Anda di halaman 1dari 39

PONDASI TIANG DENGAN BEBAN

LATERAL

Definisi Umum :
Beban Lateral atau Horizontal :Tegak Lurus terhadap beban
gravitasi atau mendatar relatif sejajar permukaan bumi

Penyebab Beban Lateral :


1. Gaya gempa
2. Gaya angin pada struktur atas
3. Tekanan tanah aktif (abutment jembatan)
4. Tumbukan kapal (dermaga)
Kriteria Perencanaan :
1. Beban lateral ditentukan berdasarkan defleksi maximum
yang diijinkan
2. Beban lateral yang diijinkan sama dengan daya dukung
lateral dibagi dengan angka keamanan

Hubungan Beban Lateral Dengan Deformasi Tanah :


1. Pada mulanya untuk pembebanan yang rendah tanah akan
terdeformasi elastis dan terjadi pergerakan tiang, dimana pergerakan
tersebut cukup mampu untuk mentransfer sebagian tekanan dari tiang
ke lapisan tanah yang lebih dalam.
2. Pada pembebanan selanjutnya beban menjadi lebih besar, lapisan
tanah akan runtuh plastis dan mentransfer seluruh bebannya ke lapis
tanah yang lebih dalam lagi.
3. Hal ini akan berlanjut dan menciptakan mekanisme
keruntuhan yang berhubungan dengan kekakuan tiang)
Mekanisme Keruntuhan :

1. Rotasi untuk tiang 2. Translasi untuk tiang


pendek/kaku pendek/kaku
Mekanisme Keruntuhan :

3. Patahan pada daerah dimana terdapat


momen lentur maximum untuk tiang
panjang/lentur
Penentuan Kriteria Tiang Pendek dan Tiang Panjang
1. Pada Tanah OC
• Modulus of subgrade reaction tanah diasumsikan
konstan pada seluruh kedalaman
• Faktor kekakuan :
Penentuan Kriteria Tiang Pendek dan Tiang Panjang
2. Pada Tanah NC dan Pasir
• ks meningkat secara linier terhadap kedalaman
• Faktor kekakuan :
Penentuan Kriteria Tiang Pendek dan Tiang Panjang

Untuk menentukan apakah tiang yang dibebani secara


lateral sebagai tiang pendek (kaku) atau tiang panjang
(elastis) bisa dilihat tabel di bawah
Metoda Perhitungan Daya Dukung Lateral
1. Metode Brinch Hansen
2. Metode Broms
3.3 METODA PERHITUNGAN DAYA DUKUNG LATERAL

3.3.1 Metoda Brinch Hansen


Metoda Brinch Hansen ini cukup praktis dan hanya bisa dipakai untuk menghitung daya
dukung pondasi tiang pendek (kaku).

Gambar 3.2: Diagram gaya dan momen pada Metoda Brinch Hansen
a. soil reaction b. diagram gaya lintang c. momen
Gambar 3.3: Koefisien Kq dan Kc menurut Brinch Hansen

Tahapan Perhitungan:

1. Bagi diagram tekanan tanah pasif menjadi n elemen yang sama besar. Tebal
masing-masing elemen menjadi L/n
2. Tahanan pasif masing-masing elemen pada tiap kedalaman z:

pz = p0z . Kqz + c . Kcz

p0z : tegangan efektif vertikal pada kedalaman z


c : kohesi
Kqz dan Kcz : koefisien tekanan tanah pasif (nomogram)

3. Gaya pasif masing-masing elemen:

Pz = pz . L/n . B B : lebar atau diameter tiang


4. Mencari posisi titik rotasi X dengan cara menghitung momen pada ujung atas
tiang:

z=x z=L
L L
∑ M = ∑ pz z =0 n
( e + z )B − ∑ p z ( e + z )B
z=x n

Titik rotasi X dicari dengan cara coba-coba sehingga ΣM=0

Apabila ujung atas tiang menerima momen maka momen tersebut harus diganti
dengan gaya horisontal H dengan jarak e dari permukaan tanah.

