Anda di halaman 1dari 178

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING PERENCANAAN GERUSAN BANGUNAN PENGAMAN TEBIN

G TERHADAP
Pendahuluan
Pada bab ini akan diuraikan masalah perencanaan bangunan pengaman tebing sungai
jalan terhadap gerusan. Perencanaan yang akan diuraikan adalah langkah-langkah d
esain dan dasar-dasar desain. Pengaman tebing yang akan diuraikan adalah pengama
n dengan jenis fleksibel (flexsible revetment) dan kaku (rigid revetment).
Selain pengaman tebing, akan diuraikan juga bangunan pengarah aliran dan peredam
energi. Kedua bangunan ini akan melindungi tebing sungai terhadap gerusan secar
a tidak langsung.
Jenis pengaman tebing lainnya yang akan diuraikan adalah jenis bangunan dari tan
aman (bioengineerinng). Pengaman ini memerlukan tumbuhan untuk membuat bangunan
pengaman. Bangunan jenis ini cocok untuk daerah yang sulit mendapatkan bahan ban
gunan.
Tabel 8.1 menjelaskan jenis bangunan pengaman yang akan diuraikan proses desain
dan langkah-langkahnya.
Tabel 8-1. Klasifikasi struktur pengaman tebing jalan di sungai
Jenis Pengaman Revetment
Bangunan 1. Riprap 2. Bronjongan (Gabion) Rigid (kaku) 1. Retaining Wall 2. Shee
t pile Bangunan Pengarah Aliran 1. Krib (Groin) 2. Spur Bangunan Peredam Energi
Chek Dam
Tipe Fleksibel
By : Salmani, MS, MT.
Page 1

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING Konsep Disain


Dalam mendesain suatu dinding pengaman (revetment) harus memperhatikan beberapa
faktor. Faktor-faktor ini yang akan mempengaruhi jenis dan ukuran (desain) dari
dinding pengaman. Faktor-faktor tersebut terdiri dari : 1. Debit desain 2. Jenis
aliran 3. Geometri penampang 4. Aliran di tikungan 5. Tahanan aliran (Flow resi
stance) 6. Jenis pengamanan (revetment)
Debit Desain
Debit aliran yang digunakan untuk desain atau analisis bangunan jalan disekitar
sungai biasanya menggunakan debit banjir ulangan dengan periode ulang 10 sampai
50 tahun. Dalam kebanyakan kasus, debit banjir ini dapat digunakan untuk mendesa
in riprap dan beberapa macam dinding pengaman sungai. Tetapi seorang perencana h
arus memperhatikan beberapa keadaan khusus, seperti debit yang kecil dapat menye
babkan kerusakan hidraulik terhadap kestabilan riprap. Oleh karena itu, seorang
perencana dianjurkan untuk memperhatikan beberapa macam debit desain agar dapat
digunakan untuk kondisi riprap yang direncanakan. Disarankan untuk menggunakan d
ebit desain antara 5 10 tahun. Cara perhitungan debit desain disesuaikan pada SN
I M-18-1989-F.
1 Jenis Aliran
Jenis aliran untuk saluran terbuka dapat diklasifikan menjadi tiga, yaitu : 1. S
eragam (uniform), berubah lambat laun atau berubah tiba-tiba. 2. Tunak (steady)
atau tak tunak (unsteady). 3. Subkritis atau superkritis.
Jenis aliran yang digunakan dalam konsep desain ini diasumsikan seragam, tunak (
steady) dan subkritis. Jenis aliran ini juga dapat digunakan untuk aliran
By : Salmani, MS, MT.
Page 2

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


berubah lambat laun. Sedangkan untuk penggunaan jenis aliran berubah tibatiba, t
ak tunak atau super kritis akan dijelaskan selanjutnya.
Kondisi aliran berubah tiba-tiba dan tak tunak biasanya terjadi pada aliran yang
membesar, berkontraksi dan balik. Kondisi ini terjadi biasanya pada daerah sung
ai yang dilintasi jembatan. Aliran superkirits atau mendekati superkritis biasan
ya terjadi pada penyempitan jembatan dan saluran dengan kelandaian yang curam.
Penelitian telah dilakukan bahwa aliran superkritis jarang terjadi di saluran al
am (sungai). Tetapi, aliran yang terjadi pada saluran curam dan penyempitan salu
ran biasa aliran transisi yang terjadi diantara subkritis dan superkritis. Ekspe
rimen yang telah dilakukan oleh U.S. Army Corps of Engineer menunjukkan bahwa al
iran transisi terjadi pada bilangan Froude antara 0,89 dan 1,13. Ketika aliran t
erjadi diantara bilangan tersebut, maka terjadi kondisi tidak stabil pada gaya i
nersia dan gaya gravitasi. Hal ini mengakibatkan terjadinya gelombang yang tidak
normal, lompatan hidraulik (hydraulic jump), perubahan lokal kemiringan muka ai
r, dan turbulensi.
Aliran tidak seragam, tak tunak dan mendekati superkritis menyebabkan tegangan p
ada batas saluran yang berbeda pada aliran seragam, tunak dan subkritis.
2 Geometri Penampang
Geometri penampang saluran yang diperlukan seperti kedalaman aliran, lebar basah
, jari-jari hidraulik dan sebagainya dalam mendesain pengaman sungai digunakan u
ntuk pemasangan pengaman sungai. Geometri penampang saluran selalu berubah untuk
jangka waktu panjang, sehingga pemeriksaan perubahan penampang diperlukan. Peme
riksaan perubahaan penampang sangat subjektif, tetapi tujuan dari pemeriksaan ad
alah untuk mendapatkan kondisi penampang yang terburuk untuk desain sehingga pen
gaman sungai dapat dibuat stabil. Informasi yang digunakan dalam memeriksa salur
an adalah informasi keadaan geometri saluran yang dahulu, sekarang dan photo uda
ra saluran. Dan perlu
By : Salmani, MS, MT.
Page 3

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


diperhatikan, kestabilan saluran hanya pada bagian tertentu saluran.
Pembahasan hal ini telah diberikan pada bagian-bagian sebelumnya.
Masalah pertama yang akan timbul dalam pemeriksaan geometri penampang adalah men
entukan profil dasar saluran yang ada. Masalah ini dapat diatasi dengan mensurve
i dasar bagian saluran yang akan dipasang pengaman sungai. Pengaman sungai dides
ain bukan untuk hanya saat ini, tetapi hingga masa depan, sehingga diperlukkan p
erkiraan profil saluran yang akan terjadi pada masa depan. Berdasarkan pengamata
n atas data tahunan, parameter geometri penampang saluran dapat berubah rata-rat
a bertambah 52 persen dan berkurang 40 persen untuk jangka waktu yang panjang. D
ianjurkan bagi perencana, untuk merubah penampang saluran sampai 50 persen dari
rata-rata penampang saluran. Dan diperlukan lebih dari satu penampang geometri s
aluran untuk mendesain pengaman sungai. Bila data tentang penampang saluran tida
k tersedia, maka data penampang saluran yang terdahulu dapat digunakan dengan me
ngadakan perubahan seperti diatas atau menggunakan data penampang yang terdekat.
Pertimbangan terakhir dari penentuan geometri penampang saluran adalah kestabila
n tepi/pinggir sungai. Berdasarkan pengamatan, kestabilan tepi/pinggir sungai da
pat mencapai kedalaman 1,7 dari kedalaman rata-rata. Gambar 8-1 menunjukkan cont
oh perubahan penampang geometri saluran.
i. Aliran Di Tikungan
Kondisi aliran di tikungan adalah sangat kompleks, karena dipengaruhi adanya dis
torsi bentuk aliran. Aliran di tikungan saluran dipengaruhi oleh gaya sentrifuga
l, aliran tidak seragam dan aliran tidak simetris.
Dua aspek penting pada aliran di tikungan saluran yang mempengaruhi desain penga
man sungai. Pertama, peningkatan kecepatan dan tegangan geser yang diakibatkan a
liran tidak seragam di tikungan saluran. Hubungan antara peningkatan kecepatan d
an tegangan geser untuk desain riprap akan dijelaskan pada butir 8.3.1.1.8, Kedu
a, superelevasi aliran di tikungan saluran yang akan dibangun pengaman sungai. M
eskipun nilai superelevasi aliran sangat kecil
By : Salmani, MS, MT.
Page 4

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


dibadingkan kedalaman saluran, namun penting untuk menentukan besarnya freeboard
. Besarnya superelevasi dapat menggunakan persamaan 5.5.
ii. Hambatan Aliran
Salah satu komponen penting dalam analisis hidraulik dari pengaman saluran, sepe
rti riprap adalah koefisien kekasaran Manning. Kekasaran suatu saluran dapat dit
entukan dari keadaan fisik saluran. Keadaan fisik tersebut seperti dasar saluran
, ketidakteraturan saluran, geometri saluran, vegetasi yang tumbuh di saluran da
n sebagainya. Untuk menentukan koefisien kekasaran Manning n pada saluran alam dal
am mendesain pengaman saluran dapat melihat pada bab 5.2.4.
By : Salmani, MS, MT.
Page 5

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


By : Salmani, MS, MT.
Page 6

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


iii. Perlindungan Tepi Sungai
Perlindungan tepi diperlukan untuk melindungi bagian tepi/pinggir sungai. Perlin
dungai ini terdiri dari dua, yaitu memanjang (longitudinal) dan vertikal.
1. Perlindungan memanjang (Horizontal)
Perlindungan memanjang diperlukan untuk melindungi tepi/pinggir sungai yang meng
alami erosi sepanjang tepi saluran tersebut. Sacara umum, pengaman yang diperluk
an lebih panjang daripada panjang erosi yang dialami tepi/pinggir sungai. Namun
perlu diperhatikan panjang pengaman, sehingga pengamanan untuk bagian upstream t
idak terlalu panjang dan untuk bagian downstream tidak terlalu pendek.
Salah satu kriteria untuk menentukan batas ukuran memanjang dari pengaman yang d
iperlukan diilustrasikan pada gambar 8-2. Dari ilustrasi itu, dapat ditentukan b
ahwa panjang minimum yang diperlukan adalah 1 kali lebar sungai pada downstream
dan 1,5 kali lebar saluran pada upstream. Kriteria ini berdasarkan analisis alir
an di saluran yang simetrik sedangkan untuk di lapangan kondisi ini sangat jaran
g ditemui. Untuk keperluan lapangan, kriteria diatas merupakan dasar untuk menen
tukan perlindungan.
Penyelidikan
lapangan
sangat
diperlukan
untuk
mengetahui
panjang
perlindungan yang digunakan. Perlindungan untuk saluran yang lurus berbeda denga
n yang berbelok. Untuk perlindungan saluran yang lurus dianjurkan untuk menambah
perlindungan minimal satu kali lebar saluran setelah tempat terjadinya erosi. S
edangkan untuk saluran yang berbelok, panjang perlindungan yang dibutuhkan adala
h minimal satu kali lebar saluran pada upstream. Untuk downstream, tidak dapat d
itentukan hanya dengan melihat tempat terjadinya erosi. Faktor lain yang menentu
kan adalah proses erosi yang terjadi.
Pengaman tepi/pinggir saluran juga dipengaruhi oleh bangunan yang ada di sekitar
saluran, seperti jembatan. Kalau pilar jembatan berada dekat tepi/pinggir salur
an, maka pilar tersebut dapat sebagai titik kontrol untuk kestabilan tepi
By : Salmani, MS, MT.
Page 7

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


saluran. Lokasi pilar jembatan biasanya menentukan batas gerakan aliran. Kalau t
idak ada aliran yang berkontraksi (menyempit) atau membesar, maka pengaman tidak
perlu dibuat. Tetapi bila sebaliknya, maka pengamanan perlu dibuat dengan panja
ng empat kali lebar sungai ke arah downstream.
Gambar 8-2. Luas longitudinal dari perlindungan revetment
H
By : Salmani, MS, MT.
Page 8

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


2. Perlindungan Vertikal
Selain perlindungan horizontal, diperlukan perlindungan pada arah vertikal. Perl
indungan vertikal memerlukan desain ketinggian dan pondasi perlindungan. 1. Desa
in Ketinggian Perlindungan Desain ketinggian perlindungan dari riprap merupakan
ketinggian air saluran ditambah freeboard. Freeboard merupakan ketinggian yang d
igunakan untuk meliputi kejadian yang tidak terduga. Kejadian tersebut seperti g
elombang yang dihasilkan angin maupun kapal yang lewat di sungai, superelevasi d
i tikungan saluran, lompatan hidraulik dan aliran tak tentu akibat pilar jembata
n dan sambungan saluran. Selain itu juga, kejadian yang tidak dapat
diperhitungkan seperti pengendapan pasir, tanaman yang tumbuh di saluran dan gel
ombang yang naik ke tepi saluran.
Perkiraan ketinggian gelombang yang diakibatkan oleh angin dan kapal yang lewat
di sungai tidak seperti memperkirakan gelombang dari sumber bangkitan gelombang
pada umumnya. Definisi tinggi gelombang dapat dilihat pada gambar 8-3. Tinggi ge
lombang dikarenakan kapal yang lewat di saluran dapat diperkirakan dari pengamat
an. Sedangkan untuk tinggi gelombang yang diakibatkan dari angin merupakan fungs
i dari panjang fetch, kecepatan angin, durasi angin dan kedalaman air. Selain ti
nggi gelombang, perlu diperkiraan juga besarnya gelombang yang naik ke tepi salu
ran sebagai hasil gelombang yang membentur saluran. Gelombang yang naik ke tepi
saluran merupakan fungsi dari desain ketinggian gelombang, periode gelombang, ke
miringan tepi saluran dan karakteristik permukaan tepi saluran. Untuk gelombang
yang tingginya kurang dari 0,61 m dapat dihitung dengan grafik 8 pada gambar 8.2
3 dengan faktor koreksi pada tabel 8-1.
Dari uraian diatas, diketahui banyak faktor yang mempengaruhi penentuan tinggi f
reeboard (jagaan). Sebagai nilai minimum, disarankan untuk menggunakan nilai fre
eboard sebesar 0,30 sampai 0,61 m untuk jangkauan
By : Salmani, MS, MT.
Page 9

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


yang pendek dan 0,61 sampai 0,91 m untuk jangkauan yang panjang (kriteria jangka
uan diusulkan ole Federal Emergency Management Agency, USA). Disarankan juga dal
am penentuan tinggi jagaan untuk menyelidiki kondisi gelombang dan aliran pada m
usim tertentu, melihat catatan tinggi gelombang yang ada dan mewawancarai orang
yang mengetahui kondisi masa lalu ketika membuat pengaman.
2. Kedalaman Pondasi Pengaman Penggerusan tanah ke bawah dari pengaman merupakan
salah satu mekanisme utama yang menentukan kegagalan pengamanan. Dalam mendesai
n pengaman tepi/pinggir saluran, memperkirakan kedalaman penggerusan sangat pent
ing sehingga pengaman dapat diletakkan pada lapisan tanah yang tepat untuk mence
gah terjadinya penggerusan ke bawah (undermining). Kedalaman maksimal penggerusa
n harus memperhatikan terjadinya degradasi saluran seperti proses penggerusan al
ami dan pengisian tanah.
Kedalaman maksimum penggerusan berkenaan dengan penggerusan alami dan pengisian
tanah pada saluran lurus maupun menikung dapat dilihat pada persamaan di bawah i
ni :
hs = 3.66 m untuk D50 < 0.0015 m hs = 1.14 D50 dimana : hs = kemungkinan kedalam
an maksimum penggerusan (m) D50 = diameter rata-rata batuan dasar saluran (m)
0.11
(8.1) (8.2)
untuk D50 > 0.0015m
By : Salmani, MS, MT.
Page 10

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


b. Bangunan Pengaman Tebing (Revetment)
3 Jenis Fleksibel (Flexible Revetment)
Dalam bagian ini hanya dibahas beberapa jenis bangunan pengaman tebing fleksibel
, yaitu riprap, gabion dan bioengineering.
1. Riprap
a. Deskripsi
Riprap adalah bangunan pengaman yang melindungi tebing dari gerusan dengan mengg
unakan lapisan batuan. Kemiringan riprap hampir sama dengan kemiringan tebing sa
luran (sungai)
b. Dasar-Dasar Desain
Dasar-dasar desain untuk membuat riprap terdiri dari Ukuran batuan Gradasi batua
n Ketebalan lapisan riprap Desain filter Penanganan tepi riprap (ujung riprap) S
tabilitas
c. Ukuran Batuan
Stabilitas riprap merupakan fungsi dari ukuran batuan yang digunakan, yaitu diam
eter dan berat batuan. Salah satu kegagalan riprap atau keruntuhan riprap adalah
erosi partikel. Erosi partikel adalah fenomena hidraulik yang dihasilkan ketika
gaya seret yang terjadi akibat aliran air yang melebihi gaya tahan batuan ripra
p.
By : Salmani, MS, MT.
Page 11

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Dua metode atau pendekatan yang digunakan dalam membahas ketahanan batuan terhad
ap erosi adalah : 1. Kecepatan ijin Saluran akan stabil bila kecepatan yang dihi
tung lebih kecil dari kecepatan ijin. 2. Gaya seret ijin Gaya seret ijin berfoku
s pada tegangan yang terjadi pada lapisan antara aliran air dan material yang me
mbentuk batas saluran. Gaya seret ijin merupakan pendekatan yang sering dipakai
karena secara ilmiah dapat dibuktikan.
d. Hubungan Dengan Desain
Desain riprap berdasarkan gaya seret ijin yang diwakili dengan kecepatan aliran.
Aliran yang diasumsikan berubah lambat laun. Hubungannya dapat dilihat pada per
samaan sebagai berikut : D50 = 0.00594 va3/(davg0.5K11.5) Dimana D50 = ukuran te
ngah batuan riprap C = faktor koreksi va = kecepatan rata-rata di saluran utama
davg = kedalaman rata-rata di saluran utama
(8.3)
K1
Dimana :
1
sin 2 sin 2
0.5
(8.4)
: sudut bantaran dengan bidang horizontal : sudut batuan riprap Kecepatan dan ke
dalaman rata-rata dapat dilihat pada gambar 8-4. Persamaan (8.3) diatas diasumsi
kan bahwa spesific gravity batuan adalah 2,65 dan faktor kestabilan adalah 1,2.
Untuk faktor koreksi C dapat dilihat sebagai berikut :
C = Csg x Csf
(8.5)
By : Salmani, MS, MT.
Page 12

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Csg = 2,12/(SG 1)1.5 dimana : SG = spesifik gravitasi batuan riprap Csf = (FS/1,
2)1.5 FS = faktor stabilitas (lihat tabel 8-2) (8.6)
Faktor stabilitas merupakan perbandingan antara tegangan geser kritis batuan rip
rap dengan gaya seret rata-rata yang dihasilkan oleh aliran air di lapangan. Fak
tor stabilitas merupakan pencerminan dari tingkat ketidakpastian pada kondisi hi
draulik. Persamaan (8.3), aliran diasumsikan berubah lambat laut. Sedangkan keda
an di lapangan sangat berbeda atau banyak ketidakpastian. Faktor stabilitas digu
nakan untuk memperbesar ukuran batuan agar lebih aman digunakan. Tabel di bawah
ini menjelaskan pemilihan faktor stabilitas yang tergantung dari kondisi aliran
yag terjadi :
Tabel 8-2. Faktor stabilitas untuk berbagai kondisi saluran FAKTOR STABILITAS Al
iran seragam; saluran relatif lurus atau berbelok dengan jari- 1.0 1.2 jari/leba
r saluran yang berbelok > 30 m; benturan akibat gelombang hampir tidak ada; sedi
kit parameter ketidakpastian Aliran berubah lambat laun; berbelok dengan jari-ja
ri 1.3 1.6 10<R<30; benturan akibat gelombang mulai diperhitungkan Aliran mendek
ati berubah tiba-tiba; belokan yang tajam ( R<10 1.6 2.0 m); benturan akibat gel
ombang yang kuat; tinggi gelombang akibat angin atau kapal sebesar 0.30 sampai 0
.61 m; adanya turbulensi aliran; terjadi turbulensi di pilar jembatan; banyak pa
rameter ketidakpastian KONDISI
By : Salmani, MS, MT.
Page 13

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


e. Erosi Gelombang
Gelombang yang diakibatkan oleh angin maupun kapal yang lewat di sungai dapat me
nyebabkan erosi pada tebing saluran. Persamaan gelombang yang digunakan untuk hu
bungan antara ukuran riprap dengan tinggi gelombang adalah (persamaan Hudson) :
W50
H3 3 2.20 SG 1 cot
s
(8.7)
dimana: W 50 = berat batuan rata-rata batuan riprap (N)
s
= berat jenis batuan (N/m3)
SG = spesific gravity batuan riprap
f. Gradasi Batuan
Gradasi batuan riprap mempengaruhi ketahanan riprap terhadap penggerusan.. Batua
n harus mempunyai gradasi yang baik dengan ketebalan riprap. Spesifikasi batuan
riprap harus berada pada batas kedua kurva gradasi. Gradasi batuan sebaiknya dap
at diatur sehingga tidak membuat biaya yang mahal.. Tabel 8-3 merupakan salah sa
tu panduan untuk menentukan batas gradasi. Sedangkan tabel 8-4 menyajikan enam c
ontoh kelas gradasi.
Tabel 8-3. Gradasi batuan Ukuran Batuan (m) 1.5 D50
i 1.4 D50 1.0 D50 sampai 1.4 D50 0.4 D50 sampai 0.6
Gradasi (kg) Lebih kecil dari 3.0 W 50 sampai 5.0 W
W 50 85 1.0 W 50 sampai 1.5 W 50 50 0.1 W 50 sampai
By : Salmani, MS, MT.
Page 14

sampai 1.7 D50 1.2 D50 sampa


D50 Berat Batuan Persentasi
50 100 2.0 W 50 sampai 2.75
0.2 W 50 15

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Tabel 8-4. Contoh gradasi untuk beberapa kelas riprap Kelas RipRap Facing Ukuran
Batuan Berat Batuan Persentase riprap (m) (kg) Lebih kecil dari 0.40 91 100 0.2
9 34 50 0.12 2.3 10 0.55 227 100 0.40 91 50 0.12 2.3 10 0.68 454 100 0.55 227 50
0.29 34 10 0.87 907 100 0.68 454 50 0.55 227 5 1.10 1814 100 0.87 907 50 0.68 4
54 5 1.37 3629 100 1.10 1814 50 0.87 907 5
Light
0.23 metric ton
0.45 metric ton
0.91 metric ton
1.81 metric ton
Bila spesifikasi batuan di lapangan lebih kecil dari ukuran batuan pada tabel 83, maka ukuran pada tabel 8-3 dapat dikurangi seperti pada tabel 8-4. Sebagian b
esar keadaan, gradasi seragam yang berada pada D50 dan D100 akan mengghasil D85.
Berat batuan riprap sebaiknya mempunyai gradasi yang baik dari yang paling keci
l sampai paling besar. Batu yang paling kecil dengan ukuran 5 atau 10 persen seb
aiknya tidak melebihi 20 persen dari berat.
Gradasi riprap yang digunakan di lapangan diawasi dengan visual. Untuk membantu
pengawas, dua atau lebih contoh batuan riprap untuk gradasi disiapkan melalui pe
nyusunan, berat dan campuran. Setiap sampel beratnya 4,5 kg sampai 9,0 kg. Satu
sampel ditempatkan di lapangan dan satunya di penambangan.
g. Ketebalan Lapisan
By : Salmani, MS, MT.
Page 15

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Filter adalah lapisan antara tanah dasar dengan riprap yang terdiri dari kerikil
, batuan kecil atau lapisan buatan (seperti geotextile). Filter mencegah
perpindahan partikel pasir dari tanah dasar ke riprap melalui ruang udara (void)
, menyebarkan beban riprap agar terjadi penurunan tanah yang merata dan dapat me
lepaskan tekanan hidrostatis yang berada dalam tanah. Untuk daerah diatas permuk
aan air, filter dapat mencegah erosi. Filter seharusnya ditempatkan di tanah yan
g nonkohesif untuk membuat drainase bawah permukaan. Yang harus diperhatikan dal
am desain dari filter yang terbuat dari kerikil dan lapisan buatan (geotextile)
adalah kestabilan tebing yang digunakan untuk riprap. Kalau lubang filter terlal
u besar, maka akan terjadi aliran piping yang berlebihan melalui filter sehingga
dapat menyebabkan erosi dan keruntuhan tanah di bawah filter. Jika lubang filte
r terlalu kecil, maka akan terjadi tekanan hidrostatik di bawah filter yang dapa
t menyebabkan bidang runtuh sepanjang filter.
h. Filter Kerikil
Untuk riprap batuan, perbandingan antara filter ketebalan riprap sebesar 5 perse
n atau kurang dapat menghasilkan keadaan yang stabil. Rasio
perbandingan filter adalah perbandingan antara 15 persen ukuran batuan kasar (ri
prap) (D15) dengan 85 persen ukuran pasir halus (D85). Persyaratan tambahan untu
k stabilitas adalah perbandingan 15 persen ukuran batuan kasar dengan 15 persen
ukuran pasir halus sebaiknya melebihi 5 tetapi kurang dari 40. Persyaratan ini d
apat dituliskan secara matematis sebagai berikut :
D15 (CoarserLay er ) D85 ( FinerLayer )
5
D15 (CoarserLay er ) D85 ( FinerLayer )
40
(8.8)
Pertidaksamaan sebelah kiri bertujuan untuk mencegah piping melalui filter, bagi
an tengah agar permeabilitas dapat tercapai untuk struktur tanah dasar dan bagia
n kanan untuk kriteria keseragaman.
Kalau satu lapisan tidak mencukupi, satu atau lebih lapisan diperlukan lagi. Bah
an filter ditempat di lapisan antara tanah dasar dan lapisan filter (blanket),
By : Salmani, MS, MT.
Page 16

