Iswandi Imran ITB
Iswandi Imran ITB
PENDAHULUAN
PORTAL
BETON
Pengaruh adanya interaksi antara dinding pengisi dan struktur portal mengakibatkan
perbedaan perilaku struktur tersebut dalam menahan beban lateral dibandingkan
dengan perilaku struktur portal terbuka. Terkait dengan tinjauan performance struktur,
FEMA 356 memberikan batasan-batasan performance levels yang berbeda untuk
struktur portal beton bertulang dan dinding pasangan (Tabel 1).
Tabel 1 Batasan performance levels
Performance levels
Indikasi:
retak
ekstensif
dan
crushing namun posisi dinding
masih tetap pada bidang dinding;
tidak ada kejatuhan unit pasangan;
crushing dan spalling ekstensif pada
plesteran pada sudut-sudut bukaan.
Drift: 0,5% transien; 0,3% permanen
Pada tabel tersebut terlihat bahwa level deformasi (drift ratio) untuk level performance
yang sama pada dinding pasangan pada dasarnya lebih kecil daripada level deformasi
pada struktur portal beton bertulang.
portal
momen
Kajian terhadap struktur portal dengan dinding pengisi telah banyak dilakukan sejak
lama. Beberapa kajian menghasilkan beberapa metode yang diusulkan untuk
memodelkan elemen dinding pengisi dalam analisis struktur. Konsep pemodelan yang
umum digunakan adalah pemodelan dinding pengisi sebagai elemen strut diagonal
karena material dinding pengisi dianggap hanya mampu menahan tegangan tekan dan
diabaikan pada saat terjadi tarik. Salah satu metode pemodelan dinding pengisi sebagai
elemen strut diagonal dikembangkan oleh Saneinejad & Hobbs (1995), sebagaimana
dijelaskan dalam Gambar 1.
panel
dinding
pengisi
l'
l
(1- c)h
ch
(a)
l'
(b)
Secara umum, aspek-aspek pemodelan dinding pengisi dalam analisis struktur meliputi:
a. Kondisi batas kekuatan
Kondisi batas kekuatan dinding pengisi ditentukan oleh tiga moda keruntuhan
(Saneinejad & Hobbs, 1995) yaitu: kehancuran sudut (CC); kegagalan tekan
diagonal (DC); dan kegagalan geser pada bed-joint (S). Nilai terkecil dari beban
yang menimbulkan masing-masing moda keruntuhan menjadi beban maksimum
yang dapat dipikul panel dinding pengisi yang dimodelkan sebagai elemen strut
diagonal.
b.
Beban retak
Selain pendefinisian beban maksimum berdasarkan moda keruntuhan, beban yang
menimbulkan keretakan pada dinding juga perlu diperhitungkan. Kondisi terjadinya
retak dapat dianggap sebagai kondisi batas layan.
c.
d.
Model konstitutif
Madan (1997) mengusulkan suatu model konstitutif material dinding pasangan
sebagai fungsi polinomial (Gambar 2).
fm
Em
Compression
Esec
Tension
Masonry Strain ( m)
Gambar 2 Model konstitutif untuk panel dinding pengisi (Madan et. al. 1997)
fm
f 'm
r 1
di mana r
r
r
m
Em
Em Esec
(1)
(2)
Dinding pengisi yang dimodelkan sebagai strut diagonal juga diasumsikan memiliki
perilaku gaya deformasi aksial analog dengan model konstitutif material tersebut,
di mana besaran tegangan masonry (fm) dan regangan masonry ( m) masing-masing
dapat diganti dengan gaya tekan strut, Rd, dan deformasi aksial, d. Sehingga
persamaan (1) di atas menjadi:
rd
'd
Rd
(3)
rd
rd
'd
di mana R = kekuatan dinding pengisi yang ditentukan oleh moda keruntuhan CC,
Ed 0
Ed 0
Ed
fa
c1 f ' m 1
1
2
2c 2
2
untuk
c2
2c 2 c 2
4c3
(4a)
dan
fa
c1 f ' m
c3
1
2
2c 2
2
untuk
2c 2 c 2
4c3
(4b)
di mana: fa = tegangan ijin dinding pasangan; fm = kuat tekan prisma pasangan dinding;
= kelangsingan dinding dalam arah diagonal =
2 3Ld
t
(dengan Ld = panjang diagonal panel dan t = tebal dinding); c1, c2, dan c3 adalah
koefisien-koefisien yang dicari berdasarkan hasil-hasil eksperimental yang pernah
dilakukan. Dalam formula tegangan ijin menurut ACI-530, nilai c1, c2 dan c3 berturut-turut
sebesar 0.25, 140 dan 70.