Apabila ujung atas tiang terjepit oleh kepala tiang (pile head) dan tidak bisa
menerima rotasi, maka diperlukan penghitungan eksentrisitas ekivalen dengan
jarak e1 dari muka tanah virtuel yang berada sejauh zf di bawah permukaan
tanah asli. Dengan demikian gaya H dianggap bekerja secara bebas (tidak
terjepit) pada ujung tiang dengan jarak e1 dari muka tanah virtuel tersebut
(Gambar 3.2a). Perhitungan selanjutnya sama seperti pada tiang dengan ujung
atas tidak terjepit.
Harga e1=0,5(e+zf), dimana secara praktis zf = 1,50 m untuk tanah granular, dan
zf = 3,0 m untuk lempung lunak atau lanau. Kadang zf juga dianggap sama
dengan 1/3 dari kedalaman penanaman L.

5. Tahanan lateral ultimate (Hu) dihitung berdasarkan keseimbangan momen yang


terjadi pada titik rotasi X:
z=x z=L
L L
H u ( e + x ) = ∑ pz B( x − z ) + ∑ p z B( z − x )
z =0 n z=x n

z=x z=L
L L
∑ pz n
B( x − z ) + ∑ p z B( z − x )
n
Hu = z =0 z=x

(e+ x)
6. Menghitung gaya lintang yang bekerja pada sepanjang tiang
7. Momen maximum terjadi pada posisi gaya lintang sama dengan nol

Pada Tanah Berlapis:

Gambar 3.4: Reaksi pada tanah berlapis akibat beban lateral

Perbedaan prinsip perhitungan daya dukung lateral pondasi tiang pada tanah
homogen dengan tanah berlapis hanya terletak pada cara perhitungan Kq dan Kc,
dimana pada tanah berlapis Kq dan Kc untuk masing-masing lapisan tanah
ditentukan dengan menganggap besarnya z dihitung dari muka masing-masing tanah
(Gambar 3.4).

Catatan:
1. Untuk short-term loading (seperti beban tumbukan gelombang air atau kapal
pada dermaga) parameter tanah yang dipergunakan untuk menentukan Kq dan
Kc adalah parameter undrained cu.
2. Untuk long-term loading (seperti beban retaining wall) parameter tanah yang
dipergunakan untuk menentukan Kq dan Kc adalah parameter drained c’ dan φ’.
3.3.2 Metoda Broms

Metoda ini bisa dipakai untuk menghitung daya dukung tiang dengan beban lateral baik
pada tiang kaku (pendek) mau pun tiang lentur (panjang). Meskipun demikian metoda
Broms hanya dipakai untuk menghitung daya dukung tiang pada tanah halus (φ=0) saja
atau pada tanah granular (c=0) saja.

3.3.2.1 Tiang Pendek (short pile)

1. Pada Tanah Halus (φ=0) dengan Kondisi Short Term Loading

Asumsi dasar dari metoda ini adalah: tegangan tanah yang terjadi akibat beban lateral
sampai dengan kedalaman 1,50 B dari permukaan tanah adalah sama dengan nol. Hal
ini disebabkan oleh adanya efek penyusutan tanah.

Gambar 3.5: Reaksi tanah dan momen pada tanah kohesif (Broms)
Tahapan Perhitungan:

A. Free Head:
1. Mmax dan Hu bisa didapat dari persamaan di bawah:
Kedalaman dimana gaya lintang sama dengan nol:
Hu
f = (1)
9.cu .B

Mmax terjadi dimana gaya lintang sama dengan nol:


M max = H u ( e + 1,50 B + 0 ,50 f ) (2)

Panjang sisa tiang sejarak g (Fig. 6.23) menahan Mmax dan dari berdasarkan
persamaan keseimbangan pada tiang kaku (pendek) didapat:

M max = 2 ,25.cu .B .g 2 (3)