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


diantara lapisan-lapisan filter kalau lebih dari satu lapisan filter dan diantar
a lapisan filter dengan batuan riprap. Ketebalan dari lapisan filter sebaiknya d
iantara 150 mm sampai 380 mm untuk lapisan tunggal atau dari 100 mm sampai 200 m
m untuk satu lapisan dengan banyak lapisan filter (blanket). Ketika kurva gradas
i filter yang digunakan mendekati paralel, maka ketebalannya harus minimum. Kete
balan dari satu lapisan filter sebaiknya ditingkatkan sampai batas mininum ketik
a kurva gradasi material filter menjauhi dari kurva paralel.
i. Filter buatan (Fabric Layer)
Selain kerikil yang digunakan sebagai filter, ada juga filter buatan yang terdir
i dari buatan pabrik seperti geotekstil. Disini akan dibahas keuntungan dan keru
gian menggunakan filter buatan (filter sudah jadi). Keuntungan menggunakan filte
r buatan (jadi) : 1. Pemasangan yang cepat dan hemat tenaga kerja 2. Filter buat
an lebih ekonomis dibandingkan filter kerikil 3. Filter buatan mempunyai konsist
ensi dan bahan yang berkualitas baik 4. Filter buatan mempunyai kekuatan yang me
rata.
Kerugian menggunakan filter buatan (jadi) : 1. Pemasangan filter buatan agak sul
it di bawah permukaan air. 2. Pemasangan filter buatan harus hati-hati agar tida
k terkena sinar ultraviolet 3. Ketahanan filter buatan di bawah tanah belum teru
ji sepanjang waktu proyek rekayasa. 4. Aktivitas bakteri didalam tanah atau diat
as filter dapat mempengaruhi sistem hidraulik dari filter buatan 5. Bukti eksper
imen menunjukkan bahwa ketika tebing terkena gelombang, tanah nonkohesif akan be
rpindah ke bawah menuju saluran (sungai) dibawah filter sedangkan pada filter ke
rikil tidak terjadi. 6. Filter buatan dapat memberikan keruntuhan transional ket
ika digunakan pada riprap yang dipasang pada tebing yang curam.
By : Salmani, MS, MT.
Page 17

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Fungsi dari filter buatan adalah membuat drainase dan filtrasi dari air. Dengan
kata lain, filter buatan harus membuat air dapat melalui tanah. Kedua fungsi ter
sebut harus terjadi selama riprap dipasang. Meskipun filter buatan mudah menggun
akannya, tetap diperlukan desain. Untuk lebih jelasnya, biasanya pembuat filter
buatan memberikan petunjuk (manual) agar dapat menggunakan filter dengan baik.
j. Penanganan ujung
Ujung-ujung riprap seperti kaki dan kepala memerlukan penanganan khusus, yaitu s
ayap, kaki dan kepala.
Sayap Sayap dari dinding pengaman sebaiknya didesain dengan mengikuti gambar 8-5
Kaki Penggerusan ke bawah adalah salah satu mekanisme penyebab keruntuhan dindin
g. Kaki riprap sebaiknya didesain seperti pada gambar 8-6. Bahan (material) peng
aman kaki harus diletakkan di pangkal kaki sepanjang riprap (lihat gambar 8-6).
Kalau pangkal kaki tidak dapat digali, lapisan riprap (blanket rirap) harus diba
tasi tebalnya, batuan kecil diletakkan di dasar saluran (lihat alternatif desain
pada gambar 8-6). Perhatikan pada saat pemasangan material pada kaki sehingga m
aterial tidak mound dan membentuk flow dike, flow dike sepanjang kaki dapat meny
ebabkan konsentrasi aliran sepanjang saluran yang dapat menyebabkan tegangan sep
anjang dinding pengaman sehingga terjadi
keruntuhan. Dan harus diperhatikan bahwa pemasangan batuan pada kaki tidak mempe
ngaruhi desain saluran.
Penentuan ukuran batuan untuk kaki dipengaruhi oleh kedalaman penggerusan yang a
kan terjadi atau diprediksikan akan terjadi. Ketika penggerusan terjadi, maka ba
tuan pada kaki akan jatuh ke dalam lubang hasil penggerusan. Kalau hal ini terja
di, maka kemiringan riprap akan mendekati 1V : 2H. Volume batuan yang digunakan
harus mempunyai satu atau dua kali volume batuan yang digunakan untuk menutupi p
enggerusan setebal riprap.
By : Salmani, MS, MT.
Page 18

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


By : Salmani, MS, MT.
Page 19

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


By : Salmani, MS, MT.
Page 20

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


k. Stabilitas Riprap
Stabilitas riprap tergantung dari faktor-faktor sebagai berikut : a. besar dan a
rah kecepatan aliran di sekitar riprap. b. sudut kemiringan tebing. c. karakteri
stik batuan termasuk geometri, sudut dan kepadatan Hubungan antara faktor-faktor
diatas dapat dinyatakan dalam persamaan matematik sebagai berikut :
e2Wscos
= e1Ws sin cos + e3 Fd cos + e4F1
(8.9)
untuk lebih jelas lihat gambar 8-7.
By : Salmani, MS, MT.
Page 21

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Faktor stabilitas terhadap rotasi didefinisikan sebagai perbandingan antara mome
n tahanan partikel yang berotasi terhadap berat yang tenggelam dan momen gaya ai
r yang menyebabkan rotasi partikel dari posisi semula. Secara umum dapat dinyata
kan pada persamaan matematik :
FS
e2Ws cos e1Ws sin cos e3 Fd cos
e4 Fl
(8.10)
Selain itu faktor kestabilan dapat didefinisikan sebagai :
SF
'
cos tan tan sin cos
(8.11)
dimana
tan
1
cos 2 sin sin tan
(8.12)
2l
o
S s 1 Ds
'
(8.13)
1 sin( 2
)
(8.14)
dimana: Ds adalah ukuran batuan, SG adalah spesific gravity,
sudut antara
o
kecepatan lapangan dengan bidang horizontal yang menghasilkan gaya seret berada
pada tebing dengan sudut .
l. Penyederhanaan desain untuk riprap
Ketika kecepatan sepanjang tebing tidak mempunyai komponen arah ke bawah (sepert

i kecepatan sepanjang tebing arah horizontal), maka penyederhanaan desain dapat


dilakukan. Untuk aliran horizontal sepanjang tebing, persamaan yang berhubungan
dengan faktor stabilitas, angka stabilitas, sudut kemiringan tebing dan sudut ba
tuan didapat dari persamaan 8.12 dan 8.14 dengan = 0, maka (8.15)
tan
1
tan 2 sin
By : Salmani, MS, MT.
Page 22

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


'
1 sin 2
(8.16)
Persamaan 8.15 dan 8.16 dimasukan ke persamaan 8.11, didapat :
SF
Sm 2
S m sec
2
4
(8.17)
dimana : (8.18) (8.19)
Sm
tan tan
2 Sm SF 2 cos SF.Sm
(8.20)
m. Prosedur Desain
Prosedur perencanaan rock riprap terdiri dari tiga bagian utama: analisis data a
wal (preliminary data analysis), ukuran batuan (rock sizing), dan detail desain
revetment (revetment detail design). Flow chart yang menjelaskan prosedur desain
diperlihatkan pada gambar 8-8.
By : Salmani, MS, MT.
Page 23

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


ANALISIS AWAL
DATA
MULAI Pengumpulan Data Penentuan Debit Rencana Perubahan penampang melintang ren
cana
PENENTUAN UKURAN BATU
Hitung kekasaran luas N Y Aliran seragam ? Hitung parameter hidraulik lain N Ele
vasi muka air tetap (backwater)
Evaluasi kedalaman aliran seragam
Koreksi sudut tebing
Penentuan ukuran riprap
Masukkan keliling basah yang melapisi ?
Y
Ukuran hitung dengan
By : Salmani, MS, MT.
sama asumsi ?
Page 24
Y A

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


A
Penentuan tinggi
Y
Erosi gelombang
?
gelombang Hitung ukuran batu yang stabil
N Pemilihan ukuran batu
Gradasi riprap Ketebalan selimut
DETAIL DESAIN
Panjang pengaman
Desain filter
Desain detail ujung/tepi SELESAI
Gambar 8-8. Flow Chart Prosedur Perencanaan riprap
By : Salmani, MS, MT.
Page 25

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


1) Analisis data awal (Preliminary Data Analysis)
Langkah 1. Kumpulkan data lapangan yang diperlukan yang meliputi (survey penampa
ng melintang saluran, data tanah, foto udara (aerial photographs), studi kasus,
dll).
Langkah 2. Tentukan debit rencana. (lihat subbab 8.2.1)
Langkah 3.
Tentukan perkiraan perubahan (development) penampang
melintang rencana (lihat subbab 8.2.1). 2) Menentukan Ukuran batuan (Rock Sizing
) Prosedur ini untuk menentukan ukuran batuan yang digunakan dalam desain agar k
eruntuhan riprap akibat erosi partikel dapat dicegah. Langkah 4. Hitung elevasi
muka air rencana. A. Untuk menentukan elevasi muka air rencana, besarnya nilai k
ekasaran "n" Manning's dapat diperkirakan dengan memakai prosedur pada subbab 8.
2.5. Jika riprap direncanakan untuk melapis seluruh keliling basah, ukuran ripra
p diperlukan untuk menentukan koefisien kekasaran "n". (lihat formulir 4 pada ga
mbar 8.14). B. Jika penampang berbentuk trapezium, dan aliran dapat dianggap ser
agam, gunakan desain chart seperti dalam referensi 3. C. Jika penampang irregula
r atau aliran tidak seragam, elevasi muka air ditentukan dengan menggunakan anal
isis backwater curve atau
menggunakan program komputer seperti DUFLOW, HEC-2, dan lain-lain. D. Analisis b
ackwater harus didasarkan pada conveyance weighting aliran pada saluran utama, b
antaran kiri dan kanan. Langkah 5. Tentukan kedalaman dan kecepatan rata-rata re
ncana. A. Kedalaman rata-rata dan kecepatan pada umumnya digunakan sebagai param
eter desain.
By : Salmani, MS, MT.
Page 26

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


B. Jika riprap didesain untuk pengaman tebing saluran, abutment, atau pilar dilo
kasi bantaran banjir, kecepatan dan kedalaman rata-rata di bantaran banjir yang
digunakan. Langkah 6. Hitung faktor koreksi sudut tebing K1. Faktor koreksi sudu
t tebing adalah
K1
Dimana:
1
sin 2 sin 2
0.5
: sudut bantaran dengan bidang horizontal : sudut batuan riprap Persamaan terseb
ut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 4 pada gambar 8.19
Langkah partikel.
7. Tentukan ukuran riprap yang diperlukan untuk menahan erosi
A. Tentukan ukuran rata-rata batuan riprap dengan persamaan
D50
3 0.00594Va .5 1.5 d0 avgK1
Dimana: D50 = ukuran rata-rata batuan riprap (m) Va = kecepatan rata-rata di ten
gah saluran (m/s) davg = kedalaman rata-rata aliran di tengah saluran Persamaan
tersebut dapat diselesaikan dengan melihat grafik 1 pada gambar 8.16. B. Pada du
gaan awal, faktor koreksi saluran digunakan. Tentukan faktor koreksi spesifik gr
aviti rock riprap dan faktor stabilitas dengan persamaan C = Csg x Csf Dimana: C
sg = 2,12/(SG 1)1.5 SG = spesifik gravitasi batuan riprap Csf = (FS/1.2)1.5 FS =
faktor stabilitas (lihat tabel 8-2)
By : Salmani, MS, MT.
Page 27

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


C. Jika riprap direncanakan untuk pilar atau abutment diterapkan koreksi pier/ab
utment (CP/A) atau 3,38. D. Hitung ukuran rock riprap yang telah dikoreksi : D'5
0 = C(CP/A)D50 Langkah 8. Jika D50 digunakan dalam penentuan Manning's 'n' untuk
perhitungan backwater, kembali kelangkah 4 dan ulangi langkah 4 sampai 7.
Langkah
9. Jika gelombang permukaan turut diperhitungkan, maka lihat
formulir 2 pada gambar 8.12. A. Tentukan tinggi gelombang signifikan (grafik 6 p
ada gambar 8.21). B. Gunakan persamaan W50
H3 3 2.20 SG 1 cot
s
dimana
s
adalah berat jenis
batuan (N/m3); H adalah tinggi gelombang; SG (spesific gravity) = 2.65. Persamaa
n diatas dapat diselesaikan dengan grafik 7 pada gambar 8.22 untuk menentukan uk
uran batuan yang diperlukan untuk menahan aksi gelombang. Langkah 10. Pilih ukur
an D50 riprap akhir, tentukan gradasi material (lihat Formulir 3 pada gambar 8.1
3), dan tentukan ketebalan lapisan riprap. Untuk menentukan gradasi material dap
at dilihat pada tabel 8-2. Contoh klasifikasi gradasi riprap berdasarkan AASHTO
dapat dilihat table 8-3. Spesific gravity diasumsi 2.65. Formulir dapat dijadika
n sebagai alat untuk menentukan batas gradasi untuk menentukan tebal lapisan rip
rap melalui kriteria sebagai berikut : 1. Tebal lapisan riprap tidak boleh kuran
g dari diameter lingkaran batuan D100(W 100) atau lebih kecil dari 1.5 kali diam
eter lingkaran batuan D50(W 50). 2. Tebal lapisan tidak boleh kurang dari 300 mm
untuk penempatan praktis. 3. Tebal lapisan yang diperoleh dari no (1) dan (2) h
arus ditambah 50 persen untuk riprap yang ditempatkan di bawah air. 4. Tambahan
tebal lapisan antara 150 300 mm, bisa dengan menambah ukuran batuan, untuk melin
dungi lapisan dari gelombang akibat angin atau kapal yang lewat.
By : Salmani, MS, MT.
Page 28

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


3) Detail Dinding Panahan (Revetment Details)
Langkah 11. Tentukan panjang pengamanan yang diperlukan (lihat bab 8.1)
Langkah 12. Tentukan tinggi pengaman yang sesuai (lihat bab 8.1)
Langkah 13. Desain lapisan filter mengikuti persyaratan dengan persamaan sebagai
berikut :
D15 coarser layer D85 Finer layer
lapisan.
5
D15 coarser layer D15 Finer layer
40
Tentukan ukuran material filter yang sesuai, dan gradasinya. Tentukan ketebalan
Langkah
14. Desain rincian daerah sudut (flanks and toe). Desain daerah
tersebut dapat dilihat subbab 8.3.1.1.14 tentang konsep desain.
Langkah 15 Hitung kestabilan riprap dengan menggunakan persamaan matematis yang
ada bagian langkah desain kestabilan riprap.
n. Spesifikasi Material
1) Deskripsi Dalam pemasangan material ini, perlu diperhatikan dengan baik seper
ti pemasangan riprap di dasar dan sisi slope dari saluran atau seperti yang tela
h diarahkan oleh engineer. Tipe-tipe riprap adalah : a. Rock riprap Terdiri dari
batu kali dengan filter blanket atau slope dengan rongga minimum serta batuan b
ergradasi baik. b. Rubble Terdiri dari material sisa konstruksi, termasuk didala
mnya broken concrete, rock spoils, dan steel furnace slag.
By : Salmani, MS, MT.
Page 29

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


2) Material Syarat-syarat materialnya adalah: a. Rock riprap Batuan yang digunak
an haruslah keras, tahan lama, dalam bentuk angular, tahan terhadap cuaca dan ai
r, tidak mengalami tekanan yang berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan
memenuhi gradasi yang telah disyaratkan. Lebar dan ketebalan dari batuan harus k
urang dari 1/3 dari panjangnya. Batuan bulat (rounded stone) atau boulder tidak
diperbolehkan kecuali telah diizinkan sebelumnya. Shale dan batuan dengan lapisa
n berserpih juga tidak dizinkan. Berat minimum haruslah 2,482 kg/m3 yaitu 1,000
kg/m3 dikalikan berat jenis (bulk-saturated-surface-dry basis, AASHTO Test T 85)
.
Asal batuan juga dapat menjadi pertimbangan dalam pemilihan batuan. Kelayakan ba
tuan akan dipertimbangkan dengan tes uji kelayakan. Jika tes dibutuhkan, contoh
batuan yang sesuai haruslah sudah ada minimum 25 hari sebelum pemasangan riprap
dimulai. Apabila tidak ada tes uji tersebut, ketahanan bebatuan tersebut akan di
periksa dengan beberapa tes seperti dibawah ini : Tes abrasi. Jika menggunakan A
ASHTO Test T 96, maka batuan tidak boleh mengalami kehilangan sebesar 40% setela
h 500 kali putaran. Pada lokasi dimana batuan yang terkena air garam, perlu dila
kukan sulfate soundness test (AASHTO Test T 104 untuk batuan dasar menggunakan s
odium sulfat).
Kehilangan dari batuan pada hasil tes ini tidak boleh mencapai 10% untuk 5 kali
siklus. Tes freezing and thawing (AASHTO Test T 103 untuk prosedur A ledge rock)
digunakan untuk melihat ketahanan terhadap cuaca. Dan tidak boleh mengalami keh
ilangan lebih dari 10% dari 12 kali siklus.
By : Salmani, MS, MT.
Page 30

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Riprap haruslah menggunakan batuan well-graded. Batuan yang lebih kecil dari 10%
dari batuan dasar tidak
diperbolehkan untuk digunakan sebanyak 10% dari setiap beratnya.
Kontrol terhadap gradasi perlu diperhatikan. Kontraktor haruslah menyediakan 2 c
ontoh sampel batuan sedikitnya 2,27 kg setiap gradasi. Contoh sampel pada lokasi
konstruksi merupakan bagian dari penyelesaian pengerjaan awal riprap. Sampel ya
ng lain juga harus ada di lokasi. Sampel-sampel ini digunakan sebagai referensi
dalam penentuan gradasi riprap. Perbedaan pendapat antara engineer dan kontrakto
r dapat diselesaikan dengan memeriksa gradasi dari 2 buah truk yang dipilih seca
ra acak. Peralatan mekanik, pengaturan lokasi, dan buruh juga perlu diperhatikan
oleh kontraktor.
b. Rubble Material yang digunakan haruslah keras (hard), tahan lama (durable), d
alam bentuk angular, tahan terhadap cuaca dan air, tidak mengalami tekanan yang
berlebihan, spoil, shale dan bahan organik, dan memenuhi gradasi yang telah disy
aratkan. Lebar dan ketebalan dari batuan harus kurang dari 1/3 dari panjangnya.
Dalam pemilihan material yang digunakan perlu perhatian dan pengalaman yang lebi
h.
3) Syarat-Syarat Konstruksi A. Umum Tebing yang dilindungi oleh riprap haruslah
bebas dari semak-semak, pepohonan, tunggul, dan objek material lainnya yang meng
ganggu kerataan permukaan slope. Semua material yang lembut atau berongga dipind
ahkan ke bagian dalam tanah dan digantikan dengan material alami lainnya. Daerah
pengisian dipadatkan sebagai embankment. Untuk Toe trench digali dan dijaga sam
pai riprap telah diletakkan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 31

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Perlindungan terhadap struktur pondasi harus dilakukan secepatnya setelah konstr
uksi pondasi diizinkan untuk dimulai. Daerah yang dijaga haruslah terbebas dari
material sisa dan begitu juga permukaannya. Tipe riprap akan disesuaikan dengan
spesifikasi yang telah di modifikasi oleh ketentuan khusus.
Filter blanket atau filter fabric diletakkan pada slope yang telah disediakan at
au daerah dengan perlindungan pondasi seperti tertera pada Table 8 sebelum batua
n diletakkan. 1. Standard Kualitas Minimum a. Fiber yang digunakan pabrik untuk
geotextile terdiri dari rangkaian sintetis polymer dengan komposisi sedikitnya 8
5% dari beratnya terdiri dari polyolafin, polyester atau polyamide. b. Geotextil
e dengan ketahanan rendah terhadap sinar ultraviolet (lebih dari 30% kehilangan
pada 500 jam ASTM D-4355) tidak boleh terkena sinar matahari lebih dari 7 hari.
Geotextile dengan ketahanan yang lebih tinggi tidak boleh lebih dari 30 hari. Ca
tatan : geotextile dapat dibuat untuk menahan lebih lama sinar ultraviolet, seba
gai contoh tahan selama bertahun-tahun (5 25 tahun), tetapi jarang ditemukan. c.
Syarat-syarat Fisik dapat dilihat pada Table 8 dibawah ini
Table 8. Syarat Minimum Yang Dianjurkan Untuk Fabric Sintetis (Geotextile) Yang
Digunakan pada Noncritical (1)/ Nonsevere Drainage (2), Penyaringan. Dan Pengont
rolan Erosi
2. Sifat Hidraulik Minimum a. Ketahanan Pipa (Soil Retention) (8) 1. Tanah denga
n 50% atau kurang dari berat partikel lolos pada US No. 200 Sieve (9), AOS (10)
kurang dari 0,6 mm (lebih besar dari #30 US Std. Sieve)
By : Salmani, MS, MT.
Page 32

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


2. Tanah yang lebih dari 50% berat partikel lolos US No. 200 Sieve (9), AOS (10)
kurang dari 0,3 mm (lebih besar dari #50 US Std. Sieve) b. Permeabilitas
K dari fabric (11) lebih besar dari K tanah. Kontraktor haruslah menjaga riprap
sampai semua pekerjaan dari kontrak telah selesai. Perawatan termasuk didalamnya
perbaikan yang rusak akibat beberapa sebab.
B. Rock Riprap Batuan riprap diletakkan pada slope yang telah disediakan dan har
us menjadikan batuan yang bergradasi baik (well-graded) dengan rongga (voids) ya
ng minimum. Keseluruhan batuan diletakkan pada alur dan grade serta ketebalan se
suai rencana yang telah ditetapkan. Jangan sampai terjadi pergeseran pada materi
al dasar. Pemasangan riprap pada lapisan dengan menggunakan chute atau metode la
innya jangan sampai mengakibatkan segregasi.
Batuan yang lebih besar dan seluruh batuan haruslah terdistribusi baik dan grada
si seperti yang diarahkan oleh engineer. Material yang menjadi pelindung riprap
(riprap protection) diletakkan jangan sampai menumpuk.
Maksud dari meletakkan seluruh material pada tempatnya guna menghasilkan pemadat
an riprap protection yang baik. Pemindahan dengan tangan atau peralatan mekanik
mungkin akan dibutuhkan untuk mendapatkan hasil tertentu.
Riprap protection diletakkan pada konjungsi dalam konstruksi embankment yang pem
buatan dari riprap protection penting untuk pelaksanaannya dan mencegah tercampu
rnya embankment dengan riprap. Kontraktor menjaga riprap protection sampai diter
ima langsung dan material yang dipindahkan untuk alur dan grade tidak menambah b
iaya bagi pemerintah.
By : Salmani, MS, MT.
Page 33

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Jika riprap dan material filter diletakkan di bawah air, ketebalan lapisan mesti
ditingkatkan dan metode yang digunakan harus dapat meminimalisasikan segregasi.
Catatan : 1. Penggunaan dalam kondisi darurat (Critical applications)
menyebabkan resiko kehilangan umur konstruksi, potensial untuk kerusakan struktu
r, atau biaya perbaikan yang terlalu membebani biaya instalasi. 2. Severe applic
ations termasuk draining gap graded atau pipeable soil, gradien hidraulik yang t
inggi atau kebalikannya, atau kocyclic flow conditions. 3. Semua nilai mewakili
nilai rata-rata, contoh nilai untuk sampel (rata-rata dari seluruh hasil spesime
n) harus sama atau lebih besar dari 2 sigma confidence level. Nilai ini disadari
lebih kecil dari biasanya pada literatur pabrik. 4. Penerapan filtrasi dan drai
nase kelas A untuk fabric dimana pada pemasangan lebih berat daripada kelas B. C
ontoh penggunaan very sharp angular agregate, derajat kepadatan yang tinggi, ata
u kedalaman trench lebih dari 3 m. 5. Filtrasi dan Drainase Kelas B adalah diman
a fabric yang digunakan dengan permukaan smooth graded tanpa sharp angular, pema
datan yang ringan, dan trench kurang dari 3 m. 6. Erosi Kontrol Kelas A adalah d
imana fabric dengan kondisi instalasi lebih berat daripada kelas B. Contoh letak
ketinggian batuan kurang dari 0,91 m dan berat batuan tidak melebihi 113 kg. Pe
rcobaan lapangan dibutuhkan dimana tinggi batuan tidak melebihi 0,91 m atau bera
t batu lebih dari 113 kg. 7. Erosi Kontrol Kelas B dimana fabric yang digunakan
dilindungi oleh sand cushion atau zero drop height. 8. Desain hasil analisa engine
ering yang sesuai antara tanah, kondisi hidraulik, dan geotextile adalah penting
(khusunya untuk aplikasi kritis/severe). Permasalahan tanah yang tidak boleh
By : Salmani, MS, MT.
Page 34

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


digunakan adalah lumpur, dan tanah seragam dengan 85% lolos ayakan #100. 9. Bila
protected soil berukuran partikel lebih besar dari #4 US Std. Sieve size, maka
hanya digunakan gradasi tanah yang lolos #4 US Std. Sieve dalam pemilihan fabric
. 10. AOS untuk geotextile dicari dengan TF #25 method 6 Permeabilitas untuk geo
textile dicari dengan TF #25 method 5
o. Contoh perencanaan
Berikut ini diberikan
perti yang dijelaskan
agai pelapis saluran.

riprap
contoh bagaimana menggunakan metode desain dan prosedur se
di atas. Dua contoh diberikan; contoh 1 rencana riprap seb
Contoh 2 rencana riprap sebagai pengamanan tebing.

