BAB I
HAKIKAT PENGENALAN DIRI.
Assalamu Alaikum Brothers.
Tema pada saat ini yg saya mau uraikan adalah SANGAT2 RAHASIA,
Beruntunglah, Berbahagialah & Bersyukurlah kpd ALLAH SWT, Karena
penjelasannya TIDAK ADA DI BUKU2 LAINNYA, Dan ilmu2 AgamaNYA ALLAH
SWT tidak gampang ditemukan & tidak sebanding dengan harta &
Material yang ada di muka bumi ini, maka tunduk sujud syukurlah
KepadaNYA semoga penjelasan ini menjadi HIDAYAH bagi anda,..AMIN
ini adalah kekuatan cahaya Dzikir yg ada pada diri manusia dgn 4
tingkatan ingatan fokus pada ALLAH SWT Sang Maha Bercahaya.
Makin dalam & fana (hampa) suatu fokus dzikir maka makin terlenalah
Sang Hamba oleh fenomena kegaiban alam Nur Ilahiah. karena jika ingin
mengenali ALLAH pahamilah tentang Gaib sesungguhnya ALLAH pun
sifatNYA GAIB & Perkenalanmu KepadaNYA Takkkan habis sampai seumur
hidupmu di dunia ini.
Seorang Hamba terkadang tidak menyadari bahwa ia sebenarnya masih di
dunia sehingga menerawang melintasi alam kegaiban nur Ilahiah yang tak
ada batas akhirnya membutuhkan power energi cahaya dzikir yg kuat.
Jika sang Hamba berpikir bijak ia pasti kembali ke dunia ibarat orang yang
lagi menyelam melihat cakrawala keindahan bawah laut tidak terlalu lama
lalu ia kembali ke permukaaan dasar laut untuk persiapan oksigennya
kembali.
Begitulah tehnik berzikir yang bijaksana saudara
Ketahuilah Brothers secara realita banyak saudara2 kita yang ERROR oleh
fenomena alam kegaiban ALLAH SWT ketika mengosongkan pikiran &
masuk dalam alam kefanaan (hampa) melalui dzikir 4 tingkatan SyariatTarekat-Hakikat-Marifat.
Padahal kalau ditelaah secara hakikat Alam fenomena visual kegaiban
ALLAH SWT Takkan Habis oleh masa, batas, ruang & waktu ibaratnya kalo
menghitung ilmu2-NYA ALLAH SWT takkan habis biarpun laut dijadikan
tinta untuk menulis ayat2 ilmu ALLAH SWT Yang Maha Luas
Ini adalah sambungan dari BAB I. yg baru saya jelaskan lagi tentang arti
makna Dzikir Syariat-Tarekat-Hakikat-Makrifat.
ALHAMDULILLAH dengan adanya tulisan2 saya ini sangat banyak sekali
peminat nya yg mau berkunjung & berkomentar di dalam blog ini. Itu
TANDA bahwa masih banyak dr saudara2ku yg MENCINTAI tentang hakikat
pemahaman ISLAM.
Dzikir diatas hanya untuk sebagai pengantar Keyakinan bagi org2 yg
berjalan di jalan Tasawuf & Yg sudah mengenali hakikat dirinya dan Allah
Subhanahu Wa TaAla.
Karena Di zaman sekarang ini banyak sekali perbedaan2 antar umat Islam
dgn pemahaman2 ISLAM yg radikal, Bidah, menambah2 Ayat Al-quran &
Al-hadist, dan yg saling meng-klaim bahwa Alirannya lah yg terbaik
dimata Allah, padahal Firman Allah: Inna Dina Indallahil Islam Agama yg
diridhoi-diterima Allah adalah agama ISLAM.
Apakah ISLAM itu ? maksudnya (Ingin Selamat Laksanakan Ajaran
Muhammad) yg gak diajarkan oleh baginda Nabi Muhammad SAW jangan
di ikuti. Dan semua Ajaran2 Baginda Nabi Muhammad SAW sudah tertera
di dalam Al-Quran & Al-Hadist sebagai petunjuk & pedoman kehidupan di
dunia sampai di akherat kelak.
ISLAM adalah agama perdamaian, saling memberikan rasa cinta & kasih
kepada sesama muslim yg beriman & seluruh manusia, Agama FITRAH,
dan dengan tidak ada pemaksaan masuk ke dalam agama ISLAM, kecuali
org tersebut sdh ikhlas & Ridha bahwa Allah SWT sebagai Tuhan nya &
Baginda Rasulullah sebagai Nabinya.
