Anda di halaman 1dari 7

KASUS I

(PT INDOFOOD)
TUGAS
PERPAJAKAN I

OLEH :
A1C012102 NI WAYAN SRI PUSPADANI

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI & BISNIS


UNIVERSITAS MATARAM
2015

PT. INDOFOOD

I.

KEBIJAKAN AKUNTANSI PT. INDOFOOD


PT Indofood Sukses Makmur Tbk, merupakan produsen berbagai jenis makanan dan
minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tahun 1990 oleh
Sudono Salim dengan nama Panganjaya Intikusuma yang pada tahun 1994 menjadi Indofood.
Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.
Pada PT. Indofood Sukses Makmur Tbk, Laporan keuangan yang lengkap menurut PSAK
No. 1 (Revisi 2009) yang disahkan pada tanggal 15 Desember 2009 terdiri dari, laporan posisi
keuangan pada akhir periode (neraca), laporan laba rugi kompre-hensif selama periode, laporan
perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama periode, catatan atas laporan
keuangan yang berisi ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lain, dan
laporan posisi keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas menerapkan
suatu kebija-kan akuntansi secara restrospektif atau membuat penyajian kembali pos-pos laporan
keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan keuangannya.
Laporan keuangan sangat diper-lukan untuk mengukur hasil usaha dan perkembangan
perusahaan dari waktu ke waktu, untuk mengetahui sudah sejauh mana perusahaan mencapai
tujuannya dan untuk menilai kinerja keuangan dari suatu perusahaan. Maka dari itu diperlukan
analisa agar terlihat kelemahan-kelemahan perusahaan serta hasil yang dianggap baik, kemudian
hasil analisa tersebut digunakan untuk membuat perbaikan penyusunan rencana yang akan
dilakukan untuk masa yang akan datang.
Adapun rasio yang digunakan dalam menilai kinerja keuangan perusahaan yang berupa
analisis rasio arus kas terdiri dari rasio-rasio sebagai berikut: Rasio Arus Kas Operasi (AKO)
digunakan untuk menghitung kemampuan arus kas operasi dalam membayar kewajiban lancar.
Rasio Cakupan Arus Dana (CAD) digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan kas guna membayar komitmen-komitmennya. Rasio Cakupan Kas terhadap Bunga
(CKB) digunakan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar bunga atas
hutang yang telah ada. Rasio Cakupan Kas terhadap Hutang Lancar (CKHL) digunakan untuk

mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi
bersih. Rasio Pengeluaran Modal (PM) digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk
investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio Total Hutang (TH) menunjukkan jangka waktu
pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk
membayar hutang. Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB) berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas dimasa mendatang.
Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 (Revisi 2009) dengan menggunakan
metode langsung dimana penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Informasi yang disajikan dalam laporan arus
kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan, baik bagi pihak manajemen, investor, kreditor
maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai dasar untuk menilai kinerja
perusahaan. Hasil kinerja perusahaan sangat berguna bagi pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan, dan berguna untuk bahan evaluasi dan perbaikan kebijakan perusahaan
untuk masa yang akan datang.

II.

PERHITUNGAN JUMLAH PAJAK PT. INDOFOOD


II.1.

Pajak Dibayar Dimuka (dalam satuan Rp.)

pajak dibayar dimuka


terdiri dari :
Pph 22
Pph 25
Total
II.2.

30/06/13 31/12/13
1253
3363
4616

Utang Pajak

Utang Pajak terdiri dari :


Pajak penghasilan
Pasal 21
Pasal 23/26 Pasal 25/29
PPN - neto
Pajak lain-lain

30/06/13 31/12/13
7028
13372
97513
18066

Total

II.3.

135979

Rekonsiliasi fiscal
Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak, sebagaimana tercantum pada laporan laba

rugi komprehensif konsolidasian interim dan estimasi laba kena pajak Perusahaan adalah sebagai
berikut:
30/06/13 31/12/13
Laba sebelum beban pajak
berdasarkan laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian interim

1,731,496

Dikurangi laba sebelum pajak Entitas anak

(188,280)

Eliminasi

12,491

Laba sebelum beban pajak - perusahaan

1,555,707

Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak, sebagaimana tercantum pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian interim dan estimasi laba kena pajak Perusahaan adalah sebagai
berikut :
30/06/13 - 31/12/13

Laba sebelum beban pajak - perusahaan

1,555,707

Ditambah (dikurangi):
Beda temporer (terutama terdiri dari pencadangan bonus serta
penyisihan untuk liabilitas imbalan kerja karyawan)

46,039

Beda tetap (terutama terdiri dari beban kesejahteraan karyawan,


representasi, dan sumbangan)

56,091

Pendapatan yang telah dikenakan pajak penghasilan bersifat final

(158,453)

Estimasi Laba Kena Pajak - perusahaan

1,499,384

II.4.

