukung ujung persatuan luas (qb) diperoleh sebagai berikut :
dimana :
qca (base) = Perlawanan konus rata-rata 1,5D diatas ujung tiang, 1,5D dibawah ujung tiang
dan Fb adalah faktor empirik tergantung pada tipe tanah.Tahanan kulit persatuan luas
(f)diprediksi sebagai berikut :

dimana :
qc (side) = Perlawanan konus rata-rata pada masing lapisan sepanjang tiang.
Fs = Faktor empirik tahanan kulit yang tergantung pada tipe tanah.
Fb = Faktor empirik tahanan ujung tiang yang tergantung pada tipe tanah.

Faktor Fb dan Fs diberikan pada Tabel 2.1 dan nilai-nilai faktor empirik s diberikan pada Tabel
2.2
Tabel 2.1 Faktor empirik Fb dan Fs (Titi & Farsakh, 1999 )
Tipe Tiang Pancang
Fb
Fs
Tiang Bor
3,5
7,0
Baja
1,75
3,5
Beton Pratekan
1,75
3,5
Tabel 2.2 Nilai faktor empirik untuk tipe tanah yang berbeda ( Titi dan Farsakh, 1999)

Tipe Tanah

s(%)

Pasir

1,4

Pasir
kelanauan

2,0

Pasir
kelanauan
dengan
lempung
Pasir
berlempung
dengan
lanau
Pasir
berlempung

2,4

2,8

3,0

Tipe
Tanah
Pasir
berlanau
Pasir
berlanau
dengan
lempung
Lanau

s(%)

Lanau
berlempun
g dengan
pasir
Lanau
berlempun
g

3,0

2,2
2,8

3,0

3,4

Tipe
Tanah
Lempung
berpasir
Lempung
berpasir
dengan
lanau
Lempung
berlanau
dengan
pasir
Lempung
berlanau

s(%)

Lempung

6,0

2,4
2,8

3,0

4,0

Pada umumnya nilai s untuk pasir = 1,4 persen, nilai s untuk lanau = 3,0 persen dan nilai s
untuk lempung = 1,4 persen.
Untuk menghitung daya dukung tiang pancang berdasarkan data hasil pengujian sondir
dapat dilakukan dengan menggunakan metode Meyerhoff.
Daya dukung ultimate pondasi tiang dinyatakan dengan rumus :
Qult = (qc x Ap)+(JHL x K11) ........................................................ (2.4)
dimana :
Qult = Kapasitas daya dukung tiang pancang tunggal.

qc = Tahanan ujung sondir.


Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.
K11 = Keliling tiang.
Daya dukung ijin pondasi dinyatakan dengan rumus

dimana :
Qijin = Kapasitas daya dukung ijin pondasi.
qc = Tahanan ujung sondir.
Ap = Luas penampang tiang.
JHL = Jumlah hambatan lekat.

K11 = Keliling tiang.


F.

Faktor Aman
Untuk memperoleh kapasitas ijin tiang, maka diperlukan untuk membagi kapasitas
ultimit dengan faktor aman tertentu. Faktor aman ini perlu diberikan dengan maksud :
a. Untuk memberikan keamanan terhadap ketidakpastian metode hitungan yang digunakan.
b. Untuk memberikan keamanan terhadap variasi kuat geser dan kompresibilitas tanah.
c. Untuk meyakinkan bahwa bahan tiang cukup aman dalam mendukung beban yang bekerja.
d. Untuk meyakinkan bahwa penurunan total yang terjadi pada tiang tunggal atau kelompok masih
tetap dalam batas-batas toleransi.
e. Untuk meyakinkan bahwa penurunan tidak seragam diantara tiang-tiang masih dalam batas
toleransi.

Sehubungan dengan alasan butir (d), dari hasil banyak pengujian-pengujian beban tiang, baik
tiang pancang maupun tiang bor yang berdiameter kecil sampai sedang (600 mm), penurunan
akibat beban bekerja (working load) yang terjadi lebih kecil dari 10 mm untuk faktor aman yang
tidak kurang dari 2,5 (Tomlinson, 1977).
Besarnya beban bekerja (working load) atau kapasitas tiang ijin (Qa) dengan memperhatikan
keamanan terhadap keruntuhan adalah nilai kapasitas ultimit (Qu) dibagi dengan faktor aman
(SF) yang sesuai. Variasi besarnya faktor aman yang telah banyak digunakan untuk perancangan
pondasi tiang pancang, sebagai berikut :

Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan koef. Restitusi Tabel 2.3 Harga Effisiensi Hammer dan
koef. Restitusi
Tipe Hammer
Efficiency, E
Single and double acting hammer
0.7 - 0.8

Diesel Hammer
drop Hammer

1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
4.