2. Dengan memasukkan persamaan (1) ke (2) didapat:

Hu
M max = H u (e + 1,50 B + 0,50 ) (A)
9.cu .B

3. Dari hubungan g = L − f − 1,50 B , jika dimasukkan ke dalam persamaan (3),


didapat:

M max = 2 ,25.cu .B.( L − f − 1,50 B ) 2 (B)

4. Dari dua persamaan (A) dan (B) dengan dua anu yaitu Mmax dan Hu bisa
dihitung Mmax dan Hu.
B. Fixed Head:

1. Dari Gambar 3.5b di dapat:

ΣH = 0
(4)
H u = 9.cu .B.( L − 1,50 B )

⎡1 ⎤
M max = [9.cu .B.( L − 1,50 B )]⎢ ( L − 1,50 B ) + 1,50 B ⎥
2. ⎣2 ⎦ (5)
1
M max = .9.cu .B.( L2 − 2 ,25.B 2 )
2

Secara grafis, baik pada free head atau fix head, harga Hu bisa dihitung dengan
menggunakan nomogram Gambar 3.6:

Gambar 3.6: Daya dukung lateral vs. kedalaman pemancangan (Broms)


2. Pada Tanah Granular (c=0)

Reaksi tanah terhadap tiang disajikan dalam Gambar 3.7. Asumsi dasar pada kasus ini
adalah resultan tekanan pasif pada ujung tiang untuk tanah berbutir kasar dapat
digantikan oleh gaya horisontal P.

Gambar 3.7: Reaksi dan momen pada tiang pendek pada tanah kohesif

Tahapan Perhitungan:

A. Free Head:

1. Diagram reaksi tanah pada tiang untuk tiap kedalaman z dihitung dengan cara:
pz = 3.B.p0z.Kp (1)

dimana: B : lebar tiang


p0z : Tekanan tanah efektif pada kedalaman z
Kp : koefisien tekanan tanah pasif (Rankin)
Kp = tan2 (450 + φ/2)
2. Dengan menggunakan harga pz seperti pada persamaan (1), hitung: gaya pasif
pada masing-masing elemen.
3. Posisi titik rotasi dianggap pada ujung bawah tiang dengan kedalaman L dari
muka tanah.
4. Hu ditentukan dengan mencari keseimbangan momen pada titik rotasi.
5. Menghitung gaya lintang yang bekerja pada sepanjang tiang
6. Momen maximum terjadi pada posisi gaya lintang sama dengan nol

Langkah 3 sampai dengan 6 bisa diterangkan dengan cara sebagai berikut:

Hu

L
R

L/3
P

3BγLKp

Gambar 3.8: Free body diagram tegangan untuk mencari Hu dan


Mmax free head, short pile, tanah granular
L
R = ( 3 BγLK p ) = 1,5 BγL2 K p
2
(2)
ΣH = 0 ⇒ H u − R + P = 0 ⇒ H u = R − P

ΣM pada titk rotasi sama dengan nol:


L RL
R. − Hu( e + L ) = 0 ⇒ Hu = (3)
3 3( e + L )

Dari persamaan (2):


RL RL
R-P = ⇒ P = R- (4)
3( e + L ) 3( e + L )

Apabila persamaan (2) dimasukkan ke (3) didapat:


1,5 BγL2 K p L 0 ,5 BγL3 K p
Hu = = (5)
3( e + L ) e+L

Mencari jarak x, dimana gaya lintang sama dengan nol:


x x
Hu − (3BγLK p ) . = 0
L 2

Hu Hu
x2 = ⇒ x=
1,5BγK p 1,5BγK p

Momen maximum dihitung dengan cara:

x x x
M max = H u ( e + x ) − ( 3 BγLK p ) . .
L 2 3

= H u ( e + x ) − 0 ,5( BγK p x 3 )
B. Fixed Head:

Dari Gambar 3.7b bisa dijelaskan:

1. Hu dicari dari keseimbangan gaya hoerisontal:

L
H u = 3 BγLK p . = 1,5 BγL2 K p
2

2. Mmax dihitung dari:

L 2
M max = 3 BγLK p . . L = BγL3 K p
2 3

Baik pada free head maupun fixed head, harga Hu bisa ditentukan dengan menggunakan
nomogram Gambar 3.9.

