Matsnawi 1
Matsnawi 1
AL-MATSNAWI
AN -N URI
Menyibak Misteri Keesaan Ilahi
Penerbit
|i
AL-MATSNAWI AN-NURI
Menyibak Misteri Keesaan Ilahi
Oleh
Bediuzzaman Said Nursi
Penerjemah:
Fauzi Bahreisy
Editor:
Zaprukhan, M.Si
Hasbi Sen, M.Hum
Tahqiq:
Ihsan Qasim ash-Shalihi
Penerbit :
Anatolia
ii |
Al-Matsnawi An-Nuri
Pengantar
| iii
dari sekian karya Ustadz Nursi di mana ia dianggap sebagai ikhtisar dari Risalah Nur karena memuat rangkuman pemikirannya.
Bahkan, sebagian besar benih pemikiran yang terdapat dalam
Risalah Nur terdapat dalam buku ini.
Mengarungi ombak yang penuh dengan ide, pemikiran,
dan persoalan sekaligus mengeluarkan permata berharganya
berada di luar kemampuanku. Karena itu, cukuplah bagiku
melakukan tahqiq terhadap buku ini agar para pembaca budiman
bisa membaca naskahnya secara lengkap sehingga mereka dapat
mencurahkan potensi di dalamnya. Semoga Allah Yang Mahakuasa menghadirkan di antara mereka orang yang bisa melaksanakan tugas tersebut guna mengisi kekosongan rohani dan
pemikiran yang dialami banyak orang. Dengan kata lain, tahqiq
ini kukerjakan untuk mereka.
Ketiga, karena setiap muslim, bahkan setiap manusia, dalam
lubuk sanubarinya merasa membutuhkan pembinaan rohani,
penyucian jiwa, pengembangan akal, dan perluasan cakrawala
imajinasi. Oleh sebab itu, ia mencari semua itu dari sejumlah
buku. Dalam hal ini aku mempersembahkan buku berharga ini
kepada setiap muslim, bahkan kepada setiap manusia, agar bisa
menemukan corak baru dan istimewa dalam melakukan
penyucian jiwa yang jarang ditemukan di buku lain. Pasalnya,
Said Nursi memasukkan pendekatan rasional dan logika lewat
sentuhan kalbu dan letupan rohani yang cemerlang dalam bentuk
contoh-contoh konkret yang bisa dijangkau setiap orang. Ia
menuntun pembaca secara halus menuju celah-celah jiwa seraya
menjelaskan sesuatu yang mengantarkan kepada sejumlah
kesimpulan yang tidak mengandung keraguan setelah melewati
berbagai pengalaman hakiki di bawah petunjuk Alquran. Jadi,
lewat tahqiq ini aku ingin menjelaskan sebuah pendekatan
Alquran yang istimewa kepada setiap muslim, bahkan kepada
setiap manusia.
Namun, sebelum itu semua perlu disadari bahwa amal
sekecil apapun yang dilakukan dengan ikhlas karena Allah jauh
lebih mulia daripada amal yang tidak ikhlas meski seluas lautan.
Karena itu, aku berharap upaya sederhana ini diterima oleh Allah
iv |
Al-Matsnawi An-Nuri
|v
vi |
Al-Matsnawi An-Nuri
Sekapur Sirih
| vii
viii |
Al-Matsnawi An-Nuri
merupakan salah satu mutiara hikmah di antara sekian hikmahnya yang terkait dengan hal tersebut. Said Nursi mampu berada
di baris terdepan di antara para penulis dan pemikir dalam dunia
Islam di abad kedua puluh dan sekarang di seluruh dunia. Bukubuku karyanya dibaca dengan penuh cinta dan kerinduan oleh
berbagai kalangan. Selain itu, ia termasuk pribadi bersejarah yang
lenyap bersama zaman namun tak bisa dilupakan.