1.
2.
3.
1.
2.
3.

0.8 - 0.9
0.7 - 0.9

Pile Material
Coefficient of restitution, n
Cast iron hammer and concrette pile ( whitout cap )
0.4 - 0.5
Wood cushion on steel pile
0.3 - 0.4
Wooden pile
0.25 - 0.3
Pemakaian pondasi tiang pancang beton mempunyai keuntungan dan kerugian antara lain
adalah sebagai berikut:
Keuntungannya yaitu:
Karena tiang dibuat di pabrik dan pemeriksaan kualitas ketat, hasilnya lebih dapat diandalkan.
Lebih-lebih karena pemeriksaan dapat dilakukan setiap saat.
Prosedur pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang pancang sehingga mempermudah
pengawasan pekerjaan konstruksi.
Cara penumbukan sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kerugiannya yaitu:
Karena dalam pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan maka pada daerah yang
berpenduduk padat di kota dan desa, akan menimbulkan masalah disekitarnya.
Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Metode pelaksanaan:
Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang.
Pengangkatan tiang.
Pemeriksaan kelurusan tiang.
Pemukulan tiang dengan palu (hammer) atau dengan cara hidrolik.
Perbandingan Jenis Pondasi Dalam (Deep Foundation) Berdasarkan Metode
Konstruksinya
Pengeboran (Drilled)
Kelebihan:
Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan sekitar.
Cocok untuk pondasi yang berdiameter besar.
Pondasi dapat dicetak sesuai kebutuhan.
Kekurangan:
Pekerjaan agak rumit karena pondasi dicetak di lapangan.
Lebih banyak memerlukan alat bantu seperti mesin bor, casing,cleaning bucket dan alat bantu
pengeboran sehingga mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Rentan terhadap pengaruh tanah dan lumpur di dalam lubang.

4.

1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
4.
5.

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
1.
2.
3.
4.

Waktu pengerjaan lebih lama.


Pemancangan
Kelebihan:
Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Kekurangan:
Pelaksanaannya menimbulkan getaran dan kegaduhan.
Pemancangan sulit, bila diameter tiang terlalu besar.
Kesalahan metode pemancangan dapat menimbulkan kerusakan pada pondasi.
Bila panjang tiang pancang kurang, maka untuk melakukan penyambungan sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan memerlukan
waktu yang lama.
Tekan (Pressed)
Kelebihan:
Tidak menimbulkan getaran dan kegaduhan yang dapat mengganggu lingkungan
sekitar.
Tidak menimbulkan kerusakan pada pondasi akibat benturan.
Pelaksanaan tidak dipengaruhi oleh air tanah.
Daya dukung dapat diperkirakan berdasarkan rumus tiang.
Sangat cocok untuk mempertahankan daya dukung vertikal.
Pemeriksaan kualitas pondasi sangat ketat sesuai standar pabrik.
Pemancangan lebih cepat, mudah dan praktis.
Kekurangan:
Bila panjang tiang kurang, maka untuk melakukan penyambungannya sulit dan
memerlukan alat penyambung khusus.
Bila memerlukan pemotongan maka dalam pelaksanaannya akan lebih sulit dan
memerlukan waktu yang lama.
Tidak cocok untuk pondasi dengan diameter yang agak besar.
Memerlukan mesin hydraulic press untuk menekan pondasi.

1.
2.
3.

Perhitungan efisiensi kelompok tiang pancang dihitung sesuai dengan jenis, dimensi, jarak,
jumlah, dan susunan kelompok tiang pancang yang digunakan. Alasan penggunaan pondasi tiang
pancang ini adalah:
Pengerjaannya relatif cepat dan pelaksanaannya juga relatif lebih mudah.
Biaya yang dikeluarkan lebih murah dari pada tipe pondasi dalam yang lain (bored pile).
Kualitas tiang pancang terjamin. Tiang pancang yang digunakan merupakan hasil pabrikasi,
sehingga kualitas bahan yang digunakan dapat dikontrol sesuai dengan kebutuhan serta
kualitasnya seragam karena dibuat massal. (Kontrol kualitas/kondisi fisik tiang pancang dapat
dilakukan sebelum tiang pancang digunakan).
4. Dapat langsung diketahui daya dukung tiang pancangnya, pemancangan yang menggunakan
drop hammer dihentikan bila telah mencapai tanah keras/final set yang ditentukan (kalendering).
Sedangkan bila menggunakan Hydrolic Static Pile Driver (HSPD),terdapat dial pembebanan
yang menunjukkan tekanan hidrolik terdiri dari empat silinder untuk menekan tiang pancang ke
dalam tanah sampai ditemui kedalaman tanah keras.
X`