Manfaat Beban Pajak Penghasilan


Rincian beban (manfaat) pajak penghasilan yang dilaporkan pada laporan laba rugi

komprehensif konsolidasian interim adalahsebagai berikut:


30/06/13 - 31/12/13
Pajak penghasilan badan:
Kini
Tangguhan peridoe berjalan
Penyesuaian atas periode lalu
Beban Pajak Penghasilan - Neto per laporan L/R
komperehensif konsolidasian interim

II.5.

448,878
(36,181)
412,697

Hasil pemeriksaan pajak

Pada bulan September 2009, IMM (sekarang merupakan salah satu divisi dari Perusahaan)
menerima surat ketetapan pajak dari kantor pajak sehubungan dengan kurang bayar PPN untuk
periode oktober-desember 2005 membayar kekurangan pajak tersebut tetapi tidak setuju dengan
hasil pemeriksaan tersebut dan mengajukan keberatan atas surat keputusan tersebut ke kantor
pajak. Pada bulan Oktober 2010, Kantor Pajak menolak sebagian besar keberatan yang diajukan
oleh Perusahaan dan menyetujui untuk mengurangi kekurangan pembayaran pajak tersebut
menjadi Rp15.413. Setelah itu, Perusahaan mengajukan banding ke pengadilan pajak, dan pada
bulan Desember 2011, Pengadilan Pajak memutuskan bahwa sebesar Rp15.391 harus
dikembalikan kepada Perusahaan.
Melalui suratnya tertanggal 31 Mei 2012, Pengadilan Pajak memberitahukan kepada
Perusahaan mengenai permohonan peninjauan kembali dan penyampaian memori peninjauan
kembali oleh Direktur Jenderal Pajak melalui suratnya tanggal 25 April 2012 kepada Mahkamah
Agung. Kemudian pada bulan Juni 2012, Perusahaan menyampaikan kontra memori peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung. Sampai dengan tanggal 16 Agustus 2013, Perusahaan belum
menerima putusan dari Mahkamah Agung atas peninjauan kembali tersebut.
Pada tahun 2012, SRC menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) terkait
dengan restitusi pajak atas pajak penghasilan badan untuk tahun pajak 2010. Kantor Pajak

menyetujui untuk merestitusi sebesar Rp6.282 dari seluruh permohonan restitusi sebesar
Rp6.321. Selisih jumlah yang diajukan dengan jumlah pembayaran yang diterima dibebankan
pada operasi periode berjalan.
2.6. Hasil Pajak Pemeriksaan
Pada bulan Juni 2013, SRC menerima SKPLB terkait dengan restitusi pajak penghasilan
badan untuk tahun pajak 2011. Kantor Pajak menyetujui untuk merestitusi sebesar Rp4.465 dari
seluruh permohonan restitusi sebesar Rp4.612. Selisih jumlah yang diajukan dengan jumlah
pembayaran yang diterima dibebankan pada operasi periode berjalan.
Pada bulan April 2013, IDLK menerima SKPLB terkait dengan restitusi pajak penghasilan
badan untuk tahun pajak 2011. Kantor Pajak menyetujui untuk merestitusi sebesar Rp45.200
dari seluruh permohonan restitusi sebesar Rp47.030. Selisih jumlah yang diajukan dengan
jumlah pembayaran yang diterima dibebankan pada operasi periode berjalan.
2.7. Pajak Tangguhan
Pengaruh pajak tangguhan atas beda temporer antara laporan komersial dan fiskal
Kelompok Usaha adalah sebagai berikut :
30/06/13 - 31/12/13

Aset pajak tangguhan


Liabilitas imbalan kerja karyawan
Cadangan bonus
Aset tetap
Lain-lain
Neto
Liabilitas pajak tangguhan
Liabilitas imbalan kerja karyawan
Cadangan bonus
Aset tetap
Aset tidak berwujud
Lain-lain
Neto

246,975
11,968
(90,163)
12,121
180,901
29,541
6,983
(50,704)
(499,644)
913
(512,911)

Untuk tujuan penyajian dalam laporan posisi keuangan konsolidasian interim, klasifikasi
aset atau liabilitas pajak tangguhan untuk setiap perbedaan temporer di atas ditentukan
berdasarkan posisi pajak tangguhan (aset atau liabilitas) neto untuk setiap perusahaan.
Tidak terdapat konsekuensi pajak penghasilan atas pembayaran dividen oleh Entitas Anak
yang berdomisili di dalam negeri kepada Perusahaan. Manajemen Kelompok Usaha berpendapat
bahwa aset pajak tangguhan tersebut di atas dapat dipulihkan melalui penghasilan kena pajak di
masa yang akan datang

Anda mungkin juga menyukai