Semua buku dan karya Badiuzzaman Said Nursi adalah
hasil upaya pemikiran yang sangat besar dalam menafsirkan dan
menelaah berbagai urusan yang perlu ditafsirkan dari sudut
pandang era ia dilahirkan. Anda bisa membaca dan mendengarkan dalam buku-bukunya sejumlah rintihan penderitaan
Anatolia dan dunia Islam berikut suara kabar gembira dan
harapan Anatolia dan dunia Islam. Benar bahwa ia dilahirkan di
salah satu kampung terpencil di bagian Timur Turki. Hanya saja,
ia senantiasa merasa dirinya sebagai orang Anatolia. Ia bisa
merasakan apa yang kita rasakan seolah-olah ia merupakan salat
satu putra Istambul. Akan tetapi, dalam keseluruhan kondisinya
ia memeluk semua negeri yang ada dengan penuh kasih sayang
dan ketulusan murni.
Bediuzzaman hidup di satu masa yang filsafat materialisme
berkembang luas dan komunisme tersebar ke mana-mana. Itulah
masa di mana kayu bakar demikian legam dan kegelapan sangatlah pekat. Pada masa sulit ini, Badiuzzaman menulis sejumlah
buku dan karyanya dengan menghembuskan spirit harapan dan
iman kepada manusia generasi kita yang sedang goyah seraya
membimbingnya menuju jalan iman dan asa. Ia menghembuskan
ke tengah-tengah masyarakat yang ia kunjungi spirit kebangkitan
sesudah mati dan semangat bergerak sesudah jumud.
Dengan ketajaman penglihatannya ia melihat bahwa
persoalan terpenting yang harus dipecahkan adalah persoalan
anarki yang bersumber dari kekufuran dan atheisme. Karena itu,
ia menghabiskan seluruh hidupnya untuk menegaskan pentingnya mengobati penyakit ini kepada manusia yang hidup saat ini.
Ia mengarahkan upaya yang luar biasa dalam hal ini. Ia sangat
sadar dengan tanggung jawab yang berada di pundaknya di
Badiuzzaman Said Nursi
| ix
x|
Al-Matsnawi An-Nuri
| xi
xii |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xiii
xiv |
Al-Matsnawi An-Nuri
buntu!
Fitrahnya sangat sensitif dalam melawan sesuatu yang
bertentangan dengan nilai-nilai agama disertai pandangan yang
jauh dan tekad yang tinggi yang hanya dimiliki oleh para ulil
azmi. Pemilik hati yang berani sepertinya menjadi diam bertentangan dengan tabiatnya ketika menyaksikan keruntuhan
umat yang mulia. Karena itu, ia terus mengarahkan pandangan
kepada berbagai aib yang kita miliki sebagai umat serta kepada
berbagai sebab kehancuran agar umat mau melakukan
introspeksi dan mengevaluasi diri. Ia senantiasa mengingatkan
sejumlah faktor keruntuhan dan kehancuran sekaligus memberikan resep untuk sukses dan selamat tanpa menyembunyikan
hakikat yang paling pahit dan tanpa ragu-ragu sedikitpun. Oleh
sebab itu, ia melawan berbagai keyakinan keliru dan pemikiran
menyimpang serta berjuang sepanjang hidup melawan berbagai
rintangan yang menghalangi penyebaran cahaya hakikat.
Pada masa-masa yang pekat itu di mana tidak ada yang
berani menyuarakan hakikat agama, ia bangkit membangunkan
masyarakat yang ingin dibius dan dibuat tidur. Ia memproklamirkan perang atas kebodohan, kemiskinan, dan perpecahan.
Ia menghentak berbagai asumsi dan ilusi yang membayangi
masyarakat. Di samping memproklamirkan perang terhadap
atheisme dan pengingkaran terhadap Tuhan, ia juga menenggelamkan berbagai kebatilan dan khurafat serta menutup pintu
darinya. Dengan keberanian yang sulit dicari tandingannya, ia
mendiagnosa sejumlah problem dan penyakit kronis yang kita
rasakan sejak berapa waktu yang lalu seraya memberikan cara
penyembuhan darinya.