Dengan menggunakan hasil eksperimental yang dilakukan oleh Imran & Aryanto (2009)
dan Mehrabi et. al. (1996) dilakukan kalibrasi pada formula di atas. Karena data
eksperimental diperoleh dari pengujian dengan kondisi yang berbeda, perlu dilakukan
normalisasi pada formula beban puncak untuk moda keruntuhan DC sebagai berikut:
RDC cos
f ' m h' t
0.5c1 1
c2
untuk
1
2
2c 2
2
2c 2 c 2
4c3
(5a)
dan
R DC cos
f ' m h' t
0.5c1
c3
untuk
1
2
2c 2
2
2c 2 c 2
4c3
(5b)
Dengan metode curve-fitting serta dikalibrasi dengan analisis nonlinear static pushover
dengan menggunakan program ADINA v8.3 diperoleh nilai c1, c2 dan c3 yang
direkomendasikan sebesar 0.36, 110 dan 55 berturut-turut. Hasil analisis nonlinear static
pushover terhadap struktur prototip model-1 dan model-2 yang masing-masing
menggunakan bata merah dan blok AAC (Autoclaved Aerated Concrete) sebagai dinding
pengisi (Imran & Aryanto, 2009) dapat dilihat pada Gambar 3.
Pada Gambar 3 terlihat bahwa pemodelan struktur portal beton bertulang dengan
dinding pengisi memberikan hasil yang cukup mendekati hasil eksperimental. Oleh
karena itu, metode analisis dengan model yang telah dikembangkan diatas dapat
digunakan dalam mengevaluasi performance struktur portal beton bertulang dengan
dinding pengisi.
STRUKTUR PROTOTIP
Kajian dilakukan pada struktur portal jenis B2 (DPU, 1983), yaitu struktur portal beton
bertulang dengan dinding pengisi yang disatukan dengan portalnya. Dalam analisis dan
perencanaan struktur tersebut, kontribusi dinding pengisi terhadap kekuatan dan
kekakuan struktur portal dalam menahan beban lateral diabaikan.
Secara umum struktur portal beton bertulang jenis B2 didefinisikan dengan ketentuanketentuan sebagai berikut:
1) Tinggi (H) maksimum 7 tingkat atau 25 meter.
2) Dinding tidak dipisahkan dari struktur dengan penempatan mendekati simetris.
3) Panjang (A) maupun lebar (B) gedung tidak melampaui 10 bentang atau 50 meter.
4) Rasio A/B tidak boleh lebih besar dari 5.0 dan tidak boleh lebih kecil dari 0.2 (0.2 <
A/B <5.0).
5) Rasio tinggi terhadap panjang atau lebar gedung (H/A ataun H/B) tidak boleh lebih
besar dari 3.0.
Dan ketentuan-ketentuan khusus lain sebagaimana tercantum dalam peraturan (DPU,
1983). Evaluasi performance struktur portal beton bertulang dengan dinding pengisi
dilakukan pada struktur prototip yang memenuhi ketentuan struktur portal jenis B2.
Sistem struktur tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
kolom
balok
Ly
H1
pelat
Ly
dinding
pengisi
H1
H1
Ly
Lx
Lx
Lx
Lx
Lx
Lx
dipasang penuh pada setiap tingkat. Struktur prototip P1 menggunakan pasangan bata
merah sebagai dinding pengisi, sedangkan struktur prototip P2 menggunakan pasangan
beton ringan aerasi/ Autoclaved Aerated Concrete (AAC).
Struktur gedung direncanakan sebagai gedung perkantoran dengan beban hidup
2.5kN/m2. Beban mati tambahan pada pelat lantai sebesar 1.5kN/m2. Struktur juga
direncanakan menahan beban lateral berupa percepatan gempa dengan koefisien SDS =
0.55; SD1 = 0.33 (Wilayah 3 - tanah sedang; menurut SNI 1726-2002). Kuat tekan beton
rencana adalah fc = 25MPa dengan tulangan baja menggunakan fy = 400MPa. Dinding
pengisi menggunakan dua jenis material, yaitu bata merah dan Autoclaved Aerated
Concrete (AAC) dengan spesifikasi sebagaimana tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesifikasi material dinding pengisi untuk prototip
Parameter
Pasangan bata
merah
Pasangan
AAC
Berat jenis ( m)
2.5 kN/m3
0.8 kN/m3
3.91MPa
2.97MPa
Regangan puncak ( m)
0.0044
0.0066
Tebal dinding pengisi adalah 100mm untuk dinding pasangan bata merah dan AAC.