1) Contoh 1 Suatu ruas saluran sepanjang 381 m merupakan hasil realignment agar
diperoleh lahan untuk pelebaran suatu jalan yang ada (eksisting). Akibat realign
ment saluran, terjadi pengurangan panjang dari 381 m sampai 305 m. Kapasitas sal
uran 141,6 m3/s. Kondisi lainnya : Aliran dapat dianggap seragam atau berubah la
mbat laun; Profil saluran eksisting menunjukkan bahwa kemiringan dasar bagian ru
as yang lurus adalah 0,0049; Material saluran terdiri dari butiran dari pasir sa
mpai kerikil kasar dengan gradasi seperti pada Formulir 3. Kurva gradasi menunju
kkan karakteristik tanah sebagai berikut: D85 = 0,032 m D50 = 0,018 m D15 = 0,00
1 m K (permeability) = 3,5 X 10-4 m/s rock riprap yang tersedia mempunyai specif
ic gravity (SG) 2,65. Rencanakan riprap sebagai pelapis saluran yang stabil. Gra
fik-grafik yang digunakan dalam contoh ini diberikan pada Formulir 1 (gambar 8.1
1), Grafik 4
By : Salmani, MS, MT.
Page 35

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


(gambar 8.19), Grafik 3 (gambar 8.18), Grafik 1 (gambar 8.16), Grafik 2 (gambar
8.17), Formulir 3 (gambar 8.13), dan Formulir 4 (gambar 8.14).
Langkah 1. Kumpulkan Data lapangan lihat informasi yang diberikan dalam contoh i
ni. Data lapangan lain berupa site history, geometric, site topography, dan lain
-lain.
Langkah 2. Debit rencana. Lihat subbab 8.2.1 Diberikan sebagai 119 m3/s. Debit p
ada saluran utama sama dengan debit rencana karena saluran utama dapat menampung
debit rencana. Langkah 3. Desain potongan melintang. Lihat subbab 8.2.3 Seperti
dijelaskan, penampang direncanakan berbentuk trapesium. Asumsi awal, lebar dasa
r 6,1 m dengan kemiringan slope samping 1V:2H. lihat Formulir 1 pada gambar 8.11
.
Langkah 4. Hitung elevasi muka air rencana. (a) Tentukan koefisien kekasaran den
gan menggunakan Formulir 4 (lihat subbab 8.2.5). Gunakan prosedur seperti yang d
ijelaskan pada bab 5. n = (nb +n1 +n2 +n3 +n4 )m nb : base channel "n" slope = 0
.0049 > 0.002 Oleh karenanya, gunakan persamaan 4 untuk perhitungan base n. nb =
0,3225 Sf 0,38 R-0,16 anggap R = 2,43 m nb = 0,037 n1 : faktor ketidakteraturan
n1 = 0,00 untuk saluran alam yang halus n2 : variasi penampang melintang n2 = 0
,00 bila bentuk penampang melintang tetap n3 : pengaruh hambatan
By : Salmani, MS, MT.
Page 36

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


n3 = 0,00 jika tidak ada hambatan n4 : jumlah tanaman n4 = 0,003 sedikit (anggap
sedikit tumbuh di riprap) m : derajat meander m = 1.0 jika ruas lurus n = (0,03
7+0,00+0,00+0,00+0,003)1 n = 0,040 (b) Hitung kedalaman aliran. Persamaan Mannin
g's dapat digunakan untuk menentukan
kedalaman normal (gunakan program komputer, atau chart dan tabel yang tersedia d
alam buku hidraulika saluran terbuka)
Q = (1/n) A R2/3 S1\2 ganti d = 3,60 m Kolom 1 dari Formulir 1 pada gambar 8.11
Hitung jari-jari hidraulik untuk membandingkan dengan nilai yang digunakan pada
langkah 4a (gunakan program komputer yang tersedia, chart dan tabel, atau perhit
ungan secara manual).
R = A/P R = 47,9/22,2=2,16
R = 2,16 tidak sama dengan yang diasumsikan = 2,43 Oleh sebab itu, kembali ke la
ngkah 4a nb = 0,3225 (0,0049)0,38 (2,16)-0,16 nb = 0,038 n = (0,038 + 0,003)1 =
0,041 yang mendekati 0,040 seperti yang digunakan ditas, oleh sebab itu, d = 3,6
0 m (Kolom 1 dari Formulir 1 pada gambar 8.11)
Langkah 5. Tentukan parameter rencana A = 3,6(3,6(4) + 6,1 + 6,1)/2 = 47,8 m2 (K
olom 2 dari Formulir 1) Va = Q/A = 141,6/47,8 = 2,96 m/s (Kolom 3 dari Formulir
1) da = d = 3,60 m (dasar saluran seragam) (Kolom 4 dari Formulir 1)
Langkah 6. Faktor koreksi sudut tebing.
By : Salmani, MS, MT.
Page 37

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


= 1V:2H (Kolom 5 dari Formulir 1). f = 41 (Grafik 4) K1 = 0,73 (Grafik 3)
Langkah 7. Tentukan ukuran riprap. l (a) Gunakan Grafik 1 untuk dasar saluran D5
0 = 0.085 m (Kolom 8 dari Formulir 1) untuk tebing saluran D50 = 0,131 m (Kolom
8 dari Formulir 1)
(b) spesifik gravity (SG) Riprap = 2,65 (diberikan) (Kolom 10 dari Formulir 1) f
aktor kemantapan = 1.2 (aliran seragam) C = 1 dari Grafik 2.
(c) tidak ada pilar atau abutment untuk evaluasi dalam contoh ini, oleh sebab it
u: Cp/a = 1 (Kolom 12 dari Formulir 1)
(d) Ukuran riprap yang dikoreksi Untuk dasar saluran: D'50 = D50 = 0,085 m (Kolo
m 13 dari Formulir 1) Untuk tebing saluran: D'50 = D50 = 0,131 m (Kolom 13 dari
Formulir 1)
Langkah 8. tidak dapat digunakan
Langkah 9. Gelombang permukaan. Gelombang permukaan tidak diperhitungkan pada co
ntoh ini. Langkah 10. Tentukan ukuran Riprap, Gradasi, dan ketebalan lapisan. Uk
uran D50: D50 = 0,29 m (untuk seluruh penampang basah) lihat Formulir 1. Gradasi
: lihat Formulir 1. Ketebalan lapisan (T): T = 2 D50 =0,29 m T = 0,58 m
By : Salmani, MS, MT.
Page 38

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


atau T = D100 = 0,40 m gunakan T = 0,60 m lihat Formulir 1.
Langkah 11. Panjang pengamanan. Lihat subbab 8.2.6. Pelapisan dengan riprap dite
tapkan pada sepanjang ruas lurus.
Langkah 12. Panjang vertikal pengamanan. Lihat subbab 8.2.6. Riprap meliputi sem
ua keliling basah sampai kepuncak lereng. Langkah 13. perencanaan lapisan filter
. (a) ukuran material filter:
D15 coarser layer D85 Finer layer
5
D15 coarser layer D15 Finer layer
40
Untuk riprap pada interface tanah:
D15 riprap D85 tan ah
Dan;
0.18 0.032
6 5
D15 riprap D15 soil
0.18 180 0.001
40
Oleh sebab itu, suatu lapisan filter diperlukan. Coba 50 mm filter dengan keriki
l kasar dengan gradasi seperti pada Formulir 3 pada gambar 8.13.
Untuk filter pada interface tanah:
D15 filter D85 soil
Dan;
0.030 0.032
0.94 5
By : Salmani, MS, MT.
Page 39

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


D15 filter D15 soil 0.030 0.001 30 5 dan 40
Oleh sebab itu, filter pada interface tanah adalah cocok (OK).
Untuk riprap pada filter interface:
D15 riprap D85 filter
Dan;
0.18 0.061
3 5
D15 filter D15 soil
0.18 0.030
6
5 dan 40
Dengan demikian, material filter 50 mm adalah sesuai.
(b) Ketebalan lapisan filter: Jika kurva gradasi tanah dan kurva gradasi lapisan
filter bukan mendekati paralel, gunakan ketebalan lapisan 200 mm. Langkah 14. D
etail ujung sudut (edge). Lintasan penampang basah bagian dalam; detail ujung su
dut dapat dilihat pada Gambar 8-7. (juga lihat sketsa pada Formulir 1 pada gamba
r 8.11).
Langkah 15 : Stabilitas riprap Dalam contoh soal ini diketahui : SS = 2,65 =26,6
0 DS = 0,131 m (dari perhitungan pada langkah sebelumnya) = 1000 kg/m3 S = 0,004
9 diambil Maka :
o
= 400
= 900
= 0,75
b
By : Salmani, MS, MT.
Page 40

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


b
=
b.
d.s
= 1000. 3,6. 0,0049 = 17,64 kg/m2
o
= 0,75 x 17,64 = 13,23 kg/m2
Berdasarkan data yang sudah ada, maka bilangan stabilitas untuk partikel bidang
datar :

1,95 x13 ,23 ( 2,65 1 )x1000 x0 ,131


0,12
selanjutnya sudut antara ara pergerakan partikel dan bidang vertikal :
tan
1
Cos 90 0 2 Sin 26 ,6 0 Sin 90 0 0 9 ,35 x tan 40
=0
Berdasarkan (lereng) :
dan
maka dapat di itung angka stabilitas partikel pada tebing
' 0,12
= 0,12.
1 Sin(90 0 2
0)
Se ingga diperole :
FS
Cos 26,60 tan 400 0,12 tan 400 Sin26,60 Cos 0
0,75 0,548
1,37 1,1
ok.
2) Conto 2 Site yang diilustrasikan pada gambar 8-1 mengalami pergerakan latera
l menuju route 1 (li at gambar 8-1a). Rencanakan revetment riprap yang stabil un

tuk meng indari erosi tebing. Kondisi tamba an yang diperlukan adala : Aliran b
eruba lambat laun; Karakteristik saluran seperti yang diuraikan dalam subbab 8.
2.3;
By : Salmani, MS, MT.
Page 41

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Survey topograp ic menunjukkan: Kemiringan saluran = 0,0024 1. Lebar saluran = 9
1,4 m 2. Jari-jari tikungan = 365,8 m . Dasar saluran dilapisi dengan material b
atu sesar (cobble) dengan ukuran diameter D50 sekitar 0.15 m; Tana tebing adala
pasir berlanau seperti dapat dili at pada kurva gradasi pada Formulir 3 pada g
ambar 8-13. Kurva gradasi tersebut menunjukkan karakteristik tana sebagai berik
ut: D85 = 0,0013 m. D50 =0,0005 m. D15 = 0,00014 m. K (permeabilitas) = 1 x 10-6
m/s Ba an riprap yang tersedia mempunyai specifik gravity (SG) 2,60, dan dapat
dianggap sebagai angular. Pengamatan lapangan menunjukkan ba wa tebing secara um
um tergerus daera ilir ujung tikungan; erosi juga diamati pada daera ilir ti
kungan dan udik sampai ke titik seperempat tikungan; Tinggi tebing sepanjang ter
gerus tebing (cut bank) mendekati 2,7 m.
Formulir dan grafik yang digunakan dalam conto 2 ini sama dengan pada conto 1.
Penyelesaian: Langka 1. Kumpulkan Data Lapangan. Li at informasi yang diberika
n dalam conto ini. Li at kasus yang diberikan dalam subbab 8.2.3.
By : Salmani, MS, MT.
Page 42

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-9. Potongan melintang sungai pada conto 2, mengilustrasikan aliran dan
kedalaman gerusan potensial
Langka 2. Debit rencana. Li at subbab 8.3.1. Diberikan 1,112 m3/s. Dari analisi
s backwater pada ruas ini, diperole ba wa debit pada saluran utama (Qmc) adala
982.6 m3/s.
Langka 3. Desain penampang melintang. Hanya tebing saluran yang diperkuat; ole
sebab itu, penampang saluran akan tetap seperti saluran eksisting dengan sudut
tebing sesuai untuk mendukung revetment riprap. Gambar 8-9 meilustrasikan bagian
saluran eksisting. Untuk meminimalkan ke ilangan vegetasi tebing, dan batas t e
encroac ment pada saluran pada la an yang berdekatan, kemiringan slope yang dig
unakan 1V:2H. Seperti tela diberikan, tinggi tebing sepanjang tebing yang terge
rus adala 2,7 m. Langka 4. Hitung elevasi muka air rencana. (a) Tentukan koefi
sien kekasaran. Li at subbab 8.2.5. Gunakan prosedur dari Formulir 4.
By : Salmani, MS, MT.
Page 43

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


n = (nb +n1 +n2 +n3 +n4) m nb: base c annel "n" kemiringan = 0.0024 > 0.002 guna
kan persamaan 4 untuk per itungan arga nb. nb = 0,3225 Sf 0,38 R-0,16 anggap R
= 3,05 m nb = 0,028 n1: faktor ketidakteraturan n1 = 0,005 kecil untuk slope ter
erosi sedang (moderately eroded side slopes) n2: variasi penampang melintang n2
= 0,005 jika peruba an penampang jarang menggeser aliran (occasional s ape c ang
es cause flow s ifting) n3: efek ambatan n3 = 0,000 tidak ada ambatan n4: juml
a tanaman n4 = 0,000 tidak ada tanaman m: derajat meander m = 1,1 minor to appr
eciable n = (0,028 + 0,005 + 0,005 + 0,000 + 0,000) 1,10 n = 0,042 Ini menunjukk
an nilai "n" di ruas saluran yang digunakan untuk analisis backwater curve.
(b) Hitung kedalaman aliran. Kedalaman aliran ditentukan dari analisis backwater
. Maksimum kedalaman saluran utama ditentukan menjadi: dmax = 4.6 m, kolom 1 pad
a Formulir 1 pada gambar 8.11 Jari-jari idraulik untuk saluran utama: R = 3,2 m
(dari analisis backwater) Anggap R (3 m) mendekati nilai R aktual, ole sebab i
tu, "n" Seperti yang di itung adala OK.
Langka 5. Tentukan parameter rencana lainnya. Dari analisis backwater : (semua
arga saluran utama).
By : Salmani, MS, MT.
Page 44

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


A =838,2 m2, kolom 2 pada Formulir 1 Va = 3,84 m/s, kolom 3 pada Formulir 1 da =
d = 3,66 m, kolom 4 pada Formulir 1
Langka 6. Faktor-faktor koreksi sudut tebing. = 1V:2H, kolom 5 pada Formulir 1 =
410, kolom 6 pada Formulir 1 (dari grafik 4 pada gambar 8.19) K1 = 0,73, kolom 7
pada Formulir 1 (dari grafik 3 pada gambar 8.20)
Langka 7. Tentukan ukuran riprap. (a) Gunakan gunakan grafik 1 pada gambar 8.11
. D50 = 0,27 m, kolom 8 pada Formulir 1 (b) spesifik gravity = 2,60 (diberikan).
kolom 10 pada Formulir 1. Faktor stabilitas = 1,6. kolom 9 pada Formulir 1. (al
iran beruba lambat laun, tikungan tajam jari-jari tikungan ter adap lebar = 4).
C = 1,6 li at grafik 2 pada gambar 8.17 (c) tidak ada piers atau abutments, ole
sebab itu : Cp/a = 1, kolom 12 pada Formulir 1
(d) Ukuran riprap yang dikorosi: D'50 = D50 = (1,6)(1,0) = 0,44 m, kolom 13 pada
Formulir 1
Langka 8. tidak dapat digunakan
Langka 9. Gelombang permukaan. Gelombang permukaan tidak diper itungakan.
Langka 10. Tentukan ukuran riprap, gradasi, dan ketebalan lapisan. Ukuran D50:
D50 = 0,55 m Gradasi: li at Formulir 1, Ketebalan lapisan (T): T = 2 D50 = 2(0,5
5) T = 1,10 m
By : Salmani, MS, MT.
Page 45

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


atau T = D100 = 0,68 m gunakan T = 1,10 m Langka 11. Panjang pengamanan. Li at
subbab 8.2.6. Pengamatan lapangan menunjukkan ba wa tebing secara umum tergerus
pada daera ilir tikungan, erosi juga diamati di ilir apex tikungan dan udik s
ampai pada titik seperempat tikungan. Penetapan riprap untuk pengamanan tebing m
ulai dari suatu titik 91,4 m (W) udik pada bank entrance sampai ke suatu titik 1
37 m (1,5 W) ilir ujung tikungan.
Langka 12. Panjang vertikal pengamanan. Li at subbab 8.2.6. Riprap pada seluru
tebing saluran dari atas tebing sampai kedalaman bawa merupakan cara untuk men
gantisipasi gerusan. Kedalaman gerusan dievaluasi seperti yang diilustrasikan da
lam subbab 8.2.6: ds = 2,0 D50-0,11 ds = 2,0(0,55)-0,11 =2,14 m Penamba an ini u
ntuk mengantisipasi kedalaman maksimum potensi gerusan: 4,6 + 2,1 = 6,7 m
Material tebing arus ditempatkan sampai pada kedalaman ini, atau suatu volume b
atu yang cukup akan ditempatkan pada tapak tebing untuk pengamanan kedalaman ger
usan yang diperlukan.
Langka 13. Perencanaan lapisan filter. (a) ukuran material filter: Formulir 5 p
ada gambar 8F-5.
D15 coarser layer D85 Finer layer
5
D15 coarser layer D15 Finer layer
40
Untuk riprap pada interface tana :
D15 riprap D85 tan a
Dan;
0.15 0.0013
115 5
By : Salmani, MS, MT.
Page 46

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


D15 riprap D15 filter 0.15 0.00014 1071 40
Ole sebab itu, suatu lapisan filter diperlukan. Coba 13 mm filter kerikil alus
dengan karakteristik gradasi seperti yang diilustrasikan dalam Formulir 3.
Untuk filter pada interface tana :
D15 filter D85 tan a
Dan;
0.0047 0.0013
3. 7 5
D15 filter D15 tan a
0.0047 0.00013
33 .6 5 dan 40
Ole sebab itu, filter pada interface tana adala OK.
Untuk riprap pada filter interface:
D15 riprap D85 filter
Dan;
0.15 0.03
5
5
D15 riprap D15 filter
0.15 0.0047
32
5 dan 40
Ole sebab itu, material filter 13 mm cukup memadai. Li at Formulir 3 untuk tana
, filter granular, dan kurva gradasi riprap.
(b) Ketebalan lapisan filter: Gunakan ketebalan lapisan 200 mm.
Langka 14. Detail sudut. (a) detail sayap (flank): li at gambar 8-10. (b) detai
l tapak (toe): li at gambar 8-10. Potensi kedealaman gerusan di bawa dasar salu
ran eksisting pada tebing (d's) merupakan kedalaman gerusan yang di itung dalam
langka 12 minus elevasi dasar yang ada pada tebing: li at gambar 8-10. 6,7- 3,2
= 3,5 m kuantitas batuan (Rock quantity) yang diperlukan dibawa dasar eksistin
g:
By : Salmani, MS, MT.
Page 47

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Rq = 0.0283 d's (sin-1 )(T)(1.5) dengan: Rq = jumla riprap yang diperlukan per
m tebing (m2) = sudut tebing ter adap sudut datar (degrees) T = ketebalan lapisan
riprap (m) Rq = (3,048) (2,24) (0,9144) (1,5) = 9,38 m2 Tapak saluran trapezium
kedalaman 1,83 m (deep trapezoidal toe trenc ) dengan kemiringan samping 1V:2H
dan 1V:1H, dan suatu lebar dasar 1,8 m mengandung volume yang cukup.
Langka 15 : Stabilitas riprap Sama seperti pada conto 1, kestabilan riprap pad
a conto 2 juga di itung dengan menggunakan formula yang sama. Dari data dan as
il per itungan di atas diperole : Ss= 2,60 ; Diambil = 26,60 ; D50 = 0,27 m ; d
= 3,66 m ; S = 0,0024 ; SF = 1,60. = 900, maka diperole : ok.
= 400, dan
SF = 1,61 > 1,60
By : Salmani, MS, MT.
Page 48

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


By : Salmani, MS, MT.
Page 49

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Formulir 1. Ukuran Riprap
Proyek Uraian .. Disiapkan Ole /tang
Sketsa Penampang : Q RB
Q Total QMC QLB
Q TOTAL QMC QLB QRB
Karakteristik Tana D15 D50 D85
Kedalaman of WS. (m) 1
A (m2) 2
Va (m/sec) 3
d3 (m) 4
K1
D50 (m) 8
SF
Ss
C
CP/A
D50 (m) 13
Catatan
5
6
7
9
10
11
12
14
Sketsa Rencana :
Karakteristik Riprap : UKURAN : KETEBALAN : 20 50 3.61 m 2 1 1.22 m AASSHTO Grad
asi : D100 gunakan Ukuran Persen (m) Lebi alus 100 50 5 - 10
Karakteristik Buatan : Butiran : Ukuran (m)
Persen Lebi

Halus 85 50 15

1.22 m
6.1 m
Fabric : AOS' < Perm > Ukuran Buka Rata-rata
13. Koreksi D50 = 8 + 11 + 12 14. Catatan atau Komentar
1. Elevasi Permukaan Air 2. Luas Basa Saluran Utama 3. Kecepatan Rata-rata Salu
ran Utama 4. Kedalaman Rata-rata Saluran Utama
5. Kemiringan Tebing 6. Sudut Geser Alam Riprap (grafik 4) 7. Koreksi Sudut Tebi
ng (c art 3) 8. Ukuran Riprap (grafik 1)
9. Faktor Stabilitas 10. Spesifikasi Gravitasi Riprap 11. Faktor Koreksi Ukuran
Riprap (grafik 2)
12. Koreksi untuk Pilar/Abutment Correction (3.38 jika diambil secara umum)
Gambar 8-11. Formulir ukuran riprap
By : Salmani, MS, MT.
Page 1

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Formulir 2
Proyek :.. Disiapkan Ole /Tanggal :.../ Uraian :
Kecepatan Angin (mp )
fetc (m)
Hb (m) 1
e
Rv Ho 2
Faktor Koreksi 3
Rv (ft.) 4
D50 (ft.) 5
Ukuran Riprap : D50ft. Jenis..
Ketebalan Revetment : 2D 50ft. D100..ft. Digunakan..ft.
Gambar 8.12. Formulir Ukuran riprap - Erosi Gelombang
By : Salmani, MS, MT.
Page 2

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8.13 Formulir 3 Gradasi Material
By : Salmani, MS, MT.
Page 3

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Formulir 4. Evaluasi Kekasaran
PROYEK : Conto 1 Disiapkan Ole /Tanggal : URAIAN : ...
Harga awal n, nb (1,2)
Uraian Kondisi Kemiringan = 0.0049; persamaan 4 tak beraturan, n1 (2) Kekasaran
saluran pada kondisi alamia menikung, n2 (2) ukuran dan bentuk dari potongan me
lintang penyempitann, n3 (2)tanpa penyempitan Vegetasi, n4 (2) belokan, m (2) se
dikit vegetasi (beberapa tumbu dipermukaan riprap) mendekati lurus bobot n dita
mba arga n (3) n yang digunakan untuk 1.5 < da / D50 < 35 untuk 35 < da / D50
< 30.000
arga n 0.037 0.000 0.000 0.000 0.003 1.000 0.040 0.040
nb = {0.328 (D50)0.5} / (1.092 da) nb = 0.429 D50
0.167
(2) li at referensi (17) (3) n = m(n1+n2+n3+n4)
nb = 0.3225 Sf R -0.16
untuk aliran pegunungan yang tidak kontinyu
Gambar 8.14. Formulir 4 Evaluasi Kekasaran
By : Salmani, MS, MT.
Page 4

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Formulir 5. Perancangan Saringan
Proye :.. Disiapkan ole /Tanggal :../ Uraian :
< D15 Kasar D85 Halus <40
RANGKUMAN :
URAIAN LAPISAN
D15
D85
KETEBALAN

SARINGAN BUATAN : Jenis bentuk fisik : Sifat Hidraulik Ta anan Pipa < 50% Saring
an # 200 AOS < 0.6 mm < 50% saringan # 200 AOS < 0.3 mm Permeabilitas Permeabili
tas Tana < Permeabilitas Buatan Seleksi Spesifikasi Saringan Buatan.
Gambar 8.15 Formulir 5 Perancangan Saringan
By : Salmani, MS, MT.
Page 5

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


0.08
d 15
a ve
D50
Va
1.0
0.036 0.1 0.10
8.0
6.0 8.0 4.0
K1
0.2
1.0
0.3
6.0
0.5 0.4 0.3
0.4
3.0
4.0
0.6 2.0
0.8
3.0
1.0 2.0
1.5
1.0
2.0
Conto
Diketa ui Va = 2.96 m d (ave) = 3.6 m K1 = 0.73 Dic ari: D50
S olusi D50 = 0.13
Gambar 8-16. Hubungan Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograp pada gambar 8-16:
1. Tentukan avg (kedalaman rata-rata), kecepatan rata (vavg) dan faktor koreksi
tebing (K1). 2. Plot masing-masing nilai parameter pada masing-masing garis gra
fik. 3. Tarik garis dari avg ke vavg dan perpanjang sampai garis polos yang ter
letak diantara vavg dan K1. 4. Tarik garis lurus dari titik perpotongan di garis
polos yang terletak diantara vavg dan K1 melalui K1 sampai garis grafik D50. 5.
Baca asilnya pada perpotongan garis perpanjang dengan garis grafik D50 .