Orang Arab bilang bahwa Obat terakhir adalah dengan
pembakaran. Maka ia memberangus dan membakar sikap riya
dan berbagai penampilan menipu yang tampak di tengah-tengah
kita sejak sekitar dua ratus tahun. Ia menyebutkan hal-hal baru
yang bergema dalam jiwa mulai dari para tokoh istana hingga
para kerabat di wilayah Timur. Dari mulai mereka yang berposisi
sebagai syeikh Islam hingga para pemimpin perang angkatan
bersenjata. Ia bisa menarik perhatian semua lapisan masyarakat.
Badiuzzaman Said Nursi
| xv
xvi |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xvii
xviii |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xix
xx |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xxi
xxii |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xxiii
xxiv |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xxv
xxvi |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xxvii
xxviii |
Al-Matsnawi An-Nuri
dari Sang Pembicara azali, ketika Dia berbicara dengan Nabi saw
sejarak dua busur atau lebih dekat lagi. Jika mampu, pakai dan
bungkuslah sesuatu lewat yang sesuai dengannya.
Buku al-Matsnawi pada hakikatnya dianggap sebagai galeri
bagi berbagai topik persoalan yang luas dan agung sekaligus
merupakan indeks baginya. Dari satu persoalan bisa disusun
sebuah buku tersendiri. Berbagai persoalan yang ia bahas pada
tahap selanjutnya ia jelaskan dan ia rinci dalam berbagai Risalah
Nur pada berbagai bagiannya.
Betapa penting dan agung berbagai hakikat yang ia bahas
secara singkat dengan judul bunga. Kemudian ia masukkan
hakikat tersebut dalam Risalah Nur.
Risalah partikel laksana tunas kecil untuk bertakwa dan
beramal saleh. Di sana terdapat jawaban atas berbagai keinginan
dan perasaan duniawi kita. Pemikiran tauhid juga dihembuskan
ke dalam otak kita serta iman yang komprehensif dihamparkan
ke hadapan seluruh mata.
Sementara risalah semerbak menggugah hati seperti
sentuhan halus. Dijelaskan di dalamnya bahwa kekayaan ayatayat Allah dan kedalaman maknanya tidak bisa dikomparasikan
dengan syair. Ia membahas sejumlah tujuan penciptaan organ
manusia dengan menyingkap sejumlah tabir dan melenyapkan
perasaan biasa yang mengeruhkan dan melemahkan mata hati.
Pada risalah yang kesepuluh Badiuzzaman manuntun kita
menuju kaki makna qada, qadar, dan anugerah ilahi agar kalbu
kita dapat merasakan berbagai pengertian dan rahasia ayat
Alquran. Dari sana ia menemukan pengantar untuk mengetengahkan kepada pencari kebenaran saat ini sebuah jalan
berbeda guna mengantarnya menuju Tuhan. Di samping
menerangkan hal tersebut ia juga mengarahkan perhatian kita
kepada cakrawala kefakiran dan ketidakberdayaan kita. Dua
langkah berikutnya dan dengan judul yang lain ia menggugah
kesadaran kita bahwa manusia dalam proses penciptaannya
berbeda dengan seluruh makhluk hidup lainnya. Ia menegaskan
dan mengingatkan manusia merupakan indeks seluruh alam
wujud. Karena itu, kita melihatnya kembali kepada sejumlah doa
Badiuzzaman Said Nursi
| xxix
xxx |
Al-Matsnawi An-Nuri
Risalah Nur sungguh sangat mulia. Tentu saja hal tersebut jauh
lebih baik daripada pendahuluan semacam ini yang telah kami
edit dan masih tidak terlepas dari aib dan kekurangan.