Ringkasan hasil desain struktur prototip disajikan dalam Gambar 5.
B3
C3
B3
C3
B2
C2
C3
B2
C2
B1
C1
B3
C3
Dimensi
(b x h)
Tulangan
Atas
Tulangan
Bawah
B1
200mm x 400mm
3D16mm
3D16mm
B2
200mm x 400mm
2D16mm
2D16mm
B3
200mm x 400mm
2D13mm
2D13mm
C1, C2 & C3
350mm x 350mm
B2
C2
B1
C1
Penampang
C2
B1
C1
C1
8D16mm
5.1.
Pemodelan elemen struktur portal
Dalam program ADINA, elemen struktur portal dimodelkan sebagai elemen beam.
Terdapat dua pilihan dalam input kekakuan elemen beam, yaitu: (1) dengan
mendefinisikan penampang dan material; dan (2) dengan mendefinisikan momentcurvature rigidity. Dalam kajian ini, kekakuan elemen beam menggunakan definisi
moment-curvature rigidity karena elemen balok dan kolom memiliki penampang
komposit beton bertulang yang perilakunya tidak dapat dimodelkan dengan satu jenis
material saja. Input data untuk mendefinisikan rigidity elemen beam meliputi: hubungan
beban dan regangan aksial; serta momen-kurvatur pada beberapa kondisi beban aksial.
5.2.
Pemodelan elemen dinding pengisi
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, dinding pengisi dimodelkan sebagai elemen
strut diagonal yang hanya berkontribusi terhadap kekakuan struktur jika mengalami gaya
tekan. Dalam program ADINA, elemen strut diagonal tersebut dimodelkan sebagai truss
element dengan input luas penampang dan hubungan tegangan-regangan material.
Untuk membatasi deformasi pasca puncak, diberikan kondisi ultimit pada hubungan
tegangan-regangan material yaitu tercapainya regangan pada saat tegangan mengalami
penurunan sebesar 15% terhadap tegangan maksimum. Setelah mencapai regangan
ultimit, elemen truss dianggap tidak berkontribusi terhadap kekakuan sistem struktur.
Untuk mengakomodasi asumsi tersebut, dilakukan perpanjangan kurva teganganregangan yaitu untuk regangan yang lebih besar dari regangan ultimit nilai tegangan
adalah nol (lihat Gambar 6). Hal tersebut dimaksudkan agar load step dapat terus
berlanjut walaupun terdapat beberapa elemen yang telah mencapai kondisi ultimit.
max
0.15
max
0
max
ult
5.3.
Sistem struktur dan skema beban dorong
Sebagai beban pushover/ beban dorong, pada titik di elevasi lantai atas diberikan
prescribed displacement dengan load step konstan sebesar 0.002 meter. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, digunakan automatic time-stepping pada analysis
option apabila dalam mencari solusi tidak diperoleh konvergensi pada load step yang
ditetapkan. Selain beban dorong tersebut, pada struktur juga diberikan beban-beban
gravitasi secara konstan sejak step pertama. Pada setiap titik di lantai yang sama
diberikan constraint dalam arah x-displacement untuk memodelkan rigid diaphragm yang
disumbangkan oleh kekakuan pelat lantai. Skema sistem struktur dan pembebanan
dapat dilihat pada Gambar 7. Dalam gambar tersebut juga di berikan notasi pada setiap
elemen portal dan strut diagonal agar memudahkan identifikasi pada saat pembahasan
hasil analisis.
Prescribed
displacement
C3-1
B3-1
W3-1
B3-2
C3-2
B2-1
C2-1
W2-1
W1-1
C3-3
B2-2
C2-2
B1-1
C1-1
W3-2
B3-3
W2-2
W1-2
C3-4
B2-3
C2-3
B1-2
C1-2
W3-3
W2-3
C2-4
B1-3
C1-3
W1-3
C1-4
Luas area di bawah kurva pushover sama dengan luas area di bawah kurva
kapasitas (linearisasi)
Modulus kekakuan inisial sama dengan modulus sekan kurva pushover pada kondisi
0.6 beban leleh.
