Anda di halaman 1dari 9

IHYA’ ULUMUDDIN

Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip
dalam menyucikan jiwa (Tazkiyatun Nafs) yang membahas perihal penyakit hati,
pengobatannya, dan mendidik hati. Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari
Imam Al-Ghazali. Hanya saja kitab ini memiliki kritikan, yaitu meskipun Imam Ghazali
merupakan seorang ulama namun dia bukanlah seorang yang pakar dalam bidang hadits,
sehingga ikut tercantumlah hadits-hadits tidak ditemukan sanadnya, berderajat lemah maupun
maudhu. Hal ini menyebabkan banyak ulama dan para ahli hadits yang kemudian berupaya
meneliti, memilah dan menyusun ulang terhadap takhrij hadits yang termuat di dalam Ihya
Ulumuddin. Di antaraulama ahli hadits yang menyusun ulang kitab hadits berdasarkan Ihya
Ulumuddin ini adalah Imam Ibnul Jauzi dan Imam Ibnu Qudamah Al-Maqdisi yang menulis
kitab Minhajul Qashidin dan ikhtisarnya (Mukhtasar).
KITAB AL-MUNQID MINA AD-DALAL

Diceritakan, al-Ghazali kebingungan saat memasuki tahap perbuatan (amal). Ia


dihadapkan pada dua pilihan, yakni memasuki pengamalan batin (hati) dengan
meninggalkan semua atribut keduniawian seperti fasilitas dan kedudukan, atau
mempertahankan fasilitas dan kedudukan itu, tanpa memasuki pengalaman batin.

Karena pilihan yang teramat sulit ini, Al -Ghazali pernah mengalami sakit
selama enam bulan untuk menentukan pilihan. Ia memasrahkan semuanya
kepada Sang Pencipta dan berjalan apa adanya. Namun, dari sini, muncul
kecenderungan baginya untuk mengambil satu jalan dari dua pilihan itu,
yakni tenggelam dalam pengalaman batin dan meninggalkan urusan
keduniawian.
KITAB AL-IQTISAD FI AL-L TIQAD

Di dalam al-Iqtishad fi al-I’tiqad, Al-Ghazali mencoba untuk memformulasikan batasan kufur dan
iman, di mana keduanya tidak akan bisa disingkap lewat uraian yang mendalam, jika hati masih
terkontaminasi oleh ambisi untuk meraih jabatan dan urusan duniawi. Sebaliknya, keduanya akan
tersingkap dengan jelas jika didasarkan pada (1) hati yang bersih dari noda kotoran dunia, (2)
penempaan (riyadhah yang sempurna, (3) dzikir yang istiqamah, (4) adil dalam pemikiran, dan (5)
tersingkron dengan batasan-batasan syariat.

Dalam kacamata penulis, jika merujuk pada argumentasi Al-Ghazali di atas, maka keabsahan term
kufur yang sering terlontar karena berangkat dari ambisi untuk meraih jabatan duniawi perlu ditinjau
ulang, karena sarat akan muatan-muatan politis. Di mana hal itu bertentangan dengan poin nomor
satu sebagaimana dijelaskan di atas.
KIMIYA AS-SA’DAH

Ketahuilah bahwa manusia ini bukanlah dijadikan untuk gurau-senda atau “sia-sia” saja. Tetapi
adalah dijadikan dengan ‘Ajaib sekali dan untuk tujuan yang besar dan mulia. Meskipun manusia itu
bukan Qadim (kekal dari azali lagi), namun ia hidup selama-lamanya. Meskipun tubuhnya kecil dan
berasal dari bumi, namun Ruh atau Nyawa adalah tinggi dan berasal dari sesuatu yang bersifat
Ketuhanan. Apabila hawa nafsunya dibersihkan sebersih-bersihnya, maka ia akan mencapai taraf
yang paling tinggi. Ia tidak lagi menjadi hamba kepada hawa nafsu yang rendah. Ia akan
mempunyai sifat-sifat seperti Malaikat.
Dalam peringkat yang tinggi itu, didapatinya SyurgaNya adalah dalam bertafakur mengenang Alloh
Yang Maha Indah dan Kekal Abadi.
AL- ARBA’IN FI USHULUDIN

Kitab al-Arba'in Fi Ushul al-Din merupakan karya agung Hujjatul Islam Abu Hamid al-Ghazali (450-
505H), selepas kitabnya yang terkenal ‘Ihya' Ulumiddin’.

Sebenarnya sudah lama saya mencari kitab ini, khususnya kitab terjemahan lengkapnya. Saya mula
mengenali judul kitab ini ketika belajar di sekolah menengah lagi, iaitu membaca karya guru saya al-
Fadhil al-Ustaz Abdullah al-Qari melalui karya terjemahannya yang berjudul ‘Dasar-Dasar Kepercayaan
Islam’. Iaitu terjemahan bahagian pertama daripada kitab al-Arba’in. Insya Allah saya akan paparkan
pengenalan ringkas buku tersebut di catatan yang lain.
BIDAYAH AL-HIDAYAH