By : Salmani, MS, MT.


Page 6

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


C = 1.61 S F 1.5 / (S S -1) 1-5
C = D50 FAKT OR K OREKS I
S F= F AKT OR ST ABILIT AS S ASI BAT U S = GRAVIT S S 2.0
5.0 C
S F 2.0
4.0
2.1
2.2
1.9
1.8 3.0 1.7 2.5 2.3
2.0
1.6 1.5 1.4
1.3 1.0 0.8 1.2
2.4 2.5 2.6 2.7
2.8 1.5
1.1 2.9 3.0
0.6
1.0
0.5 CONT OH DIKET AHUI S = 2.65 S S F = 1.2 DICARI : C S oluS I C = 1.0
Gambar 8-17. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograp pada gambar 8-17:
1. Tentukan nilai Ss dan SF (Safety Factor) 2. Plot nilai Ss dan SF pada masingmasing garis grafik 3. Tarik garis lurus dari titik Ss menuju SF melalui garis g
rafik C
By : Salmani, MS, MT.
Page 7

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai C.
K1 =
1S in
2
2
0.5
S in
= S udut T ebing dengan Horizontal = S udut Material repose (li at grafik 3)
(0)
35
(0)
1.5:1 30
2:1 25
K1
-10 -30 -50 -60
30
-70
35
2.5:1
-80 20 3:1 -85 -90 3.5:1
40
10
-92
Conto 1: Diketa ui : = IV : 2H S angat T ajam 0 = 41
Dic ari K1
S olusi K1 = 0.73
Gambar 8-18. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograp
Petunjuk Penggunaan Nomograp pada gambar 8-18:
1. Tentukan nilai dan . 2. Plot nilai dan pada masing-masing garis grafik. 3. Tar
ik garis lurus dari titik menuju melalui garis grafik K1. 4. Baca titik perpoton
gan antara garis lurus dengan garis grafik nilai K1 .
By : Salmani, MS, MT.
Page 8

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


D50 = 0.00594V a / (d a vg K1 ) D50 = Median Riprap S ize (m) Va = Average Veloc
ity main channel (m/s) d avg = Average Depth in main channe (m)l K1 = Bank angle
correc tion term
3 12
-3.2
D50 (m)
0.06
d avg
12 10 9 8 7
6 4
Va (m/s)
8 7
6
0.08
0.1
K1
1.0 0.0
0.6
0.15 0.2 0.25
5
5
3
0.4 0.3
4 3
0.4
2
0.6 0.8
2
1
1.5
12
1 2
Example Given Va = 4.9 (m/s) d avg = 2.75 (m)l K1 = 0.72 Find : D50 S olution D5
0 = 0.69 (m)
Gambar 8-19. Hubungan Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-19:
1. Tentukan nilai davg , Va dan K1. 2. Plot nilai davg , Va dan K1 pada masing-m
asing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik davg ke Va terus ke K1 sampa

i memotong garis grafik D50. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan
garis grafik nilai D50.
By : Salmani, MS, MT.
Page 9

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


45
0.04 0.06 0.08 0.1
0.2
0.3 0.4
0.6 0.8 1.0
(m)
Batu pecah besar
udut alam iah S
40
S angat Curam
S angat Bulat
35
30 0.1
0.2
0.3 0.4
0.6 0.8 1.0
2.0
3.0 4.0 (ft)
Gambar 8-20. Sudut alamiah riprap sehubungan dengan ukuran rata-rata dan bentuk
batu Ukuran Batuan Tengah (D50)
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-20:
1. Tentukan nilai h dan slope. 2. Plot nilai h dan slope pada masing-masing gari
s grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik h menuju slope melalui garis grafik D5
0 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai D50.
By : Salmani, MS, MT.
Page 10

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


H (m) 3 D50(m ) 1.5
1.2 2
S lope 1:1.0 H
1 0.8 0.6 1:1.5
1 0.8
0.4
1:2.0
1:2.5 0.6
0.2 0.5 0.4
0.15
1:3.0 1:3.5 0.12 0.1 0.08 1:4.0
0.3
0.2
0.06 H
Cot
1/3
1:5.0
1:6.0
D50= 0.57
D50= U kuran T enga h Rip ra p H= T inggi Gelombang = S udut T ebing T erhadap H
orizontal
Gambar 8-21. Hubungan Ukuran Riprap yang Diperlukan Dari Hudson Untuk Menahan Er
osi Gelombang
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-21:
1. Tentukan havg (kedalaman rata-rata), kecepatan rata (vavg) dan faktor koreksi
tebing (K1). 2. Plot masing-masing nilai parameter pada masing-masing garis gra
fik. 3. Tarik garis dari havg ke vavg dan perpanjang sampai garis polos yang ter
letak diantara vavg dan K1. 4. Tarik garis lurus dari titik perpotongan di garis
polos yang terletak diantara vavg dan K1 melalui K1 sampai garis grafik D50. 5.
Baca hasilnya pada perpotongan garis perpanjang dengan garis grafik D50 .
By : Salmani, MS, MT.
Page 11

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


C = 1.61 S F / (S S -1) 1-5 C = D50 FAKT OR K ORE KS I S F= F AKT OR ST ABILIT A
S S ASI BAT U S = GRAVIT S S 2.0 5.0 2.0 4.0 1.9 1.8 C S F
1.5
2.1 2.2
2.3 2.0 2.4 2.5 2.6 2.7 2.8 2.9 3.0 CONT OH DIKET AHUI DICARI : C S olusi C = 1.
0 0.6 0.5 1.0 0.8 1.5 3.0
1.7 2.5 1.6 1.5
1.4
1.3 1.2 1.1 1.0
S S = 2.61 S F = 1.60
Gambar 8-22. Faktor Koreksi untuk Ukuran Riprap
Petunjuk Penggunaan Nomograph gambar 8-22:
1. Tentukan nilai Ss dan SF (Safety Factor). 2. Plot nilai Ss dan SF pada masing
-masing garis grafik. 3. Tarik garis lurus dari titik Ss menuju SF melalui garis
grafik C. 4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nila
i C.
By : Salmani, MS, MT.
Page 12

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


K1 = 1S in
2 2
0.5
S in
= S udut T ebing dengan Horizontal
= S udut Material repose (lihat grafik 3)
(0)
(0)
35
1.5:1 K1 -10
30
30
2:1
-30 -50 -60 -70
35
25
2.5:1 -80 20 3:1 -85 -90 3.5:1 10 40
-92
Contoh 1: Diketahui : = IV : 2H S angat T ajam D50 = 0,56 m
Dic ari K1
S olusi 0 = 41 K1 = 0.73
Gambar 8-23. Faktor Koreksi Sudut Tebing (K1) Nomograph (grafik 3);
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-23:
1. Tentukan nilai dan . 2. Plot nilai dan pada masing-masing garis grafik. 3. Tar
ik garis lurus dari titik menuju melalui garis grafik K1. 4. Baca titik perpoton
gan antara garis lurus dengan garis grafik nilai K1.
By : Salmani, MS, MT.
Page 13

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.1.2 Bronjongan (Gabion) dan Matras
8.3.1.2.1 Deskripsi
Gabion merupakan batuan yang diisikan ke dalam sebuah wadah yang terbuat kawat a
tau plastik. Wadah membentuk dnding atau matras untuk mengendalikan erosi sepanj
ang tebing saluran.
8.3.1.2.2 Dasar Dasar Desain
Tipe gabion dalam penggunaan ada dua, yaitu batu dengan matras dan bronjongan. H
al-hal yang utama dalam mendesain gabion adalah : 1. Stabilitas pondasi. 2. Kece
patan partikel dan tegangan geser batas yang harus ditahan gabion. 3. Perlindung
an kaki dan badan gabion. Dasar (kaki) gabion harus mempunyai kedalaman lebih be
sar dari kedalaman penggerusan yang akan terjadi. Atau kaki gabion dapat dilindu
ngi dengan matras yang akan jatuh ke daerah penggerusan dan tidak mempengaruhi k
estabilan tebing maupun tanah dasar yang dilindungi. Kalau perlindungan tebing t
idak sampai ke atas permukaan air saluran, maka perlu digunakan penguat di belak
ang gabion.
Penggunaan filter buatan di belakang atau dibawah wadah gabion sangat penting un
tuk mencegah pergerakan tanah menuju gabion. Pergerakan (pergeseran) tanah melal
ui wadah dapat menyebabkan penggerusan ke bawah terhadap struktur tanah dan dapa
t menyebabkan gabion mengalami keruntuhan.
8.3.1.2.3 Pertimbangan Utama dalam Desain
Pertimbangan utama dalam mendesain gabion adalah kecepatan yang terjadi pada per
mukaan gabion. Gabion harus didesain agar dapat menahan gaya air dalam aliran.
Karena matras gabion terletak dangkal dan mudah untuk bergerak, maka perlu diper
hatikan dalam mendesain matras sehingga matras dapat menahan gaya
By : Salmani, MS, MT.
Page 14

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


akibat air. Tetapi, matras telah digunakan pada saluran dengan aliran berkecepat
an tinggi dan tidak terjadi apapun pada matras. Namun proyek konstruksi yang mem
akai matras untuk gabion tetap harus menaruh perhatian.
Ukuran batuan yang digunakan untuk matras gabion dapat ditentukan dari persamaan
sebagai berikut :
0,5 2 , 50
Dm
S f CS Cv d
s
w w
v gdK1
R W
(8.21)
Cv
dimana : CS Cv
1,283 0 ,2 log
(8.22)
= koefisien stabilitas (digunakan 0,1) = koefisien distribusi kecepatan :
Cv minimum = 1 Cv Dm d g K1 R Sf v W
s w
= 1,25 pada ujung dike dan saluran dari beton. = diameter batuan rata-rata = ked
alaman aliran lokal = percepatan gravitasi = faktor koreksi kemiringan samping =
Radius tikungan saluran utama terhadap centerline. = faktor keamanan (minimum 1
,1) = kecepatan rata-rata kedalaman = lebar permukaan air dari saluran utama = b
erat jenis batu = berat jenis air.
Dimana K1 ditentukan dari tabel dibawah ini.
By : Salmani, MS, MT.
Page 15

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Table 8-5 Koefisien K1 Kemiringan Tebing 1V : 1H 1V : 1,5H 1V : 2H 1V : 3H < 1V
: 4H K1 0,46 0,71 0,88 0,8 1,0
Persamaan diatas dikembangkan untuk mendesain ukuran batuan untuk menahan perger
akan batuan pengisi pada matras. Hal ini dapat mengurangi deformasi yang dapat t
erjadi ketika ukuran batuan tidak terlalu besar untuk menahan gaya dari air. Has
il dari deformasi matras adalah tegangan pada wadah dan meningkatkan ketahanan p
ada aliran dan dapat menyebabkan keruntuhan pada wadah.
Stabilitas gabion terhadap tegangan geser sangat penting. persamaan tegangan ges
er untuk dasar saluran :
b w
Berikut ini
xS xd
(8.23)
dengan tegangan geser pada tebing ( m) merupakan 75 persen dari tegangan geser d
asar saluran. Nilai ini akan dibandingkan dengan tegangan geser kritis untuk das
ar saluran, yaitu :
c
0 ,1(
s
w
)dm
(8.24)
dan tegangan geser kritis untuk tebing adalah
s c
1 Sin 2 0 ,4304
adalah sudut tebing dari bidang horisontal.
b
(8.25)
dimana
Sebuah desain akan diterima bila
<
c
dan
m
<
s.

Kalau
b
b m
>
c
atau
m
>
s,
harus diperiksa apakah mereka melebihi 120 dari kurang dari 120 dari
b
dan
. Kalau nilainya
dan
m,,
maka gabion tidak dapat menahan deformasi
yang telah disebutkan sebelumnya. Bagaimanapun juga, direkomendasikan ukuran bat
uan harus diperbesar untuk membatasi deformasi.
By : Salmani, MS, MT.
Page 16

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Penelitian telah menunjukkan bahwa batuan didalam matras gabion sebaiknya mempun
yai besar diameter tidak lebih dari dua kali diameter batuan yang paling kecil d
an kedalaman matras sebaiknya minimal dua kali dari ukuran batuan terbesar. Pemi
lihan yang paling mudah adalah pilih batuan lalu pilih kedalaman wadah minimal d
ua kali ukuran batuan yang terbesar.
8.3.1.2.4 Stabilitas tanah dasar dan material tebing
Hal lain yang harus diperhatikan dalam desain gabion adalah stabilitas pondasi g
abion. Hal ini menyangkut stabilitas geoteknik dan ketahanan tanah di bawah gabi
on terhadap gaya erosi akibat pergerakan air melalui gabion. Disarankan mengguna
kan cerucuk dengan diamter 15 cm dan panjang 4 m.
Gabion dengan wadah tetap yang digunakan untuk stabilitas tebing harus ditempatk
an miring 6 derajat dari arah vertikal tanah dengan keadaan berundakundak ke ara
h luar tanah dasar. Bila permukaan gabion datar yang ke arah aliran air, maka un
dakan harus ditempatkan di belakang gabion (tanah dasar).
Salah satu faktor yang menentukan dalam stabilitas adalah kecepatan air yang mel
alui gabion dan mencapai tanah di belakang gabion. Kecepatan air yang bergerak m
elewati gabion dan filter diperkirakan
vb
1 Dm nf 2
2/3
S1 / 2
(8.26)
Kecepatan batas untuk masing-masing tanah berbeda. Batas untuk tanah kohesif did
apat dari grafik, dan kecepatan ijin maksimum untuk jenis tanah yang lain adalah
ve, kecepatan ijin maksimum pada permukaan tanah, dan dibandingkan dengan vf, k
ecepatan residu di dasar contohnya dibawah matras atau filter buatan. ve untuk t
anah halus sama dengan 16,1d1/2 dan vf adalah
vf
1
f
Dm 2
2/3
S .Va1 / 2
(8.27)
Kalau vf lebih besar dua sampai empat kali lebih besar dari ve, filter kerikil d
iperlukan untuk mengurangi kecepatan air pada permukaan gabion sampai kecepatan
mencapai batas tertentu.
By : Salmani, MS, MT.
Page 17

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Untuk memeriksa filter dapat dipakai gunakan ukuran rata-rata kerikil filter dm
untuk persamaan 6. Kalau kecepatan Vf masih telalu tinggi, ukuran kerikil
8.3.1.2.5 Prosedur desain gabion
Prosedur perencanaan gabion dapat dilihat pada flowchart sebagai berikut :
MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melinta
ng 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar
s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan Faktor koreksi kemiringan sa
mping k1 Tentukan ukuran batu bronjongan (gabion) dm
Cek terhadap geser ?
Ya
Tidak
Cek lapisan dasar dan material tebing ?
Ya
Tidak
Membutuhkan f ilter dan Tentukan ukuran f ilter
Cek Stabilitas struktur gabion (bronjongan) Gambar 8-24. ? Flow chart
perencanaan gabion
Langkah 1 : Penentuan Parameter Hidraulis
SELESAI Berdasarkan data hidraulis dan geometrik saluran, dengan menggunakan
persamaan Manning (kalau tidak data, koefisien Manning dapat diambil n = 0,025)
diperoleh kecepatan aliran (v) dan kedalaman rata-rata . Langkah 2 : Penentuan F
aktor Koreksi Kemiringan Samping ( K1)
By : Salmani, MS, MT.
Page 18

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


K1 ditentukan dari tabel 8-5 diatas (hubungan antara K1 dan kemiringan tebing).
Langkah 3 : Penentuan Ukuran Batu Gabion Untuk mendapatkan ukuran batu tengah da
ri gabion dapat ditentukan berdasarkan persamaan :
0,5 2 , 50
Dm
S f CS Cv d
s
w w
v gdK1
dimana : CS Cv = koefisien stabilitas (digunakan 0,1) = koefisien distribusi kec
epatan :
Cv
1,283 0 ,2 log
R W
Cv minimum = 1 Cv dm d g K1 R Sf v W
s
= 1,25 pada ujung dike dan saluran dari beton. = diameter batuan rata-rata (m) =
kedalaman aliran local (m) = percepatan gravitasi (9.81 m/dt2) = faktor koreksi
kemiringan samping = Radius tikungan saluran utama terhadap centreline (m) = fa
ktor keamanan (minimum 1,1) = kecepatan rata-rata kedalaman (m/dt) = lebar permu
kaan air dari saluran utama (m) = berat jenis batu (kg/m3) = berat jenis air (kg
/m3)
w
Langkah 4 : Kontrol Terhadap Geser Untuk menghindari kerusakan struktur gabion,
maka perlu diperhitungkan gaya geser yang terjadi akibat aliran. Tegangan geser
pada dasar saluran dapat dihitung dengan rumus :
By : Salmani, MS, MT.
Page 19

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


b w
xS xd
dimana : S = kemiringan permukaan air atau dasar saluran. Sedangkan tegangan ges
er yang terjadi pada tebing digunakan rumus :
m
0 ,75
b
Untuk tegangan geser kritis pada dasar saluran dihitung dengan persamaan :
c
0,1(
s
w
) Dm
Adapun pada tebingnya digunakan rumus :
s
c
1 Sin 2 0 ,4304
dimana
= sudut rotasi tebing terhadap horizontal.
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing salura
n diperoleh : Pada dasar saluran ; Pada tebing saluran ;
b
< <
c
(ok)
s
m
(ok)
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat oleh kon
truksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.
Langkah 5 : Stabilitas Lapisan Dasar dan Material Tebing Untuk menghitung stabil
itas lapisan dasar dan material tebing sangat tergantung pada stabilitas pondasi
gabion. Kondisi ini meliputi stabilitas geoteknik dan tahanan tanah di bawah ko
nstruksi gabion terhadap gaya erosi. Salah satu faktor paling kritis dalam penen

tuan stabilitas ini adalah kecepatan yang melewati gabion dan ruas tanah dibelak
ang gabion. Kecepatan aliran di bawah filter yang dibuat yaitu air yang bergerak
melalui gabion dan lapisan filter,
By : Salmani, MS, MT.
Page 20

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


diestimasikan 1/2 sampai dengan 1/4 kecepatan pada matres gabion dan interfase f
ilter. Menurut Simons, Chen, dan Swanson (1984); kecepatan pada matras gabion (v
b) adalah :
vb
dimana :
1 nf
Dm 2
2/3
S1 / 2
SI .
vb = kecepatan aliran pada matras (m/dt) nf = 0,02 untuk filter yang dibuat ( si
ntetis ) = 0,022 untuk material filter dari krikil (gravel) S = kemiringan permu
kaan air atau dasar.
Batasan kecepatan yang diizinkan untuk tanah kohesif ditentukan dari grafik, sed
angkan kecepatan maksimum untuk tipe-tipe tanah yang lain ditentukan dengan meng
hitung ve, yaitu kecepatan maksimum yang terjadi pada interfase tanah. Hasilnya
dibandingkan terhadap vf, yaitu kecepatan pada dasar di bawah matras gabion dan
filter yang dibuat. Adapun persamaan ve untuk tanah gembur adalah : ve = 16,1 d1
/2 Sedangkan untuk vf menggunakan rumus :
vf
dimana : va Dm
1
dm 2 f
2/3
/2 S. v1 a
,
= kecepatan rata-rata saluran (m/dt) = diameter batuan rata-rata (m)
Jika vf > (2-4) ve, maka filter dari kerikil diperlukan untuk mengurangi kecepat
an aliran pada interfase tanah di bawah kontruksi gabion. Kegunaan filter keriki
l ini
By : Salmani, MS, MT.
Page 21

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


adalah untuk mendapatkan kecepatan vf sedemikian rupa tidak membahayakan lapisan
dasar. Langkah 4 : Perhitungan stabilitas struktur gabion Kestabilan struktur g
abion harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungan
nya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.3.1.2.6 Spesifikasi Material
1) Penjelasan Penting untuk meletakkan dengan baik gabion (bronjongan) pada dasa
r dan sisi slope dari saluran atau seperti yang diarahkan oleh engineer untuk me
ndapatkan hasil yang baik. Gabion (bronjongan) terdiri dari anyaman berbentuk ke
ranjang (basket) yang terbuat dari kawat, diisi oleh batuan, saling dihubungkan,
dan dipasang anchor ke slope-nya. Detail konstruksi tergantung dari kegunaannya
, seperti untuk revetment atau untuk toe protection untuk tipe lain dari riprap.
2) Material 1. Rock Batuan yang digunakan untuk mengisi harus bergradasi baik da
n 70% dari beratnya tidak boleh melebihi dari dimensi terkecil kawat. Ukuran mak
simum batu diukur normal ke slope dan tidak melebihi ketebalan mattress. 2. Wire
enclosure Kawat yang digunakan untuk mattress atau unit blok haruslah berukuran
dan berdimensi seperti rencana. 3. Lacing wire (kawat pengikat) Kawat pengikat
berukuran No 9 gage galvanized atau telah ditentukan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 22

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


3) Syarat-Syarat Konstruksi Syarat-syarat konnstruksi dapat dilihat pada Section
7.1.3. Bagian dari wire enclosure dapat dibuat dengan menggunakan tangan atau m
esin. Serta diletakkan, diikat, dan diisi untuk memenuhi syarat
keseragaman, kerapatan, dan lapisan perlindungan pada daerah yang diinginkan.
Bagian sisi keliling dari wire enclosed haruslah aman tersambung sehingga sambun
gan tersebut menghampiri nilai kekuatan pada kawat tersebut. Serta terikat denga
n lainnya dengan interval 0,31 m untuk membentuk structure). struktur sambungan
terus (continuous connected
Mattress pada sisi slope saluran mesti terikat pada bank dengan anchor stake sed
alam 1,2 m untuk tanah padat (lempung) dan 1,8 m untuk tanah longgar (pasir). An
chor stake dipasang pada sisi dalam sudut dari diafragma basket sepanjang upslop
e (tertinggi) dinding basket, maka stake akan menjadi satu kesatuan. Jarak maksi
mum setiap stake tergantung pada konfigurasi basket dengan jarak minimum setiap
1,8 untuk slope 1V : 2,5H dan lebih curam, dan setiap 2,7 m untuk slope kurang d
ari 1V : 2,5H. Counterfort dapat digunakan untuk tambahan pada slope mattress. S
take slope mattres dibutuhkan meskipun counterfort digunakan atau tidak.
8.3.1.2.7 Contoh perencanaan gabion
Suatu konstruksi jalan disepanjang tikungan saluran mengalami keruntuhan/erosi a
kibat aliran yang terjadi pada saluran tersebut. Untuk mengatasi hal ini, perlu
direncanakan perkuatan tebing sehingga bahaya keruntuhan/erosi dapat teratasi. S
aluran tersebut mengalirkan debit 125,50 m3 dengan lebar dasar 25 meter, kemirin
gan tebing 1:1, serta kemiringan dasar 1 : 1000. Sketsa kondisi kasus dapat dili
hat pada gambar di bawah gambar 8-25. Untuk mengatasi masalah tersebut, rencanak
an tipe revetment dari gabion.
By : Salmani, MS, MT.
Page 23