Sebenarnya upaya Ustadz Ihsan yang penuh berkah tidak
terbatas pada satu bagian dari Koleksi Risalah Nur. Namun juga
meliputi seluruh Risalah Nur. Seyogyanya setiap persoalan yang
dibahas oleh berbagai risalah ini menjadi topik disertasi yang
memperhatikan seluruh landasan ilmiah yang terdapat dalam
berbagai tingkatan akademik Barat. Hal ini penting dari sisi
kemunculan nilai yang sebenarnya dari Risalah Nur pada tataran
akademis. Demikian pula dari sisi keberadaannya sebagai upaya
pada level usaha yang dikeluarkan Ustadz Ihsan Qasim.
Benar bahwa sejumlah kolega kami yang masih muda telah
mempersembahkan sejumlah studi, proposal magister dan
doktoral di seputar Risalah Nur. Namun, semuanya masih belum
cukup untuk memberikan nilai yang sebenarnya terhadap tokoh
besar itu lewat pemunculan tingkat pemikirannya yang tinggi.
Yang kami harapkan adalah pendirian sebuah lembaga yang
dapat melaksanakan tugas penting ini dalam waktu dekat.
| xxxi
xxxii |
Al-Matsnawi An-Nuri
Pengantar
| xxxiii
xxxiv |
Al-Matsnawi An-Nuri
| xxxv
xxxvi |
Al-Matsnawi An-Nuri
Alhamdulillah dan Allah Akbar, adalah pengakuan atas kebesaran Allah SWT dan perhambaan manusia kepadaNya, yang
pada gilirannya itu semua merupakan ibadah kepada Allah SWT.
Dalam penjelasannya mengenai tauhid, Said Nursi mengaitkannya dengan empat bukti kekuasaan dan keesaan Allah
SWT, yaitu: 1. Alam semesta yang sangat teratur ini, tiap ciptaan
sebesar atom pun dan sebesar galaksi pun semuanya berjalan
dengan penuh ketaatan, dan tentu berdasarkan kadar dan upaya
berencana Sang Pencipta satu demi satu; 2. Diutusnya Rasulullah
SAW juga merupakan indikasi luar biasa atas keesaan dan
kekuasaan Allah SWT, betapa kasih sayang Allah SWT tercurah
kepada manusia, sehingga Rasulullah SAW, yang berasal dari
jenis manusia juga, diutus menjadi rahmat bagi sekalian alam,
sekaligus sebagai penyampai risalah yang mudah dipahami oleh
manusia; 3. Selain itu, Al-Quran juga adalah suatu bukti yang
tak terbantahkan mengenai eksistensi Tuhan yang maha Pencipta
dan Maha Mengetahui, karena Al-Quran mencakup informasi
yang tak mungkin diberikan oleh manusia biasa. Akhirnya, dia
tutup dengan aspek asbtrak dan mendalam, namun tak dapat
dinafikan bukti kebesaran Allah SWT atas diri manusia, yaitu
hati nurani manusia.
Said Nursi juga menjelaskan secara panjang lebar soal
kesesatan dan kebahagiaan, baik dalam hidup ini maupun nanti
di akhirat. Orang yang tersesat berarti telah gagal dalam memahami ayat-ayat Allah SWT yang terpampang di depan mata, baik
yang sifatnya qawliyah (terucap dan tertulis), maupun yang
kawniyah (yang terdampar dalam wujud alam ini). Namun, ada
juga orang yang tercerahkan (enlighted) dan mendapat petunjuk
menuju kepada jalan lurus (the straight path/al-sirat al-mustaqim)
dan mendapatkan kebahagiaan. Mereka inilah yang berhasil
membaca ke dua kitab Allah SWT itu, dengan akalnya dan hati
nuraninya, yang melahirkan iman dan taqwa.