CARA MENENTUKAN KADAR AIR TANAH


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume
tanah. Cara penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering
ovenkan dalam oven pada suhu 100 0 C 1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena
pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang
memasuki tanah mula-mula menggantikan udara yang terdapat dalam pori makro dan
kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran poripori pada tanah.
Air mempunyai fungsi yang penting dalam tanah, antara lain pada proses pelapukan
mineral dan bahan organik tanah, yaitu reaksi yang mempersiapkan hara larut bagi
pertumbuhan tanaman. Selain itu, air juga berfungsi sebagai media gerak hara ke akar-akar
tanaman. Akan tetapi, jika air terlalu banyak tersedia, hara-hara dapat tercuci dari daerahdaerah perakaran atau bila evaporasi tinggi, garam-garam terlarut mungkin terangkat kelapisan
tanah atas. Air yang berlebihan juga membatasi pergerakan udara dalam tanah, merintangi akar
tanaman

memperoleh

O2 sehingga

dapat

mengakibatkan

tanaman

mati.

Dua fungsi yang saling berkaitan dalam penyediaan air bagi tanaman yaitu memperoleh air
dalam tanah dan pengaliran air yang disimpan ke akar-akar tanaman. Jumlah air yang
diperoleh tanah sebagian bergantung pada kemampuan tanah yang menyerap air cepat dan
meneruskan air yang diterima dipermukaan tanah ke bawah. Akan tetapi jumlah ini juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti jumlah curah hujan tahunan dan sebaran hujan
sepanjang tahun.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum menentukan kadar air tanah ini adalah untuk mengetahui seberapa
besar kadar air yang dapat ditampung oleh tanah Inceptisol beserta faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
Kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai pelengkap materi yang telah diberikan di
ruang kuliah dan sebagai bahan informasi bagi para pembaca mengenai kandungan air tanah
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kadar Air


Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air terhadap volume
tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan gambaran tentang
ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara penetapan kadar air dapat
dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan dalam oven pada suhu 100 0 C
1100 C untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena pengeringan merupakan sejumlah air yang
terkandung dalam tanah tersebut. Air irigasi yang memasuki tanah mula-mula menggantikan
udara yang terdapat dalam pori makro dan kemudian pori mikro. Jumlah air yang bergerak
melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada tanah. Air tambahan berikutnya akan
bergerak ke bawah melalui proses penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi
secara vertikal tetapi juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan
horizontal (Hakim, dkk, 1986).
Menurut Hanafiah (2007) bahwa koefisien air tanah yang merupakan koefisien yang
menunjukkan potensi ketersediaan air tanah untuk mensuplai kebutuhan tanaman, terdiri dari :
a.

Jenuh atau retensi maksimum, yaitu kondisi di mana seluruh ruang pori tanah terisi

oleh air.
b.

Kapasitas lapang adalah kondisi dimana tebal lapisan air dalam pori-pori tanah mulai

menipis, sehingga tegangan antarair-udara meningkat hingga lebih besar dari gaya gravitasi.
c.

Koefisien layu (titik layu permanen) adalah kondisi air tanah yang ketersediaannya

sudah lebih rendah ketimbang kebutuhan tanaman untuk aktivitas, dan mempertahankan
turgornya.
d.

Koefisien Higroskopis adalah kondisi di mana air tanah terikat sangat kuat oleh gaya

matrik tanah.
Kemampuan tanah menahan air dipengaruhi antara lain oleh tekstur tanah. Tanahtanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur
halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah
kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat. Kondisi kelebihan air ataupun
kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Ketersediaan air dalam tanah

