TETANUS
Diajukan kepada:
dr. Rachmad Aji Saksana, M.Sc., Sp.PD
Disusun oleh:
Hesti Putri Anggraeni
G4A014089
G4A014091
Indrasti Banjaransari
G4A014092
TETANUS
Disusun oleh :
Hesti Putri Anggraeni
G4A014089
G4A014091
Indrasti Banjaransari
G4A014092
Juli 2015
Pembimbing,
BAB I
PENDAHULUAN
Tetanus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di seluruh
dunia. Diperkirakan angka kejadian pertahunnya sekitar satu juta kasus dengan
tingkat mortalitas yang berkisar dari 6% hingga 60%. Selama 30 tahun terakhir,
hanya terdapat sembilan penelitian RCT (randomized controlled trials) mengenai
pencegahan dan tata laksana tetanus. Pada tahun 2000, hanya 18.833 kasus tetanus
yang dilaporkan ke WHO. Berdasarkan data dari WHO, data dari Vietnam
diperkirakan insidens tetanus di seluruh dunia adalah sekitar 700.000 1.000.000
kasus per tahun.(Dire, 2009).
Di Indonesia, tetanus masih menjadi salah satu dari sepuluh besar penyebab
kematian pada anak, meskipun insidens tetanus saat ini sudah menurun, namun
kisaran tertinggi angka kematian dapat mencapai angka 60%. Selain itu, meskipun
angka kejadiannya telah menurun setiap tahunnya, namun penyakit ini masih
belum dapat dimusnahkan meskipun pencegahan dengan imunisasi (Ritawan,
2004).
Pencegahan tetanus dapat difokuskan pada imunisasi awal, imunisasi
diulang setiap 10 tahun atau pada saat berumur 40 sampai 50 tahun untuk
menghindari kejadian tetanus pada saat tua. (Miranda, 2003).
BAB II
LAPORAN KASUS
A.
B.
IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. M
Umur
: 46 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta (pedagang)
Status
: Menikah
Alamat
: 19 Juni 2015
Tanggal periksa
: 23 Juni 2015
Ruang Rawat
: Asoka
No. CM
: 00951531
ANAMNESIS
1. Keluhan utama
Kaku seluruh badan.
2. Keluhan tambahan
Pasien mengalami kejang berulang kali, sulit menelan, nyeri
tenggorokan, sulit membuka mulut, leher terasa kaku, nyeri dan kaku
perut
3. Riwayat penyakit sekarang
Pasien merupakan rujukan dari Puskesmas Susukan ke IGD
RSUD Margono Soekarjo. Pasien mengeluhkan kaku di seluruh badan,
kejang berulang kali di seluruh badan, sulit menelan, sulit membuka
mulut, nyeri dan kaku di perut. Sehari sebelum dibawa ke puskesmas
pasien tertusuk paku pada tangan kirinya. Setelah itu pasien merasa
seluruh badannya kaku, sering kejang dan demam, pasien sangat
sensitif terhadap rangsangan sentuhan sehingga kejang menjadi sering
dan semakin lama terjadi. Kaku dan kejang menyebabkan pasien tidak
dapat beraktivitas total, dan bergantung kepada anggota keluarga yang
lain. Kaku seluruh badan terjadi sepanjang hari dan kejang dapat terjadi
OBJEKTIF
1. Keadaan Umum : sedang
2. Kesadaran
: compos mentis
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hepar
: Batas jantung
Kanan atas SIC II LPSD
Kiri atas SIC II LPSS
Kanan bawah SIC IV LPSD
Kiri bawah SIC V 2 jari medial LMCS
: S1 > S2, regular, murmur (-), gallop (-)
:
:
:
:
Datar
Bising usus (+) Normal
Timpani, tes pekak alih (-), pekak sisi (-)
Teraba keras seperti papan, tegang (+) supel (-),
undulasi (-), nyeri tekan (+)
: Tidak teraba
Lien
Ekstremitas
Superior
: Tidak teraba
Inferior
D.
DIAGNOSIS
Tetanus grade III
E.
