TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Zeolit
Zeolit merupakan mineral yang memiliki struktur kristal aluminasilikat yang
berbentuk rangka (framework) tiga dimensi, mempunyai rongga dan saluran serta
mengandung ion-ion logam seperti Na, K, Mg, Ca dan Fe serta molekul air. Zeolit
pertama kali ditemukan pada tahun 1756 oleh Cronstedt, ahli mineral dari Swedia.
Zeolit merupakan Kristal alumina-silika yang mempunyai struktur berongga atau
berpori dan mempunyai sisi aktif yang bermuatan negatif yang mengikat secara
lemah kation penyeimbang muatan. Zeolit terdiri atas gugusan alumina dan
gugusan silika-oksida yang masing-masing berbentuk tetrahedral dan saling
dihubungkan oleh atom oksigen yang sedemikian rupa sehingga membentuk
kerangka tiga dimensi (Bell, 2001).
Kerangka dasar struktur zeolit yang terdiri dari unit-unit tetrahedral AlO 4 dan
SiO4 saling berhubungan melalui atom O dan di dalam struktur tersebut Si 4+ dapat
diganti dengan Al3+ sehingga rumus empiris zeolit menjadi (Widayat dkk.,2006):
Mx/n.[(AlO2)x(SiO2)y] mH2O
Dimana : M = Kation alkali atau alkali tanah
n = Valensi kation M (alkali/alkali tanah)
x,y = Jumlah tetrahedron per unit sel
m = Jumlah molekul air per unit sel
Gambar 2.1 Rangka zeolit yang terbentuk dari ikatan 4 atom O dengan 1 atom Si
Zeolit merupakan katalis yang cukup efektif digunakan pada proses cracking,
isomerization, dan hydrocarbon alkylation. Peran zeolit sebagai katalis
berdasarkan pada tiga sifatnya, yaitu:
1. Penyaring molekul, sifat sebagai penyaring molekul yang dimiliki oleh zeolit
dapat dimanfaatkan untuk menyeleksi reaktan, hasil antara dan produk akhir
yang terlibat dalam proses katalitik oleh katalis.
2. Pusat asam, adanya pusat asam pada zeolit dapat memberikan medium yang
kondusif (lebih reaktif) untuk proses katalitik.
3. Rasio Si/Al, semakin tinggi rasio Si/Al yang tinggi akan menyebabkan
stabilitas termal yang tinggi, dimana setiap jenis zeolit mempunyai batas rasio
Si/Al yang berbeda-beda.
Sifat sebagai katalis didasarkan pada adanya ruang kosong yang dapat
digunakan sebagai katalis ataupun sebagai penyangga katalis untuk reaksi
katalitik. Bila zeolit digunakan pada proses katalitik maka akan terjadi difusi
molekul ke dalam ruang kosong antar kristal dan reaksi kimia juga terjadi
di permukaan saluran tersebut.
2.2 Sifat sifat Zeolit
Zeolit mempunyai struktur berongga (Gambar 2.2) yang biasanya diisi oleh air
dan kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu.
Zeolit jenis ini banyak mengandung Al (kaya Al), berpori, mempunyai nilai
ekonomi tinggi karena efektif untuk pemisahan atau pemurnian dengan kapasitas
besar. Volume porinya dapat mencapai 0,5 cm
/ cm
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia sebagai bahan
makanan pada proses penggorengan. Minyak goreng berfungsi sebagai penghantar
panas, penambah rasa gurih pada makanan dan penambah nilai kalori bahan
makanan (Winarno, 1997). Minyak goreng dapat diperoleh dari sumber nabati
yang disebut dengan minyak goreng nabati. Minyak goreng nabati biasa
diproduksi dari kelapa sawit, kelapa atau jagung.