dipengaruhi: banyaknya curah hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya
evapotranspirasi (penguapan langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air
tanah, kadar bahan organik tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan
kedalaman solum tanah atau lapisan tanah (Madjid, 2010).
Air tersedia biasanya dinyatakan sebagai air yang terikat antara kapasitas lapangan dan
koefisien layu. Kadar air yang diperlukan untuk tanaman juga bergantung pada pertumbuhan
tanaman dan beberapa bagian profil tanah yang dapat digunakan oleh akar tanaman. Tetapi
untuk kebanyakan mendekati titik layunya, absorpsi air oleh tanaman kurang begitu cepat,
dapat mempertahankan pertumbuhan tanaman. Penyesuaian untuk menjaga kehilangan air di
atas titik layunya telah ditunjukkan dengan baik (Buckman and Brady, 1982).
Kadar air dalam tanah Alfisol dapat dinyatakan dalam persen volume yaitu persen
volume air terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air pada pertumbuhan pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air tanah dapat digolongkan dengan beberapa cara penetapan kadar air tanah
dengan gravimetrik, tegangan atau hisapan, hambatan listrik dan pembauran neutron. Daya
pengikat butir-butir tanah Alfisol terhadap air adalah besar dan dapat menandingi kekuatan
tanaman yang tingkat tinggi dengan baik begitupun pada tanah Inceptisol dan Vertisol, karena
itu tidak semua air tanah dapat diamati dan ditanami oleh tumbuhan (Hardjowigeno, S., 1993).
III. METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Tempat dan Waktu
Praktikum kadar air tanah dilaksanakan di depan Green House dan Laboratorium Kimia Tanah
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, Makassar. Praktikum ini
dilaksanakan pada Rabu 9 November 2011, berlangsung dari pukul 13.00 WITA sampai dengan
selesai.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sampel tanah Alfisol dan air.

Alat-alat yang

digunakan pada praktikum ini adalah cangkul, plastik, ember, cawan petridish, timbangan dan
oven.

3.3 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah:
3.3.1 Volumetrik
-

Menimbang sample tanah utuh beserta ring sampelnya.

Meringkannya di dalam oven suhu 105o C selama 2 x 24 jam.

Mengeluarkan sample tanah utuh beserta ring sample, mendinginkannya terlebih dahulu,
kemudian timbang sample tanah tanah beserta ring sampelnya yang telah kering oven.

Mengeluarkan tanah dari dalam ring sample, kemudian menimbang ring sample.

Menghitung dengan rumus :


Kandungan air tanah : berat basah berat kering

Volume tanah
3.3.2 Kapasitas Lapang
-

Menentukan tempat/lokasi yang datar dan dekat dengan sumber air.

Membersihkan tempat tersebut dari rerumputan.

Membuat bedengan dengan ukuran 1 x 1 meter.

Setelah bedengan dibuat cukup tinggi, padatkan bedengan tersebut untuk mencegah air
merembes.

Menyiapkan air + 200 liter dan menumpahkan pada bedengan secara bersamaan sampai tanah
tersebut jenuh air.

Menutup bedengan dengan menggunakan plastik. Memastikan bahwa seluruh bedengan


tertutup rapat, kemudian menyiamkan selama 1 x 24 jam.

Setelah didiamkan selama 1 x 24 jam, membuka plastik yang menutupi pot kemudian
menyungkil tanahnya.

Menimbang tanah yang telah dicungkil (nilai tersebut sebagai berat basah) kemudian
mengovenkan selama 1 x 24 jam.

Setelah di ovenkan, menimbang tanahnya (nilai tersebut sebagai berat kering).

Menghitung kadar air kapasitas lapang dengan menggunakan rumus :


Kadar air kapasitas lapang : berat tanah basah berat tanah kering oven

berat tanah kering oven


-

Melakukan analisis partikel untuk mengetahui persen liat pada tanah lalu menghitung kadar air
pada titik layu permanen dengan menggunakan rumus :

Kadar air TLP =


`

(0,649 + 0,3538 x % liat)


100

Menghitung air tersedia dengan menggunakan rumus :


Air Tersedia = Kadar air kapasitas lapang kadar air TLP
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Dari percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 8. Penetapan Kadar Air Tanah Alfisol
Gravimetrik

Volumetrik

Kandungan
Air Tanah

Kadar Air
Kapasitas
Lapang

Kadar Air
TLP

Air
Tersedia

Tanah Alfisol

42,7%

0,42%

4.2 Pembahasan
Dari hasil yang diperoleh, diketahui bahwa kandungan air tanah di dalam tanah Alfisol terbilang
rendah. Keadaan tersebut dapat dipengaruhi oleh kandungan bahan organik tanah dan
kedalaman solum di dalam ring sampel. Hal ini sesuai dengan pendapat Hanafiah (2007) yang
menyatakan bahwa kadar air tanah dipengaruhi oleh kadar bahan organik tanah dan kedalaman
solum, makin tinggi kadarbahan organik tanah akan makin tinggi kadar air, serta makin dalam
kedalaman solum tanah maka kadar air juga semakin tinggi.
Kadar air kapasitas lapang pada tanah Alfisol sebesar 0,42%karena dipengaruhi oleh
besar kecilnya pemberian air pada permukaan tanah. Hal ini sesuai dengan pendapat Bukman