Dalam Uraian Pemahaman dzikir diatas saya telah bercerita panjangggg..
tentang Rahasia2 sesuatu, tapi YAKINLAH itu semua KHUSUS bagi
saudara2ku yg berbudi baik nan pekerti luhur & beriman, bertaqwa yg
mau memegang TEGUH SYAHADAT & ISLAM (Ingin Selamat Lakukan Ajaran
Muhammad)
Memang Pemahaman2 Dzikir diatas KHUSUS bagi org2 BENAR2 YAKIN &
SUNGGUH2 ingin MENGENAL DIRINYA & MENGENAL ALLAH SWT Al
Khaliq- Pencipta Alam semesta jagad raya. & pencipta lahir dan batin kita,
jasmani-ruhani kita, Nampak dan Tiada Nampak, NYATA & GAIB, Logika
dan Non Logika.
Karena org beriman selalu memandang TAJALLI kekuasaan Allah Swt
secara NYATA pada AINUL YAKIN (Pandangan keyakinan) yg bergerak pd
alam semesta & kekuasaan HAQQUL YAKIN (Pandangan mata hati) yg
dalamnya. Segalanya akan selalu berubah, memudar, dan setelah itu akan
mati. Oleh karena itulah, manusia ingin berusaha mengungkap hakikat
dirinya agar dapat hidup kekal seperti Yang Menciptakannya. Untuk
mengungkap hakikat dirinya, manusia memerlukan seperangkat
pengetahuan batin yang hanya dapat dilihat dengan mata hati yang ada
dalam sanubarinya. Seperangkat pengetahuan yang dimaksud adalah ilmu
marifatullah.
Ilmu marifatullah merupakan suatu pengetahuan yang dapat dijadikan
pedoman bagi manusia untuk mengenal dan mengetahui Allah. Ilmu
marifatullah terbahagi menjadi dua macam, yaitu ilmu makrifat tanzih
(transeden) dan ilmu makrifat tasybih (imanen). Tuhan menyatakan diriNya dalam Tujuh Martabat, yaitu martabat pertama disebut martabat
tanzih (la taayyun atau martabat tidak nyata, tak terinderawi) dan
martabat kedua sampai dengan martabat ketujuh disebut martabat
tasybih (taayyun atau martabat nyata, terinderawi).
Yakni, martabat Ahadiyyah (ke-ada-an Zat yang Esa); martabat
Ahadiyyah (ke-ada-an Zat yang Esa); martabat Wahidiyyah (ke-ada-an
asma yang meliputi hakikat realitas keesaan); Keempat, martabat Alam
Arwah; martabat Alam Mitsal; martabat Alam Ajsam (alam benda); dan
martabat Alam Insan.
Ketujuh proses perwujudan di atas, keberadaannya terjadi bukan melalui
penciptaan, tetapi melalui emanasi (pancaran). Untuk itulah, antara
martabat tanzih (transenden atau la taayyun atau martabat tidak nyata)
dengan martabat tasybih (imanen atau taayyun atau martabat nyata)
secara lahiriah keduanya berbeda, tetapi pada hakikatnya keduanya sama.
Seorang Slik yang telah mengetahui kedua ilmu marifatullah, baik
Marifah Tanzih (ilmu yang tak terinderawi) maupun Marifah Tasybih (ilmu
yang terinderawi), ia akan sampai pada tataran tertinggi, yaitu tataran
rasa bersatunya manusia dengan Tuhan atau dikenal dengan sebutan
Wahdatul-Wujd.
Uraian tersebut dapat dianalogikan dengan air laut dan ombak. Air laut
dan ombak secara lahiriah merupakan dua hal yang berbeda, tetapi pada
hakikatnya ombak itu berasal dari air laut sehingga keduanya merupakan
satu kesatuan yang tidak dapat terpisah.
Ketiga, di Nusantara, Hikayat Nur Muhammad merupakan teks yang
populer sekitar abad ke-14 M. Ini dibuktikan dengan tersebar luasnya
kitab yang berjudul Tarjamah Maulid al-Mustafa bertahun 1351 M (Ali
Ahmad, 2005), dan disinggungnya wacana ini dalam kitab Taj al-Muluk,
Qishah al-Anbiya, Bustan al-Salatin, atau Hikayat Ali Hanafiah.