Minyak jelantah (waste cooking oil) merupakan limbah yang berasal dari
jenis-jenis minyak goreng seperti halnya minyak jagung, minyak sayur, dan lain
sebagainya. Jika dilihat dari komposisinya minyak jelantah mengandung senyawa
yang bersifat karsinogenik (senyawa yang dapat memicu berkembangnya sel
kanker dalam tubuh makhluk hidup), yang terjadi selama proses penggorengan.
Penggunaan minyak nabati berulang kali tentunya sangat membahayakan
kesehatan. Hal ini dikarenakan selain semakin banyaknya kotoran yang
terkandung dalam minyak goreng akibat penggorengan bahan makanan
sebelumnya dan semakin banyaknya senyawa-senyawa asam karboksilat bebas di
dalam minyak, serta warna minyak goreng yang semakin tidak jernih jika dipakai
berulang kali. Sedangkan pembuangan minyak goreng bekas secara langsung ke
lingkungan akan menimbulkan pencemaran. Untuk itu perlu penanganan yang
tepat agar limbah minyak jelantah dapat bermanfaat dan tidak menimbulkan
kerugian dari aspek kesehatan manusia dan lingkungan, dimana kegunaan lain
dari minyak jelantah adalah sebagai bahan bakar alternatif yaitu biodiesel.
Tabel 2.1 Standar Mutu Biodiesel SNI -04-7182-2006, Minyak Solar 48 dan 51
Parameter
dan
Satuannya
Densitas pada 15C.
Kg/m3
Viskositas
kinematik pada
40mm2/s (cSt)
Standar Mutu
Biodiesel SNI04-7182-2006
Batas nilai
Standar Mutu
Jenis Minyak
Solar 48
Standar Mutu
Jenis Minyak
Solar 51
850 890
815 870
820 860
ASTM D
1298
2,3 6,0
2,0 4,5
2,0 5,0
ASTM D
445
Metode
Uji
10
2.4 Katalis
Katalis adalah suatu zat yang meningkatkan kecepatan reaksi untuk mencapai
kesetimbangan pada reaksi kimia tetapi tidak habis bereaksi. Peranan katalis
adalah menurunkan energi bebas pengaktifan. Katalis membentuk interaksi
dengan pereaksi untuk mencapai suatu kompleks teraktifkan. Berbagai katalis
yang dipakai dalam reaksi, dapat berfungsi namun tidak semua memberikan
mekanisme yang sama, misalnya tingkat energi bebasnya (Cotton dan Wilkinson,
1989).
Ada beberapa kriteria yang harus diperhatikan untuk menilai baik atau tidaknya
suatu katalis, diantaranya (Cotton dan Wilkinson, 1989):
1. Aktivasi yaitu kemampuan katalis untuk mengkonversi reaktan menjadi
produk yang diinginkan.
2. Selektivitas yaitu kemampuan katalis untuk mempercepat reaksi yang
diinginkan diantara beberapa reaksi yang mungkin terjadi.
3. Yield yaitu jumlah produk yang terbentuk untuk setiap satuan reaktan yang
terkonsumsi.
4. Kestabilan yaitu lamanya katalis memiliki aktivitas dan selektivitas seperti
keadaan semula.
5. Kemudahan diregenerasi
yaitu
proses
mengembalikan
aktivitas
dan
Katalis Homogen
Katalis homogen merupakan katalis yang berada dalam fase yang sama dengan
molekul-molekul reaktan. Keuntungan dari katalis homogen bila dibandingkan
dengan katalis heterogen, katalis homogen mudah dikarakterisasi, misalnya secara
spektroskopi. Mekanisme reaksi dapat dibuat untuk memprediksi suatu reaksi.
Selain itu, katalis ini mudah terdispersi secara efektif sehingga semua molekul
katalis dapat berinteraksi dengan reaktan. Kerugian dari katalis homogen yaitu
sulit memisahkan katalis dari produk dan biaya yang cukup mahal. Selain itu
11
dapat terjadi korosi dan hilangnya katalis pada perolehan kembali katalis
(Parker, 1982; Gates, 1979).