Ketahuilah wahai manusia yang ingin mendapat curahan ilmu, yang betul-betul berharap dan sangat
haus kepadanya, bahwa jika engkau menuntut ilmu guna bersaing, berbangga, mengalahkan teman
sejawat, meraih simpati orang, dan mengharap dunia, maka sesungguhnya engkau sedang
berusaha menghancurkan agamamu, membinasakan dirimu, dan menjual akhirat dengan dunia.
Dengan demikian, engkau mengalami kegagalan, perdaganganmu merugi, dan gurumu telah
membantumu dalam berbuat maksiat serta menjadi sekutumu dalam kerugian tersebut. Gurumu itu
seperti orang yang menjual pedang bagi perompak jalanan, sebagaimana Rasul saw. bersabda,
"Siapa yang membantu terwujudnya perbuatan maksiat walaupun hanya dengan sepenggal kata, ia
sudah menjadi sekutu baginya dalam perbuatan tersebut."
AD-DURAR AL-FAKHIRAH FI KASFI ‘ULUM AL-AKHIRAH

Tab al-Durar al-Bahiyyah fiima yalzamu al-Mukallaf min al-‘ulum al-syar’iyyah ( ‫الدرر‬
‫ )البهية فيما يلزم المكلف من العلوم الشرعية‬adalah sebuah kitab yang disusun oleh Syaikh al-
‘Allamah Abu Bakr Utsman bin al-‘Arif Billah Sayyid Muhammad Zainuddin Syatha al-
Dimyathi al-Syafi’i.

Syaikh Abu Bakr bin Muhammad Syatha al-Dimyathi( ‫أبي بكر بن محمد شطا‬
‫ )الدمياطي‬dilahirkan pada tahun 1266H/1850M dan wafat tahun 1310H/1893M. Beliau
merupakan seorang guru yang terkenal di Masjid al-Haram Makkah dan salah seorang
murid al-‘Allamah Sayyid Ahmad Zaini Dahlan Mufti al-Syafi’iyyah di Makkah al-
Mukarramah pada zamannya.
AL-MAQSHAD AL-ASNA DI SYARH ASMA’UL HUSNA

Dalam masalah fikih, beliau seorang yang bermazhab Syafi’i. Nampak dari karyanya Al Wasith,
Al Basith dan Al Wajiz. Bahkan kitab beliau Al Wajiz termasuk buku induk dalam mazhab Syafi’i.
Mendapat perhatian khusus dari para ulama Syafi’iyah. Imam Adz Dzahabi menjelaskan
mazhab fikih beliau dengan pernyataannya, “Syaikh Imam, Hujjatul Islam, A’jubatuz zaman,
Zainuddin Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Ath Thusi Asy
Syafi’i.”
Sedangkan dalam sisi akidah, beliau sudah terkenal dan masyhur sebagai seorang yang
bermazhab Asy’ariyah. Banyak membela Asy’ariyah dalam membantah Bathiniyah, para filosof
serta kelompok yang menyelisihi mazhabnya. Bahkan termasuk salah satu pilar dalam mazhab
tersebut. Oleh karena itu beliau menamakan kitab aqidahnya yang terkenal dengan judul Al
Iqtishad Fil I’tiqad. Tetapi karya beliau dalam aqidah dan cara pengambilan dalilnya, hanyalah
merupakan ringkasan dari karya tokoh ulama Asy’ariyah sebelum beliau (pendahulunya). Tidak
memberikan sesuatu yang baru dalam mazhab Asy’ariyah. Beliau hanya memaparkan dalam
bentuk baru dan cara yang cukup mudah. Keterkenalan Imam Ghazali sebagai tokoh Asy’ariyah
juga dibarengi dengan kesufiannya. Beliau menjadi patokan marhalah yang sangat penting
menyatunya Sufiyah ke dalam Asy’ariyah.
AL-WAJIS

Dikarang oleh Al-Ghozzali, sang Hujjatul Islam, kitab Al-Wajiz “tumbuh” secara alami menjadi kitab penting
dalam sejarah fikih madzhab Asy-Syafi’i. Bagaimana tidak? Pengarangnya adalah seorang tokoh yang dikenal
memiliki popularitas yang bukan hanya dikenal di dunia Islam tetapi juga pada peradaban di luar Islam.
Pengarangnya adalah seorang tokoh yang dikenal memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga sanggup
menguasai berbagai macam bidang ilmu “berat” yang hanya mungkin digapai oleh mereka yang memiliki
“akal-akal raksasa”. Jika dibicarakan filsafat, maka nama Al-Ghozzali tidak mungkin dilewatkan dengan
karyanya seperti “Tahafutu Al-Falasifah”. Jika dibicarakan ushuluddin maka Al-Ghozzali akan disebut dengan
karyanya seperti “Al-Iqtishod fi Al-I’tiqod”. Jika disebut ilmu kalam, maka Al-Ghozzali akan diingat dengan
karyanya seperti “Iljam Al-‘Awamm”. Jika disebut ilmu ushul fikih, maka Al-Ghazzali akan dikenang dengan
karyanya semisal; “Al-Mustashfa”. Jika disebut ilmu tashowwuf, maka kaum muslimin tidak mungkin lupa
dengan karya besarnya (lepas dari pujian maupun kritikan) yang bernama “Ihya Ulumiddin”. Kitab ini bahkan
menjadi referensi, rujukan, atau bahan penelitian dalam kajian ilmu pendidikan dan psikologi di zaman
sekarang.

Anda mungkin juga menyukai