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-25. Kasus gerusan pada sungai dengan menggunakan pengaman Gabion Penyel
esaian: Langkah 1 : Penentuan Parameter Hidraulis Berdasarkan data hidraulis dan
geometrik saluran, dengan menggunakan persamaan Manning (koefisien Manning diam
bil n = 0,025) diperoleh kecepatan aliran (v) 2m/dt dan kedalaman rata-rata 2,3
m. Langkah 2 : Penentuan Faktor Koreksi Kemiringan Samping ( K1) Berdasarkan kem
iringan tebing saluran yang akan diperkuat yaitu IV : 1H, dengan menggunakan tab
el 1 diperoleh K1 = 0,46. Langkah 3 : Penentuan Ukuran Batu Gabion Untuk mendapa
tkan ukuran batu tengah dari gabion dapat ditentukan berdasarkan persamaan yang
telah disebutkan di atas. Dalam contoh soal ini :
s
= 2,2 t/m3
By : Salmani, MS, MT.
Page 24

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


w
= 1 t/m3 = 1,5 = 9,81 m/dt2 = B + 2 x h = 25 + 4,6 = 29,6 m.
Sf g W
Gunakan persamaan 8.22:
Cv
1,283 0 ,2 log
R W 150 W 29 ,6
1,283 0 ,2 log
Cv = 1,14
Berdasarkan
parameter
yang
telah
diketahui
tersebut,
maka
dengan
menggunakan persamaan 8.21 diperoleh :
Dm 1,5 x(0,1) x(1,14) x(2,3)
Dm = 0,095 m. Dm 10 cm
1 2,2 1
0,5
25
2,0 9,81x 2,3x0,46
Langkah 4 : Kontrol Terhadap Geser Untuk menghindari kerusakan struktur gabion,
maka perlu diperhitungkan gaya geser yang terjadi akibat aliran. Gunakan pers. 8
.23
b
1000 x 0 ,001 x 2,3
2,3 kg
m2
Sehinggga diperoleh tegangan geser pada tebing (pers. 8.24) :

m
0 ,75 x 2,3 1,73 kg
m2
Sedangkan tegangan geser kritis pada dasar :
By : Salmani, MS, MT.
Page 25

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


c
0 ,1( 2200 1000 ) 0 ,10
12 kg
m 2.
Dengan mengambil 8.25) :
= 10 maka, tegangan geser pada tebing diperoleh (pers.
s
11,4
1
Sin 2 10 0 0 ,4304
s
= 10,99 kg/m2
Dari hasil perhitungan tegangan geser, baik pada dasar maupun pada tebing salura
n diperoleh : Pada dasar saluran ; Pada tebing saluran ;
b
< <
c
(ok)
s
m
(ok)
Dengan demikian baik pada dasar maupun tebing, saluran dengan diperkuat oleh kon
truksi gabion aman terhadap gaya geser yang terjadi.
Langkah 5 : Stabilitas Lapisan Dasar dan Material Tebing Berdasarkan prosedur de
sain di atas dan dari perhitungan pada langkah sebelumnya diperoleh : Dm = 0,1 m
. Dengan demikian untuk filter sintetis diperoleh :
vb
vb
1 0,1 0,02 2
2/3
(0,001)1 / 2 .
0,22 m / dt.
Sedangkan bila lapisan filter kerikil yang digunakan, vb diperoleh :

vb
vb
1 0,1 0,022 2
0,20 m / dt.
2/3
(0,001)1 / 2
By : Salmani, MS, MT.
Page 26

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Kecepatan maksimum pada interface tanah :
ve
16,1(2,3)1 / 2
= 24,42 cm/dt = 0,244 m/dt
Kecepatan residu pada dasar :
vf
1 0,1 2 / 3 ( ) (0,001)( 2)1 / 2 0,02 2
vf
9,6x10 3 m / dt
Dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan : vf < (2 - 4) ve, maka filter dari
krikil tidak diperlukan. Berdasarkan harga vb, maka kecepatan aliran di bawah la
pisan filter sintetis : vu = (0,05 - 0,11) m/dt Dikarenakan kecepatan di bawah l
apisan sintetis sangat kecil, maka
kemungkinan terjadinya kerusakan lapisan dasar sangat kecil. Dari semua perhitun
gan tersebut di atas, saluran yang telah diperkuat tebingnya dengan gabion dapat
dilihat pada gambar 8-26.
By : Salmani, MS, MT.
Page 27

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-26. Rencana Gabion Langkah 6 : Perhitungan stabilitas struktur gabion K
estabilan struktur gabion harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukun
g Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
8.3.2 Jenis Kaku (Rigid Revetment)
8.3.2.1 Dinding Penahan Tanah (Retaining Wall)
8.3.2.1.1 Deskripsi
Dinding penahan tanah adalah dinding pengaman gerusan yang terbuat dari pasangan
batu kali dengan campuran semen atau beton. Dinding pengaman ini bersifat tetap
.
By : Salmani, MS, MT.
Page 28

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


8.3.2.1.2 Dasar-Dasar Desain
Jenis-jenis dinding penahan tanah (retaining wall) adalah gravity wall, semigrav
ity wall dan cantilever wall. Gravity Wall adalah dinding penahan tanah dengan m
engandalkan gaya gravitasi sebagai gaya penahan beban. Dinding ini tidak terdapa
t tegangan tarik. Semi-gravity Walls memerlukan baja untuk mengurangi massa beto
n. Cantilever Wall berbentuk dinding T dan bertindak sebagai kantilever. Biasany
a terbuat dari beton bertulang.
Dalam mendesain dinding pengaman tipe ini, yang harus diperhatikan adalah stabil
itas dinding. Dinding harus stabil terhadap gaya guling (overturning), gaya geli
ncir (sliding) dan daya dukung.
1) Gaya Guling Gaya guling dapat menyebabkan dinding penahan tanah terguling apa
bila tidak dapat menahan gaya akibat beban. Beban yang dapat menyebabkan dinding
penahan tanah ini terguling adalah tekanan tanah horizontal. Sedangkan yang men
ahan agar dinding tidak terguling adalah gaya berat, tekanan aktif dan berat tan
ah timbunan. Agar lebih jelas dapat melihat gambar pada contoh perencanaan dindi
ng penahan tanah.
Kestabilan dinding penahan tanah adalah perbandingan antara jumlah gaya yang mem
buat dengan gaya penahan guling. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berik
ut :
SF
Mr Mo
(8.28)
dimana: Mr : momen yang menahan dinding agar tidak guling Mo : momen yang membua
t dinding terguling. 2) Gaya Gelincir (Sliding) Gaya gelincir dapat menyebabkan
dinding penahan tanah tergelincir hingga jatuh. Gaya gelincir ditentukan oleh te
kanan tanah horizontal akibat tanah di
By : Salmani, MS, MT.
Page 29

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


belakang dinding. Sedangkan gaya tahannya adalah berat dinding dan tekanan pasif
.
Dinding dapat dikatakan aman apabila angka keamanan melebihi yang disayaratkan.
Angka keamanan :
SF
Re sisting forces driving
(8.29)
3. Daya Dukung Daya dukung tanah diperlukan untuk menahan beban akibat berat din
ding penahan tanah. Besarnya daya dukung ini dapat dihitung dengan menggunakan p
ersamaan :


V 6e 1 A B
(8.30)
dimana: V = jumlah gaya vertikal yang bekerja A = luas penampang kaki dinding e
= eksentrisitas yang dihitung dengan V . x
M dan
(8.30a)
e
B 2
X.
B = lebar dinding pengaman.
By : Salmani, MS, MT.
Page 30

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.2.1.3 Prosedur Desain


Prosedur desaindapat dilihat pada flowchart sebagai berikut :
MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melinta
ng 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar
s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan jenis dan dimensi retaining
w all
Tentukan kedalaman tapak dan pondasi
Cek stabilitas ?
Ya
Tidak
Tentukan jenis dan ukuran pengaman kaki
SELESAI
Gambar 8-27. Flow chart perencanaan retaining wall
Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas saluran Langkah ini akan m
endapatkan nilai-nilai parameter hidraulis yang digunakan untuk perhitungan dind
ing penahan tanah. Penentuan nilai parameter ini melalui catatan-catatan hidraul
is yang ada maupun survei di lapangan.
By : Salmani, MS, MT.
Page 31

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk salura
n/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan Manning (koefisien
Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran dan kecepatan rata-rata. Langkah
2 : Penentuan tipe Retaining Wall (dinding penahan tanah) Tentukan bentuk dan je
nis retaining wall yang akan digunakan. Tentukan juga dimensi dari retaining wal
l. Apabila bentuk retaining wall ini tidak dapat memenuhi persyaratan kekuatan,
maka ukuran dimensinya dapat diubah sehingga diperoleh hasil yang kuat dan ekono
mis. Langkah 3 : Penentuan tapak pondasi berdasarkan gerusan dasar yang terjadi
Menurut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dapat ditulis :
hs h1
dimana:
a 1,1 h1
0 , 40
Fr0,33
(8.31)
h1 : kedalaman di hilir hs : kedalaman penggerusan Fr : bilangan froude. Langkah
4 : Perhitungan Stabilitas Retaining Wall Dari desain awal pada langkah 2 telah
dibuat bentuk awal dari retaining wall, maka akan dihitung stabilitasnya. Bila
tidak stabil, maka kembali ke langkah 2. a. Guling (overturning) Yang mempengaru
hi gaya guling secara keseluruhan adalah sebagai berikut :. Tekanan tanah aktif;
Pa
1 / 2 H 2 Ka
(8.32)
Tekanan tanah horizontal; Ph = Pa cos (8.33)
By : Salmani, MS, MT.
Page 32

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Tekanan tanah vertikal; Pv = Pa sin Berat tanah timbun; W = jumlah berat tanah y
ang menimbun retaining wall Kemudian hitung momen guling Momen guling (Ph) = Jum
lah gaya terjadi pada retaining wall x jarak antara titik acuan guling dengan re
sultan (jumlah gaya yang terjadi). Angka keamanan guling (8.34)
SF
Mr Mo
Bila SF > SFpersyaratan, maka retaining wall aman b. Gelincir (Sliding) Koefisie
n geser;
f
tan
2 3
(8.35)
Gaya geser;
FR
V .f
(8.36)
Tekanan tanah pasif; Menurut Bowles (1968), Kp diperoleh dari hubungan kemiringa
n tanah timbun ( ).
Pp
1
2
f
H 2 kp
(8.37)
Angka keaman untuk gelincir dengan persamaan (8.29)
c. Perhitungan Titik Resultan Tapak Dinding (location of the resultant on the fo
oting) Untuk menentukan lokasi (titik) ini dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut.
V .x
M
Page 33
By : Salmani, MS, MT.

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


dengan: V : jumlah gaya vertikal yang bekerja M : selisih momen tahanan dengan m
omen guling Titik eksentrisitas dihitung dengan rumus (8.30a) d. Daya Dukung Unt
ukl menguji daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka dihitung denga
n persamaan 8.30.
Langkah 5 : Penguatan kaki struktur Agar kaki struktur aman terhadap gerusan mak
a perlu digunakan perkuatan kaki (Toe Apron) pada struktur retaining wall. Bahan
nya bisa digunakan dari uarrystone atau riprap. Perencanaan riprap dapat diliha
t pada detail perhitungan riprap. Bila digunakan uarrystone, maka parameter yan
g dihitung adalah seperti berikut ini. Lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung : Bt
= 2H, Bila digunakan dari uarrystone ; (8.38)
Wmin
H3 ; NS 3 NS ( SG 1 )3
a
1,8.
(8.39)
8.3.2.1.4 Spesifikasi Material
Material yang digunakan tergantung dari jenis retaining wall yang digunakan. Mat
erial yang biasa digunakan untuk retaining wall adalah pasangan batu kali yang d
irekatkan dengan semen maupun beton bertulang.
8.3.2.1.5 Contoh Perencanaan retaining wall
By : Salmani, MS, MT.
Page 34

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Pengamanan tebing saluran/sungai yang sekaligus merupakan bagian dari badan jala
n dapat ditempuh dengan beberapa cara, antara lain dengan menggunakan retaining
wall. Dalam contoh ini tinggi tebing yang harus diamankan 3,50 m.
3
Sedangkan catatan debit untuk saluran/sungai tersebut
sebesar 40.81 m /dt, dan lebar dasar 25 m. Kemiringan tebing saluran mendekati 1
V:1H, dan kemiringan dasar saluran sekitar 0.0001. Data lain adalah: Sudut geser
tanah ( ) = 360 Berat jenis tanah dasar ( a) = 2200 kg/m3 Berat jenis tanah tim
bun ( f) = 2100 kg/m3 Daya dukung tanah izin (a) = 3,2 kg/cm2
Rencanakan retaining wall, agar tebing saluran (sekaligus menjadi tebing jalan)
aman terhadap keruntuhan/gerusan. Penyelesaian: Langkah 1 : Perhitungan paramete
r hidraulik/kapasitas saluran Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan
dasar dan tebing untuk saluran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan
persamaan Manning (koefisien Manning diambil 0.025) diperoleh tinggi aliran 2,3
0 m dan kecepatan rata-rata 0,65 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (3,50 m) ya
ng akan diamankan, secara hidrolis lebih dari cukup untuk menampung/mengalirkan
debit aliran yang ada. Langkah 2 : Penentuan tipe Retaining Wall (dinding penaha
n tanah) Retaining wall direncanakan untuk tipe gravitasi. Adapun bentuk dan dim
ensi retaining wall yang akan digunakan seperti gambar 8-28. Dari gambar di atas
dapat ditulis : H a1 b C = 5 m. = H/12 = 5/12 = 0,6 x 5 = 3 m. = H/7 = 5/7 0,70
m. 0,40 m.
By : Salmani, MS, MT.
Page 35

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


D d1 = C = 0,70 m = d2 = 0,40 m.
d3 a
= 0,70 - 0,40 = 0,30 m = 3,2 kg/cm2
Gambar 8-28. Desain Retaining Wall
Langkah 3 : Penentuan tapak pondasi berdasarkan gerusan dasar yang terjadi Menur
ut Liu, formula untuk perhitungan gerusan dapat ditulis :
By : Salmani, MS, MT.
Page 36

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


hs h1 a 1,1 h1
0 , 40
Fr0,33
disini a diambil 6 meter, dan kecepatan aliran 0,65 m/dt (dari langkah 1)
Fr 1
0 ,65 9 ,81( 2 ,3 )
6 1,1 2,3
0, 4
0 ,14
hS 2,3
0,14
0,3
hS = 0,84 m Berdasarkan kedalam gerusan yang terjadi, maka tapak pondasi retaini
ng wall direncanakan sedalam 1,5 meter. Langkah 4 : Perhitungan Stabilitas Retai
ning Wall Untuk kemiringan tanah timbun ( ) diambil 100 terhadap horizontal. a.
Guling (overturning) Dari tabel 6.3 (Bowles, 1968) untuk ( ) = 100 dan ( ) = 360
diperoleh Ka = 0,316. Tekanan tanah aktif;
Pa
1 / 2 H 2 Ka
1 (2,1)(5) 2 .0,316 8,295 t / m 2 2
8 ,169 t / m 2
Tekanan tanah tanah horizontal;
Ph
8 ,295 Cos 10 0
Tekanan tanah vertikal;
Pv
8 ,295 Sin 10 10
1,44 t / m 2
Berat tanah timbun;
W
( 4 ,3 0 ,9 )
1,15 ( 2 ,10 ) 6 ,28 t 2
Tabel 8-6. Perhitungan Stabilitas dinding No 1. Berat (t) 1/2 (0,42)(4,3)(2,2) =
1,99 lengan (m) 1,11 momen (t/m) 2,21

By : Salmani, MS, MT.


Page 37

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


2. 3. 4. 5. (0,40)(4,3)(2,2) = 3,78 1,45 1,83 2,22 1,50 5,48 9,96 13,94 6,93 2,4
2 V = 23,55 42,01
1,15( 4 ,3 ) ( 2 ,2 ) 2
tanah 3x0,7(2,2) Pv
5 ,44
= 6,280 4,62 = 1,440 3,49
Momen guling (Ph) = (8,169) x (2,13) = 17,40 t/m Angka keamanan guling (SF) =
42,01 17 ,40
2 ,41 1,5 ( ok )
b. Gelincir (Sliding) Koefisien geser;
f
tan
2 3
tan 2 ( 36 0 ) 0 ,444 3
Gaya geser;
FR
V .f
FR = 23,55 (0,444) = 10,36 t Tekanan tanah pasif; Menurut tabel 6.2 (Bowles, 196
8) untuk ( ) = 100 diperoleh Kp = 3,25.
Pp
1
2
f
H 2 kp
1 (2,1)(1,5) 2 (3,25) 2
7,68 t
Angka keamanan untuk gelincir;
FS
10 ,36 7,68 8,169
2,21 1,5 (ok )
By : Salmani, MS, MT.

Page 38

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


c. Perhitungan Titik Resultan Tapak Dinding (location of the resultant on the fo
oting) Untuk menentukan lokasi (titik) ini dapat dihitung berdasarkan persamaan
berikut.
V .x
dimana:
M
V : jumlah gaya vertikal yang bekerja M : selisih momen tahanan dengan momen gul
ing
X
42,01 17 ,40 23,55
1,04m.
e
B 2
X
3 1,04 2
0 ,46 m.
Berarti titik berat berada pada pusat massa (ok). d. Daya Dukung Untukl menguji
daya dukung yang dapat ditahan oleh tanah dasar, maka dihitung:


V 6e 1 A B

max
23,55 6(0,46) 1 3.1 3
1,507 kg / cm 2
15,07 t / m 2
ok
3,2kg / cm 2

 m in
23,55 (0,08 ) 3 .1
0,63 t / m 2
By : Salmani, MS, MT.
Page 39

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Retaining wall cukup aman, baik terhadap guling, geser dan daya dukung pondasi.
Namun sebaliknya pondasi diperkuat dengan pemasangan cerucuk dengan diameter 15
cm dan panjang 4 m.
Langkah 5 : Pengaman kaki dari bahaya gerusan Untuk aman terhadap gerusan pada k
aki retaining wall, maka perlu digunakan penguat pada struktur tersebut. Tipe pe
nguat ini dapat digunakan dari riprap (rock riprap) atau uarry stone.
Penentuan ukuran rock riprap Ukuran rock riprap dapat dihitung dengan rumus;
D50 y
dimana;
K Ss
V2 1 gy
K = 0,89, karena tipe retaining wall berupa spill through Ss = 2,65
g
9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
D50 2.3
0.89 (0.65) 2 2.65 1 9.81x 2.3
D50 = 0,024 m. Diambil D50 = 3 cm. Perhitungan detailnya dapat dilihat pada cont
oh perhitungan riprap. Penentuan ukuran uarrystone Bila digunakan uarrystone,
maka lebar Toe Apron (Bt), dapat dihitung : Bt = 2H, Bt = 2 x 2,30 m = 4,60m. Be
rat uarrystone ;
Wmin
H3 ; NS 3 NS ( SG 1 )3
a
1,8.
By : Salmani, MS, MT.
Page 40

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


2 ,65( 2 ,3 )3 ( 1,8 )3 ( 2 ,65 1 )3
= 1,23 ton
8.3.2.2 Tiang pancang (Sheet Pile)
8.3.2.2.1 Deskripsi
Sheet pile merupakan salah satu jenis retaining wall. Sheet pile terbuat dari ba
ja, beton, kayu atau sheet pile dari plastik yang saling berhubungan satu sama l
ainnya membentuk dinding yang kontinu sepanjang tebing saluran.
8.3.2.2.2 Dasar-Dasar Desain
Dalam mendesain sheet pile perlu diperhatikan adalah kedalaman sheet pile dan je
nis tanah. Kedalaman sheet pile menentukan kekuatan dari sheet pile tersebut. Ke
kuatan dari sheet pile berada pada ujungnya dan gesekan pada selimut sheet pile.
Jenis tanah juga menentukan kekuatan sheet pile. Tanah kohesif dan nonkohesif a
kan berbeda dalam menentukan kekuatan sheet pile.
Kedalaman sheet pile dapat dinyatakan dengan persamaan matematis sebagai berikut
:
Y
4
pp
'
K'
Y
3
8Ra Y2 ' ' K
6Ra
'
K'
2
2y K
'
'
p
' p
Y
6Ra yp 'p
'
2 4Ra 2

K'
0
(8.40)
sehingga dapat diperoleh y , dimana y adalah kedalaman sheet pile. Parameter yan
g digunakan dalam penentuan kedalaman sheet pile adalah
pa
pa
p a1
h1 K a
p a 2 ( Tekanan tanah aktif)
' ' h2 K a
(8.40a) (8.40b)
Ra
p a1
h1 2
p a1 h2
pa 2
h2 2
pa
a (Resultan gaya) 2
(8.40c)
By : Salmani, MS, MT.
Page 41

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


K = Kp Ka (Koefisien tanah) (8.40d)
p 'p
h1 K p
h2
a
'
' Kp
'
' (Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan aKa
sheet pile).
(8.40e)
Untuk lebih jelasnya, dapat melihat gambar pada contoh perencanaan.
8.3.2.2.3 Langkah-Langkah Desain
Langkah-langkah desain dari sheet pile dapat dilihat pada flow chart sebagai ber
ikut.
By : Salmani, MS, MT.
Page 42

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melinta
ng 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar
s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Sketsa Kondisi tipe turap (sheet pile
)
Tentukan koefisien tanah aktif dan pasif
Tentukan kedalaman sheet pile (D=y+a)
Cek kedalaman turap ?
Tidak
Ya
Tentukan kedalaman gerusan pada kaki
Tentukan ukuran batu untuk perlidungan kaki
SELESAI
Gambar 8-29 Flow Chart Langkah Desain Sheet Pile
By : Salmani, MS, MT.
Page 43

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.2.2.4 Contoh perencanaan sheet pile
Selain dengan retaining wall, pengamanan tebing saluran/sungai (bagian dari bada
n jalan) dapat juga dilakukan dengan menggunakan turap (sheet pile). Dalam conto
h ini tinggi tebing yang harus diamankan 6,0 meter. Sedangkan catatan debit untu
k saluran/sungai tersebut sebesar 91 m3/dt, dan lebar dasar 40 m. Tebing saluran
mendekati tegak lurus, dan kemiringan dasar saluran sekitar 0,0001. Data lain a
dalah: Sudut geser tanah ( ) = 300 Berat jenis tanah ( ) = 1950 kg/m3 Berat jeni
s tanah terendam ( ) = 1060 kg/m3
Rencanakan struktur turap, agar tebing saluran aman terhadap keruntuhan maupun g
erusan. Penyelesaian: Langkah 1 : Perhitungan parameter hidraulik/kapasitas salu
ran Berdasarkan catatan debit, lebar dasar, kemiringan dasar dan tebing untuk sa
luran/sungai tersebut di atas, maka dengan menggunakan persamaan Manning (koefis
ien Manning diambil 0,025) diperoleh tinggi aliran mendekati 3,0 m dan kecepatan
rata-rata 0,76 m/dt. Dengan demikian tinggi tebing (6,0 m) yang akan diamankan,
secara hidrolis lebih dari cukup untuk
menampung/mengalirkan debit aliran yang ada. Langkah 2 : Sketsa kondisi tipe she
et pile yang diberikan Sheet pile direncanakan dengan tipe centilever sheet pilli
ng. Adapun bentuk dan dimensi sheet pile yang akan digunakan seperti gambar 8-30.
By : Salmani, MS, MT.
Page 44

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-30. Data dan Rencana Sheet Pile
By : Salmani, MS, MT.
Page 45