Gambar 3.9: Daya dukung tiang pendek vs. kedalaman pemancangan


3.3.2.2 Tiang Panjang (long pile)

1. Pada Tanah Kohesif (φ=0)

Berdasarkan anggapan, bahwa gaya pasif yang dimobilisasi sepanjang tiang pada
long pile adalah tak terhingga, maka beban lateral batas (Hu) yang dapat ditahan oleh
tiang dinyatakan dalam momen tahanan maximum dari penampang tiang.

Cara sederhana untuk menghitung Hu yang hanya berlaku pada kondisi-kondisi:


• Pembebanan ringan
• Lebar tiang kecil sampai medium
• Asumsi mekanisme pembebanan seperti pada Gambar 3.10.

Gambar 3.10: Pemodelan kantilever untuk tiang dengan beban lateral

Beban lateral maximum:


Mu
1. Free head pile Hu =
(e+ zf )
2M u
2. Fixed head pile Hu =
(e+ zf )

dimana: zf = 1,50 m untuk pasir dan lempung keras


zf = 3,00 m untuk lempung lunak dan lanau

Broms juga menggembangkan cara untuk menghitung Hu dan Mmax dengan asumsi
diagram tegangan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 3.11.

Gambar 3.11: Reaksi dan momen pada tiang panjang pada tanah kohesif

Tahapan Perhitungan:

A. Free Head:
1. Gambar diagram tegangan tanah dan momen lentur seperti Gambar 3.12.
2. Pada posisi dimana terjadi patahan dihitung ΣM ke atas.
Hu

1,5B

P f/2
f

9.cu.B

Gambar 3.12: Free body dari posisi patahan ke atas (free head)

P = 9 cu B f

Mmax = Hu (e + 1,50B + f/2)

Hu
3. Karena Hu = P = 9 cu B f, maka f =
9 cu B
4. Dan bila Mmax dianggap sama dengan Mu penampang tiang, maka:

Mu
Hu =
( e + 1,5 B + f / 2 )
B. Fixed Head:

Mu Mu
Hu Hu

1,5B

P f/2
f

Mu Mu
9.cu.B

Gambar 3.13: Free body dari posisi patahan ke atas (fixed head)

ΣH = 0 ⇒ H u = P
ΣM x = 0

f
2M u + P − H u ( 1,5 B + f ) = 0
2

f
2M u + H u − H u ( 1,5 B + f ) = 0
2

maka:

2M u
Hu =
( 1,5 B + f / 2 )

Hu pada Free head maupun pada Fix head untuk tanah kohesif juga dapat dicari
dengan cara grafis dengan menggunakan nomogram Gambar 3.14.
Gambar 3.14: Daya dukung lateral tiang panjang vs. momen tahanan
pada tanah kohesif

2. Pada Tanah Granular (c=0)


Mobilisasi diagram tegangan ditunjukkan pada Gambar 3.15.

Gambar 3.15: Reaksi dan momen untuk tiang panjang pada tanah granular
a. free head b. fixed head

BUKU AJAR REKAYASA PONDASI II – Modul 1: D III Konstruksi Gedung Hal. 3 - 20


Tahapan Perhitungan:
A. Free Head:

1. Mmax dan Hu dihitung dengan cara:


Hu
f = 0,82
γBK p

M max = H u (e + 0,67 f )

Mu
Hu =
Hu
e + 0,54
γBK p

2. ΣH = 0
f 3 2
H u = R = 3 BγfK p . = γf K p B
2 2

2H u Hu
f = = 0 ,82
3γBK p γBK p

Hu

f
R

3.B.γ.f.Kp

Gambar 3.16: Free body diagram tegangan free head,


Long pile, tanah granular
2
M max = H u (e + f)
3

M max
Hu =
(e + 23 f )
M max
=
Hu
e + 23 .0,82
γBK p

M max
Hu =
Hu
e + 0,54
γBK p

B. Fixed Head:

Pada fixed head akan timbul lendutan seperti Gambar 3.17.