Buku al-Matsnawi ini juga sangat kritis terhadap praktik
kehidupan orang Barat, yang dinilainya sesat dan jauh dari jalan
lurus. Barat terlalu banyak bertumpu pada soal keduniaan, dan
meninggalkan soal keakhiratan. Padahal, akhirat itu merupakan
Badiuzzaman Said Nursi
| xxxvii
kelanjutan dari dunia ini. Di sanalah manusia mempertanggungjawabkan perbuatannya yang dilakukan selama hidup di dunia
ini. Barat yang tadinya dibangun atas nilai-nilai spiritualitas
wahyu, namun pada perkembangannya meninggalkan ajaran itu,
dan membangun di atas fondasi yang rapuh dan centang
perenang, karena sepi dari dimensi spiritualitas. Bagi Nursi, Barat
itu ada dua macam: 1. Barat yang rajin, tekun, kreatif, inovatif,
kerja keras demi mencapai dunia ini. 2. Barat yang acuh tak acuh,
tidak peduli, lalai, dari soal ketuhanan. Namun Nursi, sengaja
tidak mengelaborasi lebih jauh soal Barat yang pertama ini, karena
baginya hal itu sudah mafhum bagi kebanyakan manusia. Alihalih, dia berkali-kali mengeritiknya habis-habisan, agar tradisi
Barat model ke dua ini tidak menjadi kecenderungan manusia
seluruhnya, termasuk Timur dan Dunia Islam. Dia menantang
Barat agar mau membaca risalahnya, agar dapat terhindar dari
kesesatan (misleading) yang sudah sangat terstruktur mengitari
hidup mereka.
Akhirnya, sebagai penutup, kita perlu menyambut baik
terjemahan versi Indonesia buku al-Matsnawi ini. Buku ini dapat
menjadi langkah awal bagi para pembaca yang ingin mengetahui pemikiran Said Nursi. Dan pada giliranya pemikikiran Said
Nursi juga dapat berkembang di tengah-tengah masyarakat
Dunia Melayu. Namun, buku ini, karena memang masih bersifat
rangkuman, belumlah cukup untuk memahami Said Nursi secara
utuh. Oleh karena itu, terjemahan Indonesia atas semua seri Risaah
Nur, tentunya sangat dinanti-nantikan oleh masyarakat Indonesia,
yang sudah mulai gandrung dengan kitab-kitab yang mengandung aspek baru, makna dan interpretasi baru atas ilmu
keislaman, namun tetap mempertahankan khazanah dan tradisi
Islam yang utuh. Kombinasi unsur tradisional dan modern,
tasawuf dan filsafat, kalam dan teologi, membuat karya Said
Nursi ini selalu segar untuk dibaca dan ditelaah.
Selamat membaca!
xxxviii |
Al-Matsnawi An-Nuri
DAFTAR ISI
Pengantar Editor Bahasa Arab .......... iii
Sekapur Sirih: Muhammad Fethullah Gulen .......... vii
Pengantar Edisi Bahasa Indonesia .......... xxxiii
Daftar Isi .......... xxxix
Pendahuluan Penulis .......... 1
Risalah Pertama: Cahaya Mentari Tauhid .......... 9
Risalah Kedua: Percikan Lautan Makrifat Nabi Saw. .......... 27
Risalah Ketiga: Lasiyyama .......... 61
Risalah Keempat: Setetes Lautan Tauhid .......... 85
Bab Pertama: L ilha illallh .......... 91
Bab Kedua: Subhnallh (Mahasuci Allah) .......... 123
Bab Ketiga: Alhamdulillh (Segala Puji Milik Allah) .......... 125
Bab Keempat: Allhu Akbar (Allah Maha Besar) .......... 129
Lanjutan Setetes Lautan Tauhid .......... 159
Risalah Kelima: Butir Lautan Alquran Yang Penuh
Hikmah .......... 171
Surat Untuk Dewan Perwakilan Rakyat .......... 201
Risalah Keenam: Benih Biji Buah Taman Alquran .......... 221
Lanjutan Benih .......... 247
Lanjutan dari Lanjutan .......... 263
Risalah Ketujuh: Bunga Taman Alquran Yang Penuh
Hikmah .......... 275
Lanjutan Bunga .......... 307
Risalah Kedelapan: Benih Kilau Petunjuk Alquran .......... 323
Risalah Kesembilan: Semerbak Hembusan Petunjuk
Alquran .......... 353
Badiuzzaman Said Nursi
| xxxix
xl |
Al-Matsnawi An-Nuri