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Langkah 3 : Penentuan koefisien tanah aktif dan pasif Dari tabel 6-3 (Bowles, 19
68) untuk ( ) = 00 dan ( ) = 300 diperoleh Ka = Ka = 0,333. Dari tabel 6-4 (Bowle
s, 1968) untuk ( ) = 00 dan ( ) = 300 diperoleh Kp = Kp = 3,0. K = K = Kp Ka = 3,0
0,333 = 2,67
Tekanan tanah aktif;
pa
pa
p a1
h1 K a
pa 2
' ' h2 K a
pa
pa
1948 ,05 1058 ,94
3007 kg / m 2
diperoleh:
a
pa ' K
a 1,06 m
Gaya resultan (Ra);
Ra
Ra
p a1
h1 2
p a1 h2
pa 2
h2 2
pa
a 2
11948 ,345 k / m
Jumlah momen terhadap garis perpotongan sheet pile;
Ra y
y
1 2 pa a ( 3 a) 2
34145 ,06983 11948 ,345

pa 2
h2 a 2
h2 3
pa1h2 a
h2 2
pa1
h1 a h2 2
h1 3
y
2,86 m
Tekanan tanah pasif pada titik perpotongan sheet pile;
p 'p p 'p
h1 K p
h2
a
'
' Kp
'
' aKa
30086,6412 k / m2
By : Salmani, MS, MT.
Page 46

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Langkah 4 : Penentuan kedalaman sheet pile (D) Kedalaman sheet pile dari tekanan
tanah pasif;
Y4
'
pp
'
K'
Y3
8Ra Y2 ' ' K
6Ra
'
K'
2
2y 'K '
p 'p
Y
6Ra yp 'p
'
2 4Ra 2
K'
0
K'
2830 ,2 kg / m 3
pp
'
K'
10,63 m
8Ra ' K'
6 Ra
' ' 2
33,77 m 2
2y 'K '
2 4 Ra ' 2
K
p 'p

414,165 m 3
6 Ra yp 'p
'
841,423 m 4
K
diperoleh;
Y4
10 ,63 Y 3
33,77 Y 2
414 ,165 Y
841,423
0
dengan cara coba-coba didapat Y = 6,65 meter. Kontrol:
z
p pY pp
2 Ra p 'p'
dimana;
pp pp
' p 'p
'
' Kp
' Ka Y
18820,83 k / m2
pp
' ' Kp ' Ka Y
' p 'p
48907,47 k / m 2
didapat : z = 1,495 meter.
FH
Ra
pp
' p 'p

z 2
pp
Y 2
FH
4,01 0
ok.
By : Salmani, MS, MT.
Page 47

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Dengan penambahan 30 % (keamanan), maka kedalaman sheet pile yang diperlukan ada
lah:
D 1,30 Y
a
D 1,30 6,65 1,06
D 10 meter
Langkah 5 : Perhitungan gerusan pada kaki sheet pile Sama seperti pada kasus ret
aining wall, persamaan untuk menghitung gerusan pada kaki sheet pile dapat juga
digunakan dari Liu, et al (1961) dan Grill (1972), yaitu:
hs h1
dimana;
a 2.15 h1
0.4
Fr 1
0.33
h1 = 3 m V1 = 0,76 m/det
a
Fr1 =
0.10m
V1 gy1
0.76 9.81 x3
=
= 0.14 Dari persamaan (1) diperoleh;
hs 3
2.15
0.10 3
0.4
(0.14)0.33
hs = 0.86 m.
Langkah 5 : Penentuan ukuran rock riprap Berdasarkan bilangan Froude = 0.14 (< 0
.8), maka ukuran riprap dapat dihitung dengan rumus;
D50 y
dimana;
K Ss
V2 1 gy

K = 1.02, karena sheet pile dianggap dinding vertikal


By : Salmani, MS, MT.
Page 48

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Ss = 2.65
g
9.81m / det 2 , maka dari persamaan (2), diperoleh;
D50 3
1.02 (0.76) 2 2.65 1 9.81x3
D50 = 0.036 m. Diambil D50 = 5 cm. Untuk perhitungan detail tentang rock riprap
dapat dilihat pada contoh perhitungan detail riprap.
Spesifikasi Material Material yang digunakan untuk membuat sheet pile adalah : 1
. Rolled Steel, beton pracetak, kayu atau plastik pile. 2. Dibutuhkan struktur p
engait seperti cantilever. 3. Baja : interlocking, perbedaan berat rolled steel
sheet pile dapat menancapkan ke dalam tanah. Baja material yang paling sering di
gunakan. 4. Kayu : interlocking dengan sendiri ke tepi tanah. Bisa digunakan per
manen untuk dinding yang tingginya sedang sampai tinggi sekali 5. Beton : pracet
ak, pile beton lebih lama umur pelayanannya tetapi harganya mahal. Pile beton le
bih rumit pemasangannya dibandingkan pile baja. Dapat berguna di aliran dengan t
ingkat abrasi yang tinggi dan dimana dinding memikul gaya axial. Plastik : kerap
atan yang tinggi, interloking antar plastik. Biasanya digetarkan ke dalam tanah.
Plastik mempunyai struktur yang lebih rendah daripada material struktur lainnya
.
8.3.3 Bioengineering
Bioengineering
merupakan
jenis
dinding
pengaman
gerusan
dengan
menggunakan tumbuhan atau tanaman. Dinding pengaman jenis ini akan digunakan bil
a daerah tesebut sulit untuk menemukan bahan konstruksi seperti semen dan pasir.
Berikut ini akan diperkenalkan dinding pengaman yang terbuat dari tanaman yang
dapat digunakan dan sesuai dengan keadaan di Indonesia.
By : Salmani, MS, MT.
Page 49

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.3.3.1 Konsep Desain


Penggunaan bioengineering (pengaman dari tanaman) diutamakan untuk mengontrol er
osi, tetapi kadang digunakan untuk hal lain. Perencanaan pengaman bantaran dari
bioengineering harus melibatkan aspek-aspek di sekitar pengaman. Aktivitas di se
kitar pengaman yang mempengaruhi erosi harus diperhatikan. Pemasangan pengaman b
ioengineering di sekitar kawasan yang dilewati sapi adalah usaha yang kurang bai
k karena sapi tersebut akan memakan tanaman bioengineering sesudah dipasang.
Perencanaan bioengineering di sebuah saluran harus dievaluasi sebagai satu kesat
uan sistem. Bagian-bagian dari perencanaan bioengineering terdiri penanganan ker
usakan yang potensial dan aspek ekonomi dan politik. Bagianbagian perencanaan in
i dapat dilihat pada gambar 8-31.
Tentukan masalah akibat dari erosi Tentukan tujuan (dikarenakan masalah erosi) C
ontoh : - Meningkatkan kualitas air - Meningkatkan habitat perikanan
Pertanyaan yang muncul beserta jawabannya menyangkut komponen dari proyek
Politik
Ekonomi
Klimatologi
Kondisi fisik
Kondisi tanah
Kondisi biologi Peralatan dan Material (Bahan)
Rencana Pembangunan Pengadaan Tanaman
Implementasi Proyek
Persiapan Lahan dan Konstruksi
Penanaman
Pengawasan
Pemeliharaan
By : Salmani, MS, MT.
Page 50

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-31 Langkah-Langkah Perencanaan dan Implementasi dari Pekerjaan Bioengin
eering Langkah-langkah diatas dijabarkan berikut ini.
8.3.3.1.1 Penentuan Masalah dan Tujuan
Tujuan yang akan dicapai berdasarkan masalah yang muncul atau masalah yang diper
lukan untuk sebuah proyek. Masalah yang timbul biasanya adalah akibat erosi sepe
rti permasalahan kualitas air, perikanan yang sedikit dan lainnya. Tujuan dari p
royek biasanya ditentukan oleh permasalahan tersebut, tetapi dapat juga dalam pe
nyediaan habitat ikan dan hewan liar, peningkatan kualitas air, perlindungan sum
berdaya alam atau maksud lainnya. Tujuan-tujuan yang akan dicapai tidak hanya di
timbulkan oleh masalah fisik akibat erosi tetapi juga oleh masalah hukum, sepert
i penggusuran lahan di sekitar bantaran saluran. Hal ini akan memerlukan keahlia
n antar disiplin ilmu yang minimal terdiri dari insinyur, hidrologis, peneliti k
ehidupan makhluk hidup dan ekonomi, sosiologi dan hukum.
8.3.3.1.2 Pertanyaan yang muncul beserta jawabannya menyangkut komponen dari pro
yek
Proyek pengendalian erosi di bantaran sungai/saluran mempunyai beberapa komponen
. Setiap komponen dapat memiliki penghambat yang harus
diselesaikan. Komponen-komponen yang berkaitan dengan penghambat adalah saling t
erlepas dan harus diperhatikan. Hal ini akan memunculkan pertanyaanpertanyaan ya
ng harus dijawab. Komponen ini seperti politik, ekonomi, klimatologi, fisik, tan
ah dan komponen biologi. Pertanyaan dan jawaban yang
By : Salmani, MS, MT.
Page 51

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


muncul akan memandu ke dalam rencana pengembangan. Setelah rencana pengembangan
disetujui, pengadaan tanaman dilakukan. Setelah atau
bersamaan dengan pengadaan tanaman, impelementasinya dapat dilakukan. Hal ini ak
an menyangkut peraturan pemerintah yang berlaku dan tekanan dari masyarakat sepe
rti penggunaan tanaman yang berasal dari daerah tersebut. Komponen politik yang
meliputi faktor manusia yang buruk dan jalan kaki yang dibuat dan kendaraan off
road dapat menjadi faktor yang positif dalam perbaikan lingkungan.
Ekonomi merupakan salah satu komponen yang penting untuk proyek pengendalian ero
si. Proyek bioengineering biasanya lebih murah dibandingkan dengan struktur lain
nya. Bagaimanapun juga, variabel ekonomi akan
mempengaruhi keputusan akhir dalam memilih tanaman dan kepadatan tanaman sesuai
dengan pra-desain dan pemeliharaan. Desain dari pengaman tumbuhan (pengaman hija
u)/bioengineering harus meliputi pembiayaan untuk pengawasan dan penanaman dan p
engaturan lokasi untuk mencapai tujuan.
Komponen klimatologi meliputi beberapa aspek seperti hujan, suhu, kelembaban, pe
nyinaran matahari dan lainnya. Klimatologi akan mempengaruhi pemilihan tanaman y
ang akan ditanam dan penanganannya setelah penanaman. Tanaman yang digunakan unt
uk daerah yang mempunyai musim hujan yang tinggi dan kering akan berbeda dengan
daerah yang mempunyai musim kering lebih banyak dibandingkan musim hujan. Kompon
en fisik meliputi parameter proyek seperti kestabilan tanah seperti penurunan ta
nah; suhu dan evapotrasnpirasi, hidrodinamik seperti sumber air permukaan dan ta
nah, frekuensi air, timing, kedalaman dan lainnya;
geomorpologi seperti catatan arus, bentuk, bentuk penampang. Dari parameter fisi
k yang telah disebutkan, hidrologi dan geomorfologi merupakan faktor yang pentin
g. Untuk menentukan tanaman yang digunakan dan jenisnya serta waktu penanamannny
a, seorang perencana harus mengetahui data hidrologi dan geomorfologi dari salur
an. Kalau tidak ada catatan mengenai data kedalaman muka air dari saluran, maka
harus menggunakan tanda-tanda kedalaman di sekitar saluran, pengetahuan penduduk
di sekitar saluran dan data lain yang didapat dari tanaman lokal dan tanah yang
menunjukkan periodisitas banjir.
By : Salmani, MS, MT.
Page 52

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Karakteristik geomorfologi seperti geometri bantaran sangat menentukan dalam des
ain bioengineering. Bantaran yang telah tererosi, curam dan tidak dapat ditanami
harus dibentuk sehingga dapat ditanami. Kemiringan untuk tanah berpasir adalah
30o, sedangkan lempung dapat lebih curam. Kemiringan yang sering digunakan adala
h kurang dari 1 1.2 V : 1 H. Tebing yang curam dimana penggerusan di kaki terjad
i memerlukan perlindungan seperti riprap. Struktur yang khusus digunakan untuk p
enanganan selain drainase kalau geomorfologi turut menyumbang dalam erosi, seper
ti piping atau sadding.
Komponen tanah meliputi parameter tanah seperti tekstur, struktur, kesuburan, da
ya tahan erosi, kandungan kimia dan sebagainya. Tekstur tanah, struktur dan keda
laman mempengaruhi kandungan air di tanah dan perlu diperhatikan ketika menentuk
an tampungan air atau air irigasi selama musim kering. Untuk menjamin kestabilan
bantaran dan perlindungan kaki, maka perlu perbaikan kondisi tanah. Tanah denga
n lapisan humus 10 cm diharapkan. Pemindahan tanah sangat mahal dan harus diperh
atikan untuk keadaan ekonomi. Tanah yang kurang atau tidak sesuai dengan bioengi
neering dapat diperbaiki dengan teknik atau metode perbaikan tanah tergantung da
ri permasalahan yang timbul.
Komponen biologi adalah salah satu komponen penting dan saling terkait dengan ko
mponen lainnya. Termasuk habitat yang diperlukan untuk tanaman dan binatang sert
a rencana yang telah dibuat sehingga menemukan persyaratan yang dibutuhkan untuk
masing-masing komponen. Untuk menggunakan bioengineering yang efektif, perencan
a harus mempelajari dan mengevaluasi tanaman yang tumbuh atau digunakan di selur
uh bagian bantaran. Di dalam bioengineering, kondisi bantaran dan jenis tanaman
harus dikaji sebanyak mungkin. Tanaman asli yang tumbuh di bantaran atau yang su
dah tumbuh lama digunakan dengan normal. Sedangkan tanaman parasit harus disingk
irkan.
Tanaman yang digunakan harus mempunyai kekuatan yang tinggi terhadap banjir. Bag
ian bawah pengaman hijau harus tahan banjir sedangkan bagian atas lebih sedikit
tahan. Tanaman juga harus tahan terhadap keadaan kering.
8.3.3.1.3 Rencana pembangunan
By : Salmani, MS, MT.
Page 53

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Rencana pembangunan merupakan hal yang puncak dari tahapan yang sebelumnya. Anal
isis tempat sebelum tanaman dibeli atau proyek diimplementasi merupakan hal yang
penting. Dalam analisis tempat, setiap komponen harus dianalisis termasuk fakto
r atau parameter dan apa saja yang akan
mempengaruhi pembangunan tanaman untuk bioengineering dan stabilitas bantaran. P
anduan secara umum untuk analisis tempat adalah observasi keadaan tempat proyek
di upstream maupun downstream. Dari pengamatan akan didapat tentang referensi te
mpat seperti tanaman yang akan digunakan, jenis spesies yang akan menyerang tana
man.
8.3.3.1.4 Peralatan dan Material
Dalam rencana pembangunan, peralatan dan material diperlukan untuk menangani mas
alah tanaman dan penanamannya. Peralatan dan teknik penanaman tergantung dari je
nis vegetasinya serta ukuran proyek dan kondisi lapangan.
8.3.3.1.5 Perizinan
Setelah analisis kondisi lapangan dan pengerjaan mulai dilaksanakan, perizinan u
ntuk membangun diperlukan. Perizinan ini dikeluarkan oleh pemerintah daerah sete
mpat.
8.3.3.1.6 Pengadaan Tanaman
Indikator tanaman yang paling baik digunakan untuk bioengineering adalah tanaman
yang tumbuh di sekitar saluran secara alami. Hal yang perlu diperhatikan dalam
pengadaan tanaman adalah undang-undang (aturan) mengenai pengadaan tanaman. Hal
lain yang perlu diperhatikan hama dan penyakit yang dibawa oleh tanaman tersebut
. Hama dan penyakit tersebut jangan sampai menyebar ke daerah sekitar saluran.
Ketersediaan tanaman dari beberapa spesies, ukuran dan kualitas sering menjadi b
atasan dalam menentukan pemilihan tanaman dan pengadaan tanaman. Beberapa tanama
n yang asli tumbuh di sekitar saluran sangat sulit untuk dikembangbiakan dan tum
buh dan banyak jenis tanaman yang tertentu
By : Salmani, MS, MT.
Page 54

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


tidak tersedia di pasaran atau kualitasnya rendah. Untuk lebih mudah dalam memil
ih tanaman yang digunakan untuk pengaman hijau ini, sangat disarankan untuk meng
identifikasi tanaman sebanyak mungkin dan mempergunakan sedikit mungkin jenis ta
naman yang ada.
8.3.3.1.7 Implementasi
Implementasi (pelaksanaan) adalah kegiatan lanjutan dari perencanaan pembangunan
dan terintegrasi dengan proses perencanaan. Implementasi ini terdiri dari persi
apan lapangan dan konstruksi, penanaman dan pengawasan serta pemeliharaan. Tahap
ini memerlukan detail pekerjaan. Kerjasama antar pemilik disiplin ilmu dalam pe
rencanaan sangatlah penting dan harus terjaga sampai proyek ini selesai.
8.3.3.1.8 Teknik Penanaman
Ada beberapa teknik penanaman dalam bioengineering mulai dari yang sederhana, ya
itu hanya menggali dengan pacul dan memasukan stek (batang tanaman) sampai memin
dahkan akar tanaman yang besar. Teknik yang lain adalah menyebarkan bibit tanama
n, hydroseeding dan lainnya. Teknik
penanaman yang telah disebutkan harus dikombinasikan dengan material bangunan at
au struktur untuk membentuk struktur yang tahan erosi.
8.3.3.1.9 Pengawasan dan pemeliharaan
Pengawasan dan pemeliharaan merupakan bagian yang penting dari
perencanaan dan pembangunan pengaman bioengineering ini. Intensitas dan frekuens
i dari pengawasan dan pemeliharaan tergantung dari kondisi lapangan, klimatologi
, kemungkinan perusakan oleh binatang, gelombang yang tinggi serta arus yang ter
jadi.
8.3.3.1.10 Penanganan bioengineering
Seluruh bantaran saluran harus ditangani agar mencapai kemampuan maksimum untuk
melindungi permukaan bantaran dan kaki dari erosi, untuk
By : Salmani, MS, MT.
Page 55

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


habitat binatang, peningkatan kualitas air. Penanganan seluruh bantaran dapat di
lihat pada bab 6.5. Penanaman tumbuhan pada daerah mungkin terlalu lebar atau ak
an timbul kesulitan karena geomorfologi saluran. Seluruh daerah bantaran harus d
itangani dengan sistematik. Penanganan yang akan sangat diperhatikan adalah pena
ngan zona kaki bioengineering.
Penanganan Zona Kaki Zona kaki merupakan zona yang mudah terkena erosi sehingga
dapat membentuk lubang. Penanganan zona kaki menggunakan batu-batuan, kayu, geot
ekstil, tanaman maupun gabungan dari material tersebut. Salah penanganan zona ka
ki yang mudah adalah dengan menggunakan batu-batuan, yaitu dengan riprap.
b. Bangunan Pengarah Aliran
8.4.1 Groin (Krib)
8.4.1.1
Prosedur Perencanaan
Prosedur perencanaan dari groin krib dapat disajikan dalam bentuk flowchart seba
gai berikut :
By : Salmani, MS, MT.
Page 56

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


MULAI
Pengumpulan data lapangan : 1. Potongan Melintang 2. Perubahan penampang melinta
ng 3. Data tanah
Tentukan parameter hidraulik sungai seperti : debit r encana, kekas ar an dasar
s ungai, kecepatan dan kedalaman rata-rata Tentukan tinggi krib
Tentukan sudut orientasi krib
Tentukan jarak antar groin
Tentukan jarak panjang pengunci
Tentukan lebar puncak
Tentukan ukuran material
Cek Stabilitas ?
Tidak
Ya
SELESAI
By : Salmani, MS, MT.
Page 57

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-32. Flow chart perencanaan groin Langkah 1 : Penentu Tinggi Groin Tingg
i groin direncanakan tidak melampaui tinggi tebing karena erosi pada daerah tebi
ng dapat bertambah pada elevasi muka air tinggi. Oleh sebab itu tinggi groin yan
g direncanakan sangat bergantung pada hasil perhitungan parameter hidraulik Lang
kah 2 : Sudut /Orientasi Groin ditempatkan tegak lurus arah aliran, baik terhada
p aliran hulu maupun arah aliran di hilir. Posisi ini merupakan posisi standar p
ada perencanaan groin. Langkah 3 : Panjang Groin Panjang groin rencana tidak mel
ampaui 1/3 lebar rata-rata saluran (W), untuk lebih jelasnya dapat ditulis :
L
W 3
(8.41)
Langkah 4 : Jarak Antara Groin (spacing) Untuk menentukan spacing, ada beberapa
formula yang dapat digunakan, yaitu : LaGrone, 1995 ;
S
R 1,5L W
0 ,8
L W
0,3
; S max
1
L 1 R
2
0, 5
(8.42)
Saele, 1994 ; S = (4 5) L (8.43)
Langkah 5 : Panjang Pengunci (length of key) Untuk menjaga agar groin tidak terb
awa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi, maka groin tersebut harus dikunci
kedalam tebing. Panjang pengunci ini bervariasi untuk setiap kasus. Menurut Sael
e (1994) ; LKmin = 2,4 m atau LKmin = 4 D100 (8.44)
By : Salmani, MS, MT.
Page 58

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Menurut LaGrone (1995) ; Untuk : R > 5 W dan S LK = Stg -L
L tg
(8.45)
Untuk : R > 5 W dan S < tg
LK
L W 2 L
0 ,3
5 R
0 ,5
(8.46)
Langkah 6 : Lebar Puncak Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, t
api tidak kurang dari (2 3) D100 Langkah 7 : Ukuran Material (material sizing) U
ntuk menentukan ukuran material groin sangat tergantung dari jenis material yang
digunakan. Jadi dalam hal ini, penentuan ukuran material dapat merujuk ke refer
ensi terkait. Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur Kestabilan struktur gr
oin harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitunganny
a dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall
8.4.1.2
Spesifikasi Material
Material yang digunakan untuk membuat groin (krib) adalah dari susunan kayu atau
sheet pile. Material yang digunakan tergantung dari kondisi biaya yang dianggar
kan. Kayu yang digunakan harus tahan terhadap air, karena kayu direndam di dalam
air.
By : Salmani, MS, MT.
Page 59

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


8.4.1.3
Contoh Perencanaan groin
Salah satu cara untuk menstabilkan/memantapkan tikungan saluran/sungai adalah de
ngan menggunakan konstruksi Groin. Dalam contoh soal ini diketahui lebar saluran
/sungai 25 m, jari-jari tikungan saluran/sungai (terhadap garis as/center line)
adalah 150 m. Sudut ekspansi untuk mengunci groin dalam tebing ditetapkan sebesa
r 20o. Rencanakan struktur groin tersebut, agar tikungan sungai aman dari gerusa
n akibat aliran yang terjadi. Penyelesaian : Lihat gambar 8-33.
B
Gambar 8-33. Rencana groin
Secara prosedur sebelum dilakukan perencanaan groin, terlebih dahulu harus diket
ahui kondisi hidraulik eksisting pada tikungan tersebut. Perhitungan parameter h
idraulik ini didasarkan pada data aliran yang ada serta data geometriknya. Param
eter ini akan lebih baik bila dihitung dengan program komputer seperti DUFLOW, W
SPRO, HEC-2, maupun HEC-RAS.
By : Salmani, MS, MT.
Page 60

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Langkah 1 : Penentu Tinggi Groin Tinggi groin direncanakan tidak melampaui tingg
i tebing karena erosi pada daerah tebing dapat bertambah pada elevasi muka air t
inggi. Oleh sebab itu tinggi groin yang direncanakan sangat bergantung pada hasi
l perhitungan parameter hidraulik. Langkah 2 : Sudut /Orientasi Groin ditempatka
n tegak lurus arah aliran, baik terhadap aliran hulu maupun arah aliran di hilir
. Posisi ini merupakan posisi standar pada perencanaan groin.
Langkah 3 : Panjang Groin Panjang groin rencana tidak melampaui 1/3 lebar rata-r
ata saluran (W), untuk lebih jelasnya dapat ditulis :
L
B 10
B 3
L B 4
B = 25 m
B 10
B 4
2,5 m
6,25 m
diambil panjang groin (L) = 5 m.
Langkah 4 : Jarak Antara Groin (spacing) Untuk menentukan spacing, ada beberapa
formula yang dapat digunakan, yaitu : LaGrone, 1995 ;
By : Salmani, MS, MT.
Page 61

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


S max
150 1
5 1 150
2
0 ,5
Smax = 38,41 m
S
150 1,5.5 25
= 19,40 m
0 ,8
5 25
0 ,3
Sedangkan menurut Saele ; S = (4 5) 5 = (20 25) m untuk itu diambil jarak antara
groin (S) = 20 m.
Langkah 5 : Panjang Pengunci (length of key) Untuk menjaga agar groin tidak terb
awa arus atau runtuh pada saat aliran tinggi, maka groin tersebut harus dikunci
kedalam tebing. Panjang pengunci ini bervariasi untuk setiap kasus. R = 150 m B
= 25 m S = 20 m L=5m = 200 maka digunakan rumus : LK = 20. Tg 200 - 5 LK = 2,3 m
> 1,2 m Diambil LK = 2,4 m. ok R > 5B
S
L tg
By : Salmani, MS, MT.
Page 62