2.4.2 Katalis Heterogen
Katalis heterogen merupakan katalis yang berada dalam fase yang berbeda
dengan pereaksi (molekul-molekul) yang bereaksi, biasanya katalis ini berupa
padatan agar bisa dipisahkan, sedangkan reaktannya dalam bentuk cairan atau gas
(Parker, 1982).
Katalis heterogen bereaksi pada permukaan bahan. Reaksi fase gas dan fase
cair dikatalisis heterogen biasanya lebih mungkin terjadi dipermukaan katalis
daripada di fase gas atau fase cair. Untuk alasan ini maka kadangkala katalis
heterogen disebut sebagai katalis kontak, dimana proses katalisis heterogen
sedikitnya dapat melalui empat tahap (Holtzclaw, 1988):
1. Adsorpsi reaktan pada permukaan katalis.
2. Aktivasi penyerapan reaktan.
3. Reaksi reaktan yang terserap dan
4. Difusi produk dari permukaan katalis ke fase gas atau cair.
2.5 Impregnasi
Preparasi katalis dengan menggunakan metode impregnasi yaitu dengan
mengadsorpsikan garam prekursor yang mengandung komponen aktif logam di
dalam larutan kepada padatan pengemban. Mekanisme pendistribusian logam
pada padatan pengemban dimulai dengan pengisian pori pengemban yang terisi
solven sebelum pengemban berinteraksi dengan garam prekursor. Impregnasi
sering juga disebut sebagai difusi karena impregnasi terhadap pengemban terjadi
karena adanya difusi garam di dalam pelarut yang mengisi pori. Pengerjaannya
dilakukan dengan mengaduk suspensi padatan di dalam larutan garam prekursor
selama waktu tertentu yang kemudian diikuti dengan pemisahan pengemban
termodifikasi dengan penyaringan dan sentrifugasi. Langkah selanjutnya adalah
dengan pengeringan, kalsinasi dan reduksi untuk mereduksi garam menjadi
logam. Impregnasi dengan cara seperti ini telah digunakan untuk membuat katalis
dengan berbagai macam kombinasi logam yang digunakan di dalam berbagai
industri. Sebagai contoh katalis nikel yang terembankan pada alumina, titania,
silika, niobia, dan vanadium pentoksida dibuat dengan cara mengadsorpsikan
12
13
a.
Ni
Raney
heksametilendiamin,
2
c.
d.
e.
f.
Nikel,
pada
proses
reduksi,
seperti
pembuatan
14
Unsur Logam Ni mempunyai orbital atom 3d yang belum penuh, maka sesuai
aturan Hund terdapat elektron-elektron yang belum berpasangan pada orbital d.
Keadaan ini akan menentukan sifat-sifat nikel, misalnya sifat-sifat magnetik,
struktur
padatan
dan
kemampuannya
membentuk
senyawa
komplek
(Hasanah, 1995).
Fenomena ini menjadikan logam Ni sangat berperan dalam berbagai reaksi
katalitik. Logam nikel mudah membentuk ikatan kovalen kordinat, maka
pembentukan intermediet pada permukaan katalisis menjadi lebih mudah. Dari
konfigurasi elektron diatas diketahui bahwa Ni adalah bervalensi dua. Nikel
bervalensi dua membentuk dua macam bentuk kompleks utama. Pertama adalah
15
kompleks spin bebas (ion atom orbital terluar) yang didalamnya adalah ligan H2O
dan NH3 (Considine, 1984).
Katalis nikel sangat dikenal dalam proses industri. Nikel telah banyak
digunakan
C15H32
c.
karbonium.
Cara Hidrocracking yang merupakan kombinasi antara perengkahan dan
hidrogenasi untuk menghasilkan senyawa yang jenuh. Reaksi tersebut
dilakukan pada tekanan tinggi. Keuntungan lain dari cara ini adalah bahwa
belerang yang terkandung dalam minyak dapat diubah menjadi hidrogen
sulfida yang kemudian dipisahkan.
16