Anda di halaman 1dari 14

KAJIAN PERFORMANCE STRUKTUR PORTAL BETON

BERTULANG DENGAN DINDING PENGISI


Helmy Hermawan Tjahjanto dan Iswandi Imran

PENDAHULUAN

Dalam perancangan struktur gedung, pengaruh dinding pasangan terhadap kekuatan


dan kekakuan struktur portal sering diabaikan dalam analisis sehingga struktur dianggap
sebagai portal terbuka. Dinding pasangan biasanya hanya diperhitungkan sebagai
beban garis pada balok maupun pelat lantai di bawahnya. Konsep desain seperti ini
tidak akan menjadi masalah apabila dalam pelaksanaannya dinding pasangan memang
dikonstruksi secara terpisah atau tidak berinteraksi dengan struktur portal. Pada
kenyataan di lapangan, banyak dilakukan konstruksi dinding pasangan secara
terintegrasi dengan struktur portal. Salah satu alasan konstruksi tersebut adalah
pemanfaatan dinding bata sebagai acuan cetakan untuk pengecoran kolom beton
betulang. Konstruksi tersebut biasa didefinisikan sebagai struktur portal beton bertulang
dengan dinding pengisi terkekang (confined masonry). Metode konstruksi lain adalah
dinding pengisi dikonstruksi secara penuh pada panel portal yang telah dibuat terlebih
dahulu atau disebut juga infilled frame. Pada struktur portal dengan dinding pengisi
terdapat interaksi antara dinding pengisi terkekang dengan struktur portal. Berdasarkan
beberapa kajian diketahui bahwa interaksi tersebut dapat meningkatkan kekakuan dan
kekuatan sistem struktur secara keseluruhan, terutama terhadap pembebanan lateral
termasuk beban gempa.
Pada saat struktur mengalami tingkat pembebanan yang relatif kecil, dinding pengisi
dapat berkontribusi terhadap kekakuan dan kekuatan struktur secara penuh. Pada
tingkat pembebanan ini kekuatan dinding pengisi masih belum terlampaui sehingga
belum terjadi kegagalan yang dapat menurunkan kekakuan struktur secara keseluruhan.
Namun apabila tingkat pembebanan yang terjadi lebih besar, di mana deformasi yang
terjadi mengakibatkan kekuatan dinding pengisi terlampaui, akan timbul kerusakankerusakan sebagai indikasi kegagalan dinding pengisi. Hal tersebut menyebabkan
struktur portal dengan dinding pengisi mengalami degradasi kekakuan secara signifikan.
Sedangkan energi gempa yang sebelumnya diterima oleh struktur portal bersama
dengan dinding pengisi secara tiba-tiba diterima sepenuhnya oleh elemen portal yang
akhirnya dapat menyebabkan kegagalan pada struktur portal.
Kajian ini dilakukan untuk mempelajari perilaku struktur portal beton bertulang dengan
dinding pengisi terutama terkait dengan performance level struktur tersebut terhadap
beban gempa. Dalam kajian ini dilakukan pengembangan model matematis elemen
dinding pengisi berdasarkan teori-teori yang telah dikembangkan serta dikalibrasi
dengan hasil eksperimental dalam penelitian sebelumnya. Sebagai alat bantu,
digunakan program ADINA v8.3 untuk melakukan analisis nonlinear static pushover.
Dengan metode pemodelan dan analisis yang dikembangkan, dilakukan evaluasi
performance level terhadap struktur prototip berupa struktur portal beton bertulang
dengan dinding pengisi.

Seminar dan Pameran HAKI 2009

PERFORMANCE LEVEL UNTUK STRUKTUR


BERTULANG DENGAN DINDING PENGISI

PORTAL

BETON

Pengaruh adanya interaksi antara dinding pengisi dan struktur portal mengakibatkan
perbedaan perilaku struktur tersebut dalam menahan beban lateral dibandingkan
dengan perilaku struktur portal terbuka. Terkait dengan tinjauan performance struktur,
FEMA 356 memberikan batasan-batasan performance levels yang berbeda untuk
struktur portal beton bertulang dan dinding pasangan (Tabel 1).
Tabel 1 Batasan performance levels
Performance levels

Struktur Portal Beton Bertulang

Dinding pasangan sebagai


dinding pengisi

Immediate Occupancy (IO)

Indikasi primer: retak rambut minor;


kelelehan dalam jumlah terbatas
dan pada lokasi tertentu; belum
terjadi kehancuran beton (regangan
beton belum mencapai 0,003).
Indikasi sekunder: terdapat spalling
minor pada balok dan kolom daktail;
retak lentur pada balok dan kolom;
serta retak geser pada joint dengan
lebar < 1/16 inci.
Drift: 1% transien; tidak ada drift
permanen

Indikasi: retak minor (lebar < 1/8


inci) pada dinding pasangan dan
plesteran; spalling minor pada
plesteran di sudut-sudut bukaan..
Drift: 0,1% transien; tidak ada drift
permanen

Life Safety (LS)

Indikasi primer: kerusakan ekstensif


pada balok; spalling selimut beton
dan retak geser (lebar < 1/8 inci)
pada kolom daktail; spalling minor
pada kolom nondaktail; retak pada
joint dengan lebar 1/8 inci.
Indikasi sekunder: retak ekstensif
dan terbentuknya sendi plastis pada
elemen-elemen daktail; retak dalam
jumlah terbatas dan kegagalan
splice pada kolom nondaktail;
kerusakan berat pada kolom
pendek.
Drift: 2% transien; 1% permanen

Indikasi:
retak
ekstensif
dan
crushing namun posisi dinding
masih tetap pada bidang dinding;
tidak ada kejatuhan unit pasangan;
crushing dan spalling ekstensif pada
plesteran pada sudut-sudut bukaan.
Drift: 0,5% transien; 0,3% permanen

Collapse Prevention (CP)

Indikasi primer: retak ekstensif dan


terbentuknya sendi plastis pada
elemen-elemen daktail; retak dalam
jumlah terbatas dan kegagalan
splice pada kolom nondaktail;
kerusakan berat pada kolom
pendek.
Indikasi sekunder: spalling ekstensif
pada kolom dan balok; kerusakan
joint; terjadi tekuk pada tulangan.
Drift: 4% transien dan permanen

Indikasi primer: retak ekstensif dan


crushing pada dinding
Indikasi sekunder: terdapat crushing
dan
remukan
dinding
yang
ekstensif; posisi dinding bergeser.
Drift: 0,6% transien dan permanen

Pada tabel tersebut terlihat bahwa level deformasi (drift ratio) untuk level performance
yang sama pada dinding pasangan pada dasarnya lebih kecil daripada level deformasi
pada struktur portal beton bertulang.

Seminar dan Pameran HAKI 2009

PENGEMBANGAN MODEL ANALISIS

portal
momen

Kajian terhadap struktur portal dengan dinding pengisi telah banyak dilakukan sejak
lama. Beberapa kajian menghasilkan beberapa metode yang diusulkan untuk
memodelkan elemen dinding pengisi dalam analisis struktur. Konsep pemodelan yang
umum digunakan adalah pemodelan dinding pengisi sebagai elemen strut diagonal
karena material dinding pengisi dianggap hanya mampu menahan tegangan tekan dan
diabaikan pada saat terjadi tarik. Salah satu metode pemodelan dinding pengisi sebagai
elemen strut diagonal dikembangkan oleh Saneinejad & Hobbs (1995), sebagaimana
dijelaskan dalam Gambar 1.

panel
dinding
pengisi
l'
l

(1- c)h

ch

(a)

l'
(b)

Gambar 1 Pemodelan diagonal strut ekuivalen untuk dinding pengisi


pada struktur portal: a) bagian portal dengan dinding pengisi;
b) panel dinding pengisi

Secara umum, aspek-aspek pemodelan dinding pengisi dalam analisis struktur meliputi:
a. Kondisi batas kekuatan
Kondisi batas kekuatan dinding pengisi ditentukan oleh tiga moda keruntuhan
(Saneinejad & Hobbs, 1995) yaitu: kehancuran sudut (CC); kegagalan tekan
diagonal (DC); dan kegagalan geser pada bed-joint (S). Nilai terkecil dari beban
yang menimbulkan masing-masing moda keruntuhan menjadi beban maksimum

Seminar dan Pameran HAKI 2009

yang dapat dipikul panel dinding pengisi yang dimodelkan sebagai elemen strut
diagonal.
b.

Beban retak
Selain pendefinisian beban maksimum berdasarkan moda keruntuhan, beban yang
menimbulkan keretakan pada dinding juga perlu diperhitungkan. Kondisi terjadinya
retak dapat dianggap sebagai kondisi batas layan.

c.

Kekakuan dan deformasi dinding pengisi


Secara empiris peralihan lateral dinding pengisi pada kondisi beban puncak dapat
dihitung. Berdasarkan beban dan peralihan puncak tersebut diperoleh kekakuan
sekan yang dapat digunakan untuk mengestimasi kekakuan inisial dinding pengisi
yang besarnya dua kali nilai kekakuan sekan pada kondisi beban puncak.

d.

Model konstitutif
Madan (1997) mengusulkan suatu model konstitutif material dinding pasangan
sebagai fungsi polinomial (Gambar 2).

Masonry Stress (fm)

fm

Em

Compression

Esec

Tension

Masonry Strain ( m)

Gambar 2 Model konstitutif untuk panel dinding pengisi (Madan et. al. 1997)

fm

f 'm
r 1

di mana r

r
r
m

Em
Em Esec

(1)
(2)

Dinding pengisi yang dimodelkan sebagai strut diagonal juga diasumsikan memiliki
perilaku gaya deformasi aksial analog dengan model konstitutif material tersebut,
di mana besaran tegangan masonry (fm) dan regangan masonry ( m) masing-masing
dapat diganti dengan gaya tekan strut, Rd, dan deformasi aksial, d. Sehingga
persamaan (1) di atas menjadi:

Seminar dan Pameran HAKI 2009

rd

'd

Rd

(3)

rd

rd

'd

di mana R = kekuatan dinding pengisi yang ditentukan oleh moda keruntuhan CC,

Ed 0

DC atau S; d = deformasi pada kondisi beban aksial maksimum; rd

Ed 0

Ed

Ed = kekakuan sekan pada beban puncak; dan Ed0 = kekakuan inisial.


Terhadap formulasi yang dikembangkan oleh Saneinejad & Hobbs (1995) perlu
dilakukan modifikasi terutama pada pengaruh rasio panjang diagonal terhadap tebal
dinding, Ld/t, terhadap moda keruntuhan DC. Nilai rasio Ld/t yang cukup besar dapat
menghasilkan kekuatan strut diagonal yang tidak realistis, yaitu bernilai negatif. Hal
tersebut dimungkinkan karena perhitungan tengangan ijin, fa, yang digunakan belum
mengakomodasi kondisi Ld/t yang lebih besar. Untuk mengatasi masalah tersebut, dapat
digunakan pendekatan ACI-530 dalam menghitung tegangan ijin dinding pasangan
sehingga perhitungan tegangan ijin yang akan digunakan secara umum menjadi
2

fa

c1 f ' m 1

1
2
2c 2
2

untuk

c2

2c 2 c 2

4c3

(4a)

dan

fa

c1 f ' m

c3

1
2
2c 2
2

untuk

2c 2 c 2

4c3

(4b)

di mana: fa = tegangan ijin dinding pasangan; fm = kuat tekan prisma pasangan dinding;
= kelangsingan dinding dalam arah diagonal =

2 3Ld
t

(dengan Ld = panjang diagonal panel dan t = tebal dinding); c1, c2, dan c3 adalah
koefisien-koefisien yang dicari berdasarkan hasil-hasil eksperimental yang pernah
dilakukan. Dalam formula tegangan ijin menurut ACI-530, nilai c1, c2 dan c3 berturut-turut
sebesar 0.25, 140 dan 70.
Dengan menggunakan hasil eksperimental yang dilakukan oleh Imran & Aryanto (2009)
dan Mehrabi et. al. (1996) dilakukan kalibrasi pada formula di atas. Karena data
eksperimental diperoleh dari pengujian dengan kondisi yang berbeda, perlu dilakukan
normalisasi pada formula beban puncak untuk moda keruntuhan DC sebagai berikut:

RDC cos
f ' m h' t

0.5c1 1

c2

untuk

1
2
2c 2
2

2c 2 c 2

4c3

(5a)

dan

R DC cos
f ' m h' t

0.5c1

Seminar dan Pameran HAKI 2009

c3

untuk

1
2
2c 2
2

2c 2 c 2

4c3

(5b)

Dengan metode curve-fitting serta dikalibrasi dengan analisis nonlinear static pushover
dengan menggunakan program ADINA v8.3 diperoleh nilai c1, c2 dan c3 yang
direkomendasikan sebesar 0.36, 110 dan 55 berturut-turut. Hasil analisis nonlinear static
pushover terhadap struktur prototip model-1 dan model-2 yang masing-masing
menggunakan bata merah dan blok AAC (Autoclaved Aerated Concrete) sebagai dinding
pengisi (Imran & Aryanto, 2009) dapat dilihat pada Gambar 3.

(a) Model 1 (Bata Merah)

(b) Model 2 (Blok AAC)


Gambar 3 Kurva beban vs peralihan lateral hasil analisis nonlinear static pushover
terhadap hasil kajian eksperimental (Imran & Aryanto, 2009)

Seminar dan Pameran HAKI 2009

Pada Gambar 3 terlihat bahwa pemodelan struktur portal beton bertulang dengan
dinding pengisi memberikan hasil yang cukup mendekati hasil eksperimental. Oleh
karena itu, metode analisis dengan model yang telah dikembangkan diatas dapat
digunakan dalam mengevaluasi performance struktur portal beton bertulang dengan
dinding pengisi.

STRUKTUR PROTOTIP

Kajian dilakukan pada struktur portal jenis B2 (DPU, 1983), yaitu struktur portal beton
bertulang dengan dinding pengisi yang disatukan dengan portalnya. Dalam analisis dan
perencanaan struktur tersebut, kontribusi dinding pengisi terhadap kekuatan dan
kekakuan struktur portal dalam menahan beban lateral diabaikan.
Secara umum struktur portal beton bertulang jenis B2 didefinisikan dengan ketentuanketentuan sebagai berikut:
1) Tinggi (H) maksimum 7 tingkat atau 25 meter.
2) Dinding tidak dipisahkan dari struktur dengan penempatan mendekati simetris.
3) Panjang (A) maupun lebar (B) gedung tidak melampaui 10 bentang atau 50 meter.
4) Rasio A/B tidak boleh lebih besar dari 5.0 dan tidak boleh lebih kecil dari 0.2 (0.2 <
A/B <5.0).
5) Rasio tinggi terhadap panjang atau lebar gedung (H/A ataun H/B) tidak boleh lebih
besar dari 3.0.
Dan ketentuan-ketentuan khusus lain sebagaimana tercantum dalam peraturan (DPU,
1983). Evaluasi performance struktur portal beton bertulang dengan dinding pengisi
dilakukan pada struktur prototip yang memenuhi ketentuan struktur portal jenis B2.
Sistem struktur tersebut dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini.
kolom

balok

Ly
H1
pelat

Ly

dinding
pengisi

H1

H1

Ly
Lx
Lx

Lx

Lx

Lx

Lx

(a) Denah sistem struktur

(b) Struktur portal tipikal

Gambar 4 Prototip struktur portal beton bertulang


Struktur portal beton bertulang direncanakan sebagai gedung bertingkat (tiga bentang
dan tiga tingkat). Panjang bentang, Lx dan Ly, masing-masing sebesar 4 meter dengan
tinggi tingkat, H1 = 3 meter. Pelat lantai berupa pelat beton bertulang. Dinding pengisi

Seminar dan Pameran HAKI 2009

dipasang penuh pada setiap tingkat. Struktur prototip P1 menggunakan pasangan bata
merah sebagai dinding pengisi, sedangkan struktur prototip P2 menggunakan pasangan
beton ringan aerasi/ Autoclaved Aerated Concrete (AAC).
Struktur gedung direncanakan sebagai gedung perkantoran dengan beban hidup
2.5kN/m2. Beban mati tambahan pada pelat lantai sebesar 1.5kN/m2. Struktur juga
direncanakan menahan beban lateral berupa percepatan gempa dengan koefisien SDS =
0.55; SD1 = 0.33 (Wilayah 3 - tanah sedang; menurut SNI 1726-2002). Kuat tekan beton
rencana adalah fc = 25MPa dengan tulangan baja menggunakan fy = 400MPa. Dinding
pengisi menggunakan dua jenis material, yaitu bata merah dan Autoclaved Aerated
Concrete (AAC) dengan spesifikasi sebagaimana tercantum pada Tabel 2.
Tabel 2 Spesifikasi material dinding pengisi untuk prototip

Parameter

Pasangan bata
merah

Pasangan
AAC

Berat jenis ( m)

2.5 kN/m3

0.8 kN/m3

Kuat tekan prisma (fm)

3.91MPa

2.97MPa

Regangan puncak ( m)

0.0044

0.0066

Tebal dinding pengisi adalah 100mm untuk dinding pasangan bata merah dan AAC.
Ringkasan hasil desain struktur prototip disajikan dalam Gambar 5.
B3
C3

B3
C3

B2
C2

C3
B2

C2
B1

C1

B3
C3

Dimensi
(b x h)

Tulangan
Atas

Tulangan
Bawah

B1

200mm x 400mm

3D16mm

3D16mm

B2

200mm x 400mm

2D16mm

2D16mm

B3

200mm x 400mm

2D13mm

2D13mm

C1, C2 & C3

350mm x 350mm

B2
C2

B1
C1

Penampang

C2
B1

C1

C1

8D16mm

Gambar 5 Dimensi penampang dan tulangan elemen struktur portal

EVALUASI PERFORMANCE STRUKTUR PROTOTIP

5.1.
Pemodelan elemen struktur portal
Dalam program ADINA, elemen struktur portal dimodelkan sebagai elemen beam.
Terdapat dua pilihan dalam input kekakuan elemen beam, yaitu: (1) dengan
mendefinisikan penampang dan material; dan (2) dengan mendefinisikan momentcurvature rigidity. Dalam kajian ini, kekakuan elemen beam menggunakan definisi
moment-curvature rigidity karena elemen balok dan kolom memiliki penampang
komposit beton bertulang yang perilakunya tidak dapat dimodelkan dengan satu jenis
material saja. Input data untuk mendefinisikan rigidity elemen beam meliputi: hubungan
beban dan regangan aksial; serta momen-kurvatur pada beberapa kondisi beban aksial.

Seminar dan Pameran HAKI 2009

5.2.
Pemodelan elemen dinding pengisi
Sebagaimana telah dibahas sebelumnya, dinding pengisi dimodelkan sebagai elemen
strut diagonal yang hanya berkontribusi terhadap kekakuan struktur jika mengalami gaya
tekan. Dalam program ADINA, elemen strut diagonal tersebut dimodelkan sebagai truss
element dengan input luas penampang dan hubungan tegangan-regangan material.
Untuk membatasi deformasi pasca puncak, diberikan kondisi ultimit pada hubungan
tegangan-regangan material yaitu tercapainya regangan pada saat tegangan mengalami
penurunan sebesar 15% terhadap tegangan maksimum. Setelah mencapai regangan
ultimit, elemen truss dianggap tidak berkontribusi terhadap kekakuan sistem struktur.
Untuk mengakomodasi asumsi tersebut, dilakukan perpanjangan kurva teganganregangan yaitu untuk regangan yang lebih besar dari regangan ultimit nilai tegangan
adalah nol (lihat Gambar 6). Hal tersebut dimaksudkan agar load step dapat terus
berlanjut walaupun terdapat beberapa elemen yang telah mencapai kondisi ultimit.

max

0.15

max

0
max

ult

Gambar 6 Hubungan tegangan-regangan tipikal material strut diagonal

5.3.
Sistem struktur dan skema beban dorong
Sebagai beban pushover/ beban dorong, pada titik di elevasi lantai atas diberikan
prescribed displacement dengan load step konstan sebesar 0.002 meter. Untuk
mendapatkan hasil yang lebih akurat, digunakan automatic time-stepping pada analysis
option apabila dalam mencari solusi tidak diperoleh konvergensi pada load step yang
ditetapkan. Selain beban dorong tersebut, pada struktur juga diberikan beban-beban
gravitasi secara konstan sejak step pertama. Pada setiap titik di lantai yang sama
diberikan constraint dalam arah x-displacement untuk memodelkan rigid diaphragm yang
disumbangkan oleh kekakuan pelat lantai. Skema sistem struktur dan pembebanan
dapat dilihat pada Gambar 7. Dalam gambar tersebut juga di berikan notasi pada setiap
elemen portal dan strut diagonal agar memudahkan identifikasi pada saat pembahasan
hasil analisis.

Seminar dan Pameran HAKI 2009

Prescribed
displacement
C3-1

B3-1
W3-1

B3-2
C3-2

B2-1
C2-1

W2-1

W1-1

C3-3

B2-2
C2-2

B1-1
C1-1

W3-2

B3-3

W2-2

W1-2

C3-4

B2-3
C2-3

B1-2
C1-2

W3-3

W2-3

C2-4

B1-3
C1-3

W1-3

C1-4

Gambar 7 Pemodelan struktur portal prototip untuk analisis pushover


5.4.
Pushover curve/ capacity curve
Salah satu tujuan nonlinear static pushover analysis adalah untuk mendapatkan kurva
hubungan beban peralihan pada elevasi lantai atas sebagai titik kontrol. Kurva tersebut
kemudian dilinearisasi dan dikonversi dalam format Acceleration Displacement
Response Spectrum (ADRS) sebagai kurva kapasitas yang digunakan untuk mencari
target displacement. Prinsip linearisasi kurva kapasitas adalah menentukan titik potong
antara dua garis (titik A) sedemikian sehingga memenuhi kondisi berikut:

Luas area di bawah kurva pushover sama dengan luas area di bawah kurva
kapasitas (linearisasi)

Modulus kekakuan inisial sama dengan modulus sekan kurva pushover pada kondisi
0.6 beban leleh.
Dengan cara trial & error, diperoleh titik potong antara dua garis dengan koordinat
(peralihan; beban) yaitu (53.33mm; 175.20kN) untuk struktur P1 dan (43.33mm;
146.18kN) untuk struktur P2. Linearisasi kurva kapasitas untuk struktur P1 dan P2
ditunjukkan dalam Gambar 8.

(a) Struktur portal P1

(b) Struktur portal P2

Gambar 8 Kurva pushover dan kurva kapasitas struktur prototip hasil analisis struktur

Seminar dan Pameran HAKI 2009

10

5.5.

Target displacement berdasarkan Capacity Spectrum Method dan Coefficient


Method
Performance struktur dievaluasi pada kondisi deformasi struktur pada saat mencapai
target displacement. Penentuan target displacement dapat menggunakan Capacity
Spectrum Method atau Coefficient Method. Kedua metode tersebut mengestimasi target
displacement berdasarkan kurva kapasitas struktur dan demand spectrum sesuai beban
gempa rencana.
Sebagai pembanding, struktur prototip juga dievaluasi pada kondisi tanpa interaksi
dengan dinding pengisi atau portal terbuka. Prototip struktur portal terbuka selanjutnya
dinamakan P0. Dengan Capacity Spectrum Method diperoleh target displacement pada
lantai atas untuk struktur P0, P1 dan P2 masing-masing sebesar 122.94mm, 98.77mm
dan 79.22mm. Sedangkan dengan Coefficient Method diperoleh target displacement
pada lantai atas untuk struktur P0, P1 dan P2 masing-masing sebesar 90.5mm,
78.81mm dan 65.54mm. Pada peralihan tersebut dilakukan pemeriksaan drift ratio (%)
antar tingkat sebagai indikator performance level yang dimiliki struktur (Tabel 3).
Selain korelasi antara drift ratio dengan performance levels, tinjauan juga dilakukan
terhadap indikator-indikator penting pada respons struktur. Indikator-indikator tersebut
meliputi: kondisi leleh dan ultimit pada elemen struktur balok dan kolom; serta kondisi
beban puncak dan regangan ultimit pada elemen strut diagonal. Pada Gambar 9 dapat
diperkirakan tingkat kerusakan struktur pada saat mencapai target displacement.
Tabel 3 Evaluasi performance struktur
a.

Struktur P0

Tingkat
yang ditinjau

b.

The capacity spectrum method


Target Performance Performance
drift
level (a)
level (b)

Target
drift

Tingkat-1

0.576%

Tingkat-2
Tingkat-3

IO

0.435%

IO

1.513%

LS

1.087%

LS

2.009%

CP

1.495%

LS

Struktur P1

Tingkat
yang ditinjau

c.

The coefficient method


Performance Performance
level (a)
level (b)

The capacity spectrum method


Target Performance Performance
drift
level (a)
level (b)

Target
drift

The coefficient method


Performance Performance
level (a)
level (b)

Tingkat-1

0.544%

IO

CP

0.438%

IO

LS

Tingkat-2

1.179%

LS

collapse

0.945%

IO

collapse

Tingkat-3

1.569%

LS

collapse

1.244%

LS

collapse

Struktur P2

Tingkat
yang ditinjau

The capacity spectrum method


Target Performance Performance
drift
level (a)
level (b)

Target
drift

The coefficient method


Performance Performance
level (a)
level (b)

Tingkat-1

0.544%

IO

CP

0.366%

IO

LS

Tingkat-2

1.179%

LS

collapse

0.786%

IO

collapse

Tingkat-3
1.569%
LS
collapse
1.033%
LS
Keterangan: (a) performance level untuk struktur portal beton bertulang
(b) performance level untuk elemen dinding pasangan
IO = Immediate Occupancy; LS = Life Safety; CP = Collapse Prevention

Seminar dan Pameran HAKI 2009

collapse

11

Berdasarkan Tabel 3 dapat disimpulkan bahwa pengaruh dinding pengisi terhadap


penurunan target displacement cukup signifikan yaitu 13% ~ 36% dari target
displacement struktur portal terbuka. Namun performance level struktur portal beton
bertulang dengan dinding pengisi masih sama dengan struktur yang dianalisis sebagai
portal terbuka. Selain itu, dapat disimpulkan juga bahwa struktur portal memenuhi
performance objective (PO) untuk bangunan dengan basic objective yaitu pada level life
safety (LS) untuk rare earthquake (perioda ulang 500 tahun). Sedangkan elemen
dinding pengisi tidak memenuhi PO karena drift yang terjadi lebih besar daripada
batasan LS bahkan beberapa bagian struktur berada pada kondisi collapse.

(a) Struktur P1

Seminar dan Pameran HAKI 2009

12

(b) Struktur P2
Keterangan: (M) = maximum; (Y) = yield; (U) = ultimate; R = right end; L = left end; B = bottom end
t (1) = target displacement (the capacity spectrum method)
t (2) = target displacement (the coefficient method)

Gambar 10 Respons struktur struktur portal prototip


Berdasarkan respons struktur dalam Gambar 10, pada umumnya dinding pengisi belum
mencapai kondisi ultimit pada saat struktur mencapai target displacement. Mekanisme
yang terjadi pada struktur prototip P1 diawali dengan leleh pada balok di lantai 2 dan
lantai 3; leleh pada kolom di tingkat 1 dan tingkat 2; beban maksimum pada dinding di
tingkat 3. Sedangkan pada struktur prototip P2 diawali dengan leleh pada balok di lantai
2, lantai 3 dan lantai 1; beban maksimum pada dinding di tingkat 3; leleh pada kolom di
tingkat 1 dan tingkat 2.
Secara umum dapat disimpulkan kegagalan kolom cenderung dimulai dari tingkat paling
bawah sedangkan kegagalan dinding cenderung dimulai dari tingkat atas. Oleh karena
itu, kolom sangat rawan mengalami kegagalan pada struktur yang memiliki soft story di
tingkat paling bawah.

KESIMPULAN

Konsep pemodelan dinding pengisi sebagai elemen strut diagonal dapat digunakan
dalam analisis struktur portal dengan dinding pengisi. Dengan memodelkan sebagai

Seminar dan Pameran HAKI 2009

13

elemen strut, perilaku dinding pengisi hanya ditinjau terhadap gaya aksial tekan. Metode
ini memerlukan lebih sedikit parameter pemodelan daripada pemodelan dinding pengisi
sebagai suatu panel, misalnya shell element. Penyederhanaan model tersebut akan
memberikan hasil yang cukup akurat dan realistis apabila dalam formulasinya telah
diperhitungkan segala aspek yang mempengaruhi kekuatan dan kekakuan dinding
pengisi. Aspek-aspek tersebut di antaranya adalah: besaran mekanis material dinding
pengisi; geometri panel dinding pengisi; perilaku kontak antara panel dinding pengisi
dengan elemen portal; serta moda keruntuhan dinding yang dapat terjadi.
Perilaku dinding pengisi sangat kompleks sehingga dalam pemodelannya banyak
diperlukan formula-formula empiris yang dikombinasikan dengan konsep-konsep analitis.
Oleh karena itu, kalibrasi dengan hasil kajian eksperimental diperlukan untuk
menghasilkan formula pemodelan yang lebih akurat dan komprehensif.
Salah satu tujuan pengembangan model analitis adalah untuk mempelajari perilaku
struktur portal beton bertulang dengan dinding pengisi dari segi performance-based
engineering. Berdasarkan kajian yang dilakukan pada struktur prototip, adanya interaksi
antara struktur portal dengan dinding pengisi meningkatkan performance level struktur
portal. Hal tersebut ditunjukan dengan penurunan peralihan struktur sebesar 13% ~ 36%
dibandingkan dengan peralihan pada portal terbuka. Namun, tingkat kerusakan panel
dinding pada dasarnya lebih besar pada saat struktur mencapai target displacement.
Beberapa panel dinding bahkan tidak memenuhi performance objective yang
disyaratkan.

7 DAFTAR PUSTAKA
ACI Committee 318 (2008). Building Code Requirements for Structural Concrete (ACI
318-08)
ACI Committee 530 (2005). Building Code Requirements for Masonry Structures (ACI
530-05)
American Society of Civil Engineers (2005). Minimum Design Loads for Buildings and
Other Structures (ASCE/SEI 7-05)
Departemen Pekerjaan Umum. (1983). Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur
Beton Bertulang Biasa dan Struktur Tembok Bertulang untuk Gedung
Federal Emergency Management Agency (2000). Prestandard and Commentary for The
Seismic Rehabilitation of Buildings (FEMA 356)
Federal Emergency Management Agency (2005). Improvement of Nonlinear Static
Seismic Analysis Procedures (FEMA 440 / ATC-55)
Imran, I., Aryanto, A. (2009). Behavior of Reinforced Concrete Frames In-Filled with
Lightweight Materials Under Seismic Loads, Civil Engineering Dimension, Petra

University, Vol. 11, No. 2.


Madan, A., Reinhorn, A. M., Mander, J. B., Valles, R. E. (1997). Modelling of Masonry
Infill Panel for Structural Analysis , ASCE Journal of Structural Engineering.
Mehrabi, A. B., Shing, P. B., Schuller, M. P., Noland, J. L. (1997). Modelling of Masonry
Infill Panel for Structural Analysis , ASCE Journal of Structural Engineering.
Saneinejad. A., Hobbs. B. (1995). Inelastic Design of Infilled Frames, ASCE Journal of
Structural Engineering.
Standar Nasional Indonesia (2002). Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)

Seminar dan Pameran HAKI 2009

14

Anda mungkin juga menyukai