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Langkah 6 : Lebar Puncak Lebar puncak Groin bervariasi sekitar 1 m sampai 4 m, t
api tidak kurang dari (2 3) D100 Langkah 7 : Ukuran Material (material sizing) U
ntuk menentukan ukuran material groin sangat tergantung dari jenis material yang
digunakan. Jadi dalam hal ini, penentuan ukuran material dapat merujuk ke refer
ensi terkait.
Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur Kestabilan struktur groin harus dipe
rhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung Detail perhitungannya dapat diliha
t pada contoh perhitungan retaining wall.
8.4.2 Spur
8.4.2.1
Prosedur Perencanaan
Tahapan desain spur terdiri dari penentuan batas bantaran/tepi sungai yang akan
dilindungi, pemilihan tipe spur dan desain pemasangan spur yang terdiri dari pan
jang spur, arah spur, permeabilitas, tinggi, profil dan jarak antar spur.
1.
Penentuan Batas Bantaran/Tepi Sungai yang akan Dilindungi
Panjang bantaran/tepi sungai yang akan dilindungi dapat melihat pada bab 8.2.6.
2.
Pemilihan Tipe Spur
Tipe spur yang akan digunakan dapat dilihat pada tabel 8-7.
By : Salmani, MS, MT.
Page 63

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


By : Salmani, MS, MT.
Page 64

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Tabel 8-7 Tipe Spur dan Metode Pemilihan
By : Salmani, MS, MT.
Page 65

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


3. Desain Pemasangan Spur
Langkah 1 Tentukan Panjang Spur Panjang spur tergantung dari panjang sungai/salu
ran yang akan diperbaiki. Panjang spur yang baik digunakan adalah lebih besar da
ri 20 persen dari lebar sungai atau ;
Lminimum = 0.2 x lebar sungai Langkah 2: Tentukan arah spur
(8.47)
Spur yang mengarah ke upstream atau downstream akan berbeda dalam hal kinerjanya
. Spur yang ke arah upstream tidak sebaik spur yang kearah downstream. Arah spur
sebaiknya 90o diukur dari pinggiran sungai. Untuk spur yang lebih dari satu, ja
rak antar spur dipengaruhi oleh arah spur. Arah spur yang pertama sebaiknya 150o
dari pinggir sungai.
Langkah 3: Tentukan Permeabilitas Spur Permeabilitas spur menentukan banyaknya a
ir atau aliran air yang
melewati/menembus spur. Semakin tinggi permeabilitas, semakin banyak air yang da
pat menembus dinding spur. Permeabilitas lebih dari 70 persen dapat mencegah ter
jadinya erosi pada bantaran sedangkan permeabilitas kurang dari 35 persen dapat
terjadi erosi seperti halnya pada spur yang impermeabel. Tetapi harus diperhatik
an panjang spur dan arah spur. Spur dengan permeabilitas lebih dari 35 persen ak
an memperpendek panjang spur. Hubungan permeabilitas spur dengan kedalaman gerus
an dan arah spur dapat dilihat pada gambar 8-34 dan 8-35.
By : Salmani, MS, MT.
Page 66

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-34. Grafik permeabilitas spur dan orientasi vs kedalaman gerusan relati
f pada ujung spur
Gambar 8-35. Permeabilitas dan arah spur vs sudut ekspansi
By : Salmani, MS, MT.
Page 67

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Langkah 4 Tentukan Tinggi Spur Spur yang impermeabel sebaiknya tidak melebihi ti
nggi bantaran. Bentuk puncak dari spur sebaiknya miring dari bantaran menuju sun
gai. Langkah 5 Tentukan Jarak Spur Jarak antar spur (s) dapat ditentukan dengan
rumus : S = L cot Dimana: S = jarak antara ujung spur (m) L = panjang spur (m) =
pebesaran sudut pada ujung spur (8.48)
4.
Perlindungan Kaki
Kaki spur dapat dilindungi dengan riprap sepanjang spur. Prosedur penentuan ripr
ap dapat dilihat pada bagian perencanaan riprap. Jenis perlindungan yang lain ad
alah dengan pondasi pile.
8.4.2.2
Spesifikasi Material
Material yang digunakan sama dengan material yang digunakan pada riprap atau gab
ion (bronjongan).
8.4.2.3
Contoh Perencanaan spur
Kasus degradasi/migrasi pada tikungan saluran/sungai (eksisting) seperti gambar
8-36.
Gambar 8-36. Denah kasus penerapan Spur
By : Salmani, MS, MT.
Page 68

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Untuk mengatasi permasalahan ini diminta untuk merencanakan Spur yang dapat berf
ungsi sebagai : Menghentikan / mencegah perpindahan meander sebelum badan jalan
yang melintasi saluran rusak / runtuh. Untuk itu tipe deflector spur/permeabel r
etarder atau impermeabel deflector spur direkomendasikan untuk digunakan dalam k
asus ini. Sudut ekspansi yang digunakan adalah 170 untuk panjang spur sekitar 20
% lebar saluran. Penyelesaian : Langkah 1 : Gambarkan Lokasi Thalweg Pada prins
ipnya sebelum dilakukan penggambaran thalwe, terlebih dahulu harus dihitung par
ameter hidraulik untuk kasus eksisting. Perhitungan parameter ini didasarkan pad
a data aliran yang ada serta data geometriknya. Parameter yang paling penting da
lam perencanaan spur ini adalah streamline pada tikungan saluran. Dalam contoh ini
dianggap streamline sudah diketahui. Sket lokasi thalweg yang diinginkan secara
mulus (smooth) dari arah aliran udik melalui kurva menuju garis lurus/sejajar a
rah aliran di bagian hilir. Langkah 2 : Gambarkan kurva yang mulus melalui ujung
spur, konsentrik terhadap garis tebing yang diinginkan. Lihat gambar 8.37.
Gambar 8-37. Rencana Penempatan Spur
By : Salmani, MS, MT.
Page 69

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Langkah 3 : Posisi/lokasi Spur no. 1 Tempatkan spur no.1 pada bagian hilir dari
kasus yang ditinjau dengan membentuk sudut ekpansi 170. Hitung jarak dengan spur
berikutnya : Panjang efektif spur no. 1 (L1) = 20% x 50 = 10 m. Maka jarak spur
no. 1 dengan spur berikutnya adalah : S1 = L1 cotg 170
10 ~ 33
1 0 ,305731
32,71
Spur dipasang pada sudut 900 terhadap tangen yang merupakan kontruksi yang palin
g ekonomis Langkah 4 : Untuk spur yang lain (spur di hulu dari spur pertama) dit
empatkan dengan menggunakan persamaan yang sama seperti diatas. Dengan penempata
n spur seperti ini akan terjadi deposisi pada dasar antara garis tebing yang dii
nginkan dengan garis tebing yang tererosi (eksisting) Berdasarkan garis tebing y
ang diinginkan, maka panjang busur ( gambar 8-38) yang dibutuhkan sehingga kasus
ini dapat teratasi adalah :
By : Salmani, MS, MT.
Page 70

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-38. Posisi /jarak lintasan penempatan Spur
PB
x 2 rr o 360 70 x 2 . 250 360 305m
11
Sehingg jumlh spur yng hrus dipsng dlh 305/32,71 +1 = 10,24 buh. Lngk
h 5 : Perhitungn kestbiln struktur Kestbiln struktur spur hrus diperhitun
gkn terhdp: Guling Geser Dy dukung Detil perhitungnny dpt diliht pd
contoh perhitungn retining wll.
8.4.3 Guide Bnk
8.4.3.1
Prosedur Perencnn
Prosedur perencnn guidebnk terdiri dri pnjng guidebnk, tinggi dn riprp
.
MULAI
Pengumpuln dt lpngn : 1. Potongn Melintng 2. Perubhn penmpng melint
ng 3. Dt tnh
Tentukn prmeter hidrulik sungi seperti : debit r encn, keks r n dsr
s ungi, keceptn dn kedlmn rt-rt Tentukn debit yng melew ti bntr
n kiri dn knn
A By : Slmni, MS, MT.
Pge 71

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


A
Tentukn debit dengn jrk 30 m dri bntrn Tentukn pnjng, tinggi dn leb
r guide bnk
Cek Stbilits ?
Tidk
Y
Tentukn perlindungn kki
SELESAI
Gmbr 8-39. Flow Chrt Perencnn GuideBnks

. Anlisis dt wl (Preliminry Dt Anlysis)


Lngkh 1. Kumpulkn dt lpngn yng diperlukn yng meliputi (survey penmp
ng melintng slurn, dt tnh, foto udr (eril photogrphs), studi ksus,
dll). Lngkh 2. Tentukn debit rencn. (liht subbb 8.2.1).
Lngkh 3. Tentukn melintng rencn.
perkirn
perubhn
(development)
penmpng
By : Slmni, MS, MT.
Pge 72

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


b. Dimensi guidebnk Lngkh 4 Tentukn debit yng melewti bntrn kiri dn k
nn (Qf) Qf = V x kedlmn x lebr bersih slurn Lngkh 5 Tentukn debit deng
n jrk 30 m dri pilr (Q30 m) dn Qf/Q30 m Q30 m = V x kedlmn bntrn x 3
0 m Lngkh 6 Tentukn pnjng Guidebnk (Ls) Pnjng guide ditentukn dri nomo
grh ntr Ls dn Qf/Q30 m (gmbr 8-40) Gmbr
Gmbr 8-40. Nomogrm untuk menentukn pnjng tebing penuntun (guidebnk)
Petunjuk Penggunn Nomogrph pdgmbr 8-40:
1. Tentukn nili Qf , Q30 dn V. 2. Hitung Qf /Q30 .
By : Slmni, MS, MT.
Pge 73

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


3. Trik gris lurus dri titik Qf /Q30 yng dihitung (sumbu vertikl) smpi g
ris V yng dipki dn trik lgi gris ke bwh memotong sumbu horozontl. 4.
Bc titik perpotongn ntr gris lurus (gris vertikl) dengn gris sumbu ho
rizontl untuk nili Ls. Lngkh 7 Tentukn ketinggin dn lebr guide bnk Ting
gi minimum guidebnk dlh 0,6 m dri freebord dits permukn ir desin. Le
br ts guidebnk ntr 3 smpi 4 m dengn kemiringn pinggir 1V : 2H tu ku
rng. Lngkh 8 Tentukn Ukurn Btun Guidebnk terdiri dri btun yng tersus
un (riprp). Desin untuk riprp ini dpt diliht pd bgin perencnn ripr
p. c. Perlindungn Kki Kki guidebnk dpt dilindungi dengn riprp sepnjng
spur. Prosedur penentun riprp dpt diliht pd perencnn riprp. Jenis per
lindungn yng lin dlh dengn pondsi pile.
8.4.3.2
Spesifiksi Mteril
Mteril yng digunkn sm dengn mteril yng digunkn pd riprp tu gb
ion (bronjongn).
8.4.3.3
Contoh Perencnn guide bnk
Pd sutu slurn/sungi yng dilintsi (crosing) oleh jln jembtn seperti g
mbr di bwh. Sungi tersebut mempunyi debit lirn rencn 300 m 3/detik, se
dngkn bentuk sungi terdiri dri slurn utm (min chnnel) dn
bntrn pd du sisi. Adpun lebr dsr slurn utm 75 m, dn lebr bntr
n mempunyi ukurn yng sm yitu 100 m. Kemiringn tebing, bik pd slurn u
tm mupun bntrn dlh IV:2H. Koefisien Mnning (n) untuk slurn utm d
lh 0,025, sedngkn untuk bntrn 0.035. Kemiringn dsr slurn sergm 0,00
01.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 74

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Rencnkn struktur guidebnk pd kedu sisi (kiri dn knn) sehingg bukn j
embtn diperoleh selebr 85 m. Liht gmbr 8.41.
Gmbr 8-41. Denh rencn Guidebnk Penyelesin : Lngkh 1 : Tentukn prmet
er rencn hidrulik yitu kedlmn dn keceptn pd kondisi debit rencn. P
d prinsipny prmeter ini kn lebih bik bil dihitung dengn progrm komput
er seperti DUFLOW, WSPRO, HEC-2, mupun HEC-RAS. Dlm contoh ini digunkn meto
de sederhn yitu dengn menggunkn rumus Mnning untuk memperoleh kedlmn n
orml sert keceptnny.
V
1 2 / 3 1/ 2 R S n
Amc Pmc
A eb P eb
(Bmc Bmc
B xh eb B eb
m h )h mc mc 2 1 m2(h mc
h ) eb
1 m 2.h . eb
Q = Qmc + Qeb
By : Slmni, MS, MT.
Pge 75

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Dimn : hmc heb Bmc Pmc Amc m Beb Aeb Peb Qmc Qeb : kedlmn lirn di slurn
utm : kedlmn lirn di bntrn : lebr dsr slurn utm : keliling bs
h penmpng slurn utm : lus penmpng bsh slurn utm : kemiringn teb
ing : lebr dsr bntrn : lus penmpng bsh bntrn : keliling bsh pen
mpng bntrn : debit lirn di slurn utm : debit lirn di bntrn
Sehingg diperoleh:
Q 300
Bmc
1 2 / 3 1/ 2 mh h R S mc mc n
1 2 B .h .( R 2 / 3 S 1 / 2 ) eb eb n 1 2 100h . h 2 / 3 0.0001 1 / 2 eb 0.035 e
b
75 2 H H
1 h 2 / 3 0.0001 1/ 2 0.025 mc
300 300
75 2h 0.4h mc mc
5/ 3
5/ 3
57,143h 5 / 3 eb
5/ 3
30h 0.8h 57.143h mc mc eb 8/ 3 5/ 3 5/ 3 0.8h 30h 57.143h 300 mc mc eb
8/ 3
0
Dengn mengmbil tinggi lirn di bntrn (heb) = 1 m, mk diperoleh kedlmn
di slurn utm (hmc) = 3,35 m. Keceptn pd slurn utm :
By : Slmni, MS, MT.
Pge 76

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


1 2 / 3 1/ 2 R S n 1 h 2 / 3S 1/ 2 0.025 mc 1 ( 3.35 )2 / 3( 0.0001 )1 / 3 0.025
1 ( 2.23896 )( 0.01 ). 0.025 v 0.896 /dt 1 v ( 1 )2 / 3( 0.0001 )1 / 2 bntrn
0.035 0.286m/dt. v
Lus penmpng bsh : Amc Alb Qmc Qlb = (75 + 2 x 3,35) 3,35 = 273,65 m2 (slur
n utm ) = (100 x 1) = 273,695 x 0,896 = 2 x 100 x 0.286 Q Q Qtt. (300) = 100
,00 m2 (bntrn untuk stu sisi) = 245,231 m3/dt = 57,20 m3/dt
= 302,431 m3/dt
Lngkh 2 : Tentukn debit pd bntrn kiri dn knn (Qf) Debit ini sngt te
rgntung pd posisi butment jembtn. Klu kedu butment (kiri dn knn) di
temptkn pd tebing bntrn, mk Qf dlh debit yng dihitung untuk bntr
n kiri mupun knn pd lngkh pertm yitu 28,6 m3/dt (untuk stu sisi). Tet
pi dlm contoh ini, butment jembtn ditemptkn pd jrk 50 m dri tebing
slurn utm, bik butment kiri mupun knn. Dengn nggpn lirn sergm m
k : Qf = Veb x heb x50 m = 0.286 x 1 x 50 = 14.3 m3/dt msing-msing untuk seb
elh kiri dn knn.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 77

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Lngkh 3 : Tentukn Q30m dn Qf / Q30m untuk bntrn kiri dn knn Q30m mksu
dny dlh debit yng melewti pd bntrn sejuh 30 m dri bts slurn ut
m. Kren dlm ksus ini lirn dinggp sergm, mk : Q30 = Veb x hmc x 30
m = 0.286 x 1 x 30 = 8.58 m3/dt bik untuk bntrn kiri mupun knn (untuk st
u sisi). Berdsrkn Q30m mk diperoleh : Qf/Q30m = 14,3/8,58 = 1.667 Lngkh 4
: Tentukn pnjng guidebnk ( Ls ) Untuk memperoleh pnjng guidebnk, hrus d
ihitung dhulu penmpng bsh lirn pd bukn jembtn ( An2 ). An2 = Amc +
2 { 50 .1} = 273.695 + 2 x 50 = 373.695 m2 Berdsrkn lus penmpng bsh buk
n tersebut, mk diperoleh keceptn rt-rtny ( Vn2 ) :
Vn 2
Q An 2
300 373.695
0.80 m / dt
Sesui dengn hrg Qf/Q30m pd lngkh ke tig dn hrg Vn2, mk dengn meng
gunkn nomogrf gmbr 8-40, mk diperoleh pnjng guidebnk (Ls) kurng dri
15 m. Kren Ls yng dibutuhkn terllu pendek, mk pd prinsipny untuk ksus
ini keberdn guidebnk tidk terllu dibutuhkn. Lngkh 5 : Spesifiksi tmb
hn Klupun guidebnk didkn/digunkn, mk d beberp hl yng perlu dip
erhtikn, ntr lin tinggi jgn (elevsi guidebnk terdpt elevsi muk i
r) dn lebr punck guidebnk. Kriteri perencnn/perhitungn dri prmeter i
ni dpt merujuk pd referensi-referensi terkit.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 78

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Untuk bhn mteril guidebnk dpt digunkn tipe rock riprp. Adpun perhitun
gn tipe revetment ini dpt diliht dlm contoh perhitungn detil riprp. Ln
gkh 6 : Perhitungn kestbiln struktur Kestbiln struktur check dm hrus dip
erhitungkn terhdp: Guling Geser Dy dukung Detil perhitungnny dpt dilih
t pd contoh perhitungn retining wll.
c. Bngunn Peredm Energi
i.
Check Dm
1. Prosedur perencnn
By : Slmni, MS, MT.
Pge 79

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Prosedur perencnn secr ringks dpt diliht pd flow chrt sebgi beriku
t.
MULAI
Pengumpuln dt lpngn : 1. Potongn Melintng 2. Perubhn penmpng melint
ng 3. Dt tnh
Tentukn prmeter hidrulik sungi seperti : debit r encn, keks r n dsr
s ungi, keceptn dn kedlmn rt-rt Hitung kehilngn energi
Hitung kedlmn gerusn pd kki
Tentukn pnjng, tinggi dn lebr (dimensi) cek dm
Cek Stbilits ?
Tidk
Y
Tentukn perlindungn kki
SELESAI
Gmbr 8-42. Flow Chrt Perencnn Check Dm Lngkh 1: Hitung Prmeter Hidru
lik Hitung prmeter hidrulik, yitu debit rencn, lebr dn profil slurn d
n kedlmn di hulu, hilir dn tinggi bngunn drop (drop structure).
By : Slmni, MS, MT.
Pge 80

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Lngkh 2 Hitung kehilngn energi kibt dny struktur tersebut Sebelum mengh
itung kehilngn energi (Ht), beberp prmeter lin yng perlu dihitung: Debit
perstun lebr = Q/B Keceptn rt-rt di udik : Vu = q/hu Keceptn rt-r
t di hilir : Vd = q/hd
Kehilngn energi dihitung dengn persmn Bernuli. Tinju bgin hulu dn hil
ir.
Yu Ht
2 Vu 2g
Zu
2 Vu 2g
Yd Zu
2 Vd 2g
Zd Yd
Ht
2 Vd 2g
; tu Zd
(8.49)
Yu
Lngkh 2 : Hitung kedlmn gerusn pd kki (toe) struktur tersebut Dengn me
nggunkn persmn USBR, mk dpt diperoleh kedlmn gerusn : hs = K Ht0.22
5 x q0.54 - dm, Lngkh 3 : Pengmn struktur Check Dm Berdsrkn kedlmn ge
rusn yng diperoleh, mk tinggi check dm (struktur drop) yng perlu diperkut
dlh : hmc + hs (8.51) (8.50)
Untuk memperkut struktur tersebut, perlu digunkn sutu dinding penhn (revet
ment) pd kki (toe) struktur ini. Dlm ksus ini dicob untuk menggunkn qu
rrystone tu riprp. . Riprp
By : Slmni, MS, MT.
Pge 81

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Untuk memperkut kki struktur tersebut dpt digunkn tipe revetment dri ripr
p. Prosedur perhitungnny dpt diliht pd detil perhitungn contoh sol ri
prp.
b. Qurrystone
hs = (0,5 1,0) hd
msuk dlm kriteri penggunn toe dri qurrystone (0,5 1,0) Lebr toe Apron (
Bt) : Bt = 2 H Bert btu toe :
(8.52)
Wmin


H3
3
3 NS SG 1
dimn NS = ngk stbilits
NS
1 K ht 1,3 K 1/ 3 H
NS = 1,8
1 ,5
1,8 e
( 1 K )2 ht K1 / 3 H
(8.53)

tu
K
2 kht sin 2 kB1 sin h 2 kht
(8.54)
2. Spesifiksi Mteril
Mteril yng digunkn untuk check dm dlh struktur beton. Check dm merupk
n bngunn yng terendm dlm ir sehingg bngunn tersebut hrus kut.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 82

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING 8.5.1.3 Contoh Perencnn check dm
Sutu loksi sekitr pondsi jembtn (eksisting) pd sutu slurn/sungi terj
di degrdsi. Untuk mengtsi mslh tersebut dpt dilkukn dengn penmbh
n elevsi dsr setinggi 1,4 m dri elevsi dsr wl. Kondisi tersebut dpt d
idekti dengn membut bngunn terjunn (drop structure) yng kn menstbilkn
dsr slurn dn mengurngi kemiringn slurn di bgin udik. Untuk lebih jel
sny dpt diliht pd gmbr 8.43.
Gmbr 8-43. Rencn Check Dm
Adpun prmeter hidrulik lin dlh: - Debit rencn (Q) = 170 m3 / dt, - Leb
r slurn (B) = 35 m - Kedlmn lirn di hulu ( sebelum terjdi drop), hu = 3
.25 m, - Kedlmn lirn setelh terjdi drop (hd) = 2.95 m - Tinggi drop (h) =
1.4 m Dlm ksus ini dimint untuk menghitung gerusn yng terjdi pd kki s
truktur drop (Check Dm) sert cr memperkutny sehingg dpt ditsi gerusn
tersebut.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 83

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Penyelesin : Lngkh 1 : Hitung kehilngn energi kibt dny struktur terse
but Sebelum menghitung kehilngn energi (Ht), beberp prmeter lin yng perl
u dihitung : Debit perstun lebr = Q/B = 170/35 = 4,86 m3/dt/m'
Keceptn rt-rt di udik : Vu = q/hu = 4,86/3,25 = 1,49 m/dt Keceptn rt-r
t di hilir : Vd = q/hd = 4,86/2,95 = 1,65 m/dt
Kehilngn energi dihitung dengn persmn Bernuli. Tinju bgin hulu dn hil
ir.
hu Ht
Vu2 2g hu
Zu Vu2 2g
hd Zu
Vd2 2g
Zd hd
Ht Vd2 2g
; tu Zd
(1.9) 2 3.25 1.4 2 x9.81 4.763 3.089 1.674m
(1.65) 2 2.95 0 2 x9.81
Lngkh 2 : Hitung kedlmn gerusn pd kki (toe) struktur tersebut Dengn me
nggunkn persmn USBR, mk dpt diperoleh kedlmn gerusn : hs = K Ht0.22
5 x q0.54 - dm, dimn : K = 1,9, dm = hd = 2,95 m hs = 1,9 (1,674)0.225 (4,86)0
.54 2,95 = 2,1335 x 2,3485 2,95 = 2,06 m
By : Slmni, MS, MT.
Pge 84

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Lngkh 3 : Pengmnn struktur Check Dm Berdsrkn kedlmn gerusn yng dip
eroleh, mk tinggi check dm (struktur drop) yng perlu diperkut dlh : hmc
+ hs = 1,4 + 2,06 = 3,46 m . rock riprp Untuk memperkut struktur tersebut, pe
rlu digunkn sutu dinding penhn (revetment) pd kki (toe) struktur ini. D
lm ksus ini dicob untuk menggunkn qurrystone tu riprp. Dri dt cek d
m terdhulu dikethui bhw; Kedlmn lirn di hilir 2,95 m Keceptn lirn d
i hilir 1,65 m/det Fr =
V1 gh1
1.65 9.81 x 2.95
=
= 0,31 Berdsrkn bilngn froude di ts, mk ukurn rock riprp untuk pengm
n pd kki cekdm digunkn persmn dri rumus Isbsh, yitu;
D50 hmc
dimn;
K Ss
V2 1 gh
K = 1,02 SG = 2,65
g
9.81m / det 2 , mk dri persmn (2), diperoleh;
D50 2.95
1.02 (1.65) 2 2.65 1 9.81x 2.95
D50 = 0,17 m. Dimbil D50 = 20 cm. Perhitungn detilny dpt diliht pd det
il perhitungn contoh sol riprp.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 85