Mu Mu
Hu Hu
e

f
R

Mu Mu

3.B.γ.f.Kp

Gambar 3.17: Free body diagram tegangan, Fixed head, long pile, φ-soil
f 3
ΣH = 0 ⇒ H u = R = 3 BγK p = BγK p f
2 2
f
2M u = H u ( e + f ) + R
3

f
2M u = H u ( e + f ) + H u
3

2M u
Hu =
e + 23 f

3 2M u
BγK p f =
2 e + 23 f

Hu
f = 0 ,82
γBK p

Dengan demikian harga Hu menjadi:

2M u
Hu =
Hu
e + 0 ,82
γBK p

Baik pada free head maupun fixed head, setelah perhitungan harus dikontrol apakah
Mmax yang terjadi lebih besar atau lebih kecil Mu dari penampang.

Apabila ternyata Mmax yang terjadi lebih besar dari Mu maka penampang tiang perlu
dirubah sehingga Mu menjadi memenuhi jika dibanding dengan Mmax yang terjadi
akibat mekanisme pembebanan.
Perlu diperhatikan bahwa beban lateral (Hu) yang dapat ditahan oleh long pile lebih
besar dibanding dengan short pile untuk penampang yang sama, sehingga perlu
adanya kontrol terhadap panjang penanaman tiang (L), apakah L tidak terlalu
panjang daripada panjang yang dibutuhkan. Kecuali aspek beban vertikal memang
membutuhkan L yang cukup panjang, atau harus sampai mencapai lapisan tanah
keras.

Panjang L yang diperlukan dengan hanya memperhatikan aspek beban lateral adalah
sebagai berikut:
• L=4T untuk kenaikan linear modulus tanah
• L = 3,5 R untuk modulus tanah yang konstan dan untuk free head
• L=2R untuk modulus tanah yang konstan dan untuk fixed head

Selain itu juga tersedia nomgram (Gambar 3.18) untuk menentukan harga Hu sebagai
fungsi dari momen tahan Mu dari penampang tiang pada tanah granular (c=0).

Gambar 3.18: Daya dukung lateral vs. momen pada tiang panjang pada
tanah granular
3.4 LENTUR DAN TEKUK PADA TIANG YANG TERTANAM SEBAGIAN

Akibat kombinasi beban yang bekerja pada tiang vertikal yang tertanam sebagian, tiang
bisam mengalami lentur dan tekuk. Kombinasi beban yang dimaksud adalah:

1. Gaya aksial P
2. Gaya horisontal H
3. Momen M

Beban dan mekanisme lentur serta tekuk ditampilkan pada Gambar 3.19.

Gambar 3.19: Tekuk pada kepala tiang akibat beban vertikal dan lateral
a. jepit sebagian b. kedalaman jepit ekivalen

Faktor yang menentukan untuk mendapatkan panjang ekivalen tiang yang dianggap
berdiri bebas dengan terjepit di dasarnya adalah modulus elastisitas tanah E, harga
faktor-faktor kekakuan R dan T.
Panjang ekivalen dihitung dengan formula di bawah:

Le = z f + e (1)

dimana: Le : panjang ekivalen


zf : Jarak dari muka tanah ke titik jepit dasar
zf = 1,4 R untuk tanah dengan harga modulus konstan
zf = 1,8 T untuk tanah dengan modulus naik linear
e : jarak dari posisi kerja gaya luar dengan muka tanah

Persamaan (1) adalah satu rumus pendekatan untuk menghitung panjang ekivalen yang
menurut Davisson dan Robinson dapat digunakan untuk keperluan perancangan struktur
bila:

Le max = L/R >4 untuk tanah dengan modulus konstan

Le max = L/T >4 untuk tanah dengan modulus naik linear

Beban aksial kritis yang bisa menyebabkan tekuk dihitung dengan formula:

π 2 EI
Pcr = untuk free head pile
4( e + z f ) 2

π 2 ( EI ) 2
Pcr = untuk fixed head pile
( e + z f )2
3.5 DEFLEKSI TIANG VERTIKAL AKIBAT BEBAN LATERAL

Terdapat beberapa macam cara untuk menghitung lendutan (defleksi) tiang akibat beban
lateral. Salah satu cara yang paling sederhana adalah seperti fomula di bawah:

H ( e + z f )3
y= untuk free head pile
3 EI

H ( e + z f )3
y= untuk fixed head pile
12 EI
Beban dan mekanisme defleksi ditampilkan pada Gambar 3.20.

Hu Hu

e e

zf zf

Gambar 3.20: Model kantilever sederhana untuk tiang dengan beban lateral

Broms memberikan cara yang sedikit lebih teliti untuk menghitung defleksi tiang, dan
dijelaskan sebagai berikut:
3.5.1 Pada Tanah Berbutir Halus

Faktor yang diperlukan untuk mengetahui perilaku defleksi tiang disebut β (flexibilty
faktor), dan dihitung dengan formula:

KhB
β =4 EI : kekakuan penampang tiang
4 EI

A. Short/Rigid Pile

Free head pile dengan harga βL < 1,5 mempunyai defleksi sebesar:

1,5e
4H( 1 + )
y0 = L
k h Bl

Fixed head pile dengan harga βL < 0,5 mempunyai defleksi sebesar:

H
y0 =
k h BL
dimana kh adalah modulus of subgrade reaction yang menurut Broms diambil
sebesar k1.

B. Long Pile atau Finite Pile

Free head pile dengan harga βL > 2,5 mempunyai defleksi sebesar:

2 Hβ ( eβ + 1 )
y0 =
K∞ B
Fixed head pile dengan harga βL > 1,5 mempunyai defleksi sebesar:


y0 =
K∞ B

dimana K∞ : modulus of subgrade untuk long pile.


αK 0
K∞ dihitung berdasarkan rumus; k ∞ =
β

K0 E 4
dimana: α = 0 ,52 12
EI

K0 diambil = Kh = K1

Untuk keperluan praktis Broms menyarankan harga α:

α = η1 .η 2

Dan menurut Broms harga-harga η1 dan η2 ditampilkan pada tabel di bawah.

Shearing strength η1 Material forming η2


2
kN/m pile

< 27 0,32 Baja 1,00


27 – 107 0,36 Beton 1,15
>107 0,40 Kayu 1,30
Apabila harga K0 didapat dari hasil percobaan pembebanan (horizontal subgrade
reaction) maka K0 dihitung:

K0 = 1,67 E50

Dimana Es0 adalah modulus sekan dari kurva tegangan-regangan tanah pada
50% tegangan leleh.

3.5.2 Tanah Granular (c=0)

Pada tanah granular perilaku tiang dilihat dar harga η yang diturunkan oleh Broms.

nh
η=5 dimana harga nh bisa dilihat pada tabel di bawah
EI

Koefisien modulus tanah nh menurut Reese

Relatifve density Loose Med. Dense Dense

Tanah kering atau lembab (Terzaghi)


KN/m3 2,50 7,50 20

Tanah jenuh (Terzaghi)


MN/m3 1,40 5 12

Tanah jenuh (Reese)


MN/m3 5,30 16,30 34
Defleksi tiang akibat beban lateral bisa dihitung dengan cara sebagai berikut:

A. Short Pile (ηL < 2)

⎛ 1,33e ⎞
18 H ⎜ 1 + ⎟
y0 = ⎝ L ⎠
free head pile
L2 nh

2H
y0 = fixed head pile
L2 nh

B. Long Pile (ηL >4)

2 ,4 H ( 1 + 0 ,67 eη )
y0 = 3 3
free head pile
5
nh 5 ( EI )

0 ,93 H
y0 = 3 3
fixed head pile
5
nh ( EI )
5
KASUS 3-1:
H

Suatu pondasi beton sumuran dia 900 mm


ditanam seperti gambar.
4.00 Lapisan tanah berupa lempung OC dengan
parameter: Cu = 120 kPa, C’ = 10 kPa, φ’ = 250.