and Brady (1982) yang menyatakan bahwa jika pemberian air pada permukaan tanah
dihentikan, air akan turun ke bawah lebih cepat.
Sesudah satu hari kecepatan gerakan menurun akan terhenti sama sekali. Pada titik
tersebut, pengujian tanah akan menunjukkan bahwa air telah keluar dari pori makro dan
tempat ini ditempati udara.
Besarnya nilai air tersedia pada sampel tanah Alfisol adalah 1,3 yang bisa saja
dipengaruhi oleh tekstur dari tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Saleh (2000) yang
menyatakan bahwa tektur tanah sangat mempengaruhi banyaknya air yang tersedia. Tanah
berpasir umumnya mempunyai air yang lebih kecil dibandingkan dengan tanah liat berdebu,
namun dilain pihak, tanah berpasir mempunyai pori makro yang banyak, adhesifitas terhadap
air lebih kecil, dan konduktivitas hidraulik yang lebih tinggi. Dengan demikian, meskipun
kandungan air awal pada tanah liat berdebu lebih tinggi, namun faktor lainnya menjadi
penghambat pergerakan air dibandingkan dengan tanah berpasir, sehingga pergerakan air pada
tanah berpasir lebih cepat dibandingkan dengan tanah liat berdebu.
Kandungan air tanah Alfisol adalah sebesar 42,7% yang mungkin saja dipengaruhi oleh
besarnya tegangan air dalam sampel tanah tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat
Hardjowigeno S. (1992) yang menyatakan bahwa
banyaknya kandungan air tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air (moisture
tension) dalam tanah tersebut. Kemampuan tanah dapat menahan air antara lain dipengaruhi
oleh tekstur tanah.
Tanah-tanah yang bertekstur kasar mempunyai daya menahan air yang lebih kecil dari
pada tanah yang bertekstur halus. Pasir umumnya lebih mudah kering dari pada tanah-tanah
bertekstur berlempung atau liat.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa :
a) Tanah Alfisol memiliki persentase kadar air yang cukup besar yaitu sebesar 0,42%.
b) Faktor-faktor yang mempengaruhi banyaknya kadar air dalam tanah adalah banyaknya curah
hujan atau air irigasi, kemampuan tanah menahan air, besarnya evapotranspirasi (penguapan

langsung melalui tanah dan melalui vegetasi), tingginya muka air tanah, kadar bahan organik
tanah, senyawa kimiawi atau kandungan garam-garam, dan kedalaman solum tanah atau
lapisan tanah.
5.2 Saran
Untuk menentukan kandungan air tanah lebih mudah digunakan metode volumetric, asalkan
kita memiliki sampel tanah utuh dari suatu jenis tanah.

Definisi Tanah - Geoteknik -Teknik Sipil

Tanah di alam terdiri dari campuran butiran-butiran mineral dengan atau tanpa kandungan
bahan organik. Butiran-butiran tersebut dapat dengan mudah dipisahkan satu sama lain
dengan kocokan air. Material ini berasal dari pelapukan batuan, baik secara fisik maupun kimia.
Sifat-sifat teknis tanah, kecuali oleh sifat batuan induk yang merupakan material asal, juga
dipengaruhi oleh unsur-unsur luar yang menjadi penyebab terjadinya pelapukan batuan
tersebut.
Istilah-istilah seperti kerikil, pasir, lanau, dan lempung digunakan dalam Teknik Sipil untuk
membedakan jenis-jenis tanah. Pada kondisi alam, tanah dapat terdiri dari dua atau lebih
campuran jenis-jenis tanah dan kadang-kadang terdapat pula kandungan bahan organik.
Material campurannya kemudian dipakai sebagai nama tambahan di belakang material unsur
utamanya. Sebagai contoh, lempung berlanau adalah tanah lempung yang mengandung lanau
dengan

material

utamanya

adalah

lempung

dan

sebagainya.