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


b. Qurrystone Bil digunkn qurrystone, mk perlu ditinju dulu prmeter be
rikut.
hs hd
2,06 2,95
0,5 1,0
msuk dlm kriteri penggunn toe dri qurrystone Lebr toe Apron (Bt) : Bt =
2 H = 2 x 2,95 = 5,90 m 6m Bert btu toe :
Wmin


H3
3
3 NS SG 1
dimn NS = ngk stbilits
1 ,5 ( 1 K )2 ht K1 / 3 H
NS
1 K ht 1,3 K 1/ 3 H
1,8 e

tu
NS = 1,8
K
2 kht sin 2 kB1 sin h 2 kht
Dengn menggunkn Ns = 1,8, bert minimum mteril qurrystone dlh :
Wmin
2 ,65.2 ,95 3 1,8( 2 ,65 1 )3
= 8,41 ton = 8410 kg
By : Slmni, MS, MT.
Pge 86

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


d. Abutment dn Pilr Jembtn
Untuk perencnn butment dn pilr jembtn yng thn terhdp gerusn, prose
durny mengikuti lngkh-lngkh pd Bb V dlm mnul ini. Tbel 8-8 di bwh
ini digunkn untuk perhitungn gerusn pd jembtn.
Tbel 8-8. Koefisien tipe pilr dn Fktor koreksi rh lirn dijembtn Koefis
ien Tipe Pilr Tipe-tipe pilr () hidung persegi (b) hidung bundr (c) silinder
K1 1,1 1,0 1,0 0,9 1,0 Fktor koreksi rh lirn pd jembtn Sudut 0 15 30 4
5 90 L/ = 4 1,0 1,5 2,0 2,3 2,5 L/ = 8 1,0 2,0 2,5 3,3 3,9 L/ = 12 1,0 2,5 3,
5 4,3 5,0
(d) hidung tjm (e) kelompok silinder
sudut = rh lirn L = pnjng pilr
Proses perencnn butment dn pilr jembtn dpt dilht pd flow chrt seb
gi berikut :
By : Slmni, MS, MT.
Pge 87

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


MULAI
Pengumpuln dt lpngn : 1. Potongn Melintng 2. Perubhn penmpng melint
ng 3. Dt tnh
Tentukn prmeter hidrulik sungi seperti : debit r encn, keks r n dsr
s ungi, keceptn dn kedlmn rt-rt
Cek tegngn geser di slurn utm dn bntrn ?
Tidk
Y
Diperlukn penngn khusus gr tegngn geser dpt tertsi
Tentukn loksi butment dn pilr, lirn bntrn, /y1, kondisi dsr dn ti
pe butment dn pilr Tentukn kedlmn gerusn lokl pd butment dn pilr T
entukn ukurn btun untuk riprp pd butment dn pilr
Cek Stbilits struktur ?
Tidk
Y
SELESAI
Gmbr 8-44. Flow Chrt Perencnn Abutment dn Pilr Jembtn
By : Slmni, MS, MT.
Pge 88

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


8.6.1 Contoh Perencnn Abutment dn Pilr Jembtn
Sutu jln jembtn melintsi (crossing) pd sutu slurn/sungi seperti gmb
r 8.45. Sungi tersebut mempunyi debit rencn 300 m3/detik, sedngkn bentuk
sungi terdiri dri slurn utm (min chnnel) dn
bntrn pd du sisi. Lebr dsr slurn utm 75 m, dn lebr bntrn mempu
nyi ukurn yng sm yitu 100 m. Kemiringn tebing, bik pd slurn utm m
upun bntrn dlh IV:2H. Koefisien Mnning (n) untuk slurn utm dlh 0,0
25, sedngkn untuk bntrn 0,035. Kemiringn dsr slurn sergm 0,0001. Dt
 lin yng dikethui: Tegngn geser izin pd bntrn ( o) = 19,91 kg/m2 Bnt
rn dilpisi oleh vegetsi kels A D50 = 5 mm, D75 = 6 mm.
Gmbr 8-45. Posisi butment di bntrn Penyelesin: Lngkh 1: Hitung prmet
er hidrulis lirn Kren kondisi slurn/sungi sm seperti pd contoh sol
guidebnk, beberp prmeter hidrulis tidk perlu dihitung lgi, cukup menggun
kn hsil dri perhitungn pd ksus guidebnk, yitu : kedlmn lirn di s
lurn utm (h1) = 3,35 m kedlmn lirn di bntrn (kiri-knn), h0 = 1,0 m.
Debit slurn utm (Qmc) = 245,23m3/dt. Keceptn lirn di slurn utm (Vmc
) = 0,896 m/dt.
By : Slmni, MS, MT.
Pge 89

BAHAN
debit
trn
itung

AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


di bntrn (Qeb) = 28,60 m3/dt. (untuk stu sisi) Keceptn lirn di bn
(Veb) = 0,286 m/dt. Berdsrkn prmeter tersebut di ts, mk dpt dih
bilngn Froude (Fr) pd bntrn dn slurn utm.

Pd bntrn Fr =
V gh
0.286 9.81x1.0
=
= 0,09
Slurn utm
Fr =
0.896 9.81 x3.35
= 0,16
Lngkh 2:
Perhitungn tegngn geser
Tegngn geser yng terjdi dpt dihitung dengn formul berikut.
o
f v2 8
n2 v 2 Rh 1 / 3 stun British 2.22
stun SI
o
n 2 v 2 Rh 1 / 3
Tegngn geser yng terjdi pd slurn utm;
o
0.025 x1100 x 0.896 x (3,35)
2
1/ 3
0,412 kg / m2
Tegngn geser yng terjdi pd bntrn;
o
0.035 x1100 x 0.286 x (1.0)
2
1/ 3
0.385 kg / m2
Tegngn geser kritis (izin) di slurn utm ( c)

c
0.0164 xD75
0.088 xD75 0.088 x 6 mm
0,53 kg / m 2
o> c
stun British stun SI
c
c
c
Untuk slurn utm
By : Slmni, MS, MT.
Pge 90

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Untuk bntrn
o< c.
Lngkh 3: Tentukn loksi butment, lirn bntrn, /y1, kondisi dsr, tipe
butment.
Dlm ksus ini loksi butment di bntrn. Ad lirn dibntrn, butment dil
etkkn 25 meter dri tebing bntrn ( = 25 m), dengn demikin /y1 = 25/3,35
= 7.46 < 25. Kondisi sedimen dsr bergerk dn tipe butment berlku umum.
Berdsrkn kondisi di ts, mk perhitungn gerusn pd butment dpt menggu
nkn tig formul, yitu Lursens (1980), Froelichss (1987) dan Laursens (1980) unt
uk
o< c.
Langkah 4: Perhitungan kedalaman gerusan lokal pada abutment
Menurut Laursen, 1980;
a h1
h 2.75 s h1
hs 1 11.5h1
1.7
1
1.7
25 1.0 hs
h 2.75 s 1.0 hs 1 11.50
hs 1 11.5
1.7
1
1
9.09
0
Dengan cara coba-coba diperoleh hs = 7,20 m. Menurut Froehlich;
hs y1
dimana;
2.27 K1K 2
a' h1
0.43
Fr0.61 1
K1 = 1, dan K2 = 1 Atot = (273,65 + 200) m2 = 473,50 m2 Ae = 0,9 Atot = 0,9x473,

50
By : Salmani, MS, MT.
Page 91

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Ae = 426,15 m2
Ve
=
Q Ae
300 426.15
= 0,70 m/det. Diambil a = a = 25 meter, dan Fr1 =
Ve gh1
0.70 9.81 x1.0
=
= 0,22.
Dari persamaan 20 diperoleh;
hs 1.0
25 2.27(1)(1) 1.0
0.43
(0.22)0.61 1
hs = 3,50 m.
Menurut Laursen, 1980 untuk
o<
c.;
Qo mcho
dimana;
h 2.75 s ho
hs 4.1ho
7/6
1
1

o = ho Vo = 1,0x0,286 = 0,286 m2/det Qo =  o a = 0,286x25 = 7,15 m3/det.


 mc
245 .23 m 3 / det
By : Salmani, MS, MT.
Page 92

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


diperoleh;
14.872 245.23x1.0
h 2.75 s 1.0
hs 1 4.1
7/6
1
dengan cara coba-coba diperoleh hs = 0,20 m. Langkah 5: Perhitungan kedalaman ge
rusan lokal pada pilar Pilar diletakkan di tengah-tengah saluran utama seperti g
ambar berikut. Tipe pilar round-nose dengan L/a = 8, dimana L = panjang pilar da
n a = lebar pilar. Untuk menghitung gerusan lokal pada pilar jembatan, ada 4 for
mula yang dapat digunakan. 1. Persamaan Colorado State Universitys Menurut Richar
dson et al., (1975), gerusan pada pilar jembatan dapat dihitung dengan menggunak
an rumus sebagai berikut:
hS h1
a 2.0 xK1 xK 2 x h1
0.65
x Fr
0.43
y1 : kedalaman aliran pada lokasi pilar Fr = 0,16 Dari tabel 8-6, dengan bentuk
pilar ujung bulat diperoleh K1= 1,0. Dari tabel 8-7, untuk L/a=4, dimana L = pan
jang pilar ; a = tebal pilar, diperoleh K2= 1,50 Sehingga;
0.65
hS 3,35
1.0 2.0 x1,0 x1.50 x 3,35
x 0.16
0.43
hs = 2,06 meter. 2. Persamaan Jani and Fisher (1979); Dalam langkah 2 di atas di
perloeh untuk saluran utama bergerak. Untuk dasar bergerak (Fr Frc)> 0.20, maka;
o
>
c
, berarti dasarnya
hs a
2 Fr
Frc

0.25
h ( 1 )0.50 a
By : Salmani, MS, MT.
Page 93

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


untuk 0 < Fr Frc < 0,20, berlaku :
hs a
dimana;
1.84 Frc
0.25
h ( 1 )0.30 a
a = lebar pilar Fr = 0,16
Penentuan harga Frc Penentuan harga bilangan Froude kritis dilakukan dengan meng
gunakan nomograph di bawah ini.
Gambar 8-46. Batas anjuran tegangan geser untuk kanal
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-46:
1. Tentukan nilai D50 2. Plot nilai D50 pada garis grafik (sumbu horizontal) 3.
Tarik garis lurus dari titik D50 menuju garis satuan yang dinginkan, selanjutnya
tarik horizontal menuju garis grafik (sumbu vertikal)
4. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai .
By : Salmani, MS, MT.
Page 94

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Dengan demikian dapat ditentukan Frc sebagai berikut: - D50 diambil 0,10 m. - Da
ri diagram Lanes pada gambar 8-46, dengan D50 = 100 mm, diperoleh 8x10-3 kg/m2. U*c;
c
=
U *c
c
=
8 x10 103
3
= 8,864x10-3 m/det. ;
11 .6 U *c
dimana = 9,29x10-7 m2/det
11 .6 x9.29 .10 8.864 .10 3
= 0,0012 m. - K = D50, maka;
7
D50
0.10 0.0012
= 83,33
By : Salmani, MS, MT.
Page 95

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Gambar 8-47. Faktor pengali Einsten X pada persamaan kecepatan logaritmik
Petunjuk Penggunaan Nomograph pada gambar 8-47:
1. Tentukan nilai ks dan 2. Hitung ks / 3. Plot nilai ks / pada garis grafik sum
bu horizontal menuju garis grafik X (sumbu vertikal)
4. Tarik garis lurus dari titik ks /
5. Baca titik perpotongan antara garis lurus dengan garis grafik nilai X.
Dari gambar 8-47 diperoleh X = 1.0. - Vc
Vc
U*c ln
11h1 X D50
3
= 8.86 .10
ln
11 x3.35 x1.0 0.10
= 0,05 m/det.
- Bilangan Froude kritis;
By : Salmani, MS, MT.
Page 96

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Frc =
Vc gh1
0.05 9.81 x3.35
=
= 8,7x10-3 Fr Frc = 0,16 8,7x10-3 = 0,1513, berarti 0 < Fr Frc < 0,20. Maka untu
k air jernih;
hs a
1.84 Frc
0.25
h ( 1 )0.30 a
Berdasarkan criteria di atas, maka ys diambil yang terbesar antara kedua rumus d
i atas, jadi;
hs 1.0
2 0.15
0.25
(
3.35 0.50 ) 1.0
diperoleh hs = 2,28 m.
hs 1.0
1.84 8.7 x10
3 0.25
(
3.35 030 ) 1.0
diperoleh hs = 0,81 m. Maka diambil harga terbesar yaitu ys = 2,28 m. 3. Persama
an University of Auckland (UAK); Bila
a

18 , dimana a = lebar pilar, digunakan; D50

hs a
Bila
2.1K1K 2 K3
a

18 , maka; D50

hs a
a D50
0.45K1K 2 K 3

1 / 0.10 ,
a D50
0.53
= 10, berarti < 18, maka digunakan kondisi pertama.
By : Salmani, MS, MT.
Page 97

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


K1 = koefisien untuk tipe pilar, untuk bentuk ujung bulat (rounded), dari table
8-7 diperoleh K1 = 1. K2 = faktor koreksi Diperoleh: = 0, K2 = 1 (table 8-8)
K3 = faktor koreksi akibat gradasi sedimen, diambil = 2.
hs 1.0
1.0 0.45(1.0)(1.0)(1.0) 0.10
0.53
Maka diperoleh ys = 3.05 m.
4. Persamaan Froehlich (1988) untuk dasar bergerak; Dengan menggunakan analisis
regresi linear pada 83 pengukuran lapangan terhadap gerusan pilar, Froehlichs (19
88) dikembangkan untuk persamaan berikut:
ys
dimana;
a' 0.32K1 a
0.62
y1 a
0.46
Fr
0.20
a' D50
0.08
1
K1 = koefisien untuk tipe pilar, untuk itu froehlich mengambil; K1 = 1,3 untuk p
ilar singular-nose. K1 = 1,0 untuk pilar round-nose. K1 = 0,70 untuk pilar sharp
-nose.
a ' = lebar pilar yang diproyeksikan tegak lurus terhadap hampiran a ' aliran, d
an a ' = a cos + L sin
dimana; L = panjang pilar = sudut yang menuju pilar bila = 90o, maka; a = L = 8 m
, diperoleh;
ys
0.32K1
8 1.0
0.62
3.35 1.0
0.46

(0.16) 0.20
8 0.10
0.08
1
Maka diperoleh ys = 2,99 m.
By : Salmani, MS, MT.
Page 98

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Dari hasil perhitungan dapat disimpulkan; Tabel 8-9 . Hasil perhitungan gerusan
pada abutment Nomor 1. 2. 3. Metoda Laursen, 1980 Froechlich. 1987 Laursen, 1990
, untuk
o< c
ys (m) 7,20 3,50 0,20
Ys/y1 7,20 3,50 0,20
Tabel 8-10 . Hasil perhitungan gerusan pada pilar Nomor 1. 2. 3. 4. Metoda Color
ado States University Jain and Fisher, 1979 University of Auckland Froechlich, 1
988 ys 2,06 2,28 3,05 2,99 Ys/y1 0,61 0,68 0,91 0,89
Untuk mengatasi gerusan yang terjadi pada abutment maupun pada pilar, salah satu
cara yang dapat dilakukan adalah dengan memasang riprap, yang dalam hal ini dig
unakan rock riprap. Langkah 6 : Penentuan rock riprap pada abutment Menurut Isba
sh, untuk bilangan Froude dapat digunakan rumus berikut, yaitu: 0,80 ukuran rock
riprap pada abutment
D50 y
K V2 ( Ss 1) g y
dimana : D50 V Ss g y K = diameter tengah batu (m) = kecepatan rata-rata aliran
(m/dt) = spesifik gravity rock riprap = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2) = keda
laman aliran pada bukaan jembatan (m) = 0,89 untuk limpahan melalui abutment (sp
ill-through abutment) 1,02 untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutme
nt)
By : Salmani, MS, MT.
Page 99

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Sedangkan untuk bilangan Froude > 0,80 dapat digunakan persamaan dari Kilgore, 1
993, yaitu:
D50 y
K V2 ( Ss 1) g y
0.14
dimana : K = 0,61 untuk limpahan melalui abutment (spill-through abutment) 0,69
untuk dinding vertikal abutment (vertical wall abutment)
Pada lokasi abutment, bilangan Froude = 0,09, maka ukuran rock riprap yang digun
akan adalah:
D50 1,0
D50
1,02 0,2862 (2,65 1) 9,81.1,0
5,15 x 10
3
m
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal reve
tment tipe rock riprap.
Langkah 7 : Penentuan rock riprap pada pilar Menurut Richardson et al., 1990 unt
uk menghitung diameter batu (dalam satuan meter, media air tawar) menggunakan ru
mus berikut, yaitu:
D50
0,692 K V ( Ss 1) 2 g
2
dimana : D50 V Ss g K = diameter tengah batu (m) = kecepatan pada pilar (m/dt) =
spesific gravity rock riprap (biasanya 2,65) = percepatan gravitasi (9,81 m/dt2
) = 1,50 untuk ujung pilar bulat 1,70 untuk pilar persegi
Untuk lokasi pilar dekat tebing, kecepatan aliran (V) dikoreksi dengan koefisien
0,9. Sedangkan bila lokasi pilar berada pada tikungan saluran utama, maka kecep
atannya dikoreksi dengan koefisien 1,7.
By : Salmani, MS, MT.
Page 100

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Dalam contoh soal ini, bentuk pilar mempunyai ujung bulat (K = 1,5), dan lokasi
pilar di tengah-tengah saluran utama (V dikali dengan 1,7).
D50
D50
0,692 1,5 .1,7 . 0,896 (2,65 1) 2 . 9,81
0,11 m
2
Untuk perhitungan detail tentang rock riprap dapat dilihat pada contoh soal reve
tment tipe rock riprap.
Langkah 8 : Perhitungan kestabilan struktur (abutment dan pilar) Kestabilan stru
ktur abutment dan pilar harus diperhitungkan terhadap: Guling Geser Daya dukung
Detail perhitungannya dapat dilihat pada contoh perhitungan retaining wall.
e. Geotekstil
i. Deskripsi
Geotekstil dapat digunakan untuk mengendalikan gerusan di jalan yang berada deka
t sungai. Geotekstil biasanya digunakan bersamaan dengan jenis pengaman gerusan
jalan lainnya, seperti riprap. Geotektil berbentuk bahan yang tersusun dengan be
ntuk anyaman tertentu sesuai dengan fungsinya.
ii. Perencanaan (desain) Pengaman dari Geotekstil
1. Kriteria Perencanaan
Kriteria-kriteria yang harus diperhatikan dalam perencanaan pengaman jalan dari
geotekstil sebagai berikut : a. Durabilitas (Ketahanan).
By : Salmani, MS, MT.
Page 101

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


Geotekstil yang digunakan harus mempunyai ketahanan terhadap berbagai kondisi se
perti kondisi akibat fisik, biologi, panas dan sinar ultra violet. Khususnya ket
ahanan terhadap sinar ultra violet, geotekstil yang digunakan harus diuji ketaha
nan terhadap sinar ultra violet selama minimal 30 hari. b. Kekuatan dan Ketahana
n terhadap gerusan Kekuatan yang penting dari geotekstil yang digunakan untuk pe
ngaman jalan akibat gerusan adalah kekuatan tarik, stabilitas, kekuatan tahan te
rhadap robekan, tidak mudah berlubang dan tidak mudah hancur.
Tabel 8-11. menyajikan rekomendasi kekuatan minimum yang dibutuhkan dari geoteks
til Tipe Kekuatan Kekuatan tarik Panjang tarik (%) Tidak mudah berlubang Tidak m
udah robek Ketahanan terhadap abrasi Kekuatan jalinan bahan Metode Tes Keadaan G
eotekstil Kelas A Kelas B 90 15 40 30 25 50 140
ASTM D 4632 200 ASTM D 4632 15 ASTM D 4833 80 ASTM D 4533 50 ASTM D 3884 55 ASTM
D 4632 180
Ketahanan terhadap kehancuran ASTM D 3786 320
Keterangan : Kelas A : geotekstil berada pada keadaan yang lebih buruk dari kela
s B seperti geotekstil dijatuhi beban dengan tinggi kurang dari 3 ft (0,6 m) dan
berat kurang dari 250 pounds. Kelas B : geotekstil hanya dilapisi oleh pasir at
au tidak dijatuhi beban. c. Material Penutup. Geotekstil biasanya ditutupi oleh
material seperti batu, riprap, blok beton dan sebagainya. Material penutup geote
kstil harus dapat melindungi dari gaya hidraulik, sinar ultraviolet dan tetap me
njaga agar menyatu dengan tanah. Material yang melindungi geotekstil harus sama
permeabilitasnya dengan geotekstl. Kalau material tidak sama permeabilitasnya, m
aka material yang halus seperti pasir harus diletakkan diantara geotekstil dan m
aterial penutup. Hal yang paling penting dalam mendesain material penutup adalah
menjaga ruang udara (void) relatif kecil (tertutup).
By : Salmani, MS, MT.
Page 102

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


d. Pengait (Anchorage) Pada bagian kaki sungai, geotekstil dan material penutup
diletakkan sepanjang bantaran pada kedalaman dibawah permukaan air rata-rata unt
uk meminimalisir gerusan. Rekomendasi peletakan geotekstil adalah 3 ft dibawah p
ermukaan air rata-rata atau di dasar sungai bila permukaan air kurang dari 3 ft.
Sedangkan untuk bantaran bagian atas, geotekstil diletakkan sepanjang bagian at
as bantaran atau 2 ft diatas tinggi air maksimum. Kalau pergerakan air terlalu k
uat, maka dianjurkan menggunakan pengait pada bagian atas maupun bawah.
2. Kondisi Konstruksi
Dalam memasang (konstruksi) geotekstil harus diperhatikan kondisi-kondisi sebaga
i berikut : a. Persiapan lahan Lahan atau tempat yang digunakan untuk memasang (
meletakkan) geotekstil harus bersih dari tanaman, batuan dan sebagainya. b. Pene
mpatan Geotekstil Geotekstil diletakkan secara menyeluruh (tanpa digulung) langs
ung dengan hati-hati di atas tanah dengan kemiringan yang rata. Geotekstil yang
telah diletakkan jangan dibiarkan terkena sinar matahari lebih dari 1 minggu dan
tidak lebih dari 1 bulan untuk geotekstil yang terlindungi serta geotekstil yan
g tidak tahan terkena sinar ultra violet. Geotekstil yang diletakkan harus bebas
dari tegangan tarik, pasir dan batuan. Kalau digunakan untuk melindungi bantara
n sungai, dimana arus paralel dengan bantaran, geotekstil diletakkan lebih panja
ng pada arah paralel bantaran. Geotekstil sebaiknya diberikan pengait untuk menc
egah gaya keatas uplift atau penggerusan. c. Penempatan (overlapping), sambungan
gotekstil dan pengait. Sambungan antara geotekstil sebaiknya menimpa sambungan
lainnya selebar 12 inchi sepanjang sambungan. Untuk penempatan dibawah air sambu
ngannya selebar 3 ft. Sambungan menggunakan sambungan las, lem , jahitan atau al
at yang lain. Sambungan jahitan merupakan sambungan yang
By : Salmani, MS, MT.
Page 103

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


baik untuk geotekstil. Banyaknya jahitan lebih besar dari 90% dari luas sambunga
n. Pengait digunakan untuk mengamankan geotekstil dan
sambungan. Jarak antara pengait tergantung dari kemiringan. Jarak antara pengait
dapat dilihat pada tabel 8-12 berikut.
Tabel 8-12. Jarak pengait terhadap kemiringan samping Kemiringan Jarak Pengait (
ft) Lebih curam dari 1 V : 3 H 2 1 V : 3 H sampai 4 H Lebih datar dari 1V : 4 H
3 5
Diameter pengait yang digunakan adalah 3/16 inch, dengan panjang 18 inch. Pengai
t yang lebih panjang digunakan untuk tanah berpasir. d. Penempatan material penu
tup Penempatan material penutup untuk tanah yang miring mulai dari bawah menuju
keatas. Penempatan material tidak boleh dijatuhi karena dapat merusak geotekstil
kecuali untuk tes.
Tata cara desain lainnya tergantung pada spesifikasi geotekstil yang digunakan.
Spesifikasi tersebut dapat dilihat pada petunjuk yang disertakan pada saat pembe
lian geotekstil.
By : Salmani, MS, MT.
Page 104

BAHAN AJAR PERBAIKAN /TANAH / TEBING


By : Salmani, MS, MT.
Page 105

Anda mungkin juga menyukai