Tentukan beban lateral H yang bisa ditahan oleh


konstruksi pondasi tiang tersebut!

6.00

SOLUSI:

1. Penentuan tiang panjang atau pendek


• Lempung OC
• Untuk kondisi undrained dengan Cu = 120 kPa, maka menurut table didapat
modulus tanah k = 25 MN/m3 = 25*103 kN/m3
• Modulus elastisitas beton dianggap: E = 26 kN/mm2 = 26*106 kN/m2
• Momen inersia tiang: I = 3,14/64*0,94 = 0,032189906250 m4
• Faktor kekakuan:

EI 26 * 10 6 * 0,03218990625
R=4 =4 = 2,733m
KB 25 * 10 3 / 1,5 * 0,9

• 2*R = 5,466 m ≈ 6 m → Tiang pendek → Brinch Hansen


2. Kondisi Short Term (undrained)
• Parameter: Cu = 120 kN/m2 dan φ = 00
• Kedalaman pemancangan dibagi menjadi 6 irisan @ 1m
• Tiap irisan dihitung tegangan pasif kemudian dihitung gaya pasif. Lebar
tiang dianggap 1m (lihat table dan gambar)
• Momen terhadap ujung atas tiang dihitung berdasarkan gaya pasif tiap
irisan dikalikan dengan jarak antara ujung tiang dengan pusat irisan

H
• Titik putar diasumsikan terjadi pada
kedalaman 3m, dan dihitung jumlah
momen akibat gaya-gaya pasif di atas
(10971) dan di bawah titik putar
4.00
(21672). Ternyata momen di bagian
bawah masih lebih besar
264
• Titik putar diasumsikan terjadi pada
462

660 kedalaman 4m, dan dihitung jumlah


702
momen akibat gaya-gaya pasif di atas
744
774 (17136) dan di bawah titik putar
804
(15507). Ternyata momen di bagian
6.00 822
840 bawah menjadi lebih kecil, sehingga
852
bisa dipastikan titik putar berada di
864
870
antara 3m dan 4m
876
• Perhitungan kedua dilakukan dengan membagi jarak antara 3m dengan
4m menjadi sepuluh irisan sama tebal (10cm). Nilai tegangan pasif pada
kedalaman 3m sebesar 804kN/m2 dan pada 4m sebesar 840kN/m2. Nalai
tegangan antara 3m dan 4m diinterpolasi.
• Gaya tiap irisan dan momen pada ujung atas yang ditimbulkannya
masing-masing dihitung (table)

• Titik putar diasumsikan terjadi pada kedalaman 3,9m, dan dihitung


jumlah momen akibat gaya-gaya pasif di atas (16473) dan di bawah titik
putar (16171). Ternyata momen di bagian bawah praktir sama besar
dengan momen di bagian atas titik putar. Dengan demikian bisa
dipastikan bahwa titik putar terjadi pada kedalaman 3,90m.
• Perhitungan selanjutnya adalah dengan menentukan kedalaman dimana
gaya lintang sama dengan nol, sehingga momen maximum bisa dihitung
dan dipergunakan untuk mendimensi tulangan tiang beton agar tiang
berperilaku sebagai tiang kaku/pendek.
• Perhitungan yang sama juga perlu dikerjakan untuk kondisi pembebanan
jangka panjang (long term/drained) dengan parameter C’ = 10 kPa, φ’ =
250.

Anda mungkin juga menyukai