TERAPI
A. Perawatan di Ruang Isolasi
B. Farmakologi
O2 4 lpm NK
IVFD D5% + diazepam 3 amp 16 tpm
Inf Aminofluid 16 tpm
Inj Diazepam 1 amp (jika kejang)
Inj Ceftriaxon 1 gram / 12 jam
Inj Ranitidin 1 amp / 12 jam
Inj Metronidazole 500mg / 6 jam
Inj Tetagram 3000 IU IM
C. Non Farmakologi
Fisioterapi
Diet bubur
F.
PROGNOSIS
Ad vitam
Ad fungsionam
Ad sanamtionam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
: dubia ad bonam
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Tetanus adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan
meningkatnya tonus dan spasme otot, yang disebabkan oleh tetanospasmin,
suatu toksin protein kuat yang dihasilkan oleh Clostridium tetani. Penyakit ini
disebabkan oleh Clostridium tetani, merupakan basil gram positif anaerob.
Bakteri ini termasuk bakteri nonencapsulated dan berbentuk spora, yang
tahan panas, pengeringan dan desinfektan. Spora berada di mana-mana dan
ditemukan di tanah, debu rumah, usus hewan dan kotoran manusia. Spora ini
akan memasuki tubuh penderita, lalu mengeluarkan toksin yang bernama
tetanospasmin.
Tetanus disebut juga dengan "Seven day Disease". Pada tahun 1890,
ditemukan toksin seperti strichnine, yang diisolasi dari tanah anaerob yang
mengandung bakteri dan kemudian dikenal dengan tetanospasmin. lmunisasi
dengan mengaktivasi derivat tersebut menghasilkan pencegahan dari tetanus.
Spora Clostridium tetani biasanya masuk kedalam tubuh melalui luka pada
kulit oleh karena terpotong, tertusuk ataupun luka bakar serta pada infeksi tali
pusat (Tetanus Neonatorum) (Lubis, 2003).
B. Etiologi
Kuman yang menghasilkan toksin adalah Clostridium tetani, kuman
berbentuk batang ukurannya kurang lebih 0,4 x 6 m dan mempunyai sifat:
1. Basil gram positif dengan spora pada salah satu ujungnya sehingga
membentuk gambaran tongkat penabuh drum atau raket tenis.
2. Obligat anaerob (berbentuk vegetatif apabila berada dalam lingkungan
anaerob) dan dapat bergerak dengan menggunakan flagella.
3. Menghasilkan eksotoksin yang kuat.
4. Mampu membentuk spora (terminal spore) yang mampu bertahan dalam
suhu tinggi, kekeringan dan desinfektan.
5. Kuman hidup di tanah dan di dalam usus binatang, terutama pada tanah
di daerah pertanian/peternakan. Spora dapat menyebar kemana-mana,
8
10
11
12
Tetanus toxin:
-
Rasa sakit
Rasa sakit timbul dari adanya kekakuan otot dan kejang. Kadang
kala ditemukan neurotic pain yang berat pada tetanus lokal
sekalipun pada saat tidak ada kejang.Rasa sakit ini diduga
karena pengaruh toksin terhadap sel saraf ganglion posterior,
sel-sel pada kornu posterior dan interneuron.
Fungsi Luhur
14
15
16
Kendala etik
f. Gangguan metabolik
Metabolic rate pada tetanus secara bermakna meningkat
dikarenakan adanya kejang, peningkatan tonus otot, aktifitas
berlebihan dari sistem saraf simpatik dan perubahan
hormonal.Konsumsi oksigen meningkat, hal ini pada kasus tertentu
dapat dikurangi dengan pemberian muscle relaxans.Berbagai
percobaan memperlihatkan adanya peningkatan ekskresi urea
nitogen, katekolamin plasma dan urin, serta penurunan serum protein
terutama fraksi albumin.
17
18
19
20
22
GAMBARAN DIFFERENTIAL
Demam, trismus tidak ada, sensorium depresi,
abnormal CSF
Trismus tidak ada, paralisa tipe flaccid, abnormal
CSF
Gigitan binatang, trismus tidak ada, hanya
oropharingeal spasme
Hanya local, regiditas seluruh tubuh atau spasme
tidak ada
Trismus atau spasme seluruh tubuh tidak ada
Hanya carpopedal dan laryngeal spasme,
hypocalcemia
Relaksasi komplet diantara spasme
Dystonia, respons dengan diphenydramine
Sensorium depressi
Trismus tidak ada, sensorium depressi
KELAINAN
MUSCULOSKLETAL
Trauma
Hanya local
G. Penatalaksanaan
1.