Dengan cara trial & error, diperoleh titik potong antara dua garis dengan koordinat
(peralihan; beban) yaitu (53.33mm; 175.20kN) untuk struktur P1 dan (43.33mm;
146.18kN) untuk struktur P2. Linearisasi kurva kapasitas untuk struktur P1 dan P2
ditunjukkan dalam Gambar 8.
Gambar 8 Kurva pushover dan kurva kapasitas struktur prototip hasil analisis struktur
10
5.5.
Struktur P0
Tingkat
yang ditinjau
b.
Target
drift
Tingkat-1
0.576%
Tingkat-2
Tingkat-3
IO
0.435%
IO
1.513%
LS
1.087%
LS
2.009%
CP
1.495%
LS
Struktur P1
Tingkat
yang ditinjau
c.
Target
drift
Tingkat-1
0.544%
IO
CP
0.438%
IO
LS
Tingkat-2
1.179%
LS
collapse
0.945%
IO
collapse
Tingkat-3
1.569%
LS
collapse
1.244%
LS
collapse
Struktur P2
Tingkat
yang ditinjau
Target
drift
Tingkat-1
0.544%
IO
CP
0.366%
IO
LS
Tingkat-2
1.179%
LS
collapse
0.786%
IO
collapse
Tingkat-3
1.569%
LS
collapse
1.033%
LS
Keterangan: (a) performance level untuk struktur portal beton bertulang
(b) performance level untuk elemen dinding pasangan
IO = Immediate Occupancy; LS = Life Safety; CP = Collapse Prevention
collapse
11
(a) Struktur P1
12
(b) Struktur P2
Keterangan: (M) = maximum; (Y) = yield; (U) = ultimate; R = right end; L = left end; B = bottom end
t (1) = target displacement (the capacity spectrum method)
t (2) = target displacement (the coefficient method)
KESIMPULAN
Konsep pemodelan dinding pengisi sebagai elemen strut diagonal dapat digunakan
dalam analisis struktur portal dengan dinding pengisi. Dengan memodelkan sebagai
13
elemen strut, perilaku dinding pengisi hanya ditinjau terhadap gaya aksial tekan. Metode
ini memerlukan lebih sedikit parameter pemodelan daripada pemodelan dinding pengisi
sebagai suatu panel, misalnya shell element. Penyederhanaan model tersebut akan
memberikan hasil yang cukup akurat dan realistis apabila dalam formulasinya telah
diperhitungkan segala aspek yang mempengaruhi kekuatan dan kekakuan dinding
pengisi. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah: besaran mekanis material dinding
pengisi; geometri panel dinding pengisi; perilaku kontak antara panel dinding pengisi
dengan elemen portal; serta moda keruntuhan dinding yang dapat terjadi.
Perilaku dinding pengisi sangat kompleks sehingga dalam pemodelannya banyak
diperlukan formula-formula empiris yang dikombinasikan dengan konsep-konsep analitis.
Oleh karena itu, kalibrasi dengan hasil kajian eksperimental diperlukan untuk
menghasilkan formula pemodelan yang lebih akurat dan komprehensif.
Salah satu tujuan pengembangan model analitis adalah untuk mempelajari perilaku
struktur portal beton bertulang dengan dinding pengisi dari segi performance-based
engineering. Berdasarkan kajian yang dilakukan pada struktur prototip, adanya interaksi
antara struktur portal dengan dinding pengisi meningkatkan performance level struktur
portal. Hal tersebut ditunjukan dengan penurunan peralihan struktur sebesar 13% ~ 36%
dibandingkan dengan peralihan pada portal terbuka. Namun, tingkat kerusakan panel
dinding pada dasarnya lebih besar pada saat struktur mencapai target displacement.
Beberapa panel dinding bahkan tidak memenuhi performance objective yang
disyaratkan.
7 DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 318 (2008). Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI
318-08)
ACI Committee 530 (2005). Building Code Requirements for Masonry Structures (ACI
530-05)
American Society of Civil Engineers (2005). Minimum Design Loads for Buildings and
Other Structures (ASCE/SEI 7-05)
Departemen Pekerjaan Umum. (1983). Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur
Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung
Federal Emergency Management Agency (2000). Prestandard and Commentary for The
Seismic Rehabilitation of Buildings (FEMA 356)
Federal Emergency Management Agency (2005). Improvement of Nonlinear Static
Seismic Analysis Procedures (FEMA 440 / ATC-55)
Imran, I., Aryanto, A. (2009). Behavior of Reinforced Concrete Frames In-Filled with
Lightweight Materials Under Seismic Loads, Civil Engineering Dimension, Petra
14