Tanah terdiri dari 3 komponen, yaitu udara, air, dan bahan padat. Udara dianggap tidak
mempunyai pengaruh teknis, sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis tanah.
Ruang di antara butiran-butiran, sebagian atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila
rongga tersebut terisi air seluruhnya, tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Bila rongga terisi
udara dan air, tanah pada kondisi jenuh sebagian (partially saturated). Tanah kering adalah
tanah
Definisi

yang
tanah

tidak

mengandung

secara

mendasar

air

sama

sekali

dikelompokkan

atau

dalam

kadar
tiga

airnya

definisi,

nol.
yaitu:

(1)

Berdasarkan

(2)

Berdasarkan

(3)

pandangan
pandangan

Berdasarkan

Ad

1.

Menurut

ahli

ahli

ilmu

pandangan
ahli

geologi

geologi
alam

murni

ilmu

(berdasarkan

pertanian.

pendekatan

Geologis)

Tanah didefiniskan sebagai lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang telah
mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga membentuk regolit (lapisan
partikel
Ad

halus).

2.

Menurut

Ahli

Ilmu

Alam

Murni

(berdasarkan

pendekatan

Pedologi)

Tanah didefinisikan sebagai bahan padat (baik berupa mineral maupun organik) yang terletak
dipermukaan bumi, yang telah dan sedang serta terus mengalami perubahan yang dipengaruhi
oleh

faktor-faktor:

Ad

3.

Tanah

bahan

Menurut
didefinisikan

induk,

Ahli

iklim,

Pertanian
sebagai

organisme,

(berdasarkan
media

topografi,
pendekatan

tempat

tumbuh

dan

waktu.

Edaphologi)
tanaman.

Selain ketiga definisi diatas, definisi tanah yang lebih rinci diungkapkan ahli ilmu tanah sebagai
berikut:
"Tanah adalah lapisan permukaan bumi yang secara fisik berfungsi sebagai tempat tumbuh dan
berkembangnya perakaran sebagai penopang tumbuh tegaknya tanaman dan menyuplai
kebutuhan air dan hara ke akar tanaman; secara kimiawi berfungsi sebagai gudang dan
penyuplai hara atau nutrisi (baik berupa senyawa organik maupun anorganik sederhana dan
unsur-unsur esensial, seperti: N, P, K, Ca, Mg, S, Cu, Zn, Fe, Mn, B, Cl); dan secara biologis
berfungsi sebagai habitat dari organisme tanah yang turut berpartisipasi aktif dalam penyediaan
hara tersebut dan zat-zat aditif bagi tanaman; yang ketiganya (fisik, kimiawi, dan biologi) secara
integral mampu menunjang produktivitas tanah untuk menghasilkan biomass dan produksi
baik tanaman pangan, tanaman sayur-sayuran, tanaman hortikultura, tanaman obat-obatan,
tanaman
Penyelidikan

perkebunan,

dan

tanaman

kehutanan.
Tanah

Salah satu tahapan paling awal yang perlu dilakukan dalam perencanaan pondasi adalah
penyelidikan tanah. Uji penyelidikan tanah diperlukan untuk mengetahui daya dukung dan
karateristik tanah serta kondisi geologi, seperti mengetahui susunan lapisan tanah/sifat tanah,
mengetahui kekuatan lapisan tanah dalam rangka penyelidikan tanah dasar untuk keperluan
pondasi bangunan, jalan, jembatan dan lain-lain, kepadatan dan daya dukung tanah serta

mengetahui sifat korosivitas tanah. Penyelidikan tanah dilakukan untuk mengetahui jenis
pondasi yang akan digunakan untuk konstruksi bangunan, selain itu dari hasil penyelidikan
tanah dapat ditentukan perlakuan terhadap tanah agar daya dukung dapat mendukung
konstruksi yang akan dibangun. Dari hasil penyelidikan tanah ini akan dipilih alternatif atau
jenis pondasi, kedalaman serta dimensi pondasi yang paling ekonomis tetapi masih aman. Jadi
penyelidikan tanah sangat penting dan mutlak dilakukan sebelum struktur itu mulai dikerjakan.
Dengan mengetahui kondisi daya dukung tanah kita bisa merencanakan suatu struktur yang
kokoh dan tahan gempa, yang pada akhirnya akan memberi rasa kenyamanan dan keamanan
bila berada di dalam gedung. Penyelidikan tanah yang dilakukan di lapangan yaitu Sondir
(DCP), pengeboran tanah, pengujian Standard Penetration Test (SPT) dan lain-lain. Dari
sampel tanah yang diambil di lapangan untuk mengetahui sifat-sifat dan karakteristik tanah
maka dilakukan uji laboratorium.

segitiga-tekstur-tanah

Anda mungkin juga menyukai