KASUS 1 (PT - Indofood)
KASUS 1 (PT - Indofood)
(PT INDOFOOD)
TUGAS
PERPAJAKAN I
OLEH :
A1C012102 NI WAYAN SRI PUSPADANI
PT. INDOFOOD
I.
mengukur kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar berdasarkan arus kas operasi
bersih. Rasio Pengeluaran Modal (PM) digunakan untuk mengukur modal tersedia untuk
investasi dan pembayaran hutang yang ada. Rasio Total Hutang (TH) menunjukkan jangka waktu
pembayaran hutang oleh perusahaan dengan asumsi semua arus kas operasi digunakan untuk
membayar hutang. Rasio Arus Kas Bersih Bebas (AKBB) berguna untuk mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban kas dimasa mendatang.
Laporan arus kas disajikan sesuai dengan PSAK 2 (Revisi 2009) dengan menggunakan
metode langsung dimana penerimaan dan pengeluaran kas dan setara kas diklasifikasikan
sebagai aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. Informasi yang disajikan dalam laporan arus
kas berguna bagi para pemakai laporan keuangan, baik bagi pihak manajemen, investor, kreditor
maupun pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai dasar untuk menilai kinerja
perusahaan. Hasil kinerja perusahaan sangat berguna bagi pihak yang berkepentingan dalam
pengambilan keputusan, dan berguna untuk bahan evaluasi dan perbaikan kebijakan perusahaan
untuk masa yang akan datang.
II.
30/06/13 31/12/13
1253
3363
4616
Utang Pajak
30/06/13 31/12/13
7028
13372
97513
18066
Total
II.3.
135979
Rekonsiliasi fiscal
Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak, sebagaimana tercantum pada laporan laba
rugi komprehensif konsolidasian interim dan estimasi laba kena pajak Perusahaan adalah sebagai
berikut:
30/06/13 31/12/13
Laba sebelum beban pajak
berdasarkan laporan laba rugi komprehensif
konsolidasian interim
1,731,496
(188,280)
Eliminasi
12,491
1,555,707
Rekonsiliasi antara laba sebelum beban pajak, sebagaimana tercantum pada laporan laba rugi
komprehensif konsolidasian interim dan estimasi laba kena pajak Perusahaan adalah sebagai
berikut :
30/06/13 - 31/12/13
1,555,707
Ditambah (dikurangi):
Beda temporer (terutama terdiri dari pencadangan bonus serta
penyisihan untuk liabilitas imbalan kerja karyawan)
46,039
56,091
(158,453)
1,499,384
II.4.
II.5.
448,878
(36,181)
412,697
Pada bulan September 2009, IMM (sekarang merupakan salah satu divisi dari Perusahaan)
menerima surat ketetapan pajak dari kantor pajak sehubungan dengan kurang bayar PPN untuk
periode oktober-desember 2005 membayar kekurangan pajak tersebut tetapi tidak setuju dengan
hasil pemeriksaan tersebut dan mengajukan keberatan atas surat keputusan tersebut ke kantor
pajak. Pada bulan Oktober 2010, Kantor Pajak menolak sebagian besar keberatan yang diajukan
oleh Perusahaan dan menyetujui untuk mengurangi kekurangan pembayaran pajak tersebut
menjadi Rp15.413. Setelah itu, Perusahaan mengajukan banding ke pengadilan pajak, dan pada
bulan Desember 2011, Pengadilan Pajak memutuskan bahwa sebesar Rp15.391 harus
dikembalikan kepada Perusahaan.
Melalui suratnya tertanggal 31 Mei 2012, Pengadilan Pajak memberitahukan kepada
Perusahaan mengenai permohonan peninjauan kembali dan penyampaian memori peninjauan
kembali oleh Direktur Jenderal Pajak melalui suratnya tanggal 25 April 2012 kepada Mahkamah
Agung. Kemudian pada bulan Juni 2012, Perusahaan menyampaikan kontra memori peninjauan
kembali kepada Mahkamah Agung. Sampai dengan tanggal 16 Agustus 2013, Perusahaan belum
menerima putusan dari Mahkamah Agung atas peninjauan kembali tersebut.
Pada tahun 2012, SRC menerima Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB) terkait
dengan restitusi pajak atas pajak penghasilan badan untuk tahun pajak 2010. Kantor Pajak
menyetujui untuk merestitusi sebesar Rp6.282 dari seluruh permohonan restitusi sebesar
Rp6.321. Selisih jumlah yang diajukan dengan jumlah pembayaran yang diterima dibebankan
pada operasi periode berjalan.
2.6. Hasil Pajak Pemeriksaan
Pada bulan Juni 2013, SRC menerima SKPLB terkait dengan restitusi pajak penghasilan
badan untuk tahun pajak 2011. Kantor Pajak menyetujui untuk merestitusi sebesar Rp4.465 dari
seluruh permohonan restitusi sebesar Rp4.612. Selisih jumlah yang diajukan dengan jumlah
pembayaran yang diterima dibebankan pada operasi periode berjalan.
Pada bulan April 2013, IDLK menerima SKPLB terkait dengan restitusi pajak penghasilan
badan untuk tahun pajak 2011. Kantor Pajak menyetujui untuk merestitusi sebesar Rp45.200
dari seluruh permohonan restitusi sebesar Rp47.030. Selisih jumlah yang diajukan dengan
jumlah pembayaran yang diterima dibebankan pada operasi periode berjalan.
2.7. Pajak Tangguhan
Pengaruh pajak tangguhan atas beda temporer antara laporan komersial dan fiskal
Kelompok Usaha adalah sebagai berikut :
30/06/13 - 31/12/13
246,975
11,968
(90,163)
12,121
180,901
29,541
6,983
(50,704)
(499,644)
913
(512,911)
Untuk tujuan penyajian dalam laporan posisi keuangan konsolidasian interim, klasifikasi
aset atau liabilitas pajak tangguhan untuk setiap perbedaan temporer di atas ditentukan
berdasarkan posisi pajak tangguhan (aset atau liabilitas) neto untuk setiap perusahaan.
Tidak terdapat konsekuensi pajak penghasilan atas pembayaran dividen oleh Entitas Anak
yang berdomisili di dalam negeri kepada Perusahaan. Manajemen Kelompok Usaha berpendapat
bahwa aset pajak tangguhan tersebut di atas dapat dipulihkan melalui penghasilan kena pajak di
masa yang akan datang