Pencegahan
a. Mencegah terjadinya luka.
b. Perawatan luka yang adekuat.
c. Pemberian Anti Tetanus Serum (ATS), diberikan dalam beberapa jam
setelah luka yaitu memberikan kekebalan pasif, sehingga dapat
23
Pengobatan
Tetanus Imun Globulin (TIG) lebih dianjurkan pemakaiannya
dibandingkan dengan Anti Tetanus Serum (ATS) dari hewan. Dosis
inisial TIG yang dianjurkan adalah 5.00 U I.M, dilanjutkan dengan
dosis harian 500 6.000 U. bila pemberian TIG tidak memungkinkan
ATS dapat diberikan dengan dosis 5.000 U I.M dan 5.000 U I.V.
Pemberian baru dilaksanakan setelah dipastikan tidak ada reaksi
b.
hypersensitivitas.
Pengobatan spesifik dengan ATS 20.000 U/hari selama 2 hari
berturut-turut secara I.M dengan didahului uji kulit dan mata. Bila
hasil positif, maka pemberian ATS harus dilakukan dengan
c.
24
Diazepam
Largaktil
e.
f.
g.
yang biasa.
Spasme laring
H. Komplikasi
1
25
Pada kasus yang berat sering terjadi komplikasi disfungsi autonomik yang
ditandai oleh :
-
Takikardia
Aritmia
Hiperpireksia
Vasokonstriksi perifer
I. Prognosis
Faktor-faktor yang dapat memperburuk keadaan yaitu :
1
Pengobatan terlambat
26
BAB IV
KESIMPULAN
1
Tetanus disebabkan oleh kuman Clostridium tetani, suatu kuman gram positif.
Tetanus terlokalisasi
Tetanus sefalik
Tetanus neonatus
27
DAFTAR PUSTAKA
Behrman, Kligman, Arvin. 2000. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 15.Vol. 2.
Jakarta: EGC.
Bhatia R, Prabhakar S, Grover VK. Tetanus. Neurology India. 2002;50:398-407.
Cook T, Protheroe R, Handel J. Tetanus: a review of the literature. British Journal
of Anaesthesia. 2001;87(3):477-87.
Dire, D.J. 2009. Tetanus & Medication diakses dari
http://medicastore.com/penyakit/91/Tetanus.html di akses tanggal 10 Juli
2015.
Edlich RF, Hill LG, Mahler CA, Cox MJ, Becker DG, Jed H. Horowitz M, et al.
Management and Prevention of Tetanus. Journal of Long-Term Effects of
Medical Implants. 2003;13(3):139-54.
Hasan R, Alatas Husein. 1985. Tetanus, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak
FKUI. Jakarta: FKUI.
Hendarwanto. 2001. llmu Penyakit Dalam, Jilid 1.Jakarta: Balai Penerbit FK UI.
Himawan, Sutisna. 1996. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Horrison. 1995. Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam. Volume 2 Edisi 13.Jakarta:
EGC.
Lubis, CP. 2003. Management of Tetanus in Children, Pediatric
Indonesiana,vol.33. Medan : Balai Penerbit FK USU.
Mardjono, Mahar. 2004. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.
Miranda Filho DB, Ximenes RAA, Benardino SN, Escariao AG.2003.
Identification of risk factors of death from tetanus in Pernambuco, Brazil.
A case control study. Rev Inst Med Trop Sao Paulo.
Nelson, et al. 1996.Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 12 Bagian 2. Jakarta: EGC.
Noer Sjaifoellah, HM. 1996.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi 3.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Prijanto M, Handayani S, Parwati D, et al. 2002. Status Kekebalan Terhadap
Difteri dan Tetanus Pada Anak Usia 4-5 Tahun dan Siswa SD Kelas VI,
Cermin Dunia Kedokteran